konstruksi teror terhadap penyidik...

120
KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPK (Framing Pemberitaan Teror Terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Siti Afifah NIM. 11140510000159 PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M  

Upload: doandan

Post on 27-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPK

(Framing Pemberitaan Teror Terhadap Novel Baswedan

di Harian Tempo dan Harian Republika)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Siti Afifah

NIM. 11140510000159

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

 

Page 2: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

 

Page 3: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

 

Page 4: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

 

Page 5: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

ABSTRAK

Siti Afifah. KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPK

(Framing Pemberitaan Teror Terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo

dan Harian Republika).

Media massa merupakan sarana yang digunakan oleh seseorang, kelompok

maupun organisasi untuk merealisasikan suatu kepentingan. Media membingkai

sebuah pemberitaan guna mencapai tujuannya. Peran media massa dalam

membingkai kasus teror terhadap Novel Baswedan pada April 2017 menjadi kuat.

Novel Baswedan merupakan aparat negara yang bertugas sebagai penyidik

Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK). Novel diteror oleh dua orang yang tidak

dikenalnya menggunakan air keras yang mengakibatkan matanya rusak pada 11

April 2017 lalu setelah ia melaksanakan salat subuh di dekat rumahnya, hingga

saat ini pelaku pun belum terungkap. Novel sudah beberapa kali mendapat

tindakan kriminal saat menjalankan tugasnya.

Pembingkaian kasus teror terhadap Novel Baswedan dalam Harian Tempo

dan Harian Republika terlihat berbeda pandangan. Harian Tempo terlihat

membingkai kasus tersebut berkaitan dengan kasus Setya Novanto dan e-KTP.

Sedangkan Harian Republika lebih menekankan kronologi kejadian teror terhadap

Novel Baswedan di dalam headline berita tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk

menjawab bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika membingkai

pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. Terdapat empat struktur

golongan besar, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Menggunakan

pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis

Hasil dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa Harian Tempo dan Harian

Republika melakukan pembingkaian pada pemberitaan teror terhadap Novel

Baswedan. Harian Tempo membingkai kasus teror yang dialami Novel Baswedan

berkaitan dengan kasus e-KTP. Sedangkan pada headline Harian Republika,

bingkai yang ditonjolkan yaitu kronologi kejadian teror yang dialami Novel

Baswedan. Keberpihakan Harian Tempo dan Harian Republika terhadap kasus

teror yang dialami Novel Baswedan sangat besar, terlihat dalam penyajian berita

dengan menonjolkan isi yang sangat membela Novel Baswedan serta ingin kasus

ini segera dituntaskan.

Kata Kunci : Teror, Penyidik KPK, Novel Baswedan, Framing, Zhongdang

Pan dan Gerald M.Kosicki, Harian Tempo, Harian Republika.

 

Page 6: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya yang begitu banyak, sehingga

dengan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga

tidak lupa penulis junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan

banyak perubahan kepada umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiah

seperti saat ini.

Begitu banyak kesan dan manfaat yang didapat oleh penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga

mendapat pelajaran berharga. Penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih

kepada kedua orangtua, yaitu: ibunda Yusneti dan ayahanda Yazwir Ali yang telah

memberikan semangat dan kasih sayang, serta doa yang tak ada hentinya untuk

penulis. Semoga Allah mengampuni kesalahan beliau, memberikan kesehatan dan

umur panjang, senantiasa dalam lindungan Allah SWT serta diberikan kebahagiaan di

dunia dan akhirat. Aamiin

Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mendapat banyak

bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.

Suparto, M.Ed, Ph.D., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dra. Hj.

Roudhonah, M.Ag., serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr.

Suhaimi, M.Si.

 

Page 7: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

ii

2. Ketua Jurusan Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si., serta Sekretaris Jurusan

Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan konsultasi dan membantu dalam hal perkuliahan.

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Fita Fathurokhmah, M.Si, yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan

banyak pelajaran, serta menyemangati penulis dengan kesabaran untuk dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi

penulis.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

menyediakan buku serta fasilitas lainnya, sehingga penulis mendapat banyak

referensi dalam penelitian ini.

6. Saudara kandung penulis, Farid Amarullah dan Rina Nur Farizah yang selalu

memberi semangat dan bantuan dalam bentuk apapun sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Semoga Allah selalu memberikan

kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

7. Narasumber penelitian, Wartawan Harian Tempo Indri Maulidar dan Redaktur

Harian Republika Fitriyan Zamzami yang telah memberikan waktu dan

bantuan dalam proses wawancara.

8. Kakak senior jurnalistik, Martini dan Restu yang selalu memberi semangat

dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

9. Teman kost penulis, Lilis Lisnawati, Sary Widiastuti, Istiqomah, serta

Muharar yang selalu ada kapanpun dibutuhkan oleh penulis. Terimakasih atas

segala support dan kebaikannya.

10. Sahabat DNK TV 5.0 : Emak, Ndep, Dede, Dhita, Silpa, Wilu, Oci, Ncop,

Berbi, Irna, Arita, Hafiz, Mamat, Ucon, ka Nisa, ka Urr, dan ka Ryan.

Terimakasih sudah mau berbagi kisah bersama menjadi keluarga.

 

Page 8: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

iii

11. Dedi Fahrudin, M.Ikom, General Manager Komunitas Dakwah dan

Komunikasi Televisi (DNK TV), serta keluarga besar DNK TV yang telah

memberikan pengalaman dan berbagi ilmu seputar dunia pertelevisian.

12. Keluarga besar Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA) UIN Jakarta

yang telah mengisi kegiatan penulis selama dibangku perkuliahan,

memberikan pengalaman dan menambah skill dibidang seni tari.

13. Teman-teman Jurnalistik 2014 yang telah berjuang bersama dalam mengikuti

perkuliahan selama hampir empat tahun. Terima kasih atas pertemanan,

pembelajaran, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

14. Keluarga KKN GANDUM 2017 yang sudah berbagi pengalaman yang tidak

terlupakan. Semoga silaturahmi yang terjalin akan tetap terjaga selamanya.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung,

mendo’akan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun

skripsi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT membalas

semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.

Penulis menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, namun

penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan dengan

baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 04 Februari 2019

Siti Afifah

 

Page 9: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4

C. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................................... 5

1. Batasan Masalah ..................................................................................... 5

2. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

1. Manfaat Akademik ................................................................................. 6

2. Manfaat Praktis ...................................................................................... 6

F. Metodologi Penelitian .................................................................................... 6

1. Paradigma Penelitian .............................................................................. 6

2. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 7

3. Metode Penelitian ................................................................................... 8

4. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 8

5. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 9

6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 9

7. Teknik Analisis Data .............................................................................. 10

8. Pedoman Penulisan Skripsi .................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .................................................................................... 11

 

Page 10: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

v

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 12

A. Landasan Teori ....................................................................................... 12

a. Konstruksi Reaitas Sosial ................................................................. 12

b. Teori Analisis Analisis Framing

Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki ............................................. 15

c. Konsep Berita ................................................................................... 18

1. Pengertian Berita ........................................................................ 18

2. Unsur Berita ............................................................................... 20

3. Berita Kriminal ........................................................................... 25

4. Berita Kriminal dalam Tinjauan Syariah ................................... 30

B. Kajian Pustaka ........................................................................................ 32

C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 34

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN .............................. 35

A. Gambaran Umum Harian Tempo ........................................................... 35

a. Sejarah Singkat berdirinya Harian Tempo ....................................... 35

b. Visi dan Misi Harian Tempo ............................................................ 37

B. Gambaran Umum Harian Republika ...................................................... 38

a. Sejarah dan Profil Harian Republika ................................................ 38

b. Visi dan Misi Harian Republika ....................................................... 40

c. Konsep Harian Republika ................................................................ 42

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ........................................... 43

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 59

A. Analisis hasil temuan teks berita teror terhadap Novel Baswedan

di Harian Tempo dan Harian Republika ........................................... 59

1. Analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki

di Harian Tempo ......................................................................... 59

 

Page 11: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

vi

2. Analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki

di Harian Republika .................................................................... 63

B. Interpretasi ........................................................................................ 69

BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 74

A. Kesimpulan ................................................................................................... 74

B. Saran .............................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 77

 

Page 12: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skema analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki

di Harian Tempo dan Harian Republika ............................................................. 17

Tabel 4.1 Data Pemberitaan Teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo

dan Harian Republika ......................................................................................... 43

Tabel 4.2 Struktur Teks Berita Teror Terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo

dan Harian Republika ......................................................................................... 44

 

Page 13: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini mengakses informasi melalui media massa seperti media

cetak, elektronik dan media online sangatlah mudah dan cepat. Efek media

massa dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan

masyarakat. Masyarakat menjadi konsumtif dan serba instan. Soejono

Soekanto dalam bukunya Sosiologi Pengantar, menyatakan bahwa perubahan-

perubahan dalam masyarakat di dunia ini merupakan gejala normal, yang

pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainnya berkat

adanya komunikasi yang modern.1

Realitas yang disajikan dalam media massa merupakan hasil dari

konstruksi sosial untuk membentuk opini publik. Pengemasan peristiwa

menjadi sebuah berita adalah kegiatan mengonstruksi realitas itu sendiri.

Dalam pandangan konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu

dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan, tercipta lewat konstruksi dan

sudut pandang tertentu oleh wartawan.2

Peran media massa dalam membingkai kasus teror terhadap Novel

Baswedan pada April 2017 menjadi kuat. Banyaknya kepentingan berlatar

belakang politik menyebabkan pemahaman mengenai pengertian teror

menjadi berbeda sudut pandang. Berbagai media, baik cetak maupun

elektronik ataupun media-media online, banyak menyoroti kasus ini

kehadapan publik sehingga kasus ini pun kerap menjadi headline di berbagai

1 Soejono Soekanto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: PT Rajawali Pers,1987), h.30.

2 Eriyanto, Analisis Wacana, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: PT LKIS

Pelangi Aksara, 2008), h.19.

 

Page 14: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

2

media massa dan menjadikan opini tersendiri di benak publik yang

membacanya.

Novel Baswedan merupakan aparat negara yang bertugas sebagai

penyidik Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK). KPK dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK diberi amanat melakukan

pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan.

Lembaga ini merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan

manapun.3 Novel diteror oleh dua orang yang tidak dikenalnya pada 11 April

2017, setelah ia melaksanakan salat subuh di dekat rumahnya. Ia disiram air

keras oleh pelaku sehingga matanya rusak.

Kasus teror terhadap Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami,

tetapi pada 2012 ia diserang sekelompok pendukung Amran Batalipu saat

memimpin operasi penangkapan terhadap mantan Bupati Buol. Pada 2015

lalu, Novel Baswedan diteror dengan kasus penembakan tersangka pencuri

sarang burung wallet pada Februari 2004 saat menjabat kasat Reskrim Polres

Bengkulu, dan tahun 2016 Novel Baswedan ditabrak mobil saat berangkat

menuju KPK menggunakan sepeda motor hingga luka-luka.4 Teror merupakan

perbuatan kriminal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Berita

kriminal selalu menarik perhatian pembaca dan rasa ingin tahu untuk

menghindarinya.

Alasan penulis memilih Harian Tempo dan Harian Republika adalah

karena Harian Tempo dan Harian Republika dikenal masyarakat sebagai

harian populer yang beritanya selalu update. Harian Tempo terkenal sebagai

3 KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, diakses dari https://www.kpk.go.id/id/tentang-

kpk/sekilas-kpk pada 08 Januari 2018 4 Harian Kompas, 12 April 2017, h.1.

 

Page 15: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

3

harian yang kritis, mendukung demokrasi dan membela kaum minoritas,

sedangkan Harian Republika didirikan dari cita-cita para cendekiawan Muslim

se-Indonesia. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai

medium melalui mana kelompok yang dominan mempersuasi dan

mengomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang

mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar.5 Headline penulisan berita

kasus teror terhadap Novel Baswedan di kedua nya terlihat berbeda

pandangan. Harian Tempo terlihat membingkai kasus tersebut berkaitan

dengan kasus Setya Novanto, terlihat dari kalimat “Teror Novel Berkaitan

dengan Kasus Korupsi. Novel menekan surat kepada pimpinan KPK agar

mencekal Setya Novanto.” Selain itu Harian Tempo juga banyak membahas

keterkaitan teror tersebut dengan kasus e-KTP. Sedangkan Harian Republika

lebih menekankan kronologi kejadian teror Novel Baswedan di dalam

headline berita tersebut.

Perbedaan latar belakang antara Harian Tempo dan Harian Republika

menjadi sangat menarik untuk diteliti. Penulis menganggap penelitian ini

penting karena kasus teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior

KPK ini sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, setelah setahun berlalu

belum juga terungkap pelakunya. Maka di sinilah peran media khususnya

Harian Tempo dan Harian Republika mengonstruksi pemberitaan tentang

kasus teror terhadap Novel Baswedan dengan menggunakan Analisis Framing

Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. Berdasarkan latar belakang pemikiran

di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Konstruksi Teror

terhadap Penyidik KPK (Framing Pemberitaan Teror terhadap Novel

Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika).

5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.13.

 

Page 16: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi

masalah yang terjadi dalam Pemberitaan Novel Baswedan pada Harian

Tempo dan Harian Republika. Diantaranya:

1. Novel Baswedan merupakan penyidik senior KPK yang diteror

oleh orang yang tidak dikenalnya. Tidak hanya sekali ini dia

mengalaminya, pada 2012 ia pernah diserang sekelompok

pendukung Amran Batalipu saat memimpin operasi penangkapan

terhadap mantan Bupati Buol. Pada 2015, Novel Baswedan diteror

dengan kasus penembakan tersangka pencuri sarang burung walet

pada Februari 2004 saat menjabat kasat Reskrim Polres Bengkulu,

dan tahun 2016 Novel Baswedan ditabrak mobil saat berangkat

menuju KPK menggunakan sepeda motor hingga luka-luka.6

2. Teror yang dialami Novel Baswedan belum terungkap pelaku

meskipun sudah setahun berlalu. Dimana KPK merupakan

lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan

manapun.7

3. Harian Tempo dan Harian Republika terlihat berbeda pandangan

dalam menulis berita. Harian Tempo lebih membingkai kasus

tersebut ada kaitannya degan Setya Novanto dan kasus korupsi e-

KTP yang sedang diselidiki Novel, terlihat dari kutipan “Teror

Novel Berkaitan dengan Kasus Korupsi. Novel menekan surat

kepada pimpinan KPK agar mencekal Setya Novanto” sedangkan

Harian Republika lebih menonjolkan kronologi kejadian teror yang

dialami Novel Baswedan.

6 Harian Kompas, 12 April 2017, h.1.

7 KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, diakses dari https://www.kpk.go.id/id/tentang-

kpk/sekilas-kpk pada tanggal 08 Januari 2018

 

Page 17: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

5

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka fokus penelitian ini terletak

pada Harian Tempo dan Harian Republika dalam mengonstruksi berita

teror terhadap Novel Baswedan edisi 12 April 2017, karena Harian

Tempo dan Harian Republika terlihat berbeda pandangan dalam menulis

berita. Harian Tempo dengan judul berita “Teror Novel Berkaitan

dengan Kasus Korupsi” lebih membingkai kasus tersebut ada kaitannya

dengan kasus e-KTP dan Setya Novanto, sedangkan Harian Republika

lebih menonjolkan kronologi kejadian dengan judul berita “Jangan

Gentar”. Penulis mengambil edisi 12 April 2017 karena hari perdana

kedua media tersebut memberitakan kasus teror terhadap Novel

Baswedan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah: bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika

membingkai pemberitaan kasus teror terhadap Novel Baswedan

berdasarkan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald

M.Kosicki?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Harian Tempo dan

Harian Republika membingkai pemberitaan kasus teror terhadap Novel

Baswedan berdasarkan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald

M.Kosicki.

 

Page 18: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

6

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

dibidang komunikasi serta dapat dikembangkan khususnya di jurusan

Jurnalistik. Penelitian ini mengaplikasikan model analisis framing

Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki pada pemberitaan di Harian Tempo

dan Harian Republika. Bagaimana media memproduksi suatu berita,

penggunaan bahasa dalam susunan teks media bukan sesuatu yang

alamiah dan bersifat netral, melainkan dilakukan secara sengaja dengan

tujuan tertentu.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi mahasiswa

Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terutama pada model analisis

framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki dan memberikan

gambaran bagaimana suatu media membingkai sebuah berita. Serta

sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dengan memberi gambaran

terhadap masyarakat mengenai konstruksi pemberitaan di sebuah media

cetak.

F. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, yaitu

paradigma yang memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas

yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi.8 Bogdan dan Bilken

mengatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang

mengarahkan cara berpikir dalam penelitian.9 Perbedaan konstruksi

8 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:PT LKiS

Pelangi Aksara, 2002) h.43. 9Lexy.J,Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung:Remaja Rosda Kara, Cetakan

ke delapan,1997) h.30.

 

Page 19: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

7

realitas dimulai dari level individu wartawan yang bisa jadi mempunyai

pandangan berbeda ketika melihat suatu peristiwa. Bagaimana wartawan

membingkai peristiwa yang dapat diwujudkan dalam teks berita. Berita

dalam pandangan konstruktivis bukan merupakan fakta dalam arti

sebenarnya, ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Bagi

kaum konstruktivis, realitas bersifat subjektif tergantung sudut pandang

wartawan.10 Oleh karena itu, menggunakan paradigma konstrukivis

penulis ingin mengetahui bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika

mengonstruksi pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan, sebab penulis

melihat perbedaan sudut pandang oleh kedua media tersebut dalam

pemberitaannya.

2. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka

penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis

pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian

Republika.

Pendekatan kualitatif ialah suatu prosedur penulisan yang

dilakukan secara alamiah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan

tanpa adanya rekayasa dan jenis data yang dikumpulkan berupa data

deskriptif.11

Menurut Jalaludin Rakhmat, bahwa penelitian deskriptif ditujukan

untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan

gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan

praktik yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi.12

10

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.22. 11

Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2012) h.140. 12

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001),

h.25.

 

Page 20: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

8

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalan penulisan ini adalah

analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki dengan paradigma

konstruktivis. Paradigma konstruktivis mempunyai pandangan bahwa

realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk

dari hasil konstruksi.13 Sedangkan pendekatan penulisannya adalah

kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-

prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-

gejala sosial di masyarakat.14

Penulisan ini lebih menekankan pada kualitas data bukan kuantitas

data.15 Hasil dari penulisan ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan

gambaran secara rinci bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika

mengonstruksi pemberitaan kasus teror yang dialami Novel Baswedan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah Harian Tempo dan Harian Republika. Objek

penelitian adalah pemberitaan mengenai kasus teror terhadap Novel

Baswedan, terdapat satu berita di Harian Tempo dan satu berita di

Harian Republika edisi 12 April 2017. Penulis mengambil edisi 12 April

2017 karena hari perdana kedua media tersebut memberitakan kasus

teror terhadap Novel Baswedan.

13

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.43 14

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.6.

15 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, 2006), h.58.

 

Page 21: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

9

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Harian Tempo yang beralamat di

Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Selatan, 12210 pada 16 November

2018 dan kantor Harian Republika yang beralamat di Jl.Warung

Buncit Raya No.37 Jakarta Selatan, 12510 pada 05 November 2018.

Adapun penulisan dilaksanakan dari April 2018.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Teks

Dalam penelitian kualitatif, observasi digunakan sebagai teknik

pengumpulan data. Observasi menurut Gordon E.Mills adalah sebuah

kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat

serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki

tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada di balik munculnya

perilaku dan landasan suatu sistem tersebut.16 Penulis melakukan

pengamatan secara sistematis dengan meneliti teks berita tentang teror

terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika.

b. Wawancara Mendalam

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data wawancara mendalam (indepth interview).

Wawancara mendalam merupakan proses tanya jawab antara

pewawancara dengan narasumber yang dilakukan dengan cara

komunikasi langsung bertatap muka guna memperoleh data secara

mendalam. Sama seperti teknik wawancara lainnya, hanya saja

wawancara mendalam membutuhkan waktu yang lama bersama

informan di lokasi penulisan.17

16

Haris Herdiansyah, WAWANCARA, OBSERVASI, DAN FOCUS GROUPS Sebagai

Instrumen Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h.131. 17

Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),

h.108.

 

Page 22: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

10

Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan Indri

Maulidar selaku wartawan Harian Tempo dan Fitriyan Zamzami

selaku redaktur halaman satu Harian Republika.

c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan dan mempelajari data melalui sumber

bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas

dan mendukung penelitian yang bisa diperoleh penulis dari internet,

perpustakaan, atau sumber lain yang bisa digunakan untuk analisis

dalam penelitian ini.

7. Teknik Analisis Data

Untuk teknik analisis data pada penelitian ini, penulis

mengumpulkan berita-berita yang terkait berita tersebut. Setelah berita

dikumpulkan penulis mengambil beberapa berita yang menarik itu

untuk diteliti dan difokuskan, lalu penulis membuat pertanyaan yang

sesuai dengan rumusan masalah.

