bab ii tinjauan pustaka a. penelitihan terdahulu no nim ...eprints.umm.ac.id/60341/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitihan Terdahulu
Berikut adalah paparan beberapa penelitihan terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, antara lain :
No Nim Nama Universitas Judul Kesamaan Perbedaan
1 09480057 AHMAD
IHSANUDIN
UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Peran Orangtua Dalam
Membentuk
Religiusitas Anak
Berprestasi Di SD
Negri Panjatan Kulon
Progo
a. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan
bahwa peran orangtua
sangat penting dalam
menumbuhkan spiritual
anak.
b. Materi yang dijelaskan
seputar peran orangtua
dalam membentuk
religiusitas anak hanya
bimbingan ibadah dan
contoh-contoh
a. Materi peran orangtua
dalam menumbuhkan
spiritual seputar
bimbingan orangtua,
tauladan orangtua, dan
penguatan orangtua
terhadap anak dalam
menumbuhkan
spiritual.
b. Penelitian di lakukan di
Sekolah Dasar (SD)
2 13204111
79
SITI
NURUSHOL
IHAH
UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Peran Orangtua Dalam
Pendidikan Agama
Islam Terhadap Anak
Tunagrahita
Tingkat SMALB di
a. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan
bahwa peran orangtua
memberikan dukungan
dan tanggung jawab
a. Guru lebih dominan
dalam menumbuhkan
spiritual anak dari pada
orangtua, karena
menumbuhkan spiritual
15
16
No Nim Nama Universitas Judul Kesamaan Perbedaan
SLB Negri 1 Sleman
Yogyakarta
dalam menumbuhkan
spiritual siswa.
siswa pada anak
berkebutuhan khusus
lebih dibutuhkan
pengajaran yang
berbeda sesuai dengan
kemampuan masing-
masing anak.
b. Penelitian di lakukan di
SMALB di SLB Negri
1 Sleman Yogyakarta.
3 12110102
12
RIKA
ARMIYANT
I
UIN Raden
Intan
Lampung
Peranan Orang Tua
dalam Membina
Kecerdasan Spiritual
Anak Dalam Keluarga
di Desa Hujung
Kecamatan Belalau
Kabupaten Lampung
Barat
a. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan
bahwa peran orangtua
sebagai membina dan
pembimbing sangat
dibutuhkan dalam
menumbuhkan spiritual
siswa.
a. Kajian pustaka
Penelitihan hanya
seputar peran orangtua
dan pengertian
spiritual. Tidak
dijelaskan cara
menumbuhkan dan
menguatkan spiritual
anak.
b. Objek Penelitihan
dikhususkan hanya usia
7-14 tahun.
16
17
B. Pembahasan Orang Tua dan Ruang Lingkup
1. Pengertian Orang Tua
Ada dua hal yang akan dibicarakan pada bagian ini yaitu :
a. Pengertian orang tua menurut bahasa adalah ayah ibu
kandung (orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli,
dan sebagainya). orang-orang yang dihormati (disegani).8 Dalam
Nesmith Library orang tua secara bahasa diartikan ayah atau ibu
biologis anak atau wali legal yang terikat secara hukum dan sosial
dengan anak.9 Jadi pengertian orang tua menurut bahasa adalah
ayah atau ibu kandung yang telah melahirkan kita melalui
hubungan biologis.
b. Pengertian orang tua menurut istilah adalah ikatan laki‐laki dengan
Perempuan berdasarkan hukum dan undang‐undang perkawinan yang
sah dengan identik selalu memberikan bimbingan kepada anak-anak
dalam lingkungan keluarga.10 Menurut pengertian lain orang tua
adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga.11
8 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online 9 Nesmith Library, Definition of Parent, Guardian and Caregiver, diakses pada 9 Desember 2018
dari:
https://nesmithlibrary.org/sites/nesmithlibrary.org/files/attachments/Definition%20of%20Parent%
20Guardian%20and%20Caregiver.pdf. 10 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal. 318 11 Pengertian orang tua serta tanggung jawabnya terhadap anak
http://news.rakyatku.com/read/47833/2017/05/06/pengertian-orang-tua-serta-tanggung-jawabnya-
terhadap-anak diakses pada kamis tanggal 08-November-2018 pukul : 22.27
18
Jadi pengertian orang tua adalah suatu ikatan laki‐laki
dengan perempuan berdasarkan hukum dan undang‐undang
perkawinan yang sah atau wali non biologis anak yang legal di
mata sosial dan huku yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk
mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk
siap dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Orang Tua sebagai Pendidik Kodrati
Pendidik kodrati adalah orang yang memang secarah fitrahnya
mempunyai kewajiban atau panggilan untuk mendidik. Orang tua bisa
juga sebagai pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak mereka, dari
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Oleh karena itu, bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.12 Hal ini
dapat dipahami dari firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6:
ا أنفسكم وأهلي أيها ٱلذين ءامنوا قو ارا ن م ك ي
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”. (Q.S. At-Tahrim/66: 6)
Ayat diatas ditafsiri dalam tafsir Ibnu Katsir (4/391) yang dikutib
oleh Syamsudin Lahanufi yaitu :13
a. Membekali anggota keluarga dengan ilmu
Ilmu merupakan perkara yang sangat penting dan dipentingkan
oleh Islam, karena Ilmu merupakan poros dan asas kebaikan.
