hambatan komunikasi
DESCRIPTION
ilmu komunikasiTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI..........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................3
1.2. Tujuan Penulisan.......................................................................4
1.3. Definisi......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Hambatan Komunikasi
2.1.1. Hambatan dalam Komunikasi.........................................9
2.1.2. Hambatan dalam Komunikasi Massa..............................6
2.1.3. Motivasi Terpendam........................................................8
2.1.4. Prasangka.........................................................................8
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
2.2.1. Faktor pada Komponen Komunikan.............................13
2.2.2. Faktor pada Komponen Komunikator...........................15
BAB III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan.............................................................................29
3.2. Saran.......................................................................................30
1
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan
tatanan kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Manusia tidak bisa
hidup sendirian. Aktivitas komunikasi dapat terlihat pada setiap aspek
kehidupan sehari-hari manusia. Oleh karena itu, komunikasi memegang
peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembentukan
masyarakat.
Komunikasi adalah proses dimana seseorang biasanya atau
komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambang-lambang
bahasa (verbal maupun non verbal) ke penerima sebagai komunikan. Dalam
proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mencapai saling pengertian
(mutual understanding) antara kedua pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi.
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi atau gagasan
yang disampaikan tidak dapat diterima atau dimengerti dengan jelas oleh
penerima pesan. Semakin besar suatu masyarakat yang berarti semakin
banyak manusia yang dicakup, cenderung akan semakin banyak masalah
yang timbul, akibat perbedaan-perbedaan di antara manusia yang banyak itu
dalam pikirannya, perasaannya, kebutuhannya, keinginannya, sifatnya,
tabiatnya, pandangan hidupnya, kepercayaannya, aspirasinya, dll.
Atas dasar uraian diatas, penulis akan membahas hambatan dalam
komunikasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan
mengangkat judul “Hambatan Komunikasi”.
3
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam komunikasi.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi.
1.3. Definisi
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Jika kita melihat
hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, gangguan komunikasi bisa terjadi
pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut Badudu-Zain hambatan
dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami.
Di dalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan
menghadapi berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi
manapun tentu akan memengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut.
Dalam konteks komunikasi dikenal juga gangguan. Menurut Shannon dan
Weaver (1949) gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang
mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi
tidak dapat berlangsung secara efektif.
Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya hambatan
yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana
harapan komunikator dan penerima. Meski gangguan komunikasi dapat
dibedakan, tetapi sebenarnya rintangan komunikasi bisa juga terjadi
disebabkan karena adanya gangguan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hambatan Komunikasi
2.1.1. Hambatan dalam Komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif.
Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak
mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-
benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak
komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan
hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi
komunikator kalau ingin komunikasinya sukses. Definisi Hambatan
Komunikasi
1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang
menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan
mekanik dan gangguan semantik.
a. Gangguan Mekanik (mechanical, channel noise)
Yang dimaksudkan dengan gangguan mekanik ialah
gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan
suara ganda (interferensi) pada pesawat radio disebabkan dua
pemancar yang berdempetan gelombangnya, gambar meliuk-
liuk atau berubah-ubah pada layar televisi, atau huruf yang
tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik, atau halaman
yang sobek pada surat kabar.
Termasuk gangguan mekanik pula adalah bunyi
mengaung pada pengeras suara atau riuh hadirin atau bunyi
kendaraan lewat ketika seseorang berpidato dalam suatu
pertemuan.
5
b. Gangguan Semantik (semantic noise)
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan
semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa.
Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah
atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih
banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan
semantik terjadi dalam salah pengertian.
Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan
suatu pesan dengan berbagai cara, karena itu mereka
mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang komunikan
mungkin menerima suatu pesan dengan jelas sekali, baik
secara mekanik maupun secara phonetik, secara fisik berlaku
dengan keras dan jelas, tetapi disebabkan kesukaran pengertian
(gangguan semantik) komunikasi menjadi gagal.
Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian kata-
kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata.
Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda
untuk oarng-orang yang berlainan. Ini disebabkan dua jenis
pengertian mengenai kata-kata: ada yang mempunyai
pengertian denotatif dan yang mempunyai pengertian
konotatif.
Pengertian denotatif (denotative meaning) adalah
pengertian suatu perkataan yang lazim terdapat dalam kamus
yang secara umum diterima oleh orang-orang dengan bahasa
dan kebudayaan yang sama.
Pengertian konotatif (conotative meaning) adalah
pengertian yang bersifat emosional latar belakang dan
pengalaman seseorang.
6
Sebagai contoh secara denotatif semua orang akan setuju
bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Secara
konotatif, banyak orang yang menganggap anjing sebagai
piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan. Tetapi
untuk orang-orang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan
binatang yang menakutkan dan berbahaya
Perkataan demokrasi secara konotatif untuk bangsa
Amerika lain dengan untuk bangsa Rusia, lain pula dengan
untuk bangsa Indonesia dan banyak contoh lain. Karena itu
bahasa merupakan komponen penting dalam komunikasi,
sebab dengan adanya faktor konotasi tersebut komunikasi bisa
gagal.
2. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif
dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan
hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan
kepentingannya. Apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa
hari tak menemui makanan sedikitpun, maka kita akan lebih
memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat
dimakan daripada lain-lainnya.
Andai kata dalam situasi demikian kita dihadapkan pada
pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah kita
akan memilih makanan. Berlian barulah akan diperhatikan
kemudian. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian
kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran
dan tingkah laku kita yang merupakan sifat reaktif terhadap
segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan
dengan suatu kepentingan.
Setiap peraturan yang dikeluarkan, apakah itu mengenai
perburuhan, perkawinan, kurikulum baru, dll ada saja yang
7
merasa dirugikan. Pihak yang berkepentingan biasanya tidak
mengajukan tanggapan dengan alasan yang sungguh-sungguh,
tetapi seringkali mengetengahkan argumentasi dan alasan
tersembunyi (disguised argumentation and reasons).
3. Motivasi Terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang
berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan
dan kekurangannya.
Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda
dengan orang lainnya, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam
intensitasnya. Demikianlah pula intensitas tanggapan seseorang
terhadap suatu komunikasi.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang
semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima
dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya,
komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai
dengan motivasinya. Dalam pada itu sering kali pula terjadi
seorang komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang
seolah-olah tampaknya khusus (attentive) menanggapinya,
sungguhpun pesan komunikasi tak bersesuain dengan
motivasinya.
Tanggapan semu dari komunikan itu tentunya mempunyai
motivasi terpendam. Mungkin sekali seorang pegawai seolah-olah
menaggapi komunikasi dari atasannya secara attentive,
kendatipun ada yang tak disetujuinya. Hal itu dulakukannya
mungkin sekali karena si pegawai itu berkeinginan naik pangkat,
ingin menyenangkan hati atasannya, dll.
4. Prasangka
8
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan
atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena
orang yang mempunyai prsangka belum apa-apa sudah bersikap
curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan
komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk
menarik kesimpulan atas dasar sangkaan/dugaan tanpa
menggunakan pikiran yang rasional.
Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita
terhadap fakta yang nyata bagaimanapun, oleh karena sekali
prasangka itu sudah mencekam, maka seseorang tak akan dapat
berpikir secara objektif dan segala apa yang dilihatnya selalu akan
dinilai secara negatif. Sesuatu yang objektif pun akan dinilai
negatif. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras,
seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama,
pendirian politik, kelompok, pendek kata suatu perangsang yang
dalam pengalaman pernah memebri kesan yang tidak enak.
Suatu pidato yang disusun dengan baik dengan dibumbui
fatwa-fatwa agam oleh seorang yang pernah atau diduga
tersangkut dalam peristiwa G-30-S/PKI akan ditanggapi dengan
prasangka oleh khalayak, kendati pun pidato itu menceritakan
hal-hal yang benar.
Seorang politikus yang di suatu tempat mengemukakan
suatu analisis yang ternyata meleset, akan ditanggapi dengan
penuh prasangka apabila iia kembali berpidato di tempat tersebut.
Contoh berikutnya adalah dari sebuah eksperimen. Dua
kelompok murid sekolah dilatih untuk suatu pertunjukan.
Kelompok pertama terdiri dari anak-anak orang kaya, kelompok
dari anak-anak buruh rendah. Kelompok kedua terdiri dari anak-
anak buruh rendah dilatih sedemikian rupa, sehingga tak ada
kesalahan, sedangkan kelompok anak-anak orang kaya disengaja
untuk membuat kesalahan. Setelah pertunjukan selesai, para
9
penonton diminta menilai kelompok mana yang membuat
kesalahan. Kebanyakan menjawab, bahwa anak-anak buruh
rendah yang berbuat kesalahan paling banyak. Hal ini
menunjukkan, bahwa dalam menilai suatu pun berlaku rasa
simpati dan tidak simpati. Jadi terdapat prasangka bahwa anak-
anak orang kaya tak dapat berbuat lebih banyak kesalahan
daripada anak buruh rendah.
Terdapat juga jenis dan deskripsi lain dari hambatan dalam
komunikasi, yaitu:
Jenis Hambatan Deskripsi
Fisik Hal menyangkut ruang fisik, lingkungan
Biologis Hambatan karena ketidaksempurnaan anggota
tubuh
Intelektual Hambatan yang berhubungan dengan kemampuan
pengetahuan
Psikis Hambatan yang menyangkut faktor kejiwaan,
emosional, tidak saling percaya, penilaian
menghakimi
Kultural Hambatan yang berkaitan dengan nilai budaya,
bahasa
Sebetulnya, kesulitan berkomunikasi yang paling besar berada
dalam diri kita sendiri. Kurang yakin, kurang percaya diri,
memandang orang lain kurang, lebih mendominasi, apalagi tinggi
hati adalah sesuatu yang harus di swicth dan melatih kebalikannya.
