grouper faperik issn 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf ·...

19
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 14 TEKNIK PENGOLAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KALEN KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN Faisol Mas‘ud Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan menerapkan teknik pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) serta mengkaji aspek finansial usaha pembesaran lele dumbo. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Ika Air Tawar di Kalen Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan dan dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2012. Metoda analisis data yang gunakan adalah metoda survey dan observasi. Data yang diolah berupa data primer dan data sekunder Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo sudah baik. Pertumbuhan panjang yang teramati adalah 0,4 cm/hari. Berat akhir yang dicapai adalah 72,8 gram yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kualitas air media masih berada dalam kisaran yang layak untuk budidaya ikan lele dumbo yaitu suhu 28 31 0 C, pH 7,6 8 dan DO 5,4 5,8 ppm. Kisaran kualitas air yang tidak fluktuatif ini dikarenakan pengelolaan air media dilakukan dengan sistem air mengalir Panen dilakukan setelah ikan lele berumur 70 hari. Ikan lele yang dipanen di BBI Kalen mempunyai berat rata rata 72,8 gram/ekor dengan panjang 22,3 cm.Usaha budidaya ikan lele di BBI Kalen ini layak untuk diteruskan berdasarkan kriteria B/C Ratio 1,504. Kata Kunci : Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Upload: doankiet

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

14

TEKNIK PENGOLAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI BALAI

BENIH IKAN (BBI) KALEN KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN

LAMONGAN

Faisol Mas‘ud

Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Islam

Lamongan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan menerapkan teknik

pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) serta mengkaji aspek finansial usaha

pembesaran lele dumbo. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Ika Air Tawar di Kalen

Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan dan dilaksanakan selama dua bulan yaitu

bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2012. Metoda analisis data yang gunakan adalah

metoda survey dan observasi. Data yang diolah berupa data primer dan data sekunder

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo sudah baik.

Pertumbuhan panjang yang teramati adalah 0,4 cm/hari. Berat akhir yang dicapai adalah 72,8

gram yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kualitas air media masih berada dalam

kisaran yang layak untuk budidaya ikan lele dumbo yaitu suhu 28 – 31 0C, pH 7,6 – 8 dan

DO 5,4 – 5,8 ppm. Kisaran kualitas air yang tidak fluktuatif ini dikarenakan pengelolaan air

media dilakukan dengan sistem air mengalir Panen dilakukan setelah ikan lele berumur 70

hari. Ikan lele yang dipanen di BBI Kalen mempunyai berat rata – rata 72,8 gram/ekor

dengan panjang 22,3 cm.Usaha budidaya ikan lele di BBI Kalen ini layak untuk diteruskan

berdasarkan kriteria B/C Ratio 1,504.

Kata Kunci : Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Page 2: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

15

I. PENDAHULUAN

Ikan lele (Clarias gariepinus)

merupakan salah satu komoditas air tawar

ekonomis penting dan sudah lama

dibudidayakan, serta cukup digemari

masyarakat. Ikan lele yang sudah banyak

dibudidayakan oleh masyarakat adalah lele

dumbo (Clarias gariepinus). Lele dumbo

walaupun bukan dari perairan Indonesia,

namun telah merebut pamor ikan lele lokal

karena mempunyai keunggulan yang

kompetatif (Prihartono et al., 2005).

Ikan lele dumbo ini berasal dari

benua Afrika dan pertama kali didatangkan

ke Indonesia pada tahun 1984. Kelebihan

tersebut diantaranya adalah

pertumbuhannya yang cepat serta memiliki

kemampuan beradaptasi terhadap

lingkungan. Oleh karena itu, selain

rasanya lezat, kandungan gizinya pun

cukup tinggi sehingga disukai berbagai

kalangan (BBAT, 2003/2004).

Permintaan ikan lele saat sekarang

ini terus meningkat dari tahun ke tahun

sebagai akibat meningkatnya jumlah

penduduk dan tingkat pendapatan

masyarakat, sedangkan produksinya masih

belum mencukupi permintaan pasar.

Dalam pemenuhan kebutuhannya,

diperlukan benih yang tersedia dalam

jumlah yang cukup dan tepat waktu serta

berkualitas. Saat itulah proses pembesaran

mulai dilakukan, yakni ada dua tahap

dalam pembesaran benih ikan lele bumbo

yaitu pembesaran dikolam dan di bak

pembenihan (Subandi, 2004).

Maksud dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui, menganalisis dan

menerapkan teknik pembesaran ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus) serta

mengkaji aspek finansial usaha

pembesaran lele dumbo.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat

Penelitihan ini dilaksanakan di

Balai Benih Ika Air Tawar di BBI Kalen

Kecamatan Kedungpring Kabupaten

Lamongan dan dilaksanakan selama dua

bulan yaitu bulan Januari sampai dengan

bulan Februari 2012.

2.2. Alat Peralatan teknis yang digunakan selama

penelitian No Jenis Alat Jumlah Spesifikasi Kegunaan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Timbangan

panen

Timbangan

duduk

Thermometer

pH paper

DO meter

Kolam tanah

Ember

Gayung

Penggaris

Ayakan

Serok

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1

5 buah

1 buah

1 unit

1 unit

3 buah

Max load

200 Kg

Ketelitian

10 Kg

Alkohol,

ketelitian

10C

-

-

13 m x 10

m x 1 m

Plastik vol

15 liter

Plastik vol

1 liter

ketelitian

vol 0,5

mm

Diameter 1

inci

-

Menimbang

hasil panen

Menimbang

hasil

Sampling

dan pakan

Mengukur

suhu air

Mengukur

pH air

Mengukur

DO

Untuk

pemeliharaan

Wadah

pakan

Pemberian

pakan

Mengukur

panjang

tubuh ikan

Untuk

grading

Sampling

dan panen

2.3. Bahan

Bahan yang digunakan selama penelitian

No Bahan Spesifikasi Fungsi

1 Benih

lele

dumbo

Ukuran

benih 4-5

cm

Sebagai biota

penelitihan

2 Pakan

buatan

komers

ial

Ukuran PL

3, protein

yang

terkandung

30 – 32 %

Sebagai

pakan

3 Kapur Untuk

menaikan pH

Page 3: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

16

dan untuk

pencuci

hamaan

2.4. Metoda

2.4.1. Metoda Pengumpulan Data

Metoda yang di gunakan dalam

pengumpulan data pada penelitian ini

adalah dengan metoda survey dan

observasi di BBI Kalen. Data yang diolah

berupa data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan

melaksanakan praktek dan mengikuti

semua kegiatan yang dilakukan karyawan

dan teknisi. Data sekunder juga diperoleh

melalui wawancara dengan semua pihak

terkait mengenai proses pemeliharaaan

ikan lele dumbo mulai persiapan hingga

panen. Data hasil pengamatan dianalisa

dan dijelaskan dengan berpedoman kepada

dasar teori, agar diperoleh kesesuaian dan

keterkaitan antara teori, agar diperoleh

kesesuaian dan keterkaitan antara teori

dengan kenyataan dilapangan, (Subandi,

2004).

Pengamatan dilakukan selama dua

bulan yang meliputi kegiatan persiapan

pemeliharaan, penebaran benih,

pengelolaan pakan, sampling

pertumbuhan, monitoring kesehatan,

pengukuran parameter kualitas air dan

pemanenan.

2.4.2. Metoda Kerja

Prosedur kerja dan data yang

diperlukan dalam penelitihan ini adalah

teknik pengolahan ikan lele yang meliputi

persiapan kolam, seleksi benih, jumlah

benih yang mau ditebar, pemberian pakan,

monitoring pertumbuhan, pengelolaan

kualitas air, penanggulangan hama dan

penyakit, panen dan pemasaran.

