gtj.pdf
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1
“BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF KEDOKTERAN GIGI IV
MEMPERBAIKI PENAMPILAN”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Kuratif Dan Rehabilitatif Pada Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember
Disusun oleh :
Kelompok Tutorial II
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Ketua : Sandya Ariesta Rahayu 091610101047
Scriber Meja : Marda Agung Nugraha 091610101072
Scriber Papan : Musthika Jathiasih 091610101088
Anggota :
1. Desilia Nanda Pratama 091610101009
2. Nur Pradana Apreliantino 091610101020
3. Aprilia Fitri Kartika 091610101037
4. Jane Sutera Sonoe 091610101101
5. Dina Maria Ulfa 091610101044
6. Anis Vina 091610101087
7. Rio Jefri S 091610101075
8. Kumala Dian S 091610101063
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial blok kuratif dan rehabilitatif IV
memperbaiki penampilan. Laporan ini disusun untuk memenuhi laporan hasil diskusi
tutorial kami.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu kami ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Happy harmono, M.kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang
telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang kami
dapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan-
perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua.
Jember, mei 2012
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK........................................................... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………,,, 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 3
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………….. 15
3.1 Diagnosa …………………..………………………………………… 15
3.2 Langkah perawatan ……………………………………...…………… 18
3.3 Piranti yang tepat untuk kasus scenario……………………………… 19
BAB IV KESIMPULAN ……………………………………………………. 21
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau lebih gigi yang
hilang, dan dilekatkan ke satu atau lebih gigi asli atau akar gigi yang bertindak sebagai
penyangga. Jembatan dapat terlepas setelah dipasangkan beberapa lama di dalam rongga
mulut. Terlepasnya jembatan dapat disebabkan karena perubahan bentuk retainer, gigi
penyangga yang goyah, terlarutnya semen, kesalahan dalam pemilihan retainer, karies, dan
bentuk preparasi yang kurang memberikan retensi bagi retainer.
Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam perawatan gigi
tiruan jembatan. Preparasi bertujuan untuk menghilangkan daerah gerong, memberikan
tempat bagi bahan retainer atau mahkota, memungkinkan pembentukan retainer atau
mahkota sesuai dengan bentuk anatomi gigi yang dipreparasi, membangun bentuk retensi
dan menghilangkan jaringan-jaringan yang lapuk oleh karies. Prinsip preparasi gigi
penyangga adalah mendapatkan bentuk akhir yang menjamin retensi yang sebesar-
besarnya bagi retainer. Disamping itu ada hal-hal penting yang harus dilakukan dokter gigi
sebelum melakukan pembuatan gigi tiruan agar keadaan rongga mulut tetap sehat.
Scenario :
Ibu ratna 41 tahun datang ke klinik prostodonsia RSGM Universitas Jember ingin
dibuatkan gigi tiruan cekat untuk menggantikan gigi giginya yang hilang agar dapat
mengunyah dan tidak terlihat ompong. Disamping itu pasien juga ingin merawatkan gigi
bawah kiri yang mengalami perubahan warna. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen
periapikal menunjukan bahwa gigi 23,25,35,dan 37 mempunyai crown and root ratio 1 :
1,5. Hasil pemeriksaan intra oral, gigi 34 menunjukan discoloration dengan post perawatan
endodontic. Pada pemeriksaan klinis menunjukan hubungan gigi25 dengan 35 mempunyai
hubungan cusp to fossa. Pada gigi gigi anterior menunjukkan overjet 3 mm dan overbite 2
mm. pemeriksaan kedalaman sulcus gingival pada gigi 25,34,35 dan 37 menunjukkan 1,5
2
mm pada semua sisi pada gigi 23 mengalami resesi gingival dan pemeriksaan probing deph
1mm dokter gigi selanjutnya menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukan.
