gross regional domestic product by expenditure · kajian ekspor dan impor dan sebagainya. ... luar...
TRANSCRIPT
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Katalog BPS: 9302020.91
Provinsi Papua Barat/ Province of Papua Barat
2013-2017
Gross Regional Domestic Product by Expenditure
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
MENURUT PENGELUARAN
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Provinsi Papua Barat/ Province of Papua Barat
2013-2017
Gross Regional Domestic Product by Expenditure
MENURUT PENGELUARAN
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PAPUA BARAT 2013- 2017 ISSN : 2089 – 998x Nomor Publikasi : 91550.18.03 Katalog BPS : 9302020.9100 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : viii + 71 halaman Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Lintas Sektor Gambar Kulit: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Diterbitkan Oleh: © Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PAPUA BARAT 2013- 2017
Anggota Tim Penyusun:
Pengarah : Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si, MM
Editor : Drs. Jerison Sumual, MM
Penulis : Fitrah Sarah Ramadhani, S.ST
Pengolah data : Fitrah Sarah Ramadhani, S.ST
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
i
KATA PENGANTAR
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (financial deepening), penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
Menurut teori ekonomi makro, penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan Usaha/industry), pendekatan pengeluaran/permintaan akhir (PDRB menurut Pengeluaran /expenditure) serta pendekatan pendapatan (PDRB menurut pendapatan/income). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara teori akan menghasilkan angka PDRB yang sama.
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan oleh United Nations.
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan
kontribusinya dalam mewujudkan publikasi ini disampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan swasta
yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan publikasi ini diucapkan terima
kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut serta dapat
ditingkatkan di masa-masa mendatang.
Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini
masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat
konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya.
Akhirnya, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Manokwari, Juli 2018
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Provinsi Papua Barat,
Endang Retno Sri Subiyandani, S.Si, MM
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar …………………………………………………………………..............
Daftar Isi …………………………………………………………………………………..
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………
Daftar Gambar…………………………………………………………………………......
Daftar Lampiran …………………………………………………………………………..
i
iii
v
vii
viii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN …………………………………………………...............
1.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)....................
1.2. Kegunaan Statistik PDRB...............................……………………......
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA …………………………....
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………….………..
2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ………….……….................
2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….……….
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………….………..
2.5 Perubahan Inventori ………………………………….…….………..
2.6 Ekspor Impor ......................................………………………………
TINJAUAN PEREKONOMIAN PROVINSI PAPUA BARAT
BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN 2013-2017...…....................................................................
3.1 Tinjauan Agregat PDRB Papua Barat Menurut Pengeluaran .........
3.2 Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………......……..
3.3 Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT .....………………................
3.4 Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah......……………….……
3.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ....……
3.6 Perkembangan Perubahan Inventori …………………………..….
3.7 Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri..…….……..
1
2
4
5
6
9
11
14
18
22
24
25
30
35
36
38
40
41
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
iv
BAB IV
BAB V
3.8 Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri .........................
3.9 Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah …………………….……..
PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB MENURUT PENGELUARAN
PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2013-2017 .......................................
4.1 PDRB (Nominal) ……………………………………………...…….......
4.2 Perbandingan Pengeluaran PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah
Tangga terhadap Ekspor…………………………………......................
4.3 Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB) ……………………....................................
4.4 Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB ………………….......…...
4.5 Perbandingan Ekspor terhadap PMTB …………………………........
4.6 Perbandingan PDRB terhadap Impor ……………………………......
4.7 Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan .....………..
4.8 Neraca Perdagangan (Trade Balance) .....……………………..….…….
4.9 Rasio Perdagangan Internasional (RPI) ............................................
4.10 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) …….…………………..
PENUTUP …………………………………………………………………...
LAMPIRAN …………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
43
44
46
47
48
49
49
50
51
51
52
53
54
56
58
69
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 (Miliar Rp) ................. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun Tahun 2013 – 2017 (Miliar Rp) ..... Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 (Persen) .................................................. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 (Persen)......................... Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 .................................................................... Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 ...................................... Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Persen) ...................... Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Persen) ....... Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Persen) ..................................................................................... Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017................................................................. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017...................................... Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017....................................................... Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017............................................................................. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017 ...................................................... Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017...................................................... Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017.....................................................
