kohesivitas remaja islam noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/noorkamilah kohesivitas remaja...

18
KOHESIVITAS REMAJA ISLAM DI KAMPUNG SAYIDAN, PRAWIRODIRJAN, YOGYAKARTA Noorkamilah A. PENDAHULUAN Konflik sosial kerap terjadi antara dua atau lebih komuniias yang saling bertentangan. Scringkali konflik sosial berlangsung turun- temurun dan diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Konflik sosial memang sangat potensial terjadi terutama dalam masyarakat yang heterogen, baik dalam strata sosial, ekonomi, budaya, politik dan agama. Pada suatu kelompok masyarakat, selalu terdapat suatu mekanisme sosial untuk menghindarkan diri dari terjadinya pertentangan atau konflik. Ada yang terbentuk secara alamiah dalam masyarakat itu, ada juga yang lahir karena mekanisme sosial tertentu seperti dibentuk oleh masyarakat sendiri atau oleh pemerintah. Di kampung Sayidan, kelompok muda- mudi Islam Sayidan juga memiliki mekanisme sosial atau kearifan lokal untuk menepis konflik, yang diwujudkan dalam sebuah lembaga sosial "Forum Keakraban Muda-mudi Islam Sayidan" (FoKMIsS). Kelahiran FoKMIsS, sedikit demi sedikit mampu menepis konflik sosial yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di kampung Sayidan, antara remaja yang tinggal di Sayidan utara dengan remaja di Sayidan selatan. Lambat laun terjadi kerekatan JURNAL DAKWAH, Vol. lX No. 1, Januari-Juni 2008 63

Upload: phamdung

Post on 15-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

KOHESIVITAS REMAJA ISLAMDI KAMPUNG SAYIDAN, PRAWIRODIRJAN,

YOGYAKARTA

Noorkamilah

A. PENDAHULUAN

Konflik sosial kerap terjadiantara dua atau lebih komuniias yangsaling bertentangan. Scringkalikonflik sosial berlangsung turun-temurun dan diwariskan dari satugenerasi kepada generasi berikutnya.Konflik sosial memang sangatpotensial terjadi terutama dalammasyarakat yang heterogen, baikdalam strata sosial, ekonomi, budaya,politik dan agama.

Pada suatu kelompokmasyarakat, selalu terdapat suatumekanisme sosial untukmenghindarkan diri dari terjadinyapertentangan atau konflik. Ada yangterbentuk secara alamiah dalam

masyarakat itu, ada juga yang lahirkarena mekanisme sosial tertentuseperti dibentuk oleh masyarakatsendiri atau oleh pemerintah. Dikampung Sayidan, kelompok muda-mudi Islam Sayidan juga memilikimekanisme sosial atau kearifan lokaluntuk menepis konflik, yangdiwujudkan dalam sebuah lembagasosial "Forum Keakraban Muda-mudiIslam Sayidan" (FoKMIsS).

Kelahiran FoKMIsS, sedikit demisedikit mampu menepis konflik sosialyang telah berlangsung selamabertahun-tahun di kampung Sayidan,antara remaja yang tinggal di Sayidanutara dengan remaja di Sayidanselatan. Lambat laun terjadi kerekatan

JURNAL DAKWAH, Vol. lX No. 1, Januari-Juni 2008 63

Page 2: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

h: Kol.iesh'ilas Rfma/a lslam di Kanipun

sosial (kohesivitas) di antara keduakelompok tersebut. Bagaimanakahproses pembentukan kohesivitas diantara kedua kelompok tersebut,serta implikasi dari kohesivitastersebut, menjadi sesuatu yangmenarik untuk menjadi fokus utamatulisan ini.

Menurut Coser,' konflikmerupakan perselisihan mengenainilai-niIai atau tuntutan berkenaandengan status, kuasa dan sumber-sumber kekayaan yangpersediaannya tidak mencukupi, dimana pihak-pihak yang berselisihtidak hanya bermaksud untukmemperoleh barang yangdiinginkan, melainkan jugamemojokkan, merugikan ataumenghancurkan pihak lawan. Olehkarenanya, Coser tidak menyangkalbahwa dalam kehidupan manusiaselalu terdapat keragaman yangmemungkinkan terjadinya konflik.Namun Coser memberikan beberapaalternatif untuk mengurangi konflik.Menurutnya, katup penyelamat(sauety ua/ue) merupakan salah satumekanisme khusus yang dapatdipakai untuk mempertahankankelompok dari kemungkinan konfliksosial.

Berkenaan dengan "katuppenyelamat" tersebut, apakah agamadapat digunakan sebagai sarananya?Agama, seringkali diposisikan

sebagai salah satu sistem acuan nilai(system of referenced ualues) dalamkeseluruhan sistem tindakan (systemof action) yang mengarahkan danmenentukan sikap dan tindakan umatberagama. Dengan demikian, makapenggunaan agama sebagai sistemacuan nilai bagi sikap dan tindakandapat mengarah kepada peneguhanintegrasi masyarakat.

Hal tersebut dapat dijelaskanoleh adanya beberapa fungsi agamabagi pemeluknya, sebagaimanadiungkapkan oleh Hendropuspito^yang mengemukakan beberapafungsi agama sebagai berikut: (1)Fungsi edukatif; agama sanggupmemberikan pengajaran yangotoritatif, termasuk dalam hal yangsakral dan kehidupan manusiasetelah mati. (2) FungsiPenyelamatan; dengan cara yangkhas agama memberi jaminan untukmencapai kebahagiaan yang'terakhir'. (3) Fungsi pengaujasansosial; agama ikutbertanggungjawabterhadap keberlangsungan norma-norma susila yang berlaku bagimasyarakat penganutnya. Agamadapat meneguhkan kaidah-kaidahsusila, mengamankan danmelestarikan kaidah-kaidah moralyang dianggap baik,mengadakaninkulturasi nilai hukum adat sertamemberikan sangsi pelanggaranterhadap hukum adat. (4) Fungsi

64 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008

Page 3: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Koorkamilab: K<tbesh>itai Rewa/a hlai)i dl Kan/pit/i% Sayidan, 1 ogyakarta

memupuk persaudaraan; dalamsejarah ummat manusia telah terbuktibahwa situasi kerukunan antar sesamapemeluk agama lebih positifdibandingkan dengan terjadinyakonflik. (5). Fungsi transformatif;agama mampu mengubahkehidupan masyarakat lama yangdipenuhi oleh adat menujumasyarakat baru yang lebih rasional.

