hakekat dan misi islam.doc

17
HAKEKAT DAN MISI ISLAM Oleh : Drs. Tagor Muda Lubis, MA HAKEKAT ISLAM A. Pengertian Tentang Hakekat Islam: 1. Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan perantara Nabi- nabi-Nya berupa perntah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia didunia dan akherat (HPT hal 276). 2. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Qur’an yang disebut dalam sunnah shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta kebaikan- kebaikan manusia di dunia dan akherat (HPT 276). 3. Secara umum Islam adalah agama Allah (dinullah) yang diwahyukan kepada Rosul-Nya sejak nabi Adam AS sampai kepada nabi Muhammad Saw (3:19, 83-85, 2:132) secara khusus Islam adalah nama diri dari agama yang dibawa nabi Muhammad SAW yang merupakan mata rantai terkahir dari rantai dinullah. Atau dengan kata lain Islam secara khusus adalah dinullah yang telah disempurnakan dan dinyatakan sebagai agama yang diridhoi-Nya untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman nanti (5:3). 4. Beberapa Ciri Khusus Agama Islam (Khashaisul Islam) a. Agama Allah bersumber dari Allah SWT baik berupa wahyu langsung (Al-Qur’an) maupun tidak langsung (sunah Nabawiyah) (39:2, 32:2) b. Mencakup seluruh aspek kehidupan (asy syumul) c. Berlaku untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman (al-umum) (ushulud Dakwah (43:65) d. Sesuai dengan fitrah manusia (30:30) e. Menempatkan akal manusia pada tempat yang sebaik-baiknya (7:179, 31:20) (pendidikan Agama Islam 1: Aqidah hal 9) f. Menjadi rahmat alam semesta (21:107) g. Berorientasi ke masa depan (akherat) tanpa melupakan masa kini 1

Upload: said37

Post on 05-Dec-2014

153 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

HAKEKAT DAN MISI ISLAMOleh :

Drs. Tagor Muda Lubis, MA

HAKEKAT ISLAM

A. Pengertian Tentang Hakekat Islam:

1. Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan perantara Nabi-nabi-Nya berupa perntah-

perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia didunia dan akherat

(HPT hal 276).

2. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Qur’an

yang disebut dalam sunnah shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta kebaikan-

kebaikan manusia di dunia dan akherat (HPT 276).

3. Secara umum Islam adalah agama Allah (dinullah) yang diwahyukan kepada Rosul-Nya sejak nabi

Adam AS sampai kepada nabi Muhammad Saw (3:19, 83-85, 2:132) secara khusus Islam adalah nama

diri dari agama yang dibawa nabi Muhammad SAW yang merupakan mata rantai terkahir dari rantai

dinullah. Atau dengan kata lain Islam secara khusus adalah dinullah yang telah disempurnakan dan

dinyatakan sebagai agama yang diridhoi-Nya untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman nanti

(5:3).

4. Beberapa Ciri Khusus Agama Islam (Khashaisul Islam)

a. Agama Allah bersumber dari Allah SWT baik berupa wahyu langsung (Al-Qur’an) maupun tidak

langsung (sunah Nabawiyah) (39:2, 32:2)

b. Mencakup seluruh aspek kehidupan (asy syumul)

c. Berlaku untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman (al-umum) (ushulud Dakwah (43:65)

d. Sesuai dengan fitrah manusia (30:30)

e. Menempatkan akal manusia pada tempat yang sebaik-baiknya (7:179, 31:20) (pendidikan Agama

Islam 1: Aqidah hal 9)

f. Menjadi rahmat alam semesta (21:107)

g. Berorientasi ke masa depan (akherat) tanpa melupakan masa kini (dunia) (28:77)

h. Menjajanjikan al-jaza’ (surga bagi yang beriman dan neraka bagi yang kufur) (98:6-8)

B. Memandang Islam Secara Menyeluruh:

1. Seorang muslim harus memahami Islam secara utuh dan menyuluruh, tidak secara parsial (juz 1)

karena pemahaman yang parsial menyebabkan Islam tidak fungsional secara kaffah dalam

kehidupannya.

2. Islam adalah suatu sistem yang menyeluruh (Nizham syamil) mencakup seluruh aspek kehidupan;

rohaniah dan jasmaniah, diniawiyah dan ukhrowiyah.

