haid pada jemaah haji

88
TERAPI HORMON Pengaturan Haid bagi Calon Jemaah Haji Sabtu, 24 Nopember 2007 Menstruasi atau haid bagi sebagian perempuan merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu setiap bulannya, tetapi ada sebagian yang ingin menundanya. Contohnya, pasangan pengantin baru yang akan berbulan madu dan perempuan yang akan menjalankan ibadah haji. Larangan perempuan sedang haid menjalankan ibadah haji membuat banyak pihak mencari upaya untuk menunda kedatangan "tamu bulanan" tersebut. "Di masa lalu, penundaan haid dilakukan dengan mengkonsumsi makanan tertentu seperti daun pepaya. Namun, upaya itu tidak terlalu efektif, karena haid bisa saja datang tiba-tiba. Biasanya, perempuan yang siap berhaji akan merasa menyesal yang luar biasa. Karena haji kan dilaksanakan satu tahun sekali, selain itu biayanya juga mahal," kata Prof Dr Ali Baziad Sp OG (K), Kepala Divisi Imunoendokrinologi, Departemen Obgin, FKUI/RSCM dalam media edukasi tentang "Pengaturan Haid untuk Ibadah Haji", di Jakarta, pekan lalu. Namun, Prof Ali menambahkan, teknologi kedokteran yang berkembang pesat memungkinkan penundaan haid melalui terapi hormonal. Haid bisa diatur sesuai dengan keinginan, yaitu bisa dimajukan atau dimundurkan. Kebanyakan pasien meminta untuk dimundurkan. "Penggunaan terapi hormonal diperbolehkan karena ada Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 12 Januari 1979 menyebutkan, bahwa penggunaan obat anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya adalah mubah," katanya. Menurut Prof Ali Baziad, SpOG (K), pengaturan siklus haid bisa dilakukan dengan menggunakan pil hormon. Saat ini ada tiga jenis hormon yang bisa dipilih, yakni progestin (progesteron saja), kombinasi estrogen dan progesterone (pil KB), serta GnRH agonis yang berbentuk suntik. "Pil progesteron tersebut dikonsumsi satu bulan sebelum ibadah haji atau 14 hari sebelum haid," katanya. Dijelaskan, haid merupakan peristiwa terjadinya peluruhan lapisan dalam dinding rahim yang timbul pada suatu periode tertentu. Pada periode siklus haid dikenal adanya fase-fase haid, yaitu fase prolifase, yang berlangsung pada hari ke 5-14. Pada fase itu pematangan folikel di ovarium didominasi hormon estrogen untuk pembentukan lapisan fungsionalis. Selanjutnya fase transformasi yang berlangsung pada hari ke 14-21 yang mana sel telur (ovum) siap untuk dibuahi. Fase itu didominasi hormon progesteron. Fase sekresi berlangsung pada hari ke 21-28. Pada fase itu terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron bila sel telur tidak dibuahi. "Penurunan kadar hormon progesteron itulah yang menyebabkan terjadinya peluruhan dinding rahim yang tadinya menebal sebagai persiapan lokasi implantasi atau berkembangnya janin. Peluruhan itu disebut fase menstruasi," katanya. Lebih lanjut Ali menjelaskan, cara kerja pil hormon. "Haid berhenti karena tubuh memperoleh hormon dari luar, akibatnya kerja hormon di otak terhambat dan sel telur tidak bisa matang," kata Prof Ali seraya menambahkan jika penundaan haid jangka panjang dapat dilakukan hingga lebih dari 14 hari. Riset yang dilakukan Prof Dr Biran Affandi, SpOG (K) selama 10 tahun terhadap 45 perempuan berusia 25-42 tahun, yang menginginkan penundaan haid untuk ibadah haji menunjukkan bahwa pil hormon progesterone "norethisterone" efektif menunda haid hingga 100 persen. Meski penggunaan pil hormon tergolong aman namun orang yang ingin mengonsumsinya sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. "Dosis untuk

Upload: masrizal-dt-mangguang

Post on 27-Oct-2015

269 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

TERAPI HORMON

Pengaturan Haid bagi Calon Jemaah Haji

Sabtu, 24 Nopember 2007

Menstruasi atau haid bagi sebagian perempuan merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu setiap bulannya, tetapi ada sebagian yang ingin menundanya. Contohnya, pasangan pengantin baru yang akan berbulan madu dan perempuan yang akan menjalankan ibadah haji. Larangan perempuan sedang haid menjalankan ibadah haji membuat banyak pihak mencari upaya untuk menunda kedatangan "tamu bulanan" tersebut.

"Di masa lalu, penundaan haid dilakukan dengan mengkonsumsi makanan tertentu seperti daun pepaya. Namun, upaya itu tidak terlalu efektif, karena haid bisa saja datang tiba-tiba. Biasanya, perempuan yang siap berhaji akan merasa menyesal yang luar biasa. Karena haji kan dilaksanakan satu tahun sekali, selain itu biayanya juga mahal," kata Prof Dr Ali Baziad Sp OG (K), Kepala Divisi Imunoendokrinologi, Departemen Obgin, FKUI/RSCM dalam media edukasi tentang "Pengaturan Haid untuk Ibadah Haji", di Jakarta, pekan lalu.Namun, Prof Ali menambahkan, teknologi kedokteran yang berkembang pesat memungkinkan penundaan haid melalui terapi hormonal. Haid bisa diatur sesuai dengan keinginan, yaitu bisa dimajukan atau dimundurkan. Kebanyakan pasien meminta untuk dimundurkan. "Penggunaan terapi hormonal diperbolehkan karena ada Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 12 Januari 1979 menyebutkan, bahwa penggunaan obat anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya adalah mubah," katanya.Menurut Prof Ali Baziad, SpOG (K), pengaturan siklus haid bisa dilakukan dengan menggunakan pil hormon. Saat ini ada tiga jenis hormon yang bisa dipilih, yakni progestin (progesteron saja), kombinasi estrogen dan progesterone (pil KB), serta GnRH agonis yang berbentuk suntik. "Pil progesteron tersebut dikonsumsi satu bulan sebelum ibadah haji atau 14 hari sebelum haid," katanya.Dijelaskan, haid merupakan peristiwa terjadinya peluruhan lapisan dalam dinding rahim yang timbul pada suatu periode tertentu. Pada periode siklus haid dikenal adanya fase-fase haid, yaitu fase prolifase, yang berlangsung pada hari ke 5-14. Pada fase itu pematangan folikel di ovarium didominasi hormon estrogen untuk pembentukan lapisan fungsionalis.Selanjutnya fase transformasi yang berlangsung pada hari ke 14-21 yang mana sel telur (ovum) siap untuk dibuahi. Fase itu didominasi hormon progesteron. Fase sekresi berlangsung pada hari ke 21-28. Pada fase itu terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron bila sel telur tidak dibuahi."Penurunan kadar hormon progesteron itulah yang menyebabkan terjadinya peluruhan dinding rahim yang tadinya menebal sebagai persiapan lokasi implantasi atau berkembangnya janin. Peluruhan itu disebut fase menstruasi," katanya. Lebih lanjut Ali menjelaskan, cara kerja pil hormon. "Haid berhenti karena tubuh memperoleh hormon dari luar, akibatnya kerja hormon di otak terhambat dan sel telur tidak bisa matang," kata Prof Ali seraya menambahkan jika penundaan haid jangka panjang dapat dilakukan hingga lebih dari 14 hari. Riset yang dilakukan Prof Dr Biran Affandi, SpOG (K) selama 10 tahun terhadap 45 perempuan berusia 25-42 tahun, yang menginginkan penundaan haid untuk ibadah haji menunjukkan bahwa pil hormon progesterone "norethisterone" efektif menunda haid hingga 100 persen. Meski penggunaan pil hormon tergolong aman namun orang yang ingin mengonsumsinya sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. "Dosis untuk tiap perempuan berbeda-beda, antara orang yang gemuk dan yang kurus," kata Ali. Selain berat badan, faktor lainnya adalah usia. Menurut Ali calon jemaah haji yang berusia di atas 40 tahun tidak dianjurkan mengonsumsi pil hormon sintetik. "Di usia tersebut sudah banyak gangguan kesehatan, jadi sebaiknya memakai pil hormon yang alami, seperti pil KB," katanya. Demikian pula untuk pasien pengidap kanker payudara atau kanker leher rahim. Mereka tidak diizinkan mengonsumsi pil hormon berbentuk tablet. "Pemberian pil hormon justru memacu kanker, karenanya disarankan untuk memilih hormon injeksi," kata dokter kelahiran Lhokseumawe, Aceh 56 tahun lalu itu. Kendati penelitian telah menunjukkan keberhasilan pil hormon dalam menunda haid, namun tetap ada efek samping yang perlu diketahui. "Pada beberapa orang bisa muncul vlek atau spotting noda darah. Namun hal itu normal dan bukan darah haid sehingga ibadah tetap bisa dilanjutkan," kata Ali menegaskan. Selain untuk pengaturan haid, pil progesteron seperti Norethisterone menurut Ali banyak digunakan sebagai terapi untuk mengatasi masalah haid, seperti nyeri perut

saat haid yang merupakan gejala endometriosis, perdarahan uterus disfungsional, atau haid yang tidak teratur. (Tri Wahyuni)

Laksanakan Ibadah Haji Tanpa Halangan MenstruasiTribun Pekanbaru - Senin, 27 Agustus 2012 14:57 WIBMore Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on myspace Share on google Share on twitter

Tribunpekanbaru.com/Alek

Seminar kesehatan bersama dokter Qayyum di lantai II hotel Premiere Pekanbaru, Senin (27/8). Acara dimulai pada pukul 11.30 WIB.Berita Terkait

5 Jemaah Haji Riau Meninggal Di Tanah Suci 452 Jamaah Haji Tersesat di Mina

Pelayanan Haji di Armina Lancar

Kemenag Bantah 35 Kolega Menteri Naik Haji Gratis

Update: Dua Jamaah Haji Indonesia Wafat di Padang…

Dubes: Pulang Berhaji Diharapkan Jadi Lebih Baik

107 Calon Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci

Jemaah Haji Indonesia Telah Berada di Arafah

Kakak Adik Manasik Haji

90 Ribu Warga Riau Masuk Daftar Tunggu Haji

Laporan Alee KitonanmaTRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Menstruasi atau haid seringkali menjadi keluhan bagi jamaah haji perempuan saat melakukan ibadah di tanah suci. Namun ketika kehadiran haid yang datang empat sampai lima hari ini bisa ditunda, tentu saja akan membantu kelancaran saat melakulan segala ibadah di tanah suci.

Hal inilah yang dibahas dalam seminar kesehatan bersama dokter Qayyum di lantai II hotel Premiere Pekanbaru, Senin (27/8). Acara dimulai pada pukul 11.30 WIB.

Dalam kesempatan itu, turut hadir personil dari dinas kesehatan, para medis, dan dokter pemeriksa calon jamaah haji Kota Pekanbaru. Melalui seminar ini, para peserta yang akan bertindak sebagai panitia diberikan pembekalan sebelum mensosialisasikan terapi penundaan menstruasi kepada para jamaah.

"Pengelolaan penundaan haid ini sangat memberikan keuntungan bagi jamaah perempuan yang akan melaksanakan haji. Karena mengkonsumsi obat yang bertujuan untuk menunda men tersebut bisa meringankan jamaah agar bisa melaksanakan haji dengan lancar," kata dokter Qayyum.

Dalam seminar itu dokter Qayyum juga menjelaskan bahwa menstruasi merupakan suatu siklus bagi perempuan, dimana saat hormon progesteron memiliki kadar rendah, maka darah akan keluar. Dan sirkulasi itu terus berjalan setiap bulan.

"Nah dengan mengkonsumsi obat yang memiliki kandungan progesteron ini, menstruasi dapat dikontrol. Caranya, obat dikonsumsi sehari setelah menstruasi, secara berkelanjutan sampai melalui masa haid. Obat ini tidak memiliki efek samping dan tidak berbahaya dikonsumsi bagi perempuan yang sehat," ujar dokter Qayyum sambil memperagakan jenis obat yang mengandung progesteron tersebut.

Seminar ini bekerja sama dengan PT Sunthi Sepuri, sebagai produsen produk obat tersebut. Produk manager S Man Sinaga mengatakan, menstruasi pada wanita akan kembali normal saat konsumsi obat dihentikan. (cr12)

Minum Pil Penunda Haid Saat Melaksanakan Haji atau Umrah7 May 2012 | Kategori: Rukun Haji

Jamaah haji wanita. Foto: Antara

REPUBLIKA.CO.ID – Bagi jamaah haji perempuan, masalah haid sering menjadi kendala dalam beribadah. Hingga muncul pertanyaan dan fenomena dari beberapa jamaah haji, apakah perempuan boleh menggunakan pil pencegah atau penunda haid selama beribadah haji?

Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Baz, menyatakan perempuan boleh meminum pil untuk mencegah haid selama beribadah haji karena khawatir haid itu datang ketika sedang melaksanakan ibadah tersebut.

Akan tetapi, hal itu hanya boleh dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter ahli di bidangnya. Karena dikhawatirkan akan berpengaruh buruk pada kesehatan. Apalagi untuk mengonsumsi pil dan obat-obatan tersebut dalam waktu lama tentu tidak dianjurkan.

Syekh Bin Baz juga menambahkan, hal yang sama juga boleh dilakukan selama bulan Ramadhan apabila ia ingin berpuasa bersama yang lain pada bulan tersebut. Jika seorang perempuan ingin beribadah lebih optimal di bulan Ramadhan, tentu hal tersebut bisa saja diperbolehkan. Wallahua’lam

Menunda Thawaf Ifadhah Hingga Suci dari Haid7 May 2012 | Kategori: Rukun Haji

Jamaah haji saat melakukan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Foto: Antara.

REPUBLIKA.CO.ID – Tidak ada keraguan lagi bahwa thawaf ifadhah adalah satu pilar penting dalam haji.

Apabila seorang perempuan haid tidak melakukan thawaf ifadhah karena waktunya sempit atau habis sebelum selesai masa haidnya, apakah hukumnya berkenaan dengan hal itu?

Perempuan itu dan pendampingnya wajib menunggu sampai selesai masa haidnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW ketika beliau diberitahu bahwa Shafiyah sedang haid.

Maka Rasulullah bertanya, “Apakah ia membuat kita menunggu?” Ketika beliau diberi tahu bahwa Shafiyah telah melakukan thawaf ifadhah, beliau bersabda, “Kalau begitu, mari kita pergi!”

Apabila ia tidak mungkin menunggu, tetapi bisa kembali ke Makkah untuk melaksanakan thawaf ifadhah, ia boleh pergi dan kembali setelah selesai haid untuk melaksanakan thawaf tersebut.

Apabila ia tidak dapat kembali atau khawatir tidak bisa kembali lagi, seperti mereka yang tinggal di Eropa dan Indonesia—sesuai dengan pendapat yang paling kuat—maka ia boleh melaksanakan thawaf dengan niat untuk haji sambil menjaga agar darah haidnya tidak jatuh ke lantai.

Hal tersebut diperbolehkan oleh sebagian besar ulama, termasuk Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnu Ql-Qayim, serta ulama-ulama lain. Wallahua’lam.

Haid Datang Ketika Berhaji, Batalkah?7 May 2012 | Kategori: Rukun Haji

Jamaah haji wanita usai melakukan thawaf. Foto: Dok Republika.

REPUBLIKA.CO.ID – Permasalahan haid kerap menjadi kendala bagi jamaah haji perempuan. Banyak juga yang menanyakan, Apakah sah haji seorang perempuan yang kedatangan haid ketika melaksanakan ibadah haji tersebut?

Menurut Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Baz, apabila seorang perempuan mendapatkan haid selama hari-hari pelaksanaan ibadah haji, maka ia harus melaksanakan semua kegiatan haji itu, kecuali thawaf dan sa’i di antara Shafa-Marwah.

Ia tidak boleh thawaf dan sa’i sampai selesai haidnya. Apabila haidnya datang sementara ia belum melakukan thawaf wada’ (perpisahan), kemudian ia pulang tanpa melaksanakan thawaf wada’ tersebut, maka ibadah hajinya tetap sah.

Hal itu berdasarkan hadits dari Abdullah bin Abbas yang mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “Perempuan nifas dan haid apabila mereka datang ke miqat, harus mandi, berihram, dan melaksanakan seluruh tata cara haji kecuali thawaf.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud).

Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan dari Aisyah bahwa ia kedatangan haid sebelum menyelesaikan semua tata rangkaian umrah. Lalu Nabi SAW berkata kepadanya agar berihram untuk haji dan tidak berthawaf sampai ia suci dari haidnya. Beliau memerintahkan kepada Aisyah untuk mengerjakan semua tata cara haji dan menggabungkannya dengan umrah.

Bukhari meriwayatkan dari Aisyah bahwa Shafiyah, istri Nabi SAW mengalami haid dan hal itu diberitahukan kepada Nabi SAW. Beliau bertanya, “Apakah ia akan membuat kita menunggu?” Para sahabat menjawab, “Ia sudah melakukan thawaf ifadhah.” Kemudian, beliau bersabda, “Dalam hal ini ia tidak akan membuat kita menunggu.”

Dalam riwayat lain, Aisyah pernah mengatakan bahwa Shafiyah mengalami haid setelah selesai melaksanakan thawaf ifadhah. Kemudian Aisyah memberitahukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau bertanya, “Apakah ia akan membuat kita menunggu?” Saya jawab, “Wahai Rasulullah, ia sudah melaksanakan thawaf ifadhah.” Kemudian, Nabi SAW bersabda, “Kalau begitu, mari kita pergi.” Wallahua’lam

Haid Datang Saat Tawaf, Apa yang Harus Dilakukan?6 July 2012 | Kategori: Pernik

Jamaah perempuan usai tawaf di Baitullah, Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Foto: Dok Republika.

