bab ii tinjauan pustaka a. nilai-nilai pendidikan islameprints.umm.ac.id/59203/3/bab ii.pdfyang...

21
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nilai-nilai Pendidikan Islam Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila ia bermanfaat pada kaca mata manusia yang berfungsi memberikan penilaian. Jadi, nilai merupakan kualitas dari sesuatu. Secara etimologis, nilai berasal dari bahasa Inggris/Latin value yang artinya kuat, baik, berharga. Secara sederhana nilai adalah sesuatu yang berharga baik menurut standar logika, estetika, etika, agama, hukum, dan menjadi acuan keyakinan diri maupun kehidupan. 21 Bernilai atau tidaknya sesuatu bergantung pada seberapa jauh ia dapat memenuhi kepentingan manusia secara lahir dan batin. Nilai menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, maupun perilaku. Sedangkan menurut Hamid Darmadi nilai merupakan kajian dalam bidang filsafat. Istilah nilai dipakai dalam bidang filsafat untuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan, dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. 22 21 Suyatno. (2012). Nilai, Norma, Moral, Etika dan Pandangan Hidup Perlu Dipahami oleh Setiap Warga Negara dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, PKn Progresif 7 (1) Juni, hal. 36 22 Bekti Taufiq AN dan Mustaidah. (2017). Identifikasi Nilai-nilai Pendidikan Islamdalam Perberdayaan Masyarakat pada PNPM Mandiri, Jurnal Penelitian 11 (1) Februari, hal. 74-75

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Nilai-nilai Pendidikan Islam

    Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila ia bermanfaat pada kaca mata

    manusia yang berfungsi memberikan penilaian. Jadi, nilai merupakan kualitas

    dari sesuatu. Secara etimologis, nilai berasal dari bahasa Inggris/Latin value yang

    artinya kuat, baik, berharga. Secara sederhana nilai adalah sesuatu yang berharga

    baik menurut standar logika, estetika, etika, agama, hukum, dan menjadi acuan

    keyakinan diri maupun kehidupan.21

    Bernilai atau tidaknya sesuatu bergantung

    pada seberapa jauh ia dapat memenuhi kepentingan manusia secara lahir dan

    batin.

    Nilai menurut Abu Ahmadi dan Noor Salimi adalah suatu seperangkat

    keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang

    memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan,

    maupun perilaku. Sedangkan menurut Hamid Darmadi nilai merupakan

    kajian dalam bidang filsafat. Istilah nilai dipakai dalam bidang filsafat untuk

    kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan, dan kata kerja

    yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan

    penilaian.22

    21

    Suyatno. (2012). Nilai, Norma, Moral, Etika dan Pandangan Hidup Perlu Dipahami

    oleh Setiap Warga Negara dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, PKn Progresif 7 (1)

    Juni, hal. 36 22

    Bekti Taufiq AN dan Mustaidah. (2017). Identifikasi Nilai-nilai Pendidikan

    Islamdalam Perberdayaan Masyarakat pada PNPM Mandiri, Jurnal Penelitian 11 (1) Februari,

    hal. 74-75

  • 20

    Nilai merupakan kapasitas manusia yang dapat diwujudkan dalam

    bentuk gagasan atau konsep, kondisi psikologis atau tindakan yang berharga

    (nilai subjek), serta berharganya sebuah gagasan atau konsep, kondisi

    psikologis atau tindakan (nilai objek) berdasarkan standar agama, filsafat

    (etika dan estetika) serta norma-norma masyarakat (rujukan nilai) yang

    diyakini oleh individu sehingga menjadi dasar untuk menimbang, bersikap

    dan berperilaku bagi individu dalam kehidupan pribadi maupun

    bermasyarakat (value system). Nilai-nilai pendidikan Islam yang dimaksud

    dalam penelitian ini adalah nilai-nilai keimanan (akidah), nilai-nilai ibadah

    dan nilai akhlak.23

    Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu bisa

    disukai, diinginkan, bergunam dan dihargai sehingga dapat menjadi objek

    bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi

    makna dalam hidup, yang memberikan dalam hidup titik tolak, isi, dan tujuan.

    Nilai artinya sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

    Selain itu, nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia

    yang sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia empiris. Nilai

    berhubungan dengan pandanan seseorang tentang baik dan buruk dan lain

    sebagainya sehingga standar itu akan mewarnai perilaku manusia. Pandangan

    seseorang tentang semua itu tidak bisa diraba tapi bisa diketahui dari perilaku

    yang bersangkutan.24

    23

    Shapiah. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Kelahiran pada Adat

    Banjar, Mu’adalah 3 (1), Januari-Juni, hal. 69 24

    Iskandar. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Islam di Perpustakaan : Sebuah Pemikiran,

    Jupiter 14 (1), hal. 21

  • 21

    Dilihat dari asal datangnya nilai dalam perspektif Islam terdapat dua

    sumber nilai, yakni Tuhan dan manusia. Nilai yang datang dari Tuhan adalah

    ajaran-ajaran tentang kebaikan-kebaikan yang terdapat dalam kitab suci. Nilai

    yang merupakan firman Tuhan bersifat mutlak, tetapi implementasinya dalam

    bentuk perilaku merupakan penafsiran terhadap firman tersebut yang bersifat

    relatif.25

    Kehidupan manusia tidak terlepas dari sebuah nilai dan nilai tersebut

    yang nantinya akan diinstitusikan melalui upaya pendidikan. Hal ini sesuai

    dengan hakikat pendidikan yaitu proses transformasi dan internalisasi nilai.

