gubernur bali103.43.45.136/siki/assets/dokumen/buku_kumpulan... · 2018-02-28 · mengingat : 1....

161

Upload: dinhkhanh

Post on 06-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GUBERNUR BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI

NOMOR 52 TAHUN 2011

TENTANG

RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 172 Peraturan DaerahProvinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata KerjaPerangkat Daerah Provinsi Bali, perlu menetapkan PeraturanGubernur tentang Rincian Tugas Pokok Badan PenanggulanganBencana Daerah Provinsi Bali;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang PembentukanDaerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan NusaTenggara Timur (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokKepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5234)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang OrganisasiPerangkat Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4741);

7. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2008 tentangUrusan Pemerintahan Daerah Provinsi Bali (Lembaran DaerahProvinsi Bali Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran DaerahProvinsi Bali Nomor 2);

8. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, TambahanLembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4);

Menetapkan :

MEMUTUSKAN:

PERATURAN GUBERNUR TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADANPENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:1. Gubernur adalah Gubernur Bali.2. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Bali.3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya

disebut Badan adalah Badan Penanggulangan Bencana DaerahProvinsi Bali.

4. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnyadisebut Kepala Badan adalah Kepala Badan PenanggulanganBencana Daerah Provinsi Bali.

BAB II

TUGAS POKOK BADAN

Pasal 2

Badan Penanggulangan Bencana mempunyai tugas pokok:a. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

penanggulangan bencana yang mencakup perumusan kebijakan,pencegahan, mitigasi kesiapsiagaan, penanggulangan tanggapdarurat, rehabilitasi dan rekontruksi secara adil dan merata;

b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraanpenanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

c. menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawanbencana dan peta resiko bencana;

d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanggulanganbencana;

e. menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencanakepada masyarakat;

f. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepadaKepala Daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dansetiap dalam kondisi darurat bencana;

g. mengendalikan, mengumpulkan dan penyaluran uang danbarang;

h. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterimadari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah dan dana masyarakat; dan

i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

BAB III

FUNGSI BADAN

Pasal 3

Badan mempunyai fungsi:a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana

dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisiensi; danb. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

BAB IV

RINCIAN TUGAS KEPALA BADAN

Pasal 4

Kepala Badan mempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Badan;b. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja

badan;c. merumuskan kebijakan umum Badan serta menyelenggarakan

administrasi berdasarkan kewenangan;d. menilai prestasi kerja bawahan;e. mendistribusikan tugas kepada bawahan;f. menilai prestasi kerja bawahang. menyediakan dukungan kerjasama antar Kabupaten/Kota;h. melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum;i. membina bawahan dalam pencapaian program Badan;j. mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan;k. melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis;l. melaksanakan sistem pengendalian intern;m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dann. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Gubernur melalui

Sekretaris Daerah.

BAB V

RINCIAN TUGAS UNSUR PENGARAH

Pasal 5

Unsur Pengarah mempunyai tugas:a. mengarahkan penyusunan rencana dan program kerja Badan;b. memberikan arahan dalam pelaksanaan penyusunan rencana dan

program kerja Badan; danc. mengarahkan perumusan kebijakan umum Badan dalam

menyelenggarakan administrasi berdasarkan kewenangan.

BAB VI

RINCIAN TUGAS UNSUR PELAKSANA

Pasal 6

Kepala Pelaksana Badan mempunyai tugas:a. melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja Badan;b. mengkoordinasikan pelaksanaan rencana program kerja Badan;c. menjabarkan kebijakan umum Badan serta menyelenggarakan

administrasi berdasarkan kewenangan;d. mendistribusikan tugas kepada bawahan;e. menilai prestasi kerja bawahan;

f. menyediakan dukungan kerjasama antar Kabupaten/kota;g. melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum;h. membina bawahan dalam pencapaian program Badan;i. mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan;j. melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis;k. melaksanakan sistem pengendalian intern;l. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; danm. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan.

BAB VII

RINCIAN TUGAS SEKRETARIAT

Pasal 7

Sekretaris mempunyai tugas:a. membuat rencana dan program kerja;b. mengkoordinasikan rencana kegiatan Badan dalam menyusun

program kerja;c. mengkoordinasikan para kepala Sub Bagian;d. menilai prestasi kerja bawahan;e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian;f. melakukan koordinasi dengan para Kepala Bidang;g. melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan urusan

umum dan kepegawaian, penyusunan program dan keuanganBadan;

h. merangkum laporan sekretariat dan bidang berkaitan dengankeuangan, kepegawaian dan barang;

i. menyusun langkah penyempurnaan kegiatan;j. melaksanakan sistem pengendalian intern;k. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; danl. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan.

Pasal 8

(1) Kepala Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas:a. menyusun rencana kegiatan Sub Bagian;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. melaksanakan urusan kepegawaian;e. menyiapkan bahan telahan kajian dan analisis organisasi dan

ketatalaksanaan Badan;f. menyusun usulan kenaikan pangkat pegawai;g. menyusun kenaikan gaji berkala dan impasing pegawai;h. melaksanakan sistem pengendalian intern;i. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; danj. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan.

(2) Kepala Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Programmempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. mengkoordinasikan penyiapan bahan dan data rencana kerja

anggaran Badan;e. mengkoordinasikan penyusunan anggaran;f. melakukan monitoring pelaksanaan anggaran;g. menghimpun bahan kebijakan sebagai masukan dalam

penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) Badan;h. mengkompilasi bahan dan menyususn Laporan Akuntabilitas

Instansi Pemerintah (LAKIP);i. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban

keuangan;j. melaksanakan penatausahaan keuangan;k. melaksanakan pengurusan gaji pegawai dan tunjangan

lainnya;l. melaksanakan pengawasan keuangan;m. melaksanakan sistem pengendalian intern;n. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dano. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris.

(3) Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas:a. menyusun rencana kegiatan Sub Bagian;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. mengelola, memelihara dan mendistribusikan barang

bergerak dan/atau tidak bergerak serta menyiapkan usulanpenghapusannya;

e. memelihara, menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihanlingkungan kantor serta melaksanakan kegiatankerumahtanggaan Badan;

f. mengelola urusan surat menyurat;g. menyiapkan bahan telahan, kajian dan analisis organisasi dan

ketatalaksanaan Badan;h. menyusun dan meneliti bahan penyusunan produk hukum

serta menghimpun peraturan perundang-undangan yangberlaku;

i. melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokolan;j. melaksanakan sistem pengendalian intern;p. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh

atasan; dank. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris.

BAB VIII

RINCIAN TUGAS BIDANG

Bagian Kesatu

Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

Pasal 9

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. melaksanakan koordinasi upaya kesiapsiagaan dan mitigasi

dalam pelaksanaan penanggulangan bencana pada prabencanaserta pemberdayaan masyarakat;

e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporantentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana padaprabencana serta pemberdayaan masyarakat;

f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program sistematisasidata dan informasi dalam penanganan bencana;

g. melaksanakan sistem pengendalian intern;h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dani. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

Pasal 10

(1) Kepala Sub Bidang Mitigasi Bencana mempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. melaksanakan koordinasi upaya kesiapsiagaan dan mitigasi

dalam pelaksanaan penanggulangan bencana padaprabencana serta pemberdayaan masyarakat;

e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporantentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencanapada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;

f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan programsistematisasi data dan informasi dalam penanganan bencana;

g. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan olehatasan; dan

h. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

(2) Kepala Sub Bidang Kesiapsiagaan Bencana mempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. melaksanakan koordinasi upaya kesiapsiagaan dan mitigasi

dalam pelaksanaan penanggulangan bencana padaprabencana serta pemberdayaan masyarakat;

e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporantentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencanapada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;

f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan programsistematisasi data dan informasi dalam penanganan bencana;

g. melaksanakan sistem pengendalian intern;h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dani. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

Bagian Kedua

Bidang Kedaruratan dan Logistik

Pasal 11

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik mempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Bidang;b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bidang;c. mengkoordinasikan para Kepala Sub Bidang;d. menilai prestasi kerja bawahan;e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bidang

dan bawahan;f. mengkoordinasikan pelaksanaan di bidang penanggulangan

bencana pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;g. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentang

pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana padaprabencana serta pemberdayaan masyarakat;

h. mengkoordinasikan pelaksanaan di bidang penanggulanganbencana pada saat tanggap darurat dan penanganan pengungsi;

i. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentangpelaksanaan di bidang penanggulangan bencana pada saattanggap darurat dan penanganan pengungsi;

j. mengkoordinasikan pelaksanaan di bidang bencana padapascabencana dengan instansi teknis terkait dan masyarakatserta lembaga terkait;

k. pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan tentangpelaksanaan di bidang penanggulangan bencana padapascabencana;

l. melaksanakan sistem pengendalian intern;m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dann. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan.

Pasal 12

(1) Kepala Sub Bidang Tanggap Darurat dan PerlindunganMasyarakat mempunyai tugas:a. memberikan petunjuk kepada bawahan;b. menilai prestasi kerja bawahan;c. melaksanakan koordinasi upaya kesiapsiagaan dan mitigasi

dalam pelaksanaan penanggulangan bencana padaprabencana serta pemberdayaan masyarakat;

d. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporantentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencanapada prabencana serta pemberdayaan masyarakat;

e. menyiapkan bahan perumusan kebijakan programsistematisasi data dan informasi dalam penanganan bencana;

f. melaksanakan sistem pengendalian intern;g. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; danh. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

(2) Kepala Sub Bidang Bantuan Kebencanaan mempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahand. melaksanakan koordinasi pelaksanaan di bidang

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat danrehabilitasi penanganan pengungsi dengan instansi terkait,lembaga serta masyarakat;

e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporantentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencanapada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penangananpengungsi;

f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program rehabilitasidan rekonstruksi dalam penanganan pascabencana;

g. melaksanakan sistem pengendalian intern;h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dani. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

Bagian Ketiga

Bidang Rehabititasi dan Rekonstruksi

Pasal 13

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi mempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Bidang;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. melaksanakan koordinasi pelaksanaan di bidang penanggulangan

bencana pada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penangananpengungsi dengan instansi terkait, lembaga serta masyarakat;

e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporantentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencana padasaat tanggap darurat dan rehabilitasi penanganan pengungsi;

f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program rehabilitasidan rekonstruksi dalam penanganan pascabencana;

g. melaksanakan sistem pengendalian intern;h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dani. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

Pasal 14

(1) Kepala Sub Bidang Penanggulangan dan Rekontruksi mempunyaitugas:a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahand. melaksanakan koordinasi pelaksanaan di bidang

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat danrehabilitasi penanganan pengungsi dengan instansi terkait,lembaga serta masyarakat;

e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporantentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencanapada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penangananpengungsi;

f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program rehabilitasidan rekonstruksi dalam penanganan pascabencana;

g. melaksanakan sistem pengendalian intern;h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dani. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.

(2) Kepala Sub Bidang Rehabilitasi, Pengerahan dan Pengendalianmempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bidang;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. melaksanakan koordinasi pelaksanaan di bidang

penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat danrehabilitasi penanganan pengungsi dengan instansi terkait,lembaga serta masyarakat;

e. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporantentang pelaksanaan di bidang penanggulangan bencanapada saat tanggap darurat dan rehabilitasi penangananpengungsi;

f. menyiapkan bahan perumusan kebijakan program rehabilitasidan rekonstruksi dalam penanganan pascabencana;

g. melaksanakan sistem pengendalian intern;h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dani. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang;

BAB IX

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 15

Kelompok Jabatan Fungsional Badan mempunyai tugasmelaksanakan sebagian tugas Badan sesuai dengan keahlian dankebutuhan.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2012.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita DaerahProvinsi Bali.

Ditetapkan di Denpasarpada tanggal 26 September 2011

GUBERNUR BALI,

MADE MANGKU PASTIKA

Diundangkan di Denpasarpada tanggal 26 September 2011

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,

I MADE JENDRA

BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2011 NOMOR 52

GUBERNUR BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI

NOMOR 105 TAHUN 2011

TENTANG

ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNISDI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 169 Peraturan DaerahProvinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata KerjaPerangkat Daerah Provinsi Bali, perlu menetapkan PeraturanGubernur tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit PelaksanaTeknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana DaerahProvinsi Bali;

Mengingat : 1.

2.

3.

Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang PembentukanDaerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan NusaTenggara Timur (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 1649);

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokKepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

4.

5.

6.

7.

8.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5234);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang OrganisasiPerangkat Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4741);

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2008 tentangUrusan Pemerintahan Daerah Provinsi Bali (Lembaran DaerahProvinsi Bali Tahun 2008 Nomor 1, Tambahan Lembaran DaerahProvinsi Bali Nomor 1);

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, TambahanLembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGASPOKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADANPENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:1. Gubernur adalah Gubernur Bali.2. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Bali.3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut

BPBD adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali.4. Kepala Badan adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Provinsi Bali.5. Kepala Pelaksana Badan adalah Kepala Pelaksana Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali.6. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT adalah Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Penanggulangan BencanaDaerah Provinsi Bali.

6. Kepala UPT adalah Kepala UPT di lingkungan BadanPenanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali.

BAB II

UPT DI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAHPROVINSI BALI

Pasal 2

UPT di lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ProvinsiBali adalah UPT Pusat Pengendalian Operasi PenanggulanganBencana.

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI

UPT Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana

Pasal 3

(1) Susunan Organisasi UPT Pusat Pengendalian OperasiPenanggulangan Bencana terdiri dari:a. Kepala UPT;b. Sub Bagian Tata Usaha;c. Seksi Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi

Kebencanaan; dand. Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawat

daruratan.

(2) UPT dipimpin Kepala UPT, berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Pelaksana Badan.

(3) Sub Bagian dipimpin Kepala Sub Bagian, berada di bawah danbertanggung jawab langsung kepada Kepala UPT.

(4) Seksi dipimpin Kepala Seksi, berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala UPT.

BAB IV

RINCIAN TUGAS

UPT Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana

Pasal 4

Kepala UPT mempunyai tugas:a. menyusun rencana dan program kerja UPT;b. mengkoordinasikan program Sub Bagian dan Seksi;c. mengkoordinasikan teknis pelaksanaan tugas kepada instansi

terkait;d. menilai prestasi kerja bawahan;e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian

dan Kepala Seksi;

f. mengendalikan pelaksanaan kegiatan peringatan dini, data danpelayanan informasi kebencanaan, tanggap darurat bencana danpelayanan kegawat daruratan;

g. mengendalikan pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP)Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana;

h. menjalankan operasional tanggap darurat di Pusat PengendalianOperasi Penanggulangan Bencana dan/atau mendukungKomandan Tanggap Darurat;

i. melaksanakan sistem pengendalian intern;j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dank. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pelaksana

Badan.

Pasal 5

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas:a. menyusun rencana kegiatan Sub Bagian;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan administrasi

umum, kepegawaian, penyusunan program dan keuangan UPT;d. melaksanakan pengaturan personil operasional 24/7;e. menilai prestasi kerja bawahan;f. memelihara dan merawat peralatan, perlengkapan, dan pelaksana

urusan rumah tangga kantor;g. melaksanakan sistem pengendalian intern;h. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator dalam

melaksanakan tugas;i. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; danj. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT.

Pasal 6

Kepala Seksi Peringatan Dini, Data dan Pelayanan InformasiKebencanaan mempunyai tugas:a. menyusun rencana kegiatan Seksi;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menghimpun data, mengolah dan menyajikan informasi sebagai

pusat layanan informasi kebencanaan yang dalam mewujudkannyaperlu adanya integrasi data dari pihak terkait;

d. menyelenggarakan peringatan dini bencana;e. memelihara perangkat sistem peringatan dini bencana;f. melaksanakan kegiatan perencanaan, pemeliharaan,

pengoperasian dan komunikasi dalam sistem peringatan dinibencana;

g. mendukung pengendalian mobilitas masyarakat untuk mengurangiresiko bencana;

h. melaksanakan sosialisasi manajemen bencana;i. melaksanakan sistem pengendalian intern;j. menyajikan data dan informasi dan melakukan analisa bersama

instansi dan lembaga terkait dalam kebencanaan;k. mengembangkan dan memelihara jaringan dengan pakar di bidang

kebencanaan yang tepat untuk dijadikan sebagai narasumber

dalam kegiatan analisa kebencanaan;l. menilai prestasi kerja bawahan;m.melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh

atasan; dann. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT.

Pasal 7

Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan mempunyai tugas:a. menyusun rencana kegiatan Seksi;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. mempersiapkan bahan untuk penyusunan rencana operasi

tanggap darurat;e. menggunakan data dan informasi kebencanaan untuk kepentingan

operasi tanggap darurat dan pelayanan kegawat daruratan;f. menyajikan data dan informasi dan melakukan analisa bersama

instansi dan lembaga terkait dalam kebencanaan;g. mengembangkan dan memelihara jaringan dengan pakar di bidang

kebencanaan yang tepat untuk dijadikan sebagai narasumberdalam kegiatan analisa kebencanaan;

h. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator dalammelaksanakan tugas;

i. menyiapkan sarana dan prasarana operasi tanggap darurat UPT;j. melakukan pemantauan dan evaluasi dalam menjamin

terlaksananya fungsi koordinasi dalam tanggap darurat secaraefektif dan efisien;

k. mendukung kegiatan kaji cepat dan penyusunan rencana operasi;l. mengendalikan pelayanan kegawat daruratan secara cepat, tepat,

serta terpadu dengan memberdayakan sumber daya dan teknologiyang ada di instansi dan lembaga terkait lainnya;

m.koordinasi pelayanan kegawat daruratan dengan instansi terkaitdan kabupaten/kota;

n. pembinaan dan pengembangan kapasitas personil;o. sosialisasi pelayanan kegawat daruratan;p. melaksanakan kegiatan pelayanan kegawat daruratan terpadu

bersama instansi terkait dan kabupaten/kota (SPGDT) dalamkeadaan bencana maupun sehari-hari; dan

q. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan olehatasan;

BAB V

ESELONERING

Pasal 8

Eselonering Jabatan Struktural ditetapkan sebagai berikut:a. Kepala UPT yaitu Jabatan Struktural Eselon IIIa; danb. Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi yaitu Jabatan Struktural

Eselon IVa.

BAB VI

BAGAN ORGANISASI

Pasal 9

Bagan Organisasi UPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

BAB VII

PEMBIAYAAN

Pasal 10

Pembiayaan UPT dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah Provinsi Bali.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 11

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2012.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita DaerahProvinsi Bali.

Ditetapkan di Denpasarpada tanggal 16 Nopember 2011

GUBERNUR BALI,

MADE MANGKU PASTIKA

Diundangkan di Denpasarpada tanggal 16 Nopember 2011

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,

I MADE JENDRA

BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2011 NOMOR 105

LAMPIRAN

PERATURAN GUBERNUR BALI

TANGGAL 16 NOPEMBER 2011 NOMOR 105 TAHUN 2011

TENTANG

ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNISDI LINGKUNGAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

UPT. PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA.

GUBERNUR BALI,

MADE MANGKU PASTIKA

SUB BAGIANTATA USAHA

SEKSITANGGAP DARURAT BENCANADAN PELAYANAN KEGAWAT

DARURATAN

UPTPUSAT PENGENDALIAN OPERASI

PENANGGULANGAN BENCANA

SEKSIPERINGATAN DINI, DATA DAN

PELAYANAN INFORMASIKEBENCANAAN

GGUUBBEERRNNUURR BBAALLII

PERATURAN GUBERNUR BALI

NOMOR 26 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT

PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (RUPUSDALOPS PB)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka membangun sistem penanggulangan bencana di Provinsi Bali telah dibentuk Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB);

b. bahwa sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun

2011 tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali, Pusdalops PB merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali;

c. bahwa Peraturan Gubernur Bali Nomor 30 Tahun 2009

tentang Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) di Provinsi Bali setelah dilakukan evaluasi kelembagaan perlu dilakukan peninjauan kembali sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) di Provinsi Bali;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang

Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peranserta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008

tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011

tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 4);

13. Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 105);

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN

PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (RUPUSDALOPS PB).

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali.

2. Gubernur adalah Gubernur Bali.

3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Bali.

4. Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana

yang selanjutnya disingkat PUSDALOPS PB adalah unsur pelaksana teknis pada tingkat Provinsi yang bertugas menyiapkan dukungan fasilitas pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam penanggulangan bencana.

5. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

6. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah

serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta rekonstruksi.

7. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

8. Pelayanan Kegawatdaruratan (Emergency Service

Response) adalah serangkaian kegiatan untuk pelayanan keamanan, ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat.

9. Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan

Bencana yang selanjutnya disebut RUPUSDALOPS PB adalah Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana tingkat Kabupaten/Kota.

10. Instansi/lembaga terkait adalah suatu organisasi yang

sah dan diakui berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan penanggulangan bencana.

11. Informasi penanggulangan bencana adalah data yang

sudah diverifikasi dan dianalisa yang menyangkut kebencanaan.

12. Sistem Informasi adalah gabungan dari komponen pengumpulan, pengkajian, penyimpanan, pengorganisasian dan penyajian informasi yang mampu melacak dan memantau kejadian, untuk pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan efisien menyangkut kebencanaan.

13. Sistem Komunikasi adalah gabungan dari komponen

peralatan, jaringan, kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang dapat memastikan bahwa informasi tersebut dapat keluar/ masuk Pusdalops PB/Rupusdalops PB.

14. Peta kerawanan bencana adalah gambar yang

menunjukkan posisi daerah-daerah yang rawan bencana;

15. Peta risiko bencana adalah gambar yang menunjukkan daerah yang akan terkena dampak bencana;

16. Organisasi Amatir Radio Republik Indonesia selanjutnya

disebut ORARI adalah suatu organisasi bergerak di bidang komunikasi radio frekuensi tinggi;

17. Radio Antar Penduduk Indonesia selanjutnya disebut

RAPI, adalah suatu organisasi bergerak di bidang komunikasi radio frekuensi sedang;

18. Koordinasi adalah hubungan interaksi antar lembaga

maupun antar personil dalam berbagi informasi terkait kebencanaan, seperti penugasan, sumber daya yang dimiliki, dan kondisi wilayah;

19. Komando tanggap darurat adalah perintah pengerahan

sumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana.

20. Komandan tanggap darurat adalah kepala daerah

dan/atau pejabat yang diberikan wewenang untuk memberikan komando tanggap darurat.

21. Komando Strategis adalah komando yang merumuskan

strategi operasi tanggap darurat yang dilakukan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota di PUSDALOPS PB/RUPUSDALOPS PB untuk kemudian diteruskan ke Pos Komando Lapangan (Posko Lapangan).

22. Komando Taktis adalah komando yang diberikan

oleh PUSDALOPS PB/RUPUSDALOPS PB yang berlaku dalam pelaksanaan operasi tanggap darurat untuk diteruskan kepada instansi dan lembaga terkait.

Bagian Kedua

Maksud dan Tujuan

Pasal 2

(1) Maksud penyusunan Pedoman penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) untuk menunjang kegiatan PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB serta memberikan arah dan acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam operasi penanggulangan bencana.

(2) Tujuan Pedoman penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk dijadikan pedoman bagi UPT. PUSDALOPS PB Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali dan semua pihak yang terkait dalam melaksanakan sistem dan memberikan layanan penanggulangan bencana bagi masyarakat di Provinsi Bali.

BAB II

SISTEMATIKA

Pasal 3

(1) Sistematika Pedoman penyelenggaraan Pusat Pengendalian

Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) di Provinsi Bali meliputi:

a. BAB I : PENDAHULUAN b. BAB II : PENGORGANISASIAN c. BAB III : HUBUNGAN DAN TATA KERJA d. BAB IV : DUKUNGAN DAN SUMBER DAYA e. BAB V : ANGGARAN f. BAB VI : PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN g. BAB VII : PENUTUP

(2) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 4 Sebagai petunjuk pelaksanaan dari Pedoman penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) ditetapkan Prosedur Tetap (Protap) dengan Keputusan Kepala BPBD.

1

LAMPIRAN

PERATURAN GUBERNUR BALI

NOMOR 26 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT

PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (RUPUSDALOPS PB)

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Posisi Indonesia secara geografis, demografis dan geologis merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia seperti akibat konflik dan terorisme serta potensi konflik lainnya. Demikian juga Daerah Bali, merupakan daerah yang termasuk rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan situasi bencana yang terjadi pada dekade terakhir, telah terjadi beberapa kali bencana disebabkan oleh alam maupun oleh ulah manusia. Saat ini dirasakan ada kecendrungan bahwa penanggulanan bencana dianggap lamban dan tidak memuaskan banyak pihak yang mana penanganannya dirasakan oleh masyarakat belum maksimal, Sehingga sering terjadi pengaduan dan keluhan dari masyarakat kepada pemerintah. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya sangat diperlukan kerangka hukum yang kuat dibidang manajemen bencana. Hal itu menjadi sangat penting karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Bencana yang terjadi telah menimbulkan dampak yang banyak memakan korban serta merugikan secara material dan immaterial. Dalam rangka mengurangi dampak akibat bencana diperlukan struktur manajemen bencana yang mengedepankan pentingnya partisipasi semua potensi yang ada baik pemerintah maupun masyarakat.

Partisipasi dari semua potensi tersebut tentunya perlu dikoordinir sehingga manajemen penanggulangan bencana dapat berjalan efektif. Dalam upaya tersebut, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pemerintah Provinsi Bali telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011. Dimana BPBD memiliki Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (UPT. Pusdalops PB) yang berperan dalam memfasilitasi pengendalian operasi penanggulangan bencana.

Dalam mengambil peran aktif untuk menciptakan manajemen yang efektif serta pentingnya partisipasi publik dan stake holder pada penanggulangan bencana, maka dirasakan sangat penting bagi kita semua untuk selalu mendekatkan tindakan penanggulangan bencana antara partisipasi pemerintah dan masyarakat dalam posisi saling ketergantungan dan saling menunjang. Tindakan penanggulangan bencana ini perlu ada keterpaduan semua unsur secara sistematis dengan adanya pedoman yang jelas untuk mengatur dalam mencapai hasil yang optimal.

2

Berpijak pada hal tersebut diatas maka perlu disusun Pedoman Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dalam menjawab permasalahan-permasalahan serta gap-gap yang selama ini menjadi ganjalan dalam melaksanakan perlindungan masyarakat. PUSDALOPS PB adalah sebuah organisasi sebagai pusat pengendalian yang berfungsi mengoperasikan penanggulangan bencana secara terkoordinasi, terintegrasi dan terpadu sehingga dalam penanggulangannya dapat terlaksana secara cepat, tepat dan akurat. Adapun peran dari PUSDALOPS PB meliputi seluruh tahapan dalam penanggulangan bencana yaitu tahap sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana. Sedangkan fungsinya sebagai pengelola informasi bencana; pelayanan tanggap darurat bencana; pelaksanaan sistem peringatan dini dan pelayanan kegawatdaruratan.