3. Secara garis besar ajaran Islam mencakup aspek:

a. Aqidah: aspek keyakinan tentang Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para rosul, hari Akhir dan

Takdir.

b. Ibadah: segala cara dan upacara pengabdian yang bersifat ritual yang telah diperintahkan dan diatur

1

Page 2: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

cara-cara pelaksanaanya dalam alqur’an dan sunnah rosul seperti sholat, puasa, zakat, haji, dlsb.

c. Akhlaq: Nilai dan perilaku baik dan buruk seperti sabar, syukur, tawakkal, birrul walidain, syaja’ah

dsb (akhlak al-mahmudah) dan sombong, dengki, takabbur, riya’, uququl walidain, dlsb (akhlaq Al

mazmumah).

d. Mu’amalah: aspek kemasyarakatan yang mengatur pergaulan hidup manusia diatas bumi baik

tentang harta benda, perjanjian-perjanjian, ketatanegaraan, hubungan antar negara dan lain sebagainya.

C. Mengamalkan Islam secra Menyeluruh

1. Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk masuk Islam secara kaffah (2:208)

2. Dari segi waktu seseorang harus menjadi muslim 24 jam sehari semalam. Dengan arti kata dia harus

mengislamkan seluruh kehidupan sampai akhir hayat (3:102)

3. Dari segi ruang lingkup dia harus mengislamakan seluruh aspek kehidupannya seperti aspek

ekonomi, politik, budaya, seni, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.

4. Atau dengan bahasa lain seseorang harus menjadi muslim dalam akidah, ibadah, akhlaq dan

mua’malah

Dalam Al-Quran kalimat al-Islam paling tidak menggambarkan 4 pemahaman yang dapat

dipetik:

1.    Islam kontradiktif sebuah kesyirikan. Allah swt berfirman :

Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintah supaya Aku menjadi orang yang pertama kali menyerah

diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik." (Qs. Al-An’am:14)

2.    Islam kontradiktif sebuah kekufuran. Allah swt berfirman:

Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?

(Qs. Al-Imran:80)

3.    Islam bermakna ikhlas kepada Allah swt . Allah swt berfirman :

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada

Allah (Qs. An-Nisaa’:125)

4.    Islam bermakna al-Khudu’(ketundukan) dan al-Inqiyadh (kepatuhan). Allah swt berfirman :

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya(Qs. azZumar : 54)

Jika dlihat dari asal maknanya, baik menurut bahasa maupun menurut apa yang dipahami di dalam Al-

Quran, maka Islam –sebagaimana yang dinayatkan oleh Dr. Shalah ash-Shawy- adalah :

الله اإلستسلم الهدى    مطلق من رسله على أنزله لما واإلنقياد

Menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah   serta tunduk dan patuh dengan hidayat yang diturunkan

kepada para Rasul-Nya[1]

Makna Islam tersebut berarti mengandung 2 asas utama, yaitu:

1.    Penyerahan diri secara mutlak kepada Allah swt serta

2.    Tunduk dan patuh kepada syariat yang dibawa oleh para rasul-Nya.

Muhammad bin Abdul Wahhab menambahkan asas makna Islam ini menjadi tiga yang diistilahkannya

dengan tauhid, taat, dan bara’ah dari syirik. Dia berkata :

2

Page 3: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

منالشرك بالطاعةوالبراءة واإلنقيادله )وحيد باالت الله هواإلستسالم اإلسالم

Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk, dan patuh kepada-Nya dengan

keta’atan serta membebaskan diri (bara’ah) dari syirik[2]

Asas ketiga yang menjadi tambahan dari dua asas sebelumnya ialah:

3.    Membebaskan diri dari berbagai bentuk kesyirikan (al-Bara’ah miin asy-Syrik)

Dari uraian makna-makna ini dapat kita simpulkan bahwa Islam adalah suatu ajaran yang

mengajarkan sikap pasrah kepada Allah swt (Tuhan semesta alam). Program pokok Islam ini adalah

membebaskan manusia dari belenggu faham Tuhan banyak dengan mencanangkan dasar kepercayaan

dan ketundukkan  yang diungkapkan dalam kalimat al-Nafy wa’i Itsbat (negasi-konfirmasi) yaitu

kalimat "tidak ada Tuhan selain Allah”. Kalimat itu dimulai dengan proses pembebasan dari belenggu

kepercayaan dan ketundukkan kepada hal-hal yang palsu dan diakhiri dengan peneguhan bahwa

manusia harus mempunyai kepercayaan dan ketundukkan pada sesuatu yang benar. Pelaksanaan

program ini bagi suatu masyarakat manusia yang telah memiliki kepercayaan pada Tuhan secara

tercampur, proses pembebasannya harus dilakukan dengan pemurnian kepercayaan dan ketundukkan

kepada Allah swt . caranya, pertama dengan melepaskan diri dari kepercayaan dan ketundukkan yang

palsu dan kedua dengan pemusatan pada kepercayaan dan ketundukkan yang benar.

Pemusatan pada kepercayaan dan ketundukkan yang benar berarti menjadikan Allah sebagai satu-

satunya arah dan tujuan hidup yang didapat melalui hidup sesuai dengan syariat Allah yang diajarkan

oleh para utusan-Nya setulus hati nurani. Ketulusan itu dibuktikan melalui tiga hal :

1.    Meyakini secara kokoh bahwa Allah swt Maha Esa pada dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, nama-nama-

Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya serta tidak ada sekutu bagi-Nya.

2.    Mempersembahkan pengabdian / peribadatan kepada Allah Maha Esa Yang tidak ada sekutu bagi-

Nya dan

3.    Berhukum kepada syariat-Nya semata dan bukan kepada undang-undang atau hukum-hukum

lainnya[3]

Islam adalah Hukum Alam dan Thabi’at setiap Mahluk

Allah swt berfirman :

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah

menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya

kepada Allahlah mereka dikembalikan. (Qs. Al-Imran:83)

Segala apa yang dilangit adalah para malaikat dan segala apa yang dibumi adalah setiap mahluk yang

ada di dalamnya Ulama tafsir mengatakan :

Sesungguhnya segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi, sampai-sampai hewan dan benda padat

dalam keadaan berserah diri (Islam) kepada Allah swt serta sampai-sampai orang kafir pun berserah

diri (Islam) kepada Allah dengan terpaksa sekalipun hati dan lisannya kufur[4]

Muhammad Mahmud Hijazi dalam menafsirkan ayat ini berkata,

Hanya kepada Allah swt segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ber-Islam, tunduk dan patuh

3

Page 4: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

pada aturan-Nya dalam pembentukan dan kejadian. Dialah Dzat yang mengatur mereka sedangkan

mereka tunduk/patuh kepada-Nya[5]

Makna ke-Islaman ini –menurut ‘Afif Abdul Fattah Thabbarah –adalah dikarenakan mereka tunduk dan

patuh kepada Allah swt dalam hukum penciptaan mereka, senang atau tidak senang  hukum-hukum

alam tetap berlaku bagi mereka[6]

Islam –yang sebenarnya direalisasikan dalam penegakkan manhaj Allah di muka bumi, mengikutinya

dan murni karenanya –adalah undang-undang eksistensi dan agama segala sesuatu yang hidup dalam

eksistensi tersebut. Ke-Islaman mekanik adalah ke-Islaman tunduk/patuh pada perintah, mengikuti

management dan menaati undang-undang Tuhan terhadap alam[7]

Islam adalah Fithrah Seluruh Manusia

Allah swt berfirman :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah

menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Qs. Ar-Rum;30)

Ibnu Zaid berkata: (Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu) adalah Islam di

mana sejak Allah menciptakan mereka dari Adam, mereka mengakuinya. Sedangkan Mujahid berkata:

(fitrah Allah) adalah dien Islam[8]

Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar dalam tafsirnya mengatakan Allah telah memfitrahkan

mereka dalam Islam[9]

Ibnu Katsir  ketika menjelaskan ayat inipun berkata:

Sesungguhnya Allah swt telah memfitrahkan mahluk-Nya di atas Islam. Kemudian, pada sebagian

mereka muncul berbagai agama yang rusak seperti Yahudi, Nashrani dan Majusi... Agama dan fitrah

adalah Islam[10]

Para ulama menyebutkan bahwa Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Ibrahim, adh-Dhahhak dan Qatadah

berkata:

Firman Allah swt : fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu adalah Dien Allah,

Islam[11])

Para ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud fitrah dalam ayat ini adalah Islam[12]

Rasulullah saw bersabda :

ترى هل البهيمة تنتج البهيمة كمثل أويمجسانه أوينصرانه يهودانه فأبواه مولوديولدعلىالفطرة كل

فيهاجدعاء

Setiap anak Adam dilahirkan berada di atas fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan di

Yahudi, Nashrani dan Majusi seperti perumpamaan binatang ternak bertanduk yang melahirkan

binatang ternak bertanduk, apakah engkau melihatnya ia melahirkan yang tidak bertanduk. Kemudian

Abu Hurairah periwayat hadits ini berkata : bacalah oleh kalian jika mau (Qs. Ar-Ruum:30[13])

Di dalam riwayat lain disebutkan :

4

Page 5: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

المل)ة )وهوعلي مولوديولدإّال مامن

Tidak ada satu anakpun yang dilahirkan kecuali dia berada diatas Millah ini.

Hal tersebut tidak berarti bahwa ketika seseorang lahir dari perut ibunya, langsung mengetahui dan

menghendaki agama ini. Akan tetapi, fitrahnya itu mengharuskan dan menuntut untuk berdien Islam

dan mencintai-Nya. Jiwa fitrah mengharuskan pengikraran pada Maha Pencipta, mencintai-Nya dan

mengikhlaskan pengabdian hanya kepada-Nya. Berbagai konsekuensi dan tuntutan fitrah akan tercapai

sedikit demi sedkit sesuai kesempurnaan dan kesiapan fitrah serta bebasnya dari dari berbagai

penghalang. Karena, seandainya dia tetap bersih dan tidak ada penghalang-penghalang, niscaya dia

tidak akan berpaling dari Islam kepada agama yang lainnya[14]

Maka, setiap anak yang dilahirkan pada awal penciptaanya berada di atas fitrah yaitu jiwa yang bersih

dan tabi’at yang siap menerima agama (Islam). Seandainya dia dibiarkan di atas fitrahnya itu, niscaya

dia akan terus konsekuen terhadap hal tersebut. Karena, kebaikan agama (Islam) ini telah tertanam di

dalam rasio. Berpalingnya orang dari fitrah tersebut disebabkan bencana-bencana yang muncul dan

taklid. Jika, dia selamat dari bencana-bencana tersebut niscaya dia tidak akan meyakini agama yang

lain[15]

Islam adalah Agama yang Dianut dan Dibawa oleh Seluruh Utusan (Rasul) Allah

Islam adalah agama seluruh Nabi dan Rasul. Penamaan agama para rasul dengan Islam telah diberikan

langsung oleh Allah swt . Allah swt berfirman :

Sesungguhnya (agama Tauhid) Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[9:71] dan Aku adalah

Tuhanmu, Maka sembahlah Aku.

Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’ied bin Jubair, Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata

(Sesungguhnya ummat kalian adalah ummat yang satu) agama kalian adalah agama yang satu[16]

Sayyid Quthb berkata : Sesungguhnya agama Allah adalah satu. Dibawa oleh seluruh rasul dan saling

diperjanjikan oleh mereka[17]

Syeikh Shafwat asy-Syawadify berkata : seluruh Nabi dan Rasul dari Adam dan Nuh hingga

Muhammad   -untuknya dan untuk mereka seluruhnya shalawat serta salam –adalah orang-orang

muslim, mukmin dan muwahhid. Tidak ada di antara para Nabi yang didapati menjadi Nabi Yahudi,

Nabi Nashrani dan nabi-nabi lainnya selain Islam[18]

Nabi Nuh as berkata :

Dan aku diperintahkan untuk menjadi orang-orang yang muslim. (Qs. Yusuf : 72)

Allah swt menceritakan seorang Nabi-nya yaitu Ibrahim as dengan frman-Nya :

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh

kepada Tuhan semesta alam". (Qs. Al-Baqarah : 131)

Musa berkata kepada kaumnya :

5

Page 6: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, Maka bertawakkAllah kepada-Nya saja,

jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." (qs. Yunus : 84)

Al-Quran menceritakan tentang Isa as :

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan

menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" para hawariyyin (sahabat-sahabat

setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan

saksikanlah bahwa Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Qs. Al-Imran : 52)

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa alam ini tidak berjalan tanpa aturan dan tidak berputar

secara serampangan. Melainkan semuanya mengikuti takdir Allah swt dan perputarannya sesuai dengan

hukum Allah. Inilah yang disebut dalam Al-Quran sebagai sunatullah[19]. Itulah makna ke-Islaman

alam kepada Rabbul’alamin sebagai penciptanya.

Tanggung jawab manusia dalam kehidupan di bumi adalah menjalankan fungsi kekhilafahan,

membangun, mendayagunakan dan menjaga seluruh mahluk. Hal tersebut dilakukan dengan beriman,

tunduk, patuh dengan Rabbul’alamin –dimana mereka sendiri adalah bagian alam yang diciptakan-

Nya- melalui hidup sesuai dengan syariat yang diamanahkan dan dicontohkan oleh para rasul-Nya.

Dengan ke-Islaman seperti itu alam dan seluruh manusia akan mendapatkan jaminan keberhasilan,

kemenangan, kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan. Karena kehidupan mereka (alam dengan

manusia) tertata melalui undang-undang yang sama dari Allah swt melalui hidup yang sesuai dengan

sunnatullah dan syari’atullah[20]

Demikianlah gambaran lengkap yang mendalam tentang Islam dan ke-Islaman, gambaran alamiah yang

menyentuh rasa dan menggetarkan jiwa. Satu gambaran Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana yang mengembalikan segala sesuatu dan mahluk hidup kepada satu undang-undang dan satu

syariat serta satu tempat kembali. Islam dan ke-Islaman yang menjadi tabiat alamiah seluruh mahluk,

yang menjadi fitrah jati diri manusia serta yang menjadi agama dan sikap para nabi dan rasul.

Memasuki Islam dan bersikap Islam berarti menyatukan diri dengan gerak atur alam semesta yang

tunduk pada undang-undang Tuhan yang sama, meleburkan diri dengan fitrah dan jati diri kemanusiaan

kita yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa serta menyambungkan diri pada rantai seluruh utusan

Tuhan yang diutus dengan saling melengkapi. Maka

وّاليشقي ّاليضل يحزنون وّالهم عليهم ّالحوف

Tidak ada rasa takut dan tidak bersedih, tidak sesat dan tidak celaka pasti akan dicapai oleh manusia

dan alam semesta. Adakah satu agama yang menamakan dan dinamakan Islam saat ini selain risalah

yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ? jika tidak ada mengapa kita harus menolaknya, acuh tak

acuh dan bahkan memeranginya? Jika, itu kita lakukan berarti kita memorak porandakan susunan dan

aturan alam semesta, menghancur luluhkan jati diri fitrah kemanusiaan kita dan memutus mata rantai

kebenaran ajaran Tuhan yang dibawa oleh para nabi dan rasul Allah swt

6

Page 7: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

Misi Ajaran Islam

a.   Misi Aqidah

Kata aqidah bersala dari bahasa aqada- ya’qidu- aqdan artinya mengikat tali, mengkokohkan janji, dan

menyatakan ikatan jual beli. Juga bendingkan ‘aqida- ya’qodu- ‘aqadan artinya cara bicara terpatah-

patah (gagap), terikat, hasil kesepakatan, berjanji setia, menyerahkan urusan pada orang lain karena ia

dipercaya dipercaya, persetujuan, dalil, alas an, ikatan nikah, kalung leher, sukar, sulit, dan teka-teki.

[21]

Secara istilah aqidah berarti keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan

segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan dan pegangan hidupnya. Istilah ini identik dengan iman yang

berarti kepercayaan atau keyakinan.[22]

Sekiranya disinergiskan antara makna lughawi dan istilah dari kata aqidah di atas dapat digambarkan

bahwa aqidah adalah suatu bentuk keterikatan atau keterkaitan antara seorang hamba dengan

Tuhannya, sehingga kondisi ini selalu mempengaruhi hamba dalam seluruh perilaku, aktivitas dan

pekerjaan yang ia lakukan. Dengan kata lain keterikatan tersebut akan mempengaruhi dan mengontrol

dan mengarahkan semua tindak-tanduknya kepada nilai-nilai ketuhanan.

Masalah-masalah aqidah selalu dikaitkan dengan keyakinan terhadap Allah, Rasul dan hal-hal yang

ghaib yang lebih dikenal dengan istilah rukun iman. Di samping itu juga menyangkut dengan masalah

eskatologi, yaitu masalah akhirat dan kehidupan setelah berbangkit kelak. Keterkaitan dengan

keyakinan dan keimanan, maka muncul arkanul iman, yakni, iman kepada Allah, Malaikat, Kitab,

Rasul, hari akhirat, qadha dan qadar.[23]

Di dunia Islam, permasalahan aqidah telah terbawa pada berbagai pemahaman, sehingga menimbulkan

kelompok-kelompok di mana masing-masing kelompok memiliki metode dan keyakinan masing-

masing dalam pemahamannya. Di antara kelompok-kelompok tersebut adalah Muktazilah, Asy’ariyah,

Mathuridiyah, Khawarij dan Murjiah.

Menurut Harun Nasution timbulnya berbagai kelompok dalam masalah aqidah atau teologi berawal

ketika terjadinya peristiwa arbitrase (tahkim) ketika menyelesaikan sengketa antara kelompok

Mu’awiyah dan Ali ibn Abi Thalib. Kaum Khawarij memandang bahwa hal tersebut bertentangan

dengan QS al-Maidah/ 5: 44 yang berbunyi;

…. الكافرون هم فألئك الله أنزل بما يحكم لم ومن

Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah kafir (QS al-Maidah/ 5:

44).

Peristiwa tersebut membuat kelompok Khawarij tidak senang, sehingga mereka mendirikan kelompok

tersendiri serta memandang bahwa Mu’awiyah dan Ali ibn Abi Thalib adalah Kafir, sebab mereka telah

melenceng dari ketentuan yang telah digariskan al-Qur’an. Dengan berdirinya kelompok ini, juga

memicu berdirinya kelompok-kelompok lain dalam masalah teologi, sehingga masing-masing memiliki

pemahaman yang berbeda dengan yang lainnya. Namun demikian, perbedaan tersebut tidaklah sampai

menafikan Allah, dengan kata lain perbedaan pemahaman tersebut tidak sampai menjurus untuk lari

dari tauhid atau berpaling pada thâgh ût.

Di antara sumber perbedaan pemahaman antara masing-masing golongan tersebut antara lain adalah

7

Page 8: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

masalah kebebasan manusia dan kehendak mutlak Tuhan. Ada kelompok yang menganggap bahwa

kekuasan Tuhan adalah maha mutlak, sehingga manusia tidaklah memiliki pilihan lain dalam berbuat

dan berkehendak. Kelompok ini diwakili oleh kelompok Asy’ariyah. Ada pula kelompok bahwa Tuhan

memang maha kuasa, tetapi Tuhan menciptakan sunnah-Nya dalam mengatur kebebasan manusia,

sehingga manusia memiliki alternatif dan pilihan dalam berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunnah

yang telah ditetapkan. Dengan kata lain manusia bebas dalam berbuat dan berkehendak. Kelompok ini

diwakili oleh kelompok Muktazilah. Ada pula kelompok yang mengambil sikap pertengahan antara

kedua kelompok tersebut, namun mereka tetap meyakini bahwa Allah maha kuasa terhadap seluruh

tindak-tanduk dan kehendak manusia. Kelompok ini diwakili oleh Mathuridiyah.

Itulah sekilas tentang permasalahan aqidah serta pemikiran masing-masing kelompoknya, di mana

semua itu beranjak dari pemahaman mereka terhadap kekuasaan Allah dan kebebasan manusia.[24]

b. Misi Ibadah

Ibadah berasal dari kata العبد yang berarti hamba. Kemudian dari kata ini muncul kata العبادة yang

berarti التذلل Secara [25].(memperlihatkan/ mendemonstrasikan ketundukan dan kehinaan) إظهار

istilah ibadah berarti usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan

yang disembah.[26]

Ulama fiqh mendefenisikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai dengan ketundukan dan kerendahan

diri kepada Allah SWT. Redaksi lain menyebutkan bahwa ibadah adalah semua yang dilakukan atau

dipersembahkan untuk memperoleh keredhaan Allah dan mengharapkan imbalan pahala-Nya di akhirat

kelak.

Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa ibadah berawal dari suatu hubungan dan keterkaitan yang erat antara

hati dengan yang disembah. Kemudian hubungan dan keterkaitan tersebut meningkat menjadi

kerinduan karena tercurahnya perasaan hati kepada-Nya. Kemudian rasa rindu itu pun meningkat

menjadi kecintaan yang kemudian meningkat pula menjadi keasyikan. Sehingga akhirnya membuat

cinta yang amat mendalam yang membuat orang yang mencitai bersedia melakukan apa saja demi yang

dicintai. Oleh karena itu, betapapun seseorang menundukkan diri kepada sesama manusia, ketundukan

demikian tidak dapat disebut sebagai ibadah sekalipun antara anak dan bapaknya.

Dari segi manfaatnya ibadah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu; pertama, ibadah perorangan

(fardhiyah/mahdhah), yakni ibadah yang menyangkut diri pelakunya sendiri serta tidak ada

hubungannya dengan orang lain seperti shalat dan puasa. Kedua, ibadah kemasyarakatan

(ijtimâiyah/ghaira mahdhah), yakni ibadah yang memiliki keterkaitan dengan orang lain, terutama dari

segi sasarannya seperti sedekah, zakat dan sebagainya. Berkaitan dengan ini, Dalam Putusan Majelis

Tarjih Muhammadiyah dijelaskan bahwa ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah,

dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-larangan-Nya dan mengamalkan

segala yang diizinkannya. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah umum ialah segala

amalan yang dizinkan Allah sedangkan ibadah khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan

perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.[27]

Menurut Nazaruddin Razak, dalam konteks ibadah yang dikerjakan, terdapat lima pokok ibadah, yakni:

8

Page 9: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

shalat, zakat, puasa dan naik haji serta disusul dengan thaharah, di mana thaharah merupakan

kewajiban yang menyertai shalat, zakat, puasa dan naik haji.[28] 

c. Misi Akhlak

Akhlaq merupakan bentuk jamak dari الخلق (al-khuluq) yang berarti بالبصيرة المدركة والسجايا القوى

(kekuatan jiwa dan perangai yang dapat diperoleh melalui pengasahan mata bathin).[29] Dari

pengertian lughawi ini, terlihat bahwa akhlaq dapat diperoleh dengan melatih mata bathin dan ruh

seseorang terhadap hal yang baik-baik. Dengan demikian dari pengertian lughawi ini tersirat bahwa

pemahaman akhlaq lebih menjurus pada perbuatan-perbuatan terpuji. Konsekuensinya adalah bahwa

perbuatan jahat dan melenceng adalah perbuatan yang tidak berakhlaq (bukan akhlâq al-madzmûmah).

Secara istilah akhlaq berarti tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat dan

telah menjadi kebiasaan.[30] Sedangkan Nazaruddin Razak, mengungkapkan akhlak dengan makna

akhlak islam, yakni suatu sikap mental dan laku perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan

Zat Yang Maha Kuasa dan juga merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan dan keeasaan Tuhan,

yaitu produk dari jiwa tauhid.[31]

Dari pengertian ini terlihat sinergisitas antara makna akhlaq dengan al-khalq yang berarti penciptaan di

mana kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama. Dengan demikian pengertian ini

menggambarkan bahwa akhlaq adalah hasil kreasi manusia yang sudah dibiasakan dan bukan datang

dengan spontan begitu saja, sebab ini ada kaitannya dengan al-khalq yang berarti mencipta. Maka

akhlaq adalah sifat, karakter dan perilaku manusia yang sudah dibiasakan.

Al-Qur’an memberi kebebasan kepada manusia untuk bertingkah laku baik atau berbuat buruk sesuai

dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah manusia akan dimintai

pertanggungjawabannya di akhirat atas segala tingkah lakunya. Di samping itu, akhlaq seorang muslim

harus merujuk kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup dan

kehidupan.

 

d. Misi Mu’amalah

Secara etimologi muamalah semakna dengan مفاعلة yang berarti saling berbuat. Kata ini

menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan orang lain atau beberapa orang

dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Secara terminologi kata ini lebih dikenal dengan istilah

fiqh muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan tindak-tanduk manusia dalam persoalan-

persoalan keduniaan. Misalnya dalam persoalan jual beli, utang-piutang, kerjasama dagang,

persyarikatan, kerjasama dalam penggarapan tanah, sewa menyewa dan lain-lain sebagainya.[32]

Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa tidak boleh ada sesuatupun dari tindak-tanduk manusia

yang lari dari prinsip-prisip ketuhanan, termasuk dalam masalah muamalah atau yang lebih dikenal

dengan tindak-tanduk manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya untuk memenuhi kehidupannya

masing-masing. Walau semua itu diatur hanya secara global, namun Allah telah memberikan konsep

dan prinsip-prinsip umum bagi manusia dalam berhubungan dengan sesamanya. Dengan demikian,

maka seluruh aktivitas dan tindak-tanduk manusia harus sesuai, menjurus dan sinergis dengan apa yang

telah ditetapkan di dalam nash, baik dari nash al-Qur’an maupun dari hadits.

9

Page 10: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

Di samping itu, juga terdapat beberapa keistimewaan ajaran muamalah yang bersumber dari al-Qur’an

dan sunnah, antara lain yaitu:

1)      Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia,

dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang mengitari manusia

itu sendiri. Dari prinsip pertama ini terlihat perbedaan muamalah dengan persoalan aqidah, akhlaq dan

ibadah. Dalam persoalan aqidah, syariat Islam bersifat menentukan dan menetapkan secara tegas hal-

hal yang menyangkut masalah aqidah tersebut dan tidak diberikan kebebasan bagi manusia untuk

melakukan suatu kreasi. Dalam bidang akhlaq juga demikian, yaitu dengan menetapkan sifat-sifat

terpuji yang harus diikuti oleh umat Islam serta sifat-sifat tercela yang harus dihindari. Selanjutnya di

bidang ibadah dan bahkan prinsip dasarnya adalah tidak boleh dilakukan atau dilaksanakan oleh setiap

muslim jika tidak ada dalil yang memerintahkan untuk dilaksanakan.

2)      Bahwa berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya adalah boleh sampai ditemukan dalil yang

melarangnya. Ini artinya, selama tidak ada dalil yang melarang suatu kreasi jenis muamalah, maka

muamalah itu dibolehkan. Namun demikian, walau pada prinsipnya muamalah dibolehkan selama tidak

ada dalil yang melarangnya, tetapi semua itu tidak boleh lepas dari sikap pengabdian kepada Allah

SWT, di mana terdapat kaidah-kaidah umum yang mengatur dan mengontrolnya, antara lain yaitu;

Tidak boleh terlepas dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan; Berdasarkan pertimbangan

kemaslahatan pribadi dan masyarakat; Menegakkan prinsip kesamaan hak dan kewajiban sesame

manusia; Seluruh perbuatan kotor adalah haram dan seluruh tindakan yang baik adalah halal, dan lain-

lain.[33]

Secara umum mu’amalah mencakup antara lain yaitu; hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak dan hal

lain yang terkait dengannya; Hal-hal yang berkaitan dengan harta seperti hibah, sedekah dan

sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan seperti jual beli, khiyâr, ihtikâr, syirkah,

mudhârabah dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian amanah kepada orang lain

seperti hiwâlah, ijârah, ariyah, al-rahn dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan lahan pertanian

seperti muzâra’ah, musâqah, dan lain-lain.

Foot Note

[1] Tahkiim asy-Syari’at wa Da’aawi al-‘Ilmaaniyah, Dr. Shalah ash-Shawi, Daar ath-Thayyibah

Riyaadh, cet. I tahun 1412, hal. 23

[2] Al-Ushul ats-Tsalatsah, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 46

[3] Ru’yah Islamiyah fii Ahwaal al-‘Aalam al-Mu’aashir, Muhammad Quthb, hal. 123

[4] Zubdat at-Tafsiir min Fath al-Qadiir, Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Muassasah

Risalah. Cet. VI, tahun 1419, hal. 76

[5]At-Tafsir al-Wadhiih, I/66

[6] Ruuh ad-Dien al-Islaamy, hal. 14

[7] Fii Dzilaal al-Qur’an, Sayyid Quthb, 3/423

10

Page 11: HAKEKAT DAN MISI ISLAM.doc

[8] Syifa al-‘Aliil, Ibnul Qayyim, hal. 305

[9] Zubdat at-Tafsiir Min Fath al-Qadiir, hal. 534

[10] Tafsiir Al-Qur’an al-Adziim, 3/423

[11] Syifaa al-Aliil, hal. 302

[12] Tajriid at-Tahmiid, Ibnu Abdil Barr, hal. 297

[13] HR. Muslim, No. 2658

[14] Syifaa al-Aliil, hal. 318

[15] Tafsiir al-Baghaway, 6/270

[16] Tafsiir al-Qur’an al-Adzim, Ibnu Katsir, 3/194

[17] Fii Dzilaal al-Qur’an, 3/421

[18] Al-Islaam Diin al-Haq wa Maa Siwaahu Baathil, at-Tauhid, edisi No. 1 tahun 28. Hal. 6

[19] As-Sunnah sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, Dr. Yusuf Qardhawy, hal. 249

[20] Baca: Krisis Pemikiran Islam, Dr. Abdul Hamid Abu Sulayman, hal. 165

[21] Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1996) hlm. 274- 275

[22]Abdul Aziz Dahlan (ed.), Eksiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Vanhope, 2000), jilid I, hlm. 78

[23] Nazaruddin Razak, Dinul Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1993), hlm. 119-176

[24]  Harun Nasution,op.Cit, hlm. 31

[25]  Mahmud yunus, op. cit, hlm. 354

[26]  Abdul Aziz Dahlan (ed.), op.cit, jilid II, hlm. 592

[27] Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah, op.cit., hlm. 276-277

[28] Nazaruddin Razak, op.cit., hlm. 177-240

[29] Abdul Aziz Dahlan (ed), op.cit., hlm. 593 – 594

[30] Mahmud yunus, op.cit, hlm. 460

[31]  Abdul Aziz Dahlan (ed.), op.cit, jilid I, hlm. 75

[32] Nazaruddin Razak, op.cit., hlm. 39

[33]Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), cet. ke-1, h. vii; Lihat juga

Rozalinda, Fiqh Muamalah, dan Aplikasinya pada Perbankan Syari’ah, (Padang: Hayva Pres, 2005),

cet. ke-1, hlm. 3

11