Faktor yang menghambat komunikasi: (Blais, Kathleen Koening,
dkk, 2002)
1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin
10
3. Peran dan hubungan
4. Karakteristik sosiokultural
5. Nilai persepsi
6. Ruang dan teritorial
7. Lingkungan
8. Kesesauaian
9. Sikap interpersonal
Faktor penghambat komunikasi: (Kariyoso, 1994)
1. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi
2. Sikap yang kurang tepat
3. Kurang pengetahuan
4. Kurang memahami sistem sosial
5. Prasangka yang tidak beralasan
6. Jarak fisik, komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak antara
komunikator dengan reseptor berjalan
7. Tidak ada persamaan persepsi
8. Indera yang rusak
9. Bebicara yang berlebihan
10. Mendominasi pembicaraan, dll
2.1.2. Hambatan dalam Komunikasi Massa
Setiap kegiatan komunikasi, apakah komunikasi antarpersonal,
komunikasi kelompok, komunikasi media dan komunikasi massa sudah
dapat dipastikan akan menghadapi berbagai hambatan. Hambatan dalam
kegiatan komunikasi yang mana pun tentu akan memengaruhi efketivitas
proses komunikasi tersebut. Pada komunikasi massa, jenis hambatannya
relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen
komunikasi massa.
11
Setaip komunikator selalu menginginkan komunikasi yang
dilakukannya dapat mencapai tujuan. Oleh karenanya seorang
komunikator perlu memahami setiap jenis hambatan komunikasi, agar ia
dapat mengantisipasi hambatan tersebut.
1. Hambatan Psikologis
Hambatan komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan
psikologis adalah kepentingan (interest), prasangka (prejudice),
stereotip (stereotype), dan motivasi (motivation). Disebut sebagai
hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan
unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
a. Kepentingan (Interest)
Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya memperhatikan
perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan
kepentingannya. Effendy (komala dalam karlinah, dkk. 1999)
mengemukakan secara gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam
hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun, maka
kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang
mugkin dapat dimakan dari pada yang lain-lainnya.
Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan pada pilihan
antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah kita akan
memillih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian.
Lebih jauh Effendy mengemukakan, kepentingan bukan hanya
memengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya
tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
b. Pransangka (prejudice)
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang
seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap
mereka (komala, dala Karlinah, dkk. 1999). Untuk memperoleh
12
gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita
bahas terlebih dahulu secara singkat pengertian persepsi.
Presepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, pada komala, dalam
karlinah. 1999) persepsi itu ditentukan oleh faktor personal dan
faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield
(komala, dalam Karlinah. 1999) menyebutkan sebagai faktor
fungsional dan faktor struktural.
Faktor personal atau fungsional itu antara lain adalah kebutuhan
(need), pengalaman masa lalu, peran dan status. Jadi yang
menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi
karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus itu.
Faktor situasional atau struktur yang menentukan persepsi berasal
semata-semata dari sifat stimulus secara fisik. Menurut Kohler, jika
kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti
fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandanganya dalam
hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus
melihat dalam konteks, dalam linkungan dan dalam masalah yang
dihadapinya.
Pembahasan tentang persepsi sekalipun singkat telah memberikan
gambaran yang jelas, bahwa persepsi memang dapat menentukan
sikap orang terhadap stimulus (benda, manusia, peristiwa) yang
dihadapinya.
Pada umumnya prasangka dilakukan oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu terhadap kelompok masyarakat lainnya karena
perbedaan suku ras dan agama. Seperti prasangka orang kulit putih
terhadap orang Negro di Amerika Serikat, Nazi terhadap orang
Yahudi di Eropa. Prasangka merupakan jenis sikap yang secara
sosial sangat merusak.
13
Berkenaan dengan kegiatan komunikasi, prasangka merupakan
salah satu rintangan atau hambatan bagi tercapainya suatu
tujuan.komunikasi yang mempunyai prasangka, sebelum pesan
disampaikan sudah bersikap curiga dan menentang komunikator.
Prasangka seringkali tidak didasarkan pada alasan-alasan yang
objektif,sehingga prasangka komunikan pada komunikator tidak
ditujukan pada logis dan tidaknya suatu pesan atau manfaat pesan
itu bagi dirinya, melainkan menentang pribadi komunikator.
Menurut Effendy (Komala, dalam Karlinah. 1999), dalam
prasangka,emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas
dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka
yang ada pada komunikasi, maka komunikator yang akan
menyampaikan pesan melalui media massa sebaiknya komunikator
yang netral, dalam arti ia bukan orang yang kontroversial.
c. Stereotip (Stereotype)
Prasangka sosial bergandengan dengan stereotip yang merupakan
gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak
pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif
(Gerungan,pada komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). Stereotip
mengenai orang lain atau itu sudah terbentuk pada orang yang
berprasangka, meski sesungguhnya orang yang berprasangka itu
belum bergaul dengan orang yang diprasangkainya.
d. Motivasi (Motivation)
Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif
tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupisemua
penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu.
