kelompok i epistemologi

29
EPISTEMOLOGI (CARA MENDAPATKAN ILMU PENGETAHUAN YANG BENAR) DAN ALIRAN-ALIRANNYA OLEH : (KELOMPOK I) INDAH MADURETNO 09.63021.505 KUNNAINI 09.63021.508 SUTARSIH 09.63021.529 SRI ASTUTIK 09.63021.530 SUGENG PUJI RAHAYU 09.63021.531 INDAH AGUSTINI 09.63021.552 HORRIYAH 09.63021.596

Upload: davixs

Post on 26-Jun-2015

320 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: KELOMPOK I Epistemologi

EPISTEMOLOGI(CARA MENDAPATKAN ILMU PENGETAHUAN YANG BENAR)

DAN ALIRAN-ALIRANNYA

OLEH :

(KELOMPOK I)

INDAH MADURETNO 09.63021.505

KUNNAINI 09.63021.508

SUTARSIH 09.63021.529

SRI ASTUTIK 09.63021.530

SUGENG PUJI RAHAYU 09.63021.531

INDAH AGUSTINI 09.63021.552

HORRIYAH 09.63021.596

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASIJURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS MADURAPAMEKASAN

Page 2: KELOMPOK I Epistemologi

2010EPISTEMOLOGI

(CARA MENDAPATKAN ILMU PENGETAHUAN YANG BENAR)

DAN ALIRAN-ALIRANNYA

Filsafat ilmu merupakan bagian dari Epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu berasal dari kata Arab : ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, yang berarti mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science, dari bahasa latin yang berasal dari kata scientia (pengetahuan) atau scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah episteme (pengetahuan).1

Dalam Encylopedia af Philosopy pengetahuan didefinisikan sebagai keprcayaan yang benar (knowledge isi justifiesd true belief). Menurut Sidi Gazalba bahwa epistemologi adalah pengkajian tentang asal mula, berlakuknya dan hubungan pengetahuan dengan pengalaman manusia.

Epistemologi membicarakan segala sesuatu tentang pengetahuan : Apakah sumber-sumber pengetahuan?, apakah hakekat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan?, apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan?, sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia.2

Epistemolgi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup

1 1Lihat A. Naufal Ramzy, Filsafat Ilmu : Pengantar dan Urgensinya dalam Pengembangan Inteletualisme, halaman 132 ?Lihat DR. Jujun S. Suriamantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, halaman 119

1

Page 3: KELOMPOK I Epistemologi

pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Pengetahuan dapat dimengerti sebagai kesadaran subjek pengenal tentang objek yang dikenalinya. Kesadaran itu diperoleh dengan bantuan peralatan pengumpulan data yang sesuai. Pengetahuan tersebut dapat subyektif, dapat pula bersifat obeyektif. Disebut subeyektif jika aneka pandangan, faham dan selera yang ada pada subyek pengenal berperan besar, langsung atau tidak langsung dalam proses mendapatkan kesadaran tersebut. Sebaliknya disebut obyektif, jika unsur-unsur yang bersifat spesifik ada pada diri subyek pengenal tersebut tidak ada.

Kebenaran berkedudukan dalam diri si pengenal. Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk akal. Maka kebenaran dapat dimengerti sebagai penyamanan akal dengan kenyataan. Itu terjadi pada taraf indrawi atau pada taraf akal budi, akan tetapi tidak pernah sampai pada kesamaan yang sempurna. Ilmu-ilmu empiris mencoba mengejar kesamaan itu dengan aneka cara yang khas ada pada ilmu itu. ilmu-ilmu pasti tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran tersebut, tetapi ilmu-ilmu pasti dapat memberi sumbangan positif kepada ilmu-ilmu di luar ilmu itu untuk makin dekat kepada kebenaran sejati (apapun sesungguhnya).

Thomas Aquinas (seraya mengakui sumbangan para filsuf yahudi dan Islam yang mendahuluinya) membedakan veritas ontologica (kebenaran ontologis) dari veritas logica (kebenaran logis). Yang pertama terdapat dalam kenyataan (entah spiritual maupun material) yang masih lepas dari gejala pengatahuan, meskipun ada kemungkinan bahwa akan diketahui atau dikenal. yang kedua terikat kepada akal si

2

Page 4: KELOMPOK I Epistemologi

pengenal, inilah kebenaran dalam arti sesingguhnya, yaitu penyamanan akal dengan kenyataan.