Adanya beberapa fungsi agamatersebut, menunjukkan bahwa agamasangat mungkin digunakan sebagaimedia bagi peneguhan integrasimasyarakat. Akan tetapi, integrasimasyarakat kedalam sebuahkelompok atau lembaga tertentu,dapat menguat atau justru melemah.Bila integrasi ini menguat, maka akanmenghasilkan sebuah kondisikerekatan sosial (group cohesion).Menurut Johnson & Johnson^ groupcohesion adalah keseluruhankekuatan (positif dan negatif) yangmenyebabkan seseorang memeliharakeanggotaan mereka dalamkelompok tertentu. Johnson &Johnson menjelaskan bahwakohesivitas dalam sebuah kelompokterjadi ketika anggota-anggotakelompok saling menyukai dan salingmenginginkan kehadiran satudengan lainnya.

Adanya kohesivitas dalamsebuah kelompok, menurut Johnson

& Johnson* ditentukan olehpenilaian anggota kelompokterhadap berbagai konsekuensi yangdiinginkan dan yang tidak diinginkanoleh anggota kelompok tersebut.Semakin hasilnya menyenangkan,semakin mereka akan tertarik padakelompok. Hal ini sangat tergantungdari beberapa faktor seperti dasar dantujuan kelompok, bagaimanamerumuskan tujuan dengan jelas,bagaimana cara meraih tujuantersebut, bagaimana tujuan tersebutdapat diraih, bagaimana sebaiknyaanggota kelompok bekerjasama satudengan lainnya, bagaimana konflikantar anggota dimenej, dansebagainya.

Untuk memperoleh informasimengenai kohesivitas dalam sebuahkelompok, Johnson & Johnsonmemberikan batasan bahwa haltersebut dapat dilakukan denganmelihat beberapa indikator berikut:1) kehadiran anggota kelompok2) apakah anggota hadir tepat

waktu3) adanya kepercayaan dan

dukungan di antara anggotakelompok

4) kepribadian yang diterima dalamkelompok

5) sejumlah kesenangan yangdimiliki anggota

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008 65

Page 4: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Noorkamllah: Koljesifiias Rema/a lsLim

Kohesivitas kelompok jugadapat diukur dengan menanyakankepada anggota beberapa hal:1) apakah mereka saling menyukai

satu dengan yang lain2) apakah mereka akan

melanjutkan keanggotaan3) apakah mereka yakin mereka

dapat bekerja secara efektifdengan anggota kelompok yanglain di waktu yang akan datang.

B. FASE AWAL MENUJU

PEMBENWKAN KOHESAflTAS

KELOMPOK

Terbentuknya kohesivitaskelompok remaja Islam Sayidan,merupakan muara dari serangkaianproses perubahan sosial yang terjadidi kampung Sayidan. Prosesnyamelaluibeberapatahapan (fase) yangcukup panjang demi menujuterbentuknya kohsivitas kelompoktersebut. Fase-fase tersebut merupa-kan urutan /ogic yang mesti dllewatisebelum terjadinya kohsivitas dalamsebuah kelompok, yang terbentukberdasarkan latar belakang historisadanya konflik sosial, sbagaimanayang terjadi dalam kelompok remajaIslam di kampung Sayidan. Adapunfase-fase tersebut terbentang mulaidari fase konflik sosial, fase coo/ingdown, fase damai sampai fasekohesive.

1. Fase Konflik Sosial Remaja

Konflik sosial yang terjadiantara remaja Sayidan di Utaradengan remaja Sayidan di bagianSelatan, telah berlangsung beberapatahun lamanya. Tidak ditemukansumber yang dapat menguraikandengan pasti apa gerangan yangmenjadi pemicu dari terjadinyakonflik antar dua kelompok remaja dikampung Sayidan ini. Konflik sosialyang terjadi pun cenderungmerupakan konflik yang latent, tidakmuncul ke permukaan sebagaisebuah bentuk konfrontasi langsung.

Berdasarkan penuturanseorang saksi sejarah, bentuk konflikyang terjadi lebih merupakanprasangka-prasangka yang munculantara kedua kelompok ini. la yangsaat ini tinggat di Selatan danmenghabiskan masa kecilnya diUtara, mengaku pemah diperlakukantidak adil (diskriminasi) oleh teman-temannya di Selatan, tanpapenjelasan sabab musababnya. Tiba-tiba saja ia dimusuhi, dan bila adakumpul-kumpul kemudian ia datang,tiba-tiba kumpulan tersebut bubarbegitu saja. Ia mendugakemungkinan karena ia sukabermain di dua tempat, baik di Utaramaupun Selatan. Padahal di antaramereka sudah ada kesepakatan tidaktertulis (konvensi) bahwa setiapremaja yang tinggal di Selatan tidak

66 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008

Page 5: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

: Kv/.ie.sh'ifas Rema/a hLjm diKaffiJ)ung Sayidan,

diperbolehkan main ke Utara,demikian pula sebaliknya. Dari uraiantersebut nampak bahwa dalam kasusini, perilaku diskriminatif yangmuncul adalah akibat adanyaprasangka terhadap seseorang yangdigeneralisasikan dengankelompoknya berdasarkanstereorype^ tertentu.

