bab ii tinjauan pustaka - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. bab ii.pdfyang...
TRANSCRIPT
7
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Menurut America Dietetic Asosiation (ADA) tahun 2003 menyusun suatu
proses terstandart yang disebut dengan standardized nutrition care proses (SNCP),
dengan tujuang agar dietisien dapat memberikan pelayanan asuhan gizi yang
berkualitas, aman, efektif, serta hasil yang dicapai dapat terprediksi dan terarah.
Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) pada tahun 2006 mulai mengenalkan Proses
Asuhan Gizi Terstandart (PAGT) yang diadopsi dari NCP-ADA (Wahyuningsih,
2013)
PAGT atau Proses Asuhan Gizi Terstandart adalah suatu metoda pemecahan
masalah yang sistematis, dimana dietisien professional menggunakan cara berfikir
kritisnya dalam membuat keputusa untuk menangani berbagai masalah yang
berkaitan dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif
dan berkualitas tinggi. (Wahyuningsih, 2013)
Proses asuhan gizi terstandar merupakan siklus yang terdiri dari empat
langkah yang berurutan dna saling berkaitan, yaitu:
1. Pengkajian Gizi
a. Riwayat personal pasien
Aspek-aspek yang dikaji berupa:
1) Riwayat obat obatan dan suplemen yang dikonsumsi (obat-obatan
yang digunakan baik berdasarkan resep dokter maupun obat bebas,
yang berkaitan dengan masalah gizi, suplemen yang dikonsumsi)
2) Sosial budaya (status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama,
situasi rumah, dukungan pelayanan kesahatan dan sosial, hubungan
sosial)
3) Riwayat penyakit (keluhan utama terkait dengan masalah gizi, riwayat
penyakit dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronis
8
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
atau resiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan
mental/ emosi, kemampuan kognitif)
4) Data umum pasien (umur, pekerjaan, peran dalam keluarga, tingkat
pendidikan)
a) Antropometri
Data antropomettri digunakan untuk menilai status gizi pasien dan
menentukan kebutuhan energi dan zat gizi pasien (data
antropometri pasien meliputi berat badan (BB), Tinggi Badan
(TB), IMT, Monitoring antropometri DM dilakukan pad apasien
dengan melihat status gizi pasien
b) Data Biokimia
Kadar gula darah normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya menjalani puasa adalah 70-110 mg/dl darah. Kadar
gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dl pada dua jam
setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula atau
karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung
meningkat secara ringan, tetapi progresif setelah usia 50 tahun,
terutama pada orang orang yang aktif (Mahdiana, 2010:187)
c) Pemeriksaan fisik klinis
Menurut Solistijo (2015), ada beberapa pemeriksaan fisik pada
DM, yaitu:
1) Pengukuran tinggi dan berat badan
2) Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan
darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi orstotatik.
3) Pemeriksaan fundoskopi
Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
4) Pemeriksaan jantung
Evaluasi nadi baik secara palpasi mauoun dengan stestoskop.
5) Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan
vaskuler, neuropati dan adanya deformitas).
9
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
6) Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,
hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering, dan
bekas lokasi penyuntikan insulin).
d) Asupan Makanan
Data yang dikaji meliputi asupan makanan dengan
metode recall 24 jam, riwayat diet, frekuensi makan, besar porsi
makanan yang dikonsumsi, ditanyakan juga kebiasan makan
diluar rumah, teknik pengolahan makanan di rumah, dan
sumber-sumber makanan yang mengandung densitas energi
tinggi seperti makanan yang mengandung lemak dan gula
(karbohidrat) (Suryani; dkk. 2018:73) pada penderita diabetes
asupan makan banyak (banyak makan atau polifagi) terjadi
akibat jaringan tubuh tidak mendapatkan suplai glukosa yang
cukup akibat gagalnya insulin membuka kanal glukosa (Yahya,
2018:39)
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes
yaitu makan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori
masing masing individu, dengan memperhatikan keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah makan
e) Riwayat personal pasien
Menurut Soelistijo (2015), riwayat personal pasien terdiri dari :
1) Usia dan karakteristik pada saat diabetes.
2) Pola makan, status nutrisi, status aktivitas fisik, dan riwayat
perubahan berat badan.
3) Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.
4) Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara
lengkap, termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan yang
telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri.
5) Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang
digunakan, perencanaan makan dan program latihan
jasmani.
10
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
6) Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik,
hyperosmolar hiperglikemia, hipoglikemia).
7) Riwayat infeksi sebelumnya terutama infeksi kulit, gigi, dan
traktus urogenital.
8) Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada
ginjal, mata, jantung dan pembulu darah, kaki, saluran
pencernaan, dll.
9) Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap
glukosa darah.
10) Faktor resiko: merokok, hipertensi, riwayat pennyakit
jantung coroner, obesitas dan riwayat penyakit keluarga
(termasuk penyakit DM dan endokrin lain).
11) Riwayat penyakit dan pengobatan diluar DM.
12) Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan dan status
ekonomi.
2. Diagnosis Gizi
Menurut Wahyuningsih (2013) diagnosis gizi merupakan
kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang
aktual, dan atau beresiko menyebabkan masalah gizi yang merupakan
tanggung jawab dietisien untuk menanganinya secara mandiri.
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis, baik dari sifatnya
maupun cara penulisannya. Diagnosis gizi dapat berubah sesuai
dengan respon atau keadaan pasien, khususnya terhadap intervensi
gizi yang dilakukan. Sementara diagnosis medis lebih
menggambarkan kondisi penyakit atau patologi dari suatu organ
tertentu, dan tidak berubah selama kondisi patologis/penyakit itu ada.
Menurut wahyuningsih (2013) penegakan diagnosis penyaring
seorang pasien dikatakan menderita DM, bisa melihat acuan dari
konsensus pengelolaan DM tipe 2 oleh PERKENI (Persatuan
Endokrin Indonesia, 2011) yaitu sebagai berikut :
11
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Menurut Wahyuningsih (2013) : sebelum memberikan diagnose gizi
untuk pasien diabetes melitus, dapat dilihat parameter berikut :
Tabel 1. Parameter Diagnosis Gizi
Parameter Uraian Kode
(kemungkinan)
diagnosis gizi
Riwayat Makan Riwayat mengkonsumsi
makanan : kebiasaan
konsumsi tinggi gula, lemak
NI 1.5 perkiraan
kelebihan asupan
energi
NI 5.8.2 kelebihan
asupan karbohidrat
NI 2.2 kelebihan
asupan oral
Biokimia Pemeriksaan meliputi :
Kadar gula darah dan
urin, kadar gula darah
puasa dan 2 J PP
Darah lengkap pH darah,
H1C
Profil lipid : HDL, LDL,
Kolesterol
Keton urine dan plasma
Fungsi ginjal : ureum
dan kreatinin darah
Elektrolit : K, Na, Cl
-,
Ca++
, Mg++
PO4
Penunjang : EKG,
analisa darah (bila DM
disertai komplikasi)
NC 2.2 Perubahan
nilai lab terkait gizi
Antropometri Berat badan, (riwayat dan
tanda-tanda obesitas),
IMT, distribusi lemak
tubuh.
NC 3.3 kelebihan
BB/Obesitas
Pemeriksaan
fisik klinis
Keadaan umum pasien
Pemeriksaan klinis :
pengukuran tekanan
darah, suhu tubuh,
nadi/denyut, pernapasan.
NC 2.2 perubahan
nilai lab terkait
gizi
Riwayat
Personal
Riwayat penyakit pasien
dan keluarga
NB 1.3 tidak siap
untuk diet
NB 1.5 gangguan
pola makan
Sumber : Wahyuningsih. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien
12
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
3. Intervensi Gizi
Di dalam intervensi gizi terdapat dua komponen yang saling
berkaitan, diantaranya :
a. Perencanaan intervensi gizi
Perencanaan intervensi gizi dimulai dengan menetapkan prioritas
diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan, masalah, keamanan
dan kebutuhan pasien, diikuti kemudian dengan memilih tindakan
yang berdampak pada masalah berdasarkan penyebabnya.
Tindakan tersebut sesuai dengan keinginan pasien dan
kepentingan penyembuhannya. Terdapat 2 domain dalam
perencanaan intervensi gizi, yaitu :
1) Tujuan intervensi
Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai, dan ditentukan
waktunya. Idealnya penetapan tujuan dilakukan bersama
pasien dan keluarganya.
Menurut almatsier (2010), tujuan diet penyakit diabetes
adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan
olahraga untuk mendapatkan control metabolic yang lebih
baik dengan cara :
a) Mempertahankan kadar gula darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin
dengan obat penurunan glukosa oral dan aktivitas fisik.
b) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai
berat badan normal.
d) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hiperglikemia, komplikasi
jangka pendek, dan jangka panjang serta maslah yang
berhubungan dengan latihan jasmani.
e) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui
gizi yang optimal.
