pengaruh kepribadian dan kohesivitas kelompok...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KEPRIBADIAN DAN KOHESIVITAS
KELOMPOK TERHADAP SOCIAL LOAFING MAHASISWA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Ahmad Faqih Ramadhani
NIM : 11140700000102
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H /2019 M
ii
iii
iv
v
motto
YANG TERBURUK
BISA MENJADI
YANG TERBAIK
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk Orang Tua saya terutama Ibu Saya
yang memberikan doa sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir, serta selalu menanykan saya kapan lulus dan keluarga tercinta yang
selalu memberikan doa, semangat, dan cinta yang tak lekang oleh waktu.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Agustus2019
C) Ahmad Faqih Ramadhani
D) Pengaruh Kepribadian dan Kohesivitas Kelompok Terhadap Social
Loafing Mahasiswa.
E) xv + 92 halaman + lampiran
F) Tugas kelompok merupakan salah satu cara untuk melatih mahasiswa agar
dapat bekerjasama dalam kelompok. Fenomena dimana individu mengurangi
usahanya lebih sedikit ketika bekerja dengan orang lain dibanding saat
individu bekerja sendiri.perilaku inilah yang dinamakan social loafing.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kepribadian (honesty-
humility, emotionally, extraversion, agreeableness, conscientiousness dan
openness to experience) dan kohesivitas kelompok (individual attractions to
the group–task , individual attraction to the Group–social, group integration–
task and group integration–social) terhadap social loafing Mahasiswa. Subjek
penelitian berjumlah 232 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang signifikan
pengaruhnya terhadap social loafing, yaitu honesty-humility, emotionally, dan
extraversion. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat besarnya jumlah
kelompok dan lebih mengontrol jenis tugas tertentu.
G) Bahan bacaan : 41 ; jurnal: 34 + buku: 5 + skripsi: 1 + tesis: 1
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) August 2019
C) Ahmad Faqih Ramadhani
D) The Effect of Personality and Group Cohesiveness on Social Loafing
Students
E) xv + 92 pages + appendix
F) Group working is one way to train students to be understood in groups. The
phenomenon where individuals reduce their efforts less when working with
others than when individuals work alone called social loafing. This research
measures the impacts of the personality (honesty-humility, emotionally,
extraversion, agreeableness, conscientiousness, and openness to experience),
and group cohesiveness (individual attractions to the group–task, individual
attraction to the group–social, group integration–task and group integration–
social) for student social loafing. The research subjects is 232 students of UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta college. The results of the study show the fact that
three variables have significant influence on the social, namely honesty,
humility, emotionally and extraversion. For further research was approved to
see the size of groups and more specific types of tasks
G) Reading materials: 41 ; journals: 34 + books: 5 + essay: 1 + thesis: 1
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah menciptakan kita dalam
keadaan mencintai agamanya dan berpegang pada syariat-Nya. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad yang telah
berjihad untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam yang agung dalam akhlak beliau
yang mulia, dan semoga kesejahteraaan dan rahmat senantiasa juga tercurah untuk
keluarganya dan para sahabatnya terkasih yang senantiasa mengikuti petunjuknya,
sehingga mereka beruntung dengan mendapat ridha dan pahala dari sisi Allah.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Orang tua penulis, H. Abdul Qodir dan Hj. Muhibah, serta kakak dan adik
saya yang memotivasi saya untuk menyelesaikan tugas akhir saya.
2. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Psikologi (2019-2024) beserta jajarannya.
3. Miftahuddin M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Penulis mengucapkan
Terima kasih atas arahan, masukan, motivasi, kritik, serta koreksi dalam
pengerjaan skripsi ini.
4. Desi Yustari Muchtar, M.Psi, Psikolog selaku penguji I dan Liany
Luzvinda, M.Si selaku penguji II yang telah meluangkan waktu untuk
menguji, memberikan kritik, saran, dan bimbingannya agar skripsi ini siap
dipublikasikan.
5. Drs. Rachmat Mulyono M.Si selaku Dosen pembimbing akademik. Terima
kasih atas kemudahan yang diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
selalu memberikan bimbingan, nasihat, semangat, dan pelajaran kepada
penulis selama menempuh studi.
ix
7. Seluruh Staff kepegawaian Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta wabil khusus Mba Ida dan Mas Miftah yang memberikan
kemudahan dalam hal pengurusan akademik kepada penulis selama
menempuh studi.
8. Kawan-kawan penulis, semua anak-anak KOMPSI wabil khusus bang Ade
Iskandar, Saepudin, Edwin, Hasan Basri dan Mahdi Munif dan kawan-
kawan lainnya Terimakasih atas canda tawa, air mata, dukungan, serta
motivasinya.
9. Teman seperjuangan, serta keluarga Psikologi 2014 khususnya kelas D,
yang memberikan bantuan, dukungan, canda tawanya kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini. Pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan darikalian semua.
Penulis menyadari bahwa segala bentuk kekurangan yang disengaja maupun tidak
disengaja akan menjadi bahan perbaikan untuk menjadi lebih baik. Penulis
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada setiap
pembaca.
Jakarta,14 Agustus 2019
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1-8 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 6
1.2.1 Pembatasan Masalah Penelitian ............................................... 6
1.2.2 Perumusan Masalah Penelitian ................................................. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................. 9-27
2.1 Social loafing .................................................................................... 9
2.1.1 Definisi Social Loafing ............................................................ 9
2.1.2 Dimensi Social Loafing ............................................................ 10
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Social Loafing .............................. 11
2.1.4 Pengukuran Social Loafing ...................................................... 13
2.2 Kepribadian ....................................................................................... 13
2.2.1 Definisi Kepribadian ................................................................ 13
2.2.2 Dimensi Hexaco ...................................................................... 14
2.2.3 Pengukuran Hexaco ................................................................. 15
2.3 Kohesivitas kelompok ....................................................................... 16
2.3.1 Definisi Kohesivitas Kelompok ............................................... 16
2.3.2 Dimensi Kohesivitas Kelompok ............................................... 17
2.3.3 Pengukuran Kohesivitas Kelompok ......................................... 18
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................. 18
2.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 28-50 3.1 Populasi dan sampel .......................................................................... 28
3.2 Teknik dan Cara Pengambilan Sampel ............................................... 28
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 28
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... 29
xi
3.5 Pengumpulan Data............................................................................. 31
3.6 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 32
3.6.1 Alat ukur Social Loafing .......................................................... 33
3.6.2 Alat ukur Hexaco ..................................................................... 33
3.6.3 Alat ukur Kohesivitas kelompok .............................................. 34
3.7 Uji Validitas Konstruk ....................................................................... 35
3.7.1 Uji validitas Social Loafing ...................................................... 37
3.7.2 Uji validitas Hexaco................................................................. 38
3.7.3 Uji validitas Kohesivitas kelompok .......................................... 44
3.8 Metode Analisis Data ........................................................................ 48
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 51-63
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .................................................. 51
4.2 Analisis Deskriptif ............................................................................. 52
4.2.1 Kategorisasi variabel ................................................................ 55
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ............................................................ 56
4.4 Analisis Proporsi Varians ................................................................. 60
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN .............................................. 64-71
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 64
5.2 Diskusi .............................................................................................. 64
5.3 Saran ................................................................................................ 69
5.3.1 Saran Teoritis .......................................................................... 69
5.3.2 Saran Praktis ............................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72
LAMPIRAN ......................................................................................................... 82
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor nilai skala likert .............................................................................. 32
Tabel 3.2 Blue print skala social loafing ................................................................ 33
Tabel 3.3 Blue print skala kepribadian hexaco ....................................................... 34
Tabel 3.4 Blue print skala kohesivitas kelompok .................................................... 35
Tabel 3.5 Muatan faktor item social loafing ........................................................... 38
Tabel 3.6 Muatan faktor item honesty-humility ...................................................... 39
Tabel 3.7 Muatan faktor item emotionally .............................................................. 40
Tabel 3.8 Muatan faktor item extraversion ............................................................. 41
Tabel 3.9 Muatan faktor item agreeableness .......................................................... 42
Tabel 3.10 Muatan faktor item conscientiousness ................................................... 43
Tabel 3.11 Muatan faktor item openess to experience ............................................ 44
Tabel 3.12 Muatan faktor item individual attractions to the group-task .................. 45
Tabel 3.13 Muatan faktor item individual attractions to the group-social ............... 46
Tabel 3.14 Muatan faktor item group integration-task ........................................... 47
Tabel 3.15 Muatan faktor item group integration-social ........................................ 48
Tabel 4.1 Gambaran umum subjek penelitian umum .............................................. 51
Tabel 4.2 Analisis deskrpitif .................................................................................. 54
Tabel 4.3 Rumus kategorisasi................................................................................. 55
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel ....................................................................... 56
Tabel 4.5 Model summary analisis Regresi ............................................................ 57
Tabel 4.6 Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV ........................................ 57
Tabel 4.7 Koefisien regresi .................................................................................... 58
Tabel 4.8 Model summary proporsi tiap IV terhadap DV ....................................... 61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berfikir .................................................................. 25
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian............................................................................ 76
Lampiran 2 Lampiran analisis CFA........................................................................ 81
Lampiran 3 Lampiran Output Regresi .................................................................... 91
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perguruan tinggi adalah salah satu tahap awal menuju dunia kerja atau sebagai
profesional. Selama perkuliahan mahasiswa dituntut untuk bisa belajar beradaptasi
dengan lingkungan sebelum menuju dunia nyata. Dunia kerja menuntut agar
individu bisa bekerja sama dengan tim atau orang lain. Banyaknya tugas dalam
kehidupan kita membutuhkan upaya kolektif kelompok secara umum, kerja tim
paling sering dikaitkan dengan efek positif mengenai upaya dan kinerja individu
(Høigaard, Säfvenbom, & Tønnessen, 2006).
Bekerja sama dalam tim membuat individu belajar mengenai adaptasi,
produktivitas dan kreativitas yang lebih besar daripada mengerjakan pekerjaaan
secara individu dan menyediakan solusi yang komprehensif, inovatif, dan
komprehensif untuk masalah organisasi (Salas, Sims & Burk, 2005). Dalam
kegiatan perkuliahan, dosen biasanya memberikan tugas kelompok terhadap
mahasiswanya agar bisa bekerjasama dengan orang lain ataupun bisa beradaptasi
dengan lingkungan. Tugas kelompok itu sendiri merupakan tugas yang dikerjakan
dua orang atau lebih yang didalamnya terjadi interaksi dan tujuan yang sama.
Banyak tugas-tugas penting dalam hidup yang hanya dapat dicapai
melalui kerja kelompok. Tugas kelompok adalah tugas kolektif yang memerlukan
penyatuan hasil individu anggota. Tim olahraga, dan organisasi adalah beberapa
contoh dari kelompok yang menyatukan usaha individu anggotanya menjadi
sebuah hasil. Banyak tugas yang bisa lebih efisien dan mudah jika dikerjakan
2
secara berkelompok. Ketika usaha dari setiap individu digabungkan dengan usaha
individu yang lain dalam proses mencapai tujuan yang diinginkan maka proses
penyelesaiannya akan lebih cepat dan hasil yang akan didapatkan akan lebih
maksimal (Aulia dan Saloom, 2013). Tugas kelompok juga bisa meningkatkan
performansi seseorang dimana menurut Floyd Allport (1920; Hogg, 2011; Aulia
dan Saloom, 2013) efek dari kelompok pada performa seseorang adalah social
facilitation, yaitu peningkatan performa yang disebabkan oleh kehadiran orang
lain.
Namun kenyataan yang terjadi berbeda, tidak setiap individu akan
memberikan usaha yang lebih besar ketika ada orang lain atau ketika mereka berada
dalam kelompok. Beberapa individu cenderung memberikan usaha yang lebih
sedikit ketika mereka berada dalam kelompok dan menjadikan kerja kelompok
bisa tidak efektif ketika semua individu tidak mau memberikan kontribusi
terhadap tugas yang diberikan. Individu mungkin telah memutuskan untuk
bermalas-malasan dalam kelompok karena mereka ingin menghemat energi
mereka untuk bekerja sebagai individu (Harkins, Latane, & Williams, 1980).
Kurangnya usaha individu dalam berkelompok dibandingkan mereka sendiri
disebut social loafing.
Berdasarkan hasil survey oleh Wildanto (2016) dengan menggunakan
angket terbuka pada 50 anggota organisasi mahasiswa Fakultas Psikologi UMS,
menunjukkan masalah yang muncul akibat terjadinya social loafing pada
mahasiswa diantaranya sering mengakibatkan tugas tidak maksimal, terdapat
anggota yang mengundurkan diri, kesalahan komunikasi antar anggota dan
3
konflik antar kelompok itu sendiri. Taylor, Peplau, dan Sears (2006) dalam
bukunya Social Physchology menjelaskan bahwa social loafing menyebabkan
tidak bertanggung jawab dan melemahkan upaya individu dikarenakan individu
berkerja kurang keras sebagai anggota kelompok ketimbang bekerja secara
individual, karena kurang diakui dalam kelompok. Social loafing dapat
menyebabkan produktivitas rendah dan kinerja kelompok yang buruk (Ying, Li,
Jiang, Peng, & Lin, 2014)
Menurut Karau dan Williams (1993), social loafing yaitu pengurangan
motivasi dan usaha yang terjadi ketika individu bekerja secara kolektif dalam
kelompok dibandingkan ketika mereka bekerja secara individu. Social loafing
menurut Chidambaram dan Tung (2005) merupakan fenomena dimana individu
mengurangi usahanya lebih sedikit ketika bekerja dengan orang lain dibanding
saat individu bekerja sendiri. Social loafing akan menghilangkan kesempatan
individu untuk melatih keterampilan dan mengembangkan diri (Liden et al.,
2003).
Penelitian Ringelman (Kravitz & Martin, 1986) dalam tarik tambang,
ditemukan bahwa usaha kolektif tim tarik tambang hanya setengah dari jumlah
keseluruhan usaha individu yang terlibat. Ini didukung hasil penelitian Bib Latane,
Kipling Williams, dan Stephen Harkins (1979) yang melakukan penelitian
terhadap kelompok yang terdiri dari 6 orang. Ketika mereka diarahkan untuk
berteriak dan bertepuk tangan “sekeras mungkin” hasilnya kurang dari tiga kali
yang dihasilkan ketika mereka sendiri.
Social loafing dapat diakibatkan karena adanya ketidakinginan dalam
4
merespon sebuah kelompok, bukan dipandang sebagi sebuah ketidakmampuan.
