hambatan epistemologi pada pembuktian geometri …
TRANSCRIPT
Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif ISSN 2614-221X (print)
Volume 4, No. 3, Mei 2021 ISSN 2614-2155 (online)
DOI 10.22460/jpmi.v4i3.529-540
529
HAMBATAN EPISTEMOLOGI PADA PEMBUKTIAN
GEOMETRI SEDERHANA SISWA SMP DITINJAU DARI
RESILIENSI MATEMATIS
Safira Dinda Fitria1, Samsul Maarif2
1,2 Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jl. Tanah Merdeka No. 20, Jakarta, Indonesia [email protected], 2 [email protected]
Diterima: 14 April, 2021; Disetujui: 9 Mei, 2021
Abstract
Lack of information regarding mathematical knowledge obtained by students can result in these students
experiencing epistemological obstacles. Meanwhile, the mathematical resilience possessed by students
can help students get more information about mathematical knowledge that they have not completely
obtained. This research methodology is included in descriptive qualitative research where the data
collection technique is by using the Pythagorean theorem test method, mathematical resilience
questionnaire and interviews. There were 23 respondents in this study who were students of class VIII
280 Senior High School. In this study the data were analyzed by identifying the answers of 23
respondents to the indicators of epistemological barriers and the mathematical resilience questionnaire
that had been done by the students, then interviewing 6 respondents. The results of this study are that
there are three types of students' epistemological obstacles in proving the Pythagorean theorem.
Keywords: Epistemological Obstacles, Pythagorean Theorem, Mathematical Resilience
Abstrak
Kurangnya informasi mengenai pengetahuan matematika yang diperoleh oleh siswa dapat
mengakibatkan siswa tersebut mengalami hambatan epistemologi. Sementara itu resiliensi matematis
yang dimiliki oleh siswa dapat membantu siswa mendapatkan lebih banyak informasi mengenai
pengetahuan matematika yang belum diperolehnya secara utuh. Metodologi penelitian ini termasuk
dalam penelitian kualitatif deskriptif dimana teknik pengambilan data yaitu dengan metode tes
pembuktian teorema pythagoras, angket resiliensi matematis dan wawancara. Terdapat 23 responden
dalam penelitian ini yang merupakan siswa kelas VIII SMP Negeri 280 Jakarta. Dalam penelitian ini
data dianalisis dengan cara mengidentifikasi jawaban dari 23 responden terhadap indikator hambatan
epistemologi dan angket resiliensi matematis yang telah dikerjakan oleh siswa, kemudian dilakukan
wawancara kepada 6 responden. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat tiga tipe hambatan epistemologis
siswa dalam membuktikan teorema pythagoras.
Kata Kunci: Hambatan Epistemologi, Teorema Pythagoras, Resiliensi Matematis
How to cite: Fitria, S. D., & Maarif, S. (2021). Hambatan Epistemologi pada Pembuktian
Geometri Sederhana Siswa SMP ditinjau dari Resiliensi Matematis. JPMI – Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif, 4 (3), 529-540.
PENDAHULUAN
Mata pelajaran di sekolah yang dapat menjadi tantangan atau hambatan bagi siswa salah
satunya adalah matematika. Siswa dengan beragam macam usia, daerah, masa dan periode
sudah menghadapi beraneka macam kesulitan pada saat menghadapi matematika dengan tiap-
Fitria & Maarif, Hambatan Epistemologi pada Pembuktian Geometri Sederhana Sisw...
530
tiap karakteristiknya (Maarif et al., 2020; Modestou & Gagatsis, 2007). Karenanya, penting
bagi pendidik maupun calon pendidik untuk mengkaji topik ini supaya dapat membantu siswa
menyelesaikan masalah matematika dengan menjelaskan secara lengkap konsep dasar
matematika.
Terdapat tiga tipe hambatan salah satunya yaitu hambatan epistemologi, dalam Budiarti et al.
(2018); Ramadhani (2019) hambatan epistemologi adalah hambatan belajar yang muncul akibat
dari pemahaman siswa terhadap ilmu pengetahuan yang tidak lengkap atau siswa hanya dapat
memahami beberapa konteks tertentu, yang membuat siswa mendapati keterbatasan dalam cara
berpikir pada dasar ilmu pengetahuan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Elfiah et al.
(2020) bahwa hambatan epistimologis tumbuh dikarenakan kurangnya wawasan siswa
mengenai suatu konteks pada saat mendapatkan pengetahuan yang tidak utuh sehingga
mengakibatkan siswa sulit pada saat menyelidiki hubungan ataupun keterkaitan konsep.
Pembelajaran matematika perlu mengalami perubahan pada konteks mutu pendidikan untuk
menjadi lebih baik sehingga mampu meningkatkan hasil yang optimal dalam pembelajaran
(Maarif, 2017). Knuth (Maarif, 2017) menyatakan peranan bukti menjadi kunci utama pada
pelajaran matematika yang mengharuskan perbaikan kurikulum seraya menyertakan
pembuktian dalam pembelajaran matematika pada tingkat sekolah menengah. Hayati (Elfiah et
al., 2020) mengemukakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran biasanya siswa hanya
mengandalkan penjelasan dari guru.
Pada pembelajaran matematika geometri ialah suatu materi yang memerlukan penalaran
matematis yang baik untuk dapat mengertinya. Seseorang yang tidak dapat memahami konsep
abstrak yang terdapat pada materi geometri secara langsung tidak dapat menguraikan untuk
menafsirkan suatu bukti (Maarif, 2017). Pada materi geometri diperlukan suatu bukti untuk
setiap teorema, dalil, dan pernyataan matematis yang dapat diperoleh dengan proses
pembuktian (Mahfudy, 2017).
Dalam penelitiannya Yunia Mulyani (Sulistyowati, n.d.) menemukan beberapa kesalahan yang
biasa dialami oleh siswa ketika menyelesaikan geometri diantaranya yaitu: Kesalahan pada
konsep, kesalahan berhitung, dan kesalahan informasi. Sedangkan, jika siswa mengalami
kesalahan dalam memahami konsep maka akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan
permasalahan geometri. Bagian penting dalam menyelesaikan masalah geometri yaitu dengan
mengetahui konsep dasar geometri.
Tetapi tidak hanya kemampuan mengetahui konsep saja yang diperlukan oleh siswa melainkan
dalam diri siswa juga perlu ditanamkan sikap tidak mudah menyerah, sikap ulet, dan rasa
percaya diri pada kemampuannya yang semuanya termuat dalam resiliensi matematis. Sebagian
siswa dapat mengalami kesulitan pada saat menyelesaikan tes pemecahan masalah. Adaya
kesulitan itu menjadikan siswa memiliki rasa enggan dan menghindari hal-hal yang ada
kaitannya dengan pemecahan masalah dimana hal tersebut terdapat banyak tantangan. Untuk
dapat menyingkirkan kecemasnya, menurut Maharani & Bernard (2018) resiliensi yang
merupakan sikap tekun, optimis, dan percaya diri harus dimiliki oleh siswa.
Wilder & Lee (Alifah, 2019) mengemukakan bahwa terdapat siswa yang mendapati kesulitan
ketika belajar matematika, peserta didik tersebut bahkan menunjukan pobia atau kecemasan
yang tinggi dan menghindari apapun yang berkaitan dengan matematika. Maka dari itu,
menurut Wilder & Lee (Alifah, 2019) membangun resiliensi matematis merupakan salah satu
pendekatan positif terhadap matematika yang memungkinkan siswa untuk mengatasi segala
hambatan afektif yang disajikan ketika belajar matematika. Sikap resiliensi matematis yang
Volume 4, No. 3, Mei 2021 pp 529-540
531
dimiliki oleh siswa dapat menumbuhkan rasa kepercayaan dirinya dalam menyelesaikan
permasalahan matematika.
Terdapat penelitian-penelitian mengenai hambatan siswa pada pembelajaran matematika yang
telah dilakukan. Maarif et al., (2020) menjabarkan hambatan epistimologis siswa SMP pada
materi sistem persamaan linear dua variabel. Elfiah et al., (2020) menjabarkan hambatan
epistemolagis yang terdapat pada siswa SMP dalam materi bangun ruang sisi datar. Ramadhani,
(2019) menganalisis mengenai hambatan epistemologi siswa dalam pembelajaran perkalian
bilangan. Sundawan et al., (2018) mengkaji mengenai hambatan mahasiswa dalam kemampuan
pembuktian matematis yang ditinjau dari aspek epistemologi dalam mata kuliah geometri
transformasi. Perbowo & Anjarwati, (2017) menjabarkan hambatan epistemologi siswa SMA
pada penyelesaian materi invers fungsi.
Akan tetapi dari penelitian–penelitian yang pernah dilakukan mengenai hambatan siswa dalam
pembelajaran matematika belum terdapat penelitian yang secara khusus mengkaji mengenai
hambatan epistemologi siswa pada pembuktian geometri sederhana terkait pembuktian teorema
pythagoras pada siswa SMP yang ditinjau dari resiliensi matematisnya. Maka dari itu,
penelitian ini berjudul “Hambatan Epistemologi pada Pembuktian Geometri Sederhana Siswa
SMP Ditinjau dari Resiliensi Matematis”.
METODE
Metodologi penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen yang
digunakan yaitu tes pembuktian geometri dengan materi teorema pythagoras sebanyak 5 soal
berdasarkan indikator hambatan epistemologi, angket resiliensi matematis, dan wawancara.
Adapun subjek dari penelitian ini yaitu siswa dari kelas VIII-E SMPN 280 Jakarta tahun ajaran
2020/2021 semester genap.
Adapun indikator tes pembuktian geometri materi teorema pythagoras yaitu membuktikan
teorema Pythagoras (soal nomor 1 dan 2), melengkapi dan mengetahui langkah yang salah atau
kosong pada pembuktian teorema Pythagoras (soal nomor 3 dan 4), dan menerapkan teorema
Pythagoras untuk menyelesaikan permasalahan nyata (soal nomor 5). Secara berurutan soal-
soal tersebut digunakan untuk mendapatkan hambatan epistemologi yang meliputi hambatan
konseptual, hambatan prosedural, dan hambatan teknik operasional. Sebelumnya, soal diuji
validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui apakah instrumen dapat digunakan dengan layak.
Pengujian validitas menggunakan uji product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan
nilai r (product moment) pada tiap butir soal nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut yaitu 0,497;
0,537; 0,615; 0,761; dan 0,682 pada taraf signifikan 0,05. Hasil dari pengujian validitas tersebut
menunjukan untuk setiap nilai r (product moment) lebih dari nilai baku r tabel yaitu 0,433,
sehingga tiap butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Untuk pengujian reliabilitas yaitu
menggunakan uji alpha cronbach dimana nilai r = 0,479 > 0,433, sehingga tes yang digunakan
reliabel. Dari penjabaran tersebut, dapat dikatakan bahwa instrumen telah memenuhi syarat
untuk dijadikan alat ukur pembuktian geometri dengan materi teorema pythagoras.
Analisis data dilakukan dengan cara menganalisis kesalahan jawaban dari tes pembuktian
teorema pythagoras 23 siswa. Lalu kesalahan tersebut dijadikan acuan hambatan epistemologi
yaitu hambatan konseptual, hambatan prosedural, dan hambatan teknik operasional. Kemudian
6 responden diwawancara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Responden dipilih dengan
melihat hasil angket resiliensi matematis siswa dimana responden yang terpilih yaitu masing-
masing 2 dari setiap kategori resiliensi matematis rendah, sedang, dan tinggi.
Fitria & Maarif, Hambatan Epistemologi pada Pembuktian Geometri Sederhana Sisw...
532
Untuk pengambilan data resiliensi matematis siswa diberikan angket resiliensi matematis,
setiap pernyataan dari skala resiliensi ada tujuh pilihan jawaban di antaranya sangat setuju (SS),
setuju (S), agak setuju (AS), netral (N), agak tidak setuju (ATS), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS). Setelah angket diuji cobakan, selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan
kategori siswa yang termasuk resiliensi matematis rendah, sedang, dan tinggi. Pemberian skor
pada angket resiliensi matematis yaitu pernyataan positif STS = 1, TS = 2, ATS = 3, N = 4, AS
= 5, S = 6, dan SS = 7. Sedangkan pernyataan negatif bernilai sebaliknya yaitu STS = 7, TS =
6, ATS = 5, N = 4, AS = 3, S = 2, dan SS = 1.
Dalam penelitiannya, Siffudin (Kurnia et al., 2018) mengkategorian skala resiliensi dengan
melihat nilai terendah dan juga nilai tertinggi, kemudian mencari mean ideal (M) dengan rumus 1
2 (nilai tertinggi + nilai terendah), dan mencari standar deviasi (SD), yaitu dengan rumus
1
6 (nilai
tertinggi – nilai terendah). Kategori resiliensi matematis disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kategori resiliensi matematis
Batas (interval) Batas (interval) Kategori
X < M - 1SD X < 147 Resiliensi rendah
M – 1SD ≤ X < M + 1SD 147 ≤ X < 156 Resiliensi sedang
X ≥ M + 1SD X ≥ 156 Resiliensi tinggi
Dari pengkategorian tersebut dipilih masing-masing 2 siswa untuk diwawancara terkait dengan
penelitian lebih lanjut mengenai hambatan yang terjadi pada siswa. Untuk mempersingkat
penulisan dari hasil wawancara, penulis menggunakan singkatan dengan simbol untuk peneliti
diberi simbol P dan simbol untuk responden diberi simbol S1, S2, S3, S4, S5, S6.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil tes yang sudah dilakukan oleh 23 siswa didapatkan persentase hambatan
siswa dalam menyelesaikan pembuktian geometri dengan materi teorema pythagoras seperti
yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase hambatan epistemologi siswa pada pembuktian teorema pythagoras
Hambatan epistemologi
Persentase
hambatan
epistemologi
Hambatan yang Terjadi
Hambatan konseptual
(soal nomor 1) 26%
1. Siswa tidak dapat membuktikan
teorema pythagoras secara
lengkap
Hambatan konseptual
(soal nomor 2) 23,9%
1. Siswa salah memilih gambar
untuk membuktikan teorema
pythagoras
2. Siswa sulit untuk membuktikan
teorema pythagoras
Hambatan prosedural
(soal nomor 3) 50%
1. Siswa kesulitan untuk
menentukan langkah yang salah
sehingga siswa sulit untuk
menuliskan langkah yang benar.
