hand out politik internasional

48
Hand Out Mata Kuliah Politik Internasional Aos Y. Firdaus SAP I INTRODUKSI MATA KULIAH Penjelasan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Inisiasi Mata Kuliah Penjelasan Sistem, aturan main, metode dan mekanisme perkuliahan SAP II PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM POLITIK INTERNASIONAL Pengertian Politik Internasional Politik Internasional merupakan bidang spesialisasi yang paling utama dalam studi Hubungan Internasional. Begitu dominannya posisi bidang spesialisasi Politik Internasional, sehingga banyak pakar dan mahasiswa sering tidak dapat membedakan secara tegas antara Politik Internasional dan Hubungan Internasional. Studi Hubungan Internasional acapkali dianggap sebagai hubungan-hubungan politik antar negara. Pada masa pasca Perang Dunia II anggapan bahwa Hubungan Internasional identik dengan Politik Internasional sangat kuat sekali, terutama berkat munculnya karya-karya monumental dari H.J. Morgenthau dan EL. Schuman. Tetapi setelah berkembang pemikiran- pemikiran behavioralisme akhirnya orang mulai memahami/mengakui bahwa Politik Internasional adalah salah satu bagian penting saja dari studi Hubungan Internasional. Dalam prakteknya, Hubungan Internasional memang tidak dapat dipersamakan dengan Politik Internasional. Selama ini studi Politik Internasional lebih menekankan pada penjelasan mengenai kepentingan, tindakan, unsur- unsur power negara-negara besar. 1

Upload: ridwan-rachid

Post on 16-Apr-2015

178 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Politik Internasional

TRANSCRIPT

Page 1: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

SAP IINTRODUKSI MATA KULIAH

Penjelasan Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Inisiasi Mata Kuliah Penjelasan Sistem, aturan main, metode dan mekanisme perkuliahan

SAP II PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN-PENDEKATAN

DALAM POLITIK INTERNASIONAL

Pengertian Politik InternasionalPolitik Internasional merupakan bidang spesialisasi yang paling utama dalam

studi Hubungan Internasional. Begitu dominannya posisi bidang spesialisasi Politik Internasional, sehingga banyak pakar dan mahasiswa sering tidak dapat membedakan secara tegas antara Politik Internasional dan Hubungan Internasional. Studi Hubungan Internasional acapkali dianggap sebagai hubungan-hubungan politik antar negara.

Pada masa pasca Perang Dunia II anggapan bahwa Hubungan Internasional identik dengan Politik Internasional sangat kuat sekali, terutama berkat munculnya karya-karya monumental dari H.J. Morgenthau dan EL. Schuman. Tetapi setelah berkembang pemikiran-pemikiran behavioralisme akhirnya orang mulai memahami/mengakui bahwa Politik Internasional adalah salah satu bagian penting saja dari studi Hubungan Internasional.

Dalam prakteknya, Hubungan Internasional memang tidak dapat dipersamakan dengan Politik Internasional. Selama ini studi Politik Internasional lebih menekankan pada penjelasan mengenai kepentingan, tindakan, unsur-unsur power negara-negara besar.

Kajian Politik Internasional meliputi pola-pola tindakan suatu negara serta reaksi atau respon oleh negara lain. Politik Internasional juga memberikan perhatian terhadap sistem internasional, deterrence, dan perilaku para pembuat keputusan dalam situasi konflik antar negara.

Jadi, hakekat Politik Internasional adalah hubungan-hubungan, aksi-reaksi, tindakan dan respon dalam bidang politik yang dilakukan oleh dua negara atau lebih. Dan politik internasional diasumsikan sebagai suatu arena dimana negara-negara melakukan struggle for power demi survival dan kejayaan masing-masing. Sehingga kajian Politik Internasional seringkali berkisar pada soal-soal konflik, persengketaan, atau perang, baik yang berskala kecil (lokal) maupun global.

Politik Internasional menjadi suatu kajian pokok (core subject) dalam Hubungan Internasional yang mengkaji segala bentuk upaya dalam memperjuangkan kepentingan (interests)dan kekuasaan (power). Politik Internasional merupakan studi tentang interaksi dai politik luar negeri beberapa negara.

1

Page 2: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

Aktor dan Cakupan Ruang Lingkup Politik InternasionalPerlu dibedakan Hubungan Internasional dengan Politik Internasional. Ruang

lingkup Hubungan Internasional meliputi tipe hubungan atau interaksi antar negara, termasuk dan organisasi non-negara (ekonomi, pariwisata, perdagangan, dan sebagainya). Sedangkan ruang lingkup Politik Internasional terbatas hanya pada "permainan kekuasaan" yang melibatkan negara-negara berdaulat. Jadi, dalam Hubungan Internasional terdapat aktor-aktor negara dan bukan negara, sedangkan dalam politik internasional pelakunya hanyalah negara.

Apabila politik adalah studi tentang who gets what, when, and how, maka Politik Internasional adalah studi mengenai who gets what, when, and how dalam arena internasional". Maka itu studi politik internasional menurut Holsti adalah studi mengenai pola tindakan negara terhadap lingkungan eksternal sebagai reaksi atas respon negara lain.

Selain mencakup unsur power, kepentingan, dan tindakan, Politik Internasional juga mencakup perhatian terhadap Sistem Internasional, deterrence, dan perilaku para pembuat ke-putusan dalam situasi konflik. Jadi Politik Internasional menggambarkan hubungan dan respon bukan aksi namun reaksi.

Politik Internasional merupakan salah satu wujud dari interaksi dalam Hubungan Internasional. Politik Internasional membahas keadaan atau soal-soal politik di masyarakat internasional dalam arti yang lebih sempit, yaitu dengan berfokus pada diplomasi dan hubungan antar negara dan kesatuan-kesatuan politik lainnya. Politik internasional seperti halnya politik domestik terdiri dari elemen-elemen kerjasama dan konflik, permintaan dan dukungan, gangguan dan pengaturan. Negara membuat perbedaan antara kawan dan lawan. Politik internasional memandang tindakan suatu negara sebagai respon atas tindakan negara lain. Dengan kata lain, politik internasional adalah proses interaksi antara dua negara atau lebih.

Politik internasional merupakan suatu proses interaksi yang berlangsung dalam suatu wadah atau lingkungan, atau suatu proses interaksi, interrelasi, dan interplay antar aktor dalam lingkungannya. Faktor-faktor utama dalam lingkungan internasional dapat diklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu (1) lingkungan fisik, seperti lokasi geografi, sumber daya alam, dan teknologi suatu bangsa; (2) penyebaran sosial dan perilaku, yang di dalamnya mengandung pengertian sebagai hasil pemikiran manusia sehingga menghasilkan budaya politik serta munculnya kelompok-kelompok elit tertentu; (3) timbul-nya lembaga-lembaga politik dan ekonomi serta organisasi-organisasi internasional dan perantara-perantara ekonomi serta politik lainnya.

Secara umum, objek yang menjadi kajian politik internasional juga merupakan kajian politik luar negeri, keduanya menitikberatkan pada penjelasan mengenai kepentingan, tindakan serta unsur power. Suatu analisis mengenai tindakan terhadap lingkungan eksternal serta berbagai kondisi domestik yang menopang formulasi tindakan merupakan kajian politik luar negeri, dan akan menjadi kajian politik internasional apabila tindakan tersebut dipandang sebagai salah satu pola tindakan suatu negara serta reaksi atau respon oleh negara lain, seperti dapat dilihat pada Gambar Skema 1.

2

Page 3: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

Hubungan Internasional

Negara A Negara B

Politik Luar Negeri

Negara A Negara lain & Lingkungan Int’lTujuan dan sasaran

Tindakan

Politik Internasional

Negara A Negara BTujuan Tindakan Tindakan Tujuan

Dalam interaksi antarnegara terdapat hubungan pengaruh dan respons. Pengaruh dapat langsung ditujukan pada sasaran tetapi dapat juga merupakan limpahan dari suatu tindakan tertentu. Apapun alasannya, negara yang menjadi sasaran pengaruh yang langsung maupun tidak langsung, harus menentukan sikap melalui "respons, manifestasi dalam hubungan dengan negara lain untuk mempengaruhi atau memaksa pemerintah negara lainnya agar menerima keinginan politiknya.

Kemudian, dalam interaksi antarnegara, interaksi dilakukan didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing negara, baik kepentingan yang inputnya berasal dari dalam ataupun dari luar negara yang bersangkutan. Untuk memper-juangkan tujuan dan kepentingan nasional, negara tidak dapat melepaskan diri dari kebijakannya baik yang ditujukan ke luar negara tersebut (politik luar negeri) maupun ke dalam negara (politik dalam negeri). Kepentingan nasional adalah tujuan utama dan merupakan awal sekaligus akhir perjuangan suatu bangsa.. Kepentingan nasional dasar dibagi empat jenis, yaitu: idoeologi, ekonomi, keamanan, dan prestise.Bentuk-bentuk Interaksi

Bentuk-bentuk interaksi dapat dibedakan berdasarkan banyaknya pihak yang melakukan interaksi, intensitas interaksi, serta pola interaksi yang terbentuk. Dalam Hubungan Internasional, interaksi yang terjadi antaraktor dapat dikenali karena

3

Respons Respons

Pemerintahan A

Masyarakat A

Pemerintahan B

Masyarakat B

Kekuatan, kemampuan, kepentingan, kebutuhan, aspirasi, kebijakan dll

Page 4: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

intensitas keberulangannya (recurrent} sehingga membentuk suatu pola tertentu. Secara umum bentuk reaksi dari suatu negara terhadap negara lain dapat berupa:

1. akomodasi (accommodate}, 2. mengabaikan (ignore}, 3. berpura-pura seolah-olah informasi/pesan dari negara lain belum diterima

(pretend}, 4. mengulur-ulur waktu (procastinate}, 5. menawar (bargain}, dan 6. menolak (resist} aksi dari negara lain.

Bentuk-bentuk interaksi berdasarkan banyaknya pihak yang melakukan hubungan, antara lain dibedakan menjadi hubungan bilateral, trilateral, regional, dan multilateral/ internasional. Adapun yang" dimaksud dengan hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadinya hubungan timbal balik antara dua pihak. Pola-pola yang terbentuk dari proses interaksi, dilihat dari kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak yang melakukan hubungan timbal balik tersebut, dibedakan menjadi pola kerjasama, persaingan, dan konflik.

Rangkaian pola hubungan aksi-reaksi ini- meliputi proses sebagai berikut.1. Rangsangan atau kebijakan aktual dari negara yang memprakarsai.2. Persepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara penerima.3. Respon atau aksi balik dari negara penerima.4. Persepsi atau respon oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa.

Formulasi dari pola aksi-reaksi ini memberi kesan bahwa rangkaian aksi dan reaksi selalu tertutup atau berbentuk simetris. Misalnya negara A mengeluarkan aksi terhadap negara B, maka aksi tersebut akan dipersepsikan oleh para pembuat keputusan di negara B, dan selanjutnya berdasarkan hasil mempersepsikan tersebut, negara B akan memberikan respon atau reaksi atas aksi dari negara A tadi. Kemudian reaksi negara B ini kembali direspon oleh negara A berupa aksi susulan. Di dalam proses ini terdapat suatu hubungan timbal balik (resiprokal). Apabila terdapat lebih dari dua negara yang terlibat dalam interaksi, maka dapat dimungkinkan adanya pola hubungan yang bersifat simetris dan asimetris, seperti terlihat pada Gambar 2.

GAMBAR 2.Pola Hubungan Simetris dan Asimetris

Dari paparan di atas dapat dimaknakan bahwa dalam politik internasional proses interaksi berlangsung dalam suatu wadah atau lingkungan, atau suatu proses interaksi, interrelasi serta interplay (saling mempengaruhi) antara aktor dengan lingkungan-nya atau sebaliknya.

4

Simetris Asimetris

Page 5: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

Perkembangan Politik InternasionalDari pembahasan diatas, kita dapat melihat bahwa kini Hubungan

Internasional tengah memasuki fase perkembangan baru dimana aktor yang terlibat, proses interaksi dan tujuan para aktor dalam interaksi internasional semakin beragam dan rumit. Salah satu konsekuensi penting dari semakin beragam-nya aktor dan rumitnya jaringan interaksi ini, kini istilah Politik Internasional cenderung tidak cocok lagi digunakan sebagai salah satu cabang disiplin ilmu Hubungan Internasional.

Istilah Politik Internasional pada dasarnya merupakan istilah tradisional yang sangat menekankan interaksi para aktor negara-bangsa. Dalam hal ini, kendati Perang Dingin kerap menentukan pola interaksi aktor negara bangsa, pada era pasca Perang Dingin ini para penempuh studi Politik Internasional perlu melepaskan diri dari "Cold War Mentality". Sementara itu, pola-pola interaksi politik dalam Hubungan Internasional kini sudah melibatkan interaksi antara aktor negara dengan aktor non-negara bangsa seperti perusahaan multinasional, organisasi non-pemerintah dan bahkan kelompok-kelompok nonnegara lainnya seperti organisasi teroris yang kerap disebut sebagai aktor transnasional.

Oleh karenanya, istilah politik dunia (world politics) lebih tepat digunakan untuk menggantikan istilah politik internasional sebagai salah satu cabang dalam disiplin ilmu Hubungan Internasional. Dengan demikian, istilah politik dunia dapat dikategorikan sebagai pola-pola hubungan politik yang didefiniskan secara longgar yang melibatkan baik itu aktor negara maupun non-negara. Definisi longgar lainnya dari politik dunia adalah "interaksi berbagai elemen seperti ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup dan militer dan berbagai aktor negara dan non-negara yang memiliki dampak politik terhadap dunia".

Senada dengan hal di atas, Bruce Russet dan kawan-kawan mengidentifikasikan politik dunia sebagai salah satu cabang disiplin ilmu Hubungan Internasional yang bersifat inklusif. Dalam konteks ini, politik dunia akan mensintesakan berbagai pendekatan-pendekatan tradisional yang selama ini digunakan dalam politik internasional dengan berbagai pendekatan-pendekatan baru.Secara sederhana, berbagai interaksi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

GAMBAR 3.Sistem Politik Dunia: Struktur, Pola, dan Bentuk Interaksi

5

Page 6: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

Cakupan Isu Pola dominan Struktur dominan

Ekonomi Kerjasama-kompetisi Multipolaritas, didominasi hegemoni AS -UE dan munculnya kekuatan regionalisme

Militer Kerjasama keamanan,aliansi militer

Unipolaritas yang didominasi AS

Politik Kerjasama Multipolaritas yang didominasi olehkekuatan global

Sosial budaya Kerjasama antar kebudayaan

Dommasi kebudayaan Barat terhadap dunia

Lingkungan Kerjasama Dominasi negara- negara Barat dan munculnya kesadaran lingkungan di negara-negara Dunia Ketiga

GAMBAR 4. Pendekatan antar Aktor

Cakupan Isu Aktor Pemerintah Aktor Pemerintahan Publik

Ekonomi Organisasi Internasional, negara-bangsa

Aktor transnasional, perusahaan multinasional

Militer Aliansi multilateral Negara-bangsa

Aktor transnasional dan gerakan-gerakan internasional anti perang dan perdamaian

Politik Organisasi Internasional, Negara-bangsa

Aktor transnasional

Sosial budaya Negara-bangsa Aktor transnasional

Lingkungan hidup

Organisasi Internasional, Negara-bangsa

Aktor transnasional

Pendekatan paling sederhana terhadap analisa politik internasional biasanya didasarkan pada pertimbangan internal (kepentingan nasional) dan kondisi eksternal (“tekanan” internasional). Kedua pendekatan tersebut menjadi “klasik” karena pendekatan-pendekatan tersebut menjadi acuan dalam pengembangan teoritik lebih lanjut terhadap fenomena internasional ataupun politik luar negeri.

SAP III

6

Page 7: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM STUDI POLITIK INTERNASIONAL

SAP IV SISTEM INTERNASIONAL (I)

A. Pengertian SistemPemikiran mengenai sistem akhir-akhir ini berkembang luas, baik di

lingkungan ilmu-ilmu fisik maupun ilmu sosial. Dalam disiplin ilmu Hubungan Internasional, kecenderungan berfikir sistem juga dilakukan oleh para ahlinya, terutama oleh mereka yang menganut aliran saintifik. Para sarjana Hubungan Internasional yang berjasa dalam penerapan dan pengembangan pemikiran sistem diantaranya Morton Kaplan, Charles McClelland, James Rosenau, Harold Guetzkow, Kenneth Boulding, R.L. Ackoff, dan masih banyak lagi.

Berfikir sistem dalam ilmu-ilmu sosial artinya kita berasumsi bahwa perilaku manusia atau kelompok manusia (masyarakat) dipengaruhi/ditentukan oleh faktor-faktor yang bersumber dari sistem dimana manusia tersebut tinggal. Dengan kata lain, perilaku manusia itu merupakan bagian dari perilaku sistemnya. Atau sistem mengkondisikan tindakan yang dilakukan oleh manusia-manusia atau bagian-bagian yang menjadi anggotanya.

Sebelum menelaah lebih lanjut mengenai pemikiran sistem dalam Hubungan Internasional — yang dikenal dengan sistem internasional, lebih dulu kita pahami pengertian sistem itu sendiri. Istilah sistem didefinisikan secara berbeda-beda oleh para ahli. Selain itu istilah sistem juga digunakan untuk maksud dan pengertian yang bermacam-macam, Namun dalam tu'isan ini hanya akan dikemukakan definisi atau pengertian yang mendekati kebutuhan studi ini.

Shrode & Voice (1974) mengatakan bahwa sistem merupakan keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian. Elias Awad (1979) menambahkan bahwa sistem merupakan hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-kompon&n secara teratur. Definisi pertama menekankan pada aspek keseluruhan (whole) dari beberapa bagian (unit). Sedangkan yang kedua mengacu pada aspek hubungan (relationship) yang bersifat teratur.

Sementara itu Davis & Lewis (1971) setelah menelaah berbagai definisi mengenai sistem, menyimpulkan ciri-ciri sistem sebagai berikut; (1) keterintegrasian, integration; (2) keteraturan, regularity; (3) keutuhan, wholeness; (4) keterorganisasian, organization', (5) keterlekatan komponen satu sama lain,

7

Page 8: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

cohorence; (6) keterhubungan komponen satu sama lain, connectedness; dan (7) ketergantungan komponen satu sama lain, interdependence. Sesuatu dapat dikatakan sistem yang sempurna bila memiliki unsur-unsur atau ciri-ciri tersebut

B. Pengertian Sistem InternasionalBerfikir sistem dalam analisa Hubungan Internasional adalah kita berasumsi

bahwa perilaku suatu negara dalam lingkungan internasional dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam sistem internasional. Perilaku tersebut tidak didorong oleh faktor-faktor lain, misalnya faktor-faktor yang bersumber dari kepemimpinan atau kebutuhan-kebutuhan nasional negara itu.

Lantas, apakah yang dimaksud dengan sistem internasional? Juga ada rupa-rupa pengertian mengenai sistem internasional. George Modelski (1972) mendefinisikan sistem internasional sebagai sistem sosial yang terdiri dari seperangkat obyek, serta hubungan-hubungan antara obyek-obyek dan akibat-akibatnya. Sistem internasional mengandung pola-pola aksi dan interaksi antara kolektivitas dan individu terhadap kepentingan mereka. Sistem internasional sebagai suatu sistem sosial yang memiliki syarat-syarat struktural dan fungsional.

Frankel (1973) mendefinisikan sistem internasional sebagai kumpulan unit-unit yang independen yang berinteraksi secara teratur. Sedangkan K.J. Holsti (1981) mengartikan sistem internasional sebagai kumpulan satuan-satuan politik yang independen —suku-suku, negara-negara kota, bangsa-bangsa, atau imperium-imperium— yang berinteraksi dengan frekuensi yang tinggi dan menurut proses yang teratur. Sementara itu Charles McClelland & Graham T. Allison (1971) melihat sistem internasional sebagai interaksi diantara bangsa-bangsa.

Secara demikian, sistem internasional telah memenuhi beberapa syarat atau ciri dari sistem, yaitu:1. Sistem internasional merupakan suatu keseluruhan atau kumpulan, dalam hal ini

merupakan keseluruhan atau kumpulan bangsa-bangsa;2. Sistem internasional mengandung adanya interaksi, yakni interaksi antar bangsa;

dan3. interaksi dalam sistem internasional tersebut bersifat teratur, regular.

Akan tetapi, istilah sistem internasional hingga kini masih digunakan secara interchangeable dengan istilah sistem politik internasional, struktur politik internasional, dan system global. Artinya, ketika para ahli mulai memasuki ruang lingkup atau jenis-jenisnya, maka istilah-istilah tersebut menjadi sulit dibedakan satu sama lain, atau seringkali perbedaan itu menjadi tidak ada sama sekali. Sehingga penggunaan istilah-istilah tersebut terkesan hanya persoalan selera, bukan didasarkan pada hakekat.

Secara semantik, sistem internasional jelas lebih luas dan lebih kompleks daripada sistem politik internasional maupun struktur politik internasional. Namun ketika kita dipaksa mengidentifikasi sistem internasional, hasilnya seringkali tidak jauh berbeda dengan identifikasi sistem dan struktur politik internasional. Boleh jadi kekaburan pengertian ini merupakan produk dari belum dapat dipisahkannya secara tegas bidang kajian Hubungan Internasional dan Politik Internasional.

8

Page 9: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

Jadi, meskipun secara teoritis kita dapat mengidentifikasi kaji sistem internasional, dan kita dapat menunjukkan ciri-cirinya, namun dalam praktek analisa kita masih sulit membedakan apa yang dimaksud dengan sisem internasional, sistem politik internasional, dan struktur politik internasional. Ketika kita akan menggunakan peringkat atau variabel sistemik dalam menganalisa suatu kasus, maka perbedaan pengertian ketiga istilah tersebut menjadi sesuatu yang kurang prinsip. Meskipun harus diakui, bila kita hendak membuat suatu analisa peristiwa internasional yang presisi dan akurat maka ketelitian dan ketegasan dalam membedakan suatu variabel merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar.

Menurut McClelland & Allison, berbicara mengenai sistem internasional akan selalu mengacu pada adanya interaksi dan struktur dari sistem itu sendiri. Jadi kalau kita menggunakan sistem internasional sebagai unit analisa, maka kita harus memahami bagaimana sifat interaksi antar negara dan bagaimana struktur dari interaksi antar negara tersebut.

Sedangkan menurut K.J. Holsti, variabel-variabel yang digunakan untuk mengenali sistem internasional adalah: (1) batas-batas dan lingkungan sistem internasional; (2) struktur kekuasaan, kekuatan, dan pengaruh, serta struktur kepentingan; dan (3) bentuk-bentuk dan pola-pola hubungan internasional. Selain itu Holsti juga mengemukakan lima aspek sebagai kerangka analisa sistem internasional, yaitu: (1) batas geografis, kebudayaan, maupun batas efektivitas dari suatu sistem internasional; (2) ciri dan bentuk dari unit politik yang interaksinya membentuk sistem internasional; (3) struktur dari interaksi; (4) bentuk interaksi itu sendiri; dan (5) kebiasaan, kaidah atau prosedur yang ditaati oleh unit-unit politik yang terlibat dalam sistem.

Secara demikian, bila kita berbicara mengenai sistem internasional, maka harus pula dipahami secara terinci mengenai batas-batas (boundaries) dari sistem itu, unit-unit atau sub-sub sistem yang ada di dalamnya, sifat-sifat interaksinya, kaidah-kaidah yang mengatur interaksi, disamping struktur dari interaksi itu sendiri. Dilihat dari batas-batasnya, lingkungannya, sistem internasional dapat bersifat parsial, regional, maupun global. Unit-unit atau sub-sub sistem dari sistem internasional bisa berupa negara-bangsa, IGO, NGO, dan sebagainya. Sedangkan sifat-sifat interaksi antar unit-unit tersebut bisa berupa kooperasi, integrasi, namun bisa pula konflik atau konfrontasi, Sementara kaidah-kaidah yang mengatur interaksi dalam sistem itu bisa dilihat dari yang formal (yakni hukum dan perjanjian-perjanjian internasional) sampai yang tidak formal (yakni kebiasaan-kebiasaan dan etika internasional).

C. Jenis-jenis Sistem Internasional Mengenai jenis-jenis struktur sistem internasional, Stanley Hoffman (1968)

mengatakan bahwa sistem internasional dapat digambarkan kedalam tiga level, yaitu bipolar, polycentric, dan multipolar. Sistem internasional bipolar artinya bahwa konsentrasi negara-negara dan penggunaan kekuatan yang ada di dunia ini terpusat pada dua negara saja. Atau kekuatan kedua negara tersebut jauh melebihi daripada unit-unit/negara-negara lain. Dua negara tersebut mengkonsentrasikan kekuatan dan pengaruhnya untuk menarik unit-unit lain yang lebih kecil, sehingga pada akhirnya

9

Page 10: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

negara-negara di dunia ini terkeJompok dalam dua kekuatan. Pengelompokan ini tidak hanya berdasarkan kepentingan kekuatan (militer), namun juga dalam bidang-bidang lain seperti ideologi, ekonomi, dan diplomasi. Menurut Hoffman, sistem internasional bipolar dapat bersifat latent dan dapat bersifat manifest.

Sistem internasional polycentric merupakan akibat/hasil dari sistem bipolar yang laten. Dalam sistem bipolar laten, dominasi kedua negara super power tidak bersifat langsung, konflik mereka hanya bersifat potensial (tidak nyata) dan tidak langsung. Sehingga mereka tidak lagi menjadi kekuatan pemaksa (coercive power) bagi negara-negara lain. Berkurangnya kekuatan pemaksa dan pengaruh inilah yang kemudian melahirkan sistem intemasional polycentric. Dalam sistem ini siapapun dapat memainkan peranan dalam hubungan internasional sepanjang memiliki kemauan dan kemampuan. Artinya keterlibatan negara-negara dalam hubungan internasional tidak lagi ditentukan oleh dua negara super power yang secara laten memang masih ada tetapi sedang mengalami devaluasi kekuatan dan pengaruh. Dengan kata lain, sistem polycentric lahir sebagai akibat dari adanya transformasi power, dimana dua negara besar sedang mengalami penurunan power sementara negara-negara lain mengalami peningkatan dan mulai menjadi kekuatan ofensif. Struktur kekuatan tidak lagi terpusat pada dua negara super power.

Sistem internasional multipolar merupakan sistem dimana power (kekuasaan, kekuatan, dan pengaruh) di dunia ini terdistribusi dalam banyak negara, tidak lagi dua negara. Sistem ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari sistem polycentric. Sistem multipolar terbentuk karena adanya kesempatan yang dimiliki banyak negara untuk mengembangkan senjata nuklirnya. Kesempatan ini timbul selain akibat melemahnya kontrol dari dua negara super power, juga disebabkan oleh meningkatnya kekuatan nasional negara-negara tertentu (khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi). Banyaknya negara-negara yang menjadi nuclear power, yang didukung oleh kemampuan ekonomi dan teknologi yang tinggi, membuat struktur kekuatan, kekuasaan, dan pengaruh di dunia menjadi tersebar.

Disamping pembagian yang dibuat oleh Hoffman tersebut di atas, ada bentuk-bentuk atau jenis-jenis sistem internasional yang dikemukakan^para ahli. Misalnya K.J. Holsti menyebutkan bentuk-bentuk struktur sistem internasional seperti: (1) struktur tersebar, diffuse', (2) struktur blok tersebar, diffuse-bloc, (3) struktur kutub,polar, (4) struktur hierarkhis, hierarchy; dan masih ada beberapa lagi.

Yang dimaksud Holsti dengan struktur tersebar dan struktur kutub adalah sama dengan pengertian sistem multi-polar dan sistem bipolar menurut Hoffman. Sedangkan struktur blok tersebar adalah sistem dimana di dunia ini terdiri atas beberapa blok kekuatan. Sementara dalam system hierarkhis struktur kekuatan berbentuk piramida, dirnana dalam puncak piramida hanya terdapat satu kekuatan dominan.

Dalam pada itu Coulumbis & Wolfe menyebut beberapa jenis struktur sistem internasional, diantaranya: (1) sistem balance of power klasik; (2) sistem bipolar longgar; (3) sistem bipolar ketat; (4) sistem multiblok; dan (5) sistem hierarkhis. Sistem balance of power klasik adalah suatu sistem internasional yang sekurang-kurangnya terdiri dari lima kekuatan utama, tanpa adanya organisasi internasional dan

10

Page 11: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

regional semacam PBB dan NATO. Aliansi yang tergabung dalam masing-masing kekuatan tersebut bersifat spesifik, jangka pendek, dan negara-negara mudah bergeser dari satu aliansi ke aliansi lain berdasarkan pertimbangan pragmatis (bukan ideologis). Contoh sistem balance of power klasik ini pernah terjadi di Eropa pada 1815-1914 dimana pada waktu itu terdapat lima kekuatan utama, yakni Inggris, Perancis, Prusia, Austria-Hongaria, dan Rusia.

Dalam sistem bipolar longgar (loose bipolar) sistem internasional terdiri dari dua kekuatan utama, dimana masing-masing kekuatan itu bertindak sebagai sekutu, pelindung, dan pengontrol dari sejumlah negara-bangsa yang lebih lemah yang bernaung di bawah bloknya. Persekutuan dalam kedua blok itu bersifat ideologis dan dibangun di atas basis berbagai kepentingan yang sama, serta berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Di luar negera-negara tersebut ada beberapa negara pinggiran yang tidak bersekutu dengan kedua blok itu, dan mereka ini memiliki ideologi yang beraneka ragam. Contoh sistem bipolar longgar adalah bipolaritas Timur-Barat semasa Perang Dingin pertama (1947-1971). Blok Timur dipimpin Uni Soviet yang dibangun di atas dasar ideologi komunisme, dan blok Barat dipimpin AS dengan sistem liberalismenya. Sedangkan yang dimaksud negara-negara pinggiran saat itu adalah tiegara-negara non-blok yang memiliki ideologi aneka rupa.

Dalam sistem bipolar ketat (tight bipolar) dunia juga terdiri dari dua kekuatan utama. Tetapi dalam sistem ini semua negara yang ada (termasuk negara-negara non-blok) terserap atau masuk dalam orbit kedua kekuatan (kutub) tersebut. Masing-masing kekuatan (AS dan US, Barat dan Timur) berusaha memelihara kontrol yang ketat terhadap seluruh sekutunya dan juga saling berupa^a memperebutkan wilayah pengaruh (sphere of influence) di lingkungan negara-negara non-blok. Selain itu mereka menerapkan kebijakan "ketegangan tingkat tinggi" dengan menciptakan suatu balance of deterrence atau balance of terror. Sistem bipolar ketat ini berlangsung selama era Perang Dingin kedua sekitar dekade 1980-an.

Sementara itu sistem multiblok dapat terwujud dalam dua variasi. Pertama, dua terbagi dalam lima atau tujuh daerah pengaruh (spheres of influence), dimana masing-masing daerah pengaruh tersebut struktur kekuatannya bersifat hierarkhis yang dikontrol oleh satu negara besar. Kedua, blok-blok kekuatan terbentuk berdasarkan integrasi ekonomi (dan politik) yang terikat dalam sebuah kawasan yang sama. Sistem internasional dalam abad ke-21 diperkirakan akan berupa sistem multiblok, dimana dunia terbagi dalam beberapa kekuatan (blok ekonomi), misalnya blok ekonomi di Asia Timur, Eropa, Amerika Utara, Timur Tengah, dan Amerika Latin.

Sementara itu sistem hierarkhis yang dimaksud Coulumbis & Wolfe sama dengan sistem hierarkhis sebagaimana yang diintrodusir Holsti. Sistem ini secara sempurna pernah berlangsung pada era Cina Kuno.

Dalam kaitannya dengan struktur (sistem) polar, disamping sistem bipolar dan multipolar yang banyak digunakan dalam literatur Hubungan Internasional, akhir-akhir ini dlkenal pula istilah sistem unipolar. Dr. Amien Rais dalam sebuah wawancara dengan TVRI pernah mengatakan bahwa sistem internasional yang berlaku sekarang ini adalah sistem unipolar. Pernyataan yang sama banyak digunakan

11

Page 12: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

oleh para ahli baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam sistem unipolar seperti sekarang ini hanya ada satu negara yang memiliki power melebihi negara-negara lain, yaitu Amerika Serikat (AS). Seluruh negara di dunia ini (termasuk bekas Uni Soviet dan Eropa Timur) berada di bawah pengaruh dan kepentingan AS dan tidak ada satu kekuatan pun yang dipandang mampu mengimbangi AS. Akan tetapi, istilah yang tepat tentu bukan //#/// unipolar, namun loose unipolar. Sebab, kenyataannya Jepang pun masih memiliki kesempatan untuk berpengaruh dalam bidang ekonomi, bahkan kini semakin mengancam dominasi AS. Sedangkan dalam bidang politik dan militer Cina merupakan sebuah kekuatan yang tidak dapat didikte AS begitu saja.

D. Sistem Internasional dan PerdamaianLantas, berdasarkan uraian di atas, banyak ahli dan praktisi yang bcrianya-

tanya: tipe sistem internasional macam apakah yang memiliki resiko terkecil bagi terciptanya konflik dan sengketa mil itcr yang bersifat global? Atau dengan kata lain, sistem internasional macam apakah yang paling kondusif untuk mendekati perdamaian dunia?

Kenneth Waltz (1967) berpendakat bahwa sistem bipolar adalah yang paling mungkin untuk meminimalkan konflik. Dalam sistem ini kedua pemimpin blok sama-sama dapat menggunakan kekuatannya untuk mencegah perang. Dalam sistem ini kalaupun terjadi perang biasanya hanya bersifat lokal diantara negara-negara pinggiran, dimana kedua pemimpin blok dapat menahan diri untuk tidak terlibat dalam konflik tersebut. Kedua "boss" kekuatan itu masing-masing tidak akan mungkin berinisiatif untuk memulai perang atau terlibat dalam perang lokal. Sebab setiap inisiatif yang dimulai setiap kekuatan itu akan menimbulkan resiko perang besar, dimana kedua belah pihak akan sama-sama hancur. Sistem bipolar Timur-Barat semasa Perang Dingin terbukti dapat mencegah teruJangnya perang besar sebagaimana Perang Dunia I dan II.

Karl Deutsch dan David Singer (1964) di lain pihak mengatakan bahwa sistem yang bersifat multipolar lebih memungkinkan untuk menciptakan perdamaian daripada sistem bipolar. Menucut kedua pakar itu, dalam sistem balance of power yang bersifat multipolar perhatian setiap negara tidak terpusat secara eksklusif pada satu sumber ancaman seperti dalam sistem bipolar, Konsentrasi setiap kutub kekuatan tidak tertuju pada satu kutub lainnya, tetapi juga kepada beberapa kutub yang lain. Sebab itu setiap inisiatif tindakan yang mengarah pada ofensif akan diperhitungkan matang-matang akibatnya oleh setiap kutub kekuatan.

Menurut Robert Gilpin (t985), satu-satunya sistem yang paling rasional untuk menciptakan perdamaian dunia adalah sistem stabilitas hegemonis. Dalam sistem ini di dunia hanya terdapat satu kekuatan dominan yang memegang hegemoni baik dalam daJam bidang politik, militer, maupun ekonomi. Setiap negara anggota sistem harus berpegang pada norma-norma yang sama dan memberikan kepercayaan penuh terhadap pemegang hegemoni tersebut. Sistem ini secara formal hampir mirip dengan sistem unipolar, dimana saat ini AS memegang peranan sebagai negara hegemon. Sedangkan Richard Rosecrance (1966) mengajukan sistem baru sebagai sistem yang menurutnya paling baik untuk menciptakan perdamaian, yakni sistem bi-multipolar. Yang dimaksud sistem ini adalah bahwa daJam aktivitas nuklir sistem sebaiknya bersifat bipolar, sedangkan dalam level ekonomi-politik bersifat multipolar. MisaJnya

12

Page 13: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

dalam aktivitas nuklir cukup dikuasai oleh AS dan Cina saja, sementara dalam bidang ekonomi bisa terdiri dari banyak kekuatan yang tersebar di seluruh dunia, misalnya Jepang, Eropa Bersatu, AS, Cina, dan sebagainya.

SAP IV SISTEM INTERNASIONAL (II)

Definisi Sistem Internasional Yang dimaksud dalam bahasan sebelumnya cenderung sama dengan pengertian Sistem Internasional dalam bahasan ini. Dimana definisinya adalah sistem sosial yang terdiri dari seperangkat obyek, serta hubungan-hubungan antara obyek-obyek berikut implikasinya; yang mengandung pola-pola aksi dan interaksi antara kolektivitas dan individu terhadap kepentingan mereka; serta memiliki syarat-syarat struktural dan fungsional (George Modelski). Dalam Studi Hubungan Internasional, sistem internasional sangat penting artinya guna memberi pemahaman tentang dinamika konstelasi hubungan internasional yang terjadi baik kejadian masa lalu, masa kini, maupun masa mendatang.

Di dalam literatur Ilmu Hubungan Internasional, pembahasan periodesasi sistem internasional telah diterangkan secara komprehensif oleh Frederick S. Pearson dan J. Martin Rochester dalam bukunya yang berjudul International Relations: The Global Conditions in The Twentieth Century (NY, 1988). Menurutnya, hubungan internasional sekarang berakar dari perjanjian perdamaian Wesphalia tahun 1648 ketika negara-kota pada zaman itu mulai berkembang menjadi kesatuan politik yang disebut sebagai negara-bangsa (nation state). Pada umumnya negara-bangsa baru ini telah mempunyai pemerintahan pusat, memiliki kedaulatan dan wilayah tertentu serta jumlah penduduk tertentu pula.

Lebih jauh lagi kedua penulis itu menjelaskan bahwa sejak perjanjian Wesphalia, sejarah hubungan internasional terbagi dalam empat sistem, yaitu :

1. sistem internasional masa klasik (1648 – 1789),2. sistem internasional masa transisi (1789 – 1945),3. sistem internasional pasca-Perang Dunia II (1945 – 1973), 4. sistem internasional kontemporer (1973 – sekarang).

Menurutnya dari setiap sistem, penstudi Hubungan Internasional dapat mengidentifikasi adanya perubahan maupun kesinambungan yang dapat dilihat dari sifat pelaku, pembagian kekuasaan, tingkat polarisasi, tujuan-tujuan para pelaku, cara-cara para aktor dalam mencapai tujuan mereka, dan tingkat ketergantungan.

Bertalian dengan hal itu, dalam bab ini dipaparkan karakteristik keempat periode sistem internasional tersebut dan akan dijelaskan pula konstelasi hubungan internasional pasca-Perang Dingin, yaitu mengidentifikasi perubahan konstelasi hubungan internasional sejak runtuhnya tembok Berlin dan membuminya komunisme di Uni Soviet.

A. PERIODESASI SISTEM INTERNASIONAL (1648 – 1988)

Pada era sistem Internasional Masa Klasik (1648-1799) ditandai oleh beberapa hal seperti berikut:

13

Page 14: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

1) raja mendominasi negara,2) pembagian kekuasaan dan kekayaan cukup merata di antara beberapa negara

Eropa yang diperintah oleh raja yang memahami ‘aturan main’ antara lain Inggris, Perancis, Australia, Swedia, Spanyol, Turki, Prusia dan Rusia,

3) mereka pada umumnya merasa memiliki persamaan nilai, 4) adanya fleksibilitas kesatuan serta aliansi cukup tinggi,5) tujuan masing-masing negara masih sangat terbatas,6) cara yang dipakai masih terbatas,7) ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya relatif rendah.

Kemudian pada era sistem internasional masa transisi yang terjadi pada tahun 1789-1945 ditandai oleh :

1) karena adanya revolusi Perancis yang merembet ke negara lain maka kekuasaan raja bergeser disertai dengan bertambahnya negara bangsa yang membawa sifat nasionalisme serta kian membekaknya jumlah penduduk;

2) penyebaran kekuasaan tidak merata karena seringkali kekuatan ekonomi ditukar untuk kepentingan militer, dimana kekuatan dunia terbagi rata pada beberapa negara: Amerika Serikat, Rusia, Jepang mengganti Inggris Raya;

3) mulai terjadi kesenjangan antara negara kaya dan miskin karena terjadinya revolusi industri;

4) terbentuknya polarisasi karena ideologi; 5) tujuan para negara imperialis di dapat tanpa konflik besar selama ada cukup

wilayah kolonial hingga 1914 dan pada Perang Dunia I, negara mulai memakai cara militer;

6) untuk mencapai tujuan melalui perang total dan senjata yang mematikan;7) mulai muncul rasa saling bergantung antara negara miskin dan negara kaya,

terutama pada masa antara 1919-1939 adalah masa ketergantungan ekonomi yang amat hebat sehingga terjadi depressi ekonomi dunia.

Bersamaan dengan periode itu, mulai berdiri organisasi internasional baik organisasi pemerintah maupun non-pemerintah.

Selanjutnya pada masa sistem internasional Perang Dunia II yang terjadi antara tahun 1945-1973 dan populer disebut sebagai sistem bipolar karena sistem/ dunia internasional dikuasai oleh Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan persenjataan nuklir dan ekonomi kapitalis serta Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet dengan persenjataan nuklir serta ekonomi marxis/komunis ditandai oleh :

1) negara kuat yang menjadi pemimpin salah satu blok dan jumlah pelaku (negara) bertambah karena banyak negara baru merdeka;

2) kekuasaan dipegang oleh negara pemimpin blok tetapi bipolaritas ini kemudian menurun dengan terbentuknya gerakan non blok yang anggotanya dari Dunia Ketiga, yaitu pada tahun 1950-60an tumbuh fragmentasi dari ke dua struktur kekuasaan dan aliansi pada pasca perang dan pada tahun 1970-an kekuatan/kekuasaan lebih terbagi dan masing-masing aliansi kurang bersatu;

3) kekayaan lebih banyak terpusat pada negara kapitalis;4) walaupun jelas adanya polarisasi, keretakan mulai timbul di dalam tubuh

masing-masing blok tersebut, misalnya pada Blok Barat yaitu Krisis Terusan Suez; pada Blok Timur ada revolusi Hungaria 1956 sehingga timbul koeksistensi damai 1970-an;

14

Page 15: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

5) tujuan pelaku menginginkan sebanyak mungkin pengikut blok masing-masing;6) cara diplomasi dan propaganda banyak dilakukan walaupun perang masih

terjadi tetapi bukan perang total; 7) ketergantungan antara negara kaya dan miskin lebih terlihat nyata.

Terakhir adalah era sistem nternasional kontemporer yang dimulai tahun 1973 hingga akhir dekade 80-an, sistem internasional ini ditandai oleh :

1) sifat pelaku pemimpin blok sudah tidak terlalu mendominasi karena negara tidak hanya diukur kekuatan militernya saja tetapi juga ekonominya dan sistem internasional menjadi desentralised;

2) berkurangnya aliansi dan blok, terutama sejak embargo minyak tahun 1973;3) distribusi kekayaan belum merata dengan pola yang lebih rumit karena

kebanyakan masih tersimpan di negara maju; 4) polarisasi menjadi kurang jelas; boleh jadi pada satu bidang menjadi teman

dan di bidang lain menjadi lawan;5) tujuan para pelaku tidak hanya militer tetapi bergeser pada memajukan

ekonomi, kesejahteraan penduduk dan lain-lain;6) cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tidak lagi dengan penggunaan

senjata, dan pada dekade ini ditandai juga dengan majunya bidang komunikasi dan informasi;

7) embargo minyak menandai bahwa dunia itu saling bergantung, dan tidak sedikit negara merdeka yang punya ketergantungan besar satu sama lain; nasionalisme bergeser menjadi transnasionalisme, regionalisme cenderung menjadi globalisme, mulai serius menerapkan prinsip hidup berdampingan secara damai.

B. KONSTELASI HUBUNGAN INTERNASIONAL DALAM POLITIK INTERNASIONAL PASCA PERANG DINGIN

Berakhirnya Perang Dingin yang ditandai dengan runtuhnya riwayat Uni Soviet sebagai negara adikuasa telah membawa perubahan-perubahan mendasar bagi konstelasi hubungan internasional. Paling tidak ada dua kekuatan besar yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan tersebut yaitu: faktor tuntutan perkembangan dunia dibidang ekonomi dan teknologi yang pesat; dan perubahan ekonomi-politik yang mendasar di Eropa Timur dan Uni Soviet.

B.1 Faktor Tuntutan Perkembangan di Bidang Ekonomi dan Teknologi yang Pesat.

Dalam era Perang Dingin telah muncul kekuatan-kekuatan baru di bidang ekonomi di mandala Eropa, Asia dan Pasifik. Munculnya kekuatan-kekuatan ekonomi baru; prospek Eropa menjadi kesatuan politik, ekonomi dan moneter serta realisasi abad pasifik yang semakin menyakinkan mengingat konsentrasi penuh pada pertumbuhan dan pekembangan ekonomi dan teknologi yang mereka lakukan pada masa terjaminnya keamanan internasional oleh balance of power antara dua super power yang terpelihara dengan naik selama berlangsungnya Perang Dingin.

Setelah Perang Dingin berakhir, maka perkembangan dunia yang pesat tersebut memberi kekuatan bagi terjadinya perubahan-perubahan antara lain: perubahan dari masalah politik ke masalah ekonomi, konflik global berkurang dan

15

Page 16: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

konflik regional meningkat; munculnya blok batu yaitu blok Utara-Selatan menggantikan blok Timu-Barat; era konfrontasi berubah menjadi era kerjasama/dialog dengan memisahkan unsur ideologi dalam hubungan internasional.

Pada masa Perang Dingin, konsentrasi hubungan internasional terletak pada segi keamanan. Tuntutan perkembangan yang pesat mampu membelokkan arah konsentrasi AS dan US dari militer/politik ke ekonomi, bahkan mampu mel;ahirkan ide Glasnost dan Perestroika ala Gorbachev sebagai upaya mengatasi krisis ekonomi negerinya. Yang pada perkembangannya justru sebagai pemicu bagi meledaknya revolusi sosial di negara Eropa Timur dan Uni Soviet sendiri dan akhirnya menyebabkan terjadinya krisis/runtuhnya ideologi komunis dan mengakhiri riwayat Uni Soviet sebagai super power. Untuk mengejar ketinggalannya dan agar ikut ambil bagian secara berarti dalamperkembangan dunia serta mencegah semakin berkurang pengaruhnya, maka tiada jalan lain kecuali mengurangi beban militer dan memulihkan kemampuan nasionalnya. Bahkan ada kecenderungan untuk “melemparkan” surplus peralatan perangnya ke negara lain, khusunya negara Dunia Ketiga.

Berkurangnya pengaruh dan peranan adikuasa dalam menjamin keamanan regional/lokal, sebagai akibat beralihnya konsentrasi mereka ke ekonomi dan adanya kecenderungan penjualan senjata sebagai upaya dalam mengatasi beban anggaran militer serta lainnya para ahli persenjataan (terutama dari US) ke negara Dunia Ketiga (Timur Tengah dan Asia Selatan), maka akan memungkinkan terjadinya perlombaan/adu kekuatan persenjataan di tingkat regional meningkat. Kondisi ini menandakan bahwa walaupun masalah ekonomi merupakan masalah utama dalam hubungan internasional, namun masalah politik tetap ada. Dalam rangka memenuhi kepentingannya akibat tuntutan perkembangan dunia, negara-negara industri/maju akan lebih condong bergabung atau bekerjasama dengan/diantara sesama negara maju (Blok Utara). Ini berart WTO, Bank Dunia, IMF, Kelompok G-7 yang merupakan sistem dan sumber ekonomi internasional yang dalam masa Perang Dingin lebih banyak memberikan bantuan pembangunan pada negara Dunia Ketiga (Blok Selatan), kini bantuannya condong ke Blok Utara.

Kondisi ini akan mengakibatkan kesenjangan ekonomi antara Blok Utara dan Selatan dan dapat mengarah pada munculnya kembali dominasi yang kuat atas yang lemah. Masalah-masalah ekonomi akan masalah utama yang akan menjadi dorongan utama bagi kegiatan bangsa-bangsa dalam hubungan internasional, namun sekaligus sebagai sebab utama pula yang kan menimbulkan konflik internasional. Hubungan internasional di bidang ekonomi memerlukan situasi dunia yang tenang, dan agara dapat memasuki perkembangan dunia serta dapat ikut berperan di dunia internasional, maka harus memlihara dan menciptakan ikatan-ikatan persekutuan dan hubungan-hubungan persahabatan. Yang berarti memerlukan dikembangkannya kerjasama melalui cara dialog, kompromi dan diplomasi.

B.2 Perubahan Ekonomi Politik di Eropa Timur dan Uni Soviet.Krisis ekonomi yang melanda Uni Soviet disebabkan biaya perlombaan/adu

keunggulan persenjataan yang besar dan sistem komunis yang sentralistis yang

16

Page 17: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

diterapkan telah melumpuhkan/mematikan inisiatif, kreativitas dan semangat kerja rakyat. Dalam perkembangannya, adanya tekanan-tekanan dinamika internal (kekuasaan yang sentralistis) dan eksternal (tuntutan perkembangan dunia) menimbulkan disfungsi pada berbagai substruktur dari sistem sosial. Disfungsi ini terlihat dari mandeknya ekonomi dan teknologi di negara tersebut. Munculnya Gorbachev dengan ide Glasnost dan Perestroika dimaksudkan untuk mengatasi krisis ekonomi yang melanda negerinya dan dalam upaya mengejar ketinggalannya dari Dunia Barat. Namun gagasan Gorbachev tidak saja masih jauh darai berhasil untuk memperbaiki kedaan ekonomi, bahkan telah merosotkannya dan justru telah membangkitkan semangat nasionalisme pada kakuatan-kekuatan nasional militan yang ingin melepaskan diri dari Moskow.

Ide Gorbachev mencipta krisis kredibilitas ideologi di negara-negara Eropa Timur dan di US sendiri, dan sebagai akibat yang paling tragis adalah terjadinya disintegrasi dan munculnya kemerdekaan negara-negara di Eropa Timur dan US sekaligus menandai musnahnya negara US di dunia ini. Masalah disintegrasi yang mencuat kepermukaan dan adanya usaha reintegrasi di Eropa Timur dan US ke dalam Persemakmuran Negara-negara Merdeka (PNM) merupakan masalah pokok yang memberi kekuatan terjadinya perubahan-perubahan, yaitu dunia yang aman menjadi instabilitas; dan sistem internasional dari bipolar berubah manjadi monopolar. Balance of Power yang terpelihara dengan baik selama Perang Dingin telah menjamin adanya keamanan internasional. Dengan ide Glasnost dan Perestroika yang bermakna di akhirinya Perang Dingin menciptakan disintegrasi di negara-negara Eropa Timur dan Uni Soviet yang persenjataan nuklirnya tersebar di negara-negara tersebut. Berarti terpecahnya pula pemegang kontrol atau komando persenjataan nuklir. Hal ini sangat berbahaya dan dapat saja menciptakan perang nuklir itu sendiri. Kondisi ini diperburuk dengan adanya kecemderungan penjualan persenjataan dan lainnya/keluarnya para ahli nuklir dari Eropa Timur dan US ke negara-negara Dunia Ketiga.

Runtuhnya kekuatan salah satu blok sebagai tandingan Blok Barat dalam Perang Dingin menjadi pola hubungan internasional dalam dimensi politik bersifat monopolar. Karena situasi dunia yang dalam ketidakpastian, maka untuk sementara waktu AS mendominasi power (politik) dunia dan menjadi single power. Namun dibidang kekuatan ekonomi, hubungan internasional bersifat multipolar yang didominasi Eropa, Jepang, Amerika Serikat, dan Canada.

Dengan m,elihat asumsi-asumsi tersebut di atas, nampaknya perkembangan hubungan internasional dewasa ini akan diwarnai oleh adanya perubahan-perubahan pada pola atau konstelasi hubungan internasional tersebut. Situasi atau sistem internasional, terutama pada dimensi keamanan dan ekonomi internasional emngahadapi banyak ketidakpastian, yang diantaranya disebabkan oleh hal berikut. Pertama, adanya usaha negara-negara keluar dari paradigma-paradigma Perang Dingin yang mengatur hubungan-hubungan internasional dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan perkembangan dunia yang pesat dalam era Pasca Perang Dingin, dimungkinkan justru dapat menimbukan instabilitas dunia. Kedua, ketidak menentuan

17

Page 18: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

perkembangan penyelesaian perubahan-perubahan mendasar yang terjadi di US dan Eropa Timur yang disebabkan oleh Glasnots dan Perstroikanya Gorbachev, dapat mengarah dan memperluas ketidakstabilan dunia. Dalam situasi yang ketidakpastian ini akan mempengaruhi pola/konstenlasi hubungan internasional, yaitu: masalah ekonomi menjadi isu pokok dan menempati level tertinggi dalam era global, tapi dengan tetap menempati masalah politik sebagai masalah yang urgen; monopolar di bidang politik dan multipolar di bidang ekonomi; pola hubuangan yang bersifat interdependensi.

Dalam situasi semua negara bergiat membangun dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi, motivasi ekonomi akan merupakan dorongan utama bagia kegiatan-kegiatan bangsa-bangsa. Namun tidak berarti masalah-maslah politik/keamanan sudah tidak ada atau tidak penting lagi. Adanya masalah disintegrasi dan upaya destabilisasi yang terselesaikan di negara-negara Eropa Timur dan US serta didukung oleh kecenderungan meningkatkan kekuatan persenjataan negara-negara Dunia Ketiga akibat penjualan dan larinya para ahli nuklir akan memicu meledaknya perang nuklir itu sendiri. Kondisi ini menjadi masalah politik atau keamanan yang merupakan masalah yang urgen dalam hubungan internasional. Menurunnya pengaruh dan peranan adikuasa dan munculnya kekuatan-kekuatan ekonomi baru, yaitu: Jepang, Eropa Barat, Amerika Serikat, dan Canada sebagai polar-polar menjadikan hubungan internasional bersifat multipolar. Namun dalam situasi dunia yang penuh ketidakmenentuan ini, untuk sementara waktu power politik dunia masih didominasi olah Amerika Serikat sebagai single power. Kondisi ini menjadikan hubungan internasional pada dimensi politik bersifat monopolar, dan kondisi ini menjadikan hubungan internasional pada dimensi politik bersifat monopolar, dan dalam situasi seperti ini ada kecenderungan AS menjadi polisi dunia.

Pasca Perang Dingin, interdependensi antar negara meningkat. Hal ini disebabkan kemajuan IPTEK, seperti teknologi komputer, komunikasi dan transportasi yang telah mendatangkan era informasi dan menjadikan dunia semakin kecil, telah mendorong saling keterkaitan dan ketergantungan antara negara. Kepentingan nasional menjadi kepentingan bersama, kepentingan kerja sama untuk mengatasi ancaan-ancaman bersama yang bersifat transnasional. Kondisi ini membawa era regionalisasi atau kawanisasi, yang berarti terjadinya erosi kedaulatan dan kekuasaan nasional. Ini menunjukkan semakin berpengaruhnya faktor-faktor eksternal dan perumusan kebijakan nasional, dan sebagai akibatnya, keharusan adanya keterbukaan dalam sistem pemerintahan.

Melihat pada kenyataan-kenyataan tersebut maka syarat yang diperlukan bagi negara untuk dapat ikut serta berperan secara berarti dalam ikut mengendalikan pekembangan dunia yang akan datang, adalah di samping mengikuti dan menyesuaikan diri pada pola hubungan internasional tersebut di atas, juga harus dapat menggunakan kesempatan dalam situasi dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini dengan percaya diri, kreatif serta tahu apa yang dikehendaki, memelihara dan membentuk ikatan-ikatan hubungan serta menggalang kerja sama antar-negara dalam hubungan regional dan antar-regional. Dengan kata lain, hubungan internasional

18

Page 19: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

dewasa ini bersifat non zero sum game atau era musyawarah, kompromi, dan kerja sama.

SAP VPOLITIK LUAR NEGERI DAN DIPLOMASI

DALAM POLITIK INTERNASIONAL

A. POREIGN POLICY (Politik Luar Negeri)Politik luar negeri adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh

para pembuat kebijakan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya yang dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional, terutama yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Ia dilaksanakan oleh suatu negara sebagai inisiatif maupun sebagai reaksi terhadap inisiatif tindakan negara lain.

Politik Luar NegeriSalah satu bidang spesialisasi utama dari studi Hubungan Internasional yang

juga cukup penting adalah Politik Luar Negeri. Begitu pentingnya studi mengenai Politik Luar Negeri, sehingga ada pakar di AS yang mengusulkan agar bidang studi itu dikelola dalam department tersendiri seperti bidang-bidang studi lainnya. Agaknya tidak ada satupun perguruan tinggi yang membuka program studi Hubungan Internasional tetapi tidak memberikan course Politik Luar Negeri secara tersendiri.

Politik luar negeri adalah suatu pola kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan untuk beradaptasi dengan lingkungan internasional. Lingkungan internasional itu bisa berupa negara lain, situasi internasional, maupun badan-badan internasional. Seperti dikatakan Modelski, Politik Luar Negeri merupakan sistem aktivitas suatu negara untuk mengubah perilaku negara lain, dan untuk mengatur aktivitas negara itu sendiri dalam lingkungan internasional. Jadi, berbeda dengan Politik Internasional, fokus perhatian Politik Luar Negeri hanya satu negara saja, yakni tindakannya, sikapnya, dan kebijaksanaannya terhadap lingkungan internasional.

Yang dipelajari Politik Luar Negeri terutama adalah faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi formulasi tindakan, sikap, atau kebijaksanaan suatu negara terhadap lingkungan internasional tersebut. Kajian Politik Luar Negeri sangat luas dan kompleks, karena disamping mempelajari pengertian-pengertian, faktor-faktor atau determinants, ruang lingkup, tujuan, juga jenis-jenis orientasi, strategi, instrumen, dan sebagainya. Sehingga dalam buku Pengantar Hubungan Internasional tidak mungkin dibahas secara detail. Pada semester akhir studi Hubungan Internasional, Politik Luar Negeri akan dibahas lebih lengkap dalam kuliah tersendiri. Ragam keputusan mengenai politik luar negeri dapat digolongkan :1. Sifat Keputusan (rutin, penting, dan kritis)2. Isu Keputusan (militer, politik, ekonomi, lingkungan, teknik, budaya,

humaniter, dll.)3. Kriteria Geografis (hubungan Timur – Bara, Utara – Selatan, dll.)Faktor yang mempengaruhi pembentukan politik luar negeri meliputi :

19

Page 20: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

1. Faktor Ideosinkretik2. Faktor Peranan3. Faktor Birokratis4. Faktor Nasional (Lingkungan, Penduduk, Politik, Ekonomi, sosial, karakter

nasional)5. Faktor Sistem InternasionalOrganisasi Pelaksana Politik Luar Negeri antara lain:

1. Pimpinan Tertinggi Eksekutif2. Para Pejabat Tinggi (Menteri, Dirjen, dll.)3. Lembaga-lembaga Negara, dll. Instrumen Interaksi Politik Luar Negeri bisa berupa :1. Kooperasi (kerja sama)2. Akomodasi (penyesuaian)3. Oposisi (penentangan)

B. DIPLOMACY (Diplomasi)Diplomasi adalah seni, cara atau teknik yang digunakan dalam melakukan

perundingan dengan wakil-wakil negara lain untuk memperjuangkan suatu kebijakan, mengamankan atau melindungi suatu kepentingan. Ia merupakan salah satu instrumen politik luar negeri sehingga tidak dapat dipisahkan dari politik luar negeri. Diplomasi

Hakekat diplomasi adalah kegiatan komunikasi diantara para diplomat yang mewakili negaranya masing-masing dan dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional negaranya masing-masing. Sasaran dari diplomasi adalah untuk mencapai suatu kesepakatan dalam rangka mengatasi perbedaan pendapat antara dua negara atau lebih. Kesepakatan yang ingin dicapai itu bisa berupa kerjasama ekonomi, alih teknologi, masalah klaim teritorial, penyelesaian sengketa, perebutan jabatan kepemimpinan dalam badan-badan dunia, dan sebagainya.

Studi mengenai diplomasi sudah lama dilakukan orang. Tetapi sebagai sebuah bidang spesialisasi atau disiplin, subyek ini baru lahir bersamaan dengan penerbitan secara sistematis. koleksi-koleksi mengenai perjanjian dan korespondensi diplomatik. Pelopornya adalah Leibnitz melalui karyanya yang berjudul Codex Juris Gentium Diplomaticus.

Sebagai bidang spesialisasi Hubungan Internasional, kajian diplomasi cenderung untuk menitikberatkan pada soal-soal formalitas, strategi dan taktik dari para negarawan dan para diplomat. Studi mengenai sejarah diplomasi maupun diplomasi kontemporer itu sendiri, diperlukan tidak saja oleh para pakar untuk menganalisis hubungan internasional, namun juga berguna bagi para negarawan dan diplomat dalam dunia praktek diplomasinya.Bentuk-bentuk Diplomasi antara lain:

Old Diplomacy (diplomasi tertutup) Diplomasi Terbuka Diplomasi Pertemuan Puncak Dipolomasi Multilateral Multi-track Diplomacy Diplomasi Kekerasan (coercive diplomacy) Preventive Diplomacy Diplomasi Perjuangan

20

Page 21: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

Fungsi Diplomasi Negosiasi/Perundingan Observasi Perlindungan

DIPLOMASI DAN POLITIK LUAR NEGERI

Dalam studi ilmu Hubungan Internasional, interaksi politik luar negeri yang dijalankan oleh suatu negara dengan negara lain atau dengan beberapa negara disebut sebagai politik internasional.

polugri

polugri

POLITIK INTERNASIONAL

UNSUR-UNSUR NEGARA:1. Wilayah2. Penduduk3. pemerintahan4. legitimasi internasional

DiplomasiAlat untuk mencapai tujuan PLN PerangDiantara diplomasi dan perang terdapat koersif diplomasiPLN Kebijakan makro negara yang dirumuskan dlm bentuk strategi dan diimplementasikan dlm kebijakan mikro dlm bentuk diplomasi yang taktis dan spesifik.

Sifat Pol. Internasional: Kerjasama Kompetisi KonflikDiplomasi mengatur (manage) kompetisi dan konflikm menjadi kerjasama.

Perbedaan Polugri dengan Pol. Dlm Negeri: Pol. Dlm Negeri, semua kebijakan dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah Polugri, kebijkan dan kondisi internasional tdk dapat dikontrol sepenuhnya

oleh pemerintah.