25
26
28
29
29
30
32
33
34
35
36
38
39
40
42
43
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
vi
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26
Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 .....................................
Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2013 – 2017................ Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2013 – 2017............................................................................ Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017.................................... Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2013 – 2017...... Rasio PDRB terhadap Impor Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017......................................................................................... Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017.................................................... Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Provinsi Papua Barat Tahun 2013 – 2017............................................................................ Rasio Perdagangan Internasional, Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017............................................................................. Incremental Capital Output Ratio, Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017............................................................................
47
48
49
50
50
51
52
53
54
55
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Perbandingan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Miliar Rupiah) ...................................................................................
27
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menururt Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp) ...........
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat (Juta Rp)....
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua
Barat (Persen) ....................................................................................
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi
Papua Barat (Persen) ........................................................................
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Berlaku, Menurut Pengeluaran Provinsi Papua
Barat (Persen)......................................................................................
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan 2010, Menurut Pengeluaran Provinsi
Papua Barat (Persen)......................................................................
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua
Barat .......................................................................................
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi
Papua Barat ........................................................................................
Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto
(2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat......
Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik
Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran, Provinsi
Papua Barat (Persen) ........................................................................
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
2
1.1 PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat
digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke periode ( tahun
ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah
tahun 2010 dan ini tentu akan mencerminkan struktur ekonomi terkini.
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka
PDRB, yaitu:
a. Menurut Pendekatan Produksi,
Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya
dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan
Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6.
Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8.
Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10.
Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa
Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15.
Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap
kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
3
b. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga
penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi
subsidi).
c. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir
yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran
konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran
konsumsi akhir pemerintah, (4) pembentukan modal tetap domestik bruto, (5)
perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi,
jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan
harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya
sudah dicakup pajak tak langsung neto.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
4
1.2 KEGUNAAN STATISTIK PDRB
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh
dari data ini antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian
atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak
luar negeri.
5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per
satu orang penduduk.
8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
5
BAB II
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
http
s://p
apuab
arat
.bps.g
o.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
6
2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
i. Pendahuluan
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDRB
pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga
berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan
oleh sektor institusi lain.
ii. Konsep dan definisi
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan jasa
oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau
kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan
jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan.
iii. Cakupan
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah, baik
yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang dan jasa
yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of Individual Consumption by
Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United Nations), sbb:
1. Makanan dan minuman tidak beralkohol
2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3. Pakaian dan alat kaki
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5. Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6. Kesehatan
7. Angkutan
8. Komunikasi
9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
10. Pendidikan
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel
12. Barang dan jasa lainnya
Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali manjadi
hanya 7 COICOP, yaitu:
1. Makanan, Minuman, dan Rokok
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
7
2. Pakaian dan Alas Kaki
3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
4. Kesehatan dan Pendidikan
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6. Hotel dan Restoran
7. Lainnya
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb:
Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga
pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa
rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut milik sendiri.
Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa yang
dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya
(subsidi atau transfer).
Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;
Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;
Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen diluar wilayah atau
diluar negeri (diperlakukan sebagai impor)
Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:
Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut)
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,
lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga,
bukan konsumsi rumah tangga.
Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di
dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah
tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah,
dan pembelian rumah.
Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk
sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
8
iv. Penghitungan PKRT Tahunan
1. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi
per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk
kelompok bukan makanan,
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator
suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu,
Indeks Harga Konsumen (IHK).
2. Metode penghitungan
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk
menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih diperlukan
adanya beberapa penyesuaian (adjustment). Penyesuaian dilakukan dengan menggunakan data
pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi
tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT yang
sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan
hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk beberapa komoditas. Penggantian
dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu.
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku
(ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PKRT
ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb:
1. Estimasi PKRT hasil Susenas:
a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah
penduduk pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah penduduk
pertengahan tahun
2. Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau
indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu; Terhadap data poin ke 3
dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas
dari jenis pengeluaran tertentu;
3. Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP,
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
9
4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat) dan 7 kelompok
COICOP;
6. PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil poin ke 5.
2.2 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
i Pendahuluan
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai sektor
tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang dan
jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak
berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya
dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
ii Konsep dan definisi
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP
dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga.
