hakikat asesmen otentik sebagai … · web viewsifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut...

29
HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI PENILAIAN PROSES DAN PRODUK DALAM PEMBELAJARAN YANG BERBASIS KOMPETENSI 1 OLEH PROF Dr NYOMAN DANTES 2 1. Pendahuluan Abad Melinium yang dicirikan dengan era global telah menuntut peningkatakan daya saing dan kompetisi yang terbuka. Hal itu, telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan, yaitu sangat perlunya diciptakan dan ditekankan adanya pendidikan yang bermakna, karena dengan pendidikan yang bermakna akan dapat menolong kita, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu pembelajaran yang bermakna menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah dilaporkan oleh the International Commission on Education for the Twenty-first Century (Delors, 1995), suatu komisi yang dibentuk oleh UNESCO dan bertugas mengkaji pendidikan yang tepat untuk abad ke-21. Laporan itu mengatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan, 1 Makalah disampaikan pada In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara 2 Guru Besar Makropedagogik Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. 1

Upload: lykhanh

Post on 19-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI PENILAIAN PROSES DAN

PRODUK DALAM PEMBELAJARAN YANG BERBASIS KOMPETENSI1

OLEH

PROF Dr NYOMAN DANTES2

1. Pendahuluan

Abad Melinium yang dicirikan dengan era global telah menuntut peningkatakan

daya saing dan kompetisi yang terbuka. Hal itu, telah menimbulkan orientasi baru dalam

pendidikan, yaitu sangat perlunya diciptakan dan ditekankan adanya pendidikan yang

bermakna, karena dengan pendidikan yang bermakna akan dapat menolong kita,

sedangkan pendidikan yang tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu

pembelajaran yang bermakna menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah

dilaporkan oleh the International Commission on Education for the Twenty-first Century

(Delors, 1995), suatu komisi yang dibentuk oleh UNESCO dan bertugas mengkaji

pendidikan yang tepat untuk abad ke-21.

Laporan itu mengatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan,

pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi

relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar

sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun

untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling

ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar

pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni peserta didik mempelajari pengetahuan, (2)

learning to do, yakni peserta didik menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan

keterampilan, (3) learning to be, yakni peserta didik belajar menggunakan pengetahuan

dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni peserta didik

belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya

saling menghargai antara sesama manusia. Dengan demikian, pendidikan saat ini harus

mampu membekali setiap peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai

dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan

(knowledge-based) tetapi mencerminkan keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar

itulah dapat terbentuk kompetensi.

1 Makalah disampaikan pada In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara2 Guru Besar Makropedagogik Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

1

Page 2: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dimiliki dan

dikuasai peserta didik yang dapat tertampilkan secara nyata dalam memecahkan

/menyelesaikan tugas-tugas dalam kehidupan. Jadi seseorang dikatakan kompeten apabila

padanya terbentuk suatu kemampuan yang dapat diandalkannya dalam menghadapi

tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, kompetensi dibangun agar setiap individu dapat

survived dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam era global ini.

Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat

komprehensif, dalam arti, asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar. Bila

pada masa yang lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa

sekarang proses dan produk mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari

oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh proses yang baik.

Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu dilakukan pemantauan terhadap proses. Di samping

itu, dengan dilakukannya pemantauan selama proses, terbuka peluang bagi peserta didik

untuk mendapatkan umpan balik yang dapat digunakannya untuk menghasilkan produk

terbaik.

2. Terminologi dalam Khasanah Asesmen

Dalam konteks pendidikan dewasa ini, istilah asesmen lebih banyak digunakan

dibandingkan dengan pada masa-masa yang lalu. Penggunaan istilah asesmen digunakan

bersama-sama dengan istilah evaluasi dan pengukuran. Memang, menurut Popham (1975),

pengertian pengukuran dan evaluasi berbeda. Pengukuran adalah suatu tindakan

menentukan sejauhmana (the degree to which) seseorang memiliki suatu atribut tertentu.