DEFINISI DIPLOMASI:1. “Management of relations between states and other actors”

21

NEGARA A NEGARA B

NEGARA C NEGARA D

Page 22: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

2. Seni berkomunikasi antar negara untuk mencapai tujuan polugri3. Komunikasi yang dilakukan atas nama negara sebagai perwujudan

pelaksanaan polugri negaranya4. Pembicaraan antar negara melalui perundingan (negosiasi)5. kegiatan pelaksanaan polugri dengan cara-cara damai untuk mencapai tujuan

demi kepentingan nasional suatu negara.RUANG LINGKUP / ELEMEN DIPLOMASI:

1. Negosiasi adalah pembicaraan langsung antar dua negara / lebih dlm suatu forum baik dengan mediator, fasilitator maupun tidak. Atau kegiatan tawar menawar dalam diplomasi guna mencapai tujuan dan kepentingan bersama.

2. Signal/sinyal/pesan/tanda. Diplomasi berisi pesan yang disampaikan dengan perkataan/perbuatan.

3. Propaganda public, disampaikan oleh figure politisi guna membangun image (image building)

4. Refresentasi/perwakilan, diplomasi dilakukan dengan mengatasnamakan negara

5. Implementasi dan tujuan polugri, diplomasi mrpkn alat untuk mencapai tujuan polugri.

FUNGSI DIPLOMASI:o Observe & Report (meneliti & melaporkan)o Negosiasio Perwakilano Intervensio Propagandao Memperbaiki & mempertahankan hubungano Persuasi/membujuko Pencapaian ketertiban dan perubahan situasi internasional.o Promosio Protecting

DIPLOMASI YANG EFEKTIF: Realistis (memahami kekuatan sendiri dan pihak lawan) Tidak dogmatis (tidak “saklek” namun fleksibel) Memahami Pihak lawan (memahami hal-hal yang sensitive) Mencari kepentingan bersama Kompromi pada maslah yang tidak vital Sabar Tidak memojokan

POLITIK LUAR NEGERI Dalam aspek pasifnya : merupakan refleksi atau pencerminan kondisi dlm

negeri. Dalam aspek aktifnya : merupakan kelanjutan dari politik dalam negeri.

(Yusuf Badri)

POLUGRI # DIPLOMASI (strategi # taktik)

22

Page 23: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

o Polugri bersifat makro dan strategis, sedangkan diplomasi adalah bagian dari polugri. Dengan demikian diplomasi bersifat mikro dan taktis.

o Polugri adalah strateginya dan diplomasi adalah taktiknya yang merupakan implementasi spesifik dari polugri.

POLUGRI “Bebas dan Aktif” Bukan Politik Netral Bebas dalam arti tidak mengikatkan diri pada salah satu blok dunia & ikatan-

ikatan yang bersifat militer. Aktif dalam arti ikut berperan dalam memperjuangkan hapusnya kolonialisme

dan imperialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. Polugri tidak bersifat isolasionis, juga cenderung tidak ekspansionis.

Paradigma dalam Politik Internasional:1. Realis (struggle for power) tidak ada salah atau benar2. Idealis (cooperation on world politics) might doesn’t make right (kebesaran

tdk harus melanggar hak)3. Strukturalis / Behavioralis (sesuatu bisa berulang dan berubah)4. Ekonomi ( kapitalisme, liberalisme, free fight competition & sosialisme,

kontrol negara dominan.

Tingkat Analisa a. Individu, b. Kelompok/organisai inter, c. Negara, d. Sistem internasional

Polugri negara maju bersifat offensif, sedangkan polugri NSB bersifat defensif yaitu bagaimana bisa bertahandari serangan lawan.

Tingkatan diplomasi:1. Diplomasi tingkat tinggi, dilakukan / dihadiri oleh presiden, wapres atau raja-

raja. Hasilnya dalam bentuk Agreement (perjanjian)2. Diplomasi tingkat rendah, dilakukan / dihadiri oleh utusan negara baik menteri

atau diplomat lainnya. Hasilnya dalam bentuk Deklarasi, MoU dll.

Jumlah pelaku diplomasi; 1. Bilateral, 2. Multilateral

Area of analysis polugri:1. The influences of foreign policy2. The implementation of foreign policy (subversi termasuk implementasi PLN)3. The decision making process

Bentuk-bentuk perjanjian: Treaty, deklarasi, MoU, merupakan persetujuan/perjanjian yang tidak

mengikat dan tanpa sangsi bagi pelanggarnya. Diplomasi yang dilakukan sebatas tingkat Menteri/Diplomat (KTM) atau diplomasi Tingkat Tinggi yang tidak formal krn diadakan di luar ibu kota negara dengan atribut/pakaian yang informal.

Agreement, merupakan perjanjian / persetujuan / kesepakatan yang mengikat dan dengan sangsi bagi yang melanggar. Diplomasi yang dilakukan oleh para kepala negara (KTT) dan dilakukan bertempat di ibu kota negara dengan atribut/pakaian resmi dan formal.

Perkembangan diplomasi:

23

Page 24: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

o Abad 15 - Diplomasi Yunani- Diplomasi Romawi (keduanya saling menghancurkan)- Diplomasi Itali (Renaisance) saling menjaga untuk “balance of

power” pada masa ini telah berfungsi tugas-tugas Ambasador (system protocol, hak istimewa/previlage, kekebalan diplomatic/imunities, bebas dalam akses/freedom of access, perpanjangan dari negara asal/extra territorial.)

o Abad 17 - Diplomasi di Eropa berlandaskan pada kepentingan nasional “national Interes” bukan kepentingan individu, agama tertentu atau ras. Motivasi lain adalah untuk keamanan dan perdamaian.

o PD I - Menurut W. Wilson PD I terjadi krn kegagalan diplomatic negara-negara eropa yang cenderung isolasionis (Boundary/batasan negara baik secara geografis maupun cultural. Non intervension, sovereighnity/kedaulatan)

o PD II - Terjadinya perang ini pun krn kegagalan diplomatic dari mulai perundingan Yalta sampai Atlantic Carter. Fungsi diplomatic sudah mulai modern (pembuatan kantor, pengiriman utusan resmi, penempatan dubes, diplomat konsuler dan atase.)

Polugri NSB yang dilematis:1. Antara bantuan dan kemerdekaan (aid & independent)2. Antara tujuan polugri yang hendak dicapai dan sumber daya manusia yang

dimiliki (objectives & resources)3. Antara keamanan / stabilitas dan pembangunan (security & development)

PLN merupakan hasil dari interaksi bargaining politik domestik, PLN selalu dibuat secara rasional (cost & benefit)National Interest: 1. Integrity, 2…..

Dalam teori policy (kebijakan) ; 1. Intended (yang ingin dicapai), 2. An intended (suatu resiko yang tdk terduga)Kesulitan NSB dlm diplomasi :

1. PLN yang defensif & PLN yang dilematis2. Lemah dalam bargaining position dengan neg maju3. SDM yang terbatas

Syarat2 keberhasilan diplomasi:1. Kesesuaian tujuan antara PLN dg Diplomasi2. mengetahui kelemahan & kelebihan lawan3. mngetahui cara diplomasi yang cocok dengan keadaan4. penguasaan bahasa5. adanya dukungan rakyat

Kegagalan diplomasi:1. PLN yang tidak punya tujuan2. tidak memanfaatkan jalur2 diplomasi3. tidak menggunakan teknik2 bernegosiasi

24

Page 25: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

4. instabilitas politik dalam negeri

PLN negara maju (ofensif):1. mencari wilayah untuk ditundukan2. menyebarkan ideology3. menguasai sumber2 alam neg berkembang4. dominasi ekonomi, politik dan militer

PLN negara berkembang (defensif):1. memoertahankan diri dr tekanan2 neg maju2. mengikuti kebijakan LN neg maju3. menghadapi dilema2

Diplomasi di era globalisasi:1. pemanfaatan teknologi2. dihadapkan pada isu2 global

Approach dalam PLN:1. Great Power App, persaingan neg2 besar2. Psychological App, psikologi elit pol / presden3. Redactionist App, NSB ikut pola2 neg maju

Fungsi propaganda: ketaatan, deterrence, symbol inter.Coercive diplomacy berfungsi:

1. bargaining2. defense 3. deterrence4. security

Herbert Kelman; dalam negosiasi harus ada hal2 sbb:1. keseimbangan bargaining position2. pragmatisme, realistis3. momentumnya harus tepat Timing4. jaminan keamanan bagi pihak2 yang berunding5. jaminan akan adanya masa depan yg lbh baik6. tempat perundingan harus netral7. adanya negosiator8. mendapat dukungan dari rakyat.

Salah satu penyebab kegagalan diplomasi adanya penggunaan kata2 yang bias (multimakna)

25

Page 26: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

SAP VIKEPENTINGAN NASIONAL DAN POWER

(KONSEP NEGARA BANGSA, POWER,DAN KEKUATAN NASIONAL)

A. PENGERTIAN KONSEPKonsep adalah penyederhanaan (simplikasi) suatu fenomena. Ia merupakan

abstraksi yang mewakili obyek. Konseptualisasi perlu dilakukan lantaran dalam setiap gejala/fenomena sosial pada umumnya dan hubungan internasional khususnya terdapat banyak fakta empiris yang kompleks dan rumit. Melalui konseptualisasi pula suatu teori dapat tersusun. Dengan kata lain, konsep pada dasarnya berfungsi sebagai “batu bata” dalam membangun suatu teori. Dan Ilmu Pengetahuan pada dasarnya merupakan kumpulan dari teori-teori.

Dalam Ilmu Hubungan Internasional terdapat banyak konsep. Dan konsep paling dasar yang mesti dipahami oleh penstudi pemula adalah konsep: nation-state (negara-bangsa) power, national power, national interest, foreign policy, dan diplomacy.

B. KONSEP NEGARA-BANGSA (NATION-STATE) Menurut Couloumbus dan Wolfe, bangsa sebagai suatu konsep berkenaan dengan identitas etnik serta kultur dari sekolompok orang terntentu, berperan untuk menyelenggarakan hubungan yang bersifat emosional yang bersumber pada identitas kultural sehingga memungkinkan terjadi hubungan emosional tersebut. Sementara makna negara adalah suatu unit politik yang dikaitkan dengan teritorial, populasin, otonomi pemerintah, memiliki kewenangan untuk mengontrol wilayah berikut penduduknya serta memberikan legitimasi atas juridiksi politik dan hukum bagi warga negaranya.

Jadi secara konvergen maka istilah negara-bangsa digunakan untuk menggambarkan adanya pembauran atau perpaduan antara batas-batas kultur dan politik dalam konteks pelaksanaan kontrol politik yang dilakukan oleh suatu otoritas sentral atas suatu wilayah berikut penduduknya. Negara bangsa sebagai konsep diterima oleh kebanyakan negara di dunia lantaran kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar negara yang ada dewasa ini merupakan nation-state (negara-bangsa).

C. KONSEP NATIONAL INTEREST (Kepentingan Nasional)Kepentingan nasional merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital

bagi negara sehingga dalam pelaksanaan politik luar negeri suatu negara kepentingan nasional senantiasa diperjuangkan, dipertahankan, bahkan jika memungkinkan diperluas. Ia merupakan keseluruhan nilai atau unsur yang dicita-citakan dan hendak ditegakkan oleh suatu bangsa.

Unsur-unsur vital tersebut paling tidak mencakup:

26

Page 27: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

1. kelangsungan hidup bangsa dan negara, 2. kemerdekaan,3. keutuhan wilayah, 4. keamanan militer,

kesejahteraan ekonomi, dll.

D. KONSEP POWERKonsep power banyak digunakan dalam bahasan politik luar negeri dan politik

internasional. Konsep ini mulai banyak dipakai analisis setelah Perang Dunia II bersamaan dengan kemunculan paradigma realis yang berkembang pesat saat itu. Ada beberapa pengertian atau definisi power yang dikemukakan pakar Ilmu Hubungan Internasional :

Kautilya (negarawan India Kuno Abad ke-4)Power adalah pemilikan kekuatan (suatu atribut) yang berasal dari tiga unsur yaitu pengetahuan, kekuatan militer, dan keberanian.

H.J. MorgenthauPower merupakan suatu hubungan antara dua aktor politik (negara), dimana negara A memiliki kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan tindakan negara B, yang bisa dilakukan secara kekerasan fisik sampai ke hubungan psikologis yang tidak kentara (halus).

K.J. HolstiPower adalah kemampuan (capability) suatu negara untuk mempengaruhi (influence) dan atau mengendalikan perilaku negara lain.Coulumbis dan WolfePower adalah mengacu pada unsur apa saja yang bisa menciptakan dan mempertahankan pengendalian aktor atau negara A terhadap aktor atau negara B. Dalam pengertian ini, power setidaknya memiliki unsur penting berupa daya paksa (force), pengaruh (influence), dan wewenang (authority).

Kesimpulannya:Power berkaitan dengan adanya hubungan antara dua negara atau lebih,

dimana suatu negara punya kemampuan (capability) untuk mengendalikan perilaku negara lain dalam hubungan internasional. Dalam hal ini power suatu negara bisa saja bersifat potensial (potential power) maupun terejawantahkan atau aktual (manifest power).

Yang dimaksud dengan potential power adalah kemampuan relatif suatu negara, yang terdiri dari kemampuan fisik (tangible elements/unsur yang nampak) maupun non fisik (intagible elements/unsur tidak tampak). Tangible elements mencakup kekuatan militer, ekonomi, sumber alam, geografi,

pupolasi, teknologi, dll. Intangible elements meliputi unsur moral dan karakter nasional, leadership,

kemampuan diplomasi, kekuatan budaya, kekuatan ideologi, kemampuan propaganda, dll.

Adapun yang dimaksud manifest power adalah kemampuan riil yang dimiliki suatu negara yang tampak ketika berhubungan dengan negara lain.

27

Page 28: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menganalisa power, yaitu meliputi:

1. Sumber Power Faktor natural/tangible (luas wilayah, lokasi, cuaca, jumlah populasi,

pendapatan, luas dan jaringan industri, sistem pendidikan, sistem transportasi, Iptek, kekuatan ekonomi dan sistem sosial, dll.

Faktor impulse organisasi/intangible (efisiensi birokrasi dan sistem pemerintahan, karakter nasional dan moral rakyat, dll)

2. Sifat Power Power bisa bersifat persuasif hingga koersif.

3. Bentuk Power Absolut, dimana power benar-benar nyata (kekuatan militer dan ekonomi) Relatif, dimana power merupakan suatu kemampuan dari kapasitas suatu

negara bila dihadapkan dengan kapasitas negara lain. Bentuk ini muncul bila suatu negara mampu merefleksikan power yang dimilikinya sedemikian rupa sehingga negara-negara lainnya, baik lawan maupun musuh akan memperhitungkan kekuatan negara tersebut.

4. Scope/Ruang Lingkup Power Semua model aktifitas pemerintah yang mengatur internal dan eksternal.

5. Pola-pola Power Militerisme, aliansi, keamanan kolektif, world government.

E. KONSEP NATIONAL POWER (Kekuatan Nasional)Kekuatan Nasional adalah kemampuan bangsa secara aktual maupun potensial

yang dijadikan dasar atau landasan bagi suatu negara dalam pelaksanaan politik luar negerinya. Ia merupakan hal yang vital yang tidak dapat dipisahkan dari sistem negara bangsa. Ada dua unsur/elemen/faktor utama kekuatan nasional, yaitu :1. Faktor natural yang berada di luar kendali manusia dan tak dapat diubah;

(letak dan luas wilayah, sumber alam, dll.) 2. Faktor dorongan organisasi dan kemampuan manusia.

(populasi, jaringan industri, transportasi, sistem pendidikan, kekuatan militer, sifat dan kekuatan sistem sosial, politik, ekonomi, kualitas diplomat/diplomasi, karakter pemimpin nasional, dan moral rakyat, efisiensi birokrasi, dll)

SAP VIIPOLITIK INTERNASIONAL ERA PERANG DINGIN

DAN PASCA PERANG DINGIN

28

Page 29: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

SAP XIIIGLOBALISASI DAN REGIONALISME

A. PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai dunia tanpa batas

(boderless). Globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu proses keterlibatan dan

ketergantungn yang intensif antara negara-negara dan masyarakat dalam berbagai kegiatan kehidupan umat manusia tanpa batas (boderless).

Makna globalisasi berbeda dengan internasionalisasi maupun multinasionalisasi:

1. Internasionalisasi diartikan sebagai aliran bahan baku, barang dan jasa maupun uang dan gagasan serta tenaga kerja dan arus modal antara dua negara atau lebih.

2. Multinasionalisasi adalah proses pemindahan dan relokasi sumberdaya ekonomi, terutama modal dan tenaga kerja dari suatu negara ke negara lain.

A.1. ASPEK-ASPEK GLOBALISASI DAPAT DIBEDAKAN DALAM TUJUH KATEGORI, YAITU:

1. Globalisasi keuangan dan pemilikan modal melalui deregulasi pasar modal, mobilitas modal internasional, dan merger serta akuisisi;

2. Globalisasi pasar dan strategi ekonomi melalui integrasi kegiatan usaha skala internasional, aliansi strategis, dan pembangunan usaha terpadu di negara lain;

3. Globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan penelitian serta pengembangan (litband, research and development);

4. Globalisasi sikap hidup dan pola konsumsi (globalisasi budaya);5. Globalisasi aturan-aturan pemerintahan;6. Globalisasi politik internasional;7. Globalisasi persepsi dan sosial-budaya internasional. (the group of lisbon,

1995)

A.2. PERSPEKTIF-PERSPEKTIF GLOBALISASI1. Memandang globalisasi sebagai suatu proses yang merongrong kekuasaan

negara; yaitu pengikisan terhadap kekuasaan institusi negara ke perusahaan-perusahaan (shifting power from states to firms // susan strange, 1997)

2. Memandang globalisasi hanya sebagai fenomena ekonomi; yaitu proses perubahan yang terjadi pada arus investasi, modal internasional dan perdagangan dunia.

3. Memandang globalisasi sebagai aspek proses perubahan dalam pola-pola hubungan sosial (the sociology of globalisation) berupa transpormasi dalam pola-pola interaksi manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari, misalnya seseorang barangkali lebih mengenal wajah saddam husen ketimbang wajah tetangganya (anthony giddens, )

29

Page 30: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

4. Memandang globalisasi hanyalah merefleksikan suatu proses pembuatan mitos.

B.PENGERTIAN REGIONALISMEMenurut I Nyoman Sudira studi regionalisme adalah ilmu yang mempelajari kawasan tertentu yang biasanya terdiri dari kumpulan negara-negara yang jarak antar Ibu Kotanya saling berdekatan dan disatukan oleh kemiripan-kemiripan seperti bahasa, agama, kebudayaan, sumber perekonomian, latarbelakang sejarah, etnis, dan arah politik. Sementara itu Josep S. Nye mendefenisikan sebagai sekompok negara yang jumlahnya terbatas yang berhubungan satu sama lain dalam batasan suatu geografis dan adanya derajat saling ketergantungan.

C. RAGAM KATEGORI MAKNA REGIONALISME1. Regionalization yaitu integrasisosial dalam suatu kawasan yang secara tidak

langsung merupakan proses interaksi sosial dan ekonomi;2. Regional Awareness and Identity yakni suatu persepsi bersama yang dimiliki

oleh komunitas khas yang didasarkan oleh faktor-faktor internal seperti kesamaan budaya, sejarah, agama, etnis, dll.

3. Region Interstate Cooperation yaitu kerjasama yang dibentuk untuk beberapa tujuan tertentu seperti upaya menghadapi tantangan eksternal serta melakukan koordinasi terhadap kondisi-kondisi regional dalam lembaga-lembaga internasional maupun dalam perundingan internasional. Tujuan kerjasama regional ini adalah dalam rangka meningkatkan stabilitas keamanan, pemahaman nilai-nilai bersama serta mengatasi masalah bersama, terutama masalah yang timbul akibat meningkatnya kesalingketergantungan dalam suatu kawasan.

4. State-promoted Regional Integration yaitu integrasi regional yang menekankan pada dimensi ekonomi yang meliputi kebijakan bersama untuk mengurangi hambatan-hambatan terhadap pergerakan barang, jasa, modal serta tenaga kerja. Contohnya AFTA, NAFTA, Uni Eropa, dll.

5. Regional Cohesion yaitu penggabungan dari empat proses di atas yang membentuk suatu kepaduan atau kohesi serta konsolidasi suatu unit regional. Ada dua pemahaman kohesi. Pertama, ketika suatu kawasan memainkan peranan penting bagi kawasan tersebut maupun terhadap kawasan lain. Kedua, ketika suatu kawasan membentuk suatu pengaturan yang didasarkan atas suatu kebijakan yang mencakup isu-isu tertentu.

30

Page 31: HAND OUT POLITIK INTERNASIONAL

Hand Out Mata KuliahPolitik Internasional

Aos Y. Firdaus

Daftar Bacaan:

Andre H. Pareira, dkk. Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan Internasional, PACIS, Bandung, 1999.

Coulumbis, T.A & J.H. Wolfe, Introduction to International Relations: Power and Justice, PHI, New Delhi, 1981

Mochtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990

R. Soeprapto, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku, Rajawali, Jkt. 1997

Suwardi Wiraaatmaja, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Pustaka Tinta, Bandung.

Tulus Warsito, Teori-Teori Politik Internasional, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1998

Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional, JUP, Jakarta, 1999

31