1.2. Rumusan Masalah. Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka
timbullah pertanyaan yang perlu dijawab dalam tulisan ini. Ada beberapa masalah yang
dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Apa saja diagnose, pertimbangan pertimbangan sebelum melakukan
perawatan gigi tiruan cekat, dan rencana perawatan apa saja pada kasus scenario?
2. Apa saja langkah langkah perawatan pada kasus scenario?
3. Jenis gigi tiruan apa yang dipakai pada kasus scenario?
1.3. Tujuan. Secara terperinci, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui diagnose, perimbangan sebelum melakukan perawatan gigi
tiruan cekat dan rencana perawatan pada kasus scenario.
2. Mengetahui langkah langkah perawatan pada kasus scenario.
3. Mengetahui jenis gigi tiruan yang dipakai pada kasus scenario.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi.
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi-
geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh
satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implant yang telah dipersiapkan.
2.2. Tujuan Pemakaian. Kegunaan pemakaian gigi tiruan jembatan antara lain :
1. Memperbaiki penampilan. Pada pasien dengan kehilangan gigi, terutama
gigi anterior, tentu saja penampuilan haru diperhatikan.
2. Kemampuan mengunyah. Banyak pasien tidak bisa makan dengan baik
karena banyaknya gigi yang hilang.
3. Stabilitas Oklusal. Stabilitas oklusal dapat hilang karena adanya gigi yang
hilang. Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi disekitarnya ekstrusi, migrasi dan
merusak stabilitas oklusi pasien.
4. Memperbaiki pengucapan. Kehilangan gigi insisivus atas dapat menganggu
pengucapan seseorang.
5. Sebagai splinting periodontal. Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi
tetangganya goyang, jadi gigi tiruan jembatan dapat berfungsi juga sebagai
splinting.
6. Membuat pasien merasa sempurna. Pasien percaya jika penggunaan gigi
tiruan dapat memberikan banyak keuntungan terhadap kesehatannya secara umum.
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi.
Indikasi pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan satu atau lebih gigi geligi asli.
4
2. Gigitan dalam (deep bite).
3. Gigi penyangga memerlukan restorasi.
4. Diastema abnormal, besarnya ruangan protesa kurang dari normal.
5. Gigi penyangga memerlukan penanggulangan berupa stabilisasi atau splint.
6. Terdapat diastema pasca perawatan.
Kontraindikasi untuk pembuatan gigi tiruan jembatan adalah :
1. OH yang tdk terpelihara.
2. Physical handicap.
3. Indeks karies yang tinggi.
4. Cross-bite, malposisi, progeny.
5. Migrasi atau ekstrusi yang parah.
2.4. Komponen-komponen Gigi Tiruan. Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari
beberapa komponen, yakni sebagai berikut:
1. Retainer.
2. Konektor.
3. Pontik.
4. Penyangga (abutment).
5
2.4.1. Retainer.
1. Fungsi Retainer. Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
menghubungkan gigi tiruan tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya :
a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di
tempatnya.
b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi
penyangga.
2. Macam-macam retainer :
a. Extra Coronal Retainer. Yaitu retainer yang meliputi bagian luar
mahkota gigi, dapat berupa :
1) Full Veneer Crown Retainer.
a) Indikasi :
(1) Tekanan kunyah normal/besar.
(2) Gigi-gigi penyangga yang pendek.
(3) Intermediate abutment pasca perawatan
periodontal.
(4) Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek
maupun panjang.
b) Keuntungan :
(1) Indikasi luas.
(2) Memberikan retensi dan resistensi yang
terbaik.
(3) Memberikan efek splinting yang terbaik.
6
c) Kerugian :
(1) Jaringan gigi yang diasah lebih banyak.
(2) Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat
dari all metal).
Extra Coronal Retainer
2) Partial Veneer Crown Retainer.
a) Indikasi :
(1) Gigi tiruan jembatan yang pendek.
(2) Tekanan kunyah ringan/normal.
(3) Bentuk dan besar gigi penyangga harus
normal.