Setelah itu, penulis menggunakan analisis framing Zhongdang

Pan dan Gerald M.Kosicki, menganalisis pemberitaan mengenai teror

terhadap penyidik KPK pada pemberitaan Novel Baswedan di Harian

Tempo dan Harian Republika.

Penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif yakni

memberikan gambaran mengenai bagaimana Harian Tempo dan

Harian Republika mewacanakan pemberitaan teror tersebut.

 

Page 23: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

11

8. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini mengacu pada Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017 yang digunakan penulis untuk mengikuti

aturan tentang keseragaman penulisan karya ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis, penulis membaginya

menjadi enam bab, dan masing-masing bab terdiri atas sub bab. Bab pertama

berisi pendahuluan, dalam bab pendahuluan dipaparkan mengenai latar

belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

Bab kedua berupa Kajian Pustaka, di dalamnya membahas tentang

landasan teoritis yang akan digunakan dalam penulisan penelitian ini yang

mencakup Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki,

Konstruksi Realitas Sosial, Konsep Berita, Teori Kriminologi, Berita

Kriminal dalam Tinjauan Syari’ah.

Bab ketiga merupakan bab yang membahas gambaran umum latar

penelitian. Pada bab ini, penulis memberikan beberapa gambaran umum yang

berisi profil, sejarah singkat, visi misi Harian Tempo dan Harian Republika.

Kemudian bab keempat merupakan data dan temuan penelitian, bab empat

berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian.

Bab lima merupakan bab pembahasan, bagian ini berisi uraian yang

mengaitkan latar belakang, teori dari penelitian. Mengaitkan dan menguraikan

hasil analisis dan temuan penulis mengenai berita kasus teror terhadap Novel

Baswedan pada Harian Tempo dan Harian Republika menggunakan Analisis

Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. Bab keenam adalah bab

penutup, pada bagian ini berisikan mengenai simpulan, implikasi dan saran.

 

Page 24: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

a. Konstruksi Realitas Sosial

Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality)

menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas

Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of

Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia

menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana

individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki

dan dialami bersama secara subyektif.

Pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan

manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial

di sekelilingnya. Dunia sosial itu dimaksud sebagai mana yang disebut

oleh George Simmel, bahwa realitas dunia sosial itu berdiri sendiri di luar

individu, yang menurut kesan kita bahwa realitas itu 'ada' dalam diri

sendiri dan hukum yang menguasainya.

Realitas sosial itu 'ada' dilihat dari subyektivitas 'ada' itu sendiri dan

dunia objektif di sekeliling realitas sosial itu. Individu tidak hanya dilihat

sebagai 'kedirian'-nya, namun juga dilihat dari mana 'kedirian' itu berada,

bagaimana ia menerima dan mengaktualisasikan dirinya serta bagaimana

pula lingkungan menerimanya.

Max Weber melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang

memiliki makna subyektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan

motivasi. Perilaku sosial itu menjadi 'sosial', oleh Weber dikatakan kalau

yang dimaksud subyektif dari perilaku sosial membuat individu

mengarahkan dan memperhitungkan kelakuan orang lain dan

mengarahkan kepada subyektif itu. Perilaku itu memiliki kepastian kalau

 

Page 25: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

13

menunjukkan keseragaman dengan perilaku pada umumnya dalam

masyarakat. Pada kenyataannya realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa

kehadiran individu, baik di dalamnya maupun di luar realitas tersebut.

Realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi

dan dimaknakan secara subyektif oleh individu lain sehingga

memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengonstruksi realitas

sosial, dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas

itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.18

Menurut gagasan Hall, proses kerja pembentukan dan produksi berita

itu bukanlah sesuatu yang netral, melainkan ada bias ideologi yang secara

sadar atau tidak sadar tengah dipraktikkan oleh wartawan. Tetapi berbeda

dengan pandangan madzhab kritis yang tampak reduksionis dalam melihat

kinerja media, Hall menawarkan alternatif penjelas lain. Media di sini

tidaklah sederhana digambarkan dikuasai oleh kelompok tertentu yang

dominan, yang berperan dan punya kekuatan untuk mempengaruhi

khalayak. Di sini media dipandang sebagai agen konspiratif yang

menyembunyikan fakta, menampilkan fakta tertentu yang dikehendaki,

dan secara sadar mengelabui khalayak untuk kelompok dominan. Seakan

media adalah alat yang jahat dan wartawan tengah berkonspirasi untuk

tujuan politik tertentu. Menurut Hall, pada akhirnya pemberitaan media

memang cenderung memarjinalisasikan kelompok yang tidak dominan

dan memantapknn posisi status quo (kelompok dominan), tetapi proses itu

tidak berjalan sebagai satu kelompok mendominasi kelompok yang lain.

Prosesnya berlangsung dalam suasana yang kompleks dan sering tidak

disadari.

18

Burhan Bungin. Konstrukdi Sosial Media Massa (Jakarta: Prenada Media Group,2008)

h.11-12.

 

Page 26: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

14

Hall misalnya melihat bagaimana proses kerja dan praktik profesional

dari wartawan secara tidak disadari turut memperkuat posisi kelompok

dominan dalam masyarakat. Menurut Hall, wartawan tergantung pada

sumber berita, dan laporan berita yang ditulis mau tidak mau harus

mewawancarai pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat. Dalam

menjalankan proses kerjanya, idelogi profesional di antaranya menyatakan

agar laporan berita menyertakan dua pihak dan objektif. Berita yang baik

juga harus berdasarkan fakta, ini umumnya dilakukan dengan memberi

pemisahan yang tegas antara fakta di satu sisi dan opini di sisi yang lain.19

Contoh peristiwa mengenai pengeboman. Ketika polisi diwawancarai

oleh wartawan, ia bukan hanya menjelaskan apa saja yang telah dilakukan

polisi, ia bahkan menjelaskan realitas pengeboman itu secara keseluruhan.

Polisi akan menjelaskan motif pengeboman, siapa pelaku pengeboman,

dan apa target yang ingin dicapai dari pengeboman tersebut. Di sini secara

jelas terlihat bagaimana sumber berita tersebut mendefinisikan realitas-

peristiwa pengeboman dijelaskan dalam pandangan dan perspektif polisi.

Media di sini secara tidak sadar ikut mempopulerkan pandangan sumber

yang kredibel tersebut. Lewat pemberitaan dan pemberian porsi yang

besar pada polisi, media mempopulerkan dan menjadi pendefinisi

sekunder dari realitas (secondary definers). Di sini terlihat, media

bukanlah alat polisi untuk memarjinalkan kelompok lain. Media bukan

saja alat kebohongan bagi polisi, melainkan dalam keseluruhan proses

kerja wartawan itu secara tidak sadar, ideologi kelompok dominan yang

mendapatkan tempat dan dimapankan dalam pemberitaan.

Orang yang mempunyai kekuasaan akan menggunakan kekuasaan dan

otoritasnya untuk mempengaruhi orang lain-dengan harapan agar orang

lain mengikuti apa yang dimaui. Penggunaan kekuasaan itu tidak selalu

19

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.160.

 

Page 27: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

15

dengan menggunakan jalan kekerasan, tetapi bisa juga dilakukan dengan

memakai kesadaran. Cara ini lebih halus, karena kalau yang pertama

dengan jalan represi maka yang kedua dengan mempengaruhi kesadaran

seseorang. Orang tidak sadar bahwa tindakan, perbuatan, atau ucapannya

sebetulnya telah dikontrol dengan jalan tertentu untuk mendukung

gagasan atau tindakan tertentu.20

b. Teori Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki

Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita

(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada

"cara melihat" terhadap realitas yang dijadikan berita. "Cara melihat" ini

berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing

adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media

mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat

bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.

Ada dua esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana

peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan

mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini

berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk

mendukung gagasan.

Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai

karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif.

Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari

suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing yang

menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing

terutama melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media.

20

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.163.

 

Page 28: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

16

Bagaimana wartawan mengonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada

khalayak pembaca.21

Salah satu model framing yang paling terkenal dan banyak digunakan

adalah framing yang dipopulerkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki. Menuut Pan dan Kosicki disamping penggunaan analisis isi

kuantitatif, analisis framing yang mereka perkenalkan merupakan

pendekatan alternatif untuk menganalisis teks media.22

Menurut Pan dan Kosicki pada dasamya konsepsi psikologi dan

konsepsi sosiologis merupakan dua konsep framing yang saling

berkaitan.23 Konsepsi psikologi menekankan bagaimana internal seseorang

memproses sejumlah informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan

struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah berbagai

informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing dipandang

sebagai peletakan informasi dalam suatu konteks yang khusus dan

memberikan penonjolan tentang suatu isu dalam kognisi seseorang.

Sedangkan konsepsi sosiologi melihat bagaimana proses lingkungan sosial

dikonstruksi seseorang. Frame dalam konsepsi sosiologi

mengklasifikasikan, mengorganisasikan. dan menafsirkan pengalaman

sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya.

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki membagi perangkat framing

kedalam empat struktur golongan besar. Pertama, struktur sintaksis.

Sintaksis berkaitan dengan bagaimana wartawan menyusun skema

terhadap sebuah peristiwa dalam bentuk teks berita. Kedua, struktur skrip.

Skrip berkaitan dengan bagaimana wartawan mengisahkan peristiwa

dengan pola yang lengkap dalam bentuk teks berita. Ketiga, struktur

tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan

21

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.10-11. 22

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.289. 23

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.291.

 

Page 29: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

17

mengungkapkan fakta melalui tulisannya kedalam prosisi, kalimat, atau

hubungan antar kalimat yang membentuk teks berita secara keseluruhan.

Keempat. struktr retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana

wartawan menekankan arti tertentu yang ingin ditonjolkan dalam berita.24

Tabel 2.1

Skema analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Struktur Perangat Framing Unit Yang Diamati

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Skema Berita Headline, lead, latar

informasi, kutipan

sumber, pernyataan,

penutup.

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan

Berita

5W+1H

TEMATIK

Cara wartawan

menulis fakta

3. Detail

4. Koherensi

5. Bentuk

Kalimat

6. Kata Ganti

Paragraf,

proposisi,kalimat,

hubungan antar kalimat.

RETORIS

Cara wartawan

menekankan fakta

7. Leksikon

8. Grafis

9. Metafora

Kata, Idiom,

gambar/foto, grafik

24

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.294.

 

Page 30: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

18

Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata

atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada

pengertian susunan dan bagian berita headline, lead, latar informasi,

sumber, penutup dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan.

Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini

karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha

menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari

peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi

menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.

Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian

hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan

yang diungkapkan. Semua perangkat itu digunakan untuk membuat

dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Tema yang dihadirkan

atau dinyatakan secara tidak langsung atau kutipan sumber dihadirkan

untuk mendukung hipotesis.

Retoris. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan

pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti

yang ingin ditonjolkan oleh wartawan.25

c. Konsep Berita

1. Pengertian Berita

Menurut KBBI ada beberapa pengertian berita, yaitu cerita atau

keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita juga

diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan, atau pengumuman.

Di antara berbagai macam pengertian itu, salah satu yang cocok dengan

konteks pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai keterangan

25

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.295-306.

 

Page 31: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

19

mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Satu kata terakhir dalam

pengertian itu memberikan tekanan bahwa berita itu sebuah peristiwa yang

hangat. Hangat dalam artian sesuatu yang baru saja terjadi dan penting

untuk diketahui oleh khalayak.26 Beberapa definisi berita, menurut para

pakar jurnalistik di antaranya:

Willard C Bleyer: Berita adalah suatu kejadian aktual yang diperoleh

wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik atau

mempunyai makna bagi pembaca.

William S. Maulsby: Berita adalah suatu penuturan secara benar dan

tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru

terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang

memuat berita tersebut.

Chilton R. Bush: Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang

penting diketahui masyarakat dan juga laporan peristiwa yang semata-

mata menarik karena berhubungan dengan hal yang menarik dari sesorang

atau sesuatu dalam situasi yang.

Eric C. Hepwood: Bertia adalah laporan pertama dari kejadian penting

yang dapat menarik perhatian umum.

Curtis MacDougall: Berita adalah apa saja yang menarik hati orang

dan berita yang terbaik adalah yang menarik hati orang sebanyak-banyaknya.

Dja'far H.Assegaff: Berita adalah laporan tentang fakta atau ide terkini

yang dipilih oleh wartawan untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian

pembaca.

26

Suhaimi, dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta,2009), h.27.

 

Page 32: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

20

Jakob Oetama dalam bukunya Perspektif Pers Indonesia: Berita itu

bukan fakta, tapi laporan tentang fakta itu sendiri. Suatu peristiwa menjadi

berita hanya apabila ditemukan dan dilaporkan oleh wartawan atau

membuatnya masuk dalam kesadaran publik dan dengan demikian menjadi

pengetahuan publik.27

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa berita

merupakan segala laporan yang menarik mengenai peristiwa, kejadian,

gagasan, dan fakta yang penting untuk diketahui masyarakat luas serta

disampaikan melalui media massa.

2. Unsur-unsur Berita

Baik dalam kepustakaan dan pengajaran jurnalistik maupun dalam

praktiknya, terdapat perbedaan pandangan dalam menentukan sifat atau ciri

sebuah berita. Ada yang menekankan segi unsur yang harus dikandung sebuah

berita, ada yang menekankan segi sifatnya, dan ada pula yang menekankan

ciri-cirinya.28 Judul juga menjadi daya tarik utama dalam sebuah berita.

Sebuah berita yang punya nilai berita yang tinggi sekalipun akan kurang

greget di mata pembaca kalau tidak diberí judul yang menarik. Judul atau

kepala berita atau headline haruslah ditulis dengan bahasa yang singkat, lugas

dan menarik.

27

Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Penerbit

Erlangga,2011) h.26. 28

Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.31.

 

Page 33: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

21

Muncul formulasi yang menyebutkan bahwa ciri yang harus dimiliki

sebuah berita mencakup:

1. Accuracy; akurat, cermat, dan teliti

2. Universality: berlaku umum

3. Fairness: jujur dan adil

4. Humanity: nilai kemanusian

5. Immediate: segera

Pemahaman secara umum yang penting diketahui dalam mengendus

berita adalah hal-hal yang disebutkan oleh Curtis D. MacDougall. Curtis D.

MacDougall dalam bukunya Interpretative Reporting menyebutkan lima

syarat berita. Kelima syarat itu di antaranya timeliness, proximity,

prominence, human interest, dan concequence, seperti dijelaskan berikut ini

Kebaruan (Timeliness)

Sebuah berita sangat terikat oleh waktu. Waktu sangat memengaruhi

aktualitas sebuah berita sebab berita haruslah menyangkut hal yang baru

terjadinya (timeliness) dan aktual (terkini). Untuk itu, diperlukan kecepatan.

Karena terikat waktu, pekerjaan membuat berita menjadi pekerjaan yang amat

tergesa-gesa, serba cepat dan segera (immediate). Agar tidak ketinggalan

tenggat waktu (deadline) yang telah ditetapkan oleh pemimpin redaksi,

wartawan harus bekerja seperti sastrawan yang cermat memilih kata,

ungkapan dan frasa, meski dalam suasana yang terhimpit waktu. Aktualisasi

sebagai taruhannya.

Akan tetapi, sesuatu yang sudah lama terjadi dapat juga menjadi baru

kembali (aktualisasi) jika seorang wartawan pandai menggali fakta -fakta baru

seputar kejadian tersebut, termasuk kejadian yang sudah hampir dilupakan

orang sebab pada dasarnya berita tentang suatu kejadian selalu berkembang.

 

Page 34: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

22

Jarak (Proximity)

Faktor jauh dekatnya jarak antara tempat terjadinya peristiwa dengan

penikmat berita memengaruhi daya tarik atau nilai sebuah berita. Jarak juga

bukan hanya dalam arti fisik geografis, tetapi dapat pula dalam hal minat,

bakat, dan profesi. Peristiwa-peristiwa mengenai kejahatan dan peradilan

tentu lebih menarik hati orang-orang atau penegak hukum. Jadi, faktor jarak

juga ikut menjadi penentu nilai sebuah berita.

Cuatan (Prominence)

Terjemahan istilah yang lebih tepat, lugas, ringkas, mudah diingat, dan

cerdas untuk kata prominence dalam bahasa Indonesia sebenarnya adalah

"cuatan", bukan "ketermukaan". Nilai sebuah berita juga sangat ditentukan

oleh cuatan atau hal yang ulung pada diri seseorang, benda, tempat, serta

peristiwa. Dalam hal ini berlaku istilah "name makes news." Seperti dalam

penjelasan sebelumnya, suatu peristiwa yang menyangkut orang terkenal atau

sesuatu yang dikenal masyarakat merupakan berita penting untuk diketahui

oleh pembaca.

Daya Tarik Kemanusiaan (Human Interest)

Berita juga dapat menyangkut hal yang memiliki daya tarik

kemanusiaan atau sentuhan manusiawi. Semakin tinggi daya tarik

kemanusiaan sebuah berita, maka semakin tinggi pula nilai berita tersebut.

Sesuatu yang menyentuh dan sangat menggugah rasa kemanusiaan seseorang

menambah nilai sebuah berita. Nilai sebuah berita akan bertambah tinggi jika

unsur human interest ini dikelola dengan tepat. Terlalu banyak kejadian

sehari-hari di sekitar kita yang mempunyai daya tarik kemanusiaan sehingga

munculah istilah "berita human interest" (human interest news).

 

Page 35: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

23

Akibat (Consequence)

Nilai berita juga banyak ditentukan oleh pengaruh, akibat, dan dampak

yang mungin dapat ditimbulkannya terhadap masyarakat luas. Dampaknya

bagi kehidupan politk, sosial, dan ekonomi merupakan hal yang patut

diperhitungkan oleh setiap wartawan dalam memperoleh sebuah berita.

Berita-berita mengenai penyalahgunaan jabatan atau korupsi, pemilihan ketua

sebuah organisasi besar, kenaikan harga beras, pencurian minyak di tengah

laut, berita-berita parlemen, atau kenaikan gaji PNS semuanya mempunyai

dampak langsung bagi kehidupan seluruh warga di suatu negara.

Teliti (Accuracy)

Syarat penentu nilai berita yang disebutkan oleh Curtis MacDougall di

atas, berikut ditambahkan juga uraian mengenai masalah ketelitian dan

kebenaran sebuah berita. Persoalan tersebut sering menjadi masalah pelik dan

menimbulkan kasus yang merepotkan, baik bagi perusahaan surat kabar

maupun pembaca. Ketelitian dan kebenaran ini berkaitan dengan tuntutan

akan kecermatan dalam menyusun berita agar memenuhi syarat aktualitas dan

tenggat waktu (deadline).29

Tidak semua fakta, peristiwa, kejadian, atau fenomena yang bisa

dijadikan berita. Meliput dan menulis berita harus memerhatikan beberapa

elemen nilai berita yang menjadikan sebuah peristiwa itu memiliki daya tarik.

Dalam praktik jurnalistik para pakar memberikan pedoman dalam

menulis berita dengan menggunakan formula (rumusan) 5W+ 1H. Pedoman

ini juga sering disebut sebagai syarat kelengkapan sebuah berita.

29

Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Penerbit

Erlangga,2011) h.33-35.

 

Page 36: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

24

Persyaratan atau kelengkapan ini pertama kali diperkenalkan oleh

Kantor Berita Associated Press (AP). Berikut ringkasan dari formula yang

dimaksud:30

1. Who: berita harus mengandung unsur “siapa”. Ini dapat ditarik

ekuivalensinya dengan unsur prominence, harus menyebutkan

sumber yang jelas. Dengan kata lain, berita harus mempunyai

sumber yang jelas, Jadi, di sini penekanannya adalah sumber berta

itu.”

2. What: setelah mengetahui sumber berita, selanjutnya penting

untuk mengetahul "apa" yang dikatakannya; who to say what.

Dengan kata lain. "Apa" adalah mencari tahu hal yang menjadi

topik berita tersebut. Jika menyangkut suatu peristiwa atau

kejadian, yang menjadi "apa" adalah kejadian atau peristiwa itu.

3. Where: berita juga harus menunjuk pada tempat kejadian "di

mana" terjadinya peristiwa atau fakta itu. Ini merupakan bagian

dari unsur "jarak" (proximity) jika kita merujuk pada MacDougall.

Jadi. "di mana" menyangkut tentang masalah jauh dekatnya jarak

peristiwa dalam arti geografis ataupun batin/emosional.

4. When: unsur penting berikutnya yang harus dikandung sebuah

berita adalah "kapan" terjadinya peristiwa tersebut. Unsur "kapan"

inilah yang juga dimaksudkan dengan unsur baru terjadinya

(timeliness) demi mengejar aktualitas seperti yang dipersyaratkan

oleh MacDougall.

