hak politik mantan narapidana korupsi di...

79
HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: AHMAD NUBLI NIM: 1115045000031 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA ISLAM (SIYASAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1441 H

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

AHMAD NUBLI

NIM: 1115045000031

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA ISLAM (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1441 H

Page 2: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

i

Page 3: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

ii

s

LEMBAR PERNYATAAN

Page 4: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

iii

Page 5: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

iv

ABSTRAK

Ahmad Nubli, Nim 11150450000031, HAK POLITIK MANTAN

NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIA. Program Studi Hukum Tata

Negara (Siyasah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. ix + 63 Halaman.

Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif dengan

pendekatan komparatif. Penulis mengkaji hak politik mantan narapidana korupsi

di Indonesia dalam pandangan hukum positif, HAM, dan hukum serta moralitas

dalam Islam .

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara umum mengenai

perlindungan Hak Asasi Manusia dalam bidang politik menurut perspektif HAM

dan Hukum Islam, serta untuk mengetahui bagaimana partisipasi mantan

narapidana korupsi pada pemilihan legislatif. Sumber data yang digunakan dalam

penulisan ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Hasil dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut; Pertama, hak

politik mantan narapidana korupsi di Indonesia tidak dibatasi oleh undang-undang

dan Undang-undang Dasar 1945, meskipun oknum tersebut terjerat beberapa kali

dalam kasus korupsi. Ketika telah menyelesaikan masa hukumannya ia masih

dibolehkan lagi untuk mencalonkan diri kembali. Kedua, implikasi setelah

dicabutnya PKPU No. 20 tahun 2018 dengan dikeluarkannya putusan Mahkamah

Agung No 46P/HUM/2018 sebagai legistimasi, bahwa mantan narapidana korupsi

tetap diperbolehkan untuk berkontestasi dalam pemilu 2019.

Kata Kunci: Hak politik, Mantan narapidana, Korupsi

Pembimbing : Dr. Rumadi, M.Ag.

Daftar Pustaka : 2003 s/d 2019

Page 6: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

v

بسماللالرحمنالرحيم

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat ALLAH SWT karena berkat

rahmat dan keridhaan-Nya, serta Shalawat kepada baginda Nabi Muhammad

SAW, maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hak Politik

Mantan Narapidana Korupsi di Indonesia” dengan baik. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Srata Satu (S1) di

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan support dari berbagai pihak,

maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Pada

kesempatan ini penulis meyampaikan ucapan terima kasih dan pengormatan

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta para

Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag., dan Ibu Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag, M.Si., Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan

Hukum. Atas jasa-jasa beliau yang turut membuat penulis bersemangat untuk

menjadi mahasiswa yang unggul dan bermanfaat, selalu mendukung penulis

di tengah-tengah kesibukannya serta memotivasi penulis untuk secepatnya

memyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA., Dosen Penasehat Akademik yang

tak kenal lelah membimbing penulis serta mendampingi penulis dengan

penuh keikhlasan dan kesabaran sampai pada tahap semester akhir di Fakultas

Syariah dan Hukum tercinta ini, khususnya pada penyelesaian skripsi penulis.

5. Bapak Dr. Rumadi M.Ag. Selaku pembimbing skripsi penulis yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan segala kemudahan hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Page 7: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

vi

6. Dosen-dosen Hukum Tata Negara, atas ilmu yang telah diberikan. Semoga

ilmu yang diberikan merupakan bekal yang bermanfaat bagi penulis, serta

dosen-dosen yang mengajarkan ilmunya kepada penulis, diberkati dan

diberikan perlindungan oleh Allah SWT.

7. Orang tua tercinta, Ayah dan Ibuk, adik-adik serta keluarga besar penulis

yang senantiasa memberikan doa, dukungan serta ketulusan cinta dan kasih

sayang yang tak terhingga. Pencapaian ini dengan bangga kupersembahkan

untuk kalian.

8. Kepada seluruh keluarga besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tak bisa

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk segala dukungannya kepada

penulis.

9. Kepada Dyan Chlaudina Khaira, terima kasih telah membantu dan mensuport

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada Kanda Muhammad Ihsan Togar yang telah memberikan bimbingan

dan pengetahuan serta ide-ide dalam membuat proposal hingga skripsi.

11. Kepada teman-teman Hukum Tata Negara angkatan 2015. Terkhusus kepada

Azka Febriawan, saudara seperantauan yang telah membantu berjuang dalam

proses penyelesaian skripsi ini, dan kepada Muhammad Ridwan yang

memberikan masukan kepada penulis, dan pastinya sahabat-sahabat penulis

lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu .

12. Kepada AMR (Asosiasi Mahasiswa Ar-Rasuli) terkhusus kepada teman

penulis Ifnu Rusdi, dan Fauzan Azima yang memberikan fasilitas dan

bantuan dalam penyelesaian skripsi, serta teman-teman AMR lainnya yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13. Seluruh keluarga , IMTI Jabodetabek, HMPS HTN UIN Jakarta, dan keluarga

besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Page 8: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

vii

Terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan semua pihak kepada

penilus, semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan balasan

oleh ALLAH SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat terkhusus kepada penulis dan

bagi pembaca pada umumnya.

Ciputat, 01 Desember 2019

4 Rabi’ul Akhir 1441 H

Ahmad Nubli

Page 9: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………. ii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………...……. iii

ABSTRAK ………………………………………… iv

KATA PENGANTAR ………………………...………………. v

DAFTAR ISI …………………………………..…….. viii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1

B. Perumusan Masalah …...…..………………………………… 3

C. Pembatasan Masalah ................................................................. 3

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian …………………………………….... 4

1. Tujuan Penelitian ………………...………………………. 4

2. Manfaat Penelitian .………………………………………... 4

E. Review Kajian Terdahulu ............………………………………… 4

F. Metode Penelitian …….………………………………….. 8

1. Jenis dan Sifat Penelitian ……..……………………………...….. 8

2. Teknik Pengumpulan Data …………………….…..………........... 8

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ….…………...…………. 9

4. Teknik Penulisan Skripsi …………………….………….……........ 9

G. Sistematika Pembahasan …………………..…………………......... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAM DAN HAK POLITIK …... 11

A. HAM dalam Pandangan Umum dan Hak Politik …………......… 11

B. Hak Politik dalam HAM ………………………….….…………. 17

C. Pembatasan Hak Asasi Manusia ……………………….……...... 19

1. Dalam ICCPR ………………………………...……..... 19

2. Dalam UUD 1945 ……………….….………………...…… 22

D. Hak Politik dalam Hukum Islam ……........……………..……....... 25

Page 10: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

ix

BAB III KORUPSI POLITIK DI INDONESIA ………………………... 30

A. Korupsi dan Politik …………………….….............………. 30

B. Korupsi Poltik di Indonesia ………………………………..………... 33

C. Status Mantan Narapidana ………………………………….…….... 44

BAB IV PEMBATATASAN HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA

KORUPSI …………………………………………. 46

A. PKPU No. 20 Tahun 2018 ……………..……..………………….... 46

B. Pro Kontra ……….…………………..…………….. 48

C. Gugatan terhadap PKPU …………………..……………………… 50

D. Implikasi Putusan Mahkamah Agung ………………….........…. 55

BAB V PENUTUP …………………………………………. 60

A. Kesimpulan ……………………………...………...… 60

B. Saran ………..…………………………........... 60

DATAR PUSTAKA ………………………………..………... 61

Page 11: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

x

Page 12: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

1

`BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun lalu, pada 31 Agustus 2018, saat itu sempat menjadi

perbincangan hangat di kalangan civitas akademika dengan dikeluarkannya

Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 20 Tahun 2018 tentang

pencalonan anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota. Pada

pasal 4 ayat (3) yang menegaskan bahwa bakal calon anggota DPR, DPRD

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah Warga Negara Indonesia yang

harus memenuhi persyaratan yaitu bukan mantan terpidana narkoba,

kejahatan seksual terhadap anak atau korupsi. PKPU ini tentunya menuai

perbedatan, di antaranya ada yang setuju dengan PKPU tersebut disebabkan

bahwa ketidak percayaan publik terhadap orang yang pernah melakukan

tindak pidana korupsi pada masa jabatannya. Orang yang tidak setuju

dengan PKPU tersebut menilai, bahwa aturan yang dikeluarkan KPU

tersebut bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

Sebagian orang yang tidak setuju atau kontra terhadap PKPU No.20

Tahun 2018 tentang pencalonan anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota, berpendapat bahwa adanya larangan tersebut dengan

sendirinya memberi batasan hak-hak asasi dari bakal calon, karena dinilai

PKPU tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28

ayat D yang menyebutkan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang

sama untuk dipilih dan memilih.

Sedangkan yang setuju atau pro dengan dikeluarkannya PKPU No. 20

Tahun 2018 tersebut berpendapat, secara prinsip KPK mendukung agar

ruang gerak terpidana korupsi atau koruptor lebih dibatasi untuk menduduki

posisi publik apalagi jabatan-jabatan politik berdasarkan pemilihan dan

Page 13: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

2

dengan diterbitkannya aturan ini mampu menghadirkan para calon

legislatif yang berintegritas dan berkualitas.

Dalam pandangan moralitas agama Islam, orang yang pernah

berbohong atau mengkhianati amanah orang lain maka akan mendapatkan

hukuman sosial ditengah masyarakat, seperti perkataannya tidak dipercayai

dan kesaksiannya dipertanyakan, sebagaimana diterapkan dalam Ulumul

hadits apabila seseorang rawi memiliki riwayat pernah berdusta dalam

hidupnya maka hadis yang diriwayatkan oleh perawi tersebut tidak memiliki

kualitas hadis yang bagus atau sahih.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perakilan Rakyat Daerah

(DPRD) di tingkat Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

di tingkat Kabupaten/Kota sebagai lembaga legislatif mempunyai beberapa

fungsi, salah satu fungsinya di bidang legislasi, di antara lain kegiatannya

adalah pembuatan undang-undang dengan salah satu instrumennya

kebiasaan yang ada di masyarakat,1 agar undang-undang tersebut tidak

menguntungkan beberapa pihak maupun perorangan. Sebab pada

hakikatnya undang-undang yang dibentuk oleh lembaga legislatif tersebut

mesti condong kepada kepentingan rakyat, karena anggota legislatif itu

dipilih dari rakyat untuk menyuarakan suara-suara rakyat bukan untuk

berpihak kepada beberapa orang maupun ke beberapa pihak.

Pada kenyataannya, lembaga legislatif yang terdiri dari DPR, DPRD

Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota yang secara tupoksi adalah

menyuarakan suara-suara rakyat, memberikan jalan terhadap hak-hak

rakyat, mementingkan rakyatnya, dan berpihak kepada rakyat malah

menyeleweng dari tugas dan fungsinya, seperti melakukan korupsi, dan

sebagainya. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat ada 254 anggota

1 Martitah, Mahkamah Konstitusi, (Jakarta Barat: Konstitusi Press, 2013), h. 54.

Page 14: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

3

Dewan yang menjadi tersangka korupsi sepanjang 2014-2019. Dari angka

tersebut, 22 orang di antaranya tercatat sebagai anggota DPR.2

Melihat permasalahan dengan penjabaran penulis di atas,

dikeluarkannya PKPU tersebut merupakan wujud dari kekecewaan warga

negara atas pihak-pihak yang sebelumnya diberikan kepercayaan untuk

mewakili suara rakyat lantas memberikan sikap ketidaklayakannya di depan

masyarakat. Di sisi lain adanya PKPU tersebut bertentangan dengan asas-

asas Negara Republik Indonesia, seperti yang terdapat pada Pasal 28D

“setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintah”. Dalam konteks ini, penulis tertarik untuk menganalisis hak

politik mantan narapidana korupsi dengan kacamata HAM atau hukum

positif dan moralitas dalam pandangan Islam melalui analisis putusan MA

No.46P/HUM/2018, dengan membingkai judul, “Hak Politik Mantan

Narapidana Korupsi di Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana hak politik mantan narapidana korupsi di Indonesia?

2. Bagaimana implikasi pencabutan PKPU No. 20 Tahun 2018 dengan

adanya putusan Mahkamah Agung No. 46P/HUM/2018?

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan skirpsi ini terarah dan sesuai

dengan yang diharapkan penulis, maka penulis membatasi masalah

yang akan dibahas. Di sini penulis hannya membahas bagaimana hak

politik mantan narapidana korupsi di Indonesia.

2 https://news.detik.com/berita/d-4500126/icw-22-anggota-dpr-tersangka-korupsi-

sepanjang-2014-2019 diakses pada 02 November 2019, Pukul: 15.41.

Page 15: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memiliki tujuan yang di

antaranya:

1. Memberikan gambaran secara umum mengenai perlindungan Hak

Asasi Manusia dalam bidang politik menurut perspektif HAM dan

Hukum Islam.

2. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi mantan narapidana korupsi

pada pemilihan legislatif .

Di samping memiliki tujuan dalam penulisan skripsi ini penulis juga

berharap memberikan maanfaat dalam peneltian karya tulis ilmiyah ini di

antaranya, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat terhadap perkembangan konsep HAM dan

Hukum Islam

b. Dapat menambahkan referensi pustaka yang berkaitan dengan

pembahasan hak asasi Manusia tentang hak yang berkaitan

dengan hak politik.

2. Manfaat Praktis

Legal opinion dalam penelitian ini semoga dapat dijadikan salah

satu referensi bagi KPU dalam membuat aturan selanjutnya, terutama

yang berkenaan dengan hak politik.

E. Review Kajian Terdahulu

Untuk menjamin tidak adanya kesamaan pembahasan dengan karya

ilmiah lain, penulis akan mengacu pada beberapa karya-karya ilmiah

Page 16: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

5

tersebut yang mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti,

sebagai berikut:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Sahuri, yang berjudul “Perspektif

Hukum Islam Dan HAM Tentang Pencabutan Hak Politik Koruptor.”

