bab ii tinjauan pustaka a. penelitihan terdahulu no nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/bab ii.pdf ·...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu Berikut adalah paparan beberapa penelitihan terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, antara lain : No Nim Nama Universitas Judul Kesamaan Perbedaan 1 09480057 AHMAD IHSANUDIN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Peran Orangtua Dalam Membentuk Religiusitas Anak Berprestasi Di SD Negri Panjatan Kulon Progo a. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa peran orangtua sangat penting dalam menumbuhkan spiritual anak. b. Materi yang dijelaskan seputar peran orangtua dalam membentuk religiusitas anak hanya bimbingan ibadah dan contoh-contoh a. Materi peran orangtua dalam menumbuhkan spiritual seputar bimbingan orangtua, tauladan orangtua, dan penguatan orangtua terhadap anak dalam menumbuhkan spiritual. b. Penelitian di lakukan di Sekolah Dasar (SD) 2 13204111 79 SITI NURUSHOL IHAH UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Peran Orangtua Dalam Pendidikan Agama Islam Terhadap Anak Tunagrahita Tingkat SMALB di a. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa peran orangtua memberikan dukungan dan tanggung jawab a. Guru lebih dominan dalam menumbuhkan spiritual anak dari pada orangtua, karena menumbuhkan spiritual 15

Upload: others

Post on 17-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitihan Terdahulu

Berikut adalah paparan beberapa penelitihan terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, antara lain :

No Nim Nama Universitas Judul Kesamaan Perbedaan

1 09480057 AHMAD

IHSANUDIN

UIN Sunan

Kalijaga

Yogyakarta

Peran Orangtua Dalam

Membentuk

Religiusitas Anak

Berprestasi Di SD

Negri Panjatan Kulon

Progo

a. Hasil penelitian

tersebut menjelaskan

bahwa peran orangtua

sangat penting dalam

menumbuhkan spiritual

anak.

b. Materi yang dijelaskan

seputar peran orangtua

dalam membentuk

religiusitas anak hanya

bimbingan ibadah dan

contoh-contoh

a. Materi peran orangtua

dalam menumbuhkan

spiritual seputar

bimbingan orangtua,

tauladan orangtua, dan

penguatan orangtua

terhadap anak dalam

menumbuhkan

spiritual.

b. Penelitian di lakukan di

Sekolah Dasar (SD)

2 13204111

79

SITI

NURUSHOL

IHAH

UIN Sunan

Kalijaga

Yogyakarta

Peran Orangtua Dalam

Pendidikan Agama

Islam Terhadap Anak

Tunagrahita

Tingkat SMALB di

a. Hasil penelitian

tersebut menjelaskan

bahwa peran orangtua

memberikan dukungan

dan tanggung jawab

a. Guru lebih dominan

dalam menumbuhkan

spiritual anak dari pada

orangtua, karena

menumbuhkan spiritual

15

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

16

No Nim Nama Universitas Judul Kesamaan Perbedaan

SLB Negri 1 Sleman

Yogyakarta

dalam menumbuhkan

spiritual siswa.

siswa pada anak

berkebutuhan khusus

lebih dibutuhkan

pengajaran yang

berbeda sesuai dengan

kemampuan masing-

masing anak.

b. Penelitian di lakukan di

SMALB di SLB Negri

1 Sleman Yogyakarta.

3 12110102

12

RIKA

ARMIYANT

I

UIN Raden

Intan

Lampung

Peranan Orang Tua

dalam Membina

Kecerdasan Spiritual

Anak Dalam Keluarga

di Desa Hujung

Kecamatan Belalau

Kabupaten Lampung

Barat

a. Hasil penelitian

tersebut menjelaskan

bahwa peran orangtua

sebagai membina dan

pembimbing sangat

dibutuhkan dalam

menumbuhkan spiritual

siswa.

a. Kajian pustaka

Penelitihan hanya

seputar peran orangtua

dan pengertian

spiritual. Tidak

dijelaskan cara

menumbuhkan dan

menguatkan spiritual

anak.

b. Objek Penelitihan

dikhususkan hanya usia

7-14 tahun.

16

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

17

B. Pembahasan Orang Tua dan Ruang Lingkup

1. Pengertian Orang Tua

Ada dua hal yang akan dibicarakan pada bagian ini yaitu :

a. Pengertian orang tua menurut bahasa adalah ayah ibu

kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli,

dan sebagainya). orang-orang yang dihormati (disegani).8 Dalam

Nesmith Library orang tua secara bahasa diartikan ayah atau ibu

biologis anak atau wali legal yang terikat secara hukum dan sosial

dengan anak.9 Jadi pengertian orang tua menurut bahasa adalah

ayah atau ibu kandung yang telah melahirkan kita melalui

hubungan biologis.

b. Pengertian orang tua menurut istilah adalah ikatan laki‐laki dengan

Perempuan berdasarkan hukum dan undang‐undang perkawinan yang

sah dengan identik selalu memberikan bimbingan kepada anak-anak

dalam lingkungan keluarga.10 Menurut pengertian lain orang tua

adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan

merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat

membentuk sebuah keluarga.11

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online 9 Nesmith Library, Definition of Parent, Guardian and Caregiver, diakses pada 9 Desember 2018

dari:

https://nesmithlibrary.org/sites/nesmithlibrary.org/files/attachments/Definition%20of%20Parent%

20Guardian%20and%20Caregiver.pdf. 10 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal. 318 11 Pengertian orang tua serta tanggung jawabnya terhadap anak

http://news.rakyatku.com/read/47833/2017/05/06/pengertian-orang-tua-serta-tanggung-jawabnya-

terhadap-anak diakses pada kamis tanggal 08-November-2018 pukul : 22.27

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

18

Jadi pengertian orang tua adalah suatu ikatan laki‐laki

dengan perempuan berdasarkan hukum dan undang‐undang

perkawinan yang sah atau wali non biologis anak yang legal di

mata sosial dan huku yang memiliki tanggung jawab untuk

mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk

mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk

siap dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Orang Tua sebagai Pendidik Kodrati

Pendidik kodrati adalah orang yang memang secarah fitrahnya

mempunyai kewajiban atau panggilan untuk mendidik. Orang tua bisa

juga sebagai pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak mereka, dari

merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Oleh karena itu, bentuk

pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.12 Hal ini

dapat dipahami dari firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6:

ا أنفسكم وأهلي أيها ٱلذين ءامنوا قو ارا ن م ك ي

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka”. (Q.S. At-Tahrim/66: 6)

Ayat diatas ditafsiri dalam tafsir Ibnu Katsir (4/391) yang dikutib

oleh Syamsudin Lahanufi yaitu :13

a. Membekali anggota keluarga dengan ilmu

Ilmu merupakan perkara yang sangat penting dan dipentingkan

oleh Islam, karena Ilmu merupakan poros dan asas kebaikan.

12 Drajat dkk. Pendidikan Kodrat. (1992) hal 35. dikutip oleh Moh. Haitami Salim. Pendidikan

Agama Dalam Keluaraga. (Jogjakarta. AR-Ruzz Media. 2013.) Hal 155. 13 Lahanufi, Syamsudin. 2019. Jagalah Dirimu dan Kelauargamu dari Api Neraka. Diakses pada

tanggal 13 Oktober 19. https://wahdah.or.id/jagalah-dirimu-dan-keluargamu-dari-api-neraka/.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

19

dengan ilmu seseorang mengetahui tujuan hidup dan

keberadannya di dunia yang fana ini dengan ilmu juga

seseorang mengelola dan menjalani hidupnya di dunia ini

dengan benar sesuai petunjuk allah dan Rasul-Nya.

Jadi, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam

mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.

Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda, “Barangsiapa menemupuh jalan untuk mencari ilmu,

maka dengan itu Allah mudahkan baginya jalan menuju surga”

(terj. HR. Muslim). Dimudahkan masuk surga mengandung

makna dijauhkan dari neraka.

b. Mengajak anggota keluarga dalam ketaatan

Upaya selanjutnya dalam rangka melindungi diri dan keluarga

dari apai neraka adalah senantiasa melakukan ketaan kepada

Allah dan meninggalkan maksiat dan menyuruh mereka untuk

melakukan hal itu. Karena makna, “peliharalah dirimu dari api

neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah dan tinggalkan

maskiat kepada-Nya”

c. Menjaga Anggota keluarga dari perbuatan maksiat

Upaya melindungi dan membentengi diri dari api neraka

hendaknya dilakukan pula dengan melarang mereka dari

berbuat maksiat.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

20

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa orangtua

berkewajiban untuk mendidik anaknya serta menjaga untuk selalu

dalam ketaatan, dan melarang keluarganya untuk tidak melakukan

maksiat agar senantiasa melindungi keluarganya dari siksa api neraka.

3. Peran orang tua dalam keluarga

Secara umum orangtua berperan untuk mendidik, mengasuh,

mendampingi dan menghantarkannya sampai dewasa, sehingga

menjadi anak sehat jasmani dan rohani. Agar anak menjadi sehat

spiritualitasnya, maka banyak faktor yang mempengaruhi, baik tutur

kata maupun perilaku orangtua dan anggota keluarganya. Sebagaimana

pendapat singgih Gunarsa bahwa :

Perkembangan moral dan spiritual anak sangat dipengaruhi

oleh lingkungannya. Sejak anak pertama kali lahir atau pertama

kali mendapatkan wali legal, orang tua atau wali merupakan orang

yang paling dekat dengan anak. Karena orang tua merupakan orang

pertama yang paling dekat dengan anak, maka disinilah letak poin

penting peran orang tua dalam mendidik dan membangun nilai

moral dan spiritual pada anak.14

Pendapat Singgih Gunarsa di atas dapat disimpulkan, bahwa peran

orangtua benar-benar penting dalam menumbuh kembangkan spiritual

dan moral pada anak. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan khususnya

keluarga merupakan faktor utama dalam proses pendidikan, sebab ayah

dan ibu memiliki kedekatan secara emosional pada anak. Berikut ini

adalah hal-hal yang dapat dilakukan orangtua dalam menjalankan

perannya sebagai pendidik utama, antara lain sebagai berikut:

14 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (Jakarta: PT. BPK. Gunung

Mulia, 2008), hal. 61-62

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

21

a. Orangtua sebagai teladan bagi anggota keluarga

Maksud dari pada bagian ini keteladanan adalah tindakan atau

setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari

orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya.15 Keteladanan

menurut Heri Jauhari adalah metode pendidikan dengan cara

memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik dalam

ucapan maupun dalam perbuatan.16

Jadi, keteladanan yang dimaksud adalah sifat baik dari

seorang ayah atau ibu agar dapat ditiru dan diikuti oleh anaknya.

Adapun keteladanan yang harus diberikan kepada anak menurut

Heri Jauhari adalah : 17

1) Keteladanan dalam tutur kata

Orang tua harus memberikan tutur kata yang baik kepada

anaknya. Maksudnya adalah perkataan yang baik,

membiasakan berkata jujur, tidak mencela orang lain, berkata

sopan sesuai dalam norma-norma agama.

2) Keteladanan dalam perbuatan

Orang tua sebagai role model bagi anak-anaknya harus dapat

memberikan contoh yang baik dalam setiap perbuatannya.

Seperti anak dibiasakan untuk menolong sesama, rajin

beramal, serta giat membantu orang lain

15 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung.

Diponegoro. 1996) hal 283. 16 Heri jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2005), cet.1, h. 224 17 Ibid hal 226

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

22

Untuk itu mendidik anak dengan cara memberikan contoh

yang baik (uswah hasanah) sangat penting agar dijadikan panutan

baik dalam perkataan, sikap dan perbuatan.

b. Memberikan Bimbingan

Maksud dari Bimbingan menurut Walgito adalah

merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada

individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam

hidupnya mencapai kesejahteraan.18 Sedangkan menurut

Partowisastro, bimbingan adalah bantuan yang diberikkan kepada

seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki,

mengenal dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalannya

sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara

bertanggung jawab tanpa tergantung orang lain.19

Jadi, yang dimaksud dengan peran orangtua dalam

memberikan bimbingan adalah usaha untuk menuntun,

mengarahkan sekaligus mendampingi anak dalam hal-hal tertentu,

terutama ketika anak akan merasakan ketidak berdayaannya, atau

ketika anak mengalami suatu masalah yang dirasakannya berat.

Untuk itu kehadiran orangtua dalam membimbing anak akan

sangat berarti dan berkesan bagi diri anak-anak.

18 Bimo Walgito. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. (Yogyakarta. Andi Offset. 1989) hal 4. 19 Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan. (Surabaya. Erlangga. 1984) hal 12

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

23

C. Menumbuhkan dan Menguatkan Spiritual Anak

Ada dua hal yang akan diuraikan pada bagian ini yaitu :

1. Pengertian Spiritual

Pengertian spiritual menurut bahasa adalah berasal dari kata spirit

yang berarti jiwa atau roh. Spiritual berarti kejiwaan, rohani, batin,

mental atau moral.20 Menurut wikipedia spirit adalah hal yang

menjiwai atau prinsip vital dalam manusia dan hewan. Kata ini berasal

dari bahasa prancis kuno espirit, yang berasal dari kata latin spiritus,

artinya jiwa, keberanian, semangat, napas, dan berhubungan dengan

spirare “bernapas” 21 Jadi pengertian spiritual adalah hal-hal tentang

ruh yang menjadikan seseorang bersemangat dalam mensucikan jiwa.

Pengertian spiritual menurut istilah adalah sebagai proses

pendidikan kepribadian yang didasarkan kepada kecerdasan emosional

dan spiritual (rohaniyah ) yang bertumpu pada masalah self atau diri.22

Sedangkan Anshari dalam kamus psikologi mengatakan bahwa

spiritual adalah asumsi mengenai nilai-nilai transendental.23 Hasan al-

Bana mengatakan bahwa pendidikan spiritual adalah tarbiyah ruhiyah

yang bertujuan untuk memperkuat barisan secara ta’aruf.24 Maksudnya

adalah memperkuat jiwa dan ruh, mengantisipasi adat dan tradisi, terus

menerus dalam menjaga hubungan baik dengan Allah, dan senatiasa

20 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Desa, 2005), hal 875 21 https://id.wikipedia.org/wiki/Kerohanian#CITEREFWaaijman2000 22 Abdul Munir M. Naral Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis Pendidikan Isla. (

yogjakarta : Tiara Wacana, 2002) hal. 73 23 M. Hafi Anshori, Kamus Psikologi, (Surabaya: Usaha Kanisius, 1995), hal. 653. 24 Triyo Spuriyanto, Humanitas Spiritual Dalam Pendidikan. (Malang : UIN Malang Pres) hal.

124

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

24

memohon pertolongan dari-Nya, tanpa mengesampingkan aktivitasnya

dalam kehidupan di dunia.

Dengan kata lain spiritual adalah pendidikan berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang dilakukan secara sadar untuk

mengarahkan rohani agar tetap berjalan sesuai dengan fitrahnya yaitu

beriman kepada Allah dan mengembangakan potensi ilahiyah sampai

puncak dari keimanan kepada Allah, sehingga rohaniyah pun dapat

mendorong aktivitas fisiknya atau tindakan sehari-hari agar selalu

berjalan sesuai dengan syariat Allah.

2. Proses menumbuhkan dan menguatkan spiritual

Secara umum, menumbuhkan dan menguatkan spiritual begitu

penting bagi setiap orang, khususnya saat usia anak-anak dan remaja,

karena di usia anak-anak dan remaja daya ingat dan kecerdasan lebih

kuat dari pada orang dewasa. Menurut Moh haitami salim ada

beberapa cara dalam menumbuhkan dan menguatkan spiritual anak

dirumah yaitu : 25

a. Membaca Al-Quran

Aspek terpenting dari menumbuhkan spiritual anak

dirumah adalaah dengan cara bisa membaca Al-Quran, karena bisa

membaca Al-Quran adalah modal sangat penting bagi seorang anak

untuk bisa memahami dan melaksanakan ajaran agama.

Mengajarkan Al-Quran merupakan pendidikan dasar yang

25 Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama Dalam Keluarga (revitalisasi peran keluarga

dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter). Jogjakarta, AR-Ruzz Media.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

25

diperintahakan Raulullah SAW, dan bahkan dianjurkan sebelum

anak mengenal huruf latin lainnya.26

Cara orangtua mengajarkan Al-Quran kepada anak dirumah ada 3

yaitu :

1) Mengajarkan cara membaca yang baik dan benar

Orangtua perlu mengajarkan anaknya cara untuk membaca

Al-Quran yang baik dan benar, baik secara kefasihannya dan

secara hukumnya bacaannya. Anaak yang terbiasa membaca

Al-Quran dengan benar akan mudah untuk membaca teks-teks

arab lainnya seperti hadis. Apabila sebaliknya, jika anak sudah

terbiasa untuk tidak memperhatikan kaidah-kaidah bacaannya,

maka akan susah untuk memperbaikinya ketika dia sudah

dewasa.

2). Mendorongnya untuk menghafal ayat-ayat Al-Quran

Mendorong anak untuk menghafalkan ayat-ayat Al-Quran

terlebih surat-surat pendek seperti jus amma itu sangat penting,

karena akan menunjang untuk bacaan sholatnya. Menghafal

Al-Quran akan membantu anaknya untuk menguatkan spiritual

anak dan menjauhakan anak akan perbuatan yang buruk.

Lagipula anak yang menghafalkan Al-Quran akan berdampak

positif yaitu salah satunya adalah memperkuat daya ingat dan

kecerdasan anak dibandingkan dengan anak yang tidak

26 Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama Dalam Keluarga (revitalisasi peran keluarga

dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter). Jogjakarta, AR-Ruzz Media.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

26

menghafalkan Al-Quran. Sebab itu orangtua dianjurkan untuk

mendorong anaknya untuk menghafalkan AlQuran dan dimulai

dari surat yang mudah dan surat-surat yang familiar agar anak

mudah untuk menghafalkan-AlQuran.

3). Membiasakan mereka untuk selalu membaca Al-Quran

Bacaan yang baik dan benar akan semakin lancar juga

hafalan ayat-ayat Al-Quran yang banyak akan semakin

bertambah manakala anak sering diajak atau disuruh untuk

membacanya dirumah. Baik membacanya ketika melaksanakan

shalat ataupun diluar shalat. Rumah tangga yang dirumahnya

sering dibacakan Al-Quran maka rumah tangga akan merasa

jauh lebih tenang dan nyaman serta bisa menghindarkan rumah

tangga tersebut dari segala bentuk marabahaya ataupun

kejahatan.

Selain itu anak juga harus diyakinkan bahwa setiap

bacaanya akan mendapatkan pahala dan bisa sebagai syafaat

diakhirat kelak yang akan menolongnya nanti ketika kita

diakhirat nanti. Sebaliknya apabila rumah tangga yang tidak

pernah dibacakan ayat-ayat Al-Quran diibaratkan oleh

Rasulullah seperti kuburan.

b. Menanamkan Keyakinan (Keimanan) yang Benar

Aspek lain yang juga sangat penting diajarkan dirumah

adalah menanamkan keyakinan aqidah yang benar.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

27

Menanamkan aqidah yang benar harus sudah ditanamkan sejak

kecil agar kelak tidak mudah goyah, mudah berpaling dari

keyakinan yang dapat merusak aqidah keIslamannya, bahkan

menjadikan murtad. Menanamkan aqidah Islamiyah tidak

hanya sebatas pengertian-pengertian saja (sebatas definisi),

akan tetapai lebih kepada isinya dan membangun kesadaran

untuk mengamalkan dan menjaganya.

Dirumah, anak cukup dikenalkan dan diajarkan mengenai

aqidah Islamiyah yang dianut oleh sebagian besar umat Islam

di dunia, yaitu aqidah Islamiyah dengan paham ahlussunnah

wal jama’ah. Semntara aqidah dan pemahaman lainnya akan

diketahui anak disekolah pada jenjang pendidikan yang sudah

memadai. Pemahaman aqidah yang perlu dijelaskan orangtua

kepada anak cukup yang mendasar yaitu pemahaman tentang

rukun iman. Hal ini bertujuan untuk sebagai pengetahuan awal

dan mendasar agar anak-anak mudah dan senang untuk belajar.

Adapun keimanan yang perlu ditanamkan orangtua kepada

anak adalah : 27

1). Iman kepada Allah, yaitu meliputi Dzatnya, kekuasaan-

Nya, sifat-sifat-Nya, kemaha sempurnaan-Nya dan tentunya

ketidak samaan dengan Makhluk-Nya atau ciptaan-Nya.

27 As Said al maghribi bin, Al- Maghribi. 2008. Begini Seharusnya Mendidik Anak. Jakarta. Darul

Haq

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

28

2). Iman kepada Malaikat, yaitu meliputi tentang asal muasal

malaikat, sifat-sifat malaikat, nama-nama malaikat dan

tugas-tugas malaikat dan hikmah beriman kepada malaikat-

malaikat Allah.

3). Iman kepada kitab-kitab Allah, yaitu yang meliputi nama-

nama kitab ( Taurat, Zabur, injil dan Al-Quran, para nabi

membawanya dan mengajarklan kepada umatnya dan

hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah.

4). Iman kepada Nabi dan Rasul Allah, yaitu meliputi nama-

nama nabi dan rasul yang wajib diketahui, silsilah dan

sejarah singkatnya, ajaran yang dibawanya, mushaf atau

kitab yang dibawanya, Mukjizat (kelebihan dan

keistimewaan para nabi yang dibawanya), zaman dan umat

yang dihadapinya.

5). Iman kepada hari hari akhir, yaitu meliputi nama-nama hari

akhir, adanya perhitungan Allah, adanya pengadilan Allah,

adanya pembalasan dari Allah, adanya surga dan neraka

dan hikmah beriman kepada hari akhir.

6). Iman kepada Qada’ Qadar Allah, yaitu meliputi tentang

ketetapan Allah atas takdir yang diberikan kepada hamba-

Nya, ikhtiar hamba-Nya, doa hamba-Nya dan hikmah

beriman kepada qada’ qadar Allah.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

29

Menanamkan aqidah kepada anak haruslah bedasarkan

pengetahuan yang memadai dan benar. Apabila orangtua tidak

memiliki pengetahuan untuk itu maka, orangtua bisa

mendelegasikan kepada orang yang dianggap mampu.

Sementara orangtua cukup memberikan contoh-contoh yang

sederhana.

c. Membiasakan Ibadah Praktis

Ibadah merupakan bentuk pembuktian mengenai tingkat

keimanan seorang hamba kepada Allah. Sebab keimanan tidak

cukup hanya diyakini melalui lisan dan pengakuan, akan tetapi juga

dimalkan dalam kehiudpan sehari-hari sebagai ketaatan hamba

kepada Rabb-nya. Pembelajaran ibadah perlu ditanamkan kepada

anak sejak dini agar anak-anak selalu terbiasa melakukannya,

apabila jika sudah dewasa maka orangtua tidak perlu memrintah

kembali kepada anaknya untuk melakukan ibadah tersebut.28 Garis

besar pembelajaran ibadah praktis tersebut adalah

1). Mengajarkan Dua Kalima Syahadat

Orangtua harus menjelaskan bahwa kalima syahadat adalah

pembuktian atas ke Esaan Allah dan mengakui bahwa

Muhammad adalah utusan Allah. Mengucapkan kalima

syahadat merupakan syarat diterimanya semua amal ibadah

manusia. Tidak akan diterima ibadah manusia apabila dia

28 As Said al maghribi bin, Al- Maghribi. 2008. Begini Seharusnya Mendidik Anak. Jakarta. Darul

Haq

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

30

masih dalam keadaan belum beriman kepada Allah, salah satu

caranya adalah dengan cara mengucapkkan kalima syahadat.

2). Melatih dan Membiasakan mengerjakan Shalat

Sama halnya dengan syahadat, shalat juga merupakan

pembuktian atas keimanan seorang hamba kepada Allah.

Orangtua harus meyakinkan kepada ankanya bahwa shalat

adalah ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim. Dalam

kondisi apapun baik sakit, berperjalan jauh bahkan dalam

keadaan jihad fi sabilillah Allah tetap mewajibkan seorang

hambanya untuk melakukan ibadah shalat, karena shalat

merupakan penyampaian hajat seorang hamba kepada Allah.

Jadi yang butuh adalah seorang hamba atas kebaikan-

kebaikan Allah yang sudah Allah berikan kepada hambanya.

Tugas orangtua adalah cukup membimbing, mengawasi dan

membiasakan agar anak dirumah senang dan istiqomah dalam

melakukan hal ibadah. Peraktik pembelajaran shalat, dimulai

dari shalat wajib dengan cara selalu mengajak anak laki-laki

untuk sholat berjamaah di masjid dengan tepat waktu dan

mengajak anak perempuan shalat wajib dirumah juga dengan

tepat waktu. Selain itu juga anak diajarkan shalat-shalat

rawatib yang mu’akad (penting), yaitu 2 rakaat sebelum subuh,

2 rakaat sebelum dan sesudah shalat dzuhur, 2 rakat setelah

shalat magrib dan 2 rakaat setelat shalat isya’.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

31

3). Melatih Anak Melaksanakan Ibdah Puasa

Ibadah puasa sangat terkenal akan kegembiraan dan

kebahgiaan oleh umat muslim karena pada bulan puasa atau

disebut juga dengan bulan Ramadhan merupakan bulan yang

penuh magfirah Allah atau bulan ampunan Allah. Setiap umat

muslim berkewajiban melakukan ibadah puasa karena

merupakan perintah Allah kepada umat manusia. Umat manusia

boleh tidak melakukan ibadah puasa kecuali yang dibenarkan

oleh syara’ , dan dapat menundanya dengan melakukannya di

hari yang lain dan/atau dengan membayar fidyah, yaitu memberi

makan fakir miskin sebanyak yang ditentukan.

Ibadah puasa ini orangtua tidak bisa langsung memerintahkan

anaknya untuk melakukan puasa penuh mulai dari waktu yang

ditentukan hingga waktu berbuka terlebih ibadah puasa ramadhan.

Orangtua harus melatih terlebih dahulu mulai dari puasa setengah

hari, disiang hari anak di izinkan untuk makan dan minum kemudian

melakukan puasa lagi sampai waktu berbuka. Anak terus dilatih

seperti itu hingga dia mampu untuk melaksanakan ibadah puasa

secara penuh. Orangtua boleh memberikan hadiah kepada anak agar

anak selalu bersemangat dalam melakukan ibadah puasa.

4). Membiasakan Anak Berzakat (Suka Bersadaqah dan Berinfak)

Orang tua harus memahamkan kepada anak bahwa pada

harta kita terdapat hak orang lain yaitu orang fakir, miskin,

anak yatim, dan orang-orang yang berhak lainnya. Yang harus

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

32

dikeluarkan jika sudah sampai waktunya dan jumlah yang

ditentukan. Hikmah orangtua mengajarkan untuk zakat, infaq

dan bersadaqah adalah untuk menumbuhkan perasaan empati,

belas kasih dan memberikan pertolongan kepada orang yang

membutuhkan. Apabila orangtua selalu melatih anak untuk

zakat, infaq dan sadaqah maka muncul dalam diri anak sebagai

jiwa yang ramah, kasih sayang dan penuh kelemah lembutan

yang terbentuk dalam perbuatannya. Dengan demikian anak

tidak akan menjadi kikir dan pelit dalam berbagi kepada orang

yang membutuhkan29

5). Menanamkan Semangat Anak Untuk Berhaji Ke Baitullah

Selain zakat, infaq, dan shadaqah orang tua dapat

menanamkan rasa semangat kepada anak untuk pergi berhaji ke

Baitullah. Oleh karena itu, setiap muslim harus memiliki cita-cita

atau keinginan untuk dapat melaksanakan ibadah haji ke

Baitullah di Makkah. Setiap orang yang memiliki keinginan kuat

untuk melaksanakan haji, tentu akan berusaha menyiapkan

dirinya agar memiliki kemampuan, baik secara ekonomi, yaitu

memiliki keuangan yang cukup untuk pergi dan yang

ditinggalkan, maupun kesehatan, dan pengetahuan yang

diperlukan untuk ibadah itu, sekalipun biasanya dibimbing oleh

petugas haji. Kewajiban orang tua adalah menumbuhkan

29 https://kissparry.com/2018/06/15/inilah-manfaat-infaq-dan-sodaqoh/ diakses pada tanggal 10

oktber 2019 pada pukul 10.20

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

33

keinginan untuk haji pada anak-anaknya sehingga mereka

terdorong untuk giat bekerja, belajar, dan ingin tumbuh menjadi

sehat agar kelak bisa pergi ke tanah suci menunaikan ibadah haji.

d. Membentuk Akhlak Terpuji (akhlak mulia)

Membentuk akhlak terpuji merupakan tugas yang harus

dilakukan setiap orangtua kepada anak. Karena prilaku orangtua,

ucapan orangtua, kebiasaan orangtua, akan sebagai role model bagi

seorang anak. Terjadinya role model orangtua kepada anak adalah

karena orangtua sebagai pendidikan pertama yang dilihat dan

ditirukan seorang anak maka, orangtua harus menjadi role model

yang baik bagi anak-anaknya. Sebagai role model Orangtua cukup

mengajarkan hal-hal yang sederhana dan yang sering dilakukan

oleh setiap manusia contoh :30

1. Bertutur kata yang baik

2. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih mudah.

3. Berbuat baik kepada siapapun tidak memandang agama, ras, dan

budaya.

4. Menghargai perbedaan orang lain.

Pembinaan akhlak hendaknya dimulai dari masa kanak-

kanak, bahkan para ahli pendidikan menyatakan karena pembinaan

itu bagian dari proses pendidikan, harus dimulai dari masa

prakonsepsi, dilanjutkan pada masa pranatal, usia anak-anak,

30 Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama Dalam Keluarga (revitalisasi peran keluarga

dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter). Jogjakarta, AR-Ruzz Media.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

34

remaja bahkan sampai dewasa. Pembinaan akahlak pada setiap fase

itu dilakukan dengan pendekatan, metodologi dan materi yang

sesuai dengan fase perkembangan kejiwaan dan pertumbuhannya.31

e. Mengajarkan Semangat Pluralitas

Maksud mengajarkan semnagat pluralitas adalah orangtua

mengajarkan kepada anaknya bahwa manusia hidup tidak hanya sebagai

makhluk individual melainkan juga makhluk sosial, dimana manusia

selalu berinterkasi dan saling memberikan pengaruh satu sama lainnya.32

Orangtua harus mengajarakan kepada anak bahwa dalam berkehidupan

bermasyarakat perlunya untuk mengerti makna pluralitas. Makna

pluralitas adalah menghormati keberanekaragaman manusia ditengah-

tengah masyarakat sekitar. Keberanekaragaman ini meliputi :33

1. Memahami perbedaan sebagai sebuah keniscayaan

2. Memahami keragaman etnik, bahasa dan warna kulit sebagai

anugrah tuhan.

3. Memahami keragaman etnik, bahasa dan warna kulit dan adat

budaya sebagai kekayaaan khazanah bangsa.

4. Memahami keragaman etnik, bahasa dan warna kulit dan adat

budaya yang dimiliki sebagai identitas diri untuk saling

mengenal dan berlomba melakukan kebaikan.

31 Salim, Moh. Haitami. 2012. Modul : Akhlak (Membentuk Akhlak Terpuji). Pontianak : STAIN

Pontianak Press. 32 https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme_agama diakses pada tanggal 10 oktber 2019 pada pukul

13.20 33 Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama Dalam Keluarga (revitalisasi peran keluarga

dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter). Jogjakarta, AR-Ruzz Media.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

35

5. Memahami agama yang dianut sebagai pilihan keyakinan yang

paling benar dan sebagai hak asasi yang mendasar.

Berdasarkan nilai-nilai pluralitas diatas, pendidikan

mengenai semangat pluralitas menjadi sangat penting untuk

ditanamkan kepada anak-anak sejak dini dirumah. Semnagat

pluralitas yang diajarkan kepada anak harus diikat dengan aqidah

agama yang kuat sehingga nilai-nilai kebersamaan dalam

keberagaman tidak mencabut keyakinan dan kepercayaan dalam

beragama.

D. Faktor-faktor Penghambat dalam Menumbuhkan Spiritual

Ada dua faktor yang melatar belakangi hambatan dalam menumbuhkan

spiritual, yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri manusia itu

sendiri. Seperti rasa malas dan kurangnya motivasi diri dari anak.

Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Malas adalah suatu perasaan di mana seseorang akan enggan

melakukan sesuatu karena dalam pikirannya sudah memiliki

penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hal

tersebut.34 Ada beberapa penyebab malas diantaranya :

34 Gleger, Masalah Kejiwaan. Diakses pada tanggal 13 oktober 2019 dari :

https://glegers.wordpress.com/tag/sifat-malas/

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

36

1) Tidak adanya tujuan. Maksud dari tidak adanya tujuan adalah

tidak adanya sebuah keinginan, harapan untuk kita tuju yang

mana akan mendorong seseorang untuk bertekad dalam meraih

keinginan dan sebuah harapan. Apabila hidup seseorang yang

tidak mempunyai tujuan, keinginan, dan harapan, maka orang

tersebut akan menjadi malas.

2) Kurangnya kesadaran diri. Maksud dari kurangnya kesadaran

diri adalah kurangnya sebuah tanggung jawab atas kewajiban

yang seharusnya dilakukan.

3) Tidak disiplin dalam hidup. Maksud dari tidak disiplin dalam

hidup adalah tidak kesediaan seseorang untuk melakukan

sebuah aturan atau norma-norma hidup sehingga

mengakibatkan seseorang untuk hidup seenaknya tanpa

menghiraukan peraturan dan norma-norma yang berlaku.

4) Ketertarikan berlebih terhadap sesuatu. Maksud dari

ketertarikan berlebih terhadap sesuatau adalah fokus hanya

pada satu hal yang ia sukai atau yang ia gemari yang

menyebabkan seseorang enggan melakukan hal yang lain,

itulah penyebab seseorang malas melakukan hal-hal yang lain

yang lebih bermanfaat.35

35 Lia. Gaya hidup ( 9 Penyebab Rasa Malasa dalam Diri) https://cintalia.com/gaya-

hidup/penyebab-rasa-malas diakses pada tanggal 18 Nov 2019

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

37

Solusi untuk mencegah rasa malas yaitu :

1) Mempunyai tujuan yang jelas atau menggapai cita-cita

2) Adanya kesadaran dalam diri sendiri

3) Mendisiplinkan kehidupan sehari-hari

4) Sadar dan keluar dari zona nyaman.36

b. Rendahnya motivasi adalah tidak adanya dukungan dari diri sendiri

(Intrinsik) dan lingkungan sekitar (ekstrinsik) untuk mencapai

tujuan tertentu.

Ada dua faktor penyebab rendahnya motivasi yaitu :

1) Faktor intrinsik (faktor yang bersumber pada diri sendiri) yaitu :

a) Rendahnya tingkat kecerdasan seseorang. Yang dimaksud

dengan rendahnya tingkat kecerdasan seseorang adalah

kurangnya pemahaman seseorang mengenai ilmu yang bisa

menyebabkan keputusasaan seseorang dalam menyikapi

suatu masalah.

b) Rendahnya tingkat kesehatan seseorang. Apabila kesehatan

seseorang rendah, maka akan mempengaruhi rasa semangat,

kinerja otak dan melakukan aktivitas lainnya akan terasa

berat.

c) Rendahnya rasa semangat dalam mencapai tujuan. Maksud

dari rendahnya rasa semangat dalam mencapai tujuan adalah

hilangnya sebuah harapan atas mencapai sebuah tujuan, yang

36Musbikin,Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar Ya. Yogyakarta: DIVA Press.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

38

pada akhirnya menyebabkan seseorang malas untuk

menggapai tujuan tersebut.37

2) Faktor ekstrinsik ( faktor yang bersumber dari luar individu)

a) Rendahnya dukungan dari orang-orang terdekat seperti

keluarga, teman dan lingkungan masyarakat. Maksud dari

rendahnya dukungan dari orang-orang terdekat adalah tidak

adanya sebuah dorongan atau support dari orang-orang

terdekat yang menyebabkan seseorang malas atau enggan

melakukan suatu hal.

b) Faktor bullying terhadap seseorang. Maksud dari faktor

bullying adalah seseorang yang selalu di ejek atau dihina

sehingga menyebabkan seseorang merasa malu akan

melakukan suatu hal.

c) Tidak ada fasilitas dalam menunjang semangat motivasi

seseorang, seperti kekurangan ekonomi. Faktor kurangnya

ekonomi adalah salah satu penyebab seseorang akan

mengurungkan sebuah harapan dan cita-citanya, karena uang

adalah salah satu bentuk sebuah dukungan, jika sebuah

duikungan itu tidak ada, maka terkikislah sebuah harapan.38

Solusi dalam meningkatkan motivasi seseorang ada dua yaitu:

37 Rahmi, Aulia. 2015. Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Tidak diterbitkan.

PPS UNP. 38 Rahmi, Aulia. 2015. Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Tidak diterbitkan.

PPS UNP.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

39

3) Faktor interen

a) Meningkatkan kecerdasan

b) Mencukupi gizi kesehatan anak

c) Merangsang rasa semanagat

4) Faktor eksteren

a) Memberikan dukungan yang kuat

b) Saling menguatkan dalam meningkatkan motivasi seseorang

c) Memberikan fasilitas penunjang dalam meningkatkan

motivasi seseorang39

Disimpulkan bahwa faktor internal yang terdiri malas dan kurangnya

motivasi dapat mempengaruhi dalam menumbuhkan spiritual siswa.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan sesuatu yang terjadi pada lingkungan

sekitar yang mempengaruhi dampak pada pada pribadi seseorang.

Faktor Eksternal meliputi :

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi dalam

menumbuhkan spiritual anak, karena orangtua adalah role model

pertama bagi anak dalam menumbuhkan spirituak anak. Ada

beberapa penyebab faktor penghambat dalam menumbuhkan

spiritual anak dalam keluarga yaitu :

39 Dalyono, Muhammad.. 2004 Belajar dan Pembelajaran. Semarang. IKIP Semarang Press, hal

230

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

40

1) Minimnya perhatian orangtua. Maksud minimnya perhatian

orangtua adalah sikap orangtua yang selalu sibuk dalam

pekerjaan yang tidak menghiraukan keluhan atau tidak

adanya rewad orangtua terhadap anak atas prestasi yang di

capai.

2) Minimnya Ilmu agama orangtua sehingga tidak bisa

disampaikan kepada anak. Maksdunya adalah orangtua tidak

mempunyai ilmu agama untuk disampaikan kepada anaknya,

bagaimana orangtua mempunyai keinginan anaknya untuk

menjadi seseorang yang baik kalau orangtuanya tidak

mempunyai ilmu untuk mengajarkan kepada anaknya.

3) Figur orangtua yang kurang baik. Maksud dari figur orangtua

yang kurang baik adalah orang tua tidak bisa memberikan

contoh yang baik kepada anaknya sehingga anak melakukan

atau mengikuti apa yang dilakukan oleh orangtuanya40

Solusi untuk mencegah penghambat dalam menumbuhkan

spiritual anak dalam keluarga :

1) Orangtua selalu memberikan perhatian kepada anak

2) Menperdalam ilmu agama

3) Orangtua selalu memberikan figur yang baik terhadap

anak41

40 K. M. Banham Bridges. 1927. Factors Contributing to Juvenile Delinquency. Vol. 4, No. 4,

Journal of Criminal Law and Criminology. 1927. Hal. 532-535 41 Ibid. Hal. 533

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

41

b. Lingkungan sekolah

Sekolah adalah tempat belajar, bahwa sekolah akan

mengajarkan pendidikan agama sesuai dengan kurikulum

pemerintah dan di dukung oleh guru yang prefesional. Jika

lingkungan sekolah tidak memberikan pendidikan yang baik

dalam menumbuhkan spiritual, maka anak tersebut tidak akan

belajar dengan baik mengenai agamanya. Ada beberapa

penyebab faktor penghambat dalam menumbuhkan spiritual

anak di sekolah yaitu :

1) Figur pendidikan yang buruk. Maksud dari figur pendidikan

yang buruk adalah seorang guru tidak memberikan contoh

atau memberikan prilaku yang baik kepada muridnya. Guru

itu “digugu lan ditiru” maksudnya adalah segala sesuatau

yang disampaikannya dipercaya dan diyakini kebenarannya

dan diikutri segala bentuk prilakunya. Apabila seorang guru

tidak bisa memberikan contoh prilaku yang baik, maka

seorang murid tidak bisa berprilaku yang baik dan benar.

2) Teman sekolah yang buruk. Maksud dari teman sekolah

yang buruk adalah teman yang memberikan sikap atau

contoh-contoh prilaku yang kurang baik. Prilaku baik atau

prilaku buruk seorang anak bisa ditentukan melalui dengan

siapa di bergaul dan bersahabat, karena seorang sahabat bisa

menentukan baik buruknya seorang anak.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

42

3) Minimnya fasilitas sekolah. Maksud dari minimnya fasilitas

sekolah adalah tidak adanya fasilitas yang menunjang.

Seperti praktik sholat harus adanya mushola, atau praktik

jenzah yang membutuhkan anatomi tubuh dan lain

sebagainya.42

Solusi untuk mencegah penghambat dalam menumbuhkan

spiritual anak di sekolah :

1) Guru harus memberikan figur pendidikan yang baik.

2) Memilih teman yang baik

3) Menambah fasilitas dalam menunjang menumbuhkan

spiritual anak.

4) Pindah sekolah.43

c. Masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah salah satu faktor eksternal yang

bisa mempengaruhi anak dalam menumbuhkan spiritual.

Masyarakat yang baik prilakunya dan peribadatannya akan

memberikan contoh yang baik kepada peserta didik atau yang

perlu diberi contoh yang lebih muda dan mengajarkannya sesuai

dengan peritah Allah dan Rasulnya. Jika masyarakat yang

latarbelakngnya orang-orang yang tidak baik, maka anak-anak

akan dipengaruhi untuk bermaksiat dan tidak akan pernah

belajar tentang agama. Ada dua penyebab faktor penghambat

42 Ibid hal 534 43 Ibid hal 534

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitihan Terdahulu No Nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/BAB II.pdf · kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya)

43

dalam menumbuhkan spiritual anak di lingkungan masyarakat

yaitu :

1) Pengaruh buruk kelompok atau gang. Maksud dari pengaruh

buruk kelompok atau gang adalah sekumpulan seseorang yang

akan memberikan pengaruh kurang baik terhadap anak yang

akan menghambat dalam menumbuhkan spiritual anak.

2) Rendahnya SDM masyarakat. Maksud dari rendahnya SDM

masyarakat adalah kehidupan masyarakat hanya sebatas

mencari uang untuk kehidupan sehari-hari. Mereka hanya

mengedepankan mata pencarian yang paling penting dan

menyampinkan ilmu agama dan beranggapan ilmu agama

tidak terlalu penting untuk di pelajari setiap hari.

3) Tidak adanya ulama’ atau tokoh agama. Maksud dari tidak

adanya ulama’ adalah tidak adanya orang ahli ilmu agama atau

ustad yang mengajarkan ilmu agama, yang menyebabkan faktor

penghambat dalam menumbuhkan spiritual anak.44

Solusi untuk mencegah penghambat dalam menumbuhkan

spiritual anak di lingkungan masyarakat yaitu :

1) Menghindari gang atau kelompok yang berpengaruh buruk.

2) Mendatangkan ulama’ atau tokoh agama

3) Pindah lingkungan masyarakat45

44 45 Ibid hal 534