Karakteristik unit LNP adalah sbb :
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal
yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya
hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung Papuab tertentu dalam organisasi, dan tidak
berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha
produktif dikuasai oleh lembaga;
kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok
ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus
melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan
kembali pada aktivitas sejenis.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
10
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta tidak
dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan
berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan,
Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga
swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
iii. Cakupan
Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output
non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka
melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari:
a. Konsumsi antara, contoh: pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air,
telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar,
perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor
dll.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
lainnya
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
iv. Penghitungan PK-LNPRT Tahunan
1. Sumber data
Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP).
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut jenis
lembaga dan jenis pengeluaran.
Hasil up-dating direktori LNPRT.
Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi
LNPRT menurut jenis lembaga.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
2. Metode penghitungan
PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan hasil
SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
11
diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut
jenis-nya dihitung dengan rumus sbb :
ijij
i
xx
n
ijx : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ijx : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
in : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7
j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:
7 19
1 1
ij i
i j
X x N
X : PK-LNPRT adh Berlaku
iN : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga berlaku
(ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara
mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
i. Pendahuluan
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta mempunyai
kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi lain yang
berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai
peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu
rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lain-nya, berfungsi
mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam
produksi non-pasar.
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun
produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan
moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
12
akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi barang &
jasa maupun aktivitas investasi.
ii. Konsep dan Definisi
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai produksi
barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P
mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai,
transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari
Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi
yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan
secara umum, mencakup kegiatan sbb:
1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang semacam itu
bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
2. memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan
tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang
dibiayai oleh pemerintah. Dala hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya tidak
lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas semacam
ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa).
iii. Cakupan
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam melakukan
aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota,
maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD).
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PK-Pemerintah
Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi; b. PK-Pemerintah Provinsi yang bersangkutan;
c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Provinsi; d. PK-Pemerintah Desa/
Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Provinsi bersangkutan.
iv. Penghitungan PDRB Tahunan
1. Sumber Data
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah:
a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
13
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu)
c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)
d. Output Bank Indonesia (BI)
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari
BPS.
2. Metode Penghitungan
a. PK-P Provinsi adh Berlaku
Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut :
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu :
Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli dengan
harga pasar ), belanja pegawai, dan penyusutan.
Untuk level Provinsi, PK-P Provinsi adh Berlaku, dihitung berdasarkan
penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah Provinsi itu sendiri +
pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/ Kota yang
ada di wilayah Provinsi tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah
desa/kelurahan/nagari yang ada diwilayah provinsi tersebut + pengeluaran
pemerintah Pusat yang menjadi bagian dari Provinsi yang bersangkutan.
b. PK-P Provinsi adh Konstan
Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan
metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar
(IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik
Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK)
umum.
PK-P adh Berlaku =
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank
Indonesia
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
14
2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
i Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan
investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses
produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal seperti:
bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang
modal lainnya.
ii Konsep dan definisi
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit
produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan,
pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta
barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang
modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan
barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang
modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak
dicatat sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih
mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed
Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi
secara normal selama satu periode.
iii Cakupan
PMTB terdiri dari :
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang
dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products),
dan sebagai-nya;
1. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset
yang dipatenkan;
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
15
1. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakai-
nya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan
pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
iv Penghitungan PMTB Tahunan
1. Sumber data
a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi
dari BPS Prov/Kab/Kota.
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah tangga
(level provinsi).
d. Laporan keuangan perusahaan.
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi.
f. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).
h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum.
i. Publikasi Statistik Konstruksi.
j. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
3. Metode penghitungan
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung,
tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing. Pendekatan
“langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh
berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung”
adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa)
yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus
komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi
dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai
PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
16
harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya
transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang
modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan
pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut.