(4) Salah satu gigi penyangga miring.
b) Keuntungan :
(1) Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit.
(2) Estetis lebih baik daripada FVC retainer.
7
c) Kerugian :
(1) Indikasi terbatas.
(2) Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga
sulit.
(3) Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi
kurang.
(4) Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).
Partial Veneer Crown Retainer
b. Intra Coronal Retainer. Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam
mahkota gigi penyangga.
1) Bentuk :
a) Onlay.
b) Inlay MO/DO/MOD
2) Indikasi :
a) Gigi tiruan jembatan yang pendek.
b) Tekanan kunyah ringan atau normal.
c) Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar.
8
d) Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang
normal.
3) Keuntungan :
a) Jaringan gigi yang diasah sedikit.
b) Preparasi lebih mudah.
c) Estetis cukup baik.
4) Kerugian :
a) Indikasi terbatas.
b) Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang.
c) Mudah lepas/patah.
Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.
2.4.2. Konektor (Connector).
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan
retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga menyatukan bagian-
bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan
penyalur beban kunyah. Terdapat 2 macam konektor, yakni :
1. Rigid connector.
2. Non Rigid Connnector.
9
2.4.3. Pontik. Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli
yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan :
1. Fungsi kunyah dan bicara.
2. Estetis.
3. Comfort (rasa nyaman).
4. Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi.
Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain :
1. Berdasarkan bahan. Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat
diklasifikasikan atas :
a. Pontik logam. Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada
umumnya terdiri dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini
memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah
menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan
pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang
kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor
fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
b. Pontik porselen. Pontik jenis ini merupakan pontik dengan
kerangka dari logam sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan
porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana
faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi
dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu
yang lama.
c. Pontik akrilik. Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan
memakai bahan resin akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik
akrilik lebih lunak dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam
untuk kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit. Pontik ini
biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai
bahan pelapis estetis saja.
10
d. Kombinasi Logam dan Porselen. Pontik ini merupakan kombinasi
logam dan porselen dimana logam akan memberikan kekuatan sedangkan
porselen pada jenis pontik ini memberikan estetis. Porselen pada bagian
labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi
(lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak berubah warna jika
dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai
pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian
labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada
jembatan anterior maupun posterior.
e. Kombinasi Logam dan Akrilik. Pada kombinasi logam dan akrilik
ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan estetika sedangkan logam yang
memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat diterima oleh gingival sehingga
permukaan lingual/palatal dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari
logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
2.4.4. Penyangga (Abutment).
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga.
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga.
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.
4. Terminal abutment.
5. Intermediate/pier abutment.
6. Splinted abutment.
7. Double splinted.
11
2.5. Keuntungan dan Kerugian.
Keuntungan dari pemakaian gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut :
1. Karena dilekatkan pada gigi asli maka tidak mudah terlepas atau tertelan.
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien.
3. Tidak mempunyai klamer yang dapat menyebabkan keausan pada
permukaan email gigi, karena tiap kali dilepas dan dipasang kembali di dalam
mulut.
4. Dapat mempunyai efek splint yang melindungi gigi terhadap stress.
5. Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi sehingga menguntungkan
jaringan pendukungnya.
Namun, gigi tiruan juga memiliki beberapa kerugian dalam pemakaiannya, yakni :
1. Kerusakan gigi dan pulpa. Dalam preparasi gigi penyangga untuk gigi
tiruan sebagian yang tepat mungkin diperlukan pengambilan jaringan gigi yang
sehat. Kerusakan ini meskipun diindikasikan namun sebaiknya tidak diabaikan.
Masalahnya tidak terlalu serius jika gigi yang digunakan untuk mendukung
jembatan yang telah direstorasi atau dimahkotai. Jika sebuah gigi dipreparasi, dapat
berbahaya terhadap pulpa meskipun pendinginan bur telah dilakukan.2 Ada
beberapa perlakuan tambahan terhadap pulpa saat gigi dipreparasi untuk jembatan.
