laporan penelitihan kualitatif - blog civitas ... · web viewmenyusun pedoman pertanyaan (...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIHAN KUALITATIFStudi Deskriptif Mengenai Fenomena Pemakaian Sandal pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga Pada Tahun 2009
Laporan Penelitihan ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Metodologi Penelitihan Sosial
Oleh :
1. Fajar Maulana ( 070810221 )
2. Dita Yanuarista ( 070810217 )
3. Neno DPE ( 070810574 )
4. Rusdiyah C.D.K ( 070810585 )
5. Agustin Irdiani ( 070810588 )
6. Devita Kususma W ( 070810589 )
7. Adrina Ayu CZJS ( 070810765 )
8. Chemmy Trias SP ( 070810138 )
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdhulilah penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa memberikan rahmad serta hidayah-Nyah sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Penelitihan Kualitatif yang berjudul ” Studi Deskriptif
Mengenai Fenomena Pemakaian Sandal pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Airlangga pada tahun 2009 ”
Adapun tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk memenuhi tujuan mata kuliah
Metode Penelitihan Sosial dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Dengan terselesainya Laporan Penelitihan Kualitatif ini, penulis tidak lupa
menyapaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Gitadi Tegas, S. M. Si ( Dosen Etika Sosial dan Politik )
2. Bapak Punari, S. Sos M. Si ( Kepala sub bagian kemahasiswaan )
3. Sucahyo (mahasiswa Administrasi Negara angkatan 2006)
4. Teman-teman yang senantiasa mengembangkan ide kepada penulis demi
terselesainya Laporan Penelitihan Kualitatif ini
Penulis menyadari bahwa”Tiada gading yang tak retak” begitu pula laporan
penelitihan kualitatif ini yang masih banyak kekurangan, meskipun demikian hal ini
merupakan pengalaman berharga utnuk menuju yang lebih baik. Oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dan
pengembangan lebih lanjut
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Penelitihan Kualitatif ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya
Surabaya, 1 Juni 2009
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitihan
1.4. Manfaat Penelitihan
1.5. Metode dan Prosedur Penelitihan Kualitatif
1.5.1. Pendekatan Penelitihan
1.5.2. Jenis Penelitihan
1.5.3. Metode dan Prosedur Penelitihan
1.5.4. Lokasi Penelitihan
1.5.5. Subjek Penelitihan
1.5.6. Teknik Pengumpulan Data
1.5.7. Teknik Analisis Data
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Gambaran Umum
2.2. Analisis Data
2.3. Hasil Wawancara
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Lampiran
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Kebebasan merupakan sebuah pengalaman individu, yang tiap orang
menjelaskan menurut yang dialami. Secara implisit tampak dua aspek yang
melekat pada kebebasan : aspek negatif dan aspek positif. dua aspek kebebasan
tersebut dapat dirumuskan dengan mengatakan bahwa kebebasan bias
dimengerti sebagai “kebebasan dari…”dan “kebebasan untuk…”. Sedangkan
secara spontan kebebasan dimengeri sebagai ”terlepas dari tekanan/paksaan,
tetapi terdapat juga batas-batas kebebasan”. Kebebasan memiliki batas-batas
antara lain kebebasan yang dibatasi oleh faktor-faktor dari alam, baik fisik
maupun psikis, kebebasan yang dibatasi oleh lingkungan, baik alamiah atau
sosiaol, kebebasan yang dibatasi.
Pada hakikatnya setiap orang menginginkan kebebasan dalam hidup. Orang
disebut bebas bila ia dapat berbuat sesuka hatinya. Disinilah bebas dimengerti
terlepas dari segala kewajiban dan keterikatan, meksipun setiap oaring juga
menyadari adanya keterikatan dan kewajiban dilingkungan sekitarnya, namun
keinginan untuk bebas juga cenderung tidak bias diabaikan. Untuk itu
kelompok kami ingin mempelajari fenomena kebebasan di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, yang dalam hal ini meskipun di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mempunyai tata tertib yang telah disampaikan
kepada seluruh mahasiswa “Selama perkuliahan dosen dan mahasiswa
berpakaian rapi seperti tidak memekai alas kaki berupa sandal”. Namun
pada kenyataanya tata tertib tersebut diabaikan oleh mahasiswa yang
menginginkan adanya kebebasan dalam lingkungan perkuliahan dalam arti
masih banyak mahasiswa yang memakai sandal pada saat kuliah. Hal inilah
yang mendorong kami untuk mengadakan penelitihan mengenai fenomena
diatas.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa tanggapan pihak informan mengenai fenomena pemakaian sandal di
kampus ?
2. Sejak kapan fenomena pemakaian sandal itu terjadi ?
4
3. Bagaimana penyikapan dari pihak kampus mengenai fenomena pemakaian
sandal oleh mahasiswa ?
4. Bagaimana sudut pandang etika mengenai cara berpakaian dalam kampus ?
1.3. TUJUAN PENELITIHAN
1. Untuk mengetahui tanggapan pihak informan mengenai fenomena
pemakaian sandal di kampus
2. Untuk menegtahui sejak kapan fenomena pemakaian sandal itu terjadi
3. Untuk menegetahui bagaimana penyikapan dari pihak kampus mengenai
fenomena pemakaian sandal oleh mahasiswa
4. Untuk menegtahui bagaimana sudut pandang etika mengenai cara
berpakaian dalam kampus
1.4. MANFAAT PENELITIHAN
1. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang fenomena penggunaan
sandal di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terutama pada
waktu perkuliahan
2. Menumbuhkan rasa disiplin pada setiap mahasiswa di lingkungan Fakultas
Ilmu Sosial dan ilmu Politik
3. Menerapkan peraturan yang tegas di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
1.5. METODE DAN PERATURAN PENELITIHAN
1.5.1. PENDEKATAN PENELITIHAN
Penelitihan kualitatif dapat diartikan sebagai penelitihan yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis,
dan tingkah laku yang dapat diamati oleh orang yang diteliti (Taylor dan
Bogdan, 1984 : 5)
Berbagai penelitihan kualitatif yang dilakukan tersebut berakar dari
sebuah paradigma yang disebut “Paradigma Interpretatif”. Pada
penelitihan yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Fenomena
Pemakaian Sandal pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Airlangga pada Tahun 2009”.