    Maka dari itu, suatu pendidikan harus mengandung beberapa unsur pokok

    yang mengarah kepada pemahaman dan pengamalan secara menyeluruh.

    Pokok yang harus diperhatikan adalah proses dalam pembiasaan terhadap

    nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai.26

    Hal tersebut sejalan dengan teori Kniker tentang nilai, yaitu “ A value as a

    cluster of attidues which generates either an action or a decision to deliberately

    avoid an action” (Nilai sebagai sekumpulan sikap yang menghasilkan tindakan

    atau pengambilan keputusan secara terencana untuk menghindari suatu

    tindakan). Melengkapi teori tersebut, pendidikan Islam menurut Daradjat dkk

    adalah proses yang dilakukan untuk membentuk manusia sehingga terjadi

    perubahan sikap dan tingkah laku sesuai petunjuk ajaran Islam.27

    25

    Nasri Kurnialoh. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Serat Sastra

    Gendhing, Ibda’ Jurnal Kebudayaan Islam 13 (1) Januari-Juni, hal. 100 26

    Ibrahim Hasan. (2017). Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Al-Quran (Telaah surah Al-

    Fatihah), At-Tazakki 1 (1) Juli, hal. 58 27

    Nida Shofiyah, dkk. (2017). Nilai-nilai Pendidikan dalam Film Iqro,’Ta’lim 15 (2),

    hal. 106

  • 22

    Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

    agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan

    dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang akan

    memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat.

    Pendidikan menurut John Dewey merupakan proses pembentukan kecakapan

    fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama

    manusia.28

    Undang Undang No. 20 Tahun 2003 merupakan usaha sadar dan

    terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

    kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepibadian, kecerdasan, akhlak mulia,

    serta keterampilan yang diperlukan untuk diri, masyarakat, bangsa, dan

    negara.29

    Pendidikan bisa dibagi menjadi dua dilihat dari sudut pandangan, yaitu

    segi pandangan individu dan pandangan masyarakat. Pendidikan dari degi

    pandangan individu beranggapan bahwa manusia di atas dunia ini mempunyai

    sejumlah atau seberkas kemampuan yang sifatnya umum pada setiap manusia

    sama umumnya dengan kemampuan melihat dan mendengar tetapi berbeda

    derajat menurut masing-masing orang seperti halnya pancaindra juga.

    Melalui pandangan masyarakat, pendidikan diakui bahwa manusia

    memiliki kemampuan-kemampuan asal dan bahwa anak-anak itu mempunyai

    benih-benih segala yang telah dicapai dan dapat dicapai oleh manusia. Ia

    menekankan pada kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan

    28

    Sutrisno dan Muhyidin Albarobis. (2012). Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial.

    Jakarta : Ar-Ruzz Media. hal. 22 29

    Ibid, hal. 19

  • 23

    mencarinya pada alam di luar manusia. Maksudnya mencari di sini adalah

    proses memasukkan sesuatu di luar seorang pelajar dan bukan proses

    mengeluarkan wujud yang di dalam pelajar tersebut. Kesimpulannya,

    pendidikan merupakan proses pemindahan kesimpulan penyelidikan yang

    seseorang itu tidak dapat melakukannya sendiri.30

    Pendidikan merupakan inti dan misi dari pengembangan ajaran Islam.

    Oleh karena itu pendidikan merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari

    misi dakwah Nabi Muhammad saw. Pendidikan Islam memerlukan usaha,

    kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup untuk mewujudkannya supaya bisa

    menunjang keberhasilannya. Hakikat pendidikan Islam adalah membentuk

    kepribadian muslim yang tidak hanya bersifat teoritis akan tetapi juga bersifat

    praktis sehingga yang terjadi dalam pendidikan Islam adalah pendidikan iman

    dan amal salehm karena ajaran Islam berisi karena ajaran Islam berisi tentang

    sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup

    individu maupun masyarakat, maka pendidikan Islam adalah pendidikan

    individu juga pendidikan masyarakat.

    Menurut HAMKA, pendidikan Islam merupakan pembentukan pribadi

    yang berbudi pekerti untuk mencapai kemajuan bangsa untuk mencapai

    kemuliaan.31

    Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang sadar dan

    bertujuan dan Allah telah meletakkan asas-asasnya bagi manusia dalam

    sebuah syariat. Pendidikan Islam adalah serangkaian proses yang sistematis

    30

    Hasan Galunggung. (1988). Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta :

    Pustaka Al-Husna. hal. 56-57 31

    Abdul Nashir. (2007). Buya Hamka dan M. Natsir tentang Pendidikan Islam, At-Ta’dib

    3 (1), Februari, hal. 69

  • 24

    terencana dan komprehensip dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada

    peserta didik dan mengembangkan potensinya sehingga mereka mampu

    melaksanakan tugasnya sebagai manusia di muka bumi sesuai dengan

    syariat.32

    Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah proses menuju perubahan ke

    arah yang positif. Hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Islam yaitu untuk

    menjaga dan memelihara fitrah peserta didik mengembangkan segala potensi

    yang dimiliki, dan mengarahkan potensi tersebut menuju kebaikan dan

    kesempurnaan, serta merealisasikan hal tersebut secara bertahap.

    Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial

    yang membawa penganutnya pada pengaplikasian ajaran Islam dalam

    kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam juga mempunyai kegunaan dalam

    rangka pembangunan dan pengembangan pendidikan Islamm bahkan

    Pendidikan Islam menjadi tolak ukur bagaimana Islam dengan umatnya telah

    memainkan peranannya dalam berbagai aspek sosial, politik, maupun budaya.

    Nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke

    arah kedewasaan, bersifat baik atau buruk sehingga berguna bagi

    kehidupannya yang diperoleh dari proses pendidikan yang tidak hanya

    dilakukan dalam satu tempat dan satu waktu. Proses pendidikan dihubungkan

    dengan eksistensi dan kehidupan manusia, dan nilai- nilai pendidikan

    diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu,

    sosial, religius, dan berbudaya.

    32

    Musthafa. (2015) Opcit. 166

  • 25

    Terdapat berbagai macam nilai Islam dalam Pendidikan Islam yang

    mendukung Islam dalam dunia pendidikan yang bahkan menjadi suatu sistem

    di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar dalam pengembangan jiwa peserta

    didik sehingga bisa menjadi output pendidikan yang sesuai dengan

    masyarakat di lingkungannya. Nilai pendidikan Islam merupakan sifat yang

    melekat pada pendidikan Islam yang digunakan manusia dalam mencapai

    tujuan hidupnya untuk mengabdi kepada Allah swt.

    Pendidikan Islam tidak hanya bertujuan sekedar proses transfer budaya

    atau ilmu pengetahuan tapi juga transfer nilai ajaran-ajaran Islam. Hakikatnya

    tujuan pendidikan Islam adalah menjadikan manusia yang bertakwa, manusia

    dapat mencapai kemenangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

    Menurut Ali Sarwan, nilai pendidikan Islam adalah ciri-ciri atau sifat

    khas Islami yang dimiliki sistem pendidikan Islam. Rajab Dauri mengatakan

    nilai-nilai pendidikan Islam adalah corak atau sifat yang melekat pada

    pendidikan Islam. Sedangkan Ruqaiyah M. berpendapat nilai-nilai pendidikan

    Islam adalah ada pada determinasi yang terdiri dari cara pandang, aturan dan

    norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu berkaitan dengan akidah,

    ibadah, syariah, dan akhlak. Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilai-

    nilai pendidikan Islam adalah ciri khas, sifat yang melekat yang terdiri dari

    aturan dan cara pandang yang dianut oleh agama Islam.33

    Nilai pendidikan Islam adalah sejumlah sifat-sifat dan ide yang penting

    dan berguna bagi manusia yang didapatkan dari proses pengembangan pribadi

    33

    M. Fitrianor. (2012). Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pelaksanaan Akikah dan

    Tasmiah di Kel. Baamang Hulu Kec. Baamang Kab. Kotim, Jurnal studi dan Masyarakat 6 (1)

    Juni, hal. 173

  • 26

    melalui proses pengajaran, pelatihan, pengalaman, pewarisan, atau

    pembudayaan dari generasi ke generasi sehingga terjadi perubahan sikap dan

    tingkah laku yang mendarah daging untuk melaksanakan perbuatan

    berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Quran dan

    Sunnah guna menggapai hakikat manusia. Nilai-nilai pendidikan Islam pada

    dasarnya berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang meliputi semua aspek

    kehidupan, baik itu hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia

    dengan manusia, maupun hubungan manusia dengan lingkungannya.

    Al-Quran menjadi sumber nilai pendidikan yang selalu berorientasi kepada

    pembentukan dan pengembangan umat manusia seutuhnya dan berlaku sepanjang

    zaman. Artinya, Al-Quran tidak hanya menjadi petunjuk bagi manusia dalam satu

    periode ataupun waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk bagi manusia secara

    umum dan selalu sesuai dengan tempat dan perkembangan zaman. Al-Quran yang

    juga merupakan dasar pokok pendidikan Islam di dalamnya mengandung sumber

    nilai yang absolut, eksitensinya tidak mengalami penyesuaian dengan konteks

    zaman, keadaan dan tempat.

