hanif ah
DESCRIPTION
Seminar santri panatagamaTRANSCRIPT
-
Hak Waris Bagi Perempuan
Adilkah Pembagian Harta Waris Dalam Islam Oleh: Miftakhul Nur Hanifah
1. Pendahuluan
Ilmu waris merupakan ilmu yang amat penting bagi kehidupan kita. Karena pembagian waris
sendiri tak bisa lepas dari kehidupan manusia. Dimana, ketika ada seseorang yang meninggal , maka disitu
akan ada peristiwa pemindahan hak milik dan tanggung jawab kepada orang yang masih hidup1. Baik harta
yang sifatnya berwujud (rumah, uang, tanah,dll), atau yang sifatnya tak berwujud (misal harta
peninggalan/ tirkah), dan tanggung jawab yang berarti kewajiban yang harus dipenuhi, seperti wasiat,
hutang, dsb.2
Didalam pembagian waris, sering sekali terjadi masalah dan persengketaan antar satu dengan
yang lain dari para ahli waris dengan sifat dan motif yang beragam. Dalam perkembangan dunia yang telah
mengalami perubahan zaman seperti sekarang ini, setiap manusiapun dituntut pula untuk menyesuaikan
perkembangan zaman, tempat, adat istiadat yang ada.Termasuk bagi pengaturan pembagian harta waris
dalam islam yang juga harus bisa menyesuaikan perkembangan zaman. Apalagi, dengan semakin
berkembangnya isu kesetaraan gender yang membuat berubahnya hukum waris islam yang sudah ada ini.
Dalam islam, yang bertanggung jawab dalam mencari nafkah adalah laki-laki. Tapi seiring dengan
berkembangnya zaman yang mungkin karena permasalahan ekonomi. Sehingga banyak perempuan yang
keluar rumah untuk ikut mencari nafkah. Dari keadaan itu, samanya kewajiban perempuan dan laki-laki
sehingga banyak yang menuntut keadilan dalam penyamaan pembagian hak waris. Mereka beranggapan,
walau bagaimanapun juga kewajiban mereka sekarang berubah dan menjadi sama dengan laki-laki,
sehingga pemberian haknya pun juga harus sama. Dan salah satu tokoh aktifis feminis (Musdah Mulia)
beranggapan hukum waris islam yang terdapat di QS An-Nisa: 12 dibawah ini dinilai tidaklah adil.3
4
Artinya :
Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang
anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan.(QS.An-Nisa (4):12
Diantara mereka juga berpendapat, kenapa ketetapan itu harus 1 berbanding 2. 1 untuk laki sama
dengan untuk 2 perempuan? Kenapa yang mendapat 1 bagian adalah laki-laki bukan perempuan? Dan
untuk selanjutnya kita akan membahas apakah ayat diatas memanglah adil untuk kedua belah pihak (laki-
1 Biasa disebut sebagai ilmu faraidl/ warisan 2 Hak Waris Perempuan Dan Perwalian Anak; hal 1, publikasi Komnas Perempuan 3 -Abu Hamzah Agus Hasan Bashori Relevansi Hukum Waris Islam Bias Isu Gender,egalitarianisme, Prularisme dan
Ham,As-Sunah No 7 dan 8 th 2005 hlm 50
-Pendapat Musdah Mulia pada buku Cak Nur Diantara Sarung dan dasi dan Musdah Mulia Tetap Berjilbab, catatan
pinggir sekitar pemikiran islam di Indonesia, Marwan Sarijo (Jakrta; Yayasan Ngali Aksara Penamadhani,2005), hlm
74 4 QS.Annisa (4) :12
-
laki dan perempuan)? Apa sejarah dan asal usul atas turunnya ayat tersebut? Adakah maksud baik Allah
untuk keduanya?