A. Persiapan kolam

Kegiatan persiapan pemeliharaan

dilakukan untuk menyediakan lingkungan

yang sesuai untuk pembesaran ikan lele

dan untuk mengeliminir organisme

patogen dari wadah dan media budidaya.

Persiapan ini dilakukan pada awal siklus

produksi yang dimulai dari kegiatan

perbaikan kolam, pengeringan,

pengapuran, pemasangan waring (screen)

pada pintu pengeluaran (out let), pengisian

air. Perbaikan kolam dilakukan sebelum

dilakukan penebaran persiapan kolam ini

tidak memakan waktu cukup lama yakni 4

hari dikarenakan kolam yang akan

digunakan sudah lama dikeringkan,

perbaikan ini hanya membalikkan dan

meratakan tanah dan pemasangan papan

monik dan saringan yang menggunakan

waring, saringan yang dibuat sedemikian

rupa seperti papan monik, yang berfungsi

untuk menjaga benih lele tidak dapat

keluar melalui saluran pengeluaran karena

di lokasi sistem pemeliharaan dengan cara

sisitem air mengalir.

Setelah pemasangan papan monik

pada saluran pengeluaran kemudian

melakukan pengapuran, pengapuran ini

dilakukan pada pagi hari, pengapuran

dilakukan dengan cara menebarkan dengan

rata keseluruh kolam yang berguna untuk

meningkatkan pH tanah. Selanjutnya

kolam dikeringkan kembali selama 2 hari

kemudian melakukan pengisian air pada

kolam pemeliharaan dengan ketingian air

± 50 cm.

B. Seleksi benih

Benih yang digunakan pada

pembesaran lele saat pengamatan berasal

dari usaha pembenihan rakyat (UPR).

Benih diseleksi dengan mengamati ciri –

ciri fisiknya yaitu: keseragaman ukuran,

Page 4: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

17

ada atau tidaknya cacat/luka pada tubuh,

berat dan panjang benih, gerakan atau

aktivitas benih.

C. Padat tebar dan tingkat

kelangsungan hidup (SR)

Benih yang tiba segera

diaklimatisasi dalam kolam pemeliharaan

yang telah siap. Kantong benih dibiarkan

mengapung beberapa saat sampai terjadi

persamaan antara suhu kantong dan suhu

air kolam, hal ini ditandai dengan

terlihatnya uapan air yang menempel pada

dinding kantong. Berikutnya ikatan

kantong dilepaskan sambil memasukan air

kolam secara perlahan sampai suhu air

diangap sama.

Penebaran benih yang dilakukan

adalah 3120 ekor, dengan luas kolam yang

digunakan 130 m2. Padat tebar benih

dengan luas kolam tersebut adalah 24

ekor/m2. Untuk menghitung tingkat

kelangsungan hidup selama pemeliharaan,

dengan mengunakan rumus Efendi, (1979)

sebagai berikut.

Ket : Nt = Jumlah benih yang

hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

No = Jumlah benih yang

ditebar (ekor)

D. Pengelolan pakan

Kegiatan yang dilakukan selama

praktek dalam pengelolaan pakan meliputi

menentukan jumlah pakan, waktu

pemberian pakan, cara pemberian pakan.

Untuk mengetahui tingkat efisiensi pakan

maka dilakukan penghitungan FCR (food

convertion ratio) dengan rumus Efendi

(2002), sebagai berikut :

E. Laju pertumbuhan harian

Untuk mengetahui tingkat

pertumbuhan ikan lele yaitu dengan cara

melakukan sampling. Sampling dilakukan

satu minggu sekali dengan cara menyerok

ikan, selanjutnya ikan ditimbang lalu

dilakukan perhitungan berat dan

panjangnya, ikan yang sudah ditimbang

dan diukur panjangnya selanjutnya

dikembalikan ke kolam pemeliharaan.

Untuk perhitungan Laju

Pertumbuhan Harian disesuaikan dengan

pendapat Efendi (2002), dengan

menggunakan rumus :

Keterangan : DGR = Daily Grow Rate

(laju pertumbuhan harian)

AT1 = Rata-rata panjang

total akhir (cm)

AT2 = Rata-rata panjang

total awal (cm)

t = Waktu

pemeliharaan (hari)

Sedangkan pertumbuhan mutlak

ikan lele dumbo didasarkan rumus Efendi

(2002) :

Dimana;

Gm = Bobot mutlak (gram)

Wt = Bobot akhir (gram)

Wo = Bobot awal (gram)

Untuk perhitungan Laju

Pertumbuhan Berat Harian (%)

Jumlah Pakan yang Habis Digunakan FCR = ------------------------------------------------------------------------------

Biomassa Ikan yang Dihasilkan

DGR (cm/hari) = t

21

Gm = Wt – Wo

Nt Survival rate (SR) = 100%

No

Page 5: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

18

disesuaikan dengan Efendi (2002), dengan

menggunakan rumus :

Ket :

LPBH = Laju pertumbuhan berat harian

Wo = Bobot rata–rata pada awal

pemeliharaan

Wt = Bobot ikan rata – rata hari Ke- h

h = Lama pemeliharaan

F. Pengukuran Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati

selama berlangsungnya pemeliharaan

meliputi suhu, pH dan DO.

Tabel : Pengukuran paremeter kualitas air

No Parameter Waktu

Pengamatan

1 Suhu 06.00, 11.00,

15.00 dan

22.00 WIB

2 pH 14.00 WIB

3 DO 08.00 WIB

a. Suhu

Kegiatan pengukuran pada

parameter suhu yang dilakukan pada

proses pembesaran ikan lele dumbo

meliputi :

Menyiapkan Thermometer alkohol dengan ketelitian 1

o C.

Mengukur suhu dengan frekuensi pengukuran setiap hari,

pengukururan dilakukan pada

pukul 06.00, 11.00, 15.00 dan

22.00 WIB.

Thermometer dicelupkan ke dalam

air dengan posisi tetap

menggantung pada tali yang

dipegang.

Thermometer dibiarkan beberapa saat hingga menunjukan skala yang

konstan.

Hasil yang tertera segera dicatat.

b. Derajat keasaman (pH)

Kegiatan pengukuran parameter pH

yang dilakukan pada proses pembesaran

ikan lele dumbo meliputi :

Menyiapkan pH paper dengan

ketelitian 1.

Mengukur pH dengan frekuensi pengukuruan dilakukan dua hari

dalam satu minggu, pengukuran

dilakukan pada pukul 14.00 WIB

Mencelupkan pH paper pada satu titik media pemeliharaan yaitu pada

badan air.

Mencatat data.

c. Oksigen terlarut (DO)

Kegiatan pengukuran parameter

DO (Oksigen terlarut) yang dilakukan

pada proses pembesaran ikan lele dumbo

meliputi :

Menyiapkan DO meter dengan

ketelitian 0,01 mg/l.

Mengukuran kandungan oksigen terlarut dengan frekuensi

pengukuruan satu hari dalam satu

minggu, dengan pengukuran pada

pukul 08.00 WIB

Menghidupkan DO meter dengan menggeser tombol ON pada alat

tersebut.

Mengkalibrasi skuid DO meter

terlebih dahulu hingga nilai dilayar stabil.

Memasukan nilai pada DO meter

Mencelupkan skuid DO meter pada satu titik media pemeliharaan yaitu

pada badan air.

Mencatat data yang tampil di layar DO meter hingga nilai yang tampil

pada layar tidak berubah sesaat.

Wt - Wox 100% LPBH = (Wt + Wo) x h 2

Page 6: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

19

G. Panen

Kegiatan panen dilakukan pada

akhir masa pemeliharaan dengan

melakukan panen total. Prosedur kerja

pada proses pemanenan ikan lele dumbo

meliputi :

Membuang air dari petakan melalui saluran monik pengeluaran .

Membuka papan monik pengeluaran yang ada didalam

kolam atau petakan.

Mengambil ikan dengan mengunakan jaring atau alat

tangkap serok.

Mengangkat ikan lele dengan

menggunakan blong atau plastik

bekas benih

Membersihkan ikan dengan menggunakan air tawar dari

kotoran-kotoran yang masih

menempel pada tubuh ikan dan

diberi suplai oksigen yang cukup.

2.5. Metoda Analisa Data

Analisa data yang di lakukan

melalui kegiatan praktek langsung dan

pengamatan pada data, data yang di

analisis secara deskriptif dengan

membandingkan kegiatan praktek

langsung. Data yang di peroleh di jadikan

studi yang dibahas dengan hasil studi

pustaka sehingga diperoleh informasi yang

lebih baik serta dapat ditarik suatu

kesimpulan dalam laporan ini dan analisa

data kuantitatif.

Subandi (2004), analisa data

kuantitaif bertujuan untuk menganalisa

data menggunakan perhitungan. Rumus

penghitungan analisa finansial yang akan

digunakan adalah :

.

Ketarangan:

BEP = Tingkat produksi pada

titik impas

BT = Biaya tetap

BV = Biaya variabel

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. KEADAAN UMUM LOKASI

Balai Benih Ikan Sentral Air Tawar

terletak di Desa Kalen Kecamatan

Kedungpring Kabupaten Lamongan.

Batas-batas BBI Kalen adalah sebagai

berikut:

a. Selatan : Rumah Penduduk dan

persawahan .

b. Utara : rumah penduduk, warung dan

persawahan.

c. Barat : rumah penduduk dan warung-

warung kecil

d. Timur : Rawa dan persawahan luas

Kondisi lingkungan bersih dan

teratur hanya saja dalam ketersediaan air

masih kurang dan kwalitas air yang ada

kurang baik. Luas tanah 1.8 Ha (Bangunan

0.2 Ha, Kolam/ Tambak 1.5 Ha,

Reservior 0.1 Ha) Sumber Air adalah

Sumur Bor dan Waduk

Analisa laba-rugi (pendapatan) = Total

penjualan - Total biaya produksi

B/C ratio (Benefit-Cost Ratio) =

produksiBiaya

PenjualanHasil

Biaya tetap BEP = 1- Biaya variabel Penjualan

Biaya tetap BEP(unit) = (Harga jual per unit – Biaya variabel)

Page 7: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

20

3.2 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2.1. Persiapan Kolam

Teknik pembesaran selama

pengamatan di Balai Benih Ikan Sentral

menggunakan kolam yang berdindingkan

beton yang dasarnya perairan lumpur

berpasir. Kolam pembesaran yang

digunakan untuk pembesaran ikan lele ini

memiliki ukuran 13 m x 10 m x 1 m

dengan bentuk kolam persegi. Ukuran

kolam pembesaran ini dapat dinyatakan

skala besar karena ukuran kolam ini sesuai

dengan pendapat Hernowo (2004) Lele

dumbo dapat dipelihara dengan pada

kolam berukuran 2 m x 3 m x 5 m (skala

kecil) dengan kedalaman 0,5 – 0,75 m dan

skala besar 100 – 200 m2. Hal ini juga

didukung oleh Suyanto (2006) bahwa

ukuran kolam pembesaran tidak tertentu,

namun perlu dikemukakan bahwa kolam

yang sempit lebih mudah mengawasinya

dari pada kolam yang besar.

Kahiruman dan Khairul Amri

(2005) menyatakan untuk pembesaran ikan

lele dapat dilakukan di beberapa tempat

tergantung dari situasi dan kondisi, seperti

kolam tanah, kolam yang dasarnya tanah

dengan dinding tembok atau kolam yang

semuanya ditembok.

Persiapan kolam yang dilakukan di

BBI Kalen untuk kegiatan budidaya

pembesaran ikan lele merupakan salah satu

tahapan yang sangat menentukan dalam

kegiatan suatu pembesaran ikan lele

dumbo. Persiapan kolam yang dilakukan

di BBI Kalen meliputi pengeringan,

pembalikan, pengapuran dasar tanah dan

pemasangan papan monik pada pintu

outlet.

3.2.1.Pengeringan

Pengeringan tanah dasar kolam

sudah lama dilakukan, hal ini dikarenakan

kolam untuk pemeliharaan sudah lama

tidak dipakai dan sudah kering dan

mengandung sedikit air, maka yang

dilakukan yaitu membersihkan kolam dari

kotoran atau sampah-sampah seperti daun

kering dan lumut. Kondisi dari tanah dasar

kolam yang sudah kering dan telah

dibersihkan dari sampah dan lumut.

Tanah dasar kolam yang telah

dikeringkan dibiarkan hingga tanah dasar

retak - retak hal ini bertujuan agar terdapat

pori – pori tempat masuknya udara

sehingga kandungan bahan-bahan organik

seperti Amoniak dan gas-gas beracun

lainnya dapat menguap dan dihilangkan

secara maksimal. Selain itu pengeringan

juga berfungsi untuk membunuh hama dan

bibit penyakit yang tertingal pada masa

pemeliharaan sebelumnya seperti parasit,

siput air, dan lain-lain.

Pengeringan kolam yang dilakukan

BBI Kalen sesuai dengan pendapat

Khairuman dan Khairul Amri (2005),

sebelum penebaran dilakukan kolam harus

dipersiapkan terlebih dahulu, kolam

dikeringkan beberapa hari sampai

permukaan dasar kolam retak – retak

tujuannya untuk membunuh hama atau

bibit penyakit yang ada dikolam tersebut

dan untuk memudahkan pengolahan tanah

dasar kolam.

3.2.2.Pembalikan Tanah

Permukaan tanah yang telah kering

langkah selanjutnya melakukan

pembalikan tanah dan meratakan tanah

dasar kolam dengan menggunakan alat

cangkul. Tujuan dari pembalikan tanah ini

untuk memperbesar persentase luas tanah

yang terkena kapur yang akan ditebar

sehingga tanah dapat lebih subur dan cepat

untuk pertumbuhan pakan alami. Hal ini

sesuai dengan pendapat Soetomo (2005)

Page 8: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

21

yang menyatakan bahwa pengelolaan

tanah berguna untuk meningkatkan

kesuburan tanah yang akan meningkatkan

suburnya makanan alami bagi biota

nantinya terutama yang tumbuh pada

pelataran kolam maupun yang hidup dalam

air sebagai plankton.

Gambar : Kondisi kolam setelah dilakukan

pembalikan tanah

3.2.3. Pengapuran

Tanah dasar kolam yang sudah

dibersihkan, dikeringkan dan pembalikan

tanah dasar, langkah selanjutnya dilakukan

pengapuran. Jenis kapur yang digunakan

adalah jenis kapur pertanian (CaCO3)

dengan dosis 6,6 gr/m2, pengapuran

dilakukan dengan cara menebarkan kapur

dengan rata keseluruh dasar kolam.

Pengapuran ini bertujuan untuk

menormalkan pH air, menambah mineral

tanah dan memberantas hama dan

penyakit.

Keadaan ini sesuai dengan

pendapat Soetomo (2005) yang

menyebutkan bahwa kapur yang

digunakan untuk pengapuran kolam adalah

kapur pertanian. Apabila terdapat

perbedaan jenis kapur yang digunakan

maka hal tersebut disesuaikan dengan

kondisi tanah pada masing-masing lokasi

kolam karena kondisi tanah di setiap

daerah berbeda, sehingga perlakuan yang

diberikan juga berbeda, yang terpenting

adalah diperoleh kondisi tanah dasar

dengan pH sesuai dengan yang diinginkan

untuk budidaya ikan lele dumbo.

Setelah dilakukan pembersihan,

pengeringan, pembalikan dan pengapuran

pada kolam pembesaran kemudian

dilakukan perbaikan dan pemasangan

penyekat pada saluran pembuangan (out

let). Hal ini berguna sebagai sekat pintu

air, dan juga pemasangan waring sebagai

saringan agar benih ikan tidak keluar

terbawa arus.

3.2.4. Pengisian Air

Pengisian air dilakukan setelah

kolam benar – benar siap. Air yang

digunakan sebagai media pemeliharaan

yaitu air dengan sistem mengalir yang

berasal dari aliran Sungai Watervang.

Kolam pemeliharaan diisi air setinggi ± 50

cm dan diendapkan selama 2 hari yang

berguna untuk pertumbuhan pakan alami

pada air kolam pemeliharaan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Puspowardoyo

(2006) yang menyatakan pengisian air

dengan ketinggian air sekitar 50 – 60 cm

berguna untuk pertumbuhan pakan alami.

Gambar Kantor BBI Kalen

3.2.5. Pemeliharaan

a. Seleksi Benih

Dalam kegiatan pembesaran ikan

lele dumbo, benih merupakan sarana

Page 9: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

22

produksi yang paling penting. Kualitas dan

kuantitas ikan yang dihasilkan tergantung

benih yang dipelihara. Oleh karena itu,

agar hasil dari kegiatan pembesaran

memuaskan maka benih yang dipilih

adalah benih yang unggul. Adapun ciri-ciri

benih yang dipilih oleh BBI Kalen adalah:

1. Mempunyai ukuran yang seragam yaitu 4 cm dengan

berat 1,7 gram/ekor

2. Sehat dan tidak cacat atau luka

3. Bergerak aktif dan lincah

Benih yang digunakan adalah

benih yang berasal dari unit pembenihan

rakyat, untuk BBI Sentral juga

memproduksi benih ikan lele dumbo

selama melakukan praktek binih yang ada

di BBI Kalen belum melakukan produksi.

Pemilihan benih yang diinginkan oleh

BBI Kalen ini sesuai dengan pendapat

Hernowo (2004) bahwa benih yang ditebar

adalah benih yang sehat dan tidak luka

atau cacat serta memiliki ciri yang khusus

yaitu kulit yang mengkilap dan gerakan

yang gesit.

b. Penebaran Benih

Penebaran benih baru dapat

dilakukan setelah dipastikan kolam

pembesaran benar-benar telah siap untuk

digunakan. Benih didatangkan pada sore

hari sehingga penebaran dilakukan pada

sore itu juga, karena suhu air pada sore

hari mulai rendah berkisar antara 27 - 28 0C. Tujuan dari suhu air yang rendah agar

benih ikan lele tidak mengalami stres pada

saat ditebarkan kedalam kolam

pemelihaan. Derajat keasaman pada air

merupakan faktor penentu baik atau

tidaknya pertumbuhan ikan lele nantinya

didalam kolam pemeliharaan.

Penebaran benih dilakukan dengan

cara aklimatisasi terlebih dahulu. Adapun

tahapan-tahapan yang dilakukan dari

aklimatisasi yang dilakukan di BBI Kalen

adalah sebagai berikut:

1. Benih yang baru datang dibuka

kantongnya lalu diletakkan kedalam

ember plastik untuk memastikan

benih tersebut masih dalam keadaan

sehat.

2. Ember plastik atau wadah benih

dimasukkan ke kolam dengan posisi

miring, kemudian ember plastik

benih didiamkan selama 5 – 10

menit agar suhu didalam ember

palstik sama dengan kolam.

3. Kemudian air kolam dimasukkan

sedikit demi sedikit ke ember plastik

agar ikan dapat beradaptasi dengan

air kolam dan menyesuaikan dengan

lingkungan.

4. Setelah beberapa menit dapat dilihat

benih sudah beradaptasi atau belum,

bila benih telah beradaptasi benih

dilepas dengan perlahan atau benih

ikan keluar dengan sendirinya.

Dari hasil aklimatisasi yang

dilakukan dilokasi penelitihan sudah baik.

Hal ini dari benih yang dapat

menyesuaikan dengan lingkungan yang

baru. Hal tersebut didukung oleh kualitas

air pada kolam pemeliharaan yang sudah

optimum, yaitu suhu 28 0C, pH 7,6 dan

DO 5,4 mg/l

Padat penebaran benih ikan lele

dumbo pada setiap kolamnya sekitar 24

ekor/m2 atau 3120 ekor/kolam dengan luas

kolam 130 m2. Dari hasil penebaran benih

untuk pembesaran lele dumbo BBI Kalen

dibawah padat tebar yang dilakukan

Suyanto (2006) yaitu luas kolam lebih

dari 120 m2

jumlah benih yang baik untuk

untuk ditebar sekitar 30 – 50 ekor/m2 .

Dengan demikian cara penebaran

benih yang dilakukan di BBI Kalen ini

sudah baik menurut Najiyati (2003),

ketahanan tubuh benih lele masih rawan

dan perubahan lingkungan yang sifatnya

Page 10: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

23

mendadak berupa perubahan suhu,

kandungan oksigen, pH, atau sifat air yang

lain akan sangat mudah menyebabkan

benih stress dan mengalami kematian.

c. Asal benih

Benih yang ditebar dikolam

pembesaran berasal dari unit pembenihan

para petani yang berada di Desa Kalen.

Benih didatangkan melalui transportasi

darat dari unit pembenihan yang jaraknya

ke tempat pembesaran tidak terlalu jauh.

Lama perjalanan 1 – 11/

2 jam dengan

menggunakan sistem pengepakan dengan

kantong yang berisikan air dan oksigen.

Kondisi benih setelah sampai di BBI

Kalen dalam keadaan baik. Hal ini

didukung oleh benih yang dipilih adalah

benih yang unggul dan keadaan air serta

oksigen dalam kantong plastik masih

optimum.

d. Ukuran benih

Ukuran benih yang ditebar di

kolam pemeliharaan memiliki ukuran

berkisar antara 4 – 5 cm dengan berat rata-

rata 1,7 gram. Keadaan benih yang ditebar

tidak cacat dan sehat dengan gerakannya

yang lincah menurut Kahiruman dan

Khairul Amri (2005) bahwa sebelum benih

ditebar benih terlebih dahulu harus disortir

atau dipisahkan sesuai dengan ukurannya.

Biasanya benih yang siap ditebar untuk

pembesaran yang berukuran 5 – 7 cm/ekor.

3.2.6. Manajemen Pakan

a. Jenis Pakan

Jenis pakan yang digunakan untuk

pembesaran ikan lele dumbo di BBI Kalen

adalah pakan buatan. Pakan buatan yang

diberikan berupa pellet tenggelam. Pakan

tersebut memiliki kandungan protein yang

tinggi yaitu 30 - 32 %. Jenis pakan ini

digunakan karena ikan lele bersifat

demersal atau aktif didasar perairan dan

pakan diberikan kepada benih sesuai

dengan kebutuhannya.

Pemberian pakan dilakukan dengan

perlahan-lahan dan ditebar pada satu titik,

agar pakan yang diberikan tidak berlebihan

sehingga dapat merusak kualitas air

pemeliharaan.

Tabel Komposisi dari pellet yang

digunakan untuk pembesaran lele dumbo

Jeni

s

dan

uku

ran

pak

an

Kandungan yang terdapat

pada pakan induk lele

Prot

ein

(%)

Le

mak

(%)

Se

rat

(%

)

A

bu

(

%

)

Ka

dar

Air

(%)

PL

3

30-

32

3-5 4-

6

5-

8

11-

13

Komposisi pakan yang digunakan

untuk kegiatan pembesaran ikan lele

dumbo di BBI kalen sudah baik. Hal ini

dilihat dari kadar protein yang tinggi,

sehingga dapat mempercepat

pertumbuhan ikan lele dan mendukung

dalam kegiatan pembesaran ikan lele

dumbo.

Pakan yang diberikan pada benih

yang baru ditebar berupa pelet halus, pelet

direndam terlebih dahulu hingga menjadi

butiran halus, pemberian pakan yang

dihaluskan dilakukan selama 3 minggu

pemeliharaan. Setelah 3 minggu

pemeliharaan ikan diberikan pakan utuh

atau pakan yang tidak dihaluskan. Hal ini

dilakukan karena pakan telah sesuai

dengan bukaan mulut ikan yang dipelihara.

Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari

yaitu pada pagi hari sekitar pukul 07.00

WIB, sore pada pukul 17.00 WIB dan pada

malam hari pukul 22.00 WIB.

Page 11: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

24

b. Cara Pemberian Pakan

Pemberian pakan yang dilakukan

selama pengamatan sampai sejauh ini

masih menggunakan cara manual yaitu

dengan cara ditebar. Pemberian pakan

dilakukan dengan cara menebarkan pakan

pada permukaan air sebanyak 30 % untuk

pagi hari, 30 % untuk siang hari dan 40 %

untuk malam hari. Penebaran pakan ini

dilakukan dengan cara sedikit demi sedikit

agar pakan yang ditebar tidak banyak yang

hanyut terbuang.

Menurut Najiati (2003) pemberian

pakan dengan cara menebarkan ke

permukaan bisa mengakibatkan kerugian

dan juga air menjadi kotor. Pemberian

pakan menurut Najiati (2003) yaitu

memasukan pakan kedalam kalo atau

ayakan, yakni saringan rapat yang terbuat

dari bambu atau plastik dan dengan

bantuan tali, ayakan yang sudah ada

pakanya dimasukan kedalam air sekitar 50

cm di bawah permukaan air.

c. Frekuensi Pemberian Pakan

Frekuensi pemberian pakan

dilakukan tiga kali sehari dengan dosis 3 –

12 % dari berat tubuh ikan dari awal tebar

sampai panen. Menurut Murhananto

(2002), cara pemberian pakan yang efisien

dapat dilakukan dengan menimbang berat

lele yang dipelihara. Jumlah pelet yang

diberikan sebaiknya tidak berlebihan

karena akan menyebabkan berkurangnya

kandungan oksigen pada air kolam. Lebih

baik lele kekurangan pakan dalam satu

hari dari pada berlebihan. Menurut

Hernowo (2004) pemberian pakan dapat

disesuaikan dengan berat ikan dan ukuran

ikan 6 – 8 cm dengan berat 30 gram /ekor

membutuhkan 5 % pakan sedangkan

ukuran ikan lebih dari 10 cm dengan berat

lebih dari 50 gr ikan membutuhkan pakan

3 – 5 % dari berat ikan

Frekuensi dan jumlah pakan yang

diberikan sesuai dengan padat penebaran

benih yang dipelihara selama dua bulan

pemeliharaan. Berat total pakan yang

digunakan selama pemeliharaan yaitu

245,7 kg untuk menghasilkan biomasa

akhir ikan sebesar 217,2 kg.

Pada minggu pertama, dosis pakan

yang diberikan sebesar 12 % dari berat

ikan , kemudian diturunkan menjadi 7 %

pada minggu ketiga dan diturunkan lagi

menjadi 5 % dan pada minggu keempat.

Di akhir pemeliharaan dosis pakan yang

diberikan 3 %.

Tabel Jumlah pakan yang diberikan dalam

pemeliharaan lele selama 9

minggu

Umu

r

pem

eliha

raan

(min

ggu)

Ber

at

rata

-

rata

(gr

am

)

ika

n

(Ek

or)

Bio

ma

ssa

(kg

)

Do

sis

pak

an

(%)

Jumlah pakan

yang

diberikan(gram/h

ari)

Juml

ah

paka

n/

hari

(kg)

Jumlah

pakan/

minggu (kg) 07.

00

WI

B

17.

00

WI

B

22.

00

WI

B

1 1,7 31

20 5,3 12 210

21

0 210 0,63 4,41

2 4,3 31

10 14 7 326

32

6 326 0,98 6,86

3 10,

4

30

88 32 7 746

74

6 746 2,24 15,68

4 16,

8

30

79 52 5 866

86

6 866 2,60 18,2

5 24,

6

30

55

75,

1 5

125

0

12

50

125

0 3,75 26,25

6 32,

3

30

39

98,

1 5

160

0

16

00

160

0 4,9 34,3

7 40,

4

30

29

122

,3 3

120

0

12

00

120

0 3,6 25,2

7 49,

6

30

24 150 3

150

0

15

00

150

0 4,5 31,5

8 60 30

22

181

,3 3

180

0

18

00

180

0 5,4 37,8

9 71,

9

30

21

217

,2 3

210

0

21

00

230

0 6,5 45,5

TOTAL 35,5 245,7

d. Konversi pakan

Salah satu faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan lele adalah

efektivitas dan efisiensi pakan yang

digunakan selama pemeliharaan. Untuk

mengetahui baik atau tidaknya kualitas

Page 12: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

25

pakan yang dihasilkan bagi pertumbuhan

dibutuhkan nilai konversi pakan. Semakin

baik nilai konversi pakan tersebut maka

pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan

untuk pertumbuhan ikan makin efisien.

Menurut Djajasewaka, (1995) Konversi

pakan atau FCR (Food Convertion Ratio)

merupakan perbandingan antara pakan

yang digunakan dengan daging ikan yang

dihasilkan.

Dari hasil praktek pembesaran ikan

lele dumbo di BBI Kalen, nilai konversi

yang didapatkan sesuai dengan Rumus

yang telah ditentukan oleh Efendi (2002),

adalah :

Jumlah Pakan yang Habis

Digunakan

FCR =

Biomassa Ikan yang Dihasilkan

245,7 kg

=

211,9 kg

= 1.15

Dari hasil FCR yang didapat sudah

optimal, dibandingkan dengan peryatakan

Hernowo (2004) pada pemeliharaan lele

konsumsi dikolam semen yang diberi

pakan berupa pellet dengan derajat

konversi 2 : 1, sekiranya 2 kg pakan yang

diberikan akan menjadikan pertambahan

berat 1 kg daging lele.

e. Penyimpanan Pakan

Penyimpanan pakan yang benar

sangat penting dilakukan, untuk menjaga

agar kualitas pakan tersebut dalam

keadaan baik. Di Balai Benih Ikan Sentral

pakan disimpan dalam ruangan khusus

yang yaitu gudang pakan,yang mempunyai

fentilasi udara yang cukup dan sinar

matahari tidak langsung masuk.

Banyaknya pakan yang disimpan dan akan

digunakan sudah di sesuaikan dengan

kebutuhan sehingga pakan yang disimpan

digudang tidak terlalu lama dan tidak

mengurangi kualitas pakan.