REPUBLIKA.CO.ID – Permasalahan yang sering terjadi pada jamaah haji wanita adalah seputar haid.

Apabila seorang jamaah haji wanita sedang melakukan tawaf, tiba-tiba ia mendapati dirinya telah datang haid, apakah yang harus ia lakukan?

Para ulama telah mengulas persoalan ini. Apabila ada seorang perempuan yang merasakan darah haidnya tiba-tiba keluar pada putaran keenam atau ketujuh tawafnya, dia boleh melanjutkan tawafnya sampai selesai dan tidak dikenai denda apa-apa. Demikian pendapat fukaha mazhab Hanbali.

Tapi, apabila dia merasakan hal itu pada putaran keempat atau kurang, dia harus cepat-cepat menghentikan tawafnya dan harus mengulanginya lagi. Selain itu, juga harus membayar dam sebagaimana pendapat fukaha mazhab Hanafi.

Menurut pendapat Malik, Syafi‘i, Atha, dan Ishaq, meninggalkan satu putaran tawaf ialah sama dengan meninggalkan keseluruhan putaran tawaf, meskipun itu hanya satu langkah.

Menurut pandangan kami, apabila darah haidnya keluar pada putaran pertama tawafnya, dia harus menghentikan tawafnya dengan menjaga agar darah haidnya tidak sampai menetes dan mengotori tempat tawaf.

Tapi, apabila darah haidnya itu keluar saat putaran tawaf yang terakhir dan hanya sedikit, dia boleh melanjutkan tawafnya hingga selesai jika yakin bahwa darah haidnya yang sedikit itu tidak sampai mengotori lantai tempat tawaf.

Apabila setelah tawaf dia baru melihat bahwa darah haidnya telah keluar, tapi tidak merasakannya saat sedang tawaf, tawafnya tetap dianggap sempurna dan tidak ada kewajiban baginya untuk membayar dam (sanksi). Insya Allah.

Haid Datang Ketika Berhaji, Batalkah?7 May 2012 | Kategori: Rukun Haji

Jamaah haji wanita usai melakukan thawaf. Foto: Dok Republika.

REPUBLIKA.CO.ID – Permasalahan haid kerap menjadi kendala bagi jamaah haji perempuan. Banyak juga yang menanyakan, Apakah sah haji seorang perempuan yang kedatangan haid ketika melaksanakan ibadah haji tersebut?

Menurut Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Baz, apabila seorang perempuan mendapatkan haid selama hari-hari pelaksanaan ibadah haji, maka ia harus melaksanakan semua kegiatan haji itu, kecuali thawaf dan sa’i di antara Shafa-Marwah.

Ia tidak boleh thawaf dan sa’i sampai selesai haidnya. Apabila haidnya datang sementara ia belum melakukan thawaf wada’ (perpisahan), kemudian ia pulang tanpa melaksanakan thawaf wada’ tersebut, maka ibadah hajinya tetap sah.

Hal itu berdasarkan hadits dari Abdullah bin Abbas yang mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “Perempuan nifas dan haid apabila mereka datang ke miqat, harus mandi, berihram, dan melaksanakan seluruh tata cara haji kecuali thawaf.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud).

Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan dari Aisyah bahwa ia kedatangan haid sebelum menyelesaikan semua tata rangkaian umrah. Lalu Nabi SAW berkata kepadanya agar berihram untuk haji dan tidak berthawaf sampai ia suci dari haidnya. Beliau memerintahkan kepada Aisyah untuk mengerjakan semua tata cara haji dan menggabungkannya dengan umrah.

Bukhari meriwayatkan dari Aisyah bahwa Shafiyah, istri Nabi SAW mengalami haid dan hal itu diberitahukan kepada Nabi SAW. Beliau bertanya, “Apakah ia akan membuat kita menunggu?” Para sahabat menjawab, “Ia sudah melakukan thawaf ifadhah.” Kemudian, beliau bersabda, “Dalam hal ini ia tidak akan membuat kita menunggu.”

Dalam riwayat lain, Aisyah pernah mengatakan bahwa Shafiyah mengalami haid setelah selesai melaksanakan thawaf ifadhah. Kemudian Aisyah memberitahukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau bertanya, “Apakah ia akan membuat kita menunggu?” Saya jawab, “Wahai Rasulullah, ia sudah melaksanakan thawaf ifadhah.” Kemudian, Nabi SAW bersabda, “Kalau begitu, mari kita pergi.” Wallahua’lam

Pengaturan Haid Selama Ibadah HajiPenulis : Lusia Kus Anna | Kamis, 13 September 2012 | 20:03 WIB

Dibaca: -

Komentar: - |

Share:

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASAilustrasi TERKAIT:

Ibadah Haji, Bentengi Diri dari Penyakit Menular Jamaah Haji Diimbau Jaga Kesehatan

Akses Vaksin untuk Jemaah Haji Terus Ditingkatkan

KOMPAS.com - Ibadah haji merupakan salah satu ibadah penting dan ditunggu-tunggu umat Islam. Untuk dapat melakukan seluruh ibadah dan kegiatan selama di tanah suci, jemaah haji wanita bisa melakukan penundaan haid dengan obat hormonal.

Penundaan dan pengaturan siklus haid bisa dilakukan dengan obat-obatan yang mengandung kombinasi hormon estrogen dan progesteron atau obat yang mengandung progesteron saja.

Menurut spesialis kebidanan dan kandungan Dr.Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), penunda menstruasi yang paling efektif dan terjangkau harganya sebenarnya adalah pil kontrasepsi. "Pil ini merupakan pil kombinasi. Bisa diminum sebulan sebelum keberangkatan dengan dosis

rendah," katanya dalam acara seminar bertajuk 'Sehat dan Bugar Selama Melaksanakan Ibadah Haji' di FKUI/RSCM, Kamis (13/9/12).

Haid terjadi karena adanya penurunan kadar hormon progesteron setelah terjadinya ovulasi (keluarnya sel telur). Turunnya hormon tersebut menyebabkan lapisan bagian dalam dinding rahim (endometrium) terlepas sehingga pembuluh darah di belakangnya terbuka.

"Obat penunda haid bekerja dengan mempertahankan kadar hormon sehingga endometrium tidak lepas. Jadi bukannya darah kotor terkumpul di rahim," papar dokter yang akrab disapa dr.Ovi ini.

Untuk pengaturan haid, pertama-tama harus memeriksakan diri ke dokter, upayakan kurang dari sebulan sebelum tanggal keberangkatan. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan pada organ reproduksi atau kondisi lain yang bisa menimbulkan komplikasi bila memakai obat.

"Nantinya dokter akan memberikan obat yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan pasien dengan mempertimbangkan faktor usia dan sejarah penyakit," katanya.

Dia menambahkan, ada beberapa kondisi yang tidak boleh menggunakan obat hormon pengatur haid, misalnya jika ada riwayat sakit kepala hebat atau migren, kanker payudara, varises berat, perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya, serta adanya penyakit fungsi hati.

Penggunaan obat pengatur haid juga sering menyebabkan efek samping seperti rasa mual, sakit kepala, atau nyeri pada payudara. Pada obat yang mengandung progesteron saja biasanya sering muncul bercak darah (spoting).

"Efek samping itu bisa diatasi dengan cukup banyak minum air putih dan banyak bergerak supaya metaboliknya lebih lancar," katanya.

Obat penunda haid terbilang aman dan idealnya mulai digunakan pada hari kedua hingga kelima haid atau selambatnya 14 hari sebelum hari pertama haid yang ingin ditunda. Penggunaan pil harus teratur dan diminum pada waktu yang sama. Pil boleh dihentikan segera setelah penundaan haid tidak diperlukan dan haid akan datang sekitar 2-3 hari kemudian.

Menyikapi Haid saat Haji

Guna kekhusyukan ritual ibadah haji bagi

jamaah haji perempuan khususnya yang masih dalam usia subur, diperlukan strategi

atau cara untuk mengatur atau bahkan menunda datangnya haid. Fatwa ulama

membolehkan menunda haid selama dalam tujuan melaksanakan ibadah haji. Saat

ini banyak digunakan obat pengatur haid untuk kaum perempuan. Namun dengan

makin banyaknya obat pengatur haid seringkali kaum perempuan tidak

mengindahkan dampak pemakaian obat tersebut jika digunakan secara berlebih.

Pemakaian obat pengatur haid dan dampaknya bagi kesehatan setiap perempuan

tidaklah sama. Seringkali pertanyaan muncul bagi kaum perempuan, yaitu yang

menanyakan tentang cara pemberian obat penunda haid yang sesuai dengan kaidah

ilmu pengetahuan karena menurut pengalaman banyak ibu-ibu yang gagal menunda

menstruasi, dan juga ternyata dari nasehat yang diberikan teman ke calon jamaah

beragam.Dalam simposium mengenai Persiapan Fisik dan Mental Menuju Haji

Mambrur yang diadakan oleh Departemen Ilmu Penyakit Dalam (PAPDI) FKUI/RSCM,

bahwa siklus haid setiap perempuan berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu jauh

sebelumnya, dokter perlu mengetahui jadwal haid perempuan yang akan

menunaikan ibadah haji. Ada beberapa catatan yang perlu diketahui oleh calon

jamaah haji perempuan :

1. Minta penundaan tidak bisa mendadak, jika mintanya mendadak misalnya besok mau pergi haji kemudian dia minta obat penunda haid tentu tidak akan bisa. Karena dokter tidak mengetahui persis siklus haid yang bersangkutan.

2. Dampak pemakaian obat pengatur haid secara berlebihan dalam arti memakan dalam waktu lama akan memberikan efek samping kepada pemakainya. Efek samping ini berbeda-beda setiap orangnya. Harus diatur jadwalnya sebab tidak bisa minta sekaligus untuk waktu yang lama. Yang baik, jika pemakaian obat pengatur

haid digunakan oleh kaum perempuan sesingkat mungkin waktunya. Contohnya jika waktu haid kira-kira tanggal berapa, maka obat diminum pada saat mendekati hari haid, sehingga nanti akan efektif waktunya dan pemakaian obatnya.

3. Jenis obat yang dapat digunakan untuk mengatur haid diantaranya obat-obat yang mengandung hormon progesterone atau gabungan/kombinasi dari hormon estrogen dan progesterone. Contohnya pil KB.

4. Periksakan ke dokter jangan kurang dari satu bulan sebelum tanggal keberangkatan. Sebab dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kelainan pada organ reproduksi atau kondisi lain yang dapat menimbulkan komplikasi bila diperlukan obat pengatur haid. Pemeriksaan dan konsultasi, diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan organ reproduksi atau kondisi lain yang dapat menimbulkan komplikasi bila diperlukan obat pengatur haid. "Kalau hasilnya bagus, dokter dapat merencanakan pemberian obat pengatur haid yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang bersangkutan," Obat yang digunakan untuk mengatur haid berisi hormon progesteron atau gabungan hormon progesteron dan estrogen. Obat yang mengandung progesteron, biasanya berupa pil satuan dalam kemasan biasa yang harus dimakan setiap hari. "Bisa berupa pil KB untuk ibu menyusui dalam bentuk kemasan untuk 28 hari dengan jenis pil yang sama," atau satu jenis obat dalam satu kemasan untuk 21 hari yang hanya mengandung pil aktif.Kemasan 28 hari, berisi 21 tablet pil aktif dengan bentuk dan ukuran sama serta tujuh tablet berupa pil plasebo (bukan obat) dengan ukuran berbeda."Selain itu, dapat juga digunakan pil untuk terapi sulih hormon, baik dalam kemasan satuan maupun dalam kemasan paket untuk 21 hari atau 28 hari,"

Yang Tidak Boleh menggunakan Obat penunda Haid

Lebih lanjut dijelaskan oleh pakar kandungan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan obat pengatur haid yakni riwayat kesakitan dan gangguan kesehatan. Calon jemaah yang punya riwayat tromboflebitis atau tromboemboli, migrain, varises berat, kanker payudara, perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya, gangguan fungsi hati, penyakit kuning, preklamsi dalam kehamilan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kencing manis, hipertensi berat, depresi dan gangguan jiwa, serta harus mengonsumsi obat secara rutin, tidak diperbolehkan mengonsumsi obat pengatur haid, karena bila kondisinya demikian, dikhawatirkan malah dapat memperberat gangguan kesehatannya.

Jenis Pengaturan

Pengaturan haid bisa dilakukan dengan menunda masa haid, memajukan masa haid atau memperbaiki siklus haid yang tidak teratur. Penundaan masa haid merupakan upaya pengelolaan masa haid yang paling sering dilakukan dan untuk itu biasanya digunakan pil progesteron saja atau pil kombinasi."Pada penggunaan pil kombinasi, yang digunakan hanya pil aktif, pil plasebo yang tidak dimakan. Paling ideal pil mulai digunakan pada hari kedua hingga kelima haid atau selambatnya 14 hari sebelum hari pertama haid yang ingin ditunda," Penggunaan pil untuk menunda masa haid tersebut, mesti dihentikan segera setelah penundaan haid tidak diperlukan lagi dan haid akan datang dua hari atau tiga hari setelah penggunaan pil dihentikan. Sementara pengelolaan dengan memajukan siklus haid, jarang sekali dilakukan, karena umumnya hanya diperlukan perempuan yang siklus haidnya lebih dari 35 hari. "Untuk memajukan siklus haid, digunakan pil progesteron mulai hari kelima haid, dan dihentikan penggunaannya tiga hari hingga lima hari sebelum masa haid yang diinginkan atau setidaknya hari ke-19 haid," Sementara untuk memperbaiki siklus haid yang tidak teratur, umumnya digunakan pil KB atau pil kombinasi. "Untuk ini, paling baik dimulai tiga sampai enam bulan sebelum tanggal keberangkatan,"

Efek samping Obat.

Gangguan yang dapat muncul pada penggunaan obat pengatur haid, antara lain rasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara (umumnya pada pengunaan pil kombinasi dengan estrogen), perdarahan bercak (lebih sering pada penggunaan pil yang mengandung progesteron), dan peningkatan berat badan. Peningkatan berat badan, bisa dihindari dengan tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan sedangkan untuk menghindari perdarahan pil sebaiknya dikonsumsi pada saat yang sama setiap hari."Jangan sampai lupa, bila terjadi perdarahan bercak, tambahkan satu pil setiap hari dan kurangi aktifitas sebanyak mungkin. Konsumsi obat yang membantu penghentian darah, hentikan tambahan pil satu hari setelah perdarahan bercak berhenti," Apabila perdarahan bercak tidak juga berhenti, kondisi itu bukan haid tapi kondisi yang terjadi akibat reaksi hormon yang tidak wajar sehingga perempuan muslim yang bersangkutan bisa tetap menjalankan semua ritual ibadah haji."Tentunya setelah membersihkan daerah kewanitaan, mengganti pembalut dan berwudhu sebelum beribadah,"

Jika Upaya Penundaan gagal, apa yang harus Anda ketahui:

Kegagalan terhadap penggunaan obat penunda haid kemungkinan saja tetap ada, sehingga Anda perlu antisipasi agar Anda tetap dapat memenuhi syarat pelaksanaan ibadah haji. Misalnya pada saat mengambil umrah haji (untuk haji tamattu’) terjadi beberapa kondisi :

1. Ketika tiba di Miqat, ternyata Anda haid. Yang Anda lakukan adalah tetap berniat umrah haji dan melafadkan ”Labbaika umratan” (menjaga larangan ihram) dan terus bertalbiyah tanpa masuk kedalam masjid untuk melakukan sholat sunnah. Selanjutnya menunggu bersih (menunggu di penginapan), setelah bersih, mandi besar (junub) lalu melanjutkan ritual umrah : Tawaf, sai’e dan Tahalul..selesai umrah haji Anda

2. Jika selesai tawaf baru kedapatan haid, maka keluarlah dari masjid tanpa meneruskan sai’e (walaupun sai’e diperbolehkan tanpa bersuci tetapi karena masai /tempat sai’e berada di dalam masjidil haram maka Anda terhalang untuk melakukannya akibat hadast besar). Pelaksanaan saie dan tahalul Anda tunda sampai haid Anda selesai, dan Anda mandi besar/junub baru melaksanakan saie dan tahalul.

3. Ketika akan berangkat ke Mina (tgl 8 Dzulhijah) atau Anda langsung ke Arafah, tiba-tiba haid Anda datang, maka Anda tetap berniat haji setelah membersihkan diri lalu berniat serta melafadzkan ”Labbaik Allahumma Hajjan” (selanjutnya tetap menjaga larangan ihram) dan teruslah bertalbiyah. Dalam keadaan belum bersih Anda diperbolehkan dan sah mengerjakan mabit di Mina, wukuf di Arafah,melontar Jumrah, kemudian menunggu bersih,mandi besar/junub lalu mengerjakan tawaf dan saie.

4. Selama menunggu pelaksanaan haji atau umrah jika mengalami haid, maka Anda tetap bisa beraktifitas antara lain : membaca buku-buku manasik haji, mengulang do'a do'a, menyiapkan makan untuk suami dengan beli sebelum bubaran sholat di masjid, mencuci. Jika di makhtab sebaiknya kunci pintu kamar dari dalam, dan jangan membuka pintu jika bukan orang yang anda kenal atau bisa juga Anda bergabung dengan jamaah wanita lain yang mungkin ada yang sudah tua atau sakit sehingga Anda bisa mebuat amal kebaikan dengan membantu menjaga jamaah yang lagi sakit yang mungkin butuh bantuan Anda. Kalau mau belanja, maka ajaklah teman mahrom Anda dan jangan sendirian. Jika Anda ingin menunggu suami selesai sholat di masjid, maka Anda bisa menunggu di Mall (di Madinah sangat dekat dengan masjid Nabawi nama mallnya Bin Dawood) atau di Mekkah juga didepan masjid ada banyak Mall besar (contohnya Abraj Al Bait Mall). Anda bisa nunggu di counter KFC, Starbuck, dll. Kalau di Mall Insya Allah aman karena penjagaan keamanan juga cukup ketat.

Kesimpulannya,

Bagi wanita yang sedang menstruasi bisa melakukan semua rukun dan kewajiban dalam Haji atau Umrah kecuali untuk ritual Tawaf (juga larangan yang bukan termasuk ritual haji seperti memegang Al Qur’an, sholat baik wajib maupun sunnah) dan tidak boleh wanita itu melakukan Tawaf sebelum menstruasinya berhenti dan ia melakukan ghusl (mandi besar).

Dasarnya adalah hadist Nabi Muhammad SAW yang pernah berkata kepada istrinya A’ishah RA yang saat itu sedang dalam keadaan menstruasi:

“Lakukan apa saja seperti para jemaah haji lainnya lakukan. Tapi jangan Tawaf mengelilingi Ka'bah kecuali kamu sudah suci.”

Diposting oleh Abu Syafwan di 10:01 PM

Mengalami Haid Saat Menunaikan Haji dan Tidak Dapat Tinggal Di Sanaar - en - es - ur - id - tr

Share |

Seorang jamaah haji wanita mengalami haid setelah ihram untuk haji, sementara mahramnya mendadak harus safar segera dan tidak ada seorang pun (mahramnya) di Mekah. Bagaimana hukumnya?

Alhamdulillah.

Hendaknya dia ikut pulang bersama mahramnya, kemudian jika telah suci dia kembali lagi jika dia tinggal di negeri dua tanah haram (Arab Saudi). Karena untuk kembali (lagi) bagi dia mudah, dan tidak merepotkan juga tidak membutuhkan paspor. Adapun jika wanita tersebut bukan mahramnya, dan sulit baginya untuk kembali ke Mekah (apabila pulang terlebih dahulu), maka dia harus menahan keluarnya darah (dengan meletakkan penampal di kemaluannya agar darahnya tidak berceceran) lalu dia thawaf, sa'I dan memotong rambutnya pada safar yang sama. Karena thawafnya ketika itu darurat, dan darurat menyebabkan perkara yang terlarang menjadi boleh.

Adapun thawaf Wada tidak diwajibkan, karena wanita haid tidak diwajibkan menunaikan thawaf wada berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, "(Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan manusia agar akhir perbuatan mereka (dengan thawaf) di Baitullah, hanya saja wanita haid diberi keringanan (untuk tidak melakukannya)"

Begitu juga dengan dalil bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika dikabarkan bahwa Shafiah (yang sedang haid saat itu) telah melakukan thawaf Ifadah, beliau berkata, "Kalau begitu, kita beragkat sekarang" Hal ini menunjukkan bahwa wanita haid gugur baginya kewajiban thawaf Wada', sedangkan thawaf Ifadah harus dia lakukan.

Lihat, Fatwa Syekh Muhammad bin Utsaimin, rahimahullah, dalam 'Risalah 60 Soal Tentang Haid'

Penggunaan Pil KB Kombinasi untuk penundaan Haid Ibadah Haji Evaluasi Penggunaan Pil Golongan Progestogen Tunggal dan Kombinasi antara Progestogen dan Estrogen (Pil KB) sebagai Obat Penunda Haid pada Ibadah Haji  ABSTRAKSLatar belakang masalah : Kesadaran para umat muslim untuk melaksanakan rukun Islam ke lima (menunaikan ibadah haji) semakin tinggi. Indonesia mendapatkan kuota haji sebanyak 250.000 per musim haji yang selalu terpenuhi malahan seringkali banyak yang tidak mendapatkan tempat (masuk dalam daftar tunggu). Semaikn meningkatnya minat jemaah haji tersebut tentunya akan meningkat pula jumlah jamaah haji wanita yang dalam usia reproduksi, usia yang masih mendapatkan haid secara teratur. Musim Haji tahun 1427 H ini dari Kota Malang didapatkan 1553 jamaah haji. 55 % diantaranya adalah jamaah wanita dan 53 % diantaranya berada pada masa reproduksi, masa yang masih mendapatkan haid secara teratur setiap bulan. Masa haji yang berlangsung selama kurang lebih 40 hari, memaksa jemaah haji wanita untuk menunda haidnya bila mereka menginginkan tidak datang haid selama di tanah suci. Keinginan yang kuat untuk melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji baik yang wajib maupun yang sunah, maka penundaan haid dirasakan menjadi kebutuhan yang sangat penting. Penggunaan pil progestogen tunggal dari golongan norethisterone, lynestrenol, normogestrel acetate medroxi progestogen acetate (MPA) dll sudah sangat umum di kalangan jamaah haji (calon jamaah haji) , kalangan medis dan paramedis (bidan). Sehingga kebutuhan pil golongan progestogen tersebut di musim haji sangat melonjak. Masalah yang muncul adalah apakah pil golongan progestogen tunggal ini cukup efektif sebagai obat penunda haid sampai 40 hari ?. Dilain pihak pil KB kombinasi yang terdiri dari estrogen ( ethinyl estradiol) dan golongan progestogen (levonogestrel,desogestrel,ciproteron acetate dll.) secara teoritis mampu membuat endometrium lebih stabil sehingga kemungkinan untuk terjadinya bercak dan perdarahan lebih kecil khususnya jika penundaannya diharapkan lebih dari 2 minggu. Pil KB kombinasi oleh sebagian dokter dan paramedis telah digunakan untuk obat menunda haid pada ibadah haji, namun secara kwantitas penggunaannya jauh dibawah penggunaan pil golongan progestogen tunggal. Tujuan penelitian : Melakukan evaluasi penggunaan pil golongan progestogen tunggal dan kombinasi progestogen dengan estrogen (pil KB), sebagai obat penunda haid pada ibadah haji. Membandingkan prevalensi terjadinya bercak perdarahan dari vagina pada pemakaian pil golongan Progestogen & pil kombinasi Estrogen & Progestogen untuk menunda haid pada jamaah haji. Rancangan Penelitian : Menggunakan studi cross sectional dengan menyebarkan kuesioner pada calon jamaah haji sebelum berangkat pada musim haji 1427 H (2006/2007 M) di wilayah Surabaya, Gresik dan Malang. Setelah pulang ke Indonesia data dikumpulkan, selanjutnya dianalisa dengan cross tabulasi menggunakan uji statistik Chi-square dengan program SPSS. Hasil penelitian : Dari 100 lembar kuesioner yang masuk, sebaran asal daerahnya adalah Surabaya 13 %, Gresik 14 % dan 63 % dari Malang. Rata- rata umur responden : 39.82 ± 7,62 th, sedangkan 38 % responden menggunakan obat penunda haid atas konsultasi /saran dokter Spesialis Kandungan, 20 % dokter umum, 19 % dokter kloter, 11 % teman /saudara, 9 % bidan, 3 % lainnya. Obat penunda haid yang digunakan 74 % menggunakan pil golongan progestogen tunggal dan 26 % menggunakan pil KB kombinasi dan sisanya 3 % tidak menggunakan pil penunda haid. Dari total responden 43,3 % tidak mengalami bercak maupun perdarahan sedangkan 39,2 % mengalami bercak perdarahan dan 17,5 % mengalami perdarahan. Analisa

lebih lanjut ternyata yang menggunakan pil golongan progestogen tunggal 71,8 % mengalami bercak dan perdarahan, dan yang menggunakan pil KB hanya 13,8 % mengalami bercak dan perdarahan, dengan uji statistik Chi square: 24,72 didapatkan nilai p=0.000, menunjukkan perbedaan yang bermakna. Dari 18 responden yang berkonsultasi ke SpOG dengan menggunakan pil KB, ternyata 16 responden (88,9 %) tidak mengalami bercak maupun perdarahan, 2 responden (11,1 %) mengalami bercak dan tidak ada responden yang mengalami perdarahan.  Kesimpulan : Pil KB kombinasi sebagai obat penunda haid pada ibadah haji menunjukkan keberhasilan yang lebih baik secara bermakna terhadap terjadinya bercak dan perdarahan , dibandingkan dengan penggunaan pil progestogen tunggal. Kata kunci : Pil golongan progestogen tunggal, pil KB kombinasi, perdarahan bercak , perdarahan, ibadah haji. Peneliti : dr. Budi Santoso, SpOG (K) *Konsultan penelitian : Prof. dr Samsulhadi, SpOG (K)*Konsultan Statistik : Ir. IrawanPenghubung Responden : dr. Hj. Muniroh **Drs. H. Ach.Ruslan ***Dra. Hj. Rukmini ****H. Muslich *****Drs. H. Moch. Rosyad ****** Keterangan :* : Devisi Fertilitas dan Endokrinologi ReproduksiBagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unair/RSU. Dr.Soetomo Surabaya** : Dokter Kloter 43, DKK Malang*** : Ka. Seksi Haji Depag Kota Malang**** : Pembimbing KBIH RSI Aisyah Kota Malang***** : Pengurus KBIH AR Rifai****** : Ketua Kloter 43 Kota Malang 

Masailul Fiqh ( Menunda Haid dalam Pelaksanaan Ibadah Haji dan Puasa

Ramadhan)

Posted by Muhammad Zainul Haq Label: Makalah: Masailul Fiqh ( Menunda Haid dalam

Pelaksanaan Ibadah Haji dan Puasa Ramadhan)

 

Makalah: Masailul Fiqh ( Menunda Haid dalam Pelaksanaan Ibadah Haji dan Puasa Ramadhan)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang telah banyak orang ketahui, bahwa Nabi Muhammad SAW telah

memberi pengarahan-pengarahan yang khusus terhadap kaum Hawa, hal ini seiring Al-

Quran dan Al-Hadits yang mengkhususkan pembahasan bagi wanita yang berkaitan dengan

fitrah wanita itu sendiri yang tidak dimiliki oleh kaum Adam, masalah haid misalnya, yang

secara fitrah akan dimiliki oleh wanita normal serta subur dan boleh hamil.

Sebagaimana diungkapkan Rasullullah SAW. Juga, “syurga itu berada dibawah

telapak kaki ibu.” Pada hadits lain beliau mengatakan, “wanita adalah tiang negara.

Jika wanitanya baik, baik pula negaranya. Dan apabila buruk wanitanya, maka buruk

pulalah negaranya”. Untuk itu keutamaan sikap hidup menuju citra muslimah sejati

harus selalu diusahakan melalui berbagai cara. Dan salah satu jalan yang tidak

diragukan adalah dengan pendekatan diri yang lebih tulus kepada Allah. Yaitu lewat

pengabdian dan ibadah sebaik-baiknya.

Lahan untuk mencapai cita-cita mulia itu antara lain terhampar dalam

pelaksanaan ibadah haji dan puasa pada bulan ramadhan. Banyak sekali

penggambaran dalam Al-Qur’an dan Hadits mengenai keutamaan melaksanakan

ibadah haji dan puasa ramadhan. Dengan dasar ini banyak sekali wanita rela

berkorban agar dapat melaksanakan berbagai amalan dalam ibadah haji, dan agar

dapat menunaikan ibadah puasa ramadhan secara penuh dengan tujuan supaya

memperoleh apa yang digambarkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebab umumnya

mereka berusia subur dan tidak dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut

dikarenakan kedatangan tamu bulanan berupa menstruasi.

Menstruasi atau haid terjadi secara periodik pada semua perempuan sehat yang

memiliki organ reproduksi sehat juga. Haid bahkan bisa menjadi indikator kesuburan.

Namun siklus bulanan tersebut kerap menjadi masalah bagi wanita( sebagaimana

pada kasus menunaikan ibadah haji dan puasa ramadhan tadi) karean hukum islam

melarang wanita yang sedang haid melakukan ibadah.

Teknologi terkini dibidang terapi hormonal telah memungkinkan pengaturan

waktu terjadinya haid secara tetap sesuai keinginan. Bisa dimajukan atau

dimundurkan.hal tersebut dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat atau jamu

penunda haid. Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam tulisan ini penulis

merumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana hukum bagi orang yang mengkonsumsi obat penunda haid dalam

pelaksanaan ibadah haji dan puasa dibulan ramadhan?

2. Apa efek bagi wanita yang mengkonsumsi obat penunda haid?

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

a. Haji

Haji menurut bahasa artinya menyengaja sesuatu. Sedangkan menurut syara’

haji adalah menyengaja atau sengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan

beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu. Ibadah haji merupakan ibadah

yang wajib dilakukan oleh umat islam yang mampu atau kuasa untuk

melaksanakanya baik secara ekonomi, fisik, psikologi, keamanan, perizinan dan lain

sebagainya.

b. Puasa

Puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan secara

terminologi, adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan disertai niat

berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar sampai terbenam

matahari. Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat

membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari

tersebut (sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari) puasa diwajibkan

terhadap muslim yang baligh, berakal, bersih dari haid dan nifas, disertai niat yang

ikhlas karena Allah SWT.

2. HUKUM MENUNDA HAID DALAM IBADAH HAJI DAN PUASA RAMADHAN

a. Haid

Secara lughot atau bahasa Arab haid artinya sesuatu yang mengalir. Sedangkan

menurut hukum syara’ atau hukum fiqih artinya adalah darah yang keluar mengalir

dari rahim wanita secara alami, tanpa sebab dan pada waktu tertentu saja. Haid

adalah darah alami, tidak muncul karena sebab penyakit, luka, keguguran, atau

bersalin. Karena haid adalah darah alami, maka texturnya juga berbeda. Sesuai

kondisi, lingkungan, temperatur udara tempat wanita tersebut hidup.

Dari segi medis, haid adalah suatu keadaan dimana rahim (uterus) permukaanya

(endometrium) lepas disertai pendarahan(fertilisasi).

Dipermukaan rahim yang penuh luka-luka,terjadi pelepasan permukaan yang

selanjutnya akan diikuti oleh pembaharuan permukaan rahim itu. Hal tersebut dapat

terjadi antara lain karena pengaruh hormon-hormon yang dikeluarkan oleh kalenjer

wanita. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa haid adalah darah yang

keluar dari rahim pada semua perempuan yang sehat alat reproduksinya. Bukan

karena penyakit atau benturan kecelakaan. Haid juga bisa dijadikan indikator

kesuburan. Namun siklus bulanan tersebut kerap menjadi masalah bagi perempuan

karena hukum islam melarang perempuan yang sedang haid melakukan ibadah.

Wanita yang sedang haid dilarang melakukan 6 kegiatan yaitu: 1. Thawaf, 2. Sholat,

baik wajib maupun sunnah, 3. Berdiam diri didalam mesjid, 4. Memegang dan

membaca Al-Qur’an, 5. berpuasa, 6. Bersenggama.

Kegiatan- kegiatan dalam ibadah haji seperti Sa’i, wukuf, Mabid, melontar jumrah, dan

memotong rambut boleh dilakukan dalam keadaan haid.

b. Obat Penunda Haid

Obat siklus haid adalah obat obat yang bisa dipakai untuk mengatur saat datangnya

haid pada wanita tergantung pada keinginan dengan cara memajukan atau menunda

saat haid tersebut. Salah satu contoh obat yang biasa digunakan untuk mengatur

siklus haid adalah Primolut N. Obat ini sering digunakan calon jemaah haji wanita

yang hendak menunaikan ibadah hajinya di mekkah. Jenis obat ini mengandung

hormon progestin dan hormon progesterone yang digunakan untuk mempercepat atu

memperlambat masa datangnya haid, baik secara terpisah maupun kombinasi,

karena siklus haid dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron.

Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi alasan bagi wanita untuk memakai obat

pengatur siklus haid, yaitu: Untuk keperluan ibadah dan untuk keperluan diluar

ibadah. Penggunaan pil pengguna haid dibagi menjadi dua:

1.      Memajukan saat haid

Dengan cara meminum pil atau tablet yang hanya berisi hormon estrogen atau

kombinasi pada hari kelima pada siklus haid dari hari ke dua sampai hari ketiga

sebelum datangnya haid yang diinginkan karena haid yang biasa disebut

pendarahan putus obat (Withdraw Bleeding) akan terjadi dua sampai tiga hari setelah

obat habis

2.      Menunda saat haid

Dengan cara meminum pil yang hanya berisi progesteron atau kombinasi pada hari

sebelum haid berikutnya datang sampai pada hari ke dua sebelum haid yang

diinginkan. Karena biasanya haid itu akan datang setelah dua hari penghentian pil

tersebut.

c. Hukum Menunda Haid dalam Pelaksanaan Ibadah Haji

Menunaikan ibadah haji bagi para calon jemaah haji wanita usia subur, terdapat

halangan haid yang dapat menyebabkan tertundanya rukun haji yaitu thawaf

(mengelilingi ka’bah) tidak bisa bersama muhrim, keluarga, atau bahkan kelompok

terbangnya (kloter) nya, yang dapat mengganggu psikologis calon jemaah haji

sehingga dapat mengalami gangguan psikologis dan menggangu kesempurnaan

hajinya. Disamping itu karena mengalami haid dapat menyebabkan calon jemaah

haji tidak dapat melaksanakan sholat arba’in (40 waktu sholat) di mesjid nabawi yang

merupakan idaman setiaporang yang menunaikan ibadah haji.

Perkembangan ilmu kedokteran menawarkan obat menunda haid dalam

berhaji. Sehingga dapat melakukan thawaf dan rukun haji lainya bersama dimekkah,

serta dapat sholat arba’in dimadinah sebagaimna yang diinginkan. Tanpa terhalang

haid, sehingga calon jemaah haji dapat menunaikan ibadah haji dengan sempurna.

Adapun aspek hukumnya terdapat berbagai pendapat para ulama. Syekh

Mar’i Al Maqdisy Al-Hanbali, Syaikh Ibrahim bin Muhammad (keduanya ahli fiqih

madzhab Hanbali) dan yusuf Al- Qardawy (Ahli fiqih Kontemporer) berpendapat

bahwa wanita yang mengkhawatirkan hajinya (dan umrah) tidak sempurna,maka dia

boleh menggunakan obat menunda hainya. Alasan mereka adalah karena wanita itu

sulit menyempurnakan hajinya, sedangkan teks atau dalil yang melarang menunda

haid itu tidak ada. Selain itu Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam sidang komosi

fatwanya pada tahun 1984 menetapkan, bahwa untuk kesempurnaan dan

kekhusukan seorang wanita dalam melaksanakan ibadah haji hukunya adalah mubah

(boleh) para fuqaha’ ( ulama ahli fiqih) mayoritas sependapat menunda haid untuk

berhaji dengan obat-obatan. Hal ini sebagaimana dasar kaidah fiqiyyah yang

menyatakan, pada dasarnya segala sesuatu hukumnya mubah sampai ada dalil yang

melarangnya.

d. Hukum Menunda Haid dalam Pelaksanaan Ibadah Puasa Ramadhan

Seiring kemajuan dunia kesehatan, masalah siklus haid atau menstruasi bagi wanita

sudah bisa ditunda dengan mengkonsumsi obat atau pil penunda haid. Yang menjadi

permasalahan adalah bolehkah menunda siklus haid untuk tujuan menunaikan

ibadah puasa ramadhan?

Menurut Drs KH. Ahmad faisal Haq, M.Ag, para ulama mempunyai beberapa

pendapat menyangkut menunda datangnya haid atau menstruasi dengan

mengkonsumsi pil haid selama bulan ramadhan. Terdapat sejumlah ulama yang

berpendapat bahwa hukumnya adalah tidak diperbolehkan.

Dalam durus wa fatwa Al haram Al makki Ibnu Utsmain mengatakan kepada para

wanita yang mendapatkan haid pada bulan ramadhan “Syeikh Utsmain ditanya oleh

seseorang: “ Apakah boleh seseorang wanita menggunakan pil penunda haid pada

bulan ramadhan dan lainya? Beliau menjawab: “menurut hemat saya dalam masalah

ini agar para wanita tidak menggunakanya biak dibulan ramadhan atau dibulan

lainya, karena menurut para dokter hal ini menimbulkan bahaya yang sangat besar

bagi rahim, urat syaraf dan darah. Dan segala sesuatu yang menimbulkan bahaya

adalah dilarang. Padahal Nabi SAW telah bersabda:”janganlah kamu melakukan

tindakan yang mmbahayakan dirimu dan orang lain’’.dan kami telah mengetahui dari

mayoritas wanita yang menggunakanya bahwa kebiasaan haid mereka berubah, dan

menyibukkan para ulama membicarakan masalah tersebut.maka yang paling benar

adalah tidak menggunakan obat tersebut selamanya baik dibulan ramadhan maupun

lainya.

Menurut KH. Habib Syarif Muhammad, hukum awal pemakaian obat obat penunda

haid dalam islam tidak terbolehkan. “ pemakaian obat berarti ingin menunda,

sehingga melawan ketentuan yang telah digariskan. Perempuan memiliki siklus haid

secara alamiah, sebagai rahmad dari Allah. Hanya ibadah haji merupakan amalan

yang tidak bisa dilakukan setiap tahun dengan pengorbanan harta, tenaga, yang

tidak sedikit.

Namun demikian, ada banyak ulama yang berpendapat berbeda dengan pendapat

diatas, diantaranya adalah;

Menyatakan boleh, dasar yang diambil menjadi pegangan berasal dari alqur’an dan

dan Hadits misalnya surah Al-baqarah ayat 185;

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan atas kamu dan tidak menginginkan kesulitan

menimpamu”.

Selain itu Ibnu Qudamah Al Hanbaly dalam kitabnya Al Mughni (madzhab Hambali)

dan Hutbah Al Maliki dalam kitabnya Mawahib Al jalil (Madzhab Maliki) serta Imam

Ramli Asy Syafi’i dalam An-Nihyahnya (madzhab Syafi’i) Mereka menyatakan bahwa

menggunakan pil pencegah haid dalam tujuan agar dapat melaksanakan puasa

ramadhan dan ibadah lainya hukumnya mubah dalam artian boleh boleh saja, selagi

tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan wanita.

3. EFEK MENGKONSUMSI OBAT PENUNDA HAID BAGI KESEHATAN WANITA

Bagi wanita yang ingin menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan selama

sebulan penuh, biasanya mereka mencoba meminum obat penunda menstruasi, atau

siklus haid agar terhindar dari haid di bulan ramadhan . tetapi jika mereka memakai

obat penunda haid ini tanpa pengawasan dokter tentunya dapat berakibat negatif

bagi kesehatan mereka. Beberapa merek obat yang dikonsumsi sebagai penunda

menstruasi yang sering digunakan oleh wanita-wanita terutama bagi wanita yang

belum menikah tentunya akan menimbulkan beberapa dampak buruk bagi kesehatan

mereka. Misalnya Primolut tablet N norethisterone, yang berisi bahan aktif produk

sintesis yang agak mirip dengan progesteron, yakni hormon alami wanita. Seorang

konsultan ginekolog Al-Amin Hospital di Taif, Dr Hanan Oyara yang dikutip dari arab

news, mengatakan agar wanita membatasi pemakaian obat-obat penunda

menstruasi. Karena tablet tersebut bisa mengakibatkan komplikasi kesehatan yang

sangat serius, bahkan termasuk adanya kemungkinan terjadi kemandulan. Dr Dalal

Namnaqani, salah satu konsultan ahli patologi, di Rumah Sakit King Abdul Ajiz juga

mengatakan bahwa konsumen untuk obat-obat penunda haid haruslah dibawah

pengawasan dokter. Bahkan untuk pengunaan serta jumlah takaranyapun harus

dibatasi dan juga hanya untuk jangka waktu tertentu. Efek negatif lainya yang

diakibatkan karena mengkonsumsi obat penunda haid sebagai berikut:

a. Rasa mual dan muntah-muntah

b. Sakit kepala hebat

c. Perasaan lelah dan gelisah

d. Darah tinggi

e. Pigmentasi pada muka

f. Keputihan

g. Bercak darah (spotting)

h. Nafsu makan bertambah

Disamping mempunyai dampak negatif, penggunaan obat pengatur siklus haid juga

mempunyai dampak positif seperti:

a.       Siklus haid menjadi teratur

b.      Lamanya haid menjadi singkat

c.       Jumlah darah haid menjadi kurang

d.      Berkurangnya gejala sakit perut

e.       Berkurangnya atau hilangnya tegangan pra haid

f.        Berkurangnya rasa nyeri saat haid

Pemakaian obat kombinasi juga non kontraseptif.misalnya dapat dipergunakan untuk

mengobati pendarahan disfungsional uterus, pertambahan berat badan pada wanita.

Pemakaian ini juga terbukti mencegah anemia dan karsinova ovarium, kebanyakan

efek non kontraseptif terjadi pada preparat-preparat dengan dosis estoragen yang

rendah.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan ulama

sepakat bahwa menunda haid atau mengkonsumsi obat siklus menstruasi agar dapat

melaksanaan ibadah haji dan puasa ramadhan hukumnya adalah diperbolehkan

dengan syarat jika jenis obat yang digunakan tersebut tidak menimbulkan mudharat

bagi seseorang yang menggunakan.

Haid Saat Berhaji Bisa Disiasati, Ini CaranyaRabu, 25 July 2012   Tags: haid, haji   Views: 542

Haid adalah perdarahan yang rutin terjadi pada perempuan dengan kesehatan normal. Pada hari-hari biasa, perdarahan yang siklusnya berulang setiap 21-35 hari itu tidak menimbulkan gangguan atau hambatan berarti, tapi tidak demikian ketika seorang perempuan melaksanakan ibadah haji.  

Muslim perempuan yang sedang haid saat berhaji dilarang melakukan thawaf, shalat wajib dan sunah, berdiam di masjid serta membaca Al Quran dan hanya boleh melakukan sa`i, wuquf di Arafah, mabit, melontar jumroh, memotong rambut dan berdoa.

 Kondisi yang demikian kurang menyenangkan bagi sebagian besar perempuan muslim yang berhaji. "Tapi ini bisa disiasati," kata Dr dr Dwiana Ocvianti dari Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Dokter yang akrab disapa Ocvi itu menjelaskan, dengan bantuan dokter, calon jamaah haji perempuan bisa mengelola siklus haidnya supaya tidak mengganggu ritual haji. Untuk itu, katanya, calon jemaah perempuan harus terlebih dulu memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter paling lambat satu bulan sebelum tanggal keberangkatan. Pemeriksaan dan konsultasi, kata dia, diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan organ reproduksi atau kondisi lain yang dapat menimbulkan komplikasi bila diperlukan obat pengatur haid. "Kalau hasilnya bagus, dokter dapat merencanakan pemberian obat pengatur haid yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang bersangkutan," katanya. 

Ia menjelaskan, obat yang digunakan untuk mengatur haid berisi hormon progesteron atau gabungan hormon progesteron dan estrogen. Obat yang mengandung progesteron, menurut dia, biasanya berupa pil satuan dalam kemasan biasa yang harus dimakan setiap hari. "Bisa berupa pil KB untuk ibu menyusui dalam bentuk kemasan untuk 28 hari dengan jenis pil yang sama," katanya. Ia menambahkan, obat yang mengandung progesteron dan estrogen umumnya adalah pil KB yang terdiri dari dua jenis obat dalam satu kemasan untuk 28 hari atau satu jenis obat dalam satu kemasan untuk 21 hari yang hanya mengandung pil aktif. Kemasan 28 hari, dijelaskannya, berisi 21 tablet pil aktif dengan bentuk dan ukuran sama serta tujuh tablet berupa pil plasebo (bukan obat) dengan ukuran berbeda."Selain itu, dapat juga digunakan pil untuk terapi sulih hormon, baik dalam kemasan satuan maupun dalam kemasan paket untuk 21 hari atau 28 hari," katanya. Lebih lanjut ia menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan obat pengatur haid yakni riwayat kesakitan dan gangguan kesehatan. Calon jamaah yang punya riwayat tromboflebitis atau tromboemboli, migrain, varises berat, kanker payudara, perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya, gangguan fungsi hati, penyakit kuning, preklamsi dalam kehamilan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kencing manis, hipertensi berat, depresi dan gangguan jiwa, serta harus mengonsumsi obat secara rutin, menurut dia, tidak diperbolehkan mengonsumsi obat pengatur haid. "Karena bila kondisinya demikian, dikhawatirkan malah dapat memperberat gangguan kesehatannya," kata dr Ocvi. Jenis PengaturanDokter Ocvi mengatakan, pengaturan haid bisa dilakukan dengan menunda masa haid, memajukan masa haid atau memperbaiki siklus haid yang tidak teratur. Menurut dia, penundaan masa haid merupakan upaya pengelolaan masa haid yang paling sering dilakukan dan untuk itu biasanya digunakan pil progesteron saja atau pil kombinasi. "Pada penggunaan pil kombinasi, yang digunakan hanya pil aktif, pil plasebo yang tidak dimakan. Paling ideal pil mulai digunakan pada hari kedua hingga kelima haid atau selambatnya 14 hari sebelum hari pertama haid yang ingin ditunda," katanya. Penggunaan pil untuk menunda masa haid tersebut, katanya, mesti dihentikan segera setelah penundaan haid tidak diperlukan lagi dan haid akan datang dua hari atau tiga hari setelah penggunaan pil dihentikan. Sementara pengelolaan dengan memajukan siklus haid, menurut dia jarang sekali dilakukan, karena umumnya hanya diperlukan perempuan yang siklus haidnya lebih dari 35 hari. "Untuk memajukan siklus haid, digunakan pil progesteron mulai hari kelima haid, dan dihentikan penggunaannya tiga hari hingga lima hari sebelum masa haid yang diinginkan atau setidaknya hari ke-19 haid," katanya. Sementara untuk memperbaiki siklus haid yang tidak teratur, menurut dia, umumnya digunakan pil KB atau pil kombinasi. "Untuk ini, paling baik dimulai tiga sampai enam bulan sebelum tanggal keberangkatan," katanya. Kendati tidak berat namun penggunaan obat pengatur haid berdampak spesifik terhadap penggunanya. 

Gangguan yang dapat muncul pada penggunaan obat pengatur haid, katanya, antara lain rasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara (umumnya pada pengunaan pil kombinasi dengan estrogen), perdarahan bercak (lebih sering pada penggunaan pil yang mengandung progesteron), dan peningkatan berat badan. Peningkatan berat badan, menurut dia, bisa dihindari dengan tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan sedangkan untuk menghindari perdarahan pil sebaiknya dikonsumsi pada saat yang sama setiap hari. "Jangan sampai lupa. Dan bila terjadi perdarahan bercak, tambahkan satu pil setiap hari dan kurangi aktifitas sebanyak mungkin. Konsumsi obat yang membantu penghentian darah, hentikan tambahan pil satu hari setelah perdarahan bercak berhenti," jelasnya. Apabila perdarahan bercak tidak juga berhenti, ia menjelaskan, kondisi itu bukan haid tapi kondisi yang terjadi akibat reaksi hormon yang tidak wajar sehingga perempuan muslim yang bersangkutan bisa tetap menjalankan semua ritual ibadah haji. "Tentunya setelah membersihkan daerah kewanitaan, mengganti pembalut dan berwudhu sebelum beribadah," kata dr Ocvi.

Pil Penunda Haid

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Pengertiaan

Haid (menstruasi) merupakan peristiwa perdarahan secara periodik dan siklik (bulanan)

yang disertai pelepasan selaput lendir (endometrium) rahim. Peristiwa ini merupakan peristiwa

yang alami pada seorang wanita normal. Dikatakan periodik karena datangnya haid pada seorang

wanita mempunyai periode–periode tertentu, dimana haid pertama kali (menarche) datang pada

usia sekitar 12 tahun yang bisa saja belum teratur, kemudian mulai teratur saat usia reproduksi

(20-35 tahun), mulai jarang saat mendekati menopause (klimakterik), dan berhenti saat

menopause (49-50 tahun).

Bagi seorang wanita datangnya masa haid merupakan saat yang selalu dinantikan. Sebab

apabila haid terlambat datang, maka akan timbul kekhawatiran, jangan-jangan telah terjadi

sesuatu pada tubuh wanita tersebut. Haid merupakan ketetapan Allah SWT atas setiap wanita,

sebagaimana hadits di bawah ini:

“Kami keluar (dari Madinah), tidak ada yang kami tuju kecuali untuk berhaji. Maka ketika

kami berada di tempat yang bernama Sarif, aku haid. Rasulullah SAW masuk menemuiku

yang ketika itu sedang menangis. Maka beliau bersabda : ‘Ada apa denganmu, apakah

engkau ditimpa haid?’ Aku menjawab : ‘Ya.’ Beliau bersabda : ‘Sesungguhnya haid ini

adalah perkara yang Allah tetapkan atas anak-anak perempuan keturunan adam.

Kerjakanlah sebagaimana layaknya orang berhaji. Akan tetapi, janganlah engkau

melakukan thawaf di Baitullah.’ (HR. Bukhari dari ‘Aisyah r.a.)

2.      Haid dan Hukum-Hukum Seputarnya

Menurut bahasa, haid berarti sesuatu yang mengalir. Dan menurut istilah syara’haid

ialah darah yang terjadi pada wanita secara alami, bukan karena suatu sebab, dan pada waktu

tertentu.[3] Jadi haid adalah darah normal, bukan disebabkan oleh suatu penyakit, luka,

keguguran atau kelahiran. Oleh karena ia darah normal, maka darah tersebut berbeda sesuai

kondisi, lingkungan dan iklimnya, sehingga terjadi perbedaan yang nyata pada setiap wanita.

Seperti yang kita ketahui, darah haid berasal dari penebalan dinding rahim untuk

mempersiapkan proses pembentukan janin yang nantinya berfungsi sebagai sumber makanan

bagi janin yang ada dalam kandungan seorang ibu. Oleh karenanya, seorang wanita yang hamil,

tidak akan mendapatkan haid lagi, Begitu juga dengan wanita yang menyusui, biasanya tidak

akan mendapatkannya terutama diawal masa penyusuan.

Adapun hikmah yang bisa kita petik didalamnya adalah Maha Mulia Allah, Dialah

sebaik-baiknya pencipta, yang telah menciptakan gumpalan darah di rahim seorang ibu sebagai

sumber makanan instant bagi janin didalamnya, yang tentu saja dia belum bisa mencerna

makanan apalagi mendapatkan makanan dari luar kandungan. Maha Bijaksana Allah Subhanahu

wa ta’ala yang telah mengeluarkan darah tersebut dari rahim seorang wanita yang tidak hamil

melalui siklus haid karena memang tidak membutuhkannya. Dengan begitu, kondisi rahim

seorang wanita akan selalu siap bila ada janin didalamnya.

Adapun hal-hal yang dilarang bagi wanita yang sedang haid adalah sebagai berikut:

a)      Shalat

Wanita yang sedang haid diharamkan mengerjakan shalat, baik fardhu maupun sunat dan

tidak perlu meng-qadha-nya setelah suci. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

Dari ‘Aisyah r.a. berkata, Nabi SAW bersabda: “apabila datang masa haid, maka

tinggalkanlah shalat”. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Juga hadits yang diriwayatkan dari Mu’adzah, dimana ia bercerita:

“Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah, bagaimana hukum wanita yang mengqadha’ puasa

dan tidak mengqadha’ shalat? ‘Aisyah bertanya: apakah engkau wanita merdeka? Aku

menjawab: tidak, akan tetapi aku hanya sekedar bertanya. Lalu ‘Aisyah berkata: kami

pernah menjalani haid pada masa Rasulullah, maka kami diperintahkan mengqadha’ puasa

dan tidak diperintahkan mengqadha’ shalat (HR. Muttafaq ‘Alaih)

b)     Puasa

Wanita yang sedang haid diharamkan berpuasa dan berhak mengqadha’nya di hari

lain jika yang ditinggalkannya merupakan puasa wajib. Berdasarkan hadist dari Aisyah

Radhiyallahu ‘anha: “Ketika kami mengalami haid, diperintahkan kepada kami

mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan meng-qadha’ shalat” (Muttafaqun ‘alaih).

Seorang wanita yang mendapatkan haid ketika dia sedang berpuasa, maka wajib

membatalkannya walaupun hal itu terjadi sesaat menjelang maghrib. Juga jika pada saat

terbitnya fajar dia masih haid maka tidak sah berpuasa, sekalipun sesaat setelah fajar dia

sudah suci. Dan sebaliknya jika seorang wanita mendapati dirinya suci sesaat sebelum

fajar, maka dia wajib puasa (puasa wajib) walaupun baru mandi suci setelah fajar.

c)      Membaca Al-Qur’an.

Walaupun tidak ada dalil qath’i yang melarang wanita haid untuk membaca Al-

qur’an, tetapi banyak ulama yang mengharamkannya. Syaikh utsaimin mengomentari

perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang hal ini dengan mengatakan bahwa lebih

utama bagi wanita haid tidak membaca Al-Qur’an secara lisan, kecuali jika diperlukan.

Misalnya seorang guru yang sedang mengajar murid-muridnya, atau siswa yang sedang

belajar dikelas. Adapun aktivitas dzikr yang lain diperbolehkan bahkan dianjurkan.

Dari Ibnu ‘Umar, dari Rasulullah SAW bersabda: “wanita yang tengah haid dan

juga dalam keadaan junub tidak boleh sama sekali membaca al-Quran”. (HR.

Turmudzi)

Membaca Al Qur’an bagi wanita haid itu sendiri, jika dengan mata atau dengan

hati tanpa diucapkan dengan lisan maka tidak apa-apa hukumnya, misalnya mushaf atau

lembaran Al Qur’an diletakkan lalu matanya menatap ayat-ayat seraya hatinya membaca.

menurut An Nawawi dalam kitab Syarh Al Muhadzdzab Juz 2 hal : 362, hal ini boleh

tanpa ada perbedaan pendapat.

Adapun jika wanita haid itu membaca Al Qur’an dengan lisan, maka banyak

ulama mengharamkannya dan tidak membolehkannya. Tetapi Al Bukhari, Ibnu Jarir At

Thabari dan Ibnul Mundzir membolehkannya. Juga boleh membaca ayat Al Qur’an bagi

wanita haid menurut Imam Malik dan Asy syafii dalam pendapatnya yang terdahulu,

sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari, serta menurut Ibrahim An Nakha’i

sebagaimana diriwayatkan Al Bukhari.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Fatawa kumpulan Ibnu Qasim

mengatakan : “Pada dasarnya tidak ada hadits yang melarang wanita haid membaca Al

Qur’an. Sedangkan pernyataan “ wanita yang sedang haid dan orang junub tidak boleh

membaca Al Qur’an” adalah hadits dhaif menurut kesepakatan para ahli hadits.

Seandainya wanita yang sedang haid dilarang membaca Al Qur’an, seperti halnya shalat,

pada hal pada zaman Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam kaum wanitapun mengalami

haid, tentu hal ini termasuk yang dijelaskan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada

umatnya, diketahui oleh istri beliau sebagai ibu-ibu kaum mu’minin, serta disampaikan

sahabat kepada orang lain. Namun, tidak ada seorangpun yang menyampaikan bahwa ada

larangan dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam masalah ini. Karena itu, tidak

boleh dihukumi haram selama diketahui bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak

melarangnya, padahal banyak pula wanita haid pada zaman beliau, berarti hal ini tidak

haram hukumnya.

Setelah mengetahui perbedaan pendapat diantara para ulama, seyogyanya, kita

katakana, lebih utama bagi wanita yang sedang haid tidak membaca Al Qur’an secara

lisan, kecuali jika diperlukan. Misalnya seorang guru wanita yang perlu mengajarkan

membaca Al Qur’an kepada siswi-siswinya, atau seorang siswi yang pada waktu ujian

perlu diuji dalam membaca Al Qur’an, dan lain sebagainya.

d)     Thawaf

Diharamkan bagi wanita yang sedang haid melakukan thawaf di Ka’bah, baik

yang wajib maupun sunnah, dan tidak sah thawafnya, berdasarkan sabda

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada Aisyah :

“lakukanlah apa saja yang dilakukan jamaah haji, hanya saja jangan melakukan

thawaf di Ka’bah sebelum kamu suci”

Adapun kewajiban lainnya seperti sa’i antara Shafa dan marwah, wukuf di

Arafah, bermalam di Muzdalifah dan Mina, melempar jumrah dan amalan haji dan umrah

selain itu, tidak diharamkan. Atas dasar ini, jika seorang wanita melakukan thawaf dalam

keadaan suci, kemudian keluar darah haid langsung setelah thawaf atau di tengah-tengah

melakukan sa’i, maka tidak apa-apa hukumnya.

Thawaf wada’

Jika seorang wanita mengerjakan seluruh manasik haji dan umroh, lalu datang haid

sebelum keluar untuk kembali ke negerinya dan haid ini terus berlangsung sampai batas

waktu pulang, maka ia boleh berangkat tanpa thawaf wada’. Dasarnya hadits

Ibnu‘AbbasRadhiyallahu ‘anhuma :

“Diperintahkan kepada jamaah haji saat saat terakhir bagi mereka berada di

baitullah (malakukan thawaf wada’), hanya saja hal ini tidak dibebankan kepada

wanita yang sedang haid” ( hadits muttafaq alaih).

Dan tidak disunnatkan bagi wanita yang sedang haid ketika hendak bertolak,

mendatangi pintu Masjidil Haram dan berdo’a. karena hal ini tidak ada dasarnya dari

Nabishollallohu ‘alaihi wa sallam, sedangkan seluruh ibadah harus berdasarkan pada

ajaran ( sunnah ) nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Bahkan, menurut ajaran

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah sebaliknya. Sebagaimana disebutkan dalam

kisah ShafiyahRadhiyallahi ‘anha ketika dalam keadaan haid setelah thawaf ifadhah

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “kalau demikian, hendaklah ia

berangkat” ( hadits muttafaq alaih ) . dalam hadits ini, Nabi tidak menyuruhnya

mendatangi pintu Masjidil Haram. Andaikata hal itu disyariatkan, tentu nabi sudah

menjelaskannya.

Adapun thawaf untuk haji dan umrah tetap wajib bagi wanita yang sedang haid, dan

dilakukan setelah suci.

e)      Berdiam dalam masjid

Diharamkan bagi wanita yang sedang haid berdiam dalam masjid, bahkan

diharamkan pula baginya berdiam dalam tempat shalat Ied. Berdasarkan hadits Ummu

Athiyah Radhiyallahu ‘anha bahwa ia mendengar Nabi shollallohu ‘alaihi wa

sallambersabda :

“Agar keluar para gadis, perawan dan wanita haid… tetapi wanita yang sedang

haid menjahui tempat shalat” ( muttafaq alaih )

f)       Jima’ (senggama)

Diharamkan bagi seorang suami menggauli istrinya sampai benar-benar dia dalam

keadaan suci. Diharamkan pula bagi sang istri memberi kesempatan kepada suami untuk

melakukan hal tersebut. Dalilnya dapat kita lihat kembali dalam Q.S. Al-Baqarah (2) ayat

222 dan juga sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan olehMuslim, “ OالQ إ SءUي Wش OلZ ك WعZوا اصUن

WاحW dك nikah yang dimaksud disini adalah jima’. Adapun ,”(Lakukan apa saja, kecuali nikah)الن

bercumbu diperbolehkan asal tidak sampai jima’.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Menunda Haid

Haid yang secara alamiah datang secara periodik dan siklik, namun dengan kemajuan

Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) haid dapat ditunda maupun dimajukan

kedatangannya. Penundaan ini bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obatan maupun

lainnya. Praktek semacam ini sebenarnya sudah berjalan cukup lama dikalangan

masyarakat. Bagi seorang wanita penundaan haid dilakukan karena ada tujuan-tujuan

tertentu. Misalnya, karenaingin melaksanakan ibadah secara sempurna, baik ibadah haji,

puasa, maupun shalat-shalat tertentu, karena akan melangsungkan pernikahan, menghadapi

ujian sekolah maupun lainnya.

Pada masa awal Islam belum ada obat penunda haid agar dapat melaksanakan semua

amalan-amalan ibadah maupun lainnya. Sehingga menurut hukum Islam tidak ada nash yang

jelas (sharih) yang menunjukkan boleh atau tidaknya menunda kedatangan haid. Karena itu

penundaan haid menurut hukum Islam merupakan masalah kontemporer yang membutuhkan

kajian yang mendalam dan komprehensif. Karena ini merupakan persoalan hukum yang tidak

ada dalam kedua sumber hukum Islam, maka solusi pemecahan hukumnya dilakukan dengan

cara ijtihad.[1] Menurut al-Amidi dalam kitabnya ”al-Ihkam fi Usul al-Ahkam”

memaknai Ijtihad adalah mencurahkan segenap kemampuan dalam mencari hukum-hukum

syar’i yang bersifat dzanni, dalam batas sampai dirinya merasa tidak mampu melebihi usahanya

itu.[2]

Untuk melaksanakan ijtihad maka harus ditinjau dari beberapa sudut pandang agar

menghasilkan produk hukum yang dapat diterima oleh semua pihak. Tentunya produk pemikiran

hukum itu harus berlandaskan kepada dua sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

Dengan lain perkataan, segala persoalan hukum harus dikembalikan kepada keduanya (ar-ruju’

ila al-Quran wa as-sunah). Sebab tanpa kedua sumber itu maka produk pemikiran hukum

apapun tidak dapat diterima dan bahkan akan menyesatkan umat, khususnya umat Islam.

Persoalan ini menarik untuk dikaji dan dicari solusinya karena masih banyak masyarakat

yang menanyakannya. Terlebih lagi dikalangan Muhammadiyah persoalan ini secara resmi

(Munas Tarjih, misalnya) belum dibicarakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat

Muhammadiyah. Karena itu Majelis Tarjih dan Tajid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah

Yogyakarta mengangkat persoalan tersebut untuk dikaji dalam Musyawarah Wilayah (Musywil)

Tarjih. Dalam makalah ini akan dibicarakan dua hal, yaitu (1) Haid dan Hukum-Hukum

Seputarnya, Penundaan Haid Dalam Tinjauan Medis (Kedokteran), dan Penundaan Haid Dalam

Tinjauan Hukum Islam.

B.     Tinjauan Medis Penggunaan Pil Haid

Menurut Prof.dr.Ali Baziad, SpOG (K), pengaturan siklus haid bisa dilakukan

dengan menggunakan pil hormon. Saat ini ada tiga jenis hormon yang bisa dipilih,

yakni progestin (progesteron saja), kombinasi estrogen dan progesterone (pil KB), serta

GnRH agonis yang berbentuk suntik.

“Pil progesteron tersebut dikonsumsi satu bulan sebelum ibadah haji atau 14 hari

sebelum haid,” kata Ali dalam acara seminar bertema Pengaturan Haid untuk Ibadah

Haji yang diselenggarakan oleh Bayer Schering Pharma di Jakarta (20/11). Lebih lanjut

Ali menjelaskan cara kerja pil hormon. “Haid berhenti karena tubuh memperoleh

hormon dari luar, akibatnya kerja hormon di otak terhambat dan sel telur tidak bisa

matang,” jelasnya.

Riset yang dilakukan Prof.Dr.Biran Affandi, SpOG (K) selama 10 tahun terhadap

45 perempuan berusia 25-42 tahun, yang menginginkan penundaan haid untuk ibadah

haji menunjukkan bahwa pil hormon progesterone Norethisterone efektif menunda haid

hingga 100 persen.

Meski penggunaan pil hormon tergolong aman namun orang yang ingin

mengonsumsinya sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. “Dosis untuk tiap

perempuan berbeda-beda, antara orang yang gemuk dan yang kurus jelas lain,” kata Ali.

Selain berat badan, faktor lainnya adalah usia. Menurut Ali calon jamaah haji yang

berusia di atas 40 tahun tidak dianjurkan mengonsumsi pil hormon sintetik. “Di usia

tersebut sudah banyak gangguan kesehatan, jadi sebaiknya memakai pil hormon yang

alami, seperti pil KB,” paparnya.

Demikian pula untuk pasien pengidap kanker payudara atau kanker leher rahim.

Mereka tidak diijinkan mengonsumsi pil hormon berbentuk tablet. “Pemberian pil

hormon justru memacu kanker, karenanya disarankan untuk memilih hormon injeksi,”

jelas dokter yang menjadi Kepala Divisi Imunoendokrinologi Departemen Obgin

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Kendati penelitian telah menunjukkan keberhasilan pil hormon dalam menunda

haid, namun tetap ada efek samping yang perlu diketahui. “Pada beberapa orang bisa

muncul vlek atau spotting noda darah. Namun hal itu normal dan bukan darah haid

sehingga ibadah tetap bisa dilanjutkan,” ujar Ali menegaskan.

Selain untuk pengaturan haid, pil progesteron seperti Norethisterone menurut Ali

banyak digunakan sebagai terapi untuk mengatasi masalah haid, seperti nyeri perut saat

haid yang merupakan gejala endometriosis, perdarahan uterus disfungsional, atau haid

yang tidak teratur.

C.    Tinjauan Hukum IslamTentang Penundaan Haid

Menstruasi atau haid terjadi secara periodik pada semua perempuan sehat yang

memiliki organ reproduksi sehat juga. Haid bahkan bisa menjadi indikator kesuburan.

Namun siklus bulanan tersebut kerap menjadi masalah bagi wanita (misalanya ibadah

haji) karena hukum Islam melarang wanita yang sedang haid melakukan ibadah.

Teknologi terkini di bidang terapi hormonal telah memungkinkan pengaturan

waktu terjadinya haid secara tetap sesuai keinginan, bisa dimajukan atau dimundurkan.

Selain berkaitan dengan ibadah, keinginan mendapatkan “hari bebas haid” juga bisa

berhubungan dengan karir atau acara khusus tertentu, seperti bulan madu.

Dalam menghadapi persoalan ini ternyata para ulama berbeda pendapat tentang hukum

kebolehan mengguanakan obat penunda atau pencegah haid. Sebagian besar ulama

membolehkan namun sebagian lainnya tidak membolehkan.

1.      Kalangan yang Membolehkan

Diantara ulama yang berpendapat boleh adalah sebagai berikut:

a.      Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah

Di kalangan shahabat Nabi SAW ada Ibnu Umar r.a. yang diriwayatkan oleh

Sa’id bin Mansur bahwa beliau telah ditanya orang tentang hukum seorang wanita

haid yang meminum obat agar tidak mendapat haid, lantaran agar dapat mengerjakan

tawaf. Maka beliau membolehkan hal tersebut. Muhibbuddin Thabari berkata, “jika

terhentinya haid dalam keadaan seperti ini dapat diakui, maka hendaklah diakui pula

terhentinya itu dalam menghitung berakhirnya massa iddah dan bentuk-bentuk kasus

lainya. Demikian pula jika meminum obat yang merangsang munculnya haid,

berdasarkan persamaan diantara keduanya.[4]

b.      Abdullah Abdul ‘Aziz bin Baz dalam kitab Fatawa Tata’allaq bi Ahkam al-Hajji

wa al-‘Umrah wa al-Ziyarah

Seorang wanita boleh menggunakan obat pencegah haid pada waktu haji karena

khawatir akan kebiasaannya (haid) akan tetapi harus berkonsultasi kepada dokter

khusus karena untuk menjaga keselamatan wanita. Demikian juga pada bulan

Ramadlan apabila berkeinginan untuk berpuasa bersama-sama dengan masyarakat

umum (orang banyak).

c.       Ahmad bin Abdul Rozaq ad-Duwaisy dalam kitab Fatawa al-Lajnah ad-Daimah

Lil-Buhuts al-‘Ilmiyah Wa al-Ifta

Boleh bagi seorang wanita untuk mengkonsumsi pil penunda haid agar dapat

melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Anda tidak diharuskan untuk mengqadha

hari-hari puasa yang telah Anda lakukan bersama-sama yang lainnya dengan

mengkonsumsi pil pencegah haidh. [Majalah Al-Buhuts Al-Islmiyah, 22/62]

d.      Menurut Yusuf al-Qardawi, tokoh fikih kontemporer, bahwa wanita dapat saja

menggunakan obat penunda haid dengan syarat:

1)      Kekhawatiran haji dan puasanya tidak sempurna jika ia tidak

menggunakannya.

2)      Kekhawatiran akan mengalami kesulitan dalam mengkada puasanya kelak,

dan

3)      Obat penunda haid tersebut tidak membawa efek mudarat baginya.

Alasan itu didasarkan kepada tidak adanya nas yang sarih melarang penundaan haid.

e.       Keputusan komisi fatwa MUI tahun 1984 tentang kebolehan penggunaan obat

penunda haid untuk kepentingan ibadah haji dan puasa.

2.      Pendapat yang Mengharamkan

Salah satu ulama yang melarang penggunaan pil penunda haid adalah Syeikh

Al-’Utsaimindalam “Majmu’ Fatawa al-‘Utsaimin” sebagai berikut:

Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya : Saya seorang wanita yang mendapatkan haid di bulan

yang mulia ini, tepatnya sejak tanggal dua lima Ramadhan hingga akhir bulan Ramadhan,

jika saya mendapatkan haid maka saya akan kehilangan pahala yang amat besar, apakah

saya harus menelan pil pencegah haid karena saya telah bertanya kepada dokter lalu ia

menyatakan bahwa pil pencegah haid itu tidak membahayakan diri saya?

Beliau menjawab: “Saya katakan kepada wanita-wanita ini dan wanita-wanita lainnya

yang mendapatkan haid di bulan Ramadhan, bahwa haid yang mereka alami itu,

walaupun pengaruh dari haid itu mengharuskannya meninggalkan shalat, membaca Al-

Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya, adalah merupakan ketetapan Allah, maka hendaknya

kaum wanita bersabar dalam menerima hal itu semua, maka dari itu Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda kepada Aisyah yang kala itu sedang haid : “Artinya :

Sesungguhnya haid itu adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan kepada kaum wanita”.

Maka kepada wanita ini kami katakan, bahwa haid yang dialami oleh dirinya adalah

suatu yang telah Allah tetapkan bagi kaum wanita, maka hendaklah wanita itu bersabar

dan janganlah menjerumuskan dirinya ke dalan bahaya, sebab kami telah mendapat

keterangan dari beberapa orang dokter yang menyatakan bahwa pil-pil pencegah

kehamilan berpengaruh buruk pada kesehatan dan rahim penggunanya, bahkan

kemungkinan pil-pil tersebut akan memperburuk kondisi janin wanita hamil.”

Syekh al-‘Utsaimin ditanya oleh seseorang: “Apakah boleh seorang wanita menggunakan

pil penunda haid pada bulan Ramadlan dan lainnya?

Beliau menjawab: “Menurut hemat saya dalam masalah ini agar para wanita tidak

menggunakannya baik dibulan Ramadlan maupun lainnya, karena menurut para dokter

hal itu menimbulkan bahaya yang sangat besar bagi rahim, urat syaraf dan darah. Dan

segala sesuatu yang menimbulkan bahaya adalah dilarang. Padahal nabi SAW telah

bersabda, “Janganlah kamu melakukan tindakan yang membahayakan dirimu dan orang

lain.” Dan kami telah mengetahui dari mayoritas wanita yang menggunakannya bahwa

kebiasaan haid mereka berubah, dan menyibukkan para ulama membicarakan masalah

tersebut. Maka yang paling benar adalah tidak menggunakan obat tersebut selamanya

baik di bulan Ramadlan maupun lainnya.”

[3]Kata Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah dalam Al Muhalla (2/162) : “Haid

adalah darah hitam yang kental beraroma tidak sedap. Kapan saja tampak darah ini dari

kemaluan wanita, maka tidak halal baginya untuk shalat, puasa, dan thawaf di Baitullah serta

tidak boleh bagi suaminya atau tuannya (bila wanita tersebut berstatus budak, pent.) untuk

menyetubuhinya kecuali bila wanita itu melihat ia telah suci.” Al Imam Al Qurthubi

rahimahullah : “Darah haid adalah darah hitam yang kental, mendominasinya warna merah.”

(Lihat Jami’ Ahkamin Nisa’ halaman 129), Selain wanita, di antara jenis hewan ada juga yang

mengalami haid seperti yang dikatakan oleh Al Jahidh dalam Kitab Al Hayawan : “Yang

mengalami haid dari kalangan makhluk hidup ada empat yaitu wanita, kelinci, dlaba’ (sejenis

anjing hutan), dan kelelawar. Dan haidnya kelinci ini masyhur dalam syair-syair Arab.” (Jami’

Ahkamin Nisa’ halaman 128)

BAB III

KESIMPULAN

Sungguh sangat membahagiakan bagi semua umat Islam ketika kesempatan untuk berhaji

datang. sebuat peristiwa yang sangat ditunggu-tunggu. bayangkan, untuk dapat menunaikan

ibadah haji saat ini calon jamaah harus antri masuk daftar tunggu yang konon sekarang sdah

mencapai 6 tahun kedepan.

kita smua tahu bahwa ibadah haji punya karakteristik berbeda dengan ibadah lainnya.

dalam ibadah haji tidak hanya menuntut kita mengucapkan doa doa namun ibadah yang satu ini

juga menuntut kesiapan fisik yang prima. dan tak jarang kurangnya persiapan fisik ini

menyebabkan terganggunya kelancaran dalam penunaian prosesi ibadah haji tersebut. untuk itu

perlu dilakukan persiapan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan.

Satu hal yang sangat menjadi perhatian para calon jamaah haji khususnya jamaah

perempuan adalah masalah Haid atau menstruasi. Masalah haid ini sering kali membuat cemas

para calon jamaah haji wanita dikarenakan adanya rukun haji yaitu Thowaf ifadhoh yang

mengharuskan jamaah dalam kondisi suci dari hadats maupun najis. Thowaf ifadhoh yang

pelaksanaannya dilakukan setelah prosesi Armuna (Arafah-Muzdalifah – Mina) ini biasanya

menjadi masalah terutama untuk jamaah yang dijadwalkan pulang awal (kloter-kloter awal)

karena waktu pelaksanaannya cuma bisa dilakukan beberapa hari sebelum pulang ke tanah air.

Akibatnya banyak calon jamaah yang ketakutan dan akhirnya mengkonsumsi obat secara

membabi buta mulai sejak di tanah air. Pemakaian obat penunda haid yang kurang tepat inilah

yang pada akhirnya malah menjadi bumerang, alih-alih mendapat manfaat dari penundaan

menstruasi tapi malah siklus menstruasinya kacau dan sulit untuk ditanggulangi.

Nah.. berikut in sedikit tips

Pertama, sebelum berkonsultasi dengan dokter kenali siklus menstruasi anda. Berapa hari

siklus haid anda, berapa lama menstruasi anda, bagaimanakah keteraturan menstruasi anda,

Kontrasepsi apa yang sekarang sedang anda gunakan.

Kedua, setelah memahami siklus menstuasi anda. usahakan anda melakukan konsultasi

minimal 3 bulan sebelum keberangkatan ke tanah suci sehingga upaya penundaan ini bisa lebih

efektif.

ketiga, hal yang penting untuk diingat adalah mengetahui kapan proses ibadak puncak

haji dan kapan keberangkatan kita. penundaan haid ini sebenarnya sebagi upaya memperlancar

ibadah haji. dalam hal ini adalah thawaf ifadhoh yang wajib dilaksanakan dalam kondisi suci.

Perlu difahami juga mana yang merupakan rangkaian ibadah Sunnah dan mana ibadah yang

merupakan Rukun dan wajib. Jangan sampai gara-gara kita terlalu bernafsu mengejar yang

sunnah malah ibadah yang wajib jadi kacau. Selain thawaf, kegiatan lain dalam rangkaian ibadah

haji boleh dilaksanakan meskipun kita tidak dalam kondisi suci.

Keempat, perlu diketahui yang berkenaan dengan peggunaan kontrasepsi

1. Oral Noethisteron 5 mg (Primolut): eektif dalam menunda haid hanya selama 14 hari. jadi pagi

anda jamaah yang mau menunaikan ibadah haji hendaknya sebelum menggunakan kontrasepsi

berkonsutasi dengan dokter yang berpengalaman. jika anda mulai minum primolut saat sebelum

berangkat sedangkan rangkaian ibadah haji masih lama maka biasanya anda bisa mengalami

spoting pada minggu ke 2 setelah mulai mengkonsumsi Primolut

2. Kontrasepsi suntik 3 bulanan: Hanya efektif untuk yang sudah mendapatkan suntikan

sebanyak 5 kali (1 tahun 3 bulan dari pertama kali suntik). karena efek Amenore (tidak

menstruasi baru bisa didapat setelah 5 kali injeksi. Jika anda termasuk pemakai kontrasepsi KB

suntik 3 bulanan dan sudah tidak menglami menstruasi maka anda tinggal meneruskannya.

jangan lupa meneruskan suntik KB 3 bulanan sebelum berangkat karena pengalaman penulis

pernah meresepkan tapi susah banget nyari di apotik-apotik di Tanah suci. mungkin karena

mereka nggak pernah Kb kali ya. hehe

3. Bagi pemakai kontrasepsi Spiral hendaknya dilepas dulu untuk menbegah terjadinya spotting

4. Bisa digunakan kontrasepsi dengan pil KB (21 tablet) yaitu mycrogynon ED 30, Diane,

yasmin. caranya dengan mulai minum pil KB ini pada hari ke 5 menstruasi terus menerus selama

sebelum berangkat sampai pulang ke tanah air. dengan cara ini jamaah tidak mengalami

menstruasi.

PENUTUP

Namun demikian, para ulama melihat hal ini menjadi rukhsah bagi para wanita pada saat

pelaksanaan ibadah haji. Penggunaan terapi hormonal diperbolehkan. Bahkan Majelis Ulama

Indonesia secara tegas telah mengeluarkan fatwa dengan tanggal 12 Januari 1979 yang

menyebutkan, bahwa penggunaan obat anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya

adalah mubah.

Referensi:

1.      Qadhaya Fiqhiyah Mu’ashirah, jld 1. Lajnah Asatidzah Fiqh Muqaran Univ. Al Azhar 2006.

2.      Al Mughni, Ibn Qudamah.

3.      al-Fataw as Syar’iyyah Fil Masailil ‘Ashriyyah Min Fatawa Ulama Baladil Haram.

4.      Minhajul Muslim, Abu Bakar Jabir al Jazairi.

5.      Majalah As Sunnah Edisi 05 Tahun XIII

6.      sukakarya-online.com

dari cara-cara diatas mana yang sesuai hendaknya dikonsultasikan dengan dokter. Beratnya

stressor saat pelaksanaan ibadah haji sering kali mempengaruhi fisik dan hormon jamaah,

jadi jangan heran kadang meskipun sudah dilakukan upaya penundaan haid masih saja

haid datang. semoga bermanfaat

Penunda Haid Jamaah Haji WanitaDiposting oleh : Siti Mulia AgungKategori: Kesehatan - Dibaca: 88 kali

Sumber : dr. Husein Habibie, Sp.OG

Ada beberapa catatan untuk mengatur haid selama ibadah haji, antara lain tergantung lama tinggalnya selama di Saudi Arabia, yaitu ada yang kelompok 20-25 hari atau kelompok 40-45 hari. Dapat diatur dengan baik apabila konsultasi minimal 3 bulan sebelum berangkat haji.

 

 

 

 

 

 

Untuk kelompok I.

harapannya tidak haid selama di Saudi Arabia. Pertama yaitu dapat diatur agar haid terjadi sebelum berangkat ke tanah suci. Yang kedua harus diketahui panjang pendeknya siklus haid. Artinya kalau pasien datang berkonsultasi sudah melewati masa haid , menunda haid dengan progestagen saja, tapi bila datang konsultasi sebelum haid , bisa dipakai progestagen atau pil kombinasi.

Untuk kelompok II. Harapannya :

1. Tidak haid selama perjalanan haji. Kelompok ini haid diatur sebelumnya agar haid terjadi sesaat sebelum keberangkatan (min konsultasi 3 sebelumnya), pada hari ke-5 haid terakhir mulai

minum Pil KB ( tablet), hari ke 22 tetap munum Pil KB ditambah estrogen (conjugated estrogen 0,625 mg atau oestradiol valerat 2 mg) sampai pulang.

2. Dapat mengikuti sholat arbain sebelum ibadah haji. Ini tergantung konsultasi pertama, bila haid diduga akan terjadi saat akan berangkat, haid ditunda dengan progestagen dan dibiarkan haid setelah arbain. Tapi bila saat konsultasi belum haid dan haid diduga akan terjadi sebelum berangkat, haid dapat dipercepat dengan progestagen dan hari ke-5 haid mulai konsumsi pil KB sampai pulang + ditambah estrogen pada hari ke-22.

3. Dapat mengikuti sholat arba’in setela ibadah haji, bila konsultasi sebelum haid dapat diberikan Pil KB, dan ditambah estrogen sampai pulang.

Untuk pemberian hormone ada 2 pilihan yaitu progestagen atau Pil KB ( estrogen – progestagen), dalam memilih Pil Kombinasi sebaiknya memilih jenis kombinasi kontinyu yang mengandung estrogen dan progestagen dengan dosis yang sama.

Jadi sebagai kesimpulan bahwa untuk mengatur atau menunda haid, apakah memakai progestagen saja atau Pil KB, sangat tergantung kapan calon haji tersebut melakukan konsultasi pertama kali. Dan yang kedua sangat tergantung jadwal keberangkatan dan lamanya tinggal di tanah suci, jadi berarti dalam mengatur dan menunda haid tidak bisa sama untuk semua calon jamaah haji.

(sumber: pemakaian Pil kombinasi sebagai obat pengatur haid oleh dr Soehartono DS SpOG, KFER)

terima kasih.

HUKUM MENGGUNAKAN OBAT PENUNDA HAID DALAM ISLAM

Diposkan oleh ZENY BLOG

By : Dela Anisa Erlando & Inggit Fitriani

A. Pengetian  Haid 

Haid menurut bahasa, berarti sesuatu yang mengalir. Dan menurut istilah syara’

ialah darah yang terjadi pada wanita secara alami, bukan karena suatu sebab, dan pada

waktu tertentu. Jadi haid adalah darah normal, bukan disebabkan oleh suatu penyakit, luka,

keguguran atau kelahiran. Oleh karena ia darah normal, maka darah tersebut berbeda

sesuai kondisi, lingkungan dan iklimnya, sehingga terjadi perbedaan yang nyata pada setiap

wanita.[1]

Menstruasi mengacu pada pengeluaran secara rutin darah dan sel-sel tubuh

dari vagina yang berasal dinding rahim. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim

(endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya secara

rutin kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi terjadi secara terus-menerus setiap

bulannya itu disebut siklus menstruasi.

Dari segi medis, haid adalah suatu keadaan dimana rahim (uterus)

permukaannya (endometrium) lepas disertai perdarahan, akibat tidak terjadinya

pembuahan (fertilisasi).[2]

Didalam Al-Qur’an haid dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat  222

Artinya: Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid.

Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itulah jauhilah istri pada waktu

haid, dan janganlah kamu dekati mereka sebelum mereka suci.

Dari beberapa pengertian haid diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa

haid adalah darah kotor yang keluar dari vagina yang berasal dari dinding rahim

akibat tidak terjadinya pembuahan (fertilisasi), yang terjadi secara rutin setiap bulan

bukan disebabkan oleh suatu luka, penyakit, keguguran, ataupun karena kelahiran.

Namun terkadang siklus bulanan tersebut menjadi masalah bagi wanita

mengingat disaat datang bulan tersebut seorang wanita dilarang melakukan ibadah,

sehingga memilih untuk menggunakan obat penunda haid.

B. Obat Penunda Haid

Obat siklus haid adalah obat yang bisa dipakai untuk mengatur saat

datangnya haid pada wanita tergantung keinginan dengan cara memajukan atau

menunda saat haid tersebut. Salah satu contoh obat yang biasa digunakan untuk

mengatur siklus haid adalah Primolut N. Obat ini biasa digunakan oleh para calon

jama’ah haji wanita yang hendak menunaikan ibadah hajinya di Makkah. Jenis obat

ini mengandung hormon progestin dan hormon progesterone yang digunakan untuk

mempercepat atau memperlambat masa datangnya haid, baik secara terpisah

maupun kombinasi, karena siklus haid diatur oleh hormon estrogen dan

progesterone.

Adapun masalah penggunaan pil penunda haid bagi muslimah yang ingin

menyempurnakan ibadahnya, terutama ibadah puasa maupun ibadah haji,

sebelumnya harus diingat bahwa wanita muslimah yang kedatangan haid dibulan

Ramadhan yang penuh berkah tersebut maka tidak wajib untuk puasa. Artinya

dibulan tersebut mereka dilarang untuk puasa dan diwajibkan untuk mengqadhanya

dibulan yang lain. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi yang diriwayatkan

Aisyah r.a yang artinya: “Kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak

diperintahkan mengqadha shalat.”[3]

Dalam buku fatwa Syekh Abdul Aziz bin Baz, dia mengatakan bahwa pil

penunda haid boleh digunakan. "Tidak mengapa bagi seorang wanita mengonsumsi

pil penunda haid yang dapat mencegah datangnya haid pada dirinya pada hari-hari

Ramadhan agar dia dapat berpuasa bersama dengan orang lain, atau pada hari-hari

haji agar dia dapat melakukan thawaf bersama dengan yang lain, serta tidak

menghalangi pelaksanaan hajinya," kata Syekh Abdul Aziz.[4]

Penggunaan pil penunda haid dibagi menjadi dua:

1.      Memajukan saat haid

Dengan cara meminum pil atau tablet yang hanya berisi hormon estrogen

atau kombinasi pada hari kelima dari siklus haid dari hari kedua sampai hari ketiga

sebelum datangnya haid yang diinginkan.

2.      Menunda saat haid

Dengan cara meminum pil yang hanya berisi progesterone atau kombinasi

pada hari sebelum haid berikutnya datang sampai hari kedua sebelum haid yang

diinginkan, karena haid biasanya akan datang dua hari setelah penghentian pil

tersebut.

C. Hukum Menggunakan Obat Penunda Haid

Sesungguhnya keluarnya darah haidh merupakan perkara thabi'i

(kebiasaan) dan fitrah bagi setiap wanita, karena itu hendaklah dibiarkan berjalan

sesuai dengan fitrahnya sebagaimana ia diciptakan oleh Allah. Syekh al-Qordhowi

berkata, ”lebih afdhol jika segala sesuatu berjalan secara alamiah sesuai dengan

tabiat dan fitronya,”[5] Oleh sebab itu, Allah SWT mewajibkan berbuka bagi

muslimah yang sedang haid dan bukan sekedar membolehkan untuk berbuka,

apabila dia berpuasa, puasanya tidak akan diterima bahkan justru berdosa. Wanita

yang sedang datang bulan hendaklah bersabar dan mengharap pahala, berzikir

kepada Allah, bersedekah, berbuat baik kepada orang lain dengan kata-kata dan

perbuatan.

Namun demikian, jika ada wanita Muslimah menggunakan pil untuk

mengatur atau menunda waktu haidnya sehingga ia dapat terus melakukan

ibadahnya, hal ini tidak terlarang, dengan syarat pil tersebut dapat dipertanggung

jawabkan tidak akan menimbulkan mudharat baginya. Diriwayatkan dari imam

Ahmad r.a sesungguhnya ia berkata, ”Tidaklah mengapa seorang wanita muslimah

menggunakan pil penunda haid, apabila pil itu sudah diketahui keamanannya”.

Bahkan disebutkan, jika seorang wanita itu mendapatkan cara lain selain pil

yang dapat mencegah datangnya haid, juga tidak apa-apa. Yang penting, cara yang

digunakan untuk menunda datangnya haid ini tidak bertentangan dengan syariat

agama Islam, tidak menimbulkan bahaya bagi dirinya, tidak membawa efek medis 

yang membahayakan, dan dapat dipertanggung jawabkan keamanannya. Jadi untuk

mengetahui hal ini, sudah tentu harus dikonsultasikan dengan ahli obstetric (dokter

ahli kandungan). Apabila dokter menyatakan hal tersebut tidak membahayakannya

maka diperbolehkan menggunakannya, dan ibadah yang dilakukannya tetap sah

apabila dan diterima apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya.

Hal senada pun diungkapkan dalam Fatwa al-Marah oleh al-Lajnah al-

Daimah, yang menyatakan, "Boleh bagi wanita menggunakan pil pencegah haid di

waktu haji bila mengkhawatirkan kedatangannya.”

D. Syarat-syarat diperbolehkannya Menggunakan Obat Penunda Haid

Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin diperbolehkan bagi

wanita menggunakan alat pencegah haid dengan dua syarat :

Pertama. Tidak dikhawatirkan membahayakan dirinya. Bila membahayakan

dirinya atau mendatangkan kemudharatan baginya, karena menggunakan alat

tersebut, maka hukumnya tidak boleh.

berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 195

ال0 وا و0 0ي7د=يك5م7 ت5ل7ق5 =ل0ى ب=أ ل5ك0ة=ا إ لتFه7

Artinya :“…Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan, …”.

 Kedua. Dengan seizin suami, apabila si pengguna tersebut telah  bersuami

dan  penggunaan alat tersebut mempunyai kaitannya dengannya.[6]

Bila temyata dua syarat di atas tidak terpenuhi, maka yang lebih utama

adalah tidak menggunakan obat tersebut, kecuali bila ada kebutuhan mendesak.

Karena, membiarkan sesuatu yang bersifat thabii (alami) seperti apa adanya, lebih

baik dan dapat menjaga kesehatan.

E. Pengaruh Pemakaian Obat Penunda Haid

Menurut Hanafi, penggunaan Pil Obat pengatur siklus haid, disamping

mempunyai dampak positif  juga mempunyai dampak negatif.

1. Dampak Positif

a.    Siklus haid menjadi teratur

b.   Lamanya haid menjadi singkat

c.    Jumlah darah haid menjadi kurang

d.   Berkurangnya gejala sakit perut

e.    Berkurangnya atau hilangnya tegangan pra haid

f.    Berkurangnya rasa nyeri saat haid

Pemakaian obat kombinasi juga non kontraseptif, misalnya dapat

dipergunakan untuk mengobati pendarahan disfungsional uterus, pertambahan berat

badan pada beberapa wanita, acne atau sebagai terapi pengganti. Pemakaian obat

ini juga terbukti mencegah anemia dan karsinoma ovarium, kebanyakan efek non

kontraseptif terjadi pada preparat-preparat dengan dosis estrogen yang rendah.

2. Dampak Negatif

a.    Rasa mual dan muntah-muntah

b.   Sakit kepala hebat

c.    Perasaan lelah dan gelisah

d.   Darah tinggi

e.    Pigmentasi pada muka

f.    Keputihan

g.   Bercak darah (spotting)

h.   Nafsu makan bertambah

i.     Berat badan bertambah[7]

Haid Datang Saat Tawaf, Apa yang Harus Dilakukan?6 July 2012 | Kategori: Pernik

Jamaah perempuan usai tawaf di Baitullah, Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Foto: Dok Republika.

REPUBLIKA.CO.ID – Permasalahan yang sering terjadi pada jamaah haji wanita adalah seputar haid.

Apabila seorang jamaah haji wanita sedang melakukan tawaf, tiba-tiba ia mendapati dirinya telah datang haid, apakah yang harus ia lakukan?

Para ulama telah mengulas persoalan ini. Apabila ada seorang perempuan yang merasakan darah haidnya tiba-tiba keluar pada putaran keenam atau ketujuh tawafnya, dia boleh melanjutkan tawafnya sampai selesai dan tidak dikenai denda apa-apa. Demikian pendapat fukaha mazhab Hanbali.

Tapi, apabila dia merasakan hal itu pada putaran keempat atau kurang, dia harus cepat-cepat menghentikan tawafnya dan harus mengulanginya lagi. Selain itu, juga harus membayar dam sebagaimana pendapat fukaha mazhab Hanafi.

Menurut pendapat Malik, Syafi‘i, Atha, dan Ishaq, meninggalkan satu putaran tawaf ialah sama dengan meninggalkan keseluruhan putaran tawaf, meskipun itu hanya satu langkah.

Menurut pandangan kami, apabila darah haidnya keluar pada putaran pertama tawafnya, dia harus menghentikan tawafnya dengan menjaga agar darah haidnya tidak sampai menetes dan mengotori tempat tawaf.

Tapi, apabila darah haidnya itu keluar saat putaran tawaf yang terakhir dan hanya sedikit, dia boleh melanjutkan tawafnya hingga selesai jika yakin bahwa darah haidnya yang sedikit itu tidak sampai mengotori lantai tempat tawaf.

Apabila setelah tawaf dia baru melihat bahwa darah haidnya telah keluar, tapi tidak merasakannya saat sedang tawaf, tawafnya tetap dianggap sempurna dan tidak ada kewajiban baginya untuk membayar dam (sanksi). Insya Allah.

Bagaimana Haji Wanita yang Sedang Haid?22 June 2012 | Kategori: Rukun Haji

Wanita Muslimah usai tawaf di Baitullah, Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Foto: Dok Republika.

REPUBLIKA.CO.ID – Permasalahan jamaah haji wanita yang mendapat haid ketika ia sedang dalam proses haji sering dipertanyakan. Bagaimana haji bagi wanita tersebut?

Apabila wanita telah memasuki ibadah haji, lalu ia mendapati bahwa ia datang haid, maka ia tetap melanjutkan hajinya. Ia boleh melakukan seluruh rangkaian manasik haji kecuali tawaf.

Untuk mengerjakan tawaf, hendaklah ia menanti sampai ia suci, kemudian barulah ia melakukan tawaf tersebut. Dengan demikian ibadah hajinya dapat sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

Mengenai halangan untuk mengerjakan tawaf, banyak juga yang menanyakan, apabila wanita yang sedang haid tersebut tidak memiliki kesempatan menunggu masa sucinya. Ia kemudian melakukan tawaf karena waktunya yang terdesak.

Wanita tersebut menjadi serba salah. Jika ia menunggu masa sucinya, dikhawatirkan ia akan ditinggalkan oleh rombongannya, dan tidak ada lagi jalan lain kecuali ia harus ikut kepada rombongannya. Apakah yang harus ia lakukan?

Hal ini sudah termasuk dharurat. Dalam hal ini, Al-Syarbashi menukilkan pendapat Ibnul Qayyim yang mengatakan bahwasanya zaman sekarang ini, sulit sekali bagi jamaah haji untuk menunggu temannya yang sedang haid, hingga ia suci.

Wanita yang demikian dapat melakukan segala manasik haji, segala syarat dan wajib, telah gugur daripadanya karena di luar kemampuannya, sesuai dengan firman Allah, “Bertakwalah kamu kepada Allah, menurut kemampuanmu.”

Rasulullah SAW juga bersabda, “Jika aku perintahkan kamu suatu perintah, maka kerjakanlah sesuai dengan kemampuanmu.” (HR. Ahmad, Muslim, Nasai, dan Ibnu Majah).

Wanita yang demikian boleh melakukan tawaf di Ka’bah, karena keadaannya termasuk darurat yang membolehkanya memasuki masjid dan tawaf, dalam keadaan haid.

Semuanya ini sesuai dengan kaidah syariah, karena tujuannya adalah menggugurkan kewajiban atau syarat karena lemah, sebab tiada wajib di dalam syariat di luar kemampuan, dan tiada haram dengan darurat.

Maka darurat itulah yang membolehkan wanita haid dan orang junub memasuki masjid. Sekiranya wanita itu takut dari musuh, atau khawatir akan adanya orang memaksanya atau mengambil hartanya, (jika ia tinggal di luar masjid) dan tiada tempat perlindungan lain, selain masjid, maka ia boleh memasuki masjid dalam keadaan haid.

Adapun wanita yang sedang haid, sementara melakukan ibadah haji, jika menanti kesuciannya, kemudian akan ditinggalkan oleh jamaahnya sebelum ia suci. Dalam keadaan darurat ini ia boleh melakukan tawaf sebelum suci dari haidnya.

Pertanyaan Penting Seputar Wanita Haid Saat Haji4 July 2012 | Kategori: Pernik

Wanita haid (ilustrasi). Foto: Republika/Musiron.

REPUBLIKA.CO.ID – Mengenai wanita haid dan nifas yang melaksanakan ihram, timbul beberapa pertanyaan, bukankah ihram untuk haji dan umrah itu dikerjakan selesai shalat fardhu atau shalat sunah?

Padahal, perempuan yang sedang haid atau nifas tidak memiliki kewajiban untuk shalat. Apakah ihram tetap bisa dianggap sah tanpa didahului oleh shalat dua rakaat?

Perlu ditegaskan, shalat dua rakaat sebelum ihram adalah sunah, bukan termasuk syarat sah ihram. Buktinya, Asma’ yang sedang nifas tidak mengerjakan shalat dua rakaat sebelum dia berihram. Jadi, ihramnya perempuan yang sedang haid atau nifas sudah cukup dengan niat saja.

Pertanyaan lain yang mungkin muncul ialah seputar hukum perempuan yang tiba-tiba haid setelah melakukan niat ihram. Gambaran lengkapnya ialah sebagai berikut.

Terdapat seorang perempuan yang hendak mengerjakan ibadah Haji Tamattu’. Setiba di Kota Makkah dan ketika sudah dalam keadaan ihram, tiba-tiba saja dia haid sebelum melakukan tawaf untuk umrah. Jika ini terjadi, maka dia tidak boleh bertawaf di Baitullah dan tidak boleh tinggal di Makkah.

Selain itu, dia juga tidak mungkin bertahallul untuk umrahnya sebelum terlebih dahulu melakukan tawaf. Persoalan ini akan kami bahas lebih lanjut pada lembaran-lembaran berikutnya.

Persoalan lain yang tak kalah pentingnya ialah ihramnya perempuan yang mengalami istihadhah (keluarnya darah secara terus-menerus tanpa henti disebabkan penyakit). Bagi perempuan yang mengalami istihadhah, ihramnya sama seperti perempuan biasa yang sehat.

Jadi, sebelum berniat ihram, hendaknya dia mandi, kemudian shalat, dan bersegera melakukan ihram. Di samping itu, hendaknya dia mandi dan berwudhu terlebih dahulu sebelum melakukan setiap manasik haji atau umrah.

Intinya, dia harus mengutamakan kebersihan dan kesucian sebisa mungkin. Dia harus berupaya agar baju atau pakaiannya selalu suci dan tidak terkena najis. Jika itu bisa dilakukan maka dia akan merasa siap untuk mengerjakan setiap manasik yang sudah menunggunya.

Larangan Bagi Mereka yang Haid Selama Haji9 May 2012 | Kategori: Pernik

Calon jamaah haji wanita (ilustrasi). Foto: Dok Republika.

REPUBLIKA.CO.ID – Kaum wanita menunaikan haji atau umrah selalu cemas. Ketakutan mereka apabila tamu bulanannya datang ketika mengerjakan ibadah haji.

Bagi wanita yang sedang haid atau nifas, boleh melakukan hampir semua aktivitas haji dan umrah, kecuali shalat, masuk ke dalam masjid dan thawaf.

Bahkan, ada ulama yang berpendapat wanita yang haid boleh memasuki masjid sebagaimana yang diterangkan dalam sahih Fiqh Sunnah.

Shalat yang ditinggalkan selama haid tidak perlu diganti. Tapi khusus untuk thawaf, wanita yang meninggalkannya karena sedang haid, ia wajib mengerjakannya sesudah haid atau nifasnya selesai. Terkecuali untuk thawaf wada’ tidak wajib menggantinya.

Sebagian ulama mengizinkan pemakaian obat untuk menunda haid atau semacam pil KB. Hal ini diperbolehkan bagi wanita yang dikhawatirkan tidak bisa melengkapi rukun hajinya karena terbatasnya waktu saat di Tanah Suci.

Menunda Thawaf Ifadhah Hingga Suci dari Haid7 May 2012 | Kategori: Rukun Haji

Jamaah haji saat melakukan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Foto: Antara.

REPUBLIKA.CO.ID – Tidak ada keraguan lagi bahwa thawaf ifadhah adalah satu pilar penting dalam haji.

Apabila seorang perempuan haid tidak melakukan thawaf ifadhah karena waktunya sempit atau habis sebelum selesai masa haidnya, apakah hukumnya berkenaan dengan hal itu?

Perempuan itu dan pendampingnya wajib menunggu sampai selesai masa haidnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW ketika beliau diberitahu bahwa Shafiyah sedang haid.

Maka Rasulullah bertanya, “Apakah ia membuat kita menunggu?” Ketika beliau diberi tahu bahwa Shafiyah telah melakukan thawaf ifadhah, beliau bersabda, “Kalau begitu, mari kita pergi!”

Apabila ia tidak mungkin menunggu, tetapi bisa kembali ke Makkah untuk melaksanakan thawaf ifadhah, ia boleh pergi dan kembali setelah selesai haid untuk melaksanakan thawaf tersebut.

Apabila ia tidak dapat kembali atau khawatir tidak bisa kembali lagi, seperti mereka yang tinggal di Eropa dan Indonesia—sesuai dengan pendapat yang paling kuat—maka ia boleh melaksanakan thawaf dengan niat untuk haji sambil menjaga agar darah haidnya tidak jatuh ke lantai.

Hal tersebut diperbolehkan oleh sebagian besar ulama, termasuk Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnu Ql-Qayim, serta ulama-ulama lain. Wallahua’lam.

Redaktur: Chairul AkhmadReporter: Hannan PutraSumber: Fatawa Al-Mar’ah oleh Syekh Abdul Azis bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Baz

Haid Datang Ketika Berhaji, Batalkah?7 May 2012 | Kategori: Rukun Haji

Jamaah haji wanita usai melakukan thawaf. Foto: Dok Republika.

REPUBLIKA.CO.ID – Permasalahan haid kerap menjadi kendala bagi jamaah haji perempuan. Banyak juga yang menanyakan, Apakah sah haji seorang perempuan yang kedatangan haid ketika melaksanakan ibadah haji tersebut?

Menurut Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Baz, apabila seorang perempuan mendapatkan haid selama hari-hari pelaksanaan ibadah haji, maka ia harus melaksanakan semua kegiatan haji itu, kecuali thawaf dan sa’i di antara Shafa-Marwah.

Ia tidak boleh thawaf dan sa’i sampai selesai haidnya. Apabila haidnya datang sementara ia belum melakukan thawaf wada’ (perpisahan), kemudian ia pulang tanpa melaksanakan thawaf wada’ tersebut, maka ibadah hajinya tetap sah.

Hal itu berdasarkan hadits dari Abdullah bin Abbas yang mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “Perempuan nifas dan haid apabila mereka datang ke miqat, harus mandi, berihram, dan melaksanakan seluruh tata cara haji kecuali thawaf.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud).

Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan dari Aisyah bahwa ia kedatangan haid sebelum menyelesaikan semua tata rangkaian umrah. Lalu Nabi SAW berkata kepadanya agar berihram untuk haji dan tidak berthawaf sampai ia suci dari haidnya. Beliau memerintahkan kepada Aisyah untuk mengerjakan semua tata cara haji dan menggabungkannya dengan umrah.

Bukhari meriwayatkan dari Aisyah bahwa Shafiyah, istri Nabi SAW mengalami haid dan hal itu diberitahukan kepada Nabi SAW. Beliau bertanya, “Apakah ia akan membuat kita menunggu?” Para sahabat menjawab, “Ia sudah melakukan thawaf ifadhah.” Kemudian, beliau bersabda, “Dalam hal ini ia tidak akan membuat kita menunggu.”

Dalam riwayat lain, Aisyah pernah mengatakan bahwa Shafiyah mengalami haid setelah selesai melaksanakan thawaf ifadhah. Kemudian Aisyah memberitahukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau bertanya, “Apakah ia akan membuat kita menunggu?” Saya jawab, “Wahai Rasulullah, ia sudah melaksanakan thawaf ifadhah.” Kemudian, Nabi SAW bersabda, “Kalau begitu, mari kita pergi.” Wallahua’lam.

Redaktur: Chairul AkhmadReporter: Hannan PutraSumber: Fatawa Al-Mar’ah oleh Syekh Abdul Azis bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Baz

Minum Pil Penunda Haid Saat Melaksanakan Haji atau Umrah7 May 2012 | Kategori: Rukun Haji

Jamaah haji wanita. Foto: Antara

REPUBLIKA.CO.ID – Bagi jamaah haji perempuan, masalah haid sering menjadi kendala dalam beribadah. Hingga muncul pertanyaan dan fenomena dari beberapa jamaah haji, apakah perempuan boleh menggunakan pil pencegah atau penunda haid selama beribadah haji?

Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Baz, menyatakan perempuan boleh meminum pil untuk mencegah haid selama beribadah haji karena khawatir haid itu datang ketika sedang melaksanakan ibadah tersebut.

Akan tetapi, hal itu hanya boleh dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter ahli di bidangnya. Karena dikhawatirkan akan berpengaruh buruk pada kesehatan. Apalagi untuk mengonsumsi pil dan obat-obatan tersebut dalam waktu lama tentu tidak dianjurkan.