2. Pembahasan
2.1 Sejarah Pembagian waris sebelum islam datang
Sebelum islam datang, para perempuan diperlakukan secara dzalim. Hak dan kebutuhannya tak
bisa terpenuhi karena dirampas oleh kaum laki-laki. Termasuk dalam hal pembagian waris. Perempuan
tidak mendapatkan haknya dalam pemberian harta waris. Sudah tidak mendapatkan hak waris malah dia
dijadikan sebagai barang warisan. Dikisahkan pada jaman jahiliyyah dahulu, jika seorang laki-laki wafat
dengan meninggalkan seorang istri, maka para wali dan keluarga terdekat suami lebih berhak untuk
menikahi si janda tersebut. Jika mereka hendak menikahi, maka pernikahan bisa dilangsungkan.Jika
mereka enggan untuk menikahi, maka si janda tersebut dibiarkan sampai meninggal dunia. Ibn Jarir al-
Thabari mengisahkan bahwa Abu Qais ibn al-Aslat wafat dengan meninggalkan istri bernama Kabisyah
binti Maan ibn Ashim. Dengan meninggalnya sang ayah, anak dari Abu Qais hendak menikahi ibu tirinya
tersebut.
Bangsa Arab mengharamkan untuk memberikan warisan kepada perempuan, sebagaimana itu
juga berlaku kepada anak kecil. Para perempuan tidak diberikan hak warisnya dikarenakan perempuan
dianggap tidak bisa membantu kaum laki-laki dalam hal mengangkat senjata. Dan mereka waktu itu
dengan tegas mengatakan, Bagaimana mungkin kami memberikan warisan (harta peninggalan) kepada
orang yang tidak bisa dan tidak pernah menunggang kuda, tidak mampu memanggul senjata serta tidak
pula berperan melawan musuh.5
2.2 Islam dalam memberikan hak waris kepada perempuan
Ketika Islam datang, perempuan begitu dimuliakan. Dalam hadits Rasul disebutkan Tidaklah
memuliakan perempuan melainkan oleh orang-orang yang mulia dan tidaklah menghinakan perempuan
melainkan oleh orang-orang hina.6 Itulah salah satu hadist nabi yang menjelaskan bahwa wanita itu
sangat dimuliakan dalam islam. Kedudukannya dalam pahala, dosa, hak sama dengan laki-laki.7
Keadilan itu begitu lengkap dan jelas dari turunnya ayat mengenai pemberian hak waris kepada
perempuan, seperti yang dibawah ini :
Artinya:
5 Ghazali, Abdul Moqsith. http// Hukum Waris Dalam Suatu Konteks, Jaringan Islam Liberal Islam Lib.com.htm// Ash-Shabuni. Muhammad Ali, http//Pembagian Waris Menurut Islam.html//
Hasbunallah, Afifi, http// Mengintip keadilan hukum waris dan perempuan.htm//
Fikih Perempuan ; Bab 12 Perempuan pada Masa Jahiliyah ; halaman 106-108 6 Salah satu hadits nabi; Hak Waris Perempuan Dan Perwalian Anak. publikasi Komnas Perempuan 7 Supartinah, Titin. Sabda Suci Untukmu Wahai Wanita; Tahun 2014, penerbit La Tahzan
-
Bagi laki-laki ada bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya dan bagi perempuan ada hak
bagian pula dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian
yang telah ditetapkan. (QS.An-Nisa:7)
Sebenarnya dari ayat diatas sudah bisa menjelaskan bahwa dalam pemberian hak waris,
perempuan juga mendapatkan hak waris sama seperti laki-laki yang juga mendapatkan hak waris. Allah
SWT dengan tegas menghilangkan bentuk kedzaliman yang biasa menimpa perempuan dan anak-anak.
Terkait porsi pembagian waris yang berbeda, Dr Ali Jum'ah berpendapat8, bahwa terjadinya pembedaan
dalam jumlah waris bukan dikarenakan status gender tapi lebih disebabkan oleh faktor lain. Ada tiga
faktor, diantaranya :
1. Tingkat kedekatan kekerabatan antara si mayat dengan ahli waris, baik laki-laki maupun perempuan.
Ketika hubungan kekerabatannya dekat maka otomatis bagian harta warisannya juga semakin besar.