    Isyarat Al-Quran tentang nilai-nilai pendidikan dan kebenarannya

    menjadi salah satu mukjizat yang sudah seharusnya menjadi sumber inspirasi

    dan motivasi dalam upaya menggali nilai-nilai pendidikan untuk

    diaktualisasikan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Secara garis besar,

    nilai-nilai pendidikan Al-Qur‟an meliputi nilai kebenaran metafisis (gaib),

    saintis (ilmu pengetahuan), dan moral (akhlak) yang seharusnya memandu

    manusia dalam membina kehidupan dan penghidupannya.

  • 27

    Nilai pendidikan Islam terdapat beberapa nilai yang mendukung

    pelaksanaan pendidikan, yaitu :

    1. Nilai Pendidikan Keimanan atau Tauhid

    Nilai pendidikan keimanan ini termasuk hal yang seharusnya menjadi fokus

    utama dari orang tua peserta didik dan tidak boleh ditinggalkan. Hal ini karena

    iman merupakan dasar utama sebagai seorang yang beragama Islam. Nilai

    keimanan harus diberikan sejak kecil agar si anak bisa mengenal Tuhannya

    dengan baik, tau bagaimana bersikap yang baik kepada Tuhannya, serta apa yang

    harus dilakukannya di dunia sebagai hamba-Nya. Melalui nilai pendidikan

    keimanan diharapkan agar peserta didik akan tumbuh dewasa menjadi insan yang

    beriman kepada Allah swt, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nyam

    dan bisa membentengi dirinya dari perbuatan dan kebiasaan yang buruk.

    2. Nilai Pendidikan Syariat

    Nilai pendidikan syariat merupakan standar atau ukuran yang telah

    dicapai seseorang dalam menaati peraturan Allah tentang pelaksanaan dari

    penyerahan diri secara total dan menyeluruh melalui ibadah secara

    langsung maupun tidak serta melalui hubungan sesama manusia.

    3. Nilai Pendidikan Ibadah

    Nilai pendidikan ibadah merupakan standar seseorang dalam

    mengamalkan suatu perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada

    Allah swt. Ibadah juga merupakan kewajiban seorang muslim yang tidak

    bisa dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan dasarnyam

    sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimanan tersebut.

  • 28

    4. Nilai Pendidikan Akhlak

    Nilai pendidikan akhlak merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan

    dari pendidikan Islam karena baik menurut akhlak maka baik juga menurut

    agamam begitu juga sebaliknya. Akhlak merupakan realisasi dari

    keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Secara umum ruang lingkup

    akhlak terbagi menjadi 3, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada

    manusia, dan akhlak kepada alam semesta.

    Nilai pendidikan akhlak adalah suatu standar atau ukuran tingkah laku

    seseorang dalam proses pembinaan, penanaman, dan pengajaranm pada

    manusia yang bertujuan menciptakan dan mensukseskan tujuan tertinggi

    agama Islam. Berhubung akhlak merupakan dasar utama dalam pembentukan

    pribadi manusia yang seutuhnya, maka pendidikan yang mengarah

    terbentuknya pribadi yang berakhlak merupakan hal pertama yang harus

    dilakukan karena akan melandasi kestabilan kepribadian manusia secara

    keseluruhan.

    5. Nilai Pendidikan Kisah Teladan atau Ibrah

    Isi Al-Quran juga ada yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang

    sudah terjadi yang mana peristiwa tersebut bisa menjadi pedoman hidup

    sehingga tidak disadari peserta didik akan mengetahui dirinya dan orang

    lain dan mempunyai sifat yang tunduk kepada Tuhan dan menghormati

    sesama. Keberadaan kisah ini bisa digunakan sebagai cara mendidik

    peserta didik yang cenderung menyukai kisah.

  • 29

    6. Nilai Pendidikan Kesehatan

    Kesehatan bukan hanya terbatas pada persoalan sakit kemudian

    dicarikan aubatnya, akan tetapi mampu menjaga atau mencegah dari hal-

    hal yang menimbulkan penyakit karena kesehatan dibutuhkan setiap orang

    begitu juga dengan orang Islam agar bisa melakukan kegiatan keagamaan

    dan dunia dengan baik. Orang yang bekerja butuh tubuh yang sehat begitu

    juga dengan orang yang melakukan ibadah.

    Mengingat pentingnya kesehatan, maka sudah seharusnya orang tua

    memperhatikan anak-anaknya dengan memasukkan pendidikan kesehatan

    sebagai unsur pokok. Selain itu, orang tua juga bisa mengajak anak untuk

    gemar berolahraga, memberikan keteladanan dalam menjaga lingkungan

    dan kebersihan dirim serta memberi pengetahuan tentang pentingnya

    kebersihan. Islam sangat memperhatikan tentang kebersihan, maka dari itu

    setiap anak harus diajarkan kebersihan karena Allah menyukai kebersihan.

    Hidup bersih bisa dibiasakan sejak kecil, maka para orang tua bisa

    mendidik anak dari kecil tentang kebersihan sehingga menjadi kebiasaan

    di kemudian hari.

