bab ii kajian pustaka a. penelitian pengembanganeprints.umm.ac.id/38925/3/bab ii.pdfyang berbentuk...
TRANSCRIPT
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan yakni cara yang berurutan untuk mengembangkan
sebuah produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada sebelumnya
agar dapat digunakan dalam pembelajaran lebih maksimal (Poerwanti dkk, 2017:
3). Menurut Sugiyono (2015: 407) penelitian pengembangan yakni langkah-
langkah penelitian yang dimanfaatkan dalam membuat produk yang
dikembangkan dan untuk menilai uji pemakaian produk. Haryati (2012: 14)
mengungkapkan penelitian pengambangan adalah penelitian dan pengembangan
yang menghasilkan produk yang langsung bisa digunakan antara lain seperti buku,
modul, dan alat yang membantu pembelajaran.
Pendapat diatas mengenai penelitian pengembangan bisa menyimpulkan
bahwa penelitian pengembangan adalah salah satu penelitian yang membuat
rancangan atau ide yang inovatif untuk dapat digunakan secara langsung dalam
bentuk produk yang baru atau memodifikasi produk yang sudah ada. Penelitian
pengembangan yang dilaksanakan peneliti yakni pengembangan bahan ajar buku
pendamping tematik.
B. Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar yakni sekumpulan kompetensi dan materi yang dibuat dengan
runtut dan jelas baik berupa tulisan maupun tidak, sehingga mengasilkan suasana
yang dapat membuat peserta didik nyaman mengikuti pelajaran di kelas(Prastowo,
14
2015: 138). Nurjaya (2012: 104) bahan ajar yaitu media yang memberikan
pengalaman kepada peserta didik untuk memperoleh ilmu saat belajar yang
berhubungan dengan mengembangkan ide, memecahkan masalah, memperoleh
keterampilan, membina dan mengembangkan sikap mental apresiatif dan kreatif.
Sedangkan, menurut Pratiwi (2014: 6) bahan ajar yakni sekumpulan materi-materi
pembelajaran yang dimanfaatkan untuk mengurangi beban guru saat melakukan
kegiatan belajar di kelas.
Berdasakan beberapa di atas dapat disimpulkan bahan ajar yaikni materi
pelajaran yang didesain sedemikian rupa yang dapat digunakan guru untuk
menyampaikan pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Bahan ajar berupa
kumpulan materi pelajaran dalam wujud informasi maupun teks yang dibuat
secara runtut dan jelas yang dilengkapi dengan tujuan untuk meringankan tugas
guru saat memberikan pemahaman dalam pembelajaran. Contohnya buku
pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar
interaktif dan sebagainya.
2. Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Proses perancangan bahan ajar ini juga perlu disesuaikan dengan prinsip-
prinsip penyusunan bahan ajar, agar pengembangannya disesuaikan dengan
kebutuhan. Menurut Sutrisno (2014: 19) prinsip penyusunan bahan ajar meliputi
sebagai berikut: (a) prinsip relevansi adalah keterkaitan, bahan ajar yang disusun
dan dikembangkan haruslah relevan atau ada berhubungan dengan pencapaian
kopetensi dasar (b) prinsip konsistensi adalah keajegan, prinsip ini berhubungan
dengan kesesuaian jumlah kompetensi yang perlu dicapai peserta didik dengan
15
materi dalam bahan ajar, sehingga tidak lebih dan tidak mengurangi kompetensi
dasar tersebut (c) prinsip kecukupan adalah isi materi dalam bahan ajar tersebut
menyesuaikan dengan ruang lingkup KD yang dicapai, sehingg cukup untuk
peserta didik saat penjabaran materi.