Beberapa desain preparasi untuk dua atau lebih gigi yang dibuat paralel terhadap
satu sama lainnya dan jika giginya berbeda tipis dengan kesejajaran posisi, usaha
untuk preparasi paralel bisa melibatkan pengurangan lebih banyak dalam satu
bagian gigi daripada jika preparasi tersebut untuk mahkota dan sangat
membahayakan pulpa. Dengan insiden karies yang terjadi pada banyak negara dan
pendekatan yang konservatif terhadap restorasi kedokteran gigi, situasi meningkat
lebih lazim dalam hal gigi penjangkar untuk jembatan yang tidak direstorasi atau
yang hanya sedikit direstorasi.
2. Karies sekunder. Gigi tiruan jembatan dapat membawa resiko kebocoran
mikro dan karies.2 Resiko ini secara signifikan meningkat pada pasien dengan
insidensi karies yang tinggi.
12
2.6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Pasien.
a. Sikap Pasien. Dalam melakukan perawatan, sikap pasien juga
merupakan factor yang perlu diperhatikan karena pasien yang dating ke
klinik berbeda-beda. Sebagian mungkin dapat menerima segala perawatan
yang diberikan, tapi sebagian lagi mungkin meragukan perawatan yang
diberikan. Oleh karena itu, dokter gigi harus melibatkan pasien dalam renca
perawatannya agar terjalin kerja sama yang baik dengan pasien. Kerjasama
ini yang merupakan modal utama karena prosedur perawatan gigi yang
membutuhkan waktu yang lama dan rasa ngilu ketika gigi dipreparasi,
menuntut kesabaran pasien.
b. Kebersihan Mulut Pasien. Pada pasien dengan kondisi mulut yang
kurang baik akan menimbulkan masalah setelah dibuatkan restorasi GTJ.
Biasanya dokter gigi akan melakukan DHE terlebih dahulu kepada pasien
yang mempunyai OH buruk. Factor kebersihan mulut dengan restorasi GTJ
berkaitan dengan adanya plak, karies di bawah restorasi dan adanya
kelainan periodontal.
2. Kondisi Daerah Edentulus. Hubungan oklusi antara gigi antagonis dengan
daerah edentulous perlu diperhatikan. Adanya gigi supra posisi akan menghambat
oklusi di daerah pontik yang harus diatasi terlebih dahulu sebelum dibuatkan GTJ.
Beberapa cara mengatasi kondisi supra posisi daerah antagonis yaitu :
a. Pengasahan atau penyesuaian oklusi tanpa mencedarai pulpa.
b. Perawatan endodontik pada gigi yang supra posisi kemudian
disesuaikan oklusinya.
c. Jika sudah tidak dapat dirawat lagi, sebaiknya dicabut.
13
3. Oklusi gigi. Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area
di dalam rongga mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka gigi-gigi yang ada
di antara gigi yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah yang kosong,
sedangkan gigi lawannya (oklusinya) akan cenderung memanjang karena tidak ada
gigi yang menopangnya pada saat oklusi. Bergeraknya gigi kedaerah yang kosong
dinamakan shifting/drifting, sedangkan gigi yang memanjang dinamakan
elongation/extrusion.
Gigi bergerak ke daerah yang kosong
Gigi yang memanjang
Bila kondisi ini berlanjut, maka akan menyebabkan :
a. Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo Mandibular Joint).
b. Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi (food Impaction) dan
dapat menyebabkan penyakit periodontal.
c. Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi lawannya.
Beban fungsional pada oklusal pontik terutama gigi posterior dapat
dikurangi dengan mempersempit lebar buko-lingual atau buko-palatal untuk
mengurangi beban oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada pasien-pasien
tertentu.
14
4. Jaringan periodontal. Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran
periodontal pada akar-akar dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama
dengan daerah membran periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.