Sesuai dengan judulnya, skripsi ini membahas tentang bagaimana

memberantas dan menetapkan hukuman kepada pejabat yang melakukan

kejahatan korupsi, dan memberikan efek jera terhadap pelakunya, sekaligus

untuk meredam siapapun untuk tidak melakukan korupsi. Penulis skripsi ini

menitik beratkan sanksi kepada pejabat koruptor dengan sanksi pidana

tambahan pencabutan hak tertentu yang dengan berlandaskan putusan

Mahkamah Agung Nomor 1195K/Pid.Sus/2014, yang mana putusan

Mahkamah Agung tersebut berbicara tentang penjatuhan pidana tambahan

pencabutan hak politik bagi terpidana korupsi. Pokok pembahasan yang

dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana pandangan hukum Islam dan

HAM tentang pencabutan hak politik koruptor, dan bagaimana analisis

hukum Islam dan HAM terhadap Putusan Mahkamah Agung

1195K/Pid.Sus/2014.3

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Dian Rudy Hartono yang berjudul

“Pencabutan Hak Politik Terhadap Koruptor Perspektif Nomokrasi Islam”

yang memabahas tentang bagaimana pandangan Konsep Nomokrasi Islam

terhadap pencabutan hak politik para koruptor.4 Skripsi ini membahas

bahwa pencabutan hak politik sudah mengedepankan keadilan dan

merupakan suatu bentuk perlindungan bagi kemaslahatan umat.

Ketiga, karya ilmiyah skripsi yang ditulis oleh Mia Arlita wati dengan

judul “Kewenangan KPU Dalam Membatasi Hak Politik Mantan

Narapidana Korupsi Dalam Pemilu Legislatif (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 46/P/HUM/2018 terhadap Peraturan Komisi Pemilihan

3 Sahuri, Perspektif Hukum Islam dan HAM tentang Pencabutan Hak Politik Koruptor(

Kajian Hukum Islam dan HAM terhadap Putusan MA No. 1195K/Pid.Sus/2014), Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4 Dian Rudy Hartono, Pencabutan Hak Politik Terhadap Koruptor Perspektif Nomokrasi

Islam, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.

Page 17: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

6

Umum (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018)”. Sesuai dengan judulnya skripsi ini

membahas kewenangan KPU dalam membatasi hak politik mantan

narapidana korupsi dalam pemilu legislatif yang tertuang dalam PKPU yang

diselesaikan dengan keluarnya putusan Mahkamah Agung Nomor

46/P/HUM/2018. Akan tetapi, yang berlaku saat ini adalah bahwa hukum

positif saat ini tidak melarang adanya mantan narapidana mencalonkan diri

dalam pemilu legislatif dan hanya pengadilanlah yang mempunyai

kewenangan untuk mencabut hak politik seseorang. Mantan narapidana

korupsi mempunyai hak politik yang sama dengan warga negara lain, karena

merupakan suatu hak yang dijamin oleh konstitusi. Akan tetapi apabila

merujuk berdasarkan Pasal 28J UUD 1945 disebutkan bahwa pembatasan

hak hanya boleh dilakukan melalui dengan dua cara yaitu, melalui undang-

undang dan putusan pengadilan.5

Keempat, karya ilmiyah skripsi yang ditulis oleh Dewi Fortuna DM

dengan judul “Analisis Fiqh Siyasah terhadap Putusan Mahkamah

Konstitusi No. 04/PUU-VII/2009 Tentang Pencalonan Mantan Narapidana

sebagai anggota Legislatif”. Skripsi ini membahas bahwa mantan

narapidana merupakan seseorang yang pernah dihukum dan menjalani

hukuman di lembaga pemasyarakatan, namun sesudah selesai menjalani

masa hukuman di lembaga permasyarakatan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum, tetap serta putusan

Mahkamah Konstitusi No. 4/PUU-VII/2009 tentang pencalonan mantan

narapidana sebagai anggota legislatif dengan persyaratan tidak berlaku

untuk jabatan publik yang dipilih, dan berlaku terbatas jangka waktunya

hanya 5 tahun sejak terpidana selesai menjalani hukumannya, dikecualikan

bagi mantan terpidana yang secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada

publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana, dan bukan sebagai

pelaku kejahatan yang berulang-ulang. Titik pembahasan dalam tulisan ini

adalah, mengenai dasar pertimbangan yang digunakan oleh hakim

5 Mia Artilawati, Kewenangan KPU dalam Membatasi Hak Politik Mantan Narapidana

Korupsi Dalam Pemilu Legislatif (Analisis Putusan MA No. 46P/HUM/2018 terhadap Perturan KPU No. 20 Tahun 2018. Skripsi Fakultas syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Page 18: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

7

Mahkamah Konstitusi, dan bagaimana analisis fiqh siyasah terhadap

putusan Mahkamah Konstitusi No. 4/PUU-VII/2009 tentang pencalonan

mantan narapidana sebagai anggota legislatif.6

Kelima, karya ilmiyah Skripsi yang ditulis oleh Indar Dewi dengan

judul “Hak Politik Mantan Terpidana Korupsi (Studi Komparatif Hukum

Progresif dan Maqasid Al-Syariah)”.7 Skripsi ini mebahas bahwa, KPU

sebagai penyelenggara pemilu yang bersih menuai pro dan kontra dari

beberapa pihak, disebabkan peraturan KPU No. 20 tahun 2018 yang

melarang mantan terpidana korupsi untuk mencalonkan diri di bidang

legislatif. Padahal sejatinya, adanya hukum tersebut untuk menjamin hak-

hak warganya, bukan sebaliknya. Titik pembahasan pada skripsi ini adalah,

Hukum progresif yang bermanfaat untuk terciptanya keadilan dan

kesejahteraan mesti sejalan dengan prinsip Maslahah sebagaimana yang

terkandung dalam konsep Maqasid al-Syarian dalam hukum Islam, yakni

satu konsep yang berfokus kepada kemaslahatan umat.

Keenam, sebuah Jurnal yang diterbitkan oleh Komisi Yudisial oleh

Warih Anjari dengan judul “Pencabutan Hak Politik Terpidana Korupsi

Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Kajian Putusan No.

537K/Pid.Sus/2014 dan No. 1195K/Pid.Sus/2014”.8 Jurnal ini membahas,

penerapan pidana pencabutan hak politik bagi terpidana korupsi menjadi hal

yang penting karena: (a) Penjatuhan pidana tambahan ini merupakan sarana

penalti untuk menanggulangi tindak pidana korupsi yang memberikan efek

jera bagi terpidana dan pencegahan bagi masyarakat. (b) Karakteristik

Korupsi di Indonesia sebagai kebiasaan masyarakat. (c) Agar terhindar dari

6 Dewi Fortuna DM, Analisis Fiqh Siyasah Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi No.

04/PUU-VII/2009 Tentang Pencalonan Mantan Narapidana Sebagai Anggota Legislatif. Skripsi Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung.

7 Indar Dewi, Hak Politik Mantan Terpidana Korupsi (Studi Komparatif Hukum Progresif

dan Maqasid Al-Syariah). Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8 Warih Anjari, Pencabutan Hak Politik Terpidana Korupsi Dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia Kajian Putusan No. 537K/Pid.Sus/2014 dan No. 1195K/Pid.Sus/201, Jurnal Yudisial, (Vol. 8 No. 1 April 2015), h. 23-24.

Page 19: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

8

pemimpin yang korupsi, dan (d) Korupsi merupakan extra ordinary crime

dan serious crime.

Sebagaimana dengan pemaparan karya ilmiyah di atas, menjadi dasar

bagi penulis bahwa penulisan skripsi yang penulis tulis berbeda dengan

penelitian sebelumnya, pembedanya adalah penulis akan mengambil benang

merah pada bagaimana hak politik mantan narapidana korupsi dalam

pandangan Hak Asasi Manusia (HAM), hukum positif, dan hukum Islam

serta moralitas menurut agama Islam, dengan pembatasan hak mantan

narapidana korupsi untuk maju pada pemilihan legislatif di Indonesia.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini yaitu

menggunakan metode penelitian hukum normatif atau kepustakaan.

Penelitian hukum normatif yang diteliti adalah bahan pustaka atau

data sekunder. Oleh sebab itu, metode penelitian yang digunakan

penulis adalah metode penelitian hukum normatif yaitu penelitian

yang ditinjau melalui aspek hukum dan peraturan-peraturan.

Sementara sifat dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis.

Penelitian deskriptif analitis digunakan untuk mengungkapkan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori

hukum yang menjadi objek penelitian. 9

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini, yaitu: data primer, data sekunder, dan data tersier. Data

primer adalah sumber data utama yang dapat dijadikan jawaban

9 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,2009),h. 105.

Page 20: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

9

terhadap masalah penelitian.10

Data primer tersebut di antara lainnya

adalah:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945;

b. Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu;

c. Peraturan KPU No. 20 Tahun 2018.

d. Putusan Mahkamah Agung No. 46P/HUM/2018.

Data sekunder yang penulis gunakan dalam skripsi ini yaitu

artikel-artikel, jurnal, dan makalah yang berkaitan dengan permasalah

yang akan dibahas dalam skripsi ini. Data sekunder juga bisa

berbentuk buku, dokumen resmi, hasil penelitian yang berbentuk

laporan, buku harian dan seterusnya.11

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan secara seksama tentang

hak berpolitik warga Negara dalam perspektif HAM dan Hukum

Islam. Setelah melihat pebandingan hak berpolitik warga negara

perspektif HAM dan hukum Islam, kemudian dilihat bagaimana

konsistensi dan korelasinya dengan hak politik warga negara

Indonesia yang berlaku saat ini. Teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik analisis data perbandingan hukum, yaitu dengan

membandingkan hak politik warga negara perspektif HAM dan

hukum Islam.

4. Teknik Penulisan

Secara teknik penulisan, skripsi ini mengacu kepada buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

10

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia,2008), h. 158. 11

Sorjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005), h. 12.

Page 21: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

10

G. Sistematika Pembahasan

Seperti dalam skripsi pada umumnya, untuk mempermudah isi skripsi

dan mencapai sasaran seperti yang diharapkan, maka penulis membagi isi

skripsi ini ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I, bab ini mengulas latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review kajian terdahulu,

dan metode penelitian.

BAB II, Tinjauan umum tentang HAM dan Politik. Bab ini membahas

HAM dalam Pandangan Umum, Hak Politik dalam HAM dan hukum Islam.

BAB III, Korupsi Politik di Indonesia : Bab ini membahas korupsi dan

politik secara umum, Korupsi Politik di Indonesia, dan status mantan

narapidana.

BAB IV, Pembatasan Hak Politik Mantan Narapidana Korupsi: Bab

ini membahas PKPU No. 20 Tahun 2018, Pro Kontra terhadap PKPU

tersebut, gugatan terhadap PKPU, dan implikasi putusan Mahkamah Agung.

BAB V, Penutup, bab ini menguraikan penutup yang merupakan hasil

akhir kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.

Kemudian, pada penutup ini penulis juga memberikan saran yang sesuai

dengan pokok permasalahan yang penulis kaji.

Page 22: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

11

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAM DAN HAK POLITIK

A. HAM dalam Pandangan Umum dan Hak Politik

Secara definisi, Hak Asasi Manusia (HAM) menurut KBBI adalah hak

yang dilindungi secara internasional (deklarasi PBB Declaration of Human

Rights), yaitu seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk

memiliki, dan hak untuk mengeluarkan pendapat.1

Menurut Jhon Locke, hak asasi manusia adalah hak-hak yang

diberikan langsung oleh Tuhan yang Maha Pencipta. Oleh karenanya, tidak

ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Hak ini sifatnya

sangat fundamental (mendasar) bagi hidup dan kehidupan manusia, dan

merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dalam kehidupan

manusia.2 Salah satu perkembangan HAM pada tahun 1215 yang dicikal

bakali suatu perjanjian Magna Charta, yaitu sebuah piagam perjanjian yang

menjamin hak-hak asasi rakyat Inggris di bidang politik dan sipil yang

merupakan hasil desakan dari kaum bangsawan Inggris terhadap raja dan

mengakhiri kekuasaan absolut raja. 3

Perkembangan konsep HAM secara zamannya dijelaskan oleh Karel

Vasak yang merupakan ahli hukum Prancis, dia menjelaskan perkembangan

substansi hak-hak yang terkandung dalam konsep hak asasi manusia.

1 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hak%20Asasi%20manusia, diakses pada 02 Agustus

2019, pukul 16.04 WIB. 2 Masyhur Effendi, Dimensi dan dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan

Internasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), h. 3. 3 KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Online, diakses pada 25 Oktober 2019, pukul 13.01

WIB.

Page 23: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

12

Vasak menggunakan istilah “generasi” untuk menunjuk pada

substansi dan ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada satu kurun

waktu tertentu.

1. Generasi Pertama Hak Asasi Manusia

Kebebasan atau hak-hak generasi pertama sering dirujuk untuk

mewakili hak-hak sipil dan politik, yakni hak-hak asasi manusia

yang “klasik”. Hak-hak ini muncul dari tuntutan untuk melepaskan

diri dari kungkungan kekuasaan absolutisme negara dan kekuatan-

kekuatan sosial lainnya, sebagaimana yang muncul dalam revolusi

hak yang bergelora di Amerika Serikat dan Prancis pada abad ke-17

dan ke-18. Karena itulah, hak-hak generasi pertama itu dikatakan

sebagai hak-hak klasik. Hak-hak tersebut pada hakikatnya hendak

melindungi kehidupan pribadi manusia atau menghormati otonomi

setiap orang atas dirinya sendiri (kedaulatan individu). Hak-hak yang

termasuk dalam generasi pertama ini adalah hak hidup, kebutuhan

jasmani, hak kebebasan bergerak, hak suaka dari penindasan,

perlindungan terhadap hak milik, kebebasan berfikir, beragama dan

berkeyakinan, kebebasan untuk berkumpul dan menyatakan pikiran,

hak bebas dari penahanan dan penangkapan sewenang-wenang, hak

bebas dari penyiksaan, hak bebas dari hukum yang berlaku surut, dan

hak mendapatkan proses peradilan yang adil.

Hak generasi pertama itu sering pula disebut sebagai “hak-hak

negatif”, artinya tidak terkait dengan nilai-nilai buruk, melainkan

merujuk pada tiadanya campur tangan terhadap hak-hak kebebasan

individual. Hak-hak ini menjamin suatu ruang kebebasan di mana

individu sendirilah yang berhak menentukan dirinya sendiri. Hak-

hak generasi pertama ini dengan demikian menuntut ketiadaan

intervensi oleh pihak-pihak luar (baik negara maupun kekuatan-

kekuatan sosial lainnya) terhadap kedaulatan individu. Bisa

Page 24: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

13

dikatakan, efesiensi terwujudnya hak-hak generasi pertama ini

bergantung terhadap kurangnya partisipasi negara terhadap hak-hak

tersebut. Ini lah yang membedakannya dengan hak-hak generasi

kedua yang sebaliknya justru menuntut peran aktif negara.