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan atas aset
tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai
PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga
perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
Pendekatan Tidak Langsung
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai
penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian
sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk
bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik
adh Berlaku maupun adh Konstan.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya
dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor.
Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi
output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai
tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh
PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh
Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan cara
“ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi jenis barang modal
yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan
terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan
tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai
(sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya
sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang berasal
dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
17
Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang
modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang
modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator
(barang modal impor kode HS 2 digit). Ke dua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan adalah
dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung
dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri
pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas
pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan
PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit dari
PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar
atau data kontrol untuk data tahunan-nya.
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data
laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan
men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment, literary, or
artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara televisi yang
dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya
diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan
dan IHPB barang impor.
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui
pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk
memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang
diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
18
2.5 PERUBAHAN INVENTORI
i Pendahuluan
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang dibutuhkan
untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal.
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan
Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu tertentu
di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi yang
direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan
penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting
untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
ii Konsep dan definisi
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh produsen
untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk lain, yang
punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini
adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum
dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi
dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang
perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau
pengurangan (bertanda negatif).
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses
produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong.
Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi
pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan
inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas
strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena
menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa
komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga
pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya
saja.
iii Cakupan
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
19
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan,
perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu
dibeli;
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran
untuk tujuan dijual;
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
bakar atau persediaan; dan
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
gula pasir, dan gandum.
iv Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan
1. Sumber data
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah:
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari mengunduh website
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);
Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi
Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak
Kementan.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
20
2. Metode Penghitungan
Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan inventori,
yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung adalah
pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari
sisi “komoditas”.
Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif
lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat
dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan.
Pendekatan Langsung
Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu
waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun
(balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh berlaku, diperlukan
data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan,
adalah sbb:
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan akhir
dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di tahun
berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan menginflate perubahan inventori
adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
Pendekatan Tidak Langsung
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas (commodity flow).
Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang inventori. Nilai
perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume
stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga
pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. mendeflate
nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan
volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan
Inventori adalah bahwa:
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk
periode waktu yang berurutan;
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya;
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
21
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai
data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks
harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai;
Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi untuk
industri yang datanya tidak tersedia;
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
22
2.6. EKSPOR IMPOR
i Pendahuluan
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum wilayah
itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga,
menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya
sendiri berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi
barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
bahkan ke luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas barang dan jasa
semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga turut memperlancar
arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah
menjadi semakin berkembang.
ii Konsep dan definisi
Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik
penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah tersebut
dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.
iii Cakupan
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya
c. Net Ekspor antar daerah
- Ekspor antar daerah
- Impor antar daerah
iv Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan
1. Sumber data
a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$)
b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$)
c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI
d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
e. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang;
f. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
23
g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia
2. Metode Penghitungan
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$. Penghitungan
ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli
rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai
PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih
ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaski yang tidak
terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen. Sedangkan net ekspor
antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
24
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN
PROVINSI PAPUA BARAT BERDASARKAN
PDRB PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN 2013 - 2017
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
25
Perubahan struktur ekonomi Provinsi Papua Barat akibat proses pembangunan ekonomi
yang terjadi pada periode 2013 s.d 2017, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun perubahan perilaku
masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh
perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan
internasional.
Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku
yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia
di wilayah domestik Papua Barat digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah
tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk
PMTB dan perubahan inventori). Untuk lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen
pengeluaran itu akan diuraikan pada bagian berikut.
3.1 TINJAUAN AGEGAT PDRB PAPUA BARAT MENURUT PENGELUARAN
Kondisi perekonomian Papua Barat menunjukkan perkembangan yang signifikan terutama
sejak masuknya produsen LNG. Hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan
ekonomi yang terus menunjukan arah positif. Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui
Nilai PDRB ADHB dan ADHK, serta pertumbuhan pada total PDRB.