5. Posisi gigi dan kesejajaran gigi. Abutment yang melibatkan gigi anterior
hanya gigi gigi insisivus biasanya mempunyai inklinasi labial yang serupa dan
tidak terlalu sulit untuk menyusun kesejajarannya. Apabila abutment melibatkan
gigi anterior seperti caninus dan gigi posterior seperti premolar kedua atas supaya
diperoleh kesejajaran, kaninus harus dipreparasi pada arah yang sama seperti
premolar (D.N Allan & P.C foreman. 1994:101).
6. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi.
7. Kegoyangan gigi.
8. Frekwensi karies.
9. Discoloration.
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Diagnosa Pada Scenario.
Berdasarkasn pada kasus scenario gigi yang hilang pada scenario yaitu gigi 24
untuk rahang atas dan gigi 36 untuk ranhang bawah maka diagnose pasien adalah partial
edentulous ridge pada gigi 24 rahang atas dan partial edentulous ridge pada gigi 36 pada
rahang bawah.
3.1.1. Pertimbangan Sebelum Melakukan Perawatan Gigi Tiruan Jembatan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Pasien.
a. Sikap Pasien. Dalam melakukan perawatan, sikap pasien juga
merupakan factor yang perlu diperhatikan karena pasien yang dating ke
klinik berbeda-beda. Sebagian mungkin dapat menerima segala perawatan
yang diberikan, tapi sebagian lagi mungkin meragukan perawatan yang
diberikan. Oleh karena itu, dokter gigi harus melibatkan pasien dalam renca
perawatannya agar terjalin kerja sama yang baik dengan pasien. Kerjasama
ini yang merupakan modal utama karena prosedur perawatan gigi yang
membutuhkan waktu yang lama dan rasa ngilu ketika gigi dipreparasi,
menuntut kesabaran pasien.
b. Kebersihan Mulut Pasien. Pada pasien dengan kondisi mulut yang
kurang baik akan menimbulkan masalah setelah dibuatkan restorasi GTJ.
Biasanya dokter gigi akan melakukan DHE terlebih dahulu kepada pasien
yang mempunyai OH buruk. Factor kebersihan mulut dengan restorasi GTJ
berkaitan dengan adanya plak, karies di bawah restorasi dan adanya
kelainan periodontal.
16
2. Kondisi Daerah Edentulus. Hubungan oklusi antara gigi antagonis dengan
daerah edentulous perlu diperhatikan. Adanya gigi supra posisi akan menghambat
oklusi di daerah pontik yang harus diatasi terlebih dahulu sebelum dibuatkan GTJ.
Beberapa cara mengatasi kondisi supra posisi daerah antagonis yaitu :
a. Pengasahan atau penyesuaian oklusi tanpa mencedarai pulpa.
b. Perawatan endodontik pada gigi yang supra posisi kemudian
disesuaikan oklusinya.
c. Jika sudah tidak dapat dirawat lagi, sebaiknya dicabut.
3. Oklusi gigi. Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area
di dalam rongga mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka gigi-gigi yang ada
di antara gigi yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah yang kosong,
sedangkan gigi lawannya (oklusinya) akan cenderung memanjang karena tidak ada
gigi yang menopangnya pada saat oklusi. Bergeraknya gigi kedaerah yang kosong
dinamakan shifting/drifting, sedangkan gigi yang memanjang dinamakan
elongation/extrusion.
Gigi bergerak ke daerah yang kosong
Gigi yang memanjang
17
Bila kondisi ini berlanjut, maka akan menyebabkan :
a. Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo Mandibular Joint).
b. Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi (food Impaction) dan
dapat menyebabkan penyakit periodontal.
c. Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi lawannya.
Beban fungsional pada oklusal pontik terutama gigi posterior dapat
dikurangi dengan mempersempit lebar buko-lingual atau buko-palatal untuk
mengurangi beban oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada pasien-pasien
tertentu.
4. Jaringan periodontal. Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran
periodontal pada akar-akar dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama
dengan daerah membran periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.