Selanjutnya, dalam buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar (Depdiknas,
2008: 10-11) prinsip penyusunan bahan ajar terdiri dari empat yaitu (a)
penyusunan bahan ajar perlu membelajarkan konsep kepada peserta didik mulai
dari pemahaman yang gampang menuju pemahaman yang sulit dan dari konsep
yang kongkrit kepada konsep yang abstrak (b) penulisan bahan ajar perlu adanya
pengulangan yang akan memperkuat pemahaman peserta didik dalam bentuk
kesimpulan atau yang lebih bervariasi, sehingga siswa tidak mudah bosan (c)
terdapat umpan balik yang positif dengan menyampaikan pemahaman yang kuat
pada peserta didik melalui kata-kata motivasi atau yang lainnya (d) penyusunan
tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi yang perlu dikuasai
siswa di kelas, sehingga materi dalam bahan ajar tidak melebar terlalu jauh atau
fokus.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai prinsip penyusunan bahan ajar,
peneliti menyimpukan bahwa saat merancang bahan ajar yang terfokus yaitu
menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, KD, Indikator serta kebutuhan
sekolah, sehingga bahan ajar bisa dimanfaatkan dengan lebih baik. Bahan ajar
yang dibuat juga harus menarik sehingga dalam penggunaannya membuat
pembelajaran yang dirasakan siswa lebih cepat terserap dan materi pelajaran
tersampaikan dengan optimal.
16
C. Buku Pendamping
Buku pendamping yaitu bagian dari bahan ajar yang dimanfaatkan sebagai
tambahan atau melengkapi buku yang telah ada. Buku tersebut dalam wujud cetak
sebagai digunakan untuk membantu menyampaian informasi saat KBM. Oleh
karena itu buku pendamping yaitu buku yang memiliki fungsi untukmelengkapi
informasi dan memberikan informasi berupa materi saat KBM (Rahmawati,
2017).
Buku pendamping adalah sebuah karya tulis yang dibuat oleh seseorang
yang berbentuk buku sehingga dapat dipakai guru untuk mengajarkan materi
pembelajaran yang terdapat didalamnya, sedangkan kegunaannya untuk siswa
adalah sebagai bantuan dalam belajar melalui materi yang terdapat didalamnya
dan soal-soal untuk mengukur emampuan siswa dalam memahami materi dalam
buku pendamping. (Kurbaita dkk, 2013)
Berdasarkan pengertian diatas bahwa buku pendamping ini digunakan
sebagai sarana pendamping dalam pembelajaran pada beberapa materi atau
cakupan yang dianggap masih kurang dari sumber belajar yang utama.
Penggunaan buku pendamping ini merupakan fasilitas yang sangat diperlukan
oleh siswa maupun pendidik, karena sumber belajar tidak dapat hanya dari satu
sumber untuk menghasilkan pengetahuan yang lebih luas.
D. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik yaitu model pembelajaran yang terintegrasi, sehingga
sistem pembelajaran di kelas dirancang agar siswa dapat termotivasi untuk
17
mencari serta menemukan konsep keilmuan secara utuh, berarti, dan autentik
(Prastowo, 2014: 45). Pembelajaran tematik ini juga dianggap sebagai alternatif
dari model pembelajaran yang mampu menunjang proses humanisasi
(memanusiakan manusia) dalam proses pendidikan di sekolah, maksudnya ialah
siswa dianggap sebagai manusia yang berperan aktif dalam proses pemecahan
masalah dan menemukan konsep-konsep keilmuan (Rusman, 2010: 250). Majid
(2014: 80) menjelaskan terkait pembelajaran tematik yaitu permbelajaran yang
saling berkaitan dengan memakai tema yang digunakan menghubungkan beberapa
mata pelajaran, agar bisa memberikan pengalaman yang berarti kepada peserta
didik.
Pembelajaran tematik yang menggunakanmodel pembelajaran ini
mempunyai arti, antara lain: (a) pembelajaran tematik ini berfokus untuk
melibatkan peserta didik lebih aktif saat belajar di kelas, sehingga peserta didik
mendapatkan pemahaman langsung dan terbiasa mempelajarai sendiri berbagai
ilmu pengetahuan dengan pantauan guru. (b) pembelajaran tematik lebih
menitikberatkan pada pengimplementasian cara belajar dengan
melakukan(Learning by doing), sehingga pendidik mengolah atau merancang cara
belajar yang akan mempengaruhi kemanfaatan belajar dari peserta didik untuk
pembelajaran yang lebih efektif (Trianto, 2011: 156).
Inti dari pemaparan di atas, pembelajaran tematik yaitu model pembelajaran
yang menerapkan tema dengan menghubungkan banyak mata pelajaran yang
dihubungkan dengan pengalaman hidup sehari-hari, sehingga pembelajaran
tematik mampu memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.
18
pengalaman yang berarti maksudnya peserta didik dapat memahami konsep-
konsep keilmuan yang dipelajari dan mengkaitkannya dengan pengalaman hidup
sehari-hari.
2. Prinsip Pembelajaran Tematik
Menurut Mamat dalam prastowo (2014: 60-61) terdapat sembilan prinsip
pembelajaran tematik, sebagai berikut: (a) pembelajaran bersifat kontekstual yaitu
pembelajaran dikemas agar siswa mencari dan memecahkan masalah yang
kongkrit yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik
belajar dengan sungguh-sungguh (b) memiliki tema untuk mengaitan banyak
mapel sebagai pusat acuan alur pembelajaran (c) memakai prinsip belajar dengan
permainan sehingga menyenangkan (joyful learning) (d) pembelajaran
memberikan pengalaman yang bermakna (e) menanamkan konsep yang jelas dari
beberapa mata pelajaran yang diintegrasikan (f) pemisahan terhadap mata
pelajaran yang dianggap sulit untuk dilakukan (g) pembelajaran dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan karaktersitik peserta
didik (h) pembelajaran fleksibel dan (i) menggunakan metode pembelajaran yang
inovatif.
Selain itu Trianto (2011: 154-156) mengklasifikasikan terkait prinsip
pembelajaran tematik, yaitu: (a) menganalisis tema saat pembelajaran tematik
yaitu dimaksudkan agar tema yang dirancang tidak tumpang tindih dan memiliki
keterkaitan antar mata pelajaran (b) prinsip mengelola pembelajaran ini
dimaksudkan agar guru mampu memposisikan diri menjadi fasilitator serta
mediator dalam proses pembelajaran, sehingga guru tidak terlihat lebih dominan
di dalam kelas (c) prinsip evaluasi yaitu guru memberikan kesempatan peserta
19
didik untuk mengevaluasi diri dan pendidik mengajak peseta didik untuk
melakukan evaluasi perolehan pembelajaran yang telah dicapai (d) prinsip reaksi
yaitu guru harus mampu bereaksi terhadap aksi peserta didik, sehingga
mengarahkan peserta didik pada aspek yang lebih luas khususnya dalam cara
berfikir.
Simpulkan dari pendapat di atas yaitu prinsip pembelajaran tematik ini
terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, sehingga penyusunan bahan
ajarnya pun tidak sembarangan. Agar capaian yang mengarah pada siswa dapat
terpenuhi dengan sangat baik.
3. Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik tidak terlepas dari tujuan yang perlu dikuasai. Tujuan
pembelajaran tematik menurut S. B Mamat (dalam Sulastri, 2017: 14) yaitu: 1)
tematik mengwajibkan perubahan pandangan belajar yang dipusatkan pada
pendidik, 2) pendekatan pembelajaran menyesuaikan dengan berkembangnya
zaman dan cenderung anak usia dini, yang mereka masih belajar mengerti sesuatu
yang abstrak secara menyeluruh (holistic) dan sederhana, 3) pembelajaran tematik
membenarkan adanya perspektf dan kajian interdisipliner dalam menerima suatu
tema tertentu, 4) pembelajaran tematik mengajak siswa memahami wacana actual
dan kontekstual, dan 5) pembelajaran tematik menggunakan cara belajar yang
lebih inovatif.
Berdasarkan penjabaran mengenai tujuan pembelajaran tematik maka
tujuan pembelajaran tematik ini merupakan suatu kompeonen yang perlu peneliti
jadikan pedoman saat merancang bahan ajar tematik. Bahan ajar tematik akan
20
semakin baik jika memperhatikan unsur tujuan pembelajaran tematik yang akan
dicapai.
4. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Tematik
Terdapat enam keunggulan pembelajaran tematik dibandingkan sebagai
berikut (Prastowo, 2014: 69): (1) kegiatan belajar relevan sesuai level
perkembangan dan kebutuhan peserta didik SD (2) kegiatan belajar tematik sesuai
dengan minat dan kebutuhan siswa (3) proses KBM akan lebih berarti dan
berkesaan bagi siswa, sehingga hasil belajar tidak manipulatif (4) meningkatkan
mengembangkan keterampilan berfikir siswa (5) mengolah kegiatan belajar sesuai
dengan masalah dalam kehidupan yang kongkrit (6) mengembangkan bakat sosial
seperti: kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggapan terhadap gagasan orang
lain.
Sedangkan dalam bukunya Prastowo (2014; 71) untuk keterbatasan
pembelajaran tematik meliputi aspek aspek guru, siswa, sarana dan sumber
pembelajaran, kurikulum, penilaian, dan suasana pembelajaran, sebagai berikut:
(1) keterbatasan pada aspek guru yaitu untuk pembelajaran tematik guru harus
mampu berpengetahuan luas, mempunyai kreativitas, keterampilan cara belajar
yang andal, percaya diri yang tinggi, dan berani menggemaskan dan
mengembangkan materi, (2) keterbatasan pada aspek siswa yaitu pembelajaran
tematik yang menuntut belajar siswa yang relatif dan kreatif, (3) pembelajaran
tematik memerlukan buku bacaan yang banyak, sehingga jika semua itu tak
terpenuhi maka akan terhambat. (4) keterbatasan pada aspek kurikulum yang
berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa, guru perlu dikasih
wewenang saat mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan
21
pembelajaran siswa. (5) Membatasi penilaian sehingga penetapan hasil belajar
peserta didik dari macam-macam bidang kajian terkait ditematikkan (6) yang
terakhir yaitu aspek suasana belajar dikelas.
E. Pendekatan Cooperative Learning
Pembelajaran koopeatif atau Cooperative Learning yaitu cara-cara belajar
saat pembelajaran yang didasarkan konsep konstruktivisme. Pembelajaran
koopeatif yakni bagian dari strategi belajar dengan berkelompok yang terdiri dari
siswa yang memiliki kemampuan berbeda. Penyelesaian tugas kelompok, peserta
didik memerlukan kerjasama, dengan bantu-membantu untuk mencerna materi
pelajaran. Apabila ada siswa dalam kelompok belum mampu menguasai
pelajaran, maka pembelajaran belum selesai (Isjoni, 2011:14).
Slavin (2005: 10) mengkelompokkan tiga konsep yang dijadikan ciri khas
pembelajaran kooperatif, sebagai berikut: (1) penghargaan kelompok. Peserta
didik akan saling belajar untuk menumbuhkan hubungan antar personal, saling
mendukung dan peduli (2) bertanggungjawab. Peserta didik akan saling
bertanggungjawab satu sama lain dengan tugas dan kelompoknya, sehingga semua
anggota akn berusaha untuk bekerjasama untuk menjadi yang terbaik (3)
kesempatan yang sama, sistem penilaian pembelajaran ini menggunakan nilai
perkembangan prestasi sehingga mereka akan berusaha bersama kelompok untuk
memperoleh nilai yang baik. Dalam pendekataan Coopertaive learning ini
terdapat beberapa metode pembelajaran yang meliputi 1) Student Team
Achievment Division (STAD) 2) Team Games Turnament (TGT) 3) Jigsaw 4)
Coopertaive Integrated Reading adn Composition (CIRC) 5) Team Accerelerated
Instruction (TAI).
22
Berdasarkan penjelasan pendekatan Cooperative Learning tersebut maka
bisa menyimpulkan bahwa dalam penggunaan bahan ajar dengan pendekatan
Cooperative Learning ini memiliki nilai-nilai positif seprti bertanggung jawab,
bekerjasama, komunikasi yang aktif, belajar mengevaluasi, dan gotong royong.