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
2013-2017 (Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63
2. Konsumsi LNPRT 450,18 556,12 584,36 654,26 746,42
3. Konsumsi Pemerintah 10.296,20 11.594,72 12.982,66 14.761,78 16.006,44
4. PMTB 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55
5. Perubahan Inventori -1.165,49 -1.493,38 1.320,22 2.846,68 3.934,35
6. Ekspor 41.543,52 51.704,12 41.630,33 32.930,90 42.444,55
7. Impor 21.696,01 30.031,98 23.318,96 17.102,85 27.299,38
Total PDRB 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Nilai PDRB Papua Barat (adh Berlaku) selama periode tahun 2013 s.d 2017 menunjukkan
peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
26
perubahan harga dan juga perubahan volume. Komponen-komponen pada PDRB Pengeluaran
pada umumnya mengalami peningkatan setiap tahun.
Pada tahun 2015 terjadi penurunan pada dua komponen, yakni ekspor dan impor. Kedua
komponen tersebut kembali mengalami penurunan pada tahun 2016, dan nilai tersebut menjadi
nilai terendah dalam periode 5 tahun terakhir. Penurunan nilai ekspor yang terjadi pada tahun 2015
dan 2016 lebih besar daripada penurunan yang terjadi pada komponen impor. Hal ini secara tidak
langsung berdampak pada penurunan nilai net ekspor di 2 tahun tersebut.
Peningkatan ekspor akhirnya terjadi pada tahun 2017. Meskipun demikian, komponen
impor juga mengalami peningkatan pada tahun yang sama. Komponen impor memiliki sifat
mengurangi total PDRB sehingga peningkatan nilai impor yang terjadi justru berdampak negatif
terhadap pembentukan nilai PDRB secara total.
Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
2013-2017 (Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 11.896,50 12.696,22 13.413,48 14.312,32 15.264,46
2. Konsumsi LNPRT 385,94 449,43 442,63 464,52 521,10
3. Konsumsi Pemerintah 8.558,13 8.791,45 9.174,90 9.535,53 10.010,13
4. PMTB 9.034,86 9.020,80 10.008,94 10.472,31 10.997,87
5. Perubahan Inventori -1.079,47 -1.369,36 961,25 1.929,56 3.075,90
6. Ekspor 30.182,35 35.334,42 40.438,39 39.446,30 42.598,66
7. Impor 11.284,08 14.663,04 22.093,10 21.449,25 25.561,30
Total PDRB 47.694,23 50.259,91 52.346,49 54.711,28 56.906,82
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai adh
Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010. Melalui
pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB di masing-masing tahun dapat memberikan
gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh
perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan menggambarkan perubahan atau
pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi
akhir. Selama kurun waktu 2013–2017, gambaran tentang perkembangan ekonomi Papua Barat
berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada tabel 2.
Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, komponen pengeluaran PDRB adh Konstan pada
umumnya juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, beberapa
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
27
komponen mengalami penurunan. Dalam periode 5 tahun terakhir, komponen PMTB mengalami
penurunan pada tahun 2014, tetapi nilai komponen tersebut kembali meningkat pada tahun
selanjutnya hingga tahun 2016. Selain PMTB, komponen ekspor dan impor juga pernah mengalami
penurunan pada tahun 2016. Meskipun kedua komponen tersebut bersamaan mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 2016 penurunan yang terjadi pada
komponen ekspor lebih besar dibandingkan penurunan pada komponen impor. Hal ini berdampak
negatif terhadap nilai net ekspor adh konstan pada tahun 2016.
Gambar 1. Perbandingan PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Provinsi Papua Barat, Tahun 2013 – 2017 (Miliar Rupiah)
Dari Gambar 1, terlihat bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu lebih besar
dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan
harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh faktor harga
telah ditiadakan.