Akan tetapi, ada hal-hal yangtampaknya menjadi pemicuterjadinya konflik sosial di antarakedua kelompok ini. Di antaranyaadalah perebutan akses lahanbermain.* Sebagaimana diketahui,bahwa Sayidan merupakan kampungyang cukup padat. Hanya kendaraanroda dua yang dapat menembuskesana. Sebagian besar lahannyamerupakan hunian penduduk, hanyaada satu lapangan yang menjadiruangan publik, yang lokasinya lebihdekat ke Utara, sementara itu yang'menguasai' lahan tersebut justruremaja Selatan. Terlebih di Selatanada orang yang 'berpengaruh', yangdisegani karena keberanian dankekuatanya, cukup menjadi 'tameng'bagi remaja Selatan untuk melakukanapa saja, termasuk menguasai arenabermain tersebut. Dengan demikianmaka salah satu pemicu konflik sosialdi kalangan remaja Sayidan adalahperebutan akan akses terhadapsumber-sumber yang terbatas7

Hal lain yang menjadi pemicudan mendorong atau potensialmenjadi pemicu konflik adalah, tidakadanya lembaga atau organisasikemasyarakatan yang dapatmewadahi remaja di kampungSayidan untuk beraktivitasmengaktualisasikan potensiremajanya. Bukan hanya lembagakeagamaan, lembaga sosialkemasyarakatanpun saat itu belumada. Sehingga tidak ada media yangdapat mempertemukan remaja-remaja tersebut dalam sebuah wadahtertentu.* Asumsinya adaIah, adanyasebuah wadah tertentu yangterorganisir dengan baik, akanmampu memenej konflik yang terjadi,sehingga tidak menjadi konflik sosialyang terus berkembang danberkepanjangan.

Di sampingkeduahaltersebut,tampaknya perbedaan corakpergaulan antara Sayidan Utara danSelatan juga merupakan haltersendiri yang turut menjadi pemicuterjadinya konflik sosial tersbut.Diketahui bahwa remaja di Utaracenderung lebih 'berandal' daripadayang Selatan. Remaja utara umumnyasuka minum-minuman keras, mainjudi, mengkonsumsi narkoba, danberbagai perilaku menyimpanglainnya. Sementara di Selatan relatiflebih baik, meskipun ada beberapadi antaranya yang juga memiliki

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008 67

Page 6: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

afai/afj: Kohesii'itas Rtma/a lshim di Kampimg

kebiasaan-kebiasaan berperilakumenyimpang tersebut.

2. Fase Cooltng DoumKonflik mulai tnereda ketika

remaja-remaja di Sayidan mulai kenaldengan budaya kota yang cenderungmaterialis-individualis. Pada fase ini,sebagian remaja Sayidan lebih sukamenjalankan aktivitas sehari-haridengan sendiri-sendiri, misalnyamenghabiskan waktu dengan mainplaystation, dan sebagainya yangtidak perlu kumpul-kumpul denganyang lain. Sehingga tidak heran bilasesama remaja di Sayidan tidak salingkenal. Akibatnya mereka tidak begitupeduli dengan keadaan lingkungandi sekitarnya, termasuk 'melupakan'konflik yang terjadi.

Memang kondisi remaja saat itubetvariatif, ada yang memiliki prestasiakademik bagus, akhlaqnya jugabagus, tetapi kualitas keagamaannyakurang bagus. Dalam arti belum maumencintai masjid. Sedangkan yangtersesat dalam kegiatan yang negatifmemang lebih banyak. Merekacenderung menghabiskan waktusehari-hari di luar jam sekolah ataukuliah adalah dengan minum-minuman keras, obat-obat terlarangdan pergaulan bebas lainnya. Masing-masing tipe remaja ini berjalandengan gaya hidupnya sendiri-

sendiri, tidak guyub (istilahjawa=akrab, berbaur).

Di sisi lain, mulai adakebersamaan di kalangan remaja darikedua kelompok ini. Hal ini ditandaidengan kerelaan masing-masingpihak untuk mau berbagi dalammengakses lapangan sebagai satu-satunya wilayah publik yang dimilikikampung Sayidan, untuk berbagikegiatan olah raga dan arena bermain.Dengan adanya kebersamaan ini,maka di antara mereka mulai adakontak dan interaksi awal, meskipunmasih sangat terbatas, dan belumterorganisir. Meskipun demikian,kondisi ini merupakan pertandapositifdan mampu meredam konflik,setidaknya untuk sementara waktu.Artinya, fase ini merupakan fasetransisi, apabila terjadi sedikit sajaperselisihan pada fase ini, makakonflik yang ada bisa jaditermanifestasikan dalam bentuk yanglebih konkrit seperti konfrontasilangsung.

Menurut Dayaksini danHudaniah, kondisi demikian akandapat secara efektif mengurangi danbahkan meredamkan konflik yangterjadi apabila kebersamaan tadidapat menciptakan situasi kontakyang menyenangkan dan salingmendukung, atau dapatmenciptakansituasi kontak yang melibatkan

68 JTJRNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008

Page 7: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Noorkamilal.>: Kobesii'itas Kemafa lilam di Ka>>ipitng Strjldan, *)

aktivitas yang interdependen sertakooperatif, dan atau mampumenciptakan iklim sosial yangmenyenangkan dan harmonis.'

3. FaseDamaiFase damai ditandai dengan

kesediaan kedua kelompok ini untukbergabung dalam lembagakeagamaan yang dibentuk saat itu,yakni Forum Keakraban Muda-mudiIslam Sayidan (Fokmiss). Forum inimemang sengaja dibentuk olehbeberapa orang yang memilikikesadaran untuk membentuk sebuahwadah bagi pembinaan remaja Islamdi Sayidan, yang saat itu belum ada.Di samping itu, forum ini juga didisainsedemikian rupa sehingga dapatmempertemukan berbagai latarbelakang sosial keagamaan remajaIslam Sayidan dalam sebuah forumbersama. Oleh karena itulah forum inidinamakan Forum Keakraban, yangsebenarnya memiliki maksudtersendiri, yakni agar kesan bahwabelajar agama itu serius danmenegangkan dapat berubahdengan menyajikan Islam yangmenyenangkan, sehingga dapatditerima oleh berbagai pihak.Rupanya pembentukan forum inidilakukan pada saat yang tepat, saatkedua kelompok remaja berusahameredam konflik dengan aktivitasbersama. Pada situasi inilah, forum

keakraban hadir dan mengorganisirinteraksi sosial yang telah diawalipada fase sebelumnya.