2. KETENTUAN UMUM

a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

b. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta rekonstruksi.

c. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

d. Pelayanan Kegawatdaruratan (Emergency Service Response) adalah serangkaian kegiatan untuk pelayanan keamanan, ketentraman, ketertiban, dan perlindungan masyarakat.

e. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non-kementrian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.

g. Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat PUSDALOPS PB adalah unsur pelaksana pada tingkat Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas menyiapkan dukungan fasilitas pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam penanggulangan bencana.

h. PUSDALOPS BNPB adalah PUSDALOPS di tingkat nasional.

i. PUSDALOPS BPBD Provinsi adalah PUSDALOPS di tingkat provinsi.

j. RUPUSDALOPS BPBD Kabupaten/Kota adalah PUSDALOPS di tingkat Kabupaten Kota.

3

k. PUSDALOPS/RUPUSDALOPS PB pada saat tanggap darurat berfungsi sebagai Pos Komando Tanggap Darurat. Pos Komando tanggap Darurat Bencana berfungsi untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi penanganan tanggap darurat bencana dan merupakan institusi yang berwenang memberikan data dan informasi tentang penanganan tanggap darurat bencana.

l. Pos Komando Lapangan dibentuk di lokasi bencana dan bertugas melakukan penanganan tanggap darurat bencana di bawah komando induknya, yaitu Pos Komando tanggap Darurat Bencana, yang dalam hal ini adalah PUSDALOPS dan RUPUSDALOPS PB.

m. Instansi/lembaga terkait adalah suatu organisasi yang sah dan diakui berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan penanggulangan bencana.

n. Informasi adalah data yang sudah diverifikasi dan dianalisa yang menyangkut kebencanaan.

o. Sistem Informasi adalah gabungan dari komponen pengumpulan, penyimpanan, pengorganisasian dan penyajian informasi yang mampu melacak dan memantau kejadian, untuk pengambilan keputusan yang cepat, tepat dan efisien menyangkut kebencanaan.

p. Sistem Komunikasi adalah gabungan dari komponen peralatan, jaringan, kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang dapat memastikan bahwa informasi tersebut dapat keluar/masuk Pusdalops/Rupusdalops.

q. Peta kerawanan bencana adalah gambar yang menunjukkan posisi daerah-daerah yang rawan bencana;

r. Peta risiko bencana adalah gambar yang menunjukkan daerah yang akan terkena dampak bencana;

s. ORARI adalah organisasi amatir radio Republik Indonesia, suatu organisasi bergerak di bidang komunikasi radio frekuensi tinggi;

t. RAPI adalah Radio Antar Penduduk Indonesia, suatu organisasi bergerak di bidang komunikasi radio frekuensi sedang;

u. Koordinasi adalah hubungan interaksi antar lembaga maupun antar personil dalam berbagi informasi terkait kebencanaan, seperti penugasan, sumber daya yang dimiliki, dan kondisi wilayah;

v. Komando tanggap darurat adalah perintah pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana.

w. Komandan tanggap darurat adalah kepala daerah dan/atau pejabat yang diberikan wewenang untuk memberikan komando tanggap darurat.

x. Komando Strategis adalah komando yang berlaku pada perumusan strategi operasi tanggap darurat yang dilakukan oleh Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati) di PUSDALOPS PB/RUPUSDALOPS PB untuk kemudian diteruskan ke Pos Komando Lapangan (Posko Lapangan).

y. Komando Taktis adalah komando yang diberikan oleh PUSDALOPS PB/RUPUSDALOPS PB yang berlaku dalam pelaksanaan operasi tanggap darurat untuk diteruskan kepada instansi dan lembaga terkait.

4

3. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

a. Tujuan Umum. Tujuan umum pedoman ini adalah sebagai acuan dalam kegiatan operasional PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB.

b. Tujuan Khusus. Tujuan khusus pedoman ini adalah untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam operasional Pusdalops PB dan RUPUSDALOPS PB dalam rangka terselenggaranya koordinasi, informasi, sinkronisasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

4. SISTEMATIKA

Ruang lingkup materi Pedoman Pusat Pengendalian Operasi Penanggulanangan Bencana mencakup tahap prabencana, saat bencana dan setelah bencana di daerah Bali, dengan sistimatika sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII

: : : : : : :

PENDAHULUAN Memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ketentuan umum serta sistematika. PENGORGANISASIAN Memuat struktur organisasi, peran, fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab PUSDALOPS PB. HUBUNGAN DAN TATA KERJA Memuat tata keria, fungsi dan tuqas personil PUSDALOPS PB, hubungan dan tata kerja PUSDALOPS PB Provinsi Bali dengan RUPUSDALOPS PB di kabupaten/kota di daerah Bali serta hubungan dan tata kerja PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB kabupaten/kota dengan instansi dan lembaga terkait. DUKUNGAN DAN SUMBER DAYA Memuat dukungan sumberdaya manusia dan sarana prasarana PUSDALOPS PB. ANGGARAN Memuat penjelasan tentang sumber-sumber anggaran dan pengelolaannya. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Menguraikan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan PUSDALOPS PB. PENUTUP

5

BAB II

PENGORGANISASIAN

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahap tanggap darurat dilaksanakan dan dikordinasikan oleh BPBD Provinsi Bali. UPT Pusdalops PB Provinsi Bali bertugas Mendukung komando tanggap darurat dengan mengoptimalkan 4 (empat) fungsi UPT Pusdalops Provinsi Bali.

1. STRUKTUR PUSDALOPS PB

UPT PUSDALOSPS PB adalah suatu unit pelaksana teknis pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana Provinsi Bali yang bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali. UPT PUSDALOPS PB dipimpin oleh Kepala UPT PUSDALOPS PB dan dibantu oleh satu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan dua Kepala Seksi, yaitu Kepala Seksi Peringatan Dini, Data, dan Pelayanan Informasi Kebencanaan dan Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Pelayanan Kegawatdaruratan, yang bertanggung jawab kepada Kepala UPT PUSDALOPS PB.

2. PERAN PUSDALOPS PB

a. Sebelum Bencana - Memberikan dukungan kegiatan pada saat sebelum Bencana

(Pengumpul, Pengolah, Penyaji Data dan Informasi Kebencanaan)

b. Saat Bencana - Memberikan dukungan pada Posko Tanggap Darurat dan

Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat.

KEPALA UPT

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

KEPALA SEKSI PERINGATAN DINI, DATA DAN PELAYANAN INFORMASI KEBENCANAAN

KEPALA SEKSI TANGGAP DARURAT BENCANA DAN

PELAYANAN KEGAWATDARURATAN

Struktur Organisasi PUSDALOPS PB Provinsi Bali

6

c. Setelah Bencana - Memberikan dukungan kegiatan pada saat setelah Bencana (Penyedia

Data dan Informasi khususnya dalam Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

3. FUNGSI PUSDALOPS PB

Fungsi PUSDALOPS PB antara lain: - Pusat Data dan Informasi Kebencanaan; - Sistem Peringatan Dini; - Operasi Tanggap Darurat; dan - Pelayanan Kegawatdaruratan (ESR).

Fungsi Pusat Data dan Informasi Kebencanaan adalah sebagai penerima, pengolah, dan pendistribusi informasi.

Fungsi Sistem Peringatan Dini adalah menerima, mengolah, dan meneruskan peringatan dini kepada instansi terkait dan masyarakat.

Fungsi Operasi Tanggap Darurat adalah memfasilitasi pengerahan sumber daya untuk penanganan tanggap darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif.

Fungsi Pelayanan Kegawatdaruratan (Emergency Service Response/ESR) adalah mengendalikan (mengkomunikasikan, mengkoordinasikan, dan menindaklanjuti) sistem pelayanan keamanan, kenyamanan, dan ketertiban kepada masyarakat secara cepat, tepat, serta terpadu dengan memberdayakan sumber daya dan teknologi yang ada di instansi dan lembaga terkait lainnya. 4. TUGAS POKOK PUSDALOPS PB

Pusat Informasi Sistem Peringatan Dini

Operasi Tanggap Darurat

Pelayanan Kegawatdaruratan

• Menghimpun, mengolah, dan menyajikan informasi dari instansi terkait (ke dalam bentuk database dan kepustakaan)

• Memelihara jaringan informasi dan komunikasi (software dan hardware)

• Publikasi

Untuk beragam jenis bencana:

• Mengkoordinasikan kegiatan peringatan dini untuk semua jenis bencana

• Memelihara jaringan informasi dan komunikasi sistem peringatan dini

• Pendidikan dan pelatihan

• Sosialisasi

Khusus Tsunami

• Pelaksanaan sistem peringatan dini (menerima informasi dari BMKG, pengambilan

• Pusat pelayanan tanggap darurat yang berfokus kepada koordinasi, komando dan pelaksanaan

• Mendukung kaji cepat (rapid assessment) di tingkat provinsi

• Medukung BPBD menyusun rencana operasi (renop) tanggap darurat (respon)

• Mendukung operasi tanggap darurat di tingkat kabupaten/kota

• Mendukung

• Koordinasi pelayanan kegawatdaruratan dengan Kabupaten/Kota

• Pembinaan teknis

• Pelatihan

• Sosialisasi

• Pemantauan dan evaluasi

7

keputusan, diseminasi)

• Melakukan pemeliharaan menara sistem peringatan dini

BPBD untuk melakukan operasi tanggap darurat di kabupaten/kota jika diperlukan dengan mengerahkan potensi yang ada

• Menyediakan bantuan teknis operasional tanggap darurat kepada RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota

• Melakukan pemantauan dan evaluasi

5. TANGGUNG JAWAB PUSDALOPS PB

a. Secara Struktural Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang menyelenggarakan kegiatan penanggulangan bencana.

b. Secara Institusional Sebagai pelaksana amanah peraturan perundang-undangan kebencanaan yang berlaku.

c. Secara Operasional Sebagai pelaksana tugas pokok, fungsi, dan peran PUSDALOPS PB.

8

BAB III HUBUNGAN DAN TATA KERJA

A. HUBUNGAN DAN TATA KERJA PUSDALOPS PB PROVINSI BALI

1. Tata Kerja di PUSDALOPS PB Provinsi Bali

Susunan organisasi PUSDALOPS PB terdiri dari dua unsur, yaitu unsur pejabat struktural yang terdiri dari Kepala PUSDALOPS, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi Kebencanaan dan Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan. Operasional Pusdalops PB dilaksanakan 24/7 oleh Operator yang dibagi ke dalam tiga shift piket setiap hari. Semua kegiatan yang dilaksanakan oleh operator Pusdalops PB harus berdasarkan pada PROTAP/ SOP.

Hubungan tata kerja di Pusdalops dapat digambarkan sebagai berikut :

Kepala UPT. PUSDALOPS PB

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Seksi Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi Kebencanaan

Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan

Pelayanan Kegawatdaruratan

Koordinator Piket

Operator

Gubernur

Kepala BPBD

Kepala Pelaksana BPBD

Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB Provinsi Bali

9

2. Fungsi dan Tugas Personil PUSDALOPS PB Provinsi Bali

Agar tata kerja di atas dapat berjalan dengan baik, masing-masing personil bekerja sesuai dengan fungsi dan tugas yang diembankan pada mereka. Fungsi personil PUSDALOPS PB Provinsi Bali adalah sebagai berikut:

1. Kepala UPT PUSDALOPS PB Provinsi Bali membantu Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali untuk mengoperasikan PUSDALOPS PB Provinsi pada saat krisis maupun rutin sesuai dengan fungsi dan tugas yang diemban oleh PUSDALOPS PB Provinsi.

2. Kepala Sub Bagian Tata usaha melaksanakan fungsi administrasi di bidang tata usaha kepegawaian, keuangan dan perlengkapan di lingkungan PUSDALOPS PB Provinsi Bali.

3. Kepala Seksi Sistem Peringatan Dini, Data dan Pelayanan Informasi Kebencanaan melaksanakan fungsi pemantauan rutin terutama yang berkaitan dengan peringatan dini, pengembangan sistem informasi, serta diseminasi data dan informasi di tingkat Provinsi.

4. Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Pelayanan Kegawatdaruratan melaksanakan fungsi pelayanan tanggap darurat bencana dan kegawatdaruratan.

5. Koordinator piket mengkoordinasikan operator dan membuat laporan piket.

6. Operator melaksanakan fungsi pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan informasi yang terkait dengan kegiatan penanggulangan bencana sesuai arahan dari Koordinator Piket.

a. Kelompok Pejabat Struktural

Sebagai konsekuensi dari fungsinya, maka Kepala PUSDALOPS PB Provinsi memiliki tugas sebagai berikut: - Menyusun rencana dan program kerja UPT;

- Mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian dan Seksi;

- Mengkoordinasikan teknis pelaksanaan tugas kepada instansi terkait;

- Menilai prestasi kerja bawahan;

- Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi;

- Mengendalikan pelaksanaan kegiatan peringatan dini, data dan pelayanan informasi kebencanaan, tanggap darurat bencana dan pelayanan kegawatdaruratan;

- Mengendalikan pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP) Pusdalops PB;

- Menjalankan operasional tanggap darurat di PUSDALOPS PB dan/atau mendukung Komandan Tanggap Darurat;

- Melaksanakan sistem pengendalian intern;

- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan

- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertugas membantu Kepala PUSDALOPS PB Provinsi untuk: - Menyusun rencana kegiatan Tata Usaha Pusdalops PB;

- Memberikan petunjuk kepada bawahan;

10

- Melaksanakan dan mengawasi Kegiatan Pengelolaan Administrasi Umum, Kepegawaian, Penyusunan Program dan Keuangan UPT

- Melaksanakan pengaturan personil operasional 24/7

- Menilai prestasi kerja bawahan;

- Memelihara dan merawat peralatan, perlengkapan, dan pelaksana urusan rumah tangga kantor;

- Melaksanakan sistem pengendalian intern;

- Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan

- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pusdalops PB.

Kepala Seksi Sistem Peringatan Dini, Data, dan Pelayanan Informasi Kebencanaan bertugas membantu Kepala PUSDALOPS PB Provinsi dalam:

− Menyusun rencana kegiatan Seksi;

− Memberikan petunjuk kepada bawahan;

− Menghimpun data, mengolah dan menyajikan informasi sebagai pusat layanan informasi kebencanaan yang dalam mewujudkannya perlu adanya integrasi data dari pihak terkait;

− Menyelenggarakan peringatan dini bencana;

− Memelihara perangkat sistem peringatan dini bencana;

− Melaksanakan kegiatan perencanaan, pemeliharaan, pengoperasian dan komunikasi dalam sistem peringatan dini bencana;

− Mendukung pengendalian mobilitas masyarakat untuk mengurangi risiko bencana;

− Melaksanakan sosialisasi manajemen bencana;

− Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pusdalops PB;

− Melaksanakan sistem pengendalian intern;

− Menilai prestasi kerja bawahan; dan

− Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Pelayanan Kegawatdaruratan bertugas membantu Kepala PUSDALOPS PB Provinsi dengan:

− Menyusun rencana kegiatan Seksi;

− Memberikan petunjuk kepada bawahan;

− Menilai prestasi kerja bawahan;

− Mempersiapkan bahan untuk penyusunan rencana operasi tanggap darurat;

− Menggunakan data dan informasi kebencanaan untuk kepentingan operasi tanggap darurat dan pelayanan kegawatdaruratan;

− Menyajikan data dan informasi dan melakukan analisa bersama instansi dan lembaga terkait dalam kebencanaan;

− Mengembangkan dan memelihara jaringan dengan pakar di bidang kebencanaan yang tepat untuk dijadikan sebagai narasumber dalam kegiatan analisa kebencanaan;

11

− Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator dalam melaksanakan tugas;

− Menyiapkan sarana dan prasarana operasi tanggap darurat Pusdalops PB;

− Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan;

− Melakukan pemantauan dan evaluasi dalam menjamin terlaksananya fungsi koordinasi dalam tanggap darurat secara efektif dan efisien;

− Mendukung kegiatan Kaji Cepat dan penyusunan Rencana Operasi;

− Mengendalikan pelayanan kegawatdaruratan secara cepat, tepat, serta terpadu dengan memberdayakan sumber daya dan teknologi yang ada di instansi dan lembaga terkait lainnya;

− Koordinasi pelayanan kegawatdaruratan yang meliputi pelayanan kesehatan, kepolisian dan pemadam kebakaran dengan instansi terkait dan Kabupaten/Kota;

− Pembinaan dan pengembangan kapasitas personil; dan

− Sosialisasi pelayanan kegawatdaruratan. b. Petugas Piket

1. Koordinator Piket menjalankan tugas sebagai berikut:

- Melaksanakan tugas dan arahan dari Kepala PUSDALOPS PB Provinsi;

- Memimpin para operator untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya;

- Membuat laporan piket, yang terdiri dari kejadian bencana, status peralatan, dan lainnya yang dianggap penting; dan

- Menerima informasi kebencanaan dan menindaklanjuti sesuai Prosedur Tetap Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan.

2. Operator piket menjalankan tugas:

- Membantu koordinator piket membuat laporan piket sesuai dengan bidang tugasnya;

- Mengumpulkan data dari instansi dan lembaga terkait untuk melakukan pemutakhiran database dan sistem informasi;

- Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait (termasuk posko lapangan);

- Membantu koordinator piket untuk melakukan cek peralatan dan memelihara hubungan komunikasi dengan instansi dan lembaga terkait;

- Melakukan pemantauan rutin terhadap kejadian bencana di Provinsi Bali dan provinsi yang berbatasan; dan

- Mendukung koordinator piket dalam menindaklanjuti informasi kejadian bencana sesuai dengan Prosedur Tetap Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan.

12

5. HUBUNGAN DAN TATA KERJA PUSDALOPS PB PROVINSI BALI DENGAN RUPUSDALOPS PB DI KABUPATEN/KOTA DI DAERAH BALI

2.1 Pada Saat Tidak Terjadi Bencana

Pada kondisi tidak terjadi bencana, hubungan antara PUSDALOPS PB Provinsi Bali dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota di daerah bersifat koordinatif dan pembinaan. RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota menjalankan fungsi-fungsinya antara lain dalam pengelolaan informasi bencana, pelaksanaan sistem peringatan dini, dan pelaksanaan layanan kegawatdaruratan. PUSDALOPS PB Provinsi juga menjalankan fungsi antara lain pengelolaan informasi bencana, koordinasi peringatan dini, dan koordinasi layanan kegawatdaruratan. Fungsi-fungsi tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara keduanya dalam pelaksanaan tugas.

2.2. Pada Saat Bencana

a. Bencana yang Ditangani oleh RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota

Pada saat bencana yang dapat ditangani sendiri oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, maka RUPUSDALOPS menjadi Pos Komando Tanggap Darurat.

Pada kondisi tersebut, pembagian tanggung jawab antara PUSDALOPS Provinsi dengan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

PUSDALOPS Provinsi RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota

� Melaksanakan kewenangan koordinasi dengan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota

� Sebagai Pos Komando Tanggap Darurat, melaksanakan kewenangan komando strategis dan komando taktis terhadap semua instansi terkait dalam penanggulangan bencana di kabupaten/kota.

� Memberikan dukungan terhadap operasi tanggap darurat di kabupaten/kota (back up)

� Melaksanakan kewenangan koordinasi dengan instansi terkait dalam penanggulangan bencana

� Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan oleh RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota jika dibutuhkan (advisory)

� Mempersiapkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan strategi operasi tanggap darurat

13

Pada saat bencana yang dapat ditangani sendiri oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi Bali melalui BPBD Provinsi Bali dan PUSDALOPS PB tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan operasi tanggap darurat di kabupaten/kota namun tetap menyediakan dukungan, memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan Kabupaten/Kota, serta monitoring dan evaluasi. RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota sebagai Pos Komando Tanggap Darurat bencana menjalankan tugas sebagai berikut:

- Menjalankan dan menyampaikan komando strategis yang berasal dari Walikota/Bupati kepada Pos Komando Lapangan;

- Memberikan komando taktis kepada lembaga terkait dalam pelaksanaan rencana operasi tanggap darurat sesuai arahan dari Bupati / Walikota;

- Menyusun Rencana Operasi Tanggap Darurat bekerjasama dengan instansi dan organisasi terkait;

- Mengolah data dan informasi tentang penanganan tanggap darurat bencana sebagai bahan pengambilan keputusan bagi Bupati / Walikota;

- Mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi penanganan tanggap darurat bencana;

- Menyusun laporan harian dan insidentil tentang pelaksanaan operasi tanggap darurat yang ditujukan kepada Bupati / Walikota dan pimpinan organisasi terkait; dan

- Memberikan informasi resmi tentang kondisi bencana dan penanganan tanggap darurat kepada masyarakat melalui pers.

b. Bencana yang Ditangani oleh PUSDALOPS PB Provinsi Bali

Pada saat BPBD Provinsi Bali menjadi Komando Tanggap Darurat, maka PUSDALOPS PB menjadi Pos Komando Tanggap Darurat Provinsi Bali.

Pembagian tanggung jawab antara PUSDALOPS Provinsi dengan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

PUSDALOPS Provinsi RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota

� Memiliki kewenangan komando strategis dalam operasi tanggap darurat, termasuk terhadap RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota.

� Memiliki kewenangan komando taktis terhadap institusi-institusi terkait di tingkat kabupaten/kota, termasuk pos komando lapangan (posko lapangan).

� Melakukan koordinasi dengan institusi-institusi terkait di tingkat provinsi.

� Memberikan laporan rutin terhadap PUSDALOPS PB Provinsi terkait pelaksanaan operasi tanggap darurat.

� Mengkoordinasikan bantuan teknis dari instansi dan lembaga terkait kepada RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota.

� Memberikan masukan kepada PUSDALOPS PB Provinsi terkait pelaksanaan operasi tanggap darurat.

14

Dengan pembagian tanggung jawab seperti di atas, PUSDALOPS PB Provinsi memberikan komando strategis dan bantuan teknis kepada RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dalam operasi tanggap darurat. Pelaksanaan operasi tanggap darurat tetap menjadi tanggung jawab kabupaten/kota di bawah komando RUPUSDALOPS PB. Berikut adalah gambaran hubungan antara PUSDALOPS PB Provinsi dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota. Panah yang menghubungkan antara PUSDALOPS PB Provinsi dengan RUPUSDALOPS PB pada kondisi bencana yang dapat ditangani oleh RUPUSDALOPS PB hanyalah bersifat koordinatif, namun saat bencana ditangani provinsi, hubungan itu meningkat menjadi arahan komando strategis dari PUSDALOPS PB Provinsi dan pelaporan dari RUPUSDALOPS PB ke PUSDALOPS PB.

Tata kerja seperti di atas tidak mempengaruhi tugas PUSDALOPS PB Provinsi sebagai Pos Komando Tanggap Darurat bencana sebagai berikut:

- Melaksanakan dan menyampaikan komando strategis yang berasal dari Gubernur kepada RUPUSDALOPS PB dan Pos Komando Lapangan;

- Menyusun Rencana Operasi Tanggap Darurat bekerjasama dengan instansi dan organisasi terkait;

- Mengkoordinasikan bantuan teknis sesuai kebutuhan masing-masing kabupaten/kota;

- Mengolah data dan informasi yang berasal dari RUPUSDALOPS PB tentang penanganan tanggap darurat bencana sebagai bahan pengambilan keputusan bagi Gubernur dan memberikan informasi resmi tentang kondisi bencana dan penanganan tanggap darurat kepada masyarakat melalui pers; dan

- Mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi penanganan tanggap darurat bencana di kabupaten/kota.

c. Hubungan Pusdalops PB/Rupusdalops PB dengan Pos Komando Lapangan (Posko Lapangan)

Posko lapangan adalah posko sementara di lapangan yang dibentuk oleh BPBD Provinsi atau Kabupaten/Kota yang berdekatan dengan lokasi bencana. BPBD Provinsi dapat memperkuat Posko Lapangan yang dibentuk BPBD Kabupaten/Kota apabila diperlukan.

Posko Lapangan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

- Melaksanakan kajian cepat bencana dan menyampaikan hasilnya ke Rupusdalops PB Kabupaten/Kota;

- Mengkoordinasikan upaya penanganan tanggap darurat bencana di lapangan sesuai dengan Rencana Operasi Tanggap Darurat;

- Menyelenggarakan sistim komunikasi dengan berbagai pihak untuk mendukung operasi tanggap darurat;

PUSDALOPS PB PROVINSI

RUPUSDALOPS KAB/KOTA

Hubungan dan Tata Kerja antara PUSDALOPS PB Provinsi dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota

15

- Mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan di RUPUSDALOPS PB untuk pengambilan keputusan;

- Menerima informasi dan arahan dari RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dan menyampaikannya kepada pihak yang bergerak di lapangan;

- Memantau dan melaporkan pelaksanaan operasi tanggap darurat di lapangan; dan

- Mencatat distribusi bantuan dari semua lembaga yang dilakukan di lapangan.

6. HUBUNGAN DAN TATA KERJA PUSDALOPS PROVINSI DAN

RUPUSDALOPS KABUPATEN/KOTA DENGAN INSTANSI DAN LEMBAGA TERKAIT

3.1 Pada Kondisi Tidak Terjadi Bencana

Saat tidak terjadi bencana, PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota membangun hubungan yang koordinatif dan pembinaan dengan instansi dan lembaga terkait dalam penanggulangan bencana. Hal ini dilakukan untuk membangun komunikasi dengan instansi dan lembaga tersebut dan memperoleh informasi untuk memutakhirkan database PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB. PUSDALOPS PB Provinsi melakukan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait penanggulangan bencana di provinsi dan juga dengan semua RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota di Bali. RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan instansi dan lembaga di kabupaten/kota. Hubungan dan tata kerja PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota dapat dilihat pada halaman berikut.

Pada gambar tersebut dapat dilihat koordinasi yang dilakukan oleh PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dengan instansi dan lembaga terkait baik dari kalangan pemerintah maupun non pemerintah. PUSDALOPS PB Provinsi Bali juga menjalin koordinasi dengan PUSDALOPS BNPB dan PUSDALOPS PB di provinsi lain, khususnya yang berbatasan dengan Provinsi Bali. Demikian juga dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota saling berkoordinasi satu sama lain, termasuk dengan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota dari provinsi yang berbatasan langsung dengan RUPUSDALOPS PB tersebut, dan juga dengan PUSDATIN BNPB.

16

3.2 Pada Saat Bencana

a. Bencana yang Ditangani oleh RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota

Pada pelaksanaan operasi tanggap darurat yang dipimpin oleh RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota sebagai Pos Komando Tanggap Darurat memfasilitasi jalur komando strategis dan komando taktis untuk menangani bencana. Hubungan koordinatif dilakukan dengan PUSDALOPS PB Provinsi dan PUSDATIN BNPB, serta lembaga-lembaga yang menjadi sumber informasi peringatan dini. RUPUSDALOPS PB menerima komando strategis dari Walikota/Bupati, dan selanjutnya disampaikan kepada Posko Lapangan dan semua instansi dan lembaga terkait.

