hama dan penyakit ikan

31
Isopoda Posted on Maret 21, 2010 by drkurnia 0 Oleh : Dhimas Ragil Kurnia Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan prop. Jawa Tengah Penyebab Alitropus typus. Bio-ekologi Patogen Pemakan darah “blood feeder”, ukuran parasit antara 0,2- 0,8 cm sehingga mudah dilihat dengan mata telanjang Menginfeksi hamper semua jenis ikan air tawar, terutama ikan-ikan bersisik seperti ikan mas, dan nila Kasus serius umumnya terjadi pada budidaya ikan di Karamba Jaring Apung (KJA) pada awal musim penghujan, dimana limpasan bahan organik yang masuk ke badan perairan relative tinggi Gejala Klinis Luka dan pendarahan pada tempat gigitan, dan secara visual parasit ini tampak menempel pada tubuh ikan terutama di bawah sisik atau pangkal sirip. Hilang keseimbangan, lemah dan nafsu makan menurun Diagnosa

Upload: nugroho-tejo-mukti

Post on 02-Jul-2015

2.659 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hama Dan Penyakit Ikan

Isopoda Posted on Maret 21, 2010 by drkurnia

0

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan prop. Jawa Tengah

Penyebab

Alitropus typus.

Bio-ekologi Patogen

Pemakan darah “blood feeder”, ukuran parasit antara 0,2-0,8 cm sehingga mudah dilihat dengan mata telanjang

Menginfeksi hamper semua jenis ikan air tawar, terutama ikan-ikan bersisik seperti ikan mas, dan nila

Kasus serius umumnya terjadi pada budidaya ikan di Karamba Jaring Apung (KJA) pada awal musim penghujan, dimana limpasan bahan organik yang masuk ke badan perairan relative tinggi

Gejala Klinis

Luka dan pendarahan pada tempat gigitan, dan secara visual parasit ini tampak menempel pada tubuh ikan terutama di bawah sisik atau pangkal sirip.

Hilang keseimbangan, lemah dan nafsu makan menurun

Diagnosa

Secara visual terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh ikan

Page 2: Hama Dan Penyakit Ikan

Pengendalian

Perontokan parasit dalam wadah terbatas dengan bahan kimia yang mengandung bahan aktiv dichlorfos pada konsentrasi 5-7 ppm selama 60 menit.

Setelah parasit rontok, ikan dipindahkan ke wadah lain untuk diobati dengan disinfektan atau antibiotic untuk mencegah adanya infeksi sekunder oleh bakteri pada bekas gigitan parasit

Menggunakan spot light pada malah hari untuk mengumpulkan parasit tersebut pada satu lokasi, kemudian diangkat dengan jaring

Gembil (insang dan tubuh) Posted on Maret 21, 2010 by drkurnia

0

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan prop. Jawa Tengah

Penyebab

Myxobulus spp. (syn, Myxosoma spp.)

Bio-ekologi Patogen

Mikrosporida berbentuk seperti biji semangka (kwaci), terbungkus dalam kista yang berisi ribuan sel parasit

Menginfeksi jaringan ikat tapis insang dan otot ikan mas (terutama benih)

Umumnya menginfeksi benih ikan mas, namun ikan tawes, sepat dan tambakan juga dapat terinfeksi parasit ini

Page 3: Hama Dan Penyakit Ikan

Prealvensi serangan bervariasi dari rendah sampai dengan laju kematian berpola kronis

Gejala Klinis

Terlihat adanya benjolan putih seperti tumor berbentuk bulat lonjong menyerupai butiran padi pada insang ikan

Pada infeksi berat, tutup insang (operculum) tidak dapat lagi menutup sempurna

Bengkak-bengkak/gembil di bagian tubuh (kanan/kiri)

Diagnosa

Preparat ulas : kista yang pecah Menggunakan mikroskop untuk melihat morfologi parasit

Pengendalian

Persiapan kolam (pengeringan dan desinfeksi kolam selama beberapa hari dengan kalsium hipoklorid, Ca(OCL2) pada dosis 10ppm untuk memutus siklus hidup parasit

Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan

Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi parasit

Pengendapan yang dilengkapi dengan filtrasi/penyaring fisik (batu, ijuk, kerikill dan pasir)

Posted in: Hama dan Penyakit Ikan

Cacing Insang (Dactylogiriasis) Posted on Februari 18, 2010 by drkurnia

0

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan prop. Jawa Tengah

Page 4: Hama Dan Penyakit Ikan

Penyebab

Dactylogyrus sp. Dan Cychlidogyrus sp.

Bio-ekologi Patogen

Cacing kecil yang bersifat ekto-parasit dan berkembang biak dengan bertelur Menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih

Dactylogyrus sp. Memiliki 2 pasang titik mata, dan pada ujung kepalanya terdapat 4 buah tonjolan

Penularan terjadi pada saat fase infeksi

Gejala Klinis

Nafsu makan menurun, lemah, pertumbuhan lambat dan produksi lender berlebih Berkumpul, mendekat ke air masuk

Insang pucat atau bengkak sehingga operculum membuka

Diagnosa

Preparat ulas : insang Menggunakan mikroskop untuk melihat morfologi parasit

Pengendalian

Mempertahankan temperatur air >29oC Mennjaga kualitas air dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan

Frekwensi penggatian air lebih sering

Perendaman dengan formalin 25-40ppm selama 12-24jam

Perendaman Kalium permanganat (PK) pada dosis 0,01% (aerasi/oksigen cukup)

Perendaman dalam larutan garam dapur (NaCL) 1-2% selama 10 menit dilakukan berulang-ulang

Posted in: Hama dan Penyakit Ikan

Lerniasis Posted on Februari 17, 2010 by drkurnia

0

Page 5: Hama Dan Penyakit Ikan

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan prop. Jawa Tengah

Penyebab

Lernaea cyprinaceae dan L. arcuata

Bio-ekologi Patogen

Parasit ini dikenal dengan nama cacing jangkar Menempel ke tubuh ikan dengan “jangkar” menusuk dan berkembang di bawah kulit

Hampir semua jenis ikan air tawar ini rentan terinfeksi, terutama ukuran benih

Pada tingkat infeksi yang tinggi dapat mengakibatkan kasus kematian yang serius

Gejala Klinis

Terlihat menyerupai panah yang menusuk tubuh ikan. Terkadang pada tubuh parasit ditumbuhi lumut sehingga ikan yang terinfeksi terlihat membawa bendera hijau.