5
Kami berusaha menggambarkan fenomena tersebut dengan
menggunakan pendekatan kualitatif
1.5.2. JENIS PENELITIHAN
Jenis penelitihan yang digunakan untuk melaksanakan penelitihan ini
adalah Deskriptif. Penelitihan Deskriptif sendiri biasanya dilakukan
seseorang penelitih untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan
mengenai keadaan sesuatu obyek atau subyek amatan secara rinci.
Dalam penelitihan ini digambarkan fenomena pemakainan sandal pada
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
selama perkuliahan berlangsung
1.5.3. METODE DAN PROSEDUR PENELITIHAN
Metode penelitihan yang kami gunakan adalah metode kualitatif
dengan wawancara dalam pelaksanaan penggalian data
Prosedur atau langkah-langkah dalam melaksanakan pengumpulan
data antara lain :
1. Menentapkan masalah atau topik yang akan diteliti
2. Menyusun pedoman pertanyaan ( interview guide )
3. Membuat janji dengan responden terpilih
4. Mendatangi responden terpilih
5. Mengutip dialog hasil wawancara
1.5.4. LOKASI PENELITIHAN
Dalam penelitihan kualitatif setting penelitihan akan
mencerminkan lokasi penelitihan yang langsung ’melekat’ pada fokus
penelitihan yang ditetapkan sejak awal. Batasan lokasi penelitihan
kualitatif kami meliputi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
1.5.5. SUBYEK PENELITIHAN
Subyek penelitihan yang telah tercermin dalam fokus penelitihan
penulis tentukan secara sengaja. Subjek penelitihan ini menjadi informan
yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama
proses penelitihan
Penulis memilih 3 informasn, yaitu :
1. Bapak Drs. Gitadi Tegas, S. M. Si ( Dosen Etika Sosial dan Politik,
selaku pakar Etika)
6
2. Bapak
3. Sucahyo (mahasiswa Administarasi Negara angkatan 2006, selaku
salah satu mahasiswa yang mempunyai pandangan kritis tentang
FISIP)
1.5.6. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang didasarkan
pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan (Marshall dan
Rossman, 1989 :82). Dalam hal melakukan wawancara mendalam,
pertanyaan yang kaku haruslah dihindari, sebliknya disarankan membuat
pertanyaan yang bersifat umum berdasarkan substansi setting atau
berdasarkan keterangan konseptual
1.5.7. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik yang kami gunakan dalam analisis data kualitatif adalah
analisis induktif dimana peneliti benar-benar membenamkan dirinya
didalam rincian dan hal-hal spesifik dari dari data dengan tujuan
menemukan katagori-katagori, dimensi-dimensi, dan antar hubungan
yang penting. Penulis mulai dengan menjajaki persoalan-persoalan yang
benar-benar terbuka, dan bukannya menguji hipotesis yang diturunkan
dari teori (deduktif)
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. GAMBARAN UMUM
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP UNAIR)
tepatnya di Kampus B yang berada di Jl. Dharmawangsa Dalam Surabaya,
60286 yang berdiri pada 1977. Awalnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga hanya mengelolah satu program studi (sosiologi), dengan
hanya 62 mahasiswa. Kini, dengan mahasiswa dari 2.000 orang, FISIP Unair
mengelolah 12 program studi :
1. D-3 Teknisi Perpustakaan
2. D-3 Pariwisata
3. S-1 Antopologi Sosial
4. S-1 Ilmu Komunikasi
5. S-1 Ilmu Politik
6. S-1 Ilmu Hubungan Internasional
7. S-1 Ilmu Administrasi Negara
8. S-1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan
9. S-2 Ilmu-Ilmu Sosial
10. S-2 Pengembangan Sumber Daya Manusia
11. S-2 Kebijakan Publik
Sejak semula hingga kini, FISIP Unair mengembangkan kampus yang
berkehidupan demokratis, kreatif, kritis dan bertanggungjawab. Dari dinamika
kampus yang demikian itu, FISIP Unair telah melahirkan ribuan alumni yang
berhasil dan tersebar di pelbagai sektor kehidupan. Diantaranya terjun kedunia
kerja yang tentunya berhubungan dengan soaial masyarakat dan politik. Baik
itu lembaga negeri atau swasta, lembaga eksekutif atau legislative, pemerintah
maupun asing
Untuk menunjang kegiatan perkuliahan, maka dari pihak Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik menyediakan berbagai fasilitas pendukung sebagai
berikut :
1. Ruang kuliah ber-AC
2. Tersedia alat peraga kuliah berupa OHP, Proyektor Slide dan LCD
3. Ruang seminar atau diskusi ber-AC
8
4. Perpustakaan rujukaan fakultas
5. Laboratorium Jaringan Komputer
6. Laboratorium Multimedia
7. Laboratorium Multimedia
8. Laboratorium Katalogisasi
9. Laboratorium Teknologi Kerasipan dan Dokumentasi
10. Study Center
11. Ruang Cakra Buana Catur Matra ( Laboratorium Bahasa dan Negosiasi )
12. Laboratorium Desain Grafis
13. Mini Theater
14. Laboratorium bidang minat Antopologi Ragawi
15. Museum Etnografi
16. Fasilitas Internet gratis untuk mahasiswa
17. Mushollah
18. Kantin Mahasiswa
19. Laboratorium Kemahasiswaan
20. Fasilitas Olah Raga
Berbeda dengan fakultas yang lain, kehidupan perkuliahan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik cenderung lebih bebas seperti julukan FISIP pada
umumnya yaitu fakultas Demokrasi. Banyak terlihat mahasiswa memakai sandal
pada saat perkuliahan. Hal ini pula yang menjadi cirri khas dari FISIP
2.1. ANALISIS DATA
Banyaknya mahasiswa yang menggunakan sandal pada saat jam
perkuliahan merupakan fenomena yang tidak asing lagi apabila memasuki
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. “Banyak mahasiswa yang mempunyai
anggapan bahwa mereka kuliah di Fakultas Demokrasi, maka mahasiswa juga
banyak yang beranggapan bahwa boleh melakukan tindakan yang bebas”
Ungkap Bapak Ponari selaku kepala bagian kemahasiswaan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Potitik
Pemakai sandal pada saat perkuliahan yang klasik dirasakan kurang pantas.
