hal 1-19
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 Hal 1-19
1/19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan sebagai bagian dari prasarana perhubungan darat mempunyai peranan
sangat penting terhadap pembangunan dan pengembangan wilayah. Sebagai salah
satu cara pengembangan jalan adalah dengan meningkatkan kualitas fisik jalan
yang mendukung lancarnya pergerakan transportasi. Kondisi fisik jalan dapat
ditingkatkan dengan merencanakan kualitas jalan yang diinginkan sedemikian
rupa sehingga tahan terhadap kerusakan-kerusakan yang timbul dipermukaan
jalan akibat hantaman, gesekan beban roda kendaraan yang lewat di atasnya, dan
cuaca.
Upaya untuk mencapai kriteria tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan uji coba atau tes yang dilakukan di laboratorium, misalnya dengan
melakukan pengujian terhadap agregat, aspal, dan pengujian canpuran aspal
dengan metode diagonal yang dilakukan di laboratorium jalan raya.Pengujian atau tes ini dilakukan untuk mengetahui berapa campuran yang
diperlukan antara agregat dan aspal agar dapat menghasilkan campuran yang
memiliki kualitas yang baik.
Dari hasil pengujian ini diharapkan dapat mengetahui perbandingan yang
baik antara agregat dan aspal agar dapat menghasilkan campuran yang baik untuk
perkerasan jalan.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan yang hendak dicapai pada praktikum ini :
1. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik pada agregat Tangkiling untuk
perencanaanJob Mix Formula.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian agregat kasar di Tangkiling
terhadap test Marshall pada campuran aspal panas jenisHot Rolled Sheet
( HRS ).
1
-
8/2/2019 Hal 1-19
2/19
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Hot Rolled Sheet(HRS)
2.1.1 PengertianHot Rolled Sheet(HRS)
Hot Rolled Sheet (HRS) atau lapisan tipis aspal beton (Lataston)
merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi
timpang atau senjang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas dengan tebal 2,5 cm atau 3 cm(Bina Marga, 1996).
Jenis lapis permukaan ini bersifat nonstruktural dan digunakan pada jalan
yang memikul lalu-lintas ringan sampai sedang. Walaupun bersifat nonstruktural,
lapis permukaan ini dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan
mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi
perkerasan.
Jenis lapis permukaan ini umumnya dilaksanakan pada jalan yang telah
beraspal dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jalan stabil dan rata/dibuat rata.
b. Jalan yang mulai retak-retak atau mengalami degradasi permukaan.
Sebagai lapis penutup, fungsi Hot Rolled Sheet (HRS) adalah mencegah
masuknya air permukaan dalam konstruksi sampai tingkat tertentu (Bina Marga,
1996).
Hot Rolled Sheet (HRS) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Kedap air.
b. Kekenyalan yang tinggi.
c. Awet.
d. Dianggap tidak mempunyai nilai struktural.
2
2
-
8/2/2019 Hal 1-19
3/19
Sifat campuran beton aspal jenis, AC, HRS dan SS sesuai spesifikasi
Depkimpraswil 2002 dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Sifat Campuran Beton Aspal Berdasarkan Spesifikasi
Depkimpraswil
Jenis Pemeriksaan Satuan
Syarat
Pen 60 Pen 80
Min Maks Min Maks
Penetrasi 25C, 5 detik0,1 mm 60 79 80 99
Titik lembekC 48 58 46 54
Titik nyala C 200 - 225 -
Kehilangan berat 163C,
5 jam% berat - 0.4 - 0,6
Kelarutan dalam CCL4% berat 99 - 99 -
Daktilitas 25C,
5 cm/menitCm 100 - 100 -
Penetrasi setelah
kehilangan berat% terhadap asli 75 - 75 -
Penetrasi aspal hasil
ekstraksi benda uji
% terhadap asli 55 - 55 -
Daktilitas aspal hasil
ekstraksi benda ujiCm 40 - 40 -
Berat jenis 25C - 1 - 1 -
Sumber : Sukirman (2003)
2.1.2 KarakteristikHot Rolled Sheet(HRS)
Karakteristik aspal campuran panas jenis Hot Rolled Sheet (HRS) dapat
diperiksa dengan menggunakan alat Marshall atau menurut AASHTO T245-74
atau ASTM-D 1559-62 T. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
ketahanan terhadap kelelehan plastis dari campuran aspal dan agregat.
Karakteristik yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton campuran
panas adalah :
a. Stabilitas
Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti
gelombang, alur ataupun bleeding.
3
-
8/2/2019 Hal 1-19
4/19
b. Durabilitas (Keawetan/daya tahan)
Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan permukaan
mampu menahan keausan akibat gesekan kendaraan.
c. Fleksibilitas (Kelenturan)
Fleksibilitfas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk
dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang
tanpa timbulnya retak dan perubahan volume.
d. Tahanan Geser (Skid Resistence)
Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga
kendaraan tidak mengalami slip baik diwaktu hujan atau basah maupun
diwaktu kering. Kekesatan gesek dinyatakan dengan koefisien gesek antar
permukaan jalan dan ban kendaraan.
e. Ketahanan Kelelehan
Ketahanan kelelehan adalah ketahanan dari lapis perkerasan dalam
menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelehan yang berupa alur
(runtting) dan retak.
f. Kedap Air
Lapisan permukaan dibuat kedap air. Hal ini dilakukan agar tidak meresap
kedalam struktur perkerasan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
lapisan yang berada di bawahnya.
g. Kemudahan Pelaksanaan (Workability)
Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk dihampar
dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi standar yang
ditetapkan.
2.2. Bahan Penyusun CampuranHot Rolled Sheet(HRS)
Bahan yang digunakan untukHot Rolled Sheet(HRS) terdiri dari agregat,
filler dan aspal panas (Bina Marga, 1996). Kekuatan campuran Hot Rolled Sheet
(HRS) berasal dari kekuatan mortarnya, mortar berbentuk dari campuran agregat
halus, bahan pengisi dan aspal. Untuk mendapatkan kualitas campuran sesuai
dengan yang diharapkan maka bahan-bahan tersebut harus diuji dan memenuhi
4
-
8/2/2019 Hal 1-19
5/19
spesifikasi yang ditetapkan.
2.2.1 Agregat
Agregat / batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi
yang keras dan kenyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu
bahan yang terdiri dari material padat berupa masa berukuran besar ataupun
berupa fragmen - fragmen (Sukirman, 1992).
Dilihat dari jenisnya, agregat untuk konstruksi jalan dapat dibedakan atas :
a. Agregat asli (natural) meliputi : pasir kerikil, batu pecah belah.
b. Agregat pabrik (manufactured) meliputi : letusan gunung berapi dan
berbagai produk dari tanah lempung atau batu sabak.
Di Indonesia pada umumnya agregat yang digunakan dalam lapisan
perkerasan, khususnya campuran aspal panas jenisHot Rolled Sheet(HRS) adalah
agregat yang mengalami proses pengolahan (pemecahan dan penyaringan).
Tujuan dari proses ini adalah untuk memperoleh bentuk bersudut diusahakan
berbentuk kubus, permukaan pertikel yang kasar dan gradasi sesuai yang
diinginkan.
Daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan tergantung dari sifat
agregat, karena itu agregat harus mempunyai kestabilitasan kimiawi dan dalam
hal tertentu harus tahan aus dan tahan terhadap perubahan cuaca, keras dan
gradasi yang baik.
Secara umum terdapat perbedaan dari sifat campuran agregat bergradasi
baik dan buruk yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Sifat Agregat Campuran
Sifat Gradasi Baik Gradasi Buruk
Stabilitas Buruk Baik
Permeabilitas Baik Buruk
Tingkat kepadatan Buruk Baik
Rongga Pori Baik Buruk Sumber : ASTM (1974)
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul
beban lalu lintas. Agregat dengan kualitas dan sifat yang baik dibutuhkan untuk
lapisan permukaan yang langsung memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya
5
-
8/2/2019 Hal 1-19
6/19
ke lapisan dibawahnya. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan, proporsinya
dibuat sesuai dengan rumus campuran kerja yang akan memiliki kekuatan sisa
tidak kurang dari 75% bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air
(DPU, 1997).
Sifat agregat yang menentukan kualitas sebagai bahan konstruksi perkerasan
jalan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Kekuatan dan keawetan lapisan permukaan, dipengaruhi oleh :
1) Gradasi
2) Ukuran maksimum
3) Kadar lempung
4) Kekeraan dan ketahanan
5) Bentuk butir
6) Tekstur permukaan
b. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, dipengaruhi oleh :
1) Porositas
2) Kemungkinan basah
3) Jenis agregat
c. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang aman
dan nyaman, dipengaruhi oleh :
1) Tahanan geser
2) Campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan
Agregat / batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan
yang mengandung 90 95 % agregat berdasarkan persentase volume. Dengan
demikian daya dukung keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari
sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain (Sukirman, 1992).
6
-
8/2/2019 Hal 1-19
7/19
Spesifikasi kualitas agregat dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini :
Tabel 2.3 Spesifikasi Kualitas Agregat Untuk HRS
No. Macam Pengujian Spesifikasi
1.
2.
3
4
5.
Berat Jenis Agregat
Penyerapan air
Keausan
Keawetan
a.Kehilangan berat dengan sodium sulfat
b. Kehilangan berat dengan percobaan
magnesium sulfat
Kadar lempung
Min 2,5 gr/cm
Mak 3,0%
Mak 40%
Mak 20%
Mak 20%
Mak 20%Sumber : AASHTO (1982).
Berdasarkan besar partikel-partikel, agregat dapat dibedakan atas 3 jenis
ukuran yaitu :
a. Agregat Kasar
Agregat kasar yaitu agregat dengan ukuran terkecil yang tetahan saringan
no.8 (2,36 mm). Agregat kasar harus terdiri dari material bersih, keras, awet yang
bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki. Pada campuran Hot Rolled
sheet (HRS) persentase agregat kasar adalah kecil, sehingga agregat kasar
mengambang (floating) di dalam adukan dari campuran agregat halus, bahan
pengisi dan bitumen. Fungsi agregat kasar pada aspal panas jenis Hot Rolled
Sheet (HRS) adalah memberikan kepadatan untuk campuran. Bentuk serta
permukaan agregat kasar yang diinginkan adalah kubus dan tidak bulat agar dapat
memberikan kepadatan yang maksimum.
Agregat yang digunakan harus berupa batu pecah (hasil mesin
pemecah/Stone crusher). Agregat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
batu pecah yang berasal dari daerah Bukit Batu Tangkiling, Palangka Raya.
7
-
8/2/2019 Hal 1-19
8/19
Persyaratan agregat kasar menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat
dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini :
Tabel 2.4 Persyaratan Agregat Kasar Menurut SNI
Sifat Agregat Model Pengajuan Persyaratan
Keausan SNI T247-90F < 40%
Kelekatan terhadap Aspal SNI M28-90F > 95%
Index kepipihan BS 812 < 25%
Bidang pecah BS 812 Minimum I
Penyerapan terhadap air SNI 1968-90F < 3%
Berat jenis SNI 1968- 90F Semu >2,5 r/cm
Gumpalan lempung AASHTO T-112 > 0,25%
Bagian lunak AASHTO T-112 -
Agregat crushing value BS 812 -
Soundness AASHTO T-104 < 12%
Gradasi SNI 1968-90F Tidak Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (1989)
b. Agregat Halus
Agregat halus yaitu agregat dengan ukuran terkecil tertahan saringan no.8
(2,36 mm). Agregat halus yang dipakai pada campuran aspal panas jenis Hot
Rolled Sheet (HRS) mempunyai peran yang cukup penting, karena stabilitas yang
dihasilkan oleh campuran diharapkan saling mengunci (interlocking) antar butir
agar dapat meningkatkan stabilitas campuran. Untuk agergat yang ukurannya
cenderung kecil akan mempunyai permukaan yang lebih luas sehingga lebih
banyak memrlukan aspal untuk menyelimuti, keadaan ini dapat menambah
keawetan campuran.
Agregat halus juga dapat berfungsi untuk mengisi ruang antar butir agregat
kasar. Bahan ini terdiri dari butir-butir pecah atau pasir alam ataupun kombinasi
keduanya.
Kekasaran butir sangat mempengaruhi stabilitas campuran, dengan
permukaan kasar akan memberikan stabilitas yang lebih tinggi. Agregat halus
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah abu batu yang berasal dari daerah
Bukit Batu Tangkiling, Palangka Raya.
Persyaratan agregat halus menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat
8
-
8/2/2019 Hal 1-19
9/19
dilihat pada Tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.5 Persyaratan Agregat Halus Menurut SNI
Sifat Agregat Metode Pengujian Persyaratan
Nilai Sand equivalent SNI T176 > 40%
Kelekatan terhadap aspal SNI M28 > 95%
Index kepipihan BS 812 > 25%
Penyerapan terhadap air SNI 1968-90F < 3%
Berat jenis SNI 1968-90F Semu > 2,5 gr/cm
Gumpalan lempung AASHTO T-112 > 0,25%
Batas atterberg SNI 1968-90F Non plastis
Soundness AASHTO T-104 < 12%
Gradasi SNI 1968-90F Tidak Sumber : Departeman Pekerjaan Umum (1989)
c. Bahan Pengisi (Filler)
Bahan pengisi (filler) yaitu butiran sangat halus, minimum 85% lolos
saringan no.200 (0,075 mm) bersifat non plastis yang diperlukan untuk
mendapatkan suatu gradasi rapat. Filler dapat berupa abu batu kapur, semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya.
Filler berfungsi mengisi pori atau celah untuk mengeraskan selaput aspal yang
menyelimuti partikel - partikel agregat, sehingga diperoleh campuran yang stabil.
Bahan tersebut harus bersih dari bahan yang tidak dikehendaki. Filler harus kering
dan bebas dari gumpalan-gumpalan. Pada prakteknya fungsi filler adalah untuk
meningkatkan viskositas dari aspal dan mengurangi kepekaan terhadap
temperatur.
2.2.2 Aspal
Aspal adalah material utama pada konstruksi lapis tipis perkerasan lentur
jalan raya yang berfungsi sebagai campuran pengikat agregat, karena mempunyai
daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kadar air dan mudah/dikerjakan
(Hendarsin, 2000). Sifat adhesif yaitu kemampuan aspal untuk mengikat agregat
sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal.
9
-
8/2/2019 Hal 1-19
10/19
Komposisi aspal terdiri dari aspaltenes dan maltenes. Aspaltenes merupakan
material berwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam heptane. Maltenes
larut dalam eptana merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils.
Kadar aspal yang dibutuhkan campuran Hot Rolled Sheet (HRS) relatif
lebih besar dibanding dengan campuran lainnya, hal ini terjadi karena aspal yang
dipakai untuk menyelimuti bidang agregat halus dan filler yang luas dan
pernukaannya lebih besar.
Aspal yang digunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai ;
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat
ataupun antara aspal itu sendiri.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang
ada dari agregat itu sendiri.
Aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Aspal alam
Aspal alam di Indonesia ditemukan di pulau Buton, sulawesi Tenggara dan
dikenal dengan sebutan Aspal Buton (Asbuton). Blown adalah proses tambahan,
dimana residu dari penyulingan vakum dicampur dengan udara pada suhu 400 C.
2. Aspal cair
Aspal cair adalah campuran antara semen dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan minyak bumi. Jenis aspal cair tergantung dari jenis pengencer yang
digunakan untuk mencampur aspal keras tersebut. Aspal cair dapat digunakan
seperti halnya aspal padat.
Berdasarkan jenis pengencer yang digunakan untuk mencampur aspal cair
dapat dibedakan atas :
a. Rapid Curing (RC)
Aspal cair cepat mengeras, yang merupakan jenis aspal yang akan dengan
cepat menguap yang dilarutkan dan dicampur dengan kerosin (bensin).
b. Medium Curing (MC)
Merupakan aspal yang akan mengendap dalam waktu sedang dan jenis
aspal keras yang dicampur dengan minyak disel.
10
-
8/2/2019 Hal 1-19
11/19
c. Slow Curing (SC)
Merupakan aspal yang akan dengan lambat mengendap, dan jenis aspal
keras yang dicampur dengan residu dari pengilangan pertama.
Aspal cair digunakan untuk mempermudah pelaksanaan karena dengan
kecairannya, aspal akan lebih mudah mengalir diantara batuan yang
menyelimuti untuk menghasilkan ikatan antara batu dan aspal.
3. Aspal Emulsi
Aspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair. Umumnya
mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak
bisa dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal emulsi dapat digunakan pada hampir
semua kegunaan dari aspal padat, bahkan lebih luas dapat digunakan dimana
tidak dapat digunakan aspal padat.
Aspal emulsi dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Aspal emulsi amoniak
Aspal emulsi yang diberikan muatan listrik negatif dan umumnya dapat
digunakan untuk melapisi batuan basah dan netral dengan baik. Aspal
emulsi amoniak terdiri dari :MC (labil), MS (agak stabil).
b. Aspal emulsi kationik
Aspal emulsi yang bermuatan listrik positif sehingga baik digunakan
melapisi batuan netral dan alam seperti batuan adesit dan basal. Aspal
emulsi kationik terdiri dari : MCK (bekerja cepat), MSK (bekerja kurang
cepat), dan MLK (bekerja lama).
c. Aspal emulsi non ionik
Aspal emulsi yang tidak bermuatan listrik, karena tidak mengalami proses
ionisasi.
Berdasarkan kecepatan pengerasnya aspal emulsi dapat dibedakan :
a. Rapid setting (RS)
Aspal emulsi tingkatan RS, direncanakan untuk bereaksi cepat dengan
agregat dan berubahnya emulsi ke aspal. Biasanya digunakan untuk
penyemprotan seperti lapis agregat, lapis pasir dan pelapis permukaan serta
11
-
8/2/2019 Hal 1-19
12/19
macadam.
b. Medium setting (MS)
Jenis ini direncanakan untuk pencampuran dengan agregat kasar, karena
jenis ini tidak tidak akan memecah jika berhubungan dengan agregat
sehingga campuran yang menggunakan jenis aspal ini akan tetap dapat
dihamparkan dalam beberapa menit.
c. Slow setting (SS)
Jenis ini digunakan untuk pencampuran dengan stabilitas maksimum,
dengan agregat bergradasi padat dan mengandung kadar agregat halus yang
tinggi. Jenis SS mempunyai waktu pelaksanaan yang panjang untuk
memastikan pencampuran agregat padat dengan baik.
4. Ter
Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis
seperti kayu dan batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada suhu
tinggi tanpa zat asam. Untuk konstruksi jalan digunakan hanya Ter yang
berasal dari batu bara, karena ter kayu sangat sedikit jumlahnya. Ter
mempunyai bau khusus karena adanya gugusan -OH seperti plenol dan cresol.
2.3 Spesifikasi Campuran Hot Rolled Sheet (HRS)
Agregat yang digunakan untuk Hot Rolled Sheet (HRS) sedapat mungkin
memenuhi beberapa hal sebagai berikut :
1. Agregat yang digunakan dalam perkerasan HRS sesuai dengan proporsi
campuran kerja (Job Mix Formula) yang telah direncanakan.
2. Gabungan agregat yang digunakan dalam perkerasan harus memenuhi
kebutuhan gradasi yang diisyaratkan.
3. Umumnya digunakan bahan pengisi atau filler ke dalam campuran.
12
-
8/2/2019 Hal 1-19
13/19
Spesifikasi gradasi agregat yang digunakan dalam campuran Hot Rolled
Sheet (HRS) dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut :
Tabel 2.6 Spesifikasi Gradasi HRS
Ukuran Saringan Persen Lolos (%)
1 (25,00 mm)
(19,10 mm)
(12,50 mm)
(9,500 mm)
no.4 (4,750 mm)
no.8 (2.369 mm)
no.30 (0,600 mm)no.100 (0,150 mm)
no.200 (0,075 mm)
100
97-100
78-100
60-87
55-80
52-78
25-608-30
5-10Sumber : Spesifikasi Bina Marga (1989)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam campuran Hot Rolled sheet
(HRS) meliputi :
1. Komposisi umum campuran
Campuran aspal pada dasarnya terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan
aspal. Dalam beberapa keadaan, tambahan dan bahan pengisi diperlukan
untuk menjamin sifat campuran aspal yang diisyaratkan, tetapi penggunaan
filler dibatasi seminimal mungkin.
2. Kadar campuran aspal
Kadar campuran aspal harus ditetapkan sehingga kadar aspal efektif harus
tidak kurang dari minimum yang disyaratkan. Nilai kadar aspal yang
ditetapkan berdasarkan atas data uji sesuai dengan persyaratkan yang ada.3. Proporsi komponen agregat
Kemampuan agregat untuk campuran harus ditetapkan dengan fraksi
rancangan (design fraction). Fraksi rancangan tersebut umumnya tidak sama
dengan proporsi takaran yang diperlukan dari agregat kasar, pasir dan bahan
pengisi. Dalam menentukan pencampuran yang benar dari beberapa agregat
yang tersedia serta bahan pengisi untuk menghasilkan fraksi rancangan yang
diperlukan, maka gradasi masing-masing agregat yang tersedia harus
13
-
8/2/2019 Hal 1-19
14/19
ditetapkan.
Fraksi rancangan harus berada dalam batas-batas komposisi umum pada
Tabel 2.7 berikut ini :
Tabel 2.7 Fraksi Rancangan Campuran HRS
Komposisi Campuran Persen Pada Berat Total
Campur
Fraksi agregat kasar (> saringan no.8)
Fraksi agregat halus (no.8 s/d no.200)
Fraksi bahan pengisi (< saringan no.200)
Absorbsi bitumen
Kadar bitumen efektif
Kadar bitumen aktual
20 - 40
47- 67
5 - 9
0 - 1,7
> 6,8
> 7,3Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, CQCMU (1998)
4. Formula campuran kerja (Job mix formula)
a. Jumlah total dan kandungan aspal efektif yang dinyatakan sebagai
persentase berat dari campuran total yang ditetapkan pada saat campuran
dikirim ke tempat hamparan harus dalam keadaan komposisi umum dan
batas-batas temperatur.
b. Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas selanjutnya harus dikontrol
dari segi fraksi rancangan untuk berbagai agregat.
5. Penentuan formula campuran kerja dan toleransi
Seluruh campuran kerja yang disediakan harus memenuhi formula
campuran kerja yang ditetapkan dalam rintangan yang disyaratkan :
a. Toleransi komposisi campuran
Gabungan agregat yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) 1,5% berat
campuran keseluruhan.
b. Toleransi temperatur
Material yang meninggalkan tempat pencampuran 10C, material yang
diterima ditempat pengharapan 10C.
6. Sifat campuran yang diperlukan
Pengujian dengan menggunakan alat Marshall campuran Hot Rolled Sheet
(HRS) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Tabel 2.8 berikut ini :
14
-
8/2/2019 Hal 1-19
15/19
Tabel 2.8 Persyaratan Sifat Campuran
No. Sifat Campuran Batas-batas Sifat
1. Rongga Udara 3 - 6%
2. Hasil bagi Marshall Min 250 KN/mm
3. Stabilitas Marshall Min 800 kg
4. Rongga terisi aspal Min 68 %
5. Kelelehan (flow) Min 3Sumber : Modul III Spesifikasi: Jalan Raya (2007)
15
-
8/2/2019 Hal 1-19
16/19
BAB III
PEMERIKSAAN DAN PERENCANAAN CAMPURAN
3.1 Tahapan Pelaksanaan Praktikum
Penelitian ini terdiri dari hamparan-hamparan sebagai berikut :
1. Persiapan Bahan dan Alat
Bahan terdiri dari : batu pecah, abu batu, pasir dan aspal.
2. Penentuan proporsi terhadap agregat dengan menggunakan metode
diagonal, meliputi proporsi batu pecah, abu batu dan pasir.
3. Penentuan proporsi terhadap total campuran dan variasi kadar aspal.
4. Penyiapan benda uji meliputi pemanasan, pencampuran, pemadatan
mengikuti prosedur Bina Marga (3 benda uji untuk setiap variasi kadar
aspal).
5. Pemeriksaan benda uji dengan test Marshall.
6. Analitis data hasil test Marshall.7. Kesimpulan.
16
-
8/2/2019 Hal 1-19
17/19
Tahapan praktikum secara garis besar dimulai dari persiapan sampai dengan
diperoleh kesimpulan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Bagan alur Praktikum
berikut ini :
17
Gambar 3.1 Bagan Alir Praktikum
MULAI
Pengumpulan/ PersiapanAlat dan Bahan
PemeriksaanBerat
Jenis danPenyerapan
PemeriksaanGradasi
PemeriksaanKeausan
PemeriksaanKadar
Lempung
TIDAK
SpesifikasiStrandart
standart
Mix Design
Variasi Kadar Aspal
Pembuatan Benda
Uji
Uji Marshall
Analisis Data
KESIMPULAN
SELESAI
YA
16
-
8/2/2019 Hal 1-19
18/19
1
3.2 Pemeriksaan Sifat-sifat Fisik Agregat
Pemeriksaan sifat-sifat agregat harus dilakukan dalam suatu perencanaan campuran
yang akan dipergunakan pada lapis perkerasan. Agergat dapat dipergunakan untuk bahan
perkerasan, jika setelah melalui pemeriksaan dan ternyata memenuhi persyaratan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan terhadap agregat tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang
nantinya digunakan dalam perencanaan campuran. Adapun data yang diperlukan dalam
perencanaan campuran, meliputi data gradasi, berat jenis, penyerapan, keausan dan kadar
lempung yang terkandung dalam agregat.
Data kadar lempung yang diperoleh dari pemeriksaan sifat-sifat fisik ini tidak
berkaitan langsung dengan data perencanaan. Kadar lempung perlu diketahui, apakah
agregat tersebut mengandung lempung dalam batas yang diijinkan atau sesuai dengan
persyaratan untuk dipakai sebagai agregat pada campuran aspal panas.
3.2.1 Pemeriksaan Gradasi Agregat/Analisa Saringan
Pemeriksaan gradasi agregat kasar dan halus diperoleh dengan menggunakan
analisa saringan. Pelaksanaan analisa saringan dilakukan berdasarkan pada PB-0201-76,
AASHTO T-27-74, ASTM C-136-64. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak,
atau pada 1/3 ketinggian timbunan jika agregat tersebut telah berada di penimbunan
material. Sampel yang telah diambil dari sumbernya, sebelum dilakukan analisa saringan
dipisahkan dengan menggunakan alat pemisah (sampel splitter), diambil separuh.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan, satu set saringan (meliputi saringan
1, , , , no.4, no.8, no.30, no.100, no.200 dan pan), oven, sampel splliter, mesin
pengguncang saringan (siever shaker), kuas, sikat kuningan, sendok dan alat lainnya.
Analisa saringan untuk menentukan gradasi agregat dilakukan dengan cara basah.
18
-
8/2/2019 Hal 1-19
19/19
Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
a. Sampel dikeringkan dalam oven dengan suhu 110C sampai berat tetap.
b. Sampel ditimbang sesuai dengan kebutuhan (1000 gr untuk agregat kasar dan halus).
c. Sampel dicuci sampai bersih, kemudian air dibuang secara hati-hati di atas saringan
no. 200, agregat yang tertahan pada saringan dikembalikan pada wadah pencucian.
d. Sampel dikeringkan sampai berat tetap dengan suhu 110C, kemudian didinginkan
dalam suhu ruangan.
e. Saringan sampel lewat satu set saringan, saringan yang paling besar ditempatkan di
atas. Saringan diguncang dengan alat pengguncang saringan selama 15 menit,
kemudian diamkan selama perhitungan.
f. Sampel yang tertahan pada setiap nomor saringan masing-masing ditimbang untuk
selanjutnya dilakukan perhitungan.
192