Volume 4, No. 3, Mei 2021 pp 529-540
533
Hambatan prosedural
(soal nomor 4) 41,3%
1. Siswa kesulitan memahami
langkah sebelumnya
2. Siswa tidak dapat menentukan
langkah yang kosong dalam
membuktikan teorema pythagoras
Hambatan teknik operasional
(soal nomor 5) 53,2%
1. Siswa melakukan kesalahan baik
dalam proses perhitungannya
maupun pada perhitungan hasil
akhirnya
Selanjutnya, hasil dari angket resiliensi matematis yang telah dikerjakan oleh 23 responden
seperti yang tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Persentase hasil dari angket resiliensi matematis siswa
Persentase
Resiliensi
Matematis Siswa
Kategori
17,4% Resiliensi rendah
13,1% Resiliensi sedang
69,5% Resiliensi tinggi
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa terdapat 17,4% dari 23 siswa yaitu 4 siswa yang memiliki
resiliensi rendah, terdapat 13,1% dari 23 siswa yaitu 3 siswa yang memiliki resiliensi sedang,
dan terdapat 69,5% dari 23 siswa yaitu 16 siswa yang memiliki resiliensi tinggi. Dari
pengkategorian tersebut dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa yang termasuk dalam kategori
resiliensi tinggi.
Pembahasan
Berikut ini merupakan uraian yang menjelaskan mengenai hambatan epistemologis siswa
dalam membuktikan teorema pythagoras yang ditinjau dari resiliensi matematis siswa dengan
beberapa cuplikan wawancara terhadap 2 responden pada tiap kategori resiliensi matematis.
Asih et al (2019) yang mengungkapkan bahwa resiliensi matematis merupakan sikap positif
untuk mengatasi rasa pesimis, takut untuk menghadapi tantangan ataupun kesulitan pada saat
menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam matematika sampai menemukan solusinya.
Dalam kategori siswa dengan Resiliensi Matematis Rendah. Dari dua siswa yang terpilih untuk
mewakilkan sebagai siswa yang memiliki resiliensi rendah yang pertama yaitu subjek S1,
subjek S1 mengalami hambatan konseptual pada soal nomor 2. Dengan soal nomor 2 yang dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Soal Nomor 2.
Fitria & Maarif, Hambatan Epistemologi pada Pembuktian Geometri Sederhana Sisw...
534
Jawaban S1 yaitu memilih gambar (b) sebagai gambar yang dapat membantu membuktikan
teorema pythagoras. Alasannya hanya karena gambar (b) memiliki sudut siku-siku, dan juga S1
tidak bisa membuktikan teorema pythagoras dengan gambar yang dipilihnya. S1 hanya dapat
memberikan alasannya saja bahwa menurut S1 gambar (b) dapat membantu membuktikan
teorema pythagoras. Jawban S1 seperti yang tertera pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Jawaban S1 nomor 2.
Ketika dilakukan wawancara peneliti dengan S1 mengenai hambatan yang dialaminya dan
tingkat ketahanannya dalam menyelesaikan persoalan matematika. S1 mengaku bahwa lebih
sulit memahami pembuktian teorema pythagoras daripada memahami soal yang hanya
substitusi angka ke rumus dan juga S1 memilih menyerah untuk menyelesaikan soal yang
menurutnya sulit daripada berusaha untuk menyelesaikannya. Sejalan dengan hasil tes, hasil
wawancara, dan juga hasil angket dari S1 bahwa S1 termasuk dalam kategori resiliensi
matematis rendah karena S1 tidak tangguh dan mudah menyerah dalam menyelesaikan
persoalan matematika.
