grouper faperik issn 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol...

18
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 14 TEKNIK PENGOLAHAN IKAN LELEDUMBO (Clarias gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KALEN KECAMATAN KEDUNGPRING FAISOL MAS‘UD Dosen Program Studi Manajemen SumberDaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas air tawar ekonomis penting dan sudah lama dibudidayakan, serta cukup digemari masyarakat. Ikan lele yang sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo walaupun bukan dari perairan Indonesia, namun telah merebut pamor ikan lele lokal karena mempunyai keunggulan yang kompetatif (Prihartono et al., 2005). Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih IkanAir Tawar di Kalen Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan dan dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2013. Metoda yang di gunakan dalam pengumpulan data pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan pola magang yaitu pengamatan langsung kegiatan pembesaran ikan lele dumbo di BBI Kalen. Data yang diolah berupa data primer dan data sekunder Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo sudah baik. Pertumbuhan panjang yang teramati adalah 0,4 cm/hari. Berat akhir yang dicapai adalah 72,8 gram yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kualitas air media masih berada dalam kisaran yang layak untuk budidaya ikan lele dumbo yaitu suhu 28-31 0 C, pH 7,6-8 dan DO 5,4-5,8 ppm. Kisaran kualitas air yang tidak fluktuatif ini dikarenakan pengelolaan air media dilakukan dengan sistem air mengalir Panen dilakukan setelah ikan lele berumur 70 hari. Ikan lele yang dipanen di BBI Kalen mempunyai berat rata-rata 72,8 gram/ekor dengan panjang 22,3 cm.Usaha budidaya ikan lele di BBI Kalen ini layak untuk diteruskan berdasarkan kriteria B/C Ratio 1,504.

Upload: others

Post on 22-Oct-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

14

TEKNIK PENGOLAHAN IKAN LELEDUMBO (Clarias gariepinus) DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KALEN KECAMATAN KEDUNGPRING

FAISOL MAS‘UD Dosen Program Studi Manajemen SumberDaya Perairan Fakultas Perikanan

Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas air tawar

ekonomis penting dan sudah lama dibudidayakan, serta cukup digemari masyarakat. Ikan lele yang sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo walaupun bukan dari perairan Indonesia, namun telah merebut pamor ikan lele lokal karena mempunyai keunggulan yang kompetatif (Prihartono et al., 2005).

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih IkanAir Tawar di Kalen Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan dan dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2013. Metoda yang di gunakan dalam pengumpulan data pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan pola magang yaitu pengamatan langsung kegiatan pembesaran ikan lele dumbo di BBI Kalen. Data yang diolah berupa data primer dan data sekunder

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo sudah baik. Pertumbuhan panjang yang teramati adalah 0,4 cm/hari. Berat akhir yang dicapai adalah 72,8 gram yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kualitas air media masih berada dalam kisaran yang layak untuk budidaya ikan lele dumbo yaitu suhu 28-31 0C, pH 7,6-8 dan DO 5,4-5,8 ppm. Kisaran kualitas air yang tidak fluktuatif ini dikarenakan pengelolaan air media dilakukan dengan sistem air mengalir Panen dilakukan setelah ikan lele berumur 70 hari. Ikan lele yang dipanen di BBI Kalen mempunyai berat rata-rata 72,8 gram/ekor dengan panjang 22,3 cm.Usaha budidaya ikan lele di BBI Kalen ini layak untuk diteruskan berdasarkan kriteria B/C Ratio 1,504.

Page 2: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

15

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Ikan lele (Clarias gariepinus)merupakan salah satu komoditas air tawar ekonomis penting dan sudah lama dibudidayakan, serta cukup digemari masyarakat. Ikan lele yang sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele dumbo walaupun bukan dari perairan Indonesia, namun telah merebut pamor ikan lele lokal karena mempunyai keunggulan yang kompetatif (Prihartono et al., 2005). Ikan lele dumbo ini berasal dari benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya yang cepat serta memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan. Oleh karena itu, selain rasanya lezat, kandungan gizinya pun cukup tinggi sehingga disukai berbagai kalangan(BBAT, 2003/2004). Permintaan ikan lele saat sekarang ini terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan produksinya masih belum mencukupi permintaan pasar. Dalam pemenuhan kebutuhannya, diperlukan benih yang tersedia dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu serta berkualitas. Saat itulah proses pembesaran mulai dilakukan, yakni ada dua tahap dalam pembesaran benih ikan lele bumbo yaitu pembesaran dikolam dan di bak pembenihan (Subandi, 2004). Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil judul “Teknik Pengolahan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan Air Tawar di Kalen Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan”. Karya Ilmiahini diharapkan dapat memberikan informasi tentang usaha pembesaran dan kelayakan usaha lele dumbo, sehingga permintaan pasar dapat tercukupi serta usaha yang dijalankan dapat memberikan keuntungan. 1.2. Perumusan Masalah

Dalam pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini membatasi masalah pada: 1. Teknik pengolahan ikan lele dumbo

yang mencakup: Proses pembesaran ikan lele yang dilakukan dimulai dari pemilihan lokasi, persiapan pemeliharaan, penebaran benih (padat tebar), pembesaran ikan, pengelolaan pakan, pengamatanpertumbuhan, pengelolaan kesehatan ikan, panen dan pasca panen.

2. Analisis finansial usaha pada budidaya pembesaran ikan lele di unit pembesaran lele dumbo di BBI Kalen Kecamatan Kedungpring. Analisis finansial akan dievaluasi berdasarkan kriteria : a. Analisis Laba Rugi; b. Analisis Benefit/Cost Ratio (B/C

ratio); c. Analisis Break Event Point (BEP).

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian yang dilakukan pada teknik pengolahan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di BBI Kalen adalah sebagai berikut: 1. Mampu mengetahui, menganalisis dan

menerapkan teknik pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

2. Mengkaji aspek finansial usaha pembesaran lele dumbo

1.4. Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pijakan awal untuk melangkah dalam menggeluti usaha budidaya ikan lele dumbo dan sebagai bahan informasi yang berpengaruh dalam pengembangan usaha budidaya ikan lele dumbu khususnya di Kabupaten Lamongan.

II. METODOLOGI 2.1. Waktu dan Tempat

Penelitihan ini dilaksanakan di Balai Benih IkaAirTawar di BBI Kalen Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan dan dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2013.

Page 3: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

16

2.2. Alat

Alat dan bahan yang digunakan

dalam penelitian dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 1. Peralatan Teknis yang Digunakan

No Jenis Alat Jumlah Spesifikasi Kegunaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

Timbangan panen Timbangan duduk Thermometer pH paper DO meter Kolam tanah Ember Gayung Penggaris Ayakan Serok

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah 1 buah

1

5 buah

1 buah

1 unit

1 unit

3 buah

Max load 200 Kg Ketelitian 10 Kg Alkohol, ketelitian 1

0C

- - 13 m x 10 m x 1 m Plastik vol 15 liter Plastik vol 1 liter ketelitian vol 0,5 mm Diameter 1 inci -

Menimbang hasil panen Menimbang hasil sampling dan pakan Mengukur suhu air Mengukur pH air Mengukur DO Untuk pemeliharaan Wadah pakan Pemberian pakan Mengukur panjang tubuh ikan Untuk grading Untuk sampling dan panen

