hal 1-19

Upload: agus-susanto-yooni-kekeke

Post on 06-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    1/19

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Jalan sebagai bagian dari prasarana perhubungan darat mempunyai peranan

    sangat penting terhadap pembangunan dan pengembangan wilayah. Sebagai salah

    satu cara pengembangan jalan adalah dengan meningkatkan kualitas fisik jalan

    yang mendukung lancarnya pergerakan transportasi. Kondisi fisik jalan dapat

    ditingkatkan dengan merencanakan kualitas jalan yang diinginkan sedemikian

    rupa sehingga tahan terhadap kerusakan-kerusakan yang timbul dipermukaan

    jalan akibat hantaman, gesekan beban roda kendaraan yang lewat di atasnya, dan

    cuaca.

    Upaya untuk mencapai kriteria tersebut dapat dilakukan dengan cara

    melakukan uji coba atau tes yang dilakukan di laboratorium, misalnya dengan

    melakukan pengujian terhadap agregat, aspal, dan pengujian canpuran aspal

    dengan metode diagonal yang dilakukan di laboratorium jalan raya.Pengujian atau tes ini dilakukan untuk mengetahui berapa campuran yang

    diperlukan antara agregat dan aspal agar dapat menghasilkan campuran yang

    memiliki kualitas yang baik.

    Dari hasil pengujian ini diharapkan dapat mengetahui perbandingan yang

    baik antara agregat dan aspal agar dapat menghasilkan campuran yang baik untuk

    perkerasan jalan.

    1.2. Tujuan Praktikum

    Tujuan yang hendak dicapai pada praktikum ini :

    1. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik pada agregat Tangkiling untuk

    perencanaanJob Mix Formula.

    2. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian agregat kasar di Tangkiling

    terhadap test Marshall pada campuran aspal panas jenisHot Rolled Sheet

    ( HRS ).

    1

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    2/19

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Hot Rolled Sheet(HRS)

    2.1.1 PengertianHot Rolled Sheet(HRS)

    Hot Rolled Sheet (HRS) atau lapisan tipis aspal beton (Lataston)

    merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi

    timpang atau senjang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang

    dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas dengan tebal 2,5 cm atau 3 cm(Bina Marga, 1996).

    Jenis lapis permukaan ini bersifat nonstruktural dan digunakan pada jalan

    yang memikul lalu-lintas ringan sampai sedang. Walaupun bersifat nonstruktural,

    lapis permukaan ini dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan

    mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi

    perkerasan.

    Jenis lapis permukaan ini umumnya dilaksanakan pada jalan yang telah

    beraspal dengan ketentuan sebagai berikut :

    a. Jalan stabil dan rata/dibuat rata.

    b. Jalan yang mulai retak-retak atau mengalami degradasi permukaan.

    Sebagai lapis penutup, fungsi Hot Rolled Sheet (HRS) adalah mencegah

    masuknya air permukaan dalam konstruksi sampai tingkat tertentu (Bina Marga,

    1996).

    Hot Rolled Sheet (HRS) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

    a. Kedap air.

    b. Kekenyalan yang tinggi.

    c. Awet.

    d. Dianggap tidak mempunyai nilai struktural.

    2

    2

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    3/19

    Sifat campuran beton aspal jenis, AC, HRS dan SS sesuai spesifikasi

    Depkimpraswil 2002 dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

    Tabel 2.1 Sifat Campuran Beton Aspal Berdasarkan Spesifikasi

    Depkimpraswil

    Jenis Pemeriksaan Satuan

    Syarat

    Pen 60 Pen 80

    Min Maks Min Maks

    Penetrasi 25C, 5 detik0,1 mm 60 79 80 99

    Titik lembekC 48 58 46 54

    Titik nyala C 200 - 225 -

    Kehilangan berat 163C,

    5 jam% berat - 0.4 - 0,6

    Kelarutan dalam CCL4% berat 99 - 99 -

    Daktilitas 25C,

    5 cm/menitCm 100 - 100 -

    Penetrasi setelah

    kehilangan berat% terhadap asli 75 - 75 -

    Penetrasi aspal hasil

    ekstraksi benda uji

    % terhadap asli 55 - 55 -

    Daktilitas aspal hasil

    ekstraksi benda ujiCm 40 - 40 -

    Berat jenis 25C - 1 - 1 -

    Sumber : Sukirman (2003)

    2.1.2 KarakteristikHot Rolled Sheet(HRS)

    Karakteristik aspal campuran panas jenis Hot Rolled Sheet (HRS) dapat

    diperiksa dengan menggunakan alat Marshall atau menurut AASHTO T245-74

    atau ASTM-D 1559-62 T. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan

    ketahanan terhadap kelelehan plastis dari campuran aspal dan agregat.

    Karakteristik yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton campuran

    panas adalah :

    a. Stabilitas

    Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan

    menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti

    gelombang, alur ataupun bleeding.

    3

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    4/19

    b. Durabilitas (Keawetan/daya tahan)

    Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan permukaan

    mampu menahan keausan akibat gesekan kendaraan.

    c. Fleksibilitas (Kelenturan)

    Fleksibilitfas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk

    dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang

    tanpa timbulnya retak dan perubahan volume.

    d. Tahanan Geser (Skid Resistence)

    Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga

    kendaraan tidak mengalami slip baik diwaktu hujan atau basah maupun

    diwaktu kering. Kekesatan gesek dinyatakan dengan koefisien gesek antar

    permukaan jalan dan ban kendaraan.

    e. Ketahanan Kelelehan

    Ketahanan kelelehan adalah ketahanan dari lapis perkerasan dalam

    menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelehan yang berupa alur

    (runtting) dan retak.

    f. Kedap Air

    Lapisan permukaan dibuat kedap air. Hal ini dilakukan agar tidak meresap

    kedalam struktur perkerasan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada

    lapisan yang berada di bawahnya.

    g. Kemudahan Pelaksanaan (Workability)

    Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk dihampar

    dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi standar yang

    ditetapkan.

    2.2. Bahan Penyusun CampuranHot Rolled Sheet(HRS)

    Bahan yang digunakan untukHot Rolled Sheet(HRS) terdiri dari agregat,

    filler dan aspal panas (Bina Marga, 1996). Kekuatan campuran Hot Rolled Sheet

    (HRS) berasal dari kekuatan mortarnya, mortar berbentuk dari campuran agregat

    halus, bahan pengisi dan aspal. Untuk mendapatkan kualitas campuran sesuai

    dengan yang diharapkan maka bahan-bahan tersebut harus diuji dan memenuhi

    4

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    5/19

    spesifikasi yang ditetapkan.

    2.2.1 Agregat

    Agregat / batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi

    yang keras dan kenyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu

    bahan yang terdiri dari material padat berupa masa berukuran besar ataupun

    berupa fragmen - fragmen (Sukirman, 1992).

    Dilihat dari jenisnya, agregat untuk konstruksi jalan dapat dibedakan atas :

    a. Agregat asli (natural) meliputi : pasir kerikil, batu pecah belah.

    b. Agregat pabrik (manufactured) meliputi : letusan gunung berapi dan

    berbagai produk dari tanah lempung atau batu sabak.

    Di Indonesia pada umumnya agregat yang digunakan dalam lapisan

    perkerasan, khususnya campuran aspal panas jenisHot Rolled Sheet(HRS) adalah

    agregat yang mengalami proses pengolahan (pemecahan dan penyaringan).

    Tujuan dari proses ini adalah untuk memperoleh bentuk bersudut diusahakan

    berbentuk kubus, permukaan pertikel yang kasar dan gradasi sesuai yang

    diinginkan.

    Daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan tergantung dari sifat

    agregat, karena itu agregat harus mempunyai kestabilitasan kimiawi dan dalam

    hal tertentu harus tahan aus dan tahan terhadap perubahan cuaca, keras dan

    gradasi yang baik.

    Secara umum terdapat perbedaan dari sifat campuran agregat bergradasi

    baik dan buruk yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :

    Tabel 2.2 Sifat Agregat Campuran

    Sifat Gradasi Baik Gradasi Buruk

    Stabilitas Buruk Baik

    Permeabilitas Baik Buruk

    Tingkat kepadatan Buruk Baik

    Rongga Pori Baik Buruk Sumber : ASTM (1974)

    Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul

    beban lalu lintas. Agregat dengan kualitas dan sifat yang baik dibutuhkan untuk

    lapisan permukaan yang langsung memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya

    5

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    6/19

    ke lapisan dibawahnya. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan, proporsinya

    dibuat sesuai dengan rumus campuran kerja yang akan memiliki kekuatan sisa

    tidak kurang dari 75% bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air

    (DPU, 1997).