Terjadi luka atau pendarahan pada lokasi tempat penempelannya, pada benih ikan, dalamnya tusukan bisa mencapai organ dalam sehingga dapat menyebabkan kematian.

Diagnosa

Secara visual dapa terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh ikan.

Pengendalian

Pengendapan dan penyaringna air masuk Pemusnahan ikan yang terinfeksi dan pengeringan dasar kolam yang diikuti dengan

pengapuran

Larutan formalin pada 250 ppm selama 15 menit

Larutan abate pada dosis 1 ppm (akuarium) dan 1,5 ppm (kolam)

Larutan trichlorfon 2-4 ppm selama 24 jam

Posted in: Hama dan Penyakit Ikan

Streptocicciasis

Page 6: Hama Dan Penyakit Ikan

Posted on Februari 13, 2010 by drkurnia

0

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Jawa Tengah

Penyebab

Streptococcus iniae

Bio-Ekologi Patogen

Bakteri gram positif, berbentuk bulat kecil (cocci), bergabung menyerupai rantai, non motil, koloni transparan dan halus

Infeksi Streptococcus pada ikan dapat berlangsung secara kronik hingga akut

Jenis ikan budidaya air tawar yang sering dilaporkan terinfeksi jenis bakteri ini adalah ikan nila

Seperti halnya mycobacteriosis, penyakit ini lebih banyak dilaporkan pada ikan yang dipelihara pada perairan tenang (stagnant) dan system resirkulasi

Infeksi Streptococcus banyak ditemukan di organ otak, sehingga ikan yang terinfeksi sering menunjukan tingkah laku abnormal seperti kejang atau berpoutar

Gejala Klinis

Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap dan pertumbuhan lambat Exopthalmia, pendarahan, perut gembung (dropsy) atau luka yang berkembang

menjadi borok

Sering pula infeksi Streptococcus tidak menunjukan gejala klinis yang jelas kecuali kematian yang terus berlangsung.

Diagnosa

Isolasi dan identifikasi melalui uji bio-kimia

Pengendalian

Manajemen kesehatan ikan terpadu (inang, lingkungan dan pathogen)

Page 7: Hama Dan Penyakit Ikan

Erythromycine 50-100 mg/kg ikan/hari melalui pakan selama 21 hari

Oxytetracycline 50-75 mg/kg ikan/hari melalui pakan selama 10 hari

Tetracycline 75-100 mg/kg ikan/hari melalui pakan selama 14 hari.

Mycobacteriosis Posted on Februari 13, 2010 by drkurnia

0

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Jawa Tengah.

Penyebab

Mycobacterium spp.

Bio-Ekologi Patogen

Bakteri gram positif, berbentuk batang pendek dan non-motil Serangan bersifat kronis

Infeksi Mycobacterium banyak ditemukan pada ikan yang dipelihara pada lingkungan perairan tenang (stagnan) dan system resirkulasi, sehingga jenis ikan seperti gurame dan cupang yang cocok dengan perairan seperti  itu sering dilaporkan terinfeksi penyakit tersebut

Kolam tadah hujan dan pekarangan dengan sumber air terbatas lebih rentan terhadap jenis penyakit ini

Ikan yang terinfeksi Mycobacterium menunjukan gejala bervariasi, namun sering pula tidak menunjukan gejala klinis sama sekali.

Gejala Klinis

Hilang nafsu makan, lemah, kurus, mata melotot (exopthalmia) serta pembengkakan tubuh

Apabila menginfeksi kulit, timbul bercak-bercak merah dan berkembang menjadi luka, sirip dan ekor geripis

Page 8: Hama Dan Penyakit Ikan

Pada infeksi lanjut, secara internal telah terjadi pembengkakan empedu, ginjal dan hati serta sering ditemukan adanya tubercle/nodule yang berwarna putih kecoklatan

Gejala tersebut diawali dengan kurang gizi terutama vitamin E

Apabila menginfeksi sirip, maka sering dicirikan dengan rontok sirip (fin rot).

Diagnosa

Isolasi an identifikasi melalui uji bio-kimia

Pengendalian

Manajemen lingkungan ikan terpadu (inang, lingkungan dan pathogen) Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan

Posted in: Hama dan Penyakit Ikan

Parasit Ikan (Argulosis) Posted on Februari 10, 2010 by drkurnia

0

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan perikanan Propinsi Jawa Tengah.

Penyebab : Argulus sp

Bio-Ekologi Patogen

Dikenal dengan nama “kutu ikan” dan penghisap darah Berbentuk datar dan nampak seperti piring

Melukai tubuh ikan dengan bantuan enzim cytolitic

selain pada kulit, kutu ini juga sering dijumpai di bawah tutup insang ikan

Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terinfeksi parasit ini

Page 9: Hama Dan Penyakit Ikan

Pada intensitas serangan yang tinggi, ikan dewasapun dapat mengalami kematian karena kekurangan darah.

Gejala Klinis

Secara visual tampak seperti kutu yang menempel pada tubuh ikan, desertai dengan perdarahan di sekitar tempat gigitannya

Iritasi kulit, hilang keseimbangan, berenang zig-zag, melompat ke permukaan air, dan menggoso-gosokan badannya pada benda keras di sekitarnya

Diagnosa

Secara visual terlihat adanya parasit pada tubuh ikan

Pengendalian

Pengeringan dasar kolam yang diikuti dengan pengapuran Perendaman dalam larutan Dylox pada dosis 0,25 ppm selama 24 jam atau lebih di

kolam

Perendaman dalam larutan Trichlorfon 2-4 ppm selama 24 jam

Perendaman dengan larutan Amonium Klorida (NH4Cl) pada dosis 1,0-1,5% selama 15 menit, atau garam dapur pada dosis 1,25% selama 15 menit.

Penyakit Ikan (Koi Herpes Virus/KHV) Posted on Februari 9, 2010 by drkurnia

0

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.

epizootiologi & Status

Virus DNA, penyebab utama kematian masal ikan mas dan koi Hanya menginveksi ikan mas dan koi. Jenis ikan lain tidak terinveksi

Tidak menular ke manusia yang mengkonsumsi atau kontak dg ikan yang terinveksi KHV (tidak zoonosis).

Keganasan dipicu oleh kondisi lingkungan (temperatur dibawah 30 derajat Celcius dan kualiotas air yg buruk).

Page 10: Hama Dan Penyakit Ikan

Penularan melalui kontak antar ikan, air/lumpur & peralatan perikanan yang terkontaminasi, serta median lain (sarana transportasi, manusia dll).

Ikan yg bertahan hidup (survivors) dapat menjadi pembawa (carriers) atau kebal.

Kekebalan terhadap KHV tidak menurun ke anak-anaknya.

Diagnosa definitif dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PRC). diagnosa dini masih sulit dilakukan, termasuk terhadap ikan carriers KHV.

Daerah penyebaran meliputi : Jawa, sebagian Sumatera, Bali, Sumbawa dan Kalimantan selatan.

belum ada obat/vaksin yang ampuh.

Gejala klinis

Nafsu makan menurun, gelisah Megap-megap, lemah dan ekses mukus

insang pucat, terdapat bercak putih (white patch), akhirnya rusak dan membusuk.

Sering diikuti inveksi sekunder oleh bakteri, parasit dan jamur.

Definisi kasus KHV

Terjadi pada ikan mas dan koi Terjadi kerusakan insang pada ikan yang mati

terjadi kematian masal dalam waktu singkat (1-7 hari)

ikan sehat

Page 11: Hama Dan Penyakit Ikan

ikan terinfeksi KHV

ikan terinfeksi KHV dan infeksi sekunder

Pengendalian

desinfeksi sebelum/selama proses produksi Manajemen kesehatan ikan yg terintegrasi

Gunakan ikan bebas KHV dan karantina (penerapan biosecurity)

Imunopropilaksis : pemberian unsur Imunostimulan

Mengurangi padat tebar dan hindari stress

Pengobatan terhadap penginfeksi sekunder (bila perlu)

(Herbal terapy untk meningkatkan status kesehatan ikan

Kenali musim sukses & gagal (kaitannya dengan kondisi lingkungan, kualitas dan kuantitas air

Kerjasama dan koordinasi seluruh komponen (steakholder).

Penyakit Ikan Posted on Februari 6, 2010 by drkurnia

Page 12: Hama Dan Penyakit Ikan

2

Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Sumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah

A. Pendahuluan

Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan, dan  dapat menyebabkan kegagalan dalam budidaya ikan. Penyakit ikan erat hubungannya dengan lingkungan dimana ikan berada. Dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan, juga perlu diketahui hal-hal  yang bersangkutan dengan timbulnya penyakit ikan.

B. Penyakit ikan

—  Penyakit ikan adalah suatu keadaan di mana tubuh ikan mengalami sesuatu (kemasukan benda asing) sehingga keadaan tubuh tidak normal

—  Mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan lingkungan, dimana ikan itu hidup.

—  Hubungan erat antara Ikan, patogen, lingkungan harus seimbang agar tidak timbul penyakit.

—  Ikan hidup di lingkungan air maka bila terjadi perubahan sedikit saja dari lingkungan dapat menyebabkan stress pada ikan, sedangkan ikan yang dalam keadaan tress akan mudah terkena penyakit.

—  Organisme penyebab penyakit  itu sendiri (patogen) telah ada dalam perairan, tetapi dalam kondisi yang seimbang patogen tersebut tidak menyebabkan ikan menjadi sakit.

—  Jika kondisi yang seimbang tersebut terganggu misalnya adanya perubahan lingkungan maka patogen yang ada dalam air dapat menyebabkan ikan menjadi sakit.

C. Gejala penyakit

—  Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat seperti kekurangan Oksigen (02).

—  Tidak ikut bergerombol atau memisahkan diri dan berenang pasif.

—  Berenang oleng.

—  Adanya tanda-tanda tertentu pada tubuh ikan : bercak merah, bercak putih, bisul atau adanya jamur.

—  Insang terlihat pucat

Page 13: Hama Dan Penyakit Ikan

—  Lendir berkurang / berlebihan dan tidak merata

D. Faktor penyebab

—  Faktor Abiotik adalah  penyebab penyakit bukan oleh organisme pathogen, tetapi oleh keadaan lingkungan yang tidak cocok (sifat kimia dan fisika air yang tidak sesuai untuk kebutuhan hidup ikan), makanan yang tidak sesuai baik kualitas maupun kuantitas dan faktor keturunan.

—  Faktor Biotik adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme pathogen seperti virus, bakteri, jamur dan copepoda.

E. Penularan

—  Adanya kontak antara ikan yang sehat dan ikan yang sakit (melalui media air) : pemeliharaan ikan sakit digabungkan dengan ikan yang sehat dalam satu bak/kolam.

—  Penularan oleh manusia, hal ini mungkin terjadi karena adanya kecerobohan dalam penanganan ikan : setelah memegang ikan yang sakit, tanpa mencuci tangan langsung memegang ikan yang sehat/atau mencuci tangan di bak/kolam yang berisi ikan sehat.

—  Media dan peralatan yang digunakan untuk ikan sakit, digunakan kembali tanpa didesinfektan terlebih dahulu.

—  Aliran air untuk unit perkolaman yang berbentuk seri maka kemungkinan penularan penyakit semakin besar dari pada unit perkolaman berbentuk pararel.

F. Pencegahan

—  Perbaikan Lingkungan Kolam

v  Pengeringan dan penjemuran kolam

√        Secara periodik 4 – 5 bulan sekali atau pada waktu panen ikan

√        Untuk menghilangkan bibit penyakit serta menghilangkan gas-gas beracun yang mungkin ada di dasar kolam

v  Pengapuran Kolam

√        Membunuh bakteri dan penyakit

√        Merupakan bahan pengaktif untuk meningkatkan produktivitas perairan

√        Menetralisir keasaman air dan tanah dalam kolam akibat pemupukan

√        Dosis 10 – 20 gram tohor per m3

Page 14: Hama Dan Penyakit Ikan

√        Untuk daerah terkena penyakit Myxosporeasis tindakan pencegahan yang cukup efektif adalah dengan pengeringan kolam secara total lalu dikapur dengan dosis 200 gram kapur tohor per m3 dan dibiarkan 1 – 2 minggu

—  Mencegah masuknya bibit penyakit melalui air

v  Air sebelum masuk kedalam kolam dapat disaring terlebih dahulu dengan menggunakan bak saringan dan bak pengapuran

v  Fungsi Bak Saringan : mencegah masuknya hewan dan parasit  misal Lernea dan Argulus. Mencegah masuknya ikan-ikan yang tidak diingini misal  ikan gabus, ikan seribu yaitu ikan yang bertindak sebagai carrier pembawa penyakit Lernea.

v  Fungsi Bak Pengendapan : mencegah lumpur dan bahan organik yang terlalu banyak terbawa air, dapat digunakan batu kerikil, batu dibungkus ijuk.

v  Bak penyaring air dapat pula diletakkan tidak diatas kolam tetapi dekat sumber air.

v  Pembuatan bak saringan dapat juga digabung dengan bak pengendapan, sehingga keseluruhan sumber air terlebih dahulu ditampung bak pengendapan,kemudian melewati bak penyaringan dan air yang keluar sudah dalam keadaan bersih dan langsung dibagi-bagikan ke kolam.

—  Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Ikan

v  Memperlakukan ikan secara hati-hati : waktu tebar ikan tidak dengan cara melempar, pada waktu menangkap ikan dilakukan secara berhati-hati, perlakukan terhadap ikan harus penuh kasih sayang.

v  Mengkarantina ikan terlebih dahulu setelah pengangkutan. Ikan setelah pengangkutan biasanya dalam keadaan lemah shg perlu disegarkan kembali : meletakan dalam air yang bersih dan segar selama beberapa waktu.

v  Adaptasi ikan, hal ini perlu dilakukan bila mendatangkan ikan dari tempat lain. Adanya perbedaan kualitas air dari tempat asal dengan tempat yang baru dapat menyebabkan stress pada ikan sehingga melemahkan daya tubuh ikan. Adaptasi  bertujuan : agar ikan terlebih dahulu menyesuaikan pada lingkungan yang baru agar tidak terjadi stress.

—  Saat Pemeliharaan

v  Kepadatan ikan.

Kepadatan yang berlebihan akan akan menyebabkan kompetisi satu sama lain ikan terhadap ruang, makanan, oksigen. Adanya pergesekan satu dengan lainnya akan memudahkan ikan terluka, yang kesemuanya ini dapat melemahkan tubuh ikan serta mempercepat penyebaran penyakit.

v  Makanan cukup kualitas dan kuantitas.

Page 15: Hama Dan Penyakit Ikan

Makanan yang buruk dapat melemahkan daya tahan tubuh ikan, sehingga mempermudah ikan terkena penyakit.

v  Hindarkan pencemaran dan kekurangan oksigen dalam air.

pencemaran dan kekurangan oksigen dapat langsung menyebabkan penyakit pada ikan bahkan dapat menyebabkan kematian.

1. Perawatan Kesehatan Ikan

—  Ikan yang sakit segera dipisahkan dan diobati, untuk menghindari penularan penyakit, seyogyanya ikan sakit tidak dicampur dengan ikan yang sehat, dan pengobatan dilakukan ditempat lain. Pengobatan sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar penyakit mudah diobati.

—  Sebelum dan sesudah pengangkutan ikan perlu di treatmen / diberikan perlakuan perendaman dengan probiotik ( spt. Pidas atau Master fish ) atau secara tradisional dengan daun ketapang / kamboja

—  Secara periodik meneliti pertumbuhan ikan serta mengamati keadaan lingkungan air.

Penyakit ikan (bintik putih “ich”) Posted on Februari 6, 2010 by drkurnia

0

oleh   : Dhimas Ragil Kurniasumber : Balai Karantina dan Kesehatan Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Prov. Jawa Tengah.

PenyebabIchthyophthirius multifliis

Bio-Ekologi Patogen- Protozoa dari golongan ciliata, ekosistem air tawar- bentuk bulat/oval- Diameter 50-1000 mikron- diselaputi cilia- inti sel seperti tapal kuda- dalam siklus hidupnya harus menginfeksi ikan sebagai inang

Page 16: Hama Dan Penyakit Ikan

- sangat ganas, infeksi berat dapat mematikan 100% populasi dalam waktu beberapa hari- Menginfeksi semua jenis dan ukuran ikan

Gejala klinis- Nafsu makan menurun- gelisah- Frekwensi pernafasan meningkat- Cenderung mendekati inlet- Bintik2 putih pada sirip, kulit atau insang

Diagnosa- preparat ulas: lendir, sirip, insang- Menggunakan microskop untuk melihat morfologi parasit

Pengendalian- pertahankan temperatur air >29o C- Menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui imunostimulai (vit C) atau penyediaan pakan alami yang cukup.- Meningkatkan frekwnsi pergantian air- Perendaman dalam larutan campuran Malachit Green Oxalate (MGO) 0,15 ppm dengan formalin 15 ppm selama 12-24 jam.- Perendaman dengan garam dapur 300 ppm atau kalium permanganat (PK) 0,01% = 19/10ltr selama 2 jam (aerasi/oksigen cukup).- Perendaman dengan Acriflavin 10-15 ppm selama 15 menit.

Hama dan Penyakit Ikan Lele

Agustus 27, 2007 — Anas Ariffudin

Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama.

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Jenis hama/penyakit

1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla

Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron.

Gejala: lele yang terkena bakteri ini: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air.

Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik.

Page 17: Hama Dan Penyakit Ikan

Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.

2. Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum

Gejalanya: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.

Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.

Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.

3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.

Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.

Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.

Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit.

4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis)

Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.

Gejala:

(1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air;

(2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang;

(3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.

Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.

Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari

5. Penyakit cacing Trematoda

Page 18: Hama Dan Penyakit Ikan

Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.

Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.

Pengendalian:

(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit;

(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;

(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ±30 menit;

(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;

(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.

6. Parasit Hirudinae

Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.

Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah.

Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.

Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :

1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.

2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.

3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.

4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

Sumber : http://www.pustakatani.org/InfoTeknologi

hama dan penyakit ikan karantina Hama dan penyakit ikan karantina golongan bakteri yailtu Aeromonas salmonicida, Renibacterium salmoninarum, Nocardia spp., Edwardsiella ictaluri, Pasteurella piscicida, Aerococcus viridans (var) homari, Mycobacterium spp., Edwardsiella tarda, Streptococus spp. dan Yersinia ruckeri.Beberapa jenis bakteri tersebut dilaporkan telah terdapat di Indonesia namun belum tersebar luas, yaitu Aeromonas salmonicida di Jawa, Mycobacterium sp. di Jawa dan Sumatera, Edwardsiella tarda

Page 19: Hama Dan Penyakit Ikan

di Jawa serta Streptococcus sp. di Sulawesi.Upaya pencegahan melalui tindakan karantina terhadap ikan-ikan yang diimpor dari luar negeri maupun yang dilalulintaskan di dalam wilayah Indonesia harus dilakukan untuk mencegah masuknya jenis-jenis bakteri yang belum terdapat atau sudah terdapat di Indonesia tetapi belum tersebar luas.BIOLOGIAeromonas salmonicida adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membentuk spora maupun kapsul, dan bersifat aerob. Bakteri ini tidak dapat hidup lama tanpa inangnya dan suhu optimal bagi pertumbuhannya antara 22-28oC, sedangkan pada suhu 35oC pertumbuhannya terhambat. Dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dan dikenal sebagai penyebab penyakit "furunculosis".Renibacterium salmoninarum yang dikenal sebagai penyebab "kidney disease" adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,3-1,5 x 0, 1-1,0 µm, bersifat gram positif, tidak bergerak, tanpa kapsul, sering terdapat berpasangan dan bersifat aerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dengan suhu optimal pertumbuhannya antara 15-18oC, sedangkan pada suhu 25oC perturnbuhannya akan terhambat.Mycobacterium sp. yang dikenal sebagai penyebab penyakit " tuberkulosis ikan" (Fish TB), adalah bakteri yang berbentuk batang, dengan ukuran 0,2-0,6 x 1,0-10 µm, bersifat gram positif lemah, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini banyak dijumpai di perairan tawar dan laut maupun tanah dengan suhu optimal pertumbuhannya 25-30oC. Tidak dapat tumbuh pada suhu 37oC kecuali M. marinum, M. fortuitum dan M. chelonei.Nocardia sp. adalah bakteri yang bentuknya bervariasi yaitu bulat, oval dan batang berfilamen, dengan ukuran diameter 0,5-1,2 µm, bersifat gram positif, bergerak, tidak membentuk kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini tersebar di alam termasuk di air dan tanah. Suhu optimal bagi pertumbuhan Nocardia asteroides antara 28-35oC, sedangkan N. kampachi tidak tumbuh pada suhu 10oC atau 37oC.Edwardsiella tarda dan E. Ictaluri berbentuk batang bengkok, dengan ukuran 1 x 2-3 µm, bersifat gram negatif bergerak dengan bantuan flagella, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya sekitar 35oC, sedangkan pada suhu di bawah 10oC atau di atas 45oC tidak dapat tumbuh.Pasteurella piscicida berbentuk batang pendek, berukuran 0,6-1,2 x 0,8-2,6 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membuat kapsul maupun spora dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat hidup di lingkungan air laut dengan kisaran suhu untuk pertumbuhannya 10-39oC. Umumnya yang diisolasi dari ikan dapat tumbuh baik pada suhu 25oC.Streptoccocus sp. berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif aerob. Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4 µm. Bakteri ini dapat hidup di air tawar dan air laut dengan kisaran suhu bagi pertumbuhannya antara 10-45oC.Yersinia ruckeri berbentuk batang, dengan ukuran 0,5-0,8 x 1,3 µm, bersifat gram positif, tidak membentuk spora atau kapsul, bergerak dengan flagella peritrichous pada suhu di bawah 30oC, sedangkan pada suhu 37oC tidak membentuk flagella. Bakteri ini dapat dijumpai di air dengan suhu optimal pertumbuhannya 22-25oC.Aerococcus viridans (var.) homari adalah bakteri yang berbentuk bulat, ada yang berpasangan atau seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat ditemukan di air tawar atau juga air laut.

Page 20: Hama Dan Penyakit Ikan

Pada umumnya sumber dan cara penularan penyakit akibat serangan bakteri-bakteri tersebut di atas antara lain melalui ikan yang sakit, ikan karir, air yang terkontaminasi, makanan yang terkontaminasi, telur yang terkontaminasi, alat atau pakaian yang terkontaminasi atau melalui bulu burung air.Untuk Mycobacterium sp. cara penularannya belum diketahui dengan pasti diduga beberapa yang mungkin adalah melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Cara penularan Nocardia sp. pada ikan juga belurn jelas diketahui, sedangkan penularan Aerococcus viridans melalui ikan yang sakit.Renibacterium salmoninarum dan Yersinia ruckeri dilaporkan menyerang ikan famili Salmonidae, sedangkan Aeromonas salmonicida selain menyerang ikan-ikan famili Salmonilidae juga menyerang ikan-ikan non salmon seperti sidat (Anguilla spp.), chubs (Coregonus zenithicus), dace, tenc, carp, catfish, pike, sculpins, perch, gold fish (Carassius auratus) dan spesies ikan lainnya. Ada indikasi bahwa semua spesies ikan baik tawar ataupun laut dapat bersifat rentan terhadap Aeromonas salmonicida.Selain menyerang berbagai ikan air tawar ataupun air laut, Mycobacterium sp. dilaporkan juga menyerang katak, jenis-jenis kadal, ular, buaya dan kura-kura maupun penyu. Nocardia sp. dilaporkan menyerang berbagai ikan air tawar dan air laut antara lain rainbaow trout (Oncorhynchus mykiss), brook trout (Salvelinus fontinalis), neon tetra, sepat (Trichogaster trichopterus), paradise fish, gurami dan yellow tail (Seriolla quinquiradiata).Edwardseilla tarda dilaporkan menyerang ikan-ikan air tawar dan laut antara lain channel catfish (Ictalurus punctatus), chinook salmon (Onchorhynchus tshawyscha). Common carp (Cyprinus carpio), crimson seabream (Evynnis japonicus), japanese flounder (Paralichthys olivaceus), japanese eel (Anguilla japonica), Largemouth bass (Mycropterus salmoides), mullet (Mugil cephalus), red sea bream (Chrysophrys major), striped bass (Morone saxatilis), Tilapia (Tilapia nilotica), Yellow tail (Seriolla quinquiradiata), ular, buaya dan singa laut, sedangkan Edwardseilla ictaluri dilaporkan menyerang channel catfish (Ictalurus furcatus), brown bullhead (Ictalurus nebulosus), blus catfish (Ictalurus furcatus), Danio (Danio devario), green knifefish (Eigemannia virens), Walking catfish (darias batrachus), White catfish (Ictalurus catus).Stireptococcus dilaporkan menyerang jenis-jenis ikan air tawar dan laut antara lain rainbow trout (Onchorhynchus mykiss), sea trout (Cynoscion regalis), silver trout (Cynoscion nothus), golden shiner (Notemigonus crysoleucas), yellow tail (Seriola quinquiradiata), menhaden (Brevoortia patronus), Sea Catfish (Arius felis), striped mullet (Mugil cephalus), pinfish (Lagodon rhomboides), Atlantic croaker (Macropogon undulatus), spot (Leiostomus exanthus), Sting ray (Dasyatis sp.), Dolphin air tawar (Iniageoffrensis), Sidat (Angulla japonica), Ayu (Leicoglossus altivelis), Amago salmon (Onchorhynchus rhodurus), Jacopever (Paralichthys olivaceus), Striped bass (Morone saxatilis), Blue fish (Pomatomous saltatic), Siganids (Siganus cahaliculatus), Sea Bream (Pagrus major), tilapia (Oreochromis sp.) dan Channel catfish (Ictalurus punctatus).Pasteurella piscicida dilaporkan menyerang ikan-ikan laut antara lain Ayu (Plecoglossus altivelis), black seabream (Mylio macrocephalus), red seabrearn (Pagrus major), kerapu merah (Epinephelus akaara), yellow tail (Seriola quinquiradiata) dan menhaden (Brevoortia patronus), sedangkan Aerococcus virridans dilaporkan meyerang lobster Amerika.

GEJALA PENYAKITGejala klinis akibat serangan Aeromonas salmonicida pada ikan adalah pembengkakan di bawah kulit yang biasanya menjadi luka terbuka berisi nanah, darah, dan jaringan yang rusak di puncak luka tersebut seperti cekungan, sirip putus atau patah, pendarahan pada insang, petikiae pada otot, usus

Page 21: Hama Dan Penyakit Ikan

bagian belakang lengket dan bersatu, serta pembengkakan limpa dan ginjal yang berkembang menjadi nekrosis atau kernatian jaringan.lkan yang terserang Renibacterium salmoninarum menunjukkan tanda-tanda luar dan dalam seperti mata menonjol, perut kembung, sisik berdiri, pendarahan, abses di beberapa bagian tubuh dan wama kehitam-hitaman, ginjal luka dan berwama abu-abu, kernudian ginjal bengkak dan terjadi nekrosis.Serangan Mycobacterium sp. pada ikan menunjukkan tanda-tanda seperti mata menonjol, pembengkakan vena, dan adanya luka pada tubuh, mama pucat, lordosis, skeliosis, ulser atau luka dan rusaknya sirip (patah-patah). Adanya bintil berwama putih keabu-abuan pada hati, ginjal dan empedu. Benjolan terdapat di berbagai organ seperti insang, pericardium, mata, empedu, ginjal dan hati.Gejala klinis pada ikan yang terserang Nocardia sp. adalah pembengkakan pada organ yang terserang (seperti tumor), ulser atau luka pada permukaan tubuh, lemah, nafsu makan menurun dan kurus.Serangan Edwardsiella tarda dan E. ictaluri pada ikan dalarn tahap infeksi ringan hanya menampakkan luka-luka kecil, Sebagai perkembangan penyakit lebih lanjut, luka bernanah berkembang dalarn otot rusuk dan lambung. Pada kasus akut, luka bernanah secara cepat bertambah dengan berbagai ukuran, kemudian luka-luka terisi gas dan terlihat bentuk cembung menyebar keseluruh tubuh. Warna tubuh hilang, dan luka-luka merata diseluruh tubuh, jika luka digores, akan tercium bau busuk (H2S).Ikan yang terserang Streptococcus sp, menunjukkan gejala seperti mata menonjol, pendarahan pada kelopak mata, ginjal membengkak, hati menjadi merah tua dan kerusakan usus.Gejala yang terlihat akibat serangan Pasteurella piscicida pada ikan adalah wrna tubuh menjadi gelap, pendarahan pada tutup insang dan sirip, serta Iuka pada ginjal dan limpa.Ikan yang terserang Yersinia ruckeri akan terlihat lamban, warna tubuh menjadi gelap cairan kuning pada usus, perut berisi cairan yang tidak berwarna, pendarahan pada otot dan organ dalam, serta radang pada bagian tertentu seperti mulut, langit-langit, tutup insang dan pangkal sirip.Tanda-tanda klinis akibat serangan Aerococcus viridans pada lobster tidak jelas, kadang-kadang terlihat warna merah muda pada perut bagian atas.DAERAH SEBARANFurunculosis yang disebabkan oleh Aeromonas salmonicida dilaporkan teiah tersebar luas di dunia yaitu Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa (Perancis, Norwegia, Belgia, Austria dan Swiss), Australia dan Asia termasuk Indonesia (Jawa).Renibacterium salmoninarum penyebab "kidney disease" sudah menyebar di negara-negara Eropa (Jerman, Spanyol, Italia, Norwegia, Swedia, Yugoslavia, Inggris, Perancis dan Islandia), AS, Kanada, Chili dan Jepang.Mycobacterium sp. penyebab tuberculosis dan Nocardia sp. penyebab nocardiosis kemungkinan sudah terdapat di seluruh dunia, khusus untuk Mycobacterium sudah terdapat di Indonesia (Sumatera), sedangkan Pasteurella piscicida dilaporkan terdapat di AS, negara-negara Eropa dan Jepang.Penyebab penyakit Edwardsiellosis, E. tarda dan E. ictaluri sudah terdapat di AS, Jepang, dan Afrika Selatan, khusus untuk E. tarda sudah menyebar sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia (Jawa). Streptococcus sp. sudah terdapat di AS, Inggris, Norwegia, Jepang, Afrika Selatan, Teluk Mexico, China dan Indonesia (Jawa), sedangkan Aerococcus viridans dilaporkan terdapat di AS.KERUGIAN YANG DITIMBULKAN

Page 22: Hama Dan Penyakit Ikan

Serangan penyakit mempunyai dampak negaTif yang segera dapat dirasakan, seperti misalnya kerugian ekonomi yang tinggi. Pada akhir tahun 1980, di Indonesia terjadi kematian sebanyak 125 ribu ekor ikan mas dan 30% induk ikan terjadi di daerah budidaya di Jawa Barat diakibatkan oleh serangan bakteri Aeromonas spp. antara lain A. salmonicida dan menyebabkan penurunan produksi dan kerugian kira-kira 4 milyar rupiah. Pada tahun 1989, di Skotlandia terjadi wabah furunculosis sebanyak 15 kali pada ikan-ikan air tawar dan 127 kali pada ikan-ikan air laut.Pasteurella piscicida dilaporkan telah menyebabkan kernatian masal ikan ekor kuning (Seriola sp.) di Jepang dengan kerugian sebesar 10 juta poundsterling atau 30 milyar rupiah. Edwardsiella tarda merupakan penyebab penyakit bakteri yang paling serius pada budidaya ikan sidat di Taiwan dan Jepang, sedangkan E. ictaluri pada akhir tahun 1980 dilaporkan telah menyebabkan kernatian masal (lebih dari 50%) anak ikan dan induk ikan lele Amerika di AS. Kerugian yang ditimbulkan mencapai puluhan juta dolar atau puluhan milyar rupiah.Pada tahun 1970 sampai 1980-an, di Jepang tedadi wabah akibat serangan Streptococcus pada ikan ekor kuning, sidat, ayu dan tilapia yang menimbulkan kerugian sejumlah 30 juta poundsterling atau kira-kira 90 milyar rupiah.TINDAKAN KARANTINAPencegahan sebaiknya dilakukan untuk menghindari tedadinya kerugian besar yang dapat ditimbulkan akibat serangan bakteri.Tindak karantina mutlak diperlukan dalam usaha pencegahan masuknya jenis-jenis bakteri bersama-sama ikan impor yang sebelumnya tidak terdapat di Indonesia. Selain itu karantina juga mencegah menyebarnya jenis bakteri yang sudah terdapat di daerah pulau tertentu ke daerah / pulau lainnya di dalam wilayah Indonesia. Dengan meningkatkan sistern dan tindakan-tindakan karantina ikan di Indonesia maka usaha peningkatan produksi perikanan dan penyelamatan sumberdaya ikan diharapkan semakin berhasil.Sumber :Pusat Karantina Ikan, Departemen Kelautan dan PerikananJl. MT Haryono Kav. 52-53, Jakarta 12770Telp. 021-79180303, Fax : 021-79183218

Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahuinya potensi dari protein kristal Bt sebagai agen pengendali serangga, berbagai isolat Bt dengan berbagai jenis protein kristal yang dikandungnya telah teridentifikasi. Sampai saat ini telah diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik sehingga tidak mematikan serangga bukan sasaran dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan.Mekanisme PatogenisitasKristal protein yang termakan oleh serangga akan larut dalam lingkungan basa pada usus serangga. Pada serangga target, protein tersebut akan teraktifkan oleh enzim pencerna protein serangga. Protein yang teraktifkan akan me-nempel pada protein receptor yang berada pada permukaan sel epitel usus. Penempelan tersebut mengakibatkan terbentuknya pori atau lubang pada sel sehingga

Page 23: Hama Dan Penyakit Ikan

sel mengalami lysis. Pada akhirnya serangga akan mengalami gangguan pencernaan dan mati.Cara IsolasiIsolat Bt dapat diisolasi dari tanah, bagian tumbuhan, kotoran hewan, serangga dan bangkainya dan sumber lain. Salah satu cara isolasi yang cukup efektif adalah dengan seleksi asetat. Beberapa gram sumber isolat disuspensikan ke dalam media pertumbuhan bakteri (misal LB) yang mengandung natrium asetat kemudian dikocok. Media asetat tersebut menghambat pertumbuhan spora Bt menjadi sel vegetatif. Setelah beberapa jam media tersebut di-panaskan pada suhu 80°C selama beberapa menit. Pemanasan ini akan membunuh sel-sel bakteri atau mikroorganisme yang sedang tumbuh termasuk spora-spora bakteri lain yang tumbuh. Kemudian sebagian kecil dari suspensi yang telah dipanaskan diratakan pada media padat. Koloni-koloni yang tumbuh kemudian dipindahkan ke media sporulasi Bt. Koloni yang tumbuh pada media ini dicek keberadaan spora atau protein kristalnya untuk menentukan apakah koloni tersebut termasuk isolat Bt.

Penapisan Isolat yang ToksikTidak semua isolat Bt beracun terhadap serangga. Untuk itu perlu dilakukan penapisan daya racun dari isolat-isolat yang telah diisolasi. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk hal ini. Pertama dengan pendekatan molekular dan kedua dengan bioasai.Pendekatan molekular dilakukan dengan PCR menggunakan primer-primer yang dapat menggandakan bagian-bagian tertentu dari gen-gen penyandi protein kristal (gen cry). Hasil PCR ini dapat dipakai untuk memprediksi potensi racun dari suatu isolat tanpa terlebih dulu melakukan bioasai terhadap serangga target. Dengan demikian penapisan banyak isolat untuk kandungan gen-gen cry tertentu dapat dilakukan dengan cepat.Untuk menguji lebih lanjut daya beracun dari suatu isolat maka perlu dilakukan bioasai dengan mengumpankan isolat atau kristal protein dari isolat tersebut kepada serangga target. Dari bioasai ini dapat dibandingkan daya racun antar isolat. Dengan pendekatan seperti ini BB-Biogen telah mengidentifikasi beberapa isolat Bt lokal yang mengandung gen cry1 dan beracun terhadap beberapa serangga dari ordo Lepidoptera seperti Ostrinia furnacalis (penggerek jagung), Plutella xylostella (hama kubis), Spodoptera litura (ulat grayak), S. exigua (hama bawang merah) dan Etiella zinckenella (penggerek kedelai).

Cara PerbanyakanPerbanyakan bakteri Bt dalam media cair dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan sederhana. Karena yang kita perlukan sebagai bioinsektisida adalah protein kristalnya, maka diperlukan media yang dapat memicu terbentuknya kristal tersebut. Media yang mengandung tryptose telah diuji cukup efektif untuk memicu sporulasi Bt. Dalam 2–5 hari Bt akan bersporulasi dalam media ini dengan pengocokan pada suhu 30°C. Perbanyakan Bt ini dapat pula dilakukan dalam skala yang lebih besar dengan fermentor.Potensi sebagai BioinsektisidaUntuk bahan dasar bioinsektisida biasanya digunakan sel-sel spora atau protein kristal Bt dalam bentuk kering atau padatan. Padatan ini dapat diperoleh dari hasil fermentasi sel-sel Bt yang telah disaring atau diendapkan dan dikeringkan. Padatan spora dan protein kristal yang diperoleh dapat dicampur dengan bahan-bahan pembawa, pengemulsi, perekat, perata, dan lain-lain dalam formulasi bioinsektisida.PeluangIsolat-isolat Bt lokal asli Indonesia ini mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai

Page 24: Hama Dan Penyakit Ikan

bioinsektisida dengan daya racun yang sebanding dengan bioinsektisida berbasis Bt yang telah dikomersialkan.Bioinsektisida berbasis Bt mempunyai sifat selektif tidak beracun terhadap hama bukan sasaran atau manusia dan ramah lingkungan karena mudah terurai dan tidak meninggalkan residu yang mencemari lingkungan.Isolat-isolat Bt lokal yang ada di BB-Biogen terbuka bagi kerja sama untuk uji fermentasi, uji lapang dan uji formulasi.