12 Drajat dkk. Pendidikan Kodrat. (1992) hal 35. dikutip oleh Moh. Haitami Salim. Pendidikan
Agama Dalam Keluaraga. (Jogjakarta. AR-Ruzz Media. 2013.) Hal 155. 13 Lahanufi, Syamsudin. 2019. Jagalah Dirimu dan Kelauargamu dari Api Neraka. Diakses pada
tanggal 13 Oktober 19. https://wahdah.or.id/jagalah-dirimu-dan-keluargamu-dari-api-neraka/.
19
dengan ilmu seseorang mengetahui tujuan hidup dan
keberadannya di dunia yang fana ini dengan ilmu juga
seseorang mengelola dan menjalani hidupnya di dunia ini
dengan benar sesuai petunjuk allah dan Rasul-Nya.
Jadi, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam
mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.
Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa menemupuh jalan untuk mencari ilmu,
maka dengan itu Allah mudahkan baginya jalan menuju surga”
(terj. HR. Muslim). Dimudahkan masuk surga mengandung
makna dijauhkan dari neraka.
b. Mengajak anggota keluarga dalam ketaatan
Upaya selanjutnya dalam rangka melindungi diri dan keluarga
dari apai neraka adalah senantiasa melakukan ketaan kepada
Allah dan meninggalkan maksiat dan menyuruh mereka untuk
melakukan hal itu. Karena makna, “peliharalah dirimu dari api
neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah dan tinggalkan
maskiat kepada-Nya”
c. Menjaga Anggota keluarga dari perbuatan maksiat
Upaya melindungi dan membentengi diri dari api neraka
hendaknya dilakukan pula dengan melarang mereka dari
berbuat maksiat.
20
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa orangtua
berkewajiban untuk mendidik anaknya serta menjaga untuk selalu
dalam ketaatan, dan melarang keluarganya untuk tidak melakukan
maksiat agar senantiasa melindungi keluarganya dari siksa api neraka.
3. Peran orang tua dalam keluarga
Secara umum orangtua berperan untuk mendidik, mengasuh,
mendampingi dan menghantarkannya sampai dewasa, sehingga
menjadi anak sehat jasmani dan rohani. Agar anak menjadi sehat
spiritualitasnya, maka banyak faktor yang mempengaruhi, baik tutur
kata maupun perilaku orangtua dan anggota keluarganya. Sebagaimana
pendapat singgih Gunarsa bahwa :
Perkembangan moral dan spiritual anak sangat dipengaruhi
oleh lingkungannya. Sejak anak pertama kali lahir atau pertama
kali mendapatkan wali legal, orang tua atau wali merupakan orang
yang paling dekat dengan anak. Karena orang tua merupakan orang
pertama yang paling dekat dengan anak, maka disinilah letak poin
penting peran orang tua dalam mendidik dan membangun nilai
moral dan spiritual pada anak.14
Pendapat Singgih Gunarsa di atas dapat disimpulkan, bahwa peran
orangtua benar-benar penting dalam menumbuh kembangkan spiritual
dan moral pada anak. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan khususnya
keluarga merupakan faktor utama dalam proses pendidikan, sebab ayah
dan ibu memiliki kedekatan secara emosional pada anak. Berikut ini
adalah hal-hal yang dapat dilakukan orangtua dalam menjalankan
perannya sebagai pendidik utama, antara lain sebagai berikut:
14 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (Jakarta: PT. BPK. Gunung
Mulia, 2008), hal. 61-62
21
a. Orangtua sebagai teladan bagi anggota keluarga
Maksud dari pada bagian ini keteladanan adalah tindakan atau
setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari
orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya.15 Keteladanan
menurut Heri Jauhari adalah metode pendidikan dengan cara
memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik dalam
ucapan maupun dalam perbuatan.16
Jadi, keteladanan yang dimaksud adalah sifat baik dari
seorang ayah atau ibu agar dapat ditiru dan diikuti oleh anaknya.
Adapun keteladanan yang harus diberikan kepada anak menurut
Heri Jauhari adalah : 17
1) Keteladanan dalam tutur kata
Orang tua harus memberikan tutur kata yang baik kepada
anaknya. Maksudnya adalah perkataan yang baik,
membiasakan berkata jujur, tidak mencela orang lain, berkata
sopan sesuai dalam norma-norma agama.
2) Keteladanan dalam perbuatan
Orang tua sebagai role model bagi anak-anaknya harus dapat
memberikan contoh yang baik dalam setiap perbuatannya.
Seperti anak dibiasakan untuk menolong sesama, rajin
beramal, serta giat membantu orang lain
15 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung.
Diponegoro. 1996) hal 283. 16 Heri jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2005), cet.1, h. 224 17 Ibid hal 226
22
Untuk itu mendidik anak dengan cara memberikan contoh
yang baik (uswah hasanah) sangat penting agar dijadikan panutan
baik dalam perkataan, sikap dan perbuatan.
b. Memberikan Bimbingan
Maksud dari Bimbingan menurut Walgito adalah
merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam
hidupnya mencapai kesejahteraan.18 Sedangkan menurut
Partowisastro, bimbingan adalah bantuan yang diberikkan kepada
seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki,
mengenal dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalannya
sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa tergantung orang lain.19
Jadi, yang dimaksud dengan peran orangtua dalam
memberikan bimbingan adalah usaha untuk menuntun,
mengarahkan sekaligus mendampingi anak dalam hal-hal tertentu,
terutama ketika anak akan merasakan ketidak berdayaannya, atau
ketika anak mengalami suatu masalah yang dirasakannya berat.
Untuk itu kehadiran orangtua dalam membimbing anak akan
sangat berarti dan berkesan bagi diri anak-anak.
18 Bimo Walgito. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. (Yogyakarta. Andi Offset. 1989) hal 4. 19 Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan. (Surabaya. Erlangga. 1984) hal 12
23
C. Menumbuhkan dan Menguatkan Spiritual Anak
Ada dua hal yang akan diuraikan pada bagian ini yaitu :
1. Pengertian Spiritual
Pengertian spiritual menurut bahasa adalah berasal dari kata spirit
yang berarti jiwa atau roh. Spiritual berarti kejiwaan, rohani, batin,
mental atau moral.20 Menurut wikipedia spirit adalah hal yang
menjiwai atau prinsip vital dalam manusia dan hewan. Kata ini berasal
dari bahasa prancis kuno espirit, yang berasal dari kata latin spiritus,
artinya jiwa, keberanian, semangat, napas, dan berhubungan dengan
spirare “bernapas” 21 Jadi pengertian spiritual adalah hal-hal tentang
ruh yang menjadikan seseorang bersemangat dalam mensucikan jiwa.
Pengertian spiritual menurut istilah adalah sebagai proses
pendidikan kepribadian yang didasarkan kepada kecerdasan emosional
dan spiritual (rohaniyah ) yang bertumpu pada masalah self atau diri.22
Sedangkan Anshari dalam kamus psikologi mengatakan bahwa
spiritual adalah asumsi mengenai nilai-nilai transendental.23 Hasan al-
Bana mengatakan bahwa pendidikan spiritual adalah tarbiyah ruhiyah
yang bertujuan untuk memperkuat barisan secara ta’aruf.24 Maksudnya
adalah memperkuat jiwa dan ruh, mengantisipasi adat dan tradisi, terus
menerus dalam menjaga hubungan baik dengan Allah, dan senatiasa
20 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Desa, 2005), hal 875 21 https://id.wikipedia.org/wiki/Kerohanian#CITEREFWaaijman2000 22 Abdul Munir M. Naral Spiritual Pendidikan Solusi Problem Filosofis Pendidikan Isla. (
yogjakarta : Tiara Wacana, 2002) hal. 73 23 M. Hafi Anshori, Kamus Psikologi, (Surabaya: Usaha Kanisius, 1995), hal. 653. 24 Triyo Spuriyanto, Humanitas Spiritual Dalam Pendidikan. (Malang : UIN Malang Pres) hal.
124
24
memohon pertolongan dari-Nya, tanpa mengesampingkan aktivitasnya
dalam kehidupan di dunia.
Dengan kata lain spiritual adalah pendidikan berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dilakukan secara sadar untuk
mengarahkan rohani agar tetap berjalan sesuai dengan fitrahnya yaitu
beriman kepada Allah dan mengembangakan potensi ilahiyah sampai
puncak dari keimanan kepada Allah, sehingga rohaniyah pun dapat
mendorong aktivitas fisiknya atau tindakan sehari-hari agar selalu
berjalan sesuai dengan syariat Allah.
2. Proses menumbuhkan dan menguatkan spiritual
Secara umum, menumbuhkan dan menguatkan spiritual begitu
penting bagi setiap orang, khususnya saat usia anak-anak dan remaja,
karena di usia anak-anak dan remaja daya ingat dan kecerdasan lebih
kuat dari pada orang dewasa. Menurut Moh haitami salim ada
beberapa cara dalam menumbuhkan dan menguatkan spiritual anak
dirumah yaitu : 25
a. Membaca Al-Quran
Aspek terpenting dari menumbuhkan spiritual anak
dirumah adalaah dengan cara bisa membaca Al-Quran, karena bisa
membaca Al-Quran adalah modal sangat penting bagi seorang anak
untuk bisa memahami dan melaksanakan ajaran agama.
Mengajarkan Al-Quran merupakan pendidikan dasar yang
25 Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama Dalam Keluarga (revitalisasi peran keluarga
dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter). Jogjakarta, AR-Ruzz Media.
25
diperintahakan Raulullah SAW, dan bahkan dianjurkan sebelum
anak mengenal huruf latin lainnya.26
Cara orangtua mengajarkan Al-Quran kepada anak dirumah ada 3
yaitu :
1) Mengajarkan cara membaca yang baik dan benar
Orangtua perlu mengajarkan anaknya cara untuk membaca
Al-Quran yang baik dan benar, baik secara kefasihannya dan
secara hukumnya bacaannya. Anaak yang terbiasa membaca
Al-Quran dengan benar akan mudah untuk membaca teks-teks
arab lainnya seperti hadis. Apabila sebaliknya, jika anak sudah
terbiasa untuk tidak memperhatikan kaidah-kaidah bacaannya,
maka akan susah untuk memperbaikinya ketika dia sudah
dewasa.
2). Mendorongnya untuk menghafal ayat-ayat Al-Quran
Mendorong anak untuk menghafalkan ayat-ayat Al-Quran
terlebih surat-surat pendek seperti jus amma itu sangat penting,
karena akan menunjang untuk bacaan sholatnya. Menghafal
Al-Quran akan membantu anaknya untuk menguatkan spiritual
anak dan menjauhakan anak akan perbuatan yang buruk.
Lagipula anak yang menghafalkan Al-Quran akan berdampak
positif yaitu salah satunya adalah memperkuat daya ingat dan
kecerdasan anak dibandingkan dengan anak yang tidak
26 Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama Dalam Keluarga (revitalisasi peran keluarga
dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter). Jogjakarta, AR-Ruzz Media.
26
menghafalkan Al-Quran. Sebab itu orangtua dianjurkan untuk
mendorong anaknya untuk menghafalkan AlQuran dan dimulai
dari surat yang mudah dan surat-surat yang familiar agar anak
mudah untuk menghafalkan-AlQuran.
3). Membiasakan mereka untuk selalu membaca Al-Quran
Bacaan yang baik dan benar akan semakin lancar juga
hafalan ayat-ayat Al-Quran yang banyak akan semakin
bertambah manakala anak sering diajak atau disuruh untuk
membacanya dirumah. Baik membacanya ketika melaksanakan
shalat ataupun diluar shalat. Rumah tangga yang dirumahnya
sering dibacakan Al-Quran maka rumah tangga akan merasa
jauh lebih tenang dan nyaman serta bisa menghindarkan rumah
tangga tersebut dari segala bentuk marabahaya ataupun
kejahatan.
Selain itu anak juga harus diyakinkan bahwa setiap
bacaanya akan mendapatkan pahala dan bisa sebagai syafaat
diakhirat kelak yang akan menolongnya nanti ketika kita
diakhirat nanti. Sebaliknya apabila rumah tangga yang tidak
pernah dibacakan ayat-ayat Al-Quran diibaratkan oleh
Rasulullah seperti kuburan.
b. Menanamkan Keyakinan (Keimanan) yang Benar
Aspek lain yang juga sangat penting diajarkan dirumah
adalah menanamkan keyakinan aqidah yang benar.
27
Menanamkan aqidah yang benar harus sudah ditanamkan sejak
kecil agar kelak tidak mudah goyah, mudah berpaling dari
keyakinan yang dapat merusak aqidah keIslamannya, bahkan
menjadikan murtad. Menanamkan aqidah Islamiyah tidak
hanya sebatas pengertian-pengertian saja (sebatas definisi),
akan tetapai lebih kepada isinya dan membangun kesadaran
untuk mengamalkan dan menjaganya.
Dirumah, anak cukup dikenalkan dan diajarkan mengenai
aqidah Islamiyah yang dianut oleh sebagian besar umat Islam
di dunia, yaitu aqidah Islamiyah dengan paham ahlussunnah
wal jama’ah. Semntara aqidah dan pemahaman lainnya akan
diketahui anak disekolah pada jenjang pendidikan yang sudah
memadai. Pemahaman aqidah yang perlu dijelaskan orangtua
kepada anak cukup yang mendasar yaitu pemahaman tentang
rukun iman. Hal ini bertujuan untuk sebagai pengetahuan awal
dan mendasar agar anak-anak mudah dan senang untuk belajar.
Adapun keimanan yang perlu ditanamkan orangtua kepada
anak adalah : 27
1). Iman kepada Allah, yaitu meliputi Dzatnya, kekuasaan-
Nya, sifat-sifat-Nya, kemaha sempurnaan-Nya dan tentunya
ketidak samaan dengan Makhluk-Nya atau ciptaan-Nya.
27 As Said al maghribi bin, Al- Maghribi. 2008. Begini Seharusnya Mendidik Anak. Jakarta. Darul
Haq
28
2). Iman kepada Malaikat, yaitu meliputi tentang asal muasal
malaikat, sifat-sifat malaikat, nama-nama malaikat dan
tugas-tugas malaikat dan hikmah beriman kepada malaikat-
malaikat Allah.
3). Iman kepada kitab-kitab Allah, yaitu yang meliputi nama-
nama kitab ( Taurat, Zabur, injil dan Al-Quran, para nabi
membawanya dan mengajarklan kepada umatnya dan
hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah.
4). Iman kepada Nabi dan Rasul Allah, yaitu meliputi nama-
nama nabi dan rasul yang wajib diketahui, silsilah dan
sejarah singkatnya, ajaran yang dibawanya, mushaf atau
kitab yang dibawanya, Mukjizat (kelebihan dan
keistimewaan para nabi yang dibawanya), zaman dan umat
yang dihadapinya.
5). Iman kepada hari hari akhir, yaitu meliputi nama-nama hari
akhir, adanya perhitungan Allah, adanya pengadilan Allah,
adanya pembalasan dari Allah, adanya surga dan neraka
dan hikmah beriman kepada hari akhir.
6). Iman kepada Qada’ Qadar Allah, yaitu meliputi tentang
ketetapan Allah atas takdir yang diberikan kepada hamba-
Nya, ikhtiar hamba-Nya, doa hamba-Nya dan hikmah
beriman kepada qada’ qadar Allah.
29
Menanamkan aqidah kepada anak haruslah bedasarkan
pengetahuan yang memadai dan benar. Apabila orangtua tidak
memiliki pengetahuan untuk itu maka, orangtua bisa
mendelegasikan kepada orang yang dianggap mampu.
Sementara orangtua cukup memberikan contoh-contoh yang
sederhana.
c. Membiasakan Ibadah Praktis
Ibadah merupakan bentuk pembuktian mengenai tingkat
keimanan seorang hamba kepada Allah. Sebab keimanan tidak
cukup hanya diyakini melalui lisan dan pengakuan, akan tetapi juga
dimalkan dalam kehiudpan sehari-hari sebagai ketaatan hamba
kepada Rabb-nya. Pembelajaran ibadah perlu ditanamkan kepada
anak sejak dini agar anak-anak selalu terbiasa melakukannya,
apabila jika sudah dewasa maka orangtua tidak perlu memrintah
kembali kepada anaknya untuk melakukan ibadah tersebut.28 Garis
besar pembelajaran ibadah praktis tersebut adalah
1). Mengajarkan Dua Kalima Syahadat
Orangtua harus menjelaskan bahwa kalima syahadat adalah
pembuktian atas ke Esaan Allah dan mengakui bahwa
Muhammad adalah utusan Allah. Mengucapkan kalima
syahadat merupakan syarat diterimanya semua amal ibadah
manusia. Tidak akan diterima ibadah manusia apabila dia
28 As Said al maghribi bin, Al- Maghribi. 2008. Begini Seharusnya Mendidik Anak. Jakarta. Darul
Haq
30
masih dalam keadaan belum beriman kepada Allah, salah satu
caranya adalah dengan cara mengucapkkan kalima syahadat.
2). Melatih dan Membiasakan mengerjakan Shalat
Sama halnya dengan syahadat, shalat juga merupakan
pembuktian atas keimanan seorang hamba kepada Allah.
Orangtua harus meyakinkan kepada ankanya bahwa shalat
adalah ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim. Dalam
kondisi apapun baik sakit, berperjalan jauh bahkan dalam
keadaan jihad fi sabilillah Allah tetap mewajibkan seorang
hambanya untuk melakukan ibadah shalat, karena shalat
merupakan penyampaian hajat seorang hamba kepada Allah.
Jadi yang butuh adalah seorang hamba atas kebaikan-
kebaikan Allah yang sudah Allah berikan kepada hambanya.
Tugas orangtua adalah cukup membimbing, mengawasi dan
membiasakan agar anak dirumah senang dan istiqomah dalam
melakukan hal ibadah. Peraktik pembelajaran shalat, dimulai
dari shalat wajib dengan cara selalu mengajak anak laki-laki
untuk sholat berjamaah di masjid dengan tepat waktu dan
mengajak anak perempuan shalat wajib dirumah juga dengan
tepat waktu. Selain itu juga anak diajarkan shalat-shalat
rawatib yang mu’akad (penting), yaitu 2 rakaat sebelum subuh,
2 rakaat sebelum dan sesudah shalat dzuhur, 2 rakat setelah
shalat magrib dan 2 rakaat setelat shalat isya’.
31
3). Melatih Anak Melaksanakan Ibdah Puasa
Ibadah puasa sangat terkenal akan kegembiraan dan
kebahgiaan oleh umat muslim karena pada bulan puasa atau
disebut juga dengan bulan Ramadhan merupakan bulan yang
penuh magfirah Allah atau bulan ampunan Allah. Setiap umat
muslim berkewajiban melakukan ibadah puasa karena
merupakan perintah Allah kepada umat manusia. Umat manusia
boleh tidak melakukan ibadah puasa kecuali yang dibenarkan
oleh syara’ , dan dapat menundanya dengan melakukannya di
hari yang lain dan/atau dengan membayar fidyah, yaitu memberi
makan fakir miskin sebanyak yang ditentukan.
Ibadah puasa ini orangtua tidak bisa langsung memerintahkan
anaknya untuk melakukan puasa penuh mulai dari waktu yang
ditentukan hingga waktu berbuka terlebih ibadah puasa ramadhan.
Orangtua harus melatih terlebih dahulu mulai dari puasa setengah
hari, disiang hari anak di izinkan untuk makan dan minum kemudian
melakukan puasa lagi sampai waktu berbuka. Anak terus dilatih
seperti itu hingga dia mampu untuk melaksanakan ibadah puasa
secara penuh. Orangtua boleh memberikan hadiah kepada anak agar
anak selalu bersemangat dalam melakukan ibadah puasa.
4). Membiasakan Anak Berzakat (Suka Bersadaqah dan Berinfak)
Orang tua harus memahamkan kepada anak bahwa pada
harta kita terdapat hak orang lain yaitu orang fakir, miskin,
anak yatim, dan orang-orang yang berhak lainnya. Yang harus
32
dikeluarkan jika sudah sampai waktunya dan jumlah yang
ditentukan. Hikmah orangtua mengajarkan untuk zakat, infaq
dan bersadaqah adalah untuk menumbuhkan perasaan empati,
belas kasih dan memberikan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan. Apabila orangtua selalu melatih anak untuk
zakat, infaq dan sadaqah maka muncul dalam diri anak sebagai
jiwa yang ramah, kasih sayang dan penuh kelemah lembutan
yang terbentuk dalam perbuatannya. Dengan demikian anak
tidak akan menjadi kikir dan pelit dalam berbagi kepada orang
yang membutuhkan29
5). Menanamkan Semangat Anak Untuk Berhaji Ke Baitullah
Selain zakat, infaq, dan shadaqah orang tua dapat
menanamkan rasa semangat kepada anak untuk pergi berhaji ke
Baitullah. Oleh karena itu, setiap muslim harus memiliki cita-cita
atau keinginan untuk dapat melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah di Makkah. Setiap orang yang memiliki keinginan kuat
untuk melaksanakan haji, tentu akan berusaha menyiapkan
dirinya agar memiliki kemampuan, baik secara ekonomi, yaitu
memiliki keuangan yang cukup untuk pergi dan yang
ditinggalkan, maupun kesehatan, dan pengetahuan yang
diperlukan untuk ibadah itu, sekalipun biasanya dibimbing oleh
petugas haji. Kewajiban orang tua adalah menumbuhkan
29 https://kissparry.com/2018/06/15/inilah-manfaat-infaq-dan-sodaqoh/ diakses pada tanggal 10
oktber 2019 pada pukul 10.20
33
keinginan untuk haji pada anak-anaknya sehingga mereka
terdorong untuk giat bekerja, belajar, dan ingin tumbuh menjadi
sehat agar kelak bisa pergi ke tanah suci menunaikan ibadah haji.
d. Membentuk Akhlak Terpuji (akhlak mulia)
Membentuk akhlak terpuji merupakan tugas yang harus
dilakukan setiap orangtua kepada anak. Karena prilaku orangtua,
ucapan orangtua, kebiasaan orangtua, akan sebagai role model bagi
seorang anak. Terjadinya role model orangtua kepada anak adalah
karena orangtua sebagai pendidikan pertama yang dilihat dan
ditirukan seorang anak maka, orangtua harus menjadi role model
yang baik bagi anak-anaknya. Sebagai role model Orangtua cukup
mengajarkan hal-hal yang sederhana dan yang sering dilakukan
oleh setiap manusia contoh :30
1. Bertutur kata yang baik
2. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih mudah.
3. Berbuat baik kepada siapapun tidak memandang agama, ras, dan
budaya.
4. Menghargai perbedaan orang lain.
Pembinaan akhlak hendaknya dimulai dari masa kanak-
kanak, bahkan para ahli pendidikan menyatakan karena pembinaan
itu bagian dari proses pendidikan, harus dimulai dari masa
prakonsepsi, dilanjutkan pada masa pranatal, usia anak-anak,
30 Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama Dalam Keluarga (revitalisasi peran keluarga
dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter). Jogjakarta, AR-Ruzz Media.
34
remaja bahkan sampai dewasa. Pembinaan akahlak pada setiap fase
itu dilakukan dengan pendekatan, metodologi dan materi yang
sesuai dengan fase perkembangan kejiwaan dan pertumbuhannya.31
e. Mengajarkan Semangat Pluralitas
Maksud mengajarkan semnagat pluralitas adalah orangtua
mengajarkan kepada anaknya bahwa manusia hidup tidak hanya sebagai
makhluk individual melainkan juga makhluk sosial, dimana manusia
selalu berinterkasi dan saling memberikan pengaruh satu sama lainnya.32
Orangtua harus mengajarakan kepada anak bahwa dalam berkehidupan
bermasyarakat perlunya untuk mengerti makna pluralitas. Makna
pluralitas adalah menghormati keberanekaragaman manusia ditengah-
tengah masyarakat sekitar. Keberanekaragaman ini meliputi :33
1. Memahami perbedaan sebagai sebuah keniscayaan
2. Memahami keragaman etnik, bahasa dan warna kulit sebagai
anugrah tuhan.
3. Memahami keragaman etnik, bahasa dan warna kulit dan adat
budaya sebagai kekayaaan khazanah bangsa.
4. Memahami keragaman etnik, bahasa dan warna kulit dan adat
budaya yang dimiliki sebagai identitas diri untuk saling
mengenal dan berlomba melakukan kebaikan.
31 Salim, Moh. Haitami. 2012. Modul : Akhlak (Membentuk Akhlak Terpuji). Pontianak : STAIN
Pontianak Press. 32 https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme_agama diakses pada tanggal 10 oktber 2019 pada pukul
13.20 33 Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama Dalam Keluarga (revitalisasi peran keluarga
dalam membangun generasi bangsa yang berkarakter). Jogjakarta, AR-Ruzz Media.
35
5. Memahami agama yang dianut sebagai pilihan keyakinan yang
paling benar dan sebagai hak asasi yang mendasar.
Berdasarkan nilai-nilai pluralitas diatas, pendidikan
mengenai semangat pluralitas menjadi sangat penting untuk
ditanamkan kepada anak-anak sejak dini dirumah. Semnagat
pluralitas yang diajarkan kepada anak harus diikat dengan aqidah
agama yang kuat sehingga nilai-nilai kebersamaan dalam
keberagaman tidak mencabut keyakinan dan kepercayaan dalam
beragama.
D. Faktor-faktor Penghambat dalam Menumbuhkan Spiritual
Ada dua faktor yang melatar belakangi hambatan dalam menumbuhkan
spiritual, yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri manusia itu
sendiri. Seperti rasa malas dan kurangnya motivasi diri dari anak.
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Malas adalah suatu perasaan di mana seseorang akan enggan
melakukan sesuatu karena dalam pikirannya sudah memiliki
penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hal
tersebut.34 Ada beberapa penyebab malas diantaranya :
34 Gleger, Masalah Kejiwaan. Diakses pada tanggal 13 oktober 2019 dari :
https://glegers.wordpress.com/tag/sifat-malas/
36
1) Tidak adanya tujuan. Maksud dari tidak adanya tujuan adalah
tidak adanya sebuah keinginan, harapan untuk kita tuju yang
mana akan mendorong seseorang untuk bertekad dalam meraih
keinginan dan sebuah harapan. Apabila hidup seseorang yang
tidak mempunyai tujuan, keinginan, dan harapan, maka orang
tersebut akan menjadi malas.
2) Kurangnya kesadaran diri. Maksud dari kurangnya kesadaran
diri adalah kurangnya sebuah tanggung jawab atas kewajiban
yang seharusnya dilakukan.
3) Tidak disiplin dalam hidup. Maksud dari tidak disiplin dalam
hidup adalah tidak kesediaan seseorang untuk melakukan
sebuah aturan atau norma-norma hidup sehingga
mengakibatkan seseorang untuk hidup seenaknya tanpa
menghiraukan peraturan dan norma-norma yang berlaku.
4) Ketertarikan berlebih terhadap sesuatu. Maksud dari
ketertarikan berlebih terhadap sesuatau adalah fokus hanya
pada satu hal yang ia sukai atau yang ia gemari yang
menyebabkan seseorang enggan melakukan hal yang lain,
itulah penyebab seseorang malas melakukan hal-hal yang lain
yang lebih bermanfaat.35
35 Lia. Gaya hidup ( 9 Penyebab Rasa Malasa dalam Diri) https://cintalia.com/gaya-
hidup/penyebab-rasa-malas diakses pada tanggal 18 Nov 2019
37
Solusi untuk mencegah rasa malas yaitu :
1) Mempunyai tujuan yang jelas atau menggapai cita-cita
2) Adanya kesadaran dalam diri sendiri
3) Mendisiplinkan kehidupan sehari-hari
4) Sadar dan keluar dari zona nyaman.36
b. Rendahnya motivasi adalah tidak adanya dukungan dari diri sendiri
(Intrinsik) dan lingkungan sekitar (ekstrinsik) untuk mencapai
tujuan tertentu.
Ada dua faktor penyebab rendahnya motivasi yaitu :
1) Faktor intrinsik (faktor yang bersumber pada diri sendiri) yaitu :
a) Rendahnya tingkat kecerdasan seseorang. Yang dimaksud
dengan rendahnya tingkat kecerdasan seseorang adalah
kurangnya pemahaman seseorang mengenai ilmu yang bisa
menyebabkan keputusasaan seseorang dalam menyikapi
suatu masalah.
b) Rendahnya tingkat kesehatan seseorang. Apabila kesehatan
seseorang rendah, maka akan mempengaruhi rasa semangat,
kinerja otak dan melakukan aktivitas lainnya akan terasa
berat.
c) Rendahnya rasa semangat dalam mencapai tujuan. Maksud
dari rendahnya rasa semangat dalam mencapai tujuan adalah
hilangnya sebuah harapan atas mencapai sebuah tujuan, yang
36Musbikin,Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar Ya. Yogyakarta: DIVA Press.
38
pada akhirnya menyebabkan seseorang malas untuk
menggapai tujuan tersebut.37
2) Faktor ekstrinsik ( faktor yang bersumber dari luar individu)
a) Rendahnya dukungan dari orang-orang terdekat seperti
keluarga, teman dan lingkungan masyarakat. Maksud dari
rendahnya dukungan dari orang-orang terdekat adalah tidak
adanya sebuah dorongan atau support dari orang-orang
terdekat yang menyebabkan seseorang malas atau enggan
melakukan suatu hal.
b) Faktor bullying terhadap seseorang. Maksud dari faktor
bullying adalah seseorang yang selalu di ejek atau dihina
sehingga menyebabkan seseorang merasa malu akan
melakukan suatu hal.
c) Tidak ada fasilitas dalam menunjang semangat motivasi
seseorang, seperti kekurangan ekonomi. Faktor kurangnya
ekonomi adalah salah satu penyebab seseorang akan
mengurungkan sebuah harapan dan cita-citanya, karena uang
adalah salah satu bentuk sebuah dukungan, jika sebuah
duikungan itu tidak ada, maka terkikislah sebuah harapan.38
Solusi dalam meningkatkan motivasi seseorang ada dua yaitu:
37 Rahmi, Aulia. 2015. Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Tidak diterbitkan.
PPS UNP. 38 Rahmi, Aulia. 2015. Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa. Tesis. Tidak diterbitkan.
PPS UNP.
39
3) Faktor interen
a) Meningkatkan kecerdasan
b) Mencukupi gizi kesehatan anak
c) Merangsang rasa semanagat
4) Faktor eksteren
a) Memberikan dukungan yang kuat
b) Saling menguatkan dalam meningkatkan motivasi seseorang
c) Memberikan fasilitas penunjang dalam meningkatkan
motivasi seseorang39
Disimpulkan bahwa faktor internal yang terdiri malas dan kurangnya
motivasi dapat mempengaruhi dalam menumbuhkan spiritual siswa.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan sesuatu yang terjadi pada lingkungan
sekitar yang mempengaruhi dampak pada pada pribadi seseorang.
Faktor Eksternal meliputi :
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi dalam
menumbuhkan spiritual anak, karena orangtua adalah role model
pertama bagi anak dalam menumbuhkan spirituak anak. Ada
beberapa penyebab faktor penghambat dalam menumbuhkan
spiritual anak dalam keluarga yaitu :
39 Dalyono, Muhammad.. 2004 Belajar dan Pembelajaran. Semarang. IKIP Semarang Press, hal
230
40
1) Minimnya perhatian orangtua. Maksud minimnya perhatian
orangtua adalah sikap orangtua yang selalu sibuk dalam
pekerjaan yang tidak menghiraukan keluhan atau tidak
adanya rewad orangtua terhadap anak atas prestasi yang di
capai.
2) Minimnya Ilmu agama orangtua sehingga tidak bisa
disampaikan kepada anak. Maksdunya adalah orangtua tidak
mempunyai ilmu agama untuk disampaikan kepada anaknya,
bagaimana orangtua mempunyai keinginan anaknya untuk
menjadi seseorang yang baik kalau orangtuanya tidak
mempunyai ilmu untuk mengajarkan kepada anaknya.
3) Figur orangtua yang kurang baik. Maksud dari figur orangtua
yang kurang baik adalah orang tua tidak bisa memberikan
contoh yang baik kepada anaknya sehingga anak melakukan
atau mengikuti apa yang dilakukan oleh orangtuanya40
Solusi untuk mencegah penghambat dalam menumbuhkan
spiritual anak dalam keluarga :
1) Orangtua selalu memberikan perhatian kepada anak
2) Menperdalam ilmu agama
3) Orangtua selalu memberikan figur yang baik terhadap
anak41
40 K. M. Banham Bridges. 1927. Factors Contributing to Juvenile Delinquency. Vol. 4, No. 4,
Journal of Criminal Law and Criminology. 1927. Hal. 532-535 41 Ibid. Hal. 533
41
b. Lingkungan sekolah
Sekolah adalah tempat belajar, bahwa sekolah akan
mengajarkan pendidikan agama sesuai dengan kurikulum
pemerintah dan di dukung oleh guru yang prefesional. Jika
lingkungan sekolah tidak memberikan pendidikan yang baik
dalam menumbuhkan spiritual, maka anak tersebut tidak akan
belajar dengan baik mengenai agamanya. Ada beberapa
penyebab faktor penghambat dalam menumbuhkan spiritual
anak di sekolah yaitu :
1) Figur pendidikan yang buruk. Maksud dari figur pendidikan
yang buruk adalah seorang guru tidak memberikan contoh
atau memberikan prilaku yang baik kepada muridnya. Guru
itu “digugu lan ditiru” maksudnya adalah segala sesuatau
yang disampaikannya dipercaya dan diyakini kebenarannya
dan diikutri segala bentuk prilakunya. Apabila seorang guru
tidak bisa memberikan contoh prilaku yang baik, maka
seorang murid tidak bisa berprilaku yang baik dan benar.
2) Teman sekolah yang buruk. Maksud dari teman sekolah
yang buruk adalah teman yang memberikan sikap atau
contoh-contoh prilaku yang kurang baik. Prilaku baik atau
prilaku buruk seorang anak bisa ditentukan melalui dengan
siapa di bergaul dan bersahabat, karena seorang sahabat bisa
menentukan baik buruknya seorang anak.
42
3) Minimnya fasilitas sekolah. Maksud dari minimnya fasilitas
sekolah adalah tidak adanya fasilitas yang menunjang.
Seperti praktik sholat harus adanya mushola, atau praktik
jenzah yang membutuhkan anatomi tubuh dan lain
sebagainya.42
Solusi untuk mencegah penghambat dalam menumbuhkan
spiritual anak di sekolah :
1) Guru harus memberikan figur pendidikan yang baik.
2) Memilih teman yang baik
3) Menambah fasilitas dalam menunjang menumbuhkan
spiritual anak.
4) Pindah sekolah.43
c. Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah salah satu faktor eksternal yang
bisa mempengaruhi anak dalam menumbuhkan spiritual.
Masyarakat yang baik prilakunya dan peribadatannya akan
memberikan contoh yang baik kepada peserta didik atau yang
perlu diberi contoh yang lebih muda dan mengajarkannya sesuai
dengan peritah Allah dan Rasulnya. Jika masyarakat yang
latarbelakngnya orang-orang yang tidak baik, maka anak-anak
akan dipengaruhi untuk bermaksiat dan tidak akan pernah
belajar tentang agama. Ada dua penyebab faktor penghambat
42 Ibid hal 534 43 Ibid hal 534
43
dalam menumbuhkan spiritual anak di lingkungan masyarakat
yaitu :
1) Pengaruh buruk kelompok atau gang. Maksud dari pengaruh
buruk kelompok atau gang adalah sekumpulan seseorang yang
akan memberikan pengaruh kurang baik terhadap anak yang
akan menghambat dalam menumbuhkan spiritual anak.
2) Rendahnya SDM masyarakat. Maksud dari rendahnya SDM
masyarakat adalah kehidupan masyarakat hanya sebatas
mencari uang untuk kehidupan sehari-hari. Mereka hanya
mengedepankan mata pencarian yang paling penting dan
menyampinkan ilmu agama dan beranggapan ilmu agama
tidak terlalu penting untuk di pelajari setiap hari.
3) Tidak adanya ulama’ atau tokoh agama. Maksud dari tidak
adanya ulama’ adalah tidak adanya orang ahli ilmu agama atau
ustad yang mengajarkan ilmu agama, yang menyebabkan faktor
penghambat dalam menumbuhkan spiritual anak.44
Solusi untuk mencegah penghambat dalam menumbuhkan
spiritual anak di lingkungan masyarakat yaitu :
1) Menghindari gang atau kelompok yang berpengaruh buruk.
2) Mendatangkan ulama’ atau tokoh agama
3) Pindah lingkungan masyarakat45
44 45 Ibid hal 534