    Sifat agregat yang menentukan kualitas sebagai bahan konstruksi perkerasan

    jalan dapat dikelompokkan menjadi :

    a. Kekuatan dan keawetan lapisan permukaan, dipengaruhi oleh :

    1) Gradasi

    2) Ukuran maksimum

    3) Kadar lempung

    4) Kekeraan dan ketahanan

    5) Bentuk butir

    6) Tekstur permukaan

    b. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, dipengaruhi oleh :

    1) Porositas

    2) Kemungkinan basah

    3) Jenis agregat

    c. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang aman

    dan nyaman, dipengaruhi oleh :

    1) Tahanan geser

    2) Campuran yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaan

    Agregat / batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan

    yang mengandung 90 95 % agregat berdasarkan persentase volume. Dengan

    demikian daya dukung keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari

    sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain (Sukirman, 1992).

    6

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    7/19

    Spesifikasi kualitas agregat dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini :

    Tabel 2.3 Spesifikasi Kualitas Agregat Untuk HRS

    No. Macam Pengujian Spesifikasi

    1.

    2.

    3

    4

    5.

    Berat Jenis Agregat

    Penyerapan air

    Keausan

    Keawetan

    a.Kehilangan berat dengan sodium sulfat

    b. Kehilangan berat dengan percobaan

    magnesium sulfat

    Kadar lempung

    Min 2,5 gr/cm

    Mak 3,0%

    Mak 40%

    Mak 20%

    Mak 20%

    Mak 20%Sumber : AASHTO (1982).

    Berdasarkan besar partikel-partikel, agregat dapat dibedakan atas 3 jenis

    ukuran yaitu :

    a. Agregat Kasar

    Agregat kasar yaitu agregat dengan ukuran terkecil yang tetahan saringan

    no.8 (2,36 mm). Agregat kasar harus terdiri dari material bersih, keras, awet yang

    bebas dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki. Pada campuran Hot Rolled

    sheet (HRS) persentase agregat kasar adalah kecil, sehingga agregat kasar

    mengambang (floating) di dalam adukan dari campuran agregat halus, bahan

    pengisi dan bitumen. Fungsi agregat kasar pada aspal panas jenis Hot Rolled

    Sheet (HRS) adalah memberikan kepadatan untuk campuran. Bentuk serta

    permukaan agregat kasar yang diinginkan adalah kubus dan tidak bulat agar dapat

    memberikan kepadatan yang maksimum.

    Agregat yang digunakan harus berupa batu pecah (hasil mesin

    pemecah/Stone crusher). Agregat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

    batu pecah yang berasal dari daerah Bukit Batu Tangkiling, Palangka Raya.

    7

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    8/19

    Persyaratan agregat kasar menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat

    dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini :

    Tabel 2.4 Persyaratan Agregat Kasar Menurut SNI

    Sifat Agregat Model Pengajuan Persyaratan

    Keausan SNI T247-90F < 40%

    Kelekatan terhadap Aspal SNI M28-90F > 95%

    Index kepipihan BS 812 < 25%

    Bidang pecah BS 812 Minimum I

    Penyerapan terhadap air SNI 1968-90F < 3%

    Berat jenis SNI 1968- 90F Semu >2,5 r/cm

    Gumpalan lempung AASHTO T-112 > 0,25%

    Bagian lunak AASHTO T-112 -

    Agregat crushing value BS 812 -

    Soundness AASHTO T-104 < 12%

    Gradasi SNI 1968-90F Tidak Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (1989)

    b. Agregat Halus

    Agregat halus yaitu agregat dengan ukuran terkecil tertahan saringan no.8

    (2,36 mm). Agregat halus yang dipakai pada campuran aspal panas jenis Hot

    Rolled Sheet (HRS) mempunyai peran yang cukup penting, karena stabilitas yang

    dihasilkan oleh campuran diharapkan saling mengunci (interlocking) antar butir

    agar dapat meningkatkan stabilitas campuran. Untuk agergat yang ukurannya

    cenderung kecil akan mempunyai permukaan yang lebih luas sehingga lebih

    banyak memrlukan aspal untuk menyelimuti, keadaan ini dapat menambah

    keawetan campuran.

    Agregat halus juga dapat berfungsi untuk mengisi ruang antar butir agregat

    kasar. Bahan ini terdiri dari butir-butir pecah atau pasir alam ataupun kombinasi

    keduanya.

    Kekasaran butir sangat mempengaruhi stabilitas campuran, dengan

    permukaan kasar akan memberikan stabilitas yang lebih tinggi. Agregat halus

    yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah abu batu yang berasal dari daerah

    Bukit Batu Tangkiling, Palangka Raya.

    Persyaratan agregat halus menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat

    8

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    9/19

    dilihat pada Tabel 2.5 berikut :

    Tabel 2.5 Persyaratan Agregat Halus Menurut SNI

    Sifat Agregat Metode Pengujian Persyaratan

    Nilai Sand equivalent SNI T176 > 40%

    Kelekatan terhadap aspal SNI M28 > 95%

    Index kepipihan BS 812 > 25%

    Penyerapan terhadap air SNI 1968-90F < 3%

    Berat jenis SNI 1968-90F Semu > 2,5 gr/cm

    Gumpalan lempung AASHTO T-112 > 0,25%

    Batas atterberg SNI 1968-90F Non plastis

    Soundness AASHTO T-104 < 12%

    Gradasi SNI 1968-90F Tidak Sumber : Departeman Pekerjaan Umum (1989)

    c. Bahan Pengisi (Filler)

    Bahan pengisi (filler) yaitu butiran sangat halus, minimum 85% lolos

    saringan no.200 (0,075 mm) bersifat non plastis yang diperlukan untuk

    mendapatkan suatu gradasi rapat. Filler dapat berupa abu batu kapur, semen

    portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya.

    Filler berfungsi mengisi pori atau celah untuk mengeraskan selaput aspal yang

    menyelimuti partikel - partikel agregat, sehingga diperoleh campuran yang stabil.

    Bahan tersebut harus bersih dari bahan yang tidak dikehendaki. Filler harus kering

    dan bebas dari gumpalan-gumpalan. Pada prakteknya fungsi filler adalah untuk

    meningkatkan viskositas dari aspal dan mengurangi kepekaan terhadap

    temperatur.

    2.2.2 Aspal

    Aspal adalah material utama pada konstruksi lapis tipis perkerasan lentur

    jalan raya yang berfungsi sebagai campuran pengikat agregat, karena mempunyai

    daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kadar air dan mudah/dikerjakan

    (Hendarsin, 2000). Sifat adhesif yaitu kemampuan aspal untuk mengikat agregat

    sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal.

    9

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    10/19

    Komposisi aspal terdiri dari aspaltenes dan maltenes. Aspaltenes merupakan

    material berwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam heptane. Maltenes

    larut dalam eptana merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils.

    Kadar aspal yang dibutuhkan campuran Hot Rolled Sheet (HRS) relatif

    lebih besar dibanding dengan campuran lainnya, hal ini terjadi karena aspal yang

    dipakai untuk menyelimuti bidang agregat halus dan filler yang luas dan

    pernukaannya lebih besar.

    Aspal yang digunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai ;

    1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat

    ataupun antara aspal itu sendiri.

    2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang

    ada dari agregat itu sendiri.

    Aspal yang digunakan untuk material jalan terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

    1. Aspal alam

    Aspal alam di Indonesia ditemukan di pulau Buton, sulawesi Tenggara dan

    dikenal dengan sebutan Aspal Buton (Asbuton). Blown adalah proses tambahan,

    dimana residu dari penyulingan vakum dicampur dengan udara pada suhu 400 C.

    2. Aspal cair

    Aspal cair adalah campuran antara semen dengan bahan pencair dari hasil

    penyulingan minyak bumi. Jenis aspal cair tergantung dari jenis pengencer yang

    digunakan untuk mencampur aspal keras tersebut. Aspal cair dapat digunakan

    seperti halnya aspal padat.

    Berdasarkan jenis pengencer yang digunakan untuk mencampur aspal cair

    dapat dibedakan atas :

    a. Rapid Curing (RC)

    Aspal cair cepat mengeras, yang merupakan jenis aspal yang akan dengan

    cepat menguap yang dilarutkan dan dicampur dengan kerosin (bensin).

    b. Medium Curing (MC)

    Merupakan aspal yang akan mengendap dalam waktu sedang dan jenis

    aspal keras yang dicampur dengan minyak disel.

    10

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    11/19

    c. Slow Curing (SC)

    Merupakan aspal yang akan dengan lambat mengendap, dan jenis aspal

    keras yang dicampur dengan residu dari pengilangan pertama.

    Aspal cair digunakan untuk mempermudah pelaksanaan karena dengan

    kecairannya, aspal akan lebih mudah mengalir diantara batuan yang

    menyelimuti untuk menghasilkan ikatan antara batu dan aspal.

    3. Aspal Emulsi

    Aspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair. Umumnya

    mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak

    bisa dilalui oleh aspal cair biasa. Aspal emulsi dapat digunakan pada hampir

    semua kegunaan dari aspal padat, bahkan lebih luas dapat digunakan dimana

    tidak dapat digunakan aspal padat.

    Aspal emulsi dapat digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu :

    a. Aspal emulsi amoniak

    Aspal emulsi yang diberikan muatan listrik negatif dan umumnya dapat

    digunakan untuk melapisi batuan basah dan netral dengan baik. Aspal

    emulsi amoniak terdiri dari :MC (labil), MS (agak stabil).

    b. Aspal emulsi kationik

    Aspal emulsi yang bermuatan listrik positif sehingga baik digunakan

    melapisi batuan netral dan alam seperti batuan adesit dan basal. Aspal

    emulsi kationik terdiri dari : MCK (bekerja cepat), MSK (bekerja kurang

    cepat), dan MLK (bekerja lama).

    c. Aspal emulsi non ionik

    Aspal emulsi yang tidak bermuatan listrik, karena tidak mengalami proses

    ionisasi.

    Berdasarkan kecepatan pengerasnya aspal emulsi dapat dibedakan :

    a. Rapid setting (RS)

    Aspal emulsi tingkatan RS, direncanakan untuk bereaksi cepat dengan

    agregat dan berubahnya emulsi ke aspal. Biasanya digunakan untuk

    penyemprotan seperti lapis agregat, lapis pasir dan pelapis permukaan serta

    11

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    12/19

    macadam.

    b. Medium setting (MS)

    Jenis ini direncanakan untuk pencampuran dengan agregat kasar, karena

    jenis ini tidak tidak akan memecah jika berhubungan dengan agregat

    sehingga campuran yang menggunakan jenis aspal ini akan tetap dapat

    dihamparkan dalam beberapa menit.

    c. Slow setting (SS)

    Jenis ini digunakan untuk pencampuran dengan stabilitas maksimum,

    dengan agregat bergradasi padat dan mengandung kadar agregat halus yang

    tinggi. Jenis SS mempunyai waktu pelaksanaan yang panjang untuk

    memastikan pencampuran agregat padat dengan baik.

    4. Ter

    Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis

    seperti kayu dan batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada suhu

    tinggi tanpa zat asam. Untuk konstruksi jalan digunakan hanya Ter yang

    berasal dari batu bara, karena ter kayu sangat sedikit jumlahnya. Ter

    mempunyai bau khusus karena adanya gugusan -OH seperti plenol dan cresol.

    2.3 Spesifikasi Campuran Hot Rolled Sheet (HRS)

    Agregat yang digunakan untuk Hot Rolled Sheet (HRS) sedapat mungkin

    memenuhi beberapa hal sebagai berikut :

    1. Agregat yang digunakan dalam perkerasan HRS sesuai dengan proporsi

    campuran kerja (Job Mix Formula) yang telah direncanakan.

    2. Gabungan agregat yang digunakan dalam perkerasan harus memenuhi

    kebutuhan gradasi yang diisyaratkan.

    3. Umumnya digunakan bahan pengisi atau filler ke dalam campuran.

    12

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    13/19

    Spesifikasi gradasi agregat yang digunakan dalam campuran Hot Rolled

    Sheet (HRS) dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut :

    Tabel 2.6 Spesifikasi Gradasi HRS

    Ukuran Saringan Persen Lolos (%)

    1 (25,00 mm)

    (19,10 mm)

    (12,50 mm)

    (9,500 mm)

    no.4 (4,750 mm)

    no.8 (2.369 mm)

    no.30 (0,600 mm)no.100 (0,150 mm)

    no.200 (0,075 mm)

    100

    97-100

    78-100

    60-87

    55-80

    52-78

    25-608-30

    5-10Sumber : Spesifikasi Bina Marga (1989)

    Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam campuran Hot Rolled sheet

    (HRS) meliputi :

    1. Komposisi umum campuran

    Campuran aspal pada dasarnya terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan

    aspal. Dalam beberapa keadaan, tambahan dan bahan pengisi diperlukan

    untuk menjamin sifat campuran aspal yang diisyaratkan, tetapi penggunaan

    filler dibatasi seminimal mungkin.

    2. Kadar campuran aspal

    Kadar campuran aspal harus ditetapkan sehingga kadar aspal efektif harus

    tidak kurang dari minimum yang disyaratkan. Nilai kadar aspal yang

    ditetapkan berdasarkan atas data uji sesuai dengan persyaratkan yang ada.3. Proporsi komponen agregat

    Kemampuan agregat untuk campuran harus ditetapkan dengan fraksi

    rancangan (design fraction). Fraksi rancangan tersebut umumnya tidak sama

    dengan proporsi takaran yang diperlukan dari agregat kasar, pasir dan bahan

    pengisi. Dalam menentukan pencampuran yang benar dari beberapa agregat

    yang tersedia serta bahan pengisi untuk menghasilkan fraksi rancangan yang

    diperlukan, maka gradasi masing-masing agregat yang tersedia harus

    13

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    14/19

    ditetapkan.

    Fraksi rancangan harus berada dalam batas-batas komposisi umum pada

    Tabel 2.7 berikut ini :

    Tabel 2.7 Fraksi Rancangan Campuran HRS

    Komposisi Campuran Persen Pada Berat Total

    Campur

    Fraksi agregat kasar (> saringan no.8)

    Fraksi agregat halus (no.8 s/d no.200)

    Fraksi bahan pengisi (< saringan no.200)

    Absorbsi bitumen

    Kadar bitumen efektif

    Kadar bitumen aktual

    20 - 40

    47- 67

    5 - 9

    0 - 1,7

    > 6,8

    > 7,3Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, CQCMU (1998)

    4. Formula campuran kerja (Job mix formula)

    a. Jumlah total dan kandungan aspal efektif yang dinyatakan sebagai

    persentase berat dari campuran total yang ditetapkan pada saat campuran

    dikirim ke tempat hamparan harus dalam keadaan komposisi umum dan

    batas-batas temperatur.

    b. Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas selanjutnya harus dikontrol

    dari segi fraksi rancangan untuk berbagai agregat.

    5. Penentuan formula campuran kerja dan toleransi

    Seluruh campuran kerja yang disediakan harus memenuhi formula

    campuran kerja yang ditetapkan dalam rintangan yang disyaratkan :

    a. Toleransi komposisi campuran

    Gabungan agregat yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) 1,5% berat

    campuran keseluruhan.

    b. Toleransi temperatur

    Material yang meninggalkan tempat pencampuran 10C, material yang

    diterima ditempat pengharapan 10C.

    6. Sifat campuran yang diperlukan

    Pengujian dengan menggunakan alat Marshall campuran Hot Rolled Sheet

    (HRS) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Tabel 2.8 berikut ini :

    14

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    15/19

    Tabel 2.8 Persyaratan Sifat Campuran

    No. Sifat Campuran Batas-batas Sifat

    1. Rongga Udara 3 - 6%

    2. Hasil bagi Marshall Min 250 KN/mm

    3. Stabilitas Marshall Min 800 kg

    4. Rongga terisi aspal Min 68 %

    5. Kelelehan (flow) Min 3Sumber : Modul III Spesifikasi: Jalan Raya (2007)

    15

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    16/19

    BAB III

    PEMERIKSAAN DAN PERENCANAAN CAMPURAN

    3.1 Tahapan Pelaksanaan Praktikum

    Penelitian ini terdiri dari hamparan-hamparan sebagai berikut :

    1. Persiapan Bahan dan Alat

    Bahan terdiri dari : batu pecah, abu batu, pasir dan aspal.

    2. Penentuan proporsi terhadap agregat dengan menggunakan metode

    diagonal, meliputi proporsi batu pecah, abu batu dan pasir.

