guillain barre syndrom

13
GUILLAIN BARRE SYNDROM KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi Sindroma Guillain Barre (SGB) merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis. Guillain Barre syndrome (GBS) adalah suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstremitas tubuh, yang disebabkan oleh kelainan saraf tepi dan bukan oleh penyakit sistemis. Penyakit ini merupakan suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat. GBS adalah penyakit langka yang menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan kepekaan yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan atau tahun. GBS mengambil nama dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain (baca Gilan) dan Barré (baca Barre), yang menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah menerima perawatan medis. Penyakit ini menjangkiti satu dari 40,000 orang tiap tahunnya. Bisa terjangkit di semua tingkatan usia mulai dari anak-anak sampai dewasa, jarang ditemukan pada manula. Lebih sering ditemukan pada kaum pria. Bukan penyakit turunan, tidak dapat menular lewat kelahiran, ternfeksi atau terjangkit dari orang lain yang mengidap GBS. Namun, bisa timbul seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau tenggorokan.

Upload: ardea-safira

Post on 08-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Guillain Barre Syndrom

GUILLAIN BARRE SYNDROM

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Sindroma Guillain Barre (SGB) merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.

Guillain Barre syndrome (GBS) adalah suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstremitas tubuh, yang disebabkan oleh kelainan saraf tepi dan bukan oleh penyakit sistemis. Penyakit ini merupakan suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat.

GBS adalah penyakit langka yang menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan kepekaan yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan atau tahun. GBS mengambil nama dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain (baca Gilan) dan Barré (baca Barre), yang menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah menerima perawatan medis. Penyakit ini menjangkiti satu dari 40,000 orang tiap tahunnya. Bisa terjangkit di semua tingkatan usia mulai dari anak-anak sampai dewasa, jarang ditemukan pada manula. Lebih sering ditemukan pada kaum pria. Bukan penyakit turunan, tidak dapat menular lewat kelahiran, ternfeksi atau terjangkit dari orang lain yang mengidap GBS. Namun, bisa timbul seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau tenggorokan.

B. Etiologi

Kelemahan dan paralisis yang terjadi pada GBS disebabkan karena hilangnya myelin, material yang membungkus saraf. Hilangnya myelin ini disebut demyelinisasi. Demyelinisasi menyebabkan penghantaran impuls oleh saraf tersebut menjadi lambat atau berhenti sama sekali. GBS menyebabkan inflamasi dan destruksi dari myelin dan menyerang beberapa saraf.

Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Guillain-Barre syndrome diduga disebabkan oleh infeksi virus, tetapi akhir – akhir ini terungkap bahwa virus bukan sebagai penyebab. Teori yang dianut sekarang adalah suatu kelainan imunobiologik, baik secara primary immune response maupun immune mediated

Page 2: Guillain Barre Syndrom

process. Pada umumnya sindrom ini didahului oleh penyakit influenza atau infeksi saluran pernafasan atas atau saluran pencernaaan. Penyebab infeksi pada umumnya adalah kelompok virus dari kelompok herpes.

Penyakit ini timbul dari pembengkakan syaraf peripheral, sehingga mengakibatkan tidak adanya pesan dari otak untuk melakukan gerakan yang dapat diterima oleh otot yang terserang.Karena banyak syaraf yang terserang termasuk syaraf immune sistem maka sistem kekebalan tubuh kita pun akan kacau. Dengan tidak diperintahakan dia akan mengeluarkan cairan sistem kekebalan tubuh ditempat-tempat yang tidak diinginkan. Dengan pengobatan maka sistem kekebalan tubuh akan berhenti menyerang syaraf dan bekerja sebagaimana mestinya.

C. Manifestasi klinis

Gejala-gejala neurologic diawali dengan parestesia (kesemutan dan kebas) dan kelemahan oto kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh dan otot wajah. Kelemahan otot dapat diikuti dengan cepat adanya paralisis yang lengkap. Saraf cranial yang paling sering terserang, yang menunjukkan adanya paralisis pada ocular, wajah dan otot orofaring dan juga menyebabkan kesukaran berbicara, mengunyah dan menelan. Disfungsi autonom yang sering terjadi dan memperlihatkan bentuk reaksi berlebihan atau kurang bereaksinya sisten saraf simpatis dan parasimpatis, seperti dimanifestasikan oleh gangguan frekuensi jantung dan ritme, perubahan tekanan darah, dan gangguan vasomotor lainnya yang bervariasi. Dapat juga menyebabkan nyeri berat dan menetap pada punggung dan daerah kaki.

D. Patofisiologi

Perubahan pertama yang terjadi adalah infiltrasi sel limfosit yang ekstravasasi dari pembuluh darah kecil pada endo dan epineural. Keadaan ini segera diikuti demyelinisasi segmental. Bila peradangannya berat akan berkembang menjadi degenerasi Wallerian. Kerusakan myelin disebabkan makrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan selubung myelin dari sel schwan dan akson.

Infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, dan antigen lain memasuki sel Schwann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri. Antigen tersebut mengaktivasi sel limfosit T. Sel limfosit T ini mengaktivasi proses pematangan limfosit B dan memproduksi autoantibodi spesifik. Ada beberapa teori mengenai pembentukan autoantibodi , yang pertama adalah virus dan bakteri mengubah susunan sel sel saraf sehingga sistem imun tubuh mengenalinya sebagai benda asing. Teori yang kedua mengatakan bahwa infeksi tersebut menyebabkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya sendiri berkurang. Autoantibodi ini yang kemudian menyebabkan destruksi myelin bahkan kadang-kadang juga dapat terjadi destruksi pada axon.

Teori lain mengatakan bahwa respon imun yang menyerang myelin disebabkan oleh karena antigen yang ada memiliki sifat yang sama dengan myelin. Hal ini menyebabkan terjadinya respon imun terhadap myelin yang di invasi oleh antigen tersebut. Destruksi pada myelin tersebut menyebabkan sel-sel saraf tidak dapat mengirimkan signal secara efisien, sehingga otot kehilangan kemampuannya

Page 3: Guillain Barre Syndrom

untuk merespon perintah dari otak dan otak menerima lebih sedikit impuls sensoris dari seluruh bagian tubuh.

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal napas, aspirasi makanan atau cairan ke dalam paru, pneumonia, meningkatkan resiko terjadinya infeksi, trombosis vena dalam, paralisa permanen pada bagian tubuh tertentu, dan kontraktur pada sendi.

F. Penatalaksanaan

Tujuan terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi).

· Plasmaparesis

Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).

· Imunoglobulin IV

Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.

· Fisiotherapy juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot setelah paralisa.

G. Pemeriksaan diagnostic

Cairan spinal memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi protein dengan menghitung junlah sel normal. Pengujian elektrofisiologis diperlihatkan dalam bentuk lambatnya laju konduksi saraf

Page 4: Guillain Barre Syndrom

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas/Istirahat

Page 5: Guillain Barre Syndrom

Gejala : adanya kelemahan dan paralysis secara simetris yang biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan selanjutnya berkembangdengan cepat ke arah atas, hilangnya kontrol motorik halus tangan.

Tanda : kelemahan otot, paralysis plaksid (simetris), cara berjalan tidak mantap.

b. Sirkulasi

Tanda : perubahan tekanan darah (hipertensi/hipotensi), disritmia,takikardia/brakikardia, wajah kemerahan, diaforesis.

c. Integritas Ego

Gejala : perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi padamasalah yang dihadapi.

Tanda : tampak takut dan bingung.

d. Eliminasi

Gejala : adanya perubahan pola eliminasi.

Tanda : kelemahan pada otot-otot abdomen, hilangnya sensasianal (anus) atau berkemih dan reflex sfingter.

e. Makanan/cairan

Gejala : kesulitan dalam mengunyah dan menelan.

Tanda : gangguan pada refleks menelan.

f. Neurosensori

Gejala: kebas, kesemutan dimulai dari kaki atau jari-jari kakidan terus naik, perubahan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu, perubahan dalam ketajaman penglihatan.

Tanda : hilangnya/menurunnya refleks tendon dalam,hilangnya tonus otot, adanya masalah dengan keseimbangan, adanya kelemahan pada otot-otot wajah, terjadi ptoris kelopak mata,kehilangan kemampuan untuk berbicara.

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri tekan otot, seperti terbakar, mengganggu, sakit, nyeri(terutama pada bahu, pelvis, pinggang, punggung dan bokong).Hiposensitif terhadap sentuhan.

Tanda : Wajah berkerut, dan meringis.

h. Keamanan

Gejala : infeksi virus nonspesifik (seperti infeksi saluran pernafasan atas) kira-kira dua minggu sebelum munculnya tanda serangan, adanya riwayat terkena herpes zoster, sitomegalovirus.

Page 6: Guillain Barre Syndrom

Tanda : suhu tubuh yang berfluktuasi (sangat tergantung pada suhu lingkungan), penurunan kekuatan/tonus otot, paralysis/parestesia.

i. Interaksi Sosial.

Tanda : kehilangan kemampuan untuk berbicara/berkomunikasi

B. Diagnose keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal nafas.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kesulitan mengunyah, menelan, paralisis ekstremitas.

3. Kelemahan mobilitas fisik b/d kelemahan otot, paralisis dan penurunan kesadaran.

4. Resti ganguan integritas kulit b/d paralisi ekstremitas.

5. Ansietas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan perubahan kesehatan.

C. Intervensi

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal napas.

Tujuan : pola napas kembali efektif

Criteria : secara subjektif sesak napas (-), frek napas 16-20 x/menit, tidak menggunakan otot bantu napas, dan gerakan dada normal.

Intervensi :

a) Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan, perubahan irama dan kedalam.

Rasional :

Menjadi bahan parameter monitoring serangan gagal napas dan menjadi data dasar intervensi selanjutnya.

b) Evaluasi keluhan sesak napas, baik secara verbal maupun nonverbal.

Rasional :

Tanda dan gejala meliputi adanya kesulitan bernapas saat bicara, pernapasan dangkal dan ireguler, menggunakan otot-otot aksesoris, takikardi, dan perubahan pola napas.

c) Beri ventilasi mekanik.

Page 7: Guillain Barre Syndrom

Rasional :

Ventilasi mekanik digunakan jika klien memperlihatkan keaarah kemunduran, yang mengindikasi ke arah memburuknya kekuatan otot-otot pernapasan.

d) Lakukan pemeriksaan kapasitas vital pernapasan.

Rasional :

Kapasitas vital klien dipantau lebih sering dan dengan interval yang teratur dalam penambahan kecepatan pernapasan dalam kualitas pernapasan, sehingga pernapasan yang tidak efektif dapat diantisipasi. Penurunan ini dapat terjadi karena kelemahan otot-otot yang digunakan saat menelan, dan adanya indikasi memburuknya fungsi perpanasan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kesulitan mengunyah, menelan, paralisis ekstremitas.

Tujuan : pemenuhan nutrisi klien terpenuhi

Criteria : tidak terjadi komplikasi akibat penurunan asupan nutrisi

Intervensi :

a) Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan nutrisi klien.

Rasional :

Perhatian yang diberikan untuk nutrisi yang adekuat dan pencegahan kelemahan otot karena kurang makanan.

b) Monitor intake dan output nutrisi.

Rasional :

Menentukan adekuatnya kebutuhan nutrisi pasien

c) Berikan nutrisi via oral jika klien masih dapat menelan.

Rasional :

Bila klien dapat menelan, makanan melalui oral diberikan perlahan-lahan dan sangat hati-hati.

d) Berikan nutrisi via selang nasogastrik.

Rasional :

Jika klien tidak mampu menelan, makanan diberikan melalui selang lambung.

3. Kelemahan mobilitas fisik b/d kelemahan otot, paralisis, dan penurunan kesadaran.

Page 8: Guillain Barre Syndrom

Tujuan : tindakan mobilitasi klien menunjukkan adanya peningkatan.

Criteria : peningkatan kemampuan menggerakkan ekstremitas.

Intervensi :

a) Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik.

Rasional :

Merupakan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengidentifikasikan kemampuan pasien dalam kebutuhan ADL.

b) Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan klien dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.

Rasional :

Memudahkan klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL.

c) Hindari faktor yang memungkinkan terjadinya trauma pada saat klien melakukan mobilisasi.

Rasional :

Untuk mencegah terjadinya masalah komplikasi yang lain.

d) Lakukan ROM.

Rasioanal:

Mencegah atropi dan kontraktur.

4. Resti ganguan integritas kulit b/d paralisi ekstremitas

Tujuan : mencegah terjadinya dekubitus

Criteria : tidak terjadinya gangguan kulit, dekubitus, dan aliran darahnya lancar

Intervensi :

a) Kaji derajat ketergantungan pasien.

Rasional :

Mengidentifikasikan kemampuan pasien dalam kebutuhan ADL.

b) Lakukan alih posisi setiap 2 jam yaitu posisi.

Rasional :

Menghindarai dekubitus.

c) Lakukan massage pada daerah yang tertekan

Page 9: Guillain Barre Syndrom

Rasional: Memperlancar aliran darah.

5. Ansietas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan perubahan kesehatan

Tujuan : ansietas hilang atau berkurang

Criteria : dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya dan menyatakan ansietas berkurang/hilang.

Intervensi :

a) Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.

Rasional :

Ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.

b) Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan, beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istrahat.

Rasional :

Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.

c) Tingkatkan control sensasi klien.

Rasional :

Control sensasi klien dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang posotif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan dan memberikan respon balik yang positif.

d) Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan.

Rasional :

Orientasi dapat menurunkan ansietas.

e) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.

Rasional :

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.

f) Beri privasi untuk klien dan orang terdekat.

Rasional :

Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanaya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktifitas dan pengalihan akan menurunkan perasaan terisolasi.

Page 10: Guillain Barre Syndrom

D. Implementasi

Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau kembali dari apa yang telah direncanakan / intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama pada pasien dapat mencakup pola napas kembali efektif, pemenuhan nutrisi klien terpenuhi, tindakan mobilitasi klien menunjukkan adanya peningkatan, dekubitus tidak terjadi dan ansietas hilang atau berkurang

E. Evaluasi

1. Apakah sesak napas (-), frek napas 16-20 x/menit, tidak menggunakan otot bantu napas, dan gerakan dada normal.

2. Apakah tidak terjadi komplikasi akibat penurunan asupan nutrisi

3. Apakah peningkatan kemampuan menggerakkan ekstremitas.

4. Apakah tidak terjadi gangguan integritas kulit, dekubitus, dan aliran darahnya lancar.

5. Apakah klien dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya dan menyatakan ansietas berkurang/hilang.

DAFTAR PUSTAKA

smeltzer C. suzanne . 2001 . buku ajar keperawatan medikal bedah . EGC : Jakarta

http://books.google.co.id/books?id=LhzANK2oLfoC&pg=PA102&lpg=PA102&dq=pengkajian+guillain+barre+syndrom&source=bl&ots=8KRtDqVo5x&sig=uil17UE-xDspI-kKNb9TdImtZGs&hl=id&ei=xW2tTvnvJeuTiQf1mtXDDw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDsQ6AEwBQ#v=onepage&q=pengkajian%20guillain%20barre%20syndrom&f=false, Diakses pada tanggal 30 Oktober

Page 11: Guillain Barre Syndrom

http://phantom-boedakperawat.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-guillan-barre.html, Diakses pada tanggal 30 Oktober