h09tan1

191
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL SKRIPSI TRI ARIESSIANA NUSAWANTI H34052048 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: 21058286

Post on 21-Jun-2015

4.985 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: H09tan1

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTIPADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

TRI ARIESSIANA NUSAWANTIH34052048

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009

Page 2: H09tan1

RINGKASAN

TRI ARIESSIANA NUSAWANTI. Analisis Strategi Pengembangan UsahaRoti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal. Skripsi. Departemen Agribisnis,Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbinganPOPONG NURHAYATI).

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerakperekonomian Indonesia karena telah terbukti mampu bertahan pada masa krisisekonomi dan menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang banyak diusahakanUKM, dimana pada 2007 menempati urutan ketiga dengan persentasi sebesar 6,49persen. Industri makanan jadi merupakan bagian dari sektor industri pengolahanyang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragamanpangan. Roti merupakan salah satu alternatif makanan jadi yang cukup diminatimasyarakat karena tersedia dalam aneka pilihan rasa, praktis penyajiannya, dandapat dinikmati mulai anak-anak sampai orang tua. Oleh karena itu, konsumsiterhadap roti juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kondisi ini dapatmenjadi peluang pasar yang potensial bagi industri roti yang inginmengembangkan usahanya. Kabupaten Kendal juga tidak terlepas dariperkembangan usaha pembuatan roti, dimana jumlah produsen roti di KabupatenKendal semakin meningkat setiap tahunnya. Bertambahnya jumlah produsen rotiakan berimplikasi terhadap tingkat persaingan yang semakin tinggi diantaraperusahaan roti. Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di KabupatenKendal. Tingginya persaingan ini menjadi salah satu faktor bagi Bagas Bakeryuntuk melakukan pengembangan usaha. Tujuan penelitian ini adalah (1)menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi BagasBakery, (2) menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancamanbagi Bagas Bakery, serta (3) mengkaji kesesuaian antara alternatif strategi yangdiberikan dengan strategi yang telah dijalan oleh Bagas Bakery.

Penelitian ini dilaksanakan pada Bagas Bakery yang terletak di DesaKutoharjo RT 01/RW 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Waktupenelitian dilakukan selama bulan Januari sampai Mei 2008. Penarikan sampeldalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihanresponden dipilih secara sengaja. Respoden yang digunakan penelitian iniberjumlah lima orang, yaitu tiga respoden dari pihak internal dan dua respondendari pihak eksternal. Pihak internal meliputi pemilik Bagas Bakery sekaligusmerangkap bagian pemasaran, pengelola keuangan, dan pengawas produksi.Sedangkan pihak eksternal meliputi Kepala Seksi Pengawasan Industri DinasPerindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal serta Kepala bidang UMKMDinas KUKM Kabupaten Kendal. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalampenelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebihobjektif. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dananalisis tiga tahap formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untukmerumuskan strategi adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriksSWOT, dan matriks QSP (QSPM). Matriks IFE dan EFE menunjukkan total bobot skor rata-rata sebesar 2,752dan 2,959. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi Bagas Bakery berada

Page 3: H09tan1

pada posisi V, yaitu tahap hold and maintain. Kemudian dari matriks SWOTdiperoleh delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSP (QSPM) diperolehprioritas strategi bagi Bagas Bakery secara berturut-turut, yaitu (1) meningkatkankualitas Sumber Daya Manusia (STAS=6,317); (2) meningkatkan mutu produkdan pelayanan (STAS=6,175); (3) melakukan pengaturan dalam pengalokasiankeuangan perusahaan (STAS=6,136); (4) memanfaatkan skim kredit yangditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampumengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini(STAS=6,084); (5) mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yangsudah ada (STAS=6,026); (6) memperbaiki label kemasan produk (STAS=5,819);(7) mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dariprodusen ke konsumen (STAS=5,618); serta (8) membuka outlet khusus untukdirect selling (STAS=5,548). Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, terdapat kesesuaian antaraalternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh BagasBakery. Adapun strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan, antara lainmelakukan diversifikasi produk, menggunakan perantara dalam pendistribusianproduk, serta melayani/menerima pesanan untuk acara-acara tertentu. Kesesuaianini dapat dilihat dari alternatif strategi yang diberikan kepada Bagas Bakery masihberkaitan dengan strategi yang sudah dijalankan oleh perusahaan, misalnyamengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada yang masihberkaitan dengan strategi diversifikasi produk, mengoptimalkan saluran distribusiyang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen yang masihberkaitan dengan strategi penggunaan perantara dalam pendistribusian produk,serta meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang masih berkaitan denganstrategi menjaga mutu produk. Selain ketiga alternatif strategi tersebut, masihterdapat lima alternatif strategi baru dimana pihak Bagas Bakery belummenerapkannya saat ini. Meskipun tidak berkaitan dengan strategi yang sudah adasebelumnya, namun secara umum alternatif srtategi tersebut diharapkan mampumelengkapi dan mengatasi permasalahan Bagas Bakery saat ini. Hal ini karenapenyusunan strategi didasarkan atas kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, danancaman yang dihadapi Bagas Bakery.

Page 4: H09tan1

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTIPADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL

TRI ARIESSIANA NUSAWANTIH34052048

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009

Page 5: H09tan1

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas

Bakery, Kabupaten Kendal

Nama : Tri Ariessiana Nusawanti

NIM : H34052048

Disetujui,Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MMNIP. 131 995 654

DiketahuiKetua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MSNIP. 131 415 082

Tanggal Lulus :

Page 6: H09tan1

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Strategi

Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal adalah karya

sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Mei 2009

Tri Ariessiana Nusawanti

H34052048

Page 7: H09tan1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 10 April 1987. Penulis adalah

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suprapto dan Ibunda

Istianah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bojonggede pada

tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di

SLTP Negeri 2 Kendal. Kemudian pendidikan lanjutan menengah atas

diselesaikan pada tahun 2005 di SMU Negeri 1 Kendal.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006, penulis

diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai

mayor serta Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian sebagai

minor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di beberapa organisasi

internal maupun eksternal kampus, seperti pengurus Forum Komunikasi

Mahasiswa Bahurekso Kendal pada Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia

periode 2006-2007, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Manajemen sebagai Wakil Sekretaris II periode 2006-2007, pengurus Himpunan

Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai Kepala

Bidang Pemberdayaan Perempuan periode 2007-2008, serta beberapa kepanitian

yang bersifat sementara. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen

Mata Kuliah Ekonomi Umum periode 2007-2009.

Page 8: H09tan1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan

salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery,

Kabupaten Kendal . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal

dan eksternal pada Bagas Bakery serta mengkaji kesesuaian antara alternatif

strategi yang dihasilkan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah

penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

Tri Ariessiana Nusawanti

Page 9: H09tan1

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada :

1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus

pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang

telah diberikan kepada penulis selama kuliah maupun penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Suharno, MA. Dev selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini.

3. Etriya, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang

telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini.

4. Orang tua dan keluarga tercinta khususnya Ayah, Ibu, Mbak Dewi, Mas Jon,

Dek Ifa dan A an untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan.

Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan

selama masa perkuliahan.

6. Pihak Bagas Bakery khususnya Bapak Samsudin, Ibu Junarti dan Bapak

Sobari atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

7. Ibu Nur selaku Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kab. Kendal yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai

responden pihak eksternal.

8. Bapak Juni Suhendra selaku Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal yang telah bersedia meluangkan

waktunya sebagai responden pihak eksternal.

9. Moch Taufik Prayoga atas dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan

selama penyusunan skripsi.

10. Teman-teman satu bimbingan skripsi, yaitu wening, Syahra Zulfa, dan Ferry

atas kebersamaan dan semangat yang diberikan selama penelitian hingga

penulisan skripsi.

Page 10: H09tan1

11. Teman-teman satu lokasi gladikarya, khususnya anak-anak Pamijahan, yaitu

Rina, Echa, Indry, dan Ferdy serta anak-anak Ciawigebang dan Cibeureum

atas kebersamaan dan pengalaman selama di Kuningan.

12. Ika, Aqsa, Hepi, Tiara, Cila, Sari, Ayu, Mutiara Dewi, Wiwi, Shinta, Tika,

dan seluruh temen-teman Agribisnis 42 atas semangat, pengalaman,

kebersamaan, dan sharing yang diberikan selama penelitian hingga penulisan

skripsi.

13. Rizkia Amalia atas kesediannya sebagai pembahas dalam seminar dan saran

maupun masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi.

14. Teman-teman satu omda Fokma Bahurekso Kendal , yaitu Eni, Dila, Aji,

Rifka, Rino, Farikhin, dan lain-lain atas kebersamaan, keakraban, dan rasa

kekeluargaan selama di Bogor.

15. Teman-teman satu kosan Putri 26 , khususnya Fitriyah, Upik, Mbak Ria,

Teni, Mbak Desi, Ami, Mbak Ana, Mbak Dona, Gita, Ayu, dan Nia atas

kebersamaan dan kekeluargaan yang diberikan.

16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bogor, Mei 2009

Tri Ariessiana Nusawanti

Page 11: H09tan1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvi

I PENDAHULUAN ................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ....................................................... 6 1.3. Tujuan Penulisan ........................................................... 8 1.4. Kegunaan Penulisan ...................................................... 8 1.5. Ruang Lingkup .............................................................. 9

II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10 2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah .............................. 10 2.2. Karakteristik dan Klasifikasi Roti.................................... 12 2.3. Bahan Dasar Pembuatan Roti ........................................ 14 2.4. Tahapan Umum Pembuatan Roti ................................... 16 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................ 18

III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 25 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................... 25 3.1.1 Pengertian Strategi .............................................. 25 3.1.2 Klasifikasi Strategi ............................................. 25 3.1.3 Konsep Manajemen Strategis............................... 29 3.1.4 Strategi Pengembangan Usaha ............................. 32 3.1.5 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ...................... 33 3.1.6 Analisis Lingkungan Perusahaan ........................ 33 3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal .................. 33 3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ................ 35 3.1.7 Matriks IFE dan EFE .......................................... 40 3.1.8 Matriks IE ........................................................... 40 3.1.9 Matriks SWOT . .................................................. 41 3.1.10 Matriks QSP (QSPM) .......................................... 41 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .................................. 42

IV METODE PENELITIAN ....................................................... 45 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 45 4.2. Metode Penentuan Sampel ............................................ 45 4.3. Desain Penelitian ........................................................... 45 4.4. Data dan Instrumentasi .................................................. 46 4.5. Metode Pengumpulan Data ............................................ 46 4.6. Metode Pengolahan Data ............................................... 46 4.6.1. Analisis Lingkungan Perusahaan ........................ 47V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................ 58 5.1. Sejarah Pendirian Bagas Bakery .................................... 58 5.2. Lokasi Perusahaan ......................................................... 59

Page 12: H09tan1

5.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ................................ 60 5.4. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................... 60VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ....................... 63 6.1. Analisis Lingkungan Internal ......................................... 63 6.1.1. Manajemen ........................................................ 63 6.1.2. Pemasaran .......................................................... 65 6.1.3. Keuangan dan Akuntansi ................................... 71 6.1.4. Produksi dan Operasi ......................................... 72 6.1.5. Sumber Daya Manusia ....................................... 75 6.1.6. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ............ 77 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ...................................... 78 6.2.1. Lingkungan Jauh ................................................ 78 6.2.2. Lingkungan Industri ........................................... 98

VII FORMULASI STRATEGI ..................................................... 104 7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan 104 7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan ... 107 7.3. Analisis Matriks IFE ..................................................... 111 7.4. Analisis Matriks EFE .................................................... 113 7.5. Analisis Matriks IE ....................................................... 115 7.6. Analisis Matriks SWOT ................................................ 116 7.7. Analisis Matriks QSP (QSPM) ...................................... 120 7.8. Pengkajian Kesesuaian antara Alternatif Strategi yang Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Bagas Bakery ................................................................ 122VIII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 127 8.1. Kesimpulan ................................................................... 127 8.2. Saran ............................................................................ 129

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 130LAMPIRAN ....................................................................................... 132

Page 13: H09tan1

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Sebulan di Indonesia Tahun 2002 2007 ...................... 2

2. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah per 100 gram Bahan Zat Gizi ........................................................ 3

3. Konsumsi Rata-Rata Roti Per Kapita Sebulan di Indonesia pada Tahun 2004 2007 .......................................... 4

4. Perkembangan Jumlah Perusahaan Roti di Kabupaten Kendal pada Tahun 2003 2008 ............................. 5

5. Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................... 22

6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan .................... 48

7. Matriks IFE ................................................................................... 498. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ................. 50

9. Matriks EFE ................................................................................... 52

10. Matriks QSP (QSPM) ................................................................... 57

11. Penetapan Harga Jual Roti pada Bagas Bakery .............................. 68

12. Besarnya Kompensasi untuk Masing-Masing Unit Produksi pada Bagas Bakery ....................................................................... 7713. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003 2007 ............................. 8314. Produk Domestik Regional Broto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Kendal pada Tahun 2004 2007 .................................. 8315. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 - 2007 (Persen) .......................................................... 8416. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kendal Tahun 2003-2007 (Milyar Rp) ....................................................... 8517. Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal per Kapita Sebulan pada Tahun 2003-2007 .................................... 8618. Persentase Pola Konsumsi Makanan Penduduk Kabupaten Kendal pada Tahun 2007 ............................................. 8719. Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Kendal pada Tahun 2004-2007 .................................................................. 8820. Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok Pengeluaran di Kabupaten Kendal pada Tahun 2006-2007 (Persen) .................................................... 89

21. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009 .............................. 9322. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg) ................. 9423. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 .............................. 9624. Jumlah Penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2001-2007 ................ 96

Page 14: H09tan1

25. Analisis Matriks IFE Usaha Roti Bagas Bakery ............................. 11226. Analisis Matriks EFE Usaha Roti Bagas Bakery ............................ 11427. Prioritas Alternatif Strategi pada Bagas Bakery ............................. 12428. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Diberikan dengan Stretegi yang telah Dijalankan oleh Bagas Bakery ............. 12329. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Bagas Bakery Sebelum Penerapan Strategi ................................... 125

Page 15: H09tan1

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Penjualan per Bulan Bagas Bakery pada Bulan Februari sampai Desember 2008 .................................. 7

2. Model Strategi Generik menurut Porter (1991) .............................. 27

3. Model Komprehensif Manajemen Strategis ................................... 31

4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ....... 37

5. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................. 44

6. Matriks Internal Eksternal (IE) ...................................................... 53

7. Matriks SWOT .............................................................................. 55

8. Struktur Organisasi Bagas Bakery ................................................. 61

9. Saluran Distribusi pada Bagas Bakery ........................................... 69

10. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu .................... 90

11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula ................................... 91

12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur .................................. 92

13. Analisis Matriks IE Usaha Roti Bagas Bakery ............................... 115

Page 16: H09tan1

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Wawancara Mengenai Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal pada Bagas Bakery .................................................. 133

2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal ............................................................................... 138

3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis ............................... 1434. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery ........................................................................ 1485. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery ........................................................................ 1496. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal ............................................................................ 1507. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis ............................. 155

8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery ........................................................................ 160

9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery ........................................................................ 161

10. Matriks SWOT untuk Usaha Roti Bagas Bakery ............................ 16211. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Bagas Bakery ....................... 163

12. Dokumentasi ................................................................................. 175

Page 17: H09tan1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan yang besar dalam

perekonomian Indonesia dan terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi

serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Kondisi

ini dapat dilihat dari kontribusi Usaha Kecil Menengah terhadap penyerapan

tenaga kerja, nilai tambah terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB),

dan nilai ekspor hasil produksi UKM.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perkembangan jumlah UKM pada

periode 2006-2007 mengalami peningkatan 1,84 persen, yaitu dari 48,9 juta unit

usaha pada 2006 menjadi 49,8 juta unit usaha pada 2007. Adanya peningkatan

pada jumlah UKM ini berimplikasi terhadap penyerapan tenaga kerja, yaitu

sebesar 91,8 juta orang atau 97,3 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia.

Peningkatan ini tidak hanya dilihat dari perkembangan jumlah UKM dan

penyerapan tenaga kerja saja, akan tetapi peningkatan juga terjadi pada

pembentukan PDB dan nilai ekspor hasil produksi UKM. Kontribusi UKM

terhadap penciptaan PDB pada 2007 mencapai Rp 2.121,3 triliun meningkat

sebesar Rp 335,1 triliun dari tahun 2006. Dari jumlah ini, UKM memberikan

kontribusi sebesar 53,6 persen dari total PDB Indonesia. Selain itu, hasil produksi

UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 122,3 triliun

pada tahun 2006 menjadi Rp 142,8 triliun pada tahun 2007.1 Kondisi ini

menunjukkan bahwa Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu motor

penggerak yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian

nasional dan daerah.

Menurut jenis lapangan usahanya, maka Usaha Kecil Menengah dibagai

menjadi sembilan sektor, yaitu (1) sektor pertanian, perkebunan, peternakan,

kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri

pengolahan, (4) listrik, gas, dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel,

dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, dan jasa

1 [BPS] Badan Pusat Statistik. 30 Mei 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008.http://www.depkop.go.id/depkopgoid2008/index.php. Hlm 1. [10 Februari 2008]

Page 18: H09tan1

perusahaan, serta (9) sektor jasa-jasa. Dari kesembilan sektor tersebut, industri

pengolahan merupakan salah satu sektor yang banyak diusahakan oleh UKM

dimana pada tahun 2007 berada pada urutan ketiga dengan persentasi sebesar 6,49

persen.2 Industri makanan jadi merupakan salah satu bagian dari sektor industri

pengolahan yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan

penganekaragaman pangan.

Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang yang membawa segala

sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien, maka preferensi masyarakat

juga berubah termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang didukung

oleh perubahan pola konsumsi. Adanya perubahan pola konsumsi ditunjukkan

oleh kecenderungan masyarakat saat ini untuk mengkonsumsi makanan atau

minuman siap saji. Berikut ini merupakan data mengenai pengeluaran rata-rata

makanan dan minuman jadi di Indonesia yang menunjukkan adanya peningkatan

(Tabel 1).

Tabel 1. Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Sebulandi Indonesia Tahun 2002 2007

Tahun Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan MinumanJadi per Kapita per Bulan (Rp)

2002 20.012

2003 22.068

2004 24.202

2005 27.729

2006* 30.169

2007* 37.030

Sumber : Susenas Tahun 2003 - 2007

Keterangan : * mulai tahun 2006 minuman yang mengandung alkohol sudah tergabung dengan kelompok makanan dan minuman jadi

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui adanya peningkatan terhadap pengeluaran

rata-rata masyarakat Indonesia yang digunakan untuk mengkonsumsi makanan

dan minuman jadi setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa preferensi

2 Loc. cit

Page 19: H09tan1

masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman jadi dalam hal

pemenuhan kebutuhan pangannya meningkat setiap tahun.

Industri roti (bakery) merupakan bagian dari industri makanan jadi yang

memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses

produksinya. Di dalam ilmu pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery,

bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, kraker, dan pie. Di dalam kelompok

bakery, roti merupakan produk yang paling pertama dikenal dan populer hingga

saat ini. Roti merupakan makanan yang berbasis tepung terigu yang semula

dikonsumsi sebagai makanan selingan, namun dalam perkembangannya, budaya

mengkonsumsi roti tidak lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian besar

masyarakat Indonesia. Meskipun dalam kenyataannya, roti belum bisa

menggantikan fungsi nasi sebagai makanan pokok, akan tetapi seiring dengan

berjalannya waktu, roti akhirnya tidak lagi dikaitkan dengan sarapan pagi, tetapi

sudah meluas sebagai menu makanan alternatif di segala kondisi dan waktu

makan. Selain itu, kandungan gizi yang terdapat pada roti juga tidak jauh berbeda

bahkan lebih baik daripada nasi atau mi basah. Berikut ini merupakan data

mengenai kandungan gizi roti per 100 gram bahan zat gizi (Tabel 2).

Tabel 2. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah per 100 gram BahanZat Gizi

Zat Gizi Roti Putih Roti Coklat Nasi Mi Basah

Energi (Kkal) 248,00 249,00 178,00 86,00

Protein (g) 8,00 7,90 2,10 0,60

Lemak (g) 1,20 1,50 0,10 3,30

Karbohidrat (g) 50,00 49,70 40,60 14,00

Kalsium (mg) 10,00 20,00 5,00 14,00

Fosfor (mg) 95,00 140,00 22,00 13,00

Besi (mg) 1,50 2,50 0,50 0,80

Vitamin A (SI) 0,00 0,00 0,00 0,00

Vitamin B1 (mg) 0,10 0,15 0,02 0,00

Vitamin C (mg) 0,00 0,00 0,00 0,00

Air (g) 40,00 40,00 57,00 80,00

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992) dalam http://banabakery.wordpress.com

Page 20: H09tan1

4

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa kandungan gizi yang terdapat pada

100 gram roti lebih banyak dibandingan dengan kandungan gizi yang terdapat

pada 100 gram nasi atau mie basah, khususnya dalam hal energi, karbohidrat,

protein, kalsium, fosfor dan besi. Kondisi ini menunjukkan bahwa roti memiliki

keunggulan yang lebih baik daripada nasi atai mie basah terkait dengan

kandungan gizinya.

Roti digemari banyak orang mulai dari anak-anak sampai orang dewasa

karena roti mudah dan praktis penyajiannya, tersedia dalam aneka bentuk maupun

pilihan rasa seperti coklat, strawberry, vanila, keju, nenas, daging sapi, daging

ayam, sosis dan lain-lain serta roti memiliki cita rasa dan tekstur yang khas.

Terkait dengan kelebihan dan kepraktisan yang terdapat pada roti maka konsumsi

rata-rata penduduk terhadap produk roti mengalami peningkatan. Berikut ini

merupakan data mengenai konsumsi rata-rata terhadap produk roti (Tabel 3).

Tabel 3. Konsumsi Rata-Rata Roti Per Kapita Sebulan di Indonesia pada Tahun 2004 2007

TahunKonsumsi Rata-Rata Roti

Tawar Per Kapita Per Bulan(bungkus kecil)

Konsumsi Rata-Rata Roti Manis atauLainnya Per Kapita Per Bulan

(potong)2004 0,160 1,336

2005 0,152 1,408

2006 0,184 1,520

2007 0,272 2,020

Sumber : Susenas Tahun 2004 2007

Berdasarkan Tabel 3, konsumsi rata-rata penduduk Indonesia terhadap roti

secara umum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan

bahwa kebutuhan masyarakat terhadap pangan khususnya roti mengalami

peningkatan dan budaya untuk mengkonsumsi roti sudah tidak menjadi asing lagi

bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peluang pasar untuk

industri roti masih cukup besar dan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan roti

untuk mengembangkan usahanya juga masih besar.

Seiring dengan meningkatnya perkembangan perusahaan yang bergerak di

bidang industri roti (bakery) maka skala usaha yang dijalankan juga semakin

Page 21: H09tan1

5

beragam, mulai dari home industry, kecil, sedang, sampai usaha besar. Kabupaten

Kendal juga tidak terlepas dari perkembangan usaha pembuatan roti. Saat ini,

industri roti merupakan salah satu industri makanan jadi di Kendal yang cukup

berkembang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan roti di Kabupaten

Kendal yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 4 memberikan

informasi mengenai perkembangan jumlah usaha kecil dan menengah secara

keseluruhan yang terdapat di Kabupaten Kendal.

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Perusahaan Roti di Kabupaten Kendal padaTahun 2003 2008

Tahun Jumlah Perusahaan (Unit) Pertumbuhan (%)

2003 10 -

2004 26 61,54

2005 32 18,75

2006 50 36,00

2007 53 5,66

2008 72 26,39

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal (2003-2008)

Berdasarkan Tabel 4, jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin

meningkat dan laju pertumbuhan perusahaan roti yang paling tinggi terjadi pada

2008. Hal ini karena pada 2008 kondisi perekonomian Kabupaten Kendal semakin

baik sehingga hal ini berimplikasi terhadap peningkatan seluruh sektor ekonomi,

termasuk industri roti yang merupakan bagian dari sektor industri pengolahan.

Bertambahnya jumlah produsen roti maka bertambah pula jumlah pesaing dalam

industri roti tersebut sehingga kondisi ini berimplikasi terhadap tingkat persaingan

yang juga semakin tinggi untuk merebut pangsa pasar. Oleh karena itu, para

produsen roti harus mampu merumuskan strategi yang tepat untuk menghadapi

persaingan yang semakin ketat sehingga mampu bertahan dalam industri roti

(bakery).

Page 22: H09tan1

6

1.2. Perumusan Masalah

Perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya

perubahan pola konsumsi. Seiring dengan tingkat kesibukan dan aktivitas

masyarakat yang semakin meningkat yang didukung oleh kemajuan di berbagai

bidang maka kondisi tersebut menuntut pada segala sesuatu yang lebih praktis dan

efisien. Salah satunya, yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan jadi yang

lebih praktis namun beragam. Oleh karena itu, dengan adanya peluang pasar

tersebut maka saat ini berkembang berbagai industri makanan jadi, misalnya

industri roti.

Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal.

Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk jenis roti manis. Pada

awalnya roti yang diproduksi hanya berupa roti bolu, namun seiring

perkembangan usahanya, saat ini Bagas Bakery telah memproduksi lima jenis roti

yaitu roti bolu, roti sobek, roti pia, roti pisang, dan roti cokelat. Berdasarkan

definisi Usaha Kecil dan Menengah menurut Badan Pusat Statistik serta

Kementerian UKM dan Koperasi, jika dilihat dari jumlah tenaga kerja dan omset

penjualannya maka usaha Bagas Bakery dapat digolongkan sebagi usaha

menengah. Hal ini karena saat ini jumlah tenaga kerja yang dimiliki Bagas Bakery

berjumlah 51 orang dan hasil penjualan rotinya sekitar Rp 250-300 juta per bulan.

Saat ini kemampuan Bagas Bakery dalam mengolah tepung terigu menjadi

roti sekitar 650 kg tepung terigu per hari. Kapasitas tersebut dinilai kurang karena

jika ingin memenuhi permintaan pasar maka Bagas Bakery harus mampu

meningkatkan kapasitas produksinya dalam mengolah tepung terigu menjadi roti,

yaitu sekitar 750 kg tepung terigu per hari. Keterbatasan Bagas Bakery dalam

mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk rotinya karena adanya

keterbatasan mesin produksi dan tempat produksi. Jadi, dapat dikatakan kapasitas

produksi dari Bagas Bakery sekitar 86,67 persen. Meskipun pada umumnya usaha

Bagas Bakery mengalami peningkatan penjualan karena adanya peningkatan

permintaan terhadap produk roti, akan tetapi pada bulan tertentu penjualan Bagas

Bakery mengalami penurunan. Fluktuasi penjualan Bagas Bakery dapat dilihat

pada Gambar 1.

Page 23: H09tan1

7

Gambar 1. Grafik Penjualan per Bulan Bagas Bakery pada Bulan Februari sampai Desember 2008 Sumber : Pemilik Bagas Bakery

Gambar 1 menunjukkan bahwa penurunan penjualan Bagas Bakery yang

paling signifikan terlihat pada September 2008. Hal ini karena pada bulan

September 2008 bertepatan dengan bulan Ramadhan dan pada umumnya

keinginan konsumen untuk mengkonsumsi roti cenderung mengalami penurunan

sehingga hal ini berdampak pada penjualan Bagas Bakery yang menurun.

Dari sisi manajemen, terjadi tumpang tindih pekerjaan dimana pemilik

perusahaan selain berperan sebagai pemilik perusahaan juga bertanggung jawab

terhadap pemasaran produk. Hal ini menyebabkan pemilik perusahaan

mengemban tugas yang lebih berat. Selain itu, struktur organisasi Bagas Bakery

juga tidak begitu jelas, tetapi prinsip dasar manajemen telah diterapkan cukup

baik. Selain itu, Bagas Bakery juga menghadapi persaingan antar produsen roti

yang semakin tinggi mengingat jumlah produsen roti yang terdapat di Kabupaten

Kendal semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Melihat kondisi tersebut maka Bagas Bakery memerlukan perancangan

strategi pengembangan usaha yang tepat untuk mengembangkan usahanya, agar

mampu bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dan menghadapi

lingkungan yang selalu berubah. Strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi

Bagas Bakery adalah strategi yang diformulasikan dengan tepat ketika Bagas

Bakery mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki

Page 24: H09tan1

8

serta menghadapi peluang dan menghindari ancaman yang ada. Untuk

merumuskan strategi yang efektif maka dibutuhkan serangkaian proses analisis

internal dan eksternal untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang

berkaitan erat dengan pengembangan usaha bagi Bagas Bakery ke depan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apa sajakah faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi

Bagas Bakery?

2. Apa sajakah faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi

Bagas Bakery?

3. Bagaimana kesesuaian antara alternatif strategi yang dihasilkan dengan

strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan

penelitian ini yaitu :

1) Menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi

Bagas Bakery.

2) Menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi

Bagas Bakery.

3) Mengkaji kesesuaian antara alternatif strategi yang dihasilkan dengan strategi

yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery.

1.4. Kegunaan Penulisan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan maka kegunaan penulisan

penelitian ini, yaitu :

1) Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan

bagi penulis mengenai perkembangan industri roti dan strategi yang

diterapkan produsen roti dalam mengelola usahanya.

2) Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam hal

Page 25: H09tan1

9

pembuatan suatu perencanaan jangka panjang yang menyeluruh dalam rangka

pengembangan usaha.

3) Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan

wawasan kepada pembaca mengenai industri roti dan dapat menjadi referensi

untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya mencakup pengkajian alternatif strategi

pengembangan usaha bagi Bagas Bakery yang berdasarkan analisis lingkungan

internal dan lingkungan eksternal. Implikasi strategi diserahkan sepenuhnya

kepada pengambil keputusan pada usaha Bagas Bakery.

Page 26: H09tan1

10

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah Menurut UU No. 9/1995, yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah

usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Memiliki kekekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar.

3) Milik Warga Negara Indonesia (WNI).

4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung

dengan usaha menengah atau besar.

5) Bentuk usaha merupakan orang perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Menurut Inpres No. 10/1999, yang dimaksud Usaha Menengah adalah

usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha

orang orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan

usaha berbadan hukum termasuk koperasi

2) Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun

tidak langsung, dengan Usaha Besar

3) Memiliki kekayaan bersih antara Rp 200 juta - Rp 10 miliar tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling

banyak Rp 1 milyar per tahun.3

Disamping kedua definisi tersebut, Kementerian Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah juga memiliki definisi tersendiri terhadap penggolongan Usaha

Kecil dan Menengah. Suatu usaha digolongkan sebagai sebagai usaha kecil jika

memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun, sedangkan sebuah usaha

digolongkan sebagai usaha menengah jika usaha yang dijalankan memiliki omset

3 Rahmana, Arief. 8 November 2008. Keragaman Definisi UKM di Indonesiahttp://infoukm.wordpress.com/keragaman-definisi-ukm-di-indonesia/. [25 November 2008]

Page 27: H09tan1

11

antara Rp 1 milyar sampai dengan Rp 50 milyar per tahun. Selain itu, Badan Pusat

Statistik juga memiliki definisi tersendiri terkait dengan definisi Usaha Kecil

Menengah, yaitu dengan menggolongkan usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja.

Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1 sampai 19 orang; Usaha

Menengah adalah usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 99 orang; dan Usaha

Besar adalah usaha yang memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.4

Menurut UU No. 20/2008, yang dimaksud usaha kecil adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

ini. Adapun kriteria usaha kecil adalah :

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta Rp 500 juta tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta Rp 2,5 milyar.

Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria dari Usaha

Menengah yaitu :

1) Memiliki kekayaan bersih antara Rp 500 juta Rp 10 milyar tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2) Memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp 2,5 milyar - Rp50 milyar.5

4 [Anonim]. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)http://logika-hati.com/bisnis/Definisi-Usaha-Mikro-Kecil-Menengah-UMKM.html.

[7 Februari 2009]5 [Anonim]. 9 Januari 2009. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Undang-

Undang No. 20 Tahun 2008. http://ukm88.blogspot.com/2009/01/kriteria-umkm-kriteria-usaha-mikro.html. [10 Februari 2009]

Page 28: H09tan1

12

2.2. Karakteristik dan Klasifikasi Roti

Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu

dengan ragi atau bahan pengembang lainnya dan kemudian dipanggang. Pada

awalnya, roti dibuat dari bahan yang sederhana dan cara pembuatan yang

sederhana pula, yaitu roti dibuat dari dari gandum yang digiling menjadi terigu

murni dan dicampur air kemudian dibakar di atas batu panas atau oven. Namun

dengan berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih bervariasi baik dari segi

ukuran, penampilan, bentuks, tekstur, rasa, dan bahan pengisiannya yang

disebabkan adanya pengaruh terhadap perkembangan pembuatan roti yang

meliputu aspek bahan baku, proses pencampuran, dan metode pengembangan

adonan.

Menurut Mudjajanto dan Yulianti (2007), roti dapat dibedakan

berdasarkan rasa, warna, nama daerah/negara asal, bahan penyusun, dan cara

pengembangan adonan.

1) Roti Berdasarkan Rasa

Berdasarkan rasanya, roti dibagi menjadi dua, yaitu roti manis dan roti tawar.

Roti manis adalah roti yang memiliki cita rasa manis yang menonjol,

bertekstur empuk, dan diberi bermacam-macam isi. Selain rasa, daya tarik

yang dimiliki oleh roti manis terdapat pada bentuk yang menarik. Sedangkan

roti tawar adalah roti yang dibuat dari adonan dengan sedikit gula atau

bahkan tidak sama sekali. Biasanya penggunaan gula pada pembuatan roti

tawar hanya digunakan dalam percepatan proses fermentasi.

2) Roti Berdasarkan Warna

Berdasarkan warnanya, roti dibedakan menjadi roti putih (white bread) dan

roti cokelat (brown bread). Pada umumnya semua produk roti putih dibuat

dari tepung terigu dan roti tersebut mempuntai isi atau remah (crumb)

berwarna putih cerah serta kulit (crust) berwarna cokelat muda. Sedangkan

roti cokelat, pada dasarnya dibuat dari tepung gandum hitam sedang dan

gelap. Jenis roti cokelat ini lebih kaya rasa dan gizi dibandingkan dengan

produk roti putih.

Page 29: H09tan1

13

3) Roti Berdasarkan Asal Daerah/Negara Asal

Penggolongan roti berdasarkan asal daerah/negara dibedakan menjadi roti

perancis, roti italia, roti wina, dan roti belanda. Roti perancis adalah roti yang

terbuat dari formula yang tidak mengandung lemak dari adonan asam.

Biasanya roti perancis berbentuk panjang seperti tongkat dan berkerak tebal,

keras, bersifat asam, serta berlubang besar sehingga remahnya kurang. Roti

italia adalah adalah roti yang terbuat dari formula yang tidak mengandung

lemak sama sekali. Roti italia memiliki ciri-ciri berbentuk panjang dan

runcing sehingga mudah dipatahkan, kerak rotinya tebal dank eras, serta

remahnya kering. Roti wina adalah roti yang butiranyya lebih terbuka dan

berlubang-lubang, remahnya kering, dan susunannya kasar. Pada umumnya

roti wina memiliki bentuk runcing dan terdapat gurat-gurat diagonal serta

dihiasi taburan wijen. Sedangkan roti belanda pada umumnya berupa roti sup

(dinner roll), bentuk permukaannya mengerak dan garing tetapi bagian

dalamnya sangat lembut.

4) Roti Berdasarkan Bahan Penyusun

Penggolongan roti berdasarkan bahan penyusunnya dibedakan menjadi roti

kismis, rye bread, egg twist, gandum pecah, dan lain-lain. Roti kismis adalah

jenis roti manis yang diisi dengan kismis sehingga dapat dimakan utuh tanpa

pengoles atau bahan tambahan lain. Rye bread adalah jenis roti yang terbuat

dari tepung gandum hitam yang pembuatannya ditambahkan asam, seperti

susu asam dan mengalami proses peragian yang cukup lama sekitar 18 24

jam. Egg twist adalah jenis roti yang dibuat dalam dua bentuk, yaitu roti

berputar melingkar atau cara lurus seperti roti biasa. Sementara roti gandum

pecah adalah roti yang beraroma kacang-kacangan yang terbuat dari gandum

yang direndam selama beberapa jam sebelum digunakan.

5) Roti Berdasarkan Cara Pengembangan Adonan

Berdasarkan cara pengembangan adonan, roti dibedakan menjadi roti tanpa

pengasaman (unleavened bread), roti dengan pengasaman ragi atau

mikroorganisme, roti cepat, dan roti dengan pengasaman udara atau uap. Roti

tanpa pengasaman adalah roti yang terbuat dari adonan tanpa menggunakan

bahan pengembang sehingga tidak terjadi fermentasi sama sekali. Bentuk roti

Page 30: H09tan1

14

ini berupa lembaran seperti pancake. Roti yang dikembangkan dengan ragi

akan menghasilkan produk yang seragam, rasa dan aroma yang khas, serta

tekstur yang lembut. Pizza merupakan salah satu contoh roti dengan

pengasaman ragi. Roti cepat adalah roti yang dibuat dalam waktu singkat

dengan cara meniadakan proses fermentasi dan menambahkan bahan

pengembang kimia, seperti baking soda. Contoh roti cepat adalah muffin,

coffe cake, waffle, dan pancake.

2.3. Bahan Dasar Pembuatan Roti

Untuk menghasilkan roti yang berkualitas baik, maka dalam proses

pembuatan roti harus menggunakan bahan dasar bermutu. Menurut Mudjajanto

dan Yulianti (2007), bahan dasar pembuatan roti terdiri dari bahan baku dan

bahan penunjang.

1) Bahan Baku

Terigu merupakan satu-satunya tepung yang dapat digunakan untuk membuat

roti karena mengandung gluten sebagai kerangka dasar roti. Tepung terigu

berasal dari gandum yang digiling. Pada umumnya tepung terigu dibagi

menjadi tiga, yaitu :

a) Terigu protein rendah

Terigu protein rendah berasal dari penggilingan gandum jenis soft atau

lunak. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten yang lemah, kandungan

protein 8 9 persen, sifat elastisitasnya kurang, dan mudah putus.

Biasanya jenis terigu ini digunakan untuk bahan pembuatan cake,

cookies, dan kue kering. Contoh terigu jenis ini yang beredar di pasaran

adalah cap Kunci Biru.

b) Terigu protein tinggi

Terigu jenis ini dihasilkan dari penggilingan gandum jenis hard atau

keras. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten yang kuat, kandungan

protein 11 12 persen, sifat elastisitasnya baik, dan tidak mudah putus.

Terigu jenis hard biasanya digunakan untuk membuat mi dan roti.

Contoh terigu jenis ini yang beredar di pasaran adalah cap Cakra

Kembar.

Page 31: H09tan1

15

c) Terigu protein sedang

Terigu protein sedang merupakan terigu campuran dari terigu jenis soft

dan hard. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten sedang dan kadar

protein 10 11 persen. Biasanya terigu protein sedang digunakan untuk

membuat mi, roti, dan keperluan rumah tangga. Contoh terigu jenis ini

yang beredar di pasaran adalah cap Segitiga Biru.

2) Bahan Penunjang

Bahan penunjang dalam pembuatan roti adalah air, garam, yeast atau ragi,

gula, susu, lemak, telur, dan mineral yeast food. Pemilihan bahan penunjang

yang baik akan membantu pembentukan roti yang berkualitas baik. Bahan

penunjang ini berbeda fungsi antara yang satu dengan lainnya.

a) Air

Dalam pembuatan roti, air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya

gluten serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Selain itu, air juga

berperan sebagai pelarut garam, penahan dan penyebar bahan-bahan

bukan tepung secara seragam, dan memungkinkan adanya aktifitas

enzim.

b) Garam

Fungsi garam dalam pembuatan roti adalah penambah rasa gurih,

pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari

adonan beragi, penambah kekuatan gluten, pengatur warna kulit, dan

pencegah timbulnya bakteri-bakteri dalam adonan.

c) Yeast atau ragi

Volume roti yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh hasil CO2 selama

pengembangan adonan dan karakteristik dari protein untuk menahan gas.

Sementara yang berfungsi sebagai pengembang adonan dengan produksi

gas CO2 nya adalah ragi. Selain itu, ragi juga berfungsi sebagai pelunak

gluten dengan asam yang dihasilkan serta pemberi rasa dan aroma.

d) Gula

Gula memiliki peranan yang sangat penting dalam pembuatan roti, antara

lain sebagai makanan ragi, member rasa, mengatur fermentasi,

memperpanjang umur roti (shelf life), menambah kandungan gizi,

Page 32: H09tan1

16

membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, memberikan daya

pembasahan pada roti, dan memberikan warna cokelat yang menarik

pada kulit karena proses milliard atau karamelisasi.

e) Susu

Dalam pembuatan roti, penambahan susu pada tepung jenis lunak (soft)

atau berprotein rendah lebih banyak dibandingkan pada tepung jenis

keras atau berprotein tinggi. Penambahan susu sebaiknya berupa susu

padat. Hal ini dikarenakan susu padat menambah penyerapan air dan

memperkuat adonan, susu padat menjadikan remah roti lebih baik dan

halus sehingga mudah dipotong, mempertinggi volume roti,

meningkatkan mutu simpan, mempertahankan keempukan roti pada saat

penyimpanan, serta menambah nilai gizi karena mengandung mineral,

protein, lemak, dan vitamin.

f) Lemak (shourtening)

Lemak berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti,

mempermudah sifat pemotongan roti, memberikan kulit roti lebih lunak,

dan dapat menahan air sehingga shelf life roti lebih lama. Selain itu,

lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan

membantu pengembangan susunan fisik roti yang dibakar (baked bread).

g) Telur

Telur berfungsi sebagai pengembang, pembentuk warna, perbaikan asa,

dan penambah nilai gizi.

h) Mineral yeast food

Mineral yeast food digunakan sebagai makanan ragi, pengatur kegiatan

enzim, pengatur kerja gluten, penyesuaian jumlah makanan ragi dengan

jenis tepung yang digunakan, dan pengatur berbagai jenis air yang

tersedia. Bentuknya menyerupai vetsin dan penggunaannya hanya sekitar

0,25 0,50 persen.

2.4. Tahapan Umum Pembuatan Roti

Pada umumnya tahap pembuatan roti sama, baik untuk pembuatan roti

tawar, roti manis, maupun roti cepat. Adapun tahap pembuatan roti adalah sebagai

berikut :

Page 33: H09tan1

17

1) Seleksi bahan

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahap seleksi bahan,

yaitu harga bahan, kualitas bahan, stok yang cukup, dan tempat penyimpanan.

2) Penimbangan

Penimbangan bahan harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi

kesalahan dalam penggunaan jumlah bahan. Oleh karena itu, dalam

penimbangan, hindarkan penggunaan sendok atau cangkir sebagai takaran.

3) Pengadukan atau pencampuran (mixing)

Mixing berfungsi untuk mencampur secara homogen semua bahan,

mendapatkan hidrasi yang sempuna pada karbohidrat dan protein,

membentuk dan melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten. Tujuan

mixing adalah untuk membuat dan mengembangkan daya rekat. Pada proses

mixing harus dilakukan secara hati-hati karena jika mixing dilakukan secara

berlebihan maka dapat mengakibatkan rusaknya susunan gkuten, adonan

semakin panas, dan proses peragian akan semakin lambat. Namun sebaliknya,

jika mixing yang dilakukan kurang maka akan menyebabkan adonan roti

menjadi kurang elastic, volume roti sangat kurang, dan roti yang dihasilkan

akan mudah hancur ketika mengembang sebelum dibakar atau ketika dalam

oven.

4) Peragian (fermentation)

Adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan dengan proses

peragian, yaitu adonan dibiarkan beberapa saat pada suhu sekitar 35°C. Tahap

peragian sangat penting untuk pembentukan rasa dan volume.

5) Pengukuran atau penimbangan adonan (dividing)

Penimbangan adonan bertujuan untuk memperoleh ukuran roti yang seragam.

Sebelum ditimbang, adonan harus dipotong-potong dalam beberapa bagian.

Proses penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena proses fermentasi

tetap berjalan.

6) Pembulatan adonan (rounding)

Adonan yang telah dipotong selanjutnya dibentuk bulatan-bulatan sesuai

dengan keperluan.

Page 34: H09tan1

18

7) Pengembangan singkat (intermediate proof)

Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk beberapa saat

pada suhu 35 - 36°C dengan kelembapan 80 83 persen selama 6 10 menit.

8) Pembentukan adonan (moulding)

Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah

diistirahatkan digiling dengan menggunakan roll pin, kemudian digulung atau

dibentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan.

9) Peletakkan adonan dalam cetakan (panning)

Adonan yang sudah digulung dimasukkan ke dalam cetakan dengan cara

bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang

mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya adonan diistirihatkan

dalam cetakan sebelum dimasukkan ke dalam pembakaran.

10) Pembakaran (baking)

Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu kita-kira 205°C. Sebelum

pembakaran selesai, pintu oven dibuka sedikit sekitar 2 3 menit.

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu

Sitompul (2005) melakukan penelitian mengenai analisis pengendalian

bahan baku di Bogor Permai Bakery. Metode yang digunakan adalah metode

Material Requiretment Planning (MRP), teknik Lot for lot, teknik EOQ, teknik

POQ dan teknik PPB. Metode MRP dalah metode yang lazim digunakan dalam

manajemen persediaan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan telah melakukan

sistem pengendalian bahan baku tertentu dalam proses produksinya. Sistem yang

digunakan lebih berdasarkan pengalaman historis perusahaan sebab perusahaan

menilai bahwa sistem ini masih cukup efisien dan perusahaan belum pernah

menemui kendala dalam penggunaannya. Berdasarkan perhitungan dengan

metode MRP diperoleh kesimpulan bahwa untuk bahan baku terigu penggunaan

teknik POQ atau PPB menghasilkan penghematan biaya persediaan tertinggi

sebesar 46,2 persen. Untuk bahan baku mentega, penghematan tertinggi diperoleh

dengan menggunakan teknik POQ sebesar 43,7 persen. Untuk bahan baku gula

dengan menggunakan teknik PBB, perusahaan dapat menghemat sebesar 25,6

Page 35: H09tan1

19

persen dari biaya perusahan. Untuk bahan baku telur, penghematan sebesar 86,3

persen didapatkan dengan penggunaan teknik POQ. Pengendalian susu fullcream

dapat dilakukan dengan menggunakan teknik PBB yang lebih hemat 25,8 persen

dari metode perusahaan. Untuk bahan baku ragi dan protea, perusahaan dapat

menghemat sebesar masing-masing 15,3 persen dan 9,8 persen.

Ebenheard (2007) meneliti tentang alokasi optimal distribusi roti Unyil

Venus produksi Venus Bakery Bogor, Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan

yaitu program linier untuk mengatasi masalah pengalokasian sumberdaya yang

terbatas secara optimal dan model transportasi untuk meminimumkan biaya

pengiriman barang dari daerah asal ke daerah tujuan.

Berdasarkan hasil pengolahan bahwa distribusi aktual yang dilakukan oleh

Venus Bakery untuk bulan Maret 2007 belum optimal dalam menghemat biaya

distribusi dan biaya yang dikeluarkan oleh Venus Bakery juga belum optimal.

Selain itu, pengiriman yang terbesar dari Venus Bakery terdapat pada Ruko CFC

dan Tas Tajur yang kemungkinan disebabkan oleh murahnya biaya angkut per roti

unyil dari Venus Bakery.

Nababan (2007) meneliti tentang analisis strategi pemasaran produk home

industry roti (studi kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu,

Bogor). Alat analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks

IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks IE, dan matriks SWOT.

Berdasarkan hasil pengolahan, total skor matriks IFE yaitu 2,35 dan

matriks EFE yaitu 2,80 yang menempatkan posisi home industry Marinda berada

pada sel V. Strategi yang dapat diambil adalah hold and maintain berupa strategi

penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis CPM bahwa

home industry Marinda memperoleh skor 4,06 dan berada pada urutan kedua

diantara kedua pesaingnya. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh tujuh alternatif

strategi yaitu (1) meningkatkan kualitas dan jaringan distribusi, (2) melakukan

promosi produk home industry Marinda, (3) kerjasama distributor yang potensial,

(4) menekan biaya operasional tanpa mengurangi nilai produk, (5) melakukan

kerjasama dengan investor untuk mengatasi permodalan, (6) diversifikasi dengan

produk baru, dan (7) koordinasi internal dalam menghadapi persaingan.

Page 36: H09tan1

20

Budi (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha

susu kedelai bubuk instan pada PD Mas Adam Berdasi, Kecamatan Rumpin,

Bogor. Dalam penelitian tersebut, metode pengolahan dan analisis data yang

digunakan terdiri dari analisis data deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi

strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi

perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matriks SWOT dan

Matriks QSP.

Hasil penelitian menunjukkan nilai tertimbang pada matriks IFE sebesar

2,762 dan matriks EFE sebesar 2,396 diperoleh gambaran posisi perusahaan saat

ini dalam matriks IE PD Mas Adam Berdasi berada pada sel V, yaitu tahap hold

and maintain, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan

produk. Berdasarkan hasil analisis SWOT menghasilkan delapan buah strategi

yang diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan analisis matriks QSP. Urutan

prioritas strategi yang dilaksanakan meliputi pertama, mencari alternatif modal

kerja untuk membiayai kegiatan promosi dan memperluas jaringan distribusi

pemasaran (TAS = 6,031); kedua, mempertahankan hubungan baik dengan

stakeholder perusahaan (TAS = 5,905); ketiga, melakukan pengembangan atau

diversifikasi produk (TAS = 5,899); keempat, melakukan efisiensi biaya produksi

(TAS = 5,886); kelima, memperbaiki bentuk kemasan bagian dalam untuk

menjaga image produk (TAS = 5,876); keenam, mempertahankan kualitas susu

kedelai bubuk instan yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi (TAS

=5,830); ketujuh, optimalisasi sumberdaya yang ada (TAS = 5,784); dan

kedelapan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan (TAS =

5,706).

Kristiyani (2008) melakukan penelitian mengenai strategi bersaing

Merdeka Bakery, Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam merumuskan

strategi adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks IE, matriks

SWOT, dan matriks QSP.

Berdasarkan hasil pengolahan, total skor matriks IFE adalah 2,7901 yang

berarti Merdeka Bakery berada dalam kondisi internal rata-rata. Sedangkan total

skor matriks EFE adalah 2,3491 yang berarti Merdeka Bakery memiliki respon

sedang terhadap peluang dan ancaman eksternal yang terjadi. Hasil analisis

Page 37: H09tan1

21

matriks CPM menunjukkan bahwa Merdeka Bakery berada di peringkat keempat

di bawah venus, BreadTalk, dan Bogor Permai. Hasil analisis matriks IE

menggambarkan posisi perusahaan berada pada posisi V, yaitu tahap hold and

maintain. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh sembilan alternatif strategi dan

dari hasil AHP diperoleh prioritas strategi bersaing Merdeka Bakery secara

berurut-urut adalah (1) melakukan riset pasar, (2) memperluas wilayah distribusi

produk dan memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (3)

meningkatkan mutu produk, (4) meningkatkan kegiatan promosi, (5)

meningkatkan pelayanan kepada konsumen, (6) meningkatkan diferensiasi

produk, (7) memperbaiki sistem dan fungsi manajemen perusahaan, (8)

mengkatkan produksi perusahaan untuk mencegah produk kosong di toko, dan (9)

melakukan efisiensi biaya.

Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian tentang roti telah banyak

dilakukan. Akan tetapi dari keempat penelitian di atas belum pernah melakukan

penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pada Bagas Bakery di Kendal.

Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pernah dilakukan tetapi bahan

kajian yang diamati berbeda, yakni dalam penelitian sebelumnya, produk yang

diteliti adalah produk minuman susu kedelai bubuk instan. Oleh karena itu,

dengan adanya penelitian mengenai strategi pengembangan usaha diharapkan

dapat memberikan informasi dan masukan bagi perusahaan dalam membuat

perencanaan jangka panjang yang menyeluruh terkait dengan pengembangan

usaha di masa-masa yang akan datang sehingga perusahaan mampu bertahan

dalam menghadapi persaingan dalam industri bakery yang semakin ketat.

Page 38: H09tan1

22

Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Tahun Judul Masalah Tujuan Alat Analisis

FaisalRahmanSyarifSitompul

2005 Analisis PengendalianBahan Baku Di BogorPermai Bakery

Bogor Permai Bakery tidakmelakukan perhitunganberdasarkan metodepengendalian bahan bakutertentu dalam halpenentuan jumlah bahanbaku yang dipesan sehinggasering terjadi kelebihan ataukekurangan pesanan bahanbaku yang berdampak padatingginya biaya persediaan.

§ Melakukan identifikasiterhadap sistempengendalian persediaanbahan baku di BogorPermai Bakery§ Mendapatkan model

alternatif pengendalianpersediaan bahan bakuyang lebih efisien bagiBogor Permai Bakery

§ Metode MaterialRequiretmentPlanning (MRP)§ Teknik Lot for lot§ Teknik EOQ§ Teknik POQ§ Teknik PPB

RonaldEbenheard

2007 Alokasi OptimalDistribusi Roti UnyilVenus Produksi VenusBakery Bogor, JawaBarat

Adanya pengalokasianproduk roti venus yangbelum optimal ke masing-masing outlet sehinggamenyebabkan meningkatnyabiaya penyimpanan danbiaya transportasi.

§ Menganalisis alokasidistribusi optimal RotiUnyil dari Venus Bakeryke daerah tujuan atauoutlet§ Menganalisis

penyimpanan distribusiactual terhadap distribusioptimal§ Menganalisis perbedaan

biaya distribusi riil denganbiaya distribusi optimumyang dilakukan venusBakery

§ Program linier§ Model transportasi

Page 39: H09tan1

23

TogarRusmanNababan

2007 Analisis StrategiPemasaran ProdukHome Industry Roti(Studi Kasus di HomeIndustry Marinda,Kelurahan GunungBatu, Bogor)

Belum adanya landasanstrategi dalam memasarkanproduk Marinda Bakeryyang berdampak terhadapmenurunnya omzetpenjualan.

§ Mengidentifikasi faktorinternal dan eksternalyang mempengaruhistrategi pemasaran homeindustry Marinda Bakery§ Menganalisis posisi

persaingan yang tengahdihadapi home industryMarinda Bakery§ Menyusun dan mencari

solusi dalam penentuanalternatif strategipemasaran yang tepat danefektif pada home industryMarinda Bakery

§ Matriks IFE danEFE§ Mtriks CPM§ Matriks IE§ Matriks SWOT

Agus SatrioBudi

2008 Analisis StrategiPengembangan UsahaSusu Kedelai BubukInstan (Studi Kasus :PD Mas Adam BerdasiKec. Rumpin, Bogor

Perusahaan menghadapibaik kendala internal sepertikendala suberdaya manusia,keuangan, produksi operasi,dan pemasaran maupunkendala eksternal sepertipersaingan yang ketat antarperusahaan sejenis danpeningkatan harga kedelaiimpor sebagai bahan bakuutama dalam pembuatansusu kedelai bubuk instan.

3)Mengidentifikasi faktor-faktor lingkunganeksternal dan internal PDMas Adam Berdasi.

4)Merumuskan alternatifstrategi yang dapatditerapkan pihak PD MasAdam Berdasi sesuaidengan kondisilingkungan usaha.

5)Matriks IE6)Matriks SWOT7)Matriks QSP

Page 40: H09tan1

24

DianKristiyani

2008 Analisis StrategiBersaing MerdekaBakery, Kota Bogor

Tingkat persaingan yangsemakin tinggi dalamindustri bakery dan hasilpenjualan yang belummencapai target penjualan.

§Mengidentifikasi faktoreksternal dan internalyang dihadapi MerdekaBakery.§Menganalisis posisi

bersaing Merdeka Bakery.§Merumuskan alternatif

strategi yang dapatdilakukan oleh MerdekaBakery untuk menjalankanusahanya.

§ Matriks IFE danEFE§ Mtriks CPM§ Matriks IE§ Matriks SWOT§ AHP

Page 41: H09tan1

25

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang .

Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang

dituju. Menurut Stephanie K. Marrus dalam Umar (2008), strategi didefinisikan

sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus

pada tujuan jangka panjang organisasi yang disertai penyususnan suatu cara atau

upaya agar suatu tujuan dapat tercapai. Sedangkan menurut Hamel dan Prahalad

dalam Umar (2008), bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan

berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di

masa depan. Menurut David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan

jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi,

akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi,

likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan

keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah

yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam

jangka panjang. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi

serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi

perusahaan.

3.1.2. Klasifikasi Strategi

Berdasarkan teori manajemen strategi maka strategi perusahaan dapat

diklasifikasikan atas dasar tingkatan tugas, yaitu strategi generik (generic

strategy), strategi utama atau strategi induk (grand strategy), dan strategi

fungsional. Istilah strategi generik pertama kali dikemukakan oleh Michael E.

Porter. Menurut Porter (1991), strategi generik dibagi menjadi tiga, yaitu :

1) Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh (cost leadership)

Strategi bersaing biaya rendah ditujukan untuk mencapai sasaran pasar di

keseluruhan industri. Strategi ini memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas

skala yang efisien, pengurangan harga secara gencar, pengendalian biaya dan

Page 42: H09tan1

26

overhead yang ketat, penghindaran pelanggan marginal dan minimisasi biaya

dalam bidang-bidang seperti litbang, pelayanan, armada penjualan,

periklanan, dan lain-lain. Dengan memiliki posisi biaya rendah

memungkinkan perusahaan untuk tetap mendapat laba pada masa-masa

persaingan ketat. Selain itu, pangsa pasarnya yang tinggi memungkinkan

memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap pemasoknya

karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Oleh karena itu, harga yang

murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk ke dalam industri

dan hanya sedikit yang dapat menandingi keunggulan biaya memimpin.

2) Strategi diferensiasi (differentiation)

Strategi ini diarahkan kepada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah

produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik.

Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacam-macam

bentuknya, yaitu citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan atau

ciri khas, pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, dan lain-lain. Jika

penerapan strategi diferensiasi tercapai maka strategi ini merupakan strategi

aktif untuk mendapatkan laba di atas rata-rata dalam suatu bisnis karena

adanya loyalitas merek dari pelanggan akan membuat sensitivitas konsumen

terhadap harga menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan

berfungsi sebagai penghalang masuk industri karena perusahaan-perusahaan

baru harus mengembangkan kompetensi tersendiri untuk membedakan

produk mereka melalui cara-cara tertentu.

3) Strategi fokus (focus)

Strategi fokus dibangun untuk melayani target tertentu secara spesifik.

Strategi fokus dibagi dua, yaitu strategi fokus biaya dan strategi fokus

diferensiasi. Strategi fokus biaya mencari keunggulan biaya pada segmen

sasarannya dan didasarkan atas pemikiran bahwa perusahaan dapat melayani

target strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien daripada

pesaiang yang bersaing lebih luas. Sedangkan strategi fokus diferensiasi

berkonsentrasi pada kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar

geografis tertentu dimana segmen sasaran tersebut harus memiliki salah satu

Page 43: H09tan1

27

pembeli dengan kebutuhan tidak lazim atau sistem produksi dan penyaluran

yang melayani pasar berbeda dari pesaing lainnya.

Berikut ini merupakan model strategi generik dari Porter, yaitu :

Gambar 2. Model Strategi Generik menurut Porter (1991)Sumber : Porter (1991)

Menurut David (2006), strategi generik dibagi empat, yaitu strategi

integrasi vertikal, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi devensif.

1) Strategi Integrasi Vertikal

Strategi integrasi vertikal merupakan suatu strategi yang memungkinkan

perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok dan atau

pesaing. Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

a) Strategi Integrasi ke Depan (forward integration)

Strategi ini melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol

atas distributor atau pengecer. Biasanya cara yang efektif untuk

mengimplementasikan integrasi ke depan adalah waralaba (franchising).

b) Strategi Integrasi ke Belakang (backward integration)

Strategi ini merupakan strategi untuk mencari mencari kepemilikan atau

meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Integrasi ke belakang

KEUNGGULAN STRATEGIS

Posisi Biaya Rendah

Kekhasan yangDirasakan Pelanggan

TIN

GK

AT

ST

RA

TE

GIS

Han

ya S

egm

ente

rten

tuSe

luru

h In

dust

ri

Kepemimpinan

Biaya Menyeluruh

(Cost Leadership)

Fokus

Diferensiasi

Diferensiasi

(Differentiation)

Fokus Biaya

Page 44: H09tan1

28

sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan,

terlalu mahal, atau tidak dapat memnuhi kebutuhan perusahaan.

c) Strategi Integrasi Horisontal

Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan

atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan

2) Strategi Intensif

Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif

perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini

dibagi menjadi tiga, yaitu :

a) Strategi Penetrasi Pasar (market penetration)

Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat

ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup

meningkatkan jumlah tenaga penjual, jumlah belanja iklan, menawarkan

promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas.

b) Strategi Pengembangan Pasar (market development)

Strategi ini melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area

geografi yang baru.

c) Strategi Pengembangan Produk (product development)

Strategi ini merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan

dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini.

Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya litbang yang besar.

3) Strategi Diversifikasi

Terdapat tiga tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu :

a) Strategi Konsentrik

Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau

jasa baru yang masih berhubungan.

b) Strategi Horizontal

Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk tau jasa

baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan saat ini. Tujuan strategi ini

adalah menambah produk baru yang tidak berhubungan untuk

memuaskan pelanggan yang sama.

Page 45: H09tan1

29

c) Strategi Konglomerat

Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau

jasa baru, yang tidak berkaitan dengan produk/jasa lama. Tujuan strategi

ini adalah menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk

pasar yang berbeda.

4) Strategi Defensif

Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu strategi retrenchment, divestasi, dan

likuidasi.

a) Strategi Retrenchment

Strategi ini terjadi ketika suatu organisasi mengelompokkan ulang

melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan

laba yang menurun. Kadang-kadang strategi ini disebut sebagai strategi

berputar atau reorganisasi.

b) Strategi Divestasi

Strategi ini dilakukan dengan menjual satu divisi atau bagaian dari suatu

organisasi yang bertujuan meningkatkan modal untuk akuisisi strategis

atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari

keseluruhan strategi retrenchment untuk menyingkirkan bisnis

perusahaan yang tidak menguntungkan, membutuhkan banyak modal,

atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya.

c) Strategi Likuidasi

Strategi ini dilakukan dengan menjual seluruh aset perusahaan baik

secara tepisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai riilnya.

3.1.3. Konsep Manajemen Strategis

Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai

seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai

tujuannya. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu formulasi

strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

1) Formulasi Strategi

Hal-hal yang termasuk dalam formulasi strategi antara lain mengembangkan

visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,

Page 46: H09tan1

30

menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka

panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang

akan dilaksanakan.

2) Implementasi Strategi

Implementasi strategi sering disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam

manajemen strategis. Selain itu, implementasi strategi juga sering kali

dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis karena

implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan

pengorbanan. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk

menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan

mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan

dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya

yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan

dan memberdayakan sistem informasi, serta menghubungkan kinerja

karyawan dengan kinerja organisasi.

3) Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga

aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan

internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan

mengambil tindakan korektif.

Salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari dan mengaplikasikan

proses manajemen strategis adalah dengan sebuah model, dimana setiap model

mempresentasikan semacam proses. Berikut ini merupakan model manajemen

strategis menurut David (2006), yaitu :

Page 47: H09tan1

31

Gambar 3. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2006)

MelakukanAudit

Internal

MembuatPernyataan

Visi dan Misi

MelakukanAudit

Eksternal

MenetapkanTujuan Jangka

Panjang

Merumuskan,Mengevaluasi,dan Memilih

Strategi

ImplementasiStrategiIsu-Isu

Manajemen

ImplementasiStrategiIsu-Isu

Pemasaran,Keuangan,Akuntansi,

Penelitian danPengembangan,

SistemInformasi

Manajemen

Mengukur danMengevaluasi

Kinerja

Formulasi Strategi

ImplementasiStrategi

EvaluasiStrategi

31

Page 48: H09tan1

32

3.1.4. Strategi Pengembangan Usaha

Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan

untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam setiap bisnis utamanya.

Pentingnya keputusan strategi berkaitan dengan sumber daya perusahaan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa strategi memberikan stabilitas arah dan orientasi

yang konsisten dengan memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan

lingkungannya. Menurut Nurdjannah (2006), strategi yang berhasil pada

umumnya dengan mengkombinasikan beberapa hal berdasarkan perencanaan yang

telah dilakukan yaitu :

1) Sasaran sederhana jangka panjang

Setiap strategi bisnis harus merupakan kejelasan dari sasaran, jika tidak,

strategi tidak akan dapat memberikan stabilitas dan kesatuan arah perusahaan.

Sasaran ini harus jelas dan konsisten serta tetap berorientasi pada tanggung

jawab terhadap pemegang saham, para pegawai dan konsumen.

2) Melalui analisis lingkungan persaingan

Kemampuan dalam mengidentifikasi kebutuhan yang umum dari konsumen

dapat berpengaruh pada penentuan posisi pasar. Kemampuan dalam

memahami lingkungan bisnis ini dapat berupa pemahaman tentang penilaian

pasar saham, pandangan terhadap potensi kemungkinan akuisisi serta

kemampuan dalam mengidentifikasi dan memotivasi sumber daya manusia

perusahaan.

3) Penilaian sumber daya yang objektif

Kesadaran akan kondisi sumber daya dan kemampuan perusahaan, termasuk

reputasi yang berhubungan dengan nama perusahaan dan merek produk,

kemampuan untuk memotivasi pegawai, keefektifan dalam menangani

kemitraan dengan para pemasok, serta kemampuan dalam menangani dan

mengendalikan mutu produk.

4) Penerapan yang efektif

Strategi yang paling tepat bagi perusahaan mungkin tidak akan berguna jika

tidak diterapkan secara efektif. Penerapan strategi yang efektif memerlukan

pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi dan sistem manajemen yang

Page 49: H09tan1

33

mampu memegang komitmen dengan baik serta koordinasi seluruh pegawai

dan mobilisasi sumber daya sebagai pelengkap strategi.

3.1.5. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Visi merupakan rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal

berikut : (1) apa yang ingin kita capai di masa depan, (2) apa yang ingin kita

peroleh di masa depan, dan (3) kita ingin menjadi apa di masa depan. Visi yang

jelas akan menjadi dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang

komprehensif (David 2006). Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang

menyatakan tujuan perusahaan ditinjau dari pihak yang berkepentingan dengan

perusahaan yang terdiri dari pelanggan, karyawan, pemegang saham, pemerintah,

pemasok perusahaan dan lain-lain.

Misi adalah rumusan tentang apa yang harus kita kerjakan atau selesaikan.

Pernyataan misi adalah deklarasi tentang alasan keberadaan sebuah organisasi.

Pernyataan misi yang jelas adalah penting untuk merumuskan tujuan dan

formulasi strategi yang efektif. Pernyataan misi ini menjawab pertanyaan : Apa

Bisnis Kita? (David 2006).

3.1.6. Analisis Lingkungan Perusahaan

Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan

memberi interaksi secara menguntungkan terhadap kebutuhan, serta

kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungan. Analisis lingkungan

merupakan suatu proses yang digunakan perencana strategis untuk memonitor

sektor lingkungan dalam menentukan peluang-peluang ataupun ancaman-ancaman

terhadap perusahaan (Jauch dan Glueck 1988, diacu dalam Kristiyani 2008).

Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan eksternal dan

lingkungan internal.

3.1.6.1. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor

yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan

merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di

dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Sedangkan kelemahan

Page 50: H09tan1

34

merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian dan

kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi.

Menurut David (2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam

lingkungan internal perusahaan, yaitu :

1) Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan

pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua

sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah

ditetapkan. Menurut David (2006), terdapat lima fungsi manajemen, yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan

pengendalian.

2) Pemasaran

Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses mendefinisikan,

mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (1999), terdapat empat

macam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.

3) Keuangan/Akuntansi

Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktor-

faktor yang harus diperhatikan dalam aspek keuangan/akuntansi, adalah

kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,

beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal

tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham,

pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan

penyebab inefisiensi, dan sistem akunting yang andal (Umar 2008).

4) Produksi/Operasi

Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang

mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006), manajemen

produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi : proses,

kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas.

5) Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena

itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan

Page 51: H09tan1

35

karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek

sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai

manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem

imbalan (Umar 2008).

6) Penelitian dan Pengembangan

Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya

harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan

pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannnya untuk

memperbaiki kualitas produk atau untuk memperbaiki proses produksi untuk

menurunkan biaya.

3.1.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor

yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada umumnya

lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Menurut Pearce dan

Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan

lingkungan industri.

1) Lingkungan Jauh

Menurut Pearce dan Robinson (1997) lingkungan jauh terdiri dari faktor-

faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan

situasi operasional suatu perusahaan tertentu, yaitu faktor ekonomi, sosial,

politik, dan faktor teknologi.

a) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat

suatu perusahaan beroperasi. Dalam perencanaan strategiknya, setiap

perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di

segmen-segmen yang mempengaruhi industri yang bersangkutan

tersebut, misalnya pola konsumsi, ketersediaan kredit secara umum,

tingkat penghasilan yang siap dibelanjakan (disposable income),

kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga

primer, laju inflasi, dan kecenderungan pertumbuhan PNB (Pearce dan

Robinson 1997).

Page 52: H09tan1

36

b) Faktor Sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan meliputi

kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup dari orang-orang di

lingkungan ekstern perusahaan. Faktor sosial ini biasanya dikembangkan

dari kondisi kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan kondisi

etnik. Faktor sosial ini bersifat dinamik dan selalu berubah sebagai akibat

upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat

melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor

lingkungan (Pearce dan Robinson 1997).

c) Faktor Politik

Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting

bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor

politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi

perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui

keputusan tentang perdagangan yang adil, Undang-Undang antitrust,

program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi

dan penetapan harga, batasan administrative dan tindakan-tindakan

lainnya yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen,

masyarakat umum, dan lingkungan. Karena pada umumnya peraturan

dan undang-undang bersifat membatasi maka kedua elemen tersebut

cenderung berpotensi untuk mengurangi laba perusahaan. Akan tetapi,

beberapa tindakan politik juga dirancang untuk melindungi dan member

manfaat bagi perusahaan, misalnya undang-undang paten, subsidi

pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi faktor politik dapat

membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan (Pearce dan Robinson

1997).

d) Faktor Teknologi

Faktor kelima dalam lingkungan jauh adalah perubahan teknologi. Untuk

menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus

mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi

industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka

Page 53: H09tan1

37

kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang

sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran

(Pearce dan Robinson 1997).

2) Lingkungan Industri

Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif merupakan

pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam

banyak industri. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat

dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar

perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi

pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok,

dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.

Gambar 4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan IndustriSumber : Porter (1997)

a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan berimplikasi

terhadap perusahaan yang sudah ada, seperti kapasitas akan bertambah,

terjadinya perebutan pangsa pasar, dan perebutan sumber daya produksi

yang terbatas. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ancaman bagi

Pendatangbaru

Persaingan dikalangan anggota

industri

Persaingan di antaraperusahaan yang ada

Pemasok Pembeli

Ancaman masuknyapendatang baru

Kekuatan tawar-menawar pembeli

Kekuatan tawar-menawar pemasok

Ancaman produkatau jasa pengganti

ProdukPengganti

Page 54: H09tan1

38

perusahaan yang telah ada. Terdapat beberapa faktor penghambat

pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut

hambatan masuk. Faktor-faktor hambatan masuk yang dimaksud adalah :

i) Skala ekonomis

Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost)

suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala

ekonomis ini akan menghalangi masuknya pendatang baru dengan

memaksa para pendatang baru tersebut untuk masuk pada skala

besar dan menghadapi risiko adanya reaksi keras dari pesaing yang

ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan biaya yang

tidak menguntungkan.

ii) Diferensiasi produk

Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa

pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi

kesetiaan pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak

terhadap kerugian di saat awal dan seringkali bertahan untuk waktu

yang cukup panjang.

iii) Kebutuhan modal

Kebutuhan untuk menanamkan sumberdaya keuangan yang besar

agar mampu bersaing akan menciptakan hambatan masuk bagi

pemain baru, terutama jika modal tersebut diperlukan untuk

periklanan di saat awal yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan

riset dan pengembangan yang penuh risiko.

iv) Biaya beralih pemasok

Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan

pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk

pemasok lainnya. Jika biaya peralihan ini tinggi maka pendatang

baru harus menawarkan penyempurnaan yang besar dalam hal biaya

atau prestasi agar pembeli mau beralih dari pemasok lama.

v) Akses ke saluran distribusi

Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari

pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Apabila

Page 55: H09tan1

39

saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasi oleh

perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit

memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang

besar untuk membangun saluran sendiri.

vi) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala

Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan

biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang

akan masuk ke dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan

yang dimaksud adalah teknologi produk milik sendiri, pengusaan

atas bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah,

dan kurva belajar atau pengalaman.

b) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi para peserta industri melalui kemampuan

pemasok untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau

jasa yang dibeli. Pemasok dikatakan memiliki data tawar yang kuat

apabila pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih

terkonsentrasi daripada industri dimana mereka menjual, pemasok tidak

menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri, industri

bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok,

produk pemasok merupakan input penting bagi bagi bisnis pembeli,

produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya

peralihan, dan kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang

meyakinkan untuk melakukan integrasi maju.

c) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli

Para pembeli dapat bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga

turun, meningkatkan mutu produk, dan pelayanan yang lebih baik.

Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau

membeli dalam jumlah besar, produk yang dibeli merupakan bagian dari

biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk yang dibeli

standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli mendapat laba kecil, pembeli

menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri

Page 56: H09tan1

40

tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, dan pembeli memiliki

informasi lengkap.

d) Ancaman Produk Substitusi

Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan

bersaing pula dengan produk pengganti. Ancaman produk substitusi kuat

jika konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit atau produk

substitusi memiliki harga yang lebih murah tapi dengan kualitas sama

bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.

e) Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis

Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja

perusahaan. Tingkat persaingan dalam industri dipengaruhi oleh jumlah

competitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya

tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar.

3.1.7. Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal

dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit yang

dianalisis. Matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan

eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi unit

yang dianalisis.

3.1.8. Matriks IE

Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu total skor yang diperoleh dari

matriks IFE pada sumbu x dan total skor dari matriks EFE pada sumbu y. Matriks

ini terdiri dari tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda,

yaitu :

1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build)

Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang dapat diterapkan

adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan

pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang,

integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).

Page 57: H09tan1

41

2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain)

Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII. Strategi yang dapat

dianjurkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3) Tuai atau Divestasi

Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang dapat

dianjurkan adalag strategi divestasi.

3.1.9 Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Melalui analisis

ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi

berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang, adan

ancaman. Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam

mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO

(Weaknesses-Threats), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats).

3.1.10. Matriks QSP (QSPM)

QSPM adalah alat analisis yang digunakan untuk mengindentifikasi

alternatif strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan input dari analisis

tahap pertama, yaitu matriks IFE dan EFE serta input dari hasil pencocokan pada

tahap kedua, misalnya matriks IE atau matriks SWOT untuk menentukan secara

objektif di antara alternatif strategi.

Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan sejauh mana faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal

dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam

satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-

masing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal.

Adapun keunggulan QSPM antara lain set strategi dapat dievaluasi secara

bertahap atau bersama-sama; tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat

dievaluasi atau jumlah set strategi yang dapat dievaluasi; membutuhkan penyusun

strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke

dalam proses keputusan; penggunaan QSPM dapat diadaptasikan untuk

diaplikasikan oleh organisasi kecil, besar, berorientasi laba maupun nirlaba, dan

Page 58: H09tan1

42

dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Akan tetapi, disamping

memiliki kelebihan, QSPM juga memiliki keterbatasan, yaitu QSPM selalu

membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar, serta QSPM hanya

dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang

mendasari penyusunannya.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Bertambahnya jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal maka bertambah

pula jenis roti yang diproduksi. Skala usahanya pun semakin beragam, mulai dari

skala rumah tangga, usaha kecil, menengah, sampai skala usaha besar. Kondisi ini

berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara produsen roti.

Adanya persaingan dalam industri roti (bakery) ini menjadi salah satu faktor bagi

Bagas Bakery untuk mampu mempertahankan pangsa pasarnya mengingat

kapasitas produksi Bagas Bakery yang belum mampu mengatasi kelebihan

permintaan konsumen. Oleh karena itu, Bagas Bakery perlu merumuskan strategi

pengembangan usaha yang tepat agar mampu bertahan dalam lingkungan industri

yang selalu berubah.

Sebelum merumuskan strategi pengembangan usaha, langkah pertama

yang harus dilakukan adalah mengindentifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan.

Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan

tujuan perusahaan sehingga harapannya strategi yang dihasilkan dapat menjadi

masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Langkah selanjutnya, yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan

eksternal perusahaan. Proses identifikasi dalam lingkungan internal diperlukan

untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan sedangkan proses

identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan

ancaman perusahaan.

Analisis lingkungan internal diperoleh melalui kajian bidang manajemen,

pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi, sumberdaya manusia, serta

penelitian dan pengembangan. Untuk lingkungan internal ini dianalisis melalui

matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal, meliputi lingkungan jauh dan

lingkungan industri. Lingkungan jauh meliputi faktor-faktor yang bersumber dari

luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan

Page 59: H09tan1

43

yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan faktor teknologi, sedangkan lingkungan

industri meliputi persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya

pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar

penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. Untuk

lingkungan eksternal ini dianalisis melalui matriks EFE. Tahap ini disebut dengan

tahap input.

Langkah selanjutnya, yaitu tahap pencocokan yang menggunakan matriks

IE dan matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks IE ialah untuk mengetahui

posisi perusahaan yang terdapat pada sembilan sel di matriks IE. Selanjutnya,

setelah mengetahui posisi perusahaan yang diperoleh dari matriks IE, harapannya

alternatif-alternatif strategi yang dibuat pada matriks SWOT tidak bertolak

belakang dengan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE. Kemudian

dilakukan tahap keputusan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang

terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan adalah

matriks QSP. Pemilihan matriks QSP dilakukan dengan melihat faktor kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap

pertama dengan alternatif strategi sebagai hasil dari tahap kedua. Secara lebih

lengkap, kerangka pemikiran operasional ditunjukkan pada Gambar 5.

Page 60: H09tan1

44Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional

Identifikasi visi, misi, dan tujuan Bagas Bakery

Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakinmeningkat yang berimplikasi pada tingkat persainganyang semakin ketat

Kapasitas produksi Bagas Bakery yang belummampu mengatasi kelebihan permintaan konsumen

Perlunya perumusan strategi pengembangan usahayang tepat bagi Bagas Bakery

Analisis lingkunganinternal melaui

matriks IFE• Manajemen• Pemasaran• Keuangan/akuntansi• Produksi dan operasi• Sumberdaya manusia• Penelitian dan

pengembangan

Analisis lingkungan eksternalmelaui matriks EFE

a. Lingkungan Jauh• Faktor politik• Faktor ekonomi• Faktor sosial• Faktor teknologi

b. Linkungan Industri• persaingan antar

perusahaan sejenis• Masuknya pesaing baru• Produk substitusi• Kekuatan tawar-menawar

penjual/pemasok• Kekuatan tawar-menawar

pembeli/konsumen.

Tahap pencocokan melaluimatriks IE dan matriks SWOT

Tahap Keputusan melaluimatriks QSP

Strategi pengembangan usaha Bagas Bakery

Page 61: H09tan1

45

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bagas Bakery yang terletak di Desa

Kutoharjo RT 01/RW 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Bagas

Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2009, yaitu mulai dari pembuatan

proposal sampai penyerahan skripsi.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja. Respoden yang

digunakan penelitian ini terdiri dari pihak internal dan pihak eksternal. Pihak

internal meliputi pemilik Bagas Bakery sekaligus merangkap bagian pemasaran,

istri pemilik sekaligus pengelola keuangan, dan pengawas produksi. Pemilihan

responden internal dilakukan dengan alasan bahwa para responden tersebut dapat

mewakili Bagas Bakery dan memiliki wewenang mengenai data-data yang

dibutuhkan dalam penelitian. Pihak eksternal meliputi Kepala Seksi Pengawasan

Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal (satu orang) dan

Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten

Kendal (satu orang). Pemilihan responden eksternal didasarkan bahwa para pihak

tersebut mengetahui kondisi atau lingkungan bisnis di Kabupaten Kendal. Adanya

keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan

alternatif strategi yang lebih objektif.

4.3. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian juga menunjukkan cara

menggunakan variabel-variabel secara efisien dan ekonomis. Dalam desain

penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode deskriptif. Metode deskriptif

adalah pencarian fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney dalam

Nazir, 2005). Adapun metode deskriptif yang diterapkan selama pelaksanaan

penelitian adalah metode kasus (case study). Metode kasus adalah prosedur dan

Page 62: H09tan1

46

teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, lembaga, kelompok

atau masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang

latar belakang, sifat-sifat, karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status

dari individu yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif melalui metode kasus dilakukan

untuk mendeskripsikan gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah dan

perkembangan perusahaan; visi, misi, dan tujuan perusahaan; struktur perusahaan;

karakteristik produk yang dihasilkan; fasilitas usaha; sumber daya perusahaan

baik sumber daya fisik, sumber daya manusia, maupun sumber daya keuangan,

produksi dan operasi serta pemasaran. Analisis ini bertujuan untuk menunjukkan

kondisi riil perusahaan. Adapun hasil informasi yang diperoleh disajikan dalam

bentuk tabulasi, gambar, maupun grafik.

4.4. Data dan Instrumentasi

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer

diperoleh melalui pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara, dan pengisian

kuesioner oleh responden terpilih. Data sekunder diperoleh dari data-data

perusahaan, artikel atau literatur yang terkait dengan topik penelitian ini, serta

instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yang akan dikaji,

misalnya Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal, serta Dinas Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah Kabupaten Kendal.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan

Januari sampai Maret 2009. Data ini digunakan baik untuk pembuatan proposal

maupun pembuatan skripsi. Metode yang digunakan selama pengumpulan data,

antara lain metode observasi langsung, wawancara, kuesioner, maupun browsing

internet.

Page 63: H09tan1

47

4.6. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan

analisis lingkungan perusahaan melalui analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat

bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks faktor

internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks IE, analisis SWOT, dan

matriks QSP (QSPM).

4.6.1. Analisis Lingkungan Perusahaan

Menurut David (2006), untuk menganalisis lingkungan perusahaan baik

lingkungan internal maupun lingkungan eksternal dapat dilakukan melalui tiga

tahap, yaitu tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan

tahap keputusan (decision stage).

1) Tahap Input

Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk

merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input menggunakan

matriks IFE dan matriks EFE.

a) Matriks IFE

Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal

perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap

penting. Adapun tahapan kerja dalam membuat matriks IFE adalah

sebagai berikut :

i) Identifikasi faktor internal perusahaan kemudian, dilakukan

wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk

menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan

kondisi internal perusahaan saat ini.

ii) Penentuan bobot pada analisis internal perusahaan dilakukan dengan

cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan

menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot

setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3.

1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator

vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Page 64: H09tan1

48

Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal PerusahaanFaktor Strategi

InternalA B C D . Total Bobot

A

B

C

D

..

Total

Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) dalam Budi (2008)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap

veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan

menggunakan rumus :

Keterangan :

= bobot variabel ke-i

Xi = nilai variabel ke-i

i = 1,2,3, .

= jumlah variabel

Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0

(sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan

kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting

relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri.

Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan

kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling

besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling

tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

Page 65: H09tan1

49

iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk

mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan

utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2),

kekuatan minor (peringkat = 3) atau kelemahan mayor (peringkat =

4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4

dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah

berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah dua adalah

berdasarkan industri.

iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada

tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal

untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan

akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor

pembobotan IFE 3,0 4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi

atau kuat, kemudian jika 2,0 2,99 berarti kondisi internal

perusahaan rata-rata atau sedang dan 1,0 1,99 berarti kondisi

internal perusahaan rendah atau lemah.

Tabel 7. Matriks IFE

Faktor-Faktor InternalKunci

Bobot Peringkat Skor(Bobot x Peringkat)

Kekuatan :

1.

2.

.

10.

Kelemahan :

1.

2.

10.

Total 1,00

Sumber : David (2006)

Page 66: H09tan1

50

b) Matriks EFE

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal

perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang

menyangkut persoalan ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan,

politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri

dimana perusahaan berada, dan data ekternal relevan lainnya. Seperti

halnya tahapan kerja pada matriks IFE, berikut ini merupakan tahapan

kerja dalam membuat matriks EFE :

i) Identifikasi faktor eksternal perusahaan kemudian, dilakukan

wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk

menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan

kondisi eksternal perusahaan saat ini.

ii) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan

dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih

dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk

menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3.

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator

vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal PerusahaanFaktor Strategi

EksternalA B C D . Total Bobot

A

B

C

D

..

Total

Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) dalam Budi (2008)

Page 67: H09tan1

51

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap

veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan

menggunakan rumus :

Keterangan :

= bobot variabel ke-i

Xi = nilai variabel ke-i

i = 1,2,3, .

= jumlah variabel

Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0

(sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan

kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting

relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri.

Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah peluang dan

ancaman, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar

dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi.

Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang

atau ancaman, yaitu :

1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau

mengatasi ancaman tersebut rendah

2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau

mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-

rata)

3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi

ancaman tersebut di atas rata-rata

Page 68: H09tan1

52

4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau

mengatasi ancaman tersebut superior

iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada

tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal

untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan

akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor

pembobotan EFE 3,0 4,0 berarti perusahaan merespon kuat

terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan,

kemudian jika 2,0 2,99 berarti perusahaan merespon sedang

terhadap peluang dan ancaman yang ada dan 1,0 1,99 berarti

perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.

Tabel 9. Matriks EFE

Faktor-FaktorEksternal Kunci

Bobot Peringkat Skor(Bobot x Peringkat)

Peluang :

1.

2.

.

10.

Ancaman :

1.

2.

10.

Total 1,00

Sumber : David (2006)

2) Tahap Pencocokan

Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari tahap

input untuk mencocokkan peluang dan ancaman ekternal dengan kekuatan

dan kelemahan internal. Dalam penelitian ini, tahap pencocokan

menggunakan matriks IE kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT.

Page 69: H09tan1

53

a) Matriks Internal-Eksternal (IE)

Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata

tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada

sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal

dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah;

nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0

adalah tinggi. Sedangkan pada sumbu y dari matriks IE menggambrkan

posisi eksternal dimana dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga

1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan

nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini merupakan ilustrasi

mengenai matriks IE (Gambar 6).

Gambar 6. Matriks Internal Eksternal (IE) Sumber : David (2006)

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki

implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang

masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan

kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi

intensif atau strategi integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III,

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFEKuat

3,0 - 4,0Rata-rata2,0 2,99

Lemah1,0 1,99

4,0 3,0 2,0 1,0

3,0

2,0

1,0

I II III

IV V VI

VIIVII IX

Tinggi3,0 - 4,0

Menengah2,0 2,99

Rendah1,0 1,99

TO

TAL

RA

TA

-RA

TA

TE

RT

IMBA

NG

EFE

Page 70: H09tan1

54

V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan

pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah

dua strategi yang umum dipakai untuk divisi tipe ini. Ketiga,

rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel

VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering dipakai

untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat,

dan strategi likuidasi.

b) Matriks SWOT

Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT)

merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan

empat tipe strategi, yaitu SO (strengths-opportunities), WO (weaknesess-

opportunities), ST (strengths-threats), dan WT (weaknesess-threats).

i) Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk

memanfaatkan peluang eksternal.

ii) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal

dengan memanfaatkan peluang eksternal.

iii) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari

atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.

iv) Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada

pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal.

Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada gambar 7.

Untuk membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus

dilakukan, yaitu :

i) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan

ii) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan

iii) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan

iv) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan

v) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat

strategi SO dalam sel yang ditentukan

vi) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat

strategi WO dalam sel yang ditentukan

Page 71: H09tan1

55

vii) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat

strategi ST dalam sel yang ditentukan

viii) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat

strategi WT dalam sel yang ditentukan

Gambar 7. Matriks SWOT Sumber : David (2006)

3) Tahap Keputusan

Setelah beberapa alternatif strategi dihasilkan dari tahap pencocokan maka

langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap keputusan. Menurut

Biarkan selalukosong

KEKUATAN(STRENGTHS S)

PELUANG(OPPORTUNITIES O)

KELEMAHAN(WEAKNESESS - W)

ANCAMAN (THREATS - T)

STRATEGI SO STRATEGI WO

STRATEGI ST STRATEGI WT

Gunakan kekuatanuntuk memanfaatkan

peluang

Gunakan kekuatanuntuk menghindari

ancaman

Atasi kelemahandengan memanfaatkan

peluang

Meminimalkankelemahan dan hindari

ancaman

Page 72: H09tan1

56

David (2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan

alternatif strategi mana yang terbaik. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan

Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matrix QSPM). QSPM

menggunakan input dari dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari

analisis tahap dua untuk menentukan secara objektif di antar alternatif

strategi. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk

mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor

keberhasilan kunci internal dan kunci eksternal yang telah diidentifikasi

sebelumnya. Berikut ini merupakan enam langkah yang dibutuhkan untuk

mengembangkan QSPM.

a) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan

internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini

harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum

sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor

keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM.

b) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot

tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE.

c) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif-alternatif strategi yang

harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.

d) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores AS). Nilai Daya Tarik

ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau

eksternal kunci. Berikan Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 =

agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik.

e) Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores TAS). Total

Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot

(langkah dua) dengan Nilai Daya Tarik (langkah empat) dalam masing-

masing baris. Total Nilai Daya Tarik mengindikasikan daya tarik relatif

dari masing-masing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan

pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat.

Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif

strategi tersebut.

Page 73: H09tan1

57

f) Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya

Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan

Total Nilai Daya Tarik (STAS) menunjukkan strategi mana yang paling

menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti

strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan.

Tabel 10. Matriks QSP (QSPM)Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3FaktorKunci

Nilai Rata-Rata

AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

-

-

Kelemahan

-

-

Peluang

-

-

Ancaman

-

-

Total

Sumber : David (2006)

Page 74: H09tan1

58

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Pendirian Bagas Bakery

Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal.

Usaha ini didirikan oleh Bapak Samsudin bersama istrinya, Ibu Junarti pada tahun

1998. Pendirian usaha roti oleh Bapak Samsudin dilatarbelakangi oleh

keinginannya untuk memperbaiki kehidupan keluarga. Hal ini karena sebelum

Bapak Samsudin memiliki usaha roti, beliau hanya merupakan karyawan swasta

dengan penghasilan yang tidak terlalu besar. Oleh karena itu, Bapak Samsudin

berencana untuk memiliki suatu usaha yang nantinya mampu memberikan

tambahan penghasilan bagi keluarganya. Akhirnya, beliau memutuskan untuk

mendirikan usaha roti karena termotivasi oleh keluarganya yang berada di daerah

Yogyakarta yang berhasil mengembangkan usaha roti bolu. Oleh karena itu, pada

awal pendirian usahannya, Bagas Bakery berupaya untuk mengembangkan dan

memproduksi roti bolu di Kabupaten Kendal.

Adapun kapasitas produksi Bagas Bakery pada saat awal berdirinya ialah

sekitar satu sak tepung terigu atau 25 kg tepung terigu, namun kegiatan produksi

ini tidak dilakukan setiap hari. Kondisi ini disebabkan oleh belum adanya

pelanggan tetap yang membeli produk Bagas Bakery. Untuk memasarkan produk

Bagas Bakery, biasanya dengan cara menitipkan ke warung-warung atau toko

makanan yang ada di Kabupaten Kendal. Seiring berjalannya waktu, usaha roti

yang didirikan oleh Bapak Samsudin beserta dukungan istrinya semakin

berkembang dan daerah pemasarannya pun bertambah luas, yaitu hampir di

seluruh Kabupaten Kendal. Untuk mendukung pemasaran produk Bagas Bakery,

khususnya dalam meyakinkan pembeli bahwa produk yang dijualnya tersebut

aman dikonsumsi, maka pada tahun 2003 pihak Bagas Bakery mengajukan nomor

PIRT ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Akan tetapi karena prosedur yang

lama dalam proses registrasi tersebut, akhirnya pihak Bagas Bakery baru

mendapat nomor PIRT pada tahun 2006 dengan nomor seri yaitu P-IRT NO.

206332401216.

Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk dalam kategori roti

manis. Saat ini jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery ada lima, yaitu roti

bolu, roti sobek, roti pia, roti pisang, dan roti cokelat. Disamping jenis roti yang

Page 75: H09tan1

59

diproduksi oleh Bagas Bakery semakin beragam, maka saat ini Bagas Bakery juga

telah memiliki beberapa agen atau sales untuk memasarkan produknya. Selain itu,

berbeda dengan saat awal berdirinya Bagas Bakery yang masih menggunakan

peralatan sederhana dan tradisional, maka saat ini untuk menunjang proses

produksinya, Bagas Bakery telah menggunakan beberapa peralatan modern yang

cara kerjanya tidak menggunakan tenaga manusia, misalnya mesin penggiling

dengan kapasitas 25 kg serta mesin mixer untuk mengaduk cokelat sebagai salah

satu isi roti. Penjualan Bagas Bakery pun semakin meningkat, hal ini dapat dilihat

dari permintaan pasar terhadap produk roti Bagas Bakery yang semakin tinggi.

Oleh karena itu, dalam rangka pengelolaan Bagas Bakery yang lebih terorganisir

maka saat ini Bapak Samsudin memutuskan untuk berhenti bekerja dari

pekerjaannya sehingga lebih fokus dan memiliki waktu lebih banyak untuk

mengembangkan usaha Bagas Bakery.

Saat ini kemampuan Bagas Bakery dalam mengolah tepung terigu menjadi

roti sekitar 650 kg tepung terigu per hari. Kapasitas tersebut dinilai kurang karena

jika ingin memenuhi permintaan pasar maka Bagas Bakery harus mampu

meningkatkan kapasitas produksinya dalam mengolah tepung terigu menjadi roti,

yaitu sekitar 750 kg tepung terigu per hari. Keterbatasan Bagas Bakery dalam

mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk rotinya karena adanya

keterbatasan mesin produksi dan tempat produksi.

5.2. Lokasi Perusahaan

Bagas Bakery terletak di Jalan Kyai Guru Asyari Mranggen, Desa

Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Lokasi ini merupakan

tempat produksi Bagas Bakery sementara tempat tinggal pemilik usaha berada di

samping lokasi produksi. Adapun luas bangunan tempat usaha sekitar 150 m2.

Lokasi produksi yang dimiliki oleh Bagas Bakery ini dapat dikatakan strategis

karena berada dekat dengan jalan raya dan dapat dilalui alat transportasi dengan

mudah. Oleh karena itu, dengan lokasi strategis yang dimiliki oleh Bagas Bakery

dapat memudahkan selama pengangkutan barang dan mendukung kelancaran

usaha.

Page 76: H09tan1

60

5.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Pada dasarnya, Bagas Bakery belum memiliki pernyataan secara tertulis

mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Akan tetapi secara umum ketiga hal

tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik Bagas Bakery. Visi

merupakan apa yang ingin kita capai, apa yang ingin kita peroleh, dan kita ingin

menjadi apa di masa depan. Sedangkan misi menyatakan langkah apa yang harus

dilakukan atau dikerjakan. Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang

menyatakan tujuan perusahaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Bagas Bakery, maka

pernyataan mengenai visi dan misi Bagas Bakery tersirat dalam slogan perusahaan

yang terdapat pada kemasan kardus pembungkus produk Bagas Bakery, yaitu

Anda Puas Kami Bangga, Anda Senang Beritahu Teman . Jadi dapat

digambarkan bahwa visi Bagas Bakery adalah menjadi produsen roti yang

memiliki kualitas terbaik sehingga mampu menciptakan loyalitas di hati

pelanggan. Sedangkan misi Bagas Bakery adalah mengutamakan kualitas baik

dari segi rasa, variasi bentuk, variasi ukuran, serta kualitas pelayanan terhadap

pelanggan. Berdasarkan visi dan misi Bagas Bakery tersebut, maka tujuan

perusahaan adalah dapat memperbaiki perekonomian keluarga pada khususnya

dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar pada umumnya.

Usaha roti merupakan salah satu usaha makanan jadi yang mampu menyerap

tenaga kerja cukup banyak. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang

bekerja pada Bagas Bakery mencapai 51 orang, dimana hampir 80 persen tenaga

kerjanya merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Bagas Bakery dan

sisanya, 20 persen berasal dari luar Kabupaten Kendal. Oleh karena itu,

keberadaan Bagas Bakery tidak hanya menguntungkan secara finansial bagi

pemilik usaha, tetapi juga menguntungkan secara sosial bagi masyarakat di sekitar

lokasi produksi.

5.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan suatu hubungan

tanggung jawab dan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Selain itu,

struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktifitas

tertentu guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan.

Page 77: H09tan1

61

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Bagas Bakery belum memiliki struktur

organisasi secara tertulis, akan tetapi secara umum gambaran mengenai struktur

organisasi Bagas Bakery telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik usaha.

Gambaran umum mengenai struktur organisasi Bagas Bakery dapat dilihat pada

Gambar 8.

Gambar 8. Struktur Organisasi Bagas Bakery Sumber : Data Primer

Gambar 8 menunjukkan bahwa struktur organisasi Bagas Bakery termasuk tipe

organisasi fungsional, dimana pihak Bagas Bakery telah melakukan pembagian

tugas dalam operasionalisasinya meskipun pembagian kerja tersebut masih terlihat

sederhana.

Pemilik Bagas Bakery adalah Bapak Samsudin yang bertugas sebagai

pengelola utama dan bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan yang

terkait dengan seluruh aktivitas perusahaan. Selain sebagai pengelola utama,

Bapak Samsudin juga bertanggung jawab terhadap pemasaran produk Bagas

Bakery sehingga hal-hal yang berkaitan dengan agen atau sales Bagas Bakery

menjadi tenggung jawab Bapak Samsudin. Keberhasilan Bapak Samsudin dalam

mengembangkan Bagas Bakery juga tidak terlepas dari dukungan istrinya, yaitu

Ibu Junarti. Dalam pengelolaan Bagas Bakery ini, Ibu Junarti bertugas sebagai

pihak yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berkaitan dengan masalah

keuangan Bagas Bakery, misalnya pembayaran upah karyawan, pengadaan bahan

baku, kasir, serta keluar masuk arus kas keuangan Bagas Bakery. Untuk bagian

PEMILIK

BAG.KEUANGAN

BAG.PRODUKSI

BAG.PEMASARAN

Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan

Page 78: H09tan1

62

produksi, pihak yang bertanggung jawab terhadap proses produksi roti adalah

Bapak Sobari. Dalam proses produksi ini, Bapak Sobari bertanggung jawab untuk

mengawasi aktivitas produksi mulai dari penggilingan, penimbangan,

pengepresan, pencetakan, pemasakan melalui oven, dan pengemasan roti dengan

menggunakan pembungkus plastik atau kardus untuk roti pesanan. Karyawan

pada Bagas Bakery hampir sebagian besar bertugas dalam proses produksi

pembuatan roti, hal ini karena bidang produksi adalah bagian yang paling banyak

membutuhkan tenaga kerja manusia, meskipun ada beberapa bagian pada bidang

produksi yang telah menggunakan peralatan modern, yaitu proses penggilingan

dan pencampuran adonan. Biasanya dalam menjalankan aktivitas perusahaan,

hubungan antara pemilik Bagas Bakery dengan karyawannya lebih bersifat

hubungan kekeluargaan sehingga hubungan yang terbentuk antara pemilik dan

karyawan lebih cenderung ke arah hubungan yang informal.

Page 79: H09tan1

63

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan

dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan

perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan

internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan

jauh dan lingkungan industri.

6.1. Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada di dalam

perusahaan serta berpengaruh langsung terhadap arah dan tindakan perusahaan.

Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki oleh Bagas Bakery. Faktor-faktor internal yang

dianalisis meliputi aspek manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi,

produksi dan operasi, sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan.

6.1.1. Manajemen

Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha Bagas Bakery, terdapat

beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek perencanaan,

pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian.

1) Perencanaan

Saat ini usaha roti Bagas Bakery belum memiliki perencanaan tertulis baik

untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari

belum adanya pernyataan visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dirumuskan

secara tertulis, jelas, dan spesifik. Meskipun demikian, kondisi ini tidak

mempengaruhi pemilik Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal

ini terlihat dari keputusan yang diambil oleh pemilik Bagas Bakery pada saat

akan meningkatkan produksi rotinya, dimana memperhatikan permintaan

pasar tehadap produk Bagas Bakery. Biasanya jika jumlah agen dan sales

serta konsumen Bagas Bakery semakin bertambah, maka dilakukan

peningkatan produksi roti. Oleh karena itu, saat ini penjualan produk Bagas

Bakery semakin meningkat, bahkan cenderung terjadi kelebihan permintaan

pasar.

Page 80: H09tan1

64

2) Pengorganisasian

Struktur organisasi Bagas Bakery seperti yang terlihat pada Gambar 9

menunjukkan bahwa posisi manajemen puncak dipegang langsung oleh

pemilik, dimana pada posisi ini pemilik bertanggung jawab terhadap

pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan kelancaran usaha dan

sekaligus bertanggung jawab terhadap bidang pemasaran. Untuk bagian

keuangan ditempati oleh istri pemilik Bagas Bakery, dimana pada posisi ini

istri pemilik bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan perusahaan

mulai dari pembayaran upah karyawan, persediaan bahan baku, kasir, dan

berbagai hal yang terkait dengan arus keluar masuk keuangan perusahaan.

Sedangkan pihak yang diberi wewenang oleh pemilik untuk bertanggung

jawab pada bidang produksi berasal dari luar keluarga, dimana pada posisi ini

bertugas untuk mengawasi jalannya proses pembuatan roti mulai dari

penggilingan, penimbangan, pencetakan, pemasakan melalui oven, dan

pengemasan. Dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan, pemilik Bagas

Bakery menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh komando

dilakukan langsung oleh pemilik usaha kemudian unit-unit di bawahnya

hanya melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan.

3) Pemberian Motivasi

Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh pemilik Bagas Bakery lebih

bersifat top down dalam operasionalisasi perusahaan, akan tetapi pemilik

tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja.

Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu

usaha. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh pemilik untuk meningkatkan

motifasi karyawan adalah dengan cara melibatkan diri (pemilik bersama istri

pemilik) untuk ikut serta dalam proses produksi. Pemberian motivasi terhadap

karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan

terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut tetap merasa nyaman

selama bekerja.

4) Pengelolaan Staf

Pengelolaan staf dalam sebuah perusahaan terkait dengan budaya atau iklim

kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim kerja

Page 81: H09tan1

65

adalam kumpulan nilai, harapan serta kebiasaan masing-masing orang yang

ada di perusahaan tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Dalam Bagas Bakery, budaya atau iklim

kerja yang terjadi lebih cenderung ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu,

komunikasi yang terjalin antara pemilik Bagas Bakery kepada para

karyawannya tidak bersifat kaku sehingga kondisi seperti ini memudahkan

pemilik dalam memberikan tugas kepada karyawan atau sebaliknya, jika para

karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada pemilik yang terkait dengan

masalah kerja.

5) Pengendalian

Pada umumnya pihak Bagas Bakery melakukan pengendalian hanya terbatas

pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan

pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting

dilakukan karena terkait langsung dengan proses produksi pembuatan roti

sehingga kontinuitas pembuatan roti tetap terjaga. Sama halnya dengan

pengadaan bahan baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting

dilakukan karena terkait dengan kualitas atau mutu roti yang dihasilkan. Oleh

karena itu, untuk menjaga kualitas roti biasanya pihak Bagas Bakery

melakukan sortasi terhadap roti yang dihasilkan. Proses sortasi dilakukan

setelah pengovenan atau roti matang.

6.1.2. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,

menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang

dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga,

distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai

masing-masing bauran pemasaran pada Bagas Bakery :

1) Produk

Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk roti manis, yaitu

roti yang mempunyai cita rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk, dan

diberi bermacam-macam isi. Produk roti yang dijual oleh Bagas Bakery tidak

hanya terdiri dari satu macam saja, namun saat ini Bagas Bakery telah

memproduksi lima macam roti dengan variasi ukuran dan bentuk yang

Page 82: H09tan1

66

berbeda, yaitu roti bolu, roti pia, roti sobek, roti pisang, dan roti cokelat.

Aneka macam roti yang dihasilkan oleh Bagas Bakery merupakan salah satu

hal yang membedakan Bagas Bakery dengan produsen roti lainnya. Selain

melakukan variasi bentuk dan ukuran, pihak Bagas Bakery juga selalu

mengutamakan kualitas rasa terhadap setiap produk yang dijualnya. Kualitas

rasa ini dapat dilihat dari tekstur roti atau bahan baku yang digunakan untuk

pembuatan roti Bagas Bakery. Hal inilah yang dilakukan oleh Bagas Bakery

terhadap produk rotinya, dimana kualitas rasa menjadi faktor penting yang

menjadi perhatian Bagas Bakery. Bagas Bakery merupakan nama perusahaan

sekaligus nama merek dari roti yang dihasilkan. Pemberian nama Bagas

Bakery diambil dari nama anak sulungnya, dimana kata bagas berarti sehat,

sehingga jika diimplemantasikan arti kata Bagas Bakery adalah harapan dari

pemilik (Bapak Samsudin) agar usahanya semakin berkembang dan mampu

bersaing dengan produsen roti bahkan produsen makanan jadi lainnya.

Segmentasi pasar untuk produk Bagas Bakery adalah kelas menengah ke

bawah dengan target utamanya adalah anak-anak sekolah atau ibu rumah

tangga.

Kemasan yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery untuk membungkus

roti adalah plastik dan kardus. Kemasan plastik digunakan hampir untuk

sebagian besar produk roti. Sedangkan kemasan kardus hanya digunakan

untuk roti sobek ukuran sedang sampai besar yang biasanya merupakan

pesanan untuk acara-acara pengajian, syukuran atau acara-acara tertentu

lainya. Untuk labelisasi kemasan roti Bagas Bakery sudah cukup baik karena

telah dilengkapi nomor PIRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal,

komposisi bahan baku, nama merek, dan lokasi produksi Bagas Bakery. Akan

tetapi, terdapat kekurangan pada labelisasi kemasan roti Bagas Bakery, yaitu

tidak adanya pencantuman tanggal kadaluarsa, padahal pencantuman tanggal

kadaluarsa pada produk makanan sangat penting untuk menginformasikan

kepada konsumen batas waktu produk tersebut aman untuk dikonsumsi. Oleh

karena itu, kemungkinan hal ini dapat mengurangi kepercayaan konsumen

terhadap produk yang ditawarkan.

Page 83: H09tan1

67

Bentuk jaminan yang diberikan oleh pihak Bagas Bakery jika seandainya

produk yang dibeli atau dipesan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan

maka pihak Bagas Bakery bersedia untuk menggantinya dengan produk lain

sesuai dengan produk yang ditukarkan tersebut. Oleh karena itu, biasanya

pihak Bagas Bakery akan meminta kepada para pelanggannya untuk

mengecek barang yang dipesan tersebut apakah telah sesuai dengan

pesanannya. Upaya ini dilakukan oleh pihak Bagas Bakery guna

meminimalisasi terjadinya pemesanan barang yang tidak sesuai.

2) Harga

Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang

menghasilkan penerimaan bagi perusahaan sedangkan yang lainnya

menimbulkan biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan dalam

persaingan. Menurut Umar (1999), penetapan harga yang dilakukan oleh

sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu

(1) Berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu

mark up baku untuk labanya; (2) Analisis pulang pokok, yaitu penggunaan

konsep bagan pulang-pokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah

pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume penjualan

sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan volume pulang pokok;

(3) Berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang

yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada

konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan

setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik maka

penetapan harga pada produk Bagas Bakery didasarkan atas pendekatan

persaingan, yaitu pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk roti

yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh pihak

Bagas Bakery dengan mengikuti harga roti yang sudah ada di pasaran. Oleh

karena itu, tidak ada perbedaan harga antara pihak Bagas Bakery dengan

produsen roti lainnya. Secara umum penetapan harga jual pada Bagas Bakery

dibagi menjadi dua, yaitu penetapan harga jual untuk tipe pelanggan A dan

harga jual untuk tipe pelanggan B. Tipe pelanggan A adalah para pelanggan

Page 84: H09tan1

68

Bagas Bakery yang membeli produk bukan untuk dikonsumsi sendiri

melainkan untuk dijual kembali, misalnya agen, sales, dan pengecer.

Sedangkan tipe pelanggan B, adalah para pelanggan Bagas Bakery yang

membeli produk untuk dikonsumsi sendiri atau melakukan pemesanan untuk

acara-acara tertentu misalnya syukuran, pengajian, dan arisan. Oleh karena

itu, penetapan harga jual pada pelanggan A akan lebih murah daripada

pelanggan B. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai penetapan

harga jual pada produk Bagas Bakery (Tabel 11).

Tabel 11. Penetapan Harga Jual Roti pada Bagas Bakery

Penetapan Harga Jual (Rp/bungkus)No Nama Roti

Tipe Pelanggan A Tipe Pelanggan B

1 Roti Bolu

a. Bolu ukuran kecil 350 500

b. Bolu ukuran sedang 1200 1.500

c. Bolu ukuran besar (20 cm) - 7.500

d. Bolu ukuran besar (30 cm) - 14.000

2 Roti Pia 350 500

3 Roti Sobek

a. Sobek kecil 350 500

b. Sobek Kombinasi 3 rasa 750 1.000

c. Sobek kombinasi 6 rasa ukuran kecil - 6.000

d. Sobek kombinasi 6 rasa ukuran sedang - 8.500

e. Sobek kombinasi 6 rasa ukuran besar - 12.500

4 Roti Pisang 750 1.000

5 Roti Cokelat 750 1.000

Sumber : Bagas Bakery

Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa Bagas Bakery telah melakukan

penetapan harga jual yang berbeda kepada para pelanggannya. Penetapan

harga jual yang lebih rendah untuk tipe pelanggan A karena produk yang

dibeli tersebut akan didistribusikan kembali kepada pihak lain, sehingga harus

Page 85: H09tan1

69

memperoleh keuntungan dari proses pendistribusian tersebut. Pada umumnya,

pihak Bagas Bakery tidak memberikan potongan harga dalam bentuk uang

melainkan hanya berupa tambahan roti jika pelanggan membeli dalam jumlah

yang cukup banyak. Adapun batas minimal kuota yang ditetapkan oleh Bagas

Bakery agar pelanggan mendapat tambahan roti adalah jika jumlah roti yang

dipesan sebanyak 100 bungkus dan itupun tambahan bonus roti yang

diberikan hanya satu bungkus saja. Kecilnya tambahan bonus yang diberikan

oleh Bagas Bakery kepada pelanggan mengingat harga jual yang diberikan

tersebut telah mengikuti harga roti yang ada di pasaran.

3) Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan

untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang

dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (1999), biasanya hampir

sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara

pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu

saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam

keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa

tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna

industrial. Secara umum, pihak Bagas Bakery dalam mendistribusikan produk

rotinya melalui empat pola saluran. Berikut ini merupakan penjelasan

mengenai masing-masing saluran distribusi pada Bagas Bakery (Gambar 10).

Gambar 9. Saluran Distribusi Roti pada Bagas BakerySumber : Bagas Bakery

BagasBakery

Agen Sales Pengecer Konsumen

Sales Pengecer Konsumen

Pengecer Konsumen

Konsumen

Page 86: H09tan1

70

Gambar 9 menunjukkan saluran distribusi roti pada Bagas Bakery terdiri dari

empat pola saluran. Pola saluran yang pertama adalah Bagas Bakery

menyalurkan produknya kepada agen kemudian disalurkan ke sales,

kemudian dari sales disalurkan kepada pengecer dan dari pengecer

selanjutnya disalurkan kepada konsumen. Pada umumnya, para agen ini

berada di luar Kabupaten Kendal, seperti Mijen, Semarang, dan Demak.

Untuk pendistribusian produk dari Bagas Bakery ke lokasi para agen,

biasanya pihak Bagas Bakery sendiri yang mengantarkan sampai ke lokasi

tujuan dan hal ini tidak dipungut biaya transportasi, karena jika jumlah

pembelian roti lebih dari 3.000 bungkus maka pihak Bagas Bakery akan

memberikan fasilitas jasa pengiriman secara gratis. Pola saluran yang kedua

adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada sales, kemudian dari

sales disalurkan kepada pengecer, dan dari pengecer selanjutnya disalurkan

kepada konsumen. Pada umumnya, para sales ini berlokasi di sekitar

Kabupaten Kendal dan untuk pengambilan produk dilakukan dengan

mendatangi langsung lokasi produksi Bagas Bakery. Biasanya jumlah roti

yang diambil oleh para sales sekitar 200 sampai 500 bungkus. Pola saluran

yang ketiga, adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada pengecer

tanpa melalui agen atau sales dan dari pengecer selanjutnya disalurkan

kepada konsumen. Para pengecer yang dimaksud adalah kios atau toko yang

berada di sekitar lokasi produksi Bagas Bakery sehingga untuk pengambilan

produk dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi produksi Bagas

Bakery. Pola saluran yang keempat adalah Bagas Bakery melakukan

penjualan langsung kepada konsumen. Biasanya para konsumen ini langsung

datang ke lokasi produksi Bagas Bakery. Untuk pola saluran yang keempat

ini, selain melakukan penjualan langsung, Bagas Bakery juga menerima

pesanan untuk acara pengajian, syukuran, arisan, atau acara pernikahan. Jenis

roti yang sering dipesan oleh konsumen adalah roti sobek kombinasi enam

rasa ukuran sedang sampai besar atau roti bolu ukuran besar (30 cm). Sistem

pembayaran yang diterapkan oleh Bagas Bakery adalah pembayaran secara

tunai dan biasanya pembayaran dilakukan pada saat pengambilan produk.

Kondisi ini berlaku untuk semua pelanggan Bagas Bakery, baik untuk agen,

Page 87: H09tan1

71

sales, pengecer, maupun konsumen akhir. Hal inilah yang menjadi salah satu

kekuatan bagi Bagas Bakery karena adanya perputaran keuangan yang cepat.

Biasanya jika produk yang dijual terdapat sisa atau tidak laku maka dapat

ditukarkan dengan produk baru yang sejenis pada saat pengambilan produk

Bagas Bakery selanjutnya. Namun kondisi ini jarang terjadi, karena pada

umumnya produk Bagas Bakery sering habis terjual dan meskipun terdapat

roti yang dikembalikan, biasanya telah ada pihak yang bersedia untuk

menampung roti sisa tersebut. Pihak ini adalah para peternak bebek atau

bandeng dan untuk memperoleh roti sisa tersebut, peternak tersebut dapat

membelinya dengan harga Rp 1.000/kg.

4) Promosi

Menurut Umar (1999), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga

produk dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk

ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan

pembelian terhadap produk tersebut. Dalam memasarkan produknya, kegiatan

promosi yang telah dilakukan oleh pihak Bagas Bakery adalah melakukan

penjualan personal dan promosi penjualan. Untuk penjualan personal

dilakukan melalui penerimaan pesanan untuk acara-acara arisan, pengajian,

syukuran, atau acara pernikahan. Sedangkan untuk promosi penjualan,

dilakukan dengan memberikan gratis satu bungkus roti jika melakukan

pembelian roti sebanyak 100 bungkus. Akan tetapi, salah satu hal terpenting

yang dilakukan oleh pihak Bagas Bakery untuk membina loyalitas pelanggan,

yaitu dengan membangun citra baik perusahaan melalui pengutamaan kualitas

rasa dengan harga yang terjangkau.

6.1.3. Keuangan dan Akuntansi

Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal

ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-

alat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun dapat

berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada Bagas Bakery, modal awal

yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal dari modal sendiri.

Hal ini karena pada saat awal berdirinya, kapasitas produksi pada Bagas Bakery

tidak seperti sekarang ini. Meskipun demikian, pihak Bagas Bakery juga pernah

Page 88: H09tan1

72

melakukan peminjaman kepada lembaga keuangan, yaitu Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) Nusamba yang berada di Kabupaten Kendal. Adapun tujuan

peminjaman modal ini digunakan untuk pembelian mobil guna menunjang

pemasaran produk Bagas Bakery. Hal ini karena pada waktu itu, sarana

transportasi yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery untuk mendistribusikan

produknya ke pengecer dengan menggunakan becak. Padahal penggunaan becak

sebagai sarana transportasi tidak cukup efektif apalagi jika lokasi pengecer tesebut

jauh dari lokasi produksi Bagas Bakery.

Salah satu kelemahan usaha yang berskala kecil dan menengah, misalnya

UKM adalah keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan baik.

Kondisi ini juga terjadi pada Bagas Bakery dimana perusahaan tidak memiliki

sumberdaya manusia yang ahli dalam hal pembukuan keuangan. Selain itu,

adanya anggapan dari pihak Bagas Bakery bahwa usaha yang dijalankan tersebut

telah berlangsung lama sehingga mampu untuk memperkirakan besarnya biaya

produksi yang dikeluarkan dan total pendapatan yang diperoleh tanpa harus

membuat pembukuan secara jelas dan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi.

Biasanya transaksi yang terjadi hanya dicatat dalam bentuk nota dan itupun tidak

disimpan dengan baik sehingga sumber dana yang dimiliki tidak digunakan secara

efektif untuk pengembangan usaha bahkan kadang-kadang modal usaha juga ikut

terpakai untuk kebutuhan rumah tangga. Meskipun pengelolaan keuangan pada

Bagas Bakery belum tertata rapi, akan tetapi untuk hal yang berkaitan dengan

absensi karyawan dan kegiatan selama proses produksi biasanya dicatat oleh istri

pemilik yang digunakan sebagai kontrol dalam pemberian upah kepada karyawan

setiap minggunya.

6.1.4. Produksi dan Operasi

Ketersediaan bahan baku secara kontinyu merupakan salah satu faktor

utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk tertentu. Dalam proses

produksi pembuatan roti, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri dari :

1) Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung

terigu. Pada Bagas Bakery, tepung terigu yang digunakan untuk membuat roti

adalah tepung terigu cap Cakra Kembar dan Naga Hijau. Penggunaan tepung

Page 89: H09tan1

73

cap Cakra Kembar digunakan untuk pembuatan roti sobek, roti pisang, dan

roti cokelat, sedangkan tepung terigu cap Naga Hijau digunakan untuk

pembuatan roti bolu dan roti pia.

2) Bahan Penunjang

Bahan penunjang dalam pembuatan roti adalah telur, gula, susu, mentega,

ragi, emulsified shortening, garam, dan air. Masing-masing bahan penunjang

tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda sehingga tanpa adanya bahan

penunjang, tidak akan terbentuk roti.

3) Bahan Bakar

Pembuatan roti pada Bagas Bakery tidak menggunakan minyak tanah sebagai

bahan bakar, melainkan menggunakan gas elpiji. Biasanya untuk menunjang

kelancaran selama proses pembuatan roti, pihak Bagas Bakery menggunakan

tujuh buah tabung gas elpiji ukuran 12 kg.

4) Pengemasan

Jenis kemasan yang digunakan sebagai pembungkus roti ada dua, yaitu

plastik dan kardus. Kemasan plastik digunakan untuk seluruh jenis roti yang

diproduksi oleh Bagas Bakery, sedangkan kemasan kardus digunakan sebagai

pembungkus luaran setelah roti dikemas dengan plastik. Biasanya kemasan

kardus digunakan untuk jenis roti sobek kombinasi enam rasa yang sering

dipesan untuk acara-acara pengajian, arisan, pernikahan, atau syukuran. Baik

kemasan plastik maupun kemasan kardus tercantum nama merek, nomor

PIRT dari Dinas Kesehatan, komposisi bahan baku, dan lokasi produksi.

Akan tetapi, pada kemasan kardus terdapat tambahan slogan Bagas Bakery.

yaitu Anda Puas Kami Bangga dan Anda Senang Beritahu Teman .

Akses bahan baku sangat penting diperlukan untuk menjaga

keberlangsungan suatu produksi tertentu. Terkait dengan hal tersebut, pihak Bagas

Bakery telah memiliki beberapa pemasok yang berbeda untuk masing-masing

bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan roti. Hal ini dilakukan guna

mengantisipasi terjadinya kekurangan barang salah satu pemasok yang dapat

menghambat proses produksi. Biasanya pembelian bahan baku langsung

dilakukan ke distributor yang berlokasi di Kabupaten Kendal. Untuk mendapatkan

kepastian tentang bahan baku yang dipesannya, biasanya pihak Bagas Bakery

Page 90: H09tan1

74

melakukan pemesanan melalui telepon dua hari sebelum pembelian barang,

sehingga pihak distributor dapat menyiapkan terlebih dahulu.

Untuk menunjang proses produksi dalam pembuatan roti, saat ini pihak

Bagas Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern yang tidak dikerjakan

secara manual, misalnya mixer listrik dan mesin penggiling. Selain itu, peralatan

yang digunakan dalam proses pembuatan roti adalah alat pengepres, timbangan,

loyang, oven, pisau, gunting, dan baki. Untuk menjaga loyalitas pelanggaannya,

pihak Bagas Bakery sangat mengutamakan kualitas rasa dan melakukan sortasi

terhadap roti yang diproduksinya sehingga pelanggan benar-benar memperoleh

produk yang berkualitas. Berikut ini akan diperlihatkan proses produksi

pembuatan roti pada Bagas Bakery, yaitu :

1) Penimbangan Bahan Baku

Siapkan bahan baku yang akan digiling, seperti tepung terigu, telur, gula,

mentega, susu, ragi, emulsified shortening, garam, dan air. Masing-masing

bahan baku tersebut sebelum diproses akan dilakukan penimbangan terlebih

dahulu.

2) Penggilingan

Proses penggilingan tidak dilakukan secara manual tetapi menggunakan

mesin penggiling dengan kapasitas 25 kg. Pada proses ini akan memerlukan

waktu sekitar 30 menit.

3) Penimbangan adonan

Adonan yang telah kalis dan tidak lengket di tangan menunjukkan bahwa

adonan roti ini siap untuk diproses selanjutnya, yaitu proses penimbangan.

Pada proses penimbangan, besarnya ukuran adonan yang ditimbang harus

disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat.

4) Pengepresan Adonan

Proses pengepresan bertujuan untuk menyeragamkan berat adonan roti

sebelum proses pencetakan. Adapun hasil pengepresan adonan juga akan

berbeda karena disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat.

5) Pencetakan Adonan

Adonan yang telah dipres kemudian dicetak sesuai dengan jenis roti yang

diinginkan.

Page 91: H09tan1

75

6) Pengovenan

Setelah adonan selesai dicetak kemudian diletakkan pada loyang dan siap

untuk dioven. Lamanya proses pengovenan tergantung dengan jenis roti yang

dibuat. Biasanya semakin besar ukuran roti maka proses pengovenan juga

akan semakin lama.

7) Pengemasan

Setelah roti selesai dioven kemudian dipindahkan ke rak roti untuk menunggu

roti tersebut dingin. Selanjutnya dilakukan proses pengemasan dengan

menggunakan plastik. Untuk roti tertentu, seperti roti sobek kombinasi enam

rasa ukuran sedang sampai besar, selain menggunakan plastik pada

pengemasannya juga menggunakan kardus dan kantong pembungkus

berbahan baku kertas.

6.1.5. Sumber Daya Manusia

Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan

bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.

Oleh karena itu, pentingnya bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas

tenaga kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam

menentukan pertumbuhan perusahaan.

Secara umum, perekrutan tenaga kerja pada Bagas Bakery tidak melalui

prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan atau

kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki

keterampilan tentang cara pembuatan roti. Satu hal terpenting yang harus dimiliki

oleh calon tenaga kerja Bagas Bakery ialah semangat kerja yang tinggi, ulet, dan

cekatan dalam melakukan setiap pekerjaan. Disamping itu, tenaga kerja yang

dibutuhkan oleh Bagas Bakery tidak dituntut untuk memiliki pendidikan tinggi.

Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan para pekerjanya yang sebagian besar hanya

lulusan SLTP. Oleh karena itu, biasanya pihak Bagas Bakery akan melakukan

training selama satu minggu kepada setiap calon tenaga kerja. Bentuk training ini

adalah dengan melibatkan para calon tenaga kerja tersebut pada setiap proses

produksi pembuatan roti. Jika hasil kerjanya baik setelah melalui proses training

maka para calon tenaga kerja tersebut dapat diterima sebagai tenaga kerja tetap

Bagas Bakery. Tingkat pendidikan yang rendah merupakan kelemahan bagi

Page 92: H09tan1

76

perusahaan karena tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang baik dapat

membantu pihak Bagas Bakery dalam mengelola manajemen perusahaan,

misalnya terkait dengan pembukuan keuangan.

Pada umumnya tenaga kerja Bagas Bakery berasal dari sekitar lokasi

produksi, meskipun terdapat beberapa tenaga kerja yang berasal dari luar Propinsi

Jawa Tengah. Oleh karena itu, kemudahan pihak Bagas Bakery dalam

memperoleh tenaga kerja merupakan kekuatan bagi perusahaan. Saat ini jumlah

tenaga kerja Bagas Bakery sebanyak 51 orang, terdiri dari 31 tenaga kerja

perempuan dan 20 tenaga kerja laki-laki. Secara umum, para tenaga kerja tersebut

hampir sebagian besar berada di bagian produksi. Hal ini karena bagian produksi

merupakan bagian yang menghasilkan suatu produk yang akan dijual kepada

pembeli, mulai dari persiapan bahan baku sampai pengemasan produk, sehingga

membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Sedangkan sisanya yang 10 persen,

membantu pemilik saat pemasaran produk sebagai sopir dan kernet.

Untuk hari kerja pada Bagas Bakery selama enam hari, yaitu mulai dari

hari Sabtu sampai hari Kamis dan untuk hari Jum at libur. Waktu kerja yang

digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua shift, yaitu shift satu, mulai

pukul 06.00 18.00 WIB dan shift dua, dari pukul 13.00 - 00.00 WIB. Untuk

yang shift dua biasanya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Waktu kerja yang

padat pada usaha Bagas Bakery karena keterbatasan mesin penggiling dan mesin

pengaduk (mixer listrik) dimana pihak Bagas Bakery hanya memiliki satu unit

saja padahal dalam satu kali proses produksi harus mengolah tepung terigu

sebanyak 650 kg, sehingga jika kegiatan produksi pada shift satu belum selesei

maka dilanjutkan pada shift dua. Akan tetapi, untuk penentuan tenaga kerja yang

berada pada shift satu atau shift dua, biasanya secara bergiliran dan sesuai

kesepakatan. Untuk pembagian dan penempatan kerja ini diatur oleh penanggung

jawab bagian produksi yang telah dikomunikasikan sebelumnya dengan pemilik

Bagas Bakery.

Sistem pembayaran upah atau kompensasi yang diterapkan oleh pihak

Bagas Bakery adalah seminggu sekali, dimana pembayaran upah diberikan setiap

hari Kamis. Besarnya upah yang diberikan tergantung jenis pekerjaan yang

Page 93: H09tan1

77

lakukan. Berikut ini akan diperlihatkan besarnya kompensasi yang diberikan

untuk masing-masing unit produksi pada Bagas Bakery (Tabel 12).

Tabel 12. Besarnya Kompensasi untuk Masing-Masing Unit Produksi padaBagas Bakery

No. Jenis Pekerjaan Besarnya Kompensasi perMinggu (Rp)

1 Persiapan bahan baku sampai pencetakan 85.000

2 Pengovenan atau pemasakan roti 110.0003 Pengemasan 60.000

4 Sopir 200.000

5 Kernet 120.000

Sumber : Bagas Bakery

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa pihak Bagas Bakery telah memberikan

kompensasi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Selain pemberian kompensasi,

pihak Bagas Bakery juga memberikan makan kapada para tenaga kerjanya

sebanyak tiga kali, sehingga upah yang diterima oleh pekerjanya merupakan gaji

bersih. Pihak Bagas Bakery juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) berupa

uang yang jumlahnya sebesar gaji pokok. Disamping itu, khusus bagi tenaga

Bagas Bakery yang berasal dari luar Propinsi Jawa Tengah juga disediakan tempat

tinggal secara gratis oleh perusahaan. Pemberian kompensasi tersebut merupakan

bentuk perhatian pihak Bagas Bakery terhadap para pekerjanya karena perusahaan

menyadari bahwa tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang secara

tidak langsung mendukung kelancaran usaha Bagas Bakery.

6.1.6. Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari

suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru

atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri

untuk menjalankan departemen litbangnya sehingga tidak semua perusahaan

memiliki bidang ini. Pada umumnya Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak

memiliki bidang litbang karena adanya keterbatasan tenaga ahli dalam mengelola

manajemen perusahaan. Disamping itu, faktor keterbatasan modal juga menjadi

penyebab utama sebuah perusahaan tidak memiliki bidang ini.

Page 94: H09tan1

78

Saat ini Bagas Bakery termasuk salah satu Usaha Kecil Menengah yang

tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil

sampai menengah biasanya orientasinya terbatas pada bagaimana modal yang

digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan

dari penjualan produknya. Selain itu, disebabkan oleh manajemen perusahaan

yang belum tertata rapi karena keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk

mengelolanya. Ketiadaan bidang penelitian dan pengembangan (litbang) dalam

perusahaan merupakan kelemahan bagi Bagas Bakery.

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar

perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan

industri. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha Bagas Bakery.

6.2.1. Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari

luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan

tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh yaitu faktor

politik, ekonomi, sosial, dan faktor teknologi. Berikut ini merupakan penjelasan

mengenai lingkungan jauh, yaitu :

1) Politik

Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang

mempengaruhi iklim usaha di suatu negara. Keadaan politik dan keamanan

yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan

suatu usaha karena para pelaku usaha merasa tidak nyaman terhadap usaha

yang dijalankannya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu,

pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara

hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Berikut ini merupakan

beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap

perkembangan industri roti.

Page 95: H09tan1

79

a) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan

Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan Bupati/Walikota

melalui Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan siap saji.

Peraturan perundang-undangan tersebut juga mengamanatkan setiap

orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri pangan

siap saji wajib memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara menerapkan

pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik yang memperhatikan

aspek keamanan pangan. Oleh karena itu, para produsen pangan siap saji

harus melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan

nomor izin Depkes. Pada umumnya terdapat tiga jenis registrasi untuk

kelompok produk pangan, yaitu pangan hasil industri rumah tangga

diberi kode registrasi PIRT, untuk pangan hasil dalam negeri diberi kode

registrasi MD dan untuk pangan yang berasal dari impor diberi kode ML.

sertifikasi nomor PIRT (Pangan hasil Industri Rumah Tangga). Bentuk

sertifikasi terhadap produk pangan merupakan upaya para pelaku usaha

untuk membuktikan bahwa produknya aman dikonsumsi serta wujud

kepedulian pemerintah melalui Dinas Kesehatan terhadap perlindungan

konsumen.

b) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 07/PMK.011/2009 tentang

Tarif Bea Masuk atas Impor Tepung Gandum

Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif bea masuk atas impor

tepung terigu sebesar 5 persen merupakan bentuk perlindungan

pemerintah terhadap industri dalam negeri agar industri dapat

berkembang. Penetapan peraturan ini terkait dengan penurunan harga

gandum dunia. Oleh karena itu, dengan adanya kenaikan bea masuk

tepung terigu tersebut akan memberikan dampak positif terhadap industri

di dalam negeri karena akan menggairahkan investasi terigu di Indonesia.

Page 96: H09tan1

80

c) Peraturan Menteri Keuangan No.02/PMK.011/2009 mengenai pencabutan

subsidi Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP)

atas Tepung Terigu

Kebijakan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 januari 2009. Pemerintah

menghapus subsidi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas gandum dan

tepung terigu sebesar 10 persen karena harga gandum dan tepung terigu

di dalam negeri telah terjangkau dan stabil. Seharusnya dengan adanya

pencabutan subsidi PPN-DTP atas tepung terigu maka diperkirakan akan

meningkatkan harga tepung terigu di pasar domestik. Namun

kenyataannya terjadi sebaliknya, dimana harga tepung terigu cenderung

turun. Kecenderungan ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga

gandum di pasaran dunia dan adanya penurunan komponen-komponen

biaya lain seperti TDL dan bahan bakar. Oleh karena itu, dengan adanya

kecenderungan penurunan harga tepung terigu di pasar domestik maka

akan memberikan dampak positif terhadap para pelaku usaha yang

menggunakan tepung terigu sebagai bahan bakunya.

d) Peraturan Menteri ESDM No.16 Tahun 2008 tentang penurunan BBM

Sejak tanggal 15 Januari 2009, harga BBM kembali mengalami

penurunan menjadi Rp 4.500/liter untuk premium dan minyak solar,

serta Rp 2.500/liter untuk minyak tanah. Dengan adanya penurunan BBM

maka dapat memberikan dorongan bagi pelaku usaha yang menggunakan

BBM sebagai salah satu faktor pendukung kelancaran produksinya untuk

semakin berkembang.

e) Kebijakan Pemerintah tentang Skim Kredit bagi Pelaku Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah

i) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah

Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka setiap daerah diberi

kewenangan untuk ikut serta dalam mengatur rumah tangga

daerahnya sendiri, termasuk dalam pengembangan usaha. Hal ini

karena dengan adanya otonomi daerah maka peluang untuk

mengembangan usaha bagi setiap daerah akan semakin terbuka. Oleh

Page 97: H09tan1

81

karena itu, pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah (KUKM) berupaya untuk menumbuhkan iklim

usaha yang baik bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah. Sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang di dalamnya

memuat pasal-pasal tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

maka Dinas KUKM memiliki tanggung jawab terhadap penumbuhan

iklim usaha yang kondusif. Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah terhadap sumber pembiayaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

maka Pemerintah Daerah bersama Dinas KUKM akan memberikan

kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk

memperoleh pembiayaan, serta menumbuhkan, mengembangkan,

dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit.

ii) Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan

Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM serta Nota

Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perbankan dan

Perusahaan Penjamin

Sesuai dengan kebijakan tersebut, maka pemerintah telah

meluncurkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan fasilitas

penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT Asuransi Kredit

Indonesia (PT. Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha.

Adapun Bank pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank

Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia

(BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Mandiri, dan

Bank Bukopin. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan fasilitas

pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan Koperasi terutama

yang memiliki usaha yang layak namun mempunyai kendala agunan.

Oleh karena itu, dengan adanya program KUR dapat menjadi

peluang bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan tambahan modal

dengan persyaratan yang cukup mudah guna mengembangkan

usahanya.

Page 98: H09tan1

82

2) Ekonomi

Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung

terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah

tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan

pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung

kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula

mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi,

jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka dapat

terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu

usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Adapun

beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara

lain :

a) Pertumbuhan Sektor Ekonomi

Kondisi perekonomian Kabupaten Kendal secara agregat menunjukkan

adanya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Kendal pada tahun 2007 sebesar 4,28 persen lebih tinggi jika

dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 yang sebesar 3,66

persen. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun

maka digunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas

dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana

dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini

merupakan pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun

2004 sampai tahun 2007 (Tabel 13):

Page 99: H09tan1

83

Tabel 13. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal Atas DasarHarga Konstan Tahun 2003 - 2007

Tahun Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal(persen)

2004 2,61

2005 2,63

2006* 3,66

2007** 4,28

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)

Keterangan : *) angka diperbaiki**) angka sementara

Berdasarkan Tabel 13, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada

tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dengan

laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik maka kondisi ini

diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai

kelompok usaha yang beroperasi di Kabupaten Kendal. Laju

pertumbuhan ekonomi yang semakin baik juga ditandai dengan nilai

PDRB atas dasar harga konstan yang semakin meningkat. Adapun nilai

PDRB ini dapat dilihat pada Tabel 14 :

Tabel 14. Produk Domestik Regional Broto Atas Dasar Harga KonstanKabupaten Kendal pada Tahun 2004 - 2007

Tahun Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rp)

2004 4.167,63

2005 4.277,35

2006* 4.433,80

2007** 4.623,58

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)

Keterangan : *) angka diperbaiki**) angka sementara

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa nilai PDRB atas dasar

harga konstan yang dihasilkan oleh Kabupaten Kendal mengalami

peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan

adanya korelasi yang positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan

Page 100: H09tan1

84

nilai PDRB yang dihasilkan, dimana laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Kendal pada tahun 2007 semakin baik yang diiringi dengan

peningkatan nilai PDRB yang dihasilkan.

b) Struktur Ekonomi

Untuk mengetahui struktur ekonomi suatu daerah tertentu maka dapat

digunakan PDRB atas harga belaku. Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya

ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah serta nilai PDRB yang besar

menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. Berikut ini

merupakan struktur ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2004 sampai

2007 (Tabel 15) :

Tabel 15. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar HargaBerlaku Tahun 2004 - 2007 (Persen)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006* 2007**

Pertanian 23,92 23,40 24,88 25,04

Pertambangan dan Penggalian 1,00 1,05 1,11 1,11

Industri Pengolahan 37,52 37,59 35,57 35,48

Listrik, Gas, dan Air Minum 1,38 1,48 1,55 1,71

Bangunan 3,83 3,72 3,92 3,63

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 17,68 17,69 17,23 17,33

Pengangkutan dan Komunikasi 2,72 2,88 3,26 3,27

Keuangan, Persewaan, dan JasaPerusahaan 2,70 2,77 2,81 2,85

Jasa-Jasa 9,25 9,41 9,67 9,58

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)

Keterangan : *) angka diperbaiki**) angka sementara

Berdasarkan Tabel 15, secara keseluruhan dalam empat tahun terakhir

tidak terjadi pergesaran struktur ekonomi yang berarti, dimana masing-

masing sektor masih dalam posisi yang sama. Pada tahun 2007, sektor

industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan

terbesar di Kabupaten Kendal. Hal ini ditandai dengan sumbangannya

terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yaitu berkisar di atas 35 persen,

Page 101: H09tan1

85

paling tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Adapun nilai sumbangan

sektor industri pengolahan yang diberikan terhadap total PDRB

Kabupaten Kendal atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar Rp

2.727.99 milyar. Berikut ini merupakan data tentang PDRB Kabupaten

Kendal atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 sampai tahun 2007

(Tabel 16):

Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar HargaBerlaku Kabupaten Kendal Tahun 2003-2007 (Milyar Rp)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006* 2007**

Pertanian 1.316,71 1.418,74 1.720,43 1.924,91

Pertambangan dan Penggalian 54,93 63,58 76,44 85,68

Industri Pengolahan 2.066,00 2.278,84 2.459,05 2.727,99

Listrik, Gas, dan Air Minum 75,79 89,84 107,19 131,82

Bangunan 211,02 225,55 271,35 279,29

Perdagangan, Hotel, danRestoran 973,60 1.072,31 1.191,50 1.332,12

Pengangkutan dan Komunikasi 149,80 174,68 225,35 251,38

Keuangan, Persewaan, dan JasaPerusahaan

148,85 167,95 194,07 218,79

Jasa-Jasa 509,04 570,66 668,34 736,61

Total PDRB 5.505,72 6.062,14 6.913,71 7.688,58

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)

Keterangan : *) angka diperbaiki**) angka sementara

Berdasarkan Tabel 16, sektor industri pengolahan merupakan salah satu

sektor ekonomi yang menjadi kontributor terbesar terhadap total PDRB

Kabupaten Kendal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten

Kendal, pembentukan PDRB sektor industri pengolahan didominasi oleh

subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Industri roti

merupakan salah satu bagian dari subsektor industri makanan, minuman,

dan tembakau. Struktur ekonomi Kabupaten Kendal yang semakin

membaik khususnya sektor industri pengolahan merupakan stimulus bagi

kelompok usaha-usaha tertentu yang akan mengembangkan usahanya.

Page 102: H09tan1

86

c) Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah

tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dapat

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi makanan dan

konsumsi non makanan (perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan,

pajak, asuransi, dan lain-lain). Persentase pengeluaran makanan dan non

makanan ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat

kesejahteraan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari distribusi pengeluaran

menurut kelompok pendapatan. Berikut ini merupakan data tentang

pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal per kapita sebulan

(Tabel 17) :

Tabel 17. Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal perKapita Sebulan pada Tahun 2003-2007

Tahun

Pengeluaran Rata-Rata perKapita Sebulan untukKelompok Makanan

(Rp)

Pengeluaran Rata-Rata perKapita Sebulan untuk

Kelompok Non Makanan(Rp)

2003 106.282 69.493

2004 109.709 81.388

2005 114.678 99.887

2006 148.844 115.332

2007 161.965 92.862

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2007)

Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun

terakhir sebagian besar pengeluaran penduduk Kabupaten Kendal

digunakan untuk kebutuhan makanan daripada kebutuhan non/bukan

makanan. Masih besarnya pengeluaran untuk kelompok makanan

menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Kendal masih

mementingkan kebutuhan pokok. Untuk mengetahui pola konsumsi

makanan penduduk Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 18:

Page 103: H09tan1

87

Tabel 18. Persentase Pola Konsumsi Makanan Penduduk KabupatenKendal pada Tahun 2007

Jenis Makanan Persentase Pola Konsumsi Makanan(Persen)

Padi-padian 20,96

Umbi-umbian 0,61

Ikan/ Udang/ Cumi/ Kerang 3,96

Daging 2,90

Telur dan Susu 5,99

Sayur-sayuran 6,58

Kacang-kacangan 4,96

Buah-buahan 3,19

Minyak dan Lemak 3,61

Bahan Minuman 4,09

Bumbu-bumbu 2,68

Konsumsi Lainnya 2,93

Makanan dan Minuman Jadi 27,54

Tembakau dan Sirih 10,02

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2007)

Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa sebagian besar pola konsumsi

makanan penduduk Kabupaten Kendal adalah makanan dan minuman

jadi, dimana nilainya mencapai 27,54 persen dari total pengeluaran

penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan. Roti merupakan

salah satu dari berbagai macam makanan jadi. Oleh karena itu, kondisi

ini dapat menjadi peluang bagi kelompok usaha yang berbasis makanan

dan minuman jadi untuk mengembangkan usahanya.

d) Laju Inflasi

Laju inflasi adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa

kebutuhan masyarakat secara rata-rata. Salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk menggambarkan laju inflasi adalah Indeks Harga

Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen ialah suatu angka yang dapat

menggambarkan perbandingan harga yang terjadi pada dua periode

Page 104: H09tan1

88

waktu yang berbeda. Berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen

Kabupaten Kendal, maka pada tahun 2007 kembali terjadi inflasi. Berikut

ini merupakan data tentang perkembangan laju inflasi selama periode

2004-2007 dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (Tabel 19):

Tabel 19. Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Kendal pada Tahun2004-2007

Tahun Tingkat Inflasi (%)

2004 6,62

2005 16,73

2006 6,06

2007 6,96

Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2007)

Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa perkembangan laju inflasi

Kabupaten Kendal cukup fluktuatif. Meskipun pada tahun 2007, angka

inflasi lebih tinggi dari tahun 2006 namun masih dikategorikan cukup

baik karena angka inflasi ini masih jauh di bawah inflasi pada tahun

2005. Adapun penyebab kenaikan tingkat inflasi secara tajam pada tahun

2005 karena terjadi kenaikan harga BBM sebanyak dua kali pada periode

tersebut. Dari ketujuh komponen yang digunakan dalam perhitungan

IHK, maka pada tahun 2007 kelompok makanan jadi, minuman, rokok,

dan tembakau memberikan kontribusi terbesar terhadap tingkat inflasi di

Kabupaten Kendal, yaitu 18,53 persen. Selain itu, kelompok makanan

jadi juga sering menempati peringkat tiga besar terhadap pembentukan

tingkat inflasi di Kabupaten Kendal. Berikut ini akan disajikan data

tentang perubahan IHK menurut kelompok pengeluaran selama periode

2006-2007 (Tabel 20).

Page 105: H09tan1

89

Tabel 20. Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut KelompokPengeluaran di Kabupaten Kendal pada Tahun 2006-2007(Persen)

TahunKelompok Pengeluaran 2006 2007

I. Makanan 12,90 8,18II. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 7,52 18,53III. Perumahan 2,81 3,66IV. Sandang 3,09 11,71V. Kesehatan 5,69 5,30VI. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 11,66 0,95VII.Transportasi dan Komunikasi 1,58 0,67

Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2007)

Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa pada tahun 2007, kelompok

makanan jadi merupakan kontributor terbesar terhadap pembentukan

tingkat inflasi dan pada tahun 2006 kelompok makanan jadi menempati

peringkat ketiga terhadap pembentukan inflasi di Kabupaten Kendal.

Kondisi ini menunjukkan bahwa bahwa kelompok pengeluaran ini

mudah terpengaruh terhadap perubahan politik maupun ekonomi

nasional. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi ancaman bagi kelompok

usaha yang beroperasi di bidang makanan jadi. Tingginya tingkat inflasi

menunjukkan adanya kenaikan harga rata-rata barang atau jasa tingkat

konsumen yang cukup tinggi, sehingga terjadi penurunan kemampuan

daya beli uang untuk memperoleh barang atau jasa. Dengan kata lain,

tingkat inflasi yang tinggi dapat berdampak terhadap daya beli

masyarakat yang rendah.

e) Perkembangan Harga-Harga

Terdapat beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan perkembangan

harga yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi pembuatan

roti, yaitu harga tepung terigu, gula, telur, dan harga bahan bakar.

i) Harga Tepung Terigu

Industri roti (bakery) merupakan salah satu bagian dari industri

makanan jadi dimana menggunakan tepung terigu sabagai bahan

baku utama dalam proses produksinya. Saat ini harga tepung terigu

Page 106: H09tan1

90

di dalam negeri cenderung turun meskipun pemerintah menghapus

Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) untuk

komoditas tepung terigu sejak 1 Januari 2009, karena adanya tren

penurunan harga gandum di pasar internasional. Terjadinya

penurunan harga tepung terigu dibandingkan dengan harga

komoditas tersebut pada awal tahun 2008 juga berdampak terhadap

kebijakan pemerintah terkait dengan peningkatan bea masuk tepung

terigu dari 0 persen menjadi 5 persen. Dengan adanya kenaikan bea

masuk tepung terigu maka akan memberikan dampak positif

terhadap industri di dalam negeri karena akan menggairahkan

investasi terigu di Indonesia. Adapun perkembangan harga tepung

terigu dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung TeriguSumber : Departemen Perdagangan RI (2009)

Gambar 10 menunjukkan adanya tren atau kecenderungan penurunan

harga rata-rata tepung terigu di dalam negeri. Kondisi ini tentunya

dapat menguntungkan bagi para pelaku usaha yang bergerak di

bidang industri makanan jadi khususnya yang menggunakan bahan

baku tepung terigu. Hal ini karena dengan adanya penurunan harga

tepung terigu maka dapat mengurangi biaya produksi.

Page 107: H09tan1

91

ii) Harga Gula

Selain tepung terigu, bahan baku lain yang juga digunakan dalam

jumlah cukup besar untuk pembuatan roti adalah gula. Berbeda

dengan harga tepung terigu yang cenderung turun, maka harga gula

terjadi sebaliknya dimana harga gula justru menunjukkan tren

kenaikan. Berikut ini merupakan perkembangan harga gula di dalam

negeri (Gambar 11) :

Gambar 11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula Sumber : Departemen Perdagangan RI (2009)

Gambar 11 menunjukkan adanya tren kenaikan terhadap harga gula

di dalam negeri. Kondisi ini dapat mengancam keberadaan industri

makanan jadi yang menggunakan gula sebagai salah satu bahan baku

dalam pembuatan produknya. Hal ini karena dengan adanya

kenaikan harga gula berarti akan meningkatkan pula biaya produksi.

iii) Harga Telur

Selain tepung terigu dan gula, bahan baku lain yang memiliki

proporsi besar dalam pembuatan roti, adalah telur. Seperti halnya

dengan harga tepung terigu yang cenderung turun, maka

perkembangan harga telur juga menunjukkan adanya tren penurunan

harga. Berikut ini merupakan perkembangan harga rata-rata telur di

dalam negeri (Gambar 12).

Page 108: H09tan1

92

Gambar 12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur Sumber : Departemen Perdagangan RI (2009)

Gambar 12 menunjukkan adanya tren penurunan terhadap harga

telur di dalam negeri. Meskipun penurunannya tidak cukup besar,

namun menurut Departemen Perdagangan diperkirakan harga telur

akan turun. Kondisi ini dapat menguntungkan keberadaan industri

makanan jadi yang menggunakan telur sebagai salah satu bahan baku

dalam pembuatan produknya. Hal ini karena dengan adanya

penurunan harga telur berarti akan menurunkan pula biaya produksi.

iv) Harga Bahan Bakar

Bahan bakar juga memiliki fungsi yang sama besarnya dalam proses

produksi pembuatan roti. Harga Bahan Bakar Minyak yang semakin

menurun dapat menjadi peluang dan stimulus tumbuhnya usaha-

usaha lainnya. Perkembangan harga BBM dapat dilihat pada Tabel

21.

Page 109: H09tan1

93

Tabel 21. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009

Harga BBM (Rp/liter)No. Terhitung Mulai

Tanggal Premium MinyakTanah

MinyakSolar

1 24/05/2008 6.000 2.500 5.5002 01/06/2008 6.000 2.500 5.5003 15/06/2008 6.000 2.500 5.5004 01/08/2008 6.000 2.500 5.5005 15/08/2008 6.000 2.500 5.5006 01/09/2008 6.000 2.500 5.5007 15/09/2008 6.000 2.500 5.5008 01/10/2008 6.000 2.500 5.5009 15/10/2008 6.000 2.500 5.500

10 01/11/2008 6.000 2.500 5.50011 15/11/2008 6.000 2.500 5.50012 01/12/2008 5.500 2.500 5.50013 15/12/2008 5.000 2.500 4.80014 01/01/2009 5.000 2.500 4.80015 15/01/2009 4.500 2.500 4.50016 01/02/2009 4.500 2.500 4.50017 15/02/2009 4.500 2.500 4.500

Sumber : PT. Pertamina (2009)

Tabel 21 menunjukkan bahwa perkembangan harga Bahan Bakar

Minyak cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini dapat menjadi

peluang bagi kelangsungan suatu usaha karena dengan adanya

penurunan harga Bahan Bakar Minyak maka dapat menekan biaya

transportasi. Selain menggunakan Bahan Bakar Minyak, saat ini

hampir sebagian besar industri menggunakan gas elpiji sebagai

bahan bakarnya. Beralihnya pelaku industri atau rumah tangga dari

minyak tanak ke gas elpiji karena pada saat itu terjadi kelangkaan

minyak tanah yang menyebabkan harga minyak tanah menjadi

tinggi. Selain itu, kondisi tersebut juga didukung oleh adanya

himbauan dari pemerintah untuk melakukan konversi dari kompor

minyak ke kompor gas. Pada Tabel 22 berikut ini ditunjukkan

perkembangan harga gas elpiji.

Page 110: H09tan1

94

Tabel 22. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg)

Harga Gas ElpijiTahun3 Kg 6 Kg 12 Kg 50 Kg

2005 - 25.500 51.000 212.5002006 - 25.500 51.000 212.5002007 12.750 25.500 51.000 312.950

Jan-08 12.750 25.500 51.000 396.600Apr-08 12.750 25.500 51.000 340.150Jul-08 12.750 31.500 63.000 343.900

Agust-08 12.750 - 69.000 362.750

Sumber : PT. Pertamina (2009)

Tabel 22 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung mengalami

kenaikan. Kondisi ini tentunya dapat mengancam pelaku usaha yang

menggunakan gas elpiji untuk kelangsungan proses produksinya

karena dapat menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat. Oleh

karena itu, pemerintah harus selalu waspada terhadap fluktuasi harga

yang terjadi sehingga kebijakan yang keluarkan oleh pemerintah

dapat menjamin kelangsungan hidup para pelaku usaha.

f) Ketersediaan Kredit secara Umum

Masalah keterbatasan modal sering dihadapi oleh para pelaku usaha kecil

dan menengah dalam mengembangkan usahanya. Untuk mengatasi

masalah permodalan bagi pelaku usaha telah dilakukan beberapa upaya

oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bekerjasama

dengan lembaga keuangan, diantaranya skim kredit yang ditawarkan oleh

BRI (Bank Rakyat Indonesia) melalui program KUR (Kredit Usaha

Rakyat). Bahkan rencananya Kementerian Koperasi dan UKM akan

memperluas KUR dengan melibatkan bank swasta dan Bank

Pembangunan Daerah (BPD) yang disebabkan oleh banyaknya peminat

KUR. Selain program KUR, pemerintah daerah juga berupaya

menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui pemberdayaan

UMKM oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau

pemberdayaan IKM (Industri Kecil dan Menengah) oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan. Terkait dengan program penguatan

Page 111: H09tan1

95

modal Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka Dinas KUKM

Kabupaten Kendal telah memberikan bantuan pinjaman permodalan

dengan bunga rendah yaitu 6 persen per tahun sebesar Rp 200 juta pada

tahun 2008, dan rencananya pada tahun 2009 Dinas KUKM Kabupaten

Kendal telah mempersiapkan bantuan pinjaman permodalan sebesar Rp

250 juta. Selain Dinas KUKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

juga berperan dalam membantu akses permodalan, misalnya Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal berperan sebagai

pendamping dalam pengajuan kredit ke PT Phapros untuk mendapatkan

pinjaman modal dengan bunga rendah. Dengan adanya skim kredit yang

ditawarkan baik oleh pemerintah, lembaga perbankan, maupun lembaga

bukan perbankan maka dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk

meningkatkan modal kerja.

g) Tarif Dasar Listrik

Tarif Dasar Listrik (TDL) adalah tarif yang boleh dikenakan oleh

pemerintah untuk para pelanggan PLN. Penurunan TDL penting

dilakukan sebagai stimulus fiskal bagi sektor riil di tengah dampak krisis

ekonomi global. Oleh karena itu, bersamaan dengan kebijakan

pemerintah untuk menurunkan harga BBM pada tanggal 15 Januari 2009,

pemerintah juga menetapkan penurunan Tarif Dasar Listrik (TDL)

sebesar 8 persen. Akan tetapi penurunan TDL ini hanya berlaku bagi

pelanggan industri I-3 dengan daya tersambung 14-200 kVA dan industri

I-4 dengan daya tersambung 201 kVA. Penurunan itu juga hanya

pengurangan disinsentif bagi pelanggan industri yang menggunakan

listrik melebihi daya tertentu saat beban puncak. Dengan kata lain,

penurunan TDL belum berdampak terhadap pelaku Usaha Kecil dan

Menengah (UKM). Kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi pelaku

usaha yang menggunakan listrik dalam proses produksinya.

3) Sosial

Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar

bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah

penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

Page 112: H09tan1

96

penduduk terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk Indonesia yang besar

ini sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran dari negara lain untuk

memasarkan produk mereka. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama

periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008

Tahun Jumlah Penduduk (ribu jiwa) Pertumbuhan (%)

2005 219.852,0 -

2006 222.550,7 1,21

2007 225.642,0 1,37

2008* 228.523,3 1,26

Rata-Rata 1,28Keterangan : *) angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Tabel 23 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap

tahunnya selama periode 2005-2008 sebesar 1,28 persen. Pertumbuhan

jumlah penduduk Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk

yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu wilayah di

Indonesia yang terjadi peningktan jumlah penduduk adalah Kabupaten

Kendal. Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Kendal selama periode

2001-2007 dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Jumlah Penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2001-2007

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%)

2001 882.929 -

2002 887.286 0,49

2003 891.166 0,44

2004 899.211 0,89

2005 905.451 0,69

2006 918.495 1,42

2007 937.420 2,02

Rata-Rata 0,99Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2007)

Page 113: H09tan1

97

Tabel 24 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kendal

setiap tahunnya selama periode 2001-2007 sebesar 0,99 persen. Jumlah

penduduk Kabupaten Kendal yang semakin meningkat merupakan pangsa

pasar yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha untuk memasarkan

produk mereka. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring

dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan. Roti

merupakan salah satu produk makanan jadi yang cukup diminati. Hal ini

terlihat dari penjualan produk Bagas Bakery dimana terjadi kelebihan

permintaan terhadap produk roti yang dijualnya.

4) Teknologi

Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan-

kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya

mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat

dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran.

a) Perkembangan Teknologi pada Aspek Produksi

Dalam industri roti, perkembangan teknologi pada aspek produksi dapat

dilihat dari mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan selama

proses pembuatan roti, misalnya penggunaan mixer listrik dimana dalam

proses kerjanya tidak secara manual melainkan proses pengadukan

adonan dilakukan oleh mixer secara otomotis. Selain itu, juga terdapat

mesin penggiling, dimana fungsinya hampir sama dengan mixer yaitu

untuk menggiling adonan roti tetapi kapasitas alatnya lebih besar

daripada mixer karena mampu menggiling tepung terigu sebanyak 25 kg

dalam satu kali proses penggilingan adonan. Selanjutnya juga terdapat

alat pengepres yang berfungsi untuk membentuk adonan roti sehingga

memiliki bobot dan ukuran yang seragam. Dengan pemanfaatan

teknologi secara optimal, maka proses produksi akan semakin cepat dan

mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak daripada

jika dikerjakan secara manual. Untuk mendukung proses produksi dalam

pembuatan roti, saat ini Bagas Bakery telah memiliki mesin/peralatan

tersebut meskipun jumlahnya masih terbatas.

Page 114: H09tan1

98

b) Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran

Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja

melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena adanya

perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan transportasi.

Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi,

seperti telepon atau hand phone maka mempermudah komunikasi antara

pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha

dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan

perkembangan teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman

akan mempercepat pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga

akan memperlancar proses pemasaran produk. Untuk mendukung

pemasaran produk, pihak Bagas Bakery telah melengkapi rumah

produksinya dengan fasilitas berupa telepon dan mobil yang digunakan

pengangkutan bahan baku dari pemasok atau digunakan untuk

pendistribusian produk ke pengecer atau pelanggan.

6.2.2. Lingkungan Industri

Lingkungan industri merupakan lingkungan yang barada di sekitar usaha

yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha. Menurut Porter

(1997), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas

lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya

pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar

penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.

1) Persaingan antar Perusahaan Sejenis

Persaingan yang terjadi dalam industri roti cukup kompetitif. Kondisi ini

dapat dilihat dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Kendal yang menunjukkan bahwa pelaku usaha yang begerak pada bidang

pembuatan roti semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008, jumlah

perusahaan roti di Kabupaten Kendal mencapai 72 unit dibandingkan pada

tahun 2007 yang hanya berjumlah 53 unit. Bertambahnya jumlah perusahaan

roti berarti semakin tinggi pula tingkat persaingan yang terjadi diantara

produsen roti. Selain itu, skala usaha yang dijalankannya juga semakin

beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, sampai menengah.

Page 115: H09tan1

99

Secara umum, persaingan yang terjadi dalam industri roti adalah persaingan

pangsa pasar, mutu produk, dan harga jual produk. Persaingan pangsa pasar

terjadi jika jumlah pelaku usaha roti yang beropersi semakin banyak sehingga

para pelaku usaha harus jeli dan hati-hati dalam menentukan daerah atau

pasar mana yang dapat dimasuki untuk memasarkan produknya. Disamping

itu, juga terdapat persaingan mutu produk. Persaingan ini terjadi karena setiap

pelaku usaha roti berlomba-lomba dalam mempromosikan produk yang

dijualnya agar dapat diterima oleh konsumen baik melalui kualitas rasa,

variasi bentuk, maupun variasai ukuran. Oleh karena itu, agar produknya

dapat diterima dengan baik oleh konsumen maka para pelaku usaha harus

mampu melihat selera konsumen tentang produk roti seperti apa yang

diminati. Selanjutnya juga terdapat persaingan harga jual produk. Biasanya

persaingan dalam penentuan harga sering terjadi sebagai dampak persaingan

pangsa pasar maupun mutu produk. Persaingan yang terjadi dalam suatu

industri merupakan sebuah hal wajar, karena dengan adanya persaingan maka

para pelaku usaha diajak untuk berpikir kreatif dalam memposisikan

produknya di benak konsumen dan berupaya agar produknya dapat diterima

oleh pasar.

2) Ancaman Pendatang Baru

Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman masuknya

pendatang baru, sehingga masuknya perusahaan pendatang baru dapat

berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan pangsa

pasar atau perebutan sumber daya produksi. Akan tetapi, ancaman masuknya

perusahaan pendatang baru tergantung dari hambatan masuk dan kemampuan

para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang ada.

Menurut Porter (1997), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang

baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk,

kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan

biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala.

a) Skala Ekonomis

Untuk mendirikan usaha roti tidak harus beroperasi pada skala usaha

yang besar. Hal ini karena siapa saja dapat memulai usaha roti dari skala

Page 116: H09tan1

100

usaha yang kecil dimana disesuaikan dengan kemampuan kapasitas

produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti skala usaha perusahaan roti

yang telah ada.

b) Diferensiasi Produk

Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan roti hampir

sama secara fisik. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan roti dapat

dilihat dari mutu produk termasuk kualitas rasa, variasi bentuk atau

ukuran; harga jual produk; serta labelisasi produk seperti pencantuman

merek produk, komposisi bahan baku, dan nomor izin Dinas Kesehatan

(No. PIRT).

c) Kebutuhan Modal

Meskipun untuk mendirikan usaha roti tidak harus beroperasi pada skala

usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang digunakan

untuk membuka usaha roti cukup besar. Hal ini karena modal tersebut

digunakan untuk pembelian peralatan pembuatan roti, seperti oven,

mixer, dan loyang dimana harga masing-masing peralatan tersebut cukup

mahal.

d) Biaya Beralih Pemasok

Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh

pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha roti yang telah ada untuk

pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini karena hubungan antara pelaku

usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga

pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha roti

yang telah ada agar beralih dari pemasok lama.

e) Akses ke Saluran Distribusi

Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan biasanya

telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya

sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran

yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun

saluran sendiri. Meskipun demikian, kondisi tersebut mungkin tidak

terjadi pada industri roti. Hal ini karena para pendatang baru pun masih

berpeluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai oleh

Page 117: H09tan1

101

perusahaan roti yang telah ada, asalkan mampu memproduksi roti dengan

mutu produk yang sama atau lebih baik namun dengan harga yang relatif

lebih murah.

f) Biaya tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala

Para produsen roti yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan

biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan pendatang baru

yang akan masuk ke dalam industri roti, misalnya dalam hal pengalaman,

teknologi, penguasaan terhadap sumber daya produksi, atau lokasi yang

menguntungkan. Meskipun demikian, para pendatang baru masih

berpotensi untuk masuk ke dalam industri roti karena bahan baku

maupun peralatan yang digunakan untuk pembuatan roti cukup banyak

tersedia.

3) Ancaman Produk Substitusi

Produk substitusi atau produk pengganti adalah produk lain yang memiliki

fungsi sama dengan produk perusahaan dan dapat mempengaruhi keberadaan

produk perusahaan selama di pasar. Keberadaan produk substitusi dapat

menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk substitusi tersebut

mempunyai harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang sama

dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga

jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam

menghadapi keberadaan produk substitusi. Pada industri roti (bakery), produk

yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah biskuit, sereal,

wafer, brownies, mi instan dan lain-lain. Tingginya keberadaan produk

substitusi roti dengan berbagai merek, harga jual, atau mutu produk dapat

memberikan ancaman bagi Bagas Bakery sebagai salah satu produsen roti.

Meskipun keberadaan produk substitusi roti ini tinggi, tetapi keputusan

pembelian tetap berada di tangan konsumen karena konsumenlah yang

memiliki kebebasan untuk memilih makanan jadi mana yang sesuai dengan

seleranya. Pada kenyataannya, produk Bagas Bakery tetap mampu bersaing

dengan dengan produk substitusi tersebut. Hal ini terlihat dari permintaan

konsumen terhadap produk Bagas Bakery yang semakin meningkat.

Page 118: H09tan1

102

4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok

Kekuatan tawar-menawar pemasok dapat mempengaruhi intensitas

persaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi

hanya terdapat sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk

mengganti bahan baku sangat tinggi. Bagi Bagas Bakery, keberadaan

pemasok bahan baku seperti tepung terigu, telur, dan gula memiliki peranan

yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena

itu, guna menjaga kontinuitas persediaan bahan bakunya, pihak Bagas Bakery

tidak hanya terikat dengan satu pemasok saja. Saat ini Bagas Bakery telah

memiliki beberapa pemasok untuk masing-masing bahan baku. Pada

umumnya para pemasok tersebut berada di sekitar Kabupaten Kendal

sehingga pihak Bagas Bakery tidak menghadapi biaya peralihan yang tinggi

pada saat berganti pemasok jika seandainya salah satu pemasok tidak mampu

mencukupi kebutuhan bahan baku pada Bagas Bakery atau jika bahan baku

yang dibeli tersebut kurang memenuhi standar baik dari segi harga, kualitas,

maupun kuantitasnya. Berdasarkan penjelasan di atas, kekuatan tawar-

menawar pemasok terhadap Bagas Bakery dapat dikatakan tidak terlalu kuat,

karena Bagas Bakery tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke

pemasok lainnya.

5) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli

Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat, jika

konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam

jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan

pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk konsumen Bagas

Bakery dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat

dan kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery. Hal ini karena

pada umumnya pembeli Bagas Bakery sebagian besar berasal dari agen atau

sales dan biasanya melakukan pembelian dalam jumlah besar di setiap

transaksinya, meskipun pihak Bagas Bakery juga tetap melayani pembelian

oleh pengecer atau konsumen yang datang langsung ke lokasi produksi.

Selain itu, pembeli juga memiliki alternatif pilihan yang sangat beragam

sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga

Page 119: H09tan1

103

yang relatif murah. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah

perusahaan roti yang terdapat di Kabupaten Kendal, dimana masing-masing

perusahaan roti menawarkan produk yang semakin bervariasi dan semakin

banyak jenisnya termasuk dari segi mutu produk dan harga jual produk.

Selanjutnya pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil

karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu perusahaan roti

ke perusahaan roti yang lain. Dan pembeli juga memiliki informasi yang

lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi atau toko

dan harga jual dari masing-masing perusahaan roti. Meskipun sampai saat ini,

Bagas Bakery mengalami kelebihan permintaan atas produknya, akan tetapi

Bagas Bakery harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini dimana

pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk

roti. Oleh karena itu, diferensiasi produk mungkin dapat menjadi alternatif

Bagas Bakery dalam menciptakan keunggulan produk sehingga mampu

menciptakan kesetiaan pelanggan atau loyalitas pembeli terhadap produk

Bagas Bakery.

Page 120: H09tan1

104

BAB VII FORMULASI STRATEGI

7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh

beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha

Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. Adapun faktor-faktor strategi internal yang

menjadi kekuatan bagi Bagas Bakery adalah sebagai berikut :

1) Lokasi Perusahaan strategis

Lokasi perusahaan yang strategis dapat mempengaruhi kelancararan suatu

usaha. Lokasi usaha Bagas Bakery dapat dikatakan strategis karena dekat

dengan bahan baku dan tenaga kerja. Selain itu, lokasi Bagas Bakery juga

dekat dengan jalan raya dan mudah dilalui oleh alat transportasi, sehingga

akan memudahkan pada saat pengangkutan bahan baku maupun distribusi

produk.