Ternyata dengan nama ForumKeakraban ini memang cukupmenarik minat para remaja IslamSayidan, baik yang di Utara maupunyang di Selatan, untuk turutberpartisipasi aktif dalam kegiatanyang diselenggarakan Fokmiss. Halini terbukti dengan antusiasme remajasaat itu cukup baik, ditunjukkandengan sambutan mereka dalammenghadiri acara-acara yangdiselenggarakan. Pada awalpembentukannya, karena belum adaMasjid kampung, kegiatan Fokmissdilaksanakan secara bergilir darirumah ke rumah, sehingga secaratidak langsung melakukansilaturrahim (kontak-interaksi sosial)kepada keluarganya. Kebijakan initernyata cukup strategis, karenaapabila acara diselenggarakan disalah seorang peserta yang tinggal diSayidan Selatan, maka mereka yangtinggal di Utara mau tidak mau haruske Selatan juga. Demikian pulasebaliknya. Akan tetapi penyelengga-raan kegiatan di rumah-rumahpenduduk ini tidak lama berlangsung,mengingat kekhawatir-an pengurusFokmiss bila kegiatan yangdiselenggarakan dapat menggangustabilitas rumah tangga tersebut, baiksecara ekonomi maupun aspek

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008 69

Page 8: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Noorfeamita/j: Kohesil'itas Rsma/a lslam d

lainnya. Atas pertimbangan tersebut,maka kegiatanpun dipindah ke balaikampung (balai RK) Sayidan, yanglokasinya relatif berada di tengah-tengah kampung, tneskipuncenderung lebih dekat ke Utara. Disamping itu karena tempatnyaterbuka, maka dapat terlihat olehorang banyak. Baru setelah itu,beberapa saat kemudian didirikanlahmasjid Al-Ihsan sebagai pusatkegiatan keagamaan kampung.

Walaupuntempat kegiatanberpindah-pindah, akan tetapiinteraksi di antara remaja Sayidan inimasih terus berlanjut. Bahkan,lambat-laun, karena seringnyamelakukan interaksi di antaramereka, kemudian prasangka-prasangka yang selama inimenyelimuti kedua kelompok remajaini sedikit demi sedikit semakinberkurang. Hal ini menjadi kewajaranbila merujuk pada pendapatDayakisni dan Hudainah'", bahwasalah satu cara untuk mengurangiprasangka adalah dengan melakukankontak langsung. Kontak langsungyang terjadi di antara ramaja lslamSayidan dapat secara efektifmengurangi prasangka-prasangkayang ada, dikarenakan beberapa hal,yakni (1) mereka berada pada usiadan status sosiaI yang relatif sama, (2)adanya tujuan lebih tinggi yanghendak dicapai, (3) situasi kontak

menyenangkan dan salingmendukung (4) hubungan yangterjadi adalah hubungan 'intim',dalam arti hubungan yangmenimbulkan ikatan bathin di antarasesama remaja tersebut. Selanjutnyahubunganpun menjadi semakinharmonis, ditandai dengan keinginanuntuk saling menjemput bila hendakberangkat kajian, atau mengajakberangkat bareng untuk sekedarsholat berjama'ah di masjid,sebagaimana dituturkan oleh salahseorang anggota FokMIsS.

Adanya interaksi antara remajadi kedua kelompok tersebut, secaratidak langsung memberikan pesankepada remaja Iain di masing-masinglingkungannya bahwa kini telahterjadi perubahan di antara keduakelompok. Selanjutnya remaja lainyang tidak tergabung dalam Fokmisspun mulai saling melakukan interaksiantara yang satu dengan lainnya.Gambaran tersebut menunjukkanbahwa keterlibatan remaja-remajatersebut dalam Fokmiss menjadipenyebab utama terjadinya interaksiantara keduanya. Dengan demikianmaka sebenarnya Fokmiss dalam halini berperan sebagai struktur mediasiyang menjembatani keteganganantara remaja sayidan utara denganselatan. Memang belakangan inimuncul beberapa lembagakepemudaan seperti kelompok olah

70 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008

Page 9: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Noorkawiltib: Ko/.>e.<h'itat Rema/a lslani di Kamptitlg Sayidan, i'ogyakarla

raga dan karang taruna, akan tetapipada awal mulanya, Fokmissmerupakan satu-satunya lembagayang dapat digunakan sebagai ajangaktualisasi remaja.

Remaja Islam yang berasal dariselatan menjadi sering melakukaninteraksi dan memberikan pengaruhterhadap remaja lain di utara karenaletak masjid sebagai pusat kegiatankeagamaan remaja berada di utara.Demikian pula sebaliknya, remajaIslam yang tinggal di utarapun tidaklagi sungkan untuk melakukaninteraksi dengan remaja lain diselatan karena banyak teman-temannya sesama aktifis remajamasjid yang dapat dikunjungi.

Sclain berperan sebagai strukturmediasi, Fokmiss dalam kasus inijugamemainkan peran sebagai sauetyua/ue (katup penyelamat)" yangmerekatkan dua kelompok remajayang berkonflik di Sayidan. Melihatdari proses pembentukannya, makakatup penyelamat ini merupakansebuah mekanisme sosial yang terjadisecara alamiah. Keadaanlah yang'memaksa' beberapa orang diSayidan yang kemudian berinisiatifmembentuk sebuah forum sebagaisolusi terbaik untuk menjembataniberbagai persoalan sosial keagamaanyang terjadi di kampung Sayidan.

4. Fase Kohesi

Proses pembentukankohesivitas kelompok di antararemaja Islam Sayidan tidak dapatterlepas dari adanya ForumKeakraban Muda-mudi Islam Sayidan(Fokmiss), sebuah forum yang sengajadibentuk untuk mewadahi kegiatankeagamaan remaja Islam di kampungSayidan. Kohesivitas kelompok itusendiri merupakan dampak positifdari terbentuknya Fokmiss. Dengankata lain, Fokmiss menjadi mediayang cukup efektif dalam prosespembentukan kohesivitas kelompokremaja Islam di kampung Sayidan.

Dengan demikian makaFokmiss menduduki peran utamadalam pembentukan kerekatan sosial(kohesivitas) di kaIangan remaja blamdi kampung Sayidan. Keduakelompok Sayidan utara dan Sayidanselatan yang selama bertahun-tahundilanda konflik, setelah adanyaFokmiss kedua kelompok ini dapatmeredakan konflik tersebut. Bahkankemudian terjadi kerekatan sosial(kohesivitas) di antara mereka.Bagaimana proses pembentukankohesivitas kelompok tersebut terjadi,akan dibahas dalam sub bab berikut.

C. PROSESPEMBENTUKAN

KOHESMTAS

Proses pembentukankohesivitas kelompok remaja Islam di

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008 71

Page 10: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Noorfeami/ab: K,obesn>itas Pj;maja lslatn di Kampung

kampung Sayidan berlangsungsecara gradual, akan tetapi tidak adatahapan-tahapan tertentu yang bakuyang secara hierarkismenggambarkan proses tersebut.Melainkan terjadi proses dialektikadalam beberapa aspek yangmempengaruhi proses tersebutsehingga kemudian dalam kurunwaktu tertentu membentukkohesivitas kelompok yang semakinlama semakin membesarspektrumnya, kalau diibaratkanseperti bola salju, yang semakin lamasemakin menggelinding kebawahdan semakin besar.

Salah satu indikator terjadinyakohesivitas dalam sebuah kelompokadalah dilihat dari frekuensikehadiran anggota kelompok,apakah kehadiran anggota tepatwaktu, apakah anggota kelompokmenikmati kegiatan dan cenderunguntuk mempertahankankeikutsertaan dalam kegiatankelompok, juga dapat dilihat darikemungkinan apakah mereka yakindapat bekerjasama dengan anggotakelompok yang lain.'^ Dengan katalain partisipasi kelompok dalam kasusini menjadi penting untukmembentuk kohesivitas kelompok diantara remaja Sayidan.

Partisipasi aktif dari remajaIslam Sayidan dalam berbagaikegiatan ditunjukkan dengan

frekuensi kehadiran remaja lslamdalam kegiatan-kegiatan keagamaanyang diselenggarakan di masjidkampung dan diorganisir olehFokmiss. Selain itu, mereka jugacenderung untuk hadir tepat waktu.Dalam pelaksanaan kegiatan pun,mereka menunjukkan partisipasinyadengan menjadi peserta aktif.Partisipasi anggota juga ditunjukkandengan memberikan usul dan saranserta berbagai keinginan-keinginanyang diharapkan anggota dariFokmiss.

Adapun kegiatan-kegiatan yangdiselenggarakan oleh Fokmisstersebut berupa pengajian remajayang merupakan kegiatan rutinpekanan, juga wisata rohani yangmerupakan kegiatan insidental.Menurut penjelasan Ketua Fokmiss,kegiatan-kegiatan tersebut sebisamungkin merupakan inisiatif dariremaja Islam sebagai peserta kegiatan,misalnya dalam mengangkat temapengajian ataupun bentukkegiatannya. Sehingga dengandemikian peserta betul-betul merasaterlibat dan dilibatkan dalam proseskegiatan.

Tingginya solidaritas dalamsebuah kelompok akan semakinmengokohkan interaksi sosial yangterjadi di antara anggota kelompoktersebut." Dengan kata lain, adanyasolidaritas dalam sebuah kelompok,

72 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008

Page 11: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

: Kohesil'itas Rema/a hlam di Karnpiing Sayidan, 1

dalam kasus ini, akan dapatmembangun dan mempertahankankohesivitas kelompok remaja IslamSayidan. Solidaritas tersebutdiwujudkan dalam bentuk salingmemberikan kepercayaan dandukungan di antara sesama, jugaditunjukkan dengan salingmengunjungi teman mereka yangsakit, menolong yang sedangkesusahan, dan sebagainya. Bahkankepedulian ini tidak hanyaditunjukkan kepada sesama remajasaja melainkan juga kepada anggotakeluarganya."

Keikutsertaan (partisipasi aktif)remaja Islam dalam berbagai kegiatankeagamaan yang diselenggarakanoleh Fokmiss betul-betul dihargai.Penghargaan ini diberikan terutamakepada mereka yang baru ikutbergabung dalam kegiatan-kegiatanremaja Islam. Penghargaan tersebutdiwujudkan dalam berbagai bentuk,seperti memberi pengakuan yangmenunjukkan bahwa kehadiranmereka dalam kegiatan-kegiatantersebut betul-betul diharapkan.Setelah mereka mulai aktif danmenunjukkan kesungguhan(loyalitas) terhadap kegiatan-kegiatantersebut, kemudian mereka diberitanggung jawab seperti dalamkepanitiaan kegiatan tertentu,sehingga memunculkan rasa percayadiri dan tanggung jawab untuk

mensukseskan kegiatan, akibatnyatingkat partisipasi mereka dalamkegiatan pun semakin meningkat.Adanya pengakuan dan penerimaanterhadap anggota kelompok, menurutJohnson & Johnson merupakansalah satu indikatqr terjadinyakohesivitas dalam kelompoktersebut.'5

Situasi dan hal-hal lain yangmenyenangkan bagi anggota yangdiperolehnya dalam suatu kelompok,adalah menjadi salah satuindikatoradanya kohesivitas dalam kelompoktersebut'^. Untuk memenuhikebutuhan ini, hal yang dilakukanoleh kelompok remaja Islam Sayidanadalah dengan memberikan namaparapan (nama alias, biasanya namayang unik dan terkesan lucu)sehingga dapat mempertahankandan meningkatkan kerekatan diantara mereka. Dalam setiap kegiatanatau pertemuan-pertemuan yangterjadi, mereka saIing menyapadengan nama parapan-nya masing-masing, yang hanya dikenal danberlaku di kalangan mereka sendiri,"misalnyasebutsajafbimo. Biasanyamereka lebih senang dipanggildengan nama parapan tersebut'menjadi lebih akrab', demikiankesan salah seorang remajamengomentari nama parapannya.Nama parapan itu sendiri diberikanoleh salah seorang di antara mereka

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008 73

Page 12: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

NoorkamUab; Kobesii>itas Remaja hlam di Ka

yang diakui keahliannya dalammemberikan nama parapan.

Situasi yang menyenangkanatau tidak menyenangkan, akanmenjadi penilaian tersendiri bagianggota sebuah kelompok yangdapat mempengaruhi keputusannyauntuk tetap bertahan daIamkelompok tereebut ataukah mundur.^Hal ini betul-betul disadari terutamaoleh para pengurus Fokmiss,sehingga berbagai kegiatan yangdisajikan dapat menyenangkanpesertanya. Untuk tujuan ini,kegiatan-kegiatan yangdiselenggarakan didesain sedemikianrupa sehingga tidak menjenuhkanpeserta, misalnya merubah formatpengajian menjadi lebih variatif.Selain itu mengadakan kegiatan lainyang sifatnya refreshing. Sebisamungkin kegiatan dikemas sesuaidengan keinginan peserta. Bahkanusulan materi dan bentuk kegiatanpun berasal dari mereka sendiri.Untuk ini, ada semacam buku curhatyang boleh diisi oleh siapa saja untukmengungkapkan unek-unek, usulatau saran mereka bagiperkembangan kegiatan.

Di antara variasi kegiatanadalah misalnya dengan merubahformat kajian rutin dengan pemutaranfilm yang Islami, atau denganmengadakan pelatihan-pelatihan.

Selain itu juga untuk meningkatkankualitas pengurus, diadakan pelatihandan kajian khusus pengurus, dengantarget mereka dapat menjadi sebuahTim Dakwah Kampung Sayidan.Remaja Islam Sayidan jugatampaknya menyadari betapapntingnya ilmu pengetahuan,sehingga tidak cukup hanya denganmengadakan kajian rutin pekanansaja, tetapi mereka jugamencanangkan dibukanyaperpustakaan. Kegiatan-kegiatan kearah perintisan pembukaanperpustakaan sebenarnya sudahjauh-jauh dilakukan, sepertimenyiapkan buku-buku besertalemarinya, akan tetapi banyakkendala-kendala yang dihadapi, diantaranya musibah gempa 27 Meiyang lalu. Meskipun demikian,program pengadaan perpustakaan inimasih menjadi target pada bulanRamadhan tahun ini.

Emile Durkheim, seorangsosiolog Perancis angkatan pertama,dari hasil penelitiannyamenyimpulkan, bahwa ritual-ritualreligius membantu orang untukmengembangkan rasa sepaguyuban(sense o/ community)." Rupanyakegiatan-kegiatan keagamaan yangdilaksanakan di masjid kampungSayidan menjadi motif tersendiri bagipara remaja di kampung ini bahwamereka memiliki kesamaan nilai-nilai

74 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008

Page 13: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

^oorka>nilab: Kobesmtas Rewaja lslam di Kampnng Sayidan, i "ogyukcn1a

yang dianut, dalam hal ini agamaIslam. Dengan kata lain, remaja IslamSayidan menyadari bahwa agamamerupakan sistem acuan nilai (sysfemo/ re/erenced ua/ues) bagipemeluknya, dalam keseluruhansikap dan tindakan (system o/action)kescharian. Hal ini kemudian menjadikekuatan tersendiri yang dapatmempersatukan mereka dalamFokmiss, yang membedakannyadengan organisasi kemasyarakatanlain seperti karang taruna ataukelompok olah raga.

Adanya beberapa aspek yangmempengaruhi terbentuknyakohesivitas kelompok pada remajaIslam Sayidan tersebut, menunjukkanbahwa kohsivitas kelompok yangterjadi di Sayidan adalah akumulasidari berbagai aspek yang salingberdialektika dan salingmempengaruhi antara aspek yangsatu dengan lainnya, sehinggakemudian membentuk kohesivitasdalam kelompok tersebut.

Dengan demikian, makakohesivitas kelompok yang terjadipada remaja Islam Sayidan, tidaklahdapat terwujud hanya berdasarkansalah satu aspek saja, melainkanmerupakan irisan dari keseluruhanaspek-aspek tersebut di atas.

D. lMPLlKASI KOHESWnAS KELOMPOK

REMAJA ISLAM TERHADAP REMAJA

LAIN D1 KAMPUNG SAYIDAN

Implikasi adanya kohesivtaspada kelompk remaja iIslam Sayidan,memberikan implikasi pada polainteraksi antar sesama remaja dikampung Sayida juga menimbulkanperubahan pola keagamaan padaumumnya remaja Sayidan.

J. PoIaInterakslSosialSebagaimana telah diuraikan

dimuka, bahwa terjadi konflik sosialyang berkepanjangan antara remajaIslam di kampung Sayidan utaradengan selatan, yang menyebabkaninteraksi sosial di antara keduakelompok tersebut menjadi kurangharmonis, bahkan dipenuhi denganprasangka-prasangka. Sekedaruntukberinteraksi saja harus berhadapandengan kelompoknya sendiri karenaada konvensi untuk tidakberhubungan sama sekali dengankelompok lainnya. Kini, setelahbergabungnya kedua kelompokremaja dalam Forum KeakrabanMuda-mudi Islam Sayidan (Fbkmiss),kemudian menjadi pemicuterbukanya kran interaksi sosial diantara kedua kelompok yangberkonflik tersebut.

Adanya interaksi sosialmerupakan syarat utama terjadinya

JURNAL DAKWAH, VoI. IX No. l,Januari-Juni 2008 75

Page 14: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Xoo>-kamilab: Kdtesmtas RemaJa lshim

aktivitas-aktivitas sosial.*' Interaksisosial itu sendiri menurut Gillin &Gillin merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yangmenyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antaraorang-perorangan dengan kelompokmanusia." Adapun interaksi sosialyang terjadi di antara remaja IslamSayidan, adalah interaksi yangberlangsung antara orang-perorangandalam tubuh Fokmiss, dan interaksiantara orang-perorangan dengankelompok manusia (lembaga).

a. Interaksi antara orang-perorangan.

Tidak sedikit remaja yangtergabung dalam kelompok Fokmisstidak saling kenal. Hal inidimungkinkan oleh beberapa faktor,boleh jadi karena sebelumnya adalarangan untuk menjalin kontakantara remaja Sayidan Utara denganSelatan. Di samping itu mobilitasremaja Sayidanjuga cukup tinggi, adayang sekolah, kuliah, maupunbekerja. Ada yang penduduk asli,ngontrak maupun kost-kostan.Sehingga menjadi kewajaran bilabanyak di antara remaja tersebut yangbelum saling kenal, sampai merekakemudian dipertemukan dalamforum kegiatan keagamaan di masjid.

Pertemuan mereka dalam

kegiatan-kegiatan Fokmiss menjadisarana yang cukup efektif untukmembangun kontak awal dankomunikasi di antara mereka. Kontakawal yang berlanjut dengan kontak-kontak berikutnya, menjadikanmereka terlibat dalam interaksi yanglebih intens, karena ada tujuan dankepentingan yang sama, yang padaakhimya mengantarkan mereka padasebuah kondisi dimana terjadi rasakebersamaan dan rasa memilikiterhadap Fokmiss. Kondisi inimembawa mereka padakeberpaduan atau kerekatan sosial(kohesivitas) di antara mereka, dandalam waktu yang bersamaan sedikitdemi sedikit meredamkan konflikyang sebelumnya rnelekat padamereka.

Bila dilihat dari prosesnya,maka interaksi sosial yang terjadiantara sesama remaja Islam Sayidanini berlangsung didasarkan padafaktor identifikasi, dimana antara yangsatu dengan yang lainnya memilikikeinginan-keinginan untuk menjadilebih baik, sebagaimana yangditunjukkan oleh pionir dalamkelompok tersebut. Hal ini merujukpada penjelasan Soekanto, bahwaidentifikasi sebenarnya merupakankecenderungan-kecenderungan ataukeinginan-keinginan dalam diriseseorang untuk menjadi samadengan fihak lain.^

76 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008

Page 15: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Noorkamilah: Kobes/l'!tas Rettfaja hLim di Kainpnng Sayidati,

Proses identifikasi ini akanmenjadi produktif apabila orang yangdiidentifikasi benar-benar layak untukdijadikan tipe ideal sehinggapandangan-pandangan, sikap-sikapmaupun kaedah-kaedah yangberlaku pada orang yangdiidentifikasi ini telah benar-benarsesuai dengan agama Islam sebagaireferenced ofualues bagi keseluruhansikap, perilaku dan tindakankeseharian. Oleh karena itu masihdiperlukan kontrol sosial yang dapatmenjembatani kesenjangan antaraorang yang diidentifikasi sebagaikenyataan dengan tipe ideal yangseharusnya.

b. Interaksl antara RemajaIslam (perorangan) denganKelompok (Lembaga) SoslalLaln

Frekuensi interaksi yangberlangsung antara remaja Islamdalam kegiatan keagamaan,menjadikan di antara merekasemakin akrab dan saling mengenallebih jauh antara satu denganlainnya. Saling mengenal potensi dankepribadian masing-masing, sertasetting keluarga, pendidikan,ekonomi, aktivitas sosial politik, dansebagainya. Dalam waktu tertentudan pada remaja-remaja tertentu, halini kemudian menjadikan merekalebih mengenal lembaga-lembaga

kemasyarakatan lain dan kemudianmelalui mekanisme tertentu menjadiaktif juga dalam lembaga-lembagatersebut.

'Fbdahalsebelum aktifdi masjid(dalam kegiatan keagamaan)ini, saya benar-benar tidafcpernah terllbat dalam kegiatankemasyarakatan. Sekarang,saya dilibatkan dalam berbagaikegiatan, sampai-sampaiterkadang ada kegiatan yangbentrok sehingga saya bingungharus pilih yang mana'.

Demikian penuturan salahseorang remaja yang aktif mengikutikegiatan-kegiatan keagamaan dimasjid, mengenai keterlibatan dirinyadalam berbagai aktifitas kegiatankemasyarakatan di kampungnya.

Terbukanya kran interaksi sosialremaja Islam dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan lain adalahmmemberikan implikasi positif bagiremaja itu sendiri sebagai pribadimaupun bagi lingkungan sekitamya.Akan tetapi, di sisi lain hal tersebutsebenarnya dapat sekaligus jugamenjadi ancaman bagi kohesivitaskelompok remaja Islam yang telahterbentuk. Dalam hal ini, adanyakebebasan bagi seluruh anggotauntuk mengaktualisasikan dirinyadimana saja diluar kegiatankeagamaan di masjid, dalam kondisi

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,januari-Juni 2008 77

Page 16: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

Noorkamikib: Kohe.ui'itas Remya lslam d

tertentu justru dapat menjadibumerang dan mengancammelemahnya kohesivitas kelompokdi antara remaja Islam tersebut. Halini dapat terjadi apabila salah seorangremaja Islam dalam kelompoktersebut sudah tidak dapatmenjalankan amanah dengan baik,sehingga sudah tidak dapatdiandafean untuk diajak bekerjasamadalam kelompoknya, mengingatkesibukannya di kelompok lain jugaharus ditunaikan.

Bukanlah suatu hal yang tidakmungkin kohesivitas kelompok dapatmenguat atau justru semakinmelemah. Ketika kohesivitasmelemah, maka konflik pun bisamuncul kembali. Dalam penjelasan-nya mengenai kohesivitas kelompok,Johnson & Johnson menjelaskanbahwa adanya konflik dalam sebuahkelompok yang telah sampai padatingkat kohesivitas tertentu masihsangat mungkin terjadi. Artinya,potensi konflik masih terusmenghantui, terlebih dalamkelompok remaja Islam ini, yangkelahirannya saja dibidani olehadanya konflik antara dua kelompok.OIeh karena itu kemampuanpengurus daIam memenej konflikdalam hal ini diuji denganmempertaruhkan kohesivitaskelompok yang telah terbentuk.

2. Perubahan Stkap danPerilaku Keagamaan

Keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, bagi sebagianremaja Islam Sayidan, memberikanimplikasi terhadap sikap dan perilakukeagamaannya. Menurut pengakuanbeberapa remaja, mereka cenderungmerasa ada peningkatan dalam halibadah. Bila sebelumnya tidakpernah menjalankan kewajiban,katakanlah shalat lima waktu, makakini sudah lebih baik. Paling tidak 4kali shalat wajib dijalankan, 'biosanyashalat shubuh saya masihketinggalan, tapi itu sudah jauh lebihbaik, kalau dulu saya sama sefca/inggafc shalat', demikian pengakuansalah seorang remaja. Ia jugamengaku mulai mencintai masjid,padahal dulu sama sekali tidaktertarik dengan masjid.

Kondisi ini juga temyata lambatlaun mampu mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, sehingga maumelakukan hal yang sama. Bilasebagian di antaranya masih engganuntuk berangkat ke masjid, akantetapi dalam praktek ibadahkesehariannya sudah mulaimenunjukkan perubahan positif.

D. PENUIUP

Gambaran mengenai proseskohesivitas kelompok remaja IslamSayidan beserta implikasinya tersebut

78 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008

Page 17: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

>iilalj: Ki>bfS!i'iltis R,eMa/a Is/am di Kampung Sayitlan, } 'oQ>

diatas, dapat disimpulkan dalambeberapa point sebagai berikut:1) Kohesivitas kelompok remaja

Islam Sayidan merupakan bagiandari rangakain proses perubahansosial yang terjadi, yang berawaldari adanya konflik sosial,kemudian mereda dan denganterbentuknya suatu mekanismesosial yang terjadi secara alamiah,yakni adanya struktur mediasisebuah forum keakraban remajaIslam (Fokmiss) yang memainkanperan sebagai katup penyelamat(sauety ua/ue), akhimya keduakelompok dapat berdamai dankemudian terjadilah proseskohesivitas dalam kelompokgabungan tersebut.

2) Kohesivitas kelompok remajaIslam Sayidan tersebut terjadikarena adanya unsur-unsur yangsaling mempengaruhi dan salingberdialektika, yakni adanyapartisipasi dari anggotakelompok, rasa solidaritas yangmenumbuhkan rasakebersamaan dan rasa memilikiterhadap Fokmiss, adanya polainteraksi yang menarik dengannama parapan, serta adanyakesadaran bahwa agama sebagaisistem acuan nilai (system ofreferenced values) dalamkehidupan sehari-hari.

3) Kohesivitas kelompok dalamFokmiss memberikan implikasiterhadap pola interaksi dalammasyarakat secara umum dikampung Sayidan, sertamemberikan pengaruh padaperubahan sikap dan perilakukeagamaan masyarakat dikampung Sayidan.

Catatan:' Veeger, RealitasSosial, 1993.

^ Hendropuspito, Sosio/ogi Agama,1984.

^ Johnson & Johnson, JoiningTogether, 1991, hlm. 462.

* Ibid, hlm. 463.

' Stereotype adalah prakonsepsi idemengenai kelompok, suatu imagc yang padaumumnya sangat sederhana, kaku dan kliseserta tidak akurat. Ketidakakuratan ini terjadikarena sering stereotype timbul dari prosesovergeneraIisasi {periuasan karakteristiksuatukelompok kepada karakteristik anggota-anggota kelompoknya) (lihat Dayaksini danHudainah, Psikologi Sosial, 2001, hlm. 111.

' Wawancara dengan Ind, 22September2006.

' Lihat Coser, loc. cit.

' Wawancara dengan Sdk, tanggal 30Agustus2006.

' Dayakisni dan Hudainah, op. cit,hlm. 119.

hlm. 119.' Dayakisni dan Hudainah, op.ci(.,

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1,Januari-Juni 2008 79

Page 18: KOHESIVITAS REMAJA ISLAM Noorkamilahdigilib.uin-suka.ac.id/8368/1/NOORKAMILAH KOHESIVITAS REMAJA ISLAM... · inkulturasi nilai hukum adat serta memberikan sangsi pelanggaran terhadap

ti l{luni d

" Lihat Coser, /oc.cit.

^ Lihat Johnson & Johnson, /oc. cit.

" Gerungan, Psikologi Sosial, 2000,hlm. 95.

"/bid.

'^LihatJohnson&Johnson, /oc.cit.

"Ibid.

^ Untuk mengctahui nama parapanmasing-masing, kalau ditanya secara langsungmereka tidak akan mengaku dan

menyebutkan namanya, melainkan harus jelimendengarkan percakapan yang terjadi diantara mereka.

" Lihat Johnson & Johnson, /oc.ci(.

" Da]am Horton dan Hunt, Sosio/ogi,1996, hlm. 306.

*" Soekanto, Sosiologi: SuatuPengantar, 1982, hlm. 55.

" Jbid.

& Ibid, hlm. 57.

80 JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008