5. Why: kelengkapan unsur sebuah berita harus dapat menjelaskan

"mengapa" peristiwa itu sampai terjadi. Hal ini berkaitan dengan

tujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu pembaca mengenai

penyebab terjadinya suatu peristiwa. Setiap peristiwa tidak pernah

30

Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.36.

 

Page 37: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

25

terjadi begitu saja dan selalu punya alasan mengapa bisa terjadi.

Alasan mengapa sampai terjadi juga perlu disampaikan atau

dijelaskan kepada pembaca demi memenuhi rasa ingin tahunya.

6. How: "bagaimana" terjadinya suatu peristiwa juga sangat

dinantikan oleh pembaca. Masyarakat yang sudah mengetahui

mengapa suatu peristiwa terjadi tentu akan menuntut lebih jauh

tentang "bagaimana" persisnya peristiwa itu terjadi. Keingintahuan

mengenai "bagaimana terjadinya" ini bisa mencakup gabungan

unsur-unsur berita lainnya seperti daya tariknya, cuatannya, akibat

yang ditimbulkannya, kedekatan emosi, dan bahkan

kehangatannya dengan pengalaman pribadi atau kelompok yang

mengetahui berita dimaksud.

3. Berita Kriminal

Sama halnya dengan kasus peradilan, kriminalitas juga dianggap sebagai

peristiwa yang menarik karena pada dasarnya manusia ingin hidup dalam

suasana tenteram. Oleh sebab itu, peristiwa kriminal sendiri (event of crime)

mengundang daya tarik karena mengandung ancaman. Peristiwa perampokan,

pemerkosaan, pembunuhan, pembajakan, terorisme, atau narkoba selalu

menarik perhatian pembaca. Semua orang ingin terhindar dari sasaran

kejahatan, termasuk para penjahatnya sendiri. Bahkan penjahat yang paling

keji sekalipun tidak mau menjadi sasaran kejahatan sesama bandit. Oleh

karena itu, berita-berita kriminal yang menimpa orang lain akan menimbulkan

rasa empati.

Kekejaman adalah teror yang menimbulkan rasa takut dan orang

senantiasa menyimak berita kriminal karena didorong oleh rasa ingin tahu dan

bersiasat untuk menghindarinya. Meski dibenci, peristiwa kriminal ternyata

selalu menarik perhatian dan minat pembaca. Selain tentunya juga dorongan

 

Page 38: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

26

semangat solidaritas sosial untuk ikut membangun daya tarik kemanusiaan

berita kriminal.

Di Indonesia berita-berita seks dan kriminal dibuat tidak terlalu

sensasional karena dinilai dapat meracuni pembaca dan merusak masyarakat.

Pramudya Ananta Toer dalam satu pidato ilmiahnya di Univeritas Indonesia

pernah mengingatkan pers untuk tidak memuat berita-berita kriminal.

Alasannya adalah berita kekerasan dan kriminal dapat meracuni masyarakat.

Di negara maju seperti Amerika Seerikat, berita kriminal atau sadisme

dimuat sedemikian rupa untuk mengingatkan pembaca supaya berhati-hati dan

bersiaga setiap saat terhadap bahaya kriminal. Sementara itu, untuk aparat

keamanan atau kepolisian berita kriminial dapat menjadi peringatan agar

mewaspadai ketertiban dan keamanan masyarakat sekaligus himbauan untuk

bersikap tegas dalam menegakkan hukum. Kedua hal tersebut diharapkan

mampu memberi efek jera bagi para pelaku kejahatan.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika muncul beberapa surat

kabar dan majalah yang menekankan pemberitaannya pada kriminalitas

seperti Sinar Pagi, Detektif Romantika, Gledek, Pos Kota, Metro Pos, Lampu

Merah, Berita Kota, dan sebagainya. Bahkan saat ini hampir semua stasiun

TV di Indonesia menayangkan rubrik khusus berita-berita kriminal atau

program siaran tentang kejahatan dan kekerasan seperti Buser (SCTV),

Sergap (RCTI), Cerita Pagi (Trans TV). Patroli (Indosiar), Sidik (TPI), dan

Lacak (Trans 7).

 

Page 39: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

27

Berita kriminal adalah berita mengenai segala peristiwa kejadian dan

perbuatan yang melanggar hukum seperti pembunuhan, perampokan,

pencurian, penodongan, pemerkosaan, penipuan, korupsi, penyelewengan, dan

segala sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan yang ada

dalam masyarakat.31

Kriminologi merupakan cabang ilmu pengetahuan pada abad ke-19

yang pada intinya merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab

musabab dari kejahatan. Kriminologi baru berkembang tahun 1850 bersama-

sama sosiologi, antropologi dan psikologi, cabang-cabang ilmu yang

mempelajari gejala/tingkah laku manusia dalam masyarakat.

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

kejahatan. Nama kriminologi yang ditemukan oleh P.Topinard (1830-1911)

seorang ahli antropologi Perancis, secara harfiah berasal dari kata "crimen"

yang berarti kejahatan atau penjahat dan "logos" yang berarti ilmu

pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau

penjahat.32 Obyek studi kriminologi melingkupi:

a. Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan

b. Pelaku kejahatan

c. Reaksi masyarakat yang ditujukan baik terhadap perbuatan maupun

terhadap pelakunya.

Ketiganya ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Suatu perbuatan baru dapat

dikatakan sebagai kejahatan bila ia mendapat reaksi dari masyarakat.33

31

Sedia Willing Barus,Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.44. 32

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa,Kriminologi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,

2001), h.9. 33

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, h.12.

 

Page 40: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

28

Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari perspektif sosiologis

mencari alasan-alasan perbedaan dalam hal angka kejahatan di dalam

lingkungan sosial. Teori-teori ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori

umum, yaitu: strain, cultural deviance (penyimpangan budaya), dan social

control (kontrol sosial). Perspektif strain dan penyimpangan budaya terbentuk

antara 1925 dan 1940 dan masih populer hingga hari ini, memberi landasan

bagi teori-teori sub-cultural. Teori-teori strain dan penyimpangan budaya

memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial (social forces) yang

menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal. Sebaliknya teori-teori

kontrol sosial mengkaji kemampuan kelompok-kelompok dan lembaga-

lembaga sosial membuat aturan-aturannya efektif.

Baik strain maupun cultural deviance theories menempatkan penyebab

kejahatan pada ketidakberuntungan posisi orang-orang di strata bawah dalam

satu masyarakat yang berbasiskan kelas.

Tiga teori utama dari cultural deviance theories adalah

1. social disorganization

2. differential association

3. culture conflict

Social disorganization theory memfokuskan diri pada perkembangan

area-area yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan disintegrasi

nila-nilai konvensional yang disebabkan oleh industrialisasi yang cepat,

peningkatan imigrasi, dan urbanisasi.34

Differential association theory memegang pendapat bahwa orang

belajar melakukan kejahatan sebagai akibat hubungan (contact) dengan nlai-

nilai dan sikap-sikap antisocial, serta pola-pola tingkah laku kriminal.

34

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, h.67.

 

Page 41: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

29

Sementara culture conflict theory menegaskan bahwa kelompok-

kelompok yang berlainan belajar conduct norms (aturan yang mengatur

tingkah laku) yang berbeda, dan bahwa conduct norms dari suatu kelompok

mungkin berbenturan dengan aturan-aturan konvensional kelas menengah.

Ketiga teori di atas sepakat bahwa penjahat dan delinquent pada

kenyataannya menyesuaikan diri bukan pada nilai konvensional melainkan

pada norma-norma yang menyimpang dari nilai-nilai kelompok dominan yaitu

kelas menengah. Para Sosiolog mendefinisikan deviants (menyimpang)

sebagai: "any behavior that members of a social group define as violating

their nornns." Dengan demikian konsep deviance dapat diterapkan baik pada

perbuatan non-kriminal yang dipandang oleh kelompok itu sebagai aneh atau

tidak biasa maupun pada perbuatan criminal. Jadi menyimpang itu tidak selalu

berarti jahat atau buruk, hanya berbeda.

Teori-teori cultural deviance berargumen bahwa masyarakat kita iri

atas kelompok dan sub-kelompok yang berbeda, masing-masing dengan

standar atau ukuran benar dan salahnya sendiri. Tingkah laku yang dianggap

normal di satu masyarakat mungkin dianggap menyimpang oleh kelompok

lain. Akibatnya, orang-orang yang nyesuaikan diri dengan standar budaya

yang dipandang penyimpang sebenarnya telah berlaku sesuai dengan norma

mereka sendiri, tetapi dengan melakukan hal tersebut murngkin ia telah

melakukan kejahatan (yaitu norma-norma dari kelompok dominan).35

35

Topo Santoso,S.H,MH. Dan Eva Achjani Zulfa,S.H, Kriminologi, (Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada,2001), h.68.

 

Page 42: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

30

4. Berita Kriminal dalam Tinjauan Syari'ah

Dalam Islam menyikapi berita kejahatan yang sekiranya dapat

menimbulkan keresahan dan kekacauan di tengah masyarat, didapati nash dan

pendapat para ulama. Pada intinya, dalam menyikapi berita seperti ini terdapat

klasifikasi dua kondisi: Pertama, larangan penyiaran berita kriminal sebelum

kondemnasi peradilan. Kedua, sikap yuridis syari'ah setelah keluarnya putusan

mahkamah/peradilan.36

Al-Qur'an memberi peringatan kepada orang yang bisa membuat resah

masyarakat, menyebarluaskan berita perbuatan keji (liisyaa-u al fahisyah) di

tengah masyarakat muslim, menjadikan prilaku kejahatan seakan sudah

menjadi hal biasa, hingga bisa dengan mudah diterima masyarakat, menjadi

dasar dan jalur pikirannya, lalu secara nyata ditiru dan dipraktikkan. Al-Qur'an

mengancam orang yang berbuat hal itu dengan adzab yang pedih di dunia dan

akhirat:

ن يا والخرة بون أن تشيع الفاحشةح ف الذين آمنحوا لحم عذاب أليم ف الد إن الذين يح

ون واللح ي علمح وأن تحم ل ت علمح

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat

keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang

pedih di dunia dan diakhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak

mengetahui.” (QS. An-Nur: 19) 37

36

Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 121.

37 Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, h. 123.

 

Page 43: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

31

Hal ini merupakan ajaran psikologis agama Islam dalam menganalisis

aktivitas dan kecenderungan jiwa manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala

mengakhiri firman-Nya dalam ayat tadi dengan sebuah informasi, "Allah

Subhanahu wa Ta'ala Mengetahui dan kalian tidak mengetahuinya."

Kesimpulannya, syariat Islam melarang pemberitaan kriminalitas sebelum

terbukti demi menjaga keutuhan dan kesucian masyarakat dan jika telah yakin

terbukti lewat peradilan, sanksi harus diberlakukan dan diperlihatkan untuk

diketahui khalayak. Namun bukan berarti bahwa setelah terbukti di peradilan,

atau setelah eksekusi hukuman, boleh menyiarkan berita secara bebas tanpa

batas. Yang boleh disiarkan adalah seputar eksekusi hukuman, bukan kejadian

runtut kajahatan tersebut dari awal hingga akhir, secara terperinci, terutama

jika berita dilakukan dengan cara yang berlebih-lebihan, bombastis, vulgar,

dan hanya mengedepankan sensasi.

Adapun pemberitaan menyangkut kejahatan demi membuktikan bahwa

kejahatan tersebut memang terjadi, dengan dikeluarkannya sanksi hukum dari

pihak peradilan, maka hukumnya boleh, bahkan dianjurkan syariat. Tidak

mengapa juga, apabila materi berita juga menjelaskan tentang kejamnya

kejahatan dan membuat orang lebih waspada, serta menjelaskan sanksi

hukuman yang diterima pelaku kejahatan tersebut. Namun pemberitaan yang

berlebihan tidak diperbolehkan, sekira bisa memberikan contoh kepada orang

lain untuk melakukan kejahatan yang sama, atau bisa mendorong anak

dibawah umur untuk meniru. Inilah hikmah di balik larangan menyebarkan

berita kejahatan tersebut.38

38 Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, h. 124.

 

Page 44: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

32

B. Kajian Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan

pustaka di Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah. Selain itu, penulis juga menemukan rujukan dalam

meneliti dari Repository berbagai kampus melalui internet.

1. “Framing Pemberitaan Dugaan Penistaan Agama Oleh

Sukmawati Soekarnoputri (Analisis Komparasi Pada Media

Online Republika.co.id dan Kompas.com)” karya Hazhiyah Rif’at

Fathaniyah Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Persamaan skripsi ini adalah menggunakan perangkat analisis

framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.

Perbedaannya terletak pada media yang diteliti serta objek

pembahasan berita yang membahas mengenai puisi karya

Sukmawati Soekarnoputri lantaran puisi yang disampaikan dinilai

mengandung unsur penistaan agama.

2. “Konstruksi Aksi Damai 4 November 2016 (Framing Aksi Damai

4 November 2016 pada Kompas, Media Indonesia, Tempo,

Republika, dan Sindo)” karya Martini Mahasiswi Konsentrasi

Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Persamaan skripsi ini adalah menggunakan perangkat analisis

framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki serta media

yang diteliti yaitu Harian Republika dan Harian Tempo.

Perbedaannya terletak pada objek pembahasan berita mengenai

dugaan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh mantan

gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

 

Page 45: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

33

3. “Analisis Wacana Pada Pemberitaan Kasus Novel Baswedan di

Antarabengkulu.com Edisi Januari 2016–Maret 2016” karya Dwi

Haryanto Mahasiswa Universitas Bengkulu.

Skripsi tersebut membahas tentang bagaimana melihat sisi

kritis dari suatu wacana melalui berita tersebut dengan analisis

wacana yang dikemukakan Van Dijk, melihat struktur wacana

makro, superstruktur, dan mikro. Namun dalam penelitian ini,

hanya sebatas unsur mikro pada elemen semantik, sintaksis,

stilistik dan retoris. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode kualitatif. Hasil penelitian Antarabengkulu menunjukkan

sikap objektifitas atau keberimbangan dalam pemberitaannya

dengan mengedepankan kode etik jurnalistik dan menggunakan

kaidah Cover Both Side.

Dalam tinjauan yang dilakukan, penulis mempunyai

persamaan dengan penelitian diatas yaitu membahas mengenai

kasus kriminalisasi yang terjadi pada Novel Baswedan. Penelitian

ini juga mempunyai perbedaan yang terletak pada media penelitian

serta teknik yang digunakan yaitu analisis wacana Teun A.Van

Dijk.

 

Page 46: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

34

C. Kerangka Berpikir

Bagan diatas menggambarkan bahwa penelitian ini menggunakan

analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki dengan objek

penelitian yaitu berita mengenai teror terhadap Novel Baswedan pada Harian

Tempo dan Harian Republika edisi 12 April 2017. Dari pembingkaian berita

tersebut maka akan ditemukan frame yang dibangun dalam pemberitaan teror

terhadap Novel Baswedan.

Berita mengenai teror terhadap Novel Baswedan pada Harian Tempo dan

Harian Republika edisi 12 April 2017

Analisis framing model Zhongdang Pan

dan Gerald M.Kosicki

Mendeskripsikan bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika

membingkai pemberitaan kasus teror terhadap Novel Baswedan

menggunakan struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Hasil Analisis:

Pembingkaian berita kasus teror terhadap Novel Baswedan yang

dikonstruksi oleh Harian Tempo dan Harian Republika

 

Page 47: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

35

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Gambaran Umum Harian Tempo

a. Sejarah Singkat Berdirinya Harian Tempo

Cikal bakal Tempo dimulai dari sekumpulan anak muda yang ingin

membuat sebuah majalah berita mingguan dan berhasil menerbitkan majalah

yang bernama Ekspres pada tahun 1969. Diantara para pendiri pengelola

antara lain adalah Goenawan Muhammad, Fikri Jufri, Christianto Wibisono

dan Usamah. Namun demikian, kondisi yang saat itu tidak stabil membuat

Goenawan cs keluar dari Ekspres pada tahun 1970.

Ketika itu, Harjoko Trisnadi yang mengelola Majalah Djaja sejak

1962 mulai merasa tidak bebas bergerak karena dimiliki pemerintah. Maka

dari itu para karyawan berinisiatif untuk meminta Gubernur DKI Jakarta Ali

Sadikin agar majalah ini dikelola oleh Yayasan Jaya Raya. Hasil rembuk dari

tiga pihak itu melahirkan Tempo yang diterbitkan dibawah Yayasan Jaya Raya

yang dipimpin oleh Ir.Ciputra dan orang-orang bekas majalah Ekspres serta

melibatkan mantan karyawan majalah Djaja.

Menurut Goenawan (Pemred saat itu), alasan memilih nama Tempo

karena mudah diucapkan terutama oleh pengercer. Cocok dengan sifat media

yang berkala, juga karena dekat dengan nama majalah berita terbitan Amerika

Serikat yaitu TIME. Edisi pertama majalah Tempo terbit pada 6 Maret 1971.

Tempo mengedepankan peliputan berita yang jujur dan berimbang, serta

tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik dan jenaka.

Pada tahun 1982 untuk kali pertama Tempo dibredel. Tempo dianggap

terlalu tajam mengkritik rezim orde baru. Namun demikian, melalui beberapa

proses akhirnya Tempo bisa terbit kembali setelah mengantongi “janji” diatas

kertas segel dengan Ali Moestopo (Menteri Penerangan).

 

Page 48: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

36

Tidak berhenti disitu, Tempo lagi-lagi dibredel pada 21 Juni 1994. Kali

kedua ini Tempo dibredel oleh Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dibredel

lantaran mengkritik Soeharto dan Habibie ihwal pembelian kapal bekas dari

Jerman Timur saat itu.

Pasca 1998 setelah beberapa tahun tercerai-berai (para pendiri Tempo),

mereka berembuk ulang untuk membuat kembali Tempo. Maka dari itu

lahirlah kembali sejak 6 Oktober 1998 majalah Tempo kembali terbit di

Indonesia di bawah naungan PT.Asra Raya Perdana. Untuk meningkatkan ke

bisnis dunia media, pada 2001 PT.Asra Raya Perdana go public dan

mengubah nama menjadi PT. Tempo Inti Media Tbk sebagai penerbit majalah

Tempo yang baru. Dana dari hasil go public dipakai untuk menerbitkan Koran

Tempo yang berkompetisi di media harian.

Saat ini, produk-produk Tempo terus muncul dan memperkaya industri

informasi korporat dari berbagai bidang, yaitu penerbitan (Majalah Tempo,

Koran Tempo, Koran Tempo Makassar, Tempo English, Travelounge,

Komunika, dan Bintang Indonesia), Digital (Tempo.co), Data dan Riset (Pusat

Data dan Analisa Tempo), Percetakan (Temprint), Penyiaran (Tempo TV dan

Tempo Channel), Industri Kreatif (Matair Rumah Kreatif), Event Organizer

(Impressario dan Tempo Komunitas), Perdagangan (Temprint Inti Niaga), dan

Building Management (Temprint Graha Delapan). 39

39

https://korporat.tempo.co/tentang/sejarah, diakses pada 19/09/2018, pukul 14.41 WIB.

 

Page 49: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

37

b. Visi dan Misi

VISI40

Menjadi acuan dalam usaha meningkatkan kebebasan publik untuk berpikir

dan berpendapat serta membangun peradaban yang menghargai kecerdasan

dan perbedaan. Budaya perusahaan adalah kebiasaan, prinsip, atau nilai yang

diyakini sebagai pegangan dalam menjalankan kegiatan dalam organisasi.

MISI

1. Menghasilkan produk multimedia yang independen dan bebas dari

segala tekanan dengan menampung dan menyalurkan suara yang

berbeda-beda secara adil.

2. Menghasilkan produk multimedia bermutu tinggi dan berpegang pada

kode etik.

3. Menjadi tempat kerja yang sehat dan menyejahterakan serta

mencerminkan keragaman Indonesia.

4. Memiliki proses kerja yang menghargai dan memberi nilai tambah

kepada semua pemangku kepentingan.

5. Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah artistik,

intelektual, dan dunia bisnis melalui pengingkatan ide-ide baru,

bahasa, dan tampilan visual yang baik.

6. Menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multemedia dan pendukungnya.

40 https://korporat.tempo.co/tentang/visi diakses pada 19/09/2018, pukul 14.37 WIB.

 

Page 50: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

38

B. Gambaran Umum Harian Republika

a. Sejarah dan Profil Harian Republika41

Harian Umum Republika diterbitkan berdasarkan tujuan, cita-cta dan

program Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk

pada 5 Desember 1990. Sebagai bentuk untuk mewujudkan media massa yang

mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas yaitu bangsa yang

mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai

spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta

memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.

Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia

antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5k,

yaitu: kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas

pikir. Untuk mewujudkan tujuan, cita cita, dan program ICMI, beberapa

tokoh, pemerintahan dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada

pembangunan bangsa dan masyarakat indoensia, yang beragama Islam,

membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini

kemudian menyusun tiga program utamanya, yaitu pengembangan Islamic

Center, pengembangan Center for information and Development studies

(CIDES) dan penerbitan Harian Republika.

Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang

disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI Pusat menghadap padanya

untuk menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya,

koran ini akan diberi nama, antara lain "Republik."

Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian,

pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa.

Melalui proses yayasan kemudian memperoleh Surat Izin Usaha Penerbitan

41

Company Profile Harian Umum Republika

 

Page 51: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

39

Pers (SIUPP) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia, sebagai

modal awal penerbitan Harian Umum Republika. SIUPP itu bernomor

283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992.

Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri dari beberapa menteri,

pejabat tinggi negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha

mereka, antara lain: Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko, Ibnu

Sutowo, Muhammad Hasan, ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal

Bakrie, dun lain-lainnya. Sedangkan Haji Muhammad Soeharto, Presiden RI,

berperan sebagai pelindung yayasan. Sementara Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie,

yang juga menjabat ketua Umum ICMI, dipercaya sebagai Ketua Badan

Pembina Yayasan Abdi Bangsa.

PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Umum Republika, didirikan pada 28

November 1992 di Jakarta. Perusahaan yang berada di bawah Yayasan Abdi

Bangsa ini bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan pers.

pengelolaan perseroan dilakukan oleh Direksi dibawah Dewan Komisaris

yang anggotanya diplih oleh Rapat Umum Pemegang saham. Direksi, dalam

mengelola Perseroan dibantu oleh Pembina Manajemen. PT. Abdi Bangsa,

dalam upaya penggalian dana untuk pengembangan usahanya, melakukan

penjualan saham kepada masyarakat.

Penjualan saham PT Abdi Bangsa memang unik: satu lembar saham

hanya boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2.9 Juta

lembar saham kepada masyarakat, berarti PT. Abdi Bangsa akan dimililki

oleh 2.9 juta kepada keluarga/pemegang saham.

 

Page 52: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

40

b. Visi dan Misi Harian Republika

Berikut merupakan visi dan misi Harian Umum Republika:42

1. Visi

Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar

Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat

Mengkritisi tanpa menyakiti

Mencerdaskan, mendidik, dan mencerahkan

Berwawasan kebangsaan

2. Misi

Politik :

Mengembangkan demokrasi

Optimalisasi peran lembaga-lembaga negara

Mendorong partisipasi politik semua lapisan masyarakat

Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik

Penghargaan terhadap hak-hak sipil

Mendorong terbentuknya pemerintahan yang bersih

Ekonomi :

Mendukung keterbukaan dan demokrasi ekonomi

Mempromosikan profesionalisme

Berpihak pada kepentingan ekonomi domestik dari pengaruh globalisasi

Pemerataan sumber-sumber daya ekonomi

Mempromosikan etika dan moral dalam berbisnis

Mengembangkan ekonomi syariah

Berihak pada usaha menengah, kecil, mikro, dan kopersi (UMKMK)

42

Company Profile Harian Umum Republika

 

Page 53: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

41

Budaya :

Kritis-apresiatif terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang

berkembang di masyarakat.

Mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat,

mencerdaskan, menghaluskan perasaan, dan mempertajam kepekaan nurani.

Menolak bentuk-bentuk kebudayaan/kesenian yang merusak moral, akidah,

dan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan.

Menolak pornografi dan pornoaksi

Agama :

Mensyiarkan Islam

Mempromosikan semangat toleransi

Mewujudkan “Islam rahmatan lil alamin” dalam segala bidang kehidupan

Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat

Hukum :

Mendorong terwujudnya masyarakat sadar hukum

Menjunjung tinggi supremasi hukum

Mengembangkan mekanisme checks and balances pemerintah-masyarakat

Menjunjung tinggi HAM

Mendorong pemberantasan KKN secara tuntas

 

Page 54: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

42

c. Konsep Harian Republika

Corak Jurnalisme Republika dilandasi keinginan untuk menyajikan

informasi yang selengkapnya bagi para pembacanya. Republika berupaya

mengembangkan corak Jurnalisme yang "enak dibaca" (readable). Bahasa dan

gaya penuturannya diupayakan populer, renyah dan tidak kaku tanpa

mengabaikan kaidah bahasa.

Pilihan topik Republika tidak mengandung pretensi untuk menjadi

terlalu filosofis. Yang lebih memperoleh perhatian adalah topik-topik yang

dekat dengan dan berdampak langsung terhadap masyarakat pembaca.

Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-besar penduduk negeri ini,

yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media

Massa dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi penopang agar

langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.

Begitu Harian Umum Republika terbit pada 4 Januari 1993, penjualan

oplahnya terus meningkat. Hanya dalam sepuluh hari sejak terbit, oplah harian

ini sudah mencapai 100.000 eksemplar. Ini berarti peningkatan 2,5 kali lipat

dari rencana awal terblit dengan oplah rata-rata 40.000 eksemplar per hari

pada semester pertama tahun 1993. Hingga akhir semester kedua, pada

Desember 1993, oplah Republika sudah mencapai 130.000 eksemplar per hari.

Harian Umum Republika tersebar di seluruh Indonesia. Namun,

sebagian besar oplahnya beredar di Jakarta dan Jawa Barat . Di Jakarta

50.31%, Jawa Barat 17.30 %, Jawa Tengah 6.90%, Jawa Timur 4,36 %.

Sisanya tersebar di daerah-daerah lain.43

43

Company Profile Harian Umum Republika

 

Page 55: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

43

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Data Pemberitaan Teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan

Harian Republika

Tabel 4.1

Berita Tanggal Berita Judul Berita Media

Berita 1 Rabu, 12 April 2017 Teror Novel Berkaitan

dengan Kasus Korupsi

Harian Tempo

Berita 2 Rabu, 12 April 2017 Jangan Gentar Harian

Republika

Berdasarkan data diatas terdapat dua berita terkait pemberitaan teror yang

dialami Novel Baswedan. Kedua berita tersebut terletak pada headline di Harian

Tempo dan Harian Republika. Penempatan di headline menunjukkan bahwa kejadian

tersebut menjadi perhatian media. Berita ini sedang hangat diperbincangkan oleh

masyarakat sejak terjadinya tanggal 11 April 2017. Tidak hanya itu, bahkan setelah

setahun kejadian, pelaku yang menyiramkan air keras tersebut belum terungkap.

Novel Baswedan merupakan penyidik KPK yang diteror oleh dua orang yang tidak

dikenalnya menggunakan air keras. Kasus teror terhadap Novel Baswedan tidak

hanya sekali ini dia alami, tetapi ia sudah pernah mengalami beberapa tindak

kriminal.

 

Page 56: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

44

Tabel 4.2

Struktur Teks Berita Teror Terhadap Novel Baswedan

di Harian Tempo dan Harian Republika

Struktur Unit Harian Tempo Harian Republika

Sintaksis

Headline Teror Novel Berkaitan

dengan Kasus Korupsi

Jangan Gentar

Lead Ketua Komisi

Pemberantasan Korupsi

Agus Rahardjo menduga

teror kepada Novel

Baswedan dilatarbelakangi

kasus yang sedang disidik

lembaganya. Salah satu

yang paling disorot adalah

dugaan korupsi e-KTP

“Kami melihat kejadian

teror sebelumnya terhadap

Novel selalu berkaitan

dengan kasus. Dan saat ini

dia fokusnya perkara

tersebut (e-KTP), ”kata

Agus kemarin.

Penyidik Senior Komisi

Pemberantasan Korupsi

(KPK) Novel

Baswedan diserang

menggunakan air keras

selepas melaksanakan

shalat Subuh, Selasa

(11/4). Berbagai pihak

melayangkan dukungan

terhadap Novel dan

para penyidik lembaga

antikorupsi tersebut

agar tidak kendor

menindak kasus-kasus

korupsi.

 

Page 57: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

45

Latar

informasi

“Ketua Komisi

Pemberantasan Korupsi

Agus Rahardjo menduga

teror kepada Novel

Baswedan dilatarbelakangi

kasus yang sedang disidik

lembaganya. Salah satu

yang paling disorot adalah

dugaan korupsi e-KTP.

Teror terhadap Novel

memang bukan pertama

kali terjadi. Sejak direkrut

menjadi penyidik internal

KPK pada 2012.”

“Novel Baswedan

diserang menggunakan

air keras selepas

melaksanakan shalat

Subuh, Selasa (11/4).

Berbagai pihak

melayangkan dukungan

terhadap Novel dan

para penyidik lembaga

antikorupsi tersebut

agar tidak kendor

menindak kasus-kasus

korupsi.”

Kutipan

sumber

“Kami melihat kejadian

teror sebelumnya terhadap

Novel selalu berkaitan

dengan kasus. Dan saat ini

dia fokusnya perkara

tersebut (e-KTP),” kata

Agus kemarin.

“Apa pun yang terjadi

kita tidak boleh takut

dengan adanya kejadian

ini. Kita tidak boleh

gentar,” ujar mantan

Ketua KPK Abraham

Samad

”Kami tidak perlu datang

ke rapat itu,” kata Wakil

Ketua KPK Laode

Muhammad Syarif di

tempat Novel dirawat.

. “Kejadian berawal

pada saat Novel

melakukan shalat

shubuh berjamaah di

Masjid Al-Ikhsan. Ia

tiba-tiba dihampiri dua

laki-laki tidak dikenal,”

 

Page 58: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

46

ujar Kapolsek Kelapa

Gading, Kompol Argo

Wiyono.

“Kami juga mengambil

sampel cairan di tiga titik

sekitar lokasi kejadian.

Hasil sementara, cairan

tersebut berupa zat asam.”

kata Kepala Satuan

Reserse Kriminal Polres

Jakarta Utara Ajun

Komisaris Besar Nasriadi.

“Ini dua orang siapa,

jarang gue lihat,” kata

pria yang bekerja di

salah satu bank swasta

di Jakarta. “Pakai jaket

jeans yang udah belel

sama pake buff

(penutup kepala) motif

(bendera Amerika).

Mukanya sih kayak

orang seberang.” ujar

Eko menggambarkan

orang yang dibonceng.

“Saya denger tolong

tolong, terus saya

tengok dari lantai atas,”

kata penjaga Masjid Al-

Ikhsan, Kamsuri

“Kalau Novel shalat,

orang itu ikut shalat.

Jadi, bukan sekadar

tahu, bahkan

mendekati. Novel

semula mengira ada

tetangga yang ingin

 

Page 59: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

47

menyapa” kata

Koordinator Kontras

Haris Azhar.

“Ini tindakan brutal.

Saya mengutuk keras,”

kata Jokowi

“Tidak akan

mengendurkan

(memberantas korupsi).

Kita meneruskan tradisi

perjuangan orang tua

kita. Orang tua kita

dulu bertarung untuk

republik ini, sekarang

kita bertarung untuk

mempertahankan

republik ini biar tetap

bersih,” ujar Anies.

Penutup Kepolisian Resor Jakarta

Utara telah meminta

keterangan 14 saksi dan

mengumpulkan barang

bukti, di antaranya pakaian

Novel dan sebuah cangkir

kaleng blirik hijau yang

diduga digunakan pelaku

untuk menyiram air keras.

“Kami juga mengambil

Ia menyatakan telah

mengintruksikan

Kapolri Jenderal Tito

Karnavian untuk segera

mencari tahu pelaku

penyiraman air keras

tersebut. Jokowi

menjelaskan, atas

kejadian ini semua

penyidik di seluruh

 

Page 60: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

48

sampel cairan di tiga titik

sekitar lokasi kejadian.

Hasil sementara, cairan

tersebut berupa zat asam.”

kata Kepala Satuan

Reserse Kriminal Polres

Jakarta Utara Ajun

Komisaris Besar Nasriadi.

lembaga penegak

hukum harus lebih

waspada. Khusus untuk

KPK, Jokowi berharap

para penyidik lembaga

itu tetap semangat.

Sementara itu, sepupu

Novel, Anies

Baswedan,

mengatakan, keluarga

besar sama sekali tidak

kaget atas peristiwa ini.

Terlebih, menurut calon

gubernur DKI Jakarta

itu, Novel sejah ini

terhitung telah

beberapa kali menerima

teror “Tidak akan

mengendurkan

(memberantas korupsi).

Kita meneruskan tradisi

perjuangan orang tua

kita. Orang tua kita

dulu bertarung untuk

republik ini, sekarang

kita bertarung untuk

 

Page 61: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

49

mempertahankan

republik ini biar tetap

bersih,” ujar Anies

Skrip 5W+1H What (apa yang terjadi):

Ketua Komisi

Pemberantasan Korupsi

Agus Rahardjo menduga

teror kepada Novel

Baswedan dilatarbelakangi

kasus yang sedang disidik

lembaganya. Salah satu

yang paling disorot adalah

dugaan korupsi e-KTP.

What (apa yang terjadi)

Novel Baswedan

diserang menggunakan

air keras selepas

melaksanakan shalat

Subuh.

Who (Siapa yang menjadi

korban) Novel Baswedan

Who (Siapa yang

menjadi korban)

Penyidik Senior Komisi

Pemberantasan

Korupsi, Novel

Baswedan

When (Kapan) : - When (Kapan teror

tersebut terjadi) selepas

melaksanakan shalat

Subuh, Selasa (11/4)

sekitar pukul 05.00

WIB

Where (dimana kejadian

tersebut terjadi): -

Where (dimana

kejadian tersebut

terjadi) di depan Masjid

 

Page 62: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

50

Al-Ikhsan. Jalan

Deposito. Kelapa

Gading.

Why (mengapa kejadian ini

terjadi) Teror terhadap

Novel memang bukan

pertama kali terjadi. Sejak

direkrut menjadi penyidik

internal KPK pada 2012.

Pertengahan tahun lalu,

sebuah mobil Avanza

menyeruduk sepeda motor

yang dikendarai Novel saat

berangkat menuju kantor

KPK dan rumahnya. Saat

itu, selain menyidik

korupsi e-KTP, Novel dan

timnya sedang mengusut

suap rancangan peraturan

daerah tentang reklamasi

Jakarta dan pengaturan

perkara di Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat.

Sebelumnya, Novel juga

dua kali dikriminalisasi.

Lima tahun lalu, ketika

menyidik korupsi proyek

simulator ujian surat izin

Why (mengapa kejadian

ini terjadi) penelusuran

Komisi untuk Orang

Hilang dan Korban

Kekerasan (Kontras)

mengindikasikan,

penyerangan sudah

direncanakan beberapa

hari sebelumnya.

Koordinator Kontras

Haris Azhar

menuturkan, tetangga

di sekitar rumah Novel

menceritakan

keberadaan orang-

orang tidak dikenal,

yang berseliweran di

kawasan kompleks

perumahan, beberapa

hari belakangan.

 

Page 63: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

51

mengemudi di Korps Lalu

Lintas Polri, Novel

ditetapkan menjadi

tersangka penganiayaan

berujung kematian pencuri

sarang burung walet.

How: - How (Bagaimana

kronologi kejadian)

Novel melakukan

shalat Shubuh

berjamaah di Masjid

Al-Ikhsan. Ia tiba-tiba

dihampiri dua laki-laki

tidak dikenal, Para

penyerang tersebut

menyiramkan air keras

yang ditaruh dalam

wadah sejenis cangkir

ke wajah Novel, saat

yang bersangkutan

hendak pulang ke

rumah. Setelah

melancarkan aksinya,

para pelaku kemudian

melarikan diri.

Sedangkan, Novel

langsung dibawa untuk

menajalani perawatan

 

Page 64: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

52

di RS Mitra Keluarga.

Akibat kejadian itu,

bagian kelopak mata

Novel mengalami

pembengkakan. Selain

itu, bagian dahi korban

juga bengkak karena

terbentur pohon.

Tematik Detail “Pertengahan tahun lalu,

sebuah mobil Avanza

menyeruduk sepeda motor

yang dikendarai Novel saat

berangkat menuju kantor

KPK dan rumahnya. Saat

itu, selain menyidik

korupsi e-KTP, Novel dan

timnya sedang mengusut

suap rancangan peraturan

daerah tentang reklamasi

Jakarta dan pengaturan

perkara di Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat.”

“Kepolisian Resor Jakarta

Utara telah meminta

keterangan 14 saksi dan

mengumpulkan barang

bukti, di antaranya pakaian

Novel dan sebuah cangkir

“Para penyerang

tersebut menyiramkan

air keras yang ditaruh

dalam wadah sejenis

cangkir ke wajah

Novel, saat yang

bersangkutan hendak

pulang ke rumah.

Kepolisian sejauh ini

masih menelusuri jenis

air keras tersebut.”

“Setelah melancarkan

aksinya, para pelaku

kemudian melarikan

diri. Sedangkan, Novel

langsung dibawa untuk

menajalani perawatan

di RS Mitra Keluarga.

Akibat kejadian itu,

bagian kelopak mata

 

Page 65: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

53

kaleng blirik hijau yang

diduga digunakan pelaku

untuk menyiram air keras.

“Kami juga mengambil

sampel cairan di tiga titik

sekitar lokasi kejadian.

Hasil sementara, cairan

tersebut berupa zat asam.”

kata Kepala Satuan

Reserse Kriminal Polres

Jakarta Utara Ajun

Komisaris Besar Nasriadi.”

Novel mengalami

pembengkakan. Selain

itu, bagian dahi korban

juga bengkak karena

terbentur pohon.”

“Eko Julianto, salah

satu jamaah Masjid Al-

Ikhsan mengatakan, ia

sempat curiga melihat

dua orang

berboncengan motor

Yamaha NMAX saat

keluar dari masjid. “Ini

dua orang siapa, jarang

gue lihat,” kata pria

yang bekerja di salah

satu bank swasta di

Jakarta itu saat ditemui

Republika, kemarin.

Eko

menjelaskan, salah

satunya berperawakan

kurus, sedangkan

rekannya berbadan

agak besar. Satu

diantara mereka

mengenakan helm

“Pakai jaket jeans yang

 

Page 66: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

54

udah belel sama pake

buff (penutup kepala)

motif (bendera

Amerika). Mukanya sih

kayak orang seberang.”

ujar Eko

menggambarkan orang

yang dibonceng.

Koherensi “Sumber Tempo

mengungkapkan Novel

juga yang menekan surat

kepada pimpinan KPK,

pada Senin sore lalu

sebelum kejadian, agar

meminta Direktorat

Jenderal Imigrasi

mencegah ketua DPR

Setya Novanto bepergian

ke luar negeri. Kemarin

seharusnya Novel

mendampingi pimpinan

KPK dalam rapat di

Kementerian Koordinator

Politik, Hukum, dan

Keamanan untuk

membahas kelanjutan

proyek e-KTP. Namun,

serangan brutal membuat

Bentuk

koherensi antar kalimat

yang penulis temukan

pada berita ini adalah:

menggunakan kata

hubung “sedangkan”

dan “bahkan”

Setelah

melancarkan aksinya,

para pelaku kemudian

melarikan diri.

Sedangkan, Novel

langsung dibawa untuk

menajalani perawatan

di RS Mitra Keluarga.

Akibat kejadian itu,

bagian kelopak mata

Novel mengalami

pembengkakan. Selain

itu, bagian dahi korban

 

Page 67: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

55

lulusan Akademi

Kepolisian 1998 itu harus

dirawat intensif di rumah

sakit. ”Kami tidak perlu

datang ke rapat itu,” kata

Wakil Ketua KPK Laode

Muhammad Syarif di

tempat Novel dirawat.”

juga bengkak karena

terbentur pohon.

Kemudian,

menurut Haris, Novel

juga mengaku kerap

diikuti, bahkan sampai

pada aktivitas

personalnya, termasuk

dalam beribadah.

Bentuk

Klimat

“Pertengahan tahun

lalu, sebuah mobil Avanza

menyeruduk sepeda motor

yang dikendarai Novel saat

berangkat menuju kantor

KPK dan rumahnya. Saat

itu, selain menyidik

korupsi e-KTP, Novel dan

timnya sedang mengusut

suap rancangan peraturan

daerah tentang reklamasi

Jakarta dan pengaturan

perkara di Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat.”

“Penyidik Senior

Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) Novel

Baswedan diserang

menggunakan air keras

selepas melaksanakan

shalat Subuh, Selasa

(11/4). Berbagai pihak

melayangkan dukungan

terhadap Novel dan

para penyidik lembaga

antikorupsi tersebut

agar tidak kendor

menindak kasus-kasus

korupsi.”

Kata Ganti “Kami juga mengambil

sampel cairan di tiga titik

sekitar lokasi kejadian.

Hasil sementara, cairan

“Apa pun yang

terjadi kita tidak boleh

takut dengan adanya

kejadian ini. Kita tidak

 

Page 68: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

56

tersebut berupa zat asam.”

kata Kepala Satuan

Reserse Kriminal Polres

Jakarta Utara Ajun

Komisaris Besar Nasriadi.”