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua
komponen pengeluarannnya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT), konsumsi
akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto
(PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara http
s://p
apuab
arat
.bps.g
o.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
28
Tabel 3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
2013—2017 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 25,24 25,30 26,35 27,84 28,53
2. Konsumsi LNPRT 0,85 0,96 0,93 0,98 1,04
3. Konsumsi Pemerintah 19,43 19,93 20,64 22,15 22,30
4. PMTB 19,23 19,14 20,86 21,00 21,55
5. Perubahan Inventori -2,20 -2,57 2,10 4,27 5,48
6. Ekspor 78,39 88,87 66,20 49,42 59,12
7. Impor 40,94 51,62 37,08 25,67 38,03
Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa selama periode 2013 – 2017, komponen ekspor memiliki
peran paling besar dalam PDRB Papua Barat. Hingga tahun 2015, peranan ekspor selalu di atas 50
persen. Nilai peranan ekspor tertinggi bahkan mencapai 88,87 persen pada tahun 2014. Meskipun
demikian, peranan tersebut kemudian mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 66,20 persen
dan kembali menurun cukup signifikan pada tahun 2016, yakni menajdi 49,42 persen. Meskipun
demikian, peranan komponen ekspor kembali meningkat menjadi 59,12 persen di tahun 2017.
Pembentukan PDRB komponen Ekspor Papua Barat didominasi oleh ekspor migas.
Dalam periode yang sama, komponen Impor juga mempunyai peran yang relatif besar,
karena sekitar 25 – 51 persen permintaan domestik masih dipenuhi oleh produk dari impor. Peranan
dari komponen ini cukup fluktuatif sepanjang tahun 2013 hingga 2017. Selanjutnya, proporsi
konsumsi akhir rumah tangga juga cukup besar yaitu sekitar 25 – 28 persen. Sejak tahun 2013,
peranan konsumsi akhir rumah tangga kian meningkat hingga tahun 2017. Proporsi konsumsi akhir
pemerintah berada pada rentang 19 - 22 persen. Pengeluaran untuk kapital (PMTB) mempunyai
kontribusi sama dengan konsumsi akhir pemerintah yaitu sekitar 19 – 21 persen. Baik konsumsi
akhir pemerintah maupun PMTB memiliki kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
29
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
2013—2017 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 3,28 6,72 5,65 6,70 6,65
2. Konsumsi LNPRT 9,01 16,45 -1,51 4,95 12,18
3. Konsumsi Pemerintah 7,55 2,73 4,36 3,93 4,98
4. PMTB 18,86 -0,16 10,95 4,63 5,02
5. Ekspor -0,86 17,07 14,44 -2,45 7,99
6. Impor -36,41 29,94 50,67 -2,91 19,17
Total PDRB 7,36 5,38 4,15 4,52 4,01
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB
atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan kinerja
pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Papua Barat dari tahun 2013-2017
cendenrung mengalami sedikit fluktuasi, dengan masing-masing pertumbuhan 7,36 persen (2013);
5,38 persen (2014); 4,15 persen (2015); 4,52 persen (2016); dan 4,01 persen (2017). Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada tahun 2013 yakni sebesar 7,36 persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada
tahun 2017 (4,01 persen).
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 112,43 115,92 123,56 129,60 134,19
2. Konsumsi LNPRT 116,65 123,74 132,02 140,85 143,24
3. Konsumsi Pemerintah 120,31 131,89 141,50 154,81 159,90
4. PMTB 112,82 123,43 131,04 133,60 140,69
5. Ekspor 137,64 146,33 102,95 83,48 99,64
6. Impor 192,27 204,81 105,55 79,74 106,80
Total PDRB 111,12 115,76 120,14 121,79 126,15
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
Sementara itu, indeks implisit1 PDRB yang menggambarkan tingkat perubahan harga yang
terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan pemerintahan)
maupun konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri) dibandingkan dengan tahun dasar (tahun
1 Indeks perkembangan
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
30
2010). Indeks implisit dari hampir seluruh komponen pembentuk PDRB menurut Pengeluaran
Papua Barat menunjukkan terdapat peningkatan harga dari tahun ke tahun (nilai indeks lebih dari
100), kecuali pada komponen Ekspor dan Impor. Baik komponen ekspor dan impor memiliki indeks
implisit kurang dari 100 pada tahun 2016 yang dapat diartikan bahwa bila dibandingkan pada
kondisi tahun 2010, terjadi penurunan harga pada komponen Ekspor dan Impor. Pada tahun 2017,
indeks implisit ekspor masih di bawah 100, sementara komponen impor berada di atas 100.