Penentuan itu dilakukan dengan memberikan angka (disebut skor) terhadap atribut

tersebut. Evaluasi adalah keseluruhan proses untuk memutuskan apakah sesuatu baik atau

tidak, bermanfaat atau tidak, dan seterusnya. Jadi, pengukuran adalah status

determination, sedangkan evaluasi adalah worth determination.

Dalam kaitannya dengan asesmen, Popham mengatakan bahwa asesmen seringkali

dimaksudkan sama dengan evaluasi. Kata asesmen dianggap lebih ‘ramah’ dibandingkan

dengan evaluasi. Setelah dua puluh tahun, Popham (1995) lebih menekankan lagi bahwa

pada hakikatnya kata asesmen maupun evaluasi secara prinsip tidaklah berbeda, dan

menggunakannya dengan makna yang sama.

Menurut Salvia dan Ysseldike (1994) asesmen adalah suatu proses mengumpulkan

data dengan tujuan agar dapat dilakukan keputusan mengenai suatu objek. Popham (1975)

mengatakan bahwa asesmen adalah suatu upaya formal untuk menentukan status objek

2

Page 3: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

dalam berbagai aspek yang dinilai. Nitko (1996) mengatakan bahwa asesmen merupakan

suatu proses mendapatkan data yang digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai

pebelajar, program pendidikan, dan kebijakan pendidikan. Jika dikatakan ’mengases

kompetensi pebelajar’, maka itu berarti pengumpulan informasi untuk dapat ditentukan

sejauhmana seorang pebelajar telah mencapai suatu target belajar.

3. Asesmen Berbasis Kompetensi

Pendidikan adalah proses pemenusiaan manusia, maka dari itu dalam tataran yang

lebih operasioanal dapat dikatakan bahwa tuntutan pendidikan adalah terbentuknya

kompetensi pada peserta didik (terlepas dari apakah kurikulum yang sekarang tetap

digunakan atau diganti, tetapi pembentukan kompetensi adalah merupakan suatu

keharusan). Untuk itu, perlu dilakukan pembenahan dalam praktik pembelajaran di

sekolah, termasuk praktek asesmennya. Asesmen berbasis kompetensi merupakan

asesmen yang dilakukan untuk mengetahui kompetensi seseorang. Kompetensi adalah

atribut individu peserta didik, oleh karena itu asesmen berbasis kompetensi bersifat

individual; sehingga ia disebut asesmen berbasis kelas. Untuk memastikan bahwa yang

diases tersebut benar-benar adalah kompetensi riil individu (peserta didik) tersebut, maka

asesmen harus dilakukan secara otentik (nyata, riil seperti kehidupan sehari-hari).

Asesmen otentik bersifat on-going atau berkelanjutan, oleh karena itu asesmen harus

dilakukan kepada proses dan produk belajar. Dengan demikian, asesmen berbasis

kompetensi memiliki sifat otentik, berkelanjutan, dan individual.

Sifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes

objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan lain-lain) yang dimasa lalu

mendominasi penilaian di sekolah tidak lagi relevan saat ini. Sudah saatnya (dan secepat

mungkin) proses pembelajaran ditopang secara kukuh dengan penggunaan asesmen

otentik seperti asesmen kinerja, evaluasi diri, esai, asesmen portofolio, dan projek.

4. Implementasi Asesmen Otentik

a. Asesmen Kinerja

Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-

tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan

dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang

ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil

yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut.

3

Page 4: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil

kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis

untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program

tersebut.

Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja

(performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring

guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas,

dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi

komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen

tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor

berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic

scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu

performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa

unsur dominan dari suatu performansi.

b. Evaluasi Diri

Menurut Rolheiser dan Ross (2005) evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat

kedalam diri sendiri. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun

kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement

goal). Dengan demikian, peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap proses dan

pencapaian tujuan belajarnya.

Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri

merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu

pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang

merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.

Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan

kontribusi evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan bahwa,

ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan

tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, peserta didik harus melakukan usaha yang

lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi

(achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-

judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, ‘Apakah tujuanku telah tercapai’?

Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti ‘Apa yang aku rasakan dari prestasi ini?’

4

Page 5: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk

membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan

bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan

self-reaction dalam model di atas. Model tersebut digambarkan dalam bagan berikut.

Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses

belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross

menyarankan agar peserta didik dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan

empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua

komponen dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua peserta didik tahu

bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya, (3) berikan

umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka

untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.

Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Guru mengajak

peserta didik bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk

sosialisasi tujuan pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini

dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian

adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan

menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan

5

(1)Goals

(2)Effort

(3)Achievement

Self-evaluation

(4)Self-judgment

(5)Self-reaction

(6)Self-confidence

Page 6: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri

dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya.

c. Esai

(Tes) esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan

mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak memilih jawaban, akan

tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri secara bebas.

Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka

(extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response) dan hal ini tergantung

pada kebebasan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau

menyusun ide-idenya dan menuliskan jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban terbuka

atau jawaban luas, peserta didik mendemonstrasikan kecakapannya untuk: (1)

menyebutkan pengetahuan faktual, (2) menilai pengetahuan faktualnya, (3) menyusun ide-

idenya, dan (4) mengemukakan idenya secara logis dan koheren. Sedangkan pada tes esai

jawaban terbatas atau terstruktur, peserta didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang

lingkup jawabannya, karena secara khusus dinyatakan konteks jawaban yang harus

diberikan oleh peserta didik. Esai terbuka/tak terstruktur merupakan bentuk asesmen

otentik.

Tes esai memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan yang lebih

tinggi atau kompleks. Butir tes esai memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menyusun, menganalisis, dan mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus

mengembangkan sendiri buah pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun

atau terorganisasi. Kelemahan esai adalah berkaitan dengan penskoran.

Ketidakkonsistenan pembaca merupakan penyebab kurang objektifnya dalam memberikan

skor dan terbatasnya reliabilitas tes. Namun hal ini dapat diminimalkan melalui

penggunaan rubrik penilaian, dan penilai ganda (inter-rater).

d. Asesmen Portofolio

Portofolio adalah sekumpulan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti

(evidence) yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Penggunaan

portofolio dalam kegiatan evaluasi sebenarnya sudah lama dilakukan, terutama dalam

pendidikan bahasa. Belakangan ini, dengan adanya orientasi kurikulum yang berbasis

kompetensi, asesmen portofolio menjadi primadona dalam asesmen berbasis kelas.

6

Page 7: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

Perlu dipahami bahwa sebuah portofolio (biasanya ditaruh dalam folder) bukan

semata-mata kumpulan bukti yang tidak bermakna. Portofolio harus disusun berdasarkan

tujuannya. Wyatt dan Looper (2002) menyebutkan, berdasarkan tujuannya sebuah

portofolio dapat berupa developmental portfolio, bestwork portfolio, dan showcase

portfolio. Developmental portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan langkah-langkah

kronologis perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu, pencatatan mengenai kapan suatu

artefak dihasilkan menjadi sangat penting, sehingga perkembangan program tersebut dapat

dilihat dengan jelas. Bestwork portfolio adalah portofolio karya terbaik. Karya terbaik

diseleksi sendiri oleh pemilik portofolio dan diberikan alasannya. Karya terbaik dapat

lebih dari satu. Showcase portfolio adalah portofolio yang lebih digunakan untuk tujuan

pajangan, sebagai hasil dari suatu kinerja tertentu.

Bagaimanakah asesmen portofolio membantu memantau pencapaian target

kompetensi? Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif

karena: (1) dapat mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama-sama,

(2) berorientasi baik pada proses maupun produk belajar, dan (3) dapat memfasilitasi

kepentingan dan kemajuan peserta didik secara individual. Dengan demikian, asesmen

portofolio merupakan suatu pendekatan asesmen yang sangat tepat untuk menjawab

tantangan KBK.

Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok yaitu: (1) sampel karya

peserta didik, (2) evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka.

(1) Sampel Karya Peserta didik

Sampel karya peserta didik menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke

waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem

matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis

tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi peserta didik.

Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama

pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses

mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensional yang

hanya menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian

proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan peserta didik

mencapai produk yang sebaik-baiknya.