Dengan mekanisme kerja yang demikian, maka RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota sebagai Pos Komando Tanggap Darurat bencana menjalankan tugas seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Gubernur

Palang Merah

Indonesia

Organisasi Internasional dan LSM

Instansi Pemerintah terkait tingkat

Provinsi

Universitas dan Lembaga

Penelitian

ORARI/RAPI

BPBD

PUSDALOPS PB Provinsi

PUSDATIN BNPB

Polisi dan Militer

BPBD

RUPUSDALOPS PB Kab/Kota

Walikota/Bupati

Instansi Pemerintah terkait tingkat

Kabupaten/Kota

Jalur koordinasi

Jalur komando

Jalur pelaporan

Hubungan Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOP PB dengan Instansi Terkait Saat Tidak Terjadi Bencana

17

b. Bencana yang Ditangani oleh PUSDALOPS PB Provinsi

PUSDALOPS PB Provinsi mengambil alih komando strategis operasi tanggap darurat dan diaktifkan menjadi Pos Komando Tanggap Darurat bagi penanggulangan bencana di kabupaten/kota. PUSDALOPS PB Provinsi memberikan komando strategis kepada RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota untuk melaksanakan komando taktis.

PUSDALOPS PB Provinsi berkoordinasi dengan instansi dan lembaga terkait di provinsi untuk memberikan bantuan teknis pada kabupaten/kota yang tertimpa bencana. RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota membantu PUSDALOPS PB Provinsi dengan menjabarkan komando strategis dan menjalankan komando taktis dengan instansi dan lembaga terkait di kabupaten/kota.

PUSDALOPS Provinsi juga menerima laporan langsung dari Posko Lapangan di masing-masing kabupaten/kota. Hubungan dan tata kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dengan instansi dan lembaga terkait pada saat bencana yang ditangani oleh PUSDALOPS PB Provinsi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gubernur

BPBD

PUSDALOPS PB Provinsi

BPBD

RUPUSDALOPS

PB Kab/Kota

Walikota/Bupati

Palang Merah Indonesia

Instansi Pemerintah terkait tingkat

Kabupaten/Kota

Universitas dan

Lembaga Penelitian

ORARI/RAPI

Organisasi

Internasional & LSM

Polisi dan Militer

Jalur pelaporan

Jalur koordinasi

Jalur komando

strategis

Jalur komando taktis

Pos Komando Lapangan

PUSDATIN BNPB

Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dengan Instansi Terkait

Saat Terjadi Bencana yang Dapat Ditangani RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota

18

Ketiga hubungan dan tata kerja di atas diterapkan sesuai dengan kondisi yang terjadi sehingga penanggulangan bencana pada saat sebelum bencana, dan setelah terjadi bencana dapat berjalan secara optimal.

Gubernur

Palang Merah Indonesia

Organisasi

Internasional dan LSM

Instansi Pemerintah

terkait tingkat Provinsi

Universitas dan

Lembaga Penelitian

ORARI/RAPI

BPBD

PUSDALOPS PB

Provinsi

PUSDATIN BNPB

Polisi dan Militer

BPBD

RUPUSDALOPS

PB Kab/Kota

Walikota/Bupati

Instansi Pemerintah terkait tingkat

Kabupaten/Kota

Pos Komando Lapangan

Jalur pelaporan

Jalur koordinasi

Jalur komando

strategis

Jalur komando taktis

Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dengan Instansi Terkait Saat Terjadi Bencana yang Ditangani PUSDALOPS PB Provinsi

19

BAB IV DUKUNGAN DAN SUMBER DAYA

Dalam melaksanakan tugasnya, PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota membutuhkan dukungan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang berada dalam keadaan optimal dan mutakhir. Dukungan yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang terampil, terlatih dan berdedikasi, serta sarana dan prasarana yang memadai dan mutakhir. 1. SUMBER DAYA MANUSIA Pengelolaan sumber daya manusia PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota memperhatikan tiga unsur utama yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang mencakup ruang lingkup sebagai berikut:

1. Kebutuhan; 2. Perekrutan; 3. Orientasi dan Pelatihan Dasar; 4. Pengelolaan dalam operasional; dan 5. Penghargaan dan Sanksi.

1.1 Kebutuhan

Kebutuhan personil guna mendukung operasional PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

No Bidang Tugas

PUSDALOPS PB

Provinsi Bali

(Jumlah Personil)

RUPUSDALOPS PB Kab/Kota (Jumlah Personil)

A Jabatan Struktural

1. Kepala UPT PUSDALOPS PB 1 orang -

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1 orang -

3. Kepala Seksi Peringatan Dini, Data, dan Pelayanan Informasi Kebencanaan

1 orang -

4. Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatdaruratan

1 orang -

B Operator

1. Koordinator Piket 5 orang 5 orang

2. Operator IT 15 orang 5 orang

3. Operator Radio 5 orang 5 orang

4. Operator Telepon 5 orang 5 orang

5. Operator Database 5 orang 5 orang

6. Operator Analisa 5 orang 5 orang

7. Operator Pemantauan 5 orang

8. Operator Pelaporan 5 orang 5 orang

9. Operator Web / Portal / LED 5 orang

10. Operator Manajemen Armada

5 orang

C Staf Tata Usaha

1. Administrasi 8 orang 4 orang

2. Arsiparis 2 orang 1 orang

20

No Bidang Tugas

PUSDALOPS PB

Provinsi Bali

(Jumlah Personil)

RUPUSDALOPS PB Kab/Kota (Jumlah Personil)

3. Pustakawan 1 orang -

Jumlah personil 75 orang 40 orang

Catatan : bidang tugas dan personil dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

1.2 Perekrutan Perekrutan sumber daya manusia untuk keperluan PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota memperhatikan kompetensi dan kebutuhan personil yang disyaratkan secara standar.

a. Kompetensi Umum

- Warga Negara Indonesia yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945.

- Sehat jasmani dan rohani.

- Tidak Buta Warna.

- Memiliki pengalaman kerja.

- Memiliki rasa pengabdian dan loyalitas terhadap tanggung jawab/uraian tugas.

- Mampu untuk mengelola emosi dan dapat bekerja secara efektif di bawah tekanan.

- Mampu untuk bekerja secara mandiri maupun di dalam tim.

b. Kompetensi Khusus

- Berpendidikan minimal Diploma III.

- Berusia maksimal 40 tahun untuk pejabat fungsional pranata komputer.

- Menguasai perangkat lunak program komputer dasar (Office).

- Menguasai Bahasa Inggris aktif dan pasif.

- Mampu menggunakan aplikasi internet dan email.

- Menguasai perangkat lunak untuk mengolah informasi geografis dan data base seperti GPS, ARC-GIS dan Access.

- Mampu mengoperasikan peralatan teknologi informasi dan komunikasi.

- Bersedia untuk mengikuti orientasi, pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan sebagai personil PUSDALOPS PB.

- Bersedia mengabdikan dirinya di PUSDALOPS PB Provinsi Bali minimal 4 tahun sejak ditetapkan.

1.3 Orientasi dan Pelatihan Dasar dan Lanjutan

Setiap personil PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota wajib mengikuti orientasi, pelatihan dasar dan lanjutan yang dilakukan secara berkala.

• Materi orientasi, yaitu pedoman umum penyelenggaraan PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

• Pelatihan dasar terdiri dari:

- Pelatihan Dasar Managemen Bencana;

- Pelatihan Dasar Tanggap Darurat;

- Pelatihan Dasar Kepemimpinan; dan

- Pelatihan Dasar Keahlian Bidang Tugas seperti pelatihan operator radio, data base dan lain sebagainya.

21

• Pelatihan lanjutan, merupakan pelatihan teknis fungsional dan penjenjangan yang diikuti oleh personil sesuai bidang tugas seperti pelatihan kepemimpinan lanjutan bagi Kepala PUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota, Kepala Seksi, serta pelatihan komunikasi radio, pengelolaan database, sistem informasi geografis, dan lainnya yang dibutuhkan operator.

a. Pengelolaan dalam Operasional

Pengelolaan personil di PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota yaitu:

• Pelaksanaan piket dilaksanakan dengan sistem piket 24/7 yang berlangsung secara terus menerus diatur dalam 3 shift.

• Setiap kelompok piket terdiri dari 10-12 orang yang berada di bawah komando Kepala PUSDALOPS PB Provinsi Bali. Pembagian operator adalah sebagai berikut: - Koordinator Piket - Operator IT; - Operator Radio; - Operator Telepon; - Operator Database; - Operator Analisa; - Operator Pemantauan; - Operator Pelaporan; - Operator Web/Portal/LED; dan - Operator Manajemen Armada.

• Setiap kelompok piket di RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota terdiri dari 7-10 orang. Pembagian operator adalah sebagai berikut: - Koordinator Piket - Operator IT; - Operator Radio; - Operator Telepon; - Operator Database; - Operator Analisa; dan - Operator Pelaporan.

• Pada saat terjadi bencana seluruh personil wajib hadir dan bekerja guna mengefektifkan penyelenggaraan operasi tanggap darurat apabila diperlukan.

• Penugasan dan pembagian personil setelah operasi tanggap darurat kembali ke aktifitas normal dan/atau menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan rencana operasi, di bawah komando Kepala PUSDALOPS PB Provinsi.

b. Penghargaan dan Sanksi

Sistem penghargaan dan sanksi mengacu kepada peraturan kepegawaian. Secara khusus, evaluasi terhadap prestasi personil PUSDALOPS PB Provinsi dilakukan secara periodik.

2. SARANA DAN PRASARANA

Kebutuhan sarana dan prasarana untuk PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS Kab/Kota tidak terlepas pada tugas pokok dan fungsi, aktifitas dan juga cakupan wilayah kerja dari PUSDALOPS/RUPUSDALOPS. Pemilihan teknologi yang mudah pakai (user friendly) serta tekhnologi yang ramah lingkungan adalah beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam

22

memilih dan mempergunakan sarana dan prasarana untuk operasional PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS Kab/Kota.

Disamping itu pemilihan lokasi yang aman dan strategis agar terjaminnya keutuhan dan keselamatan sarana dan prasarana yang ada di PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB juga mesti diperhatikan bilamana pembangunan gedung untuk PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB harus dilakukan.

1.1 Gedung

a. Lokasi

- Aman dari ancaman bencana / bahaya.

- Aman dari pencurian.

- Aman dari ancaman demonstrasi/teroris.

- Mudah untuk di akses oleh semua pihak yang terlibat/berkepentingan (Berada dalam kompleks pusat kantor pemerintahan Gubernur/Bupati/Walikota).

- Mudah dijangkau dalam penyediaan air, listrik, sanitasi, dll.

- Mudah di akses oleh penyedia jaringan komunikasi (telpon/fax, internet, dll).

b. Syarat fisik

- Gedung harus tahan gempa

- Terpasangnya sistem anti kebakaran (alarm plafon dan pancar air).

- Semua ruangan harus bebas dari gangguan hama rumah (rayap, kecoa, tikus, dan lain-lain).

- Ruangan harus ada ventilasi.

- Ruangan yang ada harus memenuhi standar bangunan seperti: o Tersedia ruangan kerja operator, pimpinan, ruang tunggu, ruang

tata usaha, ruang arsip, ruang server dan gudang operasional; o Tersedia ruangan untuk istirahat (dapur, kamar mandi, kamar

tidur dan ruang ganti); dan o Tersedianya lapangan parkir yang memadai.

- Terpasangnya saluran air dan pembuangan limbah secara proposional, memadai/cukup dan selalu berfungsi dengan baik dan lancar.

c. Syarat teknis (pendukung kinerja dan keamanan)

- Terpasangnya jaringan listrik dan komunikasi.

- Tersedia sistem stabilisasi tegangan listrik.

- Tersedianya jaringan cadangan (genset) untuk mendukung jaringan listrik, dll.

- Tersedia alat pendingin ruangan untuk keamanan peralatan dan kenyamanan personil.

- Terpasangnya system anti petir di atap gedung.

- Pintu mempergunakan access control .

- Jendela dilengkapai dengan terali untuk menghindari pencurian.

- Tersedianya jalur evakuasi di dalam gedung dan pintu darurat.

- tersedianya peralatan perkantoran standar.

- Tersedia Kotak Pertolongan Pertama (first aid kit).

d. Pembagian ruangan

- Ruang Rapat.

- Ruang Pemantauan Operator.

- Ruang Kendali Operasi Tanggap Darurat.

- Ruang Radio.

23

- Ruang Kepala PUSDALOPS PB/Koordinator RUPUSDALOPS PB.

- Ruang Komandan / Pengendali Penanganan Bencana.

- Ruang Tata Usaha.

- Ruang Server .

- Ruang kontrol tegangan listrik.

- Ruang Arsip.

- Gudang.

- Ruang tunggu / lobby.

- Ruang Dampingan (Dapur,kamar mandi, ruang istirahat).

1.2 Peralatan

b. Peralatan Kesekretariatan

Jenis Peralatan PUSDALOPS PB RUPUSDALOPS PB

Standar Ideal Standar Ideal

Komputer Meja (desktop) yang secara internal dan eksternal terhubung langsung (on-line)

2 5 1 3

Piranti lunak Paket Office

Paket Office

Printer (fix) 1 2 1 2

Mesin Photocopy (fix) 1 1

Mesin telpon / fax 1 1

Meubeler (meja, kursi, filling cabinet, dan lainnya)

Menyesuaikan

Menyesuaikan

Lemari untuk Arsip (sesuai jumlah ruangan)

Menyesuaikan

Menyesuaikan

Whiteboard 1 2 1 2

Papan Flipchart 1 3 1 3

c. Peralatan Pendukung Operasional

No Nama

Peralatan Jenis Peralatan

PUSDALOPS PB RUPUSDALOPS

PB

Jumlah Jumlah

Standard

Ideal Standard

Ideal

A Peralatan Komunikasi

Sambungan Telepon 10 12 5 7

Sambungan Faxs 1 2 1 2

Jaringan Internet 24 Jam

Sesuai kebutuhan

Sesuai kebutuhah

Radio Band (rig/base station) UHF/VHF yang mencakup Nasional dan Lokal

2 3 2 3

Handy Talky (HT) UHF/VHF (dual band)

8 12 4 6

24

No Nama

Peralatan Jenis Peralatan

PUSDALOPS PB RUPUSDALOPS

PB

Jumlah Jumlah

Standard

Ideal Standard

Ideal

Telepon Satelit (station

1 0 0 0

Telpon satelit (mobile)

1 2 0 1

Telpon Genggam 5 10 3 5

B Peralatan Server

Server database 1 1

Server Peta / GIS 1 1

Server Peringatan Dini

1 1

Server CCTV 1 1

Server voice 2 1

Server Web 2 1

Sever cadangan 1 1

C D

Peralatan Administrasi Operasional

Komputer Meja (desktop) yang secara internal dan eksternal terhubung langsung (on-line)

16 20 8 10

Printer (fix) 4 5 2 3

Printer (portable) 1 2 1 2

Mesin Photocopy (fix)

1

Mesin Photocopy (portable)

1 1

Meubeler (sesuai jenis ruangan)

Menyesuaikan

Menyesuaikan

Meja Pertemuan Kapasitas 12 orang

1 1

Lemari untuk Arsip (sesuai jumlah ruangan)

Menyesuaikan

Menyesuaikan

TV (jaringan dan internasional)

2 2

Proyektor LCD 3 5 1

Layar LCD 3 5 1

Whiteboard 3 5 1 2

Papan Flipchart 3 5 1 2

GPS 5 10 2 5

Scanner 1 2 1 1

CCTV untuk sekuriti lingkungan gedung

2 3 1 2

Peralatan transportasi

Sepeda motor 3 1

Mobil assessmen 1 1

E Peralatan pendukung

Peta Dasar dan Peta Risiko (versi cetak dan digital)

Sesuai Jumlah Kabupaten

Sesuai jumlah Kecamatan

Data Base Retentanan dan Kapasitas Daerah (versi cetak dan

Sesuai Jumlah Kabupaten

Sesuai jumlah Kecamatan

25

No Nama

Peralatan Jenis Peralatan

PUSDALOPS PB RUPUSDALOPS

PB

Jumlah Jumlah

Standard

Ideal Standard

Ideal

digital)

Data Base Contact Person internal dan eksternal (versi cetak dan digital)

Menyesuaikan Menyesuaikan

Data Base informasi transportasi lokal, nasional, internasional (versi cetak dan digital)

Menyesuaikan Menyesuaikan

Data Base intansi terkait (versi cetak dan digital)

Menyesuaikan Menyesuaikan

Literatur yang berkaitan dengan penanggulangan bencana (produk hukum, pedoman, protap, laporan, dll)

Menyesuaikan Menyesuaikan

Format laporan dan administrasi

Menyesuaikan Menyesuaikan

F Personal Gear

Standar Paket 29 14

1.3 Pemeliharaan dan Perawatan Sarana dan Prasarana

Pengelolaan dan perawatan semua sarana dan prasarana PUSDALOPS PB Provinsi Bali dan RUPUSDALOPS PB Kab/Kota dilaksanakan secara integrasi dalam standar dan prosedur kerja dari setiap jabatan dan personil yang ada.

Hal ini dilakukan untuk menjamin kelayakan dan kondisi peralatan agar senantiasa dipergunakan secara baik dan lancar setiap saat.

Pengelolaan tersebut meliputi pencatatan, pengecekan berkala, perbaikan dan pemutakhiran.

a. Pencatatan Pencatatan yang baik dalam bentuk inventaris harus dilakukan secara berkala dan setiap ruang yang ada memiliki catatan inventaris masing-masing. Pencatatan ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan setiap sarana dan prasarana yang ada.

b. Pengecekan Pengecekan ulang dan perawatan secara berkala (harian, mingguan, bulanan, triwulan, semester, tahunan) juga merupakan langkah awal untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana, untuk memudahkan pemeliharaan, perbaikan dan pemutakhiran, serta untuk memberikan jaminan masa aktif pakai lebih panjang.

26

c. Perbaikan Perbaikan dilakukan sesuai tingkat kerusakan berdasarkan hasil pengecekan. Kerusakan yang bersifat ringan (bisa ditangani) diperbaiki oleh teknisi internal Pusdalops, sedangkan kerusakan yang bersifat sedang dan berat ditangani oleh penyedia jasa.

d. Pemutakhiran Pemutakhiran dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi.

BAB V ANGGARAN

1. SUMBER-SUMBER ANGGARAN

Anggaran sebagai suatu metode untuk menujukkan perencanaan strategis yang merupakan petunjuk untuk melakukan kegiatan, mengetengahkan standar koordinasi kegiatan dan merupakan sumber dasar pengawasan pelaksanaan kegiatan. Pada hakekatnya anggaran mempunyai fungsi perencanaan koordinasi dan pengawasan serta menjamin pelaksaaan kegiatan selain itu anggaran juga sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Dalam penanggulangan bencana, Pusdalops PB / Rupusdalops PB di Provinsi Bali dapat mengelola dana yang bersumber dari: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 3. Bantuan masyarakat nasional dan internasional yang tidak mengikat.

2. PENGELOLAAN ANGGARAN

Sejalan dengan kebijakan penggangaran pemerintah, sistim pengelolaan anggaran tidak dalam bentuk proyek, tetapi telah diberlakukan dengan basis kinerja (sesuai Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara). Menyadari hal tersebut penyusunan kegiatan dan anggaran akan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya yang melekat pada unit satuan kerja (SKPD) institusinya.

Program yang dikaitkan dengan basis kinerja dilingkup Pusdalops PB / Rupusdalops PB di Provinsi Bali dapat dikelompokkan menjadi 2 kegiatan utama yaitu :

a. Kegiatan Rutin Kegiatan Rutin didanai dengan Belanja Rutin terdiri dari anggaran yang diperlukan untuk operasional kegiatan Pusdalops seperti gaji pegawai, petugas posko, pemeliharaan peralatan, pengadaan ATK, dan lain-lain. Setiap personil Pusdalops PB Provinsi Bali dan Rupusdalops PB diberikan tunjangan operasional dan tunjangan resiko kerja yang besarannya disesuaikan kemampuan keuangan daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

27

b. Kegiatan Operasional Kegiatan Operasional didanai dengan Belanja Operasional terdiri dari mobilisasi personil, pengadaan peralatan, logistik dan transportasi.

Kegiatan dijabarkan sesuai kebutuhan yang ditetapkan dalam aplikasi RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali / Kabupatan/kota sebagai acuan pembuatan dokumen pelaksanaan anggaran dalam bentuk Daftar Pelaksaaan Anggaran (DPA).

Pengelolaan anggaran disesuaikan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

BAB VI PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

1. PEMANTAUAN

Pemantauan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan Pusdalops PB / Rupusdalops PB di Provinsi Bali sebagai penerapan fungsi kontrol pelaksanaan kegiatan. Pemantauan dilakukan untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Pemantauan akan membantu pihak pelaksana kegiatan untuk menilai bagaimana mekanisme pelaksanaan kegiatan tersebut, termasuk bagaimana kinerja pelaksana, kualitas kegiatan, tujuan kegiatan serta dampak kegiatan terhadap pihak-pihak lainnya.

a. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh PUSDALOPS PB maupun RUPUSDALOPS PB harus diikuti dengan proses pemantauan untuk dapat memastikan kualitas kegiatan serta arah tujuan kegiatan sesuai dengan tujuan awal pelaksanaan kegiatan.

b. Pemantauan terhadap kegiatan harus dilakukan secara periodik per triwulan.

c. Mekanisme pemantauan disesuaikan dengan mekanisme pemantauan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

d. PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dapat melakukan pemantauan dengan melibatkan pemerintah daerah maupun pihak lain diluar pemerintahan untuk lebih menjamin independensi serta transparansi proses pemantauan.

e. Setelah proses pemantauan dilakukan, hasil pemantauan dikaji untuk selanjutnya dapat dilaporkan ke Gubernur / Bupati / Walikota melalui Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi / Kabupaten / Kota.

f. Hasil dari pemantauan dijadikan sebagai rujukan dan acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

2. EVALUASI

Evaluasi adalah proses penilaian terhadap tujuan pelaksanaan kegiatan yang jangka waktunya sudah disepakati oleh pelaksana kegiatan diawal pelaksanaannya.

a. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh PUSDALOPS PB maupun RUPUSDALOPS PB harus diikuti dengan proses evaluasi untuk dapat memastikan kualitas kegiatan serta arah tujuan kegiatan sesuai dengan tujuan awal pelaksanaan kegiatan.

28

GGUUBBEERRNNUURR BBAALLII

PERATURAN GUBERNUR BALI

NOMOR 34 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI,

Menimbang : a. bahwa pembentukan Badan Penanggulangan Bencana

Daerah telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali;

b. bahwa sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 105

Tahun 2011 tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali,

Pusdalops PB merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Provinsi Bali; c. bahwa Peraturan Gubernur Bali Nomor 31 Tahun 2009

tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami setelah dilakukan evaluasi kelembagaan sudah tidak sesuai dengan situasi dan kebutuhan hukum saat

ini;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman

Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4828); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang

Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4829);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peranserta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman

Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun

2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4);

13. Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun 2011

tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit

Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali, Pusdalops PB merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)

yang berada dibawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun

2011 Nomor 105);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN

PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Bali.

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 3. Gubernur adalah Gubernur Bali.

4. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu

tempat oleh lembaga yang berwenang.

Bagian Kedua

Maksud dan Tujuan

Pasal 2

(1) Maksud ditetapkan Peraturan Gubernur ini adalah untuk menjelaskan wewenang, peran dan

tanggungjawab dan Prosedur Tetap (PROTAP) dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami Provinsi Bali.

(2) Tujuan Penetapan Peraturan Gubernur ini adalah untuk

membentuk Sistem Peringatan Dini Tsunami yang

efektif serta mengurangi risiko masyarakat terhadap ancaman tsunami.

BAB II

SISTEMATIKA

Pasal 3

(1) Sistematika Pedoman Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami meliputi:

a. BAB I Pendahuluan;

b. BAB II Tugas Wewenang dan Tanggung

Jawab dari Pemerintah Provinsi Bali Dalam Peringatan Dini Tsunami;

c. BAB III Sistem Peringatan Dini Tsunami;

d. BAB IV Anggaran;

e. BAB V Pembinaan, Pengawasan dan Pelaporan; dan

f. BAB VI Penutup.

(2) Sistematika Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

BAB III

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Bali Nomor 31 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2009 Nomor 31) dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

1

LAMPIRAN

PERATURAN GUBERNUR BALI

NOMOR 34 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bali terletak sangat dekat dengan zona tumbukan (atau

subduction zone) antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Zona tumbukan ini merupakan kawasan yang menjadi sumber utama untuk tsunami lokal yang bisa berdampak pulau Bali. Perlu

diperkirakan bahwa gelombang tsunami hanya membutuhkan waktu antara 30-60 menit untuk mencapai pantai. Oleh karena itu waktu

untuk memberikan peringatan sangatlah singkat.

Bali bisa saja terkena dampak tsunami kecil namun juga

mempunyai kemungkinan untuk mengalami kejadian tsunami yang terburuk. Penelitian dari kejadian lampau memberikan petunjuk yang penting mengenai kemungkinan kejadian di masa depan. Untuk Bali,

kejadian tsunami di masa lampau yang penting adalah Sumba (1977) dan Banyuwangi (1994) yang terkait zona subduksi (Gempa Subduksi

Lempeng) dan tsunami Flores (1992), terkait dengan patahan belakang/back arc thrust (Gempa Patahan Belakang). Para peneliti juga merekomendasikan untuk memasukkan keberadaan “sela seismik”

(seismic gap) terkait dengan zona subduksi di selatan sebagai pertimbangan saat membuat kajian bahaya.

Pemahaman tentang bahaya tsunami dan pengkajian tentang

dampak pada masyarakat merupakan syarat bagi para pengambil

keputusan di daerah serta para pemangku kepentingan lain untuk memprakarsai aktivitas-aktivitas dan menyusun rencana kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi peristiwa tsunami di masa

mendatang. Keputusan dan pelaksanaan terhadap kesiapsiagaan harus didasarkan pada pemahaman tentang bahaya yang ada pada saat ini.

Pada banyak kejadian, keputusan dan pelaksanaan tersebut merupakan hal yang sulit karena meliputi pilihan, tradeoff dan resiko. Nyawa dan harta harus diselamatkan dari bencana namun sebagian resiko perlu

diterima dengan pertimbangan ekonomi.

B. Tujuan

Tujuan disusunnya Pedoman ini adalah agar tersedianya acuan

bagi aparat Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam melaksanakan dan mengimplementasikan Sistem Peringatan Dini Tsunami (SPDT) di

Provinsi Bali.

2

C. Pengertian

Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan : 1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian

upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

3. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui

pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.

4. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui

langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

5. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

6. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

7. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat

berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

8. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk

mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,

pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

9. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

3

10. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai

pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pascabencana.

11. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan

sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh

dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada

wilayah pascabencana.

12. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa

menimbulkan bencana.

13. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang

mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk

bahaya tertentu.

14. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan

kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.

15. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan

untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.

16. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang

ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi

bencana.

17. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau

dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

18. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.

19. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang

menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

20. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4

21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, atau Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah.

22. Lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk

badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, atau swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan

terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

23. Lembaga internasional adalah organisasi yang berada dalam lingkup

struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang

menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi internasional lainnya dan lembaga asing nonpemerintah dari negara lain di luar Perserikatan Bangsa-Bangsa.

24. Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS

PB) adalah unsur pelaksana teknis pada tingkat Provinsi yang bertugas menyiapkan dukungan fasilitas pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi, koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi dalam penanggulangan bencana.

25. Skema Reaksi Peringatan Dini Tsunami adalah Skema yang memberikan panduan reaksi apa yang harus dilakukan ketika mulai menerima peringatan dari BMKG.

26. Prosedur Tetap Peringatan Dini Tsunami, Langkah-langkah strategis

yang harus dilakukan oleh petugas PUSDALOPS yang diawali

dengan penerimaan peringatan dari BMKG pada fase penerimaan, pengambilan keputusan dan diseminasi.

27. BMKG adalah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

D. Sistematika

Pedoman ini menjelaskan materi teknis Sistem peringatan Dini

Tsunami selanjutnya dipergunakan sebagai pedoman bagi aparat

Pemerintah Provinsi Bali dalam pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang disusun dalam sistematika sebagai berikut : I. PENDAHULUAN

II. TUGAS WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB DARI PEMERINTAH PROVINSI BALI DALAM PERINGATAN DINI TSUNAMI

III. SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI IV. ANGGARAN V. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN

VI. PENUTUP.

5

BAB II

TUGAS WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB DARI PEMERINTAH PROVINSI BALI DALAM PERINGATAN DINI TSUNAMI

A. TUGAS

Tugas-tugas Pemerintah Provinsi Bali dalam Peringatan Dini Tsunami adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan data dan Informasi yang berkaitan dengan Sistem Peringatan Dini Tsunami (SPDT) kepada PEMKAB dan PEMKOT di seluruh Bali, demikian juga kepada Instansi Pemerintah/Swasta,

LSM serta kelompok-kelompok masyarakat yang memerlukan data dimaksud bekerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Regional Wilayah III Denpasar

2. Mengkoordinasikan seluruh potensi daerah yang dapat dimanfaatkan

mendukung SPDT di Bali termasuk potensi yang dimiliki Pemerintah, Swasta, LSM dan Potensi-potensi Masyarakat di daerah rawan Tsunami.

3. Menyediakan bimbingan teknis dan operasional SPDT pada point 2

diatas.

4. Mengawasi kinerja PUSDALOPS PB Provinsi Bali yang mempunyai

tugas memberikan layanan 24/7 kepada masyarakat.

B. WEWENANG

Kewenangan-kewenangan Pemerintah Provinsi Bali dalam memberikan peringatan dan arahan kepada masyarakat:

1. Gubernur :

a. Menunjuk PUSDALOPS PB Provinsi untuk mengerjakan analisa informasi peringatan dan menerapkan keputusan berdasarkan Prosedur Tetap (PROTAP) yang berlaku.

b. Memberikan kewenangan kepada PUSDALOPS PB Provinsi tentang

diseminasi peringatan bahaya tsunami dan memberikan arahan

kepada masyarakat untuk evakuasi atau tidak, berdasarkan hasil analisa dari PUSDALOPS PB Provinsi dan tingkat peringatan dari

BMKG.

c. Memberikan kewenangan untuk mengaktifkan sirene sebagai

tanda panggilan resmi untuk evakuasi.

d. Mengerahkan seluruh potensi/sumberdaya yang ada di wilayahnya untuk mendukung pelaksanaan peringatan dini tsunami.

e. Mengatur dan mengawasi penerapan sistem peringatan dini

tsunami yang telah disepakati.

6

2. PUSDALOPS PB :

a. Mencari dan/atau menerima informasi resmi mengenai gempa bumi dan potensi tsunami dari BMKG.

b. Menganalisa informasi yang didapat dari BMKG dengan menggunakan alat bantu SOP (Standard Operational Procedure)

c. Memberikan informasi dan arahan langsung kepada masyarakat

untuk evakuasi atau tidak, sesuai dengan hasil keputusan yang

didukung menggunakan peralatan-peralatan Sistem Peringatan Dini yang sesuai.

d. Pada point c diatas, PUSDALOPS PB dapat melakukan aktivasi sirine sesuai kewenangan yang diterimanya dari Gubernur.

e. Meminta bantuan dari instansi-instansi terkait di wilayahnya

untuk membantu pelaksanaan peringatan dini sesuai dengan

fungsi Institusi dimaksud.

f. Memberikan informasi dan rekomendasi kepada Gubernur Bali tentang hasil analisa dan keputusan yang diambil.

C. Tanggung Jawab 1. Pemerintah Provinsi Bali bertanggungjawab dalam memberikan

layanan peringatan dini tsunami di wilayahnya.

2. Gubernur Bali adalah sebagai penanggungjawab utama dalam pelaksanaan sistem peringatan dini tsunami di wilayahnya

3. Pemerintah Provinsi Bali Juga bertanggungjawab untuk: a. Menyediakan tempat alternative beserta sarana-prasarananya

untuk menunjang operasional PUSDALOPS PB jika tempat

operasional utama PUSDALOPS PB tidak dapat digunakan akibat bencana.

b. Menyusun Perencanaan Evakuasi secara menyeluruh bekerjasama

dengan Kabupaten/Kota yang rawan tsunami

c. Memadukan kegiatan penanggulangan bencana tsunami dalam

sistem peringatan dini tsunami dalam bentuk: 1) Mengintegrasikan pengurangan risiko bencana tsunami dalam

skema reaksi peringatan dini tsunami;

2) Menyusun dan menetapkan rencana pelaksanaan peringatan dini tsunami kepada masyarakat serta meninjau secara berkala dokumen perencanaan penanggulangan bencana agar sesuai

dengan skema reaksi yang telah ditetapkan.

d. Memberikan layanan peringatan dini tsunami kepada masyarakat

melalui: 1) Pemberian informasi dan pengetahuan tentang ancaman dan

risiko bencana tsunami di wilayahnya;

7

2) Pemberian informasi dan pengetahuan tentang rantai peringatan tsunami;

3) Pendidikan, pelatihan dan peningkatan keterampilan dalam penerapan skema reaksi peringatan dini tsunami;

4) Memfasilitasi dan/atau menyediakan perangkat pendukung

yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menerima peringatan dini dari aparat berwenang.

8

BAB III

SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI

A. Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Setelah tsunami 26 Desember 2004 yang meluluhlantakkan

negara-negara dalam kawasan Samudra Hindia yang terkena dampak memutuskan untuk membangun sebuah Sistem Peringatan Dini

Tsunami regional. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System – INA-TEWS) adalah bagian penting dari sistem regional ini, karena zona subduksi yang berlokasi di

daerah lepas pantai Indonesia merupakan sumber (potensial) utama untuk tsunami jauh yang melintasi Samudra Hindia. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia end-to-end hanya bisa

dikatakan sebagai “sistem” setelah Pusat Peringatan Nasional (National Warning Centre) terhubung dengan komunitas beresiko. Pemerintah

daerah di tingkat propinsi, kabupaten dan kota memegang peranan penting dalam Sistem Peringatan Dini, karena mereka bertanggung jawab untuk mengimplementasikan Peringatan Dini di tingkat lokal dan

memberikan arahan kepada masyarakat ketika peringatan dikeluarkan oleh National Warning Center di BMKG Jakarta. Pembagian peran

tersebut merupakan tantangan yang besar untuk banyak daerah di Indonesia karena membutuhkan pembangunan layanan 24/7 di daerah yang mampu merespon dengan cepat dan handal, membuat Prosedur

Tetap (PROTAP) dan memperkuat kesadaran dan kesiapsiagaan komunitas.

Satu sistem peringatan dini yang menekankan pada masyarakat yang

lengkap dan efektif terdiri atas empat elemen yang saling berkaitan: (1) pengetahuan tentang risiko; (2) monitoring teknis dan layanan peringatan; (3) komunikasi dan penyebaran peringatan; dan (4) kemampuan respons dari masyarakat.

9

Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia merupakan sebuah sistem yang terus menerus dikembangkan menyesuaikan dengan

perkembangan IPTEK, untuk itu pedoman ini juga merupakan sebuah dokumen hidup yang akan terus disesuaikan dengan kondisi sistem yang berlaku. Perbedaan yang ada antara kondisi saat ini dan masa

mendatang setelah sistem ini selesai dibangun adalah belum adanya Sistem Pendukung Keputusan pada saat ini, namun pada masa mendatang akan lebih dipermudah dengan adanya Sistem Pendukung

Keputusan tersebut.

Dalam skema peringatan yang ada saat ini, informasi selanjutnya akan

datang dari pengamatan pesisir. Kejadian tsunami akan diperkuat dengan tanda-tanda alam dan/atau kedatangan gelombang tsunami pertama di pantai.

Skema peringatan saat ini didukung oleh teknologi pemantauan dan sensor tambahan serta tsunami data base yang terhubung dengan DSS –

akan menghasilkan informasi yang lebih terperinci. Pesan peringatan pertama yang memberikan informasi dan peringatan akan dirinci menjadi tiga tingkatan berikut:

Waspada (Advisory)

perkiraan tinggi gelombang di pantai 0 - 0,5 m

Siaga (Warning)

perkiraan tinggi gelombang di

pantai 0,5 - 3 m

Awas

(Major Warning)

perkiraan tinggi gelombang di

pantai > 3 m

BMKG saat ini mampu untuk menegaskan pesan peringatan pertama setelah gelombang-gelombang tsunami terdeteksi oleh jaringan pelampung, sensor pengukur tekanan dasar laut dan alat pengukur

pasang surut. Menurut perkiraan hari ini, informasi ini akan tersedia kira-kira 10-30 menit setelah kejadian gempa bumi – meskipun waktu yang sesungguhnya akan berbeda-beda. Pesan penegasan akhir akan

dikeluarkan begitu tsunami telah menjangkau pantai dan telah dideteksi oleh alat pengukur pasang surut atau diamati langsung.

B. SISTEM PERINGATAN DINI DI BALI

1. Pembagian Tanggung Jawab Dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami Provinsi Bali.

a. Tanggungjawab PUSDALOPS PB Dalam Rantai Peringatan : 1) Menjadi perpanjangan tangan dari Pemerintah Provinsi Bali

atas nama GUBERNUR BALI.

2) Mengumpulkan data dan/atau informasi gempabumi dan potensi tsunami dari Pemerintah Pusat.

3) Menterjemahkan data dan/atau informasi gempabumi dan

potensi tsunami dari Pemerintah Pusat kedalam SOP Pengambilan Keputusan.

4) Mengambil kesimpulan dan keputusan berdasarkan SOP Pengambilan Keputusan.

10

5) Menyebarkan kesimpulan dan keputusan kepada masyarakat di daerah rawan tsunami, GUBERNUR BALI, dan seluruh

instansi terkait.

b. Rantai Peringatan Lokal untuk Bali,

Rantai peringatan lokal yang telah disetujui sebagai berikut :

TV/Radio

Nasional

TV/Radio

Daerah

BADAN NASIONAL

PENANGGULANGAN

BENCANA (BNPB)

INSTANSI TERKAIT TK. PROVINSI

PEMPROV BALI

BPBD/PUSDALOPS

PROVINSI BALI

PEMKAB/PEMKOT BALI

BPBD/PUSDALOPS

KAB/KOTA

INSTANSI PEMERINTAH TK.

KECAMATAN/DESA/

KELURAHAN/

BANJAR

MASYARAKAT BERESIKO

Peringatan / Warning

Warning / Peringatan &

Guidance / Arahan

TNI/POLRI

KOREM/ POLDA

INSTANSI TERKAIT TK. KABUPATEN

KODIM/ POLRES

BMKG Jakarta Pusat Peringatan Dini

Tsunami Nasional

11

b. Tanggungjawab Lembaga dan Masyarakat Dalam Rantai Peringatan:

a) Mengikuti informasi dan/atau arahan dari Pemerintah Provinsi Bali.

b) Menyebarkan informasi dan/atau arahan dari Pemerintah

Provinsi Bali kepada orang-orang lain di wilayahnya.

2. Skema peringatan dan Rentang waktu

12

3. Rantai Komunikasi Peringatan Dini Tsunami secara umum digambarkan sebagai berikut :

4. Tingkat Peringatan dan saran dari BMKG untuk PUSDALOPS

13

5. Skema reaksi dan arahan kepada masyarakat

6. Perangkat Yang Digunakan Untuk Melaksanakan Rantai Peringatan

a. Perangkat Penerima Informasi dari Tingkat Pusat 1) Digital Video Broadcasting DVB 2) Telephone/Fax

3) Layanan Pesan Singkat – Short Message Service (SMS)/SMS Gateway

4) Web side Internet 5) Radio 2 arah HF, UHF dan VHF

b. Perangkat Penyebaran Peringatan Kepada Masyarakat

1) Sirene

2) Radio dua arah dalam saluran HF, VHF, maupun UHF 3) DVB WRS client, SMS gateway, Networking provider 4) Lokal Media (TV, radio pemerintah dan swasta).

5) Kulkul (kentongan).

C. Prosedur Tetap Peringatan Dini Tsunami Provinsi Bali

1. Prosedur Tetap Ketika Terjadi Gempabumi Untuk Petugas PUSDALOPS PB

a. Seluruh personil PUSDALOPS PB wajib menyelamatkan diri saat terjadi gempabumi dengan Merunduk, Berlindung, dan Bertahan.

b. Setelah getaran gempa selesai, seluruh personil PUSDALOPS PB wajib melaksanakan pemeriksaan kerusakan gedung dan peralatan PUSDALOPS PB untuk menjamin terlaksananya fungsi

PUSDALOPS PB kepada masyarakat.

14

c. Dalam hal gedung PUSDALOPS PB tidak lagi memungkinkan untuk dipakai karena kerusakan yang diakibatkan oleh

gempabumi, maka operasional PUSDALOPS PB dipindahkan ke tempat alternative yang telah ditentukan

d. Setelah gedung dan peralatan dipastikan beroperasi, petugas PUSDALOPS PB siaga untuk menerima informasi dari BMKG sekaligus menanggapi permintaan informasi dari masyarakat.

e. Sebelum informasi dari BMKG didapat dan disimpulkan, petugas

PUSDALOPS PB tidak dibenarkan untuk menyampaikan informasi lainnya kepada masyarakat kecuali sekedar menenangkan dan meminta masyarakat untuk siaga.

f. Jika setelah 5 (lima) menit petugas PUSDALOPS PB belum

menerima informasi dari BMKG, petugas PUSDALOPS PB wajib

mencari informasi tersebut secara pro-aktif kepada BMKG.

g. Setelah informasi dari BMKG diterima, petugas PUSDALOPS PB melaksanakan Prosedur Tetap Pengambilan Keputusan.

h. Diagram Protap ketika terjadi gempabumi untuk petugas PUSDALOPS PB sebagaimana Point D-1 digambarkan sebagai

berikut :

2. Prosedur Pengambilan Keputusan

a. Keputusan dapat diambil oleh Petugas PUSDALOPS PB

berdasarkan informasi dari BMKG

15

b. Setiap keputusan yang diambil oleh PUSDALOPS PB untuk disebarkan kepada masyarakat mengenai arahan evakuasi atau

tidak, harus ditembuskan kepada Gubernur Bali dan/atau Muspida

3. Peta Bahaya Tsunami

Selain mempergunakan peta referensi sebagai pendukung pengambilan keputusan, untuk membangun sistem peringatan dini tsunami juga telah ditetapkan peta Bahaya Tsunami untuk Bali

Selatan. Telah disetujui bahwa German Aerospace Center (DLR) perlu mengintegrasikan skenario GITEWS dan skenario yang sudah ada

dari mitra intitusi Indonesia ke dalam Peta Multi-Skenario untuk wilayah Selatan Bali. Versi yang sudah diperbarui ditampilkan dalam “International Conference for Tsunami Early Warning” di Bali

pada November 2008 dan peta kedua yang tidak menyertakan skenario > M9 SR telah diserahterimakan pada Februari 2009.

BAB IV

ANGGARAN

16

BAB IV

ANGGARAN Anggaran sebagai suatu metode untuk menujukkan perencanaan

strategis yang merupakan petunjuk untuk melakukan kegiatan, mengetengahkan standar koordinasi kegiatan dan merupakan sumber dasar pengawasan pelaksanaan kegiatan. Pada hakekatnya anggaran mempunyai

fungsi perencanaan koordinasi dan pengawasan serta menjamin pelaksaaan kegiatan selain itu anggaran juga sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Sumber anggaran Sistem Peringatan Dini tsunami merupakan bagian dari anggaran Penanggulangan Bencana secara umum. Sedangkan Anggaran Penanggulangan Bencana dimaksud dapat bersumber dari :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

3. Bantuan masyarakat nasional dan internasional yang tidak mengikat

Pengelolaan Anggaran dapat berupa :

1. Pengelolaan Kegiatan Rutin Kegiatan Rutin didanai dengan Belanja Rutin terdiri dari anggaran

yang diperlukan untuk operasional kegiatan Pusdalops seperti gaji pegawai, petugas posko, pemeliharaan peralatan, pengadaan ATK, dan

lain-lain.

2. Kegiatan Operasional Kegiatan Operasional didanai dengan Belanja Operasional terdiri dari

mobilisasi personil, pengadaan peralatan, logistik dan transportasi.

17

BAB V

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Dalam rangka pelaksanaan peringatan dini tsunami dilakukan pembinaan, pengawasan dan pelaporan.

A. Pembinaan

Yang dimaksud dengan Pembinaan teknis pelaksanaan peringatan dini tsunami adalah sebagai berikut : 1. Setiap Petugas PUSDALOPS PB wajib mengikuti pelatihan Teknis Sistem

Peringatan Dini Tsunami dan latihan berkala untuk penyegaran pengetahuan.

2. Pembinaan teknis bagi petugas PUSDALOPS PB sebagai pelaksana utama peringatan dini tsunami diberikan oleh Pemerintah Pusat dan

juga mitra-mitra dari Nasional maupun Internasional.

3. Pembinaan teknis harus diberikan pada setiap perubahan sistem yang

terjadi baik dari tingkat Nasional maupun Lokal.

B. Pengawasan 1. Dalam rangka pencapaian sasaran dan kinerja peringatan dini tsunami,

dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peringatan dini tsunami. 2. Pengawasan terhadap pelaksanaan sistem peringatan dini tsunami

dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali dan/atau lembaga pengawas sesuai peraturan perundang-undangan.

C. Pelaporan

1. Kepala UPT. PUSDALOPS PB menyusun laporan pelaksanaan peringatan dini tsunami kepada Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Provinsi Bali. 2. Laporan pelaksanaan peringatan dini tsunami terdiri dari:

a. Laporan informasi gempabumi dan potensi tsunami yang masuk serta hasil analisa dan keputusan yang diambil.

b. Laporan bulanan menyeluruh pelaksanaan sistem peringatan dini

tsunami.

3. Laporan informasi gempabumi dan potensi tsunami merupakan rekapitulasi kejadian gempa bumi yang dirasakan, potensi tsunami bagi wilayah Provinsi Bali, dan hasil analisa serta keputusan yang disajikan

dalam tabulasi.

4. Laporan bulanan menyeluruh meliputi laporan operasional dan status peralatan PUSDALOPS PB yang dibuat setiap bulan.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

NOMOR 26 TAHUN 2012

TENTANG

PROSEDUR TETAP (PROTAP) PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) PROVINSI BALI

KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Gubernur

Bali Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS PB) perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali tentang Prosedur Tetap (Protap) Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) Provinsi Bali;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

PEMERINTAH PROVINSI BALI

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jln. DI. Panjaitan No. 6 Telp. (0361) 251177, Fax (0361) 261238

DENPASAR 80235

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang

Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang

Peranserta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang

Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 4);

13. Peraturan Gubernur Bali Nomor 105 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali, Pusdalops PB merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 105);

Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Dalam Negeri RI di Jakarta. 2. Kepala BNPB RI di Jakarta 3. Gubernur Bali 4. Ketua DPRD Provinsi Bali di Denpasar. 5. Inspektur Provinsi Bali di Denpasar. 6. Kepala BAPPEDA Provinsi Bali di Denpasar. 7. Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Bali di Denpasar. 8. Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali di Denpasar (3 Expl). 9. Kepala Biro Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Bali di Denpasar.

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BALI

TANGGAL 18 SEPTEMBER 2012 NOMOR 26 TAHUN 2012

TENTANG

PROSEDUR TETAP (PROTAP) PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) PROVINSI BALI

Prosedur Tetap (PROTAP) merupakan petunjuk pelaksanaan dari Pedoman

Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS

PB) dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (RUPUSDALOPS

PB) yang merupakan acuan bagi petugas Pusdalops PB dalam pelaksanaan tugasnya.

Sistematika Protap Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS

PB) Provinsi Bali meliputi:

A. Prosedur Tetap Kegiatan Harian UPT Pusdalops PB Provinsi Bali;

B. Prosedur Tetap Pusat Data dan Informasi Kebencanaan UPT Pusdalops PB Provinsi

Bali;

C. Prosedur Tetap Pelaporan UPT Pusdalops PB Provinsi Bali;

D. Prosedur Tetap Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini UPT Pusdalops PB Provinsi Bali;

E. Prosedur Tetap Tanggap Darurat UPT Pusdalops PB Provinsi Bali dan;

F. Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Pra Hospital (Layanan Ambulans) Emergency

Service Response (ESR) UPT Pusdalops PB Provinsi Bali.

Secara lebih rinci SOP Pusdalops PB diuraikan dibawah ini.

1

A. PROSEDUR TETAP (PROTAP) KEGIATAN HARIAN UPT. PUSDALOPS PBPROVINSI BALI

I. PENDAHULUAN

Kejelasan tugas sehari-hari yang harus dilaksanakan oleh UPT. PUSDALOPS PBadalah sebuah aspek yang harus benar-benar dipahami oleh staf UPT. PUSDALOPSPB. Rumusan tugas sehari-hari harus mengatur apa yang harus dikerjakan olehKepala UPT, Kepala Sub Bagian TU, Kepala Seksi dan operator setiap hari, mulaidari menerima tugas sampai dengan menyerahkan tugas kepada operator yangbaru.

Isi dari tugas sehari-hari harus mencerminkan jabatan staf itu sendiri dankompetensi yang dimiliki. Kata kunci kesuksesan pelayanan UPT. PUSDALOPS PBadalah seberapa jauh kualitas kinerja staf UPT. PUSDALOPS PB. Kesan

membosankan bahwa orang-orang yang bekerja dengan waktu piket dan hanyamenunggu permintaan pelayanan dari masyarakat akan menjadi tidak terbuktiapabila tersedia Prosedur Tetap (Protap) yang mengatur kegiatan harian staf UPT.PUSDALOPS PB.

Dengan uraian tugas yang jelas, tegas dan mutlak harus dilaksanakan, maka stafUPT. PUSDALOPS PB diharapkan mampu melaksanakan tugasnya denganmaksimal dan memberikan pelayanan prima.

Untuk hal tersebut diatas, maka dianggap perlu disusunnya Prosedur Tetap(Protap) yang menguraikan tugas harian staf UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Prosedur Tetap (Protap) ini bermaksud menguraikan tugas sehari-hari staf UPT.PUSDALOPS PB Provinsi Bali dalam mendukung operasional yang diatur dalamPedoman UPT. PUSDALOPS PB.

Penyusunan Prosedur Tetap (Protap) ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja stafUPT. PUSDALOPS PB yang bermuara pada pelayanan yang prima sesuai denganfungsi-fungsi UPT. PUSDALOPS PB.

2

III. STRUKTUR ORGANISASI

IV. PEMBAGIAN JAM KERJA PETUGAS CRISIS CENTRE UPT. PUSDALOPS PB

Operasional UPT. PUSDALOPS PB dilakukan selama 24 jam sehari 7 hari seminggu(24/7) yang dilaksanakan dalam 3 shift, yaitu:

1. Shift pagi : pukul 07.30 – 15.30 wita2. Shift siang : pukul 15.30 – 21.00 wita3. Shift malam : pukul 21.00 - 07.30 wita

Catatan :Walaupun telah diatur sistem dan jam kerja, apabila terjadi kasus kedaruratan,maka jam kerja di atas dapat berubah merujuk pada Prosedur Tetap (Protap)Tanggap Darurat Bencana.

V. URAIAN TUGAS HARIAN STAF UPT. PUSDALOPS PB

Untuk mendukung tugas-tugas operasional yang telah diatur dalam pedoman UPT.PUSDALOPS PB Provinsi Bali, maka tugas sehari-hari staf UPT. PUSDALOPS PBadalah sebagai berikut :

Kepala UPT. PUSDALOPS PB.a. menyusun rencana dan program kerja UPT;

b. mengkoordinasikan program Sub Bagian dan Seksi;c. mengkoordinasikan teknis pelaksanaan tugas kepada instansi terkait;

KEPALA UPTPUSDALOPS PB

KEPALA SUB BAGIANTATA USAHA

KEPALA SEKSI TANGGAPDARURAT BENCANA DAN

PELAYANANKEGAWATDARURATAN

KEPALA SEKSI PERINGATANDINI, PELAYANAN DATA DANINFORMASI KEBENCANAAN

Gambar 1. Struktur Organisasi UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali

3

d. menilai prestasi kerja bawahan;e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Kepala

Seksi;f. mengendalikan pelaksanaan kegiatan peringatan dini, data dan pelayanan

informasi kebencanaan, tanggap darurat bencana dan pelayanan kegawatdaruratan;

g. mengendalikan pelaksanaan Prosedur Tetap (Protap) Pusat PengendalianOperasi Penanggulangan Bencana;

h. menjalankan operasional tanggap darurat di Pusat Pengendalian OperasiPenanggulangan Bencana dan/atau mendukung Komandan Tanggap Darurat;

i. melaksanakan sistem pengendalian intern;j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dank. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Pelaksana BPBD.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha.a. menyusun rencana kegiatan Sub Bagian;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan administrasi umum,

kepegawaian, penyusunan program dan keuangan UPT;d. melaksanakan pengaturan personil operasional 24/7;e. menilai prestasi kerja bawahan;f. memelihara dan merawat peralatan, perlengkapan, dan pelaksana urusan

rumah tangga kantor;g. melaksanakan sistem pengendalian intern;h. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dani. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT.

Kepala Seksi Peringatan Dini, Pelayanan Data dan InformasiKebencanaan.a. menyusun rencana kegiatan Seksi;b. memberikan petunjuk kepada bawahan;

c. menghimpun data, mengolah dan menyajikan informasi sebagai pusat layananinformasi kebencanaan yang dalam mewujudkannya perlu adanya integrasidata dari pihak terkait;

d. menyelenggarakan peringatan dini bencana;e. memelihara perangkat sistem peringatan dini bencana;

4

f. melaksanakan kegiatan perencanaan, pemeliharaan, pengoperasian dankomunikasi dalam sistem peringatan dini bencana;

g. mendukung pengendalian mobilitas masyarakat untuk mengurangi resikobencana;

h. melaksanakan sosialisasi manajemen bencana;i. melaksanakan sistem pengendalian intern;j. menilai prestasi kerja bawahan;k. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; danl. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT.

Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan PelayananKegawatdaruratan.a. menyusun rencana kegiatan Seksi;

b. memberikan petunjuk kepada bawahan;c. menilai prestasi kerja bawahan;d. mempersiapkan bahan untuk penyusunan rencana operasi tanggap darurat;e. menggunakan data dan informasi kebencanaan untuk kepentingan operasi

tanggap darurat dan pelayanan kegawat daruratan;f. menyajikan data dan informasi dan melakukan analisa bersama instansi dan

lembaga terkait dalam kebencanaan;g. mengembangkan dan memelihara jaringan dengan pakar di bidang

kebencanaan yang tepat untuk dijadikan sebagai narasumber dalam kegiatananalisa kebencanaan;

h. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operator dalam melaksanakantugas;

i. menyiapkan sarana dan prasarana operasi tanggap darurat UPT;j. melakukan pemantauan dan evaluasi dalam menjamin terlaksananya fungsi

koordinasi dalam tanggap darurat secara efektif dan efisien;k. mendukung kegiatan kaji cepat dan penyusunan rencana operasi;l. mengendalikan pelayanan kegawat daruratan secara cepat, tepat, serta

terpadu dengan memberdayakan sumber daya dan teknologi yang ada di

instansi dan lembaga terkait lainnya;m. koordinasi pelayanan kegawat daruratan yang meliputi pelayanan kesehatan,

kepolisian dan pemadam kebakaran dengan instansi terkait dankabupaten/kota;

n. pembinaan dan pengembangan kapasitas personil;

5

o. sosialisasi pelayanan kegawat daruratan; danp. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan;

Operatora. Memeriksa kondisi peralatan yang akan digunakan dalam tugasnya (komputer,

telepon, radio, internet, dan sebagainya).b. Melakukan tindakan penanganan kerusakan teknis ringan jika ditemukan

peralatan yang tidak berfungsi.c. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan staf-staf dari instansi-instansi

yang melakukan deteksi bencana (seperti BMKG, PU, Badan Vulkanologi danMitigasi Bencana Geologi, dan sebagainya) dan instansi lainnya yang memilikidata terkait kebencanaan.

d. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan operator UPT. RUPUSDALOPS

PB kabupaten/kota terkait kondisi daerah masing-masing.e. Mencari informasi dari media cetak, media massa (radio, televisi, internet, dan

sebagainya) dan CCTV terkait kebencanaan dan bila diperlukan tindak lanjutdimuat dalam laporan.

f. Memutakhirkan database kebencanaan berdasarkan informasi yang diperolehdari instansi dan lembaga terkait serta media.

g. Mencatat informasi yang diperoleh dari masyarakat dan instansi terkait.h. Melakukan triangulasi dan analisa informasi yang masuk dan memberikan

tanggapan kepada instansi terkait.i. Menyusun laporan piket untuk diserahkan kepada Kepala UPT. PUSDALOPS PB

melalui Kepala Seksi.j. Mempersiapkan informasi dan data kebencanaan serta menyusun laporan lain

yang dibutuhkan oleh Kepala UPT. PUSDALOPS PB.k. Memberikan penjelasan mengenai laporan piket harian kepada tim piket

selanjutnya pada saat serah terima piket.l. Melakukan pemantauan dan pelacakan armada ESR serta koordinasi dengan

tim ESR untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.m. Memberikan pelayanan terhadap permintaan layanan kebencanaan dan

kegawatdaruratan dari masyarakat.

6

Seluruh operator UPT. PUSDALOPS PB menjalankan tugasnya sesuai alur berikutini (silahkah lihat halaman berikutnya). Pada alur tersebut, para operatormelaksanakan piket secara bergiliran setiap harinya termasuk melakukanidentifikasi akan pentingnya melaksanakan peringatan dini dan atau tanggapdarurat. Lebih lanjut mengenai pelaksanaan peringatan dini dan tanggap daruratdapat dilihat pada Prosedur Tetap (Protap) Kesiapsiagaan dan Peringatan Diniserta Prosedur Tetap (Protap) Tanggap Darurat Bencana.

Untuk lebih rinci mengenai apa yang harus dilakukan operator setiap pergantianpiket, silahkan lihat gambar pada halaman berikutnya.

7

SOP Kegiatan Harian Pusdalops PB Provinsi BaliPelaksanaan Tanggap

DaruratPelaksanaan Peringatan DiniPelaksanaan Piket HarianPeralihan Piket

Serah terima piket(laporan piket & logbook)

Operator Kondisi dengan kejadianbencana

Tim yang memulaipiket

Tim yangmengakhiri piket

Laporan Piket

Kondisi Rutin

Informasi kejadian (tanpa bencana)Misalnya: informasi dari BMKG,

temuan dari media, catatan log book/laporan piket, dsb.

Tanggap Darurat (lihatSOP Tanggap Darurat

dan SOP ESR)

Meningkatkan Kesiapsiagaan(lihat SOP ESR dan SOP

Peringatan Dini)

Tidak ada kejadian khususyang perlu ditindaklanjuti

Briefing penutup piket

Ada kejadian/informasi khususyang perlu ditindaklanjuti

Periksa peralatan (komputer, telepon, radio, internet,server), jaringan, serta koneksi internet, dan menanganikerusakan teknis, jika ada.

Periksa logbook masing-masing dan tindaklanjuti Koordinasi dan komunikasi dengan staf-staf dari

instansi-instansi yang melakukan deteksi bencana(BMKG, PU, BPPTK, dan sebagainya), instansi lainnyayang memiliki data terkait kebencanaan, termasukRUPUSDALOPS kabupaten/kota.

Memutakhirkan database kebencanaan berdasarkaninformasi yang diperoleh dari instansi dan lembagaterkait serta media.

Mencatat informasi yang diperoleh dari masyarakat danmelakukan triangulasi informasi.

Mengembangkan check list dan daftar kontak dariberagam instansi dan organisasi.

Aman Terjadi bencana

Pusdalops diaktifkan menjadiPos Komando Tanggap Darurat

Kepala UPT PusdalopsPB

Gambar 2. Prosedur Tetap Kegiatan Harian Personil UPT. PUSDALOPS PB

8

VI. PENUTUP

Demikian Prosedur Tetap Kegiatan Harian UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Baliyang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

9

Serah Terima Piket Antar Tim Piket

Tim Baru dan Tim lama1. Briefing singkat kepada regu yang

baru jika ada hal yang harussegera ditindak lanjuti

2. Memastikan hal tersebut di atastelah tercatat pada laporan piketdan sampai sejauh mana telahditindak lanjuti.

3. Memeriksa peralatan-peralatanuntuk peringatan (lihat manualperalatan) dan memastikan semuaperalatan bekerja dengan baik.(Jika ada masalah lihat manualpenanganan kerusakan teknis)

4. Memeriksa dengan teliti laporanharian piket (personel, inventaris,kegiatan, dan isu penting lainnya)dan memastikan semuanya siap

5. Menandatangani dokumen serahterima.

Tim baru (pengganti)1. Datang 15 menit sebelum

waktu serah terima.2. Memeriksa kelengkapan

anggota regu.3. Memeriksa kesiapan anggota

regu.

Tim yang bertugas1. Memeriksa anggota tim2. Menyiapkan laporan piket3. Memeriksa kesiapan serah

terima

Sebelum serah terima

Tim Baru1. Segera menindaklanjuti jika

ada laporan kerusakanperalatan (lihat manualpenanganan kerusakan teknis)

2. Mencatat kemajuan haltersebut diatas pada bukuharian piket.

3. Secara aktif menghubungiinstansi terkait sambilmelakukan uji coba peralatan.

4. Seluruh anggota tim harusaktif untuk memperoleh aksesmaupun update informationdari instansi terkait.

5. Secara rutin membaca manualposko 24/7

6. Mencatat seluruh kegiatanpada buku harian piket.

SiagaSaat serah terima

Gambar 3. Serah Terima antar Tim Piket UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali

10

B. PROSEDUR TETAP (PROTAP) PUSAT DATA DAN INFORMASIKEBENCANAAN UPT. PUSDALOPS PB PROVINSI BALI

I. LATAR BELAKANG

Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkatUPT. PUSDALOPS PB adalah unsur pelaksana pada tingkat Pemerintah ProvinsiBali yang bertugas menyiapkan dukungan fasilitas pengendalian operasi sertamenyelenggarakan sistem informasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalampenanggulangan bencana.

Disadari bahwasanya salah satu fungsi yang memegang peranan dalam upayapencegahan dan pengurangan resiko serta kecepatan penanganan dalam situasitanggap darurat adalah ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan akan data daninformasi yang cepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan baik dari UPT.PUSDALOPS PB ke peminta informasi maupun sebaliknya dari masyarakat keUPT. PUSDALOPS PB.

Dengan demikian keberadaan UPT. PUSDALOPS PB di Provinsi Bali diharapkan

dapat menjalankan salah satu fungsinya yaitu sebagai Pusat Data dan InformasiKebencanaan bagi masyarakat Bali yaitu fungsi sebagai penerima, pengolah, danpendistribusi informasi sehingga masyarakat dapat dengan cepat meminta,menerima dan meneruskan informasi yang terkait dengan kebencanaan di Bali(pun luar Bali) yang pada akhirnya bermuara pada rasa kenyamanan,keselamatan dan kepercayaan masyarakat Bali.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan petunjuk pelaksanaan data dan informasi kebencanaan iniadalah memberikan gambaran terhadap tugas pokok dan fungsi UPT.PUSDALOPS PB Provinsi Bali sebagai Pusat Data dan Informasi Bencana.

Tujuan penyusunan petunjuk pelaksanaan ini adalah memberikan petunjukpenatalaksanaan data dan informasi yang masuk dan meneruskan kepada pihak-pihak yang memerlukan secara cepat, tepat dan efisien oleh UPT. PUSDALOPSPB Provinsi Bali.

11

III. RUANG LINGKUP

1. Pengumpulan Data2. Pengkajian Data3. Pemanfaatan Data4. Penyimpanan Data5. Pemutakhiran Data

IV. PENGERTIAN UMUM

1. Pengumpulan DataFungsi UPT. PUSDALOPS PB Provinsi Bali sebagai Pusat Data dan InformasiKebencanaan dapat berfungsi dengan berkualitas dan prima adalah denganmemiliki dokumen data dan informasi yang berhubungan dengankebencanaan yang ada di Bali pun ada di luar Bali.

Data yang berkaitan erat dengan kebencanaan adalah yang berhubungandengan kependudukan sampai pada data ancaman, kerentanan, kapasitas

dan ketersediaa peta bahaya dan resiko yang ada di seluruh wilayah Bali.

a. Data Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas Data Ancaman

UPT. PUSDALOPS PB harus menyediakan data yang berhubungandengan semua jenis ancaman yang ada – termasuk kemungkinanancaman - di Bali termasuk ketersediaan data untuk IndikatorPeringatan Dini/Petanda Awal sampai pada riwayat kejadian bencanadari setiap jenis ancaman yang ada di Bali.

Berikut adalah Data Ancaman yang ada di Provinsi Bali

NoJenis

AncamanPenyebab Gejala dan Peringatan Dini

1 Gempa Bumi Proses tektonik akibat

pergerakankulit/lempeng bumi.

Aktivitas sesar di

permukaan bumi.

Kejadian mendadak/secara

tiba-tiba.

Belum ada metode untuk

memprediksikan secaraakurat.

12

NoJenis

AncamanPenyebab Gejala dan Peringatan Dini

Pergerakan

geomorfologi secaralokal, contohnya terjadiruntuhan tanah.

Aktivitas gunung api.

Ledakan nuklir.

2 Tsunami Gempa bumi yang

diikuti dengandislokasi/perpindahanmasa tanah/batuanyang sangat besardibawah air(laut/danau).

Tanah longsor didalam

laut.

Letusan gunung api

dibawah laut ataugunung api pulau.

Gelombang air laut datang

secara mendadak danberulang dengan energiyang sangat kuat.

Kejadian mendadak dan

pada umumnya diIndonesia didahului dengangempa bumi besar dansusut laut.

Terdapat selang waktu

antara waktu terjadinyagempa bumi sebagaisumber tsunami dan waktutiba tsunami di pantaimengingat kecepatangelombang gempa jauhlebih besar dibandingkankecepatan tsunami.

Metode pendugaan secaracepat dan akuratmemerlukan teknologitinggi.

Di Indonesia padaumumnya tsunami terjadidalam waktu kurang dari40 menit setelah terjadinyagempa bumi besar di

13

NoJenis

AncamanPenyebab Gejala dan Peringatan Dini

bawah laut.

3 LetusanGunung Api

Deretan pegunungansirkum pasifik dan sirkummediterenia.

Peningkatan aktivitasgunung berapi.

Peningkatan suhu dari rata-rata normal.

Gempa vulkanik.

Sumber-sumber airdebitnya menurun.

4 Tanah Longsor Disebabkan oleh gangguankestabilan padatanah/batuan penyusunlereng dan adanya prosespemicu longsoran yaitu:

Kondisi kemiringan

lahan.

Kondisi tata air pada

lereng.

Peningkatankandungan air padalereng.

Getaran pada lerengakibat gempa bumiataupun ledakan,penggalian, getaranalat/kendaraan.

Peningkatan bebanyang melampaui dayadukung tanah ataukuat geser tanah.

Pemotongan kakilereng secara

Ketandusan pada lahanyang miring.

Kandungan air yang tinggipada lahan yang miringdengan curah hujan yangtinggi.

Diwaspadai paska terjadigempa bumi terutamapada lahan yang miring.

Struktur tanah yang

longgar

14

NoJenis

AncamanPenyebab Gejala dan Peringatan Dini

sembarangan yangmengakibatkan lerengkehilangan gayapenyangga.

5 Banjir Curah hujan tinggi.

Permukaan tanah lebihrendah dibandingkan

muka air laut.

Terletak pada suatucekungan yang

dikelilingi perbukitandengan pengaliran airkeiuar sempit.

Banyak pemukiman

yang dibangun padadataran sepanjangsungai.

Aliran sungai tidak

lancar akibat banyaknyasampah serta bangunandi pinggir sungai.

Kurangnya

tutupan lahan di daerahhulu sungai.

Curah hujan yang tinggi.

6 Kekeringan Kekeringan Alamiah

Tingkat curah hujan dibawah normal dalamsatu musim.

kekurangan pasokan airpermukaan dan airtanah.

Kekeringan Pertanian

Menurunnya tingkat curah

hujan dibawah normaldalam satu musim.

Terjadinya kekurangan

pasokan air permukaandan air tanah. Kekeringanini diukur berdasarkanelevasi muka air sungai,

15

NoJenis

AncamanPenyebab Gejala dan Peringatan Dini

berhubungan dengankekurangan kandunganair di dalam tanahsehingga tidak mampu

memenuhi kebutuhantanaman tertentu padaperiode waktu tertentupada wilayah yang luas.

Kekeringan Sosial

Ekonomi berkaitandengan kondisi dimanapasokan komoditiekonomi kurang darikebutuhan normalakibat kekeringanmeteorologi, hidrologi,dan pertanian.

Kekeringan Antropogenik(ketidakpatuhan padaaturan)

Kebutuhan air lebih

besar dari pasokan yangdirencanakan akibatketidak-patuhanpengguna terhadap polatanam/pola penggunaanair.

Kerusakan kawasantangkapan air, sumber-sumber air akibatperbuatan manusia.

waduk, danau dan airtanah.

Kekeringan pada lahanpertanian ditandai dengankekurangan lengas tanah(kandungan air di dalamtanah) sehingga tidak

mampu memenuhikebutuhan tanamantertentu pada periodewaktu tertentu padawilayah yang luas yangmenyebabkan tanamanmenjadi kering danmengering.

7 Angin Topan Perbedaan tekanan dalam Dapat terjadi secara

16

NoJenis

AncamanPenyebab Gejala dan Peringatan Dini

suatu sistem cuaca. mendadak.

Pemantauan dari hasilsatelit.

8 GelombangPasang

Adanya anginkencang/topan.

Perubahan cuaca yangsangat cepat.

Pengaruh dari gravitasibulan maupunmatahari.

Angin kencang.

Terjadinya badai di tengahlaut dan menyebabkanterjadinya gelombangpasang di pinggir pantai.

Perubahan cuaca yangtiba-tiba menjadi gelap.

9 KegagalanTeknologi

Kebakaran.

Kegagalan/kesalahandesain keselamatanpabrik/teknologi.

Kesalahan prosedurpengoperasianpabrik/teknologi

Kerusakan komponenKebocoran reaktornuklir.

Kecelakaan transportasi(darat, laut, udara).

Sabotase ataupembakaran akibatkerusuhan.

Dampak ikutan daribencana alam (gempabumi, banjir, dansebagainya).

Kejadian sangat cepat(dalam hitungan detik ataujam) dan secara tiba-tiba.

Desain pabrik/industriharus dilengkapi dengansistem monitoring dansistem peringatan akan

bahaya kebakaran,kerusakankomponen/peralatan danterjadinya kondisi bahayalainnya.

Pelepasan bahan-bahanpencemar yang berbahayapada umumnya tidakterlalu cepat sehinggamemungkinkan untukmemberikan peringatandan evakuasi pekerja dan

masyarakat sekitarnya.

Ledakan pabrik dalambeberapa kasus dapat

17

NoJenis

AncamanPenyebab Gejala dan Peringatan Dini

diantipasi.

10 Kebakaran Cuaca panas yangmelebihi dari normal.

Musim kemarau yangberkepanjangan.

Adanya bahan/materialpemicu kebakaran(ledakan dsb)

Kebiasaan melakukanpembakaran untukpembukaan lahan baru.

Dapat terjadi secaramendadak.

Dalam beberapa kasusdapat ditanggulangi secaradini.

11 Aksi Teror/Sabotase

Berbagai alasan. Sangat sulit dideteksi karenadirencanakanseseorang/golongan secaradiam-diam/rahasia.

12 KerusuhanSosial

Akibat keanekaragamansuku bangsa, bahasa,agama, ras dan etnisgolongan (SARA) sertakepentingan politik

Sangat sulit dideteksi

13 Epidemi Demam berdarah

Rabies

Diare

Flu burung

HIV/AIDS

Kerentanan

Kerentanan dalam satu wilayah kabupaten/kota akan berbeda-bedayang sangat dipengaruhi akan kondisi geografis, tingkat kepadatanpenduduk sampai pada jenis ancaman yang ada diwilayahkabupaten/kota di Bali.

18

Secara umum kerentanan dapat dipengaruhi oleh perihal sebagaiberikut:- Waktu dari kejadian yang berlangsung- Tingkat kerugian/keparahan- Elemen yang paling terancam- Penduduk yang paling terancam- Lokasi Bencana

Kapasitas

Kapasitas yang dimaksudkan adalah semua sumber daya yang dapatdipergunakan dalam proses mendukung pelaksanaan managemenpenanggulangan bencana baik dalam melakukan kesiapsiagaan sampaipada pasca bencana yaitu rehabilitasi dan rekontruksi.Data yang mesti dicantumkan dalam kapasitas ini adalah:

- Sumber Daya Manusia yang terlatihSDM disini adalah kelompok-kelompok di masyarakat yang memangmemiliki kapasitas dalam membantu upaya dalam melaksanakanpenanggulangan bencana seperti SIBAD, TAGANA, DASIPENA dansebagainya.

- Sumber Daya Fisik/MaterialKeberadaan fasilitis kritis dalam suatu wilayah juga sangatmemberikan andil dalam membantu upaya dalam penanggulanganbencana. Ketersedian fasilitas umum, pelayanan kesehatan sampaipada fasilitas usaha seperti hotel juga harus didata dan dipetakan.

- Sosial Organisasi

Pemetaan organisasi/lembaga/institusi seperti PMI yang berada diwilayah tersebut yang juga memiliki mandate dalam upayakesiapsiagaan dan penanggulangan bencana di masyrakat jugamesti tercatat sehingga mobilisasi kapasitas di dalam institusitersebut bisa setiap saat dikoordinir dan digerakkan dalam langkahkerjasama.

Pengkajian kebutuhan DasarUPT. PUSDALOPS PB dengan melakukan kerjasama dengan

lembaga/institusi yang berkompeten dalam pencarian dan pendataanberbagai jenis data dapat dijadikan sumber dalam pencarian data.

19

Pengkajian kebutuhan dasar sendiri pada umumnya dilakukan untukmengetahui:- Demografi (populasi, jenis kelamin, pekerjaan, dll)- Topografi (situasi fisik wiliayah seperti berbukit, lembah, dsb)- Pelayanan dan Fasilitas Umum (pendidikan, kesehatan,

transportasi, dll)- Sumber Penghasilan dan Mata Pencaharian

b. Peta Bahaya dan Resiko BencanaSetiap kabupaten/kota di Bali harus sudah memiliki peta bahaya danresiko yang juga dimiliki oleh UPT. PUSDALOPS PB. Bila memungkinkan,peta yang dimiliki hendaknya lebih detail hingga ke tingkatdesa/kelurahan, terutama wilayah yang rentan terhadap ancaman bahaya.

2. Pengkajian DataPengkajian data atau analisis data adalah suatu proses atau upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukanpola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat dipelajari sertamemutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pengkajian data di UPT. PUSDALOPS PB dapat mempergunakan metode yangsederhana yaitu dengan melakukan tiga tahapan yaitu: Melakukan pemeriksaan atau pengecekan terhadap data yang diterima. Melakukan pemeriksaan ulang/kembali (re-check) data yang telah

diterima. Dalam tahapan ini, data yang di ambil adalah data yang benar-benar dibutuhkan dan memiliki korelasi dengan apa yang dibutuhkan.

Melakukan konfirmasi balik (cross-check) terhadap data yang telah

diterima ke sumber-sumber data yang memiliki keabsahan dalampenyebaran informasi. Misalnya informasi gempa bumi yang diterima darimasyarakat dapat di konfirmasi balik ke BMKG sebagai lembaga yangmemiliki kewenangan yang sah dalam penyediaan informasi gempa bumi.

Dalam proses pengkajian data, personel UPT. PUSDALOPS PB hendaknyamemperhatikan 2 hal, yaitu:

a. Informasi masuk dan informasi keluar (Garbage in Garbage out)

20

Dalam proses pengkajian data bahwasanya data yang diterima di awaltetaplah disimpan sebagai referensi meskipun ada data baru yang diterimakemudian. Perihal ini tetap dilakukan sehingga riwayat kejadiannya(historical) dapat di dokumentasikan sebagai sebuah proses yangberkembang dan berjalan meskipun data yang terbarulah yangdipergunakan dalam melakukan pengkajian data.

b. Kualitas dan relevansiUPT. PUSDALOPS PB hendaklah menghasilkan data dan informasi yangdapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan relevansi.

3. Pemanfaatan DataPendistribusian data dan informasi dari UPT. PUSDALOPS PB sangat berkaitanerat dengan siapa yang akan mempergunakan informasi tersebut. Penyediaaninformasi dan data yang valid serta dapat dipertanggungjawabkan kepadapihak pengguna informasi akan sangat berpengaruh kepada pengambilankeputusan dalam penanggulangan bencana. Dengan demikian, penyediaan

data yang akurat dan valid sangat mutlak diperlukan agar pengambilankeputusan secara cepat dan tepat dapat selalu dilakukan mengingat dampakdari hasil keputusan tersebut adalah pada nyawa dan hajat hidup masyarakatbanyak.

Penggunaan informasi dari UPT. PUSDALOPS PB secara umum dapat dibagike dalam 2 kelompok yaitu:

a. InternalPenggunaan informasi/data secara internal adalah penggunaan informasiyang diperuntukkan di lingkungan dalam UPT. PUSDALOPS PB sendiriyang lebih bertujuan kepada upaya koordinasi dan sinkronisasi.Pemberian informasi secara internal dapat dilakukan dalam bentuk laporantertulis dan lisan yang dilakuan secara berkesinambungan, terpola danberkala.

b. EksternalPenyebaran informasi kepada pihak diluar UPT. PUSDALOPS PB adalahkepada intansi terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, kepada LSM

dan PMI dan yang paling penting adalah kepada RUPUSDALOPS PB

21

Kab/Kota se-Bali, yang lebih bertujuan kepada upaya sinkronisasi dankesinambungan informasi/data.Lingkup informasi yang dipertukarkan antara lain:- Kejadian Bencana (info jenis bencana, waktu dan lokasi bencana,

perihal yang sudah dilakukan dan jenis bantuan yang masih diperlukanserta pihak-pihak yang telah terlibat dalam operasi bencana)

- Data Ancaman (jenis ancaman/bahaya,penyebab terjadi danperingatan dini)

- Data Kerentanan (riwayat kejadian bencana)- Data Kapasitas (ketersediaan fasilitas umum)

Informasi yang bersifat umum tersebut bisa diberikan langsung oleh UPT.PUSDALOPS PB kepada instansi terkait. Sedangkan informasi yang bersifatkhusus seperti informasi yang dapat menimbulkan kepanikan ataukeresahan warga di masyarakat haruslah melalui Biro HubunganMasyarakat Pemerintah Provinsi Bali atau Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Provinsi Bali.

4. Penyimpanan DataSemua jenis data/informasi yang dimiliki oleh UPT. PUSDALOPS PB haruslahtersimpan dalam mekanisme penyimpanan yang baik.3 kaidah mendasar yang harus dipahami dalam penyimpanan data adalahdengan 3 mudah yaitu: Mudah disimpan Mudah dicari

Mudah diubah.

Sedangkan dalam pengorganisasian data/informasi dalam penyimpanan datadan informasi yang juga dapat berpengaruh dalam kemudahan pencarian,bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a. Arsip berurutan (Sequential file)Adalah suatu metode penyimpanan data yang dilakukan secaraberurutan. Data yang akan disimpan sesuai dengan urutan masuknyayaitu data pertama akan menempati tempat penyimpanan pertama.\

22

b. Index sequential fileAdalah suatu metode penyimpanan data yang akan disimpan terlebihdahulu di sortir sesuai dengan peruntukkannya yang selanjutnya disimpansecara berurut ditempat yang telah diperuntukkan sesuai denganpengelompokannya.

Data yang disimpan hendaknya yang dikelompokkan berdasarkan indexsesuai dengan jenis data yang telah disortir.

UPT. PUSDALOPS PB dapat melakukan metode penyimpanan file sesuaidengan metode diatas dengan pertimbangan frekuensi penggunaan datayang bisa dikelompokkan ke dalam 2 hal yaitu:

Data/Informasi Aktif

Adalah data/informasi yang sering digunakan. Data/informasi aktif inihendaknya disimpan di tempat yang mudah dijangkau. Contohdata/informasi aktif adalah daftar kontak orang-orang yang terlibat dalampenanggulangan bencana, nomor-nomor telepon instansi terkait, datakapasitas dan jenis ancaman, dan sebagainya.

Data/Informasi Pasif

Adalah data/informasi yang jarang dipergunakan. Data/informasi pasif inibisa disimpan dalam tempat tertentu. Contoh data/informasi pasif adalahdata pegawai, data aset/inventaris UPT. PUSDALOPS PB, dan sebagainya.

Sedangkan dalam pemilihan media penyimpanan data/informasi dapatmenggunakan 2 media yaitu:

a. Media dalam SoftcopyMedia penyimpanan dalam bentuk softcopy adalah data/informasi yangdisimpan dalam bentuk data digital dalam prosesor komputer. Padadasarnya semua jenis data bisa disimpan dalam bentuk softcopy.

b. Media dalam HardcopyMedia penyimpanan dalam bentuk hardcopy adalah data/informasi yangdisimpan dalam bentuk dokumen tertulis.

Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan data/informasi

di UPT. PUSDALOPS PB adalah:

23

Keamanan Dataa. Tempat penyimpanan data/informasi bisa dilakukan dalam

brankas/almari arsip yang terbuat dari kayu dan/atau besi.b. Penyimpanan data/informasi juga harus aman dari kebakaran dan

pencurian.c. Data/informasi yang disimpan dalam bentuk softcopy harus terlindung

dari gangguan virus dan juga pencuri/pengacau data (hacker) yang

dapat menghilangkan data yang ada. Disamping itu penyimpanan datadengan softcopy juga harus memiliki back-up di tempat lain yanterpisah dari sistem sehingga apabila terjadi kehilangan data, masihada data cadangan di tempat penyimpanan utama.

Pelaku yang melaksanakan penyimpanana. Tenaga arsiparis bertanggung jawab atas penyimpanan dan

pengeluaran data/informasi yang ada di UPT. PUSDALOPS PB.b. Permohonan data/informasi yang tersimpan dalam UPT. PUSDALOPS

PB dapat dilakukan dengan pengawasan dan pengaturan dari tenaga

arsiparis. Hal ini dilakukan dengan tujuan memastikan pengembaliandata yang keluar (terutama data dalam hardcopy).

c. Pengambilan data dari arsiparis juga dengan memperhatikan tingkatankewenangan pejabat. Artinya hanya Kepala UPT yang memiliki aksespenuh terhadap semua jenis data yang disimpan sedangkan pejabat dibawah Kepala UPT memiliki akses terhadap jenis data tertentu saja.

Peraturan/Regulasi Penyimpanan dan permohonan dataa. Setiap penyimpanan data haruslah dicatat kedalam buku mutasi/log

book untuk penyimpanan data.b. Setiap pengeluaran data juga mesti dicatat seperti kapan, siapa dan

tujuan pengeluaran data yang ada.c. Secara berkala semua data/informasi yang disimpan dalam bentuk

softcopy dan hardcopy mesti dicek dan dipastikan kondisinya masihbaik dan bisa dipergunakan.

d. Waktu penyimpanan data/informasi yang berkaitan dengankebencanaan bisa dilakukan antara kurun waktu 10 – 20 tahun.

e. Sedangkan data yang sudah melewati waktu tersebut bisa dilakukanpemusnahan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dariKepala UPT dan sepengetahuan dari Kepala Badan PelaksanaPenanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali serta ditembuskan ke

24

Gubernur. Jenis data dan informasi keberadaan data yang akandimusnahkan harus dituangkan dalam berita acara pemusnahan yangjuga mesti ada saksi atas pemusnahan data tersebut. Khusus datahardcopy yang akan dimusnahkan haruslah dilakukan dengan jalandibakar.

5. Pemutakhiran DataSemua jenis data yang disimpan haruslah merekam data/informasi yangterkini sehingga setiap pengambilan keputusan selalu mempergunakandata/informasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat pengambilankeputusan tersebut dijalankan.Dalam pemutakhiran data ada beberapa perihal yang mesti diperhatikanyaitu:

Waktu

a. Pemutakhiran data bisa dilakukan secara berkesinambungan dan/atauberkala sesuai dengan jenis datanya. Misalnya data informasikebencanaan haruslah dilakukan setiap saat sedangkan data kontakpersonel dapat dilakukan 3 bulan sekali.

b. Khusus pemutakhiran data/informasi pada saat operasi tanggapdarurat haruslah dilakukan setiap saat (menit dan jam) untukmemastikan kondisi terakhir di lapangan selalu terpantau.

Pelaku

a. Operator Data Base adalah petugas yang memiliki kewajiban dalammelakukan pemutakhiran data yang ada.

b. Petugas yang lain apabila mendapatkan data/informasi yang terkinidapat memberikan data/informasi tersebut kepada petugas operatordata base.

Obyek Untuk Pemutakhiran

a. UPT. PUSDALOPS PB haruslah memiliki kerjasama denganlembaga/intansi terkait yang memiliki sumber keabsahan data sepertihalnya dengan BMKG untuk jenis data/informasi yang berkaitan eratdengan iklim dan cuaca.

b. Disamping itu kontak personil juga bisa dijadikan sumberpemutakhiran data khususnya pada saat operasi tanggap darurat.

Metode melakukan pemutakhiran Data

25

a. Pemutakhiran bisa dilakukan dengan jalan meminta langsung datayang dibutuhkan baik melalui jaringan faksimili, internet maupundengan penjemputan langsung ke sumber informasi.

b. Penggunaan referensi laporan juga bisa dijadikan salah satu metodeuntuk melakukan pemutakhiran data/informasi.

V. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

Dalam menjalin arus pertukaran data/informasi oleh, dari untuk masyarakat luas,UPT. PUSDALOPS PB mesti memperhatikan beberapa hal di bawah ini untukmemastikan bahwasanya data/informasi yang tersebar di masyarakat luas adalahinformasi yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

Dalam Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, UPT. PUSDALOPS PB berkewajibandalam menyediakan data dan informasi terkait yang dibutuhkan dalam berbagaikegiatan komunikasi, informasi, dan ejukasi yang dilakukan lewat peningkatankesadaran masyarakat dan media guna menunjang penyediaan pelayanan yang

berkualitas dan prima.

1. Penyadaran masyarakatUntuk mendukung peran BPBD dalam hal peningkatan kesadaran masyarakat,maka penyebaran dan penggunaan informasi di masyarakat haruslahmemperhatikan beberapa hal di bawah ini:a. Pemberian informasi kepada masyarakat haruslah jelas, lugas, tidak

bertele-tele. Hal ini menjadi penting dalam situasi tanggap daruratbencana, sehingga informasi yang diterima masyarakat haruslah berupaarahan atau himbauan yang singkat dan dapat dimengerti.

b. Penyebaran informasi kepada masyarakat dapat dilakukan denganmenggunakan berbagai media seperti brosur, selebaran dan poster untukmenghemat biaya. Sedangkan jenis informasi yang bersifat arahan yangharus segera direspons oleh masyarakat dapat memanfaatkan mediaelektronik yaitu TV dan Radio.

2. Penyadaran media (Media Awareness)Keberadaan media sebagai penyambung lidah dari UPT. PUSDALOPS PB

dalam penyebaran informasi dimasyarakat haruslah dilakukan dalam tatarankerjasama yang saling menghormati dan menguntungkan kedua belah pihak.

26

Komunikasi dengan media dalam bentuk publikasi maupun konferensi persdilakukan secara langsung oleh badan yang menaungi UPT. PUSDALOPS PB,dalam hal ini adalah BPBD Provinsi Bali Beberapa hal yang harusdiperhatikan dalam mempersiapkan materi publikasi dan konferensi persantara lain:a. Mengingat jaringan media cetak dan elektronik sangat luas cakupan

wilayahnya dan bisa di akses oleh masyarakat banyak jadi dalampenyebaran informasi yang akan disampaikan haruslah benar-benarinformasi yang penting, layak dikonsumsi publik dan juga dapat dipercaya.

b. Khusus dalam situasi tanggap darurat, media siar (TV dan Radio)haruslah memberikan kemudahan dalam melakukan pemotongan acarauntuk penyampaian informasi terkait dengan kebencanaan tersebut.

c. Saling menghormati antar lembaga mesti dijaga dan dilakukan agarkualitas pelayanan informasi berjalan prima dan tidak memihak ataupunmemojokkan salah satu pihak saja.

3. Pelayanan Informasi PrimaUPT. PUSDALOPS PB yang menjalankan fungsi pusat data dan informasikebencanaan dapat memberikan pelayanan informasi yang prima kepadapihak yang membutuhkan dengan memperhatikan hal berikut:a. Kemudahan mengakses informasi yang dibutuhkan.b. Kecepatan pencarianc. Ketepatan isi informasid. Kemudahan penyampaiane. Keabsahan dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Jaringan/Networking

VI. SUMBER DAYA

Sumber daya dalam fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai pusat data daninformasi kebencanaan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu Sumber Daya Manusia(SDM) dan Sumber Pendanaan.

1. SDM UPT. PUSDALOPS PB

Kualitas SDM yang menggerakkan fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai PusatData dan Informasi Kebencanaan sangat menentukan dalam penyediaan

27

pelayanan informasi yang prima karena sebaik apapun sistem dan secanggihapapun peralatan dan perlengkapan tanpa SDM yang handal dan berkualitassangat tidak mungkin untuk dapat mewujudkan fungsi UPT. PUSDALOPS PBsebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan.

Dengan demikian, pemberian orientasi dan pelatihan secara bertahap kepadaSDM sangat mutlak diperlukan yaitu dengan melakukan langkah-langkahsebagai berikut:

a. OrientasiSetiap SDM yang terlibat dalam UPT. PUSDALOPS PB haruslahmendapatkan sesi orientasi mengenai UPT. PUSDALOPS PB yangmengupas tuntas mulai dari fungsi sampai dengan pengelolaan sumber-sumber daya yang diperlukan.

b. Pelatihan DasarPelatihan dasar bagi tenaga yang menjalankan fungsi UPT. PUSDALOPSPB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan adalah Pelatihan

Komputer Dasar, Pengenalan dan Penggunaan Program Database UPT.PUSDALOPS PB dan juga adalah Pelatihan Komunikasi Efektif.

c. Pelatihan LanjutanPelatihan lanjutan tidak hanya untuk memantapkan pelatihan dasar yangtelah diperoleh, tetapi pelatihan yang juga mesti dikuasai adalah pelatihanketerampilan dalam melakukan troubleshooting peralatan yang mengolahdata dan informasi kebencanaan.

d. Pelatihan PenyegaranSecara berkesinambungan dan berkala pelatihan penyegaran dilakukanguna menjaga kualitas dan kapasitas SDM yang telah dilatih.

2. Sumber PendanaanDalam kaitan dengan pengelolaan anggaran untuk menjalankan fungsi UPT.PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan sudahbarang tentu sesuai dengan anggaran induk UPT. PUSDALOPS PB mulai darisumber-sumber pendanaannya sampai kepada pengelolaan anggaran yangtelah direncanakan dalam rancangan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA)UPT. PUSDALOPS PB.

28

VII. PERALATAN

Kesinergisan peralatan yang dibutuhkan dalam mengoperasionalkan Pusat Datadan Informasi Kebencanaan adalah sebagaimana dalam PedomanPenyelenggaraan UPT. PUSDALOPS PB di Provinsi Bali.

Namun demikian secara garis besar ada beberapa hal yang perlu diperhatikanakan ketersediaan peralatan untuk tujuan ini yaitu:

1. Ketersediaan peralatan yang mudah dipergunakan oleh petugas Pusat Datadan Informasi Kebencanaan.Kemudahan yang dimaksud adalah kemudahan dalam pengoperasian pirantiyang dipergunakan.

2. Ketersedian suku cadang yang mudah didapatkan.Perihal ini untuk mengantisipasi apabila ada kerusakan yang mesti dilakukanpenggantian atas piranti yang ada bisa dengan cepat ditanggulangi.

3. Penggunaan teknologi dan kelengkapan administrasi yang ramah lingkunganPenggunaan kertas yang tahan lama untuk disimpan dalam jangka waktulama tanpa menimbulkan polusi pelepasan karbon dipergunakan dalam

penyimpanan data yang bersifat hardcopy.

4. Pemutakhiran peralatanAlih teknologi untuk menunjang fungsi pusat data dan informasi secaraterencana perlu dilakukan sesuai dengan perkembangan teknologi dankebutuhan masyarakat.

5. Perawatan dan pemeliharaanPerawatan dan pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dapat dilakukandengan tujuan untuk menjaga masa penggunaan dari piranti yangdipergunakan.

VIII. PENUTUP

Demikian Petunjuk Pelaksanaan dalam penatalaksanaan fungsi UPT. PUSDALOPSPB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan yang bisa dijadikan acuandalam mengoperasionalkan fungsi ini.

Improvisasi dan inisiatif tanpa meninggalkan kaidah-kaidah dalam pedomanpenyelenggaraan UPT. PUSDALOPS PB dapat dilakukan dengan tujuan

29

memudahkan dan membantu dalam menjalankan fungsi UPT. PUSDALOPS PBsebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan.

Lampiran1. Alur Fungsi PUSDALOPS sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan

30

LAMPIRANAlur Fungsi UPT. PUSDALOPS PB sebagai Pusat Data dan Informasi Kebencanaan

DATA

BARU

PEMUKTAHIRAN

PENGOLAHAN PENYIMPANAN(DATABASE) LAYANAN

PENANGGULANGANBENCANA

SHARINGDATA

PERMINTAANDATAPENGKAJIAN

(Triangulasidata)

29

C. PROSEDUR TETAP (PROTAP) PELAPORAN UPT. PUSDALOPS PB PROVINSIBALI

I. PENDAHULUAN

Pada dasarnya semua pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pusdalops PB perludilaporkan sebagai salah bentuk laporan pertanggungjawaban. Prinsip pelaporantetap mengikuti prosedur pelaporan sebagai bagian dari instansi pemerintah yangdilakukan secara berjenjang. Namun demikian tugas-tugas Pusdalops PB yangspesifik memerlukan pengaturan khusus tentang sistem pelaporannya. Oleh karenaitu perlu disusun Standar Prosedur Pelaporan UPT Pusdalops PB yang dijadikanpedoman oleh seluruh operator dalam melaksanakan tugasnya.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud disusunnya Standar Prosedur Pelaporan yaitu untuk memberikan pedoman

operator UPT. PUSDALOPS PB dalam menyusun dan menyampaikan laporanpelaksanaan tugasnya kepada unsur pimpinan yang terkait.Sedangkan tujuan yang hendak dicapai disusunnya Standar Prosedur Pelaporanadalah :1. Sebagai dasar penyusunan pelaporan oleh operator;2. Adanya standar pelaporan yang mudah dipahami sehingga memudahkan

pengambilan keputusan;3. Hasil pelaporan dapat dijadikan sumber informasi dan referensi utama dalam

melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi UPT. PusdalopsPB.

III.KETENTUAN UMUM

1. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih penting danmenjadi pengetahuan yang lebih berguna;

2. Laporan adalah adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatukegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tugas pokokdan fungsi UPT. Pusdalops PB;

3. Prosedur Tetap (Protap) Pelaporan adalah dokumen yang berisi rangkaian

instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses dan langkah-langkahpenyelenggaraan laporan;

30

4. Laporan Bencana adalah adalah dokumen pelaporan yang mencakup peringatandini (pra bencana), kejadian bencana dan pasca bencana;

5. Laporan Peringatan Dini Bencana adalah dokumen pelaporan tentang adanyaperingatan dini bencana di wilayah Bali atau berdampak di wilayah Bali;

6. Laporan Kejadian Bencana adalah dokumen pelaporan tentang kejadian bencanadi wilayah Bali atau berdampak di wilayah Bali;

7. Laporan Pasca Bencana adalah dokumen pelaporan tentang perkembanganpenanggulangan bencana di wilayah Bali atau berdampak di wilayah Bali;

8. Laporan Kegiatan atau Pelayanan ESR adalah dokumen pelaporan tentangkegiatan dan pelayanan ESR Pusdalops PB yang dilaporkan sebagai laporanbulanan;

IV. PRINSIP – PRINSIP PENULISAN LAPORAN

Laporan yang disusun harus memenuhi syarat–syarat berikut ini.

1. Lengkap, artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap;

2. Jelas, menggunakan bahasa yang benar dan komunikatif dan tidak tidak memberipeluang ditafsirkan secara berbeda penerima laporan;

3. Benar/akurat, menyampaikan data dan fakta valid untuk menghindari arahanatau keputusan yang salah;

4. Sistematis, laporan harus diorganisasikan sedemikian rupa, dengan sistempengkodean yang teratur sehingga mudah dibaca untuk menunjang unsurkejelasan yang sudah diciptakan oleh unsur – unsur bahasa;

5. Objektif, penulis laporan tidak boleh memasukkan selera pribadi ke dalamlaporannya;

6. Tepat waktu, ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporanbisa mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan.

V. TUJUAN LAPORAN

1. Diseminasi informasi

2. Memperoleh arahan/keputusan

3. Menguraikan sesuatu peristiwa, prosedur, tindakan, dan lain-lain.

4. Membuat record/arsip sesuatu peristiwa

31

VI. JENIS LAPORAN BENCANA UPT. PUSDALOPS PB

1. Laporan Awal, yaitu laporan bencana melalui SMS/Telp dengan tujuan untukpenyampaian informasi dengan segera;

2. Laporan Lanjutan, yaitu laporan bencana tertulis yang merupakan lanjutanlaporan awal dan dapat berbentuk laporan harian, laporan insidental, laporanbulanan atau laporan tahunan.

VII. WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN BENCANA UPT. PUSDALOPS PB

1. Laporan Insidental, Laporan yang tidak disampaikan secara rutin, sepertilaporan atas data/informasi bencana atau informasi yang berkaitan denganfungsi-fungsi Pusdalops PB dan dilakukan dengan segera;

2. Laporan Periodik, Laporan untuk suatu periode tertentu, seperti laporan harian,mingguan, bulanan dan seterusnya.

VIII. PENERIMA PELAPORAN BENCANA UPT. PUSDALOPS PB

1. Gubernur Bali

2. Kepala BPBD dan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali

3. Pejabat struktural UPT. Pusdalops PB

4. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

5. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat

6. Staf Khusus Presiden

7. Menteri Dalam Negeri

IX. STANDAR PROSEDUR PELAPORAN BENCANA UPT. PUSDALOPS PB

1. Penerimaan Informasi

1.1. Informasi bencana maupun non bencana dapat diterima di Pusdalops PByang bisa bersumber instansi pemerintah, instansi non pemerintah, darimasyarakat ataupun dari media massa.

1.2. Sarana penerimaan antara lain melalui telepon, email, fax, radio, televisi,sms, CCTV, hasil pengamatan langsung dan lainnya;

32

1.3. Operator yang menerima informasi melakukan validasi informasi biladiperlukan;

1.4. Operator yang menerima informasi, melaporkan kepada Koordinator Piketdan memberitahukan kepada operator lainnya;

2. Penilaian Informasi

2.1. Koordinator Piket menilai informasi untuk ditindaklanjuti sesuaikeperluan/prosedur tetap terkait, dan meminta operator laporan untukmenyusun pelaporan;

2.2. Penilaian informasi didasarkan atas :

a. Pemilahan informasi, apakah informasi bencana atau informasi nonbencana seperti informasi kondisi peralatan, menerima kunjungan,dan informas lainnya;

b. Menentukan materi laporan sesuai prinsip laporan;

c. Menentukan penerima laporan;

d. Menentukan jenis pelaporan;

e. Menentukan bentuk pelaporan;

f. Menentukan waktu pelaporan;.

2.3. Laporan bencana terpisah dari laporan non bencana maupun laporanpelayanan ESR

2.4. Laporan bencana diterima oleh semua penerima laporan yang ditentukandalam Standar Prosedur Pelaporan.

2.5. Laporan Non Bencana dan Laporan Pelayanan ESR diterima olehpenerima laporan daerah sesuai materi laporan.

3. Mekanisme Pelaporan

3.1. Laporan Bencana Tingkat Awal

Laporan singkat bencana yang disampaikan dengan segera melalui SMSdan atau telepon ke semua penerima laporan di tingkat daerah sebagailaporan informatif.

3.2. Laporan Bencana Tingkat Lanjutan

Lanjutan laporan awal yang dibuat secara tertulis, dengan kriteriasebagai berikut :

33

3.2.1. Laporan Peringatan Dini Bencana :

a. Peringatan dini bencana tingkat Kabupaten/Kota, laporantertulis disampaikan oleh Koordinator Piket kepada KepalaUPT. Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada KepalaPelaksana BPBD Provinsi Bali;

b. Peringatan dini bencana tingkat Provinsi dan atau tingkatnasional di wilayah Bali, laporan tertulis disampaikan olehKoordinator Piket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dansalinannya dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD ProvinsiBali dan Kepala BNPB;

c. Laporan peringatan dini bencana yang tidak memerlukanarahan pimpinan dengan segera maka laporan peringatan dinibencana dilaporkan sebagai laporan harian piket;

d. Laporan peringatan dini bencana yang memerlukan arahanpimpinan dengan segera maka laporan peringatan dinibencana dilaporkan sebagai laporan insidental yang perlusegera dilaksanakan;

3.2.2. Laporan Kejadian Bencana :

a. Kejadian bencana tingkat Kabupaten/Kota, laporan tertulisdisampaikan oleh Koordinator Piket kepada Kepala UPT.Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada KepalaPelaksana BPBD Provinsi Bali;

b. Kejadian bencana tingkat Provinsi dan atau tingkat nasional diwilayah Bali, laporan tertulis disampaikan oleh KoordinatorPiket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dan salinannyadilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali danKepala BNPB;

c. Laporan kejadian bencana yang tidak memerlukan arahanpimpinan dengan segera maka laporan kejadian bencanadilaporkan sebagai laporan harian piket;

d. Laporan kejadian bencana yang memerlukan arahan pimpinan

dengan segera maka laporan kejadian bencana dilaporkansebagai laporan insidental yang perlu segera dilaksanakan;

34

3.2.3. Laporan Pasca Bencana :

a. Laporan Pasca Bencana tingkat Kabupaten/Kota, laporantertulis disampaikan oleh Koordinator Piket kepada KepalaUPT. Pusdalops PB dan salinannya dilaporkan kepada KepalaPelaksana BPBD Provinsi Bali;

b. Laporan Pasca Bencana tingkat Provinsi dan atau tingkatnasional di wilayah Bali, laporan tertulis disampaikan olehKoordinator Piket kepada Kepala UPT. Pusdalops PB dansalinannya dilaporkan kepada Kepala Pelaksana BPBD ProvinsiBali dan Kepala BNPB;

c. Laporan Pasca Bencana disusun secara sistematis untukmemuat informasi berurutan sejak hari pertama kejadian;

d. Laporan Pasca Bencana yang tidak memerlukan arahan

pimpinan dengan segera maka laporan kejadian bencanadilaporkan sebagai laporan harian piket;

e. Laporan Pasca Bencana yang memerlukan arahan pimpinandengan segera maka laporan kejadian bencana dilaporkansebagai laporan insidental yang perlu segera dilaksanakan;

3.2.4. Laporan tertulis dapat disampaikan secara langsung atau melaluiemail dan faximili;

3.2.5. Laporan tertulis dapat ditembuskan kepada KementerianKoordinator Kesejahteraan Rakyat RI, Kementerian Dalam Negeri,Staf Khusus Presiden dan instansi lainnya apabila diminta;

3.2.6. Koordinator Piket menanda tangani laporan bencana tertulis danuntuk laporan melalui SMS, Telepon dan Email menyebutkansumber laporan;

3.2.7. Operator pelaporan menyerahkan laporan bencana kepadaarsiparis UPT. Pusdalops PB untuk diarsipkan

3.3. Laporan Kegiatan atau Pelayanan ESR

3.3.1. Kegiatan atau pelayanan ESR setiap hari dicatat sebagai kegiatanharian oleh administrator ESR dan diketahui oleh Koordinator

Piket;

35

3.3.2. Laporan kegiatan atau pelayanan pelayanan ESR dibuat secaraterpisah dengan laporan bencana;

3.3.3. Laporan kegiatan atau pelayanan ESR adalah laporan bulananESR yang merupakan rekapan dari catatan kegiatan ataupelayanan harian ESR;

3.3.4. Laporan kegiatan atau pelayanan ESR dilaporkan oleh KepalaSeksi Tanggap Darurat dan Pelayanan KegawatdaruratanPusdalops PB kepada Kepala Pelaksana BPBD melalui Kepala UPT.Pusdalops PB;

36

37

XI. PENUTUP

Demikian Standar Prosedur Pelaporan ini disusun sebagai pedoman operator diUPT. Pusdalops PB dalam melaksanakan tugas. Hal-hal yang belum diatur danyang perlu direvisi agar dicatat sebagai referensi perbaikan Standar ProsedurPelaporan lebih lanjut.

38

Lampiran :1. Format Laporan Piket

KOP Surat

L A P O R A N

KepadaDari / ShiftWaktu LaporanJenis Laporan

::::

Laporan Peringatan DiniInformasiSumber InformasiInformasi MasukTindak LanjutRekomendasi

:::::

-----

Laporan Kejadian BencanaInformasi BencanaLokasi KejadianWaktu KejadianSumber InformasiInformasi MasukDampak Bencana

::::::

------

Tindak Lanjut : Pengendali :: Penanganan :: Disiminasi :: Hambatan :

Rekomendasi :

Laporan Pasca BencanaInformasi BencanaUpdate Informasi

::

--

LampiranInformasi PersonilInformasi Sarana KerjaLap. ESRLap. Lainnya

::::

----

Demikian disampaikan, mohon mendapat perhatian sebagaimana mestinya

Penanggungjawab Piket Regu A

(Drs. I Gde Made Jaya Serataberana, M.Si)

Koordinator Piket Regu A

(I Gede Agung Teja BY, SSTP, M.Si)

39

2. Format Laporan SMS

Jenis Kejadian_Lokasi_Waktu_Dampak_Penanganan_Rekomendasi*)_pengirim

Ket : _ = spasi*) = bila diperlukan

3. Format emailLaporan yang diemail adalah laporan tertulis

4. Format Laporan BulananMenyesuaikan dengan kebutuhan laporan.

38

D. 0.PROSEDUR TETAP (PROTAP) KESIAPSIAGAAN DAN PERINGATANDINI UPT. PUSDALOPS PB PROVINSI BALI

I. LATAR BELAKANG

Provinsi Bali yang terletak di rangkaian sabuk api (ring of fire) membuat tidak

luput dari bencana. Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, Provinsi Bali rawanterhadap beragam bencana, seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus,banjir, dan sebagainya. Hal ini tentunya berdampak pada kehidupan masyarakatBali dan sektor pariwisata yang menjadi denyut nadi perekonomian. Untukmengantisipasi hal ini, maka Pemerintah Provinsi Bali melalui UPT Pusdalops PB(Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana),mengembangkan langkah-langkah yang tepat dalam penanggulangan bencana.UPT. Pusdalops PB adalah institusi yang dibentuk untuk memonitor dan mengkajigejala – gejala terjadinya suatu bencana serta bertugas mendiseminasikanperingatan dini kepada masyarakat melalui sistem yang dikembangkan, dengandukungan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia.

Dalam melaksanakan tugasnya, UPT. Pusdalops PB Provinsi Bali menjalankanbeberapa fungsi, salah satunya adalah dalam mengkoordinasikan peringatan diniuntuk beragam bencana. Informasi peringatan dini yang diterima UPT PusdalopsPB Provinsi Bali kemudian diteruskan kepada instansi-instansi terkait agarmasing-masing instansi dapat segera berkoordinasi dan melakukan tindakanyang cepat dan tepat. Periode peringatan dini merupakan masa yang sangat

penting sehingga harus dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan demikian,untuk mendukung koordinasi peringatan dini oleh UPT Pusdalops PB ProvinsiBali, maka dipandang perlu untuk mengembangkan Prosedur Tetap (Protap)Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini UPT Pusdalops PB.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan Protap ini adalah sebagai pedoman yang sistematis dan

harus diikuti oleh setiap personil UPT Pusdalops PB dalam melakukan aktifasisistem peringatan dini yang dikembangkan di Provinsi Bali, antara lain peringatandini untuk gempa bumi dan tsunami, banjir, dan gunung meletus.

39

Dengan demikian, tujuan penyusunan Protap ini adalah memberikan petunjuk

kerja yang sistematis dan efektif kepada para personel UPT Pusdalops PB dalammenjalankan fungsinya sebagai Pusat Peringatan Dini Bencana, sehingga korbandapat diminimalkan atau dikendalikan.

III. KESIAPSIAGAAN DAN PERINGATAN DINI

Pengembangan Protap ini meliputi kesiapsiagaan dan peringatan dini untuk

beragam bencana di Provinsi Bali. Kesiapsiagaan yang dimaksud dalam Protap iniadalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencanamelalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdayaguna. Sedangkan peringatan dini adalah informasi yang disampaikan secaratepat dan efektif melalui lembaga tertentu, agar masyarakat di daerah rawanbencana dapat mengambil tindakan atau memberikan respons yang tepat untukmenghindari atau mengurangi resiko suatu bencana. Dengan demikian, padamasa siaga, personil UPT Pusdalops PB hendaknya melakukan kegiatan-kegiatandalam kerangka kesiapsiagaan sehingga dapat mengidentifikasi suatu kejadian

bencana yang membutuhkan peringatan dini.

Pelaksanaan kesiapsiagaan dan peringatan dini oleh UPT Pusdalops PB telahdikembangkan dengan alur berikut ini (lihat halaman berikutnya). Sesuai denganalur tersebut, peringatan dini dilakukan apabila bencana berjalan dalam ritmelamban (slow on set). Segera setelah peringatan dini dilakukan, UPT PusdalopsPB Provinsi Bali langsung melaksanakan Protap Tanggap Darurat Bencana.

40

Protap Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini

Hubungi instansi yang berwenang sepertiBMKG, Pusat Vulkanologi & Mitigasi

Bencana Geologi, dsb untuk analisis lebihlanjut.

Identifikasi dan hubungi instansi yang terkaitdengan kejadian tersebut untuk analisis

mengenai gejala/kejadian yang ditemukan

Informasi kejadian (tanpa bencana)

Gejala yang belum pernah dialami, tapiberkemungkinan memiliki dampak buruk.Contoh: semburan lumpur di Kab. Serang

(Juni 2009), pandemi flu babi, dsb.

Gejala akan terjadi bencana, antara lainberdasarkan kajian terhadap: laporan cuaca (curah

hujan, kecepatan angin, dll), jumlah titik panas,peningkatan aktivitas gunung api, dll.

Monitor dan jaga komunikasi denganlembaga-lembaga yang berkompeten tsb

Cek database terkait wilayah yang rawanterhadap gejala di atas.

Laporkan kepada Kepala Pusdalops danKepala BPBD mengenai kejadian tsb.

Kumpulkan informasi kejadian yang terkaitdari berbagai sumber (instansi, media, dsb)

Diseminasi informasi ke instansi terkait ditingkat Provinsi, dengan saran:

- Cek kondisi infrastruktur terkait dan dampak kejadian terhadap infrastruktur

- Cek kawasan yang rawan bencana- dll.

Diseminasi informasi ke Kab/Kota dan daerahyang akan terkena dampak, dengan saran:

- Cek kawasan permukiman dan penduduk- Cek kondisi infrastruktur yang terkait- Cek kondisi alam yang rawan bencana- Cek relief stock, relawan, dan sumber daya

lain yang siap dimobilisasi- dll

Diseminasi informasi ke Kab/Kota dandaerah tetangga yang tidak terkena

dampak, dengan saran:- Cek relief stock, relawan, sumber daya

lain yang siap dimobilisasi- dll

Monitor situasi dengan Kab/Kota daninstansi yang terkait

Konfirmasi dari instansi terkait (BMKG, PVMG,etc) dan Laporan Kab/Kota mengenai hasil

pengecekan bahwa tidak ada potensi bencana

Konfirmasi dari instansi terkait (BMKG,PVMG, etc) dan Laporan Kab/Kota mengenai

hasil pengecekan bahwa ada potensibencana

Pengakhiran monitoring kejadian,dengan informasi:

- Bahwa ancaman sudah berakhir- Instansi-instansi terkait tetap dalam

keadaan siaga di Provinsi dan Kab/Kota

Diseminasi informasi ke Kab/Kota daninstansi di Provinsi

Bencana tidak langsung terjadi (slow onset), misalnya banjir, letusan gunung api,

pandemi flu babi, dsb.

Bencana langsung terjadi, misalnyalongsor, tsunami, dsb.

Lakukan Peringatan Dinidengan diseminasi informasi

ke Kab/Kota, daerahterdampak, dan instansi

terkait di Provinsi

Analisis wilayahterdampak(demografi,

sumber daya,dsb)

Jalankan SOP tanggapdarurat

Konfirmasi ulang

Laporkan situasi dan temuan kepadaKepala BPBD dan Gubernur

Laporkan kepada KepalaPusdalops PB dan Kepala

BPBDlaporkan Laporkan

Hubungi Tim Reaksi Cepat BPBD danTRC dari instansi/lembaga terkait untuk

persiapan kaji cepat bencana

Konfirmasi ulang

Arahan Arahan

Jalankan SOP Peringatan DiniTsunami

41

Diagram alir tersebut bersifat umum untuk diterapkan dalam peringatan diniuntuk semua bencana. Terdapat beberapa alur peringatan dini yangdikembangkan untuk Provinsi Bali, diantaranya adalah peringatan dini banjir,peringatan dini gunung meletus, dan peringatan dini tsunami. Khusus mengenaiprosedur tetap peringatan dini tsunami telah dikembangkan dalam protap yangterpisah dari protap ini. Dengan demikian, untuk melakukan peringatan dinitsunami, silahkan merujuk pada Prosedur Tetap Sistem Peringatan Dini Tsunami.

IV. PERINGATAN DINI BANJIR

a. Gambaran Bencana Banjir di Provinsi Bali

Terjadinya alih fungsi lahan di beberapa tempat di provinsi ini telah

mengakibatkan banjir pada musim hujan. Beberapa contoh kasus bencana banjirdi Bali antara lain:

- Banjir di DAS Tukad Badung- Banjir di Daerah Suwung dan sekitarnya- Banjir di DAS Tukad Ayung

Walaupun Pemerintah Provinsi Bali telah mengupayakan beragam perbaikan di

titik-titik pengendali banjir, namun tetap diperlukan kesiapsiagaan danpengembangan sistem peringatan dini banjir.

b. Diagram Alir Peringatan Dini Banjir

Silahkan lihat halaman berikut untuk diagram alir peringatan dini banjir UPTPusdalops PB Bali. Tahapan yang berjalan adalah:

1. UPT Pusdalops PB Provinsi Bali menerima informasi dari BMKG, Dinas PU,Rupusdalops dan masyarakat.

2. UPT Pusdalops PB melakukan triangulasi data (cek, ricek dan cross cek).3. Bila hasil triangulasi data tidak menunjukkan potensi banjir, maka

dilaksanakan diseminasi: waspada, siaga dan informasi potensi banjir.4. Bila hasil triangulasi data berpotensi banjir, maka dilaksanakan diseminasi:

bersiap menghadapi banjir dan melakukan evakuasi bila perlu.

42

Ya berpotensi

Tidak berpotensi

Diseminasi : Tetap waspada

bahaya banjir

Desiminasi : Bersiap menghadapi

banjir dan melakukanevakuasi bila perlu

1.

Koordinasi : Identifikasi

kebutuhan Rencana

menghadapibanjir

Internal Eksternal

Pusdalops(triangulasi)

DokumentasiPelaporan

Informasi

Gambar 1. Diagram Alir Peringatan Dini Banjir

43

5. UPT Pusdalops PB berkoordinasi dengan instansi internal dan instansi terkaitlainnya (seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas PU, PMI Daerah Bali,Rupusdalops Kabupaten/Kota, Basarnas di Bali, Kepolisian). Hal-hal yangdikoordinasikan meliputi:- Identifikasi kebutuhan- Kapasitas yang dimiliki masing-masing instansi/organisasi- Rencana penanggulangan bencana banjir.

c. Kegiatan-kegiatan untuk Mendukung Sistem Peringatan Dini Banjir

Beberapa kegiatan yang mendukung sistem peringatan dini banjir antara lain:

1. Bersama instansi terkait melakukan diseminasi kepada masyarakatmengenai bahaya banjir;

2. Melakukan gladi posko dan gladi lapang dengan melibatkan masyarakatdi daerah rawan bencana dan sekolah-sekolah di daerah tersebut gunameningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadapbahaya banjir;

3. Melakukan pengkajian bahaya banjir seperti; pemetaan daerah rawanbencana banjir, resiko bencana, kapasitas.

d. Sarana/Prasarana Pendukung Sistem Peringatan Dini Banjir

Beberapa sarana/prasarana yang digunakan dalam sistem peringatan dini banjir

antara lain:- Sirine,- Radio UHF dan VHF,- Faxmili,- Telepon,- Internet,- TV,- Kentongan,- Lonceng Gereja,- Pengeras suara mesjid, dsb.

44

Tabel 1. Alur Informasi pada Peringatan Dini Banjir

SumberInformasi

Yang berperan dalamPeringatan Dini

Tindak lanjutInformasi

SaranaInformasi/Desiminasi

SPD1. Masyarakat2. LSM3. Institusi

Teknisa. PUb. BMKG

4. Rupusdalops

1. OperatorPusdalops

2. KaPusdalops/KaBPBD/Gubernur

3. Rupusdalops

1. Triangulasi2. Laporan kpd

Pejabat yangberwenang, untukarahan

3. Koordinasi4. InternalEksternal5. Aktifasi/tidak SPD6. Dokumentasi dan

Pelaporan

1.Telepon2.Radio Komunikasi

(RARI,RAPI)3.Faximili4.SMS5.TV6. Radio Siaran7. Dll

45

V. PERINGATAN DINI GUNUNG MELETUS

a. Gambaran Umum Bencana Gunung Meletus di Provinsi Bali

Provinsi Bali memiliki beberapa gunung berapi yang masih aktif, yaitu GunungAgung, Gunung Batur, dan Gunung Batukaru. Letusan ketiga gunung ini menjadi

ancaman bagi masyarakat yang berada di lereng gunung-gunung tersebut.Walaupun kejadian bencana ini tidak terjadi secara rutin, namun tetapdibutuhkan peringatan dini untuk gunung meletus. Hal ini dimungkinkan karenaletusan gunung berapi terjadi dalam beberapa tahap (slow on set), sehinggadapat dilakukan peringatan dini.

b. Diagram Alir Peringatan Dini Gunung Meletus

Silahkan lihat diagram alir pada halaman berikut untuk diagram alir peringatandini gunung meletus UPT Pusdalops PB Provinsi Bali. Tahapannya adalah:1. UPT Pusdalops PB menerima dan mencari informasi dari BPPT, Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Rupusdalops danmasyarakat.

2. Selanjutnya dilakukan triangulasi data (check, recheck dan cross check).

3. Kemudian dilaksanakan diseminasi pada tiga tahapan yaitu :a. Waspada, dengan ciri-ciri:

- Getaran gempa vulkanik,- Tampak semburan kecil (asap disertai material di sekitar puncak)- Suara gemuruh di gunung,- Turunnya binatang dari gunung

b. Siaga, dengan ciri-ciri :- Intensitas letusan makin tinggi,- Daerah semburan material makin luas,- Terjadinya hujan debu,- Getaran gempa bumi vulkanik meningkat- Air sungai mengering

c. Awas, dengan ciri-ciri :- Diperkirakan dalam waktu 24 jam terjadi erupsi lahar- Awan panas, debu, dan material lainnya menuju ke pemukiman- Intensitas letusan makin tinggi

46

Siaga Letusan, dengan cirri-ciri,sbb: Intensitas letusan makin

tinggi, Daerah semburan material

makin luas, Terjadinya hujan debu, Getaran gempa bumi vulkanik

meningkat Air sungai mengering

Iden

tifik

asi i

nten

sitas

letu

san

PUSD

ALOP

STr

iang

ulas

i

I N

F O

Waspada Letusan, dengan cirri-ciri,sbb: Getaran gempa vulkanik, Tampak semburan kecil (asap

ddisertai material di sekitarpuncak,

Suara gemuruh di gunung, Turunnya binatang dari gunung

Koordinasi dengan instansi terkait untuk: Kesiapan sarana dan prasarana Persiapan SDM.Diseminasi: Masyarakat dilarang melakukan aktifitas di dalam radius

4 km dari kawah gunung api Tidak mendekati daerah bahaya seperti sumber air,

lembah, lereng bukit, dsb. Pengamanan harta benda, ternak dan barang-barang

berharga, Waspada awan panas, Keluar dari radius 4 km menuju daerah aman.

Awas Letusan, dengan cirri-ciri,sbb: Diperkirakan dalam waktu 24

jam terjadi erupsi lahar Awan panas, debu, dan

material lainnya menuju kepemukiman

Intensitas letusan makintinggi,

Koordinasi dengan instansi terkait untuk: Mobilisasi sumber daya yang dibutuhkanDiseminasi: Menghentikan semua aktifitas Menempati daerah aman (pengungsian) Menunggu arahan berikutnya

Gambar 2. Diagram Alir Peringatan Dini Gunung Meletus

Koordinasi dengan instansi terkait untuk: Kesiapsiagaan Kapasitas Identifikasi kebutuhanDiseminasi: Aktivitas terbatas di radius tertentu Larangan mendaki Kewaspadaan terhadap debu/asap material bagi

kegiatan masyarakat dan penerbangan.

47

4. UPT Pusdalops PB berkoordinasi dengan instansi internal dan instansi terkait(seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas PU, PMI Daerah Bali,Rupusdalops Kabupaten/Kota, Basarnas di Bali, Kepolisian). Hal-hal yangperlu dikoordinasikan meliputi:- Kesiapsiagaan- Identifikasi kebutuhan- Kapasitas yang dimiliki masing-masing lembaga- Rencana penanggulangan bencana Letusan Gunung Berapi.

c. Kegiatan-kegiatan untuk Mendukung Sistem Peringatan DiniGunung Meletus

Beberapa kegiatan yang dikembangkan terkait peringatan dini gunung meletus

antara lain:

Melakukan diseminasi kepada masyarakat mengenai bahaya gunung meletusdan memberikan arahan kepada masyarakat/Rupusdalops/Intansi terkaityang berkompenten terhadap bahaya letusan gunung berapi seperti otoritasbandara, otoritas pelabuhan, pemandu wisata.

Melakukan gladi posko dan gladi lapang dengan melibatkan masyarakat di

daerah rawan bencana dan sekolah-sekolah di daerah tersebut untukmeningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahayagunung meletus.

Melakukan pengkajian bahaya gunung meletus seperti pemetaan daerah

rawan bencana banjir lahar, resiko, dan kapasitas yang dimiliki.

d. Sarana/Prasarana Pendukung Sistem Peringatan Dini GunungMeletus

Beberapa sarana/prasarana yang digunakan antara lain:

a. Sirine,b. Radio UHF dan VHF,c. Faximili,d. Telepon,e. Internet,f. TV,

g. Kentongan,

48

h. Lonceng Gereja,i. Pengeras Suara Masjid dan lain sebagainya.

VI. PENUTUP

Demikian Prosedur Tetap Kesiapsiagaan dan Peringatan Dini Bencana UPTPusdalops PB Provinsi Bali yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan tugasdan fungsinya.

55

E. PROSEDUR TETAP (PROTAP) TANGGAP DARURAT PUSDALOPS PBPROVINSI BALI

I. LATAR BELAKANG

Dalam penanggulangan bencana perlu adanya koordinasi dan penangananyang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu dan akuntabel, agar korban jiwadan kerugian harta benda dapat diminimalisir.

Penanggulangan bencana, khususnya pada saat tanggap darurat bencanaharus dilakukan secara cepat, tepat dan dikoordinasikan dalam satukomando. Oleh karena itu apabila status tanggap darurat bencana telah

ditetapkan maka ditunjuk seorang Komandan Tanggap Darurat selakupejabat yang diberikan wewenang untuk memberikan perintah pengerahansumber daya manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja perangkat daerahlainnya, instansi vertikal yang ada di daerah serta langkah-langkah lain yangdiperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana.

Untuk mendukung pelaksanaan tugasnya maka Komandan Tanggap Daruratkemudian mengaktifkan UPT. Pusdalops PB menjadi Pos Komando TanggapDarurat. Sehingga keberhasilan operasi tanggap darurat bencana sangatditentukan oleh UPT. Pusdalops PB selaku Posko Tanggap Darurat.

Berpijak pada hal tersebut diatas maka PUSDALOPS PB sebagai pihak yangmemiliki peranan yang penting dalam operasi tanggap darurat bencanahendaknya memiliki prosedur yang dapat membantu memperlancarpelaksanaan tugas dan fungsinya. UPT. PUSDALOPS PB adalah sebuahorganisasi sebagai pusat pengendalian yang berfungsi mengoperasikanpenanggulangan bencana secara terkoordinasi, terintegrasi sehingga dalampenanganannya dapat terlaksana secara cepat dan tepat.

Untuk memaksimalkan fungsi dari pelayanan tanggap darurat makadiperlukan suatu prosedur tetap pelayanan tanggap darurat bencana.

56

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan Protap ini adalah sebagai acuan oleh PUSDALOPS PB dalammenjalankan fungsinya dalam pelayanan tanggap darurat dibawah koordinasiKomandan Tanggap Darurat.

Tujuan penyusunan Protap Tanggap Darurat ini adalah:a. Meningkatkan kecepatan dan ketepatan PUSDALOPS PB dalam bertindak

sesuai dengan alur atau prosedur yang ditetapkan dan kaidah-kaidahmanajemen penanggulangan bencana dibawah koordinasi BPBD Prov. Bali

b. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada korban bencana.c. Pemenuhan kebutuhan dasar tanggap darurat bagi korban bencana yang

dikoordinasikan dengan posko tanggap darurat.

III. PENGERTIAN TANGGAP DARURAT

Darurat adalah ancaman terhadap manusia, yang berada pada situasi yangberisiko kematian, ataupun gangguan pada kesehatan dan kehidupan sehari –hari, yang tidak dapat ditangani oleh individu, keluarga, masyarakat, ataupunsistem suatu daerah. Sedangkan tanggap darurat adalah serangkaian kegiatanyang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menanganidampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan danevakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana.

Akan tetapi, penentuan tanggap darurat didasarkan pada hasil pengkajian cepatyang dilakukan oleh pihak kabupaten/kota yang tertimpa bencana. Pengkajiancepat ini dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi apabila kabupaten/kota yangterkena bencana tidak dapat melakukan kaji cepat.

Berdasarkan hasil kaji cepat ini, maka pemerintah provinsi dan kabupaten/kotaterkait memutuskan status tanggap darurat yang sesuai. Status tanggap darurat

yang dapat dikeluarkan adalah:a. Tanggap darurat kabupaten/kota, dalam hal ini pemerintah

kabupaten/kota yang terkena dampak bencana memimpin pelaksanaanoperasi tanggap darurat dengan dukungan dari provinsi.

b. Tanggap darurat provinsi, atas dasar:

57

- Berdasarkan hasil kaji cepat diputuskan bahwa kabupaten/kota yangterkena dampak tidak mampu atau kurang memiliki kapasitas untukmemimpin pelaksanaan operasi tanggap darurat.

- Terdapat dua atau lebih kabupaten/kota yang terkena dampak bencana

Dalam keadaan tanggap darurat provinsi, maka pemerintah provinsi memimpinpelaksanaan operasi tanggap darurat dalam rangka memberikan dukungan darikabupaten/kota yang tertimpa bencana.

Apabila status tanggap darurat diputuskan berada di tingkat provinsi, makasegera setelah terbentuknya Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana

Provinsi Bali, Komandan Tanggap Darurat Bencana akan segera mengaktifkanPUSDALOPS PB menjadi Pos Komando Tanggap Darurat Bencana. Posko TanggapDarurat Bencana ini memfasilitasi pelaksanaan operasi tanggap darurat olehKomando Tanggap Darurat dengan memanfaatkan fasilitas dan sumber dayayang dimiliki PUSDALOPS PB. Dengan demikian, Posko Tanggap Darurat Bencanamelaksanakan tugasnya di bawah pimpinan Komandan Tanggap DaruratBencana.

58

Catatan :Tugas Pusdalops / Rupusdalops pada Tanggap Darurat adalah mendukungKomando Tanggap Darurat

Tingkat

Kab/Kota

Ya

Tidak

Kondisi DenganKejadian Bencana

Kontak BPBD melalui Rupusdalopsuntuk mengirim Tim Reaksi Cepat

(TRC) ke lokasi bencana

Pengkajian dan Interpretasi hasilkaji cepat dari TRC oleh BPBD

Kab/Kota

PerluTanggap Darurat

Memantau kejadianbencana

Pengaktifan Rupusdalops PB menjadi PosKomando Tanggap Tanggap Daruratdalam Organisasi Komando Tanggap

Darurat

Kondisi bencana tidak dapatditangani oleh Kab/Kota

Operasi Tanggap Darurat diambil oleh Provinsi

Koordinasi dengan BPBDProvinsi Bali

Koordinasi denganRupusdalops PB mengenai

status tanggap darurat

Kondisi bencana dapatditangani oleh Kab/Kota

Melaksanakan OperasiTanggap Darurat

Penetapan StatusTanggap Darurat

Diseminasi informasi kejadianbencana ke instansi terkait dan

Gubernur

Protap Tanggap Darurat

RU

PU

SD

AL

OP

S P

B K

AB

/KO

TA

PU

SD

AL

OP

S P

B P

RO

VIN

SI

59

IV. DIAGRAM ALIR TANGGAP DARURAT

Diagram alir prosedur tetap tanggap darurat dapat dilihat pada halaman

sebelumnya. Informasi bencana yang telah ditriangulasi sebelumnya kemudianditindaklanjuti oleh PUSDALOPS PB sebagai berikut:

1. PUSDALOPS PB Provinsia) Melakukan diseminasi informasi kejadian bencana ke instansi terkait dan

gubernur.b) Melakukan koordinasi dengan Rupusdalops PB kabupaten/kota tempat

kejadian bencana mengenai hasil kaji cepat dan status tanggap darurat.

Diikuti oleh dua cabang:c) Pengumuman status tanggap darurat oleh kabupaten kota

Apabila status tanggap darurat berada di kabupaten/kota: Melakukan pemantauan pelaksanaan tanggap darurat berdasarkan

rencana operasi yang dikembangkan oleh kabupaten/kota terkait. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di lingkungan provinsi dan

gubernur untuk penyaluran bantuan ke kabupaten/kota terkait.

Melakukan koordinasi rutin dengan RUPUSDALOPS PB sampaipengakhiran operasi tanggap darurat bencana.

Melakukan evaluasi pelaksanaan tanggap darurat oleh PUSDALOPS PBProvinsi segera setelah operasi tanggap darurat berakhir.

Kembali ke protap kegiatan harian.

d) Pengumuman status tanggap darurat oleh provinsi

Apabila status tanggap darurat berada di provinsi: PUSDALOPS PB Provinsi Bali diaktifkan sebagai Pos Komando Tanggap

Darurat Bencana oleh Komandan Tanggap Darurat Bencana. Dalam halini, Posko Tanggap Darurat Bencana menfasilitasi pelaksanaan operasitanggap darurat bencana oleh Organisasi Komando Tanggap DaruratBencana.

Sebagai Sekretariat dan Hubungan Masyarakat, Posko Tanggap DaruratBencana menyiapkan materi dan diseminasi informasi bencana sertamelakukan rekapitulasi laporan dan pengelolaan akomodasi untukanggota Komando Tanggap Darurat.

Untuk mendukung bidang Perencanaan, Operasi, Logistik dan

Peralatan, serta Administrasi Keuangan, Posko Tanggap Darurat

60

menjalankan tugas melakukan koordinasi dengan pihak di lapangan(TRC dan instansi lainnya), mempersiapkan data dan informasi yangdibutuhkan dalam penyusunan rencana operasi tanggap darurat,melakukan pendataan dan pengkoordinasian distribusi logistik dilapangan, serta mendukung penyusunan dan distribusi anggarankepada pihak yang berkompeten.

Masing-masing personel yang terlibat dalam beragam fungsi dalamtanggap darurat melakukan koordinasi secara konsisten dan tetapmenyusun laporan piket dan laporan insidentil kejadian bencana,demikian juga halnya dengan pergantian piket yang tetap berjalan.

Semua kegiatan di atas berjalan secara terus menerus sampaiberakhirnya operasi tanggap darurat yang diikuti dengan evaluasi

Kembali ke protap kegiatan harian.

2. RUPUSDALOPS PB Kabupaten / Kotaa) Melakukan diseminasi informasi kejadian bencana ke instansi terkait,

walikota/bupati, dan masyarakat.b) Melakukan kontak dengan BPBD untuk mengirim Tim Reaksi Cepat (TRC)

ke lokasi bencana.c) Melakukan pengkajian dan interpretasi hasil kaji cepat dari TRC dan

melaporkan hasilnya kepada BPBD dan Bupati/Walikota dengan tetapmelakukan pemantauan terhadap kejadian bencana tersebut.

Diikuti oleh dua cabang:d) Pengumuman status tanggap darurat oleh kabupaten/kota

Apabila status tanggap darurat berada di kabupaten/kota: Komandan Tanggap Darurat mengaktifkan RUPUSDALOPS PB menjadi

Pos Komando Tanggap Darurat sebagai bagian dari OrganisasiKomando Tanggap Darurat.

Sebagai Sekretariat dan Hubungan Masyarakat, Posko Tanggap DaruratBencana menyiapkan materi dan diseminasi informasi bencana sertamelakukan rekapitulasi laporan dan pengelolaan akomodasi untukanggota Komando Tanggap Darurat.

Untuk mendukung bidang Perencanaan, Operasi, Logistik danPeralatan, serta Administrasi Keuangan, Posko Tanggap Daruratmenjalankan tugas melakukan koordinasi dengan pihak di lapangan

61

(TRC dan instansi lainnya), mempersiapkan data dan informasi yangdibutuhkan dalam penyusunan rencana operasi tanggap darurat,melakukan pendataan dan pengkoordinasian distribusi logistik dilapangan, serta mendukung penyusunan dan distribusi anggarankepada pihak yang berkompeten.

Masing-masing personel yang terlibat dalam beragam fungsi dalamtanggap darurat melakukan koordinasi secara konsisten dan tetapmenyusun laporan piket dan laporan insidentil kejadian bencana,demikian juga halnya dengan pergantian piket yang tetap berjalan.

Semua kegiatan di atas berjalan secara terus menerus sampai

berakhirnya operasi tanggap darurat yang diikuti dengan evaluasi Kembali ke protap kegiatan harian.

e) Pengumuman status tanggap darurat oleh kabupaten/kota

Apabila status tanggap darurat berada di kabupaten/kota: Semua personel RUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota tempat kejadian

bencana tetap menjalankan perannya untuk mendukung pelaksanaanopereasi tanggap darurat oleh Komandan Tanggap Darurat Bencana ditingkat provinsi.

Peralihan komando tanggap darurat dari kabupaten/kota ke provinsi terjadikarena berbagai sesuai kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya.

V. KEGIATAN TANGGAP DARURAT

Pada kondisi tanggap darurat dilakukan oleh provinsi, maka segera setelahdilakukannya pengaktifan PUSDALOPS PB Provinsi sebagai Pos Komando TanggapDarurat, maka personelnya langsung mempersiapkan diri untuk memfasilitasitanggap darurat oleh Komandan Tanggap Darurat. Dukungan yang diberikankepada Komandan Tanggap Darurat adalah:

- Melaksanakan dan menyampaikan komando strategis yang berasal dariGubernur kepada RUPUSDALOPS PB dan Pos Komando Lapangan.

- Mendukung penyusunan Rencana Operasi Tanggap Darurat bekerjasamadengan instansi dan organisasi terkait.

- Mengkoordinasikan bantuan teknis sesuai kebutuhan masing-masingkabupaten/kota.

62

- Mengolah data dan informasi yang berasal dari RUPUSDALOPS PB tentangpenanganan tanggap darurat bencana sebagai bahan pengambilan keputusanbagi Gubernur dan memberikan informasi resmi tentang kondisi bencana danpenanganan tanggap darurat kepada masyarakat melalui pers.

- Mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi penanganan tanggapdarurat bencana di kabupaten/kota.

Namun demikian, pelaksanaan tugas-tugas di atas berada dalam kerangkakegiatan organisasi komando tanggap darurat bencana. Dengan demikian, PoskoTanggap Darurat Bencana tidak menjalankan secara penuh semua kegiatan

dalam operasi tanggap darurat, namun mendukung pelaksanaan operasi tanggapdarurat bencana dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya yang ada diPUSDALOPS PB Provinsi Bali. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan yangdilakukan oleh Posko Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan organisasiKomando Tanggap Darurat Bencana. Pada prinsipnya tidak ada perbedaandengan tugas-tugas yang telah disebutkan di atas.

1. Pengkajian Kebutuhan (Assessment)

a. Melaksanakan pengkajian cepat (Rapid assessment)

Pengkajian cepat merupakan langkah awal yang menentukan pelaksanaanoperasi tanggap darurat dan dilaksanakan dalam kurun waktu 24 jamsetelah terjadi bencana. Pengkajian ini dilakukan oleh tim darikabupaten/kota, namun provinsi juga dapat bergabung dalam tim ini.Dengan demikian, apabila diperlukan, maka perwakilan personel dariPUSDALOPS PB juga dapat dilibatkan dalam melaksanakan kaji cepat. Halini dapat memperlancar distribusi informasi hasil kaji cepat dari tempatkejadian bencana ke PUSDALOPS PB Provinsi.

Untuk mempercepat pengkajian dapat dilaksanakan beberapa metodepencarian data yakni:

Data primerDapatkan dari survey langsung ke lokasi bencana atau kerjasamadengan lintas sektoral yang terlibat di lokasi .

Data sekunder

Dengan menggunakan sumber lain untuk melengkapi hasil pengkajiandan sebagai perbandingan seperti informasi radio, sumber informasiterkait, televisi dan lain-lain.

63

b. Melaksanakan pengkajian lanjutan (Detail assessment)

Apabila dukungan dari provinsi terhadap kabupaten/kota masihdibutuhkan dalam pengkajian lanjutan, maka personel PUSDALOPS PBProvinsi tetap membantu hingga tahap ini. Pengkajian lanjutan inidilakukan untuk melengkapi data hasil pengkajian cepat, sehingga dapatdigunakan sebagai materi dalam penyusunan rencana operasional(Renop). Pengkajian ini juga mengidentifikasi lembaga-lembaga yangterlibat dalam tanggap darurat dan kegiatannya (who is doing what andwhere).

Langkah-langkah Pengkajian

2. Sekretariat dan Hubungan Masyarakat

Segera setelah dibentuknya Organisasi Komando Tanggap Darurat,PUSDALOPS PB segera diaktifkan menjadi Pos Komando Tanggap DaruratBencana. Personel Posko Tanggap Darurat Bencana ikut ambil bagian dalamorganisasi komando tanggap darurat di bidang kesekretariatan dan hubungan

masyarakat. Tugas yang dilaksanakan dalam bidang ini adalah:

Menyiapkan materi dan diseminasi informasi bencana.

Melakukan rekapitulasi laporan dan pengelolaan akomodasi untuk anggota

komando tanggap darurat.

Cari informasi bencana, lokasi, situasi terakhir, sertasumber-sumber yang ada.

Kumpulkan data(Assessment)

Analisa dan Interpretasi

Laporan

RENOP(Rencana Operasional)

64

3. Perencanaan Operasi Tanggap Darurat

Untuk mendukung bidang perencanaan dalam organisasi Komando TanggapDarurat Bencana, personel Posko Tanggap Darurat melakukan koordinasidengan beragam pihak (termasuk tim di lapangan) dan menyiapkan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana operasi. Rencana operasitanggap darurat berguna untuk:

a. Menetapkan program-program yang akan dilaksanakan pada tahaptanggap darurat.

b. Membantu Posko Tanggap Darurat (baik di provinsi maupunkabupaten/kota) untuk menentukan atau memutuskan program yang

sangat mungkin dilakukan disesuaikan dengan situasi dan kondisi terkaitdengan bantuan-bantuan yang direncanakan ataupun diharapkan dariinstansi terkait.

c. Mempermudah melakukan monitoring dan evaluasi dan sekaligusmenentukan langkah berikutnya.

d. Sebagai rekomendasi lintas sektoral lainnya termasuk kepada KepalaDaerah (Gubernur/Walikota/Bupati) tentang tentang kegiatan yang akandilaksanakan.

Kerangka waktu rencana operasional darurat bergantung pada keputusanrapat komando tanggap darurat. Rencana operasi dapat disusun untuk 14hari pertama, kemudian dapat diperpanjang atau diperpendek sesuaiperkembangan kondisi di lokasi bencana.

Penyusunan rencana operasional harus memperhatikan kapasitas dan sumberdaya yang tersedia, sehingga merupakan peran personel Posko TanggapDarurat untuk mempersiapkan database kapasitas baik yang ada di provinsimaupun kabupaten/kota. Selain hal tersebut diatas, rencana operasionaldisusun harus menyesuaikan dengan kaedah-kaedah manajemen relief(pemenuhan kebutuhan dasar).

Pada prinsipnya, struktur rencana operasional adalah sebagai berikut:

i. Jenis bencanaii. Hari/tanggaliii. Waktu Provinsi/Daerahiv. Kabupaten/Kota/Desav. Sebab bencana/bahaya

65

vi. Dilaksanakan olehvii. Pendahuluan/ringkasanviii. Maksud dan Tujuanix. Hasil yang diharapkanx. Indikator keberhasilanxi. Jenis kegiatan (Uraikan secara singkat per kegiatan dan teknis

pelaksanaannya)xii. Dana (sumber dan uraian pengeluarannya)xiii. Rekomendasi ke Pemerintah setempat (Gubernur, Bupati,

Walikota).

xiv. Monitoring dan evaluasixv. Penutup

3. Logistik

Setelah tersusunnya rencana operasi, maka sesegera mungkin dilaksanakanoperasi tanggap darurat oleh pihak-pihak yang berkompeten.Penyelenggaraan operasi tanggap darurat untuk membantu korban bencanamerupakan hal utama yang dilakukan sehingga membutuhkan pengelolaanlogistik yang tepat. Untuk mendukung hal ini, Posko Tanggap DaruratBencana juga mendukung bidang logistik dari komando tanggap daruratbencana. Terdapat 3 aspek penting dalam logistik:

Pengadaan barang (procurement)

Pergudangan (warehousing)

Penyaluran barang (distribution)

Posko Tanggap Darurat menjadi simpul penting dalam komando tanggapdarurat dalam melakukan pendataan dan pengkoordinasian distribusi logistikke lokasi bencana, antara lain meliputi pergerakan dan distribusi tenagarelawan, peralatan, dan sumber daya lainnya.

4. Bantuan

Personel Posko Tanggap Darurat Bencana tidak terlibat secara langsungdalam penyaluran bantuan di lapangan. Akan tetapi, sama pentingnyadengan penanganan logistik, Posko Tanggap Darurat mendukung komandotanggap darurat dalam melakukan pendataan dan pengkoordinasian distribusibantuan ke lokasi bencana.

66

Penyaluran bantuan sendiri harus memperhatikan kaidah–kaidah manajemenrelief, diantaranya:

a. Prinsip-Prinsip Bantuan Bantuan diberikan secara langsung kepada korban bencana yang

berhak menerimanya. Bantuan disalurkan secara langsung oleh petugas, dan tidak

diserahkan melalui pihak ketiga.

b. Prosedur Penyaluran Bantuan Pra penyaluran bantuan/distribusi.

Registrasi kembali kelompok penerima bantuan.

Menyiapkan keperluan administrasi (logistic form) Kebutuhan transportasi yang diperlukan ke lokasi.

Petugas yang ada di lokasi pendistribusian. Penentuan tempat/titik pendistribusian

c. Pelaksanaan Pendistribusian Mengatur kerumunan masa Pengarahan

Pembagian bantuan

d. Setelah Pendistribusian Rekapitulasi/review kegiatan pendistribusian

Laporan pendistribusian Monitoring dan evaluasi

e. Memilih tempat pendistribusian Cukup menampung total penerima bantuan

Menjamin keamanan barang Menjamin keamanan petugas

Mudah diakses dan tempat yang netral kalau pada bencana konflik

f. Bantuan harus memperhatikan Panca Tepat Tepat waktu

Tepat tempat Tepat sasaran

Tepat jumlah Tepat kualitas

67

g. Monitoring dan evaluasi

Monitoring sangat diperlukan guna mengetahui sebeberapa jauhkeefektifan dari pelaksanaan tanggap darurat bencana. Sementaraevaluasi lebih terfokus pada dampak kemajuan kegiatan oleh PoskoTanggap Darurat Bencana. Ukuran keberhasilannya dapat diukur darisebeberapa jauh pencapaiannya terhadap tujuan yang ditetapkan.

VII. KOORDINASI LINTAS SEKTORAL

Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Bali

mengenai Pedoman Penyelenggaraan PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB didaerah Bali, maka koordinasi lintas sektoral merupakan hal yang perludiperhatikan dalam pelaksanaan tanggap darurat oleh Posko Tanggap DaruratBencana. Apabila tanggap darurat dipimpin oleh kabupaten/kota, makaPUSDALOPS PB Provinsi dan RUPUSDALOPS Kabupaten/Kota menjalankanperannya sebagai berikut:

Tabel 1. Peran PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dalam kondisitanggap darurat di kabupaten/kota

PUSDALOPS PB ProvinsiRUPUSDALOPS PBKabupaten/Kota

Melaksanakan kewenangan

koordinasi denganRUPUSDALOPSKabupaten/Kota

Sebagai Pos Komando Tanggap

Darurat, melaksanakankewenangan komando strategisdan komando taktis terhadapsemua instansi terkait dalampenanggulangan bencana dikabupaten/kota.

Memberikan dukunganterhadap operasi tanggapdarurat di kabupaten/kota(back up)

Melaksanakan kewenangankoordinasi dengan instansi terkaitdalam penanggulangan bencana

Memberikan rekomendasiyang dibutuhkan oleh

Mempersiapkan informasi yangdibutuhkan dalam penyusunan

68

Dan apabila tanggap darurat dipimpin oleh provinsi, maka peran yang dijalankanmasing-masing pihak adalah:

Tabel 2. Peran PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PB dalam kondisitanggap darurat di provinsi

PUSDALOPS PB Provinsi RUPUSDALOPS PBKabupaten/Kota

Memiliki kewenangan komandostrategis dalam operasi tanggapdarurat, termasuk terhadapRUPUSDALOPS Kabupaten/Kota.

Memiliki kewenangan komandotaktis terhadap institusi-institusiterkait di tingkat kabupaten/kota,termasuk pos komando lapangan(posko lapangan).

Melakukan koordinasi denganinstitusi-institusi terkait di tingkatprovinsi.

Memberikan laporan rutin terhadapPUSDALOPS Provinsi terkaitpelaksanaan operasi tanggapdarurat.

Mengkoordinasikan bantuanteknis dari instansi dan lembagaterkait kepada RUPUSDALOPSKabupaten/Kota.

Memberikan masukan kepadaPUSDALOPS Provinsi terkaitpelaksanaan operasi tanggapdarurat.

Dengan pembagian tanggung jawab seperti di atas, PUSDALOPS PB Provinsi

memberikan komando strategis dan bantuan teknis kepada RUPUSDALOPS PBKabupaten/Kota dalam operasi tanggap darurat. Pelaksanaan operasi tanggapdarurat tetap menjadi tanggung jawab kabupaten/kota di bawah komandoRUPUSDALOPS PB.

VIII. SARANA/PRASARANA PENDUKUNG TANGGAP DARURATBENCANA

Sarana prasarana yang dapat digunakan dalam pelaksanaan tanggap daruratoleh Posko Tanggap Darurat Bencana adalah semua fasilitas dan sumber dayayang dimiliki oleh PUSDALOPS PB Provinsi Bali. Namun demikian, dalam

RUPUSDALOPSKabupaten/Kota jikadibutuhkan (advisory)

strategi operasi tanggap darurat

69

melaksanakan tugas di luar lingkungan PUSDALOPS PB, personel Posko TanggapDarurat berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di provinsi sehingga dapatmemanfaatkan fasilitas dan sumber daya yang dimiliki oelh pemerintah provinsi.

IX. PENUTUP

Demikian prosedur tetap tanggap darurat ini disusun untuk dapat dilaksanakandengan sebaik-baiknya .

70

LAMPIRAN

Gubernur

Palang MerahIndonesia

OrganisasiInternasional

dan LSM

Instansi Pemerintahterkait tingkat

Provinsi

Universitas danLembagaPenelitian

ORARI/RAPI

BPBD

PUSDALOPS PBProvinsi

PUSDATIN BNPB

Polisi dan Militer

BPBD

RUPUSDALOPSPB Kab/Kota

Walikota/Bupati

Instansi Pemerintahterkait tingkat

Kabupaten/Kota

Pos KomandoLapangan

Jalur pelaporanJalur koordinasiJalur komandostrategisJalur komandotaktis

Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PBdengan Instansi Terkait

Saat Terjadi Bencana yang ditangani PUSDALOPS PB Provinsi

71

Gubernur

BPBD

PUSDALOPS PBProvinsi

BPBD

RUPUSDALOPSPB Kab/Kota

Walikota/Bupati

Palang MerahIndonesia

Instansi Pemerintahterkait tingkat

Kabupaten/Kota

Universitas danLembagaPenelitian

ORARI/RAPI

OrganisasiInternasional &

LSM

Polisi dan Militer

Jalur pelaporanJalur koordinasiJalur komandostrategisJalur komandotaktis

Pos KomandoLapangan

PUSDATIN BNPB

Hubungan dan Tata Kerja PUSDALOPS PB dan RUPUSDALOPS PBdengan Instansi Terkait

Saat Terjadi Bencana yang Dapat DitanganiRUPUSDALOPS PB Kabupaten/Kota

72

F. PROSEDUR TETAP (PROTAP) PELAYANAN KESEHATAN PRA HOSPITAL

(LAYANAN AMBULANS) EMERGENCY SERVICE RESPONSE (ESR)

PUSDALOPS PB BPBD PROVINSI BALI

I. PENDAHULUAN

Dalam rangka melaksanakan fungsi ke empat UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali

yaitu Pelayanan Ambulans pra-hospital / Emergency Service Response (ESR) telah

dibentuk Tim Emergency Service Response (ESR) Bidang Kesehatan yang

dikendalikan oleh UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali. Tim ini sebelumnya

merupakan Tim Public Safety Centre (PSC) yang berada dibawah kendali Dinas

Kesehatan Provinsi Bali dengan tugas pokok dan fungsi melaksanakan

penanggulangan kegawatdarutan sehari-hari dan kegawatdarutan bencana.

Dengan adanya pengintegrasian PSC menjadi Tim Emergency Service Response

(ESR) Bidang Kesehatan Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali maka perlu disusun

Prosedur Tetap (Protap) Pelayanan Kesehatan Pra Hospital (Layanan Ambulans)

Emergency Service Response (ESR) Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali sebagai acuan

bagi Tim ESR Bidang Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

II. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

Untuk digunakan sebagai pedoman dalam rangka menyelenggarakan pelayanan

pra-hospital (layanan ambulans) Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali

2. Tujuan

a. Menjamin pelayanan pra-hospital yang prima dan berkualitas.

b. Menyatukan pemahaman terhadap pelayanan yang standar dan kerjasama

antar instansi dalam rangka memberikan pelayanan pra-hospital

III. KETENTUAN UMUM

1. Emergency Service Response (ESR) adalah serangkaian kegiatan untuk

pelayanan keamanan, ketentraman, ketertiban, dan perlindungan masyarakat

2. Pelayanan ambulans Pra-hospital adalah layanan kesehatan pertolongan pertama

sebelum dirujuk ke instansi pelayanan kesehatan (rumah sakit).

3. Korlap ESR adalah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas koordinasi

ESR di lapangan

4. Layanan 24/7 adalah pelayanan yang dilakukan secara terus menerus 24 jam

sehari dan 7 hari seminggu.

73

5. SOP adalah langkah-langkah operasional yang disepakati dalam melaksanakan

tugas.

IV. PROSEDUR STANDAR

1. Personil

a. Kekuatan personil ESR Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali adalah 41 orang

yang terdiri dari dokter 8 orang, paramedis 16 orang, petugas administrasi 8

orang dan pengemudi 9 orang

b. Kegiatan ESR bertugas 24/7 dibagi dalam 3 shift dan setiap shift jaga terdiri

dari dokter 1 orang, paramedis 2 orang, petugas administrasi 1 orang &

pengemudi 1 orang.

2. Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung pelayanan ambulans pra-hospital UPT. Pusdalops PB Provinsi

Bali telah dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup memadai. Sarana dan

prasarana yang mendukung pelayanan ambulans pra-hospital antara lain yaitu :

3 unit mobil ambulans tipe transportasi yang berisi brangkar, obat-obatan,

tabung oksigen, alat komunikasi radio.

Peralatan lainnya untuk mendukung kegiatan ESR adalah sebagai berikut :

- Alat Resusitasi untuk Airway dan Breathing Management

• Tabung oksigen

• Selang oksigen

• Bag Valve mask untuk dewasa dan anak

• Orotracheal Tube

• Oropharingeal Tube

• Laringoskop lengkap dengan baterai dan berbagai ukuran daun

laringoskop

• Stetoskop

• Alat Suction

• Pulse Oksimetri

• Spatula lidah

• Semirigid cervical collar

• Sarung tangan

• Masker

- Alat resusitasi untuk circulation management

o Cairan infus (Ringer Laktat, Nacl 0,9%, D5 & 10%,)

o Infus set darah & Infus set biasa

74

o Tiang infus

o Gaas dan plester

o Abbocath G 14 (ukuran terbesar untuk dewasa) G22 (untuk

anak-anak)

- Peralatan keamanan lainnya adalah Alat Pemadam Kebakaran

3. Jadwal dan Tempat Pusat Layanan

Pelayanan ambulans pra-hospital yang dilakukan oleh UPT. Pusdalops PB

Provinsi Bali dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift jaga yaitu pagi : pkl. 08.00 –

14.00, siang : pkl. 14.00 – 20.00, dan malam : pkl. 20.00 – 08.00.

Kegiatan sehari-hari ESR dalam kondisi tidak ada panggilan gawat darurat

dan bencana adalah melaksanakan kegiatan Mobiling dalam setiap shift jaga. Untuk

mobiling pagi dilakukan pada pkl. 10.00-12.00 WITA, siang pada pkl.17.00 -18.00

WITA dan malam pkl .22.00 - 23.00 WITA. Rute Mobiling ESR sebagai berikut :

- ESR Posko Induk Pusdalops PB : Wilayah Pusat Kota Denpasar, Sanur,

Tohpati, Batu Bulan, Baypass Prof Mantra, Ubung, Gatsu Barat dan

Timur.

- ESR Posko Sunset Road : Wilayah Kuta, Nusa Dua, Jimbaran, Baypass

Ngurah Rai, Simpang Dewa Ruci dan Sunset Road.

4. SOP Harian

1) Tugas masing-masing personil

NO PETUGAS TUGAS

1 DOKTER

(Korlap)

1. Menerima laporan dan memastikan kesiapan personil & perlengkapan dari anggota tim jaga lainnya.

2. Memeriksa keadaan obat, alat kesehatan, transportasi, komunikasi bersama tim jaga lainnya.

3. Bertanggung jawab akan keamanan & kenyamanan jaga dengan sesama tim jaga lainnya

4. Melaksanakan tugas medis kegawat daruratan sesuai dengan wewenang profesinya

5. Bertanggung jawab akan isi laporan jaga. 6. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada

Koordinator Piket Pusdalops.

2 PARAMEDIS 1. Mempersiapkan obat & alat kesehatan,

melaporkan kepada korlap. 2. Menjaga kebersihan & kenyaman posko. 3. Melaksanakan tugas medis kegawat daruratan

sesuai dengan Wewenang profesinya.

75

3 ADMINISTRASI 1. Memeriksa kesiapan dan kelengkapan alat

komunikasi 2. Memeriksa kesiapan dan kelengkapan logistic

umum. 3. Melaksanakan absensi radio komunikasi. 4. Bertanggung jawab akan penggunaan semua

alat komunikasi dan logistik umum. 5. Membantu pelaksanaan tugas medis dokter

sesuai dengan wewenang dan kemampuannya sebagai orang awam terlatih.

6. Bersama korlap membuat laporan jaga, kronologi suatu kegawat daruratan, menyimpan data

4 SOPIR 1. Membersihkan armada ambulans. 2. Memeriksa kelengkapan dan kelayakan

penggunaan semua ambulans beserta alat – alat evakuasi yang ada di ambulans.

3. Membantu anggota tim lainnya dalam penanganan kegawat daruratan sesuai wewenang dan kemampuan sebagai orang awam terlatih.

2) Lakukan pemeriksaan fungsi alat komunikasi ( HT )

- Jumlah

- Frekuensi

- Modulasi

3) Lakukan pemeriksaan alat dan obat medis untuk pemberian BHD (Bantuan

Hidup Dasar) di Ambulans ESR

5. SOP Layanan ESR

1. Menerima dan memastikan informasi dari masyarakat melalui telepon, radio,

dan lainnya (5 W, 1 H)

2. Korlap ESR menyiapkan personil dan peralatan ESR

3. Tim ESR melaporkan kepada Koordinator Piket Pusdalops PB (fleksibel sesuai

situasi dan kondisi)

4. Mengutamakan keselamatan tim sesuai peraturan dan perundangan yang

berlaku

5. Langkah-langkah dalam penanganan korban :

76

Tindakan Keadaan Emergency

KEADAAN EMERGENCY

SURVEY SITUASI

SITUASI SEKITAR LOKASI

TIDAK AMAN BAGI

PENOLONG

SITUASI SEKITAR

AMAN BAGI

PENOLONG

JANGAN MENCOBA

MEMBERI PERTOLONGAN

MULAI DEKATI

KORBAN

HUB/KERJASAMA DGN

POLISI/FIRE RESCUE

RE EVALUASI SITUASI

SEKELILING KORBAN

SITUASI SDH AMAN SITUASI TETAP AMAN

ADA BAHAYA YG

SANGAT

MENGANCAM

TIDAK ADA BAHAYA

YG SANGAT

MENGANCAM

EVAKUASI KORBAN

(DONO FURTHER HARM)

MULAI LAKUKAN

PRIMARY SURVEY

LANJUTKAN

SECONDARY SURVEY

77

Korban Tidak sadar

KORBAN TIDAK SADAR

KORBAN TRAUMA KORBAN NON TRAUMA

POSISIKAN

TERLENTANG

CEK, BERSIHKAN DAN JAGA

AIR WAY (DGN C SPINE

PROTEKTION)

CHINLIFT / JAW THRUST

BOLEH DILETAKAN DALAM

LATERAL POSISI

CEK, BERSIHKAN DAN JAGA

AIR WAY

BOLEH DENGAN TRIPLE

AIR WAY MANOUVER

HATI-HATI ANCAMAN RESIKO

ASPIRASI DARI MUNTAHAN

DARAH PADA SALURAN NAFAS

KALAU TIDAK MAMPU MENJAGA

AIR WAY PASANG NASOPHARINGEAL

ATAU OROPHARINGEAL TUBE

KALAU ADA OROTRANGHEAL TUBE

DAN LARYNGGOSKOP,

SILAHKAN PASANG SEGERA

CEK BREATHING

78

Alur penanganan korban tingkat awal

KORBAN EMERGENSI

TENTUKAN STATUS

KESADARAN PASIEN

BERTANYA

BICARA PADA

KORBAN

TEPUK BAHU

KORBAN GOYANGKAN

BADAN KORBAN

COBA BERIKAN

PERINTAH RINGAN

PADA KORBAN

PASIEN SADAR

LETAKAN KORBAN

PADA POSISI YANG

AMAN DAN NYAMAN

LAKUKAN OBSERVASI

THD AIR WAY

BREATHING

CIRCULATION

LANJUTKAN DENGAN

SECONDARY

SURVEY

PASIEN TIDAK SADAR

LANJUTKAN DENGAN

ALGORITMA UNTUK

KORBAN TIDAK SADAR

79