5. Posisi gigi dan kesejajaran gigi. Abutment yang melibatkan gigi anterior
hanya gigi gigi insisivus biasanya mempunyai inklinasi labial yang serupa dan
tidak terlalu sulit untuk menyusun kesejajarannya. Apabila abutment melibatkan
gigi anterior seperti caninus dan gigi posterior seperti premolar kedua atas supaya
diperoleh kesejajaran, kaninus harus dipreparasi pada arah yang sama seperti
premolar (D.N Allan & P.C foreman. 1994:101).
6. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi.
7. Kegoyangan gigi.
8. Frekwensi karies.
9. Discoloration.
3.1.2. Rencana Perawatan Pada Kasus Scenario.
Berdasarkan pada kasus dalam scenario pasien ingin dibuatkan gigi tiruan cekat
untuk menggantikan gigi gigi yang hilang agar dapat mengunyah dan tidak terlihat ompong
maka dokter gigi merencanakan untuk pembuatan gigi tiruan jembatan
18
3.2. Langkah Langkah Perawatan Pada Kasus Scenario.
Langkah langkah yang dilakukan dokter gigi pada kasus scenario sebelum
melakukan pembuatan gigi tiruan antara lain :
1. Melakukan diagnose untuk menentukan rencana perawatan yang akan
dilakukan.
2. Melihat keadaan rongga mulut pasien serta memperhatikan hal hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan antara lain:
keadaan rongga mulut pasien. Pada pasien dengan kondisi mulut yang kurang baik
akan menimbulkan masalah setelah dibuatkan restorasi GTJ. Biasanya dokter gigi
akan melakukan DHE terlebih dahulu kepada pasien yang mempunyai OH buruk.
Factor kebersihan mulut dengan restorasi GTJ berkaitan dengan adanya plak, karies
di bawah restorasi dan adanya kelainan periodontal.
3. Melakukan foto rontgen periapikal untuk melihat perbandingan antara
crown and root ratio untuk digunakan sebagai gigi penyangga.
4. Melakukan preparasi pada gigi penyangga.
5. Melakukan pencetakan untuk mendapatkan hasil model study untuk
membuat gigi tiruan jembatan.
6. Melakukan pembuatan gigi tiruan jembatan sementara pada pasien. Adapun
kegunaan dari gigi tiruan jembatan sementara adalah :
a. Proteksi terhadap pulpa gigi penyangga untuk mencegah iritasi
panas/dingin, kima dan toksik.
b. Stabilitas posisi, yaitu mencegah pergerakan gigi penyangga yang
sudah di preparasi agar tidak miring, migrasi, dan supraposisi.
c. Mengembalikan fungsi mastikasi.
d. Untuk memenuhi kepentingan estetik terutama gigi anterior.
e. Mencegah timbunan makanan pada gigi yang telah di preparasi
terutama pada daerah servikal.
f. Sebagai informasi diagnostik, yaitu memberi informasi yang
berhubungan dengan bentuk dan susunan GTJ tetap.
19
3.3. Jenis Gigi Tiruan Yang Dipakai Pada Kasus Scenario.
Jenis jenis gigi tiruan jembatan
1. Gigi Tiruan Jembatan Lekat ( Fixed-fixed bridge). Desain GTJ disebut
demikian oleh karena terdiri dari komponen konektor rigid/kaku, baik secara solder
maupun sekali penuangan. Jadi hubungan antara pontik dan retainer pada desain
GTJ lekat melalui konektor yang kaku.
2. Gigi Tiruan Jembatan Setengah Lekat ( Semifixed Bridge ). Bentuk
konstruksi GTJ ini terdiri dari konektor rigid dan non rigid, jadi hubungan pontik
pada satu sisi melalui konektor rigid, sedanglkan sisi lainnya dihubungkan melalui
konektor rigid.
3. Gigi Tiruan Jembatan Lekat Sebelah. Desain GTJ ini berbeda dengan GTJ
lainnya, komponen konstruksi GTJ ini salahsatu sisinya melayang, artinya pontik
tidak berada di antara dua retainer ,melainkan salah satu sisinya hanya bersentuhan
dengan gigi tetangga. Namundibandingkan dengan GTJ lekat, konstruksi GTJ
setengah lekat mempunyaikekuatan dibawah GTJ lekat.
4. Gigi Tiruan Jembatan Cantilever. Merupakan suatu prosthesis dimana gigi
tiruan hanya didukung pada satu sisi saja oleh satu atau lebih gigi abutment
(penyangga).1
Gambar Anterior Cantilever Bridge.1
20
Gambar Posterior Cantilever Bridge.1
Gambar Cantilever Bridge: Pandangan Oklusal.1
5. Gigi Tiruan Jembatan Gabungan ( Compound Bridge ). Konstruksi GTJ
ini merupakan gabungan dari dua jenis GTJ dan disatukanmenjadi satu keastaun
restorasi. Kombinasi darti dua jensi GTJ ini biasanya untuk memecahkan masalah
kehilangan gigi yang lebih dari satu daerah edentulous.
Berdasarkan pada kasus scenario gigi tiruan jembatan yang digunakan adalah jenis
cantilever pada rahang atas dan jenis fix bridge pada rahang bawah.
21
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu atau
lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung
sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implant yang telah dipersiapkan.
4.2. Kegunaan pemakaian gigi tiruan jembatan antara lain :
a. Memperbaiki penampilan.
b. Kemampuan mengunyah.
c. Stabilitas Oklusal.
d. Memperbaiki pengucapan.
e. Sebagai splinting periodontal.
f. Membuat pasien merasa sempurna.
4.3. Indikasi dan Kontraindikasi.
Indikasi pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan satu atau lebih gigi geligi asli.
2. Gigitan dalam (deep bite).
3. Gigi penyangga memerlukan restorasi.
4. Diastema abnormal, besarnya ruangan protesa kurang dari normal.
5. Gigi penyangga memerlukan penanggulangan berupa stabilisasi atau splint.
6. Terdapat diastema pasca perawatan.
22
Kontraindikasi untuk pembuatan gigi tiruan jembatan adalah :
1. OH yang tdk terpelihara.
2. Physical handicap.
3. Indeks karies yang tinggi.
4. Cross-bite, malposisi, progeny.
5. Migrasi atau ekstrusi yang parah.
4.4. Komponen-komponen Gigi Tiruan.
Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut :
1. Retainer.
2. Konektor.
3. Pontik.
4. Penyangga (abutment).
4.5. Keuntungan dan Kerugian.
Keuntungan :
1. Karena dilekatkan pada gigi asli maka tidak mudah terlepas atau tertelan.
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien.
3. Dapat mempunyai efek splint yang melindungi gigi terhadap stress.
4. Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi sehingga menguntungkan
jaringan pendukungnya.
Namun, gigi tiruan juga memiliki beberapa kerugian dalam pemakaiannya, yakni :
1. Kerusakan gigi dan pulpa.
2. Karies sekunder.
23
4.6. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah
sebagai berikut :
1. Keadaan pasien.
2. Oklusi gigi.
3. Jaringan periodontal.
4. Posisi gigi dan kesejajaran gigi.
5. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi.
6. Kegoyangan gigi.
7. Frekwensi karies.
8. Discoloration
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Barclay, C.W; Walmsley, A.D. 1998. Fixed and Removable
Prosthodontics.Birmingham: Churcill Livingstone, hal 115.
2. Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and
Bridges, 4th ed. New York: Informa Healthcare.
3. Ewing JE. Fixed Partial Prosthesis. 2nd
ed. Philadelphia : Lea &Febinger, 1959:
169-77.
4. Tylman SD. Construction of PonticsFor Fixed Partial Dentures: Indications,
Types, and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics.
6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 650-81.
5. Prajitno, H.R. 1994. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC.