habibi.docx
DESCRIPTION
skripsiTRANSCRIPT
![Page 1: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi kehidupan
manusia. Sebagai salah satu sumber daya alam, air merupakan faktor yang sangat
penting dan mutlak untuk sumber kehidupan. Air bergerak mengikuti daur
hidrologi dan terbagi secara tidak merata menurut geografi maupun musim,
sehingga air yang tersedia terutama yang terdapat di atas bumi dari waktu ke
waktu besarnya tidak tetap.
Pemanfaatan sumber daya air secara optimal harus dilakukan mengingat
Indonesia merupakan negara agraris memilki dua musim, yaitu musim kemarau
dan musim penghujan. Perbedaan musim tersebut yang menyebabkan persediaan
air pada setiap daerahnya menjadi berbeda.
Pada musim hujan, hujan yang turun langsung menjadi limpasan yang
menyebabkan peningkatan volume limpasan permukaan secara cepat dan periode
waktu yang pendek sehingga terjadi peningkatan debit yang cukup besar.
Sedangkan pada musim kemarau air lebih banyak terinfiltarsi ke dalam tanah
disebabkan oleh jenis tanahnya dan penguapan baik oleh tanaman (transpirasi)
dan evaporasi sehingga debit yang ada sangat kecil.
Indonesia termasuk salah satu Negara yang diproyeksikan akan mengalami
krisis air pada 2025 karena pengelolaan air yang lemah, terutama pemakaian air
yang kurang efisien. Derajat kelangkaan air makin meningkat. Penduduk yang
bertambah dengan cepat disertai pola hidup yang menuntut penggunaan air yang
relatif banyak, makin menambah tekanan terhadap kuantitas air (H. Sosiawan dan
K. Subagyono, 2009).
Poboya adalah salah satu kelurahan yang berada di Kota Palu, tepatnya
berada di Kecamatan Palu Timur. Poboya termasuk daerah yang memiliki hutan
yang merupakan daerah penyangga air untuk Palu dan sekitarnya. Wilayah hutan
di sekitar kawasan DAS Poboya merupakan daerah tangkapan hujan (sumber air).
1
![Page 2: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/2.jpg)
Secara umum dari karakteristik DAS Poboya yang meliputi bentuk,
topografi, jenis tanah, vegetasi, dan penggunaan lahan sangat memungkinkan
terjadinya runoff dan erosi pada kondisi iklim dengan curah hujan tinggi. Pada
dasarnya aliran sungai Poboya sama seperti sungai pada umumnya yang terdiri
dari 3 komponen penting aliran, yaitu limpasan permukaan, aliran antara, dan
aliran dasar. Ketiga komponen tersebut akan menimbulkan debit pada sungai.
Pada wilayah sekitar DAS Poboya digunakan sebagai tempat pengambilan
material, seperti pasir, batu-batuan, serta penambangan emas yang digunakan
sebagai sumber pendapatan. Dampak terhadap kegiatan ini adalah terjadinya
perubahan terhadap kondisi alur sungai tersebut yang memperbesar peluang
terjadinya erosi, sehingga dapat menambah muatan sedimen yang dibawa oleh air
sehingga dapat memepengaruhi kondisi debit sungai tersebut.
Daya beli masyarakat terhadap air yang disediakan oleh lembaga pelayanan
pemerintah seperti PDAM, khususnya di Kota Palu cukup memadai, sehingga
masyarakat tidak merasa sulit dalam mendapatkan air. Sebagian masyarakat juga
memanfaatkan air bawah permukaan dengan menggunakan pompa, dan sangat
jarang memikirkan dampak penurunan tinggi muka air bawah permukaan dan
intrusi air laut.
Aspek yang sangat penting dalam kajian ketersediaan air pada intake DAS
Poboya adalah besarnya debit andalan. Debit andalan dapat ditentukan dengan
cara pengukuran langsung dilapangan dengan menggunakan alat pengukur debit.
Perhitungan banyaknya air yang dibutuhkan untuk suplai air bersih dapat
dilakukan dengan mengadakan penelitian-penelitian serta pengukuran langsung di
lapangan dan dapat pula dilakukan dengan cara kombinasi yaitu pengukuran
langsung di lapangan dan perhitungan dengan menggunakan data iklim secara
bersamaan.
Dengan di dasari latar belakang tersebut timbul pemikiran penulis untuk
mengadakan penelitian dalam bentuk penulisan Tugas Akhir dengan judul :
“ANALISIS KELAYAKAN DEBIT ANDALAN SUNGAI POBOYA UNTUK SUPLAI AIR
BERSIH PALU TIMUR”
2
![Page 3: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/3.jpg)
1.2 Rumusan masalah
Rumusan yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah menganalisa
jumlah debit minimum (andalan) yang ada pada sungai Poboya, apakah sudah
cukup memadai untuk seluruh kawasan Palu Timur ataukah membutuhkan suplai
dari sungai lain untuk memenuhi kebutuhan debit yang belum terpenuhi.
1.3 Batasan Masalah
Pada penulisan Tugas Akhir ini pembahasan yang akan dibahas dibatasi
hanya pada hal-hal berikut :
1. Analisis kuantitas DAS Poboya dengan menganalisa debit andalan
menggunakan metode F.J Mock dan perhitungan debit sesaat.
2. Analisis ketersediaan dan kontinuitas DAS Poboya.
3. Analisis kualitas air pada DAS Poboya untuk kelayakan air bersih.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran debit andalan
sungai Poboya yang bertujuan untuk suplai kawasan Palu Timur.
1.5 Metode Penulisan
Ada beberapa proses dalam penyusunan laporan penulisan penelitian ini
diantaranya :
1. Studi Pustaka
Mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan materi, judul,
tentang hidrologi, juga berupa literatur sebagai landasan teori serta pedoman
penulisan dan penelitian.
2. Observasi Lapangan
Melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui langsung kondisi yang
terjadi di lokasi penelitian.
3
![Page 4: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/4.jpg)
3. Pengumpulan data sekunder
Berupa pengumpulan data – data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh
dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), Departemen
PU (Pekerjaan Umum), PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan BPS
(Badan Pusat Statistik).
4. Analisis kelayakan debit
5. Pembuatan laporan.
4
![Page 5: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Keadaan Geografis Lokasi Penelitian
Kecamatan Palu Timur termasuk wilayah Kota Palu Propinsi Sulawesi
Tengah, yang mempunyai luas wilayah ± 186,53 km2, dan berada di tengah-
tengah Kota Palu. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Sumber : Bakosurtanal dan Beppeda Kota Palu
Gambar 2.1 Lokasi Penelitian
Keberadaan Sungai Poboya di daerah Kecamatan Palu Timur dinilai
sangat strategis karena digunakan sebagai sumber air baku air minum
penduduk. Selain itu didukung oleh keberadaan hutan lindung yang masih luas
didaerah hulu sungai Poboya yang berfungsi sebagai catcment area untuk
mengurangi kelebihan air akibat adanya hujan.
5
Lokasi Penelitian
![Page 6: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/6.jpg)
Adapun manfaat Sungai Poboya adalah :
a. Sebagai sumber bahan baku air minum Penduduk (PDAM)
b. Sebagai sumber air bersih bagi keperluan rumah tangga dan industri
c. Sebagai sumber irigasi pertanian, pertambangan dan perkebunan.
Melihat kepentingan dan ketergantungan masyarakat akan keberadaan
Sungai Poboya peranannya cukup tinggi, namun disisi lain perhatian terhadap
kuantitas dan kualitas Sungai Poboya beserta anak-anak sungainya kurang
mendapat perhatian dalam pemanfaatanya.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Palu Timur sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Palu Utara
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Donggala dan Kabupaten
Parigi Moutong
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palu Selatan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Palu Barat dan Teluk Palu
Kecamatan Palu Timur merupakan daerah dengan bentuk topografi
yang bervariasi, yaitu dataran + 78%, perbukitan + 13% dan pegunungan + 9%.
(Sumber : Kantor Camat Palu Timur)
2.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Palu Timur
Dari data yang diperoleh, jumlah penduduk Kecamatan Palu Timur
pada tahun 2010 yaitu sebanyak 73.073 jiwa, dengan luas wilayah
± 186,53 km², maka kepadatan penduduk di daerah ini sebesar
± 392 Penduduk/ km2. Kecamatan Palu Timur, merupakan salah satu Kelurahan
yang mempunyai kepadatan penduduk yang padat.
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Palu)
Angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa daerah ini pada
umumnya ternasuk padat. Sehingga daya dukung wilayah yang tinggi
menyebabkan daerah ini terkesan berpenduduk banyak.
6
![Page 7: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/7.jpg)
Tabel 2.1. Rincian Wilayah Kecamatan Palu Timur
Kelurahan RW RT
Besusu Barat 9 23
Besusu Tengah 3 14
Besusu Timur 4 20
Talise 8 50
Lasoani 8 25
Poboya 4 8
Tondo 15 40
Layana Indah 6 19
Sumber : Data Kelurahan, 2010
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Palu Timur
No Jenis Kelamin Jumlah
1
2
Laki-laki
Perempuan
36.667
36.406
73.073
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Palu, 2010
7
![Page 8: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sungai
Sungai adalah perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya.
Alur sungai adalah suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat
mengalirnya air yang berasal dari air hujan.
Menurut Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk
Bangunan di Sungai, Sungai adalah wadah atau penampung dan penyalur alamiah
dari aliran air dengan segala yang terbawa dari DPS (Daerah Pengaliran Sungai)
ke tempat yang lebih rendah dan berakhir di laut. Dalam pengertian/definisi yang
lain, sungai merupakan jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai dengan
muara yang dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengaliran oleh daerah
sempadan. Sungai dapat di bagi menjadi :
a. Sungai utama (Main river), adalah sungai yang daerah pengalirannya
panjang dan volume airnya yang paling besar.
b. Anak Sungai (Tributay), adalah cabang-cabang dari sungai utama.
c. Cabang sungai (enffluent), merupakan cabang-cabang yang terbentuk pada
daerah sebelum berakhirnya aliran pada sebuah danau atau laut.
3.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daerah yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung yang menampung dan menyimpan
air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah
daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau Catchment Area)
yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya
alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumber
daya alam (Chay Asdak, 2002).
Daerah Aliran Sungai (DAS) biasanya dapat dibagi menjadi daerah hulu,
tengah dan hilir. Setiap bagian DAS memiliki karakteristik yang spesifik dan
berkaitan erat dengan unsur-unsur utamanya. Karakteristik suatu DAS dapat
8
![Page 9: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/9.jpg)
dilihat dari aspek biofisik, klimatik, sosial, ekonomi, organisasi pengelolaan dan
aspek kelembagaan lainnya dimana satu sama lain saling mempengaruhi.
Dilihat dari aspek biofisik, daerah hulu suatu DAS pada umumnya
merupakan daerah konservasi, memiliki kerapatan drainase yang tinggi, memiliki
kemiringan lahan yang besar (>15%) dan pada umumya merupakan daerah
berhutan. Dengan kondisi topografi yang curam, daerah hulu memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi terhadap erosi dan tanah longsor, oleh karena itu biasanya
daerah ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan tujuan perlindungan
terhadap air dan tanah karena itu bentuk penggunaan lahan dipertahankan sebagai
hutan. Sementara DAS hilir pada umumnya merupakan daerah pemanfaatan yang
memiliki drainase lebih kecil dibanding daerah hulu, memiliki kemiringan lereng
yang relatif kecil sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian dan pemukiman penduduk.
Iklim dan hidrologi pada suatu DAS memiliki hubungan yang erat dalam
membentuk karakteristik DAS. Iklim menentukan besar kecilnya jumlah air pada
suatu DAS yang tentunya akan berpengaruh kepada mekanisme atau proses yang
terjadi dalam DAS tersebut misalnya penyebaran, daur dan prilaku air.
Karakteristik DAS juga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi
yang terjadi dalam DAS, salah satunya dapat dilihat dari aspek penggunaan lahan
pada daerah hulu, pertengahan maupun daerah hilir. Seiring perkembangan/
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi pada wilayah suatu DAS
mengakibatkan semakin tingginya intensitas penggunaan lahan dan alih fungsi
penggunaan yang disesuaikan dengan kebutuhan sosial dan ekonomi yang
berkembang pada daerah/ wilayah DAS. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi
pola pemanfaatan DAS.
3.3 Siklus Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan
gerakan air di alam kita. Secara khusus menurut SNI No. 1724-1989-F hidrologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem kejadian air di atas, pada,
permukaan dan di dalam tanah (Soemarto, 1999).
9
![Page 10: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/10.jpg)
Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke
permukaan tanah, dan akhirnya mengalir kembali ke laut. Air tersebut akan
tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk dan dalam tanah, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup. Siklus hidrologi dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Sumber : Artikel Hidrologi
Air laut menguap karena radiasi matahari menjadi awan kemudian awan
yang terjadi oleh penguapan air bergerak di atas daratan karena tertiup angin.
Presipitasi yang terjadi karena adanya tabrakan antara butir – butir uap air akibat
desakan angin, dapat berbentuk hujan atau salju. Setelah jatuh ke permukaan
tanah, akan menimbulkan limpasan (runoff) yang mengalir kembali lagi ke laut.
Dalam usahanya untuk mengalir kembali ke laut beberapa di antaranya masuk
kedalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi) ke dalam
daerah jenuh yang terdapat di bawah permukaan air tanah atau yang juga
dinamakan permukaan freatik. Air dalam daerah ini bergerak perlahan – lahan
melewati akuifer masuk kesungai atau kadang – kadang langsung masuk ke laut.
Air yang masuk ke dalam tanah (infiltrasi) memberi hidup kepada
tumbuhan namun ada di antaranya naik ke atas lewat akuifer diserap akar dan
batangnya, sehingga terjadi transpirasi, yaitu evaporasi (penguapan) lewat tumbuh
– tumbuhan melalui bagian bawah daun (stomata).
10
Gambar 3.1 Siklus Hidrologi
![Page 11: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/11.jpg)
Air yang tertahan di permukaan tanah (surface detention) sebagian besar
mengalir masuk ke sungai – sungai sebagai limpasan permukaaan (surface runoff)
ke dalam palung sungai. Permukaan sungai dan danau juga mengalami penguapan
(evaporasi), sehingga masih ada lagi air yang dipindahkan menjadi uap. Akhirnya,
air yang tidak menguap ataupun mengalami infiltrasi tiba kembali ke laut lewat
palung – palung sungai. Air tanah yang bergerak jauh lebih lambat mencapai laut
dengan jalan keluar melewati alur – alur masuk ke sungai atau langsung
merembes ke pantai – pantai. Dengan demikian seluruh siklus telah dijalani,
kemudian akan berulang kembali. Komponen-komponen dari peristiwa siklus
hidrologi meliputi penguapan (evaporasi), hujan (presipitasi), transpirasi,
rembesan ke dalam tanah (infiltrasi), aliran permukaan (runn off) dan aliran air
tanah (ground water).
3.4 Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan
tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa
penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Sehingga evapotranspirasi yaitu air
dalam tanah yang bergerak naik ke udara (penguapan) melalui tumbuh-tumbuhan.
Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi
itu disebut evapotranspirasi potensial. Evapotranspirasi merupakan faktor dasar
untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses
yang penting dalam siklus hidrologi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi adalah
suhu (temperatur), kelembaban, kecepatan angin, sinar matahari yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.
a. Evaporasi
Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang pengembangan
sumber – sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai,
besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi,
penggunaan konsumtif (comsumptive use) untuk tanaman dan lain – lain.
Evaporasi yaitu penguapan melalui permukaan air. Air akan menguap dari
dalam tanah, baik tanah gundul atau yang tertutup oleh tanaman dan
11
![Page 12: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/12.jpg)
pepohonan, permukaan tidak tembus air seperti atap dan jalan raya, air bebas
dan air mengalir. Laju evaporasi atau penguapan akan berubah – ubah
menurut warna dan sifat pemantulan permukaan dan berbeda pada permukaan
yang langsung tersinari matahari (air bebas) dan yang terlindung. Besarnya
faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah sebagai
berikut :
- Radiasi matahari, evaporasi merupakan konversi air ke dalam uap air.
Proses ini berjalan terus hampir tanpa berhenti di siang hari dan kerap kali
juga di malam hari. Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini
memerlukan energi berupa panas laten (tersembunyi) untuk evaporasi.
Proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung.
Awan merupakan penghalang radiasi matahari dan menghambat proses
evaporasi.
- Angin, jika menguap ke atmosfir maka lapisan batas antara permukaan
tanah dan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan
berhenti. Agar proses tersebut dapat berjalan terus, lapisan jenuh harus
diganti dengan udara kering. Pergantian itu hanya mungkin kalau ada
angin, yang akan menggeser komponen uap air. Jadi, kecepatan angin
memegang peranan penting dalam proses evaporasi.
- Kelembaban relatif, faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah
kelembaban relatif udara. Jika kelembaban relatif ini naik, maka
kemampuan udara untuk menyerap air akan berkurang sehingga laju
evaporasinya menurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan
udara dengan udara yang sama kelembaban relatifnya tidak akan
mempengaruhi dalam memperbesar laju evaporasinya.
- Suhu (temperatur), seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa energi
sangat diperlukan agar evaporasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah
cukup tinggi, proses evaporasi berjalan lebih cepat dibandingkan dengan
jika suhu udara dan tanah rendah dengan adanya energi panas yang
tersedia. Kemampuan udara untuk menyerap uap air naik jika suhunya naik,
maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi
12
![Page 13: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/13.jpg)
dengan mempengaruhi kemampuan udara menyerap uap air dan
mempengaruhi suhu tanah yang akan mempercepat penguapan. Sedangkan
suhu tanah dan air hanya mempunyai efek tunggal.
b. Transpirasi
Transpirasi yaitu penguapan melalui daun-daun tanaman. Semua jenis
tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya. Masing –masing
tanaman berbeda kebutuhan airnya. Hanya sebagian kecil air saja yang
tertinggal di dalam tubuh tumbuh – tumbuhan, sebagian besar air setelah
diserap lewat akar – akar dan dahan – dahan ditranspirasikan lewat daun.
Dalam kondisi medan tidak mungkin membedakan antara evaporasi dengan
transpirasi jika tanahnya tertutup oleh tumbuh – tumbuhan. Kedua proses
tersebut evaporasi dan transpirasi, saling berkaitan, sehingga dinamakan
evapotranspirasi.
Jumlah kadar air yang hilang dari tanah oleh evapotranspirasi
tergantung pada :
- Persediaan air yang cukup (hujan dan lain – lain)
- Faktor – faktor iklim seperti suhu, kelembaban dan lain – lain.
- Tipe dan cara kultivasi (pengolahan lahan pertanian) tumbuh – tumbuhan
tersebut.
Jumlah air yang ditranspirasikan dapat bertambah besar, misalnya pada
pohon besar yang akar – akarnya sangat dalam dan menembus tanah. Jumlah
air yang ditranspirasikan akan lebih banyak dibandingkan jika air itu
dievaporasikan sebagai air bebas.
Proses transpirasi berjalan terus hampir sepanjang hari di bawah
pengaruh sinar matahari. Pada malam hari pori – pori daun menutup. Pori –
pori tersebut terletak di bagian bawah daun, yang disebut stomata. Apabila
pori – pori ini menutup menyebabkan terhentinya proses transpirasi secara
drastis. Tetapi tidak demikian halnya dengan evaporasi. Proses evaporasi
dapat berjalan terus selama ada masukan panas. Oleh karena itu bagian
terbesar jumlah evaporasi diperoleh pada siang hari.
13
![Page 14: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/14.jpg)
Faktor lain yang penting adalah jumlah air yang tersedia cukup banyak.
Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh
tanaman selama proses transpirasi ini, maka jumlah air yang ditranspirasikan
akan lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan.
Evaporasi yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan
disebut evaporasi potensial. Meskipun demikian kondisi air berlebih sering
tidak terjadi. Evaporasi tetap terjadi dalam kondisi air tidak berlebihan
meskipun tidak sebesar evaporasi potensial. Evaporasi ini disebut evaporasi
aktual.
3.5 Debit Sungai
Menurut Soewarno (1991), debit (discharge), atau besarnya aliran
sungai adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang
sungai per satuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/det) atau liter per detik (l/det). Aliran adalah pegerakan air di dalam alur sungai.
Dalam memperkirakan besarnya debit yang tersedia di sungai dapat
dihitung berdasarkan data curah hujan yang jatuh disepanjang daerah pengaliran
atau dengan pengamatan permukaan air sungai yang menggunakan alat ukur yang
dipasang pada tempat yang memungkinkan pengamatan pada seluruh keadaan
permukaan air. Jika tidak terdapat alat ukur, maka debit andalan dapat dihitung
berdasarkan curah hujan dan jumlah hari hujan yang jatuh pada daerah tangkapan
sungai. Untuk menghitung debit andalan sungai diperlukan data curah hujan
selama 10 tahun terakhir atau lebih.
Untuk kebutuhan usaha pemanfaatan air, pengamatan permukaan air
sungai dilakukan pada tempat-tempat dimana akan dibangun bangunan air seperti
bendungan atau bangunan pengambil air lainnya. Untuk kebutuhan usaha
pengendalian sungai atau pengaturan sungai, maka pengamatan dilakukan pada
tempat-tempat yang dapat memberikan gambaran-gambaran mengenai perubahan
pada Daerah Aliran Sungai.
14
![Page 15: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/15.jpg)
3.6 Debit Andalan (Dependable Discharge)
Debit andalan (dependable discharge) adalah debit minimum sungai
yang tersedia dengan kemungkinan terpenuhi 80% yang sudah ditentukan yang
dapat digunakan untuk keperluan air bersih. Untuk menentukan besarnya debit
andalan, dapat dihitung dengan beberapa metode yang disesuaikan dengan data –
data yang tersedia. Metode yang digunakan dalam perhitungan debit andalan yaitu
antara lain metode “Meteorological Water Balance” dari F.J Mock.
Metode “Meteorological Water Balance” dari F.J Mock
Debit andalan dapat dihitung dengan metode F.J Mock yang
menggunakan data-data meteorologi berupa data curah hujan bulanan F.J Mock
dalam makalahnya “ Lang Capability Appraisal Indonesia water Availability
appraisal, UNDP / FAO, bogor 1973”, memperkenalkan model sederhana
simulasi keseimbangan air, untuk menghitung aliran sungai dari data curah hujan,
evapotranspirasi dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran untuk menaksir
tersedianya air di sungai. Cara ini dikenal dengan nama perhitungan debit andalan
cara Mock, khusus untuk sungai-sungai di Indonesia, cara ini dianjurkan dipakai
untuk menaksir debit andalan sungai. Kriteria perhitungan dan asumsi diurutkan
sebagai berikut :
a. Data Meteorologi
- Data curah hujan bulan (R) untuk setiap tahun
- Data jumlah hari hujan dalam 1 bulan (N) untuk setiap tahun
b. Evapotranspirasi Aktual (Ea)
Evapotranspirasi Aktual (Ea) dihitung dari evapotranspirasi potensial dengan
pertimbangan kondisi vegetasi dan permukaan tanah di DAS serta frekuensi
curah hujan. Perhitungan evapotranspirasi potensial diperoleh dengan
menggunakan metode Penman Modifikasi dengan persamaan :
ETo = c x ETo* …………………………………………………….…... (3.1)
ETo* = W x (0,75 Rs – Rn1) + (1 – W) x ƒ (u) x (ea – ed) ………............ (3.2)
15
![Page 16: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/16.jpg)
Dimana:
ETo = Evapotranspirasi potensial, sering pula dinyatakan sebagai
evapotranspirasi tanaman acuan.
C = Faktor koreksi Penman
ETo* = Besarnya evapotranspirasi potensial sebelum dikoreksi, sering
pula dinyatakan sebagai evaporasi muka air bebas dan
menggunakan notasi Eo
W = Faktor penimbang untuk suhu dan elevasi daerah
Rs = Radiasi gelombang pendek (mm/hari)
= (0,25 + 054 n/N)Ra ………………………………………... (3.3)
Ra = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar
atmosfer/angka angot (mm/ hari)
n = Rata-rata lama cahaya matahari sebenarnya dalam satu hari (jam)
N = Lama cahaya matahari maksimum yang mungkin dalam satu hari
(jam)
n/N = Kecerahan matahari (%)
Rn1 = Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f (t) . f(ed). f(n/N) …………………………………………. (3.4)
f(t) = Fungsi suhu
f(ed) = Fungsi tekanan uap
f(n/N) = Fungsi kecerahan
= 0,1 + 0,9 n/N
ƒ(u) = Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan
tanah (m/ det)
ƒ(u) = 0,27 (1 + 0,864 u) ...................................................... (3.5)
ea-ed = Defisit tekanan uap yaitu selisih antara tekanan uap jenuh (ea)
pada T rata-rata dalam (m bar) dan tekanan uap sebenarnya (ed)
dalam (m bar)
ea = Tekanan uap jenuh
ed = a x RH/10 …………………………………………………. (3.6)
16
![Page 17: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/17.jpg)
Hubungan antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi aktual
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Ea = ETo - ∆E ……………………….………………...…….. (3.7)
∆E = ETo x (m/20)(18-n) ……………………………...…….. (3.8)
Dimana :
Ea = Evapotranspirasi aktual (mm/ hari)
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/ hari)
∆E = Selisih antara evapotranspirasi potensial dan
evapotranspirasi aktual
m = Presentase lahan yang tidak tertutup tanaman/vegetasi.
m = 0% untuk DAS/ lahan dengan hutan lebat.
m = 10% - 40% untuk DAS/lahan yang tererosi
m = 30% - 50% untuk DAS/ lahan yang diolah seperti (misal
sawah dan ladang) (Anonim, 1997).
n = Jumlah hari hujan dalam sebulan
Evapotranspirasi aktual akan semakin berkurang dari rata-rata
evapotranspirasi potensial selama musim kemarau dimana terjadi kekurangan
kelembaban tanah berturut-turut (Anonim,1990).
c. Keseimbangan air di permukaan Air Tanah
Air hujan yang mencapai dipermukaan tanah dirumuskan sebagai berikut :
∆S = R – Ea ………………………………………..……… (3.9)
SR = PF x R ……………………………………………… (3.10)
SS = ∆S – SR ……………………………………………. (3.11)
WS = ∆S – SS ……………………………………………. (3.12)
Dimana :
∆S = Selisih antara hujan dan evapotranspirasi aktual
(mm/bulan)
R = Besarnya Curah hujan bulan (mm/bulan)
Ea = Evapotranspirasi aktual (mm/bulan)
SR = Limpasan badai (mm/bulan)
PF = Faktor limpasan badai = 5%
17
![Page 18: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/18.jpg)
SS = Kandungan air tanah (mm/bulan)
WS = Kelebihan air (mm/bulan)
a. Bila harga ∆S positif (R > Ea) maka air akan masuk ke dalam tanah
jika kapasitas kelembaban tanah belum terpenuhi, dan sebaliknya air
akan melimpas jika kondisi tanah jenuh. Jika harga ∆S negatif (R < Ea),
sebagian air tanah akan keluar dan terjadi kekurangan (defisit).
b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga ∆S.
Jika harga ∆S negatif maka limpasan badai (Storm run Off)
diperhitungkan faktor limpasan badai (Pf) = 5 % dimana kapasitas
kelembaban tanah akan berkurang dan jika ∆S positif akan menambah
kekurangan kapasitas kelembaban tanah bulan sebelumnya.
c. Kapasitas kelembaban tanah (Soil Mosture Capacity) perkiraan kapasitas
kelembaban tanah awal diperlukan pada saat dimulainya simulasi dan
besarnya tergantung dari kondisi porositas lapisan tanah atas dari daerah
pengaliran. Biasanya di ambil 50 – 250 mm, yaitu kapasitas kandungan
air tanah dalam per m3. Jika porositas tanah lapisan atas tersebut makin
besar, maka kapasitas kelembaban akan semakin besar pula (Anonim,
1990).
d. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run Off & Ground Water Storage)
1. Koefisien Infiltrasi
Koefisien infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang poros misalnya pasir halus
mempunyai infiltrasi lebih tinggi dibanding tanah lempung berat. Lahan
yang terjal dimana air tidak sampai infiltrasi ke dalam tanah , maka
koefisien infiltrasi akan kecil. Batasan koefisien infiltrasi adalah antara 0 -
1.0 (Anonim, 1990).
2. Penyimpanan Air Tanah (Ground water Storage)
Pada permulaan simulasi/ perhitungan harus ditentukan penyimpanan awal
(initial storage) yang besarnya bergantung dari kondisi geologi setempat dan
waktu. Sebagai contoh dalam daerah pengaliran tidak tembus air dan
18
![Page 19: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/19.jpg)
mungkin tidak ada air di sungai pada musim kemarau, maka penyimpanan
awal tanah menjadi nol.
Vn = K. Vn-1 + ½ (1+K)In …………………………..……….. (3.13)
Dimana :
Vn = volume air tanah bulan ke- n
Vn – 1 = Volume air tanah pada bulan ke- n- 1
K = Faktor resesi aliran air tanah (catchment Area Resesion faktor)
harga faktor resesi aliran air tanah ini ditentukan oleh kondisi
geologi lapisan bawah. Harga k yang tinggi akan memberikan
resesi yang lambat dimana batasan antara 0 – 1,0
In = Infiltrasi bulan ke- n
∆Vn = Selisih volume simpanan air periode n (mm/bulan)
∆Vn = Vn – Vn-1 …………………………………………………………………….. (3.14)
3. Limpasan (Run Off)
BF = I – ΔVn ………………………………………….………. (3.15)
DR = SR + WS – I …………………………………….……… (3.16)
Ro = BF + DR ………………………………………….…….. (3.17)
Dimana :
BF = Aliran dasar (mm/bulan)
I = Infiltrasi (mm/bulan)
ΔVn = Selisih volume simpanan air periode n (mm/bulan)
DR = Limpasan Langsung (mm/bulan)
Ro = Limpasan periode n (m³/det/km2)
4. Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya
Qn = Ro x 10−3 x A x11.631
…………………………………...…………
(3.18)
Dimana :
Qn = Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya periode n (m³/det)
19
![Page 20: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/20.jpg)
A = Luas daerah tangkapan (Catchment Area) km²
e. Parameter yang digunakan dalam perhitungan debit andalan.- m = Presentase lahan yang tidak tertutup tanaman/vegetasi, ditaksir dengan
peta tata guna lahan atau pengamatan dilapangan. Diambil m = 20%.
- Kapasitas kelembaban tanah (Soil Moisture Capacity) = 200 mm.
- Koefisien infiltrasi (i) = 0 – 1,0 diambil 0,40
- Faktor resesi aliran air tanah, K = 0 – 1,0 diambil 0,6
- Penyimpanan awal (Initial Storage) antara 3mm – 109 mm, diambil 100
mm.
- Faktor limpasan badai, PF = 5 %.
3.7 Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di
bumi ini. Air bersih sendiri sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup,
yaitu untuk menunjang berbagai macam aspek kehidupan dan keseharian manusia.
Sesuai dengan kegunaannya, air bersih pada umumnya digunakan sebagai air
minum, kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan umum, serta barbagai
macam kebutuhan manusia yang berkaitan dengan kesehatan dan kebersihan
hidup.
Pengambilan air bersih dari sumber air tidak boleh mengganggu
keseimbangan air lingkungan. Faktor keseimbangan air lingkungan ini tidak
hanya berkaitan dengan jumlah volume (debit) air yang digunakan saja, tapi yang
lebih penting lagi adalah bagaimana menjaga agar air lingkungan tidak
menyimpang dari keadaan normalnya.
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui : (Arya Wisnu, 2001)
1. Perubahan suhu air
Air yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organism
lainnya yang hidup di air karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan
turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan
20
![Page 21: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/21.jpg)
oksigen untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara
yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air
makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
2. Perubahan pH
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5 - 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada
besar kecilnya pH air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan
bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan
bersifat basa.
3. Perubahan warna, bau dan rasa air
Bahan buangan dari air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan
anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan
buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi
perubahan warna air.
Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau
air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi
bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air. Timbulnya bau pada air
lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya
tingkat pencemaran air yang cukup tinggi.
4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan
industri yang berbentuk padat. Kalau bahan buangan industri berupa bahan
anorganik yang dapat larut maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam
yang berasal dari bahan anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang
memberikan ion-ion logam berat yang pada umumnya bersifat racun, seperti
Cd, Pb, Hg dan Cu.
5. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan
Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam
kerusakan biologis apabila apabila tidak ditangani dengan benar, baik melalui
efek langsung maupun efek tertunda, maka tidak dibenarkan bila ada yang
membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Walaupun secara alamiah
21
![Page 22: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/22.jpg)
radioaktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi ini, namun kita
tidak boleh menambah radioaktivitas lingkungan dengan membuang secara
sembarangan bahan sisa radioaktif ke lingkungan.
22
![Page 23: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/23.jpg)
BAB IV
METODOLOGI
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif yang bertujuan untuk
mengetahui besarnya debit minimum sungai (debit andalan) yang ada pada sungai
Poboya.
4.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data
tersebut merupakan hasil dari pengukuran, pencatatan dan penelitian yang
diperoleh dari berbagai instansi yang terkait. Adapun data-data yang digunakan
adalah:
1. Data Topografi
Data topografi yang diperoleh merupakan lembaran rupa bumi yang mewakili
DAS Poboya dengan skala 1:50000, Dari data peta ini dapat digambarkan
sistem sungainya yang selanjutnya dapat ditentukan batas-batas DAS dan
sungai yang bersangkutan yang diperoleh dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB).
2. Data Klimatologi
Data klimatologi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa
data curah hujan yang mewakili DAS Poboya yang tercatat pada Stasiun
Meteorologi Mutiara Palu, dengan lokasi stasiun pada koordinat 00° 549’
36.94’’ LS / 119° 54’ 19.86’’ BT. Panjang data yang digunakan dari tahun
1991 - 2010.
3. Data Debit dan Kondisi Teknis Sungai
Data debit dan kondisi teknis sungai yang diperoleh dari Kantor Dinas
Pekerjaan Umum (PU) Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Palu.
4. Data Area Suplai Air Bersih
23
![Page 24: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/24.jpg)
Data area suplai air bersih yang diperoleh dari Kantor Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Palu.
4.3 Cara Penelitian/ Uraian Tahapan
Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka dilakukan pemilihan data
untuk selanjutnya dianalisis dengan metode berikut :
1. Menentukan batas-batas sungai Poboya
2. Mengukur luas sungai dengan menggunakan Arc View
3. Menghitung debit andalan dengan Metode Meteorological Water Balance F.J
Mock sebagai berikut :
a. Menentukan evapotranspirasi berdasarkan data klimatologi dengan
menggunakan Metode Penman Modifikasi.
b. Menentukan evapotranspirasi aktual berdasarkan data jumlah hari hujan
dan kondisi daerah pengaliran yang dihubungkan dengan evapotranspirasi
potensial.
c. Menentukan penyimpanan air tanah berdasarkan faktor koefisien infiltrasi
dan faktor resesi aliran air tanah yang akan mengakibatkan terjadinya
aliran dasar.
d. Menentukan limpasan akhir bulan berdasarkan aliran dasar, limpasan
langsung dan limpasan badai.
e. Menentukan debit yang tersedia di Daerah Intake Suplai Air Bersih
Poboya berdasarkan hasil perhitungan limpasan yang terjadi terhadap luas
daerah pengaliran sungai (Catchment Area).
Analisis perhitungan debit tersedia/ andalan dengan metode F.J Mock
dilakukan setiap tahun dari 20 tahun pengamatan (periode 1991 sampai dengan
tahun 2010). Kemudian hasil perhitungan tersebut direkapitulasi selama 20 tahun
untuk diranking guna menentukan debit andalan (Q100) rata-rata bulanan terpilih.
24
![Page 25: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/25.jpg)
Tidak
Ya
Gambar 4.1 Bagan Alir Tahap Penelitian
25
Data sekunder :1. Peta Topografi2. Data Jumlah Hari Hujan 3. Data Curah Hujan Bulanan4. Data Klimatologi5. Catchment Area6. Data Jumlah Penduduk
Analisa dan Pembahasan
Selesai
Studi Pustaka
Latar Belakang
Pengumpulan Data
Kesimpulan dan Saran
Data cukup
Mulai
Pengolahan Data
![Page 26: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/26.jpg)
26
Limpasan BadaiSR = PF x R
Tidak Ya
Data curah hujanETo Penman
Evapotranspirasi Aktual (Ea)
Kelembaban tanah awal pada akhir bulan sama dengan awal bulan
SMS = SMC
Tanah pada kapasitas lapang
WS = ∆S
InfiltrasiI = WS x i
Vol. Penyimpanan airVn= Vn = K. Vn-1 + ½ (1+K)In
Selisih volume penyimpanan ∆Vn= Vn – Vn-1
Limpasan LangsungDR = WS – I + SR
Aliran DasarBF = I – ΔVn
DR = WS - I
Tanah dibawah kapasitas lapang
WS = 0
Jumlah LimpasanRo = BF + DR
Debit Tersedia
Qn = Ro x 10−3 x A x11.6
31
Rekapitulasi debit tersedia
Rangking debit tersedia
Debit Andalan terpilih
Mulai
Jika∆S = R – Ea
∆S ¿0
![Page 27: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/27.jpg)
Gambar 4.2 Bagan Alir Perhitungan Debit Andalan
Metode F. J MOCK
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis
5.1.1 Analisis Kuantitas Debit Sungai Poboya
Perhitungan Debit Andalan Metode F. J. Mock
Dalam analisis ini ada beberapa data yang akan digunakan dalam
perhitungan dan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan data tersebut
disesuaikan dengan fungsinya. Data yang dipergunakan merupakan data sekunder.
Data – data yang dimaksud antara lain meliputi :
a. Data Curah Hujan
Data curah hujan adalah data hujan yang terjadi pada suatu daerah akan
sampai ke palung sungai setelah mengalami penguapan. Oleh karena itu besar
kecilnya curah hujan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya aliran sungai.
Data hujan didapatkan dari alat penakar hujan biasa atau penakar hujan
otomatis. Data hujan diambil yaitu data curah hujan harian dan bulanan
(Joesron dan Soewarno, 1993). Data hujan yang digunakan untuk lokasi
kajian yaitu menggunakan Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, karena stasiun
penakar hujan tersebut dianggap dapat mewakili dan terdekat dengan lokasi
studi dengan data curah hujan 20 tahun pengamatan.
b. Data Klimatologi
Data klimatologi merupakan data pengamatan unsur cuaca seperti temperatur,
kelembaban, penyinaran matahari dan kecepatan angin. Data ini diperlukan
sebagai input air di dalam daerah sungai, dan evaporasi sebagai salah satu
proses kehilangan air (Joesron dan Soewarno, 1993). Data klimatologi yang
digunakan untuk lokasi kajian yaitu menggunakan Stasiun Meteorologi
27
![Page 28: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/28.jpg)
Mutiara Palu, karena stasiun tersebut dianggap dapat mewakili dan terdekat
dengan lokasi studi dengan data curah hujan 20 tahun pengamatan.
Data – data yang akan digunakan dalam menganalisis debit andalan
meliputi data curah hujan dan data klimatologi dimana data-data tersebut akan
dievaluasi terlebih dahulu. Untuk data-data yang akan digunakan dalam
menganalisis ketersediaan air (debit andalan) secara keseluruhan mencakupi
antara lain:
1. Data Curah Hujan
- Data curah hujan bulanan (Tabel 5.1) dan jumlah hari hujan (Tabel 5.2)
2. Data Klimatologi
- Data temperatur udara rata-rata bulanan (Tabel 5.3)
- Data kelembaban udara rata-rata bulanan (Tabel 5.4)
- Data kecepatan angin rata-rata bulanan (Tabel 5.5)
- Data penyinaran matahari rata-rata bulanan (Tabel 5.6)
3. Cathcment Area
Berupa peta dengan skala 1 : 50.000, yang nantinya akan diplot untuk
menentukan catchment area sungai yang akan ditinjau.
Tabel 5.1. Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Mutiara Palu
TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DECmm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
1991 50,0 38,0 5,0 87,0 113,0 30,0 69,0 9,0 0,0 50,0 14,0 55,01992 20,0 24,0 17,0 4,0 62,0 94,0 138,0 36,0 21,0 19,0 24,0 27,01993 99,0 29,0 54,0 37,0 57,0 40,0 37,0 5,0 9,0 44,0 19,0 24,01994 26,0 52,0 119,0 23,0 126,0 60,0 78,0 78,0 8,0 30,0 34,0 122,01995 20,0 67,0 54,0 43,0 95,0 41,0 94,0 166,0 86,0 55,0 65,0 81,01996 24,0 71,0 43,0 67,0 42,0 89,0 110,0 80,0 87,0 61,0 43,0 244,01997 47,0 47,0 86,0 10,0 59,0 90,0 71,0 0,0 1,0 6,0 65,0 39,01998 19,0 17,0 20,0 24,0 96,0 130,0 218,0 193,0 84,0 41,0 131,0 36,01999 218,0 32,0 116,0 85,0 97,0 144,0 60,4 77,0 48,0 139,0 39,0 8,02000 93,0 6,0 67,4 27,7 10,8 192,5 44,2 65,0 30,0 143,0 130,0 64,02001 50,0 83,6 46,0 74,0 52,0 24,0 50,0 27,0 112,0 99,0 47,0 25,02002 113,0 12,0 43,0 126,0 69,0 61,0 2,0 11,0 29,0 2,0 117,0 20,02003 28,2 56,2 51,8 30,8 49,4 18,7 73,1 80,9 43,5 39,8 31,9 95,92004 77,7 21,9 63,6 49,6 54,4 13,0 58,1 0,0 61,7 0,0 12,8 21,42005 38,3 5,4 28,2 59,0 126,3 135,5 45,2 32,1 38,6 111,8 42,9 72,92006 40,3 20,3 130,2 69,9 77,7 61,6 6,0 14,0 93,2 4,6 51,5 31,32007 110,8 88,5 48,9 55,4 78,6 104,4 142,8 107,5 47,7 26,9 76,4 61,0
28
![Page 29: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/29.jpg)
2008 37,0 12,8 135,0 59,4 30,1 53,4 186,8 199,0 60,7 102,7 49,5 20,92009 11,7 55,9 73,3 161,5 28,2 40,2 44 15,9 10,4 12,6 54,2 54,92010 58,9 31,3 11,7 80,2 81,5 123 112,4 96,7 114,3 66,6 44,2 38,6
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
59.1
38.5
60.7 58.7
70.377.3
82.0
64.7
49.3 52.7 54.6 57.1
BULAN
HUJA
N B
ULAN
AN R
ERAT
A (m
m)
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Gambar 5.1. Grafik Hujan Bulanan Stasiun Mutiara Palu
Tabel 5.2. Data Jumlah Hari Hujan Bulanan Stasiun Mutiara Palu
TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOP DEC
1991 15 8 10 12 19 9 18 9 1 6 5 121992 12 10 8 4 17 18 20 12 16 14 17 17
1993 14 11 11 13 21 19 19 9 12 16 16 15
1994 13 14 23 17 20 24 17 15 3 7 16 17
1995 15 18 12 13 17 23 20 29 16 13 19 16
1996 21 21 16 18 16 22 25 24 17 22 16 21
1997 13 17 18 13 12 8 11 1 4 12 20 20
1998 12 7 8 19 18 22 28 22 21 15 27 9
1999 28 11 27 16 26 15 12 15 19 24 14 12
2000 18 18 20 16 9 21 13 17 16 21 20 14
2001 15 20 16 19 17 15 13 5 19 14 18 12
2002 17 4 20 17 12 19 2 5 7 3 20 10
2003 13 8 19 16 12 11 19 17 17 16 13 25
2004 15 15 19 18 17 13 22 2 12 8 11 18
2005 15 9 14 18 26 21 18 13 15 23 13 23
2006 17 15 16 16 15 23 9 11 11 4 15 13
2007 19 17 17 17 19 23 20 26 17 19 15 16
29
![Page 30: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/30.jpg)
2008 20 15 23 20 9 19 26 26 19 24 18 19
2009 13 16 16 21 13 18 16 12 8 15 18 14
2010 17 13 15 17 23 22 23 25 25 18 20 19
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Tabel 5.3. Data Temperatur Udara Bulanan Stasiun Mutiara Palu
TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
(OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC) (OC)
1991 26,4 26,6 27,4 27,0 27,0 27,0 26,5 27,4 27,7 27,6 27,7 27,21992 26,7 26,9 27,6 28,0 27,7 27,0 26,1 26,9 27,3 27,7 27,4 26,6
1993 26,7 26,2 27,0 27,1 27,5 27,2 27,0 27,3 27,8 27,1 26,7 28,0
1994 27,1 26,9 26,1 26,8 26,5 26,3 26,3 26,9 27,3 28,1 28,0 26,4
1995 26,7 25,5 26,6 27,4 27,1 26,7 26,0 25,9 26,6 26,9 26,6 25,9
1996 26,0 26,2 27,1 26,9 27,1 26,4 26,2 26,6 26,9 27,4 26,7 26,4
1997 25,7 25,9 26,2 27,1 27,2 27,7 26,7 27,4 27,9 28,3 27,7 27,4
1998 27,9 28,1 28,7 28,5 28,3 27,0 26,4 26,3 27,0 27,7 26,7 26,9
1999 26,7 27,1 25,7 26,5 26,5 26,0 26,3 26,6 27,1 26,8 26,6 27,7
2000 26,6 27,1 27,4 26,9 28,6 25,8 26,9 27,0 27,3 27,1 26,6 27,1
2001 27,1 26,6 27,3 27,9 27,7 27,3 27,6 27,6 27,8 27,7 27,7 26,5
2002 26,5 26,6 27,2 27,9 27,7 26,9 28,2 28,1 28,4 29,3 28,2 28,5
2003 27,3 27,0 27,5 27,8 28,0 28,5 27,1 27,7 28,1 28,2 28,5 27,2
2004 27,4 26,7 27,5 27,8 27,8 27,5 27,0 27,9 28,5 29,2 28,9 28,2
2005 27,5 28,2 28,1 27,7 27,3 27,2 27,0 27,8 28,3 28,1 27,4 27,3
2006 27,2 27,7 27,6 26,9 27,4 26,8 28,2 28,1 27,8 28,6 28,6 29,0
2007 27,2 26,3 27,2 28,0 28,1 27,5 27,0 27,0 27,3 27,5 27,3 28,0
2008 26,7 27,1 26,5 26,3 26,7 26,6 25,1 25,7 26,5 26,8 26,8 27,1
2009 27,1 26,8 26,9 27,0 27,5 27,4 26,7 28,1 28,7 28,2 28,5 27,9
2010 27,4 28,1 28,7 28,7 28,2 27,1 27,1 26,7 27,0 27,7 28,2 27,6
Rata - Rata
26,9 26,9 27,2 27,4 27,5 27,0 26,8 27,2 27,6 27,8 27,5 27,3
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Tabel 5.4. Data Kelembaban Bulanan Stasiun Mutiara Palu
TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
1991 79 79 74 78 81 79 78 73 69 71 74 751992 77 74 72 71 76 80 81 76 75 76 78 81
1993 78 81 77 78 79 79 79 73 68 73 74 74
1994 75 77 83 80 83 83 79 75 73 70 74 81
1995 78 81 79 76 81 82 83 86 81 80 81 82
1996 81 82 78 81 79 83 83 80 79 79 79 80
1997 82 82 82 78 77 72 80 72 71 71 77 78
1998 73 74 69 74 79 83 84 85 80 77 82 76
1999 77 77 82 82 83 81 81 76 75 81 80 72
2000 80 77 76 75 72 80 79 79 72 80 80 802001 79 82 78 77 79 77 73 73 72 78 77 74
2002 77 76 79 76 80 82 72 69 70 66 76 73
30
![Page 31: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/31.jpg)
2003 77 78 76 75 75 69 78 75 72 72 72 79
2004 78 77 75 75 75 71 77 70 68 67 69 71
2005 75 71 70 76 82 81 79 73 71 74 78 77
2006 76 74 76 80 77 80 72 70 71 72 72 71
2007 79 77 80 76 78 78 82 79 78 75 71 75
2008 78 75 79 81 77 79 82 83 80 80 76 79
2009 71 80 78 78 75 79 81 77 79 82 83 80
2010 76 72 70 73 79 82 80 82 81 76 74 75
Rata - Rata
77,2 77,4 76,6 77,0 78,3 79,1 79,1 76,3 74,2 75,0 76,3 76,6
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Tabel 5.5. Data Kecepatan Angin Bulanan Stasiun Mutiara Palu
TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
knot knot knot knot knot knot knot knot knot knot knot knot
1991 3 3 4 3 3 3 3 4 5 4 5 41992 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 5
1993 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3
1994 4 3 3 3 2 2 3 3 4 4 4 3
1995 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2
1996 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4
1997 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4
1998 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 3 3
1999 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4
2000 3 5 5 4 4 4 4 5 6 5 5 5
2001 6 5 6 6 5 5 6 6 6 6 6 5
2002 6 7 6 6 5 5 6 7 7 7 7 6
2003 6 6 6 6 7 7 6 7 7 7 7 7
2004 7 7 7 5 4 4 4 5 5 5 5 5
2005 5 5 5 5 4 3 3 4 4 4 4 4
2006 4 5 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5
2007 4 5 4 4 4 4 3 3 7 5 5 4
2008 4 4 4 3 3 3 3 3 6 3 4 4
2009 4 4 4 4 4 4 4 5 6 5 5 4
2010 4 4 5 4 4 3 3 3 3 3 4 4
Rata - Rata
4,4 4,6 4,7 4,0 3,9 3,6 3,7 4,2 4,9 4,6 4,6 4,3
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
31
Lanjutan Tabel 5.4. Data Kelembaban Bulanan Stasiun Mutiara Palu
![Page 32: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/32.jpg)
Tabel 5.6. Data Penyinaran Matahari Bulanan Stasiun Mutiara Palu
TAHUNJAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
1991 57 51 71 75 59 76 72 84 85 79 75 751992 79 71 70 71 75 68 68 86 69 71 72 62
1993 72 65 74 66 70 73 70 91 86 83 72 70
1994 72 74 32 68 69 61 80 82 82 89 85 63
1995 66 60 61 72 71 55 58 52 70 71 58 54
1996 56 54 75 65 73 60 59 74 62 58 60 43
1997 60 49 60 74 72 87 72 98 93 80 73 70
1998 81 82 83 60 62 65 70 64 68 65 45 57
1999 49 57 X X X X X X X X X X
2000 X X X X X X X X X X X X
2001 X X X X X X X X X X X X
2002 X X X X X X X X X X X X
2003 X X X X X X X X X X X X
2004 63 47 62 68 62 79 61 87 92 78 78 69
2005 62 59 73 61 60 67 62 78 70 67 50 42
2006 59 64 43 51 68 60 83 79 78 71 81 72
2007 56 58 57 72 81 65 65 57 50 73 50 60
2008 58 39 54 56 61 56 46 48 57 62 67 47
2009 50 48 61 69 67 54 64 81 90 65 67 63
2010 52 72 69 63 67 70 62 63 71 62 63 48
Rata - Rata
49,6 47,5 47,2 49,5 50,8 49,8 49,6 56,2 56,1 53,7 49,8 44,7
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec0
102030405060708090
100
Temperatur (°C) Kecepatan Angin (Knot)Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%)
BULAN
PARA
MET
ER K
LIMAT
OLO
GI
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
32
![Page 33: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/33.jpg)
Gambar 5.2. Grafik Klimatologi Stasiun Mutiara Palu
Sumber : Bakosurtanal dan Bappeda Kota Palu
Gambar 5.3. Catchment Area DAS Poboya
Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo)
Untuk menghitung Evapotranspirasi potensial (ETo) digunakan metode
Penman Modifikasi dengan persamaan…………...…….. (3.1) dan (3.2)
ETo = c x ETo* …………………………………...…… (3.1)
ETo* = W x (0,75 Rs – Rn1) + (1 – W) x ƒ (u) x (ea – ed) ... (3.2)
Dalam hal ini, temperatur, kelembaban, angin dan sinar matahari menjadi
parameter dalam metode tersebut.
Contoh : perhitungan ETo, untuk data bulan januari pada Stasiun
Meteorologi Mutiara Palu dengan koordinat 00° 549’ 56,94” LS/ 119° 54’
19,86” BT adalah sebagai berikut :
Diketahui : Data rerata klimatologi
33
![Page 34: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/34.jpg)
(Untuk bulan Januari)
a. Suhu rata-rata, t = 26,9 ℃
b. Kelembaban udara relatif, RH = 77,2 %
c. Kecepatan angin, u = 4,4 Knot = 2,27 m/detik.
( 1 knot = 0,515 m/detik )
d. Penyinaran matahari, n/N = 49,6 %
Langkah-langkah perhitungan :
1. Data suhu/ temperatur udara rata-rata bulanan dari tabel 5.3. Untuk
bulan Januari diperoleh t = 26,9 °C.
2. Untuk nilai t = 26,9 °C, dari Lampiran 23, untuk nilai Ea, nilai W, nilai
1-W dan nilai f(t) dengan cara interpolasi diperoleh :
- ea = 35,457- W = 0,764- 1-W = 0,236- f(t) = 16,057
3. Data kelembaban udara relatif rata-rata bulanan dari tabel 5.4, untuk
bulan Januari diperoleh RH = 77,2 %
4. Berdasarkan nilai ea dan RH, dengan menggunakan lampiran 26, untuk
nilai f(ed) diperoleh :
Ed = (ea x RH)
= 35,457 x 77,2
= 27,37 m.bar
5. Berdasarkan nilai ed, untuk nilai f(ed) diperoleh :
f(ed) = 0,34 – 0,044 √ed
= 0,34 – 0,044 √27,38
= 0,11
6. Berdasarkan data letak lintang 00° 549’ 56,94” LS/ 119° 54’ 19,86” BT
dengan cara interpolasi menggunakan lampiran 24 untuk nilai Ra
diperoleh :
Ra = 15,00 mm/hari
34
![Page 35: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/35.jpg)
7. Data penyinaran matahari rata-rata bulanan dari tabel 5.6, Untuk bulan
Januari diperoleh :
n/N = 0,496
8. Berdasarkan nilai Ra dan n/N dengan menggunakan lampiran 25, atau
dihitung dengan rumus, untuk nilai Rs diperoleh:
Rs = (0,25 + 0,54 n/N) x Ra
= ((0,25 + 0,54 (0,496)) x 15,00
= 7,77
9. Berdasarkan nilai n/N melalui lampiran 28, atau dihitung dengan rumus
diperoleh:
f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N
= 0,1 + 0,9 (0,496)
= 0,55
10. Data kecepatan angin rata-rata bulanan
u = 5,0 Knot
= 4,4 x 0,515
= 2,27 m/dtk
11. Berdasarkan nilai u melalui lampiran 29, atau dihitung dengan rumus,
maka diperoleh nilai f(u) :
f(u) = 0,27 x (1 + u x 0,864)
= 0,27 x {1+ (2,27 x 0,864)} = 0,80
12. Berdasarkan nilai f(t), f(ed) dan f (n/N) dengan menggunakan rumus,
maka nilai Rn1 untuk bulan Januari diperoleh :
Rn1 = f(t) x f(ed) x f(n/N)
= 16,057 x 0,11 x 0,55
= 0,96
13. Angka koreksi C dari lampiran 30, untuk bulan Januari diperoleh nilai
C = 1,1
14. Berdasarkan nilai W, (1-W), Rs, Rn1, f(u), ea dan ed, maka dengan
menggunakan persamaan untuk nilai ETo* pada bulan Januari diperoleh :
ETo* = W(0,75 Rs – Rn1) - (1-W) f(u) (ea – ed)
35
![Page 36: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/36.jpg)
= {0,764 (0,75(7,77 – 0,96)} – {(0,236)(0,80)(35,457 – 27,37)}
= 2,373
15. Berdasarkan nilai ETo* = 2,37 dan nilai C = 1,1, maka nilai ETo pada
bulan Januari diperoleh :
ETo = C x ETo*
= 1,1 x 2,373
= 2,611 mm/hari
= 80,93 mm/bulan
Untuk perhitungan evapotranspirasi potensial bulan berikutnya dapat dilihat pada
lampiran tabel 5.7 berikut.
36
![Page 37: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/37.jpg)
Data di exel
37
![Page 38: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/38.jpg)
Perhitungan Ketersediaan Air (Debit Andalan)
Dalam menentukan debit andalan pada DAS Poboya, digunakan Metode
F. J. Mock.
Data yang menjadi parameter dalam menentukan debit andalan metode
F.J Mock antara lain :
- Data curah hujan bulanan
- Data evapotranspirasi potensial yang dihitung dengan metode Penman
Modifikasi .
- Data jumlah hari hujan
Adapun langkah perhitungan ketersedian air atau debit andalan pada
DAS Poboya dengan Metode F. J. Mock dapat dilihat pada contoh perhitungan
pada bulan Januari tahun 1999 sebagai berikut :
a. Data perhitungan untuk bulan Januari tahun 1999 :
- Curah hujan bulanan (R) = 218 mm/bulan
- Jumlah hari hujan (n) = 28 hari
- Evapotranspirasi potensial bulanan pada tabel 5.7, untuk bulan Januari
diperoleh ETo = 80,93 mm/ bulan
b. Langkah Perhitungan :
1. Penggunaan lahan terbuka berdasarkan pengamatan lapangan, maka
diperkirakan/diasumsikan m = 20 %.
2. Menghitung perubahan evapotranspirasi (ΔE)
ΔE = ETo x x (18 – n)
= 80,93 x x (18 – 28)
= 2,43 mm/bulan
3. Menghitung evapotranspirasi aktual (Ea) :
Ea = ETo – ΔE
= 80,93 – 2,43
38
![Page 39: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/39.jpg)
= 78,51 mm/bulan
4. Menentukan jumlah keseimbangan air atau water balance (ΔS)
ΔS = R – Ea
= 50 – 78,51
= -28,51 mm/bulan
5. Limpasan badai (SR)
Limpasan badai digunakan apabila terjadi defisit pada jumlah
keseimbangan air dengan faktor limpasan badai (PF) diambil
sebesar 5 %.
SR = PF x R
= 0,05 x 50
= 2,5 mm/bln
6. Menentukan kandungan air tanah (SS)
Karena ΔS negatif (R < Ea), maka sebagian air tanah akan keluar
dan terjadi kekurangan (defisit).
SS = ΔS – SR
= -28,51 – 2,5
= -31,01 mm/bln ≈ 0 mm/bln
7. Menentukan kapasitas kelembaban tanah (soil Moisture)
Untuk kelembaban awal, diambil 200 mm/bulan. Karena pada bulan
Januari kandungan air tanah = 0 mm/bulan atau tidak ada, maka
kelembaban tanah tetap atau sebesar kelembaban awal yaitu 200
mm/bulan. Kelembaban ini merupakan kelembaban dari tahun
sebelumnya.
8. Kelebihan air (Water Surplus)
WS = ∆S – SS
= -28,51 – (0)
= -28,51 mm/bulan ≈ 0 mm/bln
9. Koefisien infiltrasi dan faktor resesi aliran (k) diambil :
- Koefisien infiltrasi (I) = 40 %
39
![Page 40: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/40.jpg)
- Faktor resesi aliran air (k) = 60 %
10. Menentukan infiltrasi (I)
Untuk infiltrasi dapat dihitung dengan rumus :
I = WS x Koefisien infiltrasi (I)
= 0 x 0,4
= 0 mm/bulan
11. Menentukan volume air tanah
G = 0,5 ( 1 + k ) x I
= 0,5 ( 1 + 0,6 ) x 0
= 0 mm/bulan
12. Menghitung penyimpanan air tanah (water Storage)
Untuk penyimpanan air awal V(n-1) diambil dari bulan sebelumnya =
1,01 mm sehingga:
K x V(n-1) = 0,6 x 1,01
= 0,61 mm
13. Volume penyimpanan
Untuk volume penimpanan (Vn) dapat dihitung dengan rumus :
Vn = ((0,5 (1 +k ) I ) + (k x V(n-1))
= 0 + 0,61
= 0,61 mm/bulan
14. Menghitung perubahan volume aliran air dalam tanah. Untuk
besarnya perubahan volume aliran air dalam tanah (ΔVn) dapat
dihitung dengan rumus :
ΔVn = Vn – V(n—1)
= 0,61 – 1,01
= -0,4 mm/bulan
15. Menentukan aliran dasar (Base Flow)
Aliran dasar (BF) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
BF = I - ΔVn
= 0 – (-0,4)
40
![Page 41: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/41.jpg)
= 0,4 mm/bulan
16. Menghitungan limpasan langsung (Direct Run Off)
Limpasan lansung DR dapat dihitung dengan rumus :
DR = WS – I
= 0 – 0
= 0 mm/bulan
17. Menentukan total limpasan total (Run Off)
Limpasan total (Ro) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Ro = BF + DR + SR
= 0,4 + 0 + 2,5
= 2,9 mm/bulan
18. Menentukan debit andalan tersedia bulan n (Qn)
Diketahui data-data sebagai berikut :
- Luas Catchment area (A) = 66,84 km²
- Jumlah hari dalam Bulan Januari = 31 hari
Maka, untuk debit tersedia Qn dapat dihitung sebagai berikut :
Qn = = 2,9 x 10−3 x66,84 x 11.6
31 = 0,07 m³/detik
Perhitungan Debit Sesaat
Perhitungan debit sesaat adalah metode perhitungan debit dengan
melakukan peninjauan dan perhitungan langsung di lapangan.
Dalam perhitungan debit sesaat ini menggunakan peralatan sederhana berupa :
1. Bola pingpong ; sebagai alat penghanyut untuk pengukuran kecepatan arus
sungai
2. Tongkat ; sebagai alat pengukur kedalaman sungai
3. Roll meter ; sebagai alat pengukur jarak
4. Stopwatch ; sebagai alat penghitung waktu
41
![Page 42: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/42.jpg)
5. Peralatan tulis menulis ; sebagai alat untuk mencatat hasil survey
6. Kamera foto ; sebagai alat dokumentasi
Adapun cara pengujian sebagai berikut :
1. Menentukan lokasi pengujian dengan mencari sungai yang landai, tidak
terlalu berkelok, dan tidak terlalu banyak material penghambat seperti
kayu dan bebatuan besar.
2. Tentukan ukuran sungai yang akan digunakan sebagai sampel, kemudian
ukur panjang dan lebarnya.
3. Bagi sampel sungai menjadi beberapa segmen untuk menunjang ketelitian
pengujian, dalam kasus ini sungai dibagi menjadi dua segmen memanjang
dan untuk segmen melintangnya dibagi per 50 cm.
4. Ukur kedalaman sungai pada arah melintang per 50 cm.
5. Hanyutkan bola pingpong dari bagian hulu sungai, hidupkan stopwatch
ketika bola pingpong memasuki lokasi hulu sampel dan hentikan
stopwatch ketika bola pingpong telah mencapai bagian hilir sampel.
Adapun bola pingpong tersebut sebelumnya diisi air ½ bagian untuk
menyesuaikan dengan kecepatan arus sungai.
6. Lakukan pengujian tersebut beberapa kali, dalam kasus ini dilakukan 5
kali pengujian dengan jeda + 30 menit tiap pengujian.
7. Catat seluruh hasil pengujian
42
![Page 43: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/43.jpg)
43
Gambar 5.8. Pengujian Debit Sesaat : Potongan Melintang
Bagian Hilir
Gambar 5.7. Pengujian Debit Sesaat : Potongan Melintang
Bagian Tengah
Gambar 5.5. Pengujian Debit Sesaat : Potongan Memanjang
Gambar 5.6. Pengujian Debit Sesaat : Potongan Melintang
Bagian Hulu
![Page 44: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/44.jpg)
Diketahui :
a. Pembacaan
1. 8,11 detik
2. 9,13 detik
3. 9,08 detik
4. 8,28 detik
5. 9,32 detik
b. Pengukuran memanjang
Panjang sampel 1 = 3 m
Panjang sampel 2 = 3 m
c. Pengukuran melintang
Tabel 5.8 Hasil Pengukuran Sungai Arah MelintangHulu
( m )
Tengah
( m )
Hilir
( m )
h1 = 0,40 h1 = 0,20 h1 = 0,30
h2 = 0,45 h2 = 0,30 h2 = 0,40
h3 = 0,40 h3 = 0,40 h3 = 0,45
h4 = 0,40 h4 = 0,35 h4 = 0,45
h5 = 0,35 h5 = 0,35 h5 = 0,30
h6 = 0,35 h6 = 0,35 h6 = 0,35
h7 = 0,30 h7 = 0,40 h7 = 0,30
h8 = 0,30 h8 = 0,40 h8 = 0,35
h9 = 0,25 h9 = 0,30 h9 = 0,30
h10 = 0,20 h10 = 0,20 h10 = 0,20
h11 = 0,20
h12 =
Sumber : Hasil Survey
44
![Page 45: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/45.jpg)
Pengolahan data :
v = s/t
s = 3 + 3 = 6 m
t1 = 8,11 detik/ 6 m = 1,352 detik/ m
t2 = 9,13 detik/ 6 m = 1,522 detik/ m
t3 = 9,08 detik/ 6 m = 1,513 detik/ m
t4 = 8,58 detik/ 6 m = 1,430 detik/ m
t5 = 9,52 detik/ 6 m = 1,587 detik/ m
t = 7,404/ 5 = 1,481 detik
v = s/t = 6 / 1,481 = 4,051 m/detik
Hulu
a1 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,45)/2 * 0,50 = 0,213 m²
a2 = (h1+h2)/2 * l = (0,45+0,45)/2 * 0,50 = 0,250 m²
a3 = (h1+h2)/2 * l = (0,45+0,40)/2 * 0,50 = 0,213 m²
a4 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,40)/2 * 0,50 = 0,200 m²
a5 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,35)/2 * 0,50 = 0,188 m²
a6 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,35)/2 * 0,50 = 0,175 m²
a7 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,30)/2 * 0,50 = 0,163 m²
a8 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,30)/2 * 0,50 = 0,150 m²
a9 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,25)/2 * 0,50 = 0,138 m²
a10 = (h1+h2)/2 * l = (0,25+0,20)/2 * 0,50 = 0,113 m²
a11 = (h1+h2)/2 * l = (0,20+0,20)/2 * 0,10 = 0,100 m²
a total = 1,903 m²
Tengah
a1 = (h1+h2)/2 * l = (0,20+0,30)/2 * 0,50 = 0,125 m²
a2 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,40)/2 * 0,50 = 0,175 m²
a3 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,35)/2 * 0,50 = 0,188 m²
a4 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,35)/2 * 0,50 = 0,175 m²
45
![Page 46: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/46.jpg)
a5 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,35)/2 * 0,50 = 0,175 m²
a6 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,40)/2 * 0,50 = 0,188 m²
a7 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,40)/2 * 0,50 = 0,200 m²
a8 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,30)/2 * 0,50 = 0,175 m²
a9 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,20)/2 * 0,20 = 0,125 m²
a total = 1,526 m²
Hilir
a1 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,40)/2 * 0,50 = 0,175 m²
a2 = (h1+h2)/2 * l = (0,40+0,45)/2 * 0,50 = 0,213 m²
a3 = (h1+h2)/2 * l = (0,45+0,45)/2 * 0,50 = 0,225 m²
a4 = (h1+h2)/2 * l = (0,45+0,30)/2 * 0,50 = 0,188 m²
a5 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,35)/2 * 0,50 = 0,163 m²
a6 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,30)/2 * 0,50 = 0,163 m²
a7 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,35)/2 * 0,50 = 0,163 m²
a8 = (h1+h2)/2 * l = (0,35+0,30)/2 * 0,50 = 0,163m²
a9 = (h1+h2)/2 * l = (0,30+0,20)/2 * 0,10 = 0,125 m²
a total = 1,608 m²
a = (a hulu + a tengah + a hilir) / 3
= (1,903 + 1,526 + 1,608) / 3
= 5,037 / 3
= 1,679 m²
Q = a / v
= 1,679 / 4,051
= 0,415 m³/detik
Perbandingan Debit Andalan
Hasil perhitungan debit andalan metode F.J Mock selama periode 20
tahun (1991 – 2010) direkapitulasi untuk selanjutnya jumlah debit setiap bulan
dirangking dari nilai kecil ke besar untuk menentukan debit andalan terpilih. Debit
46
![Page 47: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/47.jpg)
andalan terpilih jatuh pada rangking m = n/5 + 1 yaitu rangking ke 5. Untuk
perhitungan debit andalan DAS Poboya tahun 1991 – 2010 dapat dilihat pada
lampiran 1 - 20, dan untuk rekapitulasi serta rangking debit andalan dapat dilihat
pada lampiran 21 dan 22. Hasil perbandingan kedua metode diatas dapat dilihat
pada tabel 5.9 berikut.
Tabel 5.2 Perbandingan Debit andalan Metode F.J Mock Dan Perhitungan Debit Sesaat
BulanCatchment
Area
Debit Andalan
Metode F. J. Mock
Perhitungan Debit Sesaat
Pribadi PU PDAM
(m³/detik) (m³/detik)
Januari 66,84 0,30
0,4150,44
00,500
Februari 66,84 0,29
Maret 66,84 0,27
April 66,84 0,39
Mei 66,84 0,21
Juni 66,84 0,37
Juli 66,84 0,31
Agustus 66,84 0,37
September 66,84 0,23
Oktober 66,84 0,31
November 66,84 0,21
Desember 66,84 0,38
Rata-rata 0,303 0,452
Sumber : Hasil Perhitungan
5.1.2 Analisis Kontinuitas Debit Sungai Poboya
Analisis kontinuitas DAS Poboya dimaksudkan untuk mengetahui
keberlangsungan ketersediaan air pada wilayah tersebut. Hal ini dapat dijadikan
sebagai acuan pemanfaatan sungai Poboya sebagai cadangan sumber air bersih.
Kontinuitas air tidak terlepas dari keberadaan sumber air baku. Debit
air yang menurun akan berpengaruh pada kesinambungan produksi air. Perubahan
47
![Page 48: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/48.jpg)
fungsi hutan menjadi lahan perkebunan. Pemukiman, pertambangan dan
perkembangan kota akan berpengaruh pada kontinuitas air. Sumber-sumber air
yang tidak dilengkapi dengan alat pengukur debit mengakibatkan air yang
dieksploitasa tidak terkontrol.
Perhitungan kebutuhan air pada Kecamatan Palu Timur (khusus sungai Poboya) :
Untuk pemakaian air pada sambungan PDAM :
a. Kebutuhan air untuk keperluan perumahan, perkantoran, tempat ibadah,
tempat pendidikan, dan tempat perbelanjaan (dirata-ratakan) ditetapkan 3
liter/orang/jam.
b. Jumlah pengguna air PDAM = 4945 jiwa dari 989 sambungan (asumsi 5
jiwa/KK)
c. Lama pemakaian air rata-rata dalam sehari adalah 6 jam.
d. Tingkat pelayanan ditetapkan 77 %.
e. Debit kebutuhan air :
Q = Pn x C x F
= 4945 x (3/(1x3600)) x 6 x 77% = 19,04 L/detik = 0,01904 m³/detik
Tingkat kehilangan air ditetapkan sebesar 40 % dari kebutuhan harian secara
keseluruhan.
Hasil perhitungan kebutuhan debit air dari sungai poboya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.10. Kebutuhan Debit Air Penduduk Pada Sungai Poboya
NO. LokasiPenggun
aKebutuhan
Jangka waktu
pemakaian air rata-rata
sehari
Tingkat Pelayanan
Debit Debit
(Orang)
(L/orang /jam)
(Jam) (%)(L/
detik)(m³/detik)
1Kelurahan Poboya
1795 3 6 100 8,975 0,008975
2Sambungan PDAM
4945 3 6 77 19,04 0,01904
Kebutuhan Debit 28,01 0,02801
Tingkat Kehilangan Air Sebesar 40 % 11,21 0,01121
48
![Page 49: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/49.jpg)
Total Kebutuhan Debit 39,22 0,03922Sumber : Hasil Perhitungan
Untuk pemakaian irigasi/ pengairan :
a. Luas area yang diairi :
Sawah = 12,13 ha
Palawija/ Tegalan = 2,10 ha
Kebun = 82,09 ha
Total = 96,32 ha
b. Debit yang digunakan untuk pengairan tersebut = 105 L/detik = 0,105
m³/detik
Proyeksi jumlah penduduk
Metode yang digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk yaitu
metode geometris. Metode perhitungan didasarkan pada angka kenaikan rata –
rata pertahun.
Rumus yang digunakan :
Pt = Po x ( 1 + r ) t
Dimana :
Pt = jumlah penduduk pada waktu t
Po = jumlah penduduk pada waktu to
t = priode waktu perhitungan
r = laju pertumbuhan penduduk
Perhitungan jumlah penduduk dihitung dengan menghitung laju
pertumbuhan penduduk tahun 2005 – 2009 sebagai berikut.
Pt = Po x (1 + r)t
P 2006 = P2005 (1 + r)t
67891 = 66839 (1 + r)t
Log (1 + r) =
Log Pt − Log Pot
=
Log 67891 − Log 668391
= 0,00678
49
![Page 50: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/50.jpg)
1 + r = Arc Log 0,00678 = 1,01492
r = 1,01492 – 1 = 0,01492
Hasil perhitungan tahun 2005 - 2009 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.11. Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Palu Timur Tahun
2005 Sampai Tahun 2009
TahunJumlah
Penduduk Awal
Jumlah
Penduduk Akhir
Pertumbuhan
Penduduk
2005 – 2006
2006 – 2007
2007 – 2008
2008 – 2009
66893
67891
68686
69651
67891
68686
69651
73073
0,01492
0,01172
0,01405
0,04913
Jumlah 0,08982
Rata-rata 0,02246
Sumber : Hasil Perhitungan
Dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk rata-rata, maka proyeksi
jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :
Pt = Po (1 + r)t
Pt 2009 = 73073 (1 + 0,02246)1
= 74714,22 dibulatkan: 74715 Jiwa
Proyeksi jumlah penduduk selama 20 tahun yaitu pada tahun 2010 sampai tahun
2029 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.12. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan
Palu Timur Tahun 2010 Sampai Tahun 2029
No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 2010 74715
2 2011 76393
3 2012 78109
4 2013 79863
5 2014 81657
6 2015 82491
50
![Page 51: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/51.jpg)
7 2016 85366
8 2017 87283
9 2018 89243
10 2019 91248
11 2020 93297
12 2021 95393
13 2022 97535
14 2023 99726
15 2024 101966
16 2025 104256
17 2026 106597
18 2027 108991
19 2028 111439
20 2029 113942
Sumber : Hasil Perhitungan
No.
TahunJumlah
Penduduk (Jiwa)
Persentase Jumlah
Pengguna Air Sungai
Poboya (9 %)
Kebutuhan Air
Penduduk
Kebutuhan Air
Penduduk
Total Kebutuhan
Air (Penduduk +
Irigasi)
Total Kebutuhan
Air (Penduduk +
Irigasi)(L/detik) (m³/detik) (L/detik) (m³/detik)
1 2010 74715 6740 39,22 0,03922 144,22 0,144222 2011 76393 6875 42,59 0,04259 147,59 0,147593 2012 78109 7030 43,55 0,04355 148,55 0,148554 2013 79863 7188 44,53 0,04453 149,53 0,149535 2014 81657 7349 45,53 0,04553 150,53 0,150536 2015 82491 7424 45,99 0,04599 150,99 0,150997 2016 85366 7683 47,60 0,04760 152,60 0,152608 2017 87283 7855 48,66 0,04866 153,66 0,153669 2018 89243 8032 49,76 0,04976 154,76 0,15476
51
Tabel 5.13. Proyeksi Jumlah Penduduk Kec. Palu Timur
Terhadap Kebutuhan Air Bersih Sungai Poboya
Lanjutan Tabel 5.12. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan
Palu Timur Tahun 2010 Sampai Tahun 2029
![Page 52: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/52.jpg)
10 2019 91248 8212 50,88 0,05088 155,88 0,15588
11 2020 93297 8397 52,02 0,05202 157,02 0,1570212 2021 95393 8585 53,19 0,05319 158,19 0,1581913 2022 97535 8778 54,38 0,05438 159,38 0,1593814 2023 99726 8975 55,60 0,05560 160,60 0,1606015 2024 101966 9177 56,85 0,05685 161,85 0,1618516 2025 104256 9383 58,13 0,05813 163,13 0,1631317 2026 106597 9594 59,43 0,05943 164,43 0,1644318 2027 108991 9809 60,77 0,06077 165,77 0,1657719 2028 111439 10030 62,13 0,06213 167,13 0,1671320 2029 113942 10255 63,53 0,06353 168,53 0,16853
Sumber : Hasil Perhitungan
5.1.3 Analisis Kualitas Sungai Poboya
Pemeriksaan kualitas sumber air baku merupakan pemeriksaan awal
sebelum air baku diproses di Instalasi pengolahan, karena dari pemeriksaan ini
dapat diketahui kandungam zat organik atau bekteriologis yang ada di dalamnya
untuk menentukan berapa volume desinfektan yang akan digunakan untuk proses
pengolahan air baku tersebut menjadi air minum sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Pemeriksaan kualitas air minum di bedakan atas :
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan kimiawi
c. Pemeriksaan radioaktif, dan bakteriologis
Berdasarkan keempat parameter pemeriksaan kualitas air di atas
hanya pemeriksaan fisik, kimia dan bakteriologis yang dilakukan pengujiannya.
Pemeriksaan ini dilakukan secara manual dengan metode gravimetrik dan metode
volumetrik. Dari 4 sumber air baku yang semuanya masih hingga saat ini.
Berdasarkan hasil analisis data, pemeriksaan hanya dilakukan satu
kali yaitu tahun tahun 2010, dan pada tahun sebelumnya tidak dilakukan
pemeriksaan.
52
Catatan : Kebutuhan Air Irigasi = 105 L/detik = 0,105 m³/detik
Lanjutan Tabel 5.13. Proyeksi Jumlah Penduduk Kec. Palu Timur
Terhadap Kebutuhan Air Bersih Sungai Poboya
![Page 53: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/53.jpg)
Berdasarkan pengolahan data tentang pemeriksaan yang pernah dilakukan oleh
PDAM Kota Palu meliputi parameter :
a. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang diperiksa adalah kejernihan, bau, rasa, dan warna.
Berdasarkan hasil analisis data, pemeriksaan hanya dilakukan pada tahun 2010
pada tahun-tahun sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan.
Adapun hasil pemeriksaan pada tahun 2010 adalah Pemeriksaan pada bulan
mei, dari parameter fisik yang ada 1 sumber air baku yang diperiksa dari
empat sumber air baku. Sumber air yang diperiksa adalah sungai poboya. Pada
pemeriksaan sungai poboya ini, kekeruhan memenuhi syarat yang di inginkan
yaitu 1,01 NTU yang seharusnya 5 NTU dan baik digunakan untuk air bersih
dan air minum.
b. Pemeriksaan Kimiawi
Dari hasil analisis data tentang pemeriksaan kimiawi pada sumber air baku,
pemeriksaan tidak dilakukan secara keseluruhan untuk semua sumber.
Berdasarkan analisis pada tahun 2010 pemeriksaan dilakukan pada bulan mei
untuk sungai poboya, tiga sumber air baku tidak diperiksa.Pada pemeriksaan
sungai poboya, mangan < 0,1 yang seharusnya 0,1, klorida 21 mg/L yang
seharusnya 600 mg/L, pH 6 yang seharusnya 6,5-9, dan zat padat terlarut 360
mg/L yang seharusnya 1000 mg/L dan baik digunakan untuk air bersih atau air
minum karena memenuhi standar yang ditetapkan.
Pada bulan juni 2010 pemeriksaan dilakukan pada sumber air air poboya yaitu
merkuri(Hg) yang berada di ambang batas yaitu 0,001 mg/L.
c. Pemeriksaan Radioaktif dan Bakteriologis
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak PDAM bahwa
pemeriksaan Radioaktifitas dan Bakteriologis tidak pernah dilakukan di sumber
air baku dengan pertimbangan bahwa semua sumber air baku PDAM Kota Palu
masih bersih dari bahan yang berbahaya.
Hasil penelitian Asosiasi Pertambangan Rakyat Indonesia (Asperi) :
53
![Page 54: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/54.jpg)
Tabel 5.14. Kandungan Kimia Sungai Poboya Berdasarkan Penelitian Asperi
Obyek Penelitian Kandungan Kimia
Air PDAM Bak Kotor Merkuri 0,005 ppm
Air PDAM Bak Bersih Merkuri 0,004 ppm
Tanah Permukiman sekitar tambang Merkuri 0,596 ppm
Air Sungai Poboya Hilir-Hulu Merkuri 0,005-0,060 ppm
Sedimen Sungai Poboya Hilir-Hulu Merkuri 0,004-0,580 ppm
Limbah Cair di Area Tromol Merkuri 0,005-0,040 ppm
Limbah Padat di Area Tromol Merkuri 0,808-0,882 ppm
Udara di atas Tong Sulfat 934,73 ug/Nm3
Nitrit 50,47 ug/Nm3
Asam Sianida Tidak Terdeteksi
Karbon Dioksida 3120 ug/Nm3
Sumber : Hasil Penelitian Tim Independen Asperi, 2010
5.2 Pembahasan
5.2.1 Kuantitas Debit Sungai Poboya
Dari hasil perhitungan debit andalan dengan kedua metode tersebut,
dapat dilihat hasil perbandingannya yang disajikan pada tabel 5.2. Rata-rata dari
kedua metode tersebut mempunyai debit yang sangat berbeda, dimana debit
dengan metode F.J Mock mempunyai debit rata-rata sebesar 0,303 m3/detik dan
debit dengan metode perhitungan debit sesaat sebesar 0,452 m3/detik dengan luas
DAS 75,78 km².
Perbedaan debit yang dihasilkan setiap bulan tersebut dipengaruhi
oleh faktor curah hujan evapotranspirasi (data klimatologi) dan jenis tanah. Curah
hujan yang tinggi akan menambah besar debit andalan, begitu pula sebaliknya.
Evapotranspirasi adalah kehilangan air dari lahan dan permukaan air dari suatu
aliran sungai akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi.
Hampir seluruh tanah pada bagian DAS Poboya mempunyai tekstur
tanah kasar dengan unsur dominan pasir kerikil/porous. Pasir yang memiliki sifat
permeabilitas yang tinggi sehingga air lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah.
54
![Page 55: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/55.jpg)
Pembukaan lahan juga mempengaruhi kelembaban tanah, karena dibagian hilir
pembukaan lahan cukup besar maka tanah menjadi kering dan air mengisi pori–
pori tanah, sehingga air lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah.
Selain itu perbedaan debit yang diperoleh dari kedua metode tersebut
dipengaruhi oleh cara perhitungan yang digunakan. Pada metode F.J Mock
perhitungan debit andalan didasarkan pada data curah hujan, klimatologi
(temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari) dan
luas catchment area. Sedangkan pada metode Perhitungan debit sesaat dilakukan
pengukuran debit secara langsung di lapangan tanpa menngunakan data
klimatologi maupun curah hujan.
Kedua metode tersebut mempunyai keuntungan dan kekurangan.
Keuntungan dari metode F.J Mock ini yaitu hasil analisis yang diperoleh akan
lebih akurat sebab metode ini lebih banyak mempertimbangkan keadaan
alam/cuaca yang sangat mempengaruhi ketersediaan air pada suatu sungai dan
kekurangannya yaitu metode ini banyak menggunakan data terukur, sehingga
apabila salah satu data terukur tidak diketahui maka metode ini tidak dapat
digunakan. Sedangkan keuntungan dari metode perhitungan debit sesaat yaitu
dapat diketahui secara langsung debit andalan yang tersedia pada sungai tersebut
dengan perhitungan debit yang mudah tanpa perlu mengumpulkan data-data
klimatologi, curah hujan, maupun jenis tanah, dan kekurangannya adalah tidak
dapat diketahui debit yang tersedia pada sungai tersebut untuk jangka panjang
dikarenakan tidak adanya perhitungan mengenai kondisi alam sekitar sungai.
5.2.2 Kontinuitas Debit Sungai Poboya
Kontinuitas produksi sangat dipengaruhi oleh keadaan kuantitas dan
kualitas air baku. Debit air yang menurun akan mengganggu kesinambungan
suplai air kepada pelanggan, yang seharusnya dapat dilayani selama 24 jam
menjadi lebih pendek atau sistem pendistribusian air secara bergiliran untuk
beberapa wilayah pelayanan. Kualitas air yang jelek sangat mempengaruhi
kontinuitas air kepada pelanggan, dimana air bak yang jelek tidak sanggup diolah
karena memerlukan bahan-baha kimia yang lebih banyak dan harganya cukup
55
![Page 56: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/56.jpg)
mahal. Disamping itu, kekeruhan air yang tinggi biasanya tidak diolah sehingga
air yang sampai kepada pelanggan keruh atau produksi terhenti. Berdasarkan hasil
survey di PDAM bahwa hingga saat ini penggiliran pendistribusian air masih
berlangsung.
Sungai Poboya digunakan oleh penduduk sekitar sungai dan
kebutuhan air bersih yang dikelola oleh PDAM Kota Palu. Sungai Poboya itu
sendiri tidak meng-cover seluruh wilayah Kecamatan Palu Timur, melainkan
hanya pada Kelurahan Poboya, dan sebagian dari Kelurahan Tondo, Besusu
Timur, dan Talise. Sedangkan untuk Kelurahan Besusu Tengah, Besusu Barat,
Lasoani, Layana Indah, dan sebagian Kelurahan Tondo, Besusu Timur, dan Talise
digunakan sumber dari sungai Kawatuna, Watu Tela, dan sungai lainnya yang
juga dikelola oleh PDAM Donggala.
PDAM Kota Palu sendiri tidak meiliki data secara spesifik mengenai
jumlah pelanggan dalam satuan orang/ jiwa, dan hanya mempunyai data dalam
satuan sambungan. Data yang diperoleh menunjukan ada 989 sambungan, dengan
asumsi 5 orang per sambungan maka diperoleh 4945 jiwa. Jumlah tersebut
ditambahakan dengan jumlah penduduk Kelurahan Poboya yaitu 1795 jiwa,
sehingga diperoleh jumlah pengguna air bersih PDAM Kota Palu yaitu 6740 jiwa.
Hasil tersebut dipresentasekan terhadap jumlah penduduk seluruh Kecamatan Palu
Timur yaitu 74715 jiwa. Maka diperoleh persentase pengguna air bersih PDAM
Kota Palu adalah 9 % dari total jumlah penduduk Kecamatan Palu Timur. Hasil
tersebut yang kemudian dijadikan acuan untuk memperhitungkan proyeksi
kebutuhan air berish penduduk Kecamatan Palu Timur terhadap ketersediaan air
pada sungai Poboya sampai 20 tahun mendatang. Dari jumlah 989 sambungan
tersebut terdapat 172 sambungan yang overlap atau berada di luar kawasan Palu
timur, sehingga terjadi interkoneksi dengan PDAM Donggala.
Dari perhitungan kebutuhan air terhadap DAS Poboya dapat diketahui
bahwa kebutuhan air bersih penduduk yaitu 39,22 L/detik atau 0,03922 m³/detik,
sedangkan kebutuhan air untuk irigasi adalah 105 L/detik atau 0,105 m³/detik,
sehingga diperoleh total kebutuhan air adalah 144,22 L/detik atau 0,14422
m³/detik. Dengan proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air sampai dengan
56
![Page 57: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/57.jpg)
tahun 2029 (20 tahun) diperoleh 63,53 L/detik atau 0,06353 m³/detik untuk
kebutuhan air bersih penduduk, sehingga didapatkan total kebutuhan air bersih
penduduk dan pengairan irigasi pada tahun 2029 adalah 168,53 L/detik atau
0,16853 m³/detik.
5.2.3 Kualitas Sungai Poboya
Dari hasil pengujian kualitas air baik dari segi fisik maupun kimiawi,
diperoleh diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.15. Hasil Pengujian Fisik Kandungan Air Sungai Poboya
Jenis Pengujian Kandungan Syarat
Kekeruhan Air 1,01 NTU 5 NTU
Sumber : PDAM Kota Palu, 2010
(Dari segi fisik air aman dikonsumsi)
Tabel 5.16. Hasil Pengujian Kimia Kandungan Air Sungai Poboya
Jenis Pengujian Kandungan Syarat
Kandungan Mangan < 0,1 0,1
Kandungan Klorida 21 mg/L 600 mg/L
Kandungan pH 6 6,5 – 9
Kandungan Zat Padat Terlarut 360 mg/L 1000 mg/L
Kandungan Merkuri (Hg) 0,001 mg/L 0,001 mg/L
Sumber : PDAM Kota Palu, 2010
(Dari segi kimiawi air aman dikonsumsi)
Pengujian radioaktif dan bakteriologis tidak dilakukan dengan pertimbangan
intake pengambilan air DAS Poboya masih aman dari radioaktif dan bakteriologis
karena jauh dari jangkauan masyarakat umum.
Dengan membandingkan hasil pengujian yang dilakukan oleh PDAM dan Asperi,
maka dapat dilihat bahwa ada perbedaan hasil yaitu :
57
![Page 58: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/58.jpg)
Tabel 5.17. Perbandingan Hasil Pengujian Merkuri (Hg) PDAM dan Asperi
PDAM Asperi
Merkuri (Hg) 0,001 ppm Merkuri (Hg) 0,004 – 0,005 ppm
Sumber : PDAM Kota Palu & Asperi
Dengan melandaskan pada pengujian PDAM maka air DAS Poboya
aman dikonsumsi, namun jika dilandaskan pada pengujian Asperi maka air DAS
Poboya berbahaya untuk dikonsumsi karena mengandung zat kimia yang
melebihi batas aman konsumsi.
58
![Page 59: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/59.jpg)
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Ditinjau dari segi kuantitas dapat diketahui bahwa debit andalan yang ada
pada sungai Poboya berkisar antara 303 – 452 L/detik atau 0,303 – 0,452
m³/detik. Dan hingga saat ini baru termanfaatkan 144,22 L/detik atau 0,14422
m³/detik dengan sisa debit yang belum termanfaatkan berkisar antara 158,78
– 307,78 L/detik atau 0,15878 – 0,30778 m³/detik, yang berarti kuantitas
DAS Poboya cukup memadai.
2. Ditinjau dari segi kontinuitas, dengan mengabaikan kondisi alam yang akan
terjadi antara tahun 2010 hingga tahun 2029, maka dapat disimpulkan bahwa
debit yang tersedia pada DAS Poboya masih mencukupi untuk kebutuhan air
bersih dan pengairan irigasi. Dimana debit yang dibutuhkan adalah 168,53
L/detik atau 0,16853 m³/detik, dan debit yang tersedia berkisar antara 303 –
452 L/detik atau 0,303 – 0,452 m³/detik. Akan tetapi dengan meningkatnya
kebutuhan air, maka perlu ada penambahan instalasi pengolahan air (IPA)
untuk 20 tahun ke depan. Dimana instalasi yang ada saat ini hanya
berkapasitas 30 L/detik.
3. Ditinjau dari segi kualitas dapat diketahui bahwa air pada intake sungai
Poboya masih aman untuk dikonsumsi sebagai air bersih, baik ditinjau dari
kandungan fisik air maupun kandungan kimia, karena masih berada di bawah
ambang batas keamanan yang disyaratkan.
59
![Page 60: Habibi.docx](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062419/55721456497959fc0b944b62/html5/thumbnails/60.jpg)
6.2 Saran
1. Sebaiknya perlu ada bantuan langsung dari pihak fakultas terhadap
mahasiswa yang melakukan survey atau pencarian data pada pihak-pihak
terkait agar mempermudah dalam prosesnya sehingga tidak terlalu
menghambat dalam pengerjaan skripsi.
2. Pengadaan AWLR/ alat pengukur debit langsung sangat diperlukan untuk
pengambilan data debit yang lebih akurat.
3. Pemeriksaan terhadap kualitas air perlu ditingkatkan untuk semua sumber air
dan reservoir terhadap parameter yang telah ditentukan (Men-Kes 907/ Men-
Kes/VII/2002).
4. Sebaiknya perlu dilakukan pengujian dan perhitungan dalam survey lapangan,
khususnya pada perhitungan permukaan lahan terbuka dan kapasitas
kelembaban tanah, agar perhitungan debit andalan bisa lebih akurat.
60