Ketidakinginan individu dalam merespon tugas salah satunya diakibatkan oleh
karakter dari individu itu sendiri. Kepribadian merupakan pola,sifat, atribut, dan
karakteristik yang relatif konsisten yang membuat seseorang berperilaku secara
berkelanjutan (Ziapour et al., 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Ziapour et al. (2014) bahwa ciri-ciri
individu terutama big five personality efektif dalam hal efisiensi kelompok.
Penelitian yang dilakukan oleh Amir et al. (2014) mengatakan bahwa sifat-sifat
kepribadian harus dipertimbangkan dalam pembentukan kelompok, karena
individu akan memiliki efek terhadap kinerja kelompok. Ketika mereka dapat
berkolaborasi dengan baik tentunya akan akan mengurangi terjadinya social
loafing. Hasil penelitian oleh Ulke dan Bilgic pada tahun 2011 bahwa dua dimensi
dari big five yang mempunyai hubungan signifikan yaitu extraversion dan
neuroticism. Penelitian oleh Ziapour et al. pada tahun 2014 menyatakan empat
dari lima dimensi big five yang berkolerasi signifikan. Dalam penelitian tersebut
hanya agreeableness yang berkolerasi tidak signifikan.
Tidak semua penelitian menggunakan kelima faktor kepribadian dalam big
five personality, dan tidak semua dimensi mempunyai korelasi signifikan dengan
social loafing. Penelitian yang dilakukan oleh Klehe dan Anderson (2007), hanya
mengambil tiga dimensi yaitu openess, conscientiousness, agreeableness dan
tidak satupun yang menunjukkan hasil yang signifikan dengan social loafing.
Penelitian Schippers (2014) hanya menggunakan conscientiousness dan
agreeableness hasilnya keduanya berpengaruh negatif signifikan. Karena alasan
5
inilah peneliti ingin melakukan penelitian ulang. Namun dalam kesempatan kali
ini penulis akan melakukan penelitian menggunakan kepribadian dimana hexaco
merupakan pengembangan dari big five. Hexaco merupakan model kepribadian
yang terdiri dari enam dimensi (Ashton et al., 2007). Empat dimensi hexaco
memiliki kesamaan dengan big five yaitu extraversion, conscientiousness,
agreeableness dan openness to experience. Perbedaan antara big five dan hexaco
yaitu terdapat penambahan dimensi honesty-humanity serta diubahnya
neuroticism ke emotionally.
Terdapat faktor eksternal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya tindakan social loafing. Salah satu faktor eksternal tersebut yaitu
kohesivitas kelompok. Dampak dari social loafing dapat memunculkan
kesenjangan dalam kelompok, menurunkan potensi individu, mempengaruhi
perfoma individu, kehadiran dan kepuasan kelompok (Duffy & Shaw, 2000).
Kohesivitas keompok atau kelekatan antar kelompok telah lama dikenal sebagai
variabel penting sehubungan dengan social loafing (Mudrack, 1989). Hampir
semua penelitian mengenai kohesivitas kelompok selalu dikaitkan dengan
performa kelompok berhubungan positif signifikan dengan kinerja kelompok dan
memiliki korelasi negatif terhadap social loafing (Fitriana, 2017).
Peneltian yang dilakukan oleh Lam (2015) yang menggunakan dimensi
kohesivitas tugas (task cohesion) menunjukkan bahwa kualitas komunikasi dan
model task cohesion secara signifikan mengurangi social loafing. Jika individu
tidak menyukai anggota yang lain dan tidak merasa kelekatan yang kuat mereka
lebih mungkin untuk terlibat dalam social loafing. Social loafing hanya terjadi
6
pada kelompok yang tidak kohesif atau berkohesivitas rendah. Hal ini didukung
oleh penelitian oleh (Karau & Williams, 1997) bahwa anggota kelompok
noncohesive cenderung mengurangi upaya kolektif mereka dan melakukan social
loafing. Artinya bahwa kelompok non-kohesif melakukan tugasnya dengan buruk,
sehingga menunjukkan social loafing. Berbeda dengan kelompok yang
nonkohesif, kelompok yang kohesif cenderung mampu bekerja sama. Individu
mampu bekerja sama seperti mereka bekerja secara individual.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa penelitian ini cukup penting untuk
dilakukan. Terjadinya social loafing saat mengerjakan tugas dikalangan
mahasiswa tentunya akan merugikan seluruh pihak, akan menghilangkan
kesempatan individu untuk melatih keterampilan dan tentunya akan berimbas
pada performance seseorang yang nantinya akan memasuki dunia kerja. Jika
sebelumnya penelitian–penelitian terdahulu hanya melakukan penelitian eksternal,
sehingga peneliti ingin menambahkan aspek internal yang dapat mempengaruhi
social loafing. Maka penulis ingin meneliti tentang “Pengaruh Kepribadian dan
Kohesivitas Kelompok terhadap Social Loafing”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar peneliti lebih terfokus, terarah dalam
membahas pokok bahasan. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan pada
pembahasan atas beberapa masalah pokok yang dibatasi dalam konteks
permasalah yang terdiri dari :
7
1. Social loafing
Social loafing yaitu fenomena dimana individu mengurangi usahanya lebih
sedikit ketika bekerja dengan orang lain dibanding saat individu bekerja
sendiri Chidambaram dan Tung (2005).
2. Kepribadian
Kepribadian merupakan pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif
permanen, baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang
Feist dan Feist (2010).
3. Kohesivitas Kelompok
Menurut Carron, Brawley, dan Widemeyer (1985) kohesivitas kelompok
adalah keadaan individu merasa ia mempunyai kedekatan emosional
dengan anggota kelompok yang lain, dan merasa nyaman berada didalam
organisasi dan sulit meninggalkan organisasinya.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang siginifikan kepribadianh dan kohesivitas
kelompok terhadap social loafing?
2. Variabel manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap pada social
loafing?
3. Berapakah proporsi varians yang diberikan oleh masing-masing dimensi
dari variabel bebas?
8
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh kepribadian hexaco dan
kohesivitas kelompok terhadap social loafing.
2. Mengetahui variabel mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
social loafing.
3. Mengetahui seberapa besar sumbangan masing-masing variabel bebas
kepribadian hexaco dan kohesivitas kelompok terhadap social loafing.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam perilaku
social loafing khususnya berkaitan dengan variabel yang diteliti.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi atau saran ntuk
pengajar (guru atau dosen) dalam memberikan tugas kelompok agar tugas kelompok
dapat maksimal. Selain itu diharapkan agar penelitian ini juga dapat mengurangi
atau mencegah perilaku social loafing pada kalangan mahasiswa, agar mahasiswa
dapat melakukan kerja kelompok dengan maksimal.
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Social Loafing
2.1.1 Definisi Social Loafing
Pertama kali Latane et al. (1979) mendefinisikan social loafing sebagai penurunan
upaya individu ketika tampil/bekerja dalam kelompok dibandingkan dengan
ketika mereka melakukannya sendiri. Definisi Latane et al sebenarnya berawal
dari penelitian Maximilian Ringelmann pada 1927 ketika dia melakukan
penelitian terhadap sekelompok orang yang menarik tali. Ketika jumlah orang
yang menarik tali bertambah, usaha untuk menarik tali tersebut lebih besar (David
& Barbara 1986). Namun Ringelmann menemukan usaha yang dikeluarkan
masing-masing orang berkurang. Menurut Ringelmann (dalam Latane et al.,
1979) social loafing berarti penurunan usaha individu atau seseorang ketika ia
bekerja dalam kelompok dibandingkan dengan ketika ia bekerja seorang diri.
Pengertian lain dari social loafing adalah kecenderungan untuk
mengurangi upaya yang dikeluarkan individu ketika bekerja dalam kelompok
dibandingkan ketika bekerja secara individual (Karau & Williams, 1993). Adapun
istilah yang digunakan untuk social loafing adalah social laziness (kemalasan
sosial), sloth (kemalasan), loserly (kehilangan semangat atau motivasi, inaction
(ketidakgiatan/lamban), inegligence (kelalaian) (Ziapour et al., 2014). Kemudian
menurut Chidambram dan Tung (2005) social loafing mengacu pada perilaku
dimana seorang individu cenderung untuk mengerahkan usaha yang lebih sedikit
ketika bekerja dengan orang lain daripada ketika bekerja sendiri. Menurut Ying,
10
Li, Jiang, Peng, dan Lin (2014) social loafing fenomena dimana individu
mengurangi usahanya ketika bekerja dalam kelompok dibanding saat individu
bekerja sendiri. Social loafing didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
mengurangi motivasi dan usaha yang muncul ketika individu bekerja secara
kolektif dalam kelompok daripada ketika mereka bekerja sendirian (Aulia &
Saloom, 2013)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa social loafing individu
cenderung akan mengurangi keahlian atau kemampuan ketika mengerjakan tugas
berkelompok ketimbang saat mereka mengerjakan tugas secara individu. Dalam
kajian literatur yang telah dilakukan, hampir semua mengacu dan berpegang pada
penelitian pertama yang dilakukan oleh Latane, Williams dan Harkins (1979)
dalam mendefinisikan social loafing. Namun dalam penelitian kali ini penulis
akan memilih definisi social loafing menurut Chidambaram dan Tung (2005)
yaitu fenomena dimana individu mengurangi usahanya lebih sedikit ketika bekerja
dengan orang lain dibanding saat individu bekerja sendiri.
2.1.2 Dimensi social loafing
Menurut Chidambaram dan Tung (2005) social loafing memiliki 2 aspek yaitu :
1. Dillution effect
Individu akan mengurangi usahanya dalam kelompok karena merasa
kontribusinya kecil dalam kelompok atau karena mereka merasa penghargaan
untuk kelompok bukan hasil dari pekerjaan mereka. Artinya kurangnya
motivasi individu berpengaruh dalam social loafing. Jika motivasi dalam
berkelompok kurang maka individu akan mengurangi keterlibatan dalam
11
bekerja dalam kelompok. Dapat disimpulkan jika individu mengangganggap
kontribusinya tak berdampak bagi kelompok atau kelompok menganggap
kurang kontribusinya, maka individu cenderung akan melakukan social
loafing.
2. Immediacy gap
Individu akan melakukan social loafing jika merasa dirinya terasing dari
kelompok. Immediacy gap menjelaskan bahwa semakin jauh jarak individu
dengan pekerjaannya maka di sisi lain jarak individu dengan anggota
kelompok yang lain juga semakin jauh. Hal ini didasari dari kedekatan
kelompok dan interaksi antar kelompok. Jika individu kurang memiliki
kedekatan dengan kelompok atau terisolasi dan kelompok juga kurang
mengajak individu untuk terlibat dalam tugas kelompok.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi social loafing
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya social loafing berdasarkan
penelitian-penelitian sebelumnya baik faktor internal dan eksternal.
Faktor Internal
1. Mempertimbangkan karakteristik individu (Ziapour et al., 2014) dalam hal
ini berkaitan dengan kepribadian seseorang.
2. Kehilangan motivasi dalam mengerjakan tugas kelompok merupakan salah
satu terjadinya social loafing (Kerr, 1993). Semakin tinggi motivasi
individu, maka tingkat social loafingnya rendah.
3. Jenis Kelamin merupakan salah satu faktor penyebab social loafing. Laki-
laki memiliki potensi yang lebih besar untuk melakukan social loafing
12
dibandingkan perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan umumnya
berorientasi pada menjaga koordinasi kelompok (kugihara, 1999).
4. Komunikasi merupakan salah satu faktor penyebab social loafing (Lam,
2015). Pentingnya komunikasi antar kelompok mempunyai peran penting
mencegah terjadinya social loafing.
Faktor Eksternal
1. Mudahnya tugas kelompok dan jenis tugas akan memicu terjadinya
tindakan social loafing (Liden et al., 2003). Semakin sulit tugas kelompok,
individu akan cenderung bahu-membahu untuk membahu untuk
menyelesaikan tugas.
2. Evaluasi kinerja, seseorang akan lebih mungkin untuk melakukan social
loafing apabila kinerjanya didalam tidak dievaluasi, baik itu dari rekan
kerja atau pemberi tugas (Harkins & Szymanski, 1989).
5. Semakin banyak anggota kelompok akan meningkatkan kecenderungan
seseorang untuk melakukan social loafing (Latane, Williams & Harkins,
1979). Banyaknya jumlah kelompok menyebabkan pembagian tugas yang
tidak jelas.
6. Tujuan kelompok yang tidak dibuat maksimal menyebabkan sesorang
melakukan social loafing karena menganggap kelompok akan mudah
menyelesaikan tugas, dan individu tidak perlu mengeluarkan usaha lebih
banyak (Latane, Williams & Harkins, 1979).
7. Ketidaklekatan antar anggota kelompok atau kelompok yang tidak kohesif
juga dapat mempengaruhi social loafing (Karau & Williams, 1997).
13
Berbanding terbalik jika kelomppok mempunyai kohesivitas tinggi,
individu akan bekerja sama secara optimal untuk menegerjakan tugas
kelompok.
8. Ketidakjelasan dalam pembagian tugas (George, 1992). Tidak adanya
pembagian tugas yang spesifik akan membuat anggota dalam kelompok
mudah untuk melakukan social loafing.
2.1.4 Pengukuran social loafing
Terdapat beberapa macam alat ukur yang digunakan untuk mengukur social
loafing seperti (SRSLQ) Social Loafing Questionnaire yang dikembangkan oleh
Høigaard et al. (2010) yang menjadi sampel adalah atlet. Terdapat juga alat ukur
Social Loafing Tendency Questionnaire (SLTQ) yang dikembangkan oleh Ying,
Li, Jiang, Peng, dan Lin (2014). Selama ini banyak terdapat pengukuran social
loafing menggunakan alat ukur dari George (1992) yang terdiri dari 10 item.
Mempunyai dimensi yang sama namun sampel penelitian yang berbeda.
Maka dari itu penulis akan menggunakan alat ukur yang digunakan oleh
George (1992) yang diadaptasi dalam jurnal Extrinsic and Intrinsic Origins of
Perceived Social Loafing in Organizations. Terdiri dari 10 item dan dalam
penelitiannya menggunakan sample mahasiswa. Penulis akan menggunakan Skala
Likert 4 point dimana pernyataan 1=sangat tidak sesuai sampai 4=sangat sesuai.
2.2 Kepribadian
2.2.1 Definisi Kepribadian
Kepribadian atau personality dalam bahasa Latine persona diartikan sebagai
topeng yang dikenakan oleh aktor drama yunani kuno. Menurut Allport
14
(Suryabrata, 2002) kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai
sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan. Feist dan Feist (2010), dalam bukunya megungkapkan
bahwa kepribadian (personality) adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang
relatif permanen, baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang.