Penyimpanan pakan yang

dilakukan di BBI Kalen tidak lebih dari 3

bulan. Menurut Akiyama (2005), pakan

yang disimpan lebih dari 3 bulan akan

menurunkan kualitas dan nutrisi yang

terkandung didalam jenis pakan yang ada.

f. Monitoring Pertumbuhan

Tingkat pertumbuhan ikan lele

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain faktor genetik, faktor pakan serta

faktor lingkungan atau kondisi perairan

yang digunakan sebagai media

pemeliharaan ikan. Salah satu upaya yang

dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan

ikan yang baik adalah dengan pengelolaan

atau manajemen pakan yang baik, yang

dimaksud adalah pemberian pakan yang

tepat dan sesuai dosis, jenis, nutrisi serta

waktu dan frekuensi pemberian.

Selama pemeliharaan,

pertumbuhan ikan diamati dengan cara

sampling. Sampling dilakukan setiap

minggu dengan cara menyerok ikan, yang

terlebih dahulu dikumpulkan dengan cara

diberi pakan pada satu titik. Ikan yang

diserok sekitar 1 Kg ikan. Hasil ikan yang

diserok terdapat beberapa ekor ikan lalu

jumlah ikan ini ditimbang dan dilakukan

pengukuran panjang dan berat ikan.

Tujuan dilakukannya sampling

untuk mengetahui kondisi serta

pertumbuhan ikan selama pemeliharaan

dua bulan dan juga untuk mengetahui

tingkat kelangsungan hidupnya (SR).

Sehingga hasil panen atau hasil

pemeliharaan terakhir (ouput) dan total

kebutuhan pakan dalam satu siklus dapat

Page 13: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

26

diketahui dan dapat dipakai sebagai tolak

ukur keberhasilan pada siklus berikutnya.

Hasil dari pertambahan berat dan panjang

ikan lele dumbo selama pemeliharaan

dapat dilihat pada Gambar di bawah.

Gambar Pertumbuhan panjang rata-rata tubuh ikan

lele dumbo selama pemeliharaan.

Gambar diatas menunjukkan

perkembangan ukuran panjang ikan lele

dumbo selama dua bulan pemeliharaan

dari panjang benih diminggu pertama rata-

rata 4 cm menjadi 23 cm diakhir

pemeliharaan. Dari hasil pengamatan

pertumbuhan panjang ikan lele dumbo

selama pemeliharaan dapat diketahui laju

pertumbuhan harian ikan setelah dua bulan

pemeliharaan, yaitu :

DGR (cm/hari) = t

21

23 - 4

=

70

= 0,3 cm/hari

Hasil dari pengamatan berat ikan lele

dumbo selama dua bulan

Gambar Perkembangan berat tubuh ikan lele

selama dua bulan

Gambar diatas menunjukan

perkembangan berat ikan lele dumbo pada

awal pemeliharaan rata-rata 1,7 gram

menjadi 72,8 gram diakhir pemeliharaan.

Dari hasil pengamatan berat ikan setiap

minggunya, maka dapat berat mutlak dari

ikan lele dumbo per ekor selama dua bulan

pemeliharaan adalah :

Dimana; Gm = bobot mutlak (gram)

Wt = Bobot akhir (gram)

Wo = Bobot awal (gram)

Gm = Wt – Wo

= 72,8 gram – 1,7 gram

= 71,1 gram

Dilihat dari berat mutlak ikan per

ekor yang dihasilkan selama praktek

belum optimal. Hal ini tidak sesuai dengan

peryataan Hernowo (2004) pada benih

yang ditebar berukuran 5 - 8 cm dan

dipelihara selama 1 bulan bisa

menghasilkan ikan dengan berat 40 - 50

gr/ekor dan kemudian ikan ini besarkan

lagi selama 45 hari atau 2 bulan sehingga

ikan mencapai ukuran ikan seberat 100 -

125 g/ekor atau 8 - 10 ekor per kilogram.

Pemeliharaan ikan lele dumbo

yang dipelihara di BBI Kalen dengan berat

mutlak yang dihasilkan 71,1 gram/ekor

dengan waktu pemeliharaan selama dua

4 6

8,1 10,3

12,5 14,8

17 19,2

21,3 23

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pa

nja

ng

ra

ta-r

ata

(cm

)

Minggu ke-

Pengamatan pertumbuhan panjang benih lele dumbo

1,7 4,4 10,4 16,8 24,6 32,3 40,4 49,6 60 71,9

0

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Ber

at r

ata-

rata

(g

ram

)

Minggu ke-

Pengamatan berat benih lele dumbo

Gm = Wt – Wo

Page 14: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

27

bulan dilakukan sesuai dengan permintaan

konsumen yaitu 12 - 14 ekor per

kilogramnya.

Kecepatan pertumbuhan mutlak

adalah perubahan ukuran baik berat atau

panjang yang sebenarnya diantara dua

umur atau dalam waktu satu tahun.

Umumnya kecepatan pertumbuhan mutlak

menurun apabila ikan makin bertambah

dewasa dalam Efendi (2002).

Berdasarkan hasil perhitungan

terhadap berat rata-rata ikan lele dumbo

setiap minggunya, maka diperoleh Laju

Pertambahan Berat Harian (LPBH) dalam

% dapat dilihat pada Tabel.

Tabel Laju pertambahan berat harian (%)

ikan lele dumbo

Minggu

ke- LPBH(%)

1 1,23

2 1,18

3 0,67

4 0,53

5 0,38

6 0,31

7 0,29

8 0,27

9 0,25

Gambar Laju Pertambahan Berat (%) Harian

ikan lele dumbo

Laju pertambahan berat harian

pada minggu pertama (1,23 %) dan

minggu kedua (1,18 %) mengalami

peningkatan yang cukup besar dibanding

minggu – minggu sebelumnya disebabkan

nafsu makan pada ikan yang sangat

meningkat, ikan juga sudah beradaptasi

dengan lingkungan pada kolam

pemeliharaan, dan ikan mulai aktif

gerakannya sehingga membutuhkan

makanan yang banyak.

Namun, pada minggu berikutnya

derajat pertambahan berat rata-rata ikan

menurun. Berdasarkan pengamatan, laju

pertambahan ikan lele dumbo sangat

ekstrim saat ikan masih berukuran benih

yaitu pada pengamatan minggu ke-1 dan

minggu ke-2, hal ini dikarenakan benih

lele masih mengkonsumsi pakan yang

digunakan untuk pertumbuhannya.

Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo

sudah baik. Hal ini dilihat dari

pertambahan panjang dan berat setiap

minggunya. Pertambahan panjang dan

berat ikan lele dumbo ini didukung oleh

pakan yang diberikan dan kualitas air yang

sudah optimal sehingga mendukung

kegiatan pembesaran ikan lele dumbo

selama pemeliharaan.

Selain pengamatan pertumbuhan

panjang dan berat ikan lele dumbo

dilakukan juga pengamatan terhadap

perkembangan populasi selama dua bulan

pemeliharaan. Hal ini juga dilakukan guna

menghasilkan data yang lebih akurat. Data

perkembangan jumlah ikan lele dumbo

selama dua bulan pemeliharaan dapat

dilhat pada Tabel.

Tabel Kelangsungan hidup ikan lele

dumbo selama dua bulan

pemeliharaan: Minggu

ke-

Jumlah

Ikan

(ekor)

Jumlah

Ikan

Mati

(ekor)

Mortalitas SR

(%)

1 3120 0 0 100

2 3110 10 0,4 99,6

1.231.18

0.67

0.53

0.380.31 0.29 0.27 0.25

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu ke-

LP

BH

(%

)

Page 15: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

28

3 3088 22 0,7 98,9

4 3079 9 0,3 98,6

5 3055 24 0,7 97,9

6 3039 16 0,5 97,4

7 3029 10 0,4 97

8 3024 5 0,1 96,9

9 3022 2 0,1 96,8

10 3021 1 0 96,8

Dari hasil diatas perkembangan

jumlah ikan selama 10 minggu

pemeliharaan, mortalitas yang dihasilkan

sebesar 3,2 % dan SR (Survival Rate) 96,8

%. Pada minggu ke-5 angka kematian ikan

lele dumbo tertinggi setelah minggu ke-3.