2. Generasi Kedua Hak Asasi Manusia

Hak-hak generasi kedua diwakili oleh perlindungan bagi hak-

hak ekonomi, sosial, politik dan budaya. Hak ini muncul dari tuntutan

agar negara menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan setiap

masyarakat. Negara dengan demikian dituntut bertindak lebih aktif,

agar hak-hak tersebut dapat terpenuhi atau tersedia. Oleh karena itu

konsep hak generasi kedua ini dirumuskan dalam bahasa yang positif;

“hak/human right”, bukan dalam bahasa bebas negatif yaitu

“bebas/freedom”. Inilah yang membedakannya dengan konsep hak

generasi pertama. Termasuk dalam generasi kedua ini adalah hak atas

pekerjaan dan upah yang layak, hak atas jaminan sosial, hak atas

pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan, hak atas perumahan,

hak atas tanah, hak atas lingkungan yang sehat, hak atas perlindungan

hasil karya ilmiah, dan hak atas perlindungan kesenian.

Konsep hak generasi ke dua pada dasarnya adalah tuntutan akan

persamaan sosial. Hak-hak ini sering pula dikatakan sebagai “hak-hak

positif”, yang dimaksud dengan hak positif di sini adalah bahwa

pemenuhan hak-hak tersebut sangat membutuhkan peran aktif negara.

Keterlibatan negara disini harus memenuhi hak warganya, bukan

berperan dalam menindas hak-hak warganya. Jadi, untuk memenuhi

hak-hak yang dikelompokkan ke dalam generasi ke dua ini, negara

diwajibkan untuk menyusun dan menjalankan program-program

untuk merealisasikan hak-hak tersebut. Sebagai contohnya adalah

untuk memenuhi hak atas pekerjaan bagi setiap orang, maka negara

harus membuat kebijakan ekonomi yang dapat membuka lapangan

kerja bagi masyarakat sebuah negara, menjadikan masyarakat pada

Page 25: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

14

negara tersebut memiliki hal sosial ekonomi untuk mendapatkan

lapangan pekerjaan yang luas di negaranya.

3. Generasi Ketiga Hak Asasi manusia

Konsep hak asasi manusia pada generasi ketiga ini diwakili

oleh tuntutan atas “hak solidaritas” atau “hak bersama”. Hak-hak

ini muncul dari tuntutan gigih negara berkembang atau dunia

ketiga atas tatanan Internasional yang adil. Melalui tuntutan atas

hak solidaritas itu, negara-negara berkembang menginginkan

terciptanya suatu tatanan ekonomi dan hukum internasional yang

kondusif bagi terjaminnya hak atas pembangunan, hak atas

perdamaian, hak atas sumber daya alam sendiri, hak atas

lingkungan hidup yang baik, dan hak atas warisan budayanya

sendiri.4

Pada tahun 1948 terjadi pertemuan yang berbasis internasional

terkait perumusan hak asasi yang diakui oleh oleh seluruh dunia, maka

diadakan Deklarasi Universal yang bertujuan untuk sebagai pedoman

sekaligus standar minimum yang dicita-citakan oleh seluruh umat

manusia. Tahap kedua yang ditempuh oleh Komisi Hak Asasi PBB

adalah menyusun sesuatu yang lebih mengikat daripada deklarasi belaka,

yaitu dengan berbentuk perjanjian (convenant).

Untuk memantau perkembangan dan pelaksanaan hak-hak politik,

maka dibentuk Panitia Hak Asasi (Human Right Committee), yang

berhak menerima serta menyelidiki pengaduan dari suatu pihak negara

terhadap pihak negara lain, jika telah terjadi pelanggaran terhadap hak

asasi yang tercantum dalam konvenan itu. Bahkan dibuka juga

kesempatan bagi perorangan untuk mengadukan suatu negara pihak,

termasuk negaranya sendiri melalui Optional Protocol.

4 Rhona K.M Smith, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2015), h.

16.

Page 26: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

15

Adanya deklarasi Hak Asasi Manusia yang diadakan oleh PBB,

tentunya berdampak besar terhadap negar-negara yang baru merdeka

seusai perang dunia II. Munculnya negara-negara baru yang mereka pun

berinisiatif mengadakan forum internasional untuk menggalang kesetia

kawanan seperti yang terlaksana di Bandung pada 1955 yaitu Konferensi

Asia-Afrika. Akan tetapi pada saat itu seruan untuk menentang

penjajahan, rasialisme, dan keterbelakangan belum begitu bergema.

Namun, dengan bertambahnya jumlah negara merdeka, maka bertambah

pula militansi mereka di forum PBB. Negara berkembang sangat

mendukung perumusan hak ekonomi dalam konvenan internasional,

karena merasa bahwa tugas mensejahterakan rakyat merupakan prioritas

pertama. Akan tetapi, partisipasi negara-negara berkembang dalam

program standard setting tidak berhenti disitu. Karena menurut mereka

deklarasi PBB mengenai Human Rights terlalu menekankan hak individu

(individual rights), maka negara-negara baru itu juga berjuang untuk

memasukkan konsep-konsep baru, seperti hak kolektif yang menyangkut

kepentingan bangsa, masyarakat, dan atau keluarga.

Pada dasawarsa 1980-an, berkat usaha negara-negara baru

dicanangkan sebagai generasi ketiga hak asasi, yaitu hak atas perdamaian

dan hak atas pembangunan. Hak-hak itu (yang bersifat hak kolektif)

dituangkan dalam beberapa dokumen, seperti deklarasi menganai hak

bangsa-bangsa atas perdamaian (Declaration on the Right of Peoples to

Peace) yang diterima pada 1984 dan deklarasai mengenai hak atas

pembangunan (Declaration on the Right of Development) yang diterima

pada tahun 1986. Dengan pencapaian dan peran negara-negara baru

sudah bisa dibilang signifikan dalam perumusan human right di PBB,

tetapi mereka masih merasa terganggu karena kenyatan yang mereka

hadapi bahwa masalah hak asasi masih tetap didominasi oleh pandangan

negara-negara barat yang memprioritaskan hak politik, dan pihak negara-

negara barat kurang sensitif terhadap keinginan negara-negara baru untuk

Page 27: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

16

mempertahankan beberapa nilai warisan nenek moyangnya, karena hal

itu dapat dianggap bisa saja mengganggu usaha penegakan hak asasi.

Banyak negara-negara baru (terutama di Asia dan Afrika) memiliki

warisan tradisi yang masih kuat berakar, dan ketentuan-ketentuan

moralitas yang berbeda dari suatu tempat dengan tempat lain. Maka oleh

karena itu, hak asasi dianggap juga perlu dilihat dalam konteks

kebudayaan masing-masing, baik yang menyangkut kelompok, etnis, ras,

atau agama. Semua kebudayaan mempunyai hak hidup serta martabat

yang sama yang harus dihormati. Dilema yang dihadapkan pada negara-

negara baru ialah bagaimana memperjuangkan tempat yang terhormat

dalam dunia modern dengan tidak mengorbankan identitas diri sebagai

bangsa. Jadi, masalah utamanya adalah bagaimana menyelaraskan nilai-

nilai tradisional yang dianggap masih relevan dengan standar

internasional mengenai hak asasi. Keinginan itu kemudian

diejawentahkan dengan munculnya beberapa piagam non Barat di luar

PBB, seperti di Asia dan Afrika.

Di kalangan mereka ada pendapat bahwa negara-negara Barat agar

jangan terlalu terobsesi dengan hak-hak politik dan mengkritik negara-

negara yang kurang mampu melaksanakan hal tersebut. Mereka perlu

mempertimbangkan juga beberapa faktor sebagai berikut:

1.) Pentingnya kesetaraan hak politik dan hak ekonomi, juga tercemin

dalam pelaksanaannya, misalnya agar kerja sama antar negara Barat

dengan non Barat dilaksanakan atas dasar sama derajat, tanpa terkait

dengan syarat-syarat tertentu.

2.) Pentingnya komunitas disamping individu. Selain dari hak-hak

individu ada hak kolektif, seperti misalnya hak atas pembangunan.

3.) Pentingnya hak dibarengi dengan kewajiban, agar ada keseimbangan

antara hak individu dan kewajibannya terhadap sesama manusia dan

terhadap masyarakat di manapun berada.

Page 28: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

17

4.) Pentingnya mempertimbangkan kekhasan setiap negara yang

mungkin akan memberi warna tersendiri pada proses pelaksaan hak

asasi, seperti pelaksanaan atas hak pendidikan, dalam pelaksanaannya

akan berbeda antara negara Belanda dan Indonesia. Piagam-piagam

yang mengutarakan berbagai konsep ini antara lain: Piagam Afrika

mengenai Hak Manusia dan Bangsa-bangsa yang diterima pada 1981

di Banjul, dan Deklarasi Kairo mengenai Hak Asasi dalam Islam

yang diterima pada 1990.5

Istilah hak politik apabila didefinisikan, adalah hak yang diperoleh

seseorang dalam kapasitasnya sebagai anggota organisasi politik, seperti hak

memilih dan hak memilih, mencalonkan diri dan memegang jabatan umum

dalam negara. Hak politik juga dapat didefinisikan sebagai hak-hak di mana

individu dapat memberi andil, melalui hak tersebut, dalam mengelola

masalah-masalah negara atau pemerintahnya.6

B. Hak Politik dalam HAM

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) tetap menjadi

akar dari kebanyakan instrumen hak asasi manusia Internasional, salah

satunya hak sipil dan politik;

Hak Sipil dan Politik mencakup diantara lain:

Pasal 6: Hak atas hidup.

Pasal 7: Hak untuk tidak disiksa.

Pasal 9: Hak atas kebebasan dan keamanan dirinya.

Pasal 14: Hak atas kesamaan di depan badan-badan peradilan.

Pasal 15: Hak untuk tidak dikenai konsep retroaktif.

Pasal 18: Hak kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama.

Pasal 19: Hak mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan.

5 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 2015), h. 242.

6 Mujar Ibnu Syarif, Hak-hak Politik Minoritas Non-Muslim dalam Komonitas Islam,

(Bandung: PT Angkasa, 2003), h. 49.

Page 29: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

18

Pasal 21: Hak atas kebebasan berkumpul secara damai.

Pasal 22: Hak atas kebebasan untuk berserikat.7

Pada tatanan teoritis, tuntutan penegakan hak politik telah diatur

dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) dan Konvensi

Internasional Tentang Hak-hak Sipil dan Politik (International Convenan on

Civil Political Right), yang akhirnya membuahkan pasal-pasal tentang hak

sipil dan politik sebagaimana yang tercantum di atas.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pihak pada

konvenan Internasional tentang hak sipil dan politik, karena sejatinya

Indonesia adalah negara hukum dan sejak kelahirannya pada tahun 1945

yang menjunjung tinggi nilai HAM. Sikap Indonesia tersebut dapat dilihat

dari kenyataan bahwa meskipun dibuat sebelum diproklamasikannya

DUHAM, Undang-undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun

1945 sudah memuat beberapa ketentuan tentang penghormatan HAM yang

sangat penting. Hak-hak tersebut antara lain hak semua bangsa atas

kemerdekaan, hak atas kewarganegaraan (Pasal 26), hak atas persamaan

kedudukan semua warga negara Indonesia di dalam hukum dan

pemerintahan (Pasal 27 ayat: 1).

Pada konteks hak politik tentunya tidak terlepas dari sistem demokrasi

itu sendiri, sebagaimana sistem yang diterapkan di negara Republik

Indonesia, dan diejawantahkan dalam bentuk Undang-undang Dasar 1945

dan Undang-undang lainnya. Seperti tentang hak untuk dipilih yaitu pasal

27 ayat (1) “setiap warga negara sama kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan”, pasal 28C ayat (2) “setiap orang berhak mengajukan dirinya

dalam memperjuangkan hak-haknya secara kolektif untuk membangun

masyarakat, bangsa, dan negaranya”, dan pasal 28D ayat (2) “setiap warga

negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”.

Akan tetapi dalam pengaplikasiannya, hak politik tersebut dapat

dikategorikan menjadi dua jenis sebagaimana yang ditetapkan dalam

7 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 2015), h. 224.

Page 30: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

19

Konvenan Internasional Sipil dan Politik (International Convenan on Civil

and Political Rights). Jenis yang pertama adalah kategori non-derogable,

yaitu hak-hak yang bersifat absolut dan tidak boleh dikurangi, walaupun

dalam keadaan darurat. Hak ini terdiri atas hak hidup, hak bebas dari

penyiksaan, hak bebas dari pemidanaan yang bersifat surut, hak sebagai

subjek hukum, dan atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, serta beragama.

Jenis kedua yaitu kategori derogable, yaitu hak-hak yang boleh dikurangi

atau dibatasi pemenuhannya oleh negara pihak. Hak dan kebebasan yang

termasuk dalam jenis ini meliputi hak atas kebebasan berkumpul secara

damai, hak atas kebebasan berserikat, termasuk membentuk dan menjadi

anggota buruh, dan hak atas kebebasan menyatakan pendapat atau

berekspresi.8

C. Pembatasan Hak Asasi Manusia

1. Dalam International Convenan on Civil and Political Right (ICCPR)

Deklarasi of Human Right (DUHAM) yang dikeluarkan oleh

PBB merupakan penjaminan terhadap hak asasi manusia. Sejak

tahun 1999, masalah Defamation of Religion (penistaan agama)

menjadi perhatian PBB. Beberapa kali sidang umum PBB

menerbitkan resolusi tidak mengikat yang mengecam, penghinaan

terhadap agama. Resolusi tersebut dipelopori oleh Pakistan atas

nama OKI, dan Mesir atas nama Afrika, dalam Durban Conference,

sebagai upaya untuk menghentikan polarisasi, diskrimniasi,

ekstrimisme, dan misintepretasi terhadap Islam. Hal ini merupakan

respon terhadap perkembangan pasca peristiwa 11 September di

mana Islam sering dinistakan dan senantiasa dikaitkan dengan

terorisme dan pelanggaran HAM.

8 http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/2941-hak-politik-warga-negara-

sebuah-perbandingan-konstitusi.html, diakses pada 05 Oktober 2019, pukul 15.03.

