pendidikan tinggi teknik dan pengembangan industri;prosiding.bkstm.org/prosiding/2016/pd-005.pdf ·...

6
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV) Bandung, 5-7 Oktober 2016 PD-005 [1] “World Bank national accounts data “, http://data.worldbank.org (diakses pada tanggal 27 september 2016) Pendidikan Tinggi Teknik dan Pengembangan Industri; Ultra-Marathon menuju 17000 US Dollar per Kapita Djoko Suharto 1,* , Arief Haryanto 1 , Satrio Wicaksono 1 , Bentang Arief Budiman 1 1 Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia *Email: [email protected] / [email protected] Abstrak Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang tantangan ke depan yang kita hadapi untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh elemen bangsa. Tantangan di era globalisasi saat ini, yaitu bagaimana berperan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan, yang tidak kalah penting, tantangan untuk mengubah sikap mental bangsa kita sendiri. Pertama-tama akan dibahas gambaran dari skenario perkembangan makro ekonomi sampai tahun 2045 (100 tahun kemerdekaan). Selanjutnya akan dikemukakan pentingnya sumber daya manusia sebagai “Mesin Pertumbuhan Ekonomi” yang dikembangkan melalui program pendidikan yang terencana dan terstruktur de ngan baik. Pendidikan yang meliputi pendidikan agama, budi pekerti, dan karakter, dimulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pendidikan yang tidak hanya mempersoalkan kuantitas tetapi juga kualitas dan relevansinya dengan tempat kerja, baik di sektor jasa maupun industri. Kemudian akan didiskusikan kaitan dan peranan pendidikan teknik dalam pengembangan industri dan kontribusinya ke pertumbuhan ekonomi nasional. Bagian terakhir dari makalah ini mengilustrasikan peranan perguruan tinggi teknik, khususnya Teknik Mesin, dalam penelitian yang seharusnya diarahkan ke industri supaya mempunyai dampak tinggi untuk Indonesia. Kata kunci: Pendidikan Teknik, Industri, Pertumbuhan Ekonomi, Sumber Daya Manusia Prolog Alumni Teknik Mesin ITB mempunyai modal sosial yang tidak ternilai harganya yaitu semangat Solidarity Forever. Semangat ini diwariskan oleh generasi senior ke generasi muda dan diimplementasikan dalam suasana kekeluargaan di perkumpulan alumni kami. Sebagai contoh, saat ini alumni mengusahakan bantuan dana untuk program Akreditasi Internasional Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara. Salah satu ide menarik untuk pengumpulan dana adalah penyelenggaraan kegiatan lari ultra-marathon dari Jakarta ke Bandung. Tentu saja kondisi fisik yang prima dan mental yang kuat serta tidak mudah menyerah merupakan syarat mengikuti lari ultra-marathon. Visi untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, menuju tingkat ekonomi yang memadai dengan dukungan dari pengembangan industri, dapat dianalogikan seperti lomba lari ultra-marathon. Lomba tersebut memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang serta harus dijalani dengan mental baja. Skenario Makro Ekonomi Indonesia saat ini sudah tidak lagi termasuk negara miskin walaupun belum bisa dikategorikan sebagai negara kaya. Dengan pendapatan per kapita lebih dari 3000 dollar, Indonesia termasuk pada kategori negara berpendapatan menengah-bawah [1]. Bila 786

Upload: others

Post on 04-Jul-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Tinggi Teknik dan Pengembangan Industri;prosiding.bkstm.org/prosiding/2016/PD-005.pdf · kegiatan lari ultra-marathon dari Jakarta ke Bandung. Tentu saja kondisi fisik

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)

Bandung, 5-7 Oktober 2016

PD-005

[1] “World Bank national accounts data “, http://data.worldbank.org (diakses pada tanggal 27 september 2016)

Pendidikan Tinggi Teknik dan Pengembangan Industri;

Ultra-Marathon menuju 17000 US Dollar per Kapita

Djoko Suharto1,*, Arief Haryanto1, Satrio Wicaksono1, Bentang Arief Budiman1

1Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung

Jl Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

*Email: [email protected] / [email protected]

Abstrak

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang tantangan ke depan yang kita hadapi

untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh elemen bangsa. Tantangan di era globalisasi saat ini, yaitu

bagaimana berperan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan, yang tidak kalah

penting, tantangan untuk mengubah sikap mental bangsa kita sendiri. Pertama-tama akan dibahas

gambaran dari skenario perkembangan makro ekonomi sampai tahun 2045 (100 tahun kemerdekaan).