13
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
2) Prenskipsi diet
Prenskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi
mengenai kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet,
bentuk makanan, komposisi zat gizi, dan frekuensi makan.
B. Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes
Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai dengan munculnya gejala
utama yang khas, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah besar.
Istilah “diabetes” berasal dari bahasa yunani yang berarti “shipon”. Yaitu
ketika tubuh menjadi suatu saluran untuk mengeluarkan cairan yang
berlebihan, dan “melitus” dari bahasa yunani dan latin yang berarti madu.
Dengan kata lain diabetes melitus berarti penyakit kencing manis.
Kelainan yang menjadi penyebab mendasar dari diabetes melitus adalah
definisi relative atau absolut dari hormone insulin. Insulin merupakan satu
satunya hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah
(Bilous dan Donelly : 2015)
Menurut American Diabetes Asosiation (ADA), Diabetes Melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
penyakit hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua duanya. Berdasarkan Perkeni (2015) terdapat empat
kategori diabetes melitus, yaitu :
a. DM tipe I merupakan destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut.
b. DM tipe II bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai yang dominan efek sekresi insulin
disertai resistensi insulin.
c. DM tipe lain biasanya disebabkan karna defek genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, endrokinopati, karena obat, infeksi, sebab
imunologi yang jarang.
d. DM gestasional.
14
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
2. Gambaran klinis Diabetes
Dalam DM tipe II, gejalanya yaitu ketoasidosis tidak terjadi, impaired
fasting glucose (IFG), impaired glucose tolerance (IGT), diabetes
gestasional dan sekitar separuh semua kasus DM tipe II tanpa gejala.
Kedua tipe diabetes dapat berhubungan dengan hipertensi dan kisaran
gangguan metabolik yang bersama dengan hiperglikemik, membantu
menjelaskan komplikasi diabetes kisaran luas yang menerangkan banyak
kesehatan yang buruk dan kematian dini yang berhubungan dengan
diabetes. Koplikasi dapat disebabkan oleh efek pada sistem arteri dan
saraf. Komplikasi meliputi retinopati diabetes yang dapat menyebabkan
kebutaan, nefropati diabetes yang berpotensi menyebabkan gagal ginjal,
ulserasi kaki yang dapat menyebabkan gangren, beberapa kondisi
neorologis berbeda, dan penyakit kardiovaskular, penyebab kematian dini
yang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung
koroner berdasarkan usia sama pada pria dan wanita yang menderita
diabetes, sementara pada populasi umum, wanita dengan nyata mempunyai
tingkat yang lebih rendah dari pada pria (Mann dan Truswell, 2012).
3. Gejala Diabetes
Gejala adalah hal-hal yang dirasakan dan dikeluhkan oleh penderita,
sedangkan tanda-tanda berati keadaan yang dapat dilihat pada pemeriksaan
badan (Kurniadi& Nurrahmani, 2014). Gejala diabetes antara lain: rasa
haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama malam
hari, sering merasa lapar (poliphagi), berat badan yang turun dengan cepat,
keluhan lemah, kesemutan pada tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan
jadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, penyakit kulit akibat
jamur di bawah lipatan kulit, dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi
besar dengan berat badan >4 Kg. Didefinisikan sebagai DM jika pernah
didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter atau belum pernah
didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan
terakhir mengalami gejala sering lapar dan sering haus dan sering buang
15
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
air kecil & jumlah banyak dan berat badan turun (Balitbankes Kemenkes
RI, 2013).
Menurut Kurniadi & Nurrahmani, 2014: Ada bermacam-macam gejala
diabetes ada yang termasuk gejala khas diabetes dan ada yang tidak
termasuk kelompok itu.
a. Gejela Khas Diabetes Tipe II
1) Sering buang air kecil dengan volume banyak, yaitu lebih
sering daripada biasanya, apalagi pada malam bari (Poliuri)
Jika kadar gula darah melebihi nilai ambansg ginjal (> 180 mg/dl),
maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine
yang keluar (yang mengandung gula itu) tidak terlalu pekat, tubuh
akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine
keluar dalam volume yang banyak dan kencing pun menjadi sering.
Dalam keadaan normal, urine akan keluar sekitar 1,5 liter per hari,
tetapi penderita diabetes yang tidak terkontrol dapat memproduksi
lima kali jumlah itu, penderita akan lebih sering buang air kecil,
terlebih pada malam hari.
2) Sering merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya
(Polidipsi)
Dengan banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air
atau dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut tubuh akan
menimbulkan rasa haus sehingga orang ingin selalu minum
terutama yang dingin, manis, segar, dan banyak.
3) Nafsu makan meningkat (Polifagi) dan merasa kurang tenaga
Jika pada diabetes karena insulin bermasalah, pemasukan gula ke
dalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk menjadi
kurang. Inilah sebabnya orang merasa kurang tenaga. Selain itu, sel
juga menjadi miskin gula sehingga otak juga berpikir bahwa
kurang energi itu kurangmakan, maka tubuh pun kemudian
berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan
16
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
alarm rasa lapar, Maka, timbullah perasaan selalu ingin makan dan
ngemil.
4) Berat badan turun dan menjadi kurus
Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup
dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas
mengolah lemak dan protein yang ada didalam tubuh untuk diubah
menjadi energi. Apabila ha tersebut berlangsung cukup lama, maka
orang akan tampak kurus dan berat badannya akan turun karena
massa lemak dan protein yang tersimpan di jaringan otot dan lemak
menyusut. Dalam sistem pembuangan urine, penderita diabetes
yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gram glukosa
dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori per hari hilang
dari tubuh). Hal ini tentu saja akan banyak mengurangi berat badan.
b. Gejala Lain
Disamping gejala khas, ada pula gejala lain dari penyakit
diabetes yang biasanya disebabkan oleh komplikasi yang terjadi.
Penderita diabetes dewasa dan berusia lanjut sering kali tidak
menunjukkan gejala khas yang jelas. Gejala akibat komplikasi
yang paling sering dikeluhkan adalah kaki kesemutan, gatal-gatal,
luka yang tidak kunjung sembuh dan ujung penis terasa sakit
(balanitis).
C. Penanganan Diabetes
1. Empat Pilar Penanganan DM
Dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe II di
Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan
pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani, dan intervensi farmakologis (Ndraha, 2012)
a. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pemahaman tentang
perjalanan penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi
yang timbul dan resikonya, pentingnya intervensi obat dan
17
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
pemantauan glukosa darah, cara mengatasi hipoglikemia, perlunya
latihan fisik yang teratur, dan cara mempergunakan fasilitas
kesehatan. Mendidik pasien bertujuan agar pasien dapat mengontrol
gula darah, mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan
merawat diri sendiri.
b. Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu
makan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing
masing individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwal makan,
jenis, dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan
terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-
20%, natrium kurang dari 3 gr, dan diet cukup serat sekitas 25gr/hari
(Nandra, 2012).
1) Syarat Diet
Syarat diet penyakit diabetes melitus adalah:
Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan
memperhitungan kebutuhan untuk metabolisme basal
sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya
kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi
(Almatsier, 2010:138).
Menurut Soelistijo (2015), beberapa cara perhitungan
berat badan ideal adalah sebagai berikut:
Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus
Broca yang dimodifikasi:Berat badan ideal 90% x (TB
dalam cm - 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan
wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi:
Berat badan ideal (BBI)- (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal: BB ideal ± 10 %
Kurus: kurang dari BBI - 10 %
18
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa
Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan
rumus: IMT BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT menurut Asia Pasifik:
BB Kurang <18,5
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih 23,0
Dengan risiko 23,0-24,9
Obes I 25,0-29,9
Obes II 30
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara
lain:
Jenis Kelamin Kebutuhan kalori basal perhari untuk
perempuan sebesar 25 kal/kgBB sedangkan untuk pria
sebesar 30 kal/kgBB.
Umur Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori
dikurangi 5% untuk setiap decade antara 40 dan 59 tahun.
Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10 % . o
Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20 %
Aktivitas Fisik atau Pekerjaan Kebutuhan kalori dapat
ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan
pada keadaan istirahat. Penambahan sejumlah 20 % pada
pasien dengan aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu
rumah tangga. Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas
sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang
sedang tidak perang. Penambahan sejumlah 40 % pada
aktivitas berat: petani, buruh, atlet, militer dalam keadaan
latihan. Penambahan sejumlah 50 % pada aktivitas sangat
berat: tukang becak, tukang gali.
19
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Stres Metabolik Penambahan 10-30 % tergantung dari
beratnya stress metabolik (sepsis, operasi, trauma).
Berat Badan Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan
kalori dikurangi sekitar 20-30 % tergantung kepada
tingkat kegemukan. Penyandang DM kurus, kebutuhan
kalori ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan
untuk meningkatkan BB. Jumlah kalori yang diberikan
paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk wanita dan
1200-1600 kal perhari untuk pria. Secara umum, makanan
siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan
komposisi tersebut di atas, dibagi dalam 3 porsi besar
untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),
serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15 % ) di antaranya.
Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan
energi total (Almatsier, 2010:138).
Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan
energi total, dalam bentuk < 10 % dari kebutuhan energi
total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh
ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol dibatasi, yaitu 300 mg/hari (Almatsier,
2010:138).
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi
(Soelistijo; dkk, 2015:20).
Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan
tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai
bumbu. Bila kadar glukosa darah tidak terkendali,
diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari
kebutuhan energi total (Almatsier, 2010:138).
Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula
alternatif adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua
jenis gula alternatif yaitu yang bergizi (fruktosa gula
20
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
alkohol) dan tidak bergizi (aspartame dan sakarin).
Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah
terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan
energi total dapat meningkatkan kolesterol dan
LDL sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan
mempunyai pengaruh laktasif (Almatsier, 2010:138).
Anjuran konsumsi serat adalah 30 gram/hari yang
makanan berasal dari berbagai sumber bahan (Soelistijo;
dkk, 2015:22).
Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan
cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk
suplemen tidak diperlukan (Almatsier, 2010:138).
Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama
dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari. Penyandang
DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan
pengurangan natrium secara individual (Soelistijo; dkk,
2015:22).
2) Cara memesan diet DM1700 atau DM 1700 Rendah Protein
(25-30 kkal/kg BB, 0.8g/kg BB, karbohidrat 55- 60% total
energi)
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing
selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang
bersifat aerobic seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan
berenang. Latihan jasmani selain untuk kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan dapat meningkatkan sensitifitas insulin
(Nandra, 2012).
d. Intervensi Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan
pengetahuan pasien, pengurangan makan dan latihan jasmani. Terapi
21
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.(Nandra,
2012)
D. Pengertian PCI (Percutaneous Coronary Intervention)
CAD (Coronary Artery Disease) atau sering kita sebut sebagai SKA
(Sindrom Koronaria Akut) merupakan spektrum manifestasi akut dan berat
yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan aliran darah
karena suatu penyempitan atau penyumbatan arteri koroner oleh proses
aterosklerosis sehingga menimbulkan kondisi iskemi, injuri atau bahkan
infark (Dennis & Vinay, 2007). CAD terdiri dari unstable angina, Non ST
Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dan ST Elevation Myocardial
Infarction (STEMI).
Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan
arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung.Bila aliran
darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi.Hal ini
biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih
dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung
(kerusakan pada otot jantung).( Brunner and Sudarth, 2001).
PCI (Percutaneous Coronary Intervention) yaitu tindakan yang
dilakukan dengan penyuntikan bahan kontras ke dalam arteri koroner yang
digunakan untuk menentukan lokasi, luas, dan keparahan sumbatan dalam
arteri koroner. Kemudian jika sudah ditemukan sumbatan maka akan
dipasangkan stein supaya koroner bebas dari sumbatan dan perfusi dapat
kembali baik. Tindakan ini sebagai alternative popular saat ini yang
mempunyai tingkat tindakan invasive yang lebih rendah dari CABG, proses
recovery yang cepat, mengurangi tingkat resiko dan dapat lebih awal untuk
kembali beraktivitas seperti semula. Tetapi karena tindakan ini merupakan
tindakan segera dan penting maka tim medis sering melupakan informed
concern dan pemberian informasi yang terkait sebelum, selama dan setelah
PCI dan ini memungkinkan klien merasa cemas. Secara alami prosedur PCI
akan menghasilkan kecemasan bagi klien baik kecemasan selama prosedur
22
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
tindakan atau kecemasan kemungkinan komplikasi setelah tindakan.
Kecemasan tersebut akan terasa lebih berat pada klien yang baru akan
menjalani prosedur PCI ini untuk yang pertama kalinya( Brunner and
Sudarth,2001).
E. Indikasi PCI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol tertimbun di intima
arteribesar. Timbunan inidinamikan ateroma atauplak yang akan
menggangguabsorbsinutrienolehsel-sel endotelyang menyusunlapisan
dindingdalampembuluhdarahdan menyumbatalirahdarahkarena timbunan ini
menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena
akan mengalami nekrotik dan menjadijaringan parut, selanjutnya lumen
menjadi semakin sempit dan alirandarahterhambat (Smeltzer &Bare, 2002)
Kebutuhan oksigen yang melebihin kapasitas suplai oksigen oleh
pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia
miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan,dan menekankan fungsi
miokardium.Apabila iskemia ini berlangsung lebih dari30-45 menit akan
menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya irreversible serta nekrosis atau
kematian otot jantung. Bagian yang mengalami infark atau nekrosis akan
berhenti berkontraksi secara permanen. Otot yang mengalami infarkmula-
mula akan tampak memar dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah
regional. Dalam waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel, respons
peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan
oleh sel-sel yang mengalami kematian. (Fathoni, 2011)
Penyumbatan pada pembuluhdarah juga dapat disebabkan oleh
penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan
dalam pembuluh darah. kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa
pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan dibagian
dalam pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan klot darah. Pada
akhirnya dampak akut sekaligus fatal dari penyakit jantung koroner berupa
serangan jantung (Fajar, 2015). Menurut Centers For Diases Control (CDC),
23
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
penyakit arteri koroner terjadi ketika zatyang disebut plak menumpuk di arteri
yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak terdiri dari
endapan kolesterol,yang dapat terakumulasi dalam arteri. Ketika ini terjadi,
arteri dapat menyempit dari waktu kewaktu. Proses ini disebut aterosklerosis.
Unstable angina pectoris (UAP) dan non ST-elevated myocardial
infarction (NSTEMI) merupakan bagian dari acute coronary syndrome
(ACS) atau sindrom koroner akut (SKA).Seperti kita ketahui bahwa SKA
terbagi menjadi 3 yaitu STEMI, NSTEMI, dan UAP. Namun, dalam
penatalaksanaannya, terbagi menjadi dua kelompok yaitu STEMI dan SKA
tanpa ST-elevasi (UAP dan NSTEMI).(CDC, 2015)
Diagnosis banding bagi penyakit ini adalah infark miokard akut non
elevasi segmen ST.Hal yang paling penting dalam membedakan keduanya
adalah ada atau tidaknya iskemik (jaringan kekurangan oksigen) yang cukup
berat sehingga menimbulkan kerusakan pada sel-sel jantung dan
mengeluarkan penanda kerusakan (biomarker of injury) yang khas, seperti
toponin I atau troponin T. Angina pektoris tidak stabil muncul pada pasien
yang mengalami gejala curiga iskemik SKA dan tidak ditemukan troponin
pada pemeriksaan darah. Troponin baru muncul pada pemeriksaan setelah 12
jam sejak awitan (onset) gejala, sehingga kedua penyakit ini belum bisa
dibedakan pada pemeriksaan awal.(CDC, 2015)
F. Penatalaksanaan
1. Modifikasi Gaya Hidup
Bukti penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang
berhubungan dengan intervensi gaya hidup tidak sekuat bukti yang
berhubungan dengan intervensi farmakologis. Pentingnya konseling
intervensi gaya hidup terutama berhubungan dengan perubahan positif
terhadap perilaku untuk mengontrol profil lipid Tujuan intervensi
gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL, mengurangi
konsentrasi TG, dan meningkatkan kolesterol HDL. Usaha yang dapat
dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh,
24
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
meningkatkan asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan
alkohol, meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari, mengurangi berat
badan berlebih, dan menghentikan kebiasaan merokok. (PERKI, 2017)
a. Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah
diet asam lemak tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet
yang paling berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol LDL
adalah asam lemak jenuh. Penurunan kolesterol LDL yang diakibatkan
oleh diet PUFA lebih besar dibandingkan dengan diet MUFA atau diet
rendah karbohidrat. PUFA omega-3 tidak mempunyai efek
hipokolesterolemik langsung, tetapi kebiasaan mengonsumsi ikan
(mengandung banyak PUFAomega-3) berhubungan dengan reduksi
risikokardiovaskular independen terhadap efek pada lipid plasma.
Konsumsi PUFA omega-3 pada dosis farmakologis (>2gram/ hari)
mempunyai efek netral terhadap konsentrasi kolesterol LDL dan
mengurangi konsentrasi TG. Data dari penelitian klinis acak, kasus kelola,
dan kohor menunjukkan bahwa konsumsi PUFA omega-6 setidaknya 5%
hingga 10% dari total energi mereduksi risiko PJK. Konsumsi PUFA
omega-3, PUFA omega-6, dan MUFA berhubungan dengan peningkatan
konsentrasi kolesterol HDL sampai 5% dan penurunan TG sebesar 10-
15%Asam lemak trans diproduksi dari minyak nabati dengan cara
hidrogenasi, dan dapat ditemukan secara alami didalam lemak hewani.
Asam lemak trans meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan
kolesterol HDL. 1 Sumber asam lemak trans didalam diet biasanya berasal
dari produk yang terbuat dari minyak terhidrogenasi parsial seperti
biskuitasin (crackers), kue kering manis (cookies), donat, roti, dan
makanan lain seperti kentang goreng atau ayam yang digoreng memakai
minyak nabati yang dihidrogenasi Diet karbohidrat bersifat netral terhadap
kolesterol LDL, sehingga makanan kaya karbohidrat merupakan salah satu
pilihan untuk menggantikan diet lemak jenuh. 15 Dilain pihak, diet kaya
karbohidrat (>60% kaloritotal) berhubungan dengan penurunan
konsentrasi kolesterol HDL dan peningkatan konsentrasi TG. Oleh karena
25
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
itu, asupan karbohidrat dianjurkan kurang dari 60% kalori total. Asupan
lebih rendah dianjurkan bagi pasien dengan peningkatan konsentrasi TG
dan konsentrasi kolesterol HDL rendah seperti yang ditemukan pada
pasien sindrom metabolik. Diet karbohidrat yang kaya serat dianggap diet
optimal pengganti lemak jenuh yang tujuannya meningkatkan efek diet
pada konsentrasi kolesterol LDL dan mengurangi efek yang tidak
dikehendaki dari diet kaya karbohidrat pada lipo protein lain. Diet
makanan tinggi serat seperti kacang-kacangan, buah, sayur, dan sereal
memiliki efek hipokolesterolemik langsung. (PERKI, 2017)
b. Aktivitas fisik
1) Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah aktivitas yang terukur seperti
jalan cepat 30 menit per hari selama 5 hari perminggu atau aktivitas
lain setara dengan 4-7 kkal/menit atau 3-6 METs .Beberapa jenis
latihan fisik lainnya antara lain :
2) Berjalan cepat (4,8-6,4km per jam) selama30-40 menit
3) Berenang selama 20 menit
4) Bersepeda baik untuk kesenangan atau transportasi, jarak 8 km
dalam 30 menit
5) Bermain voli selama 45 menit
6) Menyapu halaman selama 30 menit
7) Menggunakan mesin pemotong rumput yang didorong selama 30
menit
8) Membersihkan rumah (secarabesar-besaran) Bermain basket
selama15 hingga 20 menit
9) Bermain golf tanpa caddy (mengangkat peralatan golf sendiri)
Berdansa selama 30menit
c. Menurunkan Berat Badan
lndeks Massa Tubuh dan lingkar pinggang dipakai sebagai ukuran
untuk menilai obesitas umum dan obesitas abdominal. Baik obesitas
umum maupun obesitas abdominal berhubungan dengan
risikokematian.Konsep obesitas terutama dihubungkan dengan
26
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
·
konsepsindrom metabolik. Untuk semua pasien dengan
kelebihan berat badan hendaknya diusahakan untuk mengurangi
10% berat badan.Walaupun ukuran antropometri lain seperti lingkar
pinggang atau rasio pinggul terhadap pinggang dapat menambah
informasi, IMT sendiri adalah prediktor kuat untuk mortalitas
secara keseluruhan. Lingkar pinggang normal untuk Asia adalah <90
cmuntuk pria dan <80 cm untuk wanita. (PERKI, 2017)
d. Menghentikan kebiasaan merokok
Menghentikan merokok dapat meningkatkan konsentrasi
kolesterol HDL sebesar 5-10%. Merokok berhubungan dengan
peningkatan konsentrasi tetapi menghentikan merokok diragukan
menyebabkan penurunan konsentrasi TG. (PERKI, 2017)
G. Terapi Farmakologis untuk Dislipidemia
a. Statin(inhibitor HMG-coAreduktase)
Statin adalah obat penurun lipid pertama yang harus digunakan untuk
menurunkan kolesterol LDL. Dalam keadaan tidak toleran terhadap
statin,direkomendasikan pemakaian ezetimibe inhibitor PCSK9 ,atau bile
acid sequestrant monoterapi
H. Diet Penyakit Jantung
a. Tujuan Diet
Penatalaksanaan diet diberikan bertujuan untuk pengobatan/terapi diet
dengan memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja
jantung, menurunkan berat badan pada penderita kegemukan,
mencegah/menghilangkan penimbunan garam/air, menurunkan kadar
kolesterol LDL dan kadar kolesterol total, mengubah jenis dan asupan
lemak makanan, menurunkan asupan kolesterol, meningkatkan asupan
karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat sederhana.
27
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
b. Syarat Diet
1. Energi cukup , untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal
2. Protein cukup 0,8 g/kg BB
3. Lemak sedang 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal
dari lemak jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh.
4. Kolesterol rendah
5. Kolesterol < 200 mg (diet dislipidemia tahap II)
6. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalsium,
kalium dan magnesium jika dibutuhkan.
7. Garam rendah 2-3 g/hari jika disertai hipertensi atau edema
8. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
9. Serat cukup untuk menghindari kesulitan buang air besar
(konstipasi)
10. Cairan cukup sesuai dengan kebutuhan atau anjuran.
11. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan
porsi kecil.Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui
makanan dapat diberikan tambahan berupa makanan enteral,
parenteral atau suplemen gizi.(PERKI, 2017)
28
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
I. Kerangka Teori
Gambar 1.
Kerangka teori
Sumber : Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe II di
Indonesia tahun 2015
Edukasi/Pendidikan/
Konsultasi Gizi
Terapi Gizi
1. Pengkajian
Gizi
2. Diagnosa Gizi
3. Intervensi Gizi
4. Monitoring
dan Evaluasi
Penatalaksanaan DM
tipe II disertai post
PCI
Aktivitas Fisik
Intervensi
Farmakologi
(Konsumsi Obat)
29
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
E. Kerangka Konsep
Terapi Gizi/Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Gambar 2.
Kerangka konsep
Assasement
(DM Tipe II
Disertai Post
PCI)
Diagnosa
gizi
Intervensi
Gizi
Monitoring dan
Evaluasi
30
G. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI
OPERASIONAL
CARA UKUR ALAT UKUR HASIL UKUR
SKALA
1 Penatalaksanaan
asuhan gizi
terstandar
(PAGT)
Melaksanakan asuhan gizi
terstandar (PAGT) pada
pasien Diabetes melitu
tipe II di RSUD dr M
Yunus Bengkulu dengan
cara diagnosisi gizi ,
intervensi gizi, dan
monitoring dan evaluasi di
bawah bimbingan ahli gizi
rumah sakit dan dosen
pembimbing.
1.
2. Wawancara,
pengukuran
menggunakan
microtois dan
timbangan, melihat
RM, analisa.
Timbangan BB dan
Mikrotois
Formulir NCP
Formulir Recall
Formulir MST
Membandingkan
hasil data
sebelum dan
sesudah
penatalaksanaan
asuhan gizi
terstandar
(PAGT)
-
A. Pengkajian
gizi
Kegiatan mengumpulkan,
mengintegrasikan .dan
menganalisis data untuk
identifikasi masalah gizi
yang terkait dengan aspek
asupan zat gizi dan
makanan.
3. Menimbang BB dan
mengukur TB
4. Melakukan Recall
5. Mencatat hasil
laboratorium
Timbangan BB,
Mikrotois/Knemometri
dan Formulir Recall
Melihat rekam medis
Pasien.
Membandingkan
dengan IMT
Membandingkan
nilai biokimia
dengan standar
Membandingkan
asupan dengan
kebutuhannya
-
B. Diagnosis
gizi
kegiatan mengidentifikasi
dan memberi nama
masalah gizi yang aktual,
dan atau berisiko
menyebabkan masalah
6. Menganalisis data
asassement
Formulir NCP Ditentukannya
diagnosis gizi
-
31
NO VARIABEL DEFINISI
OPERASIONAL
CARA UKUR ALAT UKUR HASIL UKUR
SKALA
gizi. Pemberian Diagnosis
gizi berdasarkan PES
(Problem , Etiologi &
Signs/Symptoms)
C. Intervensi
Gizi
aktivitas spesifik dan
berkaitan dengan
penggunaan bahan untuk
menanggulangi masalah
gizi dengan memberikan
edukasi dan konseling
serta menu.
7. Menghitung
kebutuhan gizi dan
menyesuaikan
dengan menu
makanan dari
rumah sakit yang
akan diberikan.
8. Memberikan
edukasi bagi pasien
dan keluarga pasien
Timbangan Bahan
Makanan
Mambandingkan
menu yang
diberikan dengan
kebutuhannya
Perilaku berubah
mengikuti
anjuran diet yang
disarankan.
-
D. Monitoring
dan evaluasi
respon pasien terhadap
intervensi dan tingkat
keberhasilannya.
9. Membandingkan
parameter sesudah
dengan sebelum
diet.
Membandingkan
gejala dan tanda
sebelum dan
sesudah diet
Formulir recall
Timbangan BB
Mikrotois
Bila ada
perubahan di
lanjutkan bila
tidak di lakukan
perencanaan
kembali
-