Indeks implisit konsumsi akhir rumah tangga pada umumnya selalu meningkat setiap tahun
mengikuti inflasi di Papua Barat. Sementara itu untuk komponen ekspor dan impor indeks implisit
lebih fluktuatif karena dipengaruhi harga dolar dan harga komoditas, terutama migas.
3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA
Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi kedua terbesar dalam PDRB menurut
pengeluaran Papua Barat. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana lebih dari seperempat
produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga.
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat,
2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi Rumah Tangga
a. ADHB (Miliar Rp) 13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 11.896,50 12.696,22 13.413,48 14.312,32 15.264,46
Proporsi terhadap PDRB 25,24 25,30 26,35 27,84 28,53
(% ADHB)
Rata-rata konsumsi per Rumah Tangga/ tahun (Ribu Rp)
a. ADHB 73.111,57 78.398,67 86.116,59 94.016,77 101.322,83
b. ADHK 2010 65.025,99 67.633,83 69.697,79 72.542,73 75.506,10
Rata-rata konsumsi per kapita/ tahun (Ribu Rp)
a. ADHB 16.148,59 17.318,01 19.016,77 20.763,18 22.377,65
b. ADHK 2010 14.362,68 14.940,09 15.391,08 16.020,74 16.675,89
Pertumbuhan
a. Total konsumsi RT 3,28 6,72 5,65 6,70 6,65
b. Per-RT 0,62 4,01 3,05 4,08 4,08
c. Perkapita 0,62 4,02 3,02 4,09 4,09
Jumlah RT (unit) 182.950 187.720 192.452 197.295 202.162
Jumlah penduduk (000 org) 828 850 872 893 915
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
31
Data di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2013 – 2017 konsumsi akhir rumah
tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh
Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan
jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada
gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2013 s.d
2017 cukup stabil. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu 28,53 persen dan titik terendah terjadi
pada tahun 2013 yaitu 25,24 persen.
Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta
mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-masa
krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik
(termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk konsumsi,
termasuk konsumsi rumah tangga. Selain itu perkembangan teknologi saat ini semakin
memudahkan masyarakat untuk membeli barang secara online. Hal ini dimanfaatkan masyarakat
untuk mendapatkan kebutuhannya dengan harga yang terkadang lebih murah daripada barang di
pasar domestik, ataupun untuk mendapatkan barang yang tidak tersedia di pasar domestik.
Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun ke tahun,
baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2013, secara rata-rata setiap
rumah tangga di Indonesia menghabiskan dana sekitar 73.111,57 ribu rupiah setahun untuk
membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan,
pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 78.398,67 ribu rupiah (2014); 86.116,59
ribu rupiah (2015); 94.016,77 ribu rupiah (2016), dan menjadi 101.322,83 ribu rupiah (2017).
Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, rata-rata konsumsi rumah tangga per
rumah tangga juga mengalami pertumbuhan. Pada 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 rata-rata
konsumsi tumbuh sebesar 0,62 persen. Pertumbuhan pada tahun 2014 cukup tinggi yaitu sebesar
4,01 persen. Pada 2015 pertumbuhannya melambat hingga 3,05 persen dan meningkat kembali pada
tahun 2016 menjadi 4,08 persen dan kembali tumbuh sebesar 4,08 persen di tahun 2017.
Di sisi lain, sepanjang tahun 2013 hingga 2017, rata-rata konsumsi per-kapita juga
menunjukan kecenderungan yang searah dengan kenaikan jumlah penduduk, dan selalu diikuti
pula oleh kenaikan nilai konsumsinya. Rata-rata konsumsi per-kapita menunjukan peningkatan,
baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata konsumsi
setiap penduduk di Provinsi Papua Barat meningkat dari tahun ke tahun, baik secara kuantitas
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
32
(volume) maupun secara nilai (termasuk juga peningkatan kualitas). Peningkatan rata-rata konsumsi
per-kapita