“Kami melihat kejadian

teror sebelumnya terhadap

Novel selalu berkaitan

dengan kasus. Dan saat ini

dia fokusnya perkara

tersebut (e-KTP),” kata

Agus kemarin.”

boleh gentar,” ujar

mantan Ketua KPK

Abraham Samad di RS

Mitra Keluarga Kelapa

Gading, Jakarta Utara,

Selasa (11/4). Hal itu ia

sampaikan seusai

menjenguk Novel yang

tengah dirawat di

rumah sakit tersebut.”

“Presiden Joko

Widodo juga langsung

bereaksi atas

penyerangan kemarin.

“Ini tindakan brutal.

Saya mengutuk keras,”

kata Jokowi seusai

melantik sejumlah

pejabat di Istana

Negara, Selasa (11/4).”

“Ia menyatakan

telah mengintruksikan

Kapolri Jenderal Tito

Karnavian untuk segera

mencari tahu pelaku

penyiraman air keras

tersebut. Jokowi

menjelaskan, atas

 

Page 69: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

57

kejadian ini semua

penyidik di seluruh

lembaga penegak

hukum harus lebih

waspada. Khusus untuk

KPK, Jokowi berharap

para penyidik lembaga

itu tetap semangat.”

Retoris Leksikon “Ketua Komisi

Pemberantasan Korupsi

Agus Rahardjo menduga

teror kepada Novel

Baswedan dilatarbelakangi

kasus yang sedang disidik

lembaganya.”

“Kepolisian belum dapat

memastikan identitas

kedua pelaku, termasuk

kemungkinan adanya

dalang teror ini.

Tidak hanya

Abraham, tetapi

warganet dan berbagai

pihak mulai dari ormas

Islam Majelis Ulama

Indonesia, LSM

antikorupsi, dan

sejumlah pejabat

negara juga

menyampaikan pesan

serupa, kemarin.

Wadah pegawai KPK

juga menekankan, teror

terhadap Novel tidak

membuat mereka takut.

Gambar Terdapat foto Novel

Baswedan dalam mobil

ambulance yang sedang

ditangani oleh tim dokter

dari Jakarta Eye Center

Dalam berita ini

ditunjukkan dengan

gambar wajah Novel

Baswedan yang

ekspresinya terlihat

 

Page 70: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

58

serius dalam

menangani kasus

korupsi. Setelah itu

disebelah kiri Novel

Baswedan disiram air

keras dengan cairan

kearah wajah tepatnya

pada mata sebelah kiri.

Ditegaskan lagi dengan

judul headline jangan

gentar dengan huruf

kapital berwarna merah

dan hitam.

Grafik Terdapat tulisan dan

ilustrasi gambar yang

menjelaskan kronologi

penyiraman air keras

kepada Novel Baswedan

yang dilakukan dua orang

yang tidak dikenalnya.

-

 

Page 71: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

59

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Temuan Teks Berita teror terhadap Novel Baswedan di

Harian Tempo dan Harian Republika

Novel Baswedan merupakan penyidik KPK yang diteror oleh dua

orang yang tidak dikenalnya menggunakan air keras. Kasus teror terhadap

Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami, tetapi ia sudah pernah

mengalami beberapa tindak kriminal. Penulis akan membahas mengenai

konstruksi yang dibangun oleh Harian Tempo dan Harian Republika mengenai

berita teror terhadap Novel Baswedan menggunakan analisis framing

Zhongdang Pan dan Gerrald M.Kosicki melalui empat struktur golongan

besar, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat struktur tersebut

membentuk rangkaian tema yang dapat menunjukkan kecenderungan atau

kecondongan media dalam mengonstruksi dan membingkai pesan.

1. Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki di Harian

Tempo

Harian Tempo menyuguhkan headline berita “Teror Novel Berkaitan

dengan Kasus Korupsi” diangkat dari pernyataan Agus Rahardjo yang

mengatakan kasus teror yang dialami Novel Baswedan selalu berkaitan

dengan kasus yang sedang ia selidiki, dan saat ini Novel sedang fokus

menangani kasus e-KTP. Berdasarkan kutipan berita tersebut jelas sekali

bahwa Harian Tempo ingin menyampaikan pesan kepada para pembaca bahwa

kasus teror yang dialami penyidik senior KPK itu berkaitan dengan kasus

yang sedang ia tangani, yaitu kasus e-KTP.

 

Page 72: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

60

Lead yang ditampilkan oleh Harian Tempo mencakup who lead dan

what lead. Diawali dengan informasi bahwa ketua KPK, Agus Rahardjo

menduga teror kepada Novel Baswedan dilatarbelakangi kasus yang sedang

disidik lembaganya. Pesan yang ingin disampaikan pada paragraf ini adalah

agar masyarakat dapat mengetahui bahwa ini bukan pertama kalinya Novel

Baswedan diteror, dan teror yang sebelumnya menimpa Novel selalu

berkaitan dengan kasus yang sedang diselidikinya.

Latar informasi yang ditampilkan Harian Tempo membahas tentang

dugaan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo bahwa teror

yang dialami Novel dilatarbelakangi kasus korupsi e-KTP. Pernyataan ini

diperkuat bahwa teror terhadap Novel memang bukan pertama kali terjadi,

sejak ia direkrut menjadi penyidik internal KPK pada 2012.

Kutipan sumber yang ditampilkan Harian Tempo yaitu Ketua Komisi

Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Laode Muhammad

Syarif dan Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun

Komisaris Besar Nasriadi. Berikut kutipan narasumber dari Ketua Komisi

Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo:

“Kami melihat kejadian teror sebelumnya terhadap Novel selalu

berkaitan dengan kasus. Dan saat ini dia fokusnya perkara tersebut (e-

KTP)”

Kutipan kedua yang diambil Harian Tempo berasal dari Wakil Ketua

KPK Laode Muhammad Syarif. Dalam hal ini Laode menjelaskan akibat teror

yang terjadi, Novel harus dirawat intensif di rumah sakit dan tidak bisa

mendampingi pimpinan KPK untuk membahas kelanjutan proyek e-KTP.

Berikut kutipan narasumber:

”Kami tidak perlu datang ke rapat itu”

 

Page 73: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

61

Kutipan ketiga yang diambil Harian Tempo adalah berasal dari Kepala

Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Nasriadi.

Berikut kutipan tersebut:

“Kami juga mengambil sampel cairan di tiga titik sekitar lokasi

kejadian. Hasil sementara, cairan tersebut berupa zat asam.”

Dari kutipan diatas bingkai Harian Tempo sangat jelas terlihat pada

unsur pengutipan narasumber. Harian Tempo seakan-akan setuju bahwa teror

yang dialami Novel berkaitan dengan kasus korupsi e-KTP yang sedang

diselidikinya dan dengan terjadinya teror ini mengakibatkan Novel Baswedan

terhambat dalam menangani kasus tersebut.

Pada bagian penutup, Harian Tempo menuliskan berita bahwa Pesan

yang ingin disampaikan pada bagian penutup adalah Kepolisian Resor Jakarta

Utara tidak tinggal diam mengetahui kasus ini, tetapi langsung menyelidiki

dengan meminta keterangan 14 saksi dan mengumpulkan barang bukti, di

antaranya pakaian Novel dan sebuah cangkir kaleng blirik hijau yang diduga

digunakan pelaku untuk menyiram air keras.

Tinjauan unsur skrip what, who, when, where, why, dan how yang

terdapat pada berita di Harian Tempo tidak lengkap. Tidak terdapat penjelasan

unsur where dan how didalamnya. Harian Tempo ingin mengarahkan pembaca

bahwa kasus teror yang dialami Novel Baswedan berkaitan dengan kasus

korupsi yang sedang ia selidiki, terlihat dalam penekanan pada unsur what dan

why.

Penulis menemukan unsur detail yang terdapat dalam Harian Tempo

menerangkan kata benda, yaitu kendaraan mobil Avanza yang digunakan

pelaku untuk menyeruduk sepeda motor yang dikendarai Novel. Selanjutnya

diterangkan juga detail jumlah saksi yang dimintai keterangan oleh kepolisian

 

Page 74: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

62

yaitu berjumlah 14 orang, serta wadah yang digunakan pelaku untuk

menyiramkan air keras ke wajah Novel berupa cangkir kaleng blirik hijau.

Unsur koherensi dalam berita tersebut yaitu Namun, yang terdapat

dalam kalimat berikut:

“Sumber Tempo mengungkapkan Novel juga yang menekan surat

kepada pimpinan KPK, pada Senin sore lalu sebelum kejadian, agar

meminta Direktorat Jenderal Imigrasi mencegah ketua DPR Setya

Novanto bepergian ke luar negeri. Kemarin seharusnya Novel

mendampingi pimpinan KPK dalam rapat di Kementerian Koordinator

Politik, Hukum, dan Keamanan untuk membahas kelanjutan proyek e-

KTP. Namun, serangan brutal membuat lulusan Akademi Kepolisian

1998 itu harus dirawat intensif di rumah sakit. ”Kami tidak perlu

datang ke rapat itu,” kata Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif

di tempat Novel dirawat.”

“Namun” merupakan salah satu kata hubung sebab akibat yang

menjelaskan bahwa setelah kejadian teror penyiraman air keras yang dialami

Novel, mengakibatkan ia tidak bisa mendampingi pimpinan KPK dalam rapat

membahas kelanjutan proyek e-KTP.

Terdapat bentuk kalimat pasif dan aktif dalam berita ini, yaitu

kalimat aktif yang dimulai dengan awalan me-, dan kalimat pasif yang

dimulai dengan awalan di-, serta menjelaskan sebab-akibat. Seperti pada

kalimat:

“Pertengahan tahun lalu, sebuah mobil Avanza menyeruduk sepeda

motor yang dikendarai Novel saat berangkat menuju kantor KPK dan

rumahnya. Saat itu, selain menyidik korupsi e-KTP, Novel dan timnya

sedang mengusut suap rancangan peraturan daerah tentang reklamasi

Jakarta dan pengaturan perkara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.”

(Paragraf 5)

 

Page 75: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

63

Dalam berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan oleh

wartawan yaitu: kata ganti kami yang digunakan dalam berita ini sebagai

kata ganti Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun

Komisaris Besar Nasriadi, serta Ketua KPK Agus Rahardjo.

Pemilihan kata leksikon yang digunakan wartawan dalam penulisan

berita ini yaitu teror pada kalimat:

“Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo menduga

teror kepada Novel Baswedan dilatarbelakangi kasus yang sedang

disidik lembaganya. Salah satu yang paling disorot adalah dugaan

korupsi e-KTP.”

Pemilihan kata “teror” sengaja digunakan wartawan yang memiliki

arti sebagai tindakan yang merusuhkan, mengintimidasi, mengintai Novel

Baswedan selaku penyidik senior KPK.

Harian Tempo menampilkan unsur retoris berupa foto Novel

Baswedan dalam mobil ambulance yang sedang ditangani oleh tim dokter

dari Jakarta Eye Center, kemudian selain itu juga ada grafik berupa tulisan

dan ilustrasi gambar yang menjelaskan kronologi penyiraman air keras yang

dilakukan dua orang yang tidak dikenalnya.

2. Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki di Harian

Republika

Harian Republika menyuguhkan headline berita “Jangan Gentar”

diangkat dari berita ini adalah pernyataan yang dilontarkan penyidik KPK,

yang diwakili oleh mantan ketua KPK yaitu Abraham Samad, yang

mengatakan bahwa, apapun yang terjadi kita tidak boleh takut dan gentar.

 

Page 76: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

64

“Apa pun yang terjadi kita tidak boleh takut dengan adanya kejadian

ini. Kita tidak boleh gentar,” ujar mantan Ketua KPK Abraham

Samad di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa

(11/4). Hal itu ia sampaikan seusai menjenguk Novel yang tengah

dirawat di rumah sakit tersebut.”

Dari paragraf berita tersebut jelas sekali bahwa Harian Republika ingin

menyampaikan pesan kepada para pembaca bahwa kasus teror yang dialami

penyidik senior KPK Novel Baswedan bukan masalah sepele, kejadian ini

akan menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran kepada penyidik KPK yang

lain. Hal itu akan mengakibatkan rasa gentar pada penyidik KPK yang lain.

Sehingga harus ada pertanggungjawaban dari pelaku atas perlakuannya

terhadap Novel Baswedan.

Lead yang ditampilkan oleh Harian Republika mencakup who lead dan

what lead. Berita diawali dengan informasi bahwa penyidik senior KPK Novel

Baswedan diserang menggunakan air keras selepas Salat Subuh.

“Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel

Baswedan diserang menggunakan air keras selepas melaksanakan

shalat Subuh, Selasa (11/4). Berbagai pihak melayangkan dukungan

terhadap Novel dan para penyidik lembaga antikorupsi tersebut agar

tidak kendor menindak kasus-kasus korupsi.”

Wartawan Harian Republika ingin menunjukkan pesan bahwa adanya

penyerangan kepada Novel Baswedan menggunakan air keras. Kalimat

tersebut sengaja digunakan untuk memberikan informasi kepada pembaca

sekaligus menekankan bahwa banyak pihak yang mendukung Novel

Baswedan dan penyidik KPK lainnya agar tidak kendor menindak kasus

korupsi walaupun adanya kasus teror ini.

Latar informasi yang ditampilkan Harian Republika menekankan

tentang kronologi Novel Baswedan diteror oleh dua orang yang tidak

dikenalnya menggunakan air keras, berbagai pihak melayangkan dukungan

terhadap Novel dan para penyidik lembaga antikorupsi tersebut, agar tidak

 

Page 77: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

65

kendor menindak kasus-kasus korupsi. Novel Baswedan kerap mengalami

berbagai teror yang berkaitan dengan kasus yang sedang ia selidiki. Kasus

teror terhadap Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami tetapi, pada

tahun 2012 ia diserang sekelompok pendukung Amran Batalipu saat

memimpin operasi penangkapan terhadap mantan Bupati Buol. Tahun 2015,

Novel Baswedan dikriminalisasi dengan kasus penembakan tersangka pencuri

sarang burung walet pada Februari 2004 saat menjabat kasat Reskrim Polres

Bengkulu, dan tahun 2016 Novel Baswedan ditabrak mobil saat berangkat

menuju KPK menggunakan sepeda motor hingga luka-luka.44

Kutipan sumber yang ditampilkan Harian Republika yaitu mantan

Ketua KPK Abraham Samad, Kapolsek Kelapa Gading Kompol Argo

Wiyono, Eko Julianto salah satu jamaah Masjid Al-Ikhsan, Kamsuri penjaga

Masjid Al-Ikhsan, Koordinator Kontras Haris Azhar, Presiden Joko Widodo,

dan Anies Baswedan. Berikut kutipan narasumber dari mantan Ketua KPK

Abraham Samad:

“Apa pun yang terjadi kita tidak boleh takut dengan adanya kejadian

ini. Kita tidak boleh gentar”

Kutipan kedua yang diambil Harian Republika berasal dari Kapolsek

Kelapa Gading, Kompol Argo Wiyono, dalam hal ini ia menjelaskan

kronologi awal penyiraman yang dialam Novel. Berikut kutipan narasumber:

“Kejadian berawal pada saat Novel melakukan shalat Shubuh

berjamaah di Masjid Al-Ikhsan. Ia tiba-tiba dihampiri dua laki-laki

tidak dikenal”

44

Koran Kompas, 12 April 2017, Hal.1.

 

Page 78: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

66

Kutipan selanjutnya yang diambil Harian Republika adalah Presiden

Joko Widodo, Berikut kutipan tersebut:

“Ini tindakan brutal. Saya mengutuk keras,” kata Jokowi

Dari kutipan diatas bingkai Harian Republika sangat jelas terlihat pada

unsur pengutipan narasumber. Harian Republika membela dan mendukung

Novel Baswedan yang sering mengalami kriminalisasi, serta mendukung

penyidik KPK yang lain agar tindak gentar dalam menindak kasus korupsi

meskipun terjadi teror terhadap Novel Baswedan.

Pada bagian penutup, berita ini ditutup dengan pernyataan Joko

Widodo yang langsung bereaksi dan mengatakan mengutuk keras kejadian ini.

“Ia menyatakan telah mengintruksikan Kapolri Jenderal Tito

Karnavian untuk segera mencari tahu pelaku penyiraman air keras

tersebut. Jokowi menjelaskan, atas kejadian ini semua penyidik di

seluruh lembaga penegak hukum harus lebih waspada. Khusus untuk

KPK, Jokowi berharap para penyidik lembaga itu tetap semangat.”

Pesan yang ingin disampaikan pada bagian penutup ini adalah

Presiden Joko Widodo ingin menenangkan keluarga Novel Baswedan yang

terkena teror dengan menginstuksikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk

segera mencari tahu pelaku penyiraman air keras tersebut. Disini terlihat

bahwa Presiden Joko Widodo sebagai kepala Negara ingin memberitahukan

kepada para pembaca bahwa dirinya ingin melindulingi penyidik KPK yang

terkena teror.

Tinjauan unsur skrip what, who, when, where, why, dan how yang

terdapat pada berita di Harian Republika dipaparkan secara lengkap. Harian

Republika menonjolkan kepada pembaca mengenai kronologi teror yang

dialami penyidik KPK, Novel Baswedan. Harian Republika ingin

menghimbau penyidik KPK yang lainnya, meskipun terjadi teror tetapi jangan

gentar untuk menyelidiki kasus korupsi.

 

Page 79: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

67

Penulis menemukan unsur detail yang terdapat dalam Harian

Republika yaitu menerangkan kata benda, wadah berupa cangkir yang

digunakan pelaku untuk menyiramkan air keras tersebut kepada Novel

Baswedan. Selanjutnya diterangkan juga detail akibat dari penyiraman itu,

bahwa bagian kelopak mata Novel mengalami pembengkakan. Selain itu,

bagian dahi korban juga bengkak karena terbentur pohon. Detail selanjutnya

terlihat dari kendaraan yang dipakai pelaku yaitu motor Yamaha NMAX.

Terakhir detail yang terlihat adalah salah satu pelakunya berperawakan kurus,

sedangkan rekannya berbadan agak besar. Kemudian satu diantara mereka

mengenakan helm, dan jaket jeans serta penutup kepala motif bendera

Amerika.

Unsur koherensi dalam berita tersebut yaitu Bentuk koherensi dalam

berita tersebut yaitu sedangkan dan bahkan, terdapat dalam kalimat berikut:

“Setelah melancarkan aksinya, para pelaku kemudian melarikan diri.

Sedangkan, Novel langsung dibawa untuk menajalani perawatan di

RS Mitra Keluarga. Akibat kejadian itu, bagian kelopak mata Novel

mengalami pembengkakan. Selain itu, bagian dahi korban juga

bengkak karena terbentur pohon.”

“Kemudian, menurut Haris, Novel juga mengaku kerap diikuti,

bahkan sampai pada aktivitas personalnya, termasuk dalam beribadah.

“Kalau Novel shalat, orang itu ikut shalat. Jadi, bukan sekadar tahu,

bahkan mendekati,” kata Haris.

Kata hubung “sedangkan” dan “bahkan” merupakan salah satu kata

hubung sebab akibat yang menjelaskan keterangan kronlogi kejadian antara

Novel dan pelaku.

Terdapat bentuk kalimat pasif dan aktif dalam berita ini, yaitu

kalimat aktif yang dimulai dengan awalan me-, dan kalimat pasif yang dimulai

dengan awalan di-, serta menjelaskan sebab-akibat. Seperti pada kalimat:

 

Page 80: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

68

“Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel

Baswedan diserang menggunakan air keras selepas melaksanakan

shalat Subuh, Selasa (11/4). Berbagai pihak melayangkan dukungan

terhadap Novel dan para penyidik lembaga antikorupsi tersebut agar

tidak kendor menindak kasus-kasus korupsi.”

Dalam berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan oleh

wartawan yaitu kata ganti “kita” sebagai kata ganti mantan Ketua KPK

Abraham Samad dan “saya, ia” yang digunakan sebagai kata ganti Presiden

Joko Widodo.

Pemilihan kata leksikon yang digunakan wartawan dalam penulisan

berita ini yaitu teror pada kalimat:

“Tidak hanya Abraham, tetapi warganet dan berbagai pihak mulai

dari ormas Islam Majelis Ulama Indonesia, LSM antikorupsi, dan

sejumlah pejabat negara juga menyampaikan pesan serupa, kemarin.

Wadah pegawai KPK juga menekankan, teror terhadap Novel tidak

membuat mereka takut.” (Paragraf 4)

Pemilihan kata “teror” sengaja digunakan wartawan yang memiliki arti

sebagai tindakan yang merusuhkan, mengintimidasi, mengintai Novel

Baswedan selaku penyidik senior KPK.

Harian Republika menampilkan unsur retoris berupa foto dalam yang

ditunjukkan dengan gambar wajah Novel Baswedan yang ekspresinya terlihat

serius dalam menangani kasus korupsi. Setelah itu disebelah kiri Novel

Baswedan disiram air keras dengan cairan kearah wajah tepatnya pada mata

sebelah kiri. Ditegaskan lagi dengan judul headline jangan gentar dengan

huruf kapital berwarna merah dan hitam.

