bab ii tinjauan pustaka 2.1 komunikasi dakwah islameprints.umm.ac.id/66349/3/bab ii.pdf · 2020. 9....

27
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang diteliti berada di bidang dakwah, maka sudah sewajarnya ada penjabaran tentang komunikasi dakwah islam. Komunikasi dakwah islam dipecah menjadi komunikasi dan dakwah, yang mana komunikasi memiliki arti produksi dan pertukaran informasi baik verbal dan nonverbal, komunikasi juga meliputi proses yang dinamakan encoding 5 pesan yang akan dikirim dan proses decoding 6 terhadap pesan yang akan diterima dengan melakukan sintesis terhadap informasi dan makna. 7 Dakwah berasal dari bahasa qur’an 8 da'a-yad'u-da’watan yang artinya seruan, panggilan, atau ajakan. Sedangkan kata dasar dari dakwah yakni ajakan. Istilah dakwah digunakan oleh agama islam untuk menyerukan ilmu agama dan kebaikan lainnya. 9 Definisi dari dakwah yakni, ajakan kepada umat untuk berada di jalan Allah dan dilaksanakan secara berorganisasi atau kelompok, kegiatan dakwah juga dapat mempengaruhi manusia agar mendapatkan hidayah ke jalan yang benar, sehingga tidak tersesat di dunia, lalu sasaran dari dakwah bisa secara personal atau berjama'ah. Waltakun minkum ummatun yad’uuna ilaa lkhayri waya’muruuna bilma’ruufi wayanhawna ‘ani lmunkari waulaa-ika humu lmufliihuun (Ali imran: 104), artinya “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang- orang yang beruntung.” Pada ayat tersebut seorang mukmin yang memiliki ilmu harusnya mengajak orang-orang yang belum paham tentang agama agar mereka jauh dari kata kemungkaran. 5 Pengirim mengkode pesan atau informasi yang akan di sampaikan melalui simbol atau isyarat 6 Penerima memproses kodenya yang ada pada informasi bisa juga di sebut penafsiran informasi 7 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 38. 8 Kitab pedoman Agama Islam 9 Muliaty Amin, Metodologi Dakwah (Makassar: Alauddin University Press, 2013) hlm. 2.

Upload: others

Post on 21-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Dakwah Islam

Permasalahan yang diteliti berada di bidang dakwah, maka sudah sewajarnya

ada penjabaran tentang komunikasi dakwah islam. Komunikasi dakwah islam dipecah

menjadi komunikasi dan dakwah, yang mana komunikasi memiliki arti produksi dan

pertukaran informasi baik verbal dan nonverbal, komunikasi juga meliputi proses yang

dinamakan encoding5 pesan yang akan dikirim dan proses decoding6 terhadap pesan

yang akan diterima dengan melakukan sintesis terhadap informasi dan makna.7

Dakwah berasal dari bahasa qur’an8 da'a-yad'u-da’watan yang artinya seruan,

panggilan, atau ajakan. Sedangkan kata dasar dari dakwah yakni ajakan. Istilah dakwah

digunakan oleh agama islam untuk menyerukan ilmu agama dan kebaikan lainnya.9

Definisi dari dakwah yakni, ajakan kepada umat untuk berada di jalan Allah dan

dilaksanakan secara berorganisasi atau kelompok, kegiatan dakwah juga dapat

mempengaruhi manusia agar mendapatkan hidayah ke jalan yang benar, sehingga tidak

tersesat di dunia, lalu sasaran dari dakwah bisa secara personal atau berjama'ah.

Waltakun minkum ummatun yad’uuna ilaa lkhayri waya’muruuna bilma’ruufi

wayanhawna ‘ani lmunkari waulaa-ika humu lmufliihuun (Ali imran: 104), artinya

“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-

orang yang beruntung.” Pada ayat tersebut seorang mukmin yang memiliki ilmu

harusnya mengajak orang-orang yang belum paham tentang agama agar mereka jauh

dari kata kemungkaran.

5 Pengirim mengkode pesan atau informasi yang akan di sampaikan melalui simbol atau isyarat 6 Penerima memproses kodenya yang ada pada informasi bisa juga di sebut penafsiran informasi 7 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 38. 8 Kitab pedoman Agama Islam 9 Muliaty Amin, Metodologi Dakwah (Makassar: Alauddin University Press, 2013) hlm. 2.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

8

Sebagai pendakwah harus memahami betul apa saja unsur-unsur dakwah yang

mempraktikkan, untuk menghindari kesalahpahaman.10

1. Da’i: Orang yang melaksanakan dakwah

2. Mad’u: Yaitu manusia yang menjadi pendengar atau sarana dari dakwah

tersebut

3. Maddah/Materi/Pesan Dakwah: Isi dari kandungan dakwah, yang

berisikan tentang keilmuan dan keislaman serta mengajak ada kebaikan

4. Wasilah/Media Dakwah: Yaitu alat atau sarana untuk menjalankan

dakwah sehingga menjadi efisien dan dapat dipahami

1) Lisan: Penyuluhan, bimbingan, seminar

2) Tulisan: Buku, Majalah, Koran

3) Lukisan: Gambar, Karikatur

4) Audio Visual: Video, Film, Televisi

5) Akhlak: Perbuatan

5. Atsar/Efek Dakwah: Meliputi efek kognitif, efek afektif, efek

behavioral, bisa juga disebut umpan balik

6. Thariqah/Metode: Cara yang digunakan oleh da’i untuk menjalankan

dakwah agar pesan yang ingin disampaikan tercapai

Ud’u ilā sabīli rabbika bil-hikmati wal-mau’izatil-hasanati wa jādil-hum billatī

hiya ahsan, inna rabbaka huwa a’lamu biman dalla ‘an sabīlihī wa huwa a’lamu bil-

muhtadīn (an-Nahl:125), artinya “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah dan nasihat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik.

Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Sikap pendakwah harus reseptif (kesediaan menerima gagasan dari orang lain),

selektif (dalam pengambilan informasi kesiapan seorang da’i, maka harus selektif

10 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Roesdakarya, 2010), hlm. 20

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

9

untuk memilah pesan dan informan yang baik dan benar), digestif (yaitu kemampuan

untuk menyampaikan pesan/ceramah orang lain agar komunikan paham dengan apa

yang dimaksud), asimilatif (paham dan dapat menggeneralisasikan antara gagasan

orang lain dengan gagasan yang dia punya), transmisi (mampu mentransmisikan

informasi yang ia dapat secara kognitif, afektif dan konotatif kepada orang lain).11

Selain itu yang harus diperhatikan adalah daya tarik sumber dan kredibilitas

sumber yang didapat. Bentuk mad’u pun berbeda-beda ada yang di tempat ramai,

publik, bahkan media massa, dengan mad’u yang berbeda maka metode yang

digunakan pun berbeda, agar tidak ada salah paham dan menimbulkan perselisihan

antar beda pendapat.