2) Komunikasi antara Pemilik dan Karyawan Terjalin Baik

Suasana kerja dalam Bagas Bakery lebih cenderung ke arah kekeluargaan,

sehingga komunikasi yang terjadi antara pemilik dan karyawan tidak bersifat

kaku. Kondisi ini dapat membuat para tenaga kerja merasa nyaman dengan

lingkungan kerjanya, yang pada nantinya dapat menciptakan loyalitas

karyawan terhadap perusahaan.

3) Koordinasi Pembagian Tugas Cukup Baik

Koordinasi dalam pembagian tugas penting karena berpengaruh terhadap

kelancaran selama pelaksanaan aktivitas kerja, sehingga proses kerja yang

dilakukan tidak terhambat. Pada Bagas Bakery, pembagian tugas cukup baik

karena antara pemilik dan karyawan telah mengetahui tugas apa yang harus

dikerjakan.

4) Mutu Produk yang Dihasilkan Baik

Pihak Bagas Bakery selalu mengutamakan mutu produk yang dihasilkan, baik

dari segi rasa, variasi bentuk atau ukuran, maupun harga jual produk. Oleh

karena itu, untuk menjaga mutu produk yang dihasilkannya, pihak Bagas

Bakery menggunakan bahan baku yang berkualitas, misalnya menggunakan

tepung Cakra Kembar sebagai bahan baku pembuatan roti.

Page 121: H09tan1

105

5) Produk Telah Memiliki Izin dari Dinas Kesehatan

Saat ini produk Bagas Bakery telah dilengkapi nomor PIRT dengan nomor

registrasi, yaitu PIRT No. 206332401216. Upaya Bagas Bakery untuk

melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan adalah bentuk perlindungan

konsumen, karena produk yang telah memiliki nomor PIRT berarti produk

tersebut secara legal aman untuk dikonsumsi.

6) Akses Perusahaan terhadap Bahan Baku Terjamin

Bahan baku merupakan salah satu komponen penting dalam keberlangsungan

suatu proses produksi. Pada umumnya bahan baku dalam pembuatan roti

cukup mudah diperoleh dan banyak tersedia di sekitar Kabupaten Kendal.

Oleh karena itu, sampai saat ini akses Bagas Bakery terhadap bahan baku

terjamin sehingga proses pembuatan roti dapat berjalan lancar.

7) Perusahaan memiliki Saluran Distribusi yang Efisien

Saluran distribusi yang efisien dapat menunjang sebuah perusahaan dalam

proses pendistribusian produk kepada konsumen. Secara umum, proses

pendistribusian produk Bagas Bakery melalui empat saluran distribusi.

Dengan adanya saluran distribusi yang efisien, saat ini produk Bagas Bakery

tidak hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Kendal saja, akan tetapi telah

mencapai beberapa daerah di sekitar Kabupaten Semarang dan Demak.

8) Hubungan yang Terjalin Baik antara Pemilik dan Pelanggan

Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan merupakan salah

satu upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan guna menumbuhkan

loyalitas pelanggan. Secara umum, pihak Bagas Bakery selalu berupaya

membangun hubungan baik dengan pelanggannya, dengan cara memberikan

pelayanan secara optimal pada saat proses transaksi berlangsung maupun

memberikan produk yang berkualitas untuk kepuasan konsumen.

9) Sistem Pembayaran secara Tunai

Secara umum, sistem pembayaran yang terjadi pada Bagas Bakery dilakukan

secara tunai. Dengan adanya pembayaran tunai ini maka dapat memberikan

beberapa keuntungan kepada pihak Bagas Bakery, misalnya proses

perputaran modal yang lancar sehingga dapat menunjang biaya produksi

selanjutnya dan proses produksi Bagas Bakery tidak terhambat.

Page 122: H09tan1

106

10) Penggunaan Peralatan Modern dalam Proses Produksi

Penggunaan peralatan modern sangat membantu Bagas Bakery selama proses

produksi pembuatan roti. Hal ini karena dengan adanya peralatan modern

tersebut dapat menghasilkan adonan roti yang baik dan produk yang

dihasilkan memiliki mutu yang seragam, baik dari bentuk maupun ukuran

roti. Adapun peralatan modern yang digunakan Bagas Bakery untuk

mendukung proses produksinya, adalah mesin penggiling, mixer, dan alat

pengepres.

Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi

Bagas Bakery adalah sebagai berikut :

1) Labelisasi Kemasan Belum Lengkap

Meskipun Bagas Bakery telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan berupa

nomor PIRT, akan tetapi pada kemasan produk tidak dilengkapi keterangan

mengenai tanggal kadaluarsa produk. Padahal pencantuman tanggal

kadaluarsa produk pada sebuah kemasan penting untuk memberikan

informasi kepada konsumen tentang jangka waktu sebuah produk aman

dikonsumsi.

2) Keterbatasan Modal Sendiri

Keterbatasan modal merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh

suatu usaha yang bergerak pada skala kecil dan menengah. Kondisi ini juga

terjadi pada Bagas Bakery dimana keterbatasan modal ini menghambat pihak

Bagas Bakery untuk memperluas tempat produksi maupun penambahan

peralatan modern untuk mendukung proses produksinya. Oleh karena itu, hal

ini mempengaruhi Bagas Bakery untuk meningkatkan kapasitas produksinya.

3) Tempat Produksi (Bangunan) Kurang Luas

Dengan kapasitas produksi saat ini, maka tempat produksi yang dimiliki

Bagas Bakery dapat dikatakan kurang cukup luas sehingga ruang gerak

menjadi terbatas. Padahal hampir semua aktivitas usaha Bagas Bakery

terpusat di tempat tersebut, yaitu mulai dari aktivitas penyimpanan bahan

baku, produksi pembuatan roti, pengemasan, sampai dengan transaksi jual

beli.

Page 123: H09tan1

107

4) Keterbatasan Jumlah Peralatan Modern yang Dimiliki Perusahaan

Meskipun saat ini Bagas Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern,

akan tetapi jumlah peralatan yang dimiliki tersebut dirasakan kurang. Oleh

karena itu, kondisi ini menghambat Bagas Bakery untuk meningkatkan

kapasitas produksinya.

5) Sistem Pembukuan atau Pengelolaan Keuangan Kurang Rapi

Pengelolaan keuangan yang dilakukan Bagas Bakery tergolong sederhana

bahkan cenderung kurang rapi. Biasanya transaksi yang terjadi hanya dicatat

dalam bentuk nota dan itupun tidak disimpan dengan baik sehingga sumber

dana yang dimiliki tidak digunakan secara efektif untuk pengembangan usaha

bahkan kadang-kadang modal usaha juga ikut terpakai untuk kebutuhan

rumah tangga. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari pihak Bagas

Bakery mengenai pentingnya melakukan pembukuan untuk menganalisis

usaha.

6) Kurangnya Keterampilan dalam Pengelolaan Manajemen Perusahaan

Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dari segi pendidikan formal

maupun pengetahuan dan keterampilan cukup berpengaruh terhadap

manajemen pengelolaan usaha Bagas Bakery, khususnya dalam hal

pembukuan keuangan dan catatan usaha. Padahal kemampuan sebuah

perusahaan dalam mengelola keuangan sangat penting karena hal ini terkait

dengan pengalokasian modal untuk aktifitas usaha, yaitu mulai dari

ketersediaan bahan baku, pembayaran gaji karyawan, pembelian peralatan,

dan lain-lain.

7) Bidang Penelitian dan Pengembangan Tidak Ada

Saat ini Bagas Bakery tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan

(litbang). Padahal bidang litbang memiliki peran yang cukup besar terkait

dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Hal ini dikarenakan

keterbatasan tenaga ahli maupun kurangnya kesadaran akan pentingnya

bidang litbang dalam sebuah usaha yang berskala kecil dan menengah.

7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka

diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman

Page 124: H09tan1

108

bagi usaha Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. Adapun faktor-faktor strategi

eksternal yang menjadi peluang bagi Bagas Bakery, antara lain :

1) Dukungan Pemerintah Terhadap Akses Sumber Pembiayaan Bagi UMKM

Untuk mengatasi masalah permodalan bagi pelaku usaha khusunya bagi

UMKM, maka telah dilakukan beberapa upaya oleh pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah yang bekerjasama dengan lembaga keuangan

maupun lembaga non keuangan, misalnya Kredit Usaha Rakyat,

pendampingan Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk pengajuan kredit,

atau bantuan pinjaman permodalan dengan bunga rendah dari Dinas KUKM.

Dengan adanya skim kredit yang ditawarkan baik oleh pemerintah, lembaga

perbankan, maupun lembaga bukan perbankan maka dapat menjadi peluang

bagi Bagas Bakery untuk meningkatkan modal kerja.

2) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Semakin Baik

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal yang semakin baik maka

diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai

kelompok usaha yang beroperasi di Kabupaten Kendal. Oleh karena itu,

kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi Bagas Bakery untuk

mengembangkan usahanya.

3) Sektor Industri Pengolahan Masih Mendominasi Struktur Ekonomi

Kabupaten Kendal

Secara umum, perkembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten

Kendal sangat baik. Hal ini karena dari tahun ke tahun sektor industri

pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di

Kabupaten Kendal. Kondisi ini diperlihatkan dengan kontribusinya terhadap

pembentukan PDRB Kabupaten Kendal. Oleh karena itu, kondisi ini

merupakan peluang yang sangat besar bagi Bagas Bakery untuk

mengembangkan usahanya.

4) Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal untuk Kelompok

Makanan Masih Tinggi

Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal yang tinggi untuk

kelompok makanan merupakan peluang bagi Bagas Bakery untuk

menghasilkan produk-produk yang berkualitas sehingga produk Bagas

Page 125: H09tan1

109

Bakery dapat menjadi alternatif masyarakat guna memenuhi kebutuhan

pangan yang semakin beragam. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi

peluang bagi Bagas Bakery untuk memperluas pangsa pasarnya.

5) Kecenderungan Harga Tepung Terigu dan Telur Semakin Turun

Tepung terigu dan telur merupakan dua komponen utama dalam pembuatan

roti. Dengan adanya kecenderungan harga tepung terigu dan telur yang

semakin turun maka kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi

Bagas Bakery. Hal ini karena biaya produksi akan semakin turun sehingga

mampu memperbesar keuntungan yang diperoleh Bagas Bakery.

6) Kecenderungan Harga BBM Semakin Turun

Kecenderungan harga BBM yang semakin turun merupakan peluang bagi

Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini karena penurunan

harga BBM dapat menyebabkan biaya produksi juga semakin turun.

7) Kebutuhan Pangan yang Semakin Meningkat Seiring dengan Pertumbuhan

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang semakin meningkat dapat berimplikasi terhadap

peningkatan kebutuhan pangan. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi

Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini karena jumlah

penduduk yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial

untuk memasarkan produknya.

8) Perkembangan Teknologi yang Cepat

Perkembangan teknologi yang cepat merupakan peluang yang sangat besar

bagi Bagas Bakery. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi ini dapat

mendukung kelancaran usaha baik pada aspek produksi maupun pemasaran.

9) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Terhadap Perusahaan Tergolong Kecil

Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap Bagas Bakery tergolong kecil,

hal ini karena Bagas Bakery tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu

pemasok ke pemasok lainnya guna memperoleh bahan baku pembuatan roti.

Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi

Bagas Bakery, antara lain :

Page 126: H09tan1

110

1) Tingkat Inflasi yang Fluktuatif

Tingkat inflasi yang fluktuatif dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu

usaha. Hal ini karena inflasi yang tinggi menunjukkan adanya kenaikan harga

rata-rata barang atau jasa di tingkat konsumen yang cukup tinggi, sehingga

terjadi penurunan kemampuan daya beli uang untuk memperoleh barang atau

jasa. Kondisi ini dapat mengancam keberlangsungan suatu usaha, termasuk

juga usaha Bagas Bakery.

2) Kecenderungan Harga Gula dan Gas Elpiji Semakin Meningkat

Harga gula dan gas elpiji yang cenderung meningkat dapat menjadi ancaman

bagi Bagas Bakery, khususnya pada aspek produksinya. Hal ini karena gula

merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam proses pembuatan

roti dan gas elpiji digunakan oleh pihak Bagas Bakery sebagai bahan bakar

pada saat proses pengovenan. Oleh karena itu, peningkatan harga gula dan

gas elpiji dapat menyebabkan biaya produksi juga naik.

3) Tarif Dasar Listrik untuk Skala UMKM belum Turun

Saat ini pemerintah belum menurunkan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk skala

UMKM, meskipun telah terjadi penurunan harga BBM. Penurunan TDL

hanya berlaku bagi pelanggan industri yang menggunakan listrik melebihi

daya tertentu saat beban puncak. Padahal banyak pelaku usaha yang berskala

kecil dan menengah yang mengunakan listrik dalam proses produksinya. Oleh

karena itu, kondisi ini juga dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery.

4) Jumlah Produsen Roti di Kabupaten Kendal Semakin Meningkat

Jumlah produsen roti yang semakin meningkat juga berimplikasi terhadap

tingkat persaingan yang semakin tinggi. Selain itu, skala usaha yang

dijalankannya juga semakin beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga,

kecil, sampai menengah. Oleh karena itu, peningkatan jumlah produsen roti di

Kabupaten Kendal dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery.

5) Hambatan Masuk ke Dalam Industri Roti Kecil

Hambatan masuk ke dalam industri roti yang kecil menyebabkan setiap orang

memiliki kesempatan yang sama untuk mendirikan usaha roti. Kondisi ini

tentunya dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang telah ada termasuk

Page 127: H09tan1

111

Bagas Bakery karena adanya perebutan pangsa pasar atau sumber daya

produksi.

6) Perkembangan Mi Instan, Biskuit, atau Jenis Makanan Jadi Lain yang

Tergolong Produk Substitusi Roti

Produk substitusi roti yang semakin beragam baik dari segi harga maupun

mutu produk, misalnya mi instan, biskuit, brownies, sereal, atau wafer

merupakan salah satu ancaman bagi usaha Bagas Bakery di Kabupaten

Kendal.

7) Pembeli Memiliki Kekuatan untuk Menentukan Pilihan Diantara Perusahaan

Roti yang Ada

Secara umum, pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan dalam

membeli produk roti sesuai dengan seleranya. Hal ini disebabkan oleh

semakin meningkatnya jumlah perusahaan roti yang terdapat di Kabupaten

Kendal, dimana masing-masing perusahaan roti menawarkan produk yang

semakin bervariasi dan semakin banyak jenisnya termasuk dari segi mutu

produk dan harga jual produk. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi

ancaman bagi Bagas Bakery.

7.3. Analisis Matrik IFE

Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal usaha roti Bagas Bakery

yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuesioner

kepada lima responden, yaitu pemilik Bagas Bakery, istri pemilik, pengawas

bagian produksi, Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah Kabupaten Kendal, serta Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal. Pengisian kuesioner ini tidak

hanya melibatkan pihak internal perusahaan tetapi juga melibatkan pihak eksternal

di luar perusahaan, sehingga hasil pengisian kuesioner lebih bersifat objektif.

Kuesioner diisi oleh masing-masing responden untuk pembobotan dengan

menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan

untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan

peringkatan pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing

responden dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Setelah diperoleh hasil

pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan

Page 128: H09tan1

112

pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh

responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan

atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel kekuatan

dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil

pembobotan dan peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada usaha

roti Bagas Bakery dapat dilihat di Lampiran 4 dan 5. Setelah diperoleh nilai bobot

dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari

tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan

peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks IFE pada usaha

roti Bagas Bakery (Tabel 25).

Tabel 25. Analisis Matriks IFE Usaha Roti Bagas Bakery

Faktor Strategi InternalBobotRata-Rata

RatingRata-Rata

BobotSkor Rata-

RataKEKUATAN- Lokasi Perusahaan yang strategis 0,044 3,4 0,149- Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 0,058 3,8 0,219- Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 0,050 3,8 0,191- Mutu produk yang dihasilkan baik 0,064 3,8 0,244- Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 0,051 3,6 0,183- Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 0,062 3,8 0,236- Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 0,057 3,8 0,217- Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 0,062 4,0 0,248- Sistem pembayaran secara tunai 0,064 3,6 0,230- Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 0,052 3,4 0,177

2,094KELEMAHAN- Labelisasi kemasan belum lengkap 0,066 1,8 0,118- Keterbatasan modal sendiri 0,076 1,2 0,091- Tempat produksi (bangunan) kurang luas 0,068 1,4 0,095- Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 0,056 1,8 0,101

- Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 0,070 1,2 0,084- Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen

perusahaan 0,042 1,8 0,075

- Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 0,058 1,6 0,0940,658

Jumlah 1,000 2,752

Sumber : Data Primer

Page 129: H09tan1

113

Tabel 25 menunjukkan faktor strategi internal apa yang menjadi kekuatan

dan kelemahan utama bagi Bagas Bakery. Kekuatan utama bagi Bagas Bakery

adalah variabel kekuatan dengan nilai bobot skor rata-rata terbesar sedangkan

kelemahan utama bagi Bagas Bakery adalah variabel kelemahan dengan nilai

bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan utama bagi Bagas Bakery adalah

hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan dengan bobot skor rata-

rata sebesar 0,248. Tingginya bobot skor rata-rata yang terdapat pada variabel

tersebut karena pihak Bagas Bakery selalu berupaya dalam membangun loyalitas

pelanggan sehingga para pelanggan merasa puas dengan produk Bagas Bakery

dan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Kelemahan utama bagi Bagas

Bakery adalah kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan

dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,075. Kondisi ini memiliki implikasi

terhadap pengelolaan manajemen perusahaan yang belum terorganisir secara baik

misalnya masalah administrasi dan pembukuan keuangan Bagas Bakery. Akan

tetapi, secara keseluruhan total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar

2,752 yang mengindikasikan bahwa usaha roti Bagas Bakery berada di atas rata-

rata (2,5) dari keseluruhan kekuatan internalnya. Jadi dapat dikatakan bahwa

usaha roti Bagas Bakery memiliki posisi internal yang kuat, karena mampu

menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki.

7.4. Analisis Matriks EFE

Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha roti Bagas

Bakery yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuesioner

kepada kelima responden seperti halnya pengisian kuesioner untuk lingkungan

internal perusahaan. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang dan ancaman

juga menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan

untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan

peringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden

dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan

peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai

rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden, dengan cara

membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari

seluruh responden untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman dengan

Page 130: H09tan1

114

jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk

variabel peluang dan ancaman pada usaha roti Bagas Bakery dapat dilihat di

Lampiran 8 dan 9. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap

variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini

merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini

merupakan hasil analisis matriks EFE pada usaha roti Bagas Bakery (Tabel 26).

Tabel 26. Analisis Matriks EFE Usaha Roti Bagas Bakery

Faktor-Faktor Strategi EksternalBobotRata-Rata

RatingRata-Rata

BobotSkor

Rata-RataPELUANG- Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi

UMKM 0,054 2,8 0,151

- Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 0,072 2,8 0,202- Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur

ekonomi Kabupaten Kendal 0,064 3,0 0,193

- Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untukkelompok makanan masih tinggi 0,065 3,2 0,210

- Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 0,080 3,2 0,256- Kecenderungan harga BBM semakin turun 0,075 3,6 0,269- Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan

pertumbuhan jumlah penduduk0,059 3,2 0,189

- Perkembangan teknologi yang cepat 0,062 2,4 0,148- Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan

tergolong kecil 0,064 3,0 0,193

1,810ANCAMAN- Tingkat inflasi yang fluktuatif 0,062 2,8 0,174- Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 0,060 3,4 0,203- Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 0,062 3,0 0,185- Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 0,057 3,0 0,170- Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 0,057 2,6 0,148- Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain

yang tergolong produk substitusi roti 0,053 2,2 0,116

- Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantaraperusahaan roti yang ada 0,054 2,8 0,152

1,149Jumlah 1,000 2,959

Sumber : Data Primer

Page 131: H09tan1

115

Tabel 26 menunjukkan faktor strategi eksternal mana yang menjadi

peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery. Peluang utama bagi Bagas Bakery

adalah variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu kecenderungan

harga BBM yang semakin turun dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,269.

Sedangkan ancaman utama bagi Bagas Bakery adalah variabel yang memiliki

bobot skor rata-rata terkecil, yaitu perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis

makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti dengan bobot skor rata-

rata sebesar 0,116. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE

sebesar 2,959 yang mengindikasikan bahwa usaha roti Bagas Bakery berada di

atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang

memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.

7.5. Analisis Matriks IE

Setelah diperoleh total bobot skor rata-rata dari matiks IFE (2,752)

maupun EFE (2,959) kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui

posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut ini merupakan hasil matriks IE pada

usaha roti Bagas Bakery (Gambar 13).

Gambar 13. Analisis Matriks IE Usaha Roti Bagas BakerySumber : Data Primer

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANGKuat

3,0 - 4,0Rata-rata2,0 2,99

Lemah1,0 1,99

4, 3, 2, 1,0

3,0

2,0

1,0

I II III

IV V VI

VIVI IX

Tinggi3,0 - 4,0

Menengah2,0 2,99

Rendah1,0 1,99

TO

TA

L R

ATA

-RA

TA

TE

RT

IMBA

NG

EFE

2,752

2,959

Pertahankandan pelihara

Page 132: H09tan1

116

Gambar 13 menunjukkan bahwa posisi Bagas Bakery berada pada kuadran

V yaitu memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang sedang.

Perusahaan seperti ini paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi hold and

maintance (pertahankan dan pelihara). Strategi yang biasa digunakan oleh

perusahaan yang terletak pada kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan

pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih

besar dari produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran

yang lebih gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan

dengan memperbaiki pproduk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan

yang baru.

7.6. Analisis Matriks SWOT

Analisis matriks SWOT menggunakan data yang telah diperoleh dari

matriks IFE dan EFE. Empat strategi utama yang disarankan yaitu strategi SO

(strength and opportunities), WO (weakness and opportunities), ST (strength and

threats) dan WT ( weakness and threats). Adapun hasil analisis matriks SWOT

dapat dilihat pada Lampiran 10.

Berdasarkan analisis matriks SWOT maka alternatif atau pilihan strategi

yang dapat diberikan untuk pengembangan usaha roti pada Bagas Bakery adalah

sebagai berikut :

1) Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan perusahaan untuk

memanfaatkan peluang. Berikut ini merupakan alternatif strategi yang dapat

ditawarkan untuk pengembangan usaha roti Bagas Bakery :

a) Membuka Outlet Khusus untuk Direct Selling

Selain melalui perantara, pihak Bagas Bakery juga melakukan penjualan

langsung (direct selling) kepada konsumen. Adapun produk Bagas

Bakery yang sering dibeli oleh konsumen akhir adalah jenis roti bolu atau

roti sobek ukuran besar dimana pihak Bagas Bakery tidak

mendistribusikannya kepada perantara. Biasanya para pembeli tersebut

datang langsung ke lokasi produksi Bagas Bakery. Cukup tingginya

minat konsumen dalam membeli produk Bagas Bakery dapat menjadi

peluang bagi perusahaan untuk membuka outlet sendiri yang terpisah

Page 133: H09tan1

117

dengan tempat produksi Bagas Bakery, sehingga dengan adanya outlet

dapat memudahkan para konsumen dalam pembelian produk. Selain itu,

proses pendistribusian produk kepada konsumen akhir juga lebih

terkontrol dan efisien.

b) Mengoptimalkan Saluran Distribusi yang Ada dalam Penyampaian Produk

dari Produsen ke Konsumen

Perantara merupakan unsur yang penting dalam saluran distribusi, karena

adanya perantara dalam saluran distribusi akan membantu mengatasi

kesenjangan waktu antara proses produksi dengan pemakaian produk

oleh konsumen. Adapun perantara yang digunakan oleh pihak Bagas

Bakery dalam mendistribusikan produknya, adalah agen, sales, dan

pedagang eceran (pengecer). Dengan menggunakan perantara dalam

pendistribusian produk, saat ini produk Bagas Bakery tidak hanya

dipasarkan di Kabupaten Kendal saja, tetapi juga telah merambah ke

daerah Semarang dan Demak. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan

saluran distribusi yang ada maka pihak Bagas Bakery harus memelihara

kerjasama yang terjalin baik dengan masing-masing perantara sehingga

kondisi ini dapat berimplikasi terhadap meningkatnya tingkat penjualan

bahkan pangsa pasar Bagas Bakery.

2) Strategi W-O

a) Memperbaiki Label Kemasan Produk

Secara umum, kemasan produk Bagas Bakery sudah cukup baik, karena

dalam kemasan tersebut telah tercantum nomor registrasi dari Dinas

Kesehatan berupa nomor PIRT, yang menunjukkan bahwa produk Bagas

Bakery secara legal aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi, terdapat satu

komponen penting yang belum dicantumkan pada kemasan produk Bagas

Bakery, yaitu tanggal kadaluarsa. Padahal pencatuman tanggal

kadaluarsa pada sebuah produk sangat penting yang bertujuan untuk

menginformasikan kepada konsumen tentang jangka waktu produk

tersebut masih layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, untuk

kedepannya pihak Bagas Bakery harus memperbaiki labelisasi kemasan

Page 134: H09tan1

118

produknya sehingga loyalitas konsumen terhadap produk Bagas Bakery

semakin meningkat.

b) Memanfaatkan Skim Kredit yang Ditawarkan oleh Pemerintah untuk

Meningkatkan Kapasitas Produksi sehingga Mampu Mengatasi

Kelebihan Permintaan terhadap Produk Bagas Bakery Saat Ini

Keterbatasan modal menjadi masalah yang cukup besar bagi Bagas

Bakery, karena dengan modal yang terbatas tersebut, pihak Bagas Bakery

belum mampu untuk memperluas tempat produksinya saat ini. Kondisi

ini juga menghambat pihak Bagas Bakery untuk menambah jumlah

peralatan modern yang digunakan selama proses produksi karena di

tempat produksi tersebut sudah tidak ada ruang lagi yang dapat

digunakan untuk meletakkan peralatan. Padahal untuk memenuhi seluruh

permintaan konsumen maka pihak Bagas Bakery harus meningkatkan

kapasitas produksinya. Oleh karena itu, pihak Bagas Bakery dapat

memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk

meningkatkan modal kerjanya.

3) Strategi S-T

a) Meningkatkan Mutu Produk dan Pelayanan

Seiring dengan persaingan dalam industri roti yang semakin meningkat

maka pihak Bagas Bakery harus mampu mempertahankan pasar

konsumen yang sudah ada. Dalam kondisi seperti ini, pihak Bagas

Bakery harus mampu menjaga bahkan meningkatkan mutu produk yang

dihasilkan, misalnya melanjutkan pengawasan mutu produk dalam hal

pemilihan bahan baku utama seperti tepung terigu, sortasi produk, tekstur

roti, penampilan fisik roti, nilai gizi yang dikandung oleh roti, rasa, dan

aroma roti. Selain peningkatan mutu produk, pelayanan kepada

pelanggan juga harus ditingkatkan, sehingga loyalitas pelanggan terhadap

produk Bagas Bakery semakin meningkat.

b) Mengembangkan Produk Baru pada Pasar Konsumen yang Sudah Ada

Dengan adanya pengembangan produk baru, baik dari segi variasi rasa,

jenis, ukuran, maupun bentuk roti berarti jenis roti yang ditawarkan

kepada konsumen semakin beragam sehingga konsumen memiliki

Page 135: H09tan1

119

banyak pilihan dalam menentukan jenis roti yang sesuai seleranya. Oleh

karena itu, dengan adanya variasi produk Bagas Bakery yang semakin

beragam maka diharapkan respon konsumen terhadap produk Bagas

Bakery semakin tinggi, serta dapat menjadi alternatif strategi bagi Bagas

Bakery dalam menghadapi persaingan dalam industri roti yang semakin

ketat.

4) Strategi W-T

a) Melakukan Pengaturan dalam Pengalokasian Keuangan Perusahaan

Bagas Bakery harus mampu melakukan pengaturan dalam

mengalokasikan keuangan usahanya, khususnya jika terjadi kenaikan

harga bahan baku seperti tepung terigu, telur, atau gula. Hal ini karena

jika terjadi kenaikan harga bahan baku maka akan berdampak terhadap

kenaikan biaya produksi, yang nantinya dapat berimplikasi terhadap

harga jual produk. Padahal jika suatu perusahaan yang berada pada

industri yang tingkat persaingannya sangat tinggi, maka dengan adanya

kenaikan harga jual produk dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan.

Oleh karena itu, Bagas Bakery harus mampu mengalokasikan

keuangannya dengan baik sehingga mampu mengatasi kondisi dimana

terjadi kenaikan harga bahan baku.

b) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan

bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang

dimiliki, sehingga sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

salah satu aset perusahaan yang secara tidak langsung mendukung

kelancaran usaha. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas

SDM Bagas Bakery, perusahaan dapat melakukan seleksi pada saat

rekrutmen atau menempatkan karyawan sesuai dengan keterampilan yang

dimiliki. Selain itu, bentuk pelatihan yang dapat dilakukan, adalah

pelatihan pembukuan atau administrasi perusahaan.

Page 136: H09tan1

120

7.7. Analisis Matriks QSP (QSPM)

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan,

yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari

analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat

analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan ini adalah Matriks

Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-

QSPM). Teknik ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil

pencocokan dari analisis tahap pemaduan untuk menentukan secara objektif

diantara alternatif strategi.

Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan

atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masing-

masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS

diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada kelima responden yaitu

pemilik Bagas Bakery, istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery,

pengawas bagian produksi, Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah Kabupaten Kendal, serta Kepala bidang Perindustrian Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal. Nilai TAS (Total

Attractiveness Scores) dari masing-masing responden diperoleh dari hasil

perkalian antara bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis.

Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Scores)

dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari

masing-masing faktor internal dan eksternal. Adapun perhitungan QSPM dari

masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 11. Selanjutnya, setelah

diperoleh nilai STAS dari masing-masing responden kemudian dilanjutkan

perhitungan nilai STAS rata-rata dari seluruh responden dengan cara membagi

hasil penjumlahan STAS dari seluruh responden dengan jumlah responden.

Adapun hasil perhitungan STAS rata-rata untuk melihat prioritas strategi pada

usaha roti Bagas Bakery dapat dilihat pada Tabel 27.

Page 137: H09tan1

121

Tabel 27. Prioritas Alternatif Strategi pada Bagas Bakery

Respon-den 1

Respon-den 2

Respon-den 3

Respon-den 4

Respon-den 5

STASRata-Rata

PrioritasStrategi

STAS 1 5,863 5,485 5,390 4,857 6,143 5,548 8STAS 2 6,154 5,814 5,512 4,547 6,060 5,618 7STAS 3 6,682 5,341 5,558 4,885 6,632 5,819 6STAS 4 7,267 6,171 5,284 4,851 6,847 6,084 4STAS 5 7,076 6,124 5,864 4,820 6,993 6,175 2STAS 6 6,790 5,699 5,590 5,102 6,949 6,026 5STAS 7 7,076 6,545 5,810 4,739 6,512 6,136 3STAS 8 6,835 5,874 6,511 4,873 7,491 6,317 1

Sumber : Data Primer

Keterangan :Responden 1 = Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Responden 2 = Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus Pengelola Keuangan Bagas Bakery)

Responden 3 = Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)Responden 4 = Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawas Industri Disperindag Kab. Kendal)Responden 5 = Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata pada Tabel 27 maka

prioritas strategi terbaik yang dilakukan saat ini adalah meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) dengan STAS (Sum Total Attractiveness Scores)

rata-rata tertinggi sebesar 6,317. Adapun prioritas strategi untuk pengembangan

usaha roti pada Bagas Bakery, adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (STAS = 6,317)

2) Meningkatkan mutu produk dan pelayanan (STAS = 6,175)

3) Melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan

(STAS = 6,136)

4) Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan

kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan

terhadap produk Bagas Bakery saat ini (STAS = 6,084)

Page 138: H09tan1

122

5) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada

(STAS = 6,026)

6) Memperbaiki label kemasan produk (STAS = 5,819)

7) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari

produsen ke konsumen (STAS = 5,618)

8) Membuka outlet khusus untuk direct selling (STAS = 5,548)

7.8. Pengkajian Kesesuaian Antara Alternatif Strategi yang Diberikandengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Pihak Bagas Bakery

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Bagas Bakery, maka dapat di

identifikasi beberapa strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan, antara lain :

1) Melakukan Diversifikasi Produk

Diversifikasi produk yang telah dilakukan oleh Bagas Bakery termasuk

diversifikasi konsentris, dimana produk baru yang ditawarkan oleh

perusahaan masih berkaitan dengan produk yang telah ada. Bertambahnya

jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery dibandingkan pada saat awal

pendiriannya merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam

rangka menyediakan produk roti yang lebih beragam dan bervariasi. Oleh

karena itu, saat ini pihak Bagas Bakery telah mampu memproduksi lima jenis

roti, yaitu roti bolu, roti pia, roti sobek, roti cokelat, dan roti pisang.

2) Menggunakan Perantara dalam Pendistribusian Produk

Pertimbangan pihak Bagas Bakery untuk melibatkan perantara dalam

pendistribusian produknya karena dengan menggunakan perantara,

perusahaan dapat mengurangi biaya distribusi dan dana tersebut dapat

dipergunakan untuk investasi lain dalam bidang usahanya, misalnya untuk

pembelian peralatan produksi. Selain itu, adanya anggapan dari pihak Bagas

Bakery (produsen) bahwa perantara merupakan sarana yang cukup efektif

dalam menyalurkan hasil produksinya karena adanya pengalaman dan

spesialisasi dalam bidangnya. Oleh karena itu, penggunaan perantara dalam

saluran distribusi Bagas Bakery juga memiliki kontribusi yang cukup besar

terhadap penyaluran produk dari produsen ke konsumen, dimana saat ini,

produk Bagas Bakery tidak hanya tersebar di wilayah Kendal saja, melainkan

juga telah mencapai beberapa daerah di Semarang dan Demak.

Page 139: H09tan1

123

3) Menjaga Mutu Produk

Untuk menjaga mutu produk, pihak Bagas Bakery telah melakukan beberapa

upaya diantaranya menggunakan bahan baku yang berkualitas seperti tepung

terigu cap Cakra Kembar, melakukan sortasi, menggunakan peralatan modern

seperti mesin penggiling atau alat pres untuk menyeragamkan bentuk maupun

ukuran adonan, serta mendaftarkan produk Bagas Bakery ke Dinas Kesehatan

untuk mendapatkan nomor PIRT. Pentingnya menjaga mutu produk bagi

Bagas Bakery karena untuk mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap

perusahaan.

4) Melayani atau Menerima Pesanan untuk Acara-Acara Tertentu

Kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak Bagas Bakery adalah

dengan menerima pesanan untuk acara-acara tertentu misalnya arisan,

syukuran, atau pernikahan. Melalui upaya ini maka secara tidak langsung

dapat dijadikan sebagai media promosi dalam menawarkan produk Bagas

Bakery kepada pembeli.

Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai alternatif strategi yang

diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh pihak Bagas Bakery :

Tabel 28. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Diberikan denganStrategi yang telah Dijalankan oleh Pihak Bagas Bakery

Strategi yang telahDijalankan Perusahaan Alternatif Strategi yang Diberikan kepada Perusahaan

Ø Melakukan diversifikasiproduk

Ø Menggunakan perantaradalam pendistribusianproduk

Ø Menjaga mutu produkØ Melayani atau menerima

pesanan untuk acara-acara tertentu

Ø Membuka outlet khusus untu direct sellingØ Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam

penyampaian produk dari produsen ke konsumenØ Memperbaiki label kemasan produkØ Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan

pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksisehingga mampu mengatasi kelebihan permintaanterhadap produk Bagas Bakery saat ini

Ø Meningkatkan mutu produk dan pelayananØ Mengembangkan produk baru pada pasar

konsumen yang sudah adaØ Melakukan pengaturan dalam pengalokasian

keuangan perusahaanØ Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM)

Page 140: H09tan1

124

Tabel 28 menunjukkan adanya kesesuaian antara strategi yang telah

dijalankan oleh Bagas Bakery dengan alternatif strategi yang diberikan kepada

perusahaan. Kondisi ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang diberikan kepada

Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang sudah dijalankan oleh

perusahaan, misalnya mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang

sudah ada yang masih berkaitan dengan strategi diversifikasi produk,

mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari

produsen ke konsumen yang masih berkaitan dengan strategi penggunaan

perantara dalam pendistribusian produk, serta meningkatkan mutu produk dan

pelayanan yang masih berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Strategi-

strategi tersebut masih dipandang perlu untuk dilaksanakan oleh Bagas Bakery

karena alternatif strategi tersebut masih relevan untuk mengatasi permasalahan

perusahaan saat ini yang pada akhirnya mampu mempertahankan pasar yang

sudah ada bahkan memperluas pasar Bagas Bakery saat ini. Selain ketiga

alternatif strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi lain yang belum

pernah diterapkan oleh pihak Bagas Bakery, yaitu membuka outlet khusus untuk

direct selling, memperbaiki label kemasan produk, memanfaatkan skim kredit

yang ditawarkan pemerintah, melakukan pengaturan dalam pengalokasian

keuangan perusahaan, serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Meskipun kelima alternatif strategi tersebut belum pernah diterapkan oleh

perusahaan, secara umum dapat dikatakan bahwa alternatif strategi yang diberikan

mampu untuk mengatasi permasalahan yang ada saat ini. Hal ini karena pada

dasarnya alternatif-alternatif strategi tersebut dibuat dengan melihat kondisi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Bagas Bakery saat ini.

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara alternatif strategi yang

diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery.

Formulasi strategi yang telah diberikan kepada Bagas Bakery diharapkan

dapat menjadi pelengkap strategi yang telah ada sebelumnya dan mampu untuk

mengatasi permasalahan internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.

Berikut ini merupakan beberapa persiapan (prakondisi) yang harus dilakukan

Bagas Bakery sebelum penerapan strategi (Tabel 29).

Page 141: H09tan1

125

Tabel 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Bagas BakerySebelum Penerapan Strategi

Strategi Persiapan yang Harus Dilakukan(Prakondisi)

Membuka outlet khusus untuk directselling

1. Menentukan lokasi pendirian outlet.2. Merancang lay out outlet.3. Menentukan karyawan yang akan

bertanggung jawab terhadap pengelolaanoutlet.

4. Menentukan besarnya proporsi produkroti yang akan dijual melalui outlet atauperantara.

Mengoptimalkan saluran distribusiyang ada dalam penyampaian produkdari produsen ke konsumen

1. Membuat daftar jumlah agen, sales, danpengecer secara rapi untuk mengetahuibesarnya produk roti yangdidistribusikan melalui saluranperantara.

2. Menjaga hubungan baik dengan paraperantara.

Memperbaiki label kemasan produk 1. Menyiapkan karyawan yang akanbertugas untuk mencantumkan ataumenempelkan tanggal kadaluarsa padakemasan produk.

Memanfaatkan skim kredit yangditawarkan pemerintah untukmeningkatkan kapasitas produksisehingga mampu mengatasikelebihan permintaan terhadapproduk Bagas Bakery saat ini

1. Mengajukan kredit usaha kecil kepadalembaga keuangan, baik bank maupunnon bank.

Meningkatkan mutu produk danpelayanan

1. Melakukan pengawasan mutu, baikdalam hal pemilihan bahan baku,peralatan produksi, penampilan fisik roti,tekstur roti, higienitas roti, maupunkandungan gizi roti.

2. Hasil produksi harus selalu segar.3. Memberikan garansi atau kesediaan

untuk menerima pengembalian produkyang cacat atau rusak.

4. Menyiapkan pramuniaga yang terampildan cekatan dalam memberikanpelayanan kepada pembeli.

Page 142: H09tan1

126

Lanjutan Tabel 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus DilakukanBagas Bakery Sebelum Penerapan Strategi

Strategi Persiapan yang Harus Dilakukan(Prakondisi)

Mengembangkan produk baru padapasar konsumen yang sudah ada

1.Melakukan variasi produk, baik dari segirasa, bentuk, maupun ukuran yangbertujuan agar pembeli tidak mudahbosan.

2.Menjaga hubungan baik denganpembeli.

Melakukan pengaturan dalampengalokasian keuangan perusahaan

1. Memisahkan keuangan antarakeperluan usaha dengan kebutuhanrumah tangga.

2. Mencoba untuk melakukan pencatatansecara sederhana mengenai biaya yangdikeluarkan dan pendapatan yangditerima.

3. Menambah karyawan baru yangmengerti tentang pembukuan keuanganuntuk membatu istri pemilik dalam halpengelolaan keuangan.

Meningkatkan kualitas Sumber DayaManusia (SDM)

1. Perbaikan pola rekrutmen2. Membuat daftar pembagian tugas,

wewenang, atau tanggung jawab yangjelas kepada tiap karyawan.

3. Memberikan pelatihan khususnyakepada karyawan baru mengenai prosesproduksi roti.

Tabel 29 menunjukkan beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh

Bagas Bakery sebelum penerapan strategi. Untuk menentukan strategi mana yang

terlebih dahulu harus diprioritaskan maka urutan penerapan strateginya dapat

melihat hasil dari matriks QSP (QSPM). Meskipun demikian, implementasi dari

formulasi strategi ini diserahkan sepenuhnya kepada perusahaan.

Page 143: H09tan1

127

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha roti Bagas

Bakery, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

1) Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal pada Bagas Bakery, maka

perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun faktor-faktor strategi

internal yang menjadi kekuatan bagi Bagas Bakery, adalah (1) Lokasi

perusahaan strategis, (2) Komunikasi antara pemilik dan karyawan terjalin

baik, (3) Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik, (4) Mutu produk

yang dihasilkan baik, (5) Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan,

(6) Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin, (7) Perusahaan memiliki

saluran distribusi yang efisien, (8) Hubungan yang terjalin baik antara

pemilik dan pelanggan, (9) Sistem pembayaran secara tunai, dan (10)

Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi. Sedangkan faktor-

faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Bagas Bakery, adalah

(1) Labelisasi kemasan belum lengkap, (2) Keterbatasan modal sendiri, (3)

Tempat produksi (bangunan) kurang luas, (4) Keterbatasan jumlah peralatan

modern yang dimiliki perusahaan, (5) Sistem pembukuan atau pengelolaan

keuangan kurang rapi, (6) Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan

manajemen perusahaan, serta (7) Bidang penelitian dan pengembangan tidak

ada.

2) Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, yaitu lingkungan

jauh dan lingkungan industri, maka perusahaan mempunyai peluang dan

ancaman. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi

Bagas Bakery, adalah (1) Dukungan pemerintah terhadap akses sumber

pembiayaan bagi UMKM, (2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal

semakin baik, (3) Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur

ekonomi Kabupaten Kendal, (4) Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten

Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi, (5) Kecenderungan harga

tepung terigu dan telur semakin turun, (6) Kecenderungan harga BBM

semakin turun, (7) Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring

dengan pertumbuhan jumlah penduduk, (8) Perkembangan teknologi yang

Page 144: H09tan1

128

cepat, dan (9) Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan

tergolong kecil. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi

ancaman bagi Bagas Bakery, adalah (1) Tingkat inflasi yang fluktuatif, (2)

Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat, (3) Tarif Dasar

Listrik untuk skala UMKM belum turun, (4) Jumlah produsen roti di

Kabupaten Kendal semakin meningkat, (5) Hambatan masuk ke dalam

industri roti kecil, (6) Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan

jadi lain yang tergolong produk substitusi roti, serta (7) Pembeli memiliki

kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada.

3) a) Berdasarkan hasil analisis SWOT maka dihasilkan delapan buah strategi

dimana prioritas pelaksanaan strategi tersebut diurutkan dengan

menggunakan matriks QSP (QSPM). Adapun urutan prioritas strategi

yang dilaksanakan oleh pihak Bagas Bakery, adalah (1) Meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), (2) Meningkatkan mutu produk

dan pelayanan, (3) Melakukan pengaturan dalam pengalokasian

keuangan perusahaan, (4) Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan

pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu

mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini,

(5) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada,

(6) Memperbaiki label kemasan produk, (7) Mengoptimalkan saluran

distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke

konsumen, serta (8) Membuka outlet khusus untuk direct selling.

b) Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, terdapat kesesuaian antara

alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan

oleh Bagas Bakery. Kondisi ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang

diberikan kepada Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang

sudah dijalankan oleh perusahaan, misalnya mengembangkan produk

baru pada pasar konsumen yang sudah ada yang masih berkaitan dengan

strategi diversifikasi produk, mengoptimalkan saluran distribusi yang ada

dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen yang masih

berkaitan dengan strategi penggunaan perantara dalam pendistribusian

produk, serta meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang masih

Page 145: H09tan1

129

berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Selain ketiga alternatif

strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi baru dimana pihak

Bagas Bakery belum menerapkannya saat ini. Meskipun tidak berkaitan

dengan strategi yang sudah ada sebelumnya, namun secara umum

alternatif srtategi tersebut diharapkan mampu melengkapi dan mengatasi

permasalahan Bagas Bakery saat ini. Hal ini karena penyusunan strategi

didasarkan atas kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

yang dihadapi Bagas Bakery.

8.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada usaha roti Bagas Bakery,

adalah :

1) Bagas Bakery sebaiknya memperluas tempat produksi dan menambah jumlah

peralatan modern, khususnya mesin penggiling adonan. Hal ini dilakukan

dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi Bagas Bakery saat ini yang

masih dinilai kurang.

2) Bagas Bakery harus menjaga konsistensi mutu produk bahkan jika perlu

melakukan peningkatan mutu produk baik pada jenis produk, pilihan rasa

produk, bentuk produk, maupun ukuran produk secara terus-menerus agar

mampu bertahan dalam industri roti (bakery).

3) Perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan pola rekrutmen. Hal ini

dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.

Page 146: H09tan1

130

DAFTAR PUSTAKA

Astawan M. 30 Juni 2008. Roti Lebih Baik dari Mie dan Nasi.http://banabakery.wordpress.com/2008/06/30/roti-lebih-baik-dari-nasi-

dan-mie/. [18 November 2008].

[BPS] Badan Pusat Statistik. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk IndonesiaTahun 2004-2007. Jakarta.

.Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kendal 2007. Kendal.

. Pemerataan Penduduk dan Pola Konsumsi Penduduk Jawa Tengah 2007.Jawa Tengah.

. Indeks Harga Konsumen dan Laju Inflasi Tahun 2003-2007. Kendal.

. Statistik Indonesia 2008. Jakarta.

Budi AS. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai BubukInstan (Studi Kasus : PD Mas Adam Berdasi Kec. Rumpin, Bogor).[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

David FR. 2006. Manajemen Strategis. Sulistio P dan Mahardika H, penerjemah;Rahoyo S, editor; Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahandari: Strategic Management Concepts and Cases, 10th ed .

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Statistik Perdagangan.Jakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2008. Data Industri Kecil dan Menengah diKabupaten Kendal. Kendal.

Ebenhear R. 2007. Alokasi Optimal Distribusi Roti Unyil Venus ProduksiVenus Bakery Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor.

Kotler P. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Jakarta: Prehallindo.

Kristiyani D. 2008. Analisis Strategi Bersaing Merdeka Bakery, Kota Bogor.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mudjajanto ES, Lilik NY. 2007. Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nababan TR. 2007. Analisis Strategi Pemasaran Produk Home Industry Roti(Studi Kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu, Bogor).[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Bogor : Ghalia Indonesia

Page 147: H09tan1

131

Nurdjannah. 2006. Perencanaan Strategi Pengembangan Bisnis.http://tumoutou.net/mm_ku/sm/0667/nurdjannah.pdf. [10 Februari 2009]

Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik :Formulasi, Implementasi,dan Pengendalian. Maulana A, penerjemah; Jilid Satu. Jakarta: Bina RupaAksara. Terjemahan dari: Strategic Managemen :Formulation,Implementation, and Controlling.

Porter ME. 1991. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor; Jakarta: Erlangga.Terjemahan dari: Competitive Strategy.

Rangkuti F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

Sitompul FRS. 2005. Analisis Pengendalian Bahan Baku di Bogor Permai Bakery.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Umar H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Cetakan Kelima. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

Page 148: H09tan1

132

LAMPIRAN

Page 149: H09tan1

133

Lampiran 1. Daftar Wawancara Mengenai Analisis Lingkungan Internal danEksternal pada Bagas Bakery

1) Daftar wawancara mengenai gambaran umum perusahaana) Siapa nama pemilik Bagas Bakery? Sejak kapan Bagas Bakery didirikan?b) Bagaimana sejarah berdirinya Bagas Bakery?c) Mengapa Anda menggeluti bisnis di bidang makanan?d) Mengapa Anda memilih roti sebagai produk yang Anda akan

kembangkan?e) Bagaimana perkembangan Bagas Bakery saat ini dibandingkan ketika

awal pendiriannya?f) Produk roti apa saja yang dihasilkan oleh Bagas Bakery? Dan berapa

harganya?g) Apa dan bagaimana visi, misi, dan tujuan Bagas Bakery?h) Bagaimana struktur organisasi yang terdapat pada Bagas Bakery?i) Apakah sudah terdapat pembagian kerja yang jelas pada Bagas Bakery?j) Dimana lokasi Bagas Bakery dibangun dan mengapa Bagas Bakery

didirikan di lokasi tersebut?k) Apakah tempat tinggal pemilik terpisah dengan tempat produksi?l) Berapa luas lahan yang dimiki dan luas bangunan yang digunakan

perusahaan?m)Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Bagas Bakery?

2) Daftar wawancara mengenai lingkungan internala) Struktur Organisasi dan Manajemen

i) Apakah Bagas Bakery memiliki perencanaan secara tertulis untukjangka pendek, menengah, dan jangka panjang?

ii) Bagaimana bentuk struktur organisasi yang diterapkan oleh BagasBakery?

iii) Dari bentuk struktur organisasi tersebut, apakah pendekatan yangdigunakan oleh Bagas Bakery (top down atau bottom up)?

iv) Pengendalian dalam bidang apa yang dilakukan oleh Bagas Bakeryketika menjalankan usahanya?

b) Sumberdaya manusiai) Apakah Bagas Bakery memiliki bagian khusus yang bertugas untuk

menangani sumberdaya manusia?ii) Berapa jumlah tenaga kerja yang terdapat pada Bagas Bakery?iii) Bagaimana proses perekrutan tenaga kerjanya? Dan bagaimana

tingkat pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja Bagas Bakery?iv) Bagaimana pembagian kerja (job description) para karyawan?v) Bagaimana status tenaga kerja para karyawan (berapa jumlah tenaga

kerja yang tetap dan yang sementara)?vi) Bagaimana kualifikasi karyawan yang dibutuhkan dalam

menjalankan dan memenuhi target perusahaan?vii) Bagaimana sistem pembagian jam dan hari kerja karyawan?viii) Apakah karyawan dilibatkan oleh pemilik Bagas Bakery dalam

pengambilan keputusan?ix) Bagaimana sistem pengupahan yang dilakukan oleh Bagas Bakery?

Page 150: H09tan1

134

x) Bagaimana Bagas Bakery memberikan kesejahteraan kepadakaryawannya?

xi) Fasilitas apa saja yang diberikan oleh Bagas Bakery kepadakaryawannya?

c) Produksi dan operasii) Bahan baku apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembuatan roti?ii) Bagaimana Bagas Bakery memperoleh kepastian penyediaan bahan

baku?iii) Bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh Bagas Bakery

untuk menghasilkan roti?iv) Berapa jumlah mesin atau peralatan yang dimiliki oleh Bagas

Bakery?v) Apakah Bagas Bakery melakukan periksaan terhadap mesin-mesin

atau peralatan yang digunakan untuk proses produksi?d) Pemasaran

i) bauran produk• Ada berapa jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery?• Apa yang membedakan roti Bagas Bakery dengan produk sejenis

lainnya?• Berapa total omzet penjualan bulanan yang dihasilkan oleh Bagas

Bakery?• Bahan kemasan seperti apa yang digunakan oleh Bagas Bakery

untuk mengemas produknya?• Bentuk jaminan seperti apa yang diberikan oleh Bagas Bakery

kepada konsumennya jika seandainya produk yang dibeli ataupesanan tidak sesuai keinginan konsumen?

ii) bauran harga• Bagaimana penetapan harga yang dilakukan oleh Bagas Bakery?• Apakah terdapat perbedaan harga antara produk Bagas Bakery

dengan harga produk perusahaan sejenis?• Apakah terdapat potongan harga atau pemberian bonus yang

diberikan kepada konsumen jika melakukan pembelian dalamjumlah banyak?

• Berapa jumlah minimal yang ditetapkan oleh Bagas Bakery agarkonsumen memperoleh potongan harga?

iii) bauran distribusi• Bagaimana cara Bagas Bakery memasarkan produknya?• Apakah Bagas Bakery memiliki armada distribusi sendiri?• Apakah Bagas Bakery telah memiliki agen untuk memasarkan

produknya?• Daerah mana saja yang merupakan daerah pemasaran Bagas

Bakery?• Bagaimana sistem pembayaran yang diterapkan oleh Bagas Bakery

dalam menjual produknya?iv) bauran promosi

• Kegiatan promosi apa saja yang telah dilakukan oleh BagasBakery?

Page 151: H09tan1

135

• Apakah kegiatan promosi yang dilakukan oleh Bagas Bakery sudahefektif?

e) Keuangani) Bagaimana pemilik Bagas Bakery mendapatkan modal?ii) Apakah pemilik Bagas Bakery mendapatkan tambahan modal dari

lembaga keuangan?iii) Apakah pemilik Bagas Bakery melakukan pencatatan secara akuntasi

terhadap pengelolaan keuangan dan modal perusahaan?f) Penelitian dan pengembangan

i) Apakah Bagas Bakery memiliki bagian atau divisi penelitian danpengembangan? Jika ada, kegiatan apa yang dilakukan oleh divisitersebut?

3) Daftar wawancara mengenai lingkungan eksternala) Lingkungan Jauh

i) Ekonomi• Bagaimana pertumbuhan kondisi perekonomian Kabupaten Kendal

saat ini berdasarkan indikator PDRB?• Bagaimana perkembangan pengeluaran konsumsi rumah tangga di

Kabupaten Kendal?• Bagaimana perkembangan harga tepung terigu sebagai bahan baku

utama dan bahan baku penolong seperti telur dan gula?• Bagaimana perkembangan laju inflasi di Kabupaten Kendal?

ii) Sosial• Bagaimana laju pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia?• Bagaimana laju pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten

Kendal?iii) Politik

• Bagaimana kondisi stabilitas politik dan keamanan yangmempengaruhi perkembangan usaha roti di Kabupaten Kendal?

• Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah tentang penghapusanPajak Pertambahan Nilai dan penetapan bea masuk 5 persenterhadap harga tepung terigu?

• Apakah terdapat kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yangberkaitan dengan upaya pengembangan industri pangan(misalnya kebijakan tentang keamanan dan kesehatan pangan,tarif BBM atau tariff gas elpiji, tarif dasar listrik, kebijakanotonomi daerah, tarif upah, kredit usaha kecil, dan sebagainya)?

• Apakah terdapat tindak lanjut maupun program-program yangdilaksanakan pemerintah terkait dengan kebijakan yang berlakutersebut?

• Siapa saja pihak yang berwenang dan bertanggung jawab ataspelaksanaan progam tersebut?

• Bagaimana pengaruh kebijakan politik yang dikeluarkan olehpemerintah pusat maupun daerah terhadap keberlangsunganusaha roti di Kabupaten Kendal?

Page 152: H09tan1

136

iv) Teknologi• Apakah terdapat perkembangan teknologi yang diterapkan

dalam industri industri roti di Kabupaten Kendal, dilihat darisegi:- produksi (baik metode maupun peralatan)- pemasaran- komunikasi dan informasi- transportasi

• Apa dampak yang ditimbulkan dari setiap aplikasi teknologi?

b) Lingkungan Industrii) Pendatang baru

• Hambatan apa yang akan dihadapi oleh pendatang baru yang akanmasuk ke dalam industri roti jika dilihat dari segi:- Skala ekonomis- Diferensiasi produk- Kebutuhan modal- Keunggulan biaya- Akses saluran distribusi- Kebijakan pemerintah

• Bagaimana perkembangan pendatang baru dalam industri roti?ii) Pemasok

• Berapa jumlah pemasok yang menyediakan bahan baku bagiBagas Bakery?

• Apakah pemasok melakukan integrasi ke depan atau mengolahproduk yang dihasilkannya menjadi produk yang sama yangdihasilkan oleh Bagas Bakery?

• Apakah produk yang dijual Bagas Bakery unik sehingga sangatbergantung hanya kepada satu pemasok tertentu?

• Apakah Bagas Bakery membeli dalam jumlah besar atau kecilterhadap bahan baku yang dijual oleh pemasok?

iii) Pembeli• Apakah konsumen membeli dalam jumlah besar terhadap produk

Bagas Bakery?• Apakah pembeli mampu memproduksi sendiri produk yang

diperlukan sehingga tidak terlalu bergantung terhadap produkyang dijual Bagas Bakery?

• Apakah pembeli dihadapkan pada banyak pemasok yang menjualproduk yang hampir sama dengan produk Bagas Bakery?

• Apakah produk Bagas Bakery memiliki andil besar terhadapkebutuhan pembeli?

• Apakah pembeli juga berpengaruh terhadap penetapan harga padaBagas Bakery jika membeli dalam jumlah besar?

iv) Barang substitusi• Produk seperti apa yang dapat digolongkan menjadi produk

pengganti atau substitusi bagi roti Bagas Bakery?

Page 153: H09tan1

137

• Bagaimana pengaruh produk pengganti tersebut terhadap penjualanroti Bagas Bakery?

v) Persaingan di antara perusahaan sejenis• Bagaimana tingkat persaingan dalam industri roti di Kabupaten

Kendal?• Jika dilihat dari bentuk persaingannya, bagaimana struktur pasar

yang terjadi pada industri roti di Kabupaten Kendal?• Strategi apa yang biasanya diterapkan untuk menghadapi

persaingan pada industri roti di Kabupaten Kendal?

Page 154: H09tan1

138

Lampiran 2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal

A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Total BobotA Lokasi Perusahaan yang strategis X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 17 0,031B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 3 X 3 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 3 2 33 0,061C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 3 1 X 2 3 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 3 1 26 0,048D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 3 2 X 3 3 1 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 37 0,068E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 3 2 1 1 X 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 23 0,042F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 2 3 1 3 X 2 2 2 3 3 1 3 3 1 3 2 37 0,068G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 3 2 2 3 2 2 X 2 2 2 3 1 1 1 1 3 2 32 0,059H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 3 2 2 2 3 2 2 X 2 2 2 1 1 3 2 3 3 35 0,064I Sistem pembayaran secara tunai 3 2 3 2 3 2 2 2 X 3 2 1 2 2 1 3 3 36 0,066J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 1 3 2 3 1 2 2 1 X 2 1 1 1 1 2 2 28 0,051K Labelisasi kemasan belum lengkap 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 X 1 1 2 1 3 2 27 0,050L Keterbatasan modal sendiri 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 X 1 3 2 3 2 44 0,081M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 3 2 3 1 3 1 3 3 2 3 3 3 X 3 3 3 2 41 0,075N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 3 3 3 2 3 1 3 1 2 3 2 1 1 X 1 3 2 34 0,063O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 X 3 3 42 0,077P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 X 1 19 0,035Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 3 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 X 33 0,061

554 1,000

Page 155: H09tan1

139

B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Total BobotA Lokasi Perusahaan yang strategis X 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 3 3 25 0,046B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 3 X 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 24 0,044C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 2 2 X 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 24 0,044D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 3 3 X 3 3 3 1 2 3 3 2 1 1 1 3 3 38 0,070E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 2 3 2 1 X 2 2 1 1 3 2 1 1 1 3 3 3 31 0,057F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 3 3 1 2 X 2 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 28 0,051G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 3 3 2 1 2 2 X 2 1 3 3 1 1 2 1 3 2 32 0,059H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 3 2 3 3 3 3 2 X 1 2 1 1 3 1 3 3 3 37 0,068I Sistem pembayaran secara tunai 3 3 3 2 3 3 3 3 X 1 3 3 1 1 3 3 3 41 0,075J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 3 3 1 1 3 1 2 3 X 3 2 1 2 3 3 3 37 0,068K Labelisasi kemasan belum lengkap 2 3 3 1 2 3 1 3 1 1 X 1 2 2 1 3 1 30 0,055L Keterbatasan modal sendiri 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 X 3 3 1 3 3 42 0,077M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 1 X 2 3 3 3 42 0,077N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 2 1 2 X 1 3 3 39 0,072O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 1 3 1 3 1 3 3 1 1 1 3 3 1 3 X 3 3 34 0,062P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen

perusahaan1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 16 0,029

Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 1 1 3 1 1 3 2 1 1 1 3 1 1 1 1 3 X 25 0,046545 1,000

Page 156: H09tan1

140

C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Total BobotA Lokasi Perusahaan yang strategis X 2 3 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 26 0,048B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 2 X 3 2 2 2 1 2 1 1 3 3 3 3 2 3 2 35 0,064C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 1 1 X 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 3 2 3 2 28 0,051D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 2 2 X 1 1 2 1 1 1 2 3 2 3 2 3 2 31 0,057E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 1 2 2 3 X 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 25 0,046F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 2 2 2 3 2 X 2 1 2 1 2 1 2 2 1 3 2 30 0,055G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 3 3 2 2 2 2 X 3 2 2 1 2 1 3 2 3 2 35 0,064H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 2 2 3 3 3 3 1 X 1 2 2 1 1 2 2 3 2 33 0,061I Sistem pembayaran secara tunai 3 3 3 3 3 2 2 3 X 3 1 1 2 3 2 2 1 37 0,068J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 3 1 3 2 3 2 2 1 X 2 1 1 2 1 3 2 32 0,059K Labelisasi kemasan belum lengkap 3 1 3 2 3 2 3 2 3 2 X 2 3 3 3 3 2 40 0,074L Keterbatasan modal sendiri 3 1 3 1 3 3 2 3 3 3 2 X 2 3 2 3 2 39 0,072M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 2 1 3 2 3 2 3 3 2 3 1 2 X 3 2 3 2 37 0,068N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 3 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 X 1 2 2 24 0,044O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 1 2 2 3 X 3 2 37 0,068P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 X 1 19 0,035Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 X 36 0,066

544 1,000

Page 157: H09tan1

141

D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Tota BobotA Lokasi Perusahaan yang strategis X 1 1 1 1 1 2 1 2 3 1 1 1 3 1 3 3 26 0,048B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 3 X 2 1 3 1 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 35 0,064C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 3 2 X 1 2 1 2 2 3 1 1 1 2 2 3 3 3 32 0,059D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 3 3 X 3 1 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 43 0,079E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 3 1 2 1 X 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 34 0,063F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 3 3 3 3 X 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 46 0,085G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 2 2 2 1 2 1 X 1 3 3 1 1 3 2 2 3 3 32 0,059H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 3 3 2 2 2 1 3 X 3 3 2 3 3 3 2 3 3 41 0,075I Sistem pembayaran secara tunai 2 1 1 1 2 1 1 1 X 3 1 3 3 3 2 3 3 31 0,057J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 1 1 3 1 1 1 1 1 1 X 1 1 1 3 1 3 1 22 0,040K Labelisasi kemasan belum lengkap 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 X 1 3 3 2 3 3 40 0,074L Keterbatasan modal sendiri 3 2 3 2 2 2 3 1 1 3 3 X 3 3 3 3 3 40 0,074M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 X 3 1 3 3 28 0,051N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 X 1 3 1 21 0,039O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 3 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 1 3 3 X 3 3 34 0,063P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 17 0,031Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 3 X 22 0,040

544 1,000

Page 158: H09tan1

142

E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Total

BobotA Lokasi Perusahaan yang strategis X 2 1 1 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 1 1 1 25 0,046B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 2 X 1 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 30 0,055C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 3 3 X 2 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 27 0,050D Mutu produk yang dihasilkan baik 3 2 2 X 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 26 0,048E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 1 1 1 2 X 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 25 0,046F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 3 2 2 1 X 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 28 0,052G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 3 2 2 2 1 1 X 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 24 0,044H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 3 2 2 2 1 1 2 X 2 2 1 1 1 1 1 1 1 24 0,044I Sistem pembayaran secara tunai 3 2 3 2 3 2 2 2 X 2 1 1 1 1 1 1 1 28 0,052J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 1 2 2 2 1 2 2 2 2 X 1 1 1 1 1 1 1 23 0,042K Labelisasi kemasan belum lengkap 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 X 2 3 3 2 2 2 42 0,077L Keterbatasan modal sendiri 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 X 2 2 2 2 2 41 0,076M Tempat produksi (bangunan) kurang luas 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 X 3 1 1 1 37 0,068N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 X 1 1 1 34 0,063O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 X 2 2 43 0,079P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 X 2 43 0,079Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 X 43 0,079

543 1,000

Page 159: H09tan1

143

Lampiran 3. Penentuan Peringkat Faktor Internal StrategisA. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Keterangan :1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

Peringkat

(rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal

1 2 3 4

A Lokasi Perusahaan yang strategis v

B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v

C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v

D Mutu produk yang dihasilkan baik v

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v

F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v

G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v

H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v

I Sistem pembayaran secara tunai v

J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v

K Labelisasi kemasan belum lengkap v

L Keterbatasan modal sendiri v

M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v

N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v

O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v

P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v

Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Page 160: H09tan1

144

B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus pengelola keuangan BagasBakery)

Keterangan :

1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor

2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

Peringkat

(rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal

1 2 3 4

A Lokasi Perusahaan yang strategis v

B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v

C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v

D Mutu produk yang dihasilkan baik v

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v

F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v

G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v

H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v

I Sistem pembayaran secara tunai v

J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v

K Labelisasi kemasan belum lengkap v

L Keterbatasan modal sendiri v

M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v

N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v

O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v

P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v

Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Page 161: H09tan1

145

C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Keterangan :

1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor

2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

Peringkat(rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal

1 2 3 4

A Lokasi Perusahaan yang strategis v

B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v

C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v

D Mutu produk yang dihasilkan baik v

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v

F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v

G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v

H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v

I Sistem pembayaran secara tunai v

J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v

K Labelisasi kemasan belum lengkap v

L Keterbatasan modal sendiri v

M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v

N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v

O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v

P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v

Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Page 162: H09tan1

146

D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan IndustriDinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)

Keterangan :

1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor

2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

Peringkat(rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal

1 2 3 4

A Lokasi Perusahaan yang strategis v

B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v

C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v

D Mutu produk yang dihasilkan baik v

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v

F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v

G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v

H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v

I Sistem pembayaran secara tunai v

J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v

K Labelisasi kemasan belum lengkap v

L Keterbatasan modal sendiri v

M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v

N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v

O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v

P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v

Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Page 163: H09tan1

147

E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)

Keterangan :

1 = Kelemahan utama/mayor 3 = kekuatan kecil/minor

2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

Peringkat(rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal

1 2 3 4

A Lokasi Perusahaan yang strategis v

B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan v

C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik v

D Mutu produk yang dihasilkan baik v

E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan v

F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin v

G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien v

H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan v

I Sistem pembayaran secara tunai v

J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi v

K Labelisasi kemasan belum lengkap v

L Keterbatasan modal sendiri v

M Tempat produksi (bangunan) kurang luas v

N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan v

O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi v

P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan v

Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada v

Page 164: H09tan1

148

Page 165: H09tan1

149

Lampiran 4. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery

Keterangan :Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)Bobot 4 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)Bobot 5 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot 1 Bobot 2 Bobot 3 Bobot 4 Bobot 5 BobotRata-Rata

Lokasi Perusahaan yang strategis 0,031 0,046 0,048 0,048 0,046 0,044Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 0,061 0,044 0,064 0,064 0,055 0,058Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 0,048 0,044 0,051 0,059 0,050 0,050Mutu produk yang dihasilkan baik 0,068 0,070 0,057 0,079 0,048 0,064Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 0,042 0,057 0,046 0,063 0,046 0,051Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 0,068 0,051 0,055 0,085 0,052 0,062Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 0,059 0,059 0,064 0,059 0,044 0,057Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 0,064 0,068 0,061 0,075 0,044 0,062Sistem pembayaran secara tunai 0,066 0,075 0,068 0,057 0,052 0,064Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 0,051 0,068 0,059 0,040 0,042 0,052Labelisasi kemasan belum lengkap 0,050 0,055 0,074 0,074 0,077 0,066Keterbatasan modal sendiri 0,081 0,077 0,072 0,074 0,076 0,076Tempat produksi (bangunan) kurang luas 0,075 0,077 0,068 0,051 0,068 0,068Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 0,063 0,072 0,044 0,039 0,063 0,056Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 0,077 0,062 0,068 0,063 0,079 0,070Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 0,035 0,029 0,035 0,031 0,079 0,042Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 0,061 0,046 0,066 0,040 0,079 0,058Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Page 166: H09tan1

150

Lampiran 5. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery

Keterangan :Rating 1 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)Rating 2 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)Rating 3 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)Rating 4 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)Rating 5 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating 1 Rating 2 Rating 3 Rating 4 Rating 5 Rating Rata-Rata

Lokasi Perusahaan yang strategis 4 4 3 3 3 3,4Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan 4 4 4 3 4 3,8Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik 4 3 4 4 4 3,8Mutu produk yang dihasilkan baik 4 4 3 4 4 3,8Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan 4 3 4 3 4 3,6Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin 3 4 4 4 4 3,8Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien 4 4 4 3 4 3,8Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan 4 4 4 4 4 4,0Sistem pembayaran secara tunai 4 4 3 3 4 3,6Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi 3 4 3 3 4 3,4Labelisasi kemasan belum lengkap 2 2 2 1 2 1,8Keterbatasan modal sendiri 1 1 2 1 1 1,2Tempat produksi (bangunan) kurang luas 1 1 1 2 2 1,4Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan 2 1 2 2 2 1,8Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi 2 1 1 1 1 1,2Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan 2 2 2 2 1 1,8Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada 2 2 1 1 2 1,6

Page 167: H09tan1

151

Lampiran 6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor EksternalA. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 1 3 22 0,046B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 X 2 3 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 39 0,082C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 3 2 X 2 1 2 3 2 3 3 3 3 1 3 2 2 35 0,073D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 3 1 2 X 1 1 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 35 0,073E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 3 3 3 X 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44 0,092F Kecenderungan harga BBM semakin turun 3 3 2 3 2 X 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 42 0,088G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah 2 1 1 1 1 1 X 1 1 3 3 3 3 3 3 3 30 0,063H Perkembangan teknologi yang cepat 2 1 2 2 1 2 3 X 2 2 3 3 2 3 3 2 33 0,069I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 1 1 1 1 1 3 2 X 2 3 3 3 3 3 2 32 0,067J Tingkat inflasi yang fluktuatif 2 1 1 3 1 1 1 2 2 X 3 3 2 3 2 1 28 0,059K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 1 3 3 2 22 0,046L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 X 1 3 3 3 25 0,052M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 3 2 2 1 1 1 1 2 1 2 3 3 X 3 2 3 30 0,063N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 2 16 0,034

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolongproduk substitusi roti

3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 X 2 22 0,046

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantaraperusahaan roti yang ada

1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 1 1 2 2 X 22 0,046

477 1,000

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Page 168: H09tan1

152

B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik Sekaligus Pengelola Keuangan Bagas Bakery)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 1 2 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0,042

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 X 1 3 2 1 3 2 1 1 3 3 3 3 3 3 35 0,073C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 2 3 X 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 41 0,085D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 1 1 1 X 2 2 3 2 3 2 3 2 1 1 3 1 28 0,058E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 2 3 2 X 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 39 0,081F Kecenderungan harga BBM semakin turun 3 3 1 2 2 X 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 38 0,079G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 1 1 1 1 1 2 X 1 3 1 1 3 1 1 1 1 20 0,042H Perkembangan teknologi yang cepat 3 2 1 2 2 2 3 X 1 1 1 1 3 3 3 3 31 0,065I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 3 1 1 1 1 1 3 X 3 1 1 1 3 1 1 25 0,052J Tingkat inflasi yang fluktuatif 3 3 2 2 2 2 3 3 1 X 2 3 1 3 3 3 36 0,075K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 3 1 1 1 1 1 3 3 3 2 X 3 1 1 1 3 28 0,058L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 1 1 2 2 1 1 3 3 1 1 X 1 1 1 1 23 0,048M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 3 1 1 3 1 1 3 1 3 3 3 3 X 1 3 3 33 0,069N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 3 1 1 3 1 1 3 1 1 1 3 3 3 X 3 3 31 0,065

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produksubstitusi roti 3 1 1 1 1 1 3 1 3 1 3 3 1 1 X 3 27 0,056

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 3 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 X 25 0,052480 1,000

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Page 169: H09tan1

153

C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total Bobot

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 1 1 1 2 3 2 1 1 2 1 3 3 3 3 2 29 0,060B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 X 3 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 36 0,075C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 3 1 X 2 1 1 2 1 3 2 1 3 3 1 2 3 29 0,060D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 3 2 2 X 1 1 1 2 1 1 3 2 3 1 2 3 28 0,058E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 2 3 3 3 X 2 1 2 3 2 3 1 2 1 2 2 32 0,067F Kecenderungan harga BBM semakin turun 1 1 3 3 2 X 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 23 0,048G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 2 2 2 3 3 3 X 3 2 3 2 2 3 2 3 3 38 0,079H Perkembangan teknologi yang cepat 3 2 3 2 2 2 1 X 2 2 1 2 3 2 2 3 32 0,067I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 1 1 3 1 3 2 2 X 3 2 1 2 3 1 2 30 0,063J Tingkat inflasi yang fluktuatif 2 2 2 3 2 2 1 2 1 X 1 2 3 3 1 2 29 0,060K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 3 1 3 1 1 3 2 3 2 3 X 2 3 2 3 3 35 0,073L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 1 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 X 2 2 3 3 33 0,069M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 1 2 1 1 2 3 1 1 2 1 1 2 X 1 2 3 24 0,050N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 1 1 3 3 3 2 2 2 1 1 2 2 3 X 2 3 31 0,065

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produksubstitusi roti 1 2 2 2 2 3 1 2 3 3 1 1 2 2 X 2 29 0,060

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 2 1 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 X 22 0,046480 1,000

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Page 170: H09tan1

154

D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total BobotA Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 3 3 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 3 3 31 0,065B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 1 X 3 2 1 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 34 0,071C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 1 1 X 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 2 3 3 24 0,050D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 3 2 3 X 2 2 3 3 2 1 1 1 3 3 2 3 34 0,071E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 3 3 2 X 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 39 0,081F Kecenderungan harga BBM semakin turun 3 3 3 2 2 X 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 39 0,081G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 1 1 1 1 1 1 X 1 1 1 1 1 3 3 3 3 23 0,048H Perkembangan teknologi yang cepat 1 1 3 1 1 1 3 X 1 1 1 1 3 3 3 3 27 0,056I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 1 3 2 2 2 3 3 X 2 2 2 3 1 3 3 35 0,073J Tingkat inflasi yang fluktuatif 3 1 3 3 2 2 3 3 2 X 2 2 3 3 3 3 38 0,079K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 X 2 1 1 3 3 36 0,075L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 X 3 3 3 3 40 0,083M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 X 2 1 1 18 0,038N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 3 1 2 X 1 1 21 0,044

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produksubstitusi roti 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 X 1 20 0,042

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 X 21 0,044480 1,000

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Page 171: H09tan1

155

E. Nama Responden: Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kabupaten Kendal)

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O P Total BobotA Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM X 3 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1 27 0,056B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 1 X 3 3 1 1 3 1 3 3 3 3 1 1 1 1 29 0,060C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 1 1 X 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 1 1 1 25 0,052D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 1 1 1 X 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 1 32 0,067E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 3 3 2 X 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 38 0,079F Kecenderungan harga BBM semakin turun 3 3 3 2 2 X 2 3 3 3 3 3 3 2 1 1 37 0,077G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 3 1 1 1 2 2 X 3 2 3 3 3 2 2 2 1 31 0,064H Perkembangan teknologi yang cepat 2 3 3 2 1 1 1 X 1 3 3 1 1 1 1 1 25 0,052I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 1 3 1 1 1 2 3 X 3 3 3 2 2 2 2 32 0,067J Tingkat inflasi yang fluktuatif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 X 3 1 1 1 1 1 18 0,037K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 3 1 3 3 22 0,046L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 2 1 1 1 2 1 1 3 1 3 3 X 3 1 3 1 27 0,056M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 3 3 3 1 2 1 2 3 2 3 1 1 X 2 3 1 31 0,064N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 X 3 1 38 0,079

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produksubstitusi roti 1 3 3 1 2 3 2 3 2 3 1 1 1 1 X 2 29 0,060

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 3 3 3 2 X 40 0,083481 1,000

Keterangan :1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Page 172: H09tan1

156

Lampiran 7. Penentuan Peringkat Faktor Esternal StrategisA. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Keterangan :1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior

Peringkat (rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal 1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomiKabupaten Kendal v

D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompokmakanan masih tinggi v

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhanjumlah penduduk v

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yangtergolong produk substitusi roti v

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantaraperusahaan roti yang ada v

Page 173: H09tan1

157

B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik Sekaligus Pengelola Keuangan BagasBakery)

Keterangan :1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior

Peringkat (rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal 1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomiKabupaten Kendal v

D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompokmakanan masih tinggi v

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhanjumlah penduduk v

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yangtergolong produk substitusi roti v

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantaraperusahaan roti yang ada v

Page 174: H09tan1

158

C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Keterangan :1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior

Peringkat (rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal

1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomiKabupaten Kendal v

D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompokmakanan masih tinggi v

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhanjumlah penduduk v

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yangtergolong produk substitusi roti v

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantaraperusahaan roti yang ada v

Page 175: H09tan1

159

D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatin Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan IndustriDinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal)

Keterangan :1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior

Peringkat (rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomiKabupaten Kendal

v

D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompokmakanan masih tinggi

v

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring denganpertumbuhan jumlah penduduk

v

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yangtergolong produk substitusi roti

v

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantaraperusahaan roti yang ada

v

Page 176: H09tan1

160

E. Nama Responden: Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKMKabupaten Kendal)

Keterangan :1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata)3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior

Peringkat (rating)No Faktor-Faktor Strategis Internal 1 2 3 4

A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM v

B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik v

C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomiKabupaten Kendal v

D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompokmakanan masih tinggi v

E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun v

F Kecenderungan harga BBM semakin turun v

G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhanjumlah penduduk v

H Perkembangan teknologi yang cepat v

I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil v

J Tingkat inflasi yang fluktuatif v

K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat v

L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun v

M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat v

N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil v

O Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yangtergolong produk substitusi roti v

P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantaraperusahaan roti yang ada v

Page 177: H09tan1

161

Lampiran 8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery

Keterangan :Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)Bobot 4 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)Bobot 5 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot1

Bobot2

Bobot3

Bobot4

Bobot5

BobotRata-RataDukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM 0,046 0,042 0,060 0,065 0,056 0,054

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 0,082 0,073 0,075 0,071 0,060 0,072Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 0,073 0,085 0,060 0,050 0,052 0,064Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 0,073 0,058 0,058 0,071 0,067 0,065Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 0,092 0,081 0,067 0,081 0,079 0,080Kecenderungan harga BBM semakin turun 0,088 0,079 0,048 0,081 0,077 0,075Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 0,063 0,042 0,079 0,048 0,064 0,059Perkembangan teknologi yang cepat 0,069 0,065 0,067 0,056 0,052 0,062Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 0,067 0,052 0,063 0,073 0,067 0,064Tingkat inflasi yang fluktuatif 0,059 0,075 0,060 0,079 0,037 0,062Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 0,046 0,058 0,073 0,075 0,046 0,060Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 0,052 0,048 0,069 0,083 0,056 0,062Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 0,063 0,069 0,050 0,038 0,064 0,057Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 0,034 0,065 0,065 0,044 0,079 0,057Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti 0,046 0,056 0,060 0,042 0,060 0,053Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 0,046 0,052 0,046 0,044 0,083 0,054Total 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Page 178: H09tan1

162

Lampiran 9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery

Keterangan :Rating 1 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)Rating 2 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)Rating 3 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)Rating 4= hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal)Rating 5 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating1

Rating2

Rating3

Rating4

Rating5

RatingRata-Rata

Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM 4 4 2 2 2 2,8Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik 3 4 1 3 3 2,8Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal 3 4 3 2 3 3,0Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 4 3 3 3 3 3,2Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 3 4 2 4 3 3,2Kecenderungan harga BBM semakin turun 4 4 3 4 3 3,6Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk 3 3 4 3 3 3,2Perkembangan teknologi yang cepat 3 3 2 1 3 2,4Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil 3 3 3 3 3 3,0Tingkat inflasi yang fluktuatif 4 4 2 2 2 2,8Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat 4 4 4 3 2 3,4Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun 3 3 3 4 2 3,0Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat 4 4 3 2 2 3,0Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil 3 4 2 2 2 2,6Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti 2 3 2 2 2 2,2Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada 2 3 3 3 3 2,8

Page 179: H09tan1

163

Lampiran 10. Matriks SWOT untuk Usaha Roti Bagas BakerySTRENGTHS (S)

1. Lokasi perusahaan strategis2. Komunikasi terjalin baik

antara pemilik dan karyawan3. Koordinasi dalam pemba-

gian tugas cukup baik4. Mutu produk yang dihasilkan

baik5. Produk telah memiliki izin

dari Dinas Kesehatan6. Akses perusahaan terhadap

bahan baku terjamin7. Memiliki saluran distribusi

yang efisien8. Hubungan baik antara

pemilik dan pelanggan9. Sistem pembayaran secara

tunai10. Penggunaan peralatan

modern dalam prosesproduksi

WEAKNESS (W)1. Labelisasi kemasan belum

lengkap2. Keterbatasan modal

sendiri3. Tempat produksi kurang

luas4. Keterbatasan jumlah

peralatan modern yangdimiliki

5. Sistem pembukuan ataupengelolaan keuangankurang rapi

6. Kurangnya keterampilandalam pengelolaanmanajemen perusahaan

7. Bidang penelitian danpengembangan tidak ada

OPPORTUNITIES (O)1. Dukungan pemerintah ter-hadap akses

sumber pem-biayaan bagi UMKM2. Pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal

semakin baik3. Sektor industri pengolahan masih

mendominasi struk-tur ekonomi Kab.Kendal

4. Pengeluaran rata-rata penduduk Kab.Kendal untuk kelompok makananmasih tinggi

5. Kecenderungan harga tepung terigudan telur semakin turun

6. Kecenderungan harga BBM semakinturun

7. Kebutuhan pangan yang semakinmeningkat seiring pertumbuhan jumlahpenduduk

8. Perkembangan teknologi yang cepat9. Kekuatan tawar-menawar pemasok

terhadap peru-sahaan tergolong kecil

STRATEGI S-O1. Membuka outlet khusus

untuk direct selling (S4, S5,S9, O2, O4, O7,)

2. Mengoptimalkan salurandistribusi yang ada dalampenyampaian produk dariprodusen ke konsumen (S1,S7, S8, O2, O4, O7)

STRATEGI W-O1. Memperbaiki label kema-san

produk (W1, O2, O3, O4,O7)

2. Memanfaatkan skim kredityang ditawarkan olehpemerintah untuk mening-katkan kapasitas produksisehingga mampu mengatasikelebihan permintaanterhadap produk BagasBakery saat ini (W2, W3,W4, W7, O1, O2, O3, O4,O5, O6, O7, O8, O9)

THREATS (T)1. Tingkat inflasi yang fluktuatif2. Kecenderungan harga gula dan gas

elpiji semakin meningkat3. TDL untuk skala UMKM belum turun4. Jumlah produsen roti di Kab. Kendal

meningkat5. Hambatan masuk industri roti kecil6. Perkembangan mi instan, biskuit, atau

jenis makanan jadi lain yang termasukproduk substitusi roti

7. Pembeli memiliki kekua-tan untukmenentukan pilihan di antara peru-sahaan roti yang ada

STRATEGI S-T1. Meningkatkan mutu produk

dan pelayanan (S4, S5, S8,S10, T4, T5, T6, T7)

2. Mengembangkan produkbaru pada pasar konsumenyang sudah ada (S2, S3, S4,S5, S6, S10, T4, T6, T7)

STRATEGI W-T1. Melakukan pengaturan

dalam pengalokasiankeuangan perusahaan (W2,W5, T1, T2, T3, T4)

2. Meningkatkan kualitasSumber Daya Manusia(SDM) (W5, W6, W7, T4,T5, T6)

Page 180: H09tan1

164

Lampiran 11. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Bagas BakeryA. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8FaktorKunci

BobotRata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

KekuatanA 0,044 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175B 0,058 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231C 0,050 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203F 0,062 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228H 0,062 3 0,187 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254J 0,052 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 3 0,157 4 0,209 3 0,157KelemahanK 0,066 3 0,197 2 0,132 4 0,263 4 0,263 4 0,263 3 0,197 3 0,197 3 0,197L 0,076 1 0,076 1 0,076 2 0,151 4 0,303 4 0,303 3 0,227 3 0,227 3 0,227M 0,068 1 0,068 1 0,068 3 0,204 4 0,272 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204N 0,056 1 0,056 2 0,112 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168 3 0,168O 0,070 1 0,070 2 0,140 3 0,210 4 0,279 3 0,210 3 0,210 3 0,210 3 0,210P 0,042 1 0,042 2 0,084 3 0,126 2 0,084 4 0,168 3 0,126 3 0,126 3 0,126Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 3 0,175 3 0,175 3 0,175PeluangR 0,054 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215S 0,072 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289T 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257

Page 181: H09tan1

165

Lanjutan Lampiran 11A. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Samsudin)

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8FaktorKunci

BobotRata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

PeluangU 0,065 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320W 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 3 0,224 4 0,299 4 0,299 3 0,224X 0,059 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 4 0,237 3 0,178 3 0,178 3 0,178Y 0,062 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 3 0,185 3 0,185 3 0,185Z 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 3 0,193 3 0,193 3 0,193AncamanAA 0,062 1 0,062 1 0,062 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186BB 0,060 1 0,060 3 0,179 2 0,119 3 0,179 3 0,179 3 0,179 4 0,238 3 0,179CC 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 3 0,185 3 0,185 1 0,062 3 0,185 3 0,185DD 0,057 4 0,227 4 0,227 3 0,170 4 0,227 4 0,227 4 0,227 3 0,170 3 0,170EE 0,057 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171FF 0,053 3 0,159 3 0,159 4 0,212 4 0,212 4 0,212 3 0,159 4 0,212 4 0,212GG 0,054 4 0,217 3 0,163 3 0,163 4 0,217 3 0,163 3 0,163 4 0,217 3 0,163STAS 5,863 6,154 6,682 7,267 7,076 6,790 7,076 6,835

Page 182: H09tan1

166

B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8FaktorKunci

Bobot Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

KekuatanA 0,044 4 0,175 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175B 0,058 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231C 0,050 3 0,151 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 3 0,151 4 0,201D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257E 0,051 3 0,152 3 0,152 3 0,152 4 0,203 4 0,203 4 0,203 3 0,152 3 0,152F 0,062 3 0,186 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 3 0,186 4 0,249G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 3 0,171 3 0,171H 0,062 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 1 0,062 4 0,250I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254J 0,052 3 0,157 3 0,157 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209KelemahanK 0,066 3 0,197 4 0,263 3 0,197 3 0,197 4 0,263 1 0,066 4 0,263 1 0,066L 0,076 3 0,227 3 0,227 1 0,076 3 0,227 1 0,076 1 0,076 3 0,227 1 0,076M 0,068 1 0,068 1 0,068 1 0,068 3 0,204 3 0,204 1 0,068 3 0,204 1 0,068O 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 3 0,210 1 0,070P 0,042 2 0,084 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 4 0,168Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 2 0,117PeluangR 0,054 3 0,161 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 3 0,161S 0,072 3 0,216 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 3 0,216T 0,064 3 0,193 4 0,257 3 0,193 4 0,257 3 0,193 4 0,257 4 0,257 4 0,257U 0,065 2 0,131 3 0,196 1 0,065 3 0,196 4 0,262 4 0,262 3 0,196 3 0,196V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320

Page 183: H09tan1

167

Lanjutan Lampiran 11 B. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Ibu Junarti)Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8Faktor

KunciBobot Rata-

Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TASPeluangW 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299X 0,059 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237Y 0,062 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247Z 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 1 0,064 3 0,193 3 0,193 4 0,257AncamanAA 0,062 3 0,186 1 0,062 1 0,062 3 0,186 3 0,186 2 0,124 3 0,186 2 0,124BB 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 1 0,060 3 0,179 1 0,060CC 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 1 0,062 4 0,247 2 0,123DD 0,057 3 0,170 3 0,170 1 0,057 1 0,057 3 0,170 3 0,170 3 0,170 2 0,113EE 0,057 1 0,057 1 0,057 1 0,057 1 0,057 3 0,171 1 0,057 1 0,057 3 0,171FF 0,053 1 0,053 1 0,053 1 0,053 3 0,159 2 0,106 1 0,053 3 0,159 3 0,159GG 0,054 3 0,163 3 0,163 3 0,163 4 0,217 4 0,217 3 0,163 4 0,217 3 0,163STAS 5,485 5,814 5,341 6,171 6,124 5,699 6,545 5,874

Page 184: H09tan1

168

C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8FaktorKunci

Bobot Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

KekuatanA 0,044 3 0,131 4 0,175 4 0,175 3 0,131 3 0,131 4 0,175 3 0,131 4 0,175B 0,058 3 0,173 4 0,231 4 0,231 4 0,231 3 0,173 3 0,173 4 0,231 3 0,173C 0,050 3 0,151 3 0,151 3 0,151 3 0,151 4 0,201 4 0,201 3 0,151 4 0,201D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 3 0,193 4 0,257 4 0,257 3 0,193E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203F 0,062 3 0,186 4 0,249 3 0,186 4 0,249 4 0,249 3 0,186 3 0,186 4 0,249G 0,057 4 0,228 3 0,171 4 0,228 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 4 0,228H 0,062 4 0,250 4 0,250 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187 3 0,187I 0,064 3 0,191 3 0,191 3 0,191 3 0,191 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254J 0,052 3 0,157 4 0,209 3 0,157 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209KelemahanK 0,066 1 0,066 1 0,066 3 0,197 1 0,066 2 0,132 1 0,066 3 0,197 3 0,197L 0,076 2 0,151 2 0,151 3 0,227 2 0,151 3 0,227 2 0,151 3 0,227 3 0,227M 0,068 3 0,204 1 0,068 3 0,204 1 0,068 2 0,136 1 0,068 3 0,204 2 0,136N 0,056 3 0,168 3 0,168 2 0,112 2 0,112 3 0,168 1 0,056 2 0,112 3 0,168O 0,070 1 0,070 2 0,140 1 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 2 0,140 2 0,140P 0,042 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 4 0,168Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 3 0,175 1 0,058 1 0,058 2 0,117PeluangR 0,054 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 3 0,161 4 0,215S 0,072 3 0,216 4 0,289 4 0,289 3 0,216 3 0,216 3 0,216 3 0,216 4 0,289T 0,064 4 0,257 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 2 0,128 3 0,193U 0,065 3 0,196 2 0,131 2 0,131 2 0,131 3 0,196 3 0,196 2 0,131 3 0,196

Page 185: H09tan1

169

Lanjutan Lampiran 11 C. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Sobari)Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8Faktor

KunciBobot Rata-

Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TASPeluangV 0,080 2 0,160 4 0,320 3 0,240 3 0,240 3 0,240 3 0,240 4 0,320 4 0,320W 0,075 2 0,149 4 0,299 3 0,224 3 0,224 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299X 0,059 2 0,118 2 0,118 1 0,059 2 0,118 3 0,178 4 0,237 3 0,178 3 0,178Y 0,062 4 0,247 3 0,185 3 0,185 3 0,185 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247Z 0,064 1 0,064 2 0,128 1 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193AncamanAA 0,062 3 0,186 3 0,186 3 0,186 3 0,186 2 0,124 3 0,186 3 0,186 3 0,186BB 0,060 1 0,060 1 0,060 2 0,119 1 0,060 2 0,119 1 0,060 2 0,119 2 0,119CC 0,062 3 0,185 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 3 0,185 3 0,185DD 0,057 3 0,170 1 0,057 3 0,170 3 0,170 3 0,170 4 0,227 3 0,170 4 0,227EE 0,057 2 0,114 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 1 0,057 3 0,171FF 0,053 3 0,159 2 0,106 3 0,159 3 0,159 2 0,106 2 0,106 2 0,106 3 0,159GG 0,054 4 0,217 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 2 0,108 2 0,108STAS 5,390 5,512 5,558 5,284 5,864 5,590 5,810 6,511

Page 186: H09tan1

170

D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8FaktorKunci

Bobot Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

KekuatanA 0,044 3 0,131 3 0,131 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088 2 0,088B 0,058 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 2 0,115 3 0,173C 0,050 2 0,101 2 0,101 2 0,101 2 0,101 3 0,151 2 0,101 2 0,101 3 0,151D 0,064 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 3 0,193 4 0,257 2 0,129 3 0,193E 0,051 2 0,101 3 0,152 4 0,203 2 0,101 3 0,152 3 0,152 2 0,101 2 0,101F 0,062 2 0,124 2 0,124 3 0,186 2 0,124 2 0,124 3 0,186 3 0,186 2 0,124G 0,057 3 0,171 3 0,171 2 0,114 2 0,114 2 0,114 3 0,171 3 0,171 2 0,114H 0,062 3 0,187 2 0,125 2 0,125 2 0,125 3 0,187 3 0,187 2 0,125 3 0,187I 0,064 2 0,127 3 0,191 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127 2 0,127J 0,052 2 0,104 2 0,104 3 0,157 3 0,157 2 0,104 3 0,157 2 0,104 3 0,157KelemahanK 0,066 2 0,132 2 0,132 4 0,263 2 0,132 3 0,197 2 0,132 2 0,132 3 0,197L 0,076 2 0,151 2 0,151 2 0,151 4 0,303 2 0,151 2 0,151 3 0,227 2 0,151M 0,068 2 0,136 1 0,068 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136 2 0,136N 0,056 2 0,112 2 0,112 1 0,056 3 0,168 2 0,112 2 0,112 3 0,168 3 0,168O 0,070 2 0,140 2 0,140 2 0,140 2 0,140 2 0,140 1 0,070 2 0,140 3 0,210P 0,042 1 0,042 1 0,042 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 2 0,084 3 0,126Q 0,058 1 0,058 2 0,117 2 0,117 3 0,175 2 0,117 2 0,117 2 0,117 3 0,175PeluangR 0,054 3 0,161 2 0,108 2 0,108 4 0,215 3 0,161 4 0,215 2 0,108 2 0,108S 0,072 4 0,289 3 0,216 3 0,216 2 0,144 3 0,216 3 0,216 2 0,144 2 0,144

Page 187: H09tan1

171

Lanjutan Lampiran 11D. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Ibu Nur Mas’udatin Ismaeni)Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8Faktor

KunciBobot Rata-

Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TASPeluangT 0,064 3 0,193 3 0,193 2 0,128 2 0,128 2 0,128 3 0,193 3 0,193 2 0,128U 0,065 4 0,262 2 0,131 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196 3 0,196V 0,080 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160 2 0,160W 0,075 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149 2 0,149X 0,059 3 0,178 2 0,118 3 0,178 3 0,178 3 0,178 3 0,178 2 0,118 2 0,118Y 0,062 2 0,123 2 0,123 2 0,123 3 0,185 3 0,185 3 0,185 3 0,185 3 0,185Z 0,064 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128 2 0,128AA 0,062 2 0,124 3 0,186 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124 3 0,186 2 0,124BB 0,060 2 0,119 3 0,179 2 0,119 3 0,179 2 0,119 2 0,119 3 0,179 2 0,119CC 0,062 2 0,123 3 0,185 2 0,123 3 0,185 1 0,062 2 0,123 3 0,185 2 0,123DD 0,057 4 0,227 3 0,170 4 0,227 2 0,113 3 0,170 3 0,170 3 0,170 3 0,170EE 0,057 3 0,171 2 0,114 3 0,171 2 0,114 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171FF 0,053 3 0,159 1 0,053 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 2 0,106 3 0,159GG 0,054 3 0,163 3 0,163 4 0,217 2 0,108 4 0,217 4 0,217 2 0,108 2 0,108STAS 4,857 4,547 4,885 4,851 4,820 5,102 4,739 4,873

Page 188: H09tan1

172

E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8FaktorKunci

Bobot Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

KekuatanA 0,044 3 0,131 4 0,175 4 0,175 4 0,175 4 0,175 3 0,131 4 0,175 4 0,175B 0,058 3 0,173 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231 4 0,231C 0,050 3 0,151 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201 4 0,201D 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257E 0,051 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203 4 0,203F 0,062 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249 4 0,249G 0,057 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228 4 0,228H 0,062 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250 4 0,250I 0,064 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254 4 0,254J 0,052 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209 4 0,209KelemahanK 0,066 2 0,132 1 0,066 4 0,263 4 0,263 4 0,263 4 0,263 4 0,263 3 0,197L 0,076 1 0,076 1 0,076 2 0,151 4 0,303 3 0,227 3 0,227 4 0,303 3 0,227M 0,068 2 0,136 2 0,136 3 0,204 3 0,204 3 0,204 3 0,204 4 0,272 3 0,204N 0,056 2 0,112 1 0,056 2 0,112 3 0,168 3 0,168 3 0,168 2 0,112 3 0,168O 0,070 1 0,070 1 0,070 1 0,070 2 0,140 2 0,140 2 0,140 1 0,070 4 0,279P 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 1 0,042 4 0,168Q 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 1 0,058 4 0,234Peluang

R 0,054 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215 4 0,215S 0,072 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289 4 0,289

Page 189: H09tan1

173

Keterangan :Faktor-Faktor Strategi Internal-Eksternal

A. Lokasi perusahaan strategis F. Akses perusahaan terhadap bahan baku terjaminB. Komunikasi terjalin baik antara pemilik dan karyawan G. Memiliki saluran distribusi yang efisienC. Koordinasi dalam pemba-gian tugas cukup baik H. Hubungan baik antara pemilik dan pelangganD. Mutu produk yang dihasilkan baik I. Sistem pembayaran secara tunaiE. Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan J. Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi

Lanjutan Lampiran 11E. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Juni Suhendra)

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8FaktorKunci

Bobot Rata-Rata AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang

T 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257U 0,065 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262 4 0,262V 0,080 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320 4 0,320W 0,075 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299 4 0,299X 0,059 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237 4 0,237Y 0,062 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247 4 0,247Z 0,064 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257 4 0,257AA 0,062 2 0,124 3 0,186 3 0,186 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124 2 0,124BB 0,060 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119 2 0,119CC 0,062 2 0,123 1 0,062 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 2 0,123 4 0,247DD 0,057 3 0,170 1 0,057 3 0,170 3 0,170 4 0,227 4 0,227 1 0,057 4 0,227EE 0,057 3 0,171 3 0,171 3 0,171 3 0,171 4 0,228 4 0,228 2 0,114 4 0,228FF 0,053 3 0,159 3 0,159 3 0,159 3 0,159 4 0,212 4 0,212 2 0,106 4 0,212GG 0,054 3 0,163 3 0,163 3 0,163 3 0,163 4 0,217 4 0,217 2 0,108 4 0,217STAS 6,143 6,060 6,632 6,847 6,993 6,949 6,512 7,491

Page 190: H09tan1

174

K. Labelisasi kemasan belum lengkapL. Keterbatasan modal sendiriM. Tempat produksi kurang luasN. Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimilikiO. Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapiP. Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaanQ. Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada

R. Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKMS. Pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal semakin baikT Sektor industri pengolahan masih mendominasi struk-tur ekonomi Kab. KendalU. Pengeluaran rata-rata penduduk Kab. Kendal untuk kelompok makanan masih tinggiV. Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turunW. Kecenderungan harga BBM semakin turunX. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah pendudukY. Perkembangan teknologi yang cepatZ. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil

AA. Tingkat inflasi yang fluktuatifBB. Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkatCC. TDL untuk skala UMKM belum turunDD. Jumlah produsen roti di Kab. Kendal meningkatEE. Hambatan masuk industri roti kecilFF. Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang termasuk produk substitusi rotiGG. Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan di antara perusahaan roti yang ada

Page 191: H09tan1

175

Alternatif StrategiStrategi 1 : membuka outlet khusus untuk direct sellingStrategi 2 : mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumenStrategi 3 : memperbaiki label kemasan produkStrategi 4 : memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat iniStrategi 5 : meningkatkan mutu produk dan pelayananStrategi 6 : mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah adaStrategi 7 : melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaanStrategi 8 : meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

AS = 1, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini tidak menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan

atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman

AS = 2, Apakah pilihan strategi yang dibuat ini agak menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan

atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman

AS = 3 Apakah pilihan strategi yang dibuat ini cukup menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan

atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman

AS = 4 Apakah pilihan strategi yang dibuat ini sangat menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan

atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman