habibi.docx

86
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia. Sebagai salah satu sumber daya alam, air merupakan faktor yang sangat penting dan mutlak untuk sumber kehidupan. Air bergerak mengikuti daur hidrologi dan terbagi secara tidak merata menurut geografi maupun musim, sehingga air yang tersedia terutama yang terdapat di atas bumi dari waktu ke waktu besarnya tidak tetap. Pemanfaatan sumber daya air secara optimal harus dilakukan mengingat Indonesia merupakan negara agraris memilki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Perbedaan musim tersebut yang menyebabkan persediaan air pada setiap daerahnya menjadi berbeda. Pada musim hujan, hujan yang turun langsung menjadi limpasan yang menyebabkan peningkatan volume limpasan permukaan secara cepat dan periode waktu yang pendek sehingga terjadi peningkatan debit yang cukup besar. Sedangkan pada musim kemarau air lebih banyak terinfiltarsi ke dalam tanah disebabkan oleh jenis tanahnya dan penguapan baik oleh tanaman (transpirasi) dan evaporasi sehingga debit yang ada sangat kecil. 1

Upload: hasanmantap

Post on 14-Aug-2015

82 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Habibi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi kehidupan

manusia. Sebagai salah satu sumber daya alam, air merupakan faktor yang sangat

penting dan mutlak untuk sumber kehidupan. Air bergerak mengikuti daur

hidrologi dan terbagi secara tidak merata menurut geografi maupun musim,

sehingga air yang tersedia terutama yang terdapat di atas bumi dari waktu ke

waktu besarnya tidak tetap.

Pemanfaatan sumber daya air secara optimal harus dilakukan mengingat

Indonesia merupakan negara agraris memilki dua musim, yaitu musim kemarau

dan musim penghujan. Perbedaan musim tersebut yang menyebabkan persediaan

air pada setiap daerahnya menjadi berbeda.

Pada musim hujan, hujan yang turun langsung menjadi limpasan yang

menyebabkan peningkatan volume limpasan permukaan secara cepat dan periode

waktu yang pendek sehingga terjadi peningkatan debit yang cukup besar.

Sedangkan pada musim kemarau air lebih banyak terinfiltarsi ke dalam tanah

disebabkan oleh jenis tanahnya dan penguapan baik oleh tanaman (transpirasi)

dan evaporasi sehingga debit yang ada sangat kecil.

Indonesia termasuk salah satu Negara yang diproyeksikan akan mengalami

krisis air pada 2025 karena pengelolaan air yang lemah, terutama pemakaian air

yang kurang efisien. Derajat kelangkaan air makin meningkat. Penduduk yang

bertambah dengan cepat disertai pola hidup yang menuntut penggunaan air yang

relatif banyak, makin menambah tekanan terhadap kuantitas air (H. Sosiawan dan

K. Subagyono, 2009).

Poboya adalah salah satu kelurahan yang berada di Kota Palu, tepatnya

berada di Kecamatan Palu Timur. Poboya termasuk daerah yang memiliki hutan

yang merupakan daerah penyangga air untuk Palu dan sekitarnya. Wilayah hutan

di sekitar kawasan DAS Poboya merupakan daerah tangkapan hujan (sumber air).

1

Page 2: Habibi.docx

Secara umum dari karakteristik DAS Poboya yang meliputi bentuk,

topografi, jenis tanah, vegetasi, dan penggunaan lahan sangat memungkinkan

terjadinya runoff dan erosi pada kondisi iklim dengan curah hujan tinggi. Pada

dasarnya aliran sungai Poboya sama seperti sungai pada umumnya yang terdiri

dari 3 komponen penting aliran, yaitu limpasan permukaan, aliran antara, dan

aliran dasar. Ketiga komponen tersebut akan menimbulkan debit pada sungai.

Pada wilayah sekitar DAS Poboya digunakan sebagai tempat pengambilan

material, seperti pasir, batu-batuan, serta penambangan emas yang digunakan

sebagai sumber pendapatan. Dampak terhadap kegiatan ini adalah terjadinya

perubahan terhadap kondisi alur sungai tersebut yang memperbesar peluang

terjadinya erosi, sehingga dapat menambah muatan sedimen yang dibawa oleh air

sehingga dapat memepengaruhi kondisi debit sungai tersebut.

Daya beli masyarakat terhadap air yang disediakan oleh lembaga pelayanan

pemerintah seperti PDAM, khususnya di Kota Palu cukup memadai, sehingga

masyarakat tidak merasa sulit dalam mendapatkan air. Sebagian masyarakat juga

memanfaatkan air bawah permukaan dengan menggunakan pompa, dan sangat

jarang memikirkan dampak penurunan tinggi muka air bawah permukaan dan

intrusi air laut.

Aspek yang sangat penting dalam kajian ketersediaan air pada intake DAS

Poboya adalah besarnya debit andalan. Debit andalan dapat ditentukan dengan

cara pengukuran langsung dilapangan dengan menggunakan alat pengukur debit.

Perhitungan banyaknya air yang dibutuhkan untuk suplai air bersih dapat

dilakukan dengan mengadakan penelitian-penelitian serta pengukuran langsung di

lapangan dan dapat pula dilakukan dengan cara kombinasi yaitu pengukuran

langsung di lapangan dan perhitungan dengan menggunakan data iklim secara

bersamaan.

Dengan di dasari latar belakang tersebut timbul pemikiran penulis untuk

mengadakan penelitian dalam bentuk penulisan Tugas Akhir dengan judul :

“ANALISIS KELAYAKAN DEBIT ANDALAN SUNGAI POBOYA UNTUK SUPLAI AIR

BERSIH PALU TIMUR”

2

Page 3: Habibi.docx

1.2 Rumusan masalah

Rumusan yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah menganalisa

jumlah debit minimum (andalan) yang ada pada sungai Poboya, apakah sudah

cukup memadai untuk seluruh kawasan Palu Timur ataukah membutuhkan suplai

dari sungai lain untuk memenuhi kebutuhan debit yang belum terpenuhi.

1.3 Batasan Masalah

Pada penulisan Tugas Akhir ini pembahasan yang akan dibahas dibatasi

hanya pada hal-hal berikut :

1. Analisis kuantitas DAS Poboya dengan menganalisa debit andalan

menggunakan metode F.J Mock dan perhitungan debit sesaat.

2. Analisis ketersediaan dan kontinuitas DAS Poboya.

3. Analisis kualitas air pada DAS Poboya untuk kelayakan air bersih.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran debit andalan

sungai Poboya yang bertujuan untuk suplai kawasan Palu Timur.

1.5 Metode Penulisan

Ada beberapa proses dalam penyusunan laporan penulisan penelitian ini

diantaranya :

1. Studi Pustaka

Mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan materi, judul,

tentang hidrologi, juga berupa literatur sebagai landasan teori serta pedoman

penulisan dan penelitian.

2. Observasi Lapangan

Melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui langsung kondisi yang

terjadi di lokasi penelitian.

3

Page 4: Habibi.docx

3. Pengumpulan data sekunder

Berupa pengumpulan data – data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh

dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), Departemen

PU (Pekerjaan Umum), PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan BPS

(Badan Pusat Statistik).

4. Analisis kelayakan debit

5. Pembuatan laporan.

4

Page 5: Habibi.docx

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Keadaan Geografis Lokasi Penelitian

Kecamatan Palu Timur termasuk wilayah Kota Palu Propinsi Sulawesi

Tengah, yang mempunyai luas wilayah ± 186,53 km2, dan berada di tengah-

tengah Kota Palu. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber : Bakosurtanal dan Beppeda Kota Palu

Gambar 2.1 Lokasi Penelitian

Keberadaan Sungai Poboya di daerah Kecamatan Palu Timur dinilai

sangat strategis karena digunakan sebagai sumber air baku air minum

penduduk. Selain itu didukung oleh keberadaan hutan lindung yang masih luas

didaerah hulu sungai Poboya yang berfungsi sebagai catcment area untuk

mengurangi kelebihan air akibat adanya hujan.

5

Lokasi Penelitian

Page 6: Habibi.docx

Adapun manfaat Sungai Poboya adalah :

a. Sebagai sumber bahan baku air minum Penduduk (PDAM)

b. Sebagai sumber air bersih bagi keperluan rumah tangga dan industri

c. Sebagai sumber irigasi pertanian, pertambangan dan perkebunan.

Melihat kepentingan dan ketergantungan masyarakat akan keberadaan

Sungai Poboya peranannya cukup tinggi, namun disisi lain perhatian terhadap

kuantitas dan kualitas Sungai Poboya beserta anak-anak sungainya kurang

mendapat perhatian dalam pemanfaatanya.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Palu Timur sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Palu Utara

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Kabupaten

Parigi Moutong

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palu Selatan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Palu Barat dan Teluk Palu

Kecamatan Palu Timur merupakan daerah dengan bentuk topografi

yang bervariasi, yaitu dataran + 78%, perbukitan + 13% dan pegunungan + 9%.

(Sumber : Kantor Camat Palu Timur)

2.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Palu Timur

Dari data yang diperoleh, jumlah penduduk Kecamatan Palu Timur

pada tahun 2010 yaitu sebanyak 73.073 jiwa, dengan luas wilayah

± 186,53 km², maka kepadatan penduduk di daerah ini sebesar

± 392 Penduduk/ km2. Kecamatan Palu Timur, merupakan salah satu Kelurahan

yang mempunyai kepadatan penduduk yang padat.

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Palu)

Angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa daerah ini pada

umumnya ternasuk padat. Sehingga daya dukung wilayah yang tinggi

menyebabkan daerah ini terkesan berpenduduk banyak.

6

Page 7: Habibi.docx

Tabel 2.1. Rincian Wilayah Kecamatan Palu Timur

Kelurahan RW RT

Besusu Barat 9 23

Besusu Tengah 3 14

Besusu Timur 4 20

Talise 8 50

Lasoani 8 25

Poboya 4 8

Tondo 15 40

Layana Indah 6 19

Sumber : Data Kelurahan, 2010

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Palu Timur

No Jenis Kelamin Jumlah

1

2

Laki-laki

Perempuan

36.667

36.406

73.073

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2010

7

Page 8: Habibi.docx

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sungai

Sungai adalah perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya.

Alur sungai adalah suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat

mengalirnya air yang berasal dari air hujan.

Menurut Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk

Bangunan di Sungai, Sungai adalah wadah atau penampung dan penyalur alamiah

dari aliran air dengan segala yang terbawa dari DPS (Daerah Pengaliran Sungai)

ke tempat yang lebih rendah dan berakhir di laut. Dalam pengertian/definisi yang

lain, sungai merupakan jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai dengan

muara yang dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengaliran oleh daerah

sempadan. Sungai dapat di bagi menjadi :

a. Sungai utama (Main river), adalah sungai yang daerah pengalirannya

panjang dan volume airnya yang paling besar.

b. Anak Sungai (Tributay), adalah cabang-cabang dari sungai utama.

c. Cabang sungai (enffluent), merupakan cabang-cabang yang terbentuk pada

daerah sebelum berakhirnya aliran pada sebuah danau atau laut.

3.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daerah yang secara

topografik dibatasi oleh punggung-punggung yang menampung dan menyimpan

air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah

daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau Catchment Area)

yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya

alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumber

daya alam (Chay Asdak, 2002).

Daerah Aliran Sungai (DAS) biasanya dapat dibagi menjadi daerah hulu,

tengah dan hilir. Setiap bagian DAS memiliki karakteristik yang spesifik dan

berkaitan erat dengan unsur-unsur utamanya. Karakteristik suatu DAS dapat

8

Page 9: Habibi.docx

dilihat dari aspek biofisik, klimatik, sosial, ekonomi, organisasi pengelolaan dan

aspek kelembagaan lainnya dimana satu sama lain saling mempengaruhi.

Dilihat dari aspek biofisik, daerah hulu suatu DAS pada umumnya

merupakan daerah konservasi, memiliki kerapatan drainase yang tinggi, memiliki

kemiringan lahan yang besar (>15%) dan pada umumya merupakan daerah

berhutan. Dengan kondisi topografi yang curam, daerah hulu memiliki tingkat

kerawanan yang tinggi terhadap erosi dan tanah longsor, oleh karena itu biasanya

daerah ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan tujuan perlindungan

terhadap air dan tanah karena itu bentuk penggunaan lahan dipertahankan sebagai

hutan. Sementara DAS hilir pada umumnya merupakan daerah pemanfaatan yang

memiliki drainase lebih kecil dibanding daerah hulu, memiliki kemiringan lereng

yang relatif kecil sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai lahan

pertanian dan pemukiman penduduk.

Iklim dan hidrologi pada suatu DAS memiliki hubungan yang erat dalam

membentuk karakteristik DAS. Iklim menentukan besar kecilnya jumlah air pada

suatu DAS yang tentunya akan berpengaruh kepada mekanisme atau proses yang

terjadi dalam DAS tersebut misalnya penyebaran, daur dan prilaku air.

Karakteristik DAS juga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi

yang terjadi dalam DAS, salah satunya dapat dilihat dari aspek penggunaan lahan

pada daerah hulu, pertengahan maupun daerah hilir. Seiring perkembangan/

pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi pada wilayah suatu DAS

mengakibatkan semakin tingginya intensitas penggunaan lahan dan alih fungsi

penggunaan yang disesuaikan dengan kebutuhan sosial dan ekonomi yang

berkembang pada daerah/ wilayah DAS. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

pola pemanfaatan DAS.

3.3 Siklus Hidrologi

Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan

gerakan air di alam kita. Secara khusus menurut SNI No. 1724-1989-F hidrologi

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem kejadian air di atas, pada,

permukaan dan di dalam tanah (Soemarto, 1999).

9

Page 10: Habibi.docx

Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke

permukaan tanah, dan akhirnya mengalir kembali ke laut. Air tersebut akan

tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk dan dalam tanah, sehingga dapat

dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup. Siklus hidrologi dapat dilihat

pada gambar dibawah ini :

Sumber : Artikel Hidrologi

Air laut menguap karena radiasi matahari menjadi awan kemudian awan

yang terjadi oleh penguapan air bergerak di atas daratan karena tertiup angin.

Presipitasi yang terjadi karena adanya tabrakan antara butir – butir uap air akibat

desakan angin, dapat berbentuk hujan atau salju. Setelah jatuh ke permukaan

tanah, akan menimbulkan limpasan (runoff) yang mengalir kembali lagi ke laut.

Dalam usahanya untuk mengalir kembali ke laut beberapa di antaranya masuk

kedalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi) ke dalam

daerah jenuh yang terdapat di bawah permukaan air tanah atau yang juga

dinamakan permukaan freatik. Air dalam daerah ini bergerak perlahan – lahan

melewati akuifer masuk kesungai atau kadang – kadang langsung masuk ke laut.

Air yang masuk ke dalam tanah (infiltrasi) memberi hidup kepada

tumbuhan namun ada di antaranya naik ke atas lewat akuifer diserap akar dan

batangnya, sehingga terjadi transpirasi, yaitu evaporasi (penguapan) lewat tumbuh

– tumbuhan melalui bagian bawah daun (stomata).

10

Gambar 3.1 Siklus Hidrologi

Page 11: Habibi.docx

Air yang tertahan di permukaan tanah (surface detention) sebagian besar

mengalir masuk ke sungai – sungai sebagai limpasan permukaaan (surface runoff)

ke dalam palung sungai. Permukaan sungai dan danau juga mengalami penguapan

(evaporasi), sehingga masih ada lagi air yang dipindahkan menjadi uap. Akhirnya,

air yang tidak menguap ataupun mengalami infiltrasi tiba kembali ke laut lewat

palung – palung sungai. Air tanah yang bergerak jauh lebih lambat mencapai laut

dengan jalan keluar melewati alur – alur masuk ke sungai atau langsung

merembes ke pantai – pantai. Dengan demikian seluruh siklus telah dijalani,

kemudian akan berulang kembali. Komponen-komponen dari peristiwa siklus

hidrologi meliputi penguapan (evaporasi), hujan (presipitasi), transpirasi,

rembesan ke dalam tanah (infiltrasi), aliran permukaan (runn off) dan aliran air

tanah (ground water).

3.4 Evapotranspirasi

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan

tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa

penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Sehingga evapotranspirasi yaitu air

dalam tanah yang bergerak naik ke udara (penguapan) melalui tumbuh-tumbuhan.

Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi

itu disebut evapotranspirasi potensial. Evapotranspirasi merupakan faktor dasar

untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses

yang penting dalam siklus hidrologi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi adalah

suhu (temperatur), kelembaban, kecepatan angin, sinar matahari yang saling

berhubungan satu dengan yang lain.

a. Evaporasi

Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang pengembangan

sumber – sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai,

besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi,

penggunaan konsumtif (comsumptive use) untuk tanaman dan lain – lain.

Evaporasi yaitu penguapan melalui permukaan air. Air akan menguap dari

dalam tanah, baik tanah gundul atau yang tertutup oleh tanaman dan

11

Page 12: Habibi.docx

pepohonan, permukaan tidak tembus air seperti atap dan jalan raya, air bebas

dan air mengalir. Laju evaporasi atau penguapan akan berubah – ubah

menurut warna dan sifat pemantulan permukaan dan berbeda pada permukaan

yang langsung tersinari matahari (air bebas) dan yang terlindung. Besarnya

faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah sebagai

berikut :

- Radiasi matahari, evaporasi merupakan konversi air ke dalam uap air.

Proses ini berjalan terus hampir tanpa berhenti di siang hari dan kerap kali

juga di malam hari. Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini

memerlukan energi berupa panas laten (tersembunyi) untuk evaporasi.

Proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung.

Awan merupakan penghalang radiasi matahari dan menghambat proses

evaporasi.

- Angin, jika menguap ke atmosfir maka lapisan batas antara permukaan

tanah dan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan

berhenti. Agar proses tersebut dapat berjalan terus, lapisan jenuh harus

diganti dengan udara kering. Pergantian itu hanya mungkin kalau ada

angin, yang akan menggeser komponen uap air. Jadi, kecepatan angin

memegang peranan penting dalam proses evaporasi.

- Kelembaban relatif, faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah

kelembaban relatif udara. Jika kelembaban relatif ini naik, maka

kemampuan udara untuk menyerap air akan berkurang sehingga laju

evaporasinya menurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan

udara dengan udara yang sama kelembaban relatifnya tidak akan

mempengaruhi dalam memperbesar laju evaporasinya.

- Suhu (temperatur), seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa energi

sangat diperlukan agar evaporasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah

cukup tinggi, proses evaporasi berjalan lebih cepat dibandingkan dengan

jika suhu udara dan tanah rendah dengan adanya energi panas yang

tersedia. Kemampuan udara untuk menyerap uap air naik jika suhunya naik,

maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi

12

Page 13: Habibi.docx

dengan mempengaruhi kemampuan udara menyerap uap air dan

mempengaruhi suhu tanah yang akan mempercepat penguapan. Sedangkan

suhu tanah dan air hanya mempunyai efek tunggal.

b. Transpirasi

Transpirasi yaitu penguapan melalui daun-daun tanaman. Semua jenis

tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya. Masing –masing

tanaman berbeda kebutuhan airnya. Hanya sebagian kecil air saja yang

tertinggal di dalam tubuh tumbuh – tumbuhan, sebagian besar air setelah

diserap lewat akar – akar dan dahan – dahan ditranspirasikan lewat daun.

Dalam kondisi medan tidak mungkin membedakan antara evaporasi dengan

transpirasi jika tanahnya tertutup oleh tumbuh – tumbuhan. Kedua proses

tersebut evaporasi dan transpirasi, saling berkaitan, sehingga dinamakan

evapotranspirasi.

Jumlah kadar air yang hilang dari tanah oleh evapotranspirasi

tergantung pada :

- Persediaan air yang cukup (hujan dan lain – lain)

- Faktor – faktor iklim seperti suhu, kelembaban dan lain – lain.

- Tipe dan cara kultivasi (pengolahan lahan pertanian) tumbuh – tumbuhan

tersebut.

Jumlah air yang ditranspirasikan dapat bertambah besar, misalnya pada

pohon besar yang akar – akarnya sangat dalam dan menembus tanah. Jumlah

air yang ditranspirasikan akan lebih banyak dibandingkan jika air itu

dievaporasikan sebagai air bebas.

Proses transpirasi berjalan terus hampir sepanjang hari di bawah

pengaruh sinar matahari. Pada malam hari pori – pori daun menutup. Pori –

pori tersebut terletak di bagian bawah daun, yang disebut stomata. Apabila

pori – pori ini menutup menyebabkan terhentinya proses transpirasi secara

drastis. Tetapi tidak demikian halnya dengan evaporasi. Proses evaporasi

dapat berjalan terus selama ada masukan panas. Oleh karena itu bagian

terbesar jumlah evaporasi diperoleh pada siang hari.

13

Page 14: Habibi.docx

Faktor lain yang penting adalah jumlah air yang tersedia cukup banyak.

Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh

tanaman selama proses transpirasi ini, maka jumlah air yang ditranspirasikan

akan lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan.

Evaporasi yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan

disebut evaporasi potensial. Meskipun demikian kondisi air berlebih sering

tidak terjadi. Evaporasi tetap terjadi dalam kondisi air tidak berlebihan

meskipun tidak sebesar evaporasi potensial. Evaporasi ini disebut evaporasi

aktual.

3.5 Debit Sungai

Menurut Soewarno (1991), debit (discharge), atau besarnya aliran

sungai adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang

sungai per satuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik

(m3/det) atau liter per detik (l/det). Aliran adalah pegerakan air di dalam alur sungai.

Dalam memperkirakan besarnya debit yang tersedia di sungai dapat

dihitung berdasarkan data curah hujan yang jatuh disepanjang daerah pengaliran

atau dengan pengamatan permukaan air sungai yang menggunakan alat ukur yang

dipasang pada tempat yang memungkinkan pengamatan pada seluruh keadaan

permukaan air. Jika tidak terdapat alat ukur, maka debit andalan dapat dihitung

berdasarkan curah hujan dan jumlah hari hujan yang jatuh pada daerah tangkapan

sungai. Untuk menghitung debit andalan sungai diperlukan data curah hujan

selama 10 tahun terakhir atau lebih.

Untuk kebutuhan usaha pemanfaatan air, pengamatan permukaan air

sungai dilakukan pada tempat-tempat dimana akan dibangun bangunan air seperti

bendungan atau bangunan pengambil air lainnya. Untuk kebutuhan usaha

pengendalian sungai atau pengaturan sungai, maka pengamatan dilakukan pada

tempat-tempat yang dapat memberikan gambaran-gambaran mengenai perubahan

pada Daerah Aliran Sungai.

14

Page 15: Habibi.docx

3.6 Debit Andalan (Dependable Discharge)

Debit andalan (dependable discharge) adalah debit minimum sungai

yang tersedia dengan kemungkinan terpenuhi 80% yang sudah ditentukan yang

dapat digunakan untuk keperluan air bersih. Untuk menentukan besarnya debit

andalan, dapat dihitung dengan beberapa metode yang disesuaikan dengan data –

data yang tersedia. Metode yang digunakan dalam perhitungan debit andalan yaitu

antara lain metode “Meteorological Water Balance” dari F.J Mock.