2.1.1 Islam Sebagai Pedoman Hidup Kemasyarakatan

Kepentingan agama di kalangan masyarakat menjadi pemicu terjadinya

perlakuan tertentu, sebagaimana agamanya mengajarkan demikian sebagai peraturan.

Agama Islam menjadi Al-qur’an sebagai pedoman, dibawa oleh Nabi Muhammad

Shallallahu Alaihi Wasallam kepada umatnya saat itu. Islam merupakan agama samawi

yang turun langsung dari langit kepada Nabi Muhammad untuk mengeluarkan umatnya

dari kegelapan.12 Selain Al-qur’an, haditspun menjadi landasan agama islam, serta

menjalankan yang wajib dan yang sunnah, sebagaimana Al-qur’an menjadi pedoman

hidup dan sunnah adalah kehidupan sehari-hari dari Nabi. Di dalam Al-qur’an berisi

hukum-hukum Syariah, sejarah Islam dan masih banyak lagi.

Bahasa yang digunakan umat islam merupakan bahasa Arab, mazhab aqidah

dan mazhab fikih, mazhab akidah yaitu Sunni dan Syiah, mazhab fikih yaitu Maliki,

Hanafi, Syafi'i dan Hambali.13 Hari raya besar agama Islam yaitu Idul Fitri dan Idul

Adha, sedangkan hari besar lainnya yaitu Isra Mi'raj, Maulid Nabi dan tahun baru

11 Ibid,. hlm. 83. 12 Hasan Mansur, Abdul Wahab Khoiruddin, Mustofa Anani, Dinul Islam Juz 1. (Gontor: Darussalam

Pres, 2004), hlm. 1. 13 Jauhar Ridloni Marzuq, Inilah Islam (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2015), hlm. 177.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

10

Hijriyah. Pengikut ajaran agama Islam diajarkan sejak kecil agar dapat membaca Al-

qur'an, dengan tahap awal yaitu iqro' dan menghafalkan surah-surah pendek yang

berada pada juz 30 kitab Al-qur'an, adapun tempat ibadah dari agama Islam sendiri

yaitu masjid artinya pada bahasa indonesia yaitu tempat bersujud atau makanu sujud,

dengan asal katanya adalah sajada yang artinya sujud.

Kata Islam juga berasal dari bahasa Arab aslama yuslimu dengan arti semantik,

yaitu tunduk, patuh, berserah diri, menyerahkan, memasrahkan, mengikuti,

menunaikan, menyampaikan, masuk dalam kedamaian, keselamatan atau kemurnian,

dari istilah lain yang akar katanya sama Islam berhubungan erat dengan makna

keselamatan kedamaian dan kemurnian. Pengikut ajaran agama Islam disebut Muslim

bagi laki-laki dan Muslimah bagi perempuan, kewajiban bagi seorang muslim dan

muslimah yaitu menaati peraturan dan meninggalkan apa yang tidak diperbolehkan.

Peraturan ajaran agama Islam sudah diatur sedemikian rupa dalam Al-qur’an dan

Hadits.

Namun umat Islam juga harus berpegangan teguh pada empat aspek yaitu

Akidah, Ibadah, Akhlak dan Muamalah:14

1. Akidah: Adapun aspek ini yakni harus berkeyakinan kepada Allah para

malaikat kitab-kitab suci para nabi dan rasul hari akhir dan takdir.

2. Ibadah: Yakni segala cara pengabdian diri kepada Tuhan Allah pencipta

makhluk-Nya, ada pula dengan melaksanakan salat puasa dan juga

membaca ayat-ayat dari kitab suci Al-qur’an.

3. Akhlak: Yaitu nilai perilaku yang harus diikuti memiliki kesabaran

kesyukuran dan tawakal yang lebih seperti berbakti kepada kedua orang

tua dan tidak berkata kasar kepada mereka.

14 Ishomuddin, Islam dan Ideologi-Ideologi Modern (Malang: Bayu Media Publishing, 2011), hlm. 80.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

11

4. Muamalah: Aspek sosial yaitu hal yang mengatur bagaimana kita

bergaul dan dengan siapa kita bergaul, lantaran dengan pergaulan kita

dapat mengetahui siapa diri kita sebenarnya, baik buruknya.

2.1.2 Penelitian Model Pendekatan Dakwah

Para pendakwah mulai mendekatkan diri menggunakan gaya lebih modern.

Model pendekatan dakwah memiliki beberapa metode dakwah. Metode dakwah juga

menjadi hal yang penting dalam agama, adapun keragaman metode dakwah yaitu

Metode Dakwah Kultural, Metode Dakwah Plural, Metode Nafsiah, Jamaah, Tekstual

dan Kontekstual, Gaya Dakwah Kontemporer yang didalamnya terdapat prinsip

Dakwah Elektronika, Dakwah Kewartawanan, melalui alat dan koneksi yang canggih

yaitu Internet juga Smartphone.15

1. Dakwah Kultural

Dakwah yang menggunakan cara-cara berdasarkan pendekatan tradisi atau

budaya masyarakat, bertujuan supaya dakwahnya dapat diterima lingkungan

masyarakat setempat. Dakwah kultural bisa berarti kegiatan berdakwah yang

lebih memperhatikan terhadap potensi budaya masyarakat sekitar dengan

menggunakan nuansa islami serta memanfaatkan adat, tradisi, seni dan budaya

lokal dalam proses menuju kehidupan Islami.16

2. Metode Dakwah Plural

Secara fenomenologi penerapan dakwah Islam yang berada di tengah

masyarakat memiliki pendekatan yang berbeda karena masyarakat yang plural,

karena masyarakat pluralis menunjukan adanya kekhasan oleh masyarakat yang

didalamnya memiliki keragaman namun tetap ada kesatuan.17 Peran dakwah

plural yakni menyatukan lebih tepatnya menciptakan ikatan bersama, baik

15 Muliaty Amin, Op.Cit,.hlm. 91. 16 Abdul Karim, Konsep Dakwah Kultural Menurut Tokoh Muhammadiyah (Malang: PPs. Universitas

Muhammadiyah Malang, 2003), hlm. 5. 17 Muliaty Amin, Op.Cit,. hlm. 99.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

12

antara beberapa anggota masyarakat maupun dalam kewajiban sosial yang

membantu mempersatukan mereka.18

3. Dakwah model Nafsiah

Merupakan gaya dakwah yang mengingatkan pada diri sendiri untuk

melakukan perbuatan baik.19

4. Metode Dakwah Jamaah

Istilah jamaah dalam satu kata berasal dari bahasa arab yaitu جماعة – يجمع - جمع ,

berarti banyak, komunitas, mengumpulkan, menyatukan, mengombinasikan,

meletakkan, bersama-sama, dan menyimpulkan. Konteks dakwah jamaah

dalam pengertian ini merupakan interaksi da’i dengan mad’u dalam konteks

dakwah dilihat dari segi kuantitatif atau jumlah yang lebih banyak.20

5. Metode Tekstual dan Kontekstual

Dakwah yang menggunakan objek secara tertulis, da’i menyeru dakwahnya

sama sekali tidak menggunakan materi atau landasan lain, melainkan

berdasarkan pada Al-qur’an dan as-sunnah.21 Contohnya dalam penggunaan

pakaian yang mana sudah menjadi kebiasaan para model menggunakan pakaian

ke barat-baratan itu sama sekali tidak sesuai dengan ajaran agama Islam aslinya

mereka menganggap bahwa menggunakan pakaian seperti yang digunakan

orang-orang Arab pada bangsanya sendiri lebih menyenangkan.

Dakwah kontekstual adalah dakwah yang digunakan untuk memperhatikan hal

di luar wacana aslinya, metode ini dilakukan oleh para pelaku dakwah dengan

mengharapkan dakwah yang berbagai macam model masyarakat menerimanya

dengan mudah.22

6. Metode Dakwah Kontemporer

18 Muliaty Amin, Op.Cit,. hlm. 103. 19 Muliaty Amin, “Dakwah Nafsiah: Dakwah Partisipatoris di Kelurahan Ketangka Kabupaten Gowa”

dalam Hasil Penelitian (Makassar: Lembaga Penelitian UIN Alauddin, 2010), hlm. 12. 20 Muliaty Amin, Op.Cit,. hlm. 114. 21 Anwar Masyari, Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), hlm. 41. 22 Isa Anshari, Paradigma Dakwah Kontemporer (Jakarta: Media Kalam, 2004), hlm. 112.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

13

Aspek pluralisme atau keragaman haus diperhatikan dalam menggunakan

dakwah kontemporer, yang merupakan fakta alamiah dan manusiawi, masa

kontemporer merupakan era globalisasi sebagai masa kemajuan dunia dalam

berbagai aspek dan kehidupan yang menjamin juga mengkhawatirkan.23

1) Melalui Elektronik

Dakwah elektronik yaitu dakwah menggunakan alat-alat elektronik

berdasarkan prinsip-prinsip elektronika atau benda yang dibuat

berdasarkan alat-alat yang dibentuk atau bekerja atas dasar elektronika.

Dengan demikian dakwah elektronika yakni alat-alat elektronik modern

seperti radio, televisi, handphone, telepon, fax dan lain sebagainya.24

2) Dakwah Jurnalistik

Metode dakwah dengan pendekatan jurnalistik, jurnalistik berasal dari

perkataan jurnal artinya catatan harian atau catatan mengenai kejadian

sehari-hari.25 Dari istilah ini juga dapat diartikan berita mencari fakta

dan melaporkan peristiwa, sehingga dakwah jurnalistik yaitu menyeru

dengan menggunakan berita atau catatan kepada jalan Allah.

3) Dakwah melalui Information Technology (IT)

Dakwah IT, digunakan sebagai media dakwah melalui media sosial juga

menggunakan sarana internet dengan bertukar informasi dan

komunikasi dalam penyampaian dakwah.26

4) Dakwah Melalui Handphone (HP)

Dakwah melalui handphone yaitu dakwah menggunakan alat hasil

produk teknologi di era kontemporer yang mana dapat kita gunakan

23 Muliaty Amin, Op.Cit,. hlm. 132. 24 Ibid,. hlm. 134. 25 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek (Bandung: PT.

Remaja Roesdakarya, 2006), hlm. 15. 26 Muliaty Amin, Op.Cit,. hlm. 151.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

14

untuk menghubungi secara langsung atau juga mengakses internet dan

juga menggunakan aplikasi lainnya.27

Wasail atau media dakwah memiliki pergeseran dari zaman ke zaman, adanya

peubahan dan perkembangan di bumi yang didalamnya terdapat makhluk bernama

manusia, setiap manusia yang memiliki akal dan pikiranlah membuat perubahan begitu

pesat. Media dakwah pada zaman kenabian berbeda dengan sekarang. Nabi memiliki

strategi tertentu dalam penyampaian dakwahnya mula-mula dengan cara sembunyi-

sembunyi kepada kerabat dan orang terdekat, lalu kemudian dengan terang-terangan,

strategi selanjutnya berhijrah, nabi berhijrah untuk melindungi pengikutnya dan juga

dengan akhlaknya, berdakwah dengan memberi contoh yang benar.28

Wasilah dakwah merupakan sesuatu yang digunakan oleh seorang da’i,

sehingga bisa tersampaikan dakwahnya dan dapat membimbing mad’u kepada jalan

yang lurus.29 Manhaj salaf memiliki dua kategori wasilah:30

1. Wasilah bersifat biasa

2. Wasilah bersifat ibadah

Media dakwah sama halnya dengan media berkomunikasi, terutama dengan

beberapa media yang sudah sering kita temui sekarang. Media tindakan aksi atau

demonstrasi, media ucapan lisan atau seperti pidato, media tulisan, media cetak, media

elektronik, dengan adanya media yang baru juga dapat memudahkan da’i dalam

efisiensi dan lebih efektif sehingga jangkauannya pun lebih luas.31

27 Ibid,. hlm. 159. 28 Syamsudin RS. “Strategi dan Etika Dakwah Rasulullah SAW”. Jurnal Ilmu Dakwah. Vol. 4 No.14,

2009. hal. 797. 29 Fawwas bin Hulayyil as-Suhaimi. Begini Seharusnya Berdakwah (Jakarta: Darul Haq, 2008), hal.

128. 30 Ibid., hal. 129. 31 Encep Dulwahab.”Dakwah Diera Konvergensi Media”. Jurnal Ilmu Dakwah. Vol. 5. No. 16, 2010.

hal. 30.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

15

2.1.3 Bahasa Sebagai Representasi Budaya Masyarakat

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dari komunikasi,

komunikasi sendiri membutuhkan bahasa tertentu agar pesan tersampaikan, juga

dengan berbahasa kita dapat berhubungan dengan orang lain baik secara lisan maupun

tulisan, dikehidupan nyata semua makhluk hidup memiliki bahasanya masing-masing,

maka dari itu pentingnya memahami bahasa yang menjadi landasan budaya

masyarakat. Bahasa juga dianggap sebagai kode verbal.32

Ada satu pemikiran pada teori bahasa yang mana pada teori tersebut ia

menonjolkan dan menitikberatkan adanya hubungan yang sangat kuat antara bahasa,

budaya, dan pikiran seorang pembicara, teori ini biasanya disebut sebagai Hipotesis

Sapir Whorf. Pada pembahasan tentang bahasa dan budaya atau terkait bahasa dan pola

pikir hampir dikaitkan pada Hipotesis Sapir Whorf, peneliti pun menjadikan Hipotesis

Sapir Whorf sebagai landasan untuk melanjutkan penelitian. Hipotesis Sapir Whorf

yang disingkat menjadi HSW memiliki versi ekstrem dan versi moderat, versi ekstrem

mengutarakan bahwa cara pandang kita terhadap realitas sepenuhnya sudah ditentukan

oleh bahasa pertama kita, berlainan degan versi ekstrem, versi moderat yang mana

menyatakan bahwa cara pandang kita terhadap realitas itu dipengaruhi oleh bahasa

pertama kita.33

Seperti namanya HSW, Sapir dan Whorf merupakan dwitunggal dari guru dan

murid, memunculkan pemikiran di bidang bahasa linguistik, Sapir pernah mengatakan:

Human beings do not live in the objective world alone, nor alone in the world

of social activity as ordinarily understood, but very much at the mercy of the

particular language, which has become the medium of expression for their

society. It is quite an illusion to imagine that one adjusts to reality essentially

without the use of language and that language is merely an incidental means

of solving specific problems of communication or reflection. The fact of the

32 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Roesdakarya, 2005), hlm.

237. 33 A. Effendi Kadarisman. “Hipotesis Spir-Whorf dan Ungkapan-Verbal Keagamaan”. lInguistik

Indonesia. No. 1, 2008. hlm. 1-21.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

16

matter is the 'real world' is to a large extent unconsciously built up on the

language habits of the group. No two languages are ever sufficiently similar to

be considered as representing the same social reality. The worlds in which

different societies lie are distinct worlds, not merely the same world with

different labels attached. 34

Diatas menjelaskan bahwa Sapir menekankan pada beberapa poin terkait

bahasa. Pertama, bahasa menjadi media ekspresi yang memiliki ketergantungan pada

masyarakat dengan khalayak tertentu. Kedua, pada dasarnya seseorang menyesuaikan

diri menggunakan bahasa. Ketiga, bahasa merupakan cara yang sewaktu-waktu

digunakan untuk meredakan permasalahan komunikasi. Keempat, kehidupan dunia

nyata dibangun atas dasar kebiasaan bahasa dari kelompok masyarakat. Kelima, tidak

ada satu bahasapun yang dapat menyetarakan bahasa lain dan dapat mewakili realitas

sosial yang serupa, dengan letak masyarakat berbeda-beda. Muridnya menguatkan

pikiran Sapir yang condong pada determinisme bahasa, sehingga sepenuhnya menjadi

determinisme bahasa. Ia mengatakan

We dissect nature along lines laid down by our native language. The categories

and types that we isolate from the world of phenomena we do not find there

because they stare every observer in the face; on the contrary, the world is

presented in the kaleidoscopic impressions which has to be organized by our

minds and this means largely by the linguistic systems in our minds. We cut

nature up, organize it into concepts, and ascribe significance as we do, largely

because we are parties to an agreement to organize it in this way an agreement

that holds our speech community and is codified in the patterns of our

language.35

Pendapat Sapir dilanjutkan oleh muridnya sendiri yaitu Whorf, akan tetapi

Whorf lebih menekankan pada kalimat "dicengkeram oleh bahasa ibunya" yang pada

kalimat Sapir adalah "very much at the mercy of the particular language" artinya

terperangkap oleh bahasa ibunya. Selain itu Whorf juga berkata bahwa tanda yang kita

kenal merupakan hasil dari realitas mental yang dikte dan didesakkan oleh bahasa

34 A. Effendi Kadarisman, loc. Cit. 35 A. Effendi Kadarisman, loc. Cit.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

17

kedalaman pikiran kita. Whorf mencontohkan pada masyarakat Hopi dan bahasanya,

yang unik memandang objek fisika, ia juga mengatakan jika ahli fisika dari Hopi maka

fisika yang akan kita pelajari berbeda.

Determinisme bahasa atau versi ekstrem ditolak dan relativitas bahasa atau

versi moderat diterima, karena menyamakan sesuai dengan realitas yang mana

determinisme tidak akan ada karena adanya penerjemah dan pelajar bahasa asing itu

sendiri, dengan kata lain bahasa mempengaruhi pola pikir, pola pikir mempengaruhi

budaya HSW pada gambar berikut.36

Gambar 1. Diagram Hipotesis Sapir Whorf

Dan pada akhirnya di revisi adanya timbal balik antar budaya, bahasa dan pola

pikir. Lihat pada gambar berikut.37

Gambar 2. Diagram Hipotesis Sapir Whorf (Revisi)

Bahasa, budaya juga pola pikir, yang tidak bisa dipisahkan menjadi unsur yang

akan diteliti pada penelitian di bab ke empat, selain itu juga bahasa dalam berdakwah

sesuai dengan ajaran agama Islam sangatlah penting bagi pendakwah, dengan kata lain

menggunakan dua ilmu yaitu ilmu agama dan ilmu teori bahasa. Bahasa dalam agama

memiliki jenis-jenisnya tersendiri, namun berdakwah sangat identik dengan bahasa

persuasif yang mengandung unsur mengajak juga menghasut.

36 A. Effendi Kadarisman, loc. Cit. 37 A. Effendi Kadarisman, loc. Cit.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

18

2.2 Budaya Sarana Dakwah Mengingatkan Melalui Sarkasme

Bahasa Yunani merupakan asal leksem sarkasme yakni sarkasmos yang

diturunkan langsung dari kata kerja sarkasein artinya ‘merobe-robek daging layaknya

anjing’, ‘menggigit bibir karena marah’ atau ‘bicara dengan kepahitan’.38

Bila membandingkan kata sarkasme dengan ironi dan sinisme, maka

sarkasmelah yang lebih kejam jika digunakan dalam keseharian. Ciri utama gaya

bahasa sarkasme ialah mengandung kepahitan dan celaan yang getir, menyakiti hati

seseorang dan kurang enak untuk didengar. Contohnya:39

Ingin lewat depannya saja saya mau muntah dia bau seperti sampah, apalagi

kamu suruh aku duduk di sampingnya

Tolong sedikit menjauh! Napasmu bau kuda saya hampir mati menahannya

Penggunaan kata sarkasme biasanya dilengkapi dengan intonasi dan ekspresi

wajah, bentuk tidak langsung dari sarkasme ini merupakan sebuah komunikasi yang

meninggalkan interpretasi tentang hal yang dikatakan kepada si pendegar. Namun tidak

semua sarkasme menggunakan intonasi dan ekspresi yang bisa kita duga begitu saja,

sarkasme masuk pada gaya bahasa sindiran yang mana kata yang dilontarkan

memberikan kesan yang menyakitkan pada pendengar. Intonasi memiliki fungsi

gramatikal dan fungsional yang mana keduanya terjadi bersamaan, pada umumnya

keduanya tidak saling menghindarkan pada distribusinya dalam setiap ujaran.40

Maksud dari gaya bahasa sarkasme yaitu:41

1) Maksud umpatan, celaan atau candaan kasar yang bermula dari luapan

amarah seseorang.

38 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa (Bahasa: Angkasa,2013), hlm. 92. 39 Henry Guntur Tarigan, Op.Cit,. 40 Amran Halim, Intonasi Dalam Hubungannya Dengan Sintaksis Bahasa Indonesia, Terj. Tony S.

Rachmadie (Jakarta: Djambatan, 1984), hlm. 79. 41 Adik Oki Aflikhah, Skripsi: “Gaya Bahasa Sarkasme dan Kekhasan Bahasa Penulis” (Surakarta:

UMS, 2012), hlm. 3.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

19

2) Maksud ajakan, membuat pembaca dan pendengar untuk mengucapkan

atau mengatakan hal yang digiring oleh komunikan.

3) Maksud pemberitahuan sebagai alat komunikasi, agar komunikan

mengeti dengan apa yang dimaksud dan mendapatkan informasi dari

komunikator.

Sarkasme dibedakan menjadi dua bentuk, pertama bentuk ejekan, atau olok-

olok yang dilontarkan langsung kepada komunikan agar hati komunikan getir ketika

mendengarnya, kedua bentuk sindiran, yaitu sejenis ejekan yang bertujuan untuk

menakuti komunikan agar getir degan secara tidak langsung.42

Bahasa juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dalam berdakwah

juga menjadi salah satu unsur paling utama pada penelitian ini. Bentuk etika

komunikasi persuasif agar dakwah yang disampaikan dapat dipahami yaitu: Qawlan

Baligho, Qawlan Karima, Qawlan Layyina, Qawlan Maisura, Qawlan Sadida.43

Dengan bentuk-bentuk diatas kita dapat menempatkan kata-kata dan bagaimana kita

harus mengutarakannya, karena penggunaan kata dan tatanan bahasa juga harus

diperhatikan, agar tidak tergelincir pada pembicaraan yang tidak bermanfaat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:44

Tabel 1. Etika Komunikasi Islam

No. MAD’U MATERI CIRI-CIRI CATATAN

1.

Orang munafik

dan kafir

Perkataan yang

membekas dihati

Tajam dan pedas.

Benar dari segi bahasa.

Paradigmanya sama

Kesalahan kata

akan dilecehkan;

kesalahan

42 Ibid., hlm. 4. 43 Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah (Malang: Madani, 2014), hlm. 187. 44 Ibid., hlm. 206-208.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

20

(keras dan

tajam) قولا بليغا

dengan paradigma

mad’u. Benar secara

substansial.

paradigma

dipelesetkan.

Kesalahan

substansi diolok-

olok. Lemah lembut

dipandang sebagai

kelemahan.

2.

Penguasa yang

sewenang-

wenang

Perkataan

tentram dan

tenang

قولا لينا

Tidak mengusik

perasaan karena

kehalusannya.

Penguasa tiran

tidak dapat

menolak karena

kelembutan kata

membuat penguasa

luluh dan tenang.

Mereka akan

menolak secara

frontal jika

pendakwah

menggunakan

bahasa atau cara

yang kasar untuk

berkomunikasi.

Da’i manapun yang

menggunakan

bahasa terlalu

tinggi dianggap

musuh dari mereka

sehingga mudah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

21

untuk dimasukkan

dalam penjara.

3.

Kelompok

tertindas atau

rakyat yang

dituakan atau

sudah ketinggalan

zaman, orang

yang menzalimi

dan menengah ke

bawah

Perkataan ringan

قولا ميسورا

Ringan, mudah

diterima dan mudah

dimengerti, sederhana

dan tidak berliku-liku.

Pemahaman sedikit

bicara namun banyak

bekerja serta

pemahaman sederhana

yang lebih dari fakta.

Kelompok ini

cenderung peka

terhadap

pemahaman

mendalam dan

penjelasan yang

panjang.

4.

Lanjut usia atau

purnawirawan

Perkataan yang

mulia قولا كريما

Memiliki tata krama

dan tidak menggurui

Manusia yang

umurnya sudah tua

tidak bisa diberi

retorika karena

pemahaman

mereka bahwa

mereka lebih

berpengalaman

5.

Mad’u secara

umum

Perkataan yang

benar قولا سديدا

Tepat sasaran dan

berpijak pada takwa

karena benar secara

logika.

Jika dakwah yang

tidak berdasarkan

akhlak maka

pendakwah tidak

memiliki

ketertarikan oleh

mad’u

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

22

Sarkasme merupakan kata yang langsung dan tidak memiliki pengibaratan, ini

menjadikan sarkasme langsung tertuju pada yang dibicarakan, sama halnya dengan

qawlan saddidan yang memiliki arti perkataan yang jujur dan tidak bohong. Qawlan

saddidan bukan hanya perkataan yang tidak membelit melainkan perkataan yang

konsisten juga istiqomah. Kekonsistenan unsur perkataan sarkasme juga harus tepat

sasaran, seperti pada ayat berikut.45

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya

mereka meninggalkan keturunannya yang lemah di belakang mereka

yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu,

hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka

berbicara dengan tutur kata yang benar (QS. 4:9).

Pengguna gaya bahasa sarkasme atau qawlan saddidan harus sesuai dengan

kriteria kebenaran dan juga tidak berbohong dalam kalimatnya, “sadidan” yang

mengandung makna “meruntuhkan kemudian memperbaikinya” merupakan kritik

yang membangun serta dapat mendidik pendengar dan pembaca.46 Pengucapan kalimat

kalimat yang tepat akan menjauhi seseorang dari kebohongan karena dia sering

mengucapkan kata-kata yang tepat, ini juga berkaitan dengan amalan-amalan yang ia

lakukan sehingga perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya.

2.3 Kaitan Teori Wacana dengan Bahasa

Sudah semestinya wacana memiliki hubungan yang erat dengan bahasa, karena

bahasa sendiri memiliki struktur dan kemampuan dasar bagi makhluk hidup. Faktanya,

wacana merupakan verbal dan nonverbal sebagai media berkomunikasi, wacana bisa

berupa tulisan ataupun tuturan lisan. Adapun dari segi pemaparannya, wacana dapat

dimasukkan pada beberapa jenisnya yang disebut naratif, deskriptif, prosedural,

45 Wahyu Ilahi, Op.Cit,. hlm. 187. 46 Ibid., hlm. 188.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

23

ekspositoris dan hortatory. Terkait segi pemakaian, dapat menggolongkan pada wujud

monolog (satu orang penutur), dialog (dua orang penutur) dan poliglot (lebih dari dua

orang penutur).47

Adapun wacana dalam Bahasa Inggris yang berarti discourse dan dalam Bahasa

Prancis le discourse kata tersebut dalam bahasa Yunani discursus yang bermakna

“berlari ke sana kemari”.48 Berry memiliki prinsip bahwa wacana memiliki fungsi dan

tujuan yang ganda yaitu, pertama memberikan teks sedemikian rupa agar mudah pada

penuturan sesuatu yang bermanfaat terkait teks secara individual dan kelompok teks.

Kedua memiliki upaya untuk menghasilkan suatu teori wacana.49

Tulisan merupakan wacana dan setiap wacana tidak selalu soal tulisan saja,

akan tetapi lisan dan tulisan seperti yang diutarakan Tarigan “Istilah wacana mencakup

kawasan luas bukan hanya percakapan atau obrolan, melainkan pembicaraan di depan

publik, tulisan, serta pengupayaan formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau

lakon”.50 Hal itulah yang menjadi alasan peneliti ingin menggunakan teori wacana

dalam menganalisis video dari Ustaz Abdul Somad.

2.3.1 Analisis Wacana Kritis

Analisis adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberikan

penjelasan dari sebuah teks (realitas social) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang

atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk

memperoleh apa yang diinginkan.51

Wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi, yang menggunakan

simbol-simbol, yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa, di dalam

47 Fatimah Djajasudarma, Wacana & Pragmatik (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm. 5. 48 Yayat Sudaryat, Makna Dalam Wacana (Bandung: Yrama Widya, 2009), hlm. 110. 49 Henry Guntur Tarigan, Pengkajian Pragmatik (Bandung: Angkasa, 2009), hlm. 58. 50 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Roesdakarya, 2015), hlm. 10. 51 Muslimin Machmud, Tuntunan Penulisan Tugas Akhir Berdasarkan Prinsip Dasar Penelitian

(Malang: Selaras, 2018), hlm. 163.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

24

sistem kemasyarakatan yang luas. Jadi, analisis wacana yang dimaksud dalam sebuah

penelitian adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek

(penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan.52

Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau

telah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.53 Ada yang selalu menyatakan bahwa

tujuan utama analisis wacana kritis adalah menyingkap keburaman dalam wacana yang

berkontribusi pada penghasilan hubungan yang tidak imbang antar peserta wacana

yaitu Fairclough, Wodak, Van Dijk dan Van Leeuwen,.54

Tabel 2. Alur Tulisan dan Pendekatan55

Paradigma Kritis

Teori Wacana Michel Fourcault

Louis Althusser

Model analisis Roger Fowler dkk.

Theo van Leeuwen

Sara Mils

Teun A. van Dijk

Norman Fairclough

52 Ibid., hlm. 164. 53 Ibid., hlm. 165. 54 Ibid., hlm. 167. 55 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara,

2006), hlm. 20.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

25

Tabel 3. Macam-Macam Analisis Wacana Kritis56

Pendekatan Analisis Kritis

Fokus pada

Bahasa

Analisis

Pendekatan

Prancis

Pendekatan

Pemahaman

Sosial

Analisis

Pendekatan

Sosial

Pendekatan

Pada Wacana

Histori

Penjelasan Ini

memusatkan

pada

pendekatan

analisis

wacana,

bahasa dan

hubungannya

dengan

ideologi. Lalu

ideologi

difokuskan

berdasarkan

pilihan bahasa

dan struktur

gramatika

yang dipakai.

Analisis ini

disebut juga

dengan

pendekatan

Pecheux.

Pecheux

memandang

bahasa dan

ideologi

bertemu

pada

pemakaian

bahasa, dan

materialistis

bahasa pada

ideologi.

Pendekatan

Kognisi Sosial

merupakan

pendekatan

yang

dikembangkan

di Universitas

Amsterdam

Belanda,

dengan tokoh

utamanya

adalah Teun

A. Van Djik.

Menurut Van

Djik dalam

menganalisis

wacana tidak

hanya

menganalisis

teks saja,

tetapi perlu

Pendekatan ini

digunakan

untuk

menganalisis

wacana yang

memperhatikan

hubungan

antara teks

yang di analisis

dan perubahan

sosial.

Pendekatan

ini

dikembangkan

oleh kawanan

pengajar di

Vienna yang

dipandu oleh

Ruth Wadok

56 Subur Ismail.”Analisis Wacana Kritis: Alternatif Menganalisis Wacana”

(https://www.neliti.com/publications/74626/analisis-wacana-kritis-alternatif-menganalisis-wacana,

Diakses pada 16 Januari 2020)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

26

diamati

bagaimana

wacana

dibuat, kenapa

wacana itu

dibuat

Pelopor

atau Tokoh

Dikembangkan

Fower dan

kawan-kawan.

- Teun

Adrianus van

Dijk

Norman

Fairclough

Ruth Wadok

Dampak

Gagasan

Dasar dari

pemikiran

analisis ini

dikembangkan

berdasarkan

tafsiran dari

Halliday

mengenai

struktur dan

fungsi bahasa

Pendekatan

Prancis ini

dipengaruhi

teori

ideologi

Althuserda

dan teori

Foucault

- Foucault

bersama

intertekstualitas

Julia Kristeva

dengan Bakthin

Jurgen

Habermas

Inti

Analisis

Pengaamatan

pilihan bahasa

dan maupun

struktur

gramatika

yang dipakai

akan

mendasarkan

Pecheux

memberikan

perhatikan

pada

dampak

ideologi dari

diskursif

yang

Van Dijk dan

teman-

temannya

mengangkat

persoalan

etnis,

rasialisme dan

pengungsi

Ada hubungan

antara praktik

diskursif

dengan

identitas dan

relasi sosial

Dalam

pendekatan ini

Dalam

menganalisis

wacana harus

disertakan

pula konteks

sejarah

bagaimana

wacana terkait

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

27

Ideologi dari

pemikirannya.

memosisikan

seseorang

sebagai

subjek

dalam situasi

sosial

tertentu

dalam

menganalisis

berita-berita

di surat kabar

Eropa pada

tahun 1990-an

wacana

dipandang

sebagai praktik

sosial. Bahasa

yang

digunakan

Fairclough

sebagai suatu

tindakan pada

dunia,

khususnya

sebagai bentuk

representasi

ketika

menghadapi

realitas.

suatu

kalangan

digambarkan

Unit

Analisis

Glosari dan

Gramatikal

Glosari dan

Gramatikal

Tematik,

semantik,

semantik, tata

kalimat,

stilistika,

retoris

Kosakata dan

tata bahasa

-

Analisis wacana dikenal dengan tiga sudut pandang mengenai bahasa, pertama

bahasa sebagai jembatan atau perantara antara dirinya dengan objek di luar dirinya,

kedua subjek sebagai faktor utama dalam kegiatan wacana dan hubungan sosial, yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

28

ketiga bahasa merupakan representasi yang berperan dalam membentuk objek-objek

tertentu atau tema lain didalamnya.57

Berikut ini poin-poin tulisan Van Dijk, Fairclough, Fairclough & Wodak dan

Eriyanto yang menyajikan beberapa karakteristik penting dari analisis kritis:

1. Tindakan

Hal yang utama analisis wacana diidentikkan dengan tindakan, yakni

melakukan interaksi dengan sekitar, wacana tidak bisa dihilangkan tanpa

interaksi, ketika seseorang berbicara maka dia sudah melakukan interaksi

dengan orang lain, interaksi itu adalah tindakan. Orang menulis dan

berbicara itu telah melakukan interaksi dengan khalayak atau orang lain.

Pemahaman seperti ini maka analisis wacana memiliki beberapa

konsekuensi. Konsekuensi pertama, wacana atau tindakan memiliki suatu

tujuan tertentu entah itu membujuk, menyanggah, memotivasi atau bisa

melarang. Konsekuensi yang kedua, wacana adalah tindakan yang

dilakukan secara sadar, terorganisasi dan terkontrol bukan sesuatu di luar

kendali atau sesuatu yang diekspresikan di luar kesadaran.58

2. Konteks

Situasi di luar teks yang dapat dianalisis dan mempengaruhi teks atau

bahasa tersebut, situasi dimana teks diproduksi, juga fungsi yang

dimaksudkan. Konteks dibedakan menjadi dua. Pertama, jenis kelamin,

umur, Pendidikan, kelas sosial, etnik, agama dan dalam banyak hal yang

menggambarkan wacana. Kedua, pengaturan sosial tertentu seperti tempat,

57 Subur Ismail, “Analisis Wacana Kritis: Alternatif Menganalisis Wacana”

(https://media.neliti.com/media/publications/74626-ID-analisis-wacana-kritis-alternatif-mengan.pdf,

Diakses pada 28 November 2019) 58 Muslimin Machmud, Op.Cit,. hlm. 169.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

29

waktu, posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik konteks yang

berguna untuk mengerti suatu wacana.59

Analisis wacana yang paling penting yaitu keterlibatan konteks pada

teks pembicara. Dapat digaris bawahi bahwa apapun yang berada di luar

bahasa itu sendiri merupakan konteks dan dapat mempengaruhi bahasa.60

Analisis wacana kritis melibatkan konteks dan lingkup yang luas.

3. Historis

Adanya karakteristik historis ini memberikan penjelasan tentang masa

lampau atau asal-usul adanya teks tersebut, sejarah mengenai mengapa

menggunakan bahasa tertentu pada waktu tertentu dapat dikaitkan dengan

latar belakang dari teksnya. Analisis wacana bukan mengenai teks dan

konteks saja tapi juga tentang mengapa teks ini dibangun.61

Mengenai historis, seseorang yang akan menganalisisnya juga harus

paham tentang sejarah dari teks yang dilontarkan komunikator terhadap

komunikan. Pemahaman mendalam akan apa yang diteliti dan mengulik

lebih tentang latar belakang teks.

4. Kekuasaan

Wacana memiliki hubungan yang kuat dengan masyarakat sehingga

karakter kekuasaan juga dibutuhkan pada komunikator untuk

menyampaikan apa yang ingin disampaikan, sehingga tidak adanya

keterbatasan teks pada ucapannya.

Pemakaian bahasa tidak hanya pembicara, penulis, pendengar dan

pembaca namun juga ini termasuk pada kategori sosial tertentu. Faktanya

analisis wacana kritis tidak membatasi diri pada detail teks atau struktur

59 Ibid., hlm. 170. 60 Ibid., hlm. 171. 61 Ibid., hlm. 172.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

30

wacana saja, tetapi juga menghubungkan dengan kekuasaan politik, sosial,

profesi dan juga mayoritasnya.62

5. Ideologi

Ideologi berbentuk norma dasar, nilai serta prinsip-prinsip digerakkan

oleh realisasi kemauan juga tujuan dari sebuah kelompok, melalui

reproduksi dan usaha legitimasi kekuasaanya.63 Adanya kelompok tertentu

yang memiliki dominasi pada suatu wilayah memiliki tujuan menanamkan

ideologi pada teks dan konteks yang akan mereka sampaikan, sehingga

karakteristik dari wacana menganalisis terhadap ideologi pihak tertentu.

Strategi yang dipakai pada komunikator ideologi dengan membuka

kesadaran masyarakat atau komunikan yang sudah ditargetkan, sehingga

dapat mempersuasi untuk menganut ideologi tertentu.

2.3.2 AWK Menurut Norman Fairclough

Analisis wacana kritis (AWK) mau menggali bagaimana wacana yang

diproduksi mendominasi sosial. Mendukung kelompok tertentu sehingga kadang

kelompok tiran tersebut menjadi penguasa, serta bagaimana penggunaan wacana

sebagai senjata suatu kelompok untuk melawan penguasa tiran dalam penyalahgunaan

kekuasaan. Analisis ini membutuhkan cara yang multidisiplin agar terlepas dari

perspektif peneliti, karena ilmuwan AWK memiliki komitmen sosio-politik untuk

memperjuangkan keadilan dan kesetaraan. Sehingga dengan multidisiplin ini

membutuhkan penguasaan setidaknya memiliki ilmu bahasa dan sosial. Ilmu linguistik

menganalisis seperti tata bahasa, semantik, speech act, fonetik dan percakapan, untuk

ahli psikologi dan linguistik memfokuskan ke pemakaian bahasa dan akal yang terlihat

saat interaksi wacana. Beragam ilmu sosial membantu dalam mengamati serta

62 Ibid., hlm. 172. 63 Ibid., hlm. 174.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

31

menganalisis struktur sosial dan masalah ketidakadilan dapat digunakan untuk

memahami dimensi makro AWK, wacana sebagai praktis sosial.64

Menurut Fairclough AWK harus memperhatikan tiga dimensi proses semiotik

liannya: teks, praktik diskursif dan praktis sosial. Pertama, teks, semuanya yang

mengacu ke wicara, tulisan, grafik juga kombinasinya yang berbau linguistik, juga

leksikon, semantik, tata kalimat juga koherensi dan kohesivitas. Kedua yaitu praktik

diskursif, semua bentuk pembuatan dan pemakaian wacana, bagaimana model

kegiatan, bagan kerja dan rutinitas dalam mewujudkan wacana tersebut. Ketiga adalah

praktik sosial yaitu yang berhubungan dengan konteks luar teks, memasuki banyak hal

seperti situasi, praktik institusi dari media yang berhubungan dengan masyarakat,

budaya atau politik tertentu.65

Gambar 3. Pola Model 3 Dimensi Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan peneliti sebagai rujukan dalam melakukan

penelitian. Dalam penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan kesamaan judul

dengan dengan judul penelitian penulis, akan tetapi penelitian terdahulu menggunakan

64 Haryatmoko. Critical Discourse Analysis: Analisis Wacana Kritis (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2017), hlm. 22. 65 Eriyanto. Op.Cit., hlm. 267

PRAKTIK SOSIO-BUDAYA

[Situasional, Institusional & Sosial]

Proses Produksi

Proses Interpretasi

PRAKTIK DISKURSIF

TEKS DESKRIPSI [Mikro]

Analisis Teks

INTERPRETASI [Meso]

Analisis Produksi

EKSPLANASI [Makro]

Analisis Sosial

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

32

teori dan menjadi referensi penulis untuk mengkaji pada penelitian yang akan

dilakukan.

Penelitian terdahulu mengambil judul “Penggunaan Gaya Bahasa Sarkasme

Pada Program Talk Show Di Televisi” (Analisis Wacana Kritis Pada Program Mata

Najwa Di Metro Tv Edisi 22 Agustus 2013) dengan peneliti Wina Putri Andini pada

tahun 2014 Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Hasil

penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa penggunaan gaya bahasa sarkasme

dalam tayangan Mata Najwa edisi 22 Agustus 2013 ditujukan untuk mempresentasikan

secara negatif nara sumber yang diundang. Sikap redaksi dimasukkan dalam naskah

program yang secara langsung dapat dilihat pada segmen Catatan Najwa. Benar apabila

penggunaaan gaya bahasa membawa sebuah ideologi didalamnya. Ideologi dominan

yang ditunjukkan yaitu pembentukan makna terhadap realitas berdasarkan kekuasaan

yang paling tinggi.

Alasan penulis memilih ini sebagai rujukan karena sama-sama mengkaji

tentang gaya bahasa sarkasme dengan metode analisis wacana namun penulis

mengambil hal-hal yang berbeda dengan fenomena yang sedang terjadi yaitu pada

dakwah di akun channel YouTube Ustadz Abdul Somad. Hasil penelitian ini memberi

gambaran bagaimana menggunakan analisis wacana kritis sehingga peneliti dapat

mengerjakan proposal penelitian dengan baik. Selain itu, pada penelitian terdahulu ini

mengambil gaya bahasa sarkasme yang memberi gambaran dan masukan pada judul

peneliti terkait objek yang diambil peneliti.

Selain penelitian yang di atas, Ade Chandra Sutrisna alumni Universitas

Muhammadiyah Malang, pada penelitiannya yang berjudul “Membongkar Nilai

Ideologi Di Balik Surat Kabar Online” (Studi Analisis Wacana Kritis pada Kanal

CNNIndonesia.com Periode 20 – 25 Juli 2016) yang diteliti pada tahun 2018

menggunakan model yang sama yaitu Norman Fairclough, pada penelitiannya ia

fokuskan mengenai ideologi putusan sidang rakyat 1965 di Den Haag, Belanda pada

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islameprints.umm.ac.id/66349/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 10. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Dakwah Islam Permasalahan yang

33

periode yang sudah dijelaskan. Ade Chandra memiliki objek yang berbeda dengan

peneliti yaitu ia merujuk pada kanal pemberitaan dengan media online dan objek

peneliti adalah pendakwah dengan medianya yaitu yaoutube atau video. Penelitian Ade

Chandra memberi masukan pada beberapa Tinjauan Pustaka yang ada pada proposal

peneliti terkait analisis wacana kritis, selain itu penelitiannya juga menjadi gambaran

peneliti bagaimana menggunakan teori AWK sebagai metode penelitian.

Selanjutnya referensi dari Melvhin Samuel Harapenta dengan judul

“Representasi Dialektika Hitam dan Putih dalam Video Klip Superfine” (Studi

Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough dalam Video Klip Kontemplasi Dini Hari

Karya Superfine). Ia mengambil objek dengan media yang sama dengan peneliti, yang

membedakan dengan penelitian dari alumni mahasiswa Program Studi Ilmu

Komunikasi Universitas komputer Indonesia Bandung itu adalah objek yang diambil

dengan menggunakan analisis wacana kritis dan wawancara sebagai teknik

pengumpulan data karena ia meneliti representasi. Tidak banyak yang dapat diambil

dari penelitian ini karena keterbatasan akses di internet, akan tetapi peneliti dapat

mengambil intisari dari hasil penelitian Melvin yang juga meneliti pada media yang

sama yaitu video. Penelitiannya juga memberi bayangan bagaimana peneliti nanti

mengelolah dan membedah wacana pada objek peneliti.