hai

4
Epistemiologi Ilmu Kedokteran Istilah Epistemiologi berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata episteme pun dalam bahasa Yunani juga berakar dari kata kerja epistamai yang artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa secara harfiah, episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dengan tepat sesuai dengan kedudukannya. Epistemologi dapat juga diartikan sebagai suatu teori pengetahuan yang membahas tentang berbagai ilmu pengetahuan, seperti kemungkinan, asal mula, sifat alami, batas-batas, asumsi, landasan, vailidas, dan reliabilitas, hingga mengenai kebenaran. Epistemologi juga membahas mengenai definisi ilmu yang dikaji, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya. Epistemologi lebih sering disebut sebagai teori pengetahuan (theory of knowledge) yang lebih memfokuskan pada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya. 1 Epistemiologi dapat diartikan juga sebagai usaha untuk memberi definisi pada suatu ilmu pengetahuan, membedakan cabang- cabang pokok yang dimilikinya, mengidentifikasikan sumber-sumbernya, dan menetapkan batasan-batasannya. Bidang ini juga termasuk ke dalam sistem filsafat selain ontologi dan aksiologi, sehingga dapat dikatakan bahwa epistemiologi tidak bisa lepas dari filsafat. 2 Harold Titus (1984) secara sistematis menjelaskan mengenai tiga persoalan utama yang dibahas dalam bidang epistemologi, yakni: 1. Dari manakah sumber pengetahuan tersebut, dari manakah datangnya pengetahuan yang benar, serta bagaimana cara mengetahuinya? 2. Apakah sifat-sifat dasar dari pengetahuan tersebut, adakah sesuatu tersebut berada di luar pikiran manusia, serta jika ada, apakah kita dapat mengetahuinya? 3. Apakah pengetahuan itu dapat dipercaya dan valid, dan bagaimana membedakan antara yang benar dan yang salah? 2 Lain halnya pendapat Katsoff (1987) yang menyatakan bahwa bahasan epistemologi hanya terdiri atas dua hal, yakni:

Upload: alisha-soebroto

Post on 17-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hola

TRANSCRIPT

Epistemiologi Ilmu KedokteranIstilah Epistemiologi berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata episteme pun dalam bahasa Yunani juga berakar dari kata kerja epistamai yang artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa secara harfiah, episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dengan tepat sesuai dengan kedudukannya. Epistemologi dapat juga diartikan sebagai suatu teori pengetahuan yang membahas tentang berbagai ilmu pengetahuan, seperti kemungkinan, asal mula, sifat alami, batas-batas, asumsi, landasan, vailidas, dan reliabilitas, hingga mengenai kebenaran. Epistemologi juga membahas mengenai definisi ilmu yang dikaji, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya. Epistemologi lebih sering disebut sebagai teori pengetahuan (theory of knowledge) yang lebih memfokuskan pada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.1 Epistemiologi dapat diartikan juga sebagai usaha untuk memberi definisi pada suatu ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabang pokok yang dimilikinya, mengidentifikasikan sumber-sumbernya, dan menetapkan batasan-batasannya. Bidang ini juga termasuk ke dalam sistem filsafat selain ontologi dan aksiologi, sehingga dapat dikatakan bahwa epistemiologi tidak bisa lepas dari filsafat.2Harold Titus (1984) secara sistematis menjelaskan mengenai tiga persoalan utama yang dibahas dalam bidang epistemologi, yakni:1. Dari manakah sumber pengetahuan tersebut, dari manakah datangnya pengetahuan yang benar, serta bagaimana cara mengetahuinya?2. Apakah sifat-sifat dasar dari pengetahuan tersebut, adakah sesuatu tersebut berada di luar pikiran manusia, serta jika ada, apakah kita dapat mengetahuinya?3. Apakah pengetahuan itu dapat dipercaya dan valid, dan bagaimana membedakan antara yang benar dan yang salah?2Lain halnya pendapat Katsoff (1987) yang menyatakan bahwa bahasan epistemologi hanya terdiri atas dua hal, yakni:1. Bahwa epistemologi adalah kefilsafatan yang berhubungan dengan psikologi, dan pertanyaannya bersifat semantik dan menyangkut hubungan antara pengetahuan dan objeknya2. Bahwa epistemologi adalah sumber, sarana, dan tata cara untuk mencapai ilmu pengetahuan3Dalam ilmu kedokteran, epistemologi berkaitan erat dengan sejarah ilmu kedokteran itu sendiri. Maka, jika dikaitkan dengan ilmu kedokteran, pokok bahasan epistemologi terdiri atas:1. Apa yang dimaksud dengan ilmu kedokteran?2. Bagaimanakah ilmu kedokteran tersebut berkembang?3. Bagaimanakah operasionalisasi ilmu kedokteran?4. Dimana letak ilmu kedokteran dalam sistematika ilmu pengetahuan?Pertama-tama, kita akan membahas mengenai ilmu kedokteran itu sendiri. Segala sesuatu dapat disebut sebagai suatu disiplin ilmu apabila memenuhi tiga persyaratan. Syarat pertama ialah memiliki objek material atau ruang lingkup kajian yang dalam konteks kedokteran adalah manusia. Syarat lainnya ialah memiliki objek forma atau sudut pandang kajian, yang dalam konteks ini ialah manusia yang sedang dalam keadaan sakit yang kemudian mengembangkan diri mempelajari manusia yang sehat dari ilmu anatomi, fisiologi, biokimia, dan lain-lain. Selanjutnya, memiliki aksiologi atau kegunaan ilmu. Seperti yang telah kita ketahui bersama, kegunaan ilmu kedokteran ialah penyembuhan penyakit atau menyembuhkan orang sakit. Berdasarkan uraian di atas, ilmu kedokteran dapat didefinisikan sebagai ilmu dan seni yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan sehat dan sakit dengan tujuan menyejahterakan atau demi kebahagiaan manusia.5Ilmu kedokteran memiliki sejarah yang cukup panjang. Perkembangan ilmu tersebut pada dasarnya bergantung pada diri individu-individu yang secara penuh berdedikasi bergerak dalam keilmuannya, sedikit dmei sedikit. Pada mulanya, ilmu kedokteran berkembang secara deskriptif, kemudian barulah dipelajari secara aktif dengan melakukan eksperimen-eksperimen. Menurut Asri Rasad, awalnya ilmu kedokteran dipelajari dengan dibagi menjadi bagian-bagian kecil lalu digabungkan kembali dalam kesatuannya. Hal ini berkaitan dengan percabangan. Jadi, apabila percabangannya ke arah organ, maka bagian-bagian kecilnya ialah bidang neurologi, dermatologi, kardiologi, pulmonologi, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam hal fungsi tubuh, terdapat ilmu faal, biokimia, alergi, imunologi, dan lain sebagainya. Namun, sayangnya saat ini aspek psikis pasien kurang diperhatikan dalam ilmu kedokteran. Hal ini akhirnya menimbulkan prasangka bahwa orang yang sakit jiwa merupakan suatu kelainan organ yang belum diketahui. Padahal, kenyataannya bukan demikian.6Dalam operasionalisasinya, terdapat rumusan upaya kesehatan yang komprehensif bagi para tenaga kesehatan yang berupa peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis dini dan pengobatan, pencegahan kecacatan, serta rehabilitasi. Berbasis upaya kesehatan yang komprehensif tersebut, muncul pula percabangan ilmu kesehatan lainnya, yakni ilmu kesehatan masyarakat, ilmu kesehatan komunitas, ilmu kedokteran keluarga, serta ilmu kedokteran klinik. Berdasarkan uraian tersebut, kita pun dapat membagi ilmu kedokteran menjadi ilmu kedokteran klinik, yang ruang lingkupnya mencakup aplikasi pada proses penyembuhan dengan spesialisasi-spesialisasinya (penyakit dalam, bedah, kebidanan, dan lain sebagainya), dan juga ilmu kedokteran kuratif. Akan terlihat suatu perbedaan tugas antara dokter umum, dokter keluarga, maupun dokter spesialis. Pada akhirnya, ranah kerja dokter umum dan dokter keluarga pun dibagi atas tiga ranah, yakni promotif, preventif, dan kuratif sampai tingkat tertentu.Namun sayangnya, para dokter umum masih mengandalkan proses kuratif dalam pekerjaannya sehingga berbenturan dengan dokter spesialis yang terkesan lebih dangkal dan kurang memenuhi harapan masyarakat. Sarana untuk bekerja sama melalui sistem rujukan sebenarnya sudah ada, namun sayangnya hal ini masih belum berjalan dengan semestinya sehingga tidak jarang warga Indonesia yang berobat ke luar negeri akibat kurangnya kolaborasi antara dokter umum dan dokter spesialis. Maka dari itu, rasanya penting sekali untuk mengetahui posisi dan interaksi antara ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lainnya lantaran ilmu kedokteran membutuhkan bantuan dari ilmu-ilmu lain dalam operasionalisasinya dengan basis langsung ilmu biologi. Ilmu-ilmu tersebut contohnya ialah psikologi, sosiologi, komunikasi, teologia, etika, filsafat manusia, dan lain sebagainya.5

Referensi1. Sudarminta J. Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius; 2002.2. Qomar M. Epistemologi Pendidikan islam. Jakarta: Erlangga; 2005.3. Harold T. Persoalan-Persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang; 1984.4. Kattsoff LO. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana; 1987.5. Daldiyono. Menuju seni ilmu kedokteran: bagaimana dokter berpikir dan bekerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2006.6. Rasad A. Biokimia dan Makhluk Hidup. http://fk.ui.ac.id/dept/biokimia/wp-content/uploads/2013/02/Prof.-Asri-Rasad.pdf (accessed 25 February 2015)