Nilai-nilai inilah yang harus dicapai siswa sehingga peserta didik jadi insan yang
berkarakter dan berbudi pekerti luhur melalui sumber belajar yang memadai.
F. Kajian Relevan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yaitu dengan studi literasi yang
dilakukan peneliti saat mencari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
pengembangan bahan ajar buku pendamping tematik, beberapa penelitian
terdahulu yang berhubungan penelitian di atas antara lain:
Pertama, penelitian Skripsi yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar
Buku Pendamping Pada Pembelajaran Tematik Berbasis Pendidikan Karakter
Siswa Kelas 4 Sd yang ditulis oleh Isna Rahmawati pada tahun 2017 . Tahapan
pengembangan bahan ajar buku pendamping tematik berbasis pendidikan karakter
ini memakai step model pengembangan milik Borg and Gall dan dipraktekkan di
kelas IV mendapatkan hasil sebesar 90,9% dengan kriteria baik pada SD
Muhammadiyah 08 DAU Malang. Perbedaan dengan yang dilakukan oleh peneliti
sekarang dengan peneliti terdahulu adalah buku pendamping yang dibuat oleh
peneliti sekarang menggunakan pendekatan kooperatif dan menggunakan model
penelitian Pengembangan ADDIE (Analysis-Desain-Develop-Implement-
Evaluate). Persamaan dengan peneliti yaitu bahan ajar yang dipakai yaitu sama-
sama menggunakan bahan ajar buku pendamping untuk dikembangkan menjadi
produk.
23
Kedua, penelitian Skripsi yang berjudul Pengembangan Buku Ajar
Pendamping Pada Tema 5 Kelas 4 Sekolah Dasar yang ditulis oleh Nindi Rizki
Tantya Anggraeni pada tahun 2017 . Prosedur pengembangan bahan ajar buku
pendamping ini memakai model pengembangan R & D dari teori Borg and Gall
yang dimodifikasi jadi 7 step penelitian dan dipraktekkan di kelas IV yang
mendapatkan hasil sebesar 98,62% di SDN Purwantoro 4 Malang. Perbedaan
dengan peneliti adalah buku pendamping yang dibuat oleh peneliti menggunakan
pendekatan kooperatif sedangkan dahulu hanya berupa buku pendamping murni,
peneliti sekarang juga menggunakan model penelitian pengembangan ADDIE
(Analysis-Desain-Develop-Implement-Evaluate) yang berbeda dengan peneliti
terdahulu. Persamaan dengan peneliti yaitu bahan ajar yang digunakan yaitu
memakai bahan ajar buku pendamping untuk dikembangkan menjadi produk.
24
G. Kerangka Pikir
Pembelajaran di SD
Kondisi Ideal :
Tersedianya bahan ajar
buku pendamping tematik
dengan pendekatan kooperatif
untuk pembelajaran sebagai
referensi buku ajar untuk
pembelajaran tematik di
sekolah tersebut sehingga
dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
Kondisi di lapangan :
Pembelajaran tematik di MI
Hidayatul Mubtadiin hanya
menggunakan buku siswa,
buku guru, dan buku lks untuk
pembelajaran, sedangkan buku
materi hanya sebagai pegangan
guru untuk menyampaikan
pembelajaran, sehingga
ketesedian bahan ajar dirasa
kurang mencukupi
Analisis Kebutuhan :
Peneliti melakukan obserasi dan wawancara kepada guru kelas IV di MI
Hidayatul Mubtadiin mengenai bahan ajar yang digunakan untuk
mengajarkan pembelajaran tematik di sekolah tersebut.
Solusi :
Perlu pengembangan bahan ajar tematik untuk mendukung pembelajaran
tematik sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Model pengembangan :
ADDIE (Analyze-Design-Development-Implementation-Evaluation)
Produk:
Produk berupa bahan ajar buku pendamping tematik tema 7 subtema 2
hebatnya cita-citakuBerbasisCooperative Learning untuk kelas IV
Sekolah Dasar