2.3. Bahan

Tabel 2. Bahan yang Digunakan

No Bahan Spesifikasi Fungsi

1 Benih lele dumbo

Ukuran benih 4-5 cm

Sebagai biota penelitian

2 Pakan buatan komersial

Ukuran PL 3, protein yang terkandung 30 – 32 %

Sebagai pakan

3 Kapur Untuk menaikan pH dan untuk pencuci hamaan

III. Metoda

3.1. Metoda Pengumpulan Data Metoda yang di gunakan dalam

pengumpulan data pada penelitihan ini adalah dengan metoda survey dan observasi di BBI Kalen. Data yang diolah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melaksanakan praktek berpola magang dan mengikuti semua kegiatan yang dilakukan karyawan dan teknisi. Data sekunder juga diperoleh melalui wawancara dengan semua pihak terkait mengenai proses pemeliharaaan ikan lele

dumbo mulai persiapan hingga panen. Data hasil pengamatan dianalisa dan dijelaskan dengan berpedoman kepada dasar teori, agar diperoleh kesesuaian dan keterkaitan antara teori, agar diperoleh kesesuaian dan keterkaitan antara teori dengan kenyataan dilapangan, (Subandi, 2004). Pengamatan dilakukan selama ± 59 hari yang meliputi kegiatan persiapan pemeliharaan, penebaran benih, pengelolaan pakan, sampling pertumbuhan, monitoring kesehatan, pengukuran parameter kualitas air dan pemanenan. 3.2. Metoda Kerja

Prosedur kerja dan data yang diperlukan dalam penelitihan ini adalah teknik pengolahan ikan lele yang meliputi persiapan kolam, seleksi benih, jumlah benih yang mau ditebar, pemberian pakan, monitoring pertumbuhan, pengelolaan kualitas air, penanggulangan hama dan penyakit, panen dan pemasaran.

1. Persiapan kolam Kegiatan persiapan pemeliharaan dilakukan untuk menyediakan lingkungan yang sesuai untuk pembesaran ikan lele dan untuk mengeliminir organisme patogen dari wadah dan media budidaya. Persiapan ini dilakukan pada awal siklus produksi yang dimulai dari kegiatan perbaikan kolam, pengeringan, pengapuran, pemasangan waring (screen) pada pintu pengeluaran (out let), pengisian air. Perbaikan kolam dilakukan sebelum dilakukan penebaran persiapan kolam ini tidak memakan waktu cukup lama yakni 4 hari dikarenakan kolam yang akan digunakan sudah lama dikeringkan, perbaikan ini hanya membalikkan dan meratakan tanah dan pemasangan papan monik dan saringan yang menggunakan waring, saringan yang dibuat sedemikian rupa seperti papan monik, yang berfungsi untuk menjaga benih lele tidak dapat keluar melalui saluran pengeluaran karena di lokasi sistem pemeliharaan dengan cara sisitem air mengalir.

Setelah pemasangan papan monik pada saluran pengeluaran

Page 4: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

17

kemudian melakukan pengapuran, pengapuran ini dilakukan pada pagi hari, pengapuran dilakukan dengan cara menebarkan dengan rata keseluruh kolam yang berguna untuk meningkatkan pH tanah. Selanjutnya kolam dikeringkan kembali selama 2 hari kemudian melakukan pengisian air pada kolam pemeliharaan dengan ketingian air ± 50 cm.

2. Seleksi benih

Benih yang digunakan pada pembesaran lele saat pengamatan berasal dari usaha pembenihan rakyat (UPR). Benih diseleksi dengan mengamati ciri – ciri fisiknya yaitu: keseragaman ukuran, ada atau tidaknya cacat/luka pada tubuh, berat dan panjang benih, gerakan atau aktivitas benih.

3. Padat tebar dan tingkat

kelangsungan hidup (SR) Benih yang tiba segera

diaklimatisasi dalam kolam pemeliharaan yang telah siap. Kantong benih dibiarkan mengapung beberapa saat sampai terjadi persamaan antara suhu kantong dan suhu air kolam, hal ini ditandai dengan terlihatnya uapan air yang menempel pada dinding kantong. Berikutnya ikatan kantong dilepaskan sambil memasukan air kolam secara perlahan sampai suhu air diangap sama.

Penebaran benih yang dilakukan

adalah 3120 ekor, dengan luas kolam

yang digunakan 130 m2. Padat tebar

benih dengan luas kolam tersebut adalah

24 ekor/m2. Untuk menghitung tingkat

kelangsungan hidup selama

pemeliharaan, dengan mengunakan

rumus Effendie, (1979) sebagai berikut.

Keterangan : Nt = Jumlah benih yang hidup pada akhir

pemeliharaan (ekor) No = Jumlah benih yang ditebar (ekor) 4. Pengelolaan pakan

Kegiatan yang dilakukan selama

praktek dalam pengelolaan pakan meliputi

menentukan jumlah pakan, waktu

pemberian pakan, cara pemberian

pakan.Untuk mengetahui tingkat efisiensi

pakan maka dilakukan penghitungan FCR

(food convertion ratio) dengan rumus

Efendi (2002), sebagai berikut.

5. Laju pertumbuhan harian

Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ikan lele yaitu dengan cara melakukan sampling. Sampling dilakukan satu minggu sekali dengan cara menyerok ikan, selanjutnya ikan ditimbang lalu dilakukan perhitungan berat dan panjangnya, ikan yang sudah ditimbang dan diukur panjangnya selanjutnya dikembalikan ke kolam pemeliharaan. Untuk perhitungan Laju

Pertumbuhan Harian disesuaikan dengan

pendapat Effendi (2002), dengan

menggunakan rumus berikut.

Keterangan : DGR= Daily Grow Rate (laju pertumbuhan

harian) AT1 = Rata-rata panjang total akhir (cm) AT2 = Rata-rata panjang total awal (cm) t = Waktu pemeliharaan (hari)

Sedangkan pertumbuhan mutlak ikan lele dumbo didasarkan rumus

Effendie (2002) berikut.

Dimana; Gm = Bobot mutlak (gram) Wt = Bobot akhir (gram) Wo = Bobot awal (gram)

Nt Survival rate (SR) = 100% No

Jumlah Pakan yang Habis Digunakan FCR =

--------------------------------------------------------------------------

Biomassa Ikan yang Dihasilkan

DGR (cm/hari) =

Gm = Wt – Wo

Page 5: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

18

Untuk perhitungan Laju Pertumbuhan Berat Harian (%) disesuaikan dengan Effendie (2002), dengan menggunakan rumus berikut.

Keterangan : LPBH = Laju pertumbuhan berat harian Wo = Bobot rata – rata pada awal

pemeliharaan Wt = Bobot ikan rata – rata hari ke- h h = Lama pemeliharaan

6. Pengukuran parameter kualitas air

Parameter kualitas air yang

diamati selama berlangsungnya

pemeliharaan meliputi suhu, pH dan DO.

Dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.Pengukuran paremeter kualitas air

No Parameter Waktu Pengamatan

1 Suhu 06.00, 11.00, 15.00 dan 22.00 WIB

2 pH 14.00 WIB

3 DO 08.00 WIB

a. Suhu Kegiatan pengukuran pada parameter suhu yang dilakukan pada proses pembesaran ikan lele dumbo meliputi :

Menyiapkan Thermometer alkohol dengan ketelitian 1 o C.

Mengukur suhu dengan frekuensi pengukuran setiap hari, pengukururan dilakukan pada pukul 06.00, 11.00, 15.00 dan 22.00 WIB.

Thermometer dicelupkan ke dalam air dengan posisi tetap menggantung pada tali yang dipegang.

Thermometer dibiarkan beberapa saat hingga menunjukan skala yang konstan.

Hasil yang tertera segera dicatat. b. Derajat keasaman (pH)

Kegiatan pengukuran parameter pH yang dilakukan pada proses pembesaran ikan lele dumbo meliputi :

Menyiapkan pH paper dengan ketelitian 1.

Mengukur pH dengan frekuensi pengukuruan dilakukan dua hari dalam satu minggu, pengukuran dilakukan pada pukul 14.00 WIB.

Mencelupkan pH paper pada satu titik media pemeliharaan yaitu pada badan air.

Mencatat data.

c. Oksigen terlarut (DO) Kegiatan pengukuran parameter DO (Oksigen terlarut) yangdilakukan pada proses pembesaran ikan lele dumbo meliputi :

Menyiapkan DO meter dengan ketelitian 0,01 mg/l.

Mengukuran kandungan oksigen terlarut dengan frekuensi pengukuruan satu hari dalam satu minggu, dengan pengukuran pada pukul 08.00 WIB.

Menghidupkan DO meter dengan menggeser tombol ON pada alat tersebut.

Mengkalibrasi skuid DO meter terlebih dahulu hingga nilai dilayar stabil.

Memasukan nilai pada DO meter.

Mencelupkan skuid DO meter pada satu titik media pemeliharaan yaitu pada badan air.

Mencatat data yang tampil di layar DO meter hingga nilai yang tampil pada layar tidak berubah sesaat.

7. Panen Kegiatan panen dilakukan pada akhir masa pemeliharaan dengan melakukan panen total. Prosedur kerja pada proses pemanenan ikan lele dumbo meliputi :

Membuang air dari petakan melalui saluran monik pengeluaran.

Membuka papan monik pengeluaran yang ada didalam kolam atau petakan.

Mengambil ikan dengan mengunakan jaring atau alat tangkap serok.

Mengangkat ikan lele dengan menggunakan blong atau plastik bekas benih.

Wt - Wo LPBH = x 100% (Wt + Wo) x h

2

Page 6: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

19

Membersihkan ikan dengan menggunakan air tawar dari kotoran-kotoran yang masih menempel pada tubuh ikan dan diberi suplai oksigen yang cukup.

3.3. Metoda Analisa Data Analisa data yang di lakukan melalui kegiatan praktek langsung dan pengamatan pada data, data yang dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan kegiatan praktek langsung. Data yang di peroleh di jadikan studi yang dibahas dengan hasil studi pustaka sehingga diperoleh informasi yang lebih baik serta dapat ditarik suatu kesimpulan dalam laporan ini dan analisa data kuantitatif. Subandi (2004), analisa data kuantitaif bertujuan untuk menganalisa data menggunakan perhitungan. Rumus penghitungan analisa finansial yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

.

Keterangan: BEP = Tingkat produksi pada titik impas BT = Biaya tetap BV = Biaya variabel III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Keadaan Umum Lokasi

1.1.1. Lokasi Balai Benih Ikan Sentral Air Tawar terletak di Desa Kalen Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. Batas-batas BBI Kalen adalah sebagai berikut: Selatan : Rumah penduduk dan

persawahan . Utara : Rumah penduduk, warung dan

persawahan. Barat : Rumah penduduk dan

warung-warung kecil Timur : Rawa dan persawahan luas

3.1.2. Topografi Kondisi lingkungan bersih dan

teratur hanya saja dalam ketersediaan air masih kurang dan kwalitas air yang ada kurang baik. Luas tanah 1.8 Ha (Bangunan 0.2 Ha, kolam/ tambak 1.5 Ha, Reservior 0.1 Ha)sumber air adalah sumur bor dan waduk.

3.2. Persiapan Kolam

Teknik pembesaran selama pengamatan di Balai Benih Ikan Sentral menggunakan kolam yang berdindingkan beton yang dasarnya perairan lumpur berpasir. Kolam pembesaran yang digunakan untuk pembesaran ikan lele dumbo ini memiliki ukuran 13 m x 10 m x 1 m dengan bentuk kolam persegi. Ukuran kolam pembesaran ini dapat dinyatakan skala besar karena ukuran kolam ini sesuai dengan pendapat Hernowo (2004) Lele dumbo dapat dipelihara dengan pada kolam berukuran 2 m x 3 m x 5 m (skala kecil) dengan kedalaman 0,5 – 0,75 m dan skala besar 100 – 200 m2. Hal ini juga didukung oleh Suyanto (2006) bahwa ukuran kolam pembesaran tidak tertentu, namun perlu dikemukakan bahwa kolam yang sempit lebih mudah mengawasinya dari pada kolam yang besar.

Kahiruman et al. (2005) menyatakan untuk pembesaran ikan lele dumbo dapat dilakukan di beberapa tempat tergantung dari situasi dan kondisi, seperti kolam tanah, kolam yang dasarnya tanah dengan dinding tembok atau kolam yang semuanya ditembok.

Analisa laba-rugi (pendapatan) = Total penjualan - Total biaya produksi

B/C ratio (Benefit-Cost Ratio) =

Biaya tetap BEP = Biaya variabel 1 -

Penjualan

Biaya tetap BEP (unit) =

(Harga jual per unit – Biaya variabel)

Page 7: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

20

Persiapan kolam yang dilakukan di BBI Kalen untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan lele dumbo merupakan salah satu tahapan yang sangat menentukan dalam kegiatan suatu pembesaran ikan lele dumbo. Persiapan kolam yang dilakukan di BBI Kalen meliputi pengeringan, pembalikan, pengapuran dasar tanah dan pemasangan papan monik pada pintu outlet.

1. Pengeringan Pengeringan tanah dasar kolam sudah lama dilakukan, hal ini dikarenakan kolam untuk pemeliharaan sudah lama tidak dipakai dan sudah kering dan mengandung sedikit air, maka yang dilakukan yaitu membersihkan kolam dari kotoran atau sampah-sampah seperti daun kering dan lumut. Kondisi dari tanah dasar kolam yang sudah kering dan telah dibersihkan dari sampah dan lumut.

Tanah dasar kolam yang telah dikeringkan dibiarkan hingga tanah dasar retak - retak hal ini bertujuan agar terdapat pori – pori tempat masuknya udara sehingga kandungan bahan-bahan organik seperti Amoniak dan gas-gas beracun lainnya dapat menguap dan dihilangkan secara maksimal. Selain itu pengeringan juga berfungsi untuk membunuh hama dan bibit penyakit yang tertingal pada masa pemeliharaan sebelumnya seperti parasit, siput air, dan lain-lain.

Pengeringan kolam yang dilakukan BBI Kalen sesuai dengan pendapat Khairuman (2005), sebelum penebaran dilakukan kolam harus dipersiapkan terlebih dahulu, kolam dikeringkan beberapa hari sampai permukaan dasar kolam retak – retak tujuannya untuk membunuh hama atau bibit penyakit yang ada dikolam tersebut dan untuk memudahkan pengolahan tanah dasar kolam.

2. Pembalikan Tanah

Permukaan tanah yang telah kering langkah selanjutnya melakukan pembalikan tanah dan meratakan tanah dasar kolam dengan menggunakan alat cangkul. Tujuan dari pembalikan tanah ini

untuk memperbesar persentase luas tanah yang terkena kapur yang akan ditebar sehingga tanah dapat lebih subur dan cepat untuk pertumbuhan pakan alami. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetomo (2000) yang menyatakan bahwa pengelolaan tanah berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah yang akan meningkatkan suburnya makanan alami bagi biota nantinya terutama yang tumbuh pada pelataran kolam maupun yang hidup dalam air sebagai plankton.

Gambar 1. Kondisi Kolam Setelah Dilakukan Pembalikan Tanah

3. Pengapuran Tanah dasar kolam yang sudah dibersihkan, dikeringkan dan pembalikan tanah dasar, langkah selanjutnya dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah jenis kapur pertanian (CaCO3) dengan dosis 6,6 gr/m2, pengapuran dilakukan dengan cara menebarkan kapur dengan rata keseluruh dasar kolam. Pengapuran ini bertujuan untuk menormalkan pH air, menambah mineral tanah dan memberantas hama dan penyakit. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Soetomo (2000) yang menyebutkan bahwa kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam adalah kapur pertanian. Apabila terdapat perbedaan jenis kapur yang digunakan maka hal tersebut disesuaikan dengan kondisi tanah pada masing-masing lokasi kolam karena kondisi tanah di setiap daerah berbeda, sehingga perlakuan yang diberikan juga berbeda, yang terpenting adalah diperoleh kondisi tanah dasar dengan pH sesuai dengan yang

Page 8: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

21

diinginkan untuk budidaya ikan lele dumbo.

Setelah dilakukan pembersihan, pengeringan, pembalikan dan pengapuran pada kolam pembesaran kemudian dilakukan perbaikan dan pemasangan penyekat pada saluran pembuangan (out let). Hal ini berguna sebagai sekat pintu air, dan juga pemasangan waring sebagai saringan agar benih ikan tidak keluar terbawa arus.

4. Pengisian Air Pengisian air dilakukan setelah kolam benar – benar siap. Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan yaitu air dengan sistem mengalir yang berasal dari aliran Sungai Watervang. Kolam pemeliharaan diisi air setinggi ± 50 cm dan diendapkan selama 2 hari yang berguna untuk pertumbuhan pakan alami pada air kolam pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Puspowardoyo (2006) yang menyatakan pengisian air dengan ketinggian air sekitar 50 – 60 cm berguna untuk pertumbuhan pakan alami. Adapun bentuk kolam yang digunakan untuk pembesaran ikan lele dumbo dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kantor BBI Kalen

3.2. Pemeliharaan

1. Seleksi Benih Dalam kegiatan pembesaran ikan

lele dumbo, benih merupakan sarana produksi yang paling penting. Kualitas dan kuantitas ikan yang dihasilkan tergantung benih yang dipelihara. Oleh karena itu, agar hasil dari kegiatan pembesaran

memuaskan maka benih yang dipilih adalah benih yang unggul. Adapun ciri-ciri benih yang dipilih oleh BBI Kalen adalah: 1. Mempunyai ukuran yang seragam yaitu

4 cm dengan berat 1,7 gram/ekor 2. Sehat dan tidak cacat atau luka 3. Bergerak aktif dan lincah

Benih yang digunakan adalah benih yang berasal dari unit pembenihan rakyat, untuk BBI Sentral juga memproduksi benih ikan lele dumbo selama melakukan penelitian benih yang ada di BBI Kalen belum melakukan produksi. Pemilihan benih yang diinginkan oleh BBI Kalen ini sesuai dengan pendapat Hernowo et al. (2003) bahwa benih yang ditebar adalah benih yang sehat dan tidak luka atau cacat serta memiliki ciri yang khusus yaitu kulit yang mengkilap dan gerakan yang gesit.

2. Penebaran Benih

Penebaran benih baru dapat dilakukan setelah dipastikan kolam pembesaran benar-benar telah siap untuk digunakan. Benih didatangkan pada sore hari sehingga penebaran dilakukan pada sore itu juga, karena suhu air pada sore hari mulai rendah berkisar antara 27 - 28 0C. Tujuan dari suhu air yang rendah agar benih ikan lele dumbo tidak mengalami stres pada saat ditebarkan kedalam kolam pemelihaan. Derajat keasaman pada air merupakan faktor penentu baik atau tidaknya pertumbuhan ikan lele dumbo nantinya didalam kolam pemeliharaan.

Penebaran benih dilakukan dengan cara aklimatisasi terlebih dahulu. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dari aklimatisasi yang dilakukan di BBI Kalen adalah sebagai berikut: 1. Benih yang baru datang dibuka

kantongnya lalu diletakkan kedalam ember plastik untuk memastikan benih tersebut masih dalam keadaan sehat.

2. Ember plastik atau wadah benih dimasukkan ke kolam dengan posisi miring, kemudian ember plastik benih didiamkan selama 5 – 10 menit agar suhu didalam ember palstik sama dengan kolam.

3. Kemudian air kolam dimasukkan sedikit demi sedikit ke ember plastik agar ikan

Page 9: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

22

dapat beradaptasi dengan air kolam dan menyesuaikan dengan lingkungan.

4. Setelah beberapa menit dapat dilihat benih sudah beradaptasi atau belum, bila benih telah beradaptasi benih dilepas dengan perlahan atau benih ikan keluar dengan sendirinya.

Dari hasil aklimatisasi yang dilakukan dilokasi penelitian sudah baik. Hal ini dari benih yang dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Hal tersebut didukung oleh kualitas air pada kolam pemeliharaan yang sudah optimum, yaitu suhu 28 0C, pH 7,5 dan DO 5,3 mg/l

Padat penebaran benih ikan lele dumbo pada setiap kolamnya sekitar 24 ekor/m2 atau 3120 ekor/kolam dengan luas kolam 130 m2. Dari hasil penebaran benih untuk pembesaran lele dumbo BBI Kalen dibawah padat tebar yang dilakukan Suyanto (2006) yaitu luas kolam lebih dari 120 m2 jumlah benih yang baik untuk untuk ditebar sekitar 30 – 50 ekor/m2 .

Dengan demikian cara penebaran benih yang dilakukan di BBI Kalen ini sudah baik menurut Najiyati (2003), ketahanan tubuh benih lele masih rawan dan perubahan lingkungan yang sifatnya mendadak berupa perubahan suhu, kandungan oksigen, pH, atau sifat air yang lain akan sangat mudah menyebabkan benih stress dan mengalami kematian.

a. Asal benih Benih yang ditebar dikolam

pembesaran berasal dari unit pembenihan para petani yang berada di Desa Kalen. Benih didatangkan melalui transportasi darat dari unit pembenihan yang jaraknya ke tempat pembesaran tidak terlalu jauh. Lama perjalanan 1 – 11/

2 jam dengan menggunakan sistem pengepakan dengan kantong yang berisikan air dan oksigen. Kondisi benih setelah sampai di BBI Kalen dalam keadaan baik. Hal ini didukung oleh benih yang dipilih adalah benih yang unggul dan keadaan air serta oksigen dalam kantong plastik masih optimum.

b. Ukuran benih Ukuran benih yang ditebar di

kolam pemeliharaan memiliki ukuran

berkisar antara 4 – 5 cm dengan berat rata-rata 1,7 gram. Keadaan benih yang ditebar tidak cacat dan sehat dengan gerakannya yang lincah menurut Kahiruman (2005) bahwa sebelum benih ditebar benih terlebih dahulu harus disortir atau dipisahkan sesuai dengan ukurannya. Biasanya benih yang siap ditebar untuk pembesaran yang berukuran 5 – 7 cm/ekor.

3.3. Manajemen Pakan

1. Jenis Pakan Jenis pakan yang digunakan

untuk pembesaran ikan lele dumbo di BBI Kalen adalah pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan berupa pellet tenggelam. Pakan tersebut memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 30 - 32 %. Jenis pakan ini digunakan karena ikan lele dumbo bersifat demersal atau aktif didasar perairan dan pakan diberikan kepada benih sesuai dengan kebutuhannya.

Pemberian pakan dilakukan dengan perlahan-lahan dan ditebar pada satu titik, agar pakan yang diberikan tidak berlebihan sehingga dapat merusak kualitas air pemeliharaan. Komposisi pakan ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 4. Komposisi dari Pellet yang

Digunakan untuk Pembesaran Ikan Lele Dumbo

Jenis dan

ukuran pakan

Kandungan yang terdapat pada pakan induk lele

Protein (%)

Lemak (%)

Serat (%)

Abu (%)

Kadar

Air (%)

PL 3

30-32 3-5 4-6 5-8 11-13

Komposisi pakan yang digunakan

untuk kegiatan pembesaran ikan lele dumbo di BBI Kalen sudah baik. Hal ini dilihat dari kadar protein yang tinggi, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ikan lele dumbo dan mendukung dalam kegiatan pembesaran ikan lele dumbo.