Isi folder adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh peserta didik, baik yang

berupa bahan/draf maupun karya (terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi

7

Page 8: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

dapat diperoleh dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan

non-tes antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat

menunjukkan perkembangan peserta didik sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-

diri juga merupakan bagian dalam folder.

(2) Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio

O’Malley dan Valdez Pierce (1994) bahkan mengatakan bahwa ‘self-assessment is

the key to portfolio’. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri peserta didik dapat

membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya

apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat

melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi

tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian peserta didik lebih

bertanggungjawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.

Evaluasi diri dalam asesmen portofolio persis sama dengan evaluasi diri yang

dibahas dalam bagian b. di atas. Memang, asesmen portofolio adalah asesmen otentik

yang paling komprehensif dalam khasanah asesmen otentik karena melibatkan jenis-jenis

asesmen yang lain seperti asesmen kinerja dan esai.

(3) Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka

Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi ‘rahasia’

guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada peserta

didik secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar

penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan

bersama-sama dengan peserta didik, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Rubrik

penilaian yang digunakan guru untuk menilai kinerja peserta didik (misalnya, kriteria

penilaian kemampuan menulis)

(4) Model Asesmen Portofolio

Untuk memperoleh gambaran komprehensif melalui asesmen portofolio,

diperlukan suatu pendekatan yang dapat mewakili keseluruhan proses asesmen. Wyaatt III

dan Looper (1999) mengembangkan suatu model portofolio yang diakronimkan menjadi

CORP, yang meliputi (1) collecting, yaitu pengumpulan data seperti karya-karya serta

dokumen-dokumen lain termasuk draft, (2) organizing, yaitu proses penyusunan dan

pemilihan data-data itu menurut aturan yang diinginkan, seperti secara kronologi,

berdasarkan focus, atau karya terbaik (3) reflecting, yaitu refleksi terhadap proses belajar

8

Page 9: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

yang telah dilalui serta evaluasi atas karya sendiri, dan (4) presenting, yaitu menampilkan

semua hasil seleksi dan refleksi tersebut dalam suatu dokumen yang seringkali disebut

folder.

Folder portofolio merupakan bahan yang akan diases oleh guru. Pada umumnya,

beberapa hal yang harus ada dalam folder portofolio adalah (1) cover letter, yaitu

rangkuman dari apa yang telah dibuat peserta didik sebagai bukti hasil belajarnya, (2)

daftar isi portofolio, (3) entri (dengan tanggal pada setiap entri). Entri dibedakan menjadi

dua, yaitu entri wajib dan entri pilihan; (4) draf setiap entri (untuk pemantauan proses

yang dilalui), dan (5) refleksi dan evaluasi diri.

Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan

O’Malley (1994). Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga

komponen pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis.

a). Perencanaan

(1) Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria

keberhasilan)

(2) Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen,

menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen.

(3) Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau

kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai

sumber, dan menetapkan waktu analisis.

(4) Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa

pemberian umpan balik.

(5) Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara

mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian.

b). Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran)

(1) Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada peserta didik.

(2) Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya.

(3) Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal.

(4) Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri)

(4) Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri

9

Page 10: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

c). Analisis portofolio peserta didik

(1) Mengumpulkan folder

(2) Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi

(3) Memadukan berbagai informasi yang ada

(4) Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati

(5) Melaporkan hasil asesmen

e. Projek

Projek, atau seringkali disebut pendekatan projek (project approach) adalah

investigasi mendalam mengenai suatu topik nyata. Dalam projek, peserta didik mendapat

kesempatan mengaplikasikan keterampilannya. Pelaksanaan projek dapat dianalogikan

dengan sebuah cerita, yaitu memiliki awal, pertengahan, dan akhir projek. Karena itu,

projek biasanya memiliki tiga fase utama, yaitu:

(1) Fase Perencanaan; dalam fase ini guru menyusun suatu Tugas Projek yang berisi: tema

atau topik projek, dan petunjuk tentang apa yang mesti dilakukan oleh peserta didik.

Biasanya, sebelumnya hal-hal tersebut di atas didiskusikan dulu oleh guru dengan peserta

didik.