Selanjutnya akan dikemukakan pentingnya sumber daya manusia sebagai “Mesin Pertumbuhan

Ekonomi” yang dikembangkan melalui program pendidikan yang terencana dan terstruktur dengan

baik. Pendidikan yang meliputi pendidikan agama, budi pekerti, dan karakter, dimulai dari pendidikan

dasar sampai pendidikan tinggi. Pendidikan yang tidak hanya mempersoalkan kuantitas tetapi juga

kualitas dan relevansinya dengan tempat kerja, baik di sektor jasa maupun industri. Kemudian akan

didiskusikan kaitan dan peranan pendidikan teknik dalam pengembangan industri dan kontribusinya

ke pertumbuhan ekonomi nasional. Bagian terakhir dari makalah ini mengilustrasikan peranan

perguruan tinggi teknik, khususnya Teknik Mesin, dalam penelitian yang seharusnya diarahkan ke

industri supaya mempunyai dampak tinggi untuk Indonesia.

Kata kunci: Pendidikan Teknik, Industri, Pertumbuhan Ekonomi, Sumber Daya Manusia

Prolog

Alumni Teknik Mesin ITB mempunyai

modal sosial yang tidak ternilai harganya yaitu

semangat Solidarity Forever. Semangat ini

diwariskan oleh generasi senior ke generasi

muda dan diimplementasikan dalam suasana

kekeluargaan di perkumpulan alumni kami.

Sebagai contoh, saat ini alumni mengusahakan

bantuan dana untuk program Akreditasi

Internasional Fakultas Teknik Mesin dan

Dirgantara. Salah satu ide menarik untuk

pengumpulan dana adalah penyelenggaraan

kegiatan lari ultra-marathon dari Jakarta ke

Bandung. Tentu saja kondisi fisik yang prima

dan mental yang kuat serta tidak mudah

menyerah merupakan syarat mengikuti lari

ultra-marathon. Visi untuk meningkatkan

kesejahteraan bangsa, menuju tingkat ekonomi

yang memadai dengan dukungan dari

pengembangan industri, dapat dianalogikan

seperti lomba lari ultra-marathon. Lomba

tersebut memerlukan perencanaan dan

persiapan yang matang serta harus dijalani

dengan mental baja.

Skenario Makro Ekonomi

Indonesia saat ini sudah tidak lagi termasuk

negara miskin walaupun belum bisa

dikategorikan sebagai negara kaya. Dengan

pendapatan per kapita lebih dari 3000 dollar,

Indonesia termasuk pada kategori negara

berpendapatan menengah-bawah [1]. Bila

786

Page 2: Pendidikan Tinggi Teknik dan Pengembangan Industri;prosiding.bkstm.org/prosiding/2016/PD-005.pdf · kegiatan lari ultra-marathon dari Jakarta ke Bandung. Tentu saja kondisi fisik

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)

Bandung, 5-7 Oktober 2016

PD-005

[2] “Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)“, Lampiran peraturan presiden

republik indonesia no. 32 tahun 2011, 2011

[3] “Produksi Minyak Bumi dan Gas Alam tahun 1996-2014“, Badan Pusat Statistik, https://www.bps.go.id (diakses

pada tanggal 29 september 2016)

[4] “Saudi Arabia facts and figures“, Organization of the Petroleum and Exporting Countries (OPEC),

http://www.opec.org (diakses pada tanggal 27 september 2016)

dihitung dengan faktor power purchasing

parity pendapatan per kapita Indonesia berada

di tingkat rata-rata dunia. Berdasarkan data

Produk Domestik Bruto (PDB), Indonesia

sudah termasuk dalam G 20. Pada masa

pemerintahan presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY), perencanaan jangka

panjang berupa Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) telah dibuat sampai tahun 2045, yang

merupakan skenario 100 tahun kemerdekaan

Indonesia [2].