Menurut Pervine, Corvone dan John (2010) kepribadian adalah
karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan,
pemikiran dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian merupakan
pola,sifat, atribut, dan karakteristik yang relatif konsisten yang membuat
seseorang berperilaku secara berkelanjutan (Ziapour et al., 2014). Terdapat cukup
banyak struktur kepribadian yang telah dikonstruk oleh banyak penulis, salah
satunya adalah kepribadian hexaco. Hexaco merupakan pengembangan dari
struktur kepribadian big five yang terdapat penambahan satu dimensi (enam
dimensi) yaitu honesty-humility serta diubahnya dimensi big five yaitu
neuroticism menjadi emotionally (Ashton & Lee, 2007). Penulis akan
menggunakan struktur kepribadian hexaco dalam penelitian kali ini.
2.2.2 Dimensi hexaco
Ashton dan Lee (2007) Hexaco terdiri dari enam dimensi atau faktor pada
individu, ke-enam dimensi yang dimaksud adalah :
1. Dimensi Honesty-humility (H) biasanya didefinisikan oleh kejujuran, keadilan,
rendah hati dan tulus dalam bekerja sama (Ashton & Lee, 2007). Penambahan
dimensi Honesty-humility adalah salah satu yang terpenting dalam karakteristik
model HEXACO, dan merupakan salah satu perbedaan utama dari kepribadian
15
Big Five atau Model Lima Faktor atau Five Factor Model (FFM).
2. Emotionality (E) didefinisikan oleh karakteristik seperti kegelisahan, ketakutan
dan ketergantungan (Ashton & Lee, 2009). Selain itu menunjukkan pribadi
yang sering menolak (Ashton & Lee, 2007).
3. Extraversion (X) adalah individu menyukai hal-hal berbau sosial seperti
bersosialisasi, kepemimpinan dan hiburan (Ashton & Lee, 2007). Individu ini
terkait dengan sifat ekspresif, banyak bicara, ramah dan ceria (Ashton & Lee,
2009).
4. Agreeableness (A) adalah individu yang mempunyai kecenderungan untuk
memaafkan dan toleran terhadap orang lain, dapat bekerja sama dengan orang
lain walau ia merasa telah dimanfaatkan (Ashton & Lee, 2007).
5. Conscientiousness (C) Individu ini menyukai hal-hal yang berhubungan
dengan tugas seperti pekerjaan, perencanaan dan organisasi (Ashton & Lee,
2007). Dikonseptualisasikan sebagai memiliki empat segi yaitu teratur, rajin,
perfeksionis, dan bijaksana (Ashton & Lee, 2009).
6. Openness to Experience (O) memiliki karakteristik, yaitu mencintai keindahan,
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif, dan tidak konvensional. Individu
ini menyukai hal-hal berkaitan dengan ide seperti belajar, berfikir dan imajinasi
(Ashton & Lee, 2007).
2.2.3 Pengukuran Hexaco
Dalam mengukur kepribaidan hexaco terdapat alat ukur Hexaco Inventory Revised
(HEXACO–PI– R). HEXACO–PI–R memiliki tiga bentuk: 200 item, 100 item
dan 60 item. Namun penulis dalam penelitian kali ini akan menggunakan Brief
16
Hexaco Inventory (BHI), karena banyaknya item yang terdapat dalam HEXACO–
PI–R mencapai ratusan item. Alat ukur BHI hanya memiliki 24 item dengan 4
item untuk masing-masing aspek yang dimiliki. BHI merupakan kuesioner
pertama yang mengoperasionalkan enam model kepribadian hexaco (Vries, 2013).
Skala ini disusun berdasarkan indikator tertentu yang terdapat pada aspek–aspek
tipe kepribadian yaitu: honestly-humanity, emotionally, extraversion,
agreeableness, conscientiousness dan openness to experience.
2.3 Kohesivitas Kelompok
2.3.1 Definisi Kohesivitas Kelompok
Menurut Carron, Brawley, dan Widemeyer (1985) kohesivitas kelompok adalah
keadaan individu merasa ia mempunyai kedekatan emosional dengan anggota
kelompok yang lain, dan merasa nyaman berada didalam organisasi dan sulit
meninggalkan organisasinya. Kohesivitas kelompok sendiri berkorelasi positif
dengan kinerja kelompok. Goodman et al. (1987; Hoigard et al., 2006)
menyatakan bahwa kohesivitas menyatukan energi dan upaya individu yang akan
dialokasikan anggota ke tugas kelompok. Kohesivitas adalah sifat dasar dari suatu
kelompok yang menyebabkan “keterikatan bersama” dengan keseragaman
perilaku, dukungan timbal balik antara anggota, solidaritas, semangat khusus,
semangat tim dan moral (Hogg & Vaughan, 2011).
Menurut Taylor et al. (2006) mendefinisikan kohesivitas kelompok adalah
karakteristik dari kelompok secara keseluruhan, dan berasal dari tingkat komitmen
dari individu dalam kelompok. Baron dan Byrne (2005) mengungkapkan bahwa
kohesivitas kelompok merupakan faktor-faktor yang menyebabkan anggota
17
kelompok bertahan dalam kelompok. Dalam penelitian kali ini, penulis akan
menggunakan definisi menurut Carron, Brawley, dan Widemeyer (1985)
2.3.2 Dimensi kohesivitas kelompok
Menurut Carron, Brawley, dan Widemeyer (dalam Eys, Lougheed, Bray, Carron
2009) kohesivitas kelompok mempunyai empat dimensi yaitu :
1. Individual Attractions to The Group–Task (daya tarik individu pada kelompok
tugas) ketertarikan individu masing – masing anggota pada kelompok dan
melibatkan pribadinya dalam aspek tugas kelompok. Setiap individu dalam
kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim, dan komunitasnya
serta memiliki kesamaan dalam menyelesaikan tugas – tugas kelompok.
2. Individual Attraction to The Group–Social (daya tarik individu pada kelompok
sosial) ketertarikan individu masing – masing anggota pada kelompok dan
melibatkan pribadinya dalam aspek hubungan sosial. Dorongan yang
menjadikan anggota kelompok selalu berhubungan.
3. Group Integration–Task (integrasi kelompok tugas) keterpaduan anggota
kelompok dari tingkat kelompok yang melakukan kesatuan individu yang
meliputi aspek tugas. Individu melakukan kerjasama dalam melaksanakan
tugas – tugas kelompok sebagai upaya untuk mencapai tujuan.
4. Group Integration–Social (integrasi kelompok sosial) keterpaduan anggota
kelompok dari tingkat kelompok yang melakukan kesatuan individu meliputi
aspek sosial. Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama
dalam kelompok sosil untuk mencapai tujuan kelompok.
18
2.3.3 Pengukuran kohesivitas kelompok
Skala kohesivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Group
Evironment Questionnaire (GEQ) yang dikembangkan oleh Carron et al. pada
tahun 2002, namun dikembangkan kembali pada tahun 2009 pada kelompok
olahraga. Alasan menggunakan alat ukur ini adalah karena dimensi – dimensi
yang digunakan sangat berkaitan erat dengan tindakan social loafing. Skala terdiri
dari 18 item, Item – item tersebut diadaptasi dan akan disesuaikan dengan konteks
penelitian yang ada di Indonesia. Pada skala yang telah diadaptasi, mahasiswa
diminta untuk memberikan tanggapan berupa respon jawaban dimana mahasiswa
akan diberikan empat jawaban (Skala Likert) 4 point dimana pernyataan 1 = sangat
tidak sesuai sampai 4 = sangat sesuai.
2.4 Kerangka Berpikir
Adanya tugas kelompok bertujuan untuk meringankan tugas individu karena
beban tugas bisa dibagi – bagi pada tiap anggota kelompok sehingga tidak
memberatkan tiap individu. Ada juga yang beranggapan banyak tangan makan
semakin cepat atau gampang menyelesaikan tugas. Pada kenyataanya tidak semua
anggota kelompok berkontribusi secara totalitas dalam tugas kelompok.
Penyebab dari social loafing sendiri bermacam–macam. Adapun beberapa
penyebab social loafing sendiri yaitu ketidak jelasan pembagian tugas yang
menyebabkan individu dalam kelompok merasa sudah ada yang mengerjakan. Hal
itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh George pada 1992 yaitu
ketidakjelasan dalam pembagian tugas. Penelitian lain menyebutkan bahwa
komunikasi mempengaruhi social loafing (Lam, 2015), sifat-sifat dalam
19
kepribadian sesorang mempengaruhi banyak aspek kinerja (Ziapour et al., 2014).
Social loafing cenderung terjadi karena kinerja kelompok tidak dievaluasi, baik
dari pemberi tugas ataupun rekan satu kelompok (Harkins & Szymanski, 1989),
adanya ketidaklekatan antar kelompok noncohesiveness (Mudrack, 1989), adanya
ketidakjelasan pembagian tugas (George, 1992), adanya perbedaan gender dimana
laki-laki cenderung melakukan social loafing (Kugihara, 1999), dan besarnya
jumlah anggota dalam kelompok (Latane, Williams, & Harkins, 1979).
Salah satu faktor prediktif utama dalam social loafing adalah
mempertimbangkan karakteristik individu (Ziapour et al. 2014) dalam hal ini
berkaitan dengan kepribadian seseorang. Dalam penelitian yang berjudul
“Investigating the Role of the big five on the Social Loafing of Information
Technology Workers” oleh Ulke dan Bilgic dilakukan pada tahun 2011 yang
dilakukan di Turki, menggunakan kelima dimensi big five yaitu Openness,
Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism namun hanya
dua dimensi saja yang memiliki hubungan yang signifikan, yaitu dimensi
extraversion dan neuroticism. Dalam penelitian lain yang dilakukan pada tahun
2014 oleh Ziapour et al. yang dilakukan di Iran dengan Judul Penelitian
”Association between Personality Traits and Social Laziness” menyatakan hanya
4 dari 5 dimensi big five yang berkorelasi signifikan.
Salah satu hipotesis penulis terhadap penelitian ini adalah bahwa social
loafing dipengaruhi oleh kepribadian. Karena penulis menganggap bahwa dalam
setiap pemilihan anggota kelompok, individu cenderung memilih anggotanya
berdasarkan kepribadian yang akan berpengaruh pada hasil kelompok. Perbedaan
20
hasil penelitian diatas membuat peneliti tertarik dalam melakukan penelitian
menggunakan kepribadian. Namun penelitian kali ini, penulis menggunakan hexaco
sebagai independent variable dalam mengukur kepribadian, yang memiliki enam
dimensi yang membedakan mahasiswa berdasarkan kecenderungan dalam
berperilaku, yaitu honesty-humility, emotionality, extraversion, agreeableness,
conscientiousness dan openness to experience.
Mahasiswa dengan trait kepribadian honesty-humility (H) memiliki
karakteristik tulus, adil, tidak serakah dan sopan (Ashton & Lee, 2007) sehingga
penulis menduga bahwa dimensi honesty-humility memiliki arah pengaruh yang
negatif signifikan dengan perilaku social loafing. Maksudnya dimensi honesty-
humility rendah maka mahasiswa cenderung melakukan social loafing. Mengakui
bahwa pekerjaan orang lain adalah menjadi pekerjaannya (tidak jujur), seolah-
olah mahasiswa tersebut ikut berperan dalam mengerjakan tugas kelompok.
Kelompok atau organisasi akan runtuh karena praktik yang tidak jujur (Rafi et al.,
2013). Apabila dimensi honesty-humility yang mendominasi dalam diri individu,
maka semakin kecil kemungkinan individu tersebut melakukan perilaku social
loafing. Individu yang memiliki tipe kepribadian honesty-humlity tanggung jawab
sebagai anggota kelompok. Inidvidu dengan trait ini akan mengedepankan
kejujuran dalam kelompok dan ketulusan membantu kelompok.
Trait kepribadian emotionality (E) memiliki karakteristik seperti
kegelisahan, ketakutan, sentimentalitas, ketergantungan, dan reaktivitas emosional
(Ashton & Lee, 2007). Mahasiswa yang sering gelisah dan memiliki rasa takut
yang besar, akan lebih mudah menyerah pada saat bekerja dalam kelompok.
21
Individu akan merasakan ketergantungan dalam bekerja kelompok untuk
kepentingan semata-mata untuk menenangkan dirinya. Individu yang memiliki
tipe kepribadian emotionality tinggi diprediksi akan melakukan perilaku social
loafing. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian menggunakan big five oleh Ulke
dan Bilgic pada 2011 yang menemukan bahwa kepribadian neuroticism
berkolerasi positif signifikan dengan social loafing.
Mahasiswa dengan kepribadian extraversion (X) memiliki kepribadian
senang berbicara, suka menjadi pusat perhatian, ramah dan suka bersosialisasi
(Ashton & Lee, 2007). Hal ini tentu disebabkan karena, pada umumnya orang
yang senang berbicara (banyak omong) dengan memberikan saran atau masukan
namun tidak disertai tindakan yang mengakibatkan hasil tugas tidak maksimal.
Hal ini didukung dengan penelitian Ulke dan Bilgic (2011) yang menyebutkan
tipe kerpibadian extraversion memiliki hubungan positif signifikan dengan social
loafing. Individu yang memiliki tipe kepribadian extraversion diprediksi
melakukan social loafing.
Trait kepribadian agreeablenes (A) memiliki sifat pemaaf, mudah percaya,
toleran, serta merupakan pribadi yang penuh kehangatan (Ashton & Lee, 2007).
Trait ini memiliki faktor penting dalam performa kelompok dikarenakan memiliki
sifat yang hangat dan kooperatif dalam kelompok, hal ini tentunya akan sangat
membantu dalam menyelesaikan tugas. Individu yang memiliki tipe kepribadian
agreeableness cenderung enggan untuk melakukan perilaku social loafing. Hal
tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Schippers (2014) bahwa
kepribadian agreeableenes berkorelasi negatif signifikan dengan social loafing.
22
Trait kepribadian conscientiousness (C) memiliki karakteristik teliti, hati-
hati, berambisi dan tekun (Ashton & Lee, 2007). Mahasiswa yang teliti cenderung
akan menunjukkan produktivitas yang lebih besar daripada mahasiswa yang tidak
teliti. Hal ini tentunya akan sangat membantu dalam menyelesaikan tugas dan
mencegah terjadinya melakukan social loafing. Individu yang memiliki tipe
kepribadian conscientiousness, cenderung enggan melakukan social loafing. Hal
tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Schippers (2014) bahwa
kepribadian conscientiousness berkorelasi negatif signifikan dengan social
loafing.
Trait kepribadian openness to experience (O) memiliki karakteristik pribadi
yang terbuka, imajinasi yang tinggi, fleksibel, dan memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi (Ashton & Lee, 2007). Individu ini sering digambarkan sebagai orang yang
menyukai hal - hal baru dan out of the box. Mahasiswa dengan kecenderungan
tinggi pada kepribadian openness to experience dapat mudah beradaptasi dengan
lingkungannya. Individu tersebut menyukai bekerja dalam kelompok karena akan
mendapatkan pengalaman belajar baru dalam kelompok tersebut yang menjadikan
berpartisipasi aktif dalam tugas. Individu yang memiliki tipe kepribadian
openness to experience akan cenderung enggan melakukan perilaku social
loafing. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ziapour et al.
(2014) bahwa kepribadian openness berkorelasi negatif signifikan dengan social
loafing.
Selain faktor diatas, masih terdapat penyebab terjadinya social loafing yaitu
tidak adanya kelekatan anggota kelompok atau noncohesiveness. Variabel ini
23
cukup kuat dalam mempengaruhi perilaku social loafing, salah satu penelitian
menurut Høigaarda, Ingve Toftelanda dan Yngvar Ommundsenb (2006) yang
berjudul “The Effect of Team Cohesion on Social Loafing in Relay Teams”.
Adapun penelitian pertama yang dilakukan pada variabel ini oleh Karau dan Hart
(1998) yang berjudul “Group Cohesiveness and Social Loafing: Effect of a Social
Interaction Manipulation on Individual Motivation Within Groups”.
Penelitian mengenai kohesivitas kelompok, erat kaitannya dengan olahraga
tim. Karena dalam olahraga tim, mereka membutuhkan kekompakan. Hampir
semua penelitian olahraga kohesivitas kelompok yang dikaitkan dengan performa
kelompok berhubungan positif signifikan Carron et al. (2002; Hoigaard,
Safvenbom, dan Tonnesen (2014). Kohesivitas kelompok yang tinggi sangat
membantu dalam kinerja yang lebih baik. Karau dan Hart (1998) menyatakan
bahwa jika individu tidak menyukai anggota yang lain dan tidak merasa kelekatan
yang kuat, mereka lebih mungkin untuk terlibat dalam social loafing. Social
loafing ditemukan hanya terjadi pada kelompok – kelompok yang tidak kohesif
atau berkohesivitas rendah.
Keterkaitan antara kohesivitas kelompok dengan tindakan social loafing
dapat ditemukan beberapa penelitian terdahulu. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hoigard, Safvenbom, dan Tonnessen (2006) yang menyatakan
bahwa individual attarction to group-task (ATG-T) merupakan variabel yang
secara signifikan mempengaruhi social loafing. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan motivasi intrinsik dari para anggota organisasi kedaerahan sehingga
mengurangi anggapan bahwa rekan kerjanya akan melakukan social loafing.
24
Penelitian yang dilakukan oleh (Aulia dan Saloom, 2013) menggunakan empat
dimensi kohesivitas kelompok dan hanya dua dimensi yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap social loafing yaitu individual attarction to group-social
(ATG-S) dan individual attraction to group-task (ATG-T),
Penelitian yang dilakukan oleh Hoigaard, Safvenbom, dan Tonnesen (2014)
yang berjudul “The Relationships Between Group Cohesion, Group Norms and
Perceived Social Loafing in Soccer Teams”. Lalu penelitian yang dilakukan oleh
Lam (2015) dengan judul penelitian “The Role of Communication and Cohesion
in Reducin Social Loafing in Group Projects. Business and Proffesional
Communication Quarterly”. Hasil penelitian Hoigaard, Safvenbom, dan Tonnesen
(2014) dan Lam (2015) menyatakan bahwa kohesivitas kelompok memiliki
hubungan yang signifikan dengan social loafing.
Atas dasar inilah penulis ingin melihat apakah Dimensi Kepribadian dan
Kohesivitas Kelompok Mempengaruhi Social Loafing Mahasiswa. Secara
singkatnya kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar berikut ini :
25
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berfikir
Social
Loafing
Group Integration–
Social
Group Integration–
Task
Individual Attraction to
The Group–Social
Individual Attractions
to The Group–Task
Kohesivitas Kelompok
Openeness to Experience
Conscientiousness
Agreableness
Extraversion
Emotionally
Honesty-Humility
Hexaco
26
2.5 Hipotesis Penelitian
H1 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian (honesty-humility, emotionally,
extravertion, agreeableness, conscientiouness dan openness) dan kohesivitas
kelompok (individual attractions to the group – task, individual attraction to the
group – social, group integration – task dan group integration – social) terhadap
social loafing mahasiswa.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian honesty-humility terhadap social
loafing
H3 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian emotionally terhadap social
loafing.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian extravertion terhadap social
loafing.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian agreeableness terhadap social
loafing.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian conscientiousness terhadap
social loafing.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan kepribadian openness to experience terhadap
social loafing.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan kohesvitas kelompok (individual attractions
to the group–task) terhadap social loafing.
H9 : Ada pengaruh yang signifikan kohesvitas kelompok (individual attraction to
the group–social) terhadap social loafing.
27
H10 : Ada pengaruh yang signifikan kohesvitas kelompok ( group integration-
task) terhadap social loafing.
H11 : Ada pengaruh yang signifikan kohesvitas kelompok (group integration–
social) terhadap social loafing.
28
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif di 11 fakultas
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 33.291
orang. Terdiri dari fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan (FITK), fakultas adab dan
humaniora (FAH), fakultas ushuluddin dan filsafat (FUF), fakultas syariah dan
hukum (FSH), fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi (FIDKOM), fakultas
dirasat islamiyah (FDI), fakultas psikologi (FPSI), fakultas ekonomi dan bisnis
(FEB), fakultas sains dan teknologi (FST), fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan (FKIK), fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP). Total penelitian
ini membagikan 360 instrumen, namun jumlah yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah 232 orang.
3.2 Teknik dan Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-
probability sampling dimana seluruh anggota populasi tidak memiliki peluang
yang sama untuk menjadi sampel.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain.
Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah Social
Loafing pada Mahasiswa (Y).
2. Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini adalah:
29
Kepribadian hexaco
1) Honesty-humility (X1)
2) Emotionally (X2)
3) Extravertion (X3)
4) Agreeableness (X4)
5) Conscientiouness (X5)
6) Openness to experience (X6)
Kohesivitas Kelompok
1) Individual Attractions to The Group – Task (X7)
2) Individual Attraction to The Group – Social (X8)
3) Group Integration – Task (X9)
4) Group Integration – Social (X10)
3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian kali ini adalah social loafing yaitu berkrangnya
usaha individu ketika bekerja dengan orang lain dibanding saat individu bekerja
sendiri.
2. Kepribadian (independent variable)
Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen,
baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang. Hexaco
merupakan pengembangan dari struktur kepribadian big five yang terdapat
penambahan satu dimensi (enam dimensi) yaitu honesty-humility serta diubahnya
dimensi big five yaitu neuroticism menjadi emotionally. Penulis akan
30
menggunakan struktur kepribadian hexaco dalam penelitian kali ini.:
1. Dimensi Honesty-humility (H) biasanya didefinisikan oleh kejujuran,
keadilan, rendah hati dan tulus dalam bekerja sama. Penambahan dimensi
Honesty-humility adalah salah satu yang terpenting dalam karakteristik
model HEXACO, dan merupakan salah satu perbedaan utama dari
kepribadian Big Five atau Model Lima Faktor atau Five Factor Model
(FFM).
2. Emotionality (E) didefinisikan oleh karakteristik seperti kegelisahan,
ketakutan dan ketergantungan. Selain itu menunjukkan pribadi yang sering
menolak.
3. Extraversion (X) adalah individu menyukai hal-hal berbau sosial seperti
bersosialisasi, kepemimpinan dan hiburan. Individu ini terkait dengan sifat
ekspresif, banyak bicara, ramah dan ceria.
4. Agreeableness (A) adalah individu yang mempunyai kecenderungan untuk
memaafkan dan toleran terhadap orang lain, dapat bekerja sama dengan
orang lain walau ia merasa telah dimanfaatkan.
5. Conscientiousness (C) Individu ini menyukai hal-hal yang berhubungan
dengan tugas seperti pekerjaan, perencanaan dan organisasi.
Dikonseptualisasikan sebagai memiliki empat segi yaitu teratur, rajin,
perfeksionis, dan bijaksana.
6. Openness to Experience (O) memiliki karakteristik, yaitu mencintai
keindahan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif, dan tidak
konvensional. Individu ini menyukai hal-hal berkaitan dengan ide seperti
31
belajar, berfikir dan imajinasi.
3. Kohesivitas Kelompok (independent variable)
Kohesivitas kelompok adalah kekuatan ikatan yang menghubungkan anggota
kelompok secara keseluruhan, perasaan belongingness dan perasaan ketertarikan
bagi anggota kelompok tertentu dan kelompok itu sendiri yang dialami oleh
individu dalam tugas kelompok. Kohesivitas kelompok terdiri dari empat dimensi
yaitu :
1) Individual Attractions to The Group–Task (daya tarik individu pada
kelompok tugas). Setiap individu dalam kelompok merasa kelompok
adalah sebuah keluarga, tim, dan komunitasnya serta memiliki kesamaan
dalam menyelesaikan tugas – tugas kelompok.
2) Individual Attraction to The Group–Social (daya tarik individu pada
kelompok sosial). Dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu
berhubungan.
3) Group Integration–Task (integrasi kelompok tugas). Individu melakukan
kerjasama dalam melaksanakan tugas – tugas kelompok sebagai upaya
untuk mencapai tujuan.
4) Group Integration–Social (integrasi kelompok sosial). Individu memiliki
keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama dalam kelompok sosial
untuk mencapai tujuan kelompok.
3.5 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket. Angket (kuesioner)
adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu
32
masalah atau bidang yang akan diteliti yang disebarkan kepada responden.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah skala likert dengan
enam pilihan jawaban yaitu 1=sangat tidak sesuai, 2=tidak sesuai, 3=sesuai,
4=sangat sesuai. Variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataan. Pernyataan terdiri dari peryataan
positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Jawaban setiap
instrumen ini memiliki tingkat dari yang tertinggi (sangat positif) dan terendah
(sangat negatif) dan diukur melalui item dengan empat skala jawaban sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Skor skala likert
Alternatif Pilihan Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat tidak sesuai/ Sangat sesuai 1 4
Tidak sesuai/ Sesuai 2 3
Sesuai/ Tidak sesuai 3 2
Sangat sesuai / Sangat tidak sesuai 4 1
3.6 Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan skala likert. Instrumen pengumpulan
data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur, yaitu alat ukur social loafing,
alat ukur kepribadian hexaco dan alat ukur kohesivitas kelompok. Peneliti akan
menggunakan empat pilihan jawaban berskalakan 1 sampai dengan 4 dengan
rincian Sangat Tidak Sesuai (STS) hingga Sangat Sesuai (SS).
33
3.6.1 Alat ukur social loafing
Instrumen akan menggunakan alat ukur yang digunakan diambil dari alat ukur
George (1992). Terdiri dari 10 item dan dalam penelitiannya menggunakan
sample mahasiswa.
Tabel 3.2
Blue print skala social loafing
3.6.2 Alat ukur kepribadian hexaco
Penulis dalam penelitian kali ini akan menggunakan Brief Hexaco Inventory
(BHI), karena banyaknya item yang terdapat dalam HEXACO–PI–R mencapai
ratusan item. Alat ukur BHI hanya memiliki 24 item dengan 4 item untuk masing-
masing aspek yang dimiliki. BHI merupakan kuesioner pertama yang
mengoperasionalkan enam model kepribadian hexaco (Vries, 2013). Skala ini
disusun berdasarkan indikator tertentu yang terdapat pada aspek-
Dimensi Indikator Nomor
Item
Jumlah Contoh Item
Dillution Effect Tidak dihargai dalam
kelompok tugas,
Menunda atau melalaikan
tugas, tidak mau terikat
dalam pengerjaan tugas
1,2,7
3*,6*
5 2. Saya mengurangi usaha dalam
tugas kelompok ketika ada teman
lain yang mengerjakannya
Immediacy Gap Kurangnya interaksi atau
hubungn dalam
kelompok, merasa asing
dalam kelompok,
Mempunyai kontribusi
yang kecil dalam tugas,
terisolasi dalam kelompok
4,8,9,
10,5*
5 10. Dalam beberapa tugas, saya
meminta teman untuk mengerjakan
tugas kelompok saya karena ada
kepentingan yang lebih mendesak
Total 10
Keterangan:*Unfavorabe
34
aspek tipe kepribadian yaitu : openness, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, emotionally dan honesty-humiliity.
Keterangan : *unfavorable
3.6.3 Alat ukur Kohesivitas Kelompok
Penelitian akan ini menggunakan skala Group Evironment Questionnaire (GEQ)
yang dikembangkan oleh Carron et. al. pada tahun 2002, namun dikembangkan
kembali pada tahun 2009 pada tim olahraga. Alasan menggunakan alat ukur ini
adalah karena dimensi–dimensi yang digunakan sangat berkaitan erat dengan
perilaku social loafing. Skala terdiri dari 18 item. Item – item tersebut diadaptasi
dan akan disesuaikan dengan konteks penelitian yang ada di Indonesia.
Tabel 3.3
Blue print skala kepribadian hexaco
Dimensi Indikator Nomor
Item
Jumlah Contoh Item
Honesty-Humility
Emotionally
Extraversion
Agreeableness
Ketulusan, Keadilan,
Menghindari Keserakahan,
Kesederhanan
Rasa takut, Kecemasan,
Ketergantungan,
Sentimental
Ekspresi, Keberanian
Sosial, Keramahan,
Keaktifan
Memaafkan, Kelembutan,
Fleksibel, Kesabaran.
6, 12*, 18*,
24*
5, 11*, 17*,
23
4*, 10, 16,
22*
3*, 9*, 15,
21
4
4
4
4
6. Saya sulit berbohong
5. Saya takut merasakan
sakit
4. Tidak ada seorang pun
yang suka berbicara dengan
saya
3. Saya tidak dapat
bersahabat dengan orang
yang jahat kepada saya
Conscientiousness
Openness to
Experience
Total
Organisasi, Ketekunan,
Perfeksionis, Kebijaksanaan
Keindahan, Rasa Ingin
tahu, Kreatifitas, Tidak
Konvensional
2, 8*, 14,
20*
1, 7*, 13,
19
4
4
24
2. Saya memastikan sesuatu
berjalan seperti seharusnya
1. Saya bisa melihat sebuah
gambar/lukisan dalam
waktu yang lama
35
Tabel 3.4
Blue Print Skala Kohesivitas Kelompok
Dimensi Indikator Nomor
Item
Jumlah Contoh Item
Individual
Attractions to The
Group – Task
Percaya kelompok akan
memberikan pengalaman
yang baik secara individu,
Mempunyai kepercyaan
terhadap kinerja kelompok
5,10,14,6* 4 10. Tim memberi
kesempatan bagi saya untuk
meningkatkan kinerja
Individual
Attraction to The
Group – Social
Tertarik terdahap kelompok
secara utuh, Ingin
berkumpul bersama
kelompok
2, 4, 9 ,11,
13, 16
6 2. Saya mengajak anggota
kelompok untuk melakukan
berbagai hal bersama
Group Integration
– Task
Senang bekerjasama dengan
anggota kelompok,
Menyelesaikan masalah
bersama
1, 3, 8,
18,12*
5 3. Tim memiliki tujuan
yang sama
Group Integration
– Social
Menjaga perpecahan antar
anggota, Rasa memiliki
terhadap kelompok
7, 15, 17 3 7. Kami pergi bersama
kapanpun saat ada
kesempatan
Total 18
Keterangan: *Unfavorable
3.7 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) terdiri dari tiga
langkah. Tiga langkah yang dilakukan pada CFA (Umar, 2012) yaitu:
1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item
saling berkorelasi (hipotesis uni-dimensional item). Hipotesis ini diuji
dengan chi-square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada
perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks
korelasi yang dihtung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak
signifikan (p>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada
36
perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model”
tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja (uni-
dimensional). Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05) maka
hipotesis nihil tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuiji ternyata
mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan
demikian maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan kesalahan pengukuran pada item-item saling berkorelasi
tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor (uni-
dimensional). Jika sudah diperoleh model yang fit(tetapi tetap uni-
dimensional maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi
sumber tidak fit, yaitu :
1) Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari
masing- masing item dengan menggunakan t-test, jika nilai t yang
diperoleh pada sebuah item tidak signifikan (t<1.96) maka item
tersebut akan di drop karena dianggap tidak signifikan sumbangannya
terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.
2) Melihat arah dari koefisien muatan faktor (faktor loading). Jika suatu
item memiliki muatan faktor negatif, makan item tersebut di drop
karena tidak sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai
pada item tersebut semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).
3) Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya
37
korelasi parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan
pengukuran pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan
pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu
banyak korelasi seperti ini (misalnyalebih dari tiga), maka item
tersebut juga akan di drop. Alasannya adalah karena item yang
demikian selain mengukur apa yang ingin di ukur juga mengukur hal
lain (multidemensional item).
4) Menghitung faktor skor.Jika langkah langkah di atas telah dilakukan,
maka diperoleh item-item yang valid untuk mengukur apa yang ingin
di ukur (Umar, 2012).
3.7.1 Uji validitas konstruk skala perilaku social loafing
Uji validitas konstruk skala perilaku social loafing dilakukan menggunakan
software Lisrel untuk menguji 10 item yang bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur perilaku social loafing. Berdasarkan pengujian diperoleh chi-
square sebesar 364.02; degree of freedom (df) sebanyak 35; p-value sebesar
0.0000; dan RMSEA sebesar 0.202. Karena p-value>0.05 dan RMSEA<0.05
maka model dinyatakan tidak fit.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan
memperbolehkan error antar item yang saling berkorelasi. Untuk dapat
memodifikasi model dengan melihat output Lisrel dan mencari nilai error antar
item yang paling besar. Setelah melakukan modifikasi model sebanyak 21 kali,
diperoleh nilai chi-square sebesar 32.66; degree of freedom (df) sebanyak 23; p-
value sebesar 0.08716; dan RMSEA sebesar 0.043. Nilai p-value>0.05 dan nilai
38
RMSEA<0.05 sudah sesuai dengan kriteria model fit. Selanjutnya, peneliti ingin
melihat item mana yang memang mengukur apa yang hendak diukur atau valid
dan mana yang tidak valid dengan kriteria item valid yaitu memiliki nilai t-
value>1.96. Adapun factor loading, standard error, dan t-value dari masing-
masing item tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Muatan Faktor item Social Loafing
Berdasarkan tabel 3.5, dari total 10 item terdapat satu item yang kriteria nilai t-
value<1.96 yaitu item 3, maka item tersebut harus di eliminasi.
3.7.2 Uji validitas alat ukur hexaco
1. Honesty-humility
Penulis menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur honesty-humility. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, diperoleh nilai chi-square sebesar 0.57; degree of freedom (df)
sebanyak 2; p-value sebesar 0.75345; dan RMSEA sebesar 0.0000.
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu honesty- humility.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
No.Item. Lambda Std.Error t- value Signifikan
1 0.44 0.07 6.73 v
2 0.49 0.07 7.22 v
3 -0.10 0.06 -1.58 x
4 0.38 0.07 5.09 v
5 0.53 0.06 8.33 v
6 0.62 0.09 6.75 v
7 0.72 0.06 11.3 v
8 0.70 0.07 9.81 v
9 0.53 0.06 8.33 v
10 0.71 0.07 9.86 v
39
diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 dibawah ini.
Tabel 3.6
Muatan Faktor item Honesty-Humility
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
6 0.10 0.07 1.48 x
12 0.19 0.10 1.98 v
18 1.21 047 2.58 v
24 0.34 0.15 2.33 v
Berdasarkan tabel 3.6 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan
karena t>1.96 atau t <-1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk mengukur apa
yang hendak diukur.
2. Emotionality
Penulis menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur emotionally. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, diperoleh nilai chi-square=2.14, df=2, P-value=0.34279,
RMSEA=0.017.
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu emotionally.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t>1.96, maka item tersebut signifikan dan
40
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item ekspresi diri dapat
dilihat pada tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Muatan Faktor item Emotionally
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
5 0.55 0.12 4.54 v
11 0.44 0.10 4.19 v
17 -0.04 0.09 -0.39 x
23 0.46 0.11 4.29 v
Berdasarkan tabel 3.7 diatas terlihat bahwa hanya satu item yang mengukur
emotionally signifikan, tiga item yang signifikan dengan t>1.96 dan bertanda
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini hanya satu item yang di drop
dengan t<1.96.
3. Extraversion
Penulis menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur extraversion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, diperoleh nilai chi-square=42.02, df=2, P-
value=0.00000, RMSEA=0.294. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-square =
0.96, df = 1, P-value=0.32693, RMSEA=0.000.
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu extraversion.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
41
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 dibawah ini.
Tabel 3.8
Muatan Faktor item Extraversion
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
4 0.60 0.10 6.20 v
10 0.38 0.08 4.69 v
16 0.33 0.08 4.14 v
22 0.78 0.11 6.85 v
Berdasarkan tabel 3.8 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan
karena t>1.96 atau t<-1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk mengukur apa
yang hendak diukur.
4. Agreeablenes
Penulis menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur agreeablenes. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, diperoleh nilai chi-square=18.96, df=2,
P-value=0.00008, RMSEA=0.192. Oleh sebab itu penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-
square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000. Artinya seluruh item hanya
mengukur satu faktor yaitu agreeablenes.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
42
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9
Muatan Faktor item Agreeablenes
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
3 0.76 0.16 4.81 v
9 0.48 0.11 4.28 v
15 -0.04 0.14 -0.26 x
21 0.33 0.09 3.65 v
Berdasarkan tabel 3.9 diatas terlihat bahwa hanya satu item yang mengukur
agreeablenes signifikan, tiga item yang signifikan dengan t>1.96 dan bertanda
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini hanya satu item yang di drop
dengan t<1.96.
5. Conscientiousness
Penulis menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, diperoleh nilai chi-square=2.78, df=2, P-
value=0.24909, RMSEA=0.041.
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu conscientiousness.
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t>1.96, maka item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item ekspresi diri dapat
dilihat pada tabel 3.10 berikut.
43
Tabel 3.10
Muatan Faktor item Conscientiousness
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
2 0.79 0.09 9.16 v
8 0.65 0.08 8.10 v
14 0.48 0.07 6.38 v
20 0.20 0.08 2.66 v
Berdasarkan tabel 3.10 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan
karena t>1.96 atau t <-1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk mengukur apa
yang hendak diukur.
6. Openess to Experience
Penulis menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur openness to experience. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, diperoleh nilai chi- square = 6.16,
df=2, P-value=0.04586, RMSEA=0.095. Oleh sebab itu penulis melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-
square=0.05, df = 1, p-value=0.81909, RMSEA=0.000
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu openness to
experience. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t>1.96, maka item tersebut signifikan dan
44
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item ekspresi diri dapat
dilihat pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11
Muatan Faktor item Openess to Experience
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
1 0.20 0.11 1.83 x
7 0.46 0.11 4.16 v
13 0.49 0.12 4.27 v
19 0.47 0.11 4.19 v
Berdasarkan tabel 3.11 diatas terlihat bahwa hanya satu item yang mengukur
agreeablenes signifikan, tiga item yang signifikan dengan t>1.96 dan bertanda
positif. Artinya, berdasarkan hasil pengujian ini hanya satu item yang di drop
dengan t<1.96.
3.7.3 Uji validitas alat ukur kohesivitas kelompok
1. Individual Attraction to The Group – Task
Penulis menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur individual attraction to the group–task. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, diperoleh nilai chi-
square=21.36, df=2, P-value=0.00002, RMSEA=0.205. Oleh sebab itu penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model
fit dengan chi-square = 0.00 df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA=0.000.
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu individual
attraction to the group–task. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
45
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1.96, maka item
tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk
item ekspresi diri dapat dilihat pada tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Individual Attraction to The Group–Task
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
5 0.41 0.09 4.46 v
6 0.58 0.08 7.06 v
10 0.52 0.08 6.59 v
14 0.75 0.09 8.16 v
Berdasarkan tabel 3.13 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan
karena t>1.96 atau t<-1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk mengukur apa
yang hendak diukur.
2. Individual Attraction to The Group–Social
Penulis menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur individual attraction to the group-social. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, diperoleh nilai chi-
square=59.98, df=9, P-value=0,00000, RMSEA=0.157. Oleh sebab itu penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model
fit dengan chi-square=4.57, df=4, P-value=0.33382, RMSEA=0.025.
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu individual
46
attraction to the group–task. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1.96, maka item
tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk
item ekspresi diri dapat dilihat pada tabel 3.13 berikut.
Tabel 3.13
Muatan Faktor Individual Attraction to The Group – Social
Berdasarkan tabel 3.13 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan
karena t>1.96 atau t <-1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk mengukur apa
yang hendak diukur.
3. Group Integration – Task
Penulis menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur group integration–task. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, diperoleh nilai chi- square=54.36,
df=5, P-value=0.00000, RMSEA=0.207. Oleh sebab itu penulis melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
2 0.73 0.07 9.79 v
4 0.59 0.07 8.29 v
9 0.61 0.08 8.67 v
11 0.39 0.08 5.14 v
13 0.50 0.08 5.87 v
16 0.50 0.08 6.51 v
47
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model fit dengan chi-
square=2.36 df=3, P-value=0.50058, RMSEA=0.000.
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu group integration–
task. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t>1.96, maka item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item ekspresi diri dapat
dilihat pada tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14
Muatan Faktor Group Integration–Task
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
1 0.58 0.07 8.86 v
3 0.64 0.08 8.37 v
8 0.73 0.06 11.53 v
12 0.47 0.07 7.26 v
18 0.89 0.06 14.21 v
Berdasarkan tabel 3.14 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan
karena t>1.96 atau t <-1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk mengukur apa
yang hendak diukur.
4. Group Integration – Social
Penulis menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur group integration–sosial. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor dan diperoleh nilai chi-square=0.00, df=0, P-
48
value=1.00000, RMSEA=0.000.
Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu group integration–
social. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t>1.96, maka item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item ekspresi diri dapat
dilihat pada tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15
Muatan Faktor Group Integration–Social
No.Item Lambda Std.Error t-value Signifikan
1 0.50 0.08 6.58 v
15 0.85 0.09 9.26 v
17 0.60 0.08 7.56 v
Berdasarkan tabel 3.15 nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan
karena t>1.96 atau t <-1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item
yang muatan faktornya negatif. Artinya, seluruh item valid untuk mengukur apa
yang hendak diukur.
3.8 Metode Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya
pengaruh dari sekumpulan variabel indipenden terhadap variabel dependen.
Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini yaitu:
𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝟏𝑿𝟏 + 𝒃𝟐𝑿𝟐 + 𝒃𝟑𝑿𝟑 + 𝒃𝟒𝑿𝟒 + 𝒃𝟓𝑿𝟓 + 𝒃𝟔𝑿𝟔 + 𝒃𝟕𝑿𝟕 + 𝒃𝟖𝑿𝟖 + 𝒃𝟗𝑿𝟗 +
49
𝒃𝟏𝟎𝑿𝟏𝟎 + 𝒆
Keterangan:
Y = Dependent Variabel (social loafing) a = konstan
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Honesty-Humility
X2 = Emotionally
X3 = Extraversion
X4 = Agreeableness
X5 = Conscientiousness
X6 = Openess to Experience
X7 = Individual Attractions to The Group –Task
X8 = Individual Attraction to The Group –Social
X9 = Group Integration–Task
X10 = Group Integration–Social
e = residu
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini, true
score adalah faktor yang dihitung dengan menggunakan software SPSS dengan
menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien
regresi tidak mengalami atenuasi atau underestimated (koefisien regresi yang
terhitung lebih rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan).
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians resiliensi yang
dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV bisa diukur dengan rumus R², dimana:
50
Keterangan:
R² : koefisien determinan berganda
SS reg : jumlah kuadrat regresi
SS y : jumlah kuadrat dari variable y
Selanjutnya R² dapat diuji signifikan atau tidak dengan uji F (F test),
adapun rumus uji F adalah sebagai berikut:
Dimana k adalah jumlah independent variabel dan N adalah jumlah
sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-
variabel independent yang diujikan memiki pengaruh yang signifikan atau tidak
terhadap dependent variabel.
51
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Jakarta Strata Satu Semester
1-11 atau mahasiswa semester 1, 3, 5, 9 dan 11 yang berjumlah 232 mahasiswa.
Gambaran umum subjek penelitian digambarkan berdasarkan ciri-ciri demografi,
seperti jenis kelamin, usia, semester, daerah asal, tempat tinggal dan fakultas.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Karakteristik sampel Jumlah Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki 78 33.6%
Perempuan 154 66.4%
Usia 17 tahun 2 0.9%
18 tahun 16 6.9%
19 tahun 29 12.5%
20 tahun 56 24.1%
21 tahun 70 30.2%
22 tahun 46 19.8%
23 tahun 10 4.3%
24 tahun 3 1.3%
Semester Semester 1 20 8.6%
Semester 3 45 19.4%
Semester 5 35 15.1%
Semester 7 118 50.9%
Semester 9 10 4.3%
Semester 11 4 1.7%
Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) 31 13.4%
Ilmu Dirasat Islamiyah (FDI) 14 6%
Ekonomi dan Bisnis (FEB) 18 7.8%
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM)
18 7.8%
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP)
17 7.3%
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK)
32 13.8%
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) 28 12.1%
Psikologi (FPSI) 14 6%
Syariah dan Hukum (FSH) 19 8.2%
Sains dan Teknologi (FST) 27 11.6%
Ushuluddin dan Filsafat (FUF) 14 6%
52
Berdasakan tabel 4.1 responden laki-laki berjumlah 78 orang (33,6%) dan
responden perempuan berjumlah 154 orang (66,4%). Dengan demikian,
responden yang terdapat dalam penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin
perempuan. Kemudian responden berusia 17 terdapat 2 orang (0,9%),
responden berusia 18 terdapat 16 orang (6,9%), responden berusia 19 terdapat 29
orang (12,5%), responden berusia 20 terdapat 56 orang (24,1%), responden
berusia 21 terdapat 70 orang (30,2%), responden berusia 22 terdapat 46 orang
(19,8%), responden berusia 23 terdapat 10 orang (4,3%), dan responden berusia
24 terdapat 3 orang (1,3%).
Responden semester 1 berjumlah 20 orang (8,6%), responden semester 3
berjumlah 45 orang (19,4%), responden semester 5 berjumlah 35 orang (15,1%),
responden semester 7 berjumlah 118 orang (50,9%), responden semester 9
berjumlah 10 orang (4,3%), dan responden semester 11 berjumlah 4 orang (1,7%).
Responden yang paling banyak yaitu mahasiswa semester 7 dengan setengah dari
totakl responden atau 118 mahasiswa (50.9%).
Responden berdasarkan 11 fakultas, dapat dilihat bahwa responden
mahasiswa Fakultas Adab Humaniora berjumlah 31 orang (13,4%), responden
mahasiswa Fakultas Dirasat Islam berjumlah 14 orang (6%), responden responden
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis berjumlah 18 orang (7,8%), mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi berjumlah 18 orang (7,8%), responden
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berjumlah 17 orang (7,3%),
responden mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kedokteran berjumlah 32
orang (13,8%), responden mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
53
berjumlah 28 orang (12,1%), responden mahasiswa Fakultas Psikologi berjumlah
14 orang (6%), responden mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum berjumlah 19
orang (8,2%), responden mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi berjumlah 27
orang (11,6%), responden mahasiswa Fakultas Ushuluddin berjumlah 14 orang
(6%), Dengan demikian, responden yang terdapat dalam penelitian ini sebagian
besar adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran.
4.2 Analisis Deskriptif
Pada penelitian ini, skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor yang
dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran yang
merupakan hasil proses konversi raw score, skor ini disebut true score. Proses ini
dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antara skor hasil
penelitian variabel-variabel yang diteliti.
Dengan demikian, raw score pada setiap variabel harus diletakan pada
skala yang sama. Untuk memperoleh deskripsi statistik, dihitung item-item yang
valid dan positif, sehingga didapatkan faktor skor. Jadi, penghitungan skor faktor
ini tidak menunjukan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung
true score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang
bermuatan positif dan signifikan.
T-Score= (skor faktor x 10) + 50
Setelah didapatkan skor faktor yang telah dirubah menjadi true score, nilai
baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Hal
tersebut berlaku juga untuk semua variabel pada penelitan ini. Skor tersebut
disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini:
54
Tabel 4.2
Analisis deskripstif
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui deskripsi statistik pada seluruh variabel
independen maupun variabel dependen dengan masing-masing nilai mean 50 dan
SD 10. Nilai minimum untuk variabel social loafing yaitu 20.27 dan nilai
maksimumnya yaitu 78.04.
Kedua, nilai minimum honesty-humility yaitu 35.22 dan nilai
maksimumnya 74.78. Ketiga, nilai minimum emotionally yaitu 31.06 dan nilai
maksimumnya 65.93.Keempat, nilai minimum extraversion yaitu 34.90 dan nilai
maksimumnya 74.80. Kelima, nilai minimum agreeableness yaitu 17.78 dan
nilai maksimumnya 60.24. Keenam, nilai minimum conscientiousness
yaitu 23.19 sedangkan nilai maksimumnya 62.93. Ketujuh, nilai minimum
openess to experience yaitu 31.59 dan nilai maksimumnya 63.32. Kedelapan, nilai
minimum nilai minimum individual attractions to the group-task yaitu 13.98 dan
Variabel N Min Max Mean Std. D
Social Loafing 232 20.27 78.04 50 10.00000
Honesty-Humility 232 35.22 74.78 50 8.87109
Emotionally 232 31.06 65.93 50 6.57527
Extraversion 232 34.90 74.80 50 8.89175
Agreeableness 232 17.78 60.24 50 7.48602
Conscientiousness 232 23.19 62.93 50 8.16178
Openess to Experience 232 31.59 63.32 50 5.83604
Individual Attractions to The
Group-Task
232 13.98 68.28 50 8.89012
Individual Attractions to The
Group-Social
232 21.71 72.03 50 8.23069
Group Integration-Task 232 13.54 68.69 50 8.92871
Group Integration-Social 232 35.32 67.03 50 8.14053
55
nilai maksimumnya 68.28. Kesembilan individual attractions to the group-social
yaitu 21.71 dan nilai maksimumnya 72.03. Kesepuluh, group integration-task
yaitu 13.54 dan nilai maksimumnya 68.69. Kesebelas, nilai minimum group
integration-social yaitu 35.32 dan nilai maksimumnya 67.03.
4.2.1 Kategorisasi variabel
Peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk membuat norma
ketegorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw score
tetapi merupakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan rumus T-
score yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Nila tersebut menjadi
bataspeneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi dari masing-
masing variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3
Rumus kategorisasi
Kategorisasi Rumus
Rendah <M -1SD
Sedang M – SD < x < M + SD
Tinggi >M -1SD
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4 berikut.
56
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi Persentase
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Social Loafing 33 157 42 14.2% 67.7% 18.1%
Honesty-Humility 33 154 45 14.2% 66.4% 19.4%
Emotionally 13 199 20 5.6% 85.8% 8.6%
Extraversion 37 152 43 15.9% 65.5% 18.5%
Agreeableness 13 206 13 5.6% 88.8% 5.6%
Conscientiousness 32 174 26 13.8% 75% 11.2%
Openess to Experience 8 211 13 3.4% 90.9% 5.6%
Individual Attractions to
The Group-Task
33 179 20 14.2% 77.2% 8.6%
Individual Attractions to
The Group-Social
23 183 26 9.9% 78.9% 11.2%
Group Integration-Task 29 173 30 12.5% 74.6% 12.9%
Group Integration-Social 30 181 21 12.9% 78% 9.1%
4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 20.0. Seperti yang sudah
disebutkan pada Bab 3, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat
besaran R square untuk mengetahui varians dependent variable yang dijelaskan
oleh independent variable, kedua apakah secara keseluruhan independent variable
berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable, kemudian terakhir
melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent
variable. Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk melihat berapa
persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable
Selanjutnya untuk tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
57
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model Summary
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Model R R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig.F
Change
1 .360a .129 .090 9.53951 .129 3.284 10 221 .001
a. Predictors: (Constant), Honesty-Humility, Emotionally, Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness,
Openess to Experience, TGT,TGS,GIT,GIS
b. Dependent Variable: SL
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa peroleh R2 sebesar 0.129 atau
12,9%. Artinya proporsi varians dari social loafing yang dijelaskan oleh
independent variabel (honesty-humility, emotionally, extraversion, agreeableness,
conscientiousness, openess to experience, individual attractions to the group-task,
individual attractions to the group-social, group integration-task, dan group
integration-social) adalah sebesar 12,9% sedangkan 87,1% sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain diluar penelitian ini. Langkah kedua peneliti menganalisis
dampak dari seluruh independent variable terhadap social loafing. Adapun hasil
uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2988.505 10 298.850 3.284 .001b
Residual 20111.495 221 91.002
Total 23100.000 231
a. Predictors: (Constant), Honesty-Humility, Emotionally, Extraversion, Agreeableness,
Conscientiousness, Openess to Experience, TGT,TGS,GIT,GIS
b. Dependent Variable: SL
Jika melihat tabel 4.8 di atas dari kiri diketahui bahwa (p < 0,05), maka hipotesis
nihil ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari variabel honesty-
58
humility,emotionally,extraversion,agreeableness,conscientiousness, openess to
experience, individual attractions to the group- task , individual attractions to the
group-social, group integration-task, dan group integration-social terhadap social
loafing. Langkah terakhir adalah melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
dari masing-masing independent variable. Adapun penyajiannya ditampilkan
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 79.047 11.189 7.068 .000
Honesty-Humility -3.725 1.209 -3.304 -3.082 .002*
Emotionally .268 .097 -.176 -2.756 .006*
Extraversion 3.794 1.208 3.373 3.141 .002*
Agreeableness -.095 .092 -.071 -1.032 .303
Conscientiousness .054 -.054 -0.44 -0.640 .523
Openess to Experience -.099 .112 .058 -.891 .374
Individual Attractions to
The Group-Task
-.133 .075 -.118 -1.761 .080
Individual Attractions to
The Group-Social
.013 .093 .010 .136 .892
Group Integration- Task -.127 .080 -.113 -1.578 .116
Group Integration-
Social
.113 .084 .092 1.346 .180
a. Dependent Variable: Social Loafing
Dari tabel 4.7, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, kita cukup melihat sig pada kolom paling kanan (kolom keenam), jika
p<0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan, signifikan pengaruhnya terhadap
social loafing dan sebaliknya. Dari hasil di atas hanya honesty-humility,
59
emotionally, dan extraversion yang signifikan, sedangkan sisanya tidak. Hal ini
berarti dari 10 hipotesis hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari nilai
masing-masing koefisien regresi IV adalah sebagai berikut :
1. Nilai koefisien regresi dimensi honesty-humility sebesar -3.725 dan angka
signifikan sebesar 0.002 (p<0,05) yang berarti variabel honesty-humility
mempengaruhi secara signifikan terhadap social loafing. Artinya semakin
tinggi kecenderungan kepribadian honesty-humility maka social loafing
semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah honesty- humility maka
social loafing semakin tinggi .
2. Nilai koefisien regresi emotionally sebesar .268 dan angka signifikan
sebesar 0.006 (p<0,05) yang berarti variabel emotionally mempengaruhi
secara positif signifikan terhadap social loafing. Artinya semakin tinggi
kecenderungan kepribadian emotionally maka social loafing semakin
tinggi.
3. Nilai koefisien extraversion sebesar 3.794 dan angka signifikan sebesar
0.002 (p<0,05) yang berarti variabel extraversion mempengaruhi secara
positif signifikan terhadap social loafing. Artinya orang dengan
kepibadian extraversion lebih cenderung melakukan social loafing.
4. Nilai koefisien agreeableness sebesar -0.095 dan angka signifikan sebesar
0.303 (p>0.05) yang berarti variabel agreeableness tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap social loafing.
5. Nilai koefisien conscientiousness sebesar 0.054 dan angka signifikan
sebesar 0.523 (p>0.05) yang berarti variabel conscientiousness tidak
60
mempengaruhi secara signifikan terhadap social loafing.
6. Nilai koefisien regresi openess to experience -.099 dan angka signifikan
sebesar 0.374 (p>0.05) yang berarti variabel openess to experience tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap social loafing.
7. Nilai koefisien individual attractions to the group- task sebesar -0.133 dan
angka signifikan sebesar 0.080 (p>0.05) yang berarti variabel individual
attractions to the group-task tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap social loafing.
8. Nilai koefisien individual attractions to the group- social sebesar 0.013
dan angka signifikan sebesar 0.892 (p>0.05) yang berarti variabel
individual attractions to the group-social tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap social loafing.
9. Nilai koefisien group integration-task sebesar -0.127 dan angka signifikan
sebesar 0.116 (p>0.05) yang berarti variabel group integration-task tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap social loafing.
10. Nilai koefisien regresi group integration-social sebesar 0.113 dan angka
signifikan sebesar 0.180 (p>0.05) yang berarti variabel group integration-
social tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap social loafing.
4.4 Analisis Proporsi Varians
Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui hanya terdapat dua IV yang
dampaknya signifikan terhadap social loafing. Namun, peneliti juga ingin melihat
varian dari masing-masing IV yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap
social loafing. Oleh karena itu, peneliti melakukan analisis regresi secara
61
hirarkial. Awalnya peneliti memasukkan satu IV kemudian memasukkan satu IV
lagi dan begitu seterusnya sehingga seluruh masing- masing IV dimasukkan.
Berdasarkan hasil hitungan menggunakan program SPSS 20.0, berikut ini adalah
tabel proporsi varian social loafing untuk berubah yang terkait dengan IV, yaitu :
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV
Model Summary
Change Statistics
Model R Square R Square Change Sig. F Change
1 .008 .008 .180
2 .046 .039 .003*
3 .090 .043 .001*
4 .097 .008 .170
5 .098 .001 .718
6 .099 .001 .584
7 .112 .014 .066
8 .112 .000 .972
9 .122 .010 .118
10 .129 .007 .180
Predictors: (Constant), HON, EMO, EXT, AGR, CON, OPE, TGT, TGS, GIT, GIS
Pada tabel 4.8 diatas, kolom pertama ada IV yang dianalisis satu per satu, kolom
kedua merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per
satu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang
dimasukan satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung dari IV yang
bersangkutan. Dari tabel di atas dapat diperoleh informasi sebagai berikut :
1. Variabel honesty-humility memberikan sumbangan sebesar 0.8% terhadap
varians social loafing. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
karena nilai sig F Change=0.180 ( p>0,05).
2. Variabel emotionally peran memberikan sumbangan sebesar 3.9%
terhadap varians social loafing. Sumbangan tersebut signifikan secara
62
statistik karena nilai sig F Change=0.003 ( p<0,05).
3. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 4.3% terhadap
varians social loafing.. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
karena nilai sig F Change=0.001 ( p <0,05).
4. Variabel agreeableness memberikan sumbangan sama sekali atau sebesar
0.8% terhadap varians social loafing. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig F Change=0.170 ( p>0,05).
5. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan sebesar 0.1%
terhadap varians social loafing. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig F Change=0.718 ( p>0,05).
6. Variabel openess to experience memberikan sumbangan sebesar 0.1%
terhadap varians social loafing. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig F Change=0.584 ( p>0,05).
7. Variabel individual attractions to the group-task memberikan sumbangan
sebesar 1.4% terhadap varians social loafing. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change=0.066 ( p>0,05).
8. Variabel individual attractions to the group-social tidak memberikan
sumbangan kerena memiliki nilai 0% terhadap varians social loafing.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik karena nilai sig F
Change=0.972 ( p>0,05).
9. Variabel group integration-task memberikan sumbangan sebesar 1%
terhadap varians social loafing. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig F Change=0.118 ( p>0,05).
63
10. Variabel group integration-social memberikan sumbangan sebesar 0.7%
terhadap varians social loafing. Sumbangan tersebut tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig F Change=0.180 ( p>0.05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat variabel honesty- humility,
emotionally, extraversion, agreeableness, conscientiousness, openess to
experience, individual attractions to the group-task , individual attractions to the
group-social, group integration-task, dan group integration-social jika dilihat dari
besarnya pertambahan R Square yang dihasilkan setiap kali dilakukan
penambahan variabel independen (sumbangan proporsi varian yang diberikan).
Dari keseluruhan variabel independen tersebut yang memberikan sumbangan
paling besar terhadap variabel dependen dilihat dari besarnya pertambahan R
Square yaitu variabel extraversion yang memberikan sumbangan sebesar 4.3%
terhadap social loafing.
64
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Hexaco
(honesty-humility, emotionally, extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan
openess to experience) dan kohesivitas kelompok (individual attractions to the
group-task , individual attractions to the group-social, group integration-task, dan
group integration-social) terhadap social loafing. Dengan hasil penelitian, proporsi
varians terhadap social loafing sebesar 12.9%.
Hasil penelitian ketika dilihat secara parsial melalui koefisien regresi
menghasilkan kesimpulan bahwa hanya tiga dimensi yang berpengaruh signifikan
terhadap social loafing, sedangkan beberapa dimensi lainnya tidak berpengaruh
secara signifikan. Hanya dimensi hexaco yang memberikan pengaruh signifikan
terhadap social loafing adalah honesty-humility, emotionally dan extraversion.
5.2 Diskusi
Perilaku social loafing dapat merugikan sebuah kelompok. Hasil uji F dalam
penelitian kali ini mempunyai nilai Sig 0.001 yang berarti bahwa secara keseluruhan
indenpendent variable mempengaruhi dependent variable secara bersama-sama.
Hexaco merupakan faktor yang dominan menjadi prediktor terhadap social loafing
Hanya dua dimensi dari hexaco (emotionally dengan nilai 3,9% dan extraversion
dengan nilai 4,3%) yang mempunyai sumbangan signfikan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amir et al. (2014) mengatakan bahwa
65
sifat-sifat kepribadian harus dipertimbangkan dalam pembentukan kelompok,
karena individu akan memiliki efek terhadap kinerja kelompok. Serta para
mahasiswa cenderung lebih memilih bekerjasama dengan orang yang sudah
dikenal. Pada tiga dimensi hexaco yaitu honesty-humility, emotionally dan
extraversion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap social loafing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa honesty-humility memiliki pengaruh
negatif signifikan sebesar .002. Seseorang dengan kepribadian honesty-humility
menurut Ashton (2007) memiliki sifat yang baik, jujur, rendah hati dan bersikap apa
adanya. Nilai negatif signifikan artinya semakin rendah nilai honesty-humility maka
kecenderungan orang akan melakukan social loafing. Mahasiswa yang memiliki
skor rendah honesty-humility cenderung melakukan social loafing misalnya dengan
mengakui bahwa pekerjaan orang lain adalah menjadi pekerjaannya, seolah-olah
mahasiswa tersebut ikut berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Berbeda
dengan mahasiswa yang memiliki nilai honesty-humility yang tinggi, semakin tinggi
nilai honesty-humility maka semakin mahasiswa enggan melakukan social loafing.
Mahasiswa dengan skor tinggi memiliki sifat jujur dalam mengerjakan tugas
kelompok yang tentunya akan merasa bersalah jika tidak terlibat dalam tugas
kelompok.
Hasil penelitian selanjutnya yaitu emotionally memiliki pengaruh positif
signifikan sebesar .006. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Ulke dan Bilgic
(2011) yang menemukan bahwa neuroticism memiliki pengaruh postif signifikan
terhadap social loafing. Walaupun penelitian sebelumnya menggunakan teori big
five, namun definisi neuroticism dan emotionally tidak jauh berbeda. Seseorang
66
dengan kepribadian emotionally menurut Ashton dan Lee (2009) memiliki sifat
yang mudah cemas, takut dan ketergantungan. Nilai positif signifikan diartikan
semakin tinggi nilai emotionally semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa
melakukan social loafing. Hal ini disebabkan bahwa mahasiswa dengan skor tinggi
ini cenderung tidak percaya diri dengan kemampuannya sehingga mengandalkan
orang lain dalam mengerjakan tugas kelompoknya. Hal tersebut membuat
mahasiswa yang memiliki emotionally cenderung kesulitan dalam bekerja sama
karena sering mengandalakan orang lain dalam menyelesaikan tugasnya.
Dimensi terakhir yang memiliki nilai positif signifikan adalah extraversion
dengan nilai sifgnifikan .002 terhadap social loafing. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulke dan Bilgic (2014) yang menemukan
bahwa extraversion memiliki nilai positif signifikan dengan social loafing.
Seseorang dengan kepribadian extraversion menurut Ashton dan Lee (2009) senang
berbicara, merasa percaya diri dan mudah bersosialisasi. Mahasiswa yang memiliki
skor tinggi pada extraversion semakin tinggi pula tingkat mahasiswa melakukan
social loafing. Hal ni disebabkan individu ini hanya memberikan komentar atau
masukkan namun cenderung tidak melakukan tugas tersebut atau lebih banyak
bicara dibandingkan bekerja untuk meyelesaikan tugas kelompok. Hal tersebut
membuat individu extraversion cenderung melakukan social loafing karena tidak
adanya tindakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kelompok.
Terdapat aspek-aspek hexaco yang tidak signifikan berpengaruh terhadap
social loafing yaitu agreeableness, conscientiousness dan openess to experience.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Ulke dan Bilgic (2014) yang
67
menghasilkan bahwa hanya dua dimensi dari big five personality yaitu neuroticism
dan extraversion yang memiliki pengaruh signifikan terhadap social loafing,
sedangkan dimensi lainnya agreeableness, conscientiousness dan openess tidak
signifikan.
Hubungan agreeableness tidak signifkan dengan social loafing, hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulke dan Bilgic (2014). Alasan
agreeablenes tidak signifikan dikarenakan interaksi pribadi yang berkurang diantara
anggota kelompok. Saat awal pembentukan kelompok ada interaksi yang tinggi
antara individu, setelah beberapa saat, tugas individu akan dibagi dan tersegmentasi
menyebabkan interaksi pribadi berkurang.
Dimensi selanjutnya yang tidak memiliki hubungan social loafing adalah
conscientiousness dan hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulke
dan Bilgic (2014). Alasan conscientiousness tidak signifikan dikarenakan individu
dengan kecenderungan conscientiousness akan menyelesaikan tugas dengan teliti
dan tekun untuk mendapakan hasil maksimal dalam tugas kelompok.
Terakhir dimensi hexaco yang tidak memiliki hubungan social loafing
adalah openess to experience dan hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ulke dan Bilgic (2014). Alasan openess to experience tidak signifikan
dikarenakan interaksi memiliki keterbukaan tinggi akan bersedia mengambil
tanggung jawab baru dan mereka akan menerima setiap tugas dalam kelompok
sebagai kesempatan belajar.
Beberapa faktor-faktor yang mengakibatkan penelitian tersebut tidak
signifikan mempengaruhi social loafing adalah keterbaatasan peneliti pada sampel
68
dan belum menemukan penelitian tentang kepribadian hexaco terhadap social
loafing. Terdapat kebiasaan-kebiasaan dalam budaya ini bisa menjadi prediktor lain
dar social loafing. Klehe dan Anderson (2007) menyatakan orang-orang hidup
dalam budaya kolektif (timur) lebih memiliki motivasi yang tinggi dalam kinerja
kelompok karena memegang nilai-nilai tradisional, sedangkan budaya individual
(barat) lebih memungkinkan individu melakukan social loafing.
Hasil Penelitian berikutnya yaitu kohesivitas kelompok tidak terbukti secara
statistik dalam mempengaruhi social loafing. Hampir semua jurnal yang melakukan
penelitian menggunakan kohesivitas kelompok terhadap social loafing menyatakan
keduanya mempunyai pengaruh negatif signifikan. Artinya jika kohesivitas
kelompok memiliki nilai yang tinggi maka social loafing semakin rendah (Karau &
Hart, 1989: Karau & Williams, 1997; Hoigaard, Safvenbom & Tonnesen, 2014;
Lam, 2015). Untuk penelitian ini, penulis tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap social loafing baik positif ataupun negatif.
Tidak adanya hasil yang signifikan terjadi karena penelitian- penelitian
sebelumnya sebagian besar menggunakan subyek yang berasal dari karyawan, tim
olahraga dan organisasi sehingga kerjasama tim dan kekompakan sangat
diperlukan. Mengenai kasus penelitian ini, kerja kelompok adalah gabungan dari
hasil kerja secara individual. Tugas kelompok yang dikerjakan secara individu tanpa
adanya komunikasi lalu dikumpulkan pada satu orang yang ditugaskan untuk
menggabungkannya. Jelas sekali interaksi dan komunikasi antar anggota sangat
kurang, padahal tugas kelompok itu sendiri merupakan tugas yang dikerjakan oleh
dua orang atau lebih dan didalamnya terdapat komunikasi atau interaksi satu sama
69
lain (Baron & Bryne, 2003) hal tersebut menyebabkan tidak adanya pengaruh
kohesivitas kelompok terhadap social loafing terhadap penelitain ini.
5.3 Saran
Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat berbagai keterbatasan pada penelitian ini.
Maka untuk perkembangan skripsi selanjutnya peneliti perlu memberikan saran
sebagai pertimbangan dan penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait
dengan penelitian serupa. Saran tersebut berupa saran teoritis dan saran praktis.
5.3.1 Saran teoritis
Bagi peneliti yang tertarik dan berminat pada permasalahan yang sama, disarankan
untuk :
1. Penelitian selanjutnya dapat meneliti social loafing dengan independent
variabel yang berbeda salah satunya group size. Menurut hasil observasi
jumlah kelompok yang terlalu besar dapat menimbulkan terjadinya social
loafing. Hal ini didukung oleh penelitauin Maximilian Ringelmann (1927)
ketika dia melakukan penelitian terhadap sekelompok orang yang menarik
tali. Ketika jumlah orang yang menarik tali bertambah, usaha untuk menarik
tali tersebut lebih besar. Namun Ringelmann menemukan usaha yang
dikeluarkan masing-masing orang berkurang.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengontrol jenis tugas
kelompok saat pengisian kuesioner atau penelitian agar subyek penelitian
bisa lebih membayangkan keberadaannya dalam satu kelompok tertentu.
Mengontrol jenis tugas perlu karena tidak semua tugas kelompok memiliki
anggota yang sama dan tingkat kesulitan yang sama. Jenis tugas juga
70
mempengaruhi minat individu terhadap tugas itu sendiri, karena tiap
individu memiliki minat yang berbeda atau keahlian yang berbeda (Fitriana,
2017).
5.3.2 Saran praktis
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan berkaitan dengan penelitai, yaitu :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa social loafing dipengaruhi oleh
honesty-humility dengan nilai signifikan sebesar 0,002. Sehingga salah satu
cara untuk mengurangi tingkat social loafing pada mahasiswa dengan
mengembangkan sifat kepribadian honesty-humility dengan cara dosen
memberikan konsekuensi bagi mahasiswa yang tidak mengerjakannya.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa social loafing dipengaruhi oleh
emotionally dengan nilai positif signifikan sebesar 0,006. Salah satu cara
menghindari atau mengurangi perilaku social loafing dengan cara dosen dapat
memberikan pengertian dan manfaat melakukan tugas kelompok dalam
dunia profesional kelak agar mahasiswa yang emotionally tinggi tidak
bergantung pada orang lain.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa social loafing dipengaruhi oleh
extraversion dengan nilai signifikan sebesar 0,002. Sehingga salah satu cara
untuk mengurangi tingkat social loafing pada mahasiswa dengan
kecenderungan kepribadian extraversion adalah dengan dosen memberikan
arahan pentingnya action dalam tugas kelompok. Jika kelompok hanya
mengungkapakan ide tanpa ada yang menjalankan maka kelompok seperti
71
halnya berjalan di tempat dan tidak kunjung menyelasaikan tugas kelompok.
72
Daftar Pustaka
Amir F., Naz F., Hafeez S.Q., Ashfaq A. & Dogar Y. H. (2014). Measuring the
effect of five factor model of personality on team performance with
Moderating Role of employee engagement. Journal of Psychology and
Behavioral Science 2 (2), 221-255.
Asthon, M. C. (2013). Individual differences and personality. Academic Press:
Elsevier.
Ashton, M. C., & Lee, K. (2007). Empirical, theoretical, and practical advantages
of the HEXACO model of personality structure. Personality and Social
Psychology Review, 11, 150-166.
Ashton, M. C., & Lee, K. (2009). The HEXACO–60: a short measure of the major
dimensions. Journal of Personality Assessment , 340-344.
Aulia H. & Saloom G. (2013). Pengaruh kohesivitas kelompok dan self efficacy
terhadap social loafing pada anggota organisasi kedaerahan di lingkungan
Uin Syarif Hidayatullah. TAZKIYA Journal of Psychology , 18(1), 79-88.
Baron, R. A.,& Byrne, D.(2003). Social psychology. 10th Ed. USA: Allyn &
Bacon.
Carron, A. V., Eys, M., Loughead, T., & Bray, S. R. (2009). Development of a
cohesion questionnaire for youth: the youth sport environment
questionnaire. Journal of Sport and Exercise Psychology, 31(3), 390-408.
Carron, A. V., Widmeyer, W. N., & Brawley, L. R. (1985). The development of
an instrument to assess cohesion in sport teams: the group environment
questionnaire. Journal of sport psychology, 7(3), 244-266.
Chidambaram, L., &, Tung L. L. (2005). Is out of sight, out of mind? an empirical
study of social loafing in technology-supported group. Information system
research, 16, 149-168.
David A. K. & Barbara M. (1986). Ringelmann Rediscovered: the original article.
Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 50, No. 5, 936-941.
De Vries, R. E. (2013). The 24-item Brief HEXACO Inventory (BHI). Journal of
Research in Personality, 47, 871-880.
Duffy, M.K. & Shaw, J. D. (2000). The Salieri syndrome: Consequences of envy
in groups. Small Group Research, 31(1), 3-23.
73
Carron, A. V., Eys, M., Loughead, T., & Bray, S. R. (2009). Development of a
cohesion questionnaire for youth: the youth sport environment
questionnaire. Journal of Sport and Exercise Psychology, 31(3), 390-408.
Feist J., & Feist G. J. (2010). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Fitriyana H. (2017). Prediktor social loafing pada tugas berkelompok mahasiswa.
Tesis. Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
George, J. M. (1992). Extrinsic and intrinsic origins of perceived social loafing in
organizations. Academy of Management Journal. 35, 191-202.
Harkins, S.G., & Szymanski, K. 1(989). Social loafing and group evaluation.
Journal of Personality and Social Psychology, 56:934-941.
Høigaard, R., Säfvenbom, R., & Tønnessen, F. E. (2014). The relationship between
group cohesion, group norms, and perceived social loafing in soccer team.
Small group research, 37(3), 217-232.
Høigaard, R., Tofteland, I., & Ommundsen, Y. (2006). The effect of team
cohesion on social loafing in relay teams. International Journal of Applied
Sport Sciences, 18(1), 59-73.
Hogg, M.A., & Vaughan, G.M., (2011). Social Psychology (6th Ed). England:
Pearson Eduucation Limited.
Karau, S. J., & Hart, J. W. (1989). Group cohesiveness and social loafing: Effects
of a social interaction manipulation on individual motivation within
groups. Group Dynamics: Theory, Research, and Practice. 2(3),185-191.
Karau, S. J., & Williams, K. D. (1993). Social loafing: A meta-analytic review
and theoretical integration. Journal of Personality and Social Psychology,
65: 681 706.
Karau, S. J., & Williams, K. D. (1997). The effects of group cohesiveness on
social loafing and social compensation. Educational Publishing
Foundation. 1(2),56-168
Kerr, N. L. (1983).Motivation losses in small groups: A social dilemma analysis.
Journal of Personality and Social Psychology. 45(4),819-828
Kidwell, R. E., & Bennett, N. (1993). Employee propensity to withhold effort: A
conceptual model to intersect three avenues of research. Academy of
Management Review, 18: 429–456.
74
Klehe, U. C., & Andersen, N. (2007). The moderating influence of personality
and culture on social loafing in typical versus maximum performance
situations. International Journal of Selection and Assessment. 15(2), 250-
262.
Kravitz D. A., & Martin B. (1986) Ringelman rediscovered : the original article.
Journal of Personality and Social Psychology. 50 (5), 936-941.
Kugihara, N. (1999). Gender and social loafing in Japan. The Journal of Social
Psychology, 139: 516-526.
Lam, C. (2015). The role of communication and cohesion in reducing social
loafing in group projects. Business and Professional Communication
Quarterly. Online first.
Latané, B., Williams, K. D., & Harkins, S. (1979). Many hands make light the
work: The causes and consequences of social loafing. Journal of
Personality and Social Psychology, 37: 822–832.
Liden, R.C., Wayne, S.J., Jaworski, R.A., & Bennett, N. (2003). Social loafing: A
Field Investigation. Journal of Management, 30(2), 285-304.
Mudrack, P. E. (1989). Group cohesiveness and productivity: A closer look.
Human Relations, 42: 771–785.
Pervine L. A., Cervone D. & John O. P. (2015). Psikologi kepribadian : Teori dan
Penelitian, Edisi Kesembilan. Jakarta: Prenadamedia Group
Rafi A., Arzu F., Waqar, Khan A., Haq I. U., & Kashif A. R. (2013). HEXACO
model of personality traits and considerations with respect to
entrepreneurial performance. Asian Journal of Business Management 5(3):
320-325, 2013
Schippers, M.C., (2014). Social loafing tendencies and team performance: The
compensating effect of agreeableness and conscientiousness. Academy of
Management Learning & Education. 13(1), 62-81.
Salas, E., Sims, D.E., & Burke, C.S. (2005). Is there a “big five” in teamwork?.
Journal Small Group Research, 36(5),555-59
Szymanski, K. & Harkins, S. (1989). Social loafing and group evaluation. Journal
of Personality and Social Psychology. 53(5), 934-941.
75
Ulke, H. E., & Bilgic., R. (2011). Investigating the role of the big five on the
social loafing of information technology workers. International Journal
of Selection and Assessment. 19(3), 301-312.
Umar, J. (2012). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 2(2),
115-116.
Wildanto E. (2016). Social loafing pada anggota organisasi mahasiswa fakultas
psikologi UMS. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ying, X., Li, H., Jiang, S., Peng, F., & Lin, Z. (2014). Group laziness: the effect
of social loafing on group performance. Social Behavior and Personality,
42(3), 465–472.
Ziapour, A., Zokaei, A.H., Javid, N. M., Javid P. M., Javid N, N. M., & Pour,
B.H. (2014). Association between personality traits and social laziness:
(Case study: Staff of Kermanshah University of medical sciences in 2014).
TJEAS Journal, 5 (1), 49-54
76
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini: (WAJIB DI ISI)
Nama/Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
Semester :
Fakultas/Jurusan :
Memiliki Pekerjaan : Ya/Tidak
Tinnggal di : (Kosan/ Tidak Kos)
Suku Bangsa : a. Jawa
b. Sunda
c. Betawi
d. Minang
e. Batak
f. Bugis
g. Lainnya .....
*coret yang tidak perlu
TTD
( )
77
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan. Berilah tanda checklist (√) pada setiap
jawaban yang Anda anggap paling menggambar diri Anda yang Anda pilih dari
keempat alternatif jawaban yang tersedia pada tiap-tiap pertanyaan, yaitu:
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Contoh:
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya pernah menangguhkan tanggung jawab
tugas saya kepada orang lain yang juga satu
kelompok dengan saya (dalam tugas kuliah)
X
78
Skala 1
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1
Saya pernah menangguhkan tanggung jawab
tugas saya kepada orang lain yang juga satu
kelompok dengan saya (dalam tugas kuliah)
2 Saya mengurangi usaha dalam tugas kelompok
ketika ada teman lain yang mengerjakannya
3 Saya hampir mengerjakan semua tugas dalam
kelompok, bahkan yang bukan tugas saya
4 Saya menghabiskan sedikit waktu waktu untuk
mengerjakan tugas kelompok ketika ada temen
lain yang mengerjakannya
5 Saya merasa mengeluarkan usaha lebih banyak
dibandingkan anggota lainnya
6 Sebisa mungkin saya ikut berpartisipasi dalam
mengerjakan tugas-tugas kelompok
7 Saya pernah meninggalkan tugas untuk
dikerjakan oleh anggota lainnya yang saya
anggap mampu mengerjakan tugas lainnya
8 Saya kurang tertarik untuk mengerjakan tugas
kelompok jika anggota kelompok lain bisa
mengerjakannya
9 Saya bersikap santai ketika anggota kelompok
lain mengerjakan tugas
10 Dalam beberapa tugas, saya meminta teman
untuk mengerjakan tugas kelompok saya
karena ada kepentingan yang lebih mendesak
79
Skala 2
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya bisa melihat sebuah gambar/lukisan
dalam waktu yang lama
2 Saya memastikan sesuatu berjalan seperti seharusnya
3 Saya tidak dapat bersahabat dengan orang yang jahat kepada saya
4 Tidak ada seorang pun yang suka berbicara dengan saya
5 Saya takut merasakan sakit
6 Saya sulit berbohong
7 Saya pikir bahwa ilmu pengetahuan itu membosankan
8 Saya menunda tugas sulit selama mungkin
9 Saya senang menyampaikan kritik
10 Saya mudah dekat dengan orang yang baru dikenal
11 Dibandingkan dengan orang lain, saya tidak mudah
khawatir
12 Saya ingin mengetahui cara mencari banyak uang dengan cara tidak jujur
13 Saya memiliki banyak imajinasi
14 Saya bekerja dengan teliti
15 Saya cepat setuju dengan orang lain
16 Saya suka berbicara dengan banyak orang
17 Saya dapat dengan mudah menyelesaikan masalah
dengan kemampuan saya sendiri
18 Saya ingin menjadi terkenal
19 Saya menyukai orang dengan ide yang unik
80
20 Saya melakukan hal tanpa banyak berpikir
21 Meskipun diperlakukan dengan buruk saya tetap tenang
22 Saya jarang ceria
23 Saya menangis ketika menonton film romantis maupun film sedih
24 Saya berhak diperlakukan secara khusus
Skala 3
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1
Dalam kelompok tugas kuliah kami semua
memberikan komitmen yang sama terhadap
tujuan kelompok
2 Saya mengajak anggota kelompok untuk
melakukan berbagai hal bersama
3 Tim memilik tujuan yang sama (tugas kuliah)
4 Beberapa teman saya ada dalam kelompok
5 Saya suka cara kami bekerja sama sebagai tim
6 Saya tidak cocok bekerja sama dalam kelompok
7 Kami pergi bersama kapanpun saat ada
kesempatan
8 Sebagai anggota kelompok, kami merupakan
satu kesatuan
9 Saya sering menghubungi anggota kelompok
melalui telepon, pesan atau internet
10 Tim memberi kesempatan bagi saya untuk
meningkatkan kinerja
11 Saya sering menghabiskan waktu dengan rekan
kelompok diluar aktivitas kuliah
81
Periksa kembali jawaban anda jangan sampai ada yang terlewat.
Terima kasih atas partisipasinya.
12 Kelompok kami tidak dapat bekerja sama
dengan baik
13 Saya tetap berkomunikasi dengan rekan
kelompok setelah tugas kuliah berakhir
14 Saya senang dengan keinginan kelompok saya
menjadi yang terbaik
15 Kami selalu bersama diluar tugas kelompok
16 Saya memiliki cara bermain yang sama dengan
rekan kelompok (ex: hobi, tempat nongkrong
dll)
17 Kami sering berhubungan satu sama lain
melalui telepon, pesan atau internet
18 Kami senang dengan cara kerja kami
82
LAMPIRAN ANALISIS CFA
1.) Syntax CFA Social Loafing
UJI VALIDITAS KONSTRUK SOCIAL LOAFING
DA NI =10 NO=232 MA=PM
LA
X1 X2 X7 X3 X6 X4 X8 X9 X10 X5
PM SY FI=SL.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SOC.LOA
FR TD 10 8 TD 6 1 TD 5 3 TD 9 5 TD 6 2 TD 9 7 TD 7 6 TD 6 5 TD 3 1 TD 9 2
TD 7 5 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
83
2.) Syntax CFA Honesty-Humility
UJI VALIDITAS KONSTRUK SOCIAL LOAFING
DA NI =4 NO=232 MA=PM
LA
X6 X12 X18 X24
PM SY FI=HH.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
HH
PD
OU SS TV MI AD=OFF
3.) Syntax CFA Emotionality
84
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =4 NO=232 MA=PM
LA
X5 X11 X17 X23
PM SY FI=EMO.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EMO
PD
OU SS TV MI
4.) Syntax CFA Extraversion
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =4 NO=232 MA=PM
LA
X4 X10 X16 X22
PM SY FI=EX.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EXTRAV
FR TD 3 2
PD
OU SS TV MI
85
5.) Syntax CFA Agreeableness
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =4 NO=232 MA=PM
LA
X3 X9 X15 X21
PM SY FI=AG.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
AGRE
FR TD 4 3 TD 3 1
PD
OU SS TV MI
86
6.) Syntax CFA Conscientiousness
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =4 NO=232 MA=PM
LA
X2 X8 X14 X20
PM SY FI=CN.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
CON
PD
OU SS TV MI
7.) Syntax CFA Openess to Experience
87
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =4 NO=232 MA=PM
LA
X1 X7 X13 X19
PM SY FI=OP.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
OPEN
FR TD 4 1
PD
OU SS TV MI
8.) Syntax CFA Individual Attractions to The Group – Task
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =4 NO=232 MA=PM
LA
X5 X10 X14 X6
PM SY FI=T.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
TASK
FR TD 4 1 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
88
9.) Syntax CFA Individual Attractions to The Group – Social
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =6 NO=232 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
PM SY FI=SOC.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SOC
FR TD 5 4 TD 6 4 TD 6 2 TD 5 1 TD 6 5
PD
OU SS TV MI
89
10.) Syntax CFA Group Integration – Task
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =5 NO=232 MA=PM
LA
X1 X3 X8 X18 X12
PM SY FI=GIT.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
GIT
FR TD 4 2 TD 2 1
PD
OU SS TV MI
90
11.) Syntax CFA Group Integration – Social
UJI VALIDITAS KONSTRUK
DA NI =3 NO=232 MA=PM
LA
X1 X2 X3
PM SY FI=GIS.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
GIS
PD
OU SS TV MI
91
LAMPIRAN OUTPUT REGRESI
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SOCIAL_LOAFING 232 20.27 78.04 50.0000 10.00000
AGREEABLENES 232 17.78 60.24 50.0000 7.48602
CONSCIENTIOUSNESS 232 23.19 62.93 50.0000 8.16178
EMOTIONALLY 232 31.06 65.93 50.0000 6.57527
EXTRAVERSION 232 34.90 74.80 50.0000 8.89175
HONESTY_HUMILITY 232 35.22 74.78 50.0000 8.87109
OPENNESS 232 31.59 63.32 50.0000 5.83604
GROUP_INTEGRATION_
TASK 232 13.54 68.69 50.0000 8.92871
GROUP_INTEGRATION_
SOCIAL 232 35.32 67.03 50.0000 8.14053
INDIVIDUAL_ATTRACTI
ON_SOCIAL 232 21.71 72.03 50.0000 8.23069
INDIVIDUAL_ATTRACTI
ON_TASK 232 13.98 68.28 50.0000 8.89012
Valid N (listwise) 232
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2988.505 10 298.850 3.284 .001b
Residual 20111.495 221 91.002
Total 23100.000 231
a. Dependent Variable: SOCIAL_LOAFING
b. Predictors: (Constant), Honesty-Humility, Emotionally, Extraversion, Agreeableness,
Conscientiousness, Openess to Experience, TGT,TGS,GIT,GIS
92