hakikat nilai

3
HAKIKAT NILAI 1. Doni Koesoema (2007) mendefinisikan nilai sebagi kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. 2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai standar atau ukuran (normal) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Ada nilai materialistis yang berkaitan dengan ukuran harta pada diri kita, ada nilai kesehatan yang mengungkapkan tentang signifikasi kesehatan dalam pandangan kita, ada nilai ideal yang mengungkapkan tentang kedudukan keadilan dan kesetiaan dalam hati kita, serta ada nilai nilai-nilai sosiologis yang menunjukkan signifikasi kesuksesan dalam kehidupan praktis dan nilai-nilai yang lain. 3. Sorokin dalam Capra (2002) mengungkapkan tiga sistem nilai dasar yang melandasi semua manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: Sistem nilai indriawi menekankan bahwa nilai-nilai indriawi (materi) merupakan realitas akhir (ultima), dan bahwa fenomena spiritual hanyalah suatu manifestasi dari materi. Sistem nilai ideasional berada pada ekstrem lain dimana realitas nilai sejati berada di luar dunia materi (berada dalam alam spiritual), dan bahwa pengetahuan sejati dapat diperoleh melalui pengalaman batin. Sistem idealistis yang merupakan perpaduan harmonis dan seimbang Antara kedua nilai ekstrem indriawi dan ideasional tersebut. 4. Esensi dari pendapat Max Scheller sekitar persoala nilai dapat dirangkum sebgai berikut:

Upload: qy-qizwa-andini

Post on 15-Feb-2016

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

task

TRANSCRIPT

Page 1: HAKIKAT NILAI

HAKIKAT NILAI

1. Doni Koesoema (2007) mendefinisikan nilai sebagi kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu

dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi

kepentingan tertentu.

2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai standar atau

ukuran (normal) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Ada nilai materialistis yang

berkaitan dengan ukuran harta pada diri kita, ada nilai kesehatan yang mengungkapkan tentang

signifikasi kesehatan dalam pandangan kita, ada nilai ideal yang mengungkapkan tentang

kedudukan keadilan dan kesetiaan dalam hati kita, serta ada nilai nilai-nilai sosiologis yang

menunjukkan signifikasi kesuksesan dalam kehidupan praktis dan nilai-nilai yang lain.

3. Sorokin dalam Capra (2002) mengungkapkan tiga sistem nilai dasar yang melandasi semua

manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: Sistem nilai indriawi menekankan bahwa nilai-nilai

indriawi (materi) merupakan realitas akhir (ultima), dan bahwa fenomena spiritual hanyalah

suatu manifestasi dari materi. Sistem nilai ideasional berada pada ekstrem lain dimana realitas

nilai sejati berada di luar dunia materi (berada dalam alam spiritual), dan bahwa pengetahuan

sejati dapat diperoleh melalui pengalaman batin. Sistem idealistis yang merupakan perpaduan

harmonis dan seimbang Antara kedua nilai ekstrem indriawi dan ideasional tersebut.

4. Esensi dari pendapat Max Scheller sekitar persoala nilai dapat dirangkum sebgai berikut:

a. Ia membantah anggapan Immanuel Kant bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk

memenuhi kewajiban. Kewajiban bukanlah unsur primer, melainkan mengikuti apa yang

bernilai.

b. Nilai-nilai itu bersifat material (berisi, lawan dari formal) dan apriori.

c. Harus dibedakan dengan tajam Antara nilai-nilai itu sendiri (werte, values) dan apa yang

bernilai/realitas bernilai (gutter, goods).

d. Cara menangkap nilai bukan dengan pikiran, melainkan dengan suatu perasaan intensional

(tidak dibatasi denagn perasaan fisik atau emosional, melainkandengan keterbukaan hati atau

budi).

e. Ada empat gugus nilai yang mandiri dan jelas berbeda Antara satu dengan lainnya, yaitu: (1)

gugus nilai-nilai sekitar yang enak dan yang tidak enak, (2) gugus nilai-nilai vital sekitar yang

luhur dan yang hina, (3) gugus nilai-nilai rohani, (4) gugus nilai-nilai tetinggi sekitar yang

kudus dan yang profane yang dihayati manusia dalam pengalaman religius. Hierarki sekitar

gugus nilai ini bersifat apriori, artinya terlepas dari segala pengalaman.

Page 2: HAKIKAT NILAI

f. Pada gugus ketiga (nilai-nilai rohani) dan gugus keempat (sekitar nilai-nilai yang kudus). Ada

tiga macam nilai rohani, yaitu: (1) nilai estetik, (2) nilai-nilai yang benar dan yang tidak

benar, dan (3) nilai-nilai pengertian kebenaran murni, yaitu bernilainya pengetahuan karena

pengetahuan itu sendiri dan bukan karena ada manfaatnya.

g. Corak kepribadian, baik orang per orang maupun sebuah komunitas, akan ditentuakan oleh

nilai-nilai mana yang dominan.

Dari penjelasan tentang nilai tersebut, sebenarnya dapat disimpulkan tiga hal, yaitu:

a. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal)

b. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup dikenal.

c. Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah sampai dengan yang

tertinggi.