Gambar 1 memperlihatkan skenario

tersebut. Dokumen MP3EI merupakan

perencanaan yang cukup komprehensif dan

bisa dijadikan referensi karena mengandung

data rinci untuk berbagai komoditas dan

kegiatan ekonomi Indonesia. Proyeksi

pertumbuhan ekonomi pada Gambar 1,

menurut pandangan kami, terlalu optimis

sehingga prediksi tahun 2014 pun sudah tidak

tercapai. Memang tidak mudah membuat

proyeksi ekonomi apalagi dalam jangka waktu

lama. Bila dibaca dengan hati-hati, prasyarat

yang dikemukakan dalam dokumen MP3EI

sangat berat untuk dipenuhi. Oleh sebab itu,

perlu dipikirkan alternatif skenario lain yang

lebih realistis.

Gambar 2 merupakan skenario alternatif

dengan memperhitungkan faktor energi yang

bisa disediakan dan kondisi lingkungan yang

wajib dijaga. Usulan pertumbuhan moderat

tersebut juga mempertimbangkan faktor

konektivitas negara kepulauan yang jauh lebih

sulit dari negara daratan, serta aspek sosial dari

berbagai suku bangsa. Kita semua setuju bila

persatuan bangsa dijaga dan dirawat dengan

baik, maka akan menjadi modal sosial yang

tidak ternilai untuk NKRI. Pada Gambar 2,

proyeksi pendapatan per kapita hanya

ditargetkan lebih dari dua kali dalam jangka

waktu 10 tahun dan antara 5 dan 6 kali pada

tahun 2045. Tergantung dari kondisi

pertumbuhan ekonomi, target tersebut juga

tidak mudah untuk dicapai, namun perlu

diusahakan sekuat tenaga agar Indonesia

terhindar dari fenomena middle class trap.

Sekali lagi analoginya adalah seperti lari ultra-

marathon yang memerlukan perencanaan dan

persiapan yang matang serta harus

diimplementasikan dengan mental baja.

Gambar 1. Proyeksi pertumbuhan ekonomi

Indonesia versi MP3EI [2]

Gambar 2. Usulan proyeksi pertumbuhan

ekonomi moderat yang berkelanjutan.

Sumber Daya Manusia sebagai Mesin

Pertumbuhan Ekonomi

Pola pikir bahwa Indonesia mempunyai

sumber daya alam (SDA) yang berlimpah

hendaknya dievaluasi dan ditinjau kembali

karena akan menimbulkan persepsi bahwa

Indonesia sangat kaya SDA dan dapat hidup

bergantung dari SDA. Contoh ekstrem adalah

produksi minyak bumi beberapa tahun

terakhir. Produksi Indonesia sudah kurang dari

800.000 barel per hari, jauh lebih rendah dari

Saudi Arabia yang menghasilkan sekitar 10

juta barel per hari [3, 4].

787

Page 3: Pendidikan Tinggi Teknik dan Pengembangan Industri;prosiding.bkstm.org/prosiding/2016/PD-005.pdf · kegiatan lari ultra-marathon dari Jakarta ke Bandung. Tentu saja kondisi fisik

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)

Bandung, 5-7 Oktober 2016

PD-005

[5] D. Suharto dan Z. Abidin, “Demographic Advantage, Where it should be directed“, Keynote Speaker Presentation,

2nd ACIKITA International Conference on Science and Technology, Jakarta, 26-28 August 2012.

[6] L. Lanqing, “Education for 1,3 Billion“, Pearson Education and Foreign Language Teaching & Research Press,

Beijing, 2005

[7] "World Economic Outlook Database", International Monetary Fund, April 2016.

[8] M. Abduhzen, “Pesan untuk Kemdikbud“, Kompas 29 Agustus 2016

Apabila dihitung per kapita, produksi

minyak Indonesia hanya 0.003 barel per

kapita-hari sedangkan Saudi Arabia lebih dari

seratus kalinya yaitu 0.309 barel per kapita-

hari. Data diatas tidak untuk membuat kita

menjadi pesimis tetapi kita harus bisa

menyadari kondisi kekayaan alam Indonesia.

Untuk itu, perlu dilakukan studi secara ilmiah,

yaitu menghitung kekayaan alam Indonesia

per kapita dan membandingkannya dengan

kekayaan alam negara lain.

Sebaliknya, penduduk Indonesia yang

berjumlah lebih dari 250 juta jiwa adalah aset

yang sangat berharga bila mereka mendapat

pendidikan yang baik [5]. Sebagai ilustrasi

bandingan disajikan arsitektur makro pola

pendidikan di Singapura pada Gambar 3,

dimana Singapura menekankan pendidikan

vokasi melalui Institute of Technical

Education (ITE, semacam SMK) dan

Politeknik. Jumlah Universitas di negara

tetangga tersebut dibatasi dan ditujukan untuk

menghasilkan pemimpin, pemikir serta high

level professional. Namun lulusan ITE dan

Politeknik adalah komponen komunitas yang

juga sangat penting karena mereka adalah

pekerja profesional penggerak ekonomi dan

bagian terbesar dari golongan menengah.

Gambaran perbandingan yang lain, Cina

mempersiapkan sumber daya manusia dengan

serius pada awal reformasi ekonominya [6].

Sehingga saat ini Cina sudah menjadi kekuatan

ekonomi nomor dua di dunia setelah Amerika

Serikat [7].

Sebenarnya Indonesia juga sudah

mempunyai konsep yang baik, seperti

diperlihatkan pada arsitektur makro

pendidikan Indonesia (Gambar 4). Namun

konsep yang baik tidak cukup dan hanya akan

menjadi wacana saja. Oleh karena itu

diperlukan implementasi yang konsisten dan

berkelanjutan. Mohammad Abduzen, salah

satu pakar pendidikan Indonesia, secara

komprehensif menulis tentang angka

partisipasi sekolah, angka rata-rata lama

sekolah dan penajaman pendidikan vokasi

(SMK) [8]. Tantangan terbesar adalah

mengkaitkan pendidikan dengan lapangan

kerja (link and match) dan tidak hanya

mempersoalkan kuantitas anak didik tetapi

juga kualitas serta karakternya. Pada Gambar 4

diperlihatkan usaha untuk mengkaitkan

pendidikan dengan latihan kerja di industri

(further industrial training) yang secara

konsep sudah benar namun tidak mudah dalam

implementasinya. Seperti sudah diketahui,

industri di Indonesia sebagian besar masih

kepanjangan tangan dari industri dari luar

negeri dan peranan kita masih sebatas sebagai

operator. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan cara

kerja sama dengan para investor untuk ikut

memberikan program latihan industri.

Tantangan terbesar saat ini adalah

menciptakan lapangan kerja baik di sektor jasa

maupun industri dan membuat Indonesia lebih

mandiri. Baru baru ini Komite Ekonomi dan

Industri Nasional (KEIN) mengumumkan

supaya Indonesia mengembangkan lapangan

kerja di industri pengolahan sumber daya

alam, maritim, pariwisata dan kreatif.

Tantangan bagi kita semua untuk melakukan

eksplorasi dan ikut membuka lapangan kerja

sehingga konsep di Gambar 4 dapat terealisasi.

Berbagai usaha untuk menjadikan SDM

sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi ini

dapat dianalogikan sebagai bagian dari lomba

lari ultra-marathon yang memerlukan sikap

mental yang tangguh.

Gambar 3. Arsitektur makro pendidikan di

Singapura

788

Page 4: Pendidikan Tinggi Teknik dan Pengembangan Industri;prosiding.bkstm.org/prosiding/2016/PD-005.pdf · kegiatan lari ultra-marathon dari Jakarta ke Bandung. Tentu saja kondisi fisik

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)

Bandung, 5-7 Oktober 2016

PD-005

[9] “Pengembangan produk otomotif siswa SMK bersama mitra industri“, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Indonesia, 2012.

[10] J. G. Wissema,“Toward the Third Generation University: Managing the University in Transition“, Cheltenham:

Edward Elgar Publishing, 2009.

[11] D.Suharto dan A.I. Mahyuddin, “How Should We Educate Our Engineers”, Proceedings of the SEAMEO

Colloquium on Engineering and Technology Education, Jakarta, Indonesia, , 9-11 January 1995.

Gambar 4. Arsitektur pendidikan di Indonesia [9]

Gambar 5. Klasifikasi universitas [10]

Kontribusi Pendidikan Tinggi Teknik

J.G. Wissema seorang guru besar dari Delft

University of Technology mendefinisikan

generasi dari universitas seperti terlihat pada

Gambar 5 [10]. Universitas generasi pertama

mempunyai fokus pada pendidikan sebagai

kegiatan utama dimana setiap lulusannya

diharapkan memenuhi persyaratan akreditasi

dan sebagian besar bisa menjadi pekerja

professional. Untuk pendidikan tinggi teknik,

lulusan tersebut harus mempunyai pengalaman

bekerja di bidang yang relevan supaya bisa

menjadi insinyur professional [11].