Page 31: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

20

Namun demikian, dalam Konferensi Durban review II di Jenewa,

resolusi mengenai defamation of religion dinilai bertentangan dengan

hak asasi manusia, karena terlalu sempit pada perlindungan Islam

(awal mula draft-nya berjudul defamation of Islam). Konsep tersebut

melindungi agama (yang esensinya adalah idiologi) bukannya

melindungi hak individu, terlalu mempertentangkan agama,

mengancam hak atas kebebasan berekspresi, ditulis dengan bahasa

yang terlalu umum dan tidak jelas, termasuk dalam penggunaan

istilah “penistaan” (defamation). Berdasarkan evaluasi yang

disampaikan oleh beberapa pelapor khusus PBB, penerapan konsep

defamation of religion di beberapa negara, seperti Pakistan, Iran dan

Mesir, justru menimbulkan masalah hak asasi manusia, seperti

pembungkaman kebebasan berekespresi “xenophobia” dan

ketegangan antar umat beragama. Sehingga, konsep “defamation of

religion” kembali dipertanyakan.9

Sebagai solusi, muncullah upaya untuk membuat insturmen hak

asasi manusia internasional sebagai penyeimbang antara hak atas

kebebasan berekspresi, namun tetap menjamin perdamaian, terutama

antar umat beragama. Komisi mengembangkan sebuah inisiatif

dengan mengeluarkan sebuah resolusi untuk mengatasi ketegangan

antara kebebasan bereskpresi dan perdamaian antara umat beragama

dan ras. Bagaimana pembatasan kebebasan berekspresi tetap

berdasarkan DUHAM dan International Convenant on Civil and

Political Rights (ICCPR).

Kebebasan berekspresi sendiri dapat dibatasi, sesuai Pasal 20

Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik, yaitu:

a) Any propaganda for war shall be prohibited by law.

b) Any advocacy of national, racial or religious hatred that

9 Jurnal Indo-Islamika, Vol. 1, Nomor 2, 2012, hlm. 253.

Page 32: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

21

constitutes incitement to discrimination, hostility or violence

shall be prohibited by law.

Selain itu, Pasal 19 ICCPR mengatakan bahwa kebebasan

bereskpresi dapat dibatasi, to protect among others, the rights of

others, public order, and national security if it is “necessary in a

democratic society” to do so and it is done by law. Namun, tidaklah

mudah membuat rumusan HAM Internasional lain. Dewan HAM

Eropa menetapkan syarat-syarat pembatasan kebebasan berekspresi

harus lolos tiga syarat sebagai berikut:

a) Pembatasan dibuat untuk tujuan yang benar-benar sah;

b) Pembatasan harus dilakukan dalam kerangka demokratis (jadi

harus oleh parlemen atau lembaga yang diberi kekuasaan

oleh parlemen);

c) Pembatasan harus benar-benar merupakan keniscayaan

(necessary) bagi masyarakat demokratis. Jadi kata necessary

tidak hanya sekedar berguna (useful) dan, beralasan

(reasonable).

Dengan demikian, penebar kebencian (hate speech) adalah yang

sah (legitimed) untuk membatasi kebebasan berekspresi.

Perlindungan hak asasi manusia harus didasarkan prinsip

persamaan martabat dan kesetaraan setiap orang. Tanpa

membedakan suku, ras, jenis kelamin, kebangsaan dan agama.

Pernyataan kebencian merupakan ancaman terhadap martabat

manusia dan menciptakan kondisi yang tidak memungkinkan

adanya kesetaraan antara manusia. Untuk itu, pelarangan

pernyataan kebencian merupakan sebuah kebutuhan untuk

menghindari permusuhan, diskriminasi dan kekerasan antara ras,

suku, bangsa, agama dan jenis kelamin.10

10

Jurnal Indo-Islamika, Vol. 1, Nomor 2, 2012, hlm .255.

Page 33: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

22

2. Dalam Undang-Undang Dasar 1945

Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi HAM

sebagaimana tertuang pada UUD 1945 Pasal 28I ayat 1 “warga

negara mempunyai hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak

kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk

tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan

hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang

berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi

dalam keadaan apapun”.

Hal ini menimbulkan perbedaan penafsiran dari berbagai

kalangan, di mana sebagian kalangan mengatakan bahwa HAM

yang tergolong non derogable rights dapat dilakukan pembatasan

dengan syarat harus ditetapkan oleh undang-undang. Tujuannya

adalah semata-mata untuk menjamin pengakuan serta

penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk

memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,

nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu

masyarakat demokratis sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945

Pasal 28J ayat 2 “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,

setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan

dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan

orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban

umum dalam suatu masyarakat demokratis”.

Tetapi, ketika negara dalam keadaan darurat yang mengancam

kehidupan bangsa dan telah dideklarasikan oleh Presiden, tidak

semua HAM dapat dipenuhi pemberlakuannya, HAM yang tergolong

dalam jenis derogable rights (Hak-hak yang boleh dibatasi

Page 34: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

23

pemenuhannya dalam keadaan darurat) yang terdiri dari, hak untuk

menyatakan pendapat, hak untuk bergerak, hak untuk berkumpul,

dan hak untuk berbicara. Jaminan pemenuhan terhadap HAM yang

dikategorikan derogable rights dapat dibatasi ataupun ditunda

pemenuhannya.

Apapun bentuk dan jenis tindakan pembatasan HAM yang

dilakukan oleh TNI/ Polri ketika dalam keadaan darurat tidak boleh

menyentuh HAM yang tergolong dalam jenis non-derogable right

dimana secara tegas dinyatakan dalam Pasal 4 (2) ICCPR dan Pasal 4

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM serta Pasal 28I

ayat (1) UUD 1945 bahwa HAM yang tergolong non derogable right

tidak boleh dibatasi dalam keadaan apapun. Keadaan apapun disini

penulis terjemahkan sebagai keadaan darurat sipil, militer maupun

keadaan darurat perang.

Upaya pembatasan terhadap HAM yang tergolong non--derogable

rigaht merupakan bentuk pelanggaran terhadap HAM, inilah yang

menurut penulis bertentangan dengan kewajiban- kewajiban

Negara dimana negara harus menghormati ( to respect), melindungi

(to protect) dan memenuhi (to fulfill) hak asasi manusia.11

Bentuk konkret hak politik yang dibatasi (derogable) tersebut

tertuang pada Undang-undang nomor 42 tahun 2008 pasal 5 tentang

persyaratan calon presiden dan wakil presiden butir (P):

“berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang

sederajat”. Pembatasan hak politik tersebut yang dilakukan oleh

negara, bertujuan untuk kemaslahatan negara dan keberlangsungan

negara itu sendiri. Hal ini bisa dibilang urgent, karena untuk

memimpin sebuah negara sangat dibutuhkan kepiawaiannya dalam

11

Junal Media Hukum, Vol. 21, No. 1 Juni 2014, hlm. 71.

Page 35: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

24

memimpin dan kualitas pemimpinya sendiri. Sebab kualitas

pemimpin menjadi titik sentral bagaimana keberlangsungan sebuah

negara dan kesejahteraan rakyatnya.

Setelah meninjau pembahasan mengenai Hak asasi manusia dan

pengaplikasinnya di atas dapat kita tarik benang merahnya, bahwa

hak-hak politik masyarakat Indonesia yang dijamin oleh Undang-

undang Dasar 1945 seperti hak membentuk dan berpatisipasi dalam

organisasi poltik atau organisasi lain yang dalam waktu tertentu

melibatkan diri ke dalam aktivitas politik; hak untuk berkumpul,

berserikat, hak untuk menyampaikan pandangan atau pemikiran

tentang politik, hak untuk menduduki jabatan politik dalam

pemerintahan, dan hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan

umum. Semua hak tersebut dapat terealisasikan secara murni melalui

partisipasi partai politik. Hak dalam pemilihan tersebut atau

berpatisipasi dalam pesta politik yang dapat dikatakan sebagai buah

dari demokrasi tidak saja diakui oleh Undang-undang Dasar 1945,

tetapi hak tersebut juga diakui dalam berbagai instrument hukum.

Pasal 21 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)

menentukan bahwa:

1. Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya

sendiri, baik dengan langsung maupun dengan melewati

perantara wakil-wakil yang dipilih dengan bebas.

2. Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk

diangkat dalam jabatan pemerintahan negerinya.

3. Kemauan rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah;

kemauan ini harus dinyatakan dalam pemilihan-pemilihan

berkala yang jujur dan yang dilakukan menurut hak pilih yang

bersifat umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan

suara yang rahasia ataupun menurut cara-cara lain yang juga

menjamin kebebasan mengeluarkan suara.

Page 36: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

25

Hak untuk berpolitik juga tercantum dalam International

Convenant on Civil and Political Rights (ICCPR) yang telah

diratifikasi (disahkan) Indonesia dengan Undang-undang No.12

tahun 2005 tentang pengesahan International Convenant on Civil

and Political Rights (Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil

dan Politik). Pasal 25 ICCPR menentukan bahwa, “setiap warga

negara juga harus mempunyai hak dan kebebasan tanpa pembatasan

yang tidak beralasan:

1. Ikut dalam pelaksanaan urusan pemerintah, baik secara

langsung maupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara

bebas.

2. Memilih dan dipilih pada pemilihan umum berkala yang jujur,

dan dengan hak pilih yang universal dan sama, serta dilakukan

melalui pemungutan suara secara rahasia untuk menjamin

kebebasan dalam menyatakan kemauan dari para pemilih.

3. Memperoleh akses pada pelayanan umum di negaranya atas

dasar persamaan.12

D. Hak Politik dalam Hukum Islam

Piagam Madinah merupakan konstitusi pertama yang dicetuskan oleh

Nabi Muhammad SAW, di mana beliau merupakan seorang Rasul dan

sekaligus kepala negara pada waktu itu. Penyebab yang melatar belakangi

dibentuknya Piagam Madinah adalah adanya konflik sosial antara kaum

Yahudi sebagai pribumi Madinah dengan suku Arab yaitu Aus dan Khazraj

sebagai pendatang. Suku Aus dan Khazraj adalah suku yang bermigrasi ke

Madinah disamping mereka hidup berdampingan dengan kelompok Yahudi.

Suku Aus tinggal di daerah al-„awali (dataran tinggi) yang berdampingan

12

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang pengesahan International Convenant on

Civil and Political Rights.

Page 37: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

26

dengan Bani Quraizhah dan Nashir. Sedangkan suku Khazraj menetap di

dataran rendah, bertetanggaan dengan Bani Qainuqa. Daerah tempat

menetap suku Aus lebih subur dibandingkan daerah yang ditempati oleh

suku Khazraj. Keadaan inilah yang akhirnya menjadi penyebab terjadinya

konflik di antara mereka.

Faktor kecemburuan sosial berlatar belakang dengan kondisi geografis

yang menjadi salah satu pemicu munculnya konflik sosial di Madinah.

Kedatangan suku lain yang ternyata lebih baik kondisi ekonominya memicu

konflik yang terpendam di antara warga pendatang dan penduduk asli

Madinah. Di mana persoalan tersebut lama kelamaan memicu terjadinya

peperangan. Dalam beberapa peperangan, tidak sedikit jumlah orang-orang

yahudi yang mati terbunuh, dengan kondisi yang seperti itu orang-orang

yahudi yang berkuasa di Madinah dapat dijatuhkan. Sebaliknya, Kabilah

Aus dan Khazraj yang sebelumnya kebanyakan hanya sebagai buruh maka

posisinya semakin naik. Akhirnya keadaan sosial pun semakin bergeser

sehingga menempatkan ke dua suku tersebut pada tempat yang menonjol

dan berkuasa di Madinah.

Kaum yahudi sebagai pihak yang terselisihkan selalu berusaha untuk

memecah belah suku Aus dan Khazraj tersebut, sehingga terjadilah

peperangan yang tidak berkesudahan antara suku Aus dan Khazraj. Dengan

perpecahan yang terjadi antara dua suku tersebut, kaum yahudi memiliki

peluang untuk memperbesar perdagangan dan kekayaannya kembali,

dengan demikian kelompok-kelompok yang menonjol di Madinah sebelum

kedatangan Nabi Muhammad SAW adalah suku Aus, Khazraj, dan kaum

Yahudi. Di antara ketiganya terjadi peperangan selama lebih dari satu abad,

dalam keadaan siap tempur dan hidup dalam suasana perang yang tiada

henti-hentinya.

Adanya pluralitas masyarakat Madinah tersebut tentunya menjadi

perhatian dan pengamatan oleh Nabi Muhammad SAW, beliau menyadari

bahwa tidak adanya acuan bersama yang mengatur pola hidup masyarakat

yang majemuk itu, konflik-konflik di antara berbagai golongan itu akan

Page 38: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

27

menjadi konflik terbuka, dan pada suatu saat akan mengancam persatuan

dan kesatuan kota Madinah. Oleh karena itu, usaha nyata yang dilakukan

nabi sebagai pemimpin beserta pemuka masyarakat pada waktu itu ialah

mencari solusi bahwa perlunya di bentuk sebuah konstitusi yang dapat

mengantisipasi konflik yang lebih luas, apalagi sampai menimbulkan korban

jiwa dan harta. Konstitusi yang dikeluarkan tersebut bernama Piagam

Madinah. Asas-asas yang digunakan dalam pembuatan piagam Madinah ini

menggunakan asas persamaan, asas toleransi dan memberikan penghargaan

serta jaminan hak-hak yang setara kepada pihak-pihak yang terikat dengan

butir-butir komitmen perjanjian yang tercantum dalam konstitusi madinah

itu. Isi konstitusi Madinah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:13

1. Hak masing-masing kelompok untuk sepenuhnya melakukan

peradilan.

2. Kebebasan beragama dan beribadat bagi semua golongan.

3. Semua penduduk Madinah baik kaum muslimin maupun

komunitas atau masyarakat Arab non-muslim dan Komunitas

Yahudi berkomitmen teguh dan berkewajiban untuk saling

membantu baik secara moral maupun material. Mereka harus

bahu membahu untuk mempertahankan kota Madinah apabila

mendapat serangan musuh dari luar.

4. Rasulullah adalah kepala negara di Madinah dan kepada

beliaulah dibawa segala perkara dan perselisihan besar yang

tidak bisa didamaikan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk

diselesaikan.

Apabila ditinjau dari perspektif sosial, politik, dan keagamaan maka

Piagam Madinah tersebut mengandung dasar-dasar konsistensi hidup

berdampingan secara adil, aman, dan damai. Dapat kita pahami bahwa

dengan adanya Piagam Madinah tersebut dapat malahirkan hal-hal yang

terkait perkembangan hak politik dalam Islam di waktu yang mendatang.

13

Jurnal KOMUNIKA, Vol. 9, NO. 1, Januari- Juni 2015, h. 88.

Page 39: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

28

Di satu sisi lain adanya piagam madinah tersebut menjelaskan hak

politik tidak dilarang dalam Islam, dan esensi pemimpin yang sangat

diperlukan sebagai penjaga warga negaranya, berdasarkan Hadis Nabi

berikut:

رة بن هب حدثنا حسن حدثنا ابن لهعة قال حدثنا عبد الل عن عبد الل شان بن عمرو عن أب سالم الج

ه وسلم قال ل حل أن نكح المرأة بطلق أخرى ول عل صلى الل حل لرجل أن بع أن رسول الل

ع صاحبه حتى هم أحدهم ول حل ذره ول حل لثلثة نفر كونون بؤرض فلة إل على ب روا عل أم

لثلثة نفر كونون بؤرض فلة تناجى اثنان دون صاحبهما

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasan, menceritakan

kepada kami Ibn Lahi’ah, beliau berkata. Menceritakan kepada kami

Abdullah ibn Hubairah dari Abi Salam al-Jaitsani dari Abdullah bin Amr

radhiyallahu’anhu, bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu‟alaihi

wasallam bersabda: “Tidak halal menikahi seorang perempuan dengan

mencerai perempuan yang lain, dan tidak halal bagi seorang laki-laki

menjual atas dagangan temannya sehingga temannya meninggalkan

dagangan itu, dan tidak halal bagi tiga orang yang berada di tanah tidak

bertuan, kecuali mereka mengangkat salah satunya jadi amir atas

mereka, dan tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu tempat, yang

dua berbisik-bisik meninggalkan temannya ( (HR. Ahmad).14

Meskipun pemimpin itu sangat diperlukan disetiap wilayah dan

diberikan wewenang untuk mengatur negara dan warganya bukan berarti

pemipin tersebut bisa berbuat semena-mena dengan memanfaatkan

jabatannya, seperti yang dikatakan al-Mawardi “kekuasaan atau kedaulatan

kepala negara itu berasal dari rakyat melalui kontrak sosial,bukan dari

tuhan”.

Oleh karena itu, warga negara boleh menurunkan atau memberikan

impeachment kepada kepala negara (pemakzulan), yang menurut al-

Mawardi ada dua. Pertama, karena ia mengalami perubahan dalam status

14

Ahmad Ibn Hambal, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal, h. 177.

Page 40: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

29

moral (akhlak), secara teknis sebut saja pelanggaran terhadap norma-norma

keadilan (adalah). Perubahan ini ada dua macam, yaitu:

a. Perubahan moral yang berkaitan dengan jasmani; yakni, kalau ia

menuruti keinginan atau kebutuhan jasmaniah secara keterlaluan,

mengumbar nafsu seks dan menghina secara terang-terangan

kepada aturan syariat. Kalau demikian halnya imam boleh dipecat.

b. Perubahan moral yang berkaitan dengan akidah. Maksudnya,

kalau imam memiliki pendapat atau buah pikiran yang bertolak

belakang dengan prinsip-prinsip agama, atau memutar-balikkan

sejumlah pendapat untuk menghapuskan sejumlah prinsip yang

sudah disepakati.

Kedua, jika terjadi perubahan dalam diri imam. Dalam hal ini ada tiga

hal : (1) hilang indra jasmani; (2) hilang/cacat organ tubuh, dan (3) hilang

kemampuan mengawasi dan memimpin rakyat.15

Apabila melihat kepada moralitas yang dianut oleh agama Islam,

kejujuran seorang pemimpin merupakan suatu instrumen yang sangat

penting bagi setiap muslim sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

An-Nahl ayat 105:

ئك هم الكاذبون وأول إنما فتري الكذب الذن ل إمنون بآات الل

Artinya: Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah

orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah

orang-orang pendusta.

15

Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqih Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam, (Erlangga: PT Gelora Aksara Pratama, 2008), h.168-169.

Page 41: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

30

BAB III

Korupsi Politik di Indonesia

A. Korupsi dan Politik

1. Pengertian Korupsi dan Politik.

Korupsi merupakan suatu istilah yang sudah lumrah dikalangan

masyarakat Indonesia, pada umumnya masyarakat Indonesia memahami

korupsi sebagai tindakan mencuri uang rakyat dan merugikan negara yang

dilakukan oleh politisi maupun pejabat-pejabat negara. Menurut Fockema

Andreae, kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corroptus (Webster Student Dictionary: 1960), yang selanjutnya disebutkan

bahwa coruptio itu berasal dari bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin

itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris, yaitu corruption,

corrupt; Perancis, yaitu corruption; dan Belanda, yaitu corruptie (korruptie).

Dapat dikatakan bahwa istilah korupsi merupakan kata serapan yang berasal

berasal dari bahasa Belanda dan menjadi bahasa Indonesia yaitu “korupsi”.1

Di dalam kamus umum Belanda-Indonesia yang disusun oleh

Wijowasito, corruptie dalam bahasa Belanda mengandung arti perbuatan

korup dan penyuapan.2 Dalam bahasa Indonesia, Poerwadarminta

menyimpulkan bahwa korupsi merupakan sebuah perbuatan buruk yang

dilakukan seseorang seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan

sebagainya.3

1 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasioal,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 4-6. 2 Wijowasito, Kamus Umum Belanda Indonesia, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru, 1999), h. 128.

3 Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, (Jakarta:Sinar Grafika,2010), h. 25.

Page 42: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

31

Menurut hukum positif Undang-undang nomor 31 tahun 1999, korupsi

diartikan sebagai orang yang melawan hukum, melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang, atau suatu

korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana

yang ada padanya, karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara.

Politik secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang

berarti kota yang berstatus negara kota (city state).4 Akan tetapi, orang

Yunani Kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakannya sebagai en dam

onia atau the good life.5 Perkembangan pemikiran politik di dunia Barat

banyak dipengaruhi oleh filsuf Yunani Kuno abad ke-5 SM, seperti Plato

dan Arsitoteles. Mereka menganggap politics sebagai suatu usaha untuk

mencapai masyarakat politik yang terbaik.6 Dalam perkembangannya,

politik mendapat perhatian khusus di negara-negara benua Eropa seperti

Jerman, Austria, dan Prancis pada abad ke-19, dengan didirikannya Ecole

Libre des Sciences di Paris (1870) dan London School of Economics and

Political Science (1895) memberi dampak yang nantinya politik menjadi

salah satu cabang ilmu.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa, politik adalah usaha untuk

menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian

besar warga Negara untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan

bersama yang harmonis. Usaha menggapai good life ini menyangkut

bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses penentuan

tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Untuk

melaksanakan kebijakan-kebijakan yang menyangkut pengaturan dan

alokasi dari sumber daya alam, perlu dimiliki kekuasaan serta wewenang.

4 Hidayat Imam, Teori-teori Politik, (Malang: Setara press, 2009), h. 2.

5 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2007), h.13.

6 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2007), h.14.

Page 43: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

32

Kekuasaan ini diperlukan baik untuk membina kerja sama maupun untuk

menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini.7 Karena

esensi dari kekuasaan itu sendiri adalah kemampuan untuk menjamin

terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat oleh kesatuan-kesatuan

dalam suatu sistem organisasi kolektif, maka kewajiban adalah sah

hukumnya jika berhubungan dengan tujuan bersama, jika ada pelanggaran

maka pemberian sanksi dianggap wajar.8 Karena pada kekuasaan tersebut

melekat otoritas atau wewenang, dan legitimasi, yang merupakan sebuah

satu kesatuan.

Pada penerapan kekuasaan tersebut yang semestinya dapat membawa

kemaslahatan melalui kesepakatan kolektif, ternyata jauh dari esensinya

untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis atau good life. Ini

disebabkan karena adanya oknum-oknum yang menyalahgunakan

kekuasaanya untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan kemaslahatan

masyarakat, istilah perbuatan tersebut dikenal dengan korupsi politik.

Sedangkan pengertian korupsi menurut Undang-undang No.31 Tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tercantum pada Pasal 1

ayat (1) “Korporasi adalah sekumpulan orang dan atau kekayaan yang

terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum”,

Pasal 2 ayat (1) “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan

perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi

yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling

singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

1.000.000.000,00 ( satu miliar rupiah), Pasal 3 “setiap orang yang dengan

7 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2007), h. 15.

8 Talcott Parsons, The Distribution of Power in America Society, ( World Politic: 1957), h.

139.

Page 44: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

33

tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup

atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

B. Korupsi Politik di Indonesia

Penggabungan istilah korupsi politik terjadi karena dampak dari

perubahan zaman dan kompleknya gejala sosial, oleh karena itu korupsi

politik sendiri menurut Kamus Internasional Hukum dan Legal adalah

penyalahgunaan kekuasaaan politik oleh pemimpin pemerintahan untuk

mendapatkan keuntungan pribadi, dan korupsi politik juga berarti

melakukan tindakan korupsi untuk mempertahankan kekuasaan.9 Korupsi

politik tidak saja hanya sebatas penyalahgunaan kekuasaan. Menurut

Machiavelli, Montesquieu, dan Rosseau menunjukkan bahwa korupsi politik

ditandai sebagai permasalahan moral di antara kekuasaan. Machiavelli

menyatakan bahwa korupsi politik adalah di mana kebaikan warga negara

diabaikan bahkan dirusak.10

Korupsi politik tidak saja hanya sebatas penyalahgunaan sumber daya,

tetapi juga mempengaruhi cara keputusan itu dibuat. Korupsi politik

merupakan manipulasi institusi politik dan peraturan yang bersifat

prosedural yang tentunya berdampak dalam institusi pemerintah dan sistem

9 Kamus International Hukum dan Legal, diakses dari

https://definitions.uslegal.com/p/political-corruption/, diakses pada tanggal 11 Oktober 2019, pukul 20.00.

10

N.Machiavelli, Standard Publication Incorporation, (The Prince: London: 2007), h. 22.

Page 45: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

34

politik, tentunya hal ini membuahkan kerusakan institusional. Untuk

memberantas korupsi yang sejatinya merugikan negara dan menyengsarakan

rakyat, maka negara Indonesia membentuk sebuah lembaga negara yang

bersifat independen, yakni dikenal dengan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK).

Perjalanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai berkembang

sejak Era reformasi pada tahun 1998, menandai konstelasi politik Indonesia

yang baru, setelah diturunkannya Presiden Soeharto dari jabatanya selama

32 tahun maka aturan anti korupsi di masa ini juga berubah dari

sebelumnya. Undang-undang No. 71 tentang Tindak Pidana Korupsi, di

masa ini menjadi Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak

Pidana Korupsi.

Menurut Romli Atmasasmita yang waktu itu menjabat sebagai Dirjen

Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman bahwa undang-

undang ini menyertakan ancaman hukum yang lebih besar dan subyek

hukumnya tidak lagi perorangan, tetapi bisa pula badan hukum seperti

perusahaan, yayasan, dan koperasi. Kemudian Undang-undang ini direvisi

kembali menjadi Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang tindak pidana

korupsi yang menyertakan pembuktian terbalik.11

Organisasi bagian institusi anti korupsi pada masa ini yang pertama

lahir adalah KPKPN (Komisi Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggaraan

Negara) yang dibentuk pada tahun 1999, yang berfungsi untuk mencegah

dan memonitoring korupsi, dan bertugas untuk memeriksa kekayaan para

pejabat publik. Sedangkan untuk represifnya, dibentuk TGPTPK (Tim

Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) di bawah koordinasi

Jaksa Agung dan pada saat itu diketuai oleh Adi Andojo sucipto, mantan

11

Tempo Online, Hanya menakut-nakuti?, http://202.158.52.214/id/arsip/1999/04/04/HK/mbm.19990404.HK94833.id.html, diakses pada tanggal 21 Oktober 2019, pukul 21.19.

Page 46: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

35

ketua muda Mahkamah Agung. TGPTPK beranggotakan kepolisian,

kejaksaan, instansi terkait, dan juga masyarakat.12

Namun dua Institusi ini hanya berjalan sebentar saja, TGPTPK pada

saat itu mengalami judicial review dan pembentukannya dianggap

melanggar Undang-undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Pakar hukum Pidana Harkristusi Harkrisnowo

menjelaskan bahwa masalah ini akibat dualisme dalam proses penyelidikan

dan penyidikan tindak pidana korupsi, yaitu antara kepolisian dan

kejaksaan. Di satu sisi, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi mengamanatkan Jaksa Agung sebagai

koordinator dalam penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi.

Sementara di sisi lain, KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana) menentukan kepolisian sebagai koordinator penyelidikan dan

penyidikan. Menurut penuturan Kamanto Sunarto, anggota tim performance

review TGPTPK, keterbatasan dan kendala tersebut dapat dibagi dalam tiga

lingkup, yaitu kewenangan, kemandirian TGPTPK, serta resistensi dari

instusi lainnya. Kewenangan TGPTPK mencakup dua hal, yaitu koordinasi

penyidikan dan koordinasi penuntutan. Namun dalam hal penyelidikan,

Kejaksaan Agung harus memulainya berdasarkan adanya laporan warga

masyarakat maupun temuan kejaksaan sendiri, bukan temuan dari anggota

TGPTPK terlebih dahulu .13

Di sisi lain, gagasan untuk membentuk badan anti korupsi terus

mengemuka pada masa reformasi di akhir tahun 1998 meskipun menuai pro

dan kontra di masa pemerintahan sebelumnya. Pada bulan Desember tahun

1998, ICAC New South Wales, badan anti korupsi di negara bagian New

South Wales, Austria, mengirim surat ke BPKP. Surat tersebut berusaha

12

Rizki Febari, Politik pemberantasan Korupsi: strategi ICAC Hong Kong dan KPK Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 123.

13

Hukum Online, Belajar dari Kegagalan TGPTPK, diakses dari http://www.hukumonline.com/artikel_detail.asp?id=3925.

Page 47: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

36

mencegah keraguan opini kinerja badan anti korupsi. Berikut pernyataannya

“Kami menyarankan bahwa titik penting setiap semua strategi anti korupsi

harus dimulai dengan pembuatan badan anti korupsi”.14

Pejabat Departemen Kehakiman Romli Atmasasmita di tahun 1999

juga mulai melakukan penjajakan ke ICAC (Independent Commision

against Corruption) sebagai badan anti korupsi yang ada di Hong Kong,

dengan melalui bantuan Asian Development Bank, dimulailah formulasi

mengenai keorganisasian badan anti korupsi untuk pembentukan badan anti

korupsi bernama KPTPK (Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)

yang populer disebut dengan KPK.15

Dalam tahap formulasinya mantan ketua badan anti korupsi ICAC

Hong kong, Bertrand de Speville, juga dilaporkan pernah ikut serta dalam

formulasinya. Ketika formulasi Undang-undang KPK selesai pada tahun

2002, ternyata masih menuai masalah yang disebabkan oleh presiden negara

Indonesia yang ketika itu adalah Megawati Soekarnoputri justru menunda

terlebih dahulu UU KPK ini hingga hampir dua tahun. Megawati baru

menandatangani UU KPK ini di akhir bulan Desember 2003. KPK pun

secara resmi berdiri dan dipimpin pertama kali oleh Taufiequrachman Ruki

(2004-2007), seorang pensiunan dari kepolisian yang ketika dahulu

menyandang pangkat tertingginya Irjen polisi.16

Secara legalitas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, KPK diberikan mandat untuk

14

Rizki Febari, Politik pemberantasan Korupsi: strategi ICAC Hong Kong dan KPK Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 125.

15

Emil. P. Bolongaita, An exception to the rule? Why Indonesia’s Anti Corruption Commission succeds where others’s don’t a comparison with the Philippines Ombudsman, U4 Issue, No.4, 2010.

16

Rizki Febari, Politik pemberantasan Korupsi: strategi ICAC Hong Kong dan KPK Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), h. 125.

Page 48: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

37

melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan

berkesinambungan.

KPK yang bersifat independen, dan bebas dari intimidasi kekuasaan

manapun, bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-undang

menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti

mendorong upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang

sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien.

Untuk menjalankan tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi, berlandaskan pada pasal 5 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002

yaitu:

1. Kepastian hukum: adalah asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, dan

keadilan dalam setiap menjalankan tugas dan wewenang KPK.

2. Keterbukaan: adalah asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan

tidak diskriminatif tentang kerja KPK dalam menjalankan tugas dan

fungsinya.

3. Akuntabilitas: adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan

dan hasil akhir kegiatan KPK harus dapat dipertanggung jawabkan

kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Kepetingan umum: adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan

umum dengan cara yang anspiratif, akomodatif, dan selektif.

Page 49: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

38

5. Proporsionalitas: adalah asas yang mengutamakan keseimbangan

antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.17

KPK mempunyai tugas-tugas sebagaimana diatur dalam pasal 6

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002, yaitu:

1. Melakukan koordinasi dengan instasi yang berwenang

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam

melaksanakan tugas koordinasi dengan instansi yang

berwenang melakukan tindak pidana korupsi, KPK

berwenang:

1. Mengkordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi;

2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi;

3. Meminta informasi terkait kegiatan pemberantasan tindak

pidana korupsi kepada instansi yang terkait;

4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi

yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi;

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak

pidana korupsi.

6. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; instansi yang

berwenang adalah termasuk Badan Pemerikasa Keuangan,

Badan Pengawas Keuangan Pembangunan, Komisi Pemeriksa

17

Undang-undang nomor 30 Tahun 2002.

Page 50: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

39

Kekayaan Penyelenggara Negara, Inspektorat pada Departemen

atau Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

Dalam melaksanakan tugas supervisi terhadap instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, KPK

berwenang:

1. Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap

instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang

berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan

instansi yang dapat melaksanakan pelayanan publik.

2. Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku

tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian

atau kejaksaan.

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap

tindak pidana korupsi.

Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan

tindak pidana korupsi, KPK berwenang:

1. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan.

2. Memerintahkan kepada instansi terkait untuk melarang

seseorang berpergian ke luar negri.

3. Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan

lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa

yang sedang diperiksa.

4. Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya

untuk memblokir rekening yang diduga hasil korupsi milik

tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait.

Page 51: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

40

5. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk

memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya.

6. Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau

terdakwa kepada instansi yang terkait.

7. Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi

perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara

perizinan, lisensi serta konsensi yang dilakukan atau dimiliki

tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal

yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi

yang sedang diperiksa.

8. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak

hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan,

dan penyitaan barang bukti di luar negri.

9. Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait

untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,

dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang

sedang ditangani.

Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

Dalam melaksanakan tugas pencegahan tindak pidana korupsi, KPK

berwenang:

1. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan

harta kekayaan penyelenggara negara.

2. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi.

3. Menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada

setiap jenjang pendidikan

4. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi

pemberantasan tindak pidana korupsi.

Page 52: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

41

5. Melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat umum.

6. Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi.

Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas monitor terhadap penyelenggara pemerintahan

negara, KPK berwenang:

1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan

administrasi di semua lembaga negara dan pemerintahan.

2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan

pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil

pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

korupsi.

3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa

Keuangan, jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut

diindahkan.18

Beberapa contoh korupsi politik yang ditangani oleh KPK seperti

terjadi pada kasus korupsi E-KTP yang dilakukan oleh Setya Novanto.

Novanto dihukum pidana penjara selama 15 tahun dan pidana tambahan

dengan dicabut hak politiknya selama 5 tahun terhitung setelah

menyelesaikan pidana pokoknya .19

Contoh Korupsi Politik lainnya dilakukan oleh Bupati Kotawaringin

Timur, Supian Hadi sebagai tersangka atas kasus korupsi penerbitan Izin

Usaha Pertambangan (IUP) di daerah tersebut. Dalam kasus ini, negara

18

Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, (Jakarta:Sinar Grafika, 2010), h. 263.

19

https://news.detik.com/berita/d-3987879/terbukti-korupsi-e-ktp-setya-novanto-divonis-15-tahun-penjara, diakses pada 20 September 2019, pukul 19.57.

Page 53: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

42

tercacat mengalami kerugian hingga Rp 5,8 Triliun dan 711 Ribu dolar AS.

Supian yang juga merupakan kader PDIP ini, diduga menguntungkan diri

sendiri dan korporasi dalam pemberian IUP kepada tiga perusahaan yakni

PT. Fajar Mentaya Abadi (PT.FMA), PT. Bill Indonesia (PT. BI), dan PT.

Aries Iron Maining (PT. AIM) pada periode 2010-2015. Peneliti Indonesian

Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho menyebut kasus korupsi Bupati

Kotawaringin Timur menjadi salah satu kasus korupsi terbesar yang

ditangani KPK.

Korupsi politik yang terhendus oleh KPK selanjutnya adalah Proyek

Hambalang. Kasus proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan

Sarana Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang juga tercatat menjadi

salah satu korupsi besar yang pernah ada, dengan nilai kerugian negara

sebesar Rp 706 miliar. Pembangunan proyek Hambalang Ini direncanakan

dibangun sejak masa Mentri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng

dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,2 Triliun. Proyek yang

ditargetkan rampung dalam waktu 3 tahun ini mangkrak, hingga akhirnya

aliran dana korupsi tercium oleh KPK. Aliran dana proyek ini masuk ke

kantong beberapa pejabat. Di antaranya Mantan Menpora Andi

Malarangeng, Sekretaris Kemenpora Wahid Muharram, Ketua Umum Partai

Demokrat Anas Urbaningrum, Direktur Utama PT Dutsari Citra Larsa

Mahfud Suroso, dan Anggota DPR Angelina Sondakh.20

Kasus Korupsi politik lainnya yang terlibat Anggota DPR RI Aditya

Moha dengan pidana 4 tahun penjara, Taufik Kuriawan dengan hukuman 6

tahun penjara dan pidana tambahan dengan tidak boleh menduduki jabatan

publik selama 3 tahun terhitung terdakwa selesai menjalani hukuman pidana

pokok, Fayakhun Andriadi divonis dengan 8 tahun penjara dan pidana

tambahan pencabutan hak politik dipilih dan memilih dijabatan public

selama 5 tahun terhitung terdakwa selesai menjalani pidana pokok.

20

https://www.suara.com/news/2019/02/11/163457/5-kasus-korupsi-terbesar-di-indonesia-dengan-kerugian-negara-fantastis, diakses pada 20 September 2019, pukul 20.38.

Page 54: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

43

Serta lima anggota DPRD Sumatera Utara divonis dengan hukuman

masing-masing empat tahun penjara dan denda sebanyak Rp. 200 juta

dengan nama Rijal Sirait, Fadly Nurzal periode 2009-2014, dan Rinawati

Sianturi, Tiaisah Ritonga periode 2014-2019. Kelimanya tersebut mendapat

pidana tambahan berupa pencabutan hak politik.21

Grafik anggota DPR dan DPRD yang terjerat korupsi dari tahun ke tahun.22

Tidak saja anggota DPR RI yang terjerat dengan korupsi, pada periode

2014-2019 anggota DPRD juga banyak yang terlibat dengan korupsi. KPK

pada 2018 menetapkan belasan dan bahkan puluhan anggota dan mantan

anggota DPRD Sumatera Utara (44 orang), Kota Malang (41 orang), Jambi

(13 orang), Lampung tengah (6 orang) sebagai tersangka korupsi. Pantauan

ICW terhadap penindakan kasus korupsi sepanjang 2015-2019 mencatat

21

https://aceh.tribunnews.com/2019/02/14/terima-suap-5-anggota-dprd-sumut-dicabut-hak-politik-divonis-4-tahun-penjara-dan-denda-rp-200-juta?page=2, diakses pada 24 November 2019, pukul 21.39.

22

https://aceh.tribunnews.com/2019/02/14/terima-suap-5-anggota-dprd-sumut-dicabut-hak-politik-divonis-4-tahun-penjara-dan-denda-rp-200-juta?page=2, diakses pada 24 November 2019, pukul 22.10.

Page 55: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

44

bahwa sedikitnya 254 anggota dan mantan anggota DPRD menjadi

tersangka korupsi dalam lima tahun terakhir.23

C. Status Mantan Narapidana

Sebelum mengkaji status mantan narapidana tersebut, kita harus

memahami terlebih dahulu istilah narapidana itu sendiri. Secara bahasa,

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari kata narapidana

adalah orang yang sedang menjalani hukuman karena telah melakukan suatu

tindak pidana.24

Sedangkan di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) pada pasal 1 ayat 32 menyatakan terpidana adalah

seseorang yag dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap. Merujuk kepada istilah di atas bisa

dipahami bahwa, narapidana adalah orang yang terpidana yang sebagian

kemerdekaannya hilang sementara dan sedang menjalani hukuman yang

ditetapkan oleh pengadilan dimana hukum tersebut bersifat tetap.

Lalu muncul pertanyaan di kalangan masyarakat tentang sebutan atau

istilah yang dipakai untuk orang terpidana yang sudah menyelesaikan masa

hukumannya di penjara?. Dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku, tidak ada acuan baku akan penamaan istilah itu sendiri secara tetap.

Bahwa seseorang yang telah selesai menjalani masa hukumannya dan

dikeluarkan dari penjara, tidak ditetapkan istilahnya secara eksplisit di

dalam Undang-undang.

Apabila ditelaah dalam peratuan perundang-undangan yang ada,

istilah “mantan narapidana” tidak ada penggunannya secara eksplisit di

23

https://kabar24.bisnis.com/read/20190410/16/910022/wajah-lama-caleg-dpr-dan-mimpi-bebas-korupsi, diakses pada 25 November 2019, pukul 14.22.

24

Kamus Besar Indonesia, Narapidana, https:/kbbi.web.id, diakses pada 22 Agustus 2019,

pukul 19.27.

Page 56: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

45

dalam Undang-undang itu sendiri. Namun penggunaan istilah mantan

narapidana selaku orang yang “pernah” menjadi terpidana ini ada diatur

secara implisit. Hal ini bisa dilihat pada Undang-undang Nomor 7 Tahun

2017 Pasal 169 butir P “Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)

tahun atau lebih”.

Indonesia adalah Negara hukum atau yang berdasar atas hukum

(rechstaat) dan bukan negara yang berdasar atas kekuasaan belaka

(machstaat), oleh karena itu negara memberikan hak yang sama kepada

semua warga negara meskipun dia adalah mantan narapidana. Hal ini

berlandaskan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan bahwa setiap

warga Negara adalah sama kedudukannya di hadapan hukum (equality

before the law). Lebih lanjut, Pasal 3 ayat (2) Undang-undang No. 39 Tahun

1999 juga menegaskan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,

perlindungan, dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian

hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum.

Karena bagaimanapun starata sosialnya di masyarakat, apakah dia

tidak pernah memiliki rekam jejak sebagai mantan narapidana ataupun

pernah memiliki rekam jejak narapidana tetap saja diperlakukan sama,

diberikan kesempatan yang sama, kebebasan yang sama, dan hak untuk

berkontetasi politik yang sama, sebagai mana halnya diatur didalam UUD

1945 Pasal 28D ayat (3).

Page 57: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

30

Page 58: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif
Page 59: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

46

BAB IV

PEMBATASAN HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI

A. PKPU NO. 20 Tahun 2018

Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) merupakan peraturan

yang dibentuk timbul oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) berdasarkan

amanat Undang-undang yang saat ini diatur dalam Undang-undang pemilu.1

Dalam tahapan penyusunan PKPU ini tentunya haruslah mengacu kepada

Pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan yang terdiri atas:

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3. Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang.

4. Peraturan Pemerintah

5. Peraturan Presiden

6. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Mengingat PKPU ini adalah kewenangan dari KPU yang mana

Undang-undang adalah rahim dari terwujudnya KPU, maka dalam hal

pembuatan peraturan oleh KPU tentunya tidak boleh bertentangan dengan

peraturan yang ada di atasnya, sebagaimana terdapat pada Pasal 7 ayat 1

Undang-undang No 12 tahun 2011. Demi terbentuknya Undang-undang

yang berkualitas dan tidak semerta asal-asalan saja, pembentukan peraturan

perundang-undangan mesti haruslah memperhatikan kaidah-kaidah

pembentukannya, yaitu:

1. Landasan Filosofis

2. Landasan Sosiologis

3. Landasan Yuridis

1 Pasal 12 huruf c dan Pasal 13 huruf b Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017.

Page 60: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

47

4. Landasan Politis

Sebelum diadakannya pemilu pada 17 April 2019, KPU sebagai

lembaga negara yang mengakomodir dan memfasilitasi semua kebutuhan

untuk berjalannya pemilu yang dikenal dengan “pesta demokrasi” ini pun

mengeluarkan Peraturan Komisi pemilihan Umum Nomor 20 pada tahun

2018. Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) yang dikeluarkan pada

tahun 2018 tidak berbeda secara substansial dengan PKPU yang dikeluarkan

pada tahun-tahun sebelumnya, aturan-aturan yang dikeluarkan tersebut

masih memuat tentang aturan-aturan yang bersifat teknis dan administratif

demi terwujudnya pemilu yang aman, nyaman, jujur, rahasia, dan bebas

dari kecurangan.

Setelah di keluarkannya PKPU Nomor 20 Tahun 2018 oleh KPU,

ternyata hal tersebut menuai kontroversial di berbagai kalangan seperti

mahasiswa, para ahli hukum, partai politik, dsb. Penyebabnya adalah

adanya terobosan-terobosan baru yang dikeluarkan oleh KPU, seperti yang

terdapat pada pasal 4 ayat (3) tentang persyaratan bakal calon, bahwa bakal

calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah

warga negara Indonesia dan harus memenuhi persyaratan di antaranya

adalah bakal calon tidak pernah sebagai terpidana, berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang diancam

dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan

yang telah berkekuatan hukum tetap, bukan mantan terpidana bandar

narkoba, kejahatan seksual terhadap anak, atau korupsi.

Page 61: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

48

B. Pro Kontra

Diterbitkannya PKPU No. 20 Tahun 2018 menuai dilematis di

kalangan masyarakat Indonesia terkhusus pada pasal 4 ayat 3. Karena pada

pasal 4 ayat 3 tersebut berbunyi: “Dalam seleksi bakal calon secara

demokratis dan terbuka, tidak menyertakan mantan terpidana bandar

narkoba, kejahatan seksual terhadap anak, dan korupsi”, dengan peraturan

yang di keluarkan KPU di atas tentunya melahirkan asumsi di tengah-tengah

masyarakat, ada yang setuju dan ada yang menolak peraturan KPU tersebut.

Beberapa orang yang mendukung dengan pelarangan mantan

narapidana korupsi menjadi calon legislatif diutarakan oleh Febri Diansyah

sebagai Kabiro Humas KPK, ia berpendapat bahwa “sejak awal, secara

prinsip KPK mendukung agar ruang gerak terpidana korupsi atau koruptor

lebih dibatasi untuk menduduki posisi publik. Apalagi jabatan-jabatan

politik berdasarkan pemilihan”. Sementara itu, Wakil Koordinator ICW Ade

Irawan mendukung aturan KPU, ia mengatakan “ICW berharap aturan ini

mampu menghadirkan para caleg (calon legislatif) berintegritas dan

berkualitas. PKPU dari awal memang kami apresiasi, langkah progresif

KPU dalam upaya menegakkan integritas pemilu. Kalau kita bicara

integritas itu peserta, penyelenggara, pemilih. Kita lihat dari berbagai kasus

di Indonesia problem mendasar itu ada di korupsi politik”.2

Sedangkan pendapat yang tidak setuju atau kontra dengan aturan yang

dikeluarkan KPU tersebut di antaranya adalah ketua DPR RI Imanuel

Ekadianus Blegur, ia berpendapat bahwa “KPU menabrak undang-undang

jika membatasi hak warga negara untuk dipilih. Di sisi lain ikhtiar KPU

untuk menciptakan hasil proses demokrasi yang bersih bebas dari korupsi

harus didukung. Tapi KPU bersikukuh menjegal mantan terpidana korupsi

untuk menggunakan hak dasarnya sebagai warga negara untuk dipilih

sebagai calon legislatif menurut saya kurang bijaksana”. Pendapat kontra

2 https://news.detik.com/berita/d-4094865/pro-kontra-larangan-nyaleg-untuk-eks-

koruptor, diakses pada tanggal 20 Oktober 2019, pukul 18.05.

Page 62: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

49

yang lain juga diutarkan oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, beliau

berpendapat “ada undang-undang yang mengaturnya sehingga kita ikuti

aturan saja. Kita ini negara hukum maka ikuti aturan saja, dalam aturan

Undang-undang Pemilu diperbolehkan, maka peraturan KPU (PKPU) harus

mengikutinya, jadi tidak boleh bertentangan dengan hukum yang di

atasnya”.

Menurut Ketua Komnas HAM RI Latuharhary “Komisi Pemilihan

Umum tidak bisa melarang mantan napi narkoba menjadi calon anggota

legislatif pada pemilu 2019. Alasannya, Undang-undang Pemilu tidak

mengatur larangan itu. Kalau tidak ada dalam Undang-undang, tidak bisa”.

Menurut Prof. Moh. Mahfud MD, ia mengatakan bahwa “membolehkan

orang ikut dan melarang orang ikut, itu wewenang Undang-undang, bukan

PKPU. Sebab larangan tersebut berkaitan dengan hak asasi seseorang dalam

berpolitik. Sementara, urusan pengurangan hak asasi manusia itu merupakan

wewenang lembaga legislatif”. Menurut Prof. Yusril Ihza Mahendra

“seharusnya ada larangan untuk berpolitik yang dikeluarkan dalam putusan

pengadilan. Tujuannya agar ada kejelasan hukum bagi para mantan koruptor

yang merupakan anggota legislatif. Kita itu tidak boleh menghukum orang

seumur hidup, ada hukuman yang terbatas. Misalnya orang dihukum dua

tahun. Dia memang bisa ikut lagi tapi idealnya penjatuhan sanksi mestinya

dituangkan dalam putusan pengadilan. Jadi bukan undang-undang yang

menghukum orang”.3

3 Putusan Mahkamah Agung No. 55 P/HUM/2018, h. 3.

Page 63: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

50

C. Gugatan terhadap PKPU

Bukti konkrit dari yang tidak menyetujui dengan adanya PKPU No.

20 Tahun 2018 ini adalah dengan mengajukan judicial review ke Mahkamah

Agung. Hal ini dilakukan oleh Jumanto, Jumanto selaku pemohon warga

negara republik Indonesia yang pernah dinyatakan bersalah dan terbukti

melakukan tindak pidana, berdasakan putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap oleh Mahkamah Agung pada 9 Juni 2010.

Dalam putusan tersebut Jumanto dijatuhi pidana penjara karena

melakukan tindak pidana korupsi. Di dalam putusan tersebut tidak ada

hukuman tambahan yang melarang jumanto untuk aktif dalam kegiatan

politik, dipilih atau memilih dalam suatu Pemilihan Peraturan Komisi

Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2018 tentang

Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.

Jumanto saat ini telah dibebaskan berdasarkan surat keputusan Mentri

Hukum dan HAM.

Jumanto yang saat ini telah aktif kembali dalam kegiatan

bermasyarakat, bermaksud untuk mencalonkan diri menjadi anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah di Kabupaten Probolinggo. Namun demikian,

dengan adanya aturan PKPU No. 20 Tahun 2018 Pasal 4 ayat 3 yang

berbunyi “Dalam seleksi bakal calon secara demokratis dan terbuka, tidak

menyertakan mantan terpidana Bandar narkoba, kejahatan seksual terhadap

anak, dan korupsi”, menjadi mustahil bagi Jumanto untuk mencalonkan diri

dalam proses Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di

Kabupaten Probolinggo.

Sebagai “perorangan”, maka kedudukan Jumanto atau pemohon

sebagai perseorangan warga negara mempunyai hak-hak konstitusional yang

diberikan oleh UUD 1945 baik hak yang bersifat tidak langsung, seperti hak

untuk tidak diperlakukan sewenang-wenang sebagaimana diatur dalam pasal

1 ayat (3) UUD 1945. Pada saat ini Pemohon bermaksud untuk kembali

berperan dalam membangun daerahnya dalam pemerintahan dengan

Page 64: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

51

menjadi calon wakil rakyat dalam hal ini adalah menjadi Anggota DPRD di

Kabupaten Probolinggo. Namun demikian, hak pemohon tersebut terhalang

dengan adanya norma yang terdapat dalam Pasal 4 ayat (3) PKPU No. 20

Tahun 2018 yang berbunyi “dalam seleksi bakal calon secara demokratis

dan terbuka, tidak menyertakan mantan terpidana bandar narkoba, kejahatan

seksual terhadap anak, dan korupsi”.

Fakta integritas yang ditanda tangani oleh Pimpinan Partai Politik

sesuai dengan tingkatannya dengan menggunakan formulir Model B.3 dan

lampiran Model B.3 fakta Integritas Pengajuan Bakal Calon Anggota

DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota. Norma tersebut jelas dan

nyata melanggar hak konstitusional Pemohon yang diberikan Undang-

undang Nomor. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, karena Pemohon

yang pernah menjalani hukuman pidana penjara korupsi. Padahal, Undang-

undang Nomor. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum tidak mengatur

larangan bagi mantan narapidana korupsi untuk mengikuti pemilihan umum.

Bahwa berdasarkan argumentasi Pemohon sebagaimana yang telah

diuraikan di atas, terbukti Pemohon mengalami kerugian atas berlakunya

Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1) huru d, dan Lampiran Model B.3 PKPU

Nomor 20 Tahun 2018 jelas-jelas bertentangan dengan Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Undang-undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.4

Pendapat Mahkamah Agung bahwa objek permohonan yang

dimohonkan pengujian adalah norma tentang larangan bagi mantan

terpidana bandar narkoba, kejahatan seksual terhadap anak, dan korupsi

menjadi Bakal Calon Anggota legislatif sebagaimana diuraikan dalam Pasal

4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1) huruf d Peraturan Komisi Pemilihan Umum

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pencalonan Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan perwakilan Daerah Provinsi, Dewan

4 Putusan Mahkamah Agung No. 46 P/HUM/2018, h. 8.

Page 65: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

52

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. Pemohon adalah mantan

terpidana kasus korupsi berdasarkan putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap dan telah dibebaskan serta telah aktif dalam

kegiatan bermasyarakat. Pemohon tidak terkait dengan mantan terpidana

bandar narkoba dan kejahatan seksual terhadap anak. Oleh karena itu,

Pemohon hanya relevan untuk mempersoalkan pengujian frasa mantan

terpidana korupsi tersebut.

Bahwa hak memilih dan dipilih sebagai anggota legislatif merupakan

hak dasar di bidang politik yang dijamin oleh konstitusi yaitu Pasal 28

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengakuan

hak politik ini juga diakui dalam Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan

Politik (International Convenant on Civil and Political Rights disingkat

ICCPR) yang ditetapkan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

berdasarkan Resolusi 2200A (XXI), pada tanggal 16 Desember 1966

sebagaimana telah diratifikasi melalui Undang-undang Nomor 12 Tahun

2005 tentang Pengesahan International Convenant and Political Rights

(Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik).

Bahwa lebih lanjut pengaturan mengenai hak politik diatur dalam

Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia yang menyatakan “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan

memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui

pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Pasal 73 Undang-

Undang tersebut juga menentukan “Hak dan kebebasan yang diatur dalam

Undang-undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan undang-

undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan,

ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.

Dalam Undang-undang HAM di atas sangat jelas diatur bahwa setiap

warga negara mempunyai hak yang sama untuk dipilih dan memilih dalam

pemilihan umum dan kalaupun ada pembatasan terhadap hak tersebut maka

Page 66: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

53

harus ditetapkan dengan undang-undang, atau berdasarkan Putusan Hakim

yang mencabut hak politik seseorang tersebut di dalam hukuman tambahan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sesuai ketentuan dalam Pasal

18 ayat (1) huruf d, Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto, dan Pasal 35 ayat (1) Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur mengenai

pencabutan hak politik (hak dipilih dan memilih).

Bahwa menurut Mahkamah Agung, norma yang diatur dalam pasal 4

ayat (3) Perturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2018

bertentangan dengan Pasal 240 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 7

Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang menyatakan:

“Bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota adalah Warga Negara Indonesia dan harus memenuhi

persyaratan:

a. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan

tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau

lebih, kecuali secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada

publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana”.

Bahwa dari ketentuan pasal 240 ayat (1) huruf g tersebut, tidak ada

norma atau aturan larangan mencalonkan diri bagi mantan terpidana

korupsi, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat

(1) huruf d Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2018.

Bahwa Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1) huruf d, dan Lampiran Model B.3

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2018 tidak sejalan,

berbenturan, atau tidak memenuhi asas-asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik, sebagaimana yang dijelaskan dalam

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.

Berdasarkan pertimbangan Hakim dengan melihat berbagai

pertimbangan di atas, maka Hakim memutuskan:

Page 67: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

54

a. Mengabulkan permohonan keber[atan hak uji materil dari

Pemohon Jumanto tersebut.

b. Menyatakan Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1) huruf d, dan

Lampiran Model B.3 Peraturan Komisi Pemilihan Umum

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tanggal 2 Juli 2018

tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota sepanjang frasa “mantan terpidana

korupsi”. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi, yaitu dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun

2017 Tentang Pemilihan Umum juncto, Undang-undang Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan, karenanya tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat dan tidak berlaku umum.

c. Memerintahkan kepada Panitera Mahkamah Agung untuk

mengirimkan petikan putusan ini kepada percetakan negara untuk

dicantumkan dalam Berita Negara.

d. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Secara Konstitusional, dengan adanya putusan Mahkamah Agung

Nomor 46 P/HUM/2018 maka PKPU Nomor. 20 Tahun 2018 pasal 4 ayat

(3) dan Pasal 11 ayat (1) huruf d, dan Lampiran Model B.3 tidak bersifat

mengikat lagi. Serta dengan adanya Putusan yang di keluarkan oleh

Mahkamah Agung tersebut, maka telah mengembalikan kembali hak-hak

politik warga negara yang semula dibatasi oleh Komisi Pemilihan Umum

(KPU).

Page 68: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

55

D. Implikasi Putusan Mahkamah Agung

Pasca keluarnya putusan Mahkamah Agung No.46 P/HUM/2018 tidak

menjadi penghambat bagi mantan koruptor untuk mengikuti pemilihan

legislatif yang diadakan pada 9 April 2019. Komisi Pemilihan Umum

(KPU) mengumumkan nama-nama calon legislatif yang berstatus sebagai

mantan narapidana korupsi yang akan mengikuti pemilu 2019. Ada 49 caleg

yang terdiri dari 16 caleg DPRD Provinsi, 24 caleg DPRD Kabupaten/Kota

dan 9 caleg DPD yang berstatus mantan terpidana korupsi, dan tidak ada

mantan terpidana koruspi yang mencalonkan diri pada tingkat DPR.5

Di satu sisi dengan adanya Putusan Mahkamah Agung

No.46P/HUM/2018 membuka peluang kembali kepada mantan terpidana

kasus korupsi untuk mengambil jabatan publik, hal ini pun bisa memberi

peluang terhadap mantan narapidana korupsi untuk melakukan korupsi

kembali ketika setelah menduduki jabatannya yang baru. Seperti halnya

yang dilakukan oleh Bupati Kudus Muhammad Tamzil yang menjadi

tersangka kasus korupsi dengan kasus jual beli jabatan. Sebelumnya,

Muhammad Tamzil sempat mendekam dipenjara karena dinyatakan

bersalah kasus korupsi dana bantuan sara dan prasarana pendidikan

Kabupaten Kudus untuk tahun anggaran 2004.6

Banyaknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah

baik itu pada tatanan legislatif dan eksekutif disebabkan karena mahar

politik yang sangat mahal untuk berkontestasi dalam pemilu, sebab untuk

mencalonkan diri pada pesta demokrasi mengeluarkan cost atau biaya yang

besar dan itu tidak ditanggung oleh pemerintah. Maka demikian ketika

pejabat tersebut berhasil menduduki dalam sistem pemerintahan, mereka

5 https://tirto.id/kpu-umumkan-49-caleg-berstatus-mantan-koruptor-ikut-pileg-2019-dfr4,

diakses pada 25 November 2019, Pukul 14.51.

6 https://nasional.kompas.com/read/2019/07/27/17080491/dua-kali-terjerat-kasus-

korupsi-bupati-kudus-bisa-dituntut-hukuman-mati, diakses pada 28 November 2019, Pukul

23.08.

Page 69: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

56

sibuk mencari pemasukan untuk mengembalikan biaya yang dikeluarkan di

waktu pemilu.

Meskipun para mantan terpidana korupsi tidak dilarang untuk

berkontestasi dalam pemilihan legislatif, negara meberikan aturan khusus

kepa para caleg mantan koruptor dengan merujuk pada Pasal 182 dan Pasal

240 Undang-undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, bahwa di dalam

pasal tersebut menjelaskan untuk mensyaratkan calon legislatif dengan

status mantan terpidana mengumumkan statusnya secara terbuka kepada

publik.

Dalam hukum positif tidak ada aturan terkait pembatasan hak politik

mantan narapidana korupsi seperti hak memilih dan dipilih, sebagaimana

yang tertuang pada Pasal 43 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945 “setiap

warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum

berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undagan”.

Di dalam kancah internasional seperti DUHAM (Decleration of

Human Rights) yang diatur oleh PBB pun juga tidak membatasi hak politik

mantan narapidana korupsi, dengan mengacu kepada Pasal 21 ayat (1)

tentang Hak Sipil dan Politik (Sipol) “setiap orang berhak turut serta dalam

pemerintahan negrinya sendiri, baik dengan langsung maupun dengan

melewati perantara wakil-wakil yang dipilih dengan bebas”. Begitu juga

yang diatur Organisasi Konferensi Islam (OKI) terkait hak berpolitik warga

negara terdapat pada Pasal 22 huruf (a) “setiap individu memiliki hak untuk

mengekspresikan opininya secara bebas selama tidak berlawanan dengan

syariat”.

Menurut moralitas yang dianut oleh agama Islam orang yang berdusta

mendapatkan penilaian yang tidak baik di sisi Al-quran sebagaimana dalam

surat An-Nahl ayat 105 yang artinya “Sesungguhnya yang mengada-adakan

kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat

Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”.

Page 70: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

57

Maka dari itu masyarakat kurang percaya lagi kepada calon pemimpin

yang pernah melakukan tindakan kriminal semasa dia menjabat dulu. Dalam

hal ini bisa kita sinkronisasikan dengan metodologi ulumul hadis sifat-sifat

rawi yang ditolak periwayatannya. Adapun kriteria rawi yang ditolak

periwayatannya adalah:7

1. Kafir. Tidak dapat diterima hadis riwayat orang kafir, karena syarat

mutlaknya diterimanya suatu riwayat adalah apabila rawinya

beragama islam. Sebab, kekafiran adalah factor permusuhan yang

terbesar bagi agama islam dan umatnya.

2. Kecil dan gila. Tidak dapat diterima hadis riwayat rawi yang masih

kecil dan rawi yang gila, karena mereka tidak dapat dimintai

pertanggungjawaban.

3. Fasik. Tidak dapat diterima riwayat orang yang fasik lantaran

banyaknya maksiat yang dilakukannya, meskipun ia tidak tampak

berdusta. Demikian juga periwayat yang fasik lantaran dusta dalam

berbicara meskipun ia tidak berdusta dalam hadis Rasulullah Saw.

Hal ini karena tidak dapat dijamin selamanya tidak berdusta

terhadap hadis sementara ia masih tidak segan-segan mengabaikan

larangan Allah. Karena Al-Quran dan hadis telah melarang

menerima hadis dari setiap orang fasik, kecuali apabila ia

menanggalkan semua perbuatan dosanya dan bertobat dengan tobat

yang sebenanrnya.

4. Hadis riwayat orang yang bertobat dari dusta dalam berbicara akan

dapat diterima. Namun para ulama menolak hadis riwayat orang

yang bertaubat dari dusta yang pernah disengaja terhadap hadis

Rasulullah. Sehubungan itu Ibnu Shalah berkata, “orang yang

bertobat dari dusta dalam berbicara terhadap sesama manusia

atau dari sebab-sebab kefasikan lainnya, riwayatnya akan dapat

diterima, kecuali orang yang bertaubat dari dusta secara sengaja

terhadap hadis Rasulullah, maka hadisnya tidak dapat diterima

7 Nuruddin ‘Itr, Ulumul Hadis, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.74

Page 71: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

58

selamanya meskipun tobatnya baik sebagaimana disebutkan oleh

bnyak ulama, di antaranya Ahmad bin Hanbal.

Alasan tidak diterimanya hadis riwayat orang yang bertaubat dari

dusta yang disengaja terhadap hadis itu adalah sebagai upaya preventif,

sanksi yang diperberat, sekaligus sebagai upaya mempertinggi kehati-hatian.

Hal ini sama dengan upaya syariat yang berupaya mempertinggi kemuliaan

harga diri manusia sehingga persaksian bekas penuduh zina tidak dapat

diterima meskipun setelah ia tobat. Demikianlah penjelasan banyak ulama.

Untuk mengetahui cacatnya seorang perawi tersebut ilmu hadis

memiliki fokus tersendiri yang dikenal dengan Al-Jarh wa al-Ta’dil. Ilmu

al-jarh wa al-ta’dil adalah “timbangan” bagi para rawi hadis. Rawi yang

“berat” timbangannya, diterima riwayatnya dan rawi yang “ringan”

timbangannya ditolak riwayatnya. Dengan ilmu ini kita bisa mengetahui

periwayat yang dapat diterima hadisnya dan kita dapat membedakannya

dengan periwayat yang tidak diterima hadisnya.

Beberapa hal aturan ulama untuk al-Jarh wa at-Ta’dil, diantaranya

yang terpenting adalah sebagai berikut:

1. Bersikap objektif dalam tazkiyah, sehingga ia tidak meninggikan

seorang rawi dari martabat yang sebenarnya atau merendahkannya

sebagaimana yang terjadi bagi kebanyakan manusia dewasa ini.

2. Tidak boleh jarh melebihi kebutuhan, karena jarh itu disyariatkan

lanturan darurat; sementara darurat itu ada batasnya.

3. Tidak boleh hanya mengutip jarh saja sehubungan dengan orang

yang dinilai jarh oleh sebagian kritikus tetapi dinilai adil oleh

sebagian lainnya, karena sikap yang demikian telah merampas hak

rawi yang bersangkutan dan para muahdditsin mencela sikap yang

demikian.

4. Tidak boleh jarh terhadap rawi yang tidak perlu di jarh, karena

hukummnya disyariatkan lantaran darurat. Maka dalam kondisi

tidak ada daruratnya, jarh tidak dapat dilaksanakan.

Page 72: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

59

Apabila mantan narapidana korupsi disamakan dengan orang yang pernah

berdusta maka, mantan narapidana korupsi yang mencalonkan dirinya pada

ajang pemilu mestinya tidak diberikan kepercayaan lagi oleh masyarakat atau

tidak dipilih. Karena konteks mantan narapidana korupsi sama dengan orang

yang membrerikan kesaksian palsu di depan Hakim, dan orang yang

meriwayatkan hadis palsu, sebab mantan narapidana korupsi adalah orang yang

berdusta/berkhianat kepada negara serta kepada rakyatnya.

Page 73: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Hak politik mantan narapidana korupsi di indonesia tidak dibatasi oleh

undang-undang dan Undang-undang Dasar 1945. Meskipun oknum tersebut terjerat

beberapa kali dalam kasus korupsi, dan ketika telah menyelesaikan masa

hukumannya masih dibolehkan lagi untuk mencalonkan diri kembali.

2) Setelah dicabutnya PKPU No. 20 tahun 2018, dengan dikeluarkannya

putusan Mahkamah Agung No 46P/HUM/2018 sebagai legistimasi bahwa mantan

narapidana korupsi diperbolehkan untuk berkontestasi dalam pemilu 2019.

B. Saran

Apabila merujuk melalui perspektif normatif dan yuridis, Putusan

MA tersebut mengacu kepada HAM dalam pandagan PBB yang diratifikasi

menjadi undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan

International Convenant and Political Rights dan asas kepastian Hukum.

Pada tahap fungsi dan peran MA dengan nomor 46P/HUM/2018,

Mahkamah Agung sudah sesuai secara tupoksinya yaitu membatalkan

aturan yang bertentangan dengan undang-undang. Oleh karena itu, untuk

mengatur hak politik bagi terpidana korupsi mesti dibuat dalam satu

peraturan perundang-undangan yang lebih kuat sehingga tidak menuai

polemik di kemudian hari.

Page 74: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

61

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

‘Itr, Nuruddin, Ulumul Hadis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014

Ahmad Saebani, Beni, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2008

Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Budiarjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia, 2015

Djaja, Ermansyah, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta: Sinar Grafika,

2010

Effendi, Masyhur, Dimensi dan dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum

Nasional dan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994

Febari, Rizki, Politik pemberantasan Korupsi: strategi ICAC Hong Kong dan

KPK Indonesia, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015

Grafika, 2010

Hamzah, Andi, Pemberantasan Korupsi melalui Hukum Pidana Nasional dan

Internasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006

Ibn Hambal, Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal

Ibnu Syarif, Mujar dan Khamami Zada, Fiqih Siyasah Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam, Erlangga: PT Gelora Aksara Pratama, 2008

________, Hak-hak Politik Minoritas Non-Muslim dalam Komonitas Islam,

Bandung: PT Angkasa, 2003

Imam, Hidayat, Teori-teori Politik, Malang: Setara press, 2009

K.M Smith, Rhona, dkk, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: PUSHAM UII,

2015

Machiavelli, N.,Standard Publication Incorporation, The Prince; London: 2007

Martitah, Mahkamah Konstitusi, Jakarta Barat: Konstitusi Press, 2013

Page 75: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

62

Parsons, Talcott, The Distribution of Power in America Society, World Politic:

1957

Pasal 12 huruf c dan Pasal 13 huruf b Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017

Putusan Mahkamah Agung No. 55 P/HUM/2018

Putusan Mahkamah Agung No. 46 P/HUM/2018

Sorjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia,

2005

Wijowasito, Kamus Umum Belanda - Indonesia, Jakarta: PT Ikhtiar Baru, 1999

Sumber Jurnal:

Anjari, Warih, Pencabutan Hak Politik Terpidana Korupsi Dalam Perspektif Hak

Asasi Manusia Kajian Putusan No. 537K/Pid.Sus/2014 dan No.

1195K/Pid.Sus/201, Jurnal Yudisial, Vol. 8 No. 1 April 2015

Bolongaita, Emil. P, An exception to the rule? Why Indonesia’s Anti Corruption

Commission succeds where others’s don’t a comparison with the

Philippines Ombudsman, U4 Issue, No.4, 2010

Jurnal KOMUNIKA, Vol. 9, NO. 1, Januari- Juni 2015

Jurnal Media Hukum, Vol. 21, No. 1 Juni 2014

Sumber Skripsi:

Artilawati, Mia, Kewenangan KPU dalam Membatasi Hak Politik Mantan

Narapidana Korupsi Dalam Pemilu Legislatif (Analisis Putusan MA No.

46P/HUM/2018 terhadap Perturan KPU No. 20 Tahun 2018. Skripsi

Fakultas syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Dewi, Indar, Hak Politik Mantan Terpidana Korupsi (Studi Komparatif Hukum

Progresif dan Maqasid Al-Syariah). Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fortuna, DM Dewi, Analisis Fiqh Siyasah Terhadap Putusan Mahkamah

Konstitusi No. 04/PUU-VII/2009 Tentang Pencalonan Mantan Narapidana

Page 76: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif

63

Sebagai Anggota Legislatif. Skripsi Fakultas Syariah UIN Raden Intan

Lampung.

Hartono, Dian Rudy, Pencabutan Hak Politik Terhadap Koruptor Perspektif

Nomokrasi Islam.

Sahuri, Perspektif Hukum Islam dan HAM tentang Pencabutan Hak Politik

Koruptor Kajian Hukum Islam dan HAM terhadap Putusan MA No.

1195K/Pid.Sus/2014. Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Sumber Website:

http://202.158.52.214/id/arsip/1999/04/04/HK/mbm.19990404.HK94833.id.html,

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/2941-hak-politik-warga-negara-

sebuah-perbandingan-konstitusi.html

http://www.hukumonline.com/artikel_detail.asp?id=3925.

https://aceh.tribunnews.com/2019/02/14/terima-suap-5-anggota-dprd-sumut-

dicabut-hak-politik-divonis-4-tahun-penjara-dan-denda-rp-200-juta?page=2,

https://aceh.tribunnews.com/2019/02/14/terima-suap-5-anggota-dprd-sumut-

dicabut-hak-politik-divonis-4-tahun-penjara-dan-denda-rp-200-

juta?page=2,1 https://kabar24.bisnis.com/read/20190410/16/910022/wajah-

lama-caleg-dpr-dan-mimpi-bebas-korupsi

https://definitions.uslegal.com/p/political-corruption/,

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hak%20Asasi%20manusia,

https://nasional.kompas.com/read/2019/07/27/17080491/dua-kali-terjerat-kasus-

korupsi-bupati-kudus-bisa-dituntut-hukuman-mati

https://news.detik.com/berita/d-3987879/terbukti-korupsi-e-ktp-setya-novanto-

divonis-15-tahun-penjara,.

https://news.detik.com/berita/d-4094865/pro-kontra-larangan-nyaleg-untuk-eks-

koruptor, https://news.detik.com/berita/d-4500126/icw-22-anggota-dpr-tersangka-korupsi-

sepanjang-2014-2019

Page 78: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif
Page 79: HAK POLITIK MANTAN NARAPIDANA KORUPSI DI INDONESIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50574/1/AHMA… · Penelitian ini mengunakan jenis penelitian yuridis normatif