Tugas projek dapat berbentuk pertunjukan (misalnya, drama), konstruksi

(misalnya, membangun sebuah kolam ikan), karya tulis (misalnya, KIR). Contoh tugas

projek:

1. Tema : Pertunjukan Drama

2. Petunjuk :

- Pilihlah salahsatu drama karya Putu Wijaya

- Setiap kelompok terdiri dari 5 – 10 orang peserta didik

- Pertunjukan akan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2006 di auditorium sekolah

- Lama waktu pertunjukan adalah satu jam untuk setiap kelompok, karena itu

naskah dapat dimodifikasi tanpa meninggalkan pesan aslinya

(2) Fase Pengembangan; dalam fase ini peserta didik mencari bahan, memodifikasi

naskah, berdiskusi dengan ahli, berlatih secara terbimbing maupun mandiri.

(3) Fase Akhir; dalam fase ini peserta didik menampilkan hasil kerja mereka, yaitu berupa

petunjukan drama.

10

Page 11: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

5. Penutup

Setiap inovasi dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan

institusional baik yang bersifat lokal, regional, maupun nasional. Dalam kaitannya dengan

penggunaan asesmen otentik dalam pembelajaran, perlu ditentukan/disepakati paling tidak

dalam lingkup sekolah (peserta didik, guru, dan administratur sekolah) bagaimana

asesmen dapat dilakukan. Misalnya, untuk menilai ketiga domain belajar melalui asesmen

portofolio, guru dapat berdiskusi dengan sesama guru mengenai bobot setiap domain.

Demikian pula untuk penilaian dalam rapor, perlu dibicarakan dengan administratur

sekolah (disamping pertimbangan profesional guru itu sendiri) sejauhmanakah hasil

penilaian portofolio dapat digunakan untuk menentukan nilai rapor. Ini juga tergantung

pada kebijakan terhadap portofolio itu sendiri, apakah hanya dihargai sebagai tugas, atau

sebagai bahan penilaian formatif, dan bahkan sumatif (penulis sendiri tidak setuju jika

portofolio dihargai hanya sebagai tugas mengingat informasi dari portofolio sangat

otentik). Sebagai perbandingan, beberapa distrik di Amerika Serikat menggunakan

portofolio sebagai bahan asesmen secara menyeluruh (formatif dan sumatif); bahkan

belakangan ini santer dibicarakan agar asesmen portofolio digunakan sebagai standar

penilaian nasional.

11

Page 12: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

Referensi

Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.

Marhaeni, A. A. I. N. (2006). Menggunakan Pembelajaran Kontekstual di SMP. Makalah disampaikan dalam workshop tentang pembelajaran di SMP Negeri 1 Negara, tanggal 31 Juli 2006. Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of Students, 2nd

Ed. Columbus Ohio : Prentice Hall.

O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.

Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta

Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says and What Practice Shows. Internet download.

Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a Teacher’s Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc.

12

Page 13: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

LAMPIRAN : Contoh-Contoh Implementasi Asesmen OtentikContoh Implementasi Asesmen Portofolio

Berikut ini diberikan contoh penggunaan asesmen portofolio dalam pembelajaran Bidang Studi Bahasa Indonesia. Kemampuan bahasa yang terlibat secara terpadu adalah membaca, menulis, dan apresiasi (sastra).

(1) Skenario Pembelajaran Bahasa1. Indikator Kompetensi :

mampu membuat ringkasan sepanjang 3 – 5 kalimat tentang isi bacaanmampu menjawab sejumlah pertanyaan tentang isi bacaan secara keseluruhanmenunjukkan minat untuk membaca wacana naratifmampu melakukan perbaikan terhadap draf karangan yang dibuatmampu membuat sebuah karangan pendek dengan isi, organisasi, dan tata bahasa yang baikmenunjukkan minat terhadap aktivitas mengarang utamanya naratifmampu menampilkan suatu drama pendek dalam kelompok (sepanjang 5-7 menit)menunjukkan kerjasama dalam persiapan drama pendek

2. Materi : Wacana naratif dari kesusastraan Indonesia Modern dengan topik Kasih Sayang.3. Kegiatan belajar Mengajar (sesuai dengan kompetensi dasar, seperti aktivitas belajar mandiri,

kelompok, dan klasikal): 4. Asesmen : Portofolio

4.1 Proses (kompetensi dasar 2.1, 2.3, 2.4, 2.6, dan 2.8)4.2 Produk (kompetensi dasar 2.2, 2.5, dan 2.7)

2. Pengembangan Instrumen Portofolioa. Yang memfasilitasi proses

Kompetensi dasar 2.1 : membuat ringkasan (membaca mandiri)

Jurnal MembacaJudul Buku: ………..Tanggal mulai : Tanggal selesai:NO. TGL. HALAMAN RINGKASAN KOMENTAR

(misalnya, hal. 1 – 15)

(tentang isi yang dibaca) (perasaan/pendapat tentang alur/topik/tokoh, dll).

Kompetensi Dasar 2.3: Minat membaca

Inventori Minat MembacaNama Peserta didik:_____________________________No. Deskripsi Ya/

Tidak1. Saya suka membaca cerita apapun, terutama kisah-kisah orang terkenal2. Saya lebih banyak membaca cerita untuk waktu luang saya3. Saya tidak sabar untuk mengetahui akhir dari kisah yang saya baca4. Banyak hal yang menarik dalam cerita-cerita yang saya baca5. Saya sering melihat kehidupan dalam cerita-cerita

13

Page 14: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

6. Dst……..

Kompetensi Dasar 2.4: Proses Menulis

Ceklis untuk Isi dan Organisasi Tulisan/KaranganNo. Deskripsi Cek1. Topik karangan cukup spesifik2. Ide-ide utamanya baik3. Setiap ide dikembangkan dengan detail cocok yang cukup4. Detail untuk setiap ide seimbang5. Ada paragraf pembuka dan penutup6. Ada keserasian antara ide-ide sehingga menjadi suatu kesatuan (unity)7. Ide-ide dikembangkan dengan lancar (koherensi/coherence)

Ceklis untuk Kosakata (termasuk gaya pengungkapan)No. Deskripsi Cek1. Pemilihan kata tepat dan bervariasi2. Menggunakan sinonim, dan antonim untuk menghindari pengulangan3. Menggunakan kata-kata yang sesuai dengan audience4. Kalimat-kalimat yang digunakan cocok dengan registernya (misalnya, naratif)5. Ada variasi panjang-pendeknya kalimat6. Bentuk-bentuk kalimat bervariasi7. Menggunakan kalimat-kalimat efektif8. Meniru gaya bercerita dari apa yang telah dibaca9. Menggunakan kamus

Ceklis Untuk Mekanika (aturan-aturan penulisan)No. Deskripsi Cek1. Menggunakan tanda-tanda baca dengan tepat2. Permulaan paragraf menjorok kedalam3. Menggunakan haruf besar untuk nama4. Menggunakan huruf pada setiap awal kalimat5. Menggunakan ejaan kata dengan baik6. Menggunakan prefiks, infiks, dan sufiks dangan tepat7. Ada jarak yang cukup antar kata8. Garis pinggir (margin) 2 cm keliling9. Menulis nama sendiri pada sudut kanan atas kertas10. Membaca ulang karangan sendiri

Catatan: Guru dapat menggunakan ceklis-ceklis ini dalam proses menulis, dapat pula mengembangkan

ceklis baru sesuai keperluan. Guru juga perlu mempertimbangkan tingkat kelas peserta didik, untuk cocok tidaknya ceklis ini digunakan. Berdasarkan pertimbangan tertentu, guru dapat juga hanya memberikan umpan balik secara umum kepada tulisan peserta didik (pada saat konferensi peserta didik-guru), untuk selanjutnya peserta didik melakukan perbaikan.

Berdasarkan pengalaman penulis, cukup sulit bagi peserta didik untuk membangun kebiasaan baru menggunakan ceklis evaluasi-diri ini. Karena itu, pada awal-awal menggunakan asesmen portofolio, guru harus berbicara dengan peserta didik tentang maksud asesmen tersebut, menjelaskan cara-cara melakukan kegiatan asesmen, menolong mereka melakukannya, dan membangun rasa percaya diri peserta didik untuk bisa menerima kelebihan dan kekurangannya sebagai seorang pebelajar.

14

Page 15: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

Kompetensi Dasar 2.6: Minat Menulis/Mengarang

Minat MenulisNama Peserta didik: ____________________________________ Saya suka/tidaksuka*) membuat karangan karena ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Bagi saya, pelajaran menulis/mengarang penting/tidakpenting*) karena………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………*) pilih salahsatu

Komentar Guru:________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Kompetensi Dasar 2.8: Kerjasama dalam Kelompok

Kerjasama dalam KelompokKelompok:Tugas:Nama Peserta didik Inisiatif Saling

menghargaiDisiplin Penilaian guru

(deskriptif)Ayu Tika HandayaniGede Damar SastraIndra WirabrataDst…..

Catatan: Berikan tanda cek untuk setiap aspek yang muncul.

b. Yang memfasilitasi produk: Kriteria Penilaian

Kompetensi Dasar 2.2: Kemampuan Membaca

Kisi-kisi jawaban atas pertanyaan yang diberikan tentang isi bacaan (esai)No. Soal Poin yang harus ada Kriteria Penilaian1. 5 poin (……,……,……,…..,……) Setiap poin nilai 202. 4 poin (….......,………..,………,……..) Setiap poin nilai 25

Dst….

Rekap Nilai Kemampuan MembacaNo. Nama Peserta didik Nilai untuk Soal No. : Jumlah Rerata

1 2 3 4 51. Ayu Tika H 60 75 Dst.2. G. Damar Sastra.3. Indra Wirabrata

Dst…

15

Page 16: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

Kompetensi Dasar 2.5: Kemampuan Menulis

Asesmen KinerjaContoh dalam Bidang Studi Bahasa

Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis

NO. Komponen Bobot skor (1 – 5)

Indikator

1. Isi Karangan 3 Relevansi topik dengan substansi tugas, Pengembangan thesis statement, Wawasan tentang topik

2. Organisasi Ide 2 Susunan ide-ide, Pengungkapan ide-ide3. Penggunaan Kosakata 2 Kompleksitas dan efektivitas kalimat,

Akurasi penggunaan tatabahasa4. Penggunaan Tatabahasa 2 Keluasan kosakata, Ketepatan

penggunaan kata dan idiom, Ketepatan bentuk-bentuk kata

5. Penggunaan Mekanika (ejaan dan tandabaca)

1 Kepatuhan pada konvensi/aturan-aturan penulisan, Ketepatan penggunaan tanda-tanda baca dan huruf besar, Kebenaran ejaan

Rekap Nilai Kemampuan MenulisNo. Nama Peserta

didik Komponen Kemampuan Menulis Jml Rerata

1. Ayu Tika H. Isi Org. Kskt. Ttbhs. Mknk.2. Damar S.3. Dst….

Kompetensi Dasar 2.7: Penampilan dalam Drama Pendek

Performansi dalam Drama PendekKelompok:Anggota kelompok: 1.

2. dst.

NO. KOMPONEN RATING (1-5)1. Topik2. Alur3. Akurasi Bahasa4. Kelancaran5. Improvisasi6. Kerjasama (kekompakan)

JumlahRerata (jumlah : 6)

Folder PortofolioFolder portofolio adalah sekumpulan bukti proses dan hasil belajar yang disimpan dalam suatu

folder yang terbuat dari kantong plastik, amplop besar atau yang lain. Instrumen-instrumen portofolio di atas mengumpulkan informasi dari berbagai kegiatan kebahasaan yang telah dilakukan, dan disimpan dalam folder portofolio peserta didik. Informasi itu mencakup domain kognitif (menjawab pertanyaan bacaan secara esai, membuat ringkasan dari apa yang dibaca, dan lain-lain), domain afektif (minat, kerjasama), dan psikomotor (karangan dan drama pendek).

Pada akhir masa pembelajaran ini, peserta didik akan menyetorkan foldernya kepada guru. Isi folder portofolio tersusun berturut-turut dari atas ke bawah adalah:

16

Page 17: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

1) Kata pengantar yang isinya penilaian peserta didik terhadap kelebihan dan kekurangan dari portofolionya, dan dirinya sebagai pebelajar bahasa.

2) Daftar isi Portofolio3) Entri/karya (termasuk karya terbaik hasil pilihan peserta didik dengan temannya, dan atau

dengan guru), baik berupa naskah, rekaman, foto, dll.4) Draf-draf untuk mencapai karya-karya tersebut di atas5) lembar evaluasi diri (misalnya, ceklis minat membaca)6) Catatan-catatan guru (termasuk penilaian guru terhadap portofolio tersebut).

Analisis dan PelaporanContoh-contoh instrumen di atas menunjukkan bahwa penilaian guru terhadap perkembangan dan

prestasi peserta didik diberikan berupa skor (angka) maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas (dalam instrumen di atas ditunjukkan hanya komponennya saja). Hal ini sangat berbeda dengan pemberian skor dalam tes objektif (misalnya, jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah disekor 0).

Untuk menilai suatu portofolio, Tierney, Carter, dan Desai (1991) menyarankan agar portofolio dinilai secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian untuk nilai raport, guru akan memiliki nilai dari setiap entri, setiap folder, dan ulangan (bila tetap diadakan, baik ulangan formatif maupun sumatif). Dapat dibayangkan banyaknya informasi (nilai) yang dimiliki oleh guru. Oleh karena itu, perlu ditentukan bobot untuk portofolio, ulangan formatif, dan sumatif (folder portofolio dapat digunakan sebagai bahan penilaian formatif maupun sumatif). Di dalam portofolio itu sendiri, perlu ditetapkan porsi/bobot untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Penentuan bobot tersebut harus disesuaikan dengan tujuan/kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Contoh Asesmen projek

Asesmen ProjekBidang Studi Sejarah

Tema : Peninggalan Purbakala di BaliTugas Projek : Buatlah sebuah laporan tentang salahsatu peninggalan sejarah di Bali.Kriteria :

Laporan harus memenuhi beberapa kriteria berikut inia. Ada artefak tiruan dari peninggalan tersebut (berupa foto, gambar, miniatur, tiga dimensi)b. Ada deskripsi dari artefak tersebutc. Ada laporan kunjungan ke museum atau lokasi penyimpanan artefakd. Ada materi sumber/referensi tertulis seperti buku teks, lontar, majalah, dsb.

Kondisi :a. Projek ini merupakan tugas kelompok 5-8 orang untuk setiap kelompok.b. Lama waktu pengerjaan projek adalah satu bulan. Laporan akan ditampilkan dalam seminar

kelas pada tanggal 27 Agutus 2006.c. Laporan berupa makalah meliputi pendahuluan, laporan kunjungan, deskripsi artefak,

pembahasan, dan penutup/simpulan.d. Panjang laporan 8-12 halaman tidak termasuk artefak gambar atau foto bila ada.

17

Page 18: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

Penilaian :Rubrik Penilaian Projek Peninggalan Purbakala

No. Dimensi Bobot Skor Deskriptor1. Artefak 2 4 3 2 1 Jelas dan sangat mendekati artefak

aslinya meskipun berupa miniaturnya2. Deskripsi artefak 2 4 3 2 1 Deskripsi jelas dan mudah ditelusuri

sesuai dengan artefak yang diamati3. Isi Laporan 4 4 3 2 1 Laporan kunjungan detail dan nyata,

deskripsi ada, pendahuluan, pembahasan, dan penutup tersusun secara sistematis dan tepat

4. Penggunaan Bahasa 2 4 3 2 1 Penggunaan tatabahasa, ejaan, dan tanda baca tepat, tulisan rapi, bersih, dan sesuai dengan format makalah

18

Page 19: HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI … · Web viewSifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan

HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI PENILAIAN PROSES DAN PRODUK DALAM PEMBELAJARAN YANG

BERBASIS KOMPETENSIMakalah disampaikan pada In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara

OLEHPROF. DR. NYOMAN DANTES

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

22 Mei 2008

19