 

Page 81: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

69

B. Interpretasi

Willard C Bleyer mengatakan berita adalah suatu kejadian aktual yang

diperoleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik atau

mempunyai makna bagi pembaca.45 Sama halnya dengan kasus kriminal yang

dianggap sebagai peristiwa yang menarik karena pada dasarnya manusia ingin

hidup dalam suasana tentram. Oleh sebab itu, peristiwa kriminal sendiri (event

of crime) mengundang daya tarik karena mengandung ancaman. Peristiwa

perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, pembajakan, terorisme, atau

narkoba selalu menarik perhatian pembaca.46 Sama hal nya dalam kasus Novel

Baswedan, peran media massa dalam membingkai kasus teror terhadap Novel

Baswedan pada April 2017 menjadi kuat. Novel diteror oleh dua orang yang

tidak dikenalnya pada 11 April 2017, setelah ia melaksanakan salat subuh di

dekat rumahnya. Ia disiram air keras oleh pelaku sehingga matanya rusak.

Kasus teror terhadap Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami. Teror

merupakan perbuatan kriminal yang dapat menimbulkan keresahan

masyarakat.

Selain itu, judul juga menjadi daya tarik utama dalam sebuah berita.

Sebuah berita yang punya nilai berita yang tinggi sekalipun akan kurang

gereget di mata pembaca kalau tidak diberí judul yang menarik.47 Sama halnya

dengan Headline berita pada kasus teror terhadap Novel Baswedan di Harian

Tempo dan Harian Republika terlihat berbeda pandangan. Harian Tempo

membingkai kasus tersebut berkaitan dengan kasus Setya Novanto, hal itu

terlihat dari kalimat “Teror Novel Berkaitan dengan Kasus Korupsi. Novel

menekan surat kepada pimpinan KPK agar mencekal Setya Novanto.” Selain

itu Harian Tempo juga banyak membahas keterkaitan teror tersebut dengan

kasus e-KTP. Sedangkan Harian Republika lebih menekankan kronologi

45

Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.26. 46

Sedia Willing Barus,Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.44. 47

Sedia Willing Barus,Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.31.

 

Page 82: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

70

kejadian teror Novel Baswedan di dalam headline berita yang dibuat. Dari

judul yang ditampilkan, kedua harian tersebut samasama membela Novel

Baswedan selaku penyidik KPK yang mengalami teror dari orang yang tidak

dikenalnya.

Dalam buku “Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan politik

media” karya Eriyanto, Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk

melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga

dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh

media. Ada dua esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana

peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan

mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini

berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung

gagasan.48

Dalam skripsi yang penulis teliti, Harian Tempo memperlihatkan

adanya informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat bahwa kasus

teror yang dialami Novel Baswedan ada kaitannya dengan kasus korupsi yang

sedang ia selidiki. Informasi tersebut terlihat dari hasil wawancara penulis

dengan Wartawan Harian Tempo, Indri Maulidar.

“Ini kita kaitin karena pertama ini diperkuat oleh omongan Agus

Raharjo ketua KPK, dia bilang menduga gitu kan. Karena dia selalu

berkaitan dengan kasus dan saat ini dia fokusnya di kasus e-KTP.

Waktu April baru mulai-mulai sidang penetapan e-KTP dan lagi intens

banget penyidikan e-KTP di KPK. Karena kejadian ini baru terjadi, kita

berusaha cari info untuk memberitahu info lebih ke pembaca. Pertama

kenapa ia diserang, motifnya apa, yang kita dan orang-orang duga

memang berkaitan dengan e-KTP dan kita dapat info memang kala dia

saat itu baru selesai teken surat pencekalan Setya, ketika kita konfirmasi

ke Agus, walaupun dia tidak bilang iya itu karena e-KTP. Waktu itukan

belum tau karena baru kejadian juga. Tapi kita diperkuat dari omongan

Agus itu, jadi kita memilih karena e-KTP dan kita dapat info-info lain

bahwa dia memang ketua Satgas e-KTP semua surat-surat penyidikan

48

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.10-11.

 

Page 83: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

71

perintah pencekalan semua Novel yang pegang. Jadi kita kuat menduga

kesana. Jadi kita kasih informasi bahwa kita menduga ini berkaitan

dengan e-KTP walaupun nantinya itu belum ketauan. Karena dia kan

juga pernah mendapatkan serangan-serangan dari kasus yang sedang dia

selidiki gitu.”49

Sama hal nya dengan Harian Republika yang memandang kasus ini

terjadi pada Novel terlihat sebagai salah satu bentuk pelemahan upaya

pemberantasan korupsi. Maka kasus ini harus diusut setuntas-tuntasnya siapa

yang melakukan, motifnya apa, terkait dengan kasus apa, siapa nama besar

dibelakangnya. Waktu pertama kali kasus itu terjadi Harian Republika

melakukan pembelaan terhadap Novel karena dia adalah salah satu ujung

tombak pemberantasan korupsi dan dia diserang. Sehingga Harian Republika

mengambil sikap bahwa kasus ini harus tuntas tidak boleh terulang lagi. Hal

ini terlihat dalam wawancara penulis bersama Fitriyan Zamzami selaku

Redaktur Harian Republika

“Kami sangat menyayangkan, karena ini peristiwa yang buruk sekali.

kadang-kadang kejahatan itu bukan soal kejahatannya semata tetapi

memang itu dampaknya bagaimana, apa efek yang ditimbulkan. Yang

terjadi dari kasus Novel itu yang mengerikan, karena itu akan membuat

orang yang ingin melakukan korupsi itu punya ide yang nyeleneh. Itu

yang harus dijaga. Makanya mau tidak mau, kasus ini harus selesai

bagaimanapun caranya, mau setahun dua taun harus selesai.”50

Al-Qur'an memberi peringatan kepada orang yang bisa membuat resah

masyarakat, menyebarluaskan berita perbuatan keji (liisyaa-u al fahisyah) di

tengah masyarakat muslim, menjadikan prilaku kejahatan seakan sudah

menjadi hal biasa, hingga bisa dengan mudah diterima masyarakat, menjadi

dasar dan jalur pikirannya, lalu secara nyata ditiru dan dipraktikkan.

49

Hasil wawancara dengan Wartawan Harian Tempo, Indri Maulidar. Jakarta, 16 November

2018. 50

Hasil wawancara dengan Redaktur Harian Republika,Fitriyan Zamzami. Jakarta, 05

November 2018.

 

Page 84: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

72

Al-Qur'an mengancam orang yang berbuat hal itu dengan adzab yang

pedih di dunia dan akhirat:

بون أن تشيع الفاحشةح ف الذين آمنحوا لحم عذاب أ ن يا والخرة إن الذين يح ليم ف الد

ون واللح ي علمح وأن تحم ل ت علمح

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji

itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang

pedih di dunia dan diakhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak

mengetahui.” (QS. An-Nur: 19) 51

Syariat Islam melarang pemberitaan kriminalitas sebelum terbukti

demi menjaga keutuhan dan kesucian masyarakat dan jika telah yakin terbukti

lewat peradilan, sanksi harus diberlakukan dan diperlihatkan untuk diketahui

khalayak. Namun bukan berarti bahwa setelah terbukti di peradilan, atau

setelah eksekusi hukuman, boleh menyiarkan berita secara bebas tanpa batas.

Yang boleh disiarkan adalah seputar eksekusi hukuman, bukan kejadian runtut

kajahatan tersebut dari awal hingga akhir, secara terperinci, terutama jika

berita dilakukan dengan cara yang berlebih-lebihan, bombastis, vulgar, dan

hanya mengedepankan sensasi. pemberitaan yang berlebihan tidak

diperbolehkan, sekira bisa memberikan contoh kepada orang lain untuk

melakukan kejahatan yang sama, atau bisa mendorong anak dibawah umur

untuk meniru. Inilah hikmah di balik larangan menyebarkan berita kejahatan

tersebut.52

51

Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, h. 123.

52 Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, h. 124.

 

Page 85: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

73

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, penulis menarik kesimpulan

bahwa Harian Tempo dan Harian Republika terhadap Novel Baswedan

terhadap kasus teror yang dialaminya sangat besar, terlihat dalam penyajian

berita dengan menonjolkan isi yang sangat membela Novel Baswedan serta

ingin kasus ini segera dituntaskan. Sudut pandang mereka dalam kasus yang

dialami Penyidik KPK ini bukan kasus kecil, karena sudah beberapa kali

dialami Novel Baswedan. Sehingga kasus yang dialami Novel Baswedan ini

harus segera dituntaskan. Framing pemberitaan teror terhadap Novel

Baswedan yang dikonstruksi oleh Harian Tempo yaitu kasus teror yang

dialami Novel Baswedan berkaitan dengan kasus e-KTP yang sedang ia

selidiki. Sehingga hal itu akan berdampak pada kasus yang sedang ditangani

Novel Baswedan menjadi terbengkalai. Sedangkan pada berita di Harian

Republika, framing yang ditonjolkan yaitu kronologi kejadian teror yang

dialami Novel Baswedan, sehingga dengan adanya kasus yang dialami senior

penyidik KPK ini dapat membuat gentar penyidik KPK lainnya.

 

Page 86: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

74

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan

mengenai bagaimana framing kasus teror terhadap Novel Baswedan yang

dikonstruksi Harian Tempo dan Harian Republika. Banyak khalayak

beranggapan bahwa berita adalah sebuah konstruksi dari realitas sosial,

padahal berita bukanlah realitas sesungguhnya dari realitas sosial tersebut.

Setiap media memiiki pandangan tersendiri dalam menilai sebuah peristiwa

yang akan dijadikan berita. Peristiwa yang akan dijadikan berita bergantung

pada kepentingan media tersebut terhadap peristiwa yang terjadi. Dari situlah

terlihat konstruksi media atas suatu realitas. Wartawan menyesuaikan berita

itu dengan ideologi ditempat ia bekerja. Subyek yang mengonstruksi realitas,

serta disesuaikan dengan visi misi media dan ideologi. Kemudian ditentukan

kearah mana tujuan media tersebut. Dalam peristiwa yang sama, media

mempunyai pandangannya sendiri dalam mengemas suatu peristiwa.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis

framing Zhongdang Pan dan Gerarld M. Kosicki, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai bahwa Harian Tempo dan Harian Republika terlihat

melakukan pembingkaian dalam memberitakan kasus teror terhadap Novel

Baswedan. Perbedaan yang dibentuk berkaitan dengan cara media

mengonstrnuıksi fakta yang ada, sesuai arah pemberitaan yang

dikehendakinya. Berikut kesimpulan penulis:

1. Framing pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan yang dikonstruksi

oleh Harian Tempo yaitu kasus teror yang dialami Novel Baswedan

berkaitan dengan kasus e-KTP yang sedang ia selidiki. Sehingga hal itu

akan berdampak pada kasus yang sedang ditangani Novel Baswedan

menjadi terbengkalai. Sedangkan pada berita di Harian Republika, framing

 

Page 87: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

75

yang ditonjolkan yaitu kronologi kejadian teror yang dialami Novel

Baswedan, sehingga dengan adanya kasus yang dialami senior penyidik

KPK ini dapat membuat gentar penyidik KPK lainnya.

2. Keberpihakan Harian Tempo dan Harian Republika terhadap Novel

Baswedan terhadap kasus teror yang dialaminya sangat besar, terlihat

dalam penyajian berita dengan menonjolkan isi yang sangat membela

Novel Baswedan serta ingin kasus ini segera dituntaskan. Sudut pandang

mereka dalam kasus yang dialami Penyidik KPK ini bukan kasus kecil,

karena sudah beberapa kali dialami Novel Baswedan. Sehingga kasus

yang dialami Novel Baswedan ini harus segera dituntaskan.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian, penulis menyampaikan beberapa saran

yang berkaitan dengan pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan di Harian

Tempo dan Harian Republika sebagai berikut:

1. Sebagai media muslim terbesar di Indonesia, diharapkan Harian Republika

mampu membuat isi berita yang lebih menarik, tidak hanya membahas

mengenai kronologi nya saja tetapi lebih tajam dan lebih detail.

2. Harian Tempo dalam memilih gambar diharapkan dapat lebih kreatif

dengan menggunakan warna, sehingga tidak monoton dan membuat

pembaca tertarik untuk membaca.

3. Harian Tempo dan Harian Republika diharapkan lebih objektif dan kritis

dalam pemberitaannya, agar terus menjadi media yang memberikan

pencerahan serta pengetahuan untuk masyarakat.

 

Page 88: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

76

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal.2012.Penulisan Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana

Media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 16-17.

A Scwandt, Thomas. 1994. Constructivist, Interpretivist Approach to Human Inquiry,

dalam Norman K. Denzon dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative

Research. London: Sage Publication

Bungin, Burhan. 2006. Penulisan Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Company Profile Harian Umum Republika

Eriyanto, 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,

Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT

LKIS Printing Cemerlang

Faris Khoirul Anam. 2009. Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut

Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Harian Tempo edisi 12 April 2017 dan 30 September 2018

Harian Republika edisi 12 April 2017 dan 24 September 2018

https://korporat.tempo.co/uploads/tentang/ea763be2c0cf3cf71cd01c749261e949.pdf

Jumroni. 2006. Metode-Metode Peniltian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group

Lexy J. Moleong, Rosady Ruslan.2003.Metodologi Penulisan Publik Relation dan

Komunikasi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

 

Page 89: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

77

Soekanto, Soejono.1987. Sosiologi Pengantar.Jakarta: PT Rajawali Pers

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset

Syamsul, Asep M. Romli. 2012.Jurnalistik Online.Bandung: Panduan Mengelola

Media Online

Suhaimi,M.Si dan Rulli Nasrullah,M.Si. Bahasa Jurnalistik.Lembaga Penelitian UIN

Jakarta. Jakarta:2009. Hlm.27

Sedia Willing Barus.Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita. Penerbit

Erlangga.Jakarta:2011. Hlm.25

Shirley Biagi. Media/Impact, edisi 9 pengantar media massa. Penerbit Salemba

Humanika. Jakarta: 2010. Hlm.65

Topo Santoso,S.H,MH. Dan Eva Achjani Zulfa,S.H. Kriminologi. PT.Rajagrafindo

Persada. Jakarta:2001. Hlm.9

 

Page 90: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

TRANSKIP WAWANCARA

Nama Narasumber : Indri Maulidar

Jabatan : Wartawan Harian Tempo

Tempat : Kantor Harian Tempo

(Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Selatan, 12210)

Hari/Tanggal : Jumat/16 November 2018

Pukul : 10.00 WIB

1. Seberapa pentingkah berita terkait teror terhadap Novel Baswedan sehingga

membuat Harian Tempo menerbitkannya?

Pada waktu itu ada momen nya, karena memang momen nya itu. Yang namanya berita itu

kejadian yang magnitud nya besar, penyidik KPK yang benar-benar diserang secara

terbuka seperti itu pasti ditulis di satu berita penting. Kemudian kita sandingkan dengan

Setya waktu itu karena Setya dicekal tanggal 10, beritanya ramai sehari sebelum Novel

diserang. Jadi kita waktu itu memutuskan untuk membuat pendampingan seperti itu

karena ada dua momen penting yang terjadi pada saat yang bersamaan. Sehingga perlu

dua-duanya ditulis untuk memberitahu ke pembaca bahwa dua kejadian ini memang tidak

berhubungan tetapi dalam isu penegakan hukum, itu terjadi.

2. Sikap apa yang hendak diambil Harian Tempo dalam pemberitaan tersebut?

Sikap editorial Tempo menanggapi Novel selama ini jelas karena itu masuk ke

pelanggaran HAM, penyidik KPK diserang. Jadi waktu pertama kali berita itu ditulis kita

memaparkan faktanya dulu apa yang terjadi, seperti bagaimana 5W+1H nya. Setelah itu

kemudian unfolding terus beritanya bahwasannya dia diserang oleh beberapa orang, lalu

kita menulis lagi dapat info kalau pelaku pernah dimata-matai polisi juga untuk kasus

pencurian motor di daerah rumahnya Novel itu. Nah setelah itukan kita bisa ambil sikap

setelah isunya unfolding, bahwa ternyata ada upaya ketidakseriusan dari kepolisian yang

tidak mau melanjutkan. Kita juga dapat info gelas bekas siraman air keras itu pakai botol

 

Page 91: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

bir hijau yang dibuang didekat rumahnya itu, kita dapat kabar kalau gelasnya sama polisi

tidak diperlakukan seperti alat bukti secara benar. Jadi kaya cuma diambil pakai kertas

koran padahal kan disitu bisa dapat alat bukti seperti sidik jari, tetapi itu tidak dilakukan

sama polisi yang saat itu bertugas di TKP. Jadi kita memberitakan itu juga. Jadi kita

mengambi sikap, ini ada upaya penutupan ketidakseriusan dari polisi menuntaskan kasus

ini, bahwa ini pelanggaran HAM. Kita juga banyak menulis bahwa harus ada tim pencari

fakta yang harus dibuat oleh presiden. Tapi sampai sekarang kan belum.

3. Harian Tempo memasang judul “Novel Diserang, Setya Dicekal” pada headline

berita tanggal 12 April 2017, apa alasannya?

Itu judul sederhana banget ya, langsung ketahuan dari judulnya apa. Kita tidak membuat

judul yang berbelit. Novel diserang karena ya dia di serang. Waktu itu jadi kita tidak

memilih judul yang berbelit, karena dua kejadian ini masih fresh dan baru terjadi,

sehingga berusaha menampilkan inti kejadiannya di judul tersebut.

4. Mengapa Harian Tempo mengaitkan teror Novel dengan kasus korupsi dalam

pemberitaan ini?

Ini kita kaitkan karena pertama ini diperkuat oleh omongan Agus Rahardjo ketua KPK,

dia bilang menduga gitu kan karena dia selalu berkaitan dengan kasus dan saat ini dia

fokusnya di kasus e-KTP. Waktu April baru mulai-mulai sidang penetapan e-KTP dan

lagi intens banget penyidikan e-KTP di KPK. Karena kejadian ini baru terjadi, kita

berusaha cari info lebih untuk memberitahu ke pembaca. Pertama kenapa ia diserang,

motifnya apa. Yang kita dan orang-orang duga memang berkaitan dengan e-KTP dan kita

dapat info memang kala itu Novel baru selesai teken surat pencekalan Setya, ketika kita

konfirmasi ke Agus walaupun dia tidak bilang iya itu karena e-KTP. Waktu itukan belum

tau karena baru kejadian juga. Tetapi kita diperkuat dari omongan Agus itu, jadi kita

memilih karena ektp dan kita dapat info-info lain bahwa dia memang ketua satgas e-KTP

semua surat-surat penyidikan perintah pencekalan semua Novel yang pegang. Jadi kita

kuat menduga kesana. Jadi kita kasih informasi bahwa kita menduga ini berkaitan dengan

e-KTP walaupun nantinya itu belum ketahuan, karena dia kan juga pernah mendapatkan

serangan-serangan dari kasus yang sedang dia selidiki.

 

Page 92: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

5. Aspek apa yang dikonstruksi Harian Tempo dalam pemberitaan ini?

Aspeknya pasti pemaparan fakta dan kronologisnya dulu, di koran Tempo itukan angle

nya banyak ya, yang biasanya kita tulis kalau ada isu besar pasti kita dedikasikan tentang

satu isu yang sedang kita tulis. Seperti di halaman satu dan halaman empat, jadi ada lima

angle. Faktanya, kronologinya, apa yang dilakukan. Jadi ya konstruksinya seperti itu

6. Apa saja kriteria-kriteria narasumber yang akan diwawancarai?

Kalau itu insting saja. Di halaman pertama ini kita mengutip Jokowi karena kepala

negara, ketika kepala negara komentar ada suatu kasus kan itu menarik. Kita mengambil

Busyro itu karena Busyro saat itu langsung ke KPK dan dia konfrensi pers, ya relevan

saja apa yang diomongin gitu. Jadi kita mengutip Busyro karena Busyro tau Novel

perjuangannya gimana karena mereka dekat. Memperkuat angle kita tentang dugaan

kenapa ia diserng. Karena ini breaking news, jadi di hari pertama narasumber yang

memberi pernyataan itu banyak. Jadi waktu itu aku langsung kerumahnya Novel itu

masih ramai. Polisi masih mengatur, ada polres Jakarta Utara juga dan ini juga bukan aku

sendiri yang nulis, ada temen juga. Jadi kita dapat info saat polisi berbicara. Ketika

breaking news semua orang memberi informasi, nah aku filter yang relevan sama yang

harus aku tulis hari ini, dan yang aku rasa infonya bagus dan harus aku cek ulang. Ketika

breaking news pertama kali terjadi itu biasanya yang paling paham isunya justru orang

paling kecil, polres Jakarta Utara pasti yang paling tau karena mereka yang dilaporkan

pertama kali dan yang pertama kali datang. Makanya kami langsung ke lokasi kejadian

karena polres masih disana, jadi biasanya mereka yang paling tahu sebelum ke Mabes.

7. Dalam proses pengolahan berita di redaksi Harian Tempo, apakah terjadi pro dan

kontra (misal dalam sebuah kasus tertentu). Bagaimana sebuah kebijakan redaksi

berjalan?

Pasti pro kontra ada. Alur kerja di koran Tempo itu, jam delapan pagi rapat via wa online

itu kita mengusulkan apa yang akan ditulis, itu rapat perkompartemen. Jadi kompartemen

nasional usulin apa, ekonomi bisnis usulin apa, metro usulin apa. Jadi kita usulin untuk

dapat menulis dihalaman satu, jadi kita dituntut untuk saingan. Disitu pasti banyak latar

belakang dan kasih masukan. Setelah rapat, kita cari bahan. Setelah itu, jam satu rapat

checking. Rapat checking itu kita tentukan perolehan bahan ini bisa atau tidak dijadikan

 

Page 93: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

untuk headline besok. Nah disitu paling nyaring pro kontra nya. Misalnya ada masukan

juga disitu, ada yang setuju dan tidak tentang angle ini. Itu biasa terjadi. Pro kontra begitu

biasanya pemred yang memutuskan juga, jadi tidak ada masalah, semua terima.

8. Bagaimana proses persiapan untuk menggali berita tersebut?

Menggali bahan karena ini breaking news, jadi bahannya banyak karena banyak

informasi. Persiapannya ngelist narsum yang paling penting. Jadi ketika tau Novel

diserang nih tadi subuh jadi langsung sudah tahu harus kemana dulu. Pertama, reportase

kerumah Novel ngobrol dengan keluarganya yang tahu. Kedua, harus melihat Novel ke

RS tempat dia dirawat. Tiga, ke penyidik. Persiapannya itu ngelist narsum dan itu insting

saja. Kalau peristiwa baru terjadi itu narasumber yang paling tahu itu narsum yang paling

bawah, bukan kepala polisi bukan kepala polda metro jaya, yang tahu pertama kali pasti

polres Jakarta Utara, keluarganya, tetangga-tetangga Novel pastinya yang melihat

kejadian.

9. Bagaimana proses mengedit naskah agar muat dalam satu layout dan juga terdapat

grafis?

Ini kejadian subuh, jam lima subuh. Jam tujuh itu sudah sebar reporter. Jam delapan rapat

perencanaan. Disitu sudah ramai di grup bahwa Novel diserang, kita sudah tau apa yang

harus diusulkan, apa yang harus ditulis, siapa yang harus dikejar itu, setelah rapat

perencanaan itu kan kita reporter nasional sama redaktur yang memutuskan jadi aku dan

seorang teman berbagi tugas. Satunya ke RS dan polda, aku megang kerumah Novel dan

KPK. Jadi langsung diputuskan oleh redaktur siapa yang kesana, siapa yang kesini.

Kemudian kita wawancara di lokasi, kemudian aku laporkan semua nya ke redaktur

bahan mentahnya. List bahan yang aku dapat. Kemudian redaktur ku jam satu rapat

checking, itu diputuskan oh ini jadi headline kemudian setelah rapat itu jam satu lebih

kesini aku nulis, kemudian jam delapan sampai jam sepuluh aku kirim naskah kemudian

diedit sama redaktur. Redaktur itu juga editannya berlapis. Aku ngasih redaktur, redaktur

ngedit dan editan dia juga harus diedit lagi oleh redaktur piket. Ada redaktur piket,

redaktur koran atau keranjang bahasa kemudian ke desain.

 

Page 94: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

10. Apakah Harian Tempo memiliki pertimbangan khusus dalam memilih berita yang

ada?

Pasti ada pertimbangan. Satu, kan kita pasti milih isu yang magnitud nya besar. Magnitud

itu penting bagi semua orang, impact nya juga ada. Tiba-tiba kita nulis misalnya soal

olahraga tapi apa gitu, kecuali kita ada temuan baru. Dua, ada impack nya misalnya

sekarang ada berita pilpres atau lion air. Ada impack nya gitu misalnya kita nulis

misalnya evaluasi lion air, karena kemarin baru kecelakaan. Jadi kita punya temuan baru

misalnya hasil audit lion air gitu jadi itu wajar, kita bukan nyerang lion air tetapi memang

karena habis kejadian kecelakaan itu. Terus juga harus memenuhi kaidah-kaidah

jurnalistik. Konfirmasinya semua lengkap pertimbangannya, dan isunya juga kita jarang

isu-isu daerah kita jadikan headline. Kecuali kalau misalnya kasusnya itu di banyak

daerah atau misalnya kita juga jarang ngambil isu yang kesejahteraan. Karena Tempo

hukum dan politik identiknya kesitu. Jadi kalau ada dua isu yang besar, kita lebih

memilih isu politik jadi itu wajar. Biasanya yang ditaruh di headline itu breaking news,

terus kita ada temuan baru terhadap suatu isu yang ada magnitude nya tinggi.

11. Media mana saja yang menjadi rujukan Harian Tempo untuk mengambil kutipan

atau berita?

Pasti ada rujukan. Seperti yang diheadline Novel Baswedan ini, Yang bagian desain ini

dibuat bolak-balik itu usulan Pemred Tempo mas Budi Setiyarso. Dia mengusulkan

karena pernah memperlihatkan koran luar negeri itu pernah buat seperti ini juga ketika

ada dua isu yang menarik. Jadi dia share koran Meksiko kalau gak salah. Dia share

halaman depan koran itu. Rujukan ya pasti ada, tetapi Tempo itu jarang menjadikan

media sini sebagai rujukan, karena saingan berita atau isu itu biasa ya. Jadi biarin saja

kalau Kompas misalnya punya isu apa ya biarin, kita cari isu lain begitu. Rujukannya ya

pasti media-media luar yang sudah terbukti. Seperti Areoktimes, National Geography

juga sering yang nulis isu lingkungan atau science, portal luar negeri juga. Kalau untuk

koran, kita biasanya yang buat rujukan itu desain layout nya. Kalau isu kan itu isu

nasional jadi kita tau juga gak pakai ngerujuk kemana-mana. Jadi desainnya gimana

supaya enak dibaca gitu.

 

Page 95: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

12. Bagaimana segmentasi khalayak pembaca Harian Tempo?

Yang baca Tempo kebanyakan anak-anak kuliah keatas, jadi segmentasinya selama ini

anak usia 18 tahun keatas.

13. Bagaimana latar belakang pendidikan, agama, budaya dan politik wartawan dalam

menulis berita?

Aku Islam, aku asli orang Aceh, kuliah di Bandung. sudah menjadi reporter Tempo itu

dari April 2014, sekarang megang isu politik, hukum, pilpres juga isu-isu kesejahteraan

sosial. Di Tempo ada pembagian isu, aku pegang yang isu nasional nya. Aku alumni

Universitas Telkom Bandung jurusan ilmu komunikasi. Sekarang aku tinggal di Permata

Hijau dekat Palmerah sini. Kerja di Jakarta sekarang sudah empat tahun. Karena aku

memang istilahnya baca media lain jadi aku kadang terbawa. Terkadang aku itu ingin

menulis dengan analisis, jadi tidak semua harus pakai kutipan orang begitu untuk menulis

berita. Kalau ideologi politik, aku lebih ke liberal. Aku soal mengambil sikap misalnya

ada isu kemarin ketika MK memutuskan bahwa orang yang berzina itu jangan di pidana,

bahwa itu bukan ranah pidana. Nah disitu aku mencoba menulis dengan memuji MK gitu,

bahwa ini putusan MK yang progresif. Aku datang dari Aceh yang sangat konservatif

gitu ya, apa-apa di kekang apalagi aku perempuan gitu. Misalnya semua diatur, sampai

hal paling kecil dalam hidup itu diatur. Ngopi di warung kopi, diatur kaya gitu. Nah

justru dari situ aku tidak mau. Seharusnya negara itu tidak perlu mengatur sampai hal-hal

paling kecil, makanya aku sekarang jauh lebih liberal dari itu. Agama itu seharusnya

tidak diurus Negara, bahwa yang namanya hubungan pribadi itu seharusnya tidak usah

diatur juga di KUHP. Jadi itu justru karena aku lahir dari ligkungan yang konservatif tapi

aku justru sangat liberal. Pandangan politik, aku pikir politik itu tidak berfungsi tapi ya

gimana harus begitu untuk menjalankan negara. Aku tidak mau terafiliasi dengan partai

ini partai itu. Kalau ideologi anak-anak Tempo itu selalu diajarkan keberimbangan,

konfirmasi. Karena isu-isu yang kita beritakan selama ini pasti isu yang benar-benar

terbuka. Pasti membeberkan ada kasus ini yang melakukan siapa. jadi ideologi yang

diajarkan itu keberimbangan penting, bahwa kita itu jangan mengaburkan perkara. Kita

memberitakan tetapi lebih ke pemerintah. Apa yang dilakukan pemerintah pasti kita tulis,

jadi berimbang sih.

 

Page 96: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

14. Bagaimana pendapat wartawan dengan adanya kasus Novel Baswedan yang belum

terungkap pelakunya setelah setahun kejadian?

Nah itu tidak selesai-selesia ya. Sekarang malah bahaya, kasus Novel itu dijadikan jualan

politik. Prabowo atau Sandi pernah bilang, kalau nanti saya terpilih kasus Novel selesai.

Itukan bahaya banget ya kasusnya dijadikan jualan politik. Harusnya kan yang megang

kasus ini segera diselesaikan. Jadi sangat menyedihkan tidak diselesaikan sampai

sekarang sedangkan matanya Novel kan hampir buta.

15. Apa harapan wartawan setelah menulis berita mengenai kasus teror terhadap Novel

Baswedan?

Harapannya pasti ada yang membeca beritanya. Harapannya bahwa publik tidak lupa

bahwa kasus Novel belum selesai, makanya kita terus tulis follow up kasus ini. Ini kan

kasus pelanggaran HAM soalnya. Upaya Tempo secara lembaga atas kasus ini masih

dengan memfollow up kasus ini agar tidak dilupakan. Upaya lainnya kita tidak punya

wewenang menyelidiki kasusnya tetapi kita melakukan hal lain misalnya di visit lagi ke

tetangga-tetangga Novel siapa tau mereka punya info terbaru yang belum di share gitu.

 

Page 97: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Nama Narasumber : Fitriyan Zamzami

Jabatan : Redaktur Halaman Satu Harian Republika

Tempat : Kantor Harian Republika (Jl.Warung Buncit Raya No.37 Jakarta

Selatan, 12510)

Hari/Tanggal : Senin/ 05 November 2018

Pukul : 13.00 WIB

1. Melihat apa yang Harian Republika beritakan terkait kasus teror yang menimpa

Novel Baswedan, seberapa pentingkah kasus itu menurut Harian Republika?

Kami melihat memang KPK saat itu sedang menangani kasus Setya Novanto,

kemudian ada kasus sumber waras dan segala macam. Jadi ada sebagian kasus besar

yang kebetulan saat itu sedang ditangani KPK. Jadi pada saat itu menurut kami ini hal

yang penting. Wartawan kami kenal Novel sudah lama, seorang penetidak hukum dan

dia juga mejadi sumber kami di beberapa kesempatan. Jadi saat dia di siram dengan

air keras, kami tahu ini bukan isu kecil. Kita tahu bahwa Novel berperan dalam kasus-

kasus besar seperti kasus century, setnoduaji, dan sumber waras. Kemudian Novel

disitu juga menjadi salah satu penyidik utama kasus Setya Novanto. Jadi kami tahu

siapapun yang melakukan ini, ini pasti bukan kriminal biasa, dan si pelaku melakukan

kejahatan itu waktunya spesifik. insting kami seperti itu mula nya. Jadi kami fikir

berita ini penting untuk kami beritakan. Sehingga kami memutuskan pada saat itu

untuk membuat cover khusus di halaman satu.

2. Konstruksi apa yang hendak dibangun oleh Harian Republika dengan judul

headline “Jangan Gentar” dalam pemberitaan tersebut?

Karena kami paham semua tindak pidana, semua kejahatan yang dilakukan terhadap

oknum-oknum yang sedang melakukan pemberantasan korupsi bukan hanya KPK,

misalnya dia adalah jaksa yang disakiti karena dia sedang mengusut korupsi ataupun

polisi yang dia dianiaya karena memberantas korupsi pasti dia punya dampak. Kita

tidak berbicara mengenai motif karena kita belum tahu siapa pelakunya tetapi pasti

dampaknya akan membuat oknum-oknum pemberantasan korupsi yang lain jadi

 

Page 98: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

gentar. Pasti dampaknya misalnya anggapan orang lain, wah kalau senior aja diginiin

apalagi kita yang masih kayak gini misalnya. Ataupun atasannya dia, wah bawahan

saya diginiin kalo saya nanti diapain lagi. Jadi pasti apapun motifnya dalam

malakukan penyiraman, katakan buat yang cuma iseng saja atau bagaimana

dampaknya pasti akan menimbulkan sedikit banyak kekhawatiran, ketakutan. Disitu

kami ingin mendorong tidak usah takut, kami ada dibelakang kalian, kami akan

membela kalian kalau kalian ada apa-apa, itu yang kami tekankan. Jangan gentar,

jangan kendor memberantas korupsi apapun yang terjadi.

3. Apa sikap yang hendak Harian Republika himbau dari pemilihan judul

tersebut?

Secara latar belakang saya pikir, hampir semua media mainstream di Indonesia

sepakat terutama Republika bahwa korupsi itu zero tolerant. Kita tidak punya

toleransi sama sekali untuk pelaku korupsi, mau itu mitra kita yang pernah masang

iklan di Republika ataupun anggota partai yang kebetulan dekat dengan Republika

maupun anggota ormas yang dia sering main kesini, kalau dia kena korupsi buat kami

itu sudah redline nya atau garis merahnya disitu, sekali kalian korupsi kita sudah

bukan teman lagi, seperti itu. Jadi sikap kami pada dasarnya seperti itu, sehingga saat

ada kejadian tersebut sebagai upaya untuk melemahkan korupsi, tentu kami akan

bersikap. Dalam hal ini kemudian penyerangan terhadap Novel kami lihat sebagai

salah satu bentuk pelemahan upaya pemberantasan korupsi. Maka tentu kami ingin

kasus ini diusut setuntas-tuntasnya siapa yang melakukan, motifnya apa, terkait

dengan kasus apa, siapa nama besar dibelakangnya yang sayangnya sampai sekarang

pun pemerintah maupun kepolisian belum memiliki progres terkait kasus tersebut.

Belum ada kemajuan signifikan dalam kasus ini. Tetapi sikap kami waktu itu, waktu

pertama kali kasus itu berlangsung tentu kami harus melakukan pembelaan terhadap

Novel karena dia salah satu ujung tombak pemberantasan korupsi dalam artian dia

juga satu nafas dengan kami dalam pemberantasan korupsi dan dia diserang. Kami

berharap bahwa dalam keseluruhan pemberantas korupsi yang sedang diserang, maka

kami mengambil sikap bahwa kasus ini harus tuntas tidak boleh terulang lagi.

 

Page 99: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

4. Bagaimana proses persiapan untuk menggali berita tersebut?

Seperti ini kan masuknya peristiwa, jadi di Republika ini kan untuk pemberitaan

biasanya ada dua jenis besar. Yang pertama adalah isu, dan yang kedua adalah

peristiwa. Kalo isu ini dia lebih kepada perencanaan, misalnya dulu kita bikin soal

jilbab polwan, bagaimana kita memperjuangkan polwan untuk boleh pakai jilbab,

itukan peristiwanya tidak ada sebenarnya, tetapi ada keluhan bagi polwan bahwa

mereka ingin berjilbab sementara tidak boleh. Maka kita merapatkan itu lebih dalam,

kita rapat dulu langkah kita bagaimana, isunya bagaimana, reporternya bagaimana

untuk mengambil berita ini. Nah sementara untuk kasus Novel, ini sifatnya lebih pda

peristiwa mula nya ini kita bicara pada hari kejadian, karena waktu itu dia belum

menjadi isu ia baru peristiwa, jadi sikap indikator nya kita reaktif. Kiita diberitahu

kasus itu, kemudian langsung kita kirim wartawan ke lapangan, kita minta dia gali

sedalam-dalam nya apa yang terjadi, kita minta komentar-komentar dari tokoh-tokoh

yang punya kapasitas dalam kasus tersebut. Nah kemudian setelah semua bahan

terkumpul pada siang hari kita tahu bagaimana kronologinya. Kita tahu bagaimana

kira-kira yang terjadi pada hari itu, kita tahu bagaimana sikap-sikap tokoh-tokoh, kita

tahu dampak dari kejadian tersebut baru kita mulai merancang pada siang harinya. Ini

kita mau bikin apa ini berita, terus kita mau bawa kemana apa kita mau beritakan

sekedar peristiwanya saja atau mau kita jadikan sebuah pesan, atau sikap, mau kita

jadikan perlawanan atau bagaimana. Jadi karena ini peristiwa, saya fikir yang pertama

kali kita lakukan adalah kami reaktif dulu. Kita belum merencanakan, kita kirim

reporter ke lapangan, kamu kesini, kamu kesini, kamu kesini, kamu wawancara kesini

kemudian saat semua sudah terkumpul, baru kita rapatkan dari angle mana kita akan

mengambil peristiwa ini. Untuk keesokan harinya, baru kita mulai lebih terencana,

karena dia sudah pasca kejadian jadi kita mulai rapat, tadi siang Novel seperti ini

besok bagaimana kita mengangkat beritanya. Karena yang anda sorot adalah berita

awalnya, jadi sebenarnya itu lebih tergesa-gesa, ia lebih tidak terencana, lebih

spontan. Demikianlah hasil dari spontanitas kami.

 

Page 100: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

5. Dalam proses pengolahan berita di redaksi Harian Republika, apakah terjadi

pro dan kontra? Bagaimana sebuah kebijakan redaksi berjalan?

Sebenarnya hal itu jarang terjadi di Republika, karena kita dari mulai pendidikan

kemudian sebelum diangkat, selama setahun dia menjadi calon reporter itu sedikit

banyak sudah mulai kita tanamkan nilai-nilai Republika. Jadi walaupun reporter dan

redaktur disini berlainan paham misalnya ada yang Islamnya garis kesini, Islamnya

garis kesitu, ada yang ideologinya garis kesini ada yang dukung ini, ada yang dukung

itu, tetapi pada saat membuat berita dalam kebanyakan kasus jarang sekali ada pro

kontra karena kita sudah paham bagaimana Republika memberitakan hal ini. Rata-

rata kita sudah datang punya satu pemikiran, bukan bagaimana saya memberitakan

hal ini tetapi bagaimana Republika memberitakan hal ini. Jadi diantara kepala-kepala

yang banyak ini, diantara orang-orang yang punya prinsip beda-beda ini biasanya

kalau kasusnya itu lisan kemudian kasusnya sikap Republika jarang sekali kami ada

pro kontra. Rata-rata kami sudah tahu kalau Republika ini bikinnya bagaimana sudah

kebaca. Dari awal kita sudah punya semacam jiwa sendiri, Republika yang

mengarahkan kami mau bikin apa besok. Bukan kami lagi yang mengarahkan dia.

jadi kami mengikuti bagaimana Republika akan menerbitkan berita ini besok, bukan

kemudian kami yang mendikte Republika mau gimana, karena memang nilainya

sudah cukup lama kita tanamkan regenerasi terus menerus. Jadi saya pikir tidak ada

pro kontra yang demikian tajam.

6. Bagaimana cara menggabungkan tulisan dalam berita-berita tersebut dengan

space yang sedikit? Sementara naskah-naskah mentah dari reporter pasti

banyak. Bagaimana proses mengedit naskah-naskah tersebut supaya sampai

muat dalam satu layout?

Kalau di Republika itu ada divisi namanya redaksi koran, redaksi online dan

newsroom. Nah newsroom ini yang membawahi reporter-reporter. Jadi koran tidak

memesan langsung ke reporter, online juga tidak memesan langsung ke reporter.

Online akan memesan ke newsroom yang bersangkutan. Misalnya ada newsroom

desk nasional, ada newsroom desk kabar kota, ada newsroom desk agama kami

memesan kesitu. Tolong reporternya suruh gali ini, nanti mereka yang kemudian

menyebar reporter. Kami tinggal lihat di kantong berita terkait itu. Nah dari berita

 

Page 101: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

tersebut kami saring lagi, katakanlah mereka belanja-belanja bahan masakannya, nah

kami disini yang memasaknya. Jadi redaktur pilih-pilih yang mana yang relevan

karena koran tidak punya kebebasan ruang seperti online jadi kami harus benar-benar

selektif, mana tulisan yang benar-benar perlu diketahui pembaca atau mana tulisan

yang bisa membentuk persepsi pembaca besok, jadi tidak asal naik, jadi pada hari itu

tidak sedikit tulisan wartawan yang tidak naik dikoran. Biasa kita ambil sedikit-

sedikit petikan-petikan dari berita mereka untuk kemudian menghasilkan sebuah

tulisan yang akan membentuk persepsi di masyarakat. Seperti itu kalau disini, banyak

reporter kemudian kami disini menggabungkan. Bukan kemudian reporter yang bikin

tulisan jadi.

7. Apa saja kriteria-kriteria narasumber yang akan diwawancarai?

Kalau dalam kasus ini karena peristiwa kita tentu cari lingkaran yang paling dalam

dulu, misalnya kita harus dapat si matahari itu. Entah itu tetangganya Novel, entah itu

Novelnya sendiri, entah itu keluarganya Novel, entah itu kolega Novel di KPK, entah

itu kepolisian yang sedang bertugas di tempat itu, misalnya polsek kelapa gading.

Yang lebih dekat dengan dia dulu karena ini peristiwa. Kemudian setelah itu, orang-

orang terdekat kita sudah wawancara, kemudian kita cari orang yang berkompeten

untuk berkomentar dalam kasus ini siapa. Apakah ketua KPK misalnya karena dia

punya kepentingan untuk memberantas korupsi, kementrian terkait kemudian

presiden jika dia mau bicara, atau kemudian tokoh-tokoh anti korupsi atau tokoh-

tokoh masyarakat. jadi lebih mengalir sumber-sumbernya. Sumber-sumber yang

sekunder lebih kami pilih berdasarkan pesan apa yag akan kami sampaikan. Sumber-

sumber primer kami pilih yang paling dekat dengan peristiwa.

8. Apa efek dari pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan ini?

Efeknya kemudian kami kira semakin kuat dorongan untuk penuntasan kasus ini jadi

yang kita hendaki, kemudian mucul dorongan untuk menuntaskan kasus ini dari

masyarakat untuk pegawai KPK agar mengeluarkan perpu dan sebagainya.

Sayangnya bukan hanya Republika maupun Tempo maupun media mainstream yang

lain yang memerintah agar pemerintah bertindak serius dalam hal ini. Kami sudah all

out sekali memberitakan hal ini semua di media, mau tv, mau online atau koran.

Tetapi sayangnya tidak ada reaksi yang kami harapkan dari pemerintah. Progres

 

Page 102: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

untuk menuntaskan kasus ini. Kalau dari reaksi masyarakat karena sebenarnya di

media massa terutama mainstream selain memicu reaksi masyarakat, lebih utama

memicu reaksi yang membuat kebijakan. Anehnya dalam kasus Novel ini, sudah kita

beritakan sebanyak apapun tetapi pemerintah tidak bergeming. Kita tidak tahu

kenapa, tetapi tidak selesai-selesai kasus ini.

9. Media mana saja yang menjadi rujukan Harian Republika untuk mengambil

kutipan atau berita?

Saya pikir kalau sekarang karena sudah sedemikian tua, sudah dua puluh tahun lebih

Republika. Jadi lebih pada persaingan, kita sudah tidak melihat lagi rujukan-rujukan

begitu. Kita sudah punya standar sendiri, karena semua media Republika sudah punya

standar sendiri sudah tidak mengikuti media lain. Dalam banyak hal media-media

mainstream sekarang sudah punya aturan sendiri-sendiri. Dalam banyak hal sudah

punya pasar sendiri-sendiri, katakanlah Kompas lebih kepada sekuler menengah

keatas, Tempo lebih kepada yang liberal, Republika lebih kepada yang Islam,

kemudian Media Indonesia lebih kepada yg pro kepemerintah. Seperti itu sudah ada

aturannya sendiri. Jadi kita tidak khawatir merujuk dia besok mau bikin apa. Sudah

tidak rebutan pembaca lagi. Untuk berita internasional, prinsipnya sama juga kita cari

yang paling dekat. Misalnya kalau kejadiannya di Iran, kita cari IRNA bagaimana.

Kalau kejadiannya di Arab Saudi kita cari di Arabnews bagaimana kalau misalnya di

Inggris, BBC bagaimana. Jadi punya kantor berita masing-masing. Kita tidak

rmerujuk sebuah media tetapi lebih kepada kantor berita. Jadi bukan soal rujukannya

tetapi lebih kepada kedekatan media tersebut kepada kejadian.

 

Page 103: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

10. Bagaimana Latar Belakang Pendidikan, agama, budaya dan politik redaktur

dalam mengedit berita?

Saya lahir dari keluarga Islam NU, tetapi tidak terlalu nahdin. Saat ini saya tinggal di

kelapa dua Depok, saya asli Jawa tetapi besar di Papua. Saya besar di Papua, dan saya

melihat banyak kejadian-kejadian negara yang tidak adil dengan Papua, orang Papua

itu punya hak untuk merdeka karena mereka dilakukan seperti itu. Sumber daya

diambil tetapi hak nya tidak diberi. Pendidikan mereka ditelantarkan. Mungkin itu

yang membentuk saya. Banyak hal-hal yang tumbuh bersama sayayang melalui buku

yang saya baca , buku favorit saya tahun 1984 George Orwell, terutama Al-Qur’an.

Saya alumni Universitas Islam Indonesia Jogja. Saya sudah 10 tahun bekerja di

Republika dan menjadi redaktur sejak 3 tahun yang lalu. Saya termasuk orang yang

memegang nilai-nilai Islam dalam jurnalistik, karena kadang-kadang orang bilang

jurnalisme itu tidak punya agama,jadi itu omong kosong. Semua jurnalisme itu punya

agama. Tinggal bagaimana kita melakukan agama itu dalam jurnalistik. Saya fikir

dalam banyak hal, Islam itu dekat sekali dengan jurnalisme. Contohnya tabayun, kita

tidak boleh percaya saja orang bicara apa, harus mencari kebenaran yang sebenarnya

bagaimana. Dalam konteks amar ma’ruf nahi munkar kita harus memberitahu orang

ini salah, menyiram orang pakai air keras itu salah, itulah nahi munkar, amar ma’ruf

mengajak orang agar tidak korupsi dan menaati nilai-nilai keadilan. Nilah-nilai Islam

yang saya pegang dalam jurnalistik. Rasulullah bilang kita tidak boleh membicarakan

orang dibelakang, nah itu kita terapkan jadi cover both side. Kami kalau nuduh orang

sesuatu, orangnya harus dihadirkan sebagaimana diprofesi kami dalam hal tersebut,

kami hadirkan. Jadi tidak membicarakan dia dibelakang. Jadi yang kami lakukan di

Republika itu menanamkan nilai-nilai Islam dalam jurnalistiknya. Kalau pandangan

politik, saya tidak suka di labelin karena membuat kita kotak-kotak. Saya masih

terbuka sejauh ini, tidak ada yang saya anut dengan begitu taat kecuali Al-Qur’an dan

Hadist yang sudah paten.

 

Page 104: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

11. Bagaimana pendapat redaktur dengan adanya kasus Novel Baswedan yang

belum terungkap pelakunya setelah setahun kejadian?

Kami sangat menyayangkan, karena ini peristiwa yang buruk sekali. Saat dirimu

menyakiti ujung tombak korupsi tetapi dirimu tidak dihukum, akan banyak orang

yang punya pemikiran serupa. Saat nanti orang besar punya kasus seperti itu. Dia

tinggal mengirim saja centengnya gitu untuk menghabiskan. Buat intimidasi yang

menyelidiki kasusnya. karena yang Novel saja tidak terungkap, pikirannya dia

mungkin nanti ah Novel saja tidak terungkap iseng-isenglah yang ini kita gituin. Itu

yang bahaya. Jadi kadang-kadang kejahatan itu bukan soal kejahatannya semata tetapi

memang itu dampaknya bagaimana, apa efek yang ditimbulkan. Yang terjadi dari

kasus Novel itu yang mengerikan, karena itu akan membuat orang yang ingin

melakukan korupsi itu punya ide yang nyeleneh. Itu yang harus dijaga. Makanya mau

tidak mau, kasus ini harus selesai bagaimanapun caranya, mau setahun dua taun harus

selesai. Orang-orang harus tahu kalau di Indonesia dirimu tidak bisa melukai

penetidak hukum kemudian lari dan tidak dapat hukuman. Jadi itu yang kami

tekankan dan sangat kami sayangkan. Makanya setelah setahun, kasus ini terus kami

dorong walaupun kadang-kadang bukan di halaman depan, mungkin di halaman

dalam, halaman nasional, di rubrik politik, rubrik nasional, kami dorong terus kasus

ini. Karena penting sekali. Tanggapan kami terhadap polisi sekarang ya kami sangat

menyayangkan kepolisian yang lamban bergerak, bahkan seperti tidak ada kemajuan.

Kami menyayangkan juga presiden yang tidak punya sikap apa-apa, tanggapannya

seperti itu.

12. Bagaimana gambaran geografis, historis, sosial budaya Republika?

Awalnya itu dimulai pada ujung orde baru, Soeharto mulai merapat ke Islam setelah

sekian lama mebantai orang Islam, politik Islam ditekan sekian lama, kemudian pada

akhir-akhir masa pemerintahannya itu dia mulai ada kedekatan dengan umat Islam.

Kemudian orang-orang di Republika yang sebelumnya berdiri ICMI (Ikatan

Cendikiawan Muslim Indonesia) berpikir kita kan mayoritas, tetapi tidak punya suara.

Jadi mereka punya ide, bagaimana kalau membuat media sendiri. Waktu itu ketua

ICMI nya Habibie yang kebetulan juga wakil presiden. Kemudian kita buat turunan

 

Page 105: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

dari masyarakat. Kemudian diwajibkan ke pegawai negeri yang Islam untuk

membantu mendanai, yaitu takaful muamalah dan Republika. Republika di media

massa nya, muamalah di perbankan, takaful di asuransi. Jadi tiga itu didanai PNS

yang muslim dan sumbangan masyarakat muslim. Kemudian Republika berdiri tahun

1992 kita mengambil banyak sekali wartawan senior dari Berita Buana, wartawan

Tempo masuk, dari wartawan yang lain masuk, kemudian jadilah Republika. Dari situ

kita bertahan-bertahan, kita walaupun waktu itu lahir orde baru katakanlah tetapi orde

baru juga sudah kita kritik sebelum jatuh, orde baru jatuh kemudian kita kehilangan

patron. Jadi secara ekonomi cukup mengkhawatirkan dan kemudian setelah 2004-

2005 diambil Erick tohir. Republika jadi entitas yang komersil yang tidak terikat oleh

orde manapun. Semenjak itu kemudian Republika menjadi media yang lebih

komersil dan independen. Tetapi core nya dari awal sampai sekarang tetap

kebangsaan, keumatan, keIslaman dan ekonomi kerakyatan. Jiwanya tidak pernah

berubah dari dulu. Mengutamakan kepentingan bangsa, kepentigan umat. Tempatnya

sejak awal di Jakarta Selatan cetaknya di Pulogadung, juga ada cabang di Jogja, Jawa

Barat dekat gedung sate.. Kalau jangkauannya masih sampai mana-mana.

Kalimantan, Padang, Riau, NTB, Sulawesi dan lain-lain.

13. Bagaimana Segmentasi Khalayak Pembaca Republika?

Secara intinya tentu yang lagi beriringan dengan naik daunnya Republika yaitu kelas

menengah muslim. Dulu orang Islam dianggapnya miskin di Indonesia, dianggap

tidak berpendidikan, sekarang ada generasi baru seperti kita, berpendidikan, pakai

jilbab katakanlah dia sudah mempunyai sikap-sikap politik yang Islami, dia memilih

gaya hidup yang lebih cenderung kekanan. Jadi ada segmentasi yang sedang naik

daun di Indonesia. Segmen kelas menengah muslim. Republika lebih dekat ke

spektrum tersebut yang kebetulan sekarang atidak lebih dekat katakanlah ke

muhammadiyah, atidak kesitu. Kalau anda menanyakan pasarnya Republika sekarang

siapa, itu kelas menengah muslim. Karena bukan semata sebagai pasar tetapi kami

percaya bahwa orang-orang ini yang akan menentukan Indonesia kedepannya. Bukan

orang-orang Islam maupun non muslim yang kaya ataupun yang tidak terlalu kaya.

Tetapi yang kelas menengah ini yang mereka baca buku, mereka paham melek

 

Page 106: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

teknologi, mereka paham dengan sosiopolitiknya negra-negara, mereka punya

wawasan luas. Orang ini yang menentukan negara kedepannya bagaimana. Jadi

sasaran Republika. Jadi timbal balik antara mereka dan Republika, mereka punya isu

yang mereka anggap penting, kita mainkan. Kita punya isu yang perlu mereka tahu,

kita mainkan. Jadi ada timbal balik. Tetapi bahayanya disitu, saat mereka akan

cenderung ke kanan Republika juga karena dia punya pasar seperti itu, akan

terdorong kekanan. Kalau menengah muslim itu lebih ke kiri atau tengah, Republika

akan mengikuti alur mereka. Karena ada timbal balik antara Republika dan mereka,

pasarnya disitu.

 

Page 107: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Struktur Redaksi Harian Tempo

Adapun struktur redaksional Harian Tempo sebagai berikut: 1

Posisi Jabatan Nama

Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Budi Setyarso

Redaktur Eksekutif Philipus Parera

Redaktur Pelaksana (Nasional & Hukum) Anton Aprianto

Redaktur Utama (Nasional & Hukum) Anton Septian, Dodi Hidayat,

Sunudyantoro

Redaktur (Nasional & Hukum) Agung Sedayu, Efri Ritonga, Endri

Kurniawati, Juli Hantoro, Rusman

Paraqbueq, Stefanus Teguh Edi

Pramono

Staf Redaksi (Nasional & Hukum) Amirullah, Francisco Rosarians Enga

Geken, Hussein Abri Y.M Dongoran,

Indri Maulidar, I Wayan Agus

Purnomo, Kodrat Setiawan, Linda

Novi Trianita, Prihandoko,

Raymundus Rikang R.W., Rina

Widiastuti, Syailendra Persada

Redaktur Pelaksana (Ekonomi & Media) Yandhrie Arvian

Redaktur Utama (Ekonomi & Media) Agoeng Wijaya, Yudono Yanuar

Redaktur (Ekonomi & Media) Ali Nur Yasin, Dewi Rina Cahyani,

Eko Ari Wibowo, Fery Firmansyah,

Retno Sulistyowati, Rr. Ariyani

Staf Redaksi (Ekonomi & Media) Aditya Budiman, Ali Ahmad

Hidayat, Andi Ibnu Masri, Khairul

Anam, Martha W. Silaban, Putri

Adityowati, Robby Irfany Maqoma

1 Data diambil dari Harian Tempo edisi 30 September 2018

 

Page 108: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Redaktur Pelaksana (Investigasi) Bagja Hidayal

Redaktur (Investigasi) Mustafa Silalahi

Staf Redaksi (Investigasi) Erwan Hermawan, Istman

Musaharun

Redaktur Pelaksana (Internasional) Iwan Kurniawan

Redaktur (Internasional) Abdul Manan, Mahardika Satria

Hadi, Maria Rita Ida Hasugian,

Sukma Loppies

Staf Redaksi (Internasional) Budi Riza, Sita Planasari

Reporter (Internasional) Choirul Aminudin

Redaktur Pelaksana (Seni &Intermezo) Seno Joko Suyono

Redaktur Utama (Seni &Intermezo) Nurdin Kalim

Redaktur (Seni &Intermezo) Mustafa Ismail

Staf Redaksi (Seni &Intermezo) Dian Yuliastuti, Moyang Kasih Dewi

Merdeka

Redaktur Pelaksana (Sains & Sport) Firman Atmakusuma

Redaktur Utama (Sains & Sport) Nurdin Saleh

Redaktur (Sains & Sport) Irfan Budiman

Staf Redaksi (Sains & Sport) Afrilia Suryanis, Amri Mahbub,

Erwin Prima Putra Z., Febriyan,

Gabriel Wahyu Titiyoga, Indra

Wijaya, Nur Haryanto

Redaktur Pelaksana (Gaya Hidup) Sapto Yunus

Redaktur Utama (Gaya Hidup) Rini Kustiani, Tulus Wijanarko, Yos

Rizal Suriaji

Redaktur (Gaya Hidup) Nunuy Nurhayati, Reza Maulana

Staf Redaksi (Gaya Hidup) Aisha Shaidra, Dini Pramita, Larrisa

Huda, Mitra Tarigan, Nur Alfiyah

Bt. Tarkhadi, Praga Utama

Reporter (Gaya Hidup) Annisa Lucyana, Yunia Pratiwi

 

Page 109: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Redaktur Pelaksana (Metro) Jajang Jamaluddin

Redaktur (Metro) Dwi Arjanto, Jobpie Sugiharto,

Suseno, Tjandra Dewi, Zacharias

Wuragil

Staf Redaksi (Metro) Ali Anwar, Devy Ernis, Gangsar

Parikesit, Linda Hairani, Untung

Widyanto

Reporter (Metro) Avit Hidayat, Inge Klara Safitri,

Ninis Chairnia

Kepala Pengembangan Produk Digital Yosep Suprayogi

Infografis Fitra Moerat Ramadhan Sitompul

(Redaktur), Gadi Kurniawan

Makitan, Sadika Hamid

Video Ngarto Februana (Redaktur), Ryan

Maulana, Ridian Eka Saputra, Dwi

Oktaviane

Media Sosial Ferdinand Akbar (Koordinator),

Abdur Rohim Latada

Redaktur (Indonesiana ) Istiqomatul Hayati

Staf Redaksi (Indonesiana ) Cheta N. Prasetyaningrum

Pengembangan Komunitas Rob Januar

 

Page 110: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Struktur Organisasi dan Struktur Redaksional Harian Republika

Struktur organisasi Harian Republika yaitu sebagai berikut:2

Struktur Organisasi Harian Republika

Posisi Jabatan Nama

Komisaris Utama Erick Thohir

Wakil Komisaris Utama Muhammad Lutfi

Komisaris R Harry Zulnardy, Adrian

Syarkawie, Rosan P Roeslani

Direktur Utama Agoosh Yoosran

Wakil Direktur Utama Mira Rahardjo Djarot

Direktur Operasional Arys Hilman Nugraha

Direktur Marketing Ronggo Sadono

Manajer Senior Keuangan, SDM,

dan Umum

Ruwito Brotowidjojo

Manajer Senior Pengembangan

Klien

Yulianingsih Yamin

Manajer Iklan dan Pengembangan

Daerah

Indra Wisnu Wardhana

Manajer Produksi Nurrokhim

Manajer Promosi dan Event HR Kurniawan

Manajer TI Mohamad Afif

Struktur Redaksional Harian Umum Republika

Posisi Jabatan Nama

Pemimpin Redaksi Irfan Junaidi

Wakil Pemimpin Redaksi Nur Hasan Murtiaji

Redaktur Pelaksana Koran Subroto

2 Data diambil dari Harian Republika edisi 24 September 2018

 

Page 111: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Redaktur Pelaksana Newsroom Maman Sudiaman

Redaktur Pelaksana Online Elba Damhuri

Redaktur Khusus Ikhwanul Kiram Mashuri

Redaktur Senior Agung P Vazza

Wakil Redaktur Pelaksana

Firkah Fansuri, Heri Ruslan,

Kumara Dewatasari, Joko

Sadewo Asisten Redaktur

Pelaksana: Priyantono Oemar,

Stevy Maradona, Ferry

Kisihandi, Mansyur Faqih, Didi

Purwadi, Muhammad Subarkah,

Budi Raharjo, Edwin Dwi

Putranto

Sekretaris Redaksi Hamidah Sagaf

Perwakilan Jawa Barat:

Rachmat Santosa Basarah

(Kepala Perwakilan), Irfan Fitrat

Pribadi (Kepala Redaksi)

Perwakilan DIY jateng dan jatim: Haryadi B Susanto (Kepala

Perwakilan) Yusuf Assidiq

(Kepala Redaksi)

Wartawan Senior Harun Husein, Nurul S

Hamami, Selamat Ginting, Siwi

Tri Puji Budiwiyati, Rakhmat

Hadi Sucipto

Kepala Desain Sarjono

Kepala Infografis Muhamad Ali Imron

Kepala Penyunting Bahasa Ririn Liechtiana

Kepala Digital Desi Purwo Wijianto

 

Page 112: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

 

Page 113: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

 

Page 114: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

 

Page 115: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

 

Page 116: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Headline berita Harian Tempo edisi 12 April 2017

 

Page 117: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

 

Page 118: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Headline berita Harian Republika edisi 12 April 2017

 

Page 119: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Wawancara bersama wartawan Harian Tempo, Indri Maulidar.

 

Page 120: KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44804/1/SITI AFIFAH-FDK.pdf · Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode

Wawancara bersama redaktur Harian Republika,Fitriyan Zamzami.