Apabila semakin jauh, maka bagian yang diterimanya juga semakin kecil, dengan tanpa menghiraukan
apakah ia laki-laki atau perempuan. Hal ini dapat kita lihat pada kondisi berikut,seorang anak
perempuan tunggal mendapatkan 1/2 dari harta peninggalan ibunya, padahal ia seorang perempuan,
sementara ayahnya hanya mendapatkan bagian 1/4 saja. Padahal ia seorang laki-laki. Hal itu dapat
terjadi karena hubungan kedekatan antara anak kepada ibunya lebih besar dari pada hubungan
kedekatan antara istri dengan suaminya.
2. Faktor generasi penerus. Generasi-generasi yang akan melanjutkan kehidupan si mayat, dan yang
akan memikul beban hidup biasanya memiliki bagian yang lebih banyak, tanpa memandang apakah ia
laki-laki atau perempuan. Kita bisa melihatnya disini, seorang anak perempuan dari si mayat
mendapatkan bagian lebih besar dari pada ibu si mayat. Dan keduanya adalah perempuan. Bagian
anak lebih besar dari pada bagian ibu, karena si anaklah yang akan menjadi generasi penerus si mayat.
3. Faktor beban ekonomi. Faktor Inilah sebab utama yang menjadikan perbedaan bagian harta warisan
antara laki-laki dan perempuan.
Menyinggung tanggung jawab ekonomi, tidaklah berlebihan bila bagian waris anak laki-laki diatas
bagian perempuan. Karena beban tanggung jawab diberikan kepada pihak laki-laki mulai dari pemberian
mahar, sandang, pangan, papan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang menjadi tanggungan wajibnya
untuk keluarga dan kerabatnya. Laki-laki juga mempunyai kewajiban dalam pendidikan anaknya,
pengobatan jika anaknya sakit (termasuk istri) dan saudaranya.9
Semua tanggungan perempuan ditanggung oleh laki-laki. Perempuan sebenarnya ia sudah
diuntungkan, dimana bagian harta warisannya nanti dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan
kelemahannya sebagai wanita. Lagi pula ketika perempuan (terutama istri) mendapatkan warisan,
akhirnya harta tersebut seratus persen murni menjadi hak mereka yang boleh-boleh saja mereka
belanjakan semau mereka. Jika suami mendapatkan hak waris maka harta tersebut dikembalikan untuk
menanggung beban ekonomi keluarga dan kerabatnya.
8 http//Apakah Islam Mendzolimi Wanita Dalam Hal Pembagian Harta Warisan, Program Al-Ahwal Al-Syaksiyyah STAIN Salatiga.htm//; Dr Ali Jum'ah 9 Susandi, Aidil. Lc, http//Adilkah Hukum Waris Islam, Ulumsyareah.htm
-
Dan perlu diketahui pula bahwa tak selamanya perempuan mendapat hak waris yang lebih kecil
daripada laki-laki. Ada kondisi dimana perempuan mendapatkan hak waris yang sama besarnya dengan
laki-laki.10
Perempuan mendapatkan hak waris yang setara dengan laki-laki :
Contohnya :
1. Jika seseorang wafat meninggalkan ayah, ibu dan anak maka pembagiannya mengikuti firman Allah
yang berbunyi :
"Dan untuk dua orang ibu-hapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika
yang meninggal itu mempunyai anak (QS. An-Nisa`:11).
Jadi, Ayah dan ibu masing-masing sama mendapatkan seperenam bagian apabila yang meninggal
mempunyai keturunan.
2. Mayat meninggalkan suami dan istri.
Sama-sama mendapat . Dengan syarat jika istri yang meninggal maka dia meninggalkan anak laki atau
cucu lk dari anak laki-laki
3. Mayat hanya meninggalkan bapak dan ibu
Sama-sama mendapatkan 1/6 bagian. Dengan syarat (untuk ayah) yang meninggal mempunyai
anak.(untuk ibu) yang meninggal mempunyai anak/cucu lak-laki dari anak lk dan yang meninggal
mempunyai 2 orang saudara atau lebih.