Hal ini dikarenakan pada waktu itu terjadi

curah hujan yang tinggi sehingga

membawa dampak pencemaran

lingkungan perairan akibat proses

turbulensi sampah dan bahan organik yang

menyebabkan keruhnya perairan. Hal

tersebut sesuai dengan Efendi (2002)

faktor makanan dan penyakit juga akan

menghambat kecepatan pertumbuhan

sehingga berjalan dengan lambat.

Kelangsungan hidup diperoleh

selama pemeliharaan dengan cara

menghitung jumlah ikan lele dumbo pada

awal dan akhir pemeliharaan dengan

menggunakan rumus (Efendi, 2002),

sebagai berikut :

Keterangan :

Nt = jumlah benih akhir

(ekor)

No = jumlah benih awal

(ekor

Hasil dari perhitungan pada

kelangsungan hidup untuk pemeliharaan

pembesaran ikan lele dumbo selama 59

hari masa pemeliharaan di Balai Benih

Ikan ini adalah :

SR = (3120/3021) x 100 %

= 96,8 %

Tingginya derajat kelangsungan

hidup benih ini disebabkan karena selama

pemeliharaan, ikan diberikan pakan secara

teratur dan kualitas air yang sangat baik

sehingga mendukung dalam keberhasilan

dari suatu kegiatan pembesaran.

g. Kualitas Air

Pengelolaan air berpengaruh besar

terhadap pemeliharaan ikan. Pengelolaan

air dilakukan dengan mengamati kualitas

air di kolam pemeliharaan. Data kualitas

air yang diamati selama penelitan adalah

suhu, pH dan DO karena keterbatasan alat

yang ada di BBI Kalen. Selama

pengamatan setiap harinya didapatkan

kisaran nilai kualitas air yang dapat dilihat

pada Tabel.

Tabel Data pengamatan rata-rata kualitas

air pada kolam pembesaran

Waktu

Pengamatan

(Pukul)

Suhu

(0C)

pH DO

mg/l

06.00 26 7 5,3

11.00 31 7,5 5,4

15.00 28 8 5,6

22.00 25 7 5,2

Dari hasil pengamatan kualitas air

selama pemeliharaan sudah optimal, hal

ini sesuai dengan pendapat Soetomo

(2005), bahwa suhu air yang optimal

dalam pemeliharaan bibit ikan secara

intensif adalah 25 – 30 0C, sedangkan suhu

yang optimal untuk pertumbuhan benih

ikan lele berkisar 26-30 0C. Untuk pH

untuk perkembangan ikan lele yang baik

7,5-8,5, sedangkan kandungan oksigen

terlarut yang optimal adalah 5 ppm dan

lebih baik 7 ppm.

Berdasarkan literatur berarti

pengelolaan kualitas air untuk suhu dan

pH dalam kolam pemeliharaan untuk

pembesaran sudah cukup optimal. Ini

SR = (Nt/No) x 100 %

Page 16: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

29

disebabkan karena kolam pemeliharaan

ikan lele dumbo berada di tempat terbuka

dan mengunakan sistem air mengalir

sehingga mudah dikontrol.

Dari hasil pengamatan kualitas air

di kolam pembesaran lele pada minggu ke

– 7 mengalami perubahan pada siang dan

sore hari yang mengalami kenaikan suhu

dan pH karena cuaca pada saat itu

kemarau, pada saat itu keputusan yang

diambil membuka pipa paralon pada

saluran pemasukan (inlet) yang berguna

untuk mensirkulasi air yang ada.

h. Hama dan Penyakit

Salah satu faktor yang dapat

merugikan dalam usaha pembesaran yaitu

terdapatnya hama dan penyakit. Faktor ini

dapat mengganggu kehidupan ikan bahkan

dapat menyebapkan kematian ikan lele

dumbo. Dalam pemeliharaan ikan lele

dumbo di BBI Kalen tidak terdapat hama

yang menyerang pada kolam pembesaran

ikan lele, karena lingkungan pematang

kolam setiap minggunya dibersihkan

dengan memotong rumput dan

membersihkan air kolam dari sampah daun

kering dan kantong plastik.

Di BBI Kalen tidak terdapat

adanya penyakit yang menyerang ikan

lele, adapun yang menyebabkan ikan lele

mati dikarenakan tidak sesuainya padat

tebar benih dengan luas kolam sehingga

mengakibatkan pakan yang diberikan tidak

merata. Hal ini menyebabakan sebagian

benih susah mendapatkan makanan dan

daya tahan tubuh benih menjadi lemah.

Hal ini terlihat dari minggu ke 3 dan

minggu ke 5 dimana adanya penurunana

pertumbuhan pada ikan lele dumbo selama

masa pemeliharaan.

Kahiruman dan Khairul Amri

(2005), penyakit dapat diartikan sebagai

organisme yang hidup dan berkembang

didalam tubuh ikan lele. Jika salah satu

sebagian organ terinfeksi akan

mengganggu keseluruh jaringan tubuh

ikan lele. selama masa pemeliharaan.

Pembesaran ikan lele dumbo di BBI

Sentral ikan yang mati bukan diakibatkan

dari penyakit melainkan akibat dari

kanibalisme yaitu ikan yang lebih kecil

dimakan oleh ikan yang lebih besar

ukuranya.

i. Pemanenan

Panen dilakukan pada sore hari

agar ikan tidak mengalami strees atau

lemah. Pemanenan dilakukan dengan cara

panen total yaitu ikan diambil semua dan

tidak melakukan penyortiran dikarenakan

ikan ini akan ditampung oleh pembeli.

Langkah-langkah pemanenan ikan lele

dumbo yang dilakukan di BBI Kalen yaitu

mengeringkan kolam, mengambil ikan

dengan menggunakan serok kemudian

menampung ikan ikan didalam keranjang

(rege) lalu menimbangnya. Setelah ikan

ditimbang ikan dimasukan kedalam bak

plastik atau fiber berdiameter 150 cm

dengan tinggi 84 cm.

Cara pemanenan yang dilakukan di

BBI Kalen sudah cukup baik Pemanenan

yang dilakukan sesuai dengan pendapat

Puspowardoyo (2006) yang menjelaskan

bahwa panen lele dumbo sebaiknya

dilakukan secara keseluruhan. Caranya air

dikeluarkan atau dikuras melalui saluran

pembuangan atau dengan cara disedot

dengan pompa air. Menurut Kahiruman

dan Khairul Amri (2005), cara pemanenan

yang baik dan sesuai dengan dianjurkan

akan menghasilkan lele dumbo yang

berkualitas baik pula, yakni lele dalam

kondisi hidup, tidak cacat dan tidak luka –

luka.

Page 17: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

30

Hasil akhir penimbangan ikan

selama pemeliharaan selama 59 hari

dihasilkan panen sebesar 217,2 kg.

Pemanenan dilakukan secara total setelah

lele mencapai 14 ekor/kg atau berat ikan

mencapai 72,8 gram/ekor dengan panjang

22,3 cm. Hal ini dimaksudkan karena ikan

sudah mencapai ukuran konsumsi dan

ukuran ini sangat diminati oleh konsumen

terutama pedagang dan rumah makan.

j. Pemasaran Daerah pemasaran untuk ikan lele

dumbo hasil produksi di Balai Benih Ikan

Kalen terjadi secara bebas dengan

penentuan harga dilakukan setelah para

pedagang datang ke lokasi budidaya. Hasil

panen dari kolam pemeliharaan ditampung

ditempat penampungan yang ada. Cara

pemasaran yang dilakukan di BBI Kalen

sesuai dengan cara Subandi, (2004) yaitu

ikan lele dumbo yang dijual dari BBI

Kalen ke konsumen melalui dua tahapan

yaitu dengan cara tahap persiapan

penjualan dan tahap penjualan itu sendiri.