    7. Nilai Pendidikan Seks

    Pendidikan seks adalah penerangan yang bertujuan untuk membimbing serta

    mengansuh tiap laki-laki dan perempuan sejak dari anak-anak sampai dewasa

    perihal kelamin pada umumnya dan kehidupan seks khususnya agar mereka

    bisa melakukan sebagaimana mestinya sehingga kehidupan berkelamin itu bisa

    mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Pendidikan seks juga

  • 30

    merupakan upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan masalah-masalah

    seksual kepada anak, sehingga setelah anak tumbuh menjadi seorang pemuda

    bisa memahami urusan-urusan kehidupan dan hal yang halal dan haram

    dilakukan. Nilai pendidikan seks diberikan kepada anak sejak anak

    mengenal masalah-masalah yang berkenaan dengan seks dan perkawinan

    agar saat anak beranjak dewasa bisa mengetahui mana yang baik dan mana

    yang buruk.34

    Setiap dimensi kehidupan mempunyai nilai-nilai pendidikan Islam yang

    dikategorikan, yaitu sebagai berikut :

    1. Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan manusia di

    dunia. Dimensi nilai kehidupan ini mendorong kegiatan manusia untuk

    mengelola dan memanfaatkan dunia agar bisa menjadi bekal untuk kehidupan

    di akhirat.

    2. Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia untuk meraih

    kehidupan akhirat yang membahagiakan. Dimensi ini menuntut manusia

    untuk tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang

    dimiliki, namun kemelaratan dan kemiskinan harus diberantas karena

    kemelaratan duniawi bisa mengantarkan manusia ke pintu kekufuran.

    3. Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara

    kepentingan hidup di dunia dan akhirat. Keseimbangan dan keserasian

    antara kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkal terhadap

    pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak kehidupan yang

    34

    Ibrahim Hasan, Op.cit, 62-64

  • 31

    menggoda ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial,

    kultural, ekonomis, maupun ideologis dalam kehidupan pribadi manusia.

    Berdasarkan dimensi-dimensi di atas, diharapkan bisa tercermin

    dalam diri seorang muslim secara utuh melalui proses pendidikan dengan

    sistem yang berbeda. Dari sini bisa diketahui bahwa dimensi nilai-nilai

    pendidikan Islam menekankan keseimbangan dan keselarasan dunia dan

    akhirat menjadi landasan idela yang harus dikembangkan dalam pribadi

    seorang muslim melalui pendidikan sebagai sarananya.35

    B. Sekilas Tentang Surah Al-An‘am

    Surah Al-An„am merupakan surah keenam dalam Al-Quran yang berisi

    165 ayat dan termasuk ke dalam golongan surah Makkiyah. Al-An„am

    termasuk dalam golongan surah Makkiyah karena surah ini turun kepada

    Nabi Muhammad saw sebelum beliau hijrah ke kota Madinah pada waktu itu.

    Semua surah Makkiyah berisi seruan kepada keimanan, agama tauhid, dan

    menegaskan batalnya kepercayaan syirik.

    Nama Al-An„am diambil dari dalam surah itu juga. Kata Al-An„am di

    dalamnya diulang sebanyak enam kali. Nama ini merupakan satu-satunya nama

    yang dikenal pada masa Nabi Muhammad, maka pada saat surah ini turun

    diberilah nama Al-An„am. Menurut sebuah riwayat menyatakan bahwa surah ini

    diturunkan sekaligus oleh 70.000 malaikat dengan mengalunkan tasbih.36

    35

    Iskandar. Op.cit, hal. 23-24 36

    Zahra Ridho Hasanah. Op,cit. hal. 27

  • 32

    Surah Al-An„am turun di Mekah, kecuali ayat 20, 23, 91, 93, 114, 151,

    152, dan 153. Ada yang berpendapat bahwa seluruh ayat turun di Mekah

    kecuali ayat 91 dan (151). Ada juga para ulama yang mengecualikan

    beberapa ayat. Menurut mereka ada 6 ayat yang turun setelah Nabi

    Muhammad saw hijrah ke Madinah, yaitu ayat 90 – 93 dan ayat 150 – 153.

    Ada juga yang menyebutkan hanya dua ayat, yaitu ayat 90 dan 91. Riwayat

    lain mengatakan hanya satu ayat yaitu ayat 90. Seluruh riwayat menjelaskan

    bahwa surah ini turun sekaligus karena isinya yang mengandung dalil-dalil

    ketauhidan, keadilan, kenabianm hari kiamat dan bantahan terhadap

    atheisme.37

    Menanggapi hal tersebut, Thahir ibn „Asyur menyatakan bahwa hal itu

    untuk menanggapi sementara kaum musyrikin yang menghendaki agar Al-

    Quran diturunkan sekaligus. Ini membuktikan bahwa Allah mampu

    menurunkan Al-Quran sekaligus tanpa berbeda kualitasnya. Akan tetapi Dia

    tidak menurunkan semua ayat-ayatnya demikian karena kemaslahatan

    menuntut untuk diturunkan secara berangsur-angsur.38

    Abu Ishaq al-Asfaraini berkata: “Sesungguhnya di dalam surah Al-An„am

    terdapat tiang-tiang pokok akidah tauhid. Penyusunan ini dan keletakan surah di

    tempatnya yang sekarang, sesudah Al-Maidah adalah tepat benar karena akhir

    dari surah Al-Maidah adalah pembatalan kepercayaan Nasrani yang menyatakan

    Isa Al-Masih anak Allah atau Allah sendiri, yang telah ditegur dengan keras dan

    37

    Departemen Agama RI. (2010). Al-Quran dan Tafsirnya Jilid III. Jakarta : Penerbit

    Lentera Abadi. hal. 64 38

    Munif Afifuddin. (2013). Konsep Pendidikan Akidah dalam Al-Quran surah Al-An’am

    Ayat 74-79 (Sebuah Analisis Tahlili) Skripsi. Semarang : IAIN Walisongo. hal. 54-55

  • 33

    dijelaskan bahwa kepercayaan itu kufur adanya dan sangat kacau balau”. Dalam

    surah Al-An„am juga bisa ditemukan kisah pengalaman Nabi Ibrahim yang

    merenung mencari hakikat Allah yang sejati.

    Nama Al-An„am juga tidak cerminan isi surah, yaitu binatang ternak.

    Binatang ternak hanya disebutkan dalam ayat 136 yang menceritakan

    beberapa kebiasaan jahiliyah terhadap binatang ternak. Berikutnya juga

    disebutkan beberapa binatang ternak yang disebutkan itu diharuskan untuk

    memakannya bagi orang Yahudi serta Islam. Karena hal itu nama surah diberi

    nama dengan surah Al-An„am.

    Selain hal-hal di atas, Al-An„am dimulai dengan pujian yaitu

    Alhamdulillah. Surah lain yang juga dimulai dengan Alhamdulillah adalah

    surah Al-Fatihah, Al-Kahfi, Saba‟ dan Fathir. Beberapa ahli tafsir

    mengatakan jika Al-Quran dibagi menjadi lima bagian, maka setiap

    bagiannya dimulai dengan pujian kepada Allah.39

    Pokok-pokok isi yang terkandung dalam surah Al-An„am diantaranya

    adalah keimanan yang membahas tentang bukti-bukti keesaan Allah serta

    kesempurnaan sifat-sifatNya; kenabian Nabi Muhammad; penegasan Allah

    atas kenabian Nabi Ibrahim, Ishaq, Ya„kub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub,

    Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Luth;

    penegasan tentang adanya risalah dan wahyu serta hari pembalasan dan hari

    kebangkitan; sesatnya kepercayaan orang musyrik dan keingkaran mereka

    terhadap hari Kiamat.

    39

    Hamka. (1993). Tafsir Al-Azhar Jilid 3. Singapura : Kerjaya Printing Industries Pte Ltd.

    hal. 1936-1938

  • 34

    Selanjutnya ada isi tentang beberapa hukum yang berupa larangan

    mengikuti adat istiadat yang dibuat-buat oleh kaum jahiliyah; makanan halal

    dan haram; sepuluh wasiat dalam Al-Quran; tauhid; keadilan dan hukum; dan

    larangan mencaci maki berhala. Hal ian yang merupakan isi dari surah Al-

    An„am adalah tentang kisah teladan berupa kisah umat terdahulu yang

    menentang rasul-rasul; kisah pengalaman Nabi Muhammad dan para nabi;

    dan cerita Nabi Ibrahim membimbing kaummnya kepada agama tauhid.

    Terakhir isi surah Al-An„am berupa sikap keras kepala kaum musyrik;

    cara nabi memimpin umatnya; bidang-bidang keraulan dan tugas-tugasnya.

    Tantangan kaum musyrik untuk melemahkan rasul; kepercayaan orang-orang

    musyrik terhadap jin dan malaikat; beberapa prinsip keagamaan dan

    kemasyarakatan; dan lain-lain.40

    C. Tafsir Al-Azhar

    Tafsir Al-Azhar merupakan karya monumental dari HAMKA yang isinya

    merupakan ceramah-ceramah beliau di Masjid Agung.41

    Tafsir ini dinamakan

    Al-Azhar karena mengambil nama masjid yang didirikan di kampung

    halamannya, yaitu Kebayoran Baru yang mana nama tersebut merupakan

    pemberian dari Syaikh Mahmud Syalthut dengan harapan agar keilmuan dan

    intelektual tumbuh di Indonesia.

    Tafsir Al-Azhar ditulis berasaskan pandangan dan kerangka manhaj yang

    jelas dengan merujuk pada kaidah bahasa Arab, tafsiran salaf, asbabun nuzul,

    40

    Departemen Agama RI. Loc.cit, hal. 64 41

    Yanuardi Syukur dan Arlen Ara Guci. (2017). Buya Hamka; Memoar Perjalanan

    Hidup Sang Ulama. Soko : Tinta Medina, Creative Imprint of Tiga Serangkai. Hal. 95

  • 35

    nasikh mansukh, Ilmu Hadis, Ilmu Fiqh dan sebagainya. Ia turut men-zahirkan

    kekuatan dan ijtihad dalam membandingkan dan menganalisis pemikiran

    mazhab. Tafsir ini merupakan pencapaian dan sumbangan terbesar HAMKA

    dalam membangun pemikiran dan mengangkat tradisi ilmu yang melahirkan

    sejarah penting dalam penulisan tafsir di nusantara. Adapun tujuan terpenting

    dalam penulisan Tafsir Al-Azhar adalah untuk memperkuat dalil para ulama

    dan mendukung dakwah Islam.42

    Tafsir Al-Azhar dalam penulisannya menggunakan sistematika tersendiri

    yang dijelaskan sebagai berikut :

    1. Susunan penafsiran yang digunakan oleh HAMKA adalah metode tahlili

    (tartib utsmani) yang menafsirkan ayat sesuai dengan penyusunan Mushaf

    Utsmani.

    2. Setiap surah dicantumkan sebuah pendahuluan dan pada akhir dari tafsir

    selalu diberi ringkasan yang berupa nasihat agar para pembaca bisa

    mengambil ibrah dari apa yang sudah ditafsirkan.

    3. Sebelum diterjemahkan dan ditafsirkan sebuah ayat dalam satu surah, tiap surah

    itu ditulis dengan artinya, jumlah ayatnya, dan tempat turun ayat tersebut.

    4. Penyajian ditulis dalam bagian yang pendek-pendek yang terdiri dari beberapa

    ayat dengan terjemahan bahasa Indonesia dan teks bahasa Arabnya. Kemudian

    diikuti dengan penjelasan panjang yang mungkin terdiri dari 1 – 15 halaman.

    5. Dalam tafsirnya dijelaskan tentang sejarah dan peristiwa yang

    kontemporer.

    42

    Aviv Alviyah. Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar. hal. 29

  • 36

    6. Terkadang dicantumkan juga kualitas hadis yang dijadikan rujukan dalam

    satu pembahasan.

    7. Dalam tiap surah HAMKA menambahkan tema-tema tertentu dan

    mengelompokkan beberapa ayat yang menjadi pembahasan. Biasanya juga

    ditambah dengan syair.

    8. Tafsir Al-Azhar kental dengan nuansa Minang. 43

    Menurut Aviv Alviyah, sumber penafsiran yang digunakan oleh Buya

    HAMKA adalah tafsir Al-Iqtiran karena beliau tidak hanya menggunakan Al-

    Quran, Hadits pendapat sahabat Nabi dan Tabi„in, serta riwayat dari kitab-kitab

    tafsir Al-Mu„tabarah saja, tapi beliau juga memberi penjelasan ilmiah tentang

    ayat-ayat kauniyah. Buya HAMKA tidak pernah terlepas dari penggunaan

    metode tafsir bil ma’tsur, tapi beliau juga menggunakan tafsir bil ra’yi yang

    mana keduanya dihubungkan dengan berbagai pendekatan-pendekatan umum,

    seperti bahasa sejarah, interaksi sosio kultur dalam masyarakat. Bahkan beliau

    juga memasukkan unsur keadaan geografis suatu wilayah dan cerita masyarakat

    tertentu untuk mendukung maksud dari penafsirannya.

    Sedangkan menurut cara penjelasannya, Buya HAMKA menggunakan

    metode muqarin yang berupa penafsiran sekelompok ayat-ayat yang berbicara

    dalam suatu masalah dengan membandingkan antara ayat dengan ayat atau ayat

    dengan hadits, dan dengan menonjolkan segi-segi perbedaan tertentu antara objek

    yang dibandingkan dengan cara memasukkan penafsiran dari ulama tafsir yang

    lain.

    43

    Ibid, hal. 29-30

  • 37

    Keluasan penjelasan HAMKA dalam Tafsir Al-Azhar menggunakan

    metode tahlili yang menafsirkan Al-Quran berdasarkan urutan-urutan ayat

    secara ayat per ayat, dengan suatu uraian terperinci tetapi jelas dan ia

    menggunakan bahasa yang sederhana sehingga dapat dikonsumsi bagi dan

    oleh masyarakat awam maupun intelektual.

    Corak yang mendominasi dalam Tafsir Al-Azhar adalah lawn adabii wa

    ijtima„i yang nampak terlihat dari latar belakang HAMKA sebagai seorang

    sastrawan sehingga beliau berupaya untuk menafsirkan ayat dengan bahasa

    yang dipahami semua golongan dan bukan hanya di tingkat akademisi

    maupun ulama. Selain itu, beliau memberikan penjelasan berdasarkan kondisi

    sosial yang sedang berlangsung dan situasi politik waktu itu.44

    Lewat Tafsir Al-Azhar ini HAMKA menperlihatkan keluasan

    pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu agama maupun non keagamaan.

    Selain sebagai ulama, HAMKA juga signifikan dalam kehidupan sosial

    muslim modern Indonesia. Lewat Muhammadiyah beliau melanjutkan

    perjuangan Ahmad Dahlan dalam berdakwah melalui pendidikan dan

    pelayanan sosial. Menurut Fachri Ali, HAMKA merupakan seorang ulama

    yang berada pada posisi terdepan dalam masyarakat modern Indonesia yang

    sedang mengalami modernisasi.45

    Tafsir Al-Azhar mulai ditulis pada tahun 1962. Tafsir ini

    menggambarkan dengan gamblang HAMKA dalam suasana kuliah di pagi

    hari yang beliau sampaikan di masjid Al-Azhar pada tahun 1959 sampai

    44

    Ibid. Hal. 29-32 45

    Usep Taufik Hidayat. (2015). Tafsir Al-Azhar; Menyelami Kedalaman Tasawuf Hamka,

    Al-Turas 11 (1) Januari, hal. 50

  • 38

    1964. Penulisan tafsir ini sempat ditulis oleh beliau di penjara selama 3 tahun,

    yaitu pada tahun. Tafsir Al-Azhar ini ada 15 volume dan karya-karya beliau

    yang lainnya telah menjadi bacaan standar di Malaysia dan Singapura.46

    Pendahuluan dalam Tafsir Al-Azhar berisi tentang seputar Al-Quran,

    i„jaz Al-Quran, lafaz dan makna Al-Quran, latar belakang penulisan Al-

    Azhar, serta pendirian penafsir sendiri. Pada akhir pendahuluan beliau juga

    memberikan petunjuk bagi pembaca yang berupa daftar surah-surah Al-Quran

    dan berada di juz, ayat, dan halaman surah yang dimaksud.

    Sebelum menjelaskan tafsir Al-Quran, HAMKA banyak memberikan

    pembukaan antara lain, Kata Pengantar, Pendahuluan, Al-Quran, I„jaz Al-

    Quran, Isi Mukjizat Al-Quran, Al-Quran Lafaz dan Makna, Menafsirkan Al-

    Quran, Haluan Tafsir, Mengapa Dinamai “Tafsir Al-Azhar”, dan terakhir

    Hikmat Ilahi.

    Selain itu, HAMKA juga memberikan pendahuluan pada setiap juz

    dalam Al-Quran yang berisi tentang garis besar isi surah-surah yang ada pada

    tiap-tiap juz beserta asbabun nuzul setiap surah. HAMKA juga memulai

    pembahasannya dengan mukaddimah surah dan mengakhiri bahasan tiap-tiap

    juz dengan mencantumkan bibliografi yang dijadikan rujukan dalam

    penulisan tafsirnya.

    Setelah menerjemahkan ayat secara global HAMKA langsung

    menguraikan secara terperinci yang didahului dengan pengertian kata dari

    mufradat yang jarang dijumpai. HAMKA lebih banyak menekankan ayat

    46

    Ibid, hal. 58

  • 39

    secara menyeluruh, oleh karena itu yang banyak dikutip adalah ayat secara

    keseluruhan dan juga banyak mengutip pendapat mufassir terdahulu.47

    Tafsir Al-Azhar ditulis mulai dari surah Al-Fatihah sampai surah An-

    Nas, volume dalam Tafsir Al-Azhar menyesuaikan juz dalam Al-Quran, yang

    mana tiap volume disebut juzu’. Adapun sistematika penulisan Tafsir Al-

    Azhar dimulai dengan muqaddimah di tiap juzu’ dan pendahuluan di tiap

    surat. Ayat Al-Quran ditulis di sebelah kanan halaman dan terjemahannya di

    sebelah kiri. Ayat-ayat Al-Quran dipisahkan menurut tema tertentu dan

    kemudian dikupas satu persatu ayat yang ada di dalamnya. Misalnya dalam

    juz 2 ada tema tentang Dari Hal Kiblat I, Dari Hal Kiblat II, Dari Hal Kiblat

    III, Menghadapi Cobaan Hidup dan lainnya yang ditulis di daftar isi.

    Tafsir Al-Azhar pertama kali diterbitkan pada tahun 1967 oleh Penerbit

    Pembimbing Masa dari juz 1 sampai juz 4. Juz 5 sampai juz 14 diterbitkan

    oleh Yayasan Nurul Islam Jakarta. Kemudian juz 15 sampai juz 30

    diterbitkan oleh Pustaka Islam Surabaya. Keseluruhan dari Tafsir Al-Azhar

    diterbitkan oleh Pustaka Panjimas Jakarta pada tahun 1983 dan 1988. Metode

    yang digunakan dalam Tafsir Al-Azhar adalah metode analisis dan

    menggunakan pendekatan sosial kemasyarakatan serta pergerakan. Uraian

    HAMKA dalam tafsirnya memang panjang, tetapi tidak membosankan. Hal

    ini dikarenakan referensi yang digunakan sangat beragam, kaya, dan ditulis

    pada setiap akhir juz. 48

    47

    Yanuardi Syukur dan Arlen Ara Guci. Op,cit. hal. 109-111 48

    Imam Taufiq. (2014). Membangun Damai Melalui Mediasi, Al-Tahrir 14 (2) Mei, hal.

    305-306