Syekh Bin Baz juga menambahkan, hal yang sama juga boleh dilakukan selama bulan Ramadhan apabila ia ingin berpuasa bersama yang lain pada bulan tersebut. Jika seorang perempuan ingin beribadah lebih optimal di bulan Ramadhan, tentu hal tersebut bisa saja diperbolehkan. Wallahua’lam

Redaktur: Chairul AkhmadReporter: Hannan PutraSumber: Fatawa Al-Mar’ah oleh Syekh Abdul Azis bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Baz

Gejala

Pengobatan

Aneurisma Aorta Abdominalis

Angina Pektoris

(dok: detikcom)

Berita Lainnya

Meski Akhirnya Meninggal, Bocah Ini Bertahan Hidup 3 Tahun Tanpa Otak Orang-orang Ini Punya Bentuk Tubuh Paling Ekstrem di Dunia Ikut Bayi Tabung, Eh Libido Pasangan Malah Kena Getahnya Derita Orang yang Fobia Matematika, Lihat Angka Saja Sudah Nyeri Gigit Jari Tak Imut Lagi karena Termasuk Gangguan Mental

Jakarta, Jemaah haji perempuan yang belum masuk masa menopause bisa terganggu

ibadahnya jika sedang datang bulan. Agar ibadahnya di tanah suci khusyuk jemaah

perempuan biasanya melakukan penundaan haid sementara. Bagaimana caranya?

Kegiatan dalam ibadah haji seperti thawaf, shalat wajib dan sunah, berdiam diri di

masjid serta memegang dan membaca Al-Quran tidak bisa dilakukan jika perempuan

sedang haid. Karena itu jemaah haji perempuan berusaha untuk menunda datangnya

haid dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu.

"Cara pengaturan haid ini ada tiga yaitu menunda haid (yang paling sering

dilakukan), memajukan haid serta mengatur haid bagi yang siklus haidnya tidak

teratur," ujar Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) dalam acara simposium PAPDI Forum

dengan tema 'Tips Sehat dan Bugar Dalam Melaksanakan Ibadah Haji' di Aula FKUI,

Kamis (14/10/2010).

Bila merencanakan mengatur haidnya, maka lakukan pemeriksaan diri ke dokter

sesegera mungkin. Upayakan jangan kurang dari satu bulan sebelum tanggal

keberangkatan.

Nantinya dokter akan mendeteksi apakah ada kelainan pada organ reproduksi atau

kondisi lain yang dapat menimbulkan komplikasi dan obat yang diberikan akan

disesuaikan dengan kondisi kesehatan.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar haid tak datang saat sedang

ibadah haji:

1. Jika menunda haid, maka dapat menggunakan pil progestogen atau pil kombinasi.

Pil paling ideal mulai digunakan pada hari kedua haid atau selambat-lambatnya 14

hari sebelum hari pertama haid yang ingin ditunda. Pil segera dihentikan setelah

penundaan haid tidak lagi diperlukan, dan haid akan datang 2-3 hari setelah pil

dihentikan.

2. Jika perempuan menggunakan cara memajukan haid.

Umumnya pada perempuan yang siklus haidnya lebih dari 35 hari. Apabila

menggunakan pil progestogen akan dimulai pada hari kelima haid dan dihentikan 3-5

hari sebelum masa haid yang diinginkan. Tapi jika menggunakan pil kombinasi akan

dimulai pada hari kedua haid. Cara ini jarang sekali digunakan.

3. Jika cara yang diambil adalah dengan mengatur haid maka umumnya

menggunakan pil KB atau pil kombinasi, cara ini dapat digunakan pada perempuan

yang siklus haidnya tidak teratur. Dan paling baik mulai dikonsumsi 3-6 bulan

sebelum tanggal keberangkatan.

"Gangguan yang dapat muncul pada penggunaan obat pengatur haid adalah rasa

mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara serta terdapat perdarahan bercak (spot).

Kondisi ini tergantung dari sensitivitas orang tersebut terhadap hormon," ungkap

dokter Kelahiran Bandung 4 Oktober.

Dr Dwiana manyarankan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari

dan mengatasi perdarahan bercak, yaitu:

1. Upayakan mengonsumsi pil pada saat yang sama setiap hari dan jangan sampai terlupa, karena kalau terlupa bisa menimbulkan spot darah.

2. Bila terjadi perdarahan bercak tambahkan satu pil setiap hari dan kurangi aktivitas sebanyak mungkin.

3. Jika perdarahan tidak berhenti, bisa mengonsumsi obat yang membantu penghentian darah seperti asam traneksamat.

4. Hentikan tambahan pil satu hari setelah perdarahan bercak berhenti.

Penggunaan Pil KB kombinasi untuk penundaan haid ibadah haji

Tags:

haid ibadah haji

kombinasi

penundaan

pil kb

 

Evaluasi Penggunaan Pil Golongan Progestogen Tunggal dan Kombinasi antara

Progestogen dan Estrogen (Pil KB) sebagai Obat Penunda Haid pada Ibadah Haji

 

 

ABSTRAKS

Latar belakang masalah : Kesadaran para umat muslim untuk melaksanakan rukun

Islam ke lima (menunaikan ibadah haji) semakin tinggi. Indonesia mendapatkan

kuota haji sebanyak 250.000 per musim haji yang selalu terpenuhi malahan

seringkali banyak yang tidak mendapatkan tempat (masuk dalam daftar tunggu).

Semaikn meningkatnya minat jemaah haji tersebut tentunya akan meningkat pula

jumlah jamaah haji wanita yang dalam usia reproduksi, usia yang masih

mendapatkan haid secara teratur. Musim Haji tahun 1427 H ini dari Kota Malang

didapatkan 1553 jamaah haji. 55 % diantaranya adalah jamaah wanita dan 53 %

diantaranya berada pada masa reproduksi, masa yang masih mendapatkan haid

secara teratur setiap bulan. Masa haji yang berlangsung selama kurang lebih 40 hari,

memaksa jemaah haji wanita untuk menunda haidnya bila mereka menginginkan

tidak datang haid selama di tanah suci. Keinginan yang kuat untuk melaksanakan

seluruh rangkaian ibadah haji baik yang wajib maupun yang sunah, maka penundaan

haid dirasakan menjadi kebutuhan yang sangat penting. Penggunaan pil progestogen

tunggal dari golongan norethisterone, lynestrenol, normogestrel acetate medroxi

progestogen acetate (MPA) dll sudah sangat umum di kalangan jamaah haji (calon

jamaah haji) , kalangan medis dan paramedis (bidan). Sehingga kebutuhan pil

golongan progestogen tersebut di musim haji sangat melonjak. Masalah yang muncul

adalah apakah pil golongan progestogen tunggal ini cukup efektif sebagai obat

penunda haid sampai 40 hari ?. Dilain pihak pil KB kombinasi yang terdiri dari

estrogen ( ethinyl estradiol) dan golongan progestogen

(levonogestrel,desogestrel,ciproteron acetate dll.) secara teoritis mampu membuat

endometrium lebih stabil sehingga kemungkinan untuk terjadinya bercak dan

perdarahan lebih kecil khususnya jika penundaannya diharapkan lebih dari 2 minggu.

Pil KB kombinasi oleh sebagian dokter dan paramedis telah digunakan untuk obat

menunda haid pada ibadah haji, namun secara kwantitas penggunaannya jauh

dibawah penggunaan pil golongan progestogen tunggal.

 

Tujuan penelitian : Melakukan evaluasi penggunaan pil golongan progestogen tunggal

dan kombinasi progestogen dengan estrogen (pil KB), sebagai obat penunda haid

pada ibadah haji. Membandingkan prevalensi terjadinya bercak perdarahan dari

vagina pada pemakaian pil golongan Progestogen & pil kombinasi Estrogen &

Progestogen untuk menunda haid pada jamaah haji.

 

Rancangan Penelitian : Menggunakan studi cross sectional dengan menyebarkan

kuesioner pada calon jamaah haji sebelum berangkat pada musim haji 1427 H

(2006/2007 M) di wilayah Surabaya, Gresik dan Malang. Setelah pulang ke Indonesia

data dikumpulkan, selanjutnya dianalisa dengan cross tabulasi menggunakan uji

statistik Chi-square dengan program SPSS.

 

Hasil penelitian : Dari 100 lembar kuesioner yang masuk, sebaran asal daerahnya adalah

Surabaya 13 %, Gresik 14 % dan 63 % dari Malang. Rata- rata umur responden :

39.82 ± 7,62 th, sedangkan 38 % responden menggunakan obat penunda haid atas

konsultasi /saran dokter Spesialis Kandungan, 20 % dokter umum, 19 % dokter

kloter, 11 % teman /saudara, 9 % bidan, 3 % lainnya. Obat penunda haid yang

digunakan 74 % menggunakan pil golongan progestogen tunggal dan 26 %

menggunakan pil KB kombinasi dan sisanya 3 % tidak menggunakan pil penunda

haid. Dari total responden 43,3 % tidak mengalami bercak maupun perdarahan

sedangkan 39,2 % mengalami bercak perdarahan dan 17,5 % mengalami

perdarahan. Analisa lebih lanjut ternyata yang menggunakan pil golongan

progestogen tunggal 71,8 % mengalami bercak dan perdarahan, dan yang

menggunakan pil KB hanya 13,8 % mengalami bercak dan perdarahan, dengan uji

statistik Chi square: 24,72 didapatkan nilai p=0.000, menunjukkan perbedaan yang

bermakna. Dari 18 responden yang berkonsultasi ke SpOG dengan menggunakan pil

KB, ternyata 16 responden (88,9 %) tidak mengalami bercak maupun perdarahan, 2

responden (11,1 %) mengalami bercak dan tidak ada responden yang mengalami

perdarahan. 

 

Kesimpulan : Pil KB kombinasi sebagai obat penunda haid pada ibadah haji menunjukkan

keberhasilan yang lebih baik secara bermakna terhadap terjadinya bercak dan

perdarahan , dibandingkan dengan penggunaan pil progestogen tunggal.

 

Kata kunci : Pil golongan progestogen tunggal, pil KB kombinasi, perdarahan bercak ,

perdarahan, ibadah haji.

 

Peneliti : dr. Budi Santoso, SpOG (K) *

Konsultan penelitian : Prof. dr Samsulhadi, SpOG (K)*

Konsultan Statistik : Ir. Irawan

Penghubung Responden : dr. Hj. Muniroh **

Drs. H. Ach.Ruslan ***

Dra. Hj. Rukmini ****

H. Muslich *****

Drs. H. Moch. Rosyad ******

 

Keterangan :

* : Devisi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi

Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unair/RSU. Dr.

Soetomo Surabaya

** : Dokter Kloter 43, DKK Malang

*** : Ka. Seksi Haji Depag Kota Malang

**** : Pembimbing KBIH RSI Aisyah Kota Malang

***** : Pengurus KBIH AR Rifai

****** : Ketua Kloter 43 Kota Malang

Mau Menunda atau Memajukan Haid? Begini Caranya

|

Sejak beberapa minggu yang lalu bangsa Indonesia sudah muali memberangkatkan para calon jemahaan haji ke tanah suci. Banyak persiapan yang telah dilakukan oleh umat muslin agar dalam menjalankan ibadah haji dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan apapun juga.

Khusus untuk jemaah haji wanita, salah satu persiapan yang dilakukannya adalah dengan menunda haid ataupun mempercepat haid. Secara kesehatan ini dapat dibenarkan asalkan dilakukan dengan cara yang baik dan benar.

http://health.detik.com, dalam ulasannya menjelaskan mengenai cara mempercepat ataupun menunda haid untuk wanita yang akan menunaikan ibadah haji, menurutnya, salah satu persiapan yang perlu dilakukan kaum perempuan menjelang berangkat haji adalah mengatur siklus haid atau datang bulan, agar lancar mengikuti semua kegiatan. Pengaturan siklus haid dilakukan minimal sebulan sebelum berangkat.

Kalau tidak diatur, keluarnya darah akibat datang bulan akan membatasi kegiatan kaum perempuan di Tanah Suci. Beberapa kegiatan seperti thawaf, salat dan membaca Al Quran tidak boleh dilakukan saat perempuan sedang mendapatkan siklus bulanan.

Agar tidak mendapatkan haid selama rangkaian kegiatan haji, para jamaah perempuan bisa menggunakan obat-obatan yang tentunya harus di bawah pengawasan dokter. Obat yang digunakan umumnya mirip pil KB yang berisi hormon progesteron, atau kombinasi esterogen dan progesteron.

"Obat mana yang digunakan, itu nanti dokter yang menentukan berdasarkan hasil pemeriksaan. Tiap orang beda, jadi tidak seperti kacang goreng yang semua orang bisa pakai," kata Dr Hj Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) dalam simposium Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) di RS Cipto Mangunkusumo, Kamis (13/9/2012).

Cara mengatur siklus haid umumnya dilakukan dengan 2 cara, yakni dengan cara menunda atau mempercepat.

Menunda haid adalah cara yang lebih sering dilakukan, sedangkan memajukan haid umumnya hanya dilakukan bagi perempuan yang memiliki siklus bulanan lebih dari 35 hari.

1. Menunda haidUntuk menunda haid, obat yang digunakan bisa berupa pil berisi hormon progesteron maupun kombinasi. Jika menggunakan pil kombinasi, maka yang dipakai hanya pil aktifnya saja sedangkan yang berisi obat kosong atau plasebo tidak diminum atau dibuang.

Cara ini paling ideal dimulai pada hari kedua hingga kelima sejak haid terakhir, atau selambat-lambatnya 14 hari sebelum hari pertama dimulainya siklus haid berikutnya. Penggunaan pil dihentikan segera setelah penundaan tidak diperlukan lalu haid akan datang 2-3 hari sesudahnya.

2. Memajukan haidObat yang digunakan dalam teknik ini adalah pil progesteron, yang dimulai pada hari kelima haid dan dihentikan 3-5 hari sebelum masa haid yang diinginkan atau setidaknya hari ke-19 haid. Jika memakai pil kombinasi, maka harus dimulai pada hari kedua haid.

Secara umum, pengaturan siklus haid dengan menggunakan pil hormon seperti ini aman digunakan pada perempuan yang dinyatakan sehat berdasarkan hasil pemeriksaan dokter. Pengaturan haid dengan hormon tidak dianjurkan pada kondisi tertentu seperti misalnya riwayat stroke, kekentalan darah tinggi dan punya tumor di rahim.

Selain itu, harus diperhatikan juga bahwa pengaturan haid sifatnya hanya sementara untuk kebutuhan jangka pendek misalnya untuk memperlancar ibadah haji. Idealnya haid tidak dituda atau dimajukan lebih dari 1-2 minggu, sehingga lamanya siklus tidak mendapat tidak lebih dari 40 hari.

"Bahaya sih tidak, ya paling kalau ada (efek sampingnya) itu misalnya perdarahan bercak. Tapi bagi yang memiliki riwayat stroke atau masalah dengan pembuluh darah, beberapa hormon bisa membuat kekentalan darahnya meningkat," terang Dr Ocvi. (up/ir)

Pengaturan Haid Selama Ibadah HajiSeptember 13, 2012

KOMPAS.com - Ibadah haji merupakan salah satu ibadah penting dan ditunggu-tunggu umat Islam. Untuk dapat melakukan seluruh ibadah dan kegiatan selama di tanah suci, jemaah haji wanita bisa melakukan penundaan haid dengan obat hormonal.

Penundaan dan pengaturan siklus haid bisa dilakukan dengan obat-obatan yang mengandung kombinasi hormon estrogen dan progesteron atau obat yang mengandung progesteron saja.

Menurut spesialis kebidanan dan kandungan Dr.Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K), penunda menstruasi yang paling efektif dan terjangkau harganya sebenarnya adalah pil kontrasepsi. “Pil ini merupakan pil kombinasi. Bisa diminum sebulan sebelum keberangkatan dengan dosis rendah,” katanya dalam acara seminar bertajuk ‘Sehat dan Bugar Selama Melaksanakan Ibadah Haji’ di FKUI/RSCM, Kamis (13/9/12).

Haid terjadi karena adanya penurunan kadar hormon progesteron setelah terjadinya ovulasi (keluarnya sel telur). Turunnya hormon tersebut menyebabkan lapisan bagian dalam dinding rahim (endometrium) terlepas sehingga pembuluh darah di belakangnya terbuka.

“Obat penunda haid bekerja dengan mempertahankan kadar hormon sehingga endometrium tidak lepas. Jadi bukannya darah kotor terkumpul di rahim,” papar dokter yang akrab disapa dr.Ovi ini.

Untuk pengaturan haid, pertama-tama harus memeriksakan diri ke dokter, upayakan kurang dari sebulan sebelum tanggal keberangkatan. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan pada organ reproduksi atau kondisi lain yang bisa menimbulkan komplikasi bila memakai obat.

“Nantinya dokter akan memberikan obat yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan pasien dengan mempertimbangkan faktor usia dan sejarah penyakit,” katanya.

Dia menambahkan, ada beberapa kondisi yang tidak boleh menggunakan obat hormon pengatur haid, misalnya jika ada riwayat sakit kepala hebat atau migren, kanker payudara, varises berat, perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya, serta adanya penyakit fungsi hati.

Penggunaan obat pengatur haid juga sering menyebabkan efek samping seperti rasa mual, sakit kepala, atau nyeri pada payudara. Pada obat yang mengandung progesteron saja biasanya sering muncul bercak darah (spoting).

“Efek samping itu bisa diatasi dengan cukup banyak minum air putih dan banyak bergerak supaya metaboliknya lebih lancar,” katanya.

Obat penunda haid terbilang aman dan idealnya mulai digunakan pada hari kedua hingga kelima haid atau selambatnya 14 hari sebelum hari pertama haid yang ingin ditunda. Penggunaan pil harus teratur dan diminum pada waktu yang sama. Pil boleh dihentikan segera setelah penundaan haid tidak diperlukan dan haid akan datang sekitar 2-3 hari kemudian.