Saat ini perundangan dan peraturan tentang

insinyur professional sedang diterapkan agar

sarjana teknik kita dapat berkompetisi baik di

negara sendiri, di tingkat regional (ASEAN),

maupun di tingkat global. Tugas dari Fakultas

Teknik adalah menghasilkan lulusan dengan

Learning Outcomes yang memenuhi syarat.

Pengalaman dari Fakultas Teknik Mesin dan

789

Page 5: Pendidikan Tinggi Teknik dan Pengembangan Industri;prosiding.bkstm.org/prosiding/2016/PD-005.pdf · kegiatan lari ultra-marathon dari Jakarta ke Bandung. Tentu saja kondisi fisik

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)

Bandung, 5-7 Oktober 2016

PD-005

[12] “Putting Higher Education to Work“, Work Bank East Asia and Pasific Regional Report, 2012

[13] D.Suharto dan A.I. Mahyuddin, “Masa Depan Pendidikan Teknik Mesin di Indonesia“, Keynote Speaker

Presentation, Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin VII, Manado, 4 November 2008.

[14] D.Suharto, “Penyiapan Sumber Daya Manusia untuk Penguasaan dan Pengembangan Teknologi“, Sidang Senat

Terbuka ITB dalam rangka Penerimaan Mahasiswa Baru Angkatan 1991, 10 Agustus 1991

[15] “Developing Strategies for University, Industry and Government Partnership in Indonesia“, Ministry of Education

and Culture, 2013

[16] A. Kurnadi, “Membangun Generasi Insinyur Berkeunggulan“, Presentasi di Reuni Akbar Alumni Teknik Mesin ITB,

Puspitek Serpong, 26 September 2015.

Dirgantara ITB dalam program akreditasi

ASIIN (Jerman) dan EURO ACE (Masyarakat

Uni Eropa) serta usaha yang sedang dijalankan

oleh Fakultas Teknik Universitas Andalas

(UNAND) untuk memperoleh akreditasi dari

ABET (Amerika Serikat) bisa dijadikan bahan

pembelajaran.

Perlu ditekankan sekali lagi permasalahan

relevansi antara lapangan kerja dan program

pendidikan, industrial/employment pull yang

terkait dengan education push, yang juga

merupakan tantangan nyata untuk lulusan

perguruan tinggi. Masalah ini sebenarnya

merupakan masalah universal yang telah

dilaporkan oleh Bank Dunia tentang lima

fenomena disconnects, salah satunya adalah

fenomena disconnect antara lulusan perguruan

tinggi dan lapangan kerja [12]. Berbagai cara

untuk mendekatkan lapangan kerja dengan

lulusan bisa dilakukan misalnya dengan

program kerja praktek, magang, atau

latihan/pendidkan lanjutan di perusahaan,

yang sekarang dikenal sebagai Corporate

University. Istilah ini tidak boleh

disalahartikan, Corporate University bukanlah

universitas seperti yang kita kenal tetapi

merupakan sekolah atau program latihan di

perusahaan. Beberapa perusahaan seperti

Garuda Indonesia Airways dan Astra Grup

telah melaksanakan program Corporate

University ini dengan baik.

Universitas generasi kedua dimana kegiatan

riset juga dilaksanakan disamping pendidikan

tidak akan dibahas terlalu banyak di makalah

ini. Tulisan pada Seminar SNTTM ke 7 di

Manado [13] bisa dijadikan referensi untuk

kegiatan riset yang berkaitan dengan

pengembangan ilmu maupun riset aplikasi di

industri. Namun untuk bisa berkontribusi pada

skenario pendapatan per kapita 17000 US

Dollar atau lebih diperlukan usaha yang lebih

keras dengan sinergi manajemen nasional yang

kompleks.

