hakikat dan konsep negara

3
Hakikat dan Konsep Negara, Ideologi, dan Konstitusi Terkait Praktik Korupsi Sekumpulan orang yang telah menyatakan dirinya sebagai bangsa akan menyatakan tempat tinggalnya sebagai negara. Negara sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi masyarakat yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan suatu masyarakat. Sementara itu, Max Weber mendefinisikan negara sebagai suatu struktur masyarakat yang mempunyai monopoli dalam menggunakan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Dengan adanya kekuatan memaksa itu maka timbulah konsep kedaulatan. Kedaulatan pada prinsipnya dapat dipegang oleh seseorang, sekelompok orang, suatu badan, atau sekelompok badan yang melakukan legitislasi dan administrasi fungsi-fungsi pemerintahan. Ada beberapa bentuk kedalatan berdasarkan pada pemegang kedaulatan. Di antaranya adalah kedaulatan rakyat yang menjadi cikal bakal konsep demokrasi. Negara demokrasi menganut asas bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan kekuasaan pemerintahan itu sendiri bersumber dari kehendak rakyat. Asas ini akan terus berlangsung selama adanya konsep “saling percaya” antara pemerintah dan masyarakat. Sekalipun rakyat memiliki kehendak yang dominan, kedaulatan rakyat tetap dibatasi oleh suatu aturan yang terwujud dalam ideologi dan konstitusi yang menjadi pedoman bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keduanya digali dan bersumber dari budaya bangsa mereka sendiri. Ideologi dan konstitusi merupakan fondasi bagi terbentuknya suatu negara. Keduanya memiliki peran yang sentral terkait dengan cita-cita, tujuan, aturan, serta pedoman bagi suatu negara. Indonesia menganut ideologi Pancasila. Sementara itu, konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Perjalanan panjang

Upload: ludijalaludin

Post on 12-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Hakikat dan Konsep Negara, Ideologi, dan Konstitusi Terkait Praktik KorupsiSekumpulan orang yang telah menyatakan dirinya sebagai bangsa akan menyatakan tempat tinggalnya sebagai negara. Negara sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi masyarakat yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan suatu masyarakat. Sementara itu, Max Weber mendefinisikan negara sebagai suatu struktur masyarakat yang mempunyai monopoli dalam menggunakan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Dengan adanya kekuatan memaksa itu maka timbulah konsep kedaulatan.Kedaulatan pada prinsipnya dapat dipegang oleh seseorang, sekelompok orang, suatu badan, atau sekelompok badan yang melakukan legitislasi dan administrasi fungsi-fungsi pemerintahan. Ada beberapa bentuk kedalatan berdasarkan pada pemegang kedaulatan. Di antaranya adalah kedaulatan rakyat yang menjadi cikal bakal konsep demokrasi. Negara demokrasi menganut asas bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan kekuasaan pemerintahan itu sendiri bersumber dari kehendak rakyat. Asas ini akan terus berlangsung selama adanya konsep saling percaya antara pemerintah dan masyarakat.Sekalipun rakyat memiliki kehendak yang dominan, kedaulatan rakyat tetap dibatasi oleh suatu aturan yang terwujud dalam ideologi dan konstitusi yang menjadi pedoman bagi pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keduanya digali dan bersumber dari budaya bangsa mereka sendiri. Ideologi dan konstitusi merupakan fondasi bagi terbentuknya suatu negara. Keduanya memiliki peran yang sentral terkait dengan cita-cita, tujuan, aturan, serta pedoman bagi suatu negara.Indonesia menganut ideologi Pancasila. Sementara itu, konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Perjalanan panjang sejarah pelaksanaan konstitusi (UUD) di Indonesia terjadi dalam beberapa periode, yaitu : 1) periode berlakunya UUD 1945 ; 2) berlakunya Konstitusi RIS 1949 ; 3) periode UUDS 1950 ; 4) periode berlakunya kembali UUD 1945 ; 5) periode UUD 1945 masa orde baru ; 6) periode UUD 1945 pasca-orde baru ; 7) periode UUD 1945 yang diamandemen.Pergantian beberapa kali konstitusi merupakan masalah yang cukup krusial terkait dengan praktik korupsi di Indonesia. Hal ini bisa menjadi peluang bagi pihak-pihak tertentu untuk memuluskan praktik korupsi. Pergantian tipe konstitusi memungkinkan terjadinya ketimpangan pembagian tugas antara lembaga-lembaga negara. Di samping itu, hal tersebut mampu menciptakan otoriterisme yang secara formal menggunakan kekuatan hukum untuk melakukan tindakan pelanggaran hukum. Bentuk pelanggaran hukum itu sendiri sangat berpotensi menimbulkan tindakan-tindakan yang secara terang-terangan atau terselubung dapat merugikan negara. Bentuk tindakan tersebut dapat dimanifestasikan delam beberapa sektor. Seperti menyangkut penyalahgunaan instrumen-instrumen kebijakan, tarif dan kredit, sistem irigasi dan kebijakan perumahan, penegakan hukum dan peraturan menyangkut keamanan umum, pelaksanaan kontrak, dan pengembalian pinjaman. Kasus seperti ini terjadi di Indonesia pada era orde baru.Sistem demokrasi yang menganut asas kedaulatan rakyat pada dasarnya bisa memancing tindakan korupsi. Dengan adanya asas ini, para pemegang kekuasaan yang perlu dipilih oleh rakyat melalui sistem pemilihan (Pemilu). Para kandidat tersebut sendiri diusulkan oleh partai politik. Dengan demikian timbullah persaingan antar-partai politik yang mengatasnamakan demokrasi. Partai poitik saling bersaing untuk mendapatkan kursi terbanyak di pemerintahan dan mendapatkan pengaruh kuat di kalangan masyarakat. Guna mendorong tujuan kelompok mereka, tentunya ada bentuk-bentuk persaingan tidak sehat. Korupsi, kolusi, dan nepotisme sendiri merupakan salah satu bentuk cara untuk memuluskan kepentingan mereka di tingkat pemerintahan.Sistem pembagian kekuasaan menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang masih lemah dan belum matang juga menjadi faktor yang menimbulkan praktik korupsi marak di kalangan pejabat. Sistem pengawasan yang lemah juga menjadi faktor korupsi menjadi marak di kalangan pemerintah. Akibat merasa tidak terawasi secara hukum atau dengan memanipulasi hukum untuk memuluskan praktik korupsinya, para pejabat kian gencar melakukan aksi ini.Jadi, maraknya praktik korupsi di Indonesia sendiri bisa jadi diakibatkan adanya ketimpangan pada sistem birokrasi yang terbentuk akibat ketidaktepatan mewujudkan hakikat dan konsep negara, ideologi, serta konstitusi. Bentuk-bentuk ketimpangan tersebut membuat seseorang menjadi terbuka untuk melakukan korupsi.