Metode “Meteorological Water Balance” dari F.J Mock

Debit andalan dapat dihitung dengan metode F.J Mock yang

menggunakan data-data meteorologi berupa data curah hujan bulanan F.J Mock

dalam makalahnya “ Lang Capability Appraisal Indonesia water Availability

appraisal, UNDP / FAO, bogor 1973”, memperkenalkan model sederhana

simulasi keseimbangan air, untuk menghitung aliran sungai dari data curah hujan,

evapotranspirasi dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran untuk menaksir

tersedianya air di sungai. Cara ini dikenal dengan nama perhitungan debit andalan

cara Mock, khusus untuk sungai-sungai di Indonesia, cara ini dianjurkan dipakai

untuk menaksir debit andalan sungai. Kriteria perhitungan dan asumsi diurutkan

sebagai berikut :

a. Data Meteorologi

- Data curah hujan bulan (R) untuk setiap tahun

- Data jumlah hari hujan dalam 1 bulan (N) untuk setiap tahun

b. Evapotranspirasi Aktual (Ea)

Evapotranspirasi Aktual (Ea) dihitung dari evapotranspirasi potensial dengan

pertimbangan kondisi vegetasi dan permukaan tanah di DAS serta frekuensi

curah hujan. Perhitungan evapotranspirasi potensial diperoleh dengan

menggunakan metode Penman Modifikasi dengan persamaan :

ETo = c x ETo* …………………………………………………….…... (3.1)

ETo* = W x (0,75 Rs – Rn1) + (1 – W) x ƒ (u) x (ea – ed) ………............ (3.2)

15

Page 16: Habibi.docx

Dimana:

ETo = Evapotranspirasi potensial, sering pula dinyatakan sebagai

evapotranspirasi tanaman acuan.

C = Faktor koreksi Penman

ETo* = Besarnya evapotranspirasi potensial sebelum dikoreksi, sering

pula dinyatakan sebagai evaporasi muka air bebas dan

menggunakan notasi Eo

W = Faktor penimbang untuk suhu dan elevasi daerah

Rs = Radiasi gelombang pendek (mm/hari)

= (0,25 + 054 n/N)Ra ………………………………………... (3.3)

Ra = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar

atmosfer/angka angot (mm/ hari)

n = Rata-rata lama cahaya matahari sebenarnya dalam satu hari (jam)

N = Lama cahaya matahari maksimum yang mungkin dalam satu hari

(jam)

n/N = Kecerahan matahari (%)

Rn1 = Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)

= f (t) . f(ed). f(n/N) …………………………………………. (3.4)

f(t) = Fungsi suhu

f(ed) = Fungsi tekanan uap

f(n/N) = Fungsi kecerahan

= 0,1 + 0,9 n/N

ƒ(u) = Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan

tanah (m/ det)

ƒ(u) = 0,27 (1 + 0,864 u) ...................................................... (3.5)

ea-ed = Defisit tekanan uap yaitu selisih antara tekanan uap jenuh (ea)

pada T rata-rata dalam (m bar) dan tekanan uap sebenarnya (ed)

dalam (m bar)

ea = Tekanan uap jenuh

ed = a x RH/10 …………………………………………………. (3.6)

16

Page 17: Habibi.docx

Hubungan antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi aktual

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Ea = ETo - ∆E ……………………….………………...…….. (3.7)

∆E = ETo x (m/20)(18-n) ……………………………...…….. (3.8)

Dimana :

Ea = Evapotranspirasi aktual (mm/ hari)

ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/ hari)

∆E = Selisih antara evapotranspirasi potensial dan

evapotranspirasi aktual

m = Presentase lahan yang tidak tertutup tanaman/vegetasi.

m = 0% untuk DAS/ lahan dengan hutan lebat.

m = 10% - 40% untuk DAS/lahan yang tererosi

m = 30% - 50% untuk DAS/ lahan yang diolah seperti (misal

sawah dan ladang) (Anonim, 1997).

n = Jumlah hari hujan dalam sebulan

Evapotranspirasi aktual akan semakin berkurang dari rata-rata

evapotranspirasi potensial selama musim kemarau dimana terjadi kekurangan

kelembaban tanah berturut-turut (Anonim,1990).

c. Keseimbangan air di permukaan Air Tanah

Air hujan yang mencapai dipermukaan tanah dirumuskan sebagai berikut :

∆S = R – Ea ………………………………………..……… (3.9)

SR = PF x R ……………………………………………… (3.10)

SS = ∆S – SR ……………………………………………. (3.11)

WS = ∆S – SS ……………………………………………. (3.12)

Dimana :

∆S = Selisih antara hujan dan evapotranspirasi aktual

(mm/bulan)

R = Besarnya Curah hujan bulan (mm/bulan)

Ea = Evapotranspirasi aktual (mm/bulan)

SR = Limpasan badai (mm/bulan)

PF = Faktor limpasan badai = 5%

17

Page 18: Habibi.docx

SS = Kandungan air tanah (mm/bulan)

WS = Kelebihan air (mm/bulan)

a. Bila harga ∆S positif (R > Ea) maka air akan masuk ke dalam tanah

jika kapasitas kelembaban tanah belum terpenuhi, dan sebaliknya air

akan melimpas jika kondisi tanah jenuh. Jika harga ∆S negatif (R < Ea),

sebagian air tanah akan keluar dan terjadi kekurangan (defisit).

b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga ∆S.

Jika harga ∆S negatif maka limpasan badai (Storm run Off)

diperhitungkan faktor limpasan badai (Pf) = 5 % dimana kapasitas

kelembaban tanah akan berkurang dan jika ∆S positif akan menambah

kekurangan kapasitas kelembaban tanah bulan sebelumnya.

c. Kapasitas kelembaban tanah (Soil Mosture Capacity) perkiraan kapasitas

kelembaban tanah awal diperlukan pada saat dimulainya simulasi dan

besarnya tergantung dari kondisi porositas lapisan tanah atas dari daerah

pengaliran. Biasanya di ambil 50 – 250 mm, yaitu kapasitas kandungan

air tanah dalam per m3. Jika porositas tanah lapisan atas tersebut makin

besar, maka kapasitas kelembaban akan semakin besar pula (Anonim,

1990).

d. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run Off & Ground Water Storage)

1. Koefisien Infiltrasi

Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan

kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang poros misalnya pasir halus

mempunyai infiltrasi lebih tinggi dibanding tanah lempung berat. Lahan

yang terjal dimana air tidak sampai infiltrasi ke dalam tanah , maka

koefisien infiltrasi akan kecil. Batasan koefisien infiltrasi adalah antara 0 -

1.0 (Anonim, 1990).

2. Penyimpanan Air Tanah (Ground water Storage)

Pada permulaan simulasi/ perhitungan harus ditentukan penyimpanan awal

(initial storage) yang besarnya bergantung dari kondisi geologi setempat dan

waktu. Sebagai contoh dalam daerah pengaliran tidak tembus air dan

18

Page 19: Habibi.docx

mungkin tidak ada air di sungai pada musim kemarau, maka penyimpanan

awal tanah menjadi nol.

Vn = K. Vn-1 + ½ (1+K)In …………………………..……….. (3.13)

Dimana :

Vn = volume air tanah bulan ke- n

Vn – 1 = Volume air tanah pada bulan ke- n- 1

K = Faktor resesi aliran air tanah (catchment Area Resesion faktor)

harga faktor resesi aliran air tanah ini ditentukan oleh kondisi

geologi lapisan bawah. Harga k yang tinggi akan memberikan

resesi yang lambat dimana batasan antara 0 – 1,0

In = Infiltrasi bulan ke- n

∆Vn = Selisih volume simpanan air periode n (mm/bulan)

∆Vn = Vn – Vn-1 …………………………………………………………………….. (3.14)

3. Limpasan (Run Off)

BF = I – ΔVn ………………………………………….………. (3.15)

DR = SR + WS – I …………………………………….……… (3.16)

Ro = BF + DR ………………………………………….…….. (3.17)

Dimana :

BF = Aliran dasar (mm/bulan)

I = Infiltrasi (mm/bulan)

ΔVn = Selisih volume simpanan air periode n (mm/bulan)

DR = Limpasan Langsung (mm/bulan)

Ro = Limpasan periode n (m³/det/km2)

4. Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya

Qn = Ro x 10−3 x A x11.631

…………………………………...…………

(3.18)

Dimana :

Qn = Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya periode n (m³/det)

19

Page 20: Habibi.docx

A = Luas daerah tangkapan (Catchment Area) km²

e. Parameter yang digunakan dalam perhitungan debit andalan.- m = Presentase lahan yang tidak tertutup tanaman/vegetasi, ditaksir dengan

peta tata guna lahan atau pengamatan dilapangan. Diambil m = 20%.

- Kapasitas kelembaban tanah (Soil Moisture Capacity) = 200 mm.

- Koefisien infiltrasi (i) = 0 – 1,0 diambil 0,40

- Faktor resesi aliran air tanah, K = 0 – 1,0 diambil 0,6

- Penyimpanan awal (Initial Storage) antara 3mm – 109 mm, diambil 100

mm.

- Faktor limpasan badai, PF = 5 %.

3.7 Air Bersih

Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di

bumi ini. Air bersih sendiri sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup,

yaitu untuk menunjang berbagai macam aspek kehidupan dan keseharian manusia.

Sesuai dengan kegunaannya, air bersih pada umumnya digunakan sebagai air

minum, kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan umum, serta barbagai

macam kebutuhan manusia yang berkaitan dengan kesehatan dan kebersihan

hidup.

Pengambilan air bersih dari sumber air tidak boleh mengganggu

keseimbangan air lingkungan. Faktor keseimbangan air lingkungan ini tidak

hanya berkaitan dengan jumlah volume (debit) air yang digunakan saja, tapi yang

lebih penting lagi adalah bagaimana menjaga agar air lingkungan tidak

menyimpang dari keadaan normalnya.

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui : (Arya Wisnu, 2001)

1. Perubahan suhu air

Air yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organism

lainnya yang hidup di air karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan

turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan

20

Page 21: Habibi.docx

oksigen untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara

yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air

makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.

2. Perubahan pH

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH

berkisar antara 6,5 - 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada

besar kecilnya pH air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan

bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan

bersifat basa.

3. Perubahan warna, bau dan rasa air

Bahan buangan dari air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan

anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan

buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi

perubahan warna air.

Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau

air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi

bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air. Timbulnya bau pada air

lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya

tingkat pencemaran air yang cukup tinggi.

4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut

Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan

industri yang berbentuk padat. Kalau bahan buangan industri berupa bahan

anorganik yang dapat larut maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam

yang berasal dari bahan anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang

memberikan ion-ion logam berat yang pada umumnya bersifat racun, seperti

Cd, Pb, Hg dan Cu.

5. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam

kerusakan biologis apabila apabila tidak ditangani dengan benar, baik melalui

efek langsung maupun efek tertunda, maka tidak dibenarkan bila ada yang

membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Walaupun secara alamiah

21

Page 22: Habibi.docx

radioaktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi ini, namun kita

tidak boleh menambah radioaktivitas lingkungan dengan membuang secara

sembarangan bahan sisa radioaktif ke lingkungan.

22

Page 23: Habibi.docx

BAB IV

METODOLOGI

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif yang bertujuan untuk

mengetahui besarnya debit minimum sungai (debit andalan) yang ada pada sungai

Poboya.

4.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data

tersebut merupakan hasil dari pengukuran, pencatatan dan penelitian yang

diperoleh dari berbagai instansi yang terkait. Adapun data-data yang digunakan

adalah:

1. Data Topografi

Data topografi yang diperoleh merupakan lembaran rupa bumi yang mewakili

DAS Poboya dengan skala 1:50000, Dari data peta ini dapat digambarkan

sistem sungainya yang selanjutnya dapat ditentukan batas-batas DAS dan

sungai yang bersangkutan yang diperoleh dari Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB).

2. Data Klimatologi

Data klimatologi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa

data curah hujan yang mewakili DAS Poboya yang tercatat pada Stasiun

Meteorologi Mutiara Palu, dengan lokasi stasiun pada koordinat 00° 549’

36.94’’ LS / 119° 54’ 19.86’’ BT. Panjang data yang digunakan dari tahun

1991 - 2010.

3. Data Debit dan Kondisi Teknis Sungai

Data debit dan kondisi teknis sungai yang diperoleh dari Kantor Dinas

Pekerjaan Umum (PU) Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Palu.

4. Data Area Suplai Air Bersih

23

Page 24: Habibi.docx

Data area suplai air bersih yang diperoleh dari Kantor Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Kota Palu.

4.3 Cara Penelitian/ Uraian Tahapan

Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka dilakukan pemilihan data

untuk selanjutnya dianalisis dengan metode berikut :

1. Menentukan batas-batas sungai Poboya

2. Mengukur luas sungai dengan menggunakan Arc View

3. Menghitung debit andalan dengan Metode Meteorological Water Balance F.J

Mock sebagai berikut :

a. Menentukan evapotranspirasi berdasarkan data klimatologi dengan

menggunakan Metode Penman Modifikasi.

b. Menentukan evapotranspirasi aktual berdasarkan data jumlah hari hujan

dan kondisi daerah pengaliran yang dihubungkan dengan evapotranspirasi

potensial.

c. Menentukan penyimpanan air tanah berdasarkan faktor koefisien infiltrasi

dan faktor resesi aliran air tanah yang akan mengakibatkan terjadinya

aliran dasar.

d. Menentukan limpasan akhir bulan berdasarkan aliran dasar, limpasan

langsung dan limpasan badai.

e. Menentukan debit yang tersedia di Daerah Intake Suplai Air Bersih

Poboya berdasarkan hasil perhitungan limpasan yang terjadi terhadap luas

daerah pengaliran sungai (Catchment Area).

Analisis perhitungan debit tersedia/ andalan dengan metode F.J Mock

dilakukan setiap tahun dari 20 tahun pengamatan (periode 1991 sampai dengan

tahun 2010). Kemudian hasil perhitungan tersebut direkapitulasi selama 20 tahun

untuk diranking guna menentukan debit andalan (Q100) rata-rata bulanan terpilih.

24

Page 25: Habibi.docx

Tidak

Ya

Gambar 4.1 Bagan Alir Tahap Penelitian

25

Data sekunder :1. Peta Topografi2. Data Jumlah Hari Hujan 3. Data Curah Hujan Bulanan4. Data Klimatologi5. Catchment Area6. Data Jumlah Penduduk

Analisa dan Pembahasan

Selesai

Studi Pustaka

Latar Belakang

Pengumpulan Data

Kesimpulan dan Saran

Data cukup

Mulai

Pengolahan Data

Page 26: Habibi.docx

26

Limpasan BadaiSR = PF x R

Tidak Ya

Data curah hujanETo Penman

Evapotranspirasi Aktual (Ea)

Kelembaban tanah awal pada akhir bulan sama dengan awal bulan

SMS = SMC

Tanah pada kapasitas lapang

WS = ∆S

InfiltrasiI = WS x i

Vol. Penyimpanan airVn= Vn = K. Vn-1 + ½ (1+K)In

Selisih volume penyimpanan ∆Vn= Vn – Vn-1

Limpasan LangsungDR = WS – I + SR

Aliran DasarBF = I – ΔVn

DR = WS - I

Tanah dibawah kapasitas lapang

WS = 0

Jumlah LimpasanRo = BF + DR

Debit Tersedia

Qn = Ro x 10−3 x A x11.6

31

Rekapitulasi debit tersedia

Rangking debit tersedia

Debit Andalan terpilih

Mulai

Jika∆S = R – Ea

∆S ¿0

Page 27: Habibi.docx

Gambar 4.2 Bagan Alir Perhitungan Debit Andalan

Metode F. J MOCK

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis

5.1.1 Analisis Kuantitas Debit Sungai Poboya

Perhitungan Debit Andalan Metode F. J. Mock

Dalam analisis ini ada beberapa data yang akan digunakan dalam

perhitungan dan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan data tersebut

disesuaikan dengan fungsinya. Data yang dipergunakan merupakan data sekunder.

Data – data yang dimaksud antara lain meliputi :

a. Data Curah Hujan

Data curah hujan adalah data hujan yang terjadi pada suatu daerah akan

sampai ke palung sungai setelah mengalami penguapan. Oleh karena itu besar

kecilnya curah hujan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya aliran sungai.

Data hujan didapatkan dari alat penakar hujan biasa atau penakar hujan

otomatis. Data hujan diambil yaitu data curah hujan harian dan bulanan

(Joesron dan Soewarno, 1993). Data hujan yang digunakan untuk lokasi

kajian yaitu menggunakan Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, karena stasiun

penakar hujan tersebut dianggap dapat mewakili dan terdekat dengan lokasi

studi dengan data curah hujan 20 tahun pengamatan.

b. Data Klimatologi

Data klimatologi merupakan data pengamatan unsur cuaca seperti temperatur,

kelembaban, penyinaran matahari dan kecepatan angin. Data ini diperlukan

sebagai input air di dalam daerah sungai, dan evaporasi sebagai salah satu

proses kehilangan air (Joesron dan Soewarno, 1993). Data klimatologi yang

digunakan untuk lokasi kajian yaitu menggunakan Stasiun Meteorologi

27

Page 28: Habibi.docx

Mutiara Palu, karena stasiun tersebut dianggap dapat mewakili dan terdekat

dengan lokasi studi dengan data curah hujan 20 tahun pengamatan.

Data – data yang akan digunakan dalam menganalisis debit andalan

meliputi data curah hujan dan data klimatologi dimana data-data tersebut akan

dievaluasi terlebih dahulu. Untuk data-data yang akan digunakan dalam

menganalisis ketersediaan air (debit andalan) secara keseluruhan mencakupi

antara lain:

1. Data Curah Hujan

- Data curah hujan bulanan (Tabel 5.1) dan jumlah hari hujan (Tabel 5.2)

2. Data Klimatologi

- Data temperatur udara rata-rata bulanan (Tabel 5.3)

- Data kelembaban udara rata-rata bulanan (Tabel 5.4)

- Data kecepatan angin rata-rata bulanan (Tabel 5.5)

- Data penyinaran matahari rata-rata bulanan (Tabel 5.6)

3. Cathcment Area

Berupa peta dengan skala 1 : 50.000, yang nantinya akan diplot untuk

menentukan catchment area sungai yang akan ditinjau.

Tabel 5.1. Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Mutiara Palu

TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DECmm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm

1991 50,0 38,0 5,0 87,0 113,0 30,0 69,0 9,0 0,0 50,0 14,0 55,01992 20,0 24,0 17,0 4,0 62,0 94,0 138,0 36,0 21,0 19,0 24,0 27,01993 99,0 29,0 54,0 37,0 57,0 40,0 37,0 5,0 9,0 44,0 19,0 24,01994 26,0 52,0 119,0 23,0 126,0 60,0 78,0 78,0 8,0 30,0 34,0 122,01995 20,0 67,0 54,0 43,0 95,0 41,0 94,0 166,0 86,0 55,0 65,0 81,01996 24,0 71,0 43,0 67,0 42,0 89,0 110,0 80,0 87,0 61,0 43,0 244,01997 47,0 47,0 86,0 10,0 59,0 90,0 71,0 0,0 1,0 6,0 65,0 39,01998 19,0 17,0 20,0 24,0 96,0 130,0 218,0 193,0 84,0 41,0 131,0 36,01999 218,0 32,0 116,0 85,0 97,0 144,0 60,4 77,0 48,0 139,0 39,0 8,02000 93,0 6,0 67,4 27,7 10,8 192,5 44,2 65,0 30,0 143,0 130,0 64,02001 50,0 83,6 46,0 74,0 52,0 24,0 50,0 27,0 112,0 99,0 47,0 25,02002 113,0 12,0 43,0 126,0 69,0 61,0 2,0 11,0 29,0 2,0 117,0 20,02003 28,2 56,2 51,8 30,8 49,4 18,7 73,1 80,9 43,5 39,8 31,9 95,92004 77,7 21,9 63,6 49,6 54,4 13,0 58,1 0,0 61,7 0,0 12,8 21,42005 38,3 5,4 28,2 59,0 126,3 135,5 45,2 32,1 38,6 111,8 42,9 72,92006 40,3 20,3 130,2 69,9 77,7 61,6 6,0 14,0 93,2 4,6 51,5 31,32007 110,8 88,5 48,9 55,4 78,6 104,4 142,8 107,5 47,7 26,9 76,4 61,0

28

Page 29: Habibi.docx

2008 37,0 12,8 135,0 59,4 30,1 53,4 186,8 199,0 60,7 102,7 49,5 20,92009 11,7 55,9 73,3 161,5 28,2 40,2 44 15,9 10,4 12,6 54,2 54,92010 58,9 31,3 11,7 80,2 81,5 123 112,4 96,7 114,3 66,6 44,2 38,6

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

59.1

38.5

60.7 58.7

70.377.3

82.0

64.7

49.3 52.7 54.6 57.1

BULAN

HUJA

N B

ULAN

AN R

ERAT

A (m

m)

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu

Gambar 5.1. Grafik Hujan Bulanan Stasiun Mutiara Palu

Tabel 5.2. Data Jumlah Hari Hujan Bulanan Stasiun Mutiara Palu

TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOP DEC

1991 15 8 10 12 19 9 18 9 1 6 5 121992 12 10 8 4 17 18 20 12 16 14 17 17

1993 14 11 11 13 21 19 19 9 12 16 16 15

1994 13 14 23 17 20 24 17 15 3 7 16 17

1995 15 18 12 13 17 23 20 29 16 13 19 16

1996 21 21 16 18 16 22 25 24 17 22 16 21

1997 13 17 18 13 12 8 11 1 4 12 20 20

1998 12 7 8 19 18 22 28 22 21 15 27 9

1999 28 11 27 16 26 15 12 15 19 24 14 12

2000 18 18 20 16 9 21 13 17 16 21 20 14

2001 15 20 16 19 17 15 13 5 19 14 18 12

2002 17 4 20 17 12 19 2 5 7 3 20 10

2003 13 8 19 16 12 11 19 17 17 16 13 25

2004 15 15 19 18 17 13 22 2 12 8 11 18

2005 15 9 14 18 26 21 18 13 15 23 13 23

2006 17 15 16 16 15 23 9 11 11 4 15 13

2007 19 17 17 17 19 23 20 26 17 19 15 16

29

Page 30: Habibi.docx

2008 20 15 23 20 9 19 26 26 19 24 18 19

2009 13 16 16 21 13 18 16 12 8 15 18 14

2010 17 13 15 17 23 22 23 25 25 18 20 19

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu

Tabel 5.3. Data Temperatur Udara Bulanan Stasiun Mutiara Palu

TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

(OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC)

1991 26,4 26,6 27,4 27,0 27,0 27,0 26,5 27,4 27,7 27,6 27,7 27,21992 26,7 26,9 27,6 28,0 27,7 27,0 26,1 26,9 27,3 27,7 27,4 26,6

1993 26,7 26,2 27,0 27,1 27,5 27,2 27,0 27,3 27,8 27,1 26,7 28,0

1994 27,1 26,9 26,1 26,8 26,5 26,3 26,3 26,9 27,3 28,1 28,0 26,4

1995 26,7 25,5 26,6 27,4 27,1 26,7 26,0 25,9 26,6 26,9 26,6 25,9

1996 26,0 26,2 27,1 26,9 27,1 26,4 26,2 26,6 26,9 27,4 26,7 26,4

1997 25,7 25,9 26,2 27,1 27,2 27,7 26,7 27,4 27,9 28,3 27,7 27,4

1998 27,9 28,1 28,7 28,5 28,3 27,0 26,4 26,3 27,0 27,7 26,7 26,9

1999 26,7 27,1 25,7 26,5 26,5 26,0 26,3 26,6 27,1 26,8 26,6 27,7

2000 26,6 27,1 27,4 26,9 28,6 25,8 26,9 27,0 27,3 27,1 26,6 27,1

2001 27,1 26,6 27,3 27,9 27,7 27,3 27,6 27,6 27,8 27,7 27,7 26,5

2002 26,5 26,6 27,2 27,9 27,7 26,9 28,2 28,1 28,4 29,3 28,2 28,5

2003 27,3 27,0 27,5 27,8 28,0 28,5 27,1 27,7 28,1 28,2 28,5 27,2

2004 27,4 26,7 27,5 27,8 27,8 27,5 27,0 27,9 28,5 29,2 28,9 28,2

2005 27,5 28,2 28,1 27,7 27,3 27,2 27,0 27,8 28,3 28,1 27,4 27,3

2006 27,2 27,7 27,6 26,9 27,4 26,8 28,2 28,1 27,8 28,6 28,6 29,0

2007 27,2 26,3 27,2 28,0 28,1 27,5 27,0 27,0 27,3 27,5 27,3 28,0

2008 26,7 27,1 26,5 26,3 26,7 26,6 25,1 25,7 26,5 26,8 26,8 27,1

2009 27,1 26,8 26,9 27,0 27,5 27,4 26,7 28,1 28,7 28,2 28,5 27,9

2010 27,4 28,1 28,7 28,7 28,2 27,1 27,1 26,7 27,0 27,7 28,2 27,6

Rata - Rata

26,9 26,9 27,2 27,4 27,5 27,0 26,8 27,2 27,6 27,8 27,5 27,3

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu

Tabel 5.4. Data Kelembaban Bulanan Stasiun Mutiara Palu

TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1991 79 79 74 78 81 79 78 73 69 71 74 751992 77 74 72 71 76 80 81 76 75 76 78 81

1993 78 81 77 78 79 79 79 73 68 73 74 74

1994 75 77 83 80 83 83 79 75 73 70 74 81

1995 78 81 79 76 81 82 83 86 81 80 81 82

1996 81 82 78 81 79 83 83 80 79 79 79 80

1997 82 82 82 78 77 72 80 72 71 71 77 78

1998 73 74 69 74 79 83 84 85 80 77 82 76

1999 77 77 82 82 83 81 81 76 75 81 80 72

2000 80 77 76 75 72 80 79 79 72 80 80 802001 79 82 78 77 79 77 73 73 72 78 77 74

2002 77 76 79 76 80 82 72 69 70 66 76 73

30

Page 31: Habibi.docx

2003 77 78 76 75 75 69 78 75 72 72 72 79

2004 78 77 75 75 75 71 77 70 68 67 69 71

2005 75 71 70 76 82 81 79 73 71 74 78 77

2006 76 74 76 80 77 80 72 70 71 72 72 71

2007 79 77 80 76 78 78 82 79 78 75 71 75

2008 78 75 79 81 77 79 82 83 80 80 76 79

2009 71 80 78 78 75 79 81 77 79 82 83 80

2010 76 72 70 73 79 82 80 82 81 76 74 75

Rata - Rata

77,2 77,4 76,6 77,0 78,3 79,1 79,1 76,3 74,2 75,0 76,3 76,6

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu

Tabel 5.5. Data Kecepatan Angin Bulanan Stasiun Mutiara Palu

TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

knot knot knot knot knot knot knot knot knot knot knot knot

1991 3 3 4 3 3 3 3 4 5 4 5 41992 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 5

1993 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3

1994 4 3 3 3 2 2 3 3 4 4 4 3

1995 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2

1996 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4

1997 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4

1998 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 3 3

1999 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4

2000 3 5 5 4 4 4 4 5 6 5 5 5

2001 6 5 6 6 5 5 6 6 6 6 6 5

2002 6 7 6 6 5 5 6 7 7 7 7 6

2003 6 6 6 6 7 7 6 7 7 7 7 7

2004 7 7 7 5 4 4 4 5 5 5 5 5

2005 5 5 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4

2006 4 5 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5

2007 4 5 4 4 4 4 3 3 7 5 5 4

2008 4 4 4 3 3 3 3 3 6 3 4 4

2009 4 4 4 4 4 4 4 5 6 5 5 4

2010 4 4 5 4 4 3 3 3 3 3 4 4

Rata - Rata

4,4 4,6 4,7 4,0 3,9 3,6 3,7 4,2 4,9 4,6 4,6 4,3

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu

31

Lanjutan Tabel 5.4. Data Kelembaban Bulanan Stasiun Mutiara Palu

Page 32: Habibi.docx

Tabel 5.6. Data Penyinaran Matahari Bulanan Stasiun Mutiara Palu

TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1991 57 51 71 75 59 76 72 84 85 79 75 751992 79 71 70 71 75 68 68 86 69 71 72 62

1993 72 65 74 66 70 73 70 91 86 83 72 70

1994 72 74 32 68 69 61 80 82 82 89 85 63

1995 66 60 61 72 71 55 58 52 70 71 58 54

1996 56 54 75 65 73 60 59 74 62 58 60 43

1997 60 49 60 74 72 87 72 98 93 80 73 70

1998 81 82 83 60 62 65 70 64 68 65 45 57

1999 49 57 X X X X X X X X X X

2000 X X X X X X X X X X X X

2001 X X X X X X X X X X X X

2002 X X X X X X X X X X X X

2003 X X X X X X X X X X X X

2004 63 47 62 68 62 79 61 87 92 78 78 69

2005 62 59 73 61 60 67 62 78 70 67 50 42

2006 59 64 43 51 68 60 83 79 78 71 81 72

2007 56 58 57 72 81 65 65 57 50 73 50 60

2008 58 39 54 56 61 56 46 48 57 62 67 47

2009 50 48 61 69 67 54 64 81 90 65 67 63

2010 52 72 69 63 67 70 62 63 71 62 63 48

Rata - Rata

49,6 47,5 47,2 49,5 50,8 49,8 49,6 56,2 56,1 53,7 49,8 44,7

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec0

102030405060708090

100

Temperatur (°C) Kecepatan Angin (Knot)Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%)

BULAN

PARA

MET

ER K

LIMAT

OLO

GI

Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu

32

Page 33: Habibi.docx

Gambar 5.2. Grafik Klimatologi Stasiun Mutiara Palu

Sumber : Bakosurtanal dan Bappeda Kota Palu

Gambar 5.3. Catchment Area DAS Poboya

Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo)

Untuk menghitung Evapotranspirasi potensial (ETo) digunakan metode

Penman Modifikasi dengan persamaan…………...…….. (3.1) dan (3.2)

ETo = c x ETo* …………………………………...…… (3.1)

ETo* = W x (0,75 Rs – Rn1) + (1 – W) x ƒ (u) x (ea – ed) ... (3.2)

Dalam hal ini, temperatur, kelembaban, angin dan sinar matahari menjadi

parameter dalam metode tersebut.

Contoh : perhitungan ETo, untuk data bulan januari pada Stasiun

Meteorologi Mutiara Palu dengan koordinat 00° 549’ 56,94” LS/ 119° 54’

19,86” BT adalah sebagai berikut :

Diketahui : Data rerata klimatologi

33

Page 34: Habibi.docx

(Untuk bulan Januari)

a. Suhu rata-rata, t = 26,9 ℃

b. Kelembaban udara relatif, RH = 77,2 %

c. Kecepatan angin, u = 4,4 Knot = 2,27 m/detik.

( 1 knot = 0,515 m/detik )

d. Penyinaran matahari, n/N = 49,6 %

Langkah-langkah perhitungan :

1. Data suhu/ temperatur udara rata-rata bulanan dari tabel 5.3. Untuk

bulan Januari diperoleh t = 26,9 °C.

2. Untuk nilai t = 26,9 °C, dari Lampiran 23, untuk nilai Ea, nilai W, nilai

1-W dan nilai f(t) dengan cara interpolasi diperoleh :

- ea = 35,457- W = 0,764- 1-W = 0,236- f(t) = 16,057

3. Data kelembaban udara relatif rata-rata bulanan dari tabel 5.4, untuk

bulan Januari diperoleh RH = 77,2 %

4. Berdasarkan nilai ea dan RH, dengan menggunakan lampiran 26, untuk

nilai f(ed) diperoleh :

Ed = (ea x RH)

= 35,457 x 77,2

= 27,37 m.bar

5. Berdasarkan nilai ed, untuk nilai f(ed) diperoleh :

f(ed) = 0,34 – 0,044 √ed

= 0,34 – 0,044 √27,38

= 0,11

6. Berdasarkan data letak lintang 00° 549’ 56,94” LS/ 119° 54’ 19,86” BT

dengan cara interpolasi menggunakan lampiran 24 untuk nilai Ra

diperoleh :

Ra = 15,00 mm/hari

34

Page 35: Habibi.docx

7. Data penyinaran matahari rata-rata bulanan dari tabel 5.6, Untuk bulan

Januari diperoleh :

n/N = 0,496

8. Berdasarkan nilai Ra dan n/N dengan menggunakan lampiran 25, atau

dihitung dengan rumus, untuk nilai Rs diperoleh:

Rs = (0,25 + 0,54 n/N) x Ra

= ((0,25 + 0,54 (0,496)) x 15,00

= 7,77

9. Berdasarkan nilai n/N melalui lampiran 28, atau dihitung dengan rumus

diperoleh:

f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N

= 0,1 + 0,9 (0,496)

= 0,55

10. Data kecepatan angin rata-rata bulanan

u = 5,0 Knot

= 4,4 x 0,515

= 2,27 m/dtk

11. Berdasarkan nilai u melalui lampiran 29, atau dihitung dengan rumus,

maka diperoleh nilai f(u) :

f(u) = 0,27 x (1 + u x 0,864)

= 0,27 x {1+ (2,27 x 0,864)} = 0,80

12. Berdasarkan nilai f(t), f(ed) dan f (n/N) dengan menggunakan rumus,

maka nilai Rn1 untuk bulan Januari diperoleh :

Rn1 = f(t) x f(ed) x f(n/N)

= 16,057 x 0,11 x 0,55

= 0,96

13. Angka koreksi C dari lampiran 30, untuk bulan Januari diperoleh nilai

C = 1,1

14. Berdasarkan nilai W, (1-W), Rs, Rn1, f(u), ea dan ed, maka dengan

menggunakan persamaan untuk nilai ETo* pada bulan Januari diperoleh :

ETo* = W(0,75 Rs – Rn1) - (1-W) f(u) (ea – ed)

35

Page 36: Habibi.docx

= {0,764 (0,75(7,77 – 0,96)} – {(0,236)(0,80)(35,457 – 27,37)}

= 2,373

15. Berdasarkan nilai ETo* = 2,37 dan nilai C = 1,1, maka nilai ETo pada

bulan Januari diperoleh :

ETo = C x ETo*

= 1,1 x 2,373

= 2,611 mm/hari

= 80,93 mm/bulan

Untuk perhitungan evapotranspirasi potensial bulan berikutnya dapat dilihat pada

lampiran tabel 5.7 berikut.

36

Page 37: Habibi.docx

Data di exel

37

Page 38: Habibi.docx

Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan)

Dalam menentukan debit andalan pada DAS Poboya, digunakan Metode

F. J. Mock.

Data yang menjadi parameter dalam menentukan debit andalan metode

F.J Mock antara lain :

- Data curah hujan bulanan

- Data evapotranspirasi potensial yang dihitung dengan metode Penman

Modifikasi .

- Data jumlah hari hujan

Adapun langkah perhitungan ketersedian air atau debit andalan pada

DAS Poboya dengan Metode F. J. Mock dapat dilihat pada contoh perhitungan

pada bulan Januari tahun 1999 sebagai berikut :

a. Data perhitungan untuk bulan Januari tahun 1999 :

- Curah hujan bulanan (R) = 218 mm/bulan

- Jumlah hari hujan (n) = 28 hari

- Evapotranspirasi potensial bulanan pada tabel 5.7, untuk bulan Januari

diperoleh ETo = 80,93 mm/ bulan

b. Langkah Perhitungan :

1. Penggunaan lahan terbuka berdasarkan pengamatan lapangan, maka

diperkirakan/diasumsikan m = 20 %.

2. Menghitung perubahan evapotranspirasi (ΔE)

ΔE = ETo x x (18 – n)

= 80,93 x x (18 – 28)

= 2,43 mm/bulan

3. Menghitung evapotranspirasi aktual (Ea) :

Ea = ETo – ΔE

= 80,93 – 2,43

38

Page 39: Habibi.docx

= 78,51 mm/bulan

4. Menentukan jumlah keseimbangan air atau water balance (ΔS)

ΔS = R – Ea

= 50 – 78,51

= -28,51 mm/bulan

5. Limpasan badai (SR)

Limpasan badai digunakan apabila terjadi defisit pada jumlah

keseimbangan air dengan faktor limpasan badai (PF) diambil

sebesar 5 %.

SR = PF x R

= 0,05 x 50

= 2,5 mm/bln

6. Menentukan kandungan air tanah (SS)

Karena ΔS negatif (R < Ea), maka sebagian air tanah akan keluar

dan terjadi kekurangan (defisit).

SS = ΔS – SR

= -28,51 – 2,5

= -31,01 mm/bln ≈ 0 mm/bln

7. Menentukan kapasitas kelembaban tanah (soil Moisture)

Untuk kelembaban awal, diambil 200 mm/bulan. Karena pada bulan

Januari kandungan air tanah = 0 mm/bulan atau tidak ada, maka

kelembaban tanah tetap atau sebesar kelembaban awal yaitu 200

mm/bulan. Kelembaban ini merupakan kelembaban dari tahun

sebelumnya.

8. Kelebihan air (Water Surplus)

WS = ∆S – SS

= -28,51 – (0)

= -28,51 mm/bulan ≈ 0 mm/bln

9. Koefisien infiltrasi dan faktor resesi aliran (k) diambil :

- Koefisien infiltrasi (I) = 40 %

39

Page 40: Habibi.docx

- Faktor resesi aliran air (k) = 60 %

10. Menentukan infiltrasi (I)

Untuk infiltrasi dapat dihitung dengan rumus :

I = WS x Koefisien infiltrasi (I)

= 0 x 0,4

= 0 mm/bulan

11. Menentukan volume air tanah

G = 0,5 ( 1 + k ) x I

= 0,5 ( 1 + 0,6 ) x 0

= 0 mm/bulan

12. Menghitung penyimpanan air tanah (water Storage)

Untuk penyimpanan air awal V(n-1) diambil dari bulan sebelumnya =

1,01 mm sehingga:

K x V(n-1) = 0,6 x 1,01

= 0,61 mm

13. Volume penyimpanan

Untuk volume penimpanan (Vn) dapat dihitung dengan rumus :

Vn = ((0,5 (1 +k ) I ) + (k x V(n-1))

= 0 + 0,61

= 0,61 mm/bulan

14. Menghitung perubahan volume aliran air dalam tanah. Untuk

besarnya perubahan volume aliran air dalam tanah (ΔVn) dapat

dihitung dengan rumus :

ΔVn = Vn – V(n—1)

= 0,61 – 1,01

= -0,4 mm/bulan

15. Menentukan aliran dasar (Base Flow)

Aliran dasar (BF) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

BF = I - ΔVn

= 0 – (-0,4)

40

Page 41: Habibi.docx

= 0,4 mm/bulan

16. Menghitungan limpasan langsung (Direct Run Off)

Limpasan lansung DR dapat dihitung dengan rumus :

DR = WS – I

= 0 – 0

= 0 mm/bulan

17. Menentukan total limpasan total (Run Off)

Limpasan total (Ro) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Ro = BF + DR + SR

= 0,4 + 0 + 2,5

= 2,9 mm/bulan

18. Menentukan debit andalan tersedia bulan n (Qn)

Diketahui data-data sebagai berikut :

- Luas Catchment area (A) = 66,84 km²

- Jumlah hari dalam Bulan Januari = 31 hari

Maka, untuk debit tersedia Qn dapat dihitung sebagai berikut :

Qn = = 2,9 x 10−3 x66,84 x 11.6

31 = 0,07 m³/detik

Perhitungan Debit Sesaat

Perhitungan debit sesaat adalah metode perhitungan debit dengan

melakukan peninjauan dan perhitungan langsung di lapangan.

Dalam perhitungan debit sesaat ini menggunakan peralatan sederhana berupa :

1. Bola pingpong ; sebagai alat penghanyut untuk pengukuran kecepatan arus

sungai

2. Tongkat ; sebagai alat pengukur kedalaman sungai

3. Roll meter ; sebagai alat pengukur jarak

4. Stopwatch ; sebagai alat penghitung waktu

41

Page 42: Habibi.docx

5. Peralatan tulis menulis ; sebagai alat untuk mencatat hasil survey

6. Kamera foto ; sebagai alat dokumentasi

Adapun cara pengujian sebagai berikut :

1. Menentukan lokasi pengujian dengan mencari sungai yang landai, tidak

terlalu berkelok, dan tidak terlalu banyak material penghambat seperti

kayu dan bebatuan besar.

2. Tentukan ukuran sungai yang akan digunakan sebagai sampel, kemudian

ukur panjang dan lebarnya.

3. Bagi sampel sungai menjadi beberapa segmen untuk menunjang ketelitian

pengujian, dalam kasus ini sungai dibagi menjadi dua segmen memanjang

dan untuk segmen melintangnya dibagi per 50 cm.

4. Ukur kedalaman sungai pada arah melintang per 50 cm.

5. Hanyutkan bola pingpong dari bagian hulu sungai, hidupkan stopwatch

ketika bola pingpong memasuki lokasi hulu sampel dan hentikan

stopwatch ketika bola pingpong telah mencapai bagian hilir sampel.

Adapun bola pingpong tersebut sebelumnya diisi air ½ bagian untuk

menyesuaikan dengan kecepatan arus sungai.

6. Lakukan pengujian tersebut beberapa kali, dalam kasus ini dilakukan 5

kali pengujian dengan jeda + 30 menit tiap pengujian.

7. Catat seluruh hasil pengujian

42

Page 43: Habibi.docx

43

Gambar 5.8. Pengujian Debit Sesaat : Potongan Melintang

Bagian Hilir

Gambar 5.7. Pengujian Debit Sesaat : Potongan Melintang

Bagian Tengah

Gambar 5.5. Pengujian Debit Sesaat : Potongan Memanjang

Gambar 5.6. Pengujian Debit Sesaat : Potongan Melintang

Bagian Hulu

Page 44: Habibi.docx

Diketahui :

a. Pembacaan

1. 8,11 detik

2. 9,13 detik

3. 9,08 detik

4. 8,28 detik

5. 9,32 detik

b. Pengukuran memanjang

Panjang sampel 1 = 3 m

Panjang sampel 2 = 3 m

c. Pengukuran melintang

Tabel 5.8 Hasil Pengukuran Sungai Arah MelintangHulu

( m )

Tengah

( m )

Hilir

( m )

h1 = 0,40 h1 = 0,20 h1 = 0,30

h2 = 0,45 h2 = 0,30 h2 = 0,40

h3 = 0,40 h3 = 0,40 h3 = 0,45

h4 = 0,40 h4 = 0,35 h4 = 0,45

h5 = 0,35 h5 = 0,35 h5 = 0,30

h6 = 0,35 h6 = 0,35 h6 = 0,35

h7 = 0,30 h7 = 0,40 h7 = 0,30

h8 = 0,30 h8 = 0,40 h8 = 0,35

h9 = 0,25 h9 = 0,30 h9 = 0,30

h10 = 0,20 h10 = 0,20 h10 = 0,20

h11 = 0,20

h12 =

Sumber : Hasil Survey

44

Page 45: Habibi.docx

Pengolahan data :

v = s/t

s = 3 + 3 = 6 m

t1 = 8,11 detik/ 6 m = 1,352 detik/ m

t2 = 9,13 detik/ 6 m = 1,522 detik/ m

t3 = 9,08 detik/ 6 m = 1,513 detik/ m

t4 = 8,58 detik/ 6 m = 1,430 detik/ m

t5 = 9,52 detik/ 6 m = 1,587 detik/ m

t = 7,404/ 5 = 1,481 detik

v = s/t = 6 / 1,481 = 4,051 m/detik

Hulu

a1 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,45)/2 * 0,50 = 0,213 m²

a2 = (h1+h2)/2 * l = (0,45+0,45)/2 * 0,50 = 0,250 m²

a3 = (h1+h2)/2 * l = (0,45+0,40)/2 * 0,50 = 0,213 m²

a4 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,40)/2 * 0,50 = 0,200 m²

a5 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,35)/2 * 0,50 = 0,188 m²

a6 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,35)/2 * 0,50 = 0,175 m²

a7 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,30)/2 * 0,50 = 0,163 m²

a8 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,30)/2 * 0,50 = 0,150 m²

a9 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,25)/2 * 0,50 = 0,138 m²

a10 = (h1+h2)/2 * l = (0,25+0,20)/2 * 0,50 = 0,113 m²

a11 = (h1+h2)/2 * l = (0,20+0,20)/2 * 0,10 = 0,100 m²

a total = 1,903 m²

Tengah

a1 = (h1+h2)/2 * l = (0,20+0,30)/2 * 0,50 = 0,125 m²

a2 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,40)/2 * 0,50 = 0,175 m²

a3 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,35)/2 * 0,50 = 0,188 m²

a4 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,35)/2 * 0,50 = 0,175 m²

45

Page 46: Habibi.docx

a5 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,35)/2 * 0,50 = 0,175 m²

a6 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,40)/2 * 0,50 = 0,188 m²

a7 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,40)/2 * 0,50 = 0,200 m²

a8 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,30)/2 * 0,50 = 0,175 m²

a9 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,20)/2 * 0,20 = 0,125 m²

a total = 1,526 m²

Hilir

a1 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,40)/2 * 0,50 = 0,175 m²

a2 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,45)/2 * 0,50 = 0,213 m²

a3 = (h1+h2)/2 * l = (0,45+0,45)/2 * 0,50 = 0,225 m²

a4 = (h1+h2)/2 * l = (0,45+0,30)/2 * 0,50 = 0,188 m²

a5 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,35)/2 * 0,50 = 0,163 m²

a6 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,30)/2 * 0,50 = 0,163 m²

a7 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,35)/2 * 0,50 = 0,163 m²

a8 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,30)/2 * 0,50 = 0,163m²

a9 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,20)/2 * 0,10 = 0,125 m²

a total = 1,608 m²

a = (a hulu + a tengah + a hilir) / 3

= (1,903 + 1,526 + 1,608) / 3

= 5,037 / 3

= 1,679 m²

Q = a / v

= 1,679 / 4,051

= 0,415 m³/detik

Perbandingan Debit Andalan

Hasil perhitungan debit andalan metode F.J Mock selama periode 20

tahun (1991 – 2010) direkapitulasi untuk selanjutnya jumlah debit setiap bulan

dirangking dari nilai kecil ke besar untuk menentukan debit andalan terpilih. Debit

46

Page 47: Habibi.docx

andalan terpilih jatuh pada rangking m = n/5 + 1 yaitu rangking ke 5. Untuk

perhitungan debit andalan DAS Poboya tahun 1991 – 2010 dapat dilihat pada

lampiran 1 - 20, dan untuk rekapitulasi serta rangking debit andalan dapat dilihat

pada lampiran 21 dan 22. Hasil perbandingan kedua metode diatas dapat dilihat

pada tabel 5.9 berikut.

Tabel 5.2 Perbandingan Debit andalan Metode F.J Mock   Dan Perhitungan Debit Sesaat    

           

BulanCatchment

Area

Debit Andalan

Metode F. J. Mock

Perhitungan Debit Sesaat

Pribadi PU PDAM

(m³/detik) (m³/detik)

Januari 66,84 0,30

0,4150,44

00,500

Februari 66,84 0,29

Maret 66,84 0,27

April 66,84 0,39

Mei 66,84 0,21

Juni 66,84 0,37

Juli 66,84 0,31

Agustus 66,84 0,37

September 66,84 0,23

Oktober 66,84 0,31

November 66,84 0,21

Desember 66,84 0,38

Rata-rata   0,303 0,452

Sumber : Hasil Perhitungan

5.1.2 Analisis Kontinuitas Debit Sungai Poboya

Analisis kontinuitas DAS Poboya dimaksudkan untuk mengetahui

keberlangsungan ketersediaan air pada wilayah tersebut. Hal ini dapat dijadikan

sebagai acuan pemanfaatan sungai Poboya sebagai cadangan sumber air bersih.

Kontinuitas air tidak terlepas dari keberadaan sumber air baku. Debit

air yang menurun akan berpengaruh pada kesinambungan produksi air. Perubahan

47

Page 48: Habibi.docx

fungsi hutan menjadi lahan perkebunan. Pemukiman, pertambangan dan

perkembangan kota akan berpengaruh pada kontinuitas air. Sumber-sumber air

yang tidak dilengkapi dengan alat pengukur debit mengakibatkan air yang

dieksploitasa tidak terkontrol.

Perhitungan kebutuhan air pada Kecamatan Palu Timur (khusus sungai Poboya) :

Untuk pemakaian air pada sambungan PDAM :

a. Kebutuhan air untuk keperluan perumahan, perkantoran, tempat ibadah,

tempat pendidikan, dan tempat perbelanjaan (dirata-ratakan) ditetapkan 3

liter/orang/jam.

b. Jumlah pengguna air PDAM = 4945 jiwa dari 989 sambungan (asumsi 5

jiwa/KK)

c. Lama pemakaian air rata-rata dalam sehari adalah 6 jam.

d. Tingkat pelayanan ditetapkan 77 %.

e. Debit kebutuhan air :

Q = Pn x C x F

= 4945 x (3/(1x3600)) x 6 x 77% = 19,04 L/detik = 0,01904 m³/detik

Tingkat kehilangan air ditetapkan sebesar 40 % dari kebutuhan harian secara

keseluruhan.

Hasil perhitungan kebutuhan debit air dari sungai poboya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5.10. Kebutuhan Debit Air Penduduk Pada Sungai Poboya      

NO. LokasiPenggun

aKebutuhan

Jangka waktu

pemakaian air rata-rata

sehari

Tingkat Pelayanan

Debit Debit

   (Orang)

(L/orang /jam)

(Jam) (%)(L/

detik)(m³/detik)

1Kelurahan Poboya

1795 3 6 100 8,975 0,008975

2Sambungan PDAM

4945 3 6 77 19,04 0,01904

Kebutuhan Debit 28,01 0,02801

Tingkat Kehilangan Air Sebesar 40 % 11,21 0,01121

48

Page 49: Habibi.docx

Total Kebutuhan Debit 39,22 0,03922Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk pemakaian irigasi/ pengairan :

a. Luas area yang diairi :

Sawah = 12,13 ha

Palawija/ Tegalan = 2,10 ha

Kebun = 82,09 ha

Total = 96,32 ha

b. Debit yang digunakan untuk pengairan tersebut = 105 L/detik = 0,105

m³/detik

Proyeksi jumlah penduduk

Metode yang digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk yaitu

metode geometris. Metode perhitungan didasarkan pada angka kenaikan rata –

rata pertahun.

Rumus yang digunakan :

Pt = Po x ( 1 + r ) t

Dimana :

Pt = jumlah penduduk pada waktu t

Po = jumlah penduduk pada waktu to

t = priode waktu perhitungan

r = laju pertumbuhan penduduk

Perhitungan jumlah penduduk dihitung dengan menghitung laju

pertumbuhan penduduk tahun 2005 – 2009 sebagai berikut.

Pt = Po x (1 + r)t

P 2006 = P2005 (1 + r)t

67891 = 66839 (1 + r)t

Log (1 + r) =

Log Pt − Log Pot

=

Log 67891 − Log 668391

= 0,00678

49

Page 50: Habibi.docx

1 + r = Arc Log 0,00678 = 1,01492

r = 1,01492 – 1 = 0,01492

Hasil perhitungan tahun 2005 - 2009 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.11. Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Palu Timur Tahun

2005 Sampai Tahun 2009

TahunJumlah

Penduduk Awal

Jumlah

Penduduk Akhir

Pertumbuhan

Penduduk

2005 – 2006

2006 – 2007

2007 – 2008

2008 – 2009

66893

67891

68686

69651

67891

68686

69651

73073

0,01492

0,01172

0,01405

0,04913

Jumlah 0,08982

Rata-rata 0,02246

Sumber : Hasil Perhitungan

Dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk rata-rata, maka proyeksi

jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Pt = Po (1 + r)t

Pt 2009 = 73073 (1 + 0,02246)1

= 74714,22 dibulatkan: 74715 Jiwa

Proyeksi jumlah penduduk selama 20 tahun yaitu pada tahun 2010 sampai tahun

2029 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.12. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan

Palu Timur Tahun 2010 Sampai Tahun 2029

No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 2010 74715

2 2011 76393

3 2012 78109

4 2013 79863

5 2014 81657

6 2015 82491

50

Page 51: Habibi.docx

7 2016 85366

8 2017 87283

9 2018 89243

10 2019 91248

11 2020 93297

12 2021 95393

13 2022 97535

14 2023 99726

15 2024 101966

16 2025 104256

17 2026 106597

18 2027 108991

19 2028 111439

20 2029 113942

Sumber : Hasil Perhitungan

No.

TahunJumlah

Penduduk (Jiwa)

Persentase Jumlah

Pengguna Air Sungai

Poboya (9 %)

Kebutuhan Air

Penduduk

Kebutuhan Air

Penduduk

Total Kebutuhan

Air (Penduduk +

Irigasi)

Total Kebutuhan

Air (Penduduk +

Irigasi)(L/detik) (m³/detik) (L/detik) (m³/detik)

1 2010 74715 6740 39,22 0,03922 144,22 0,144222 2011 76393 6875 42,59 0,04259 147,59 0,147593 2012 78109 7030 43,55 0,04355 148,55 0,148554 2013 79863 7188 44,53 0,04453 149,53 0,149535 2014 81657 7349 45,53 0,04553 150,53 0,150536 2015 82491 7424 45,99 0,04599 150,99 0,150997 2016 85366 7683 47,60 0,04760 152,60 0,152608 2017 87283 7855 48,66 0,04866 153,66 0,153669 2018 89243 8032 49,76 0,04976 154,76 0,15476

51

Tabel 5.13. Proyeksi Jumlah Penduduk Kec. Palu Timur

Terhadap Kebutuhan Air Bersih Sungai Poboya

Lanjutan Tabel 5.12. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan

Palu Timur Tahun 2010 Sampai Tahun 2029

Page 52: Habibi.docx

10 2019 91248 8212 50,88 0,05088 155,88 0,15588

11 2020 93297 8397 52,02 0,05202 157,02 0,1570212 2021 95393 8585 53,19 0,05319 158,19 0,1581913 2022 97535 8778 54,38 0,05438 159,38 0,1593814 2023 99726 8975 55,60 0,05560 160,60 0,1606015 2024 101966 9177 56,85 0,05685 161,85 0,1618516 2025 104256 9383 58,13 0,05813 163,13 0,1631317 2026 106597 9594 59,43 0,05943 164,43 0,1644318 2027 108991 9809 60,77 0,06077 165,77 0,1657719 2028 111439 10030 62,13 0,06213 167,13 0,1671320 2029 113942 10255 63,53 0,06353 168,53 0,16853

Sumber : Hasil Perhitungan

5.1.3 Analisis Kualitas Sungai Poboya

Pemeriksaan kualitas sumber air baku merupakan pemeriksaan awal

sebelum air baku diproses di Instalasi pengolahan, karena dari pemeriksaan ini

dapat diketahui kandungam zat organik atau bekteriologis yang ada di dalamnya

untuk menentukan berapa volume desinfektan yang akan digunakan untuk proses

pengolahan air baku tersebut menjadi air minum sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Pemeriksaan kualitas air minum di bedakan atas :

a. Pemeriksaan fisik

b. Pemeriksaan kimiawi

c. Pemeriksaan radioaktif, dan bakteriologis

Berdasarkan keempat parameter pemeriksaan kualitas air di atas

hanya pemeriksaan fisik, kimia dan bakteriologis yang dilakukan pengujiannya.

Pemeriksaan ini dilakukan secara manual dengan metode gravimetrik dan metode

volumetrik. Dari 4 sumber air baku yang semuanya masih hingga saat ini.

Berdasarkan hasil analisis data, pemeriksaan hanya dilakukan satu

kali yaitu tahun tahun 2010, dan pada tahun sebelumnya tidak dilakukan

pemeriksaan.

52

Catatan : Kebutuhan Air Irigasi = 105 L/detik = 0,105 m³/detik

Lanjutan Tabel 5.13. Proyeksi Jumlah Penduduk Kec. Palu Timur

Terhadap Kebutuhan Air Bersih Sungai Poboya

Page 53: Habibi.docx

Berdasarkan pengolahan data tentang pemeriksaan yang pernah dilakukan oleh

PDAM Kota Palu meliputi parameter :

a. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang diperiksa adalah kejernihan, bau, rasa, dan warna.

Berdasarkan hasil analisis data, pemeriksaan hanya dilakukan pada tahun 2010

pada tahun-tahun sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan.

Adapun hasil pemeriksaan pada tahun 2010 adalah Pemeriksaan pada bulan

mei, dari parameter fisik yang ada 1 sumber air baku yang diperiksa dari

empat sumber air baku. Sumber air yang diperiksa adalah sungai poboya. Pada

pemeriksaan sungai poboya ini, kekeruhan memenuhi syarat yang di inginkan

yaitu 1,01 NTU yang seharusnya 5 NTU dan baik digunakan untuk air bersih

dan air minum.

b. Pemeriksaan Kimiawi

Dari hasil analisis data tentang pemeriksaan kimiawi pada sumber air baku,

pemeriksaan tidak dilakukan secara keseluruhan untuk semua sumber.

Berdasarkan analisis pada tahun 2010 pemeriksaan dilakukan pada bulan mei

untuk sungai poboya, tiga sumber air baku tidak diperiksa.Pada pemeriksaan

sungai poboya, mangan < 0,1 yang seharusnya 0,1, klorida 21 mg/L yang

seharusnya 600 mg/L, pH 6 yang seharusnya 6,5-9, dan zat padat terlarut 360

mg/L yang seharusnya 1000 mg/L dan baik digunakan untuk air bersih atau air

minum karena memenuhi standar yang ditetapkan.

Pada bulan juni 2010 pemeriksaan dilakukan pada sumber air air poboya yaitu

merkuri(Hg) yang berada di ambang batas yaitu 0,001 mg/L.

c. Pemeriksaan Radioaktif dan Bakteriologis

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak PDAM bahwa

pemeriksaan Radioaktifitas dan Bakteriologis tidak pernah dilakukan di sumber

air baku dengan pertimbangan bahwa semua sumber air baku PDAM Kota Palu

masih bersih dari bahan yang berbahaya.

Hasil penelitian Asosiasi Pertambangan Rakyat Indonesia (Asperi) :

53

Page 54: Habibi.docx

Tabel 5.14. Kandungan Kimia Sungai Poboya Berdasarkan Penelitian Asperi

Obyek Penelitian Kandungan Kimia

Air PDAM Bak Kotor Merkuri 0,005 ppm

Air PDAM Bak Bersih Merkuri 0,004 ppm

Tanah Permukiman sekitar tambang Merkuri 0,596 ppm

Air Sungai Poboya Hilir-Hulu Merkuri 0,005-0,060 ppm

Sedimen Sungai Poboya Hilir-Hulu Merkuri 0,004-0,580 ppm

Limbah Cair di Area Tromol Merkuri 0,005-0,040 ppm

Limbah Padat di Area Tromol Merkuri 0,808-0,882 ppm

Udara di atas Tong Sulfat 934,73 ug/Nm3

Nitrit 50,47 ug/Nm3

Asam Sianida Tidak Terdeteksi

Karbon Dioksida 3120 ug/Nm3

Sumber : Hasil Penelitian Tim Independen Asperi, 2010

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kuantitas Debit Sungai Poboya

Dari hasil perhitungan debit andalan dengan kedua metode tersebut,

dapat dilihat hasil perbandingannya yang disajikan pada tabel 5.2. Rata-rata dari

kedua metode tersebut mempunyai debit yang sangat berbeda, dimana debit

dengan metode F.J Mock mempunyai debit rata-rata sebesar 0,303 m3/detik dan

debit dengan metode perhitungan debit sesaat sebesar 0,452 m3/detik dengan luas

DAS 75,78 km².

Perbedaan debit yang dihasilkan setiap bulan tersebut dipengaruhi

oleh faktor curah hujan evapotranspirasi (data klimatologi) dan jenis tanah. Curah

hujan yang tinggi akan menambah besar debit andalan, begitu pula sebaliknya.

Evapotranspirasi adalah kehilangan air dari lahan dan permukaan air dari suatu

aliran sungai akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi.

Hampir seluruh tanah pada bagian DAS Poboya mempunyai tekstur

tanah kasar dengan unsur dominan pasir kerikil/porous. Pasir yang memiliki sifat

permeabilitas yang tinggi sehingga air lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah.

54

Page 55: Habibi.docx

Pembukaan lahan juga mempengaruhi kelembaban tanah, karena dibagian hilir

pembukaan lahan cukup besar maka tanah menjadi kering dan air mengisi pori–

pori tanah, sehingga air lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah.

Selain itu perbedaan debit yang diperoleh dari kedua metode tersebut

dipengaruhi oleh cara perhitungan yang digunakan. Pada metode F.J Mock

perhitungan debit andalan didasarkan pada data curah hujan, klimatologi

(temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari) dan

luas catchment area. Sedangkan pada metode Perhitungan debit sesaat dilakukan

pengukuran debit secara langsung di lapangan tanpa menngunakan data

klimatologi maupun curah hujan.

Kedua metode tersebut mempunyai keuntungan dan kekurangan.

Keuntungan dari metode F.J Mock ini yaitu hasil analisis yang diperoleh akan

lebih akurat sebab metode ini lebih banyak mempertimbangkan keadaan

alam/cuaca yang sangat mempengaruhi ketersediaan air pada suatu sungai dan

kekurangannya yaitu metode ini banyak menggunakan data terukur, sehingga

apabila salah satu data terukur tidak diketahui maka metode ini tidak dapat

digunakan. Sedangkan keuntungan dari metode perhitungan debit sesaat yaitu

dapat diketahui secara langsung debit andalan yang tersedia pada sungai tersebut

dengan perhitungan debit yang mudah tanpa perlu mengumpulkan data-data

klimatologi, curah hujan, maupun jenis tanah, dan kekurangannya adalah tidak

dapat diketahui debit yang tersedia pada sungai tersebut untuk jangka panjang

dikarenakan tidak adanya perhitungan mengenai kondisi alam sekitar sungai.

5.2.2 Kontinuitas Debit Sungai Poboya

Kontinuitas produksi sangat dipengaruhi oleh keadaan kuantitas dan

kualitas air baku. Debit air yang menurun akan mengganggu kesinambungan

suplai air kepada pelanggan, yang seharusnya dapat dilayani selama 24 jam

menjadi lebih pendek atau sistem pendistribusian air secara bergiliran untuk

beberapa wilayah pelayanan. Kualitas air yang jelek sangat mempengaruhi

kontinuitas air kepada pelanggan, dimana air bak yang jelek tidak sanggup diolah

karena memerlukan bahan-baha kimia yang lebih banyak dan harganya cukup

55

Page 56: Habibi.docx

mahal. Disamping itu, kekeruhan air yang tinggi biasanya tidak diolah sehingga

air yang sampai kepada pelanggan keruh atau produksi terhenti. Berdasarkan hasil

survey di PDAM bahwa hingga saat ini penggiliran pendistribusian air masih

berlangsung.

Sungai Poboya digunakan oleh penduduk sekitar sungai dan

kebutuhan air bersih yang dikelola oleh PDAM Kota Palu. Sungai Poboya itu

sendiri tidak meng-cover seluruh wilayah Kecamatan Palu Timur, melainkan

hanya pada Kelurahan Poboya, dan sebagian dari Kelurahan Tondo, Besusu

Timur, dan Talise. Sedangkan untuk Kelurahan Besusu Tengah, Besusu Barat,

Lasoani, Layana Indah, dan sebagian Kelurahan Tondo, Besusu Timur, dan Talise

digunakan sumber dari sungai Kawatuna, Watu Tela, dan sungai lainnya yang

juga dikelola oleh PDAM Donggala.

PDAM Kota Palu sendiri tidak meiliki data secara spesifik mengenai

jumlah pelanggan dalam satuan orang/ jiwa, dan hanya mempunyai data dalam

satuan sambungan. Data yang diperoleh menunjukan ada 989 sambungan, dengan

asumsi 5 orang per sambungan maka diperoleh 4945 jiwa. Jumlah tersebut

ditambahakan dengan jumlah penduduk Kelurahan Poboya yaitu 1795 jiwa,

sehingga diperoleh jumlah pengguna air bersih PDAM Kota Palu yaitu 6740 jiwa.

Hasil tersebut dipresentasekan terhadap jumlah penduduk seluruh Kecamatan Palu

Timur yaitu 74715 jiwa. Maka diperoleh persentase pengguna air bersih PDAM

Kota Palu adalah 9 % dari total jumlah penduduk Kecamatan Palu Timur. Hasil

tersebut yang kemudian dijadikan acuan untuk memperhitungkan proyeksi

kebutuhan air berish penduduk Kecamatan Palu Timur terhadap ketersediaan air

pada sungai Poboya sampai 20 tahun mendatang. Dari jumlah 989 sambungan

tersebut terdapat 172 sambungan yang overlap atau berada di luar kawasan Palu

timur, sehingga terjadi interkoneksi dengan PDAM Donggala.

Dari perhitungan kebutuhan air terhadap DAS Poboya dapat diketahui

bahwa kebutuhan air bersih penduduk yaitu 39,22 L/detik atau 0,03922 m³/detik,

sedangkan kebutuhan air untuk irigasi adalah 105 L/detik atau 0,105 m³/detik,

sehingga diperoleh total kebutuhan air adalah 144,22 L/detik atau 0,14422

m³/detik. Dengan proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air sampai dengan

56

Page 57: Habibi.docx

tahun 2029 (20 tahun) diperoleh 63,53 L/detik atau 0,06353 m³/detik untuk

kebutuhan air bersih penduduk, sehingga didapatkan total kebutuhan air bersih

penduduk dan pengairan irigasi pada tahun 2029 adalah 168,53 L/detik atau

0,16853 m³/detik.

5.2.3 Kualitas Sungai Poboya

Dari hasil pengujian kualitas air baik dari segi fisik maupun kimiawi,

diperoleh diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.15. Hasil Pengujian Fisik Kandungan Air Sungai Poboya

Jenis Pengujian Kandungan Syarat

Kekeruhan Air 1,01 NTU 5 NTU

Sumber : PDAM Kota Palu, 2010

(Dari segi fisik air aman dikonsumsi)

Tabel 5.16. Hasil Pengujian Kimia Kandungan Air Sungai Poboya

Jenis Pengujian Kandungan Syarat

Kandungan Mangan < 0,1 0,1

Kandungan Klorida 21 mg/L 600 mg/L

Kandungan pH 6 6,5 – 9

Kandungan Zat Padat Terlarut 360 mg/L 1000 mg/L

Kandungan Merkuri (Hg) 0,001 mg/L 0,001 mg/L

Sumber : PDAM Kota Palu, 2010

(Dari segi kimiawi air aman dikonsumsi)

Pengujian radioaktif dan bakteriologis tidak dilakukan dengan pertimbangan

intake pengambilan air DAS Poboya masih aman dari radioaktif dan bakteriologis

karena jauh dari jangkauan masyarakat umum.

Dengan membandingkan hasil pengujian yang dilakukan oleh PDAM dan Asperi,

maka dapat dilihat bahwa ada perbedaan hasil yaitu :

57

Page 58: Habibi.docx

Tabel 5.17. Perbandingan Hasil Pengujian Merkuri (Hg) PDAM dan Asperi

PDAM Asperi

Merkuri (Hg) 0,001 ppm Merkuri (Hg) 0,004 – 0,005 ppm

Sumber : PDAM Kota Palu & Asperi

Dengan melandaskan pada pengujian PDAM maka air DAS Poboya

aman dikonsumsi, namun jika dilandaskan pada pengujian Asperi maka air DAS

Poboya berbahaya untuk dikonsumsi karena mengandung zat kimia yang

melebihi batas aman konsumsi.

58

Page 59: Habibi.docx

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Ditinjau dari segi kuantitas dapat diketahui bahwa debit andalan yang ada

pada sungai Poboya berkisar antara 303 – 452 L/detik atau 0,303 – 0,452

m³/detik. Dan hingga saat ini baru termanfaatkan 144,22 L/detik atau 0,14422

m³/detik dengan sisa debit yang belum termanfaatkan berkisar antara 158,78

– 307,78 L/detik atau 0,15878 – 0,30778 m³/detik, yang berarti kuantitas

DAS Poboya cukup memadai.

2. Ditinjau dari segi kontinuitas, dengan mengabaikan kondisi alam yang akan

terjadi antara tahun 2010 hingga tahun 2029, maka dapat disimpulkan bahwa

debit yang tersedia pada DAS Poboya masih mencukupi untuk kebutuhan air

bersih dan pengairan irigasi. Dimana debit yang dibutuhkan adalah 168,53

L/detik atau 0,16853 m³/detik, dan debit yang tersedia berkisar antara 303 –

452 L/detik atau 0,303 – 0,452 m³/detik. Akan tetapi dengan meningkatnya

kebutuhan air, maka perlu ada penambahan instalasi pengolahan air (IPA)

untuk 20 tahun ke depan. Dimana instalasi yang ada saat ini hanya

berkapasitas 30 L/detik.

3. Ditinjau dari segi kualitas dapat diketahui bahwa air pada intake sungai

Poboya masih aman untuk dikonsumsi sebagai air bersih, baik ditinjau dari

kandungan fisik air maupun kandungan kimia, karena masih berada di bawah

ambang batas keamanan yang disyaratkan.

59

Page 60: Habibi.docx

6.2 Saran

1. Sebaiknya perlu ada bantuan langsung dari pihak fakultas terhadap

mahasiswa yang melakukan survey atau pencarian data pada pihak-pihak

terkait agar mempermudah dalam prosesnya sehingga tidak terlalu

menghambat dalam pengerjaan skripsi.

2. Pengadaan AWLR/ alat pengukur debit langsung sangat diperlukan untuk

pengambilan data debit yang lebih akurat.

3. Pemeriksaan terhadap kualitas air perlu ditingkatkan untuk semua sumber air

dan reservoir terhadap parameter yang telah ditentukan (Men-Kes 907/ Men-

Kes/VII/2002).

4. Sebaiknya perlu dilakukan pengujian dan perhitungan dalam survey lapangan,

khususnya pada perhitungan permukaan lahan terbuka dan kapasitas

kelembaban tanah, agar perhitungan debit andalan bisa lebih akurat.

60