Adalah Descartes yang menambahkan kriteroum bagi kebenaran. Cara untuk mengenal ada atau tidak adanya idea yang jelas dan terpilah-pilah mengenai sesuatu itu (idea clara et distincta). Maka Descarter menganjurkan penerapan sikap kesangsian radikal sebagai alat uji kebenaran.

Patut dibahas langkah yang benar menuju kepada kebenaran pengetahuan (khususnya yang berkaitan dengan alam, termasuk manusia sebagian dari alam). Misalnya dalam meneliti gejala yang secara umum disebut ”piring terbang” (kemungkinan kunjungan makhluk angkasa luar), ”surga dsan neraka” (benarkah ada? dimana?), ”kematian” (adakah hidup sesudah matI?, kemana jiwa manusia pergi?, apakah hanya di sekitar kita, tetapi kita tak mampu kontak dengannya), metode apa yang kiranya menjamin kebenaran pengetahuan yang dihasilkan?.

Filsafat ilmu mempunyai hubungan yang erat dengan epistemologi (filsafat pengetahuan). Dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu merupakan pengembangan yang kronis aplikatif dari epistemologi yang ditunjukkan dengan penajaman analisis ilmiah struktural atas pengamalan (praktek) sains dan teknologi dalam sistem sosial budaya umat manusia.3

Aliran-aliran dalam epistemologi yaitu rasionalisme, emperisme, positivisme, modernisasi, Intuisionisme, idealisme dan pragmatisme. Semua aliran ini akan dibahas secara keseluruhan.

3 ?Lihat Asmoro Achmadi, Filsafat Ilmu, halaman 115.

3

Page 5: KELOMPOK I Epistemologi

A. RASIONALISME

Setelah tercapainya kedewasaan pemikiran, maka terdapat keseragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Karena orang mempunyai kecenderungan untuk membentuk aliran berdasarkan salah satu diantara keduanya, maka kedua-duanya membentuk aliran tersendiri yang saling bertentangan.

Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tatapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.

Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan . Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan bidang filsafat. Dalam bidang agama, rasionalisme adalah lawan autoritas dan dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan empirisme. Sedangkan empirisme yang dikonvergensikan dengan rasionalisme berkembang secara lebih spesifik menjadi positivisme dimana produknya berbentuk sains dan teknologi.

Rasionalisme berpendapat, bahwa sebagian dan bagian terpenting dari pengetahuan datang dari permukaan akal. Tatkala pengetahuan itu ditopang dengan argumentasi ilmiah oleh akal pikir maka ia naik status sebagai ilmu. Tentu saja hall itu telah mematuhi akidah-akidah ilmu logika karena kaidah-kaidah itu dapat menemukan konklusi yang secara apriori

4

Page 6: KELOMPOK I Epistemologi

(kebenarannya ada di dalam penalaran berpikir) tidak dapat ditolak validitasnya.

Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingan, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang harus jelas dan terpilah pilah (clear and distintively). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat dijadikan model cara mengenal secara dinamis.

Descartes menginginkan cara yang baru dalam berfikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran yang pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, Cogito ergo sum (saya berfikir saya ada). Jelasnya bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.4

B. EMPIRISME

Emprisme ialah paham yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiri.5 Pendapat lain menyatakan Emperisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengucilkan peranan akal. Istilah emperis diambil dari bahasa Yunani emperia yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin emperisme adalah lawan dari rasionalisme. Emperisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh atau bersumber

4 ?Lihat Asmoro Achmadi, Filsafat Ilmu, halaman 116.5 ?Lihat Prof. Dr. Ahmad Tafsir : Filsafat Ilmu : Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan, halaman 31

5

Page 7: KELOMPOK I Epistemologi

dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.

Ajaran-ajaran pokok empirisme yakni pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio, semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi, semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika), akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman,empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

Yang dimaksud pengalaman disini adalah pengalaman inderawi, dimana seluruh kebenaran yang diperoleh merupakan hasil dari observasi sehingga kebenarannya disebut kebenaran a posteriori. Contoh : Perak bila dipanaskan pasti memuai, besi bila dipanaskan pasti memuai, timah bila dipanaskan pasti memuai. Kesimpulannya semua logam bila dipanaskan pasti memuai

Aliran emperisme dibangun oleh Francis Bacon dan Thomas Hobbes, namun mengalami sistemasi pada dua tokoh berikutnya John Locke dan David Hume.

6

Page 8: KELOMPOK I Epistemologi

1. Francis Bacon (1210-1292)

Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada.

Berdasarkan penjelasan yang ada memungkinkan manusia untuk meramalkan apa yang mungkin terjadi dan melakukan upaya agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak. Contohnya kita mengetahui bahwa banjir disebabkan oleh hutan gundul. Jadi pengetahuan ilmiah mempunyai tiga fungsi yautu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol. tantum possumus, quatum scimus (kita dapat melakukan sesuatu sebatas yang kita tau) kata Francis Bacon.

2. Thomas Hobes (1588-1679)

Menurut Hobbes tidak semua yang diamati pada benda-benda itu adalah nyata, yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda itu. Segala yang ada ditentukan oleh sebab yang hukumnya sesuai dengan ilmu pasti dan ilmu alam. Dunia suatu keseluruhan sebab akibat, situsai kesadaran kita termasuk didalamnya. Filsafat Hobes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan tentang yang ada secara mekanis.

pendapatnya bahwa filsafat ilmu adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang sebab akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Segala hal yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.

7

Page 9: KELOMPOK I Epistemologi

Materialis yang dianut Hobbes adalah bahwa segala yang ada besifat bendawi yaitu segala sesuatu yang tidak bergantung pada gagasan kita. Dengan demikian pengertian substansi diubah menjadi suatu teori aktualitas.

Namanya sangat terkenal karena teorinya tentang kontrak sosial, yaitu manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan diri. Apabila setiap orang mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan, pertengkaran atau perang total tidak dapat dihindari.

3. John Locke (1623-1704)

Lahir tahun 1632 di Wrington dekat Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates inggris. John Locke seorang ahli politik, ilmu alam dan ilmu kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu Concerning Human Understanding, terbit tahun 1600; Letters on Tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan Two Treatises on Goverment, terbit tahun 1690.

Locke telah meneliti akal. Ia berhasil tampil dengan argumennya tentang kerasionalan agama Kristen. Pengetahuan kita datang dari pengalaman, begitu katanya. Teorinya tabula rasa menjelaskan pandangannya itu. Ia berkesimpulan bahwa tang dapat kita ketahui hanya materi, karena itu materialisme harus diterima.6 Bila pengindraan adalah asal usul pemikiran, maka kesimpulannya haruslah materi adalah material jiwa.

Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan

6 ?Lihat Prof. Dr. Ahmad Tafsir : Filsafat Ilmu : Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan, halaman 84

8

Page 10: KELOMPOK I Epistemologi

meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia yang sifatnya lebih baik daripada sensation.

4. David Hume (1711-1776)

Lahir di Edinburg Scotlan tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang yang menguasai hukum, sastra dan filsafat. Karya terpentingnya adalah an encury humen understanding, terbit tahun 1748 dan an encury into the principles of moral terbit yahun 1751.

Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang siongkat yaitu I never catch my self at any tiem with out perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression atau kesan yang disistemasikan).

C. POSITIVISME

Aliran positifvisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah faktual dan yang positif sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak sepert apa adanya, sebatas pengalaman-pengalam obyektif.

Positivisme adalah aliran yang mengkorvergensikan aliran emperisme dan rasionalisme. Positivisme menyempurnakan metode ilmiah (scientifis method) dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi pada prinsipnya, filsafat positivisme merupakan elaborasi ”re-aktualitatif” atas emepirisme dan rasionalisme.

9

Page 11: KELOMPOK I Epistemologi

Aliran ini berpendapat bahwa alat indera amatlah penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimentasi. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis dan ada bukti empirisnya yang terukur.

Salah satu tokoh airan positifvisme adalah August Comte (1798-1587), lahir di Montpellier, Prancis. Sebuah karyanya adalah Cours philopsophia positive (kursus tentang filsafat positif) dan berjasa dalam mencipta ilmu sosiologi. Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlansung dalam tiga tahap: tahap telogis (manusia mengarahkan pandangannya kepada hakikat yang batiniah), tahap metafisis (manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis), dan tahap ilmiah/positif (manusia telah mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya). Tahap-tahap tersebut berlaku pada setiap individu (dalam perkembangan rohani) juga di bidang ilmu pengetahuan.

Comte pada akhir hidupnya berupaya untuk mebangun agama baru tanpa teologi atas dasar filsafat positifnya dan mengagungkan akal serta mendambakan kemanusiaan dengan semboyan “Cinta sebagai prinsip, teratur sebagai basis, kemajuan sebagai tujuan”.

D. MODERNISME

Munculnya positivisme dan evolusionisme menambah terbukanya pintu pengingkaran terhadap aspek kerohanian. Julien de Lamettrie (1709-1751) mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semua dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak) sedangkan jiwa tanpa

10

Page 12: KELOMPOK I Epistemologi

bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja. Menurut Ludwig feueurbach (1804-1872) sebagai pengikut Hegel, mengemukakan pendapatnnya, bahwa baik pengetahua maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-satunya asas kesusilaan adalah keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat akan sesamanya.

Menurut Karl Marx (1818-1883), seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ditentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala hasil tindakannya : ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik – semuanya itu hanya endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-benar dalam sejarah.

E. INTUISIONISME

Intuisionisme adalah aliran yang mengatakan bahwa tidak hanya indera yang terbatas (relatif) tetapi juga akal (reason). Obyek-obyek yang ditangkap adalah obyek yang selalu berubah. Karenanya pengetahuan tentang itu tidak pernah tetap. Intelek atau akal (reason) juga terbatas. Akal dapat mengetahui sesuatu jika dikonsentrasikan ke obyeknya.

Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan isting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasaannya. Penegembangan kemampuan intuisi memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.7

7 ?Lihat Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, halaman 107

11

Page 13: KELOMPOK I Epistemologi

Menurutnya, intusi mengatasi sifat lahiriyah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis, meyeluruh, mutlak dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Jadi intuisionisme adalah adalah untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisis atau pengetahuan yang diperoleh lewat pelukisan tidak dapat menggantikan hasil pengenalan intuisi.

Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi anlisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantudalam menemukan kebenaran. Bagi Nietzchen intusi merupakan ”intelegensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow intuisi merupakan ”pengalaman puncak” (peak experience).

Adapun perbedaan antara intuisi dalam filsafat Barat dengan makrifat dalam Islam adalah kalau intuisi diperoleh lewat perenungan dan pemikitan yang konsisten, sedangkan dalam islam makrifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari Tuhan.

F. IDEALISME

Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yiatu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan ruhani.

12

Page 14: KELOMPOK I Epistemologi

Alasan aliran ini yang mentayakan bahwa hakikat benda adalah ruhani, spirit atau sebangsanya adalah :

1. Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia.

2. Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.

3. Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja.8

Segala kenyataan ini termasuk kenyataan manusia sebagai ruh. ruh itu tidak hanya mengusai perorangan, tetapi juga kebudayaan. Jadi kebudayaan adalah perwujudan dari alam dan cita-cita itu adalah ruhani. Karena aliran idealisme dapat disebut juga aliran spiritualisme.

Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya tiap-tiap yang ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangansaja dari alam ide ini. Jadi idelah yang menjadi hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu. G. PRAGMATISME

Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari kata Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik asalkan

8 ? Lihat Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, halaman 138-139

13

Page 15: KELOMPOK I Epistemologi

dapay membawa kepraktisan dan bermanfaat. artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.9

Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang pramatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, antomi dan filsafat.

Alasan lahirnya aliran ini karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan beragama. Ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan haikat bagi orang Amerika terlalau teoritis. Kaitannya dengan agama, apabila ide-ide tersebut benar.

H. EKSISTENSIALISME

Kata eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaanya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaanya ditentukan oleh akunya.10 Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan-merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang konkret.

Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.

Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger, J. P. Santre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel. Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa

9 ? Lihat Asmoro Achmadi, Filsafat Ilmu, halaman 125.10 ? Lihat Asmoro Achmadi, Filsafat Ilmu, halaman 127.

14

Page 16: KELOMPOK I Epistemologi

kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individu yang konkret. Karena manusia penuh dengan dosa, hanya iman pada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.

I. KANTIANISME

Setelah materialisme pengaruhnya merajarela, para murid Kant mengadakan gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak puas terhadap Materialisme, Postivisme dan Idealisme. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis yang bebas dari spekulasi Idealisme dan bebas dari dogmatis Positivisme dan Materialisme. Tokohnya antara lain Wilhem Windelband (1848-1915), Heman Cohen (1842-1918), Paul Natrop (1854-1924), Heinrich Reeickhart (1863-1939).

Herman Cohen memberikan titik tolak pemikirannya mengemukakan bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta, karena segala sesuatu baru dapat dikatakan “ada” apabila telebih dahulu dipikirkan.11 Artinya “ada” dan “dipikirkan” adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan person, tetapi sebagai cita-cita dari seluruh perilaku manusia

DAFTAR PUSTAKA

11 ? Lihat Asmoro Achmadi, Filsafat Ilmu, halaman 128.

15

Page 17: KELOMPOK I Epistemologi

Ahmad Tafsir, Prof. Dr, Filsafat Ilmu : Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan, Remaja Rosdakarya cetakan ke-4, Bandung, 2009.

A. Naufal Ramzy, Filsafat Ilmu : Pengantar dan Urgensinya dalam Pengembangan Intelektualisme, Livnaziyan Pustaka, Sumenep.

Amsal Bakhtiar, Prof. Dr. M.A., Filsafat Ilmu, Rajagrafindo Persada cetakan ke-4, 2007.

Jujun S. Suriasumantri, Dr, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

F Soesianto, Filsafat Ilmu – Kebenaran Pengetahuan , (dari internet).

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

16

Page 18: KELOMPOK I Epistemologi

1 Nama : Indah MaduretnoTTL : Pamekasan, 20 Februari 1972Alamat : Jl. Peayaman 7 - Pamekasan Pekerjaan : PNS Bag. Umum Kabupaten Pamekasan Pendidikan : SDN Jungcangcang III PMK (1985) SMPN IV Pamekasan (1988) SMAN III Pamekasan (1992)

2 Nama : KunnainiTTL : Pamekasan, 07 Sep1968Alamat : Prumnas Tlanakan Indah Blok

E 10 Pamekasan Pekerjaan : PNS UPTD Puskesmas

Sopa’ah Kab. Pamekasan Pendidikan : SDN Padetegan I PMK (1981) MTSN Pademawu (1984) SMKKN Pamekasan (1987) SPAG Surabaya (1996-1997)

3 Nama : Sutarsih TTL : Pamekasan, 12 Agustus 1978Alamat : Jl. Kangenan no. 124-

Pamekasan Pekerjaan : PNS Cabang Dinas

Pendidikan Kec. Larangan Kabupaten PMK Pendidikan : SMEA Pamekasan (1989)

17

Page 19: KELOMPOK I Epistemologi

4 Nama : Sri AstutikTTL : Pamekasan, 11 Agustus 1969Alamat : Jl. P. Trunijoyo Gg VII - PMK Pekerjaan : PNS di INSPEKTORAT Kabupaten Pamekasan Pendidikan : SDN Patemon I Pmk (1983) SMPN I Pamekasan (1986) SMAN II Pamekasan (1989)

5 Nama : Sugeng Puji RahayuTTL : Pamekasan, 02 April 1978Alamat : Jl. P. Trunojoyo Gg. 7A -

Pamekasan Pekerjaan : PNS Kependudukan & Capil Kabupaten Pamekasan Pendidikan : SDN Jungcangcang VI PMK (1990) SMPN I Pamekasan (1993) SMAN II Pamekasan (1996)

6 Nama : Indah AgustiniTTL : Pamekasan, 08 Agustus 1975Alamat : Jl. P. Trunojoyo VI/239 Pamekasan Pekerjaan : PNS DISHUBKOMINFO Kabupaten Pamekasan Pendidikan : SDN Jungcangcang VI PMK (1987) SMPN IV Pamekasan (1990) SMAN III Pamekasan (1993)

18

Page 20: KELOMPOK I Epistemologi

7 Nama : HorriyahTTL : Pamekasan, 25 Mei 1975Alamat : Jl. Pintu Gerbang Gg V PamekasanPekerjaan : PNS UPTD Puskesmas

Sopa’ah Kabupaten Pamekasan Pendidikan : SDN Bugih II Pmk (1988) SMPN III Pamekasan (1991) SMAN IV Pamekasan (1994)

19

Page 21: KELOMPOK I Epistemologi

20