Gambar 3. Soal Nomor 3.
Siswa kedua yang juga memiliki resiliensi matematis rendah yang terpilih, mengalami
hambatan prosedural pada soal nomor 3. Dengan soal nomor 3 dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 4. Jawaban Nomor 3.
Volume 4, No. 3, Mei 2021 pp 529-540
535
Gambar 5. Jawaban S2 Nomor 3.
Jawaban S2 yaitu menuliskan ulang dari apa yang sudah ada pada soal, jawaban S2 seperti yang
terlihat pada Gambar 4. S2 menjawab benar mengenai pertanyaan apakah terdapat langkah yang
salah, dan jawaban S2 adalah “iya”. Tetapi S2 tidak dapat mengganti langkah yang salah dengan
menuliskan langkah yang benarnya. Dengan adanya Gambar 5 dapat dilihat bahwa S2
mengalami hambatan prosedural karena tidak dapat melanjutkan atau mengganti langkah yang
salah tersebut dengan langkah yang benar sesuai dengan perintah soal nomor 3. Hasil
wawancara dengan S2 yaitu menurut S2 lebih sulit menyelesaikan soal yang terdapat angka
daripada pembuktian teorema pythagoras itu sendiri, dan hampir sama seperti S1 bahwa S2
lebih memilih menyerah dan menjawab seadanya daripada harus melanjutkan dan berusaha
mencari penyelesaiannya.
Dengan adanya wawancara peneliti dengan S1 dan S2 dapat disimpulkan bahwa S1 dan S2
tidak dapat menjawab soal karena memiliki resiliensi rendah dimana mereka lebih memilih
menyerah daripada berusaha menyelesaikannya. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian
seperti penelitian Rahmmatiya & Miatun (2020); Sari et al. (2017); Zanthy (2018) yang
menyatakan ketidaksukaan siswa terhadap matematik dikarenakan mereka mengalami
hambatan, kesulitan, dan kecemasan dalam belajar matematika. Hal tersebut menyebabkan
siswa lebih memilih menyerah dan menghindari untuk mengerjakan permasalahan matematika.
Pada kategori Siswa dengan Resiliensi Matematis Sedang. Dari dua siswa yang terpilih untuk
mewakilkan sebagai siswa yang memiliki resiliensi sedang yang pertama yaitu subjek S3,
subjek S3 mengalami hambatan konseptual pada soal nomor 1. Dengan soal nomor 1 yang
ditampilkan pada gambar 6.
Gambar 6. Soal Nomor 1.
Hambatan konseptual yang terjadi pada S3 dengan resiliensi sedang yaitu tidak dapat
membuktikan teorema pythagoras secara lengkap. Jawaban S3 seperti yang tertera pada
Gambar 7.
Fitria & Maarif, Hambatan Epistemologi pada Pembuktian Geometri Sederhana Sisw...
536
Gambar 7. Jawaban S3 Nomor 1.
Jawaban yang diberikan oleh S3 seperti pada Gambar 7 yaitu S3 hanya dapat memberikan luas
segiempat dalam yaitu luasnya adalah c2. Jika dilihat dari gambar, S3 merasa bahwa cukup
untuk membuktikan salah satu ruasnya saja sehingga S3 menjawab untuk salah satu ruasnya
saja. Sedangkan perintah yang diminta oleh soal adalah jawaban berupa penjabaran atau
langkah-langkah yang dapat membuktikan teorema pythagoras. S3 juga menjawab tanpa
langkah pembuktian teorema pythagoras itu sendiri.
Hasil wawancara peneliti dengan S3 mengenai hambatan yang dialaminya dan tingkat
ketahanannya dalam menyelesaikan persoalan matematika yaitu S3 menyatakan bahwa lebih
sulit menyelesaikan soal yang terdapat angka karena belum paham konsepnya, dan juga S3
mengaku lebih baik melanjutkan untuk menyelesaikan soal sebisanya daripada harus menyerah.
Sejalan dengan hasil angket dari S3 yang membuat S3 termasuk dalam kategori resiliensi
matematis sedang karena S3 masih ada kemauan untuk berusaha menyelesaikan soal
matematika daripada menyerah dengan soal yang menurutnya sulit.
Siswa yang memiliki resiliensi sedang kedua yaitu siswa S4, S4 mengalami hambatan
prosedural pada soal nomor 3, dimana S4 tidak mampu mengetahui bahwa langkah pembuktian
teorema pythagoras pada soal nomor 3 terdapat langkah yang salah. Jawaban S4 pada soal
nomor 3 yaitu menurutnya langkah pembuktian pada soal nomor 3 sudah benar. Jawaban S4
seperti yang tertera pada Gambar 8.