Setiap fakultas sudah mempunyai peraturan sendiri seperti kutipan dari
peraturan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik “Selama Perkuliahan Dosen
dan Mahasiswa berpakaian rapi seperi tidak memakai alas kaki berupa
9
sandal”. Tetapi berdasarkan pengamatan, peraturan tersebut hanya bersifat
tertulis saja, tidak ada penerapan kongkrit. Pemakaian sandal oleh mahasiswa
pada saat perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan suatu
kebudayaan karena sejak berdirinya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada
tahun 1977, tahun 1978 para pejuang demokrasi (mahasiswa) mulai mengkritisi
pemerintahan. Para pejuang demokrasi (mahasiswa) tersebut banyak yang
berpenampilan santai (Rilex), kondisi semacam itu berlangsung lama sampai
puncaknya tahun 1996 (ketika megkritisi pemerintahan orde baru) sehingga
kebiasaan berpenampilan tersebut ditiru oleh proses peniruan (imitasi) dan hal
tersebut sangatlah manusiawi. Kalau kita lihat di fakultas lain di Universitas
Airlangga mungkin kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik dalam berpenampilan dalam hal ini pemakaian sandal
tidak dapat ditemui di faklutas lain, ada tiga hal yang mempengaruhi kebiasaan
menggunakan sandal di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik :
1. Faktor Internal
2. Faktor Imitasi
3. Penegakan peratuaran
Dilihat dari sudut pandang etika, pemakaian sandal oleh mahasiswa dirasa
kurang etis karena kalau kita lihat wartawan televise yang semestinya
mempunyai kebebasan dalam berpenampilan ternyata mereka berpakaian rapi.
Sebagai mahasiswa tentunya kita bisa menerapkan hal tersebut didalam kampus,
agar kelak kebiasaan kita berpenampilan didalam kampus akan terbawa pada
saat kita kerja, dan pemakaian sandal dikampus dirasa kurang sopan
Penyikapan mengenai kebiasaan mahasiswa yang memakai sandal dikampus
relatif beragam dan bersifat personal. Ada dosen yang memperbolehkan
mahasiswa yang memakai sandal pada saat perkuliahan, ada juga dosen yang
tidak memperbolehkannya. Pada hal peratuaran mengenai larangan penggunaan
sandal oleh mahasiswa pada saat perkuliahan merupakan peraturan dari lembaga
yang harus dipatuhi oleh Civitas Akademika, pihak fakultas hanya
memberitahukan lewat peraturan tertulis saja dan itu merupakan kelemahan dari
pihak kampus khususnya fakultas. Seharusnya pihak fakultas bersosialisasi
secara langsung atau melakukan pendekatan secara persuasif terlebih dahulu.
Proses sosialisasi tidak bisa diterapkan secara langsung dan membutuhkan
waktu yang lama, untuk bisa menegakkan peraturan tersebut
10
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Fenomena pemakaian sandal di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Internal dapat berupa factor kebudayaan yang turun temurun sejak
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu berdiri
2. Imitasi atau peniruan dari pihal luar
3. Penegakkan peraturan yang kurang tegas dari Fakultas dan kurangnya
sosialisasi yang diberikan pihak fakultas kepada mahasiswa
Proses sosialisasi dari pihak fakultas hendaknya dilakukan dalam jangka
waktu yang lama agar, segala jenis peratuaran bisa dijalankan secara efektif oleh
seluruh Civitas Akademika
3.2. SARAN
Sosialisasi mengenai peraturan kampus yang dilakukan secara
berkesinambungan (dapat dilakukan dalam kurun waktu minimal 1
semester)
Menyeragamkan pemberian sanksi kepada semua fakultas yang ada di
sebuah universitas.
Apabila situasi sudah terlalu “parah”, maka ditindak-lanjuti dengan adanya
pemberian sanksi yang tegas kepada mahasiswa yang melanggar
11
LAMPIRAN
Bapak Punari, S. Sos M. Si ( Kepala sub bagian kemahasiswaan )
Ya saya kalo me..apa artinya kalo saya mengetahui langsung sama orang yang seperti
itu ya ingatkan hei, ini kamu ada ada peraturan berperilaku di kampus., malah kalo
saya (..) tak suruh balik, tak suruh balik, kalo dia sandalan..atau saya bilang begini,
you yang pake sepatu saya, saya yang sandalan tapi saya ga boleh masuk gedung ini
karena saya sandalan itu artinya ya itu sama dengan bahwa saya menyuruh mereka
harus bersepatu...tak tolak sama saya, gitu...karena melanggar aturan berperilaku di, di
unair..kampus... *ehm..* gitu...
^Tapi koq masih banyak banget ya pak ya?yang pake sandal seperti itu?^
Ya karena memang eh, mohon maaf sosialisasinya udah kurang di sini gitu... (gih),
anak sendiri sulit untuk di, ditata ...gitu lho...karena mungkin di sini itu mungkin
menghendaki bahwa kita tuh kampus demokrasi itu mungkin kemudian dimaknai
dengan seluas-luasnya, eh, itu..itu umum begitu.. jadi ada sebuah culture ya, sebuah
budaya bahwa anak sini kayaknya orang itu merdeka sangat gitu..(..) merdeka sekali,
bukan sekali merdeka, tapi merdeka sekali, maunya yo wis..sangat (..) termasuk
kadang saya liat prihatin (tuh kan) pake celana pendek, termasuk celana disobek-
sobek, itu juga (..) kan itu dilarang...
^Kalo bapak sendiri gimana caranya, tahap-tahapnya kan kalau langsung disuruh pake
baju rapi, sepatuan itu kan ga mungkin pak?^
nah, tapi emang sosialisasi kan dulu pada anak-anak, pada temen-temen..*ehhm..*
pada temen-temen tadi...nek ketemuan ya..ya jangan gitu...pake sandal, pake kaos,
pake pake baju yang ada kerahnya ya itu...tahap ya..pendekatan persuasif dulu
lah..*ehm..* itu yang lebih apa..apa lebih apa..lebih ma..lebih mengena tersebut...
*ehm..*
^tapi kok jadi pihak kampus sendiri kurang menyikapi gitu lho pak?^
Lah iya..makanya saya tadi kurang..kurang memberikan sebuha sosialisasi bahwa (ini
dan itu) ga bener, jadi kurang ada apa ya..kalo ga salah baca saja .. ini kurang (..)
kemauan yang dari..dari.. apa dari unair (..agak kurang) tapi itu anda mengemasnya
jangan vulgar seperti saya..nanti saya disemprit sama... *tertawa*
^Terus sejak kapan fenomena terjadinya pemakaian sandal, pake sandal seperti itu?^
Kalo fenomena seperti itu bagi saya, saya karena baru menjabat di..di sini baru
setahun empat bulan, saya ndak tahu kapan mulainya..itu mungkin sudah lama.. -tapi
12
sudah, apa bapak sejak di sini sudah..- sudah seperti itu keadaannya, bahkan saya eh,
mohon maaf saya sering menegur teman-teman yang ngrokok bukan suatu anu... tapi
di sini ngrokok, di gedung ini lho..ya bukan di luar sana..tapi (ya mang pernahe)
cewek gitu lho..dengan bangganya, gitu..bahwa proses identitasi saya itu seperti ini...
jadi ya kalo (rasul..) kan mengatakan kan akuisisi diri/pengakuan diri itu kayaknya ini
lho..saya... nah apakah kemudian apa identitas diri itu sudah merupakan ukuran yang
bagus? Kan ya juga nanti dulu gitu lho...bagi saya apalagi cewek..apalagi cewek kan
sangat-sangat..sangat..tidak, apalagi kemarin, tahun dua ribu delapan maba kemarin,
justru timdis itu telah bengok-bengok pada adik-adik yang di adik-adik maba
itu..habis ini ngrokok, kan sangat-sangat tidak bisa diterima..karena apa, karena
mohon maaf, orang yang bicara itu tidak dari hati, tetapi hanya dari sini *menunjuk
bibir* itu lewat sini tapi kembali ke sini lewat mbrobos saja kalo (dalam arti) sama
saja dengan kesungguhan, keikhlasan dari hati yang paling dalam dan ia tidak
melakukan hal seperti itu, tu insyaAllah bisa diterima dan alhamdulillah masuk di
orang itu, berkesan gitu, dan bila ma..mana mungkin anu kemudian anda ngomong
dipercaya ma mereka..anda, anda ga punya modal kok..anda, anda bicara hanya dari
mulut..mboh ndak dari hati.. dari..dari lisan saja..mungkin kalo anda...(.. ndak ada
dua..) apakah seperti itu meskipun profilnya seperti itu..dan...(..) anda bicara..secara
anu aja..artinya ndak ndak dalam..dalam apa maknanya tuh (..) tidak utuh gitu...(..)
kenapa koq..makanya ilmunya baru tau setelah mau lulus diantaranya apa? Sulit
mencari pekerjaan..karena merasa meraka tuh bisa.. segala-galanya..boleh segala-
galanya..dan (..) gitu aja.. (..) malah...(..) semua..ya apa? Lalu apa yang kita
banggakan..dari dari orang yang seperti itu tu apa..(..) untuk apa..jadi..anda muslim?
Kalo dalam muslim tuh kan begini..Allah berfirman.. yaa ayyuhalladzi na ’amanu, hai
orang orang beriman, limatakkunul, Allah mengatakan sesuatu..mala ta.(..)..(..)
Ya Allah benci sekali benci sekali..(..)teori tanpa pilih kasih..ilmunya ketika bicara
soal ilmu nya luar biasa..begitu bicara soal mengatakan prakteknya, kosong..ya anda
anda semoga anda ga masuk golongan itu..dan saya lihat mohon maaf IIP paling tapi
paling kene (..) ditoto ta, tapi ndak, ndak muji ya.. jadi orang-orang relatif lebih
disiplin..mudah dikendalikan atau (..) bisa ditoto..seneng kalo bisa
ditoto..ya ..ya..artinya nyuwun sewu kalo tementemen yang di BEM ini (..)
segelintir..golongan tertentu..tidak merespon (..) memalui BEM(..)