Pemasaran ikan lele dumbo dijual

dengan harga jual yang diberikan pihak

Balai kepada pedagang sebesar Rp. 8.000,-

/kg, dengan persyaratan ikan tidak diantar

oleh pihak Balai. Jika pihak pembeli mau

diantar ke lokasi pemasaran harga jual

lebih tinggi. Tingginya harga jual ikan

yang diantarkan ke lokasi pemasaran yang

dilakukan pihak Balai didasarkan adanya

jasa pengantaran dan biaya bahan bakar

yang digunakan selama pengantaran ke

lokasi penjualan.

Transportasi yang digunakan

adalah transportasi darat dengan mobil

box. Harga yang dibayar konsumen

berbeda jauh, yaitu Rp. 11.000,-/kg. Hal

ini dilakukan oleh para pedagang untuk

mengambil keuntungan, karena dari

tempat pengambilan ikan ke penampung

membutuhkan biaya.

3.3. Analisis Finansial Pembesaran

Analisis finansial dilakukan

terhadap data yang diperoleh dari usaha

pembesaran yang dilakukan oleh petani di

sekitar lokasi penelitian.

Adapun hasil yang didapat adalah sebagai

berikut :

3.3.1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang

dikeluarkan pada saat dimulainya

produksi. Biaya investasi untuk memulai

usaha pembesaran lele dumbo saat diamati

selama penelitian adalah sebesar Rp.

10.155.000.,-. Biaya ini digunakan untuk

penyediaan sarana dan pasarana yaitu

menyediakan kolam yang berukuran 10 x

10 x 1 m. Menurut Riyanto (1995) biaya

investasi merupakan modal yang harus

disediakan untuk mengadakan materi atau

peralatan yang sifatnya fisik, yaitu

nantinya modal tersebut akan terikat aset.

3.3.2. Biaya Operasional

Biaya operasional ini terdiri dari

biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel

(variabel cost). Menurut Husnan et al.

(1999), berdasarkan fungsinya biaya

operasional dibagi menjadi dua yaitu

Biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya Tetap (fixed cost)

Menurut Husnan et al. (1999) biaya

tetap adalah biaya yang tetap dan tidak

berubah meskipun unit produksi yang

dihasilkan mengalami perubahan. Dari

hasil perhitungan biaya tetap adalah Rp.

4.200.000,- Biaya Variabel

Menurut Husnan et al. (1999)

bahwa biaya variabel adalah biaya yang

dapat berubah apabila unit yang dihasilkan

berubah. Dengan hasil yang diperoleh

adalah Rp. 6.436.000,-

Page 18: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

31

Penjualan

Ikan lele dumbo yang dihasilkan

dari usaha petani sekitar sebanyak 500 Kg

x @ Rp. 8000,-/Kg = Rp. 4.000.000,-

(persiklus), 1 tahun (4 siklus) 2000 kg x

@ Rp. 8000,-/Kg = Rp. 16.000.000,-.

3.3.3. Analisis Laba Rugi

Perhitungan laba rugi dilakukan

dengan cara mengurangi pendapatan

dengan total biaya. Dari data diatas, maka

dapat dihitung laba rugi operasional. Jadi,

laba bersih dari UPR untuk setiap

tahunnya yaitu:

Rp. 5.364.000, – Rp. 536.400= Rp.

4.827.600

3.3.4. Analisis Titik Impas

Analisis titik impas digunakan

untuk menentukan jumlah penjualan

minimum agar tidak rugi. Untuk

menentukan BEP ada beberapa hal yang

harus diketahui yaitu biaya atau modal

(baik itu modal tetap atau variable) harga

jual dan tingkat produksi (Rahardi et all,

1993).

Biaya tetap

lele dumbo sudah baik. Pertumbuhan

panjang yang teramati adalah 0,3 cm/hari.

Berat akhir yang dicapai adalah 72,8 gram

yang disesuaikan dengan permintaan

konsumen. Kualitas air media masih layak

untuk budidaya ikan lele dumbo yaitu suhu

28 – 31 0C, pH 7,6 – 8 dan DO 5,4 – 5,8

ppm. Kisaran kualitas air yang tidak

fluktuatif ini dikarenakan pengelolaan air

media dilakukan dengan sistem air

mengalir. Kematian ikan selama

pemeliharaan diduga disebabkan oleh sifat

kanibalisme dimana ikan yang kecil

dimakan oleh ikan yang berukuran lebih

besar. Usaha budidaya ikan lele di BBI

Kalen ini layak untuk diteruskan

berdasarkan kriteria B/C Ratio 1,504.

3.2. Saran

Padat penebaran sebaiknya

disesuaikan dengan ukuran kolam agar

pemberian pakan dapat diberikan dengan

merata dan mengurangi kanibalisme.

Perlunya alat berupa teskit untuk

pengamatan parameter NO2 dan NO3 dan

NH3. Tingkat kepadatan penebaran perlu

ditingkatkan agar mendapat hasil panen

yang lebih optimal.

Rp. 4200000,-

BEP dalam Rupiah (q) = ------------------------------

Rp. 6.436.000,-

1 -- -----------------

Rp. 16.000.000,-

= Rp. 7.026.348,-

Biaya tetap

BEP dalam unit = Harga jual/unit – Biaya variabel/unit

Rp. 4200000,-

=

Rp. 8.000,- -- Rp. 6.436.000,

2000 kg

= 878,29 kg

Page 19: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480journal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo rev.pdf · pembesaran lele dumbo. II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitihan ini dilaksanakan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

32

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, D.M.. 2005. Sustainable Shrimp

Production Technology

(Disampaikan Dalam Seminar

Science And Entertainment di

Sekolah Tinggi Perikanan). Jakarta.

Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.

2003/2004. Informasi Teknik

Perikanan. Percetakan Pelangi.

Djajasewaka,H.1995. Pakan ikan. CV.

Yasaguna. Jakarta

Efendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan.

Yayasan Pustaka Nusantara.

Bogor.

Husnan dan Soewarsono. 1999. Studi

Kelayakan Proyek. Penerbit dan

percetakan (UPP) AMP KPN,

Yogyakarta.

Hernowo, 2004. Pembenihan dan

Pembesaran Lele di Pekarangan,

Sawah dan Longyam. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Khairuman dan Khairul Amri. 2005.

Budidaya Lele Dumbo Secara

Intensif. Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Murhananto. 2002. Pembesaran Lele

Dumbo di Pekarangan. Penerbit

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Najiyati S. 2003. Memelihara Lele Dumbo

di Pekarangan. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Prihartono Eko, Juansyah Rasidih dan

Usni Arie. 2005. Mengatasi

Permasalahan Budidaya Lele

Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta.

Puspowardoyo, H . 2006. Pembenihan dan

Pembesaran Lele Dumbo Hemat

Air. Kanisius. Yogyakarta.

Rahardi F, Kristiawati dan Nazarudin.

1993. Agribisnis Perikanan.

Penebar Swadaya. Jakarta.

.

Suyanto. 2006. Dasar Penyusunan

Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar

Harapan. Jakarta.

Soetomo, M. 2005. Teknik Budidaya Lele

Dumbo. Sinar Baru Algensindo.

Bandung.

Subandi M. 2004. Panduan Menghitung

Biaya Usaha Lele Dumbo. Penebar

Swadaya. Jakarta.