halusinasi

12
‘’ HALUSINASI ’’ DEFINISI Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat ( yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih – lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 1998). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998). Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999)

Upload: andhy-pratama

Post on 16-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

halusinasi

TRANSCRIPT

HALUSINASI

DEFINISIHalusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat ( yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 1998). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998).Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999)Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari luar.

ETIOLOGIYang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :a. Aspek fisik : Makan dan minum kurang Tidur kurang atau terganggu Penampilan diri kurang Keberanian kurangb. Aspek emosi : Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil Merasa malu, bersalah Mudah panik dan tiba-tiba marahc. Aspek sosial Duduk menyendiri Selalu tunduk Tampak melamun Tidak peduli lingkungan Menghindar dari orang lain Tergantung dari orang laind. Aspek intelektual Putus asa Merasa sendiri, tidak ada sokongan Kurang percaya diri

D. PATOFISIOLOGI ( PROSES TERJADINYA HALUSINASI )Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut :1.Fase PertamaDisebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan.Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klienmelamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanyamenolong sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yanglambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.2.Fase KeduaDisebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasimenjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,kecemasan meningkat, malamun dan berfikir sendiri menjadi dominan. Mulaidirasakan adanya bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu,dan ia tetap dapat mengontrolnya Perilaku klien : meningkatnya tanda tanda system saraf otonomseperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik denganhalusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.3.Fase KetigaAdalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensorimenjadi berkuasa. Termasuk kedalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdayaterhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatianhanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat,tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.4.Fase KeempatAdalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur denganhalusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilangcontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungan. Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampumerespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih darisatu orang.DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

RENCANA KEPERAWATAN1. diagnosa : Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 2. Tujuan TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimalTUK :1. Klien dapat membina hubungan saling percaya2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya6. Klien dapat memanfatkan system pendukung yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Intervensi : Bina hubungan saling percaya dengan komunikasi terpeutik:- Salam terpeutik- Perkenalkan diri- Jelaskan tujuan interaksi- Ciptakan lingkungan yang tenang- Buat kontrak yang jelas- Tepati waktu- Rasional : Hubungan saling percaya sebagai dasar iteraksi yang terapeutik antara perawat dan klien

2. Intervensi : Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien- Rasional : Memotivasi klien memandang dirinya secara positif.

3. Intervensi : Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative- Rasional: Penilaian negatif semakin menambah rasa tidak percaya diri

4. Intervensi : Utamakan memberi pujian yang realistis- Rasional : Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri klien

5. Intervensi : Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selamaSakitRasional : Memotivasi klien mengidentifikasi kegiatan selama sakit6. Intervensi : Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat diperlihatkan penggunaannya- Rasional : Membantu klien mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya7. Intervensi : Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilanjutkan setiap hari sesuai kemampuan:- Kegiatan mandiri- Kegiatan dengan bantuan sebagian- Kegiatan yang membu tuhkan bantuan total- Rasional : Membantu klien mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya

8. Intervensi : Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien- Rasional : Memberikan klien gambaran tentang kemampuannya

9. Intervensi : Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan- Rasional : Memberi rol model bagi klien sehingga mudah bagi klien untuk melakukan kegiatan

10. Intervensi : Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan- Rasional : Kesempatan untuk berhasil dapat memotivasi klien untuk melakukan menetapkan ketrampilan yang sudah dimiliki

11. Intervensi : Beri pujian atas keberhasilan klien- Rasional : Memotivasi klien untuk melakukan ketrampilan selanjutnya

12. Intervensi : Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah- Rasional: Mendukung klien dalam melakukan aktifitas

13. Intervensi : Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat, bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah- Rasional : Untuk memotivasi dan mempertahankan aspek positif dan keluarga mempunyai arti penting bagi klieN

EvaluasiEvaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP dengan penjelasan sebagai berikut:S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Dapat diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan tindakan keperawatan seperti coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol atau memutuskan halusinasi yang benar?.O : Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan.A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat.

Rencana tindak lanjut dapat berupa:a.Rencana diteruskan, jika masalah tidak berubah.b.Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan.c.Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama diberikan.Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah:a.Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.b.Klien mampu mengetahui tentang halusinasinya.c.Meminta bantuan atau partisipasi keluarga.d.Mampu berhubungan dengan orang lain.e.Menggunakan obat dengan benar.f.Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi.g.Keluarga mampu merawat klien di rumah dan mengetahui tentang cara mengatasi halusinasi serta dapat mendukung kegiatan-kegiatan klien.

DAFTAR PUSTAKA1. Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

2. Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

5. http://rosdianasaniapon.blogspot.com/2009/04/halusinasi.html ( Diakses Pada Tanggal 08 juni 2013)