Pengembangan Teknologi dan Industri

Universitas generasi ke-3 seperti disajikan

pada Gambar 5 bisa berkontribusi aktif pada

pengembangan industri, menciptakan nilai

tambah dan ikut mendirikan industri lokal

yang mandiri. Pengembangan industri

memerlukan rekayasa bisnis untuk menguasai

pasar dan menyediakan modal, rekayasa

teknologi untuk alih atau adapsi teknologi, dan

bahkan inovasi teknologi bila ingin menjadi

pioner dan juara di industri tertentu. Selain itu

tidak kalah pentingnya adalah rekayasa sosial

untuk bisa mengembangkan sumber daya

manusia yang mumpuni serta bersinergi

dengan baik. Anjuran untuk program

penyiapan sumber daya manusia dalam

penguasaan dan pengembangan teknologi bisa

dilihat di referensi berikut [14] yang menurut

pendapat kami tidak bisa diimplementasikan

dengan baik karena terkendala berbagai faktor

ekonomi, politik, dan sosial, seperti krisis

moneter 1998 serta kondisi keuangan yang

kurang memadai. Disamping itu, program

penguasaan dan pengembangan teknologi

untuk mendukung industri belum sepenuhnya

bisa diterapkan di Indonesia. Studi yang

dilakukan oleh Balitbang Kemdikbud

memetakan berbagai masalah yang dihadapi

dan mempresentasikan beberapa contoh

kerjasama antara universitas, industri, dan

institusi pemerintahan [15]. Achdiat Kurniadi

memetakan strategi penguasaan teknologi di

industri menjadi beberapa tahap (Gambar.6)

mulai dari smart follower, smart competitor,

dan akhirnya smart innovator [16].

Menurut pendapat kami diperlukan

pemikiran dan perencanaan yang lebih matang

untuk mensinergikan berbagai konsep dan

permasalahan dengan usaha perencanaan

makro yang sudah dibuat seperti Masterplan

790

Page 6: Pendidikan Tinggi Teknik dan Pengembangan Industri;prosiding.bkstm.org/prosiding/2016/PD-005.pdf · kegiatan lari ultra-marathon dari Jakarta ke Bandung. Tentu saja kondisi fisik

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XV (SNTTM XV)

Bandung, 5-7 Oktober 2016

PD-005

[17] “Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035”, Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perindustrian,

2015

Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia-MP3EI, 2011 dan juga

Rencana Induk Pembangunan Industri

Nasional 2015-2035 [17]. Untuk implementasi

dalam level mikro, diusulkan pembentukan

institusi atau badan kerjasama yang menangani

suatu pengembangan industri yang

diproyeksikan bisa masuk ke smart competitor

atau smart innovator sehingga beberapa

industri kita bisa mandiri, mempunyai nilai

tambah, dan pada akhirnya bisa berkontribusi

pada pertumbuhan pendapatan per kapita yang

memadai. Bila hal ini tidak dilakukan, maka

kita hanya akan tetap menjadi konsumen

produk teknologi dan operator saja. Bentuk

institusi seperti Fraunhofer di Jerman bisa

dijadikan contoh bentuk ideal institusi untuk

pengembangan teknologi pendukung industri.

Institusi yang bisa mensinergikan universitas

atau lembaga penelitian dan industri, bisa

menerima pendanaan baik dari negara maupun

swasta, serta berbentuk badan hukum publik

yang nirlaba.

Epilog

Tantangan untuk mencapai kesejahteraan

yang lebih tinggi dengan skenario 17000 US

Dollar per kapita, yang disertai distribusi

pendapatan/asset yang lebih merata, bukanlah

pekerjaan mudah. Perjuangan dengan sinergi

seluruh komponen bangsa sangat diperlukan,

ditambah dengan sikap mental yang tangguh

serta berani mengubah berbagai hal yang

selama ini salah atau kurang tepat. Falsafah

dasar negara kita Panca Sila harus dipegang

teguh dan diimplementasikan dengan baik.

Pendidikan secara menyeluruh yang

dimulai dari pendidikan agama, budi pekerti,

dan karakter ditambah pendidikan dasar 9

tahun merupakan prasyarat yang tidak bisa

ditawar lagi. Setelah itu pendidikan vokasi

yang relevan dengan lapangan kerja

merupakan tahap selanjutnya supaya sumber

daya manusia bisa menjadi mesin

pertumbuhan ekonomi.

Pada tingkat universitas harus dihasilkan

pemimpin, pemikir, dan high level

professional. Lulusan pendidikan tinggi teknik

harus siap berkompetisi di level internasional

dan menjadi insinyur professional. Selanjutnya

kerjasama antara akademisi dan dunia industri

harus dipersiapkan untuk mendukung industri

supaya lebih banyak menciptakan nilai tambah

dan mandiri. Semua langkah diatas bisa

diibaratkan seperti lomba lari ultra-marathon

dan sebaiknya kita mulai mempersiapkan diri.

Gambar 6. Tahap penguasaan teknologi [16]

791