Gambar 8. Jawaban S4 Nomor 3.
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa S4 mencoba mencari langkah yang salah pada soal nomor
3 dengan mengoperasikan ulang langkah yang terdapat pada soal, tetapi S4 tetap tidak
menemukan langkah yang salah dan menyatakan bahwa menurutnya langkah pembuktian
teorema pythagoras yang terdapat pada soal nomor 3 sudah benar. Untuk mengetahui hambatan
yang dialami oleh S4 dan tingkat ketahanannya dalam menyelesaikan soal yang diberikan,
peneliti melakukan wawancara terhadap S4. Dimana S4 mengaku lebih sulit memahami konsep
pembuktian teorema pythagoras, dan juga S4 mengaku lebih baik melanjutkan menyelesaikan
soal dengan berdiskusi dengan yang lebih mengerti daripada harus menyerah. Pernyataan S4
tersebut sejalan dengan hasil tes soal nomor 3 seperti yang tertera pada Gambar 8, yaitu S4
tetap berusaha mencari langkah yang salah walaupun tidak menemukan langkah yang salahnya
Volume 4, No. 3, Mei 2021 pp 529-540
537
sehingga S4 memberikan kesimpulan untuk soal nomor 3 yaitu menurutnya tidak terdapat
langkah yang salah. Dan juga sejalan dengan hasil angket dari S4 yang menjadikannya termasuk
dalam kategori resiliensi sedang karena masih ada kemauan dari S4 untuk berusaha
menyelesaikan persoalan matematika dengan berdiskusi. Hal ini sejalan dengan penelitian
(Hafiz et al., 2017; Rahmmatiya & Miatun, 2020) yang menyatakan bahwa resiliensi adalah
sikap positif yang menjadikan siswa tangguh ketika menghadapi kesulitan dalam memecahkan
masalah matematika dengan berdiskusi dan melakukan penyelidikan terkait matematika.
Selanjutnya untuk kategori Siswa dengan Resiliensi Matematis Tinggi. Dari dua siswa yang
terpilih untuk mewakilkan sebagai siswa yang memiliki resiliensi matematis tinggi yang
pertama yaitu subjek S5, subjek S5 mengalami hambatan prosedural pada soal nomor 4. Dengan
soal nomor 4 pada gambar 9.
Gambar 9. Soal Nomor 4.
Luas persegi a2 = 16 satuan luas (16 kotak)
Luas persegi b2 = 9 satuan luas (9 kotak)
Luas persegi dengan panjang sisi c = jumlah luas persegi a2 dan b2
……….
25 satuan luas = 25 satuan luas
Kesimpulan : a2 + b2 = c2 (Teorema Pythagoras)
Gambar 10. Jawaban S5 Nomor 4.
S5 melengkapi langkah yang kosong pada soal nomor 4 dengan langkah seperti yang tertera
pada Gambar 10. S5 menjawab soal nomor 4 dengan mencari luas persegi dengan sisi b, dan
juga luas persegi dengan sisi c. Jawaban S4 tidak sesuai dengan gambar maupun dengan
langkah sebelumnya, dari gambar 10 terlihat bahwa S4 mengalami hambatan prosedural karena
tidak dapat memahami maksud dari langkah sebelumnya sehingga tidak dapat menjawab
dengan benar langkah kosong seperti yang diminta oleh soal nomor 4. Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai hambatan yang dialami oleh S5 dan tingkat ketahanannya dalam
menyelesaikan soal yang diberikan, peneliti melakukan wawancara terhadap S5. Dimana S5
mengaku bahwa sulit untuk memahami pembuktian teorema pythagoras, dan untuk tingkat
ketahanannya S5 lebih memilih menyelesaikan persoalan matematika yang menurutnya sulit
daripada harus menyerah. Hal ini sejalan dengan jawaban S5 seperti yang tertera pada Gambar
10 bahwa S5 tetap menjawab soal nomor 4 walaupun jawabannya tidak sesuai dengan yang
diperintahkan oleh soal nomor 4. Dan juga sesuai dengan hasil angket resiliensi matematis,
Fitria & Maarif, Hambatan Epistemologi pada Pembuktian Geometri Sederhana Sisw...
538
bahwa S5 termasuk dalam kategori resiliensi tinggi karena S5 memiliki kemauan untuk
menyelesaikan persoalan matematik.
Siswa selanjutnya yang memiliki resiliensi tinggi kedua yaitu siswa S6, S6 mengalami
hambatan teknik operasional pada soal nomor 5. Dimana S6 tidak mampu melanjutkan
perhitungan sampai selesai sesuai dengan perintah dari soal nomor 5. Dengan soal nomor 5
terdapat pada gambar 11.
Gambar 11. Soal Nomor 5.
S6 menjawab soal nomor 5 dengan langkah yang dan cara yang tepat tetapi S6 tidak melakukan
kesalahan pada perhitungan hasil akhir dari seluruh luas tanah seperti yang diminta oleh soal
nomor 5. Jawaban S6 seperti yang tertera pada Gambar 12.
Gambar 12. Jawaban S6 Nomor 5.
Dari gambar 12 dapat kita lihat bahwa S6 melakukan kesalahan perhitungan pada hasil akhir
dari luas seluruhnya, hasil yang seharusnya adalah 114 tetapi S6 kurang teliti sehingga
mendapatkan perhitungannya yaitu 144. Dari jawaban S6 seperti yang tertera pada Gambar 12
dapat disimpulkan bahwa S6 mengalami hambatan teknik operasional. Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai hambatan yang dialami oleh S6 dan tingkat ketahanannya dalam
menyelesaikan soal yang diberikan, peneliti melakukan wawancara terhadap S6.
Hasil wawancara dengan S6, S6 menjelaskan bahwa sulit untuk memahami pembuktian
teorema pythagoras karena tidak paham akan konsep pembuktiannya. Dan juga terkait dengan
ketahanan penyelesaian soal S6 lebih memilih melanjutkan untuk menyelesaikan soal yang
menurutnya sulit daripada menyerah, S6 mengaku lebih baik berdiskusi dengan teman ataupun
dengan yang lebih paham untuk menyelesaikan persoalan matematik yang menjadikannya
hampir dapat menyelesaikan soal yang diberikan dengan sempurna. Sehingga pantas bahwa S6
termasuk dalam kategori resiliensi matematis tingkat tinggi karena memiliki sikap tangguh dan
tidak mudah menyerah. Sesuai dengan beberapa penelitian (Hidayat, 2017; Nurmasari et al.,
2014; Rahmmatiya & Miatun, 2020) yang menyatakan bahwa resiliensi matematis menjadi
Volume 4, No. 3, Mei 2021 pp 529-540
539
salah satu sikap faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar
matematik.
KESIMPULAN
Hambatan epistemologis yang dialami oleh siswa dapat terjadi karena adanya keterbatasan
dalam pengetahuan siswa mengenai suatu konsep. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
terjadi hambatan epistemologis yang berdasarkan pada tiga indikator hambatan epistemologis
dalam membuktikan teorema pythagoras dimana tiga indikator tersebut meliputi hambatan
konseptual, hambatan prosedural, dan hambatan teknik operasional.
Pertama yaitu hambatan konseptual, hambatan konseptual yang terdapat pada penelitian ini
yaitu siswa tidak dapat menuliskan pembuktian teorema pythagoras secara utuh dan juga
terdapat kesalahan pada pemilihan gambar yang dapat membantunya membuktikan teorema
pythagoras. Selanjutnya, pada hambatan prosedural yang muncul yaitu siswa tidak dapat
mengetahui maksud dari langkah sebelumnya dalam pembuktian teorema pythagoras sehingga
siswa tidak dapat menentukan langkah kosong selanjutnya. Dalam hambatan prosedural siswa
juga tidak dapat menentukan langkah yang salah dalam pembuktian teorema pythagoras
sehingga siswa tidak dapat menentukan langkah yang benar dalam pembuktian teorema
pythagoras. Sedangkan pada hambatan teknik operasional, hambatan yang terjadi yaitu siswa
melakukan kesalahan perhitungan baik pada hasil akhir siswa maupun pada perhitungannya.
Dari hambatan yang sudah dijabarkan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran untuk siswa
yaitu siswa harus dapat meningkatkan resiliensi matematis sehingga siswa bisa mendapatkan
pengetahuan lebih yang tidak hanya didapatkan dari guru saja. Sehingga jika siswa memiliki
pengetahuan yang lebih lengkap dan utuh maka hambatan epistemologis siswa dapat teratasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Bapak Safirin, Ibu Selvi Lindawati, dan Bapak Samsul Maarif atas dana,
tenaga, dan juga motivasi yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alifah, P. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Ditinjau
Dari Resiliensi Matematis. Universitas Siliwangi.
Asih, K. S., Isnarto, Sukestiyarno, & Wardono. (2019). Resiliensi Matematis pada
Pembelajaran Discovery Learning dalam Upaya Meningkatkan Komunikasi Matematika.