^Sosialisasi dari rektoratnya langsung ke fisip ini sudah pernah dilakukan atau?^
13
(..) belum ya belum..belum..belum anu lah..hanya lewat buku seperti ini..jadi hanya
buku aturan berperilaku di kampus hanay itu aja.. ^lewat buku kan tidak itu ya pak..^
iya..kelemahannya itu tidak semua orang membaca apalagi mohon maaf, kelemahan
kita,,,kelemahan kita contoh kecilnya, pengumuman jarang baca tementemen
mahasiswa hanya bondo kuping,,jare ngene to pak jare,jare,jare,jare saja konsep kita
tu sesungguhnya, orang itu bisa pinter, bisa hebat hanya membaca..tanpa
membaca..tidak bisa..orang itu bisa membaca duduk di sini, tapi dunia dikuasai..tapi
justru orang sini tuh sebaliknya..menaruh bola api, di dalam kamar..artinya apa..hanya
dia berkhayal tok..tapi tanpa mau berbuat..ya dia di kamar naruh bola api dan di
puter.puter sendiri bola api itu..panas kan..itulah kebanyakan orang jaman
sekarang...artinya (..) berpikir wah...(..) dientekno lah...(..) bujuki wae.. tu
segalagalaya (..) tuh membaca....(..)iqro’, bacalah, mendengar tidak kuping ini menipu
kita..melihat, kadang menipu kita..hanya membaca itu (..) walau di kamar tau dunia,
seluruh dunia..anda dari mana mbak? Seornag mahasiswa tentu orangnya
membaca..membaca apapun juga membaca literatur dsb. Tanpa membaca (..) mbaca
terus ya..(..) saya ga punya harta atau apa..(..) ^harta bisa dicari ya..^ tapi klo ilmu, itu
kata sayyidina ali, ilmu tuh menjaga yang punya..tapi kalo harta yang punya
menjaga..capek gitu..pake tentara pake satpam pake polisi kalo ilmu
ngga’..ndakk..ndak..dibawa kemana ga’ ngetoroi orang-orang jalan..ni ni lho..ga
ga..ketoro tapi .. orang ini kalo bicara ternyata bagus ilmunya..nggak keliatan kan?
mesio nggowo ilmu sak piro nggak keliatan bahkan menjaga anda..dari apa dari
perilaku yang ..yang..sebenarnya tidak bagus karena orang berilmu kalo (..) minum-
minum, ngrokokan (..) kan ga ada ubahnya dengan (..) ..(..) ^katanya berpikir, eh..tapi
koq belum ada hasilnya sampe sekarang?^ nah itu kan hanya, hanya, hanya
pembenaran diri saja..(..) mengeluarkan inspirasi..terus apa lagi?
^Kalo menurut Bapak arti kebebasan itu apa pak?^
Kebebasan yang bertanggung jawab..bebas tapi yang bertanggung jawab..kepada apa?
Kepada baik itu..aturan, aturan itu macam-macam..ya, bisa aturan manusia, bisa
aturan Tuhan, dalam agama Islam itu Allah..dan Rasulullah, ya kalo di sini ya aturan
kampus ini ditaati..berarti..berarti yang bertanggung jawab..nah gitu..karena ketika
kita tidak bertanggung jwab sama dengan sapi sama dengan kambing..liat aja
itu..ngga’ ngga mau tau dia itu tanahnya siapa..makan..makan aja yang penting
kenyang..kan begitu toh? Yang penting puas nafsunya..(..) yang bertanggung
jawab..jadi silahkan berbuat apa saja..tapi anda harus siap dengan konsekuensinya..
14
itulah orang yang..orang yang intelek seperti itu.. kalo anda (..) kaya pecundang..ga
ada harga dirinya itu..itu menurut saya lho ya..terus?
^Terus bedanya apa sih pak, kalo pake sepatu sandal sama bersandal?^
^Pake sepatu sandal di kampus sama bersandal itu masih...??^
Kalo sepatu sandal itu masih dibolehin kok...termasuk kategori sepatu..kalo sandal itu
yang tidak ada ini nya...ngga ada yang belakang itu..*pelindung tumit* itu sandal
murni lah..sndal jepit misalkan.. (..) sandal sandal seperti ini ya ndak boleh..tapi kalo
masih ber..ber apa..ada ini ada talinya.. ya masih kategori.. sepatu sandal itu.. boleh
boleh ya..tapi tentu saya, kalo pribadi saya merasa lebih..saya ini mohon maaf saya
biasa berpakaian itu..sedapat mungkin..dipandang orang enak..dan saya masih percaya
dengan budaya-budaya jawa..(..soko..) mungkin anda melihat saya, saya memaksa
ndak mau yang..(..) ga mau.. kalo pun bahannya murah tapi tak pikir ya tetep yang
sesuai dengan (..) ndak mungkin saya pake pakaian yang dawul-dawul itu..ndak saya
ndak suka seperti itu..jadi ya ndak rapi..ndak harus baru..dan itu menunjukan
performa seseorang.. dan sebenarnya luar itu adalah..pengejawa’an dari hati..orang
dawul-dawulnya (...) akhirnya juga seperti itu..kalo ngga’ saya sulit percaya..karena
mohon maaf piloshopinya..(..) ndak mungkin yang lepek? Kalo orang sering
misuh,suh,suh,suh,suh..kemudian ada anjingnya ada babinya.. adalah, dari hatinya itu
kebun binatang..ya kan? Yang orang anjing, babi kera .. itu piloshopinya..jadi kopi
yang didalam teko..yang dituangkan itu juga kopi..teh juga teh..sangat tidak mungkin
ketika orang nuangin begini yang keluar itu susu..*sambil memperagakan dengan
menggunakan gelas air minum plastik* (..) jadi, diluar itu adalah di dalam..kalo anda
melihat orang itu kebanyakan membaca, (..) orang itu..tanya siapa temane..10
orang..namanya sapa? ^neno^ leno, leno punya ^..neno, ..neno^ tanya teman-
temannya...kalo anda tanya neno, neno ngga’ akan ngaku..saya baik..^ngga’ mungkin
nunjukin jeleknya..^ dan juga adalah, apa yang dibaca oleh orang itu..yang dibaca
orang itu tu apa? Mbaca apa?kalo orang narcist, hehehemm...^ohh..hohoho..^ ya
emang begitu...kalo, kalo orang malem, kadang saya ya...(..) mohon maaf, ada satu
BEM, BEM itu..kemudian itu acaranya misalnya nonton pertandingan sepakbola
dunia, trus apa, apa (..) mana unsur edukasinya?pendidikan (..) *ehmm.. ehmm..*
15
Bapak Drs. Gitadi Tegas, S. M. Si ( Dosen Etika Sosial dan Politik )
Kalo kuliah memakai apapun bentuknya t-shirt/kaos, sepatu sandal menurut saya
untuk pendidikan yang klasik ini kok ya kurang pas. Karena kita ini kan sama saja,
kalo dosennya pake t-shirt kemudian pake sandal kan anda juga merasa tidak nyaman.
Begitu juga kami, kalau kami mahasiswa dan budaya apalagi iklim yang seperti ini
kalo masih memakai t-shirt masih masuk akal lah...tapi kalo lebih bagus yang
berkerah. Tapi kalo sandal khususnya saya termasuk yang kuno..tidak....*hape saya
mati karena ada telepon*
*sambungan*
Apabila anda masuk dunia kerja, melamar kerja apa iya, rambut anda gondrong,awut-
awutan, pake kaos, pake sandal kan nggak... kalo kuliah kerja membutuhkan
itu..kuliah kerja tertentulah yang tidak mensyaratkan kerapian dalam penampilan.
Misalnya kerja di dunia entertainment..kalo nggak salah, wartawan-wartawan televisi
itu pake pakaian seadanya..cetak juga gitu..tidak ada kewajiban berpenampilan seperti
itu..orang sudah maklum..tapi kalo anda mahasiswa, ini adalah lembaga pendidikan
konvensional, saya masih menganggap tampil dengan rapi masih bagian dari
bersikap..sehingga pake sandal apapun bentuknya, menurut saya koq terlalu..kalau
apa sepatu sandal, di iklim yang saat ini menurut saya masih (..) apa? Tapi kalo pake
sandal..lalu bertanya, kalau anak perempuan sekarang banyak yang pake sandal ya?
Apakah kalau pake sandal apakah kebiasaan/kebudayaan di FISIP?
Iya, itu budayanya Fisip. Sedangkan dulu itu mahasiswa fisip, pejuang demokrasi,
pake pakaian berkerah..mengkritisi pemerintah memang banyak yang berpenampilan
santai, kemudian itu ditiru oleh ...ini proses peniruan/ karna dalam kehidupan itu kan
terjadi proses peniruan..eh..imitasi..itu manusiawi..tapi kalau anda melihat di fakultas
kedokteran misalnya..kayaknya kok ga ada ya..berarti ada dua hal..satu, budaya
internal fisip..dua, ada proses imitasi, peniruan..tiga, penegakan aturan..saya tadi lupa,
saya sudah membawakan buku...*sambil mencari buku tersebut*... buku kode etik
berperilaku mahasiswa..nanti saya mau...etika berperilaku mahasiswa..tapi ini tidak
demokrasi dalam pembuatan..karena dibuat oleh rektorat..di sini ada aturan yang jelas
kan... kalau sebagai pengajar etika, harus...dan sifatnya perintah dan larangan... tapi
kesadaran...tapi karna ini lembaga pendidikan, mestinya ya...kalau ketiga tadi kan
penegakan hukum, jadi kan berisi perintah dan larangan...karena perintahnya sama se-
UNAIR. Kalau di kedokteran salah, kok di kita/FISIP kok nggak salah? Kalo saya
melihat itu tidak ada penegakan dan sering bermasalah..mahasiswa juga tidak seratus
16
persen salah..ada beberapa dosen yang mendukung itu..lulusan luar negeri, Amerika,
dan di sana juga begitu kira-kira...sehingga apa salahnya (..) dan sandal. Tapi kita kan
punya budaya, menghormati diri sendiri..Kalo tampil kemproh kan tidak menghormati
diri sendiri dan orang lain juga tidak menghormati.
^Sejak kapan?^
Eh, bukan reformasi, tapi sebelumnya, demokrasi itu sudah ada sejak tujuh puluh
delapan itu sudah mulai
^Berarti sejak berdirinya fisip?^
Fisip kan berdiri sejak tahun .. ya .. angkatan pertama itu kan tahun .. tuju puluh
delapan .. kalau angkatan yang pertama itu kan (kelas dan masih tertib Cuma ketika
mereka mengkritik pemerintah, para aktifis ini kok kayaknya merasa aneh kalau
penampilannya rapi dan .. itu .. memuncak ketika gerakan reformasi itu awal-awal
(mengaritini) orde baru, sekitar tahun delapan puluh sembilan-an lah, atau akhir-akhir
sembilan puluhan lah, puncaknya sembilan puluh enam, sembilan puluh tujuh...
^Menurut bapak penyikapan pihak kampus gimana?^
Ya, kita punya peraturan, kode etik berperilaku, tetapi di kampus ini dosen kan
otonomi, yang dosen yang cukup senior kan ada juga yang mendukung itu sehingga
fakultas, eh..suara/sikap fakultas tidak bisa serangkap/tidak bisa seiya sekata untuk
menyikapi itu. Akibatnya tidak ada penyelesaian. Akhirnya ketika mahasiswa masuk
kelas, pake sandal, saya tidak tega melihat itu. Pake kaos di mata kuliah tertentu,
komunikasi? Itu ada yang tidak boleh. Suruh keluar. Tapi itu kan jadi personal/...
peraturan lembaga harusnya fakultas ini kan juga harus tegas. Tapi kalo (dibereskan),
seluruh civitas akademika, dosen, mahasiswa dan itu kan nggak..jadi, itu ada
pembiaran. Pembiaran itu dampaknya buruk dan lama kelamaaan semakin parah
kalau anda sakit dan anda biarkan tambah parah dan nggak akan dan nggak akan
sembuh sendiri...mati, atau diobati? Lah..pengobatan ini yang tidak ada. Kalau saya
begitu..
Kalo tanggapan fakultas lain itu kan menganggap fisip itu bebas karena fakultas
demokrasi itu gimana?
Kalau kampus demokrasi saya setuju iya..tapi yang nggak enak itu ketika fisip
mendapat label dari fakultas lain..oh..troublemaker..itu kan yang nggak enak menurut
saya..
Kenapa mereka mencap troublemaker?
17
Karena kita memang sering mengkritisi pemerintah, mengkritisi eh.. kebijakan yang
tidak benar. Itu kan bagus..tapi coba itu ditunjang oleh disiplin oleh penampilan
dalam perkuliahan..oh itu pasti bagus..tapi saya akui ituhanya sebagian..yang sebagian
masyarakat masih menganggap bahwa fisip itu lembaga demokrasi. Sampai sekarang
anggapan itu masih berlaku dan diakui oleh universitas-universitas/lembaga-lembaga
lain..makanya kalau saya ketemu teman dari universitas/lembaga lain..seperti kasus
lapindo? Mereka bertanya, mahasiswa fisip kok diam saja? Saya jawab,
ooh..nggak..mereka bergerak banyak juga yang bergerak..tapi sayangnya itu ada satu-
dua suara sumbang..ya..nila setitik rusak susu sebelanga...
Atau sebenarnya, nilanya yang ga seperti itu ya..setengah belanga lah..kira-kira..ya
banyak juga gitu.. yang..yang tampil apa adanya.. (..) saya datang jam enam pagi,
kadang masih ada yang tiduran karena malemnya habis ngenet...di fisip.. dulu
angkatan berapa itu ada yang maaf, ML di lorong situ..ketangkep sama satpam.. kan
mereka tidak bisa menjaga ininya sendiri, ada itu sebenarnya, ada tau anaknya..jadi
mestinya, jangan ada pembiaran, ada sikap, apapun sikapnya, mau dibebaskan seperti
di Amerika, ya silahkan..tapi itu asal hasil konsensus..etika kan esensinya konsensus,
komunal, (..) kelompok..tapi kan menurut saya yang bagus ya tegakkan..fisip oke lah..
(..) karena dulu pernah..saya pernah cerita kan..ada yang demo keliling kampus saya
kira ngapain intinya supaya kuliah diijinkan pake sandal jepit..^ada ta pak?^
Ada dulu...tahun 90 berapa dulu..iya keliling kampus pake megaphone, iya, anak
fisip...keliling kampus B sini...ini ada apa koq demo...intinya supaya diijinkan waktu
kuliah pake sandal jepit..lah nek ndemo korupsi gitu ga’ papa...lah wong ndemo pake
sandal jepit...apa?suruh ngapain..?sama bu Tinah..?^membuat penelitian..kualitatif
sama kunatitatif..^ terus apa lagi?
Kan bapak tadi bilang, kalo ada pengobatan..kalo (..) pengobatannya kaya’ gimana?
Kan sudah ada peraturan? (..) satu semester disosialisasikan..pasang pengumuman di
semua ruang..mahasiswa dikasih penjelasan..dosen dikasih tahu supaya tidak memberi
contoh...karena ini kan soal panutan...saya pake sandal jepit saya..kalo mau
sholat..kan bisa dimaklumi...ndak bisa.. hari ini harus ada pengobatan, besok
ditegakkan peraturan.. (..) kita manusia, ada proses..nah proses ini dimulai dengan (..)
sosialisasi dulu..kita punya peraturan ini..mari kita hormati peraturan ini...untuk
kepentingan mahasiswa...ehh...toh nanti kalo kita bekerja juga butuh tampil rapi...
bagian dari pendidikan..(..) pendidikan konvensional..tatap muka, kalo UT itu ga’
papa..kelas jarak jauh...itu aja di rumah mau udho ya ga’ papa.. misalnya.. jadi ga bisa
18
seketika..harus ada tahap tahap nya... (..) termasuk pasang..kaya’ pasang (..) itu
loh..pasang poster spanduk di situ..he ’eh.. mestinya ada itu.. atau mungkin setahun
sosialisasinya..saya yakin bisa...tapi kalo hanya peneka’an hukum berdasar kekuasaan
yang kita bahas tadi.. (..) akan berhasil..besok diterapkan..semua ga boleh pake t-shirt,
harus pake sepatu..atau kaya’ anak pariwisata itu suruh pake seragam..itu ya ga
mau...kan pariwisata jalan toh..?disuruh seragam?karena sejak awal ada
peneka’an..kita ga ada sikap..kesalahan kita adalah karena budaya (..) budaya jalan
tengah ga mau ribut...akhirnya dibiarkan..ga bisa itu..gara penyakit...penyakit
dibiarkan ya tambah parah..tapi kalo ada pengobatan ya..bisa sembuh..nah
pengobatannya tadi..harus ada diagnosis dulu..kenapa sih mereka kok ndak mau
mengikuti ini? Karena dosen aja benernya punya pelanggaran..kalo aturannya dulu itu
pake baju safari..yang kantongnya empat itu lho...yang tebel..yang kaku..haa..lah (..)
ini dulu ga ada AC..kuliah harus pake baju safari..koyo’ opo rasane...mbersihin kamar
mandi lho..pake baju safari...pegawai-pegawai..akhirnya kan ada perubahan..tapi
aturannya masih kalo ga salah...pake baju biasa...berdasi mungkin..(..) tapi
ada..perubahan..karena memang bukan budaya kita pake safari..panas-panas..yang
penting kan rapi..kan ukurannya bisa universal..kamu berjilbab pake (..) kan
bagus..misalnya.. pake baju gini ya ga’ papa... masih pantas...tapi coba pake baju you
can see (..) kan semua punya ukuran yang hampir seragam lah..kalo saya masuk kelas
masih pake kaya’ (..) mas sopo? .. (..) fajar .. itu pasti ya juga jadi rasanan..dosen koq
kuliah kaya’ gini.. ya bisa saja dijelaskan ya itu kan anak muda sama anak tua lain ..
(..) ya ngga lah.. karena sekali lagi ini...ini pendidikan konvensional..belajar mengajar
tatap muka.. ada faktor budaya..ada faktor iklim..kalo di barat orang memang
kebebasannya sangat luar biasa..mau kuliah pake celana anak perempuan, mau
pake..celana pendek itu ya ga’ papa..tapi kita kan punya nilai-nilai sendiri...yang kita
sebut dalam nulticultural..(..) kitra harus re-inventing atau re-visiting nilai-nilai yang
bagus.. apa lagi?sudah? kalo ada kurang ya besok sms saya temui saya lagi...
19
Sucahyo (mahasiswa Administrasi Negara angkatan 2006)
Ah menurut pandangan anda pemakaian sandal pada mahasiswa khususnya
mahasiswa fisip apakah merupakan suatu kebiasaan atau kebudayaan?
Lebih ke arah..koyo’..apa ya..aktualisasi diri..mungkin kebudayaan penyebabnya
karena memang udah membudaya..
Sejak kapan?
Sejak saya masuk barang kali ya..(.masuk di unair ya.) bahkan sejak mas-mas saya
tiap kali ngomong tentang fisip, mesti memang kaya sebuah menjadi satu seragam
kalo di fisip itu harus pake kaos (..) yang di mana mahasiswa fisip kan cenderung
menyuarakan tentang kerakyatan, tentang orang-orang yang tidak mampu jadi soalnya
mahasiswa itu koyo’ sebagai pengguna...masyarakat yang kurang mampu
jadi..mahasiswa,mahasiswa itu anti kemapanan..berawal dari anti kemapanan itu
akhirnya yo..pencitraannya dengan kaos dan lain lainnya itu tadi..
Jadi turun temurun ya..?eh..terus dari sudut pandang etika mengenai berpakaian dalam
suatu kampus...ya apa? Ya kalo pake kaos itu,apa pernah ada dimarahi sama dosen
pas masuk gitu...apa atau gimana? Tidak semua dosen..tetapi pernah ada ya? Tapi
yo..pernah ada Cuma ditegur aja ga boleh masuk..truz,ndak boleh masuk di fisip gitu
nggak? Ada (..) kalo dosen-dosen yang udah senior gitu... yang senior-senior iku...
*tertawa*
Nek pake sandal jepit itu? (..) kan ada sandal..(sing... pake ati) terus ya sepatu sandal
ya..opo nek sandal jepit itu gmana mas? Boleh apa nggak yo nggone sampean dulu?
Boleh jepit..itu...sandal sepatu terserah ..(sandal apapun jg gpp).. (..) terus (..) pihak
kampus sikap untuk negur apa gmn gitu? Untuk negur sendiri sebenarnya udah ga ada
peraturan cuma sejak masuk itu peraturane koyo’..opo jenenge...copot ^jadi ga
dianggep gitu ya..^ ga dianggep gitu...cuma mulai tren lagi kan..mulai angktn dua ribu
tujuh mulai angktn dua ribu tujuh itu udah kaya’ budaya nya semakin tertib/pergi...
jadi yo...kaos masih pake Cuma..untuk pemakaian sandal beberapa aja..pas jaman q tu
dua ribu lima-dua ribu enam iku wis full..semua pake kaos sndalan..(..) lho kan pas q
maba iku masih inget...pake sndal semua oh... lah untuk apa..untuk celana yang
bolong-bolong gitu...apa sampe dikeluarin ga? Ngga ada..celana bolong-bolong
aman..Cuma yang aman yooo...sandal jepit..^sandal jepit...^ tapi sekarang sih udah
mulai banyak yang pake sepatu...
Ya mungkin itu aja yang ditanyakan...terima kasih banyak ya mas...
20
Keterangan..
(..) kurang jelas..
*..* sambil berbuat sesuatu
^..^ omongan pewawancara
21
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, Bagong dan Sutinah, 2007. Metode Penelitihan Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta, Kencana Pernada Media Group.
22