halusinasi

16
PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI DENGAR A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra seseorang pasien, yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik (W.F Marammis, 1998 hal 119) Halusinasi pendengaran adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya individu mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar dan orang lain tidak mendengarnya. (Rasmun,Skp, 2001 hal 44) Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang tidak disentralkan dengan stimulasi eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interprestasi waham tentang pengalaman halusinasinya (Kaplan dan Sodoek 1997 hal 462). Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya individu mendengar suara-suara atau bisikan- bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar dan orang lain tidak mendengarnya. (Kelliat Budi Anna, 2001 hal 44). Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan Halusinasi Pendengaran adalah individu merasa mendengar suara orang yang membicarakan, mengejek, menertawakan atau mengancam dirinya, padahal tidak ada suara disekitarnya. 2. Psikodinamika a. Etiologi 1). Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti Schizoprenia, depresi atau keadaan psikosa lainnya, dimensia, keadaan delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Menurut Mary Durant Thomas, 1991.

Upload: arief-ferri-n

Post on 27-Jun-2015

389 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: HALUSINASI

PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI:HALUSINASI DENGAR

A. KONSEP DASAR

1. PengertianHalusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra seseorang pasien, yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik (W.F Marammis, 1998 hal 119)

Halusinasi pendengaran adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya individu mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar dan orang lain tidak mendengarnya. (Rasmun,Skp, 2001 hal 44)

Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang tidak disentralkan dengan stimulasi eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interprestasi waham tentang pengalaman halusinasinya (Kaplan dan Sodoek 1997 hal 462).

Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan, artinya individu mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangan dari luar dan orang lain tidak mendengarnya. (Kelliat Budi Anna, 2001 hal 44).

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan Halusinasi Pendengaran adalah individu merasa mendengar suara orang yang membicarakan, mengejek, menertawakan atau mengancam dirinya, padahal tidak ada suara disekitarnya.

2. Psikodinamikaa. Etiologi

1). Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti Schizoprenia, depresi atau keadaan psikosa lainnya, dimensia, keadaan delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Menurut Mary Durant Thomas, 1991.Halusinasi juga dapat terjadi dengan epilepsi,kondisi infeksi sistemik dan penggunaan metabolik. Halusinasi dapat juga dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, antikolinergik, anti inflamasi, dan antibiotik. Sedangkan obat-obatan halusinogen dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat terjadi pada saat individu normal, yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensori seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada saat pembicaraan.

2). Halusinasi terjadi akibat kemampuan kognitif yang terganggu. Hal ini dikarenakan informasi atau beban sensori terlalu berlebihan atau overload, dan menghasilkan halusinasi Menurut Mc. Farland dan Thomas, 1991.a) Teori Psikoanalisa

Halusinasi terjadi karena defisit fungsi ego atau pertahanan diri, sehingga terjadi konflik psikologis. Dan penggunaan mekanisme pertahanan seperti distori, denial, dan proyeksi (halusinasi).

Page 2: HALUSINASI

b) Teori LingkunganHalusinasi dapat terjadi bila seseorang berada dalam situasi atau lingkungan yang penuh dengan stresor. Bila individu tersebut tidak dapat mengatasi dan hanya berfokus pada kecemasan yang diakibatkan stressor,maka individu tersebut akan melamun dan berangan-angan, bila didiamkan berlarut-larut akan menyebabkan halusinasi.

c) Teori BiologiHalusinasi akibat struktur otak yang abnormal sehingga tidak mampu menerima stimulus dengan baik, faktor genetik juga menjadi penyebab besar dan faktor biokimia yang mempengaruhi otak dengan adanya dopamin.

3). Halusinasi disebabkan karena adanya gangguan pada otak. a) Teori Biologi

Otak tidak berkembang secara sempurna, menurunnya volume otak dan fungsi abnormal. Menurut Stuard and Laraia.Sehingga kesulitan dalam memfilter otak mengalami sensori dan kesulitan dalam memproses informasi.

b) Teori PsikologiHalusinasi dapat ditimbulkan oleh hubungan antar anggota keluarga atau khususnya anak dengan orang tua yang tidak harmonis, adanya konflik keluarga, kegagalan dalam menyelesaikan tahap awal perkembangan psikososial, koping stres yang tidak adekuat sehingga menimbulkan gangguan orientasi realita.

c) Teori Sosial Kultural dan LingkunganMenjelaskan bahwa halusinasi dapat disebabkan oleh stres yang diakumulasi akibat faktor lingkungan, seperti tidak keharmonisan.

b. Manifestasi Klinik1) Bicara senyum dan tertawa sendiri.2) Mengatakan mendengar sesuatu, melihat, menghidu, mengecap, dan merasa

sesuatu yang tidak nyata.3) Merusak diri sendiri/ orang lain / lingkungan.4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.5) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal, sikap curiga dan bermusuhan.6) Tidak dapat memusatkan perhatian 7) Menarik diri,menghindari orang lain 8) Sikap curiga dan bermusuhan 9) Sulit membuat keputusan, ketakutan10) Menyalahkan diri dan orang lain11) Mudah tersinggung, jengkel, marah12) Muka merah kadang pucat13) Ekspresi wajah tegang

c. Jenis Halusinasi1) Halusinasi pendengaran

Pasien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengar

2) Halusinasi penglihatanPasien melihat gambar yang jelas/samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihat

Page 3: HALUSINASI

3) Halusinasi penciumanPasien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya

4) Halusinasi pengecapanPasien merasa makan sesuatu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihat pasien memakan sesuatu yang nyata

5) Halusinasi perabaanPasien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata

d. ProsesProses halusinasi dapat berkembang menjadi 4 fase:1) Fase Pertama: Menenangkan-anietas tingkat sedang.secara umum halusinasi

bersifat menyenangkanKarakteristik: orang yang menderita halusinasi mengalami peningkatan emosi, seperti anietas, kesepian, merasa bersalah dan perasaan takut serta mencoba untuk berfokus pada kenyamanan untuk mengurangi kecemasannya. Orang tersebut merasakan/mengetahui bahwa pikiran dan pengalaman sensorinya dalam kontrol sadar (jiwa kecemasan teratasi “non psycotic”)Perilaku yang dapat di observasi:a) Tertawa tidak pada tempatnya b) Pergerakan bibir tanpa menimbulkan suarac) Pergerakan mata dengan cepatd) Respon verbal lambate) Diam membisu dan linglung ( asik sendiri )

2) Fase kedua: menyalahkan – ansietas tingkat berat.Halusinasi umumnya menjadi ancamanKarakteristik: pengalaman sensori menjadi ancaman yang menakutkan. Orang yang menderita halusinasi mulai merasakan hilang kontrol dan mulai menjauhi diri dari sumber yang ada. orang tersebut merasakan kebingungan oleh penglaman sensori dan menarik diri dari orang lain.Perilaku yang dapat di observasi: a) Meningkatkan sistem syaraf otomatis, tanda-tanda kecemasan seperti

meningkatnya tekanan darah,respirasi dan ritme jantung.b) Bentuk perhatian mulai terbatas dan menyempit.c) Asyik sendiri dengan pengalaman sensori dan hilangnya kemampuan untuk

membedakan halusinasi dari realita.3) Fase ketiga : Mengendalikan – ansietas tingak berat

Pengalaman sensori menjadi penguasaKarateristik: orang yang menderita halusinasi menyerah untuk mengalah melawan pengalamanya. Bentuk halusinasi menjadi suatu kebutuhan. Orang tersebut dapat mengalami hidup menyendiri jika pengalaman sosialnya berakhir.Perilaku yang dapat diobservasi:a) petunjuk yang berasal dari halusinasinya akan diikutib) kesulitan bersosialisasi dengan orang lainc) perhatiannya hanya beberapa detik atau menitd) gejala-gejala fisik dari kecemasan berat seperti tremor, ketidakmampuan

mengikuti petunjuk dan berkeringat

Page 4: HALUSINASI

4) Fase keempat : menaklukan-anietas tingkat panik.Biasanya menjadi terfokus dan menjadi berbaur dengan delusi.Karakteristik: pengalaman sensori dapat menjadi ancaman ketika orang tersebut tidak mengikuti perintah. Halusinasi dapat berakhir dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (“psychotic berat”).

Perilaku yang dapat di observasi:a) bentuk terol seperti panikb) potensial kuat untuk bunuh diri atau pembunuhan c) aktifitas fisik yang mengarah pada bentuk halusinasi seperti agitasi,

tindakan kekerasan, menarik diri atau katatonia d) tidak dapat berespon terhadap pengarahan atau petunjuk yang kompleks.

e. Rentang ResponRespon perilaku klien dengan halusinasi dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon.

Respon adaptif Respon maladaptive

- Pikiran logis- Persepsi akurat- Emosi konsisten- Perilaku cocok- Hubungan sosial

harmonis

- Kadang proses pikiran terganggu

- Ilusi- Emosi berlebihan /

berkurang- Perilaku yang tidak

biasa

- Ggn. Proses pikir Halusianasi

- Kerusakan proses pikiran dengan pengalaman

- Isolasi sosial

( Stuart G. W. and Sundeen, S. J, 1995,) Respon adaptif dari kelima perubahan tersebut adalah sebagai berikut :1) Perubahan proses pikir

Klien yang terganggu pikirannya sering berperilaku koheren.2) Perubahan pola persepsi

Persepsi dapat diartikan sebagai reaksi dari respon tubuh terhadap rangsangan dari luar, kemudian diikuti oleh pengenalan dan pemahaman tentang orang, benda dan lingkungan. Perubahan pola persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih bagian tubuh yaitu pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penciuman.

3) Perubahan pada afek dan emosiAfek berkaitan dengan emosi tubuh individu, perubahan afek terjadi karena pasien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu. Perubahan afek yang biasa terjadi adalah datar, tumpul, tidak sesuai , berlebihan dan ambivalen.

4) Perubahan motorikPerilaku motorik dapat dimanifestasikan dengan peningkatan atau penurunan kegiatan motorik, impulsif.

5) Perubahan sosialPerkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan interaksi.

Page 5: HALUSINASI

e. KomplikasiKomplikasi yang biasa terjadi pada klien dengan halusinasi adalah :1). Gangguan proses informasi.2). Klainan prilaku.3). Alam perasaan abnormal.4). Gangguan hubungan pasangan.5). Kurang merasa percaya diri.6). Rasa bermusuhan.7). Perubahan dalam kejadian kehidupan.8). Kehilangan motivasi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang sangat ekstrim dan bahkan sangat umum dalam Schizoprenia. Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol dirinya sehingga klien dengan halusinasi sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi, seorang perawat harus mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat mengenal dan menerima serta mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara therapeutik.Pemberian asuhanan keperawatan terhadap klien dengan halusinasi perawat harus berkata jujur, empati, terbuka, dan selalu memberi penghargaan, tetapi tidak boleh tenggelam, juga menyangkal halusinasi yang klien miliki. Asuhan keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai evaluasi.

1. Pengkajian keperawatanPada tahap ini perawatan menggali faktor-faktor seperti predisposisi, faktor presipitasi, perilaku, sumber koping dan mekanisme koping.a. Faktor predisposisi

Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Hal dapat diperoleh baik dari klien maupun dari keluarganya mengenai faktor perkembangan, social kultural, biokimia, psikologis, biologi, yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress:1) Faktor Perkembangan

Jika seseorangan mengalami hambatan dalam tugas perkembangan dan hubungan internasional dengan orang lain terganggu, maka individu akan dihadapi dengan stress dan kecemasaan pada dirinya.

2) Faktor Sosial kulturalBerbagai faktor dan lingkungan dan di masyarakat dapat menyebabkan orang merasa diasingkan atau disingkirkan sehingga klien merasa kesepian dalam lingkungan dimana dia berada, walaupun dia ada dalam lingkungan sekitarnya yang ramai.

3) Faktor BiokimiaFaktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa, dimana teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamine neurotransmiter yang diperkirakan menghasilkan gejala penningkatan aktivitas yang berlebihan sehingga dapat menghasilkan zat halusinogenik.

Page 6: HALUSINASI

4) Faktor PsikologisHubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan akan mengakibatkan stress dan kecemasan, orang yang mengalami psikosis akan mengakibatkan atau menghasilkan hubungan yang penuh dengan kecemasan tinggi. Peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realita.

5) Faktor biologiDalam Schizoprenia belum diketahui gen apa yang berpengaruh, tetapi hasil penelitia menunjukan bahwa faktor keluarga menujukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasiYaitu stimulus yang diekspresikan oleh individu sebagai suatu tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra yang digunakan untuk koping.

Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan.1). Perilaku

Respon klien terhadap halusinogen dapat berupa bicara sendiri, tersenyum, tertawa sendiri, curiga. Ketakutan perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, ancaman, dirinya atau orang lain. Oleh karena itu aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan yaitu dengan mengupayakan suatau proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak berlangsung.

2). Sumber kopingSumber koping seseorang individual dan alamiah serta tergantung pada luasnya gangguan neurobilogical. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya serta dukungan keluarga, dapat membantu seseorang menginterprestasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

3). Mekanisme Koping Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Dalam menghadapi rasa cemas pada klien halusinasi biasanya digunakan mekanisme proyeksi yang dapat memberikan kemampuan pada ego untuk mengatasi rangsangan yang mengancam dari luar sehingga mengurangi kecemasan.

c. Masalah keperawatan yang timbul pada klien sebagai berikut :1). Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan .2). Perubahan persepsi sensori:halusinasi pendengaran.3). Isolasi sosial :menarik diri.4). Gangguan Konsep diri:harga diri rendah.

Page 7: HALUSINASI

d. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri: orang lain dan lingkungan

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan Konsep diri:Harga diri rendah

(Keliat Budi Ana dan DKK, 1998)

2. Diagnosa Keperawatanan a. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

halusinasi pendengaran.b. Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi

social:menarik diri.c. Isolasi sosial:menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3. Intervensi Tindakan Keperawatana. Diagnosa I: resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan halusinasi pendengaran.Tujuan umum: klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus:1). Klien dapat membina hubungan saling percaya.

a). Sapa klien dengan ramah baik verbal dan non verbal.b). Perkenalkan diri dengan sopan.c). Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai

klien.d). Jelaskan tujuan pertemuan.e). Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.f). Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

2). Klien dapat mengenal halusinasinyaa). Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.b). Observasi tingkah laku klien dengan halusinasinya.c). Bantu klien mengenal halusinasinya.d). Diskusikan dengan klien mengenai situasi yang menimbulkan

halusinasi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi.3). Klien dapat mengontrol halusinasinya

a). Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.

b). Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.

c). Diskusikan cara memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi.

d). Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan yang ada diruang perawatan seperti TAK.

4). Klien dapat dukngan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya

Perubahan sensoripersepsi : halusinasi pendengaran

Page 8: HALUSINASI

a). Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika halusinasi timbul.

b). Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung) tentang gejala halusinasi dan cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi.

5). Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.a). Diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frekuensi obat dan

manfaat obat.b). Anjurkan klien untuk meminta sendiri obat pada perawat dan

merasakan manfaatnya.c). Anjurkan klien bicara pada dokter tanpa konsultasi.d). Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi.e). Bantu klien menggunakan obat dengan prnsip 5 (lima) benar.

b. Diagnosa II: perubahan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.Tujuan umum: klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga terjadi halusinasi.Tujuan khusus: 1). Klien dapat membina hubungan saling percaya

a). Sapa klien dengan ramah.b). Perkenalkan diri dengan sopan.c). Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang klien sukai.d). Jelaskan tujuan pertemuan .e). Jujur dan menepati janji.f). Tunjukan sikap empati.g). Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

2). Klien dapat menyebutkantentang perilaku menaik diri.a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda- tandanya.b) Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan penyebab

menarik diri.c) Diskusikan dengan klien perilaku menarik diri, tanda, serta gejala yang

muncul.d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

3). Klien dapat menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.a). Kaji pengetahuan klien tentang manfaat atau kerugian

bergaul dengan orang lain.b). Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

perasaannya.c). Diskusikan dengan klien tentang manfaat bergaul dengan

orang lain serta kerugiannya.d). Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan bergaul dengan orang lain4). Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap: k-p, k-p-k, k-p-

klp, k-p-klga) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang

lain.b) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

secara bertahap.c) Beri reinforcement positif atas kebersihan yang dicapai.

Page 9: HALUSINASI

d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.

e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan oleh klien.f) Motifasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.g) Beri reinforcement atas keberhasilandalam mengikuti jegiatan

ruangan.h) Klien dapat mengungkapkan perasannya bila bergaul dengan orang

lain5). Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain.a). Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya bila

bergaul dengan orang lain.b). Diskusikan dengan klien tentang perasaan tentang

manfaat bergaul dengan orang lain.c). Beri reinforcement positif atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaan manfaat bergaul dengan orang lain6). Klien dapat memberdayakan system pendukung untuk

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan oerang lain.a) Bina hubungan saling percaya.b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik diri,

penyebeb, akibat dan cara menghadapi klien menarik diri.c) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada

klien untuk berkomunikasi dengan orang lain .d) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk

klien minimal 1x dalam seminggu.e) Berikan reinforcement positif atas hal-hal yang dicapai oleh

keluarga

c. Diagnosa III: Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendahTujuan khusus:1). Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komun ikasi terapeutik .2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki.a). Diskusikan tentang kemampuan dan aspek yang dimiliki klien.b). Hindarkan penilaian negative saat bertemu klien.c). Berikan pujian yang realistic.d). Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat

digunakan selama sakit.e). Klien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki3). Rencana bersama klien aktifitas yang dilakukan

setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuuhkan bantuan total.a). Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien.b). Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien

lakkan.4). Klien dapat melakukan sesuai kondisi sakit dan

kemampuan yang ada.

Page 10: HALUSINASI

a). Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang direncanakan.

b). Beri pujian atas keberhasilan klien.c). Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah

5). Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada a). Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara

merawat klien dengan harga diri rendah.b). Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.c). Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

4. Evaluasia. Diagnosa 1: resti menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan halusinasi pendengaran.Hasil yang diharapkan:1). Terbina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat.2). Klien dapat mengenali halusinasinya.3). Klien dapat mengontrol dan memutuskan halusinasinya secara

mandiri.4). Adanya hubungan keluarga terhadap klien dalam mengontrol

halusinasinya.5). Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

b. Diagnosa 2: Perubahan sensori persepsi; halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.Hasil yang diharapkan:1). Terbina hubungan saling percaya.2). Klien menyebutkan penyebab menarik diri.3). Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang

lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.4). Klien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.5). Klien mengungkapkan perasaannya setelah hubungan dengan orang

lain.6). Klien memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

c. Diagnosa 3: Isolasi social; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendahHasil yang diharapkan:1). Klien dapat menerima kehadiran perawat.2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan, aspek positif yang ada.3). Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.4). Klien dapat membuat rencana kegiatan.5). Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kondisi.6). Klien dapat memanfaatkan system pendukung.

Page 11: HALUSINASI

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2000, Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1 : Teori dan tindakan Keperawatan, ( Cetakan 1 ) Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Pelayanan Keperawatan, Departemen Kesehatan RI.

Keliat Budi Anna, 1998, Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Jakarta FKUI (di publikasikan).

Maramis W.F, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya, Airlangga Universitas Press.Rasmun, Skp, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dalam keluarga,

JakartaRusli Muslim. Dr, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III,

Jakarta.Stuart, G.W, and Sundeen, S.J, 1995, Principles and Practice of Psychiatric Nursing (5th ed )

St. Lois ; Mosby Year BookStuart, G.W, and Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Jakarta, EGC.Townsend, M.C. 1998, Psychiatric Mental Health Nursng : Concepts of Care ( Second

Edition ) Philadelphia ; F.A Davis CompanyTowsend. M.C,1998, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik, edisi,

Jakarta, EGC.