teror marathon & fungsi intelejin amerika serikat (harian pelita hal 1 & 19) by taruna ikrar...
TRANSCRIPT
RABU | 17 April 2013/6 Jumadil Akhir 1434 H
HOTLINE HARIAN PELITA: Langganan dan Iklan Telp. (+6221) 8370 6765, 8370 6766 Fax: (+6221) 83706781 Redaksi: Telp. (+6221) 8370 6765, 8370 6766 Fax: (+6221) 83706771
www.pelitaonline.com - pertama dan penting No. 12.562 Tahun XXXIX Harga Eceran Rp3.000,- (Luar Kota Tambah Ongkos Kirim)
EkonomiMayoritas Gubernur Setuju Harga BBM Dinaikkan
HALAMAN 2
OlahragaRahmad Resmi Tangani Timnas
HALAMAN 14
PendidikanJumlah Mahasiswa Indonesia di AS Naik 30 Persen
HALAMAN 5
PolitikBatal Gabung dengan Demokrat, Yenny Larang Kadernya ke PKB
HALAMAN 3
Kecelakaan Lion Air
P ASCA-terjadinya kecelakaan pesawat komersial Lion Air, di sekitar Bandara Internasional Ngurah Rai, di Bali; investigasi terus dilakukan. Berbagai pendapat dan ko-mentar pun dari pihak-pihak yang merasa menguasai masalah penerbangan dan pengamat penerbangan, seakan tidak bisa berhenti.
Sementara pemerintah, seperti dikemukakan oleh Menteri Perhubungan EE Mangindaan meminta jangan ada pihak-pihak yang menduga-duga atau menerka-nerka penyebab terjadinya kecelakaan itu. Diharapkan, hasil ivestigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT akan membuka kasus ke-celakaan itu seterang-terangnya.
Banyak pihak berpendapat bahwa kecelakaan yang dialami oleh pe-sawat terbang dengan 101 penumpang dan tujuh kru itu “masih untung”, karena “mendarat” di laut dan tidak ada korban jiwa yang meninggal du-nia. Bisa dibayangkan jika pesawat yang terbang dari Bandung itu jatuh di daratan. Mungkin jumlah korban tidak terelakkan, baik dari penum-pang, kru, maupun orang yang di darat. Juga “masih untung”, pesawat “mendarat” di bagian laut yang dangkal, bagaimana jika di laut dalam?
Gerak cepat sejumlah nelayan yang membantu penumpang dan kru pe-sawat, layak diapresiasi. Namun demikian, dapat dipastikan dari penumpang pesawat Lion Air itu ada yang trauma; sehingga mereka merasa takut melaku-kan perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang.
Kini investigasi yang dilakukan oleh pihak KNKT masih berlanjut. Seja-lan dengan itu, banyak pendapat yang mengemukakan agar Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan melakukan audit khusus terhadap maskapai penerbangan itu; baik menyangkut manajemen maupun sumber daya manusianya.
Meski hasil investigasi itu belum rampung, kecelakaan yang dialami Lion Air mudah-mudahan akan membuka pemikiran banyak pihak, kena-pa pesawat terbang itu mengalami kecelakaan? Karena pesawat terbang tersebut merupakan pesawat baru dan pilotnya pun sudah mengantongi jam terbang yang cukup lama.
Adakah faktor lain yang menyebabkan pesawat terbang jenis Boeing 737-800 next generation itu harus “mendarat” di laut, misalkan karena cuaca? Ini yang juga harus diinvestigasi. Dari hasil investigasi itu bisa dija-dikan pegangan banyak pihak, terutama yang berkaitan dengan penerba-ngan; sehingga bisa diambil langkah-langkah lebih lanjut agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi.
Dari kasus kecelakaan itu dapat disimpulkan untuk sementara bahwa pesawat terbang baru dan canggih pun bisa mengalami kecelakaan. Hal itu juga terjadi pada pesawat Sukhoi Superjet-100 yang menabrak dinding Gu-nung Salak, di Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Secanggih-canggihnya peralatan di dalam pesawat terbang baru, jika tidak dioperasionalkan dengan baik, optimal, dan sesuai prosedur oleh kru pesawatnya, maka akan sia-sia. Selain peralatan canggih, yang me-mang diperlukan di dalam pesawat terbang adalah kru yang andal dan memadai untuk menerbangkan pesawatnya. Yang juga sangat penting adalah mengutamakan keselamatan dan keamanan seluruh penumpang dan kru dalam setiap penerbangan. n
Ujian Nasional, Terus atau Tidak?