    3. Penentuan proporsi terhadap total campuran dan variasi kadar aspal.

    4. Penyiapan benda uji meliputi pemanasan, pencampuran, pemadatan

    mengikuti prosedur Bina Marga (3 benda uji untuk setiap variasi kadar

    aspal).

    5. Pemeriksaan benda uji dengan test Marshall.

    6. Analitis data hasil test Marshall.7. Kesimpulan.

    16

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    17/19

    Tahapan praktikum secara garis besar dimulai dari persiapan sampai dengan

    diperoleh kesimpulan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Bagan alur Praktikum

    berikut ini :

    17

    Gambar 3.1 Bagan Alir Praktikum

    MULAI

    Pengumpulan/ PersiapanAlat dan Bahan

    PemeriksaanBerat

    Jenis danPenyerapan

    PemeriksaanGradasi

    PemeriksaanKeausan

    PemeriksaanKadar

    Lempung

    TIDAK

    SpesifikasiStrandart

    standart

    Mix Design

    Variasi Kadar Aspal

    Pembuatan Benda

    Uji

    Uji Marshall

    Analisis Data

    KESIMPULAN

    SELESAI

    YA

    16

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    18/19

    1

    3.2 Pemeriksaan Sifat-sifat Fisik Agregat

    Pemeriksaan sifat-sifat agregat harus dilakukan dalam suatu perencanaan campuran

    yang akan dipergunakan pada lapis perkerasan. Agergat dapat dipergunakan untuk bahan

    perkerasan, jika setelah melalui pemeriksaan dan ternyata memenuhi persyaratan

    spesifikasi yang telah ditetapkan.

    Pemeriksaan terhadap agregat tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang

    nantinya digunakan dalam perencanaan campuran. Adapun data yang diperlukan dalam

    perencanaan campuran, meliputi data gradasi, berat jenis, penyerapan, keausan dan kadar

    lempung yang terkandung dalam agregat.

    Data kadar lempung yang diperoleh dari pemeriksaan sifat-sifat fisik ini tidak

    berkaitan langsung dengan data perencanaan. Kadar lempung perlu diketahui, apakah

    agregat tersebut mengandung lempung dalam batas yang diijinkan atau sesuai dengan

    persyaratan untuk dipakai sebagai agregat pada campuran aspal panas.

    3.2.1 Pemeriksaan Gradasi Agregat/Analisa Saringan

    Pemeriksaan gradasi agregat kasar dan halus diperoleh dengan menggunakan

    analisa saringan. Pelaksanaan analisa saringan dilakukan berdasarkan pada PB-0201-76,

    AASHTO T-27-74, ASTM C-136-64. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak,

    atau pada 1/3 ketinggian timbunan jika agregat tersebut telah berada di penimbunan

    material. Sampel yang telah diambil dari sumbernya, sebelum dilakukan analisa saringan

    dipisahkan dengan menggunakan alat pemisah (sampel splitter), diambil separuh.

    Peralatan yang digunakan adalah timbangan, satu set saringan (meliputi saringan

    1, , , , no.4, no.8, no.30, no.100, no.200 dan pan), oven, sampel splliter, mesin

    pengguncang saringan (siever shaker), kuas, sikat kuningan, sendok dan alat lainnya.

    Analisa saringan untuk menentukan gradasi agregat dilakukan dengan cara basah.

    18

  • 8/2/2019 Hal 1-19

    19/19

    Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut :

    a. Sampel dikeringkan dalam oven dengan suhu 110C sampai berat tetap.

    b. Sampel ditimbang sesuai dengan kebutuhan (1000 gr untuk agregat kasar dan halus).

    c. Sampel dicuci sampai bersih, kemudian air dibuang secara hati-hati di atas saringan

    no. 200, agregat yang tertahan pada saringan dikembalikan pada wadah pencucian.

    d. Sampel dikeringkan sampai berat tetap dengan suhu 110C, kemudian didinginkan

    dalam suhu ruangan.

    e. Saringan sampel lewat satu set saringan, saringan yang paling besar ditempatkan di

    atas. Saringan diguncang dengan alat pengguncang saringan selama 15 menit,

    kemudian diamkan selama perhitungan.

    f. Sampel yang tertahan pada setiap nomor saringan masing-masing ditimbang untuk

    selanjutnya dilakukan perhitungan.

    192