14
Gerungan menjelaskan,dalam mempelajari tingkah laku manusia
pada umumnya, kita harus mengetahui apa yang dilakukannya,
bagaimana ia melakukannya dan mengapa ia melakukan itu,
dengan kata lain kita sebaik-baiknya mengetahui know what, know
how, dan know why.dalam masalah ini, persoalan know why
adalah berkenaan dengan pemahaman motif-motif manusia dalam
perbuatanya, karena motif memberi tujuan dan arah pada tingkah
laku manusia.
Seperti kita ketahui, keinginan dan kebutuhan masing-masing
individu berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat,
sehingga motif juga berbeda-beda. Motif seseorang bisa bersifat
tunggal, bisa juga bergabung. Misalnya, motif seseorang
menonoton acara “seputar indonesia” yang disiarkan RCTI adalah
untuk memperoleh informasi
(motif tunggal), tapi bagi seseorang lainya adalah untuk
memperoleh informasi, sekaligus juga pengisi waktu luang (motif
bergabung).
Contoh lain, seseorang menonton acara “Dialog Terbuka” yang
disiarkan oleh ANTV mengenai topik hukum memiliki motif
tunggal karena sesuai dengan profesinya, penonton lainya memiliki
motif bergabung, yakni menambah wawasan dan pengisi waktu
luang. Atau mungkin ada juga penonton lainnya yang menonton
acara tersebut hanya karena tidak bisa tidur. Hal ini berlaku pula
pada orang-orang yang membaca media cetak, surat kabar atau
majalah. Bagi seseorang yang khusus menyediakan waktu untuk
membaca surat kabar akan memiliki motif yang berbeda dengan
seorang lainnya yang membaca surat kabar atau majalah di ruang
tunngu dokter.
2. Hambatan Sosiokultural
a. Aneka Etnik
15
Belasan ribu pulau yang membenteng dari sabang sampai
merauke merupakan kekayaan alam Indonesia yang tidak
ternilai harganya. Tiap-tiap pulau di huni oleh etnik yang
berbeda. Pulau-pulau besar, seperti pulau jawa, Sumatra,
Sulawesi, Kalimantan, Papua terbagi menjadi beberapa bagian,
dimana tiap bagian memiliki budaya yang berbeda.
b. Perbedaan Norma Sosial
Perbedaan budaya sekaligus juga menimbulkan perbadaan
norma sosial yang berlaku pada masing-masing etnik. Norma
sosial dapat didefinisikan sebagai suatu cara, kebiasaan, tat
krama dan alat istiadat yang disampaikan secara turun
temurun, yang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang
untuk bersikap dan bertingkah laku dalam masyarakat
(disarikan dari Soekanto, 1982: 194).
Norma sosial mencerminkan sifat-sifat yang hidup pada suatu
masyarakat dan dilaksanakan sebagai alat pengawas secara
sadar dan tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-
anggotanya.
Mengingat beragam norma sosial yang berlaku di indonesia,
maka tidak tertutup kemungkinan terhadap pertentangan nilai,
dalam arti kebiasaan dan adat istiadat yang dianggap baik bagi
suatu masyarakat, dianggap tidak baik bagi masyarakat lainnya
dan sebaliknya.
c. Kurang Mampu Berbahasa Indonesia
Keragaman etnik telah menyebabkan keragaman bahasa yang
digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Dapat dikatakan,
jumlah bahasa yang ada di indonesia adalah sebanyak etnik
yang ada. Seperti kita ketahui bersama bahwa masyarakat
Batak memiliki berbagai macam bahasa batak. Masyarakat di
Papua, Kalimantan juga demikian keadaannya. Jadi sekalipun
bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang selalu kita
16
ucapkan pada saat memperingati sumpah pemuda, kita tidak
dapat menutup mata akan kenyataan yang ada, yakni masih
masih adanya masyarakat Indonesia, terutama di daerah
terpencil yang belum bisa berbahasa Indonesia. Hal ini dapat
menyulitkan penyebarluaskan kebijakan dan program-program
pemerintah.
Kita ambil contoh, suatu saat pemerintah akan mengeluarkan
kebijakan baru yang harus segera diketahui dan dilaksanakan
oleh seluruh masyarakat Indonesia.cara yang paling tepat dan
cepat untuk mengkomunikasikan pesan itu adalah melalui
media massa ( radio siaran ,surat kabar, dan televisi). Sesuai
dengan karaktristik media massa, dalam waktu bersamaan
pesan akan diterima oleh sejumlah besar komunikan. Masalah
akan timbul manakala komunikan tidak bisa berbahasa
indonesia, atau kemampuan berbahasa indonesianya minim. Ini
berarti pesan tidak sampai pada mereka. Dalam menanggulangi
masalah ini, pemerintah akan menggunakan aparat setempat
atau para petugas penyuluh, atau para opinion leader untuk
mengkomunikasikan kebijakan dan program pemerintah
dengan menggunakan bahasa daerah setempat.
d. Faktor Semantik
Semantik adalah pengetahuan tentang pengertin atau makna
kata yang sebenarnya. Jadi hambatan semantik adalah
hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan
oleh komunikator, maupun bahasa yang digunakan oleh
komunikan. Hambatan semantis dalam suatu proses
komunikasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk.
Pertama, komunikator salah mengucapkan kata-kata atau
istilah sebagai akibat bebrbicara terlalu cepat. Pada saat ia
berbicara, pikiran dan perasaan belum terformulasika,
17
namun kata-kata terlanjur terucapkan. Maksudnya akan
mengatakan “ demokrasi” jadi “demonstrasi”; partisipasi
menjadi “ partisisapi”; ketuhanan”jadi “kehutanan”, dan
masih banyak lagi kata-kata yang sering salah diucapkan
karena tergesa-gesa.
Kedua, adanya perbedaan makna makna dan penegrtian
untuk kata atau istilah yang sama sebagai akibat aspek
psikologi. Misalnya kata “Gedang”akan berarti”pepaya”
bagi orang sund, namun berarti “ pisang” menurut orang
jawa. Sedangkan kata “pepaya” untuk orang jawa adalah “
kates”.
Ketiga, adalah adanya pengertian yang konotatf.
Sebagaiman kita ketahui semantik pengetahuan mengenai
pengertian kata-kata yang sebenarnya. Kata-kata yang
sebenarnya itu disebut pengertain denotatif, yaitu kata-kata
yang lazim diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan
kebudayaan yang sama (Efendy, pada komala, dalam
karlina, dkk, 1999).
e. Pendidikan Belum Merata
Penduduk indonesia pada saat ini sudah mencapai 200 juta
jiwa dan tersebar diseluruh pulau dan Nusantar. Ditinaju
dari sudut pendidikan, maka tingkat pendidikan rakyat
indonesia belum merata. Di perkotaan, relatif banayak
penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai
jenjang perguruan tinggi, tetapi di desa-desaterpencil,
jangankan menyelesaikan perguruan tinggi kesempatan
untuk menyelesaikan pendidikan dasar pun relatif kecil. Ini
adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari, namun amat
disadari oleh pemerintah, sehingga untuk
18
menanggulanginya pemerintah telah mencanangkan
program pendidikan sembilan tahun.
f. Hambatan Mekanis
Hambatan komunikasi massa lainnya adalah hambatan
teknis sebagai konsekuensi penggunaan media massa yang
dapat disebut sebagai hamabatn mekanis. Hambatan
mekanis pada media televisi terjadi pada saat stasiun atau
pemancar penerima mendapat gangguan baik secara teknis
maupun akibat cuaca buruk, sehingga gambar yang diteima
pada pesawat televisi tidak jelas, buram, banayak garis atau
tidak ada gambar sama sekali.
3. Hambatan Interaksi Verbal
Devito, pada komala, dalam karlinah, dkk. 1999, mengemukakan
tujuh jenis hamabatan yang sering terjadi pada komunikasi antara
persona yang ia sebut sebagai baries to verbal interaction. Dari
ketujuh jenis hamabtan interaksi verbal tersebut beberapa pula
diantaranya dapat pula terjadi pada komunikasi mass, namun
dengan sedikit perbedaan. Apabila pda komunikasi antarapesona
ahmbatan-hambatan itu dapat terjadi pada pihak komunikator dan
komunikan sekaligus secara bersama-sama atau masing-masing,
maka pada komunikasi massa hambatan tersebut pada umumnya
terjadi pada pihak komunika. Jenis-jenis hamabatan itu di
antaranya adalah :
a. Polarisasi
Polarisasi ( polarization ) kencenderungan untuk melihat dunia
dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya dalam bentuk
ekstrem, seperti baik atau buruk, positif atau negatif, sehat atau
sakit, pandai atau bodoh, dan lainlain. Kita mempunyai
kecenderungan kuat untuk melihat titik-titik ekstrem dan
19
mengelompokkan manusia, objek, dan kejadian dalam bentuk
lawan kata yang ekstrem.
Diantara dua kutub atau dua sisi yang berlawanan itu,
sebagaian besar manusia atau keadaan berada di tengah-
tengah. Di antara yang sanagt miskin dan yang sangat kaya,
kenyataannya lebih banyak yang sedang-sedang saja. Di antara
yang sangat baik dan sangat buruk, lebih banyak yang cukup
baik.
b. Oreintasi Intensional
Oreintasi intensional ( intensional orientation ) mengcau pada
kecenderungan kita untuk melihat manusia, objek dan kejadian
sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Orientasi
intensio-nal terjadi bila kita bertindak seakan-akan label adalah
lebih penting daripada orangnya sendiri.
Dalam proses komunikasi massa, orentasi internasioal
biasanya dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator,
bukan sebaliknya. Misalnya, seorang presenter yang berbicara
dilayar televisi, dan kebetulan wajah presenter tersebut tidak
manarik ( kuarang cantik/ganteng ), maka komunikan akan
intensional menilainya sebagai tidak menarik sebelum kita
mendengar apa yang dikatakannya. Cara mengatasi oreintasi
intensional adalah dengan ekstensionalisas, yaitu dengan
memberikan perhatian utama kita pada manusia, benada atau
kajadian-kejadian di dunia ini sesuai dengan apa yang kita
lihat.
c. Evaluasi Statis
Pada suatu hari kita melihat seorang komunikator X berbicara
melalui pesawat televisi. Menurut presepsi kita, cara
berkomunikasi dan materi komunikasi yang dikemukakan
komunikator tersebut tidak baik, sehingga kita membuat
abstraksi tentang komunikator itupun tidak baik. Evaluasi kita
20
tentang komunikator X bersifat statis tetap seperti itu dan tidak
beruba. Akibatnya, mungkin selamanya kita tidak mau
menonton atau mendengar komunikator X berbicara. Tetapi
seharusnya kita menyadari bahwa komunikastor X dari waktu
ke waktu dapat berubah, sehingga beberapa tahun kemudian ia
dapat menyampaikan pesan secara baik dan menarik.
d. Indiskriminasi
Indiskriminasi ( indiscrimination ) terjadi bila ( komunikan )
memusatkan perhatian pada kelompok orang, benda atau
kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing
bersifat unik atau khas dan perlu diamati secara individual.
Indiskriminasi juga merupakan inti dari stereotip. Stereotip
adalah gambaran mental yang menetap tentang kelompok
tertentu yang kita anggap berlaku untuk setiap orang ( anggota)
dalam kelompok tersebut tanpa memperhatikan adanya
kekhasan orang bersangkutan. Terlepas dari apakah stereotip
itu positif atau negatif, masalah yang ditimbulkan tetap sama.
Sikap ini membut kita mengambil jalan pintas yang seringkali
tidak tepat.
2.1.3.Gangguan Komunikasi
Meski gangguan dan rintangan komunikasi dapat dibedakan, tetapi
sebenarnya rintangan komunikasi bisa juga terjadi disebabkan karena
adanya gangguan. Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya
dapat dibedakan atas enam macam, yaitu:
1. Gangguan Teknis
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang
ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise).
21
Misalnya gangguan pada stasiun radio atau tv, gangguan jaringan
telepon, rusaknya pesawat radio sehingga terjadi suara bising dan
semacamnya.
2. Gangguan Semantik dan Psikologis
Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan (Blake, 1979).
Gangguan semantik sering terjadi karena:
a. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa
asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
b. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang
digunakan oleh penerima.
c. Struktur bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa
yang digunakan oleh penerima.
d. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap
simbol-simbol bahasa yang digunakan.
Seperti halnya dengan gangguan teknis, maka gangguan
semantik meupakan suatu hal yang sangat peka dalam komunikasi.
Banyak kecelakaan transportasi udara terjadi karena kesalahan
semantik. Misalnya dalam bulan Januari 1990 pesawat Aviance
dengan nomor penerbangan 52, telah mengalami kecelakaan
pendaratan di Kennedy International Airport New York.
Kecelakaan ini terjadi karena kesalahan pengertian bahasa.
Pilot yang mangawaki pesawat Aviance menyampaikan kepada
pengatur lalu lintas udara di bandara 45 menit sebelum pesawat
mendarat. “ we need a priority, we are low on fuel” (kami
memerlukan prioritas dalam keadaan bahan bakar terbatas). Karena
kata priority ditafsirkan lain oleh petugas bandara bukan
emergency (dalam kedaan darurat), dan masih tersedia bahan
cukup meski dalam keadaan terbatas, maka pesawat tidak diberi
22
kesempatan mendarat lebih awal. Akibatnya pesawat meledak di
udara dan 73 orang tewas dalam peristiwa tragis ini.
Ketika diselidiki oleh Dewan Keamanan Transportasi Udara
Amerika Serikat, ditemukan bahwa pilot dalam kehidupan sehari-
harinya memakai bahasa Spanyol. Oleh karena itu, bahasa inggris
yang digunakannya dinilai tidak dalam “keadaan darurat”,
sekalipun dikatakan memerlukan prioritas.
Di sini kita melihat bahwa gangguan semantik telah
menimbulkan persepsi yang keliru sehingga menimbulkan
tanggapan yang salah. Persepsi adalah proses internal dalam diri
seseorang yang menerima informasi untuk membuat praduga
sementara (kesimoulan sementara) terhadap stimuli yang diterima
oleh salah satu pacaindra, sebelum dinyatakan dalam bentuk
pendapat atau tanggapan.
Selain rintangan semantik, juga terdapat rintangan psikologis.
Rintangan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang
disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya
rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena
gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian
informasi tidak sempurna.
3. Rintangan Fisik
Rintangan fisik ialah rintangan yang disebabkan karena kondisi
geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak
adanya saran kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi, dll.
Dalam komunikasi antarmanusia, rintangan fisik bisa juga
diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak
berfungsinya salah satu pancaindra pada penerima.
4. Rintangan Status
23
Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak
sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status
antara senior dan junior atau atasan dan bawahan. Perbedaan
seperti ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu
memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya
dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat pada
atasannya, atau rakyat pada raja yang memimpinnya.
5. Rintangan Kerangka Berpikir
Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang disebabkan
adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak
tehadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Ini
disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan
yang berbeda. Dalam studi yang pernah dilakukan oleh William
(1974) tentnag efektivitas pembaruan program KKN di pedesaan,
ditemukan bahwa mahasiswa KKN cenderung menggunakan
kerangka berpikir teoritis, sementara penduduk desa cenderung
berpikir pada hal-hal yang bersifat praktis. William lebih jauh
mneyatakan bahwa, rintangan yang sulit diatasi pada hakikatnya
berada antara pikiran seseorang dengan orang lain.
6. Rintangan Budaya
Rintangan budaya ialah rintangan yang terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan norma, kebiasaaan dan nilai-nilai yang dianut
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-
negara berkembang masyarakat cenderung menerima informasi
dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya,
seperti bahasa, agama, dan kebiasaan lainnya.
2.1.4.Hambatan Terhadap Komunikasi Efektif
a. Hambatan individual.
24
Hambatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan individu,
misalnya perbedaan pola pikir, usia , kemampuan, status, atau
hambatan psikologis.
b. Hambatan mekanik.
Hambatan mekanik dapat terjadi karena adanya hambatan pada
struktur organisasi, misalnya ada ketidak jelasan garis wewenang
dalam struktur organisasi, atau juga dapat terjadi karena materi
komunikasi yang tidak jelas karena struktur kalimat yang tidak
baik, istilah yang digunakan terlalu sulit, dan lain-lain.
c. Hambatan fisik.
Hambatan ini dapat terjadi karena pemilihan media komunikasi
yang tidak tepat, jarak yang terlalu jauh antara pengirim dan
penerima, atau karena kondisi lingkungan.
d. Hambatan semantik. Hambatan semantik dapat terjadi karena
sebuah kata memiliki beberapa arti kata yang berbeda-beda,
sehingga menimbulkan interpretasi yang berbeda pula.
2.2. Fungsi -fungsi yang Mempengaruhi Komunikasi
2.2.1. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan informasi
1. Penerima :
a. Keterampilan berkomunikasi
b. Kebutuhan
c. Tujuan yang diinginkan
d. Sikap, nilai, kepercayaan, dan kebiasaan-kebiasaan
e. Kemampuan untuk menerima
f. Kegunaan pesan
2. Pesan :
a. Tipe dan model pesan
25
b. Karakteristik dan fungsi pesan
c. Struktur pengolahan pesan
d. Kebaharuan atau aktualitas pesan
3. Sumber :
a. Kredibilitas dan kompetensi dalam bidang yang disampaikan
b. Kedekatan dengan penerima
c. Motivasi dari perhatian
d. Kesamaan dengan penerima (homophily)
e. Cara penyampaiannya
f. Daya tarik
4. Media :
a. Tersedianya media
b. Kehandalan (daya liput) media
c. Kebiasaan menggunakan media
d. Tempat dan situasi
2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi (Suryani : 2005)
1. Kredibilitas
Kredibilitas terdapat dan berpengaruh pada sumber atau
komunikator. Kredibilitas komunikasi sangat mempengaruhi
keberhasilan proses komunikasi, karena hal ini mempengaruhi
tingkat kepercayaan sasaran atau komunikasi terhadap pesan yang
disampaikan.
Kredibilitas komunikator :
Expert (ahli dalam bidang tersebut)
Skill (harus memiliki kemampuan dalam bidangnya)
26
Kompetensi (memiliki kompetensi)
Trust (harus bisa dipercaya)
Apabila komunikator memenuhi kriteria ini maka pesan yang
disampaikan pada komunikan dapat dimengerti dan mencapai
tujuan komunikasi.
2. Isi pesan
Pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang
bermanfaat bagi sasaran. Hasil komunikasi akan lebih baik jika isi
pesan yang disampaikan memnuhi syarat sebagai berikut:
Pesan harus direncanakan
Pesan menggunakan bahsa yang dapat dimengerti kedua
belah pihak
Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi
penerima.
Pesan harus berisi hal-hal yang mudah dipahami.
Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.
3. Kesesuaian dengan kepentingan saasaran
Kesesuaian dengan kepentingan sasaran terdapat dan berperan
pada pesan. Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan
kepentingan sasaran.
4. Kejelasan
Kejelasan terdapat dan berperan pada pesan. Kejelasan pesan yang
disampaikan sangat berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi.
Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan
sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda
persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat
mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan.
5. Kesinambungan dan konsistensi
Kesinambungan dan konsistensi terdapat pada pesan. Pesan yang
akan disampaikan harus konsistensi dan berkesinambungan.
6. Saluran
27
Saluran terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan
harus disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan.
7. Kapabilitas sasaran
Kapabilitas sasaran terdapat pada komunikan. Dalam
menyampaikan pesan, komunikator harus memperhitungkan
kemampuan sasaran dalam menerima pesanan.
8. Psikologis (Rahmat J dalam Suryani : 2005)
Seperti sikap, pengalaman hidup, motivasi, kepribadian dan
konsep.
9. Sosial (eliss gates dan Kenwarthy dalam Suryani : 2005)
Seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, suku, bahasa, kekuasaan,
dan peran sosial.
10. Setting lingkungan
Suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan
mempengaruhi baik atau tidaknya pesan diterima oleh komunikan,
suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi
berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit
diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi
dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa
supaya tenang dan nyaman.
11. Main reading / Persepsi
Persepsi adalah interpretasi dari pesan yang disampaikan kepada
penerima pesan. Inti dari mengirim pesan adalah memahami
persepsi orang. Perasaan nyaman atau kurang nyaman yang
muncul dalam proses komunikasi baik interpersonal maupun
organisasi sesungguhnya lahir dari persepsi. Inti dari mengirim
pesan adalah memahami persepsi orang. Nyaman berhubungan
dengan orang lain berarti adanya dominasi persepsi mengenai
orang tersebut dan tidak nyaman berarti adanya dominasi negatif
mengenai orang tersebut.
12. Waktu
28
Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang
kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula.
Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang
tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua
sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan
baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada
pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan
sedihnya.
William G.Scott yang mengutip pendapat Babcock dalam Thoha
(1977) mengatakan bahwa ada 5 faktor yng mempengaruhi proses
komunikasi:
1. The Act (perbuatan)
Perbuatan komunikasi menginnginkan pemakaian lambang-
lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-
hubungan yang dilakukan oleh manusia. Pada umumnya
lambang-lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau
dalam keadaan tertentu tanda-tanda lain dapat pula
dipergunakan.
2. The Scene (adegan)
Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini
menekankan hubungan dengan lingkungan komunikasi.
Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa
yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan
kata lain adegan adalah sesuatu yang akan dikomunikasikan
dengan melalui simbol apa, sesuatu itu dapat
dikomunikasikan.
3. The Agent (pelaku)
Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan
komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi. Pengirim
dan penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini,
29
adalah contoh dari pelaku-pelaku komunikasi tersebut. Dan
peranannya seringkali saling menggantikan dalam situasi
komunikasi yang berkembang.
4. The Agency (perantara)
Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat
membangun terwujudnya perantara. Alat-alat itu selain dapat
berwujud komunikasi lisan, tatap muka, juga alat komunikasi
tertulis, seperti surat perintah, memo, buletin, nota, surat
tugas, dan sejenisnya.
5. The Purpose (tujuan)
Menurut Grace dalam Thoha 1977, ada 4 macam tujuan,
yaitu:
Tujuan fungsional (the functional goals) adalah tujuan
yang secara pokok bermanfaat untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi/lembaga.
Tujuan manipulasi (the manipulative goals) adalah
tujuan yang dimaksudkan untuk menggerakan orang-
orang yang mau menerima ide-ide yang disampaikan,
yang sesuai ataupun tidak dengan nilai dan sikapnya.
Tujuan keindahan (the aesthetics goals) adalah tujuan
untuk menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat
kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk
memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan
perasaan tadi dalam kenyataan.
Tujuan keyakinan (the confidence goals) adalah
tujuan yang bermaksud untuk menyakinkan atau
mengembangkan keyakinan orang-orang pada
lingkungan.
30
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
1.1. Kesimpulan
Kita berinteraksi ke sesama manusia dengan cara melakukan komunikasi.
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara sederhana sampai kompleks, dan
teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi secara drastis.
Dari uraian diatas kami dapat menyimpulkan bahwa komunikasi adalah
proses dimana seseorang biasanya atau komunikator mengoperkan
stimulan biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun non
verbal) ke penerima sebagai komunikan. Maka akan timbulah suatu
hambatan-hambatan dalam penyampaian pesan ini yang mana hambatan-
hambatan itu sangat mempengaruhi seorang penyampai pesan. Mana kala
hambatan itu ada akan menyebabkan proses dalam komunikasi tidak
efektif. Hambatan – hambatan tersebut terdiri dari : hambatan psikologis,
hambatan sosiokultural, dan hambatan interaksi verbal.
1.2. Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat dijadikan panutan
kita semua untuk menyampaikan pesan serta untuk memberikan informasi
secara jelas dan dapat diterima khususnya oleh komunikan. Kami
mengucapkan rasa maaf sebesar-besarnya jika ada penulisan yang tidak
tepat serta penjelasan yang belum rinci. Tidak lupa pula kami meminta
kritikan dan saran yang membangun kepada kawan-kawan terhadap
makalah ini untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Husnan, Djaelan dkk. 2013. Islam Universal. Jakarta: Hartomo Media Pustaka.
Drs. Suprapto, Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: CAPS
Ardianto, Elvinaro, dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta:
Simbiosar
Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers
Effendy, Onong. 2000. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti
Nurbasanah, Nunung. 2010. Ilmu Komunikasi Dalam Konteks Keperawatan.
Jakarta: Trans Info Media
32