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2, 862–868.
Budiarti, A., Rusnayati, H., Siahaan, P., & Wijaya, A. F. C. (2018). Profil Hambatan Balajar
Epistimologis Siswa Pada Materi Momentum Dan Impuls Kelas X Sma Berbasis Analisis
Tes Kemampuan Responden. WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika), 3(1), 35.
https://doi.org/10.17509/wapfi.v3i1.10936
Elfiah, N. S., Maharani, H. R., & Aminudin, M. (2020). Hambatan Epistemologi Siswa Dalam
Menyelesaikan Masalah Bangun Ruang Sisi Datar. Delta: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, 8(1), 11. https://doi.org/10.31941/delta.v8i1.887
Hafiz, M., Darhim, & Dahlan, J. A. (2017). Comparison of Mathematical Resilience among
Students with Problem Based Learning and Guided Discovery Learning Model. Journal
of Physics: Conference Series, 895(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/895/1/012098
Hidayat, W. (2017). Adversity Quotient Dan Penalaran Kreatif Matematis Siswa Sma Dalam
Fitria & Maarif, Hambatan Epistemologi pada Pembuktian Geometri Sederhana Sisw...
540
Pembelajaran Argument Driven. 2(1), 15–28.
Kurnia, H. I., Royani, Y., Hendiana, H., & Nurfauziah, P. (2018). Analisis Kemampuan
Komunikasi Matematik Siswa Smp Di Tinjau Dari Resiliensi Matematik. Jpmi, 1(5), 933–
940. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p933-940
Maarif, S. (2017). Mengkonstruksi Bukti Geometri Melalui Kegiatan Eksplorasi Berbantu
Cabri Ii Plus. Euclid, 3(2). https://doi.org/10.33603/e.v3i2.331
Maarif, S., Setiarini, R. N., & Nurafni, N. (2020). Hambatan Epistimologis Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Didaktik
Matematika, 7(1), 72–89. https://doi.org/10.24815/jdm.v7i1.15234
Maharani, S., & Bernard, M. (2018). Analisis Hubungan Resiliensi Matematik Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Lingkaran. JPMI (Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(5), 819. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p819-
826
Mahfudy, S. (2017). Strategi Pembuktian Matematis Mahasiswa Pada Soal Geometri. JTAM |
Jurnal Teori Dan Aplikasi Matematika, 1(1), 31. https://doi.org/10.31764/jtam.v1i1.101
Nurmasari, N., Kusmayadi, T. A., & Riyadi. (2014). Analisis Berpikir Kreatif Siswa Dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Materi Peluang Ditinjau Dari Gender Siswa
Kelas Xi Ipa Sma Negeri 1 Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, 2(4), 351–358. https://doi.org/10.1016/0957-4166(92)80005-
H
Perbowo, K. S., & Anjarwati, R. (2017). Analysis of Students’ Learning Obstacles on Learning
Invers Function Material. Infinity Journal, 6(2), 169.
https://doi.org/10.22460/infinity.v6i2.p169-176
Rahmmatiya, R., & Miatun, A. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Ditinjau Dari Resiliensi Matematis Siswa Smp. Teorema: Teori Dan Riset Matematika,
5(2), 187–202. https://doi.org/10.31851/wahanadidaktika.v18i2.4387
Ramadhani, D. (2019). Hambatan Epistemologi Siswa Dalam Pembelajaran Perkalian
Bilangan Di Kelas II SD Negeri 10 Langsa Tahun Pelajaran 2018 / 2019. 2(2).
Sari, I. P., Purwasih, R., & Nurjaman, A. (2017). Analisis Hambatan Belajar Mahasiswa Pada
Mata Kuliah Program Linear. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 6(1), 39.
https://doi.org/10.25273/jipm.v6i1.1569
Sulistyowati, E. (n.d.). Analisis Kesalahan Mengerjakan Soal Geometri Pada Siswa Kelas V
Sd/Mi Di Kota Yogyakarta. 1–23. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Sundawan, M. D., Liliana, I., Dewi, K., & Noto, M. S. (2018). Kajian kesulitan belajar
mahasiswa dalam kemampuan pembuktian matematis ditinjau dari aspek epistemologi
pada mata kuliah geometri transformasi. INSPIRAMATIKA, Jurnal Inovasi Pendidikan
Dan Pembelajaran Matematika, 4(1), 13–26.
Zanthy, L. S. (2018). Kontribusi Resiliensi Matematis Terhadap Kemampuan Akademik
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Statistika Matematika. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 7(1), 85–94. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v7i1.344.