4. Mayat meninggalkan saudara laki-laki seibu dan saudara perempuan seibu
Sama-sama mendapatkan 1/6 harta. Dengan syarat yang meninggal tidak meninggalkan ayah dan anak
5. Mayat meninggalkan seorang anak perempuan dari anak laki-laki, dan saudara laki-laki .
Sama-sama mendapatkan 1/6 bagian. Dengan syarat tidak ada yang menghalanginya
6. Mayat meninggalkan bapak, nenek, dan cucu perempuan dari anak-laki-laki
Sama-sama mendapatkan 1/6 bagian. Dengan syarat (untuk bapak)pewaris mempunyai anak, (untuk
nenek) pewaris tidak mempunyai ibu, (untuk cucu pr) pewaris mempunyai 1 anak pr.
7. Mayat meninggalkan suami, ibu, dua saudara perempuan seibu, dan seorang saudara laki-laki
kandung.
Sama-sama mendapatkan bagian 1/3 dari harta yang ditinggalkan mayat.11
10Para aktifis gender menginginkan persamaan itu, padahal didalam islam juga sudah ada pengaturan pembagian
hak waris yang sama antara laki-laki dan perempuan 11 - http//Apakah Islam Mendzolimi Wanita Dalam Hal Pembagian Harta Warisan, Program Al-Ahwal Al-Syaksiyyah
STAIN Salatiga.htm//; Dr Ali Jum'ah
-
Dari ayat waris yang telah Allah turunkan12 itu sebenarnya bisa diambil sebuah hikmah, yakni
sebuah keadilan, bahwa Allah sebenarnya sudah Maha adil kepada hambanya. Dan tidak mungkin Allah
berbuat dzalim kepada hambanya, karena Allah telah berfirman, yang artinya: semua manusia benar-
benar tidak didzolimi13. Allah juga berfirman, artinya: Allah itu tidak dzolim kepada hamba-Nya14. Dia
juga berfirman, artinya: sesungguhnya Allah sama sekali tidak berbuat dzolim sedikitpun.15
Maka setidaknya perbedaan dalam pembagian waris yang terjadi itu, tidak selayaknya dipandang
sebagai sebuah kezaliman dan ketidakadilan. Walaupun bentuk keadilannya bukan dalam
penyamarataan, tapi bukankah keadilan itu bisa juga dari ketidaksamarataan? Tentu saja keadilan yang
kita maksudkan adalah keadilan berdasarkan keputusan yang Maha adil yaitu Allah SWT.
2.3 Kewajiban untuk Menaati Aturan Waris Islam
Alasan para aktifis gender menyamakan pembagaian warisan pria dan wanita, bahwa disebagian
tempat di Indonesia malah kaum perempuan yang teratas dalam memikul beban ekonomi dibanding laki-
laki. Berdasarkan zuruf 'am dan ketentuan yang ada, laki-lakilah yang berkewajiban untuk memenuhi
kebutuhan itu. Sekalipun kondisi ini terjadi, tidak dapat dijadikan alasan untuk menghapuskan ketentuan
waris islam.
Itu disebabkan, karena ayat waris adalah qot'iy ad dilalah dimana besar kecil bagian telah
ditentukan secara jelas dan detail.16
Rasulullahpun juga memerintahkan kita membagi harta pusaka menurut kitab al-Quran, seperti
dalam sabdanya:
17) ( . :
Artinya : Dari Abbas r.a., berkata, Rasulullah saw., bersabda: Bagikanlah harta pusaka antara ahli waris
menurut kitabullah (al-Quran).(HR. Muslim)
Adapun jika ketetapan Allah mengenai pembagian waris dalam ayat 11-12 tidak ditaati maka
berdosa bagi yang tidak menaati itu. Tidak seperti pelaku dosa lainnya,dalam ayat waris, Allah
mengatakan Itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka
kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka
sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.(QS. An-Nisa: 13-14)18
12 Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid 10. Hal 380-409 12 QS. An-Nisa : 7-14, 176 13 QS. Al- Isro:72 14 QS. Al -Hajj :10 15 QS. An-Nisa :31 16 Susandi, Aidil. Lc, http//Adilkah Hukum Waris Islam, Ulumsyareah.htm 17 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Kutub Alamiah, 1992), juz. 3, hlm.23 18 QS An-Nisa (4): 13-14
-
Disebutkan juga dalam ayat lain, yang artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin
dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS.Al Ahzab: 36)
3. Penutup Dan Kesimpulan
Bisa dilihat dari tulisan diatas bahwa sebenarnya perempuan juga mendapatkan hak
warisnya.Dan pembagian hak waris tersebut sudah termaktub jelas dalam ayat Allah QS. An-Nisa : 7-14,
176. Mengenai besaran perempuan yang mendapat bagian lebih kecil dari laki-laki, itulah ketetapan Allah.
Dan semua ketetapan Allah itu adil untuk hambanya. Sebagai manusia yang beriman kepada-Nya wajib
untuk menaati perintahnya. Jika memang ada yang merasa itu kurang baik karena dirasa kurang adil.
Maka, belum tentu yang menurut kita kurang baik, itu juga kurang baik bagi Allah. Bisa saja yang tidak
menyenangkan bagi kita, namun bagi Allah itu baik buat kita. Dan bisa jadi buat kita menyenangkan, tapi
bagi Allah tidak baik. Wallahu alam bisshawab
Daftar Pustaka
Susandi, Aidil. Lc, http//Adilkah Hukum Waris Islam, Ulumsyareah.htm//; diakses 22 Desember 2014
Ghazali, Abdul Moqsith, http//.Hukum Waris dalam suatu Konteks, Jaringan Islam Liberal Islam
Lib.com.htm// diakses 22 Desember 2014
Hasbunallah, Afifi, http// Mengintip keadilan hukum waris dan perempuan.htm// diakses 22 Desember
2014
Ash-Shabuni. Muhammad Ali, http//Pembagian Waris Menurut Islam.html// diakses 22 Desember 2014
Haidir. Sadam.http// Hak Waris dan Kesetaraan Gender.htm// diakses 22 Desember 2014
http//Hak Waris Perempuan Dan Perwalian Anak; cetakan pertama , Januari 2007, publikasi Komnas
Perempuan. diakses 22 Desember 2014
Supartinah, Titin. Sabda Suci Untukmu Wahai Wanita. Penerbit La Tahzan; tahun 2014
http//Apakah Islam Mendzolimi Wanita Dalam Hal Pembagian Harta Warisan, Program Al-Ahwal Al-
Syaksiyyah STAIN Salatiga.htm//. diakses 13 Januari 2015
Khofiyah, http//.Perempuan Justru Mendapatkan Lebih Banyak, rumahfiqih.com.htm// diakses 13 Januari
2015
Buku Fikih Perempuan Kontemporer
Nafiah, Alifatun ; http//.Makalah S-1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pembagian Warisan Bagi Ahli Waris
Wanita (Studi Komparatif pemikiran Hazairin dan Musdah Mulia)//, tahun 2009
Abu Hamzah Agus Hasan Bashori Relevansi Hukum Waris Islam Bias Isu Gender,egalitarianisme,
Prularisme dan Ham,As-Sunah No 7 dan 8 th 2005 hlm 50. Sumber dari makalah skripsi Alifatun Nafiah
-
Pendapat Musdah Mulia pada buku Cak Nur Diantara Sarung dan dasi dan Musdah Mulia Tetap Berjilbab,
catatan pinggir sekitar pemikiran islam di Indonesia, Marwan Sarijo (Jakrta; Yayasan Ngali Aksara
Penamadhani,2005), hlm 74. Sumber dari makalah skripsi Alifatun Nafiah
Mulia, siti Musdah Muslimah Reformis Perempuan Pembaru Keagamaan (Bandung, PT. Mizan
Pustaka,2005). Sumber dari makalah skripsi Alifatun Nafiah
Mulia, Siti Musdah, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender ; Yogyakarta, Kilbar Press,2006). Sumber dari
makalah skripsi Alifatun Nafiah
Prof.DR.Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu.Jilid 10, Jakarta; Gema Insani Darul Fikr, 2011
Tentang Penulis
Nama : Mifakhul Nur Hanifah
TTL : Klaten, 5 Maret 1998
Tempat Tinggal : Klaten, JATENG
Tingkat pendidikan : SMA Taruna Panatagama
Hobi : Membaca, Menulis, jalan-jalan