Pakan yang diberikan pada benih yang baru ditebar berupa pelet halus, pelet direndam terlebih dahulu hingga menjadi butiran halus, pemberian pakan yang dihaluskan dilakukan selama 3

Page 10: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

23

minggu pemeliharaan. Setelah 3 minggu pemeliharaan ikan diberikan pakan utuh atau pakan yang tidak dihaluskan. Hal ini dilakukan karena pakan telah sesuai dengan bukaan mulut ikan yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB, sore pada pukul 17.00 WIB dan pada malam hari pukul 22.00 WIB.

2. Cara Pemberian Pakan Pemberian pakan yang dilakukan

selama pengamatan sampai sejauh ini masih menggunakan cara manual yaitu dengan cara ditebar. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menebarkan pakan pada permukaan air sebanyak 30 % untuk pagi hari, 30 % untuk siang hari dan 40 % untuk malam hari. Penebaran pakan ini dilakukan dengan cara sedikit demi sedikit agar pakan yang ditebar tidak banyak yang hanyut terbuang.

Menurut Najiati (2003) pemberian pakan dengan cara menebarkan ke permukaan bisa mengakibatkan kerugian dan juga air menjadi kotor. Pemberian pakan menurut Najiati (2003) yaitu memasukan pakan kedalam kalo atau ayakan, yakni saringan rapat yang terbuat dari bambu atau plastik dan dengan bantuan tali, ayakan yang sudah ada pakanya dimasukan kedalam air sekitar 50 cm di bawah permukaan air.

3. Frekuensi Pemberian Pakan Frekuensi pemberian pakan

dilakukan tiga kali sehari dengan dosis 3 – 12 % dari berat tubuh ikan dari awal tebar sampai panen. Menurut Murhananto (2002), cara pemberian pakan yang efisien dapat dilakukan dengan menimbang berat lele yang dipelihara. Jumlah pelet yang diberikan sebaiknya tidak berlebihan karena akan menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen pada air kolam. Lebih baik lele kekurangan pakan dalam satu hari dari pada berlebihan. Menurut Hernowo dan Rachmatun, (2003) pemberian pakan dapat disesuaikan dengan berat ikan dan ukuran ikan 6 – 8 cm dengan berat 30 gram /ekor membutuhkan 5 % pakan sedangkan ukuran ikan lebih dari 10 cm dengan berat lebih dari 50 gr ikan

membutuhkan pakan 3 – 5 % dari berat ikan

Frekuensi dan jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan padat penebaran benih yang dipelihara selama 10 minggu pemeliharaan. Berat total pakan yang digunakan selama pemeliharaan yaitu 245,7 kg untuk menghasilkan biomasa akhir ikan sebesar 217,2 kg.

Pada minggu pertama, dosis pakan yang diberikan sebesar 12 % dari berat ikan , kemudian diturunkan menjadi 7 % pada minggu ketiga dan diturunkan lagi menjadi 5 % dan pada minggu keempat. Di akhir pemeliharaan dosis pakan yang diberikan 3 %.

Tabel 5. Jumlah Pakan yang Diberikan

dalam Pemeliharaan Lele Selama 9 Minggu

Umur pemeliharaan (mingg

u)

Berat

rata-rata (gram)

∑ ikan (Ekor)

Biomassa (kg)

Dosis

pakan (%)

Jumlah pakan yang diberikan(gram/hari)

Jumlah pakan/ hari (kg)

Jumlah pakan/

minggu (kg)

07.00 WIB

17.00 WIB

22.00 WIB

1 1,7 3120 5,3 12 210 210 210 0,63 4,41

2 4,3 3110 14 7 326 326 326 0,98 6,86

3 10,4 3088 32 7 746 746 746 2,24 15,68

4 16,8 3079 52 5 866 866 866 2,60 18,2

5 24,6 3055 75,1 5 1250 1250 1250 3,75 26,25

6 32,3 3039 98,1 5 1600 1600 1600 4,9 34,3

7 40,4 3029 122,3 3 1200 1200 1200 3,6 25,2

7 49,6 3024 150 3 1500 1500 1500 4,5 31,5

8 60 3022 181,3 3 1800 1800 1800 5,4 37,8

9 71,9 3021 217,2 3 2100 2100 2300 6,5 45,5

TOTAL 35,5 245,7

4. Konversi Pakan

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lele adalah efektivitas dan efisiensi pakan yang digunakan selama pemeliharaan. Untuk mengetahui baik atau tidaknya kualitas pakan yang dihasilkan bagi pertumbuhan dibutuhkan nilai konversi pakan. Semakin baik nilai konversi pakan tersebut maka pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan ikan makin efisien. Menurut Djajasewaka, (1995) Konversi pakan atau FCR (Food Convertion Ratio)

Page 11: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

24

merupakan perbandingan antara pakan yang digunakan dengan daging ikan yang dihasilkan.

Dari hasil penelitian pembesaran ikan lele dumbo di BBI Kalen, nilai konversi yang didapatkan sesuai dengan Rumus yang telah ditentukan oleh Effendie (2002), adalah :

Jumlah Pakan yang Habis Digunakan FCR = Biomassa Ikan yang Dihasilkan

245,7 kg = 211,9 kg = 1.15

Dari hasil FCR yang didapat sudah optimal, dibandingkan dengan peryatakan Hernowo et al., (2004) pada pemeliharaan lele konsumsi dikolam semen yang diberi pakan berupa pellet dengan derajat konversi 2 : 1, sekiranya 2 kg pakan yang diberikan akan menjadikan pertambahan berat 1 kg daging lele.

5. Penyimpanan Pakan Penyimpanan pakan yang benar

sangat penting dilakukan, untuk menjaga agar kualitas pakan tersebut dalam keadaan baik. Di Balai Benih Ikan Sentral pakan disimpan dalam ruangan khusus yang yaitu gudang pakan,yang mempunyai fentilasi udara yang cukup dan sinar matahari tidak langsung masuk. Banyaknya pakan yang disimpan dan akan digunakan sudah di sesuaikan dengan kebutuhan sehingga pakan yang disimpan digudang tidak terlalu lama dan tidak mengurangi kualitas pakan.

Penyimpanan pakan yang dilakukan di BBI Kalen tidak lebih dari 3 bulan. Menurut Akiyama (2005), pakan yang disimpan lebih dari 3 bulan akan menurunkan kualitas dan nutrisi yang terkandung didalam jenis pakan yang ada.

3.4. Monitoring Pertumbuhan

Tingkat pertumbuhan ikan lele dumbo dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, faktor pakan serta faktor lingkungan atau kondisi perairan yang digunakan sebagai media pemeliharaan ikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperoleh

pertumbuhan ikan yang baik adalah dengan pengelolaan atau manajemen pakan yang baik, yang dimaksud adalah pemberian pakan yang tepat dan sesuai dosis, jenis, nutrisi serta waktu dan frekuensi pemberian.

Selama pemeliharaan, pertumbuhan ikan diamati dengan cara sampling. Sampling dilakukan setiap minggu dengan cara menyerok ikan, yang terlebih dahulu dikumpulkan dengan cara diberi pakan pada satu titik. Ikan yang diserok sekitar 1 Kg ikan. Hasil ikan yang diserok terdapat beberapa ekor ikan lalu jumlah ikan ini ditimbang dan dilakukan pengukuran panjang dan berat ikan.

Tujuan dilakukannya sampling untuk mengetahui kondisi serta pertumbuhan ikan selama pemeliharaan 10 minggu atau 70 hari dan juga untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidupnya (SR). Sehingga hasil panen atau hasil pemeliharaan terakhir (ouput) dan

total kebutuhan pakan dalam satu siklus dapat diketahui dan dapat dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan pada siklus berikutnya. Hasil dari pertambahan berat dan panjang ikan lele dumbo selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Pertumbuhan panjang rata-rata tubuh ikan lele dumbo selama 10 minggu pemeliharaan

Gambar di atas menunjukkan

perkembangan ukuran panjang ikan lele dumbo selama 70 hari pemeliharaan dari panjang benih diminggu pertama rata-rata 4 cm menjadi 23 cm diakhir pemeliharaan. Dari hasil pengamatan pertumbuhan panjang ikan lele dumbo selama

4 6 8,1 10,3 12,5 14,8 17 19,2 21,3 23

0

10

20

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Panja

ng r

ata

-rata

(cm

)

Minggu ke- Pengamatan pertumbuhan panjang

benih lele dumbo

Page 12: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

25

pemeliharaan dapat diketahui laju pertumbuhan harian ikan setelah 70 hari pemeliharaan, yaitu :

DGR (cm/hari) = t

21

23 - 4 = 70 = 0,3 cm/hari

Hasil dari pengamatan berat ikan lele dumbo selama 10 minggu atau 70 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Perkembangan Berat Tubuh

Ikan Lele Dumbo Selama 10 Minggu Pemeliharaan.

Gambar diatas menunjukan

perkembangan berat ikan lele dumbo

pada awal pemeliharaan rata-rata 1,7

gram menjadi 72,8 gram diakhir

pemeliharaan. Dari hasil pengamatan

berat ikan setiap minggunya, maka dapat

berat mutlak dari ikan lele dumbo per ekor

selama 70 hari pemeliharaan adalah :

Dimana; Gm = Bobot mutlak (gram) Wt = Bobot akhir (gram) Wo = Bobot awal (gram)

Gm = Wt – Wo = 72,8 gram – 1,7 gram = 71,1 gram

Dilihat dari berat mutlak ikan per ekor yang dihasilkan selama penelitian

belum optimal. Hal ini tidak sesuai dengan peryataan Hernowo et al., (2004) pada benih yang ditebar berukuran 5 - 8 cm dan dipelihara selama 1 bulan bisa menghasilkan ikan dengan berat 40 - 50 gr/ekor dan kemudian ikan ini besarkan lagi selama 45 hari atau 2 bulan sehingga ikan mencapai ukuran ikan seberat 100 - 125 g/ekor atau 8 - 10 ekor per kilogram.

Pemeliharaan ikan lele dumbo yang dipelihara di BBI Kalen dengan berat mutlak yang dihasilkan 70,2 gram/ekor dengan waktu pemeliharaan selama 70 hari ini dilakukan sesuai dengan permintaan konsumen yaitu 12 - 14 ekor per kilogramnya.

Kecepatan pertumbuhan mutlak adalah perubahan ukuran baik berat atau panjang yang sebenarnya diantara dua umur atau dalam waktu satu tahun. Umumnya kecepatan pertumbuhan mutlak menurun apabila ikan makin bertambah dewasa dalam Effendie (2002).

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap berat rata-rata ikan lele dumbo setiap minggunya, maka diperoleh Laju Pertambahan Berat Harian (LPBH) dalam % dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 6

Gambar 5. Laju Pertambahan Berat (%) Harian Ikan Lele Dumbo Selama 9 Minggu Pemeliharaan

Tabel 6. Laju Pertambahan Berat Harian (%) Ikan Lele Dumbo Selama 9 Minggu

Minggu ke- LPBH (%)

1 1,23

2 1,18

3 0,67

4 0,53

1,7 4,4 10,4 16,8

24,6 32,3

40,4 49,6

60 72.8

0

20

40

60

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bera

t ra

ta-r

ata

(gra

m)

Minggu ke-

Pengamatan berat benih lele dumbo

Gm = Wt – Wo

Pengamatan pertumbuhan panjang benih lele dumbo

46

8.110.3

12.514.8

1719.2

21.323

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Minggu ke-

Pa

nja

ng

ra

ta-r

ata

(cm

)

Page 13: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

26

5 0,38

6 0,31

7 0,29

8 0,27

9 0,25

Laju pertambahan berat harian

pada minggu pertama (1,23 %) dan minggu kedua (1,18 %) mengalami peningkatan yang cukup besar dibanding minggu – minggu sebelumnya disebabkan nafsu makan pada ikan yang sangat meningkat, ikan juga sudah beradaptasi dengan lingkungan pada kolam pemeliharaan, dan ikan mulai aktif gerakannya sehingga membutuhkan makanan yang banyak.

Namun, pada minggu berikutnya derajat pertambahan berat rata-rata ikan menurun. Berdasarkan pengamatan, laju pertambahan ikan lele dumbo sangat ekstrim saat ikan masih berukuran benih yaitu pada pengamatan minggu ke-1 dan minggu ke-2, hal ini dikarenakan benih lele masih mengkonsumsi pakan yang digunakan untuk pertumbuhannya.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo sudah baik. Hal ini dilihat dari pertambahan panjang dan berat setiap minggunya. Pertambahan panjang dan berat ikan lele dumbo ini didukung oleh pakan yang diberikan dan kualitas air yang sudah optimal sehingga mendukung kegiatan pembesaran ikan lele dumbo selama pemeliharaan.

Selain pengamatan pertumbuhan panjang dan berat ikan lele dumbo dilakukan juga pengamatan terhadap perkembangan populasi selama 10 minggu pemeliharaan. Hal ini juga dilakukan guna menghasilkan data yang lebih akurat. Data perkembangan jumlah ikan lele dumbo selama 10 minggu pemeliharaan dapat dilhat pada Tabel 7 .

Tabel 7. Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Selama 10 Minggu Pemeliharaan

Minggu ke-

Jumlah Ikan

(ekor)

Jumlah Ikan Mati

(ekor)

Mortalitas SR (%)

1 3120 0 0 100

2 3110 10 0,4 99,6

3 3088 22 0,7 98,9

4 3079 9 0,3 98,6

5 3055 24 0,7 97,9

6 3039 16 0,5 97,4

7 3029 10 0,4 97

8 3024 5 0,1 96,9

9 3022 2 0,1 96,8

10 3021 1 0 96,8

Dari hasil diatas perkembangan

jumlah ikan selama 10 minggu pemeliharaan, mortalitas yang dihasilkan sebesar 3,2 % dan SR (Survival Rate) 96,8 %. Pada minggu ke-5 angka kematian ikan lele dumbo tertinggi setelah minggu ke-3. Hal ini dikarenakan pada waktu itu terjadi curah hujan yang tinggi sehingga membawa dampak pencemaran lingkungan perairan akibat proses turbulensi sampah dan bahan organik yang menyebabkan keruhnya perairan. Hal tersebut sesuai dengan Effendie (2002) faktor makanan dan penyakit juga akan menghambat kecepatan pertumbuhan sehingga berjalan dengan lambat.

Kelangsungan hidup diperoleh selama pemeliharaan dengan cara menghitung jumlah ikan lele dumbo pada awal dan akhir pemeliharaan dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979), sebagai berikut.

Keterangan : Nt = Jumlah benih akhir (ekor) No = Jumlah benih awal (ekor)

Hasil dari perhitungan pada kelangsungan hidup untuk pemeliharaan pembesaran ikan lele dumbo selama 70 hari masa pemeliharaan di Balai Benih Ikan ini adalah :

SR = (3120/3021) x 100 % = 96,8 %

Tingginya derajat kelangsungan hidup benih ini disebabkan karena selama pemeliharaan, ikan diberikan pakan secara teratur dan kualitas air yang sangat baik sehingga mendukung dalam keberhasilan dari suatu kegiatan pembesaran.

SR = (Nt/No) x 100 %

Page 14: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

27

3.5. Sumber Air Sumber air yang digunakan

dalam pembesaran ikan lele dumbo di BBI Kalen adalah air yang mengalir dari aliran Sungai yang dialirkan melaui aliran dari irigasi. Air yang mengalir melewati tahapan atau endapan terlebih dahulu seperti saluran zig zag, hasil dari saluran zig zag air sudah bersih dari kotoran yang ikut pada saat air mengalir. Kemudian air mengalir melalui saluran–saluran yang telah tersambungkan ke kolam-kolam pemeliharaan kemudian air dari kolam keluar melalui pintu out let (monik) dan masuk ke kolam lainnya karena kolam tempat pembesaran menggunakan sistem air mengalir.

1. Kualitas Air

Pengelolaan air berpengaruh besar terhadap pemeliharaan ikan. Pengelolaan air dilakukan dengan mengamati kualitas air di kolam pemeliharaan. Data kualitas air yang diamati selama penelitian adalah suhu, pH dan DO karena keterbatasan alat yang ada di BBI Kalen. Selama pengamatan setiap harinya didapatkan kisaran nilai kualitas air yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Pengamatan Rata-rata

Kualitas Air pada Kolam Pembesaran

Waktu Pengamatan

(Pukul)

Suhu (0C)

pH DO mg/l

06.00 26 7 5,3

11.00 31 7,5 5,4

15.00 28 8 5,6

22.00 25 7 5,2

Dari hasil pengamatan kualitas

air selama pemeliharaan sudah optimal, hal ini sesuai dengan pendapat Soetomo (2000), bahwa suhu air yang optimal dalam pemeliharaan bibit ikan secara intensif adalah 25 – 30 0C, sedangkan suhu yang optimal untuk pertumbuhan benih ikan lele dumbo berkisar 26-30 0C. Untuk pH untuk perkembangan ikan lele dumbo yang baik 7,5-8,5, sedangkan

kandungan oksigen terlarut yang optimal adalah 5 ppm dan lebih baik 7 ppm.

Berdasarkan literatur berarti pengelolaan kualitas air untuk suhu dan pH dalam kolam pemeliharaan untuk pembesaran sudah cukup optimal. Ini disebabkan karena kolam pemeliharaan ikan lele dumbo berada di tempat terbuka dan mengunakan sistem air mengalir sehingga mudah dikontrol.

Dari hasil pengamatan kualitas air di kolam pembesaran lele pada minggu ke – 7 mengalami perubahan pada siang dan sore hari yang mengalami kenaikan suhu dan pH karena cuaca pada saat itu kemarau, pada saat itu keputusan yang diambil membuka pipa paralon pada saluran pemasukan (inlet) yang berguna untuk mensirkulasi air yang ada. 3.6. Hama dan Penyakit 1. Hama

Salah satu faktor yang dapat merugikan dalam usaha pembesaran yaitu terdapatnya hama dan penyakit. Faktor ini dapat mengganggu kehidupan ikan bahkan dapat menyebapkan kematian ikan lele dumbo. Dalam pemeliharaan ikan lele dumbo di BBI Kalen tidak terdapat hama yang menyerang pada kolam pembesaran ikan lele, dumbo karena lingkungan pematang kolam setiap minggunya dibersihkan dengan memotong rumput dan membersihkan air kolam dari sampah daun kering dan kantong plastik.

2. Penyakit Di BBI Kalen tidak terdapat

adanya penyakit yang menyerang ikan lele dumbo, adapun yang menyebabkan ikan lele dumbo mati dikarenakan tidak sesuainya padat tebar benih dengan luas kolam sehingga mengakibatkan pakan yang diberikan tidak merata. Hal ini menyebabakan sebagian benih susah mendapatkan makanan dan daya tahan tubuh benih menjadi lemah. Hal ini terlihat dari minggu ke 3 dan minggu ke 5 dimana adanya penurunana pertumbuhan pada ikan lele dumbo selama masa pemeliharaan.

Page 15: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

28

Kahiruman (2005), penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang didalam tubuh ikan lele dumbo. Jika salah satu sebagian organ terinfeksi akan mengganggu keseluruh jaringan tubuh ikan lele dumbo. selama masa pemeliharaan. Pembesaran ikan lele dumbo di BBI Sentral ikan yang mati bukan diakibatkan dari penyakit melainkan akibat dari kanibalisme yaitu ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar ukuranya. 3.7. Pemanenan

Panen dilakukan pada sore hari agar ikan tidak mengalami strees atau lemah. Pemanenan dilakukan dengan cara panen total yaitu ikan diambil semua dan tidak melakukan penyortiran dikarenakan ikan ini akan ditampung oleh pembeli. Langkah-langkah pemanenan ikan lele dumbo yang dilakukan di BBI Kalen yaitu mengeringkan kolam, mengambil ikan dengan menggunakan serok kemudian menampung ikan ikan didalam keranjang (rege) lalu menimbangnya. Setelah ikan ditimbang ikan dimasukan kedalam bak plastik atau fiber berdiameter 150 cm dengan tinggi 84 cm.

Cara pemanenan yang dilakukan di BBI Kalen sudah cukup baik Pemanenan yang dilakukan sesuai dengan pendapat Puspowardoyo (2006) yang menjelaskan bahwa panen lele dumbo sebaiknya dilakukan secara keseluruhan. Caranya air dikeluarkan atau dikuras melalui saluran pembuangan atau dengan cara disedot dengan pompa air. Menurut Kahiruman (2005), cara pemanenan yang baik dan sesuai dengan dianjurkan akan menghasilkan lele dumbo yang berkualitas baik pula, yakni lele dalam kondisi hidup, tidak cacat dan tidak luka – luka.

Hasil akhir penimbangan ikan selama pemeliharaan selama 70 hari (10 minggu) dihasilkan panen sebesar 217,2 kg. Pemanenan dilakukan secara total setelah lele mencapai 14 ekor/kg atau berat ikan mencapai 71,9 gram/ekor dengan panjang 22,3 cm. Hal ini dimaksudkan karena ikan sudah mencapai ukuran konsumsi dan ukuran ini

sangat diminati oleh konsumen terutama pedagang dan rumah makan.

3.8. Pemasaran Daerah pemasaran untuk ikan lele dumbo hasil produksi di Balai Benih Ikan Kalen terjadi secara bebas dengan penentuan harga dilakukan setelah para pedagang datang ke lokasi budidaya. Hasil panen dari kolam pemeliharaan ditampung ditempat penampungan yang ada. Cara pemasaran yang dilakukan di BBI Kalen sesuai dengan cara Subandi, (2004) yaitu ikan lele dumbo yang dijual dari BBI Kalen ke konsumen melalui dua tahapan yaitu dengan cara tahap persiapan penjualan dan tahap penjualan itu sendiri. Pemasaran ikan lele dumbo dijual dengan harga jual yang diberikan pihak Balai kepada pedagang sebesar Rp. 8.000,-/kg, dengan persyaratan ikan tidak diantar oleh pihak Balai. Jika pihak pembeli mau diantar ke lokasi pemasaran harga jual lebih tinggi. Tingginya harga jual ikan yang diantarkan ke lokasi pemasaran yang dilakukan pihak Balai didasarkan adanya jasa pengantaran dan biaya bahan bakar yang digunakan selama pengantaran ke lokasi penjualan.

Transportasi yang digunakan adalah transportasi darat dengan mobil box. Harga yang dibayar konsumen berbeda jauh, yaitu Rp. 11.000,-/kg. Hal ini dilakukan oleh para pedagang untuk mengambil keuntungan, karena dari tempat pengambilan ikan ke penampung membutuhkan biaya.

3.9. Analisis Finansial Pembesaran Analisis finansial dilakukan

terhadap data yang diperoleh dari usaha pembesaran yang dilakukan oleh petani di sekitar lokasi penelitian. Adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut :

1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya

yang dikeluarkan pada saat dimulainya produksi. Biaya investasi untuk memulai usaha pembesaran lele dumbo saat diamati selama penelitian adalah sebesar Rp. 10.155.000.,-. Biaya ini digunakan untuk penyediaan sarana dan pasarana yaitu menyediakan kolam yang berukuran

Page 16: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

29

10 x 10 x 1 m. Menurut Riyanto (1995) biaya investasi merupakan modal yang harus disediakan untuk mengadakan materi atau peralatan yang sifatnya fisik, yaitu nantinya modal tersebut akan terikat aset.

2. Biaya Operasional Biaya operasional ini terdiri dari

biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Menurut Husnan et al. (1999), berdasarkan fungsinya biaya operasional dibagi menjadi dua yaitu Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap (fixed cost)

Menurut Husnan et al. (1999) biaya tetap adalah biaya yang tetap dan tidak berubah meskipun unit produksi yang dihasilkan mengalami perubahan. Dari hasil perhitungan biaya tetap adalah Rp. 4.200.000,- Biaya Variabel

Menurut Husnan et al. (1999) bahwa biaya variabel adalah biaya yang dapat berubah apabila unit yang dihasilkan berubah. Dengan hasil yang diperoleh adalah Rp. 6.436.000,-

3. Penjualan

Ikan lele dumbo yang dihasilkan

dari usaha petani sekitar sebanyak 500

Kg x @ Rp. 8000,-/Kg = Rp. 4.000.000,-

(persiklus), 1 tahun (4 siklus) 2000 kg x

@ Rp. 8000,-/Kg = Rp. 16.000.000,-.

3.10. Analisis Laba Rugi Perhitungan laba rugi dilakukan dengan cara mengurangi pendapatan dengan total biaya. Dari data diatas, maka dapat dihitung laba rugi operasional. Jadi, laba bersih dari UPR untuk setiap tahunnya yaitu: = Rp. 5.364.000, – Rp. 536.400 = Rp. 4.827.600 3.11. Analisis Titik Impas

Analisis titik impas digunakan untuk menentukan jumlah penjualan minimum agar tidak rugi. Untuk menentukan BEP ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variable) harga jual dan tingkat produksi (Rahardi,1993).

Rp. 4.200.000,-

BEP dalam Rupiah (q) = ------------------ Rp. 6.436.000,- 1 -- ----------------- Rp. 16.000.000,-

= Rp. 7.026.348,-

Biaya tetap BEP dalam unit = ______

Harga jual/unit – Biaya variabel/unit Rp. 4.200.000,- = -------------------------------------

Rp. 8.000,- -- Rp. 6.436.000,

------------------

2.000 kg

= 878,29 kg

3.12. Rasio Hasil dan Biaya Usaha/Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbandingan hasil ratio penghasilan total yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk membandingkan, mengukur serta perhitungan tingkat keuntungan usaha perikanan (Subandi, 2004). Nilai B/C dapat dilihat kelayakan dari suatu usaha. Bila nilai 1, berarti usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan sehingga perlu pembenahan. Semakin kecil rasio kemungkinan perusahaan dapat menderita kerugian.

Total penerimaan B/C Ratio = ------------------------ Total biaya

Rp. 16.000.000,- = ------------------------

Rp. 10.636.000 ,- = 1,504 lebih dari 1 (berarti usaha pembesaran sudah layak) Kriteria : B/C < 1, tidak layak B/C > 1, layak B/C = 1, impas

Page 17: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

30

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Persiapan pemeliharaan yang

dilakukan saat pengamatan cukup baik

yang meliputi perbaikan konstruksi

kolam mulai dari pembersihan,

pengeringan, pembalikan, pengapuran,

pengisian. Hasil pengamatan

menunjukkan hal tersebut dapat

membantu proses pemeliharaan

dengan baik.

2. Kegiatan pemeliharaan dimulai dengan

seleksi benih dan dilanjutkan dengan

penebaran benih. Kegiatan

pemeliharaan yang diamati sudah

cukup baik.

3. Pakan yang diberikan pada

pemeliharaan lele dumbo yang diamati

adalah pakan pelet tenggelam.

Kandungan pakan sudah mencukupi

kebutuhan nutrisi lele dumbo. FCR

yang dihasilkan bernilai 1.15 yang

merupakan FCR yang normal untuk

lele dumbo.

4. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo

sudah baik. Pertumbuhan panjang

yang teramati adalah 0,3 cm/hari.

Berat akhir yang dicapai adalah 72,8

gram yang disesuaikan dengan

permintaan konsumen.

5. Kualitas air media masih berada dalam

kisaran yang layak untuk budidaya ikan

lele dumbo yaitu suhu 28 – 31 0C, pH

7,6 – 8 dan DO 5,4 – 5,8 ppm. Kisaran

kualitas air yang tidak fluktuatif ini

dikarenakan pengelolaan air media

dilakukan dengan sistem air mengalir.

6. Kematian ikan selama pemeliharaan

diduga disebabkan oleh sifat

kanibalisme dimana ikan yang kecil

dimakan oleh ikan yang berukuran

lebih besar.

7. Usaha budidaya ikan lele di BBI Kalen

ini layak untuk diteruskan berdasarkan

kriteria B/C Ratio 1,504.

4.2. Saran 1. Padat penebaran sebaiknya

disesuaikan dengan ukuran kolam agar pemberian pakan dapat diberikan dengan merata dan mengurangi kanibalisme.

2. Perlunya alat berupa teskit untuk pengamatan parameter NO2 dan NO3 dan NH3.

3. Tingkat kepadatan penebaran perlu ditingkatkan agar mendapat hasil panen yang lebih optimal.

Page 18: GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480 - journal.unisla.ac.idjournal.unisla.ac.id/pdf/17422013/faisol leledumbo.pdf · pada praktek akhir adalah dengan metoda survey dan observasi dengan

GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480

31

DAFTAR PUSTAKA Akiyama, D.M.. 2005. Sustainable Shrimp

Production Technology (Disampaikan Dalam Seminar Science And Entertainment di Sekolah Tinggi Perikanan). Jakarta.

Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. 2003/2004. Informasi Teknik Perikanan. Percetakan Pelangi.

Djajasewaka, H.1995. Pakan ikan. CV. Yasaguna. Jakarta.

Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor.

Husnan dan Soewarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek. Penerbit dan percetakan (UPP) AMP KPN, Yogyakarta.

Khairuman dan Khairul Amri. 2005. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Najiyati S. 2003. Memelihara Lele Dumbo di Pekarangan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Prihartono Eko, Juansyah Rasidih dan Usni Arie. 2005. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta.

Puspowardoyo, H dan A. Siregar. 2006. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air. Kanisius. Yogyakarta.

Rahardi F, Kristiawati dan Nazarudin. 1993. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Riyanto. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Soetomo, M. 2000. Teknik Budidaya Lele Dumbo. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Subandi Muhasan. 2004. Panduan Menghitung Biaya Usaha Lele

Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suyanto R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.