SAYA jadi ingat di akhir tahun 1950-an dan di awal 1960-an ketika saya mengikuti ujian akhir nasional SR (Sekolah Rakyat), SMP, dan SMA di Pamekasan, Madura; rasanya semua-nya lancar belaka. Ujian berlangsung tepat pada hari dan jam yang sudah ditentukan. Tidak ada acara berdoa bersama dan istigot-sah menjelang ujian. Tidak ada acara nyekar ke makam atau cium tangan para guru. Kami, para murid belajar serius seperti biasa, seperti menghadapi ulangan biasa di sekolah, hanya
kegiatan belajarnya kami intensifkan sendiri (benar-benar atas upaya individual) tanpa memakai les privat atau mengundang guru ke rumah. Teman-teman yang tidak lulus, ya, mengulang lagi di tahun berikutnya. Ti-dak ada kehebohan, sungguhpun ada siswa yang mengulang ujian akhir hingga tiga kali (berarti tiga tahun) sebelum akhirnya lulus.
Sekarang, Ujian Nasional (UN) itu menjadi KN alias Kehebohan Nasi-onal atau dibikin heboh. Para siswa dididik untuk menjadi depresi meng-hadapi ujian sehingga perlu diadakan acara keagamaan dan menziarahi makam leluhur. Tentu berdoa dan berziarah itu tidak salah, karena walau-pun para siswa itu berupaya keras sekali, jika Tuhan tidak menghendaki, ya, tidak akan lulus. Tapi masalahnya adalah, acara berdoa dan berziarah itu dibuat massal sehingga mirip acara tobat nasional, apalagi kemudi-an ditambah dengan acara cium tangan guru sepertinya para siswa itu minta berkah dari guru-gurunya. Yang menakjubkan lagi acara istigotsah dan lain-lainnya itu diikuti pula oleh guru dan orangtua siswa. Itu ber-makna bahwa UN telah dianggap sebagai ancaman bencana nasional yang membutuhkan pertobatan nasional karena semua pihak (siswa dan orangtuanya) mengalami depresi nasional.
Ujian Nasional itu sebenarnya tujuannya baik. Banyak negara melak-sanakan hal yang sama. UN yang baik bisa dijadikan sarana untuk menya-ring siapa yang mampu dan kurang mampu secara akademik. Tanpa UN, maka semua orang merasa bisa menjadi sarjana karena sudah selesai (bu-kan “lulus”) dari jenjang pendidikan tertentu. Karena itu sering saya jum-pai, entah Anda, seorang lulusan S-1 tidak bisa menyusun kalimat yang benar ketika disuruh membuat konsep surat. Bahkan dalam pengalaman saya, menyusun proposal penelitian atau naskah disertasipun banyak mahasiswa yang belum mampu menyusunnya dalam kalimat yang jelas, fokus, dan sistematis padahal sudah di S-3. Dengan kata lain, Bahasa In-donesianya amburadul. Ditambah lagi dengan penguasaan pengetahuan yang dangkal sekali, karena tidak mampu dan tidak mau membaca. Me-ngapa? Karena orang seperti itu memang sebenarnya tidak layak disebut sarjana. Kemampuannya hanya sampai di tingkat SLTA tetapi dibolehkan ke jenjang sarjana, karena tidak ada ujian dan jikapun ada ujiannya asal-asalan. Maka berlakulah PGPS (Pintar Goblok Perlakuan Sama).
Persoalan dengan UN sekarang ini adalah bagaimana memperbaiki prosedurnya, mulai dari prosedur akademik (pembuatan soal dan peme-riksaan jawabannya) dan prosedur administratifnya (pencetakan soal, dis-tribusi soal, pengumpulan jawaban ujian sampai ke pengumuman hasil UN). Dua prosedur tadi tidak akan bisa dilaksanakan dengan baik apabila para pelaksana UN tidak memiliki kejujuran, tidak bertanggungjawab, dan tidak profesional. UN itu melibatkan uang begitu banyak, karena itu kejujuran, responsibilitas, akuntabilitas, dan profesionalitas sangat dibu-tuhkan. Jika tidak, maka UN akan amburadul terus seperti sekarang; se-mentara dananya terus mengalir entah kemana. Tapi kalau sekiranya ke-amburadul-an UN akan berlanjut terus, apa boleh buat, UN dihapus saja. (Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta)
PELITA HATI
ASSALAMUALAIKUM
HIKMAH
JADWAL SHALATRabu, 17 April 2013
Dzuhur 11.54Ashar 15.13Maghrib 17.53Isya 19.03
Kamis, 18 April 2013
Subuh 04.38
Jadwal berlaku untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya
Allah Menjadi SaksiKatakanlah: “Cukuplah Al-lah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia menge-tahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi”.
(QS Al ‘Ankabuut: 52)
Mendikbud: Soal Mundur, Urusan Presiden
Jakarta, PelitaPresiden Susilo Bambang Yudhoyo
no memanggil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh ke Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (16/4), dan meminta agar dilakukan investigasi keterlambatan naskah ujian nasional (UN), termasuk investi
gasi proses tendernya. Nuh sendiri menegaskan, dirinya
lah yang paling bertanggungjawab atas persoalan ini, tapi soal urusan mundur dari jabatan seperti yang diserukan sejumlah kalangan, dirinya tidak mau
Wamenkeu: Defisit Melebar Jika BBM Tak Dikendalikan Jakarta, Pelita
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengatakan, defisit anggaran yang ditetapkan 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB) akan melebar apabila konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak dikendalikan.
“Oleh karena itu pembatasan BBM bersubsidi menjadi hal yang harus kita lakukan untuk kesehatan fiskal 2013,” ujarnya seusai rapat koordinasi dengan gubernur seIndonesia membahas pengendalian BBM, di Jakarta, Selasa (16/4).
Ia mengatakan, upaya penghematan tersebut harus dilakukan melalui peningkatan koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Soalnya, operasional konsumsi BBM berada di pemerintah provinsi dan kabupaten.
“Saya ingin menyampaikan bahwa beban belanja subsidi ini membuat defisit bisa melampaui apa yang diperbolehkan dalam UU,” katanya.
Menurut dia, pengendalian konsumsi tersebut belum tentu mengatasi kelebihan kuota BBM bersubsidi yang diprediksi bisa mencapai 49 juta kiloliter pada akhir tahun, namun ada belanja subsidi yang dapat dihemat.
TEROR MARATHON BELUM TERJAWABJakarta, Pelita
Hingga Selasa (16/4) malam waktu Indonesia, belum diketahui siapa pelaku bom pada Boston Marathon di Copley Square, Boston, Massachussets, Amerika Serikat (AS). Pihak penyelidik federal (FBI) hanya memastikan tidak ada ancaman bom lain kecuali dua bom yang meledak pada Senin waktu Boston.
Pihak kepolisian menghabiskan malam mencari “seseorang” di sebuah kondo di Revere, Massachussets, sekitar 5 mil sebelah utara Copley Square, namun belum memiliki tersangka. Hingga berita ini diturunkan, belum ada yang mengklaim bertanggung jawab terhadap peristiwa yang disebutsebut paling mematikan dalam 25 tahun terakhir.
Seorang pejabat mengatakan para penyelidik telah menentukan bahwa orang yang terluka dalam ledakan itu dan diperiksa di rumah sakit, tidak terlibat dalam serangan itu.
Seorang bocah berusia 8 tahun bernama Martin Richard, menjadi salah satu dari tiga korban tewas dalam peristiwa ini.
Menurut komisioner Polisi Boston Ed Davis, seperti diku
Teror Marathon dan Fungsi Intelijen Amerika SerikatSURAT DARIAMERIKA SERIKATDr Taruna Ikrar, PhD *
HARI Senin, 15 April 2013; teror bom mengguncang lokasi di dekat garis finish di Boston Marathon, di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat; yang menewaskan tiga orang dan ratusan korban lukaluka. Teror tersebut merupakan
peristiwa yang kesekian kalinya terjadi di Amerika Serikat.
Masih segar dalam ingatan kita, terhadap teror yang terjadi 11 September 2001. Empat pesawat komersial dibajak oleh 19 orang militan Al Qaeda dan digunakan sebagai bom bunuh diri. Peristiwa itu menghancurkan dua menara kembar WTC di New York dan menabrak markas militer AS Pentagon. Hampir 3.000 orang tewas.
Dewasa ini, terorisme telah menjadi ketakutan dan kecemasan global. Seluruh masyarakat dunia merasakan kepanikan. Karena efek dari suatu tindakan teror tidak hanya mengena pada orang per orang. Tapi, berdampak terhadap banyak orang (negara, bangsa, hingga masyarakat dunia). Dampaknya bukan hanya kematian, kehila ngan harta benda, namun yang le
bih parah lagi adalah ketakutan dan kecemasan yang menghantui seluruh masyarakat. Efek dominonya akan berdampak lebih dalam lagi.Berupa travel warning bagi bangsabangsa lain, penurunan investasi, kehilangan lapangan kerja, peningkatan pengangguran, penurunan pemasukan, dan kerugian negara, kehila
PENJELASAN KETERLAMBATAN UN - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) memanggil Mendikbud Mohammad Nuh (kiri), di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (16/4). nant/prasetyo utomo
LEDAKAN BOSTON MARATHON - Dua ledakan bersamaan membuyarkan keramaian di garis finish Boston Marathon, di Boston, Senin (16/4) kemarin, menewaskan tiga orang dan melukai ratusan orang lainnya. Pada hari libur itu puluhan ribu warga memadati jalan untuk menyaksikan lomba lari tertua tersebut. n getty image
2013_04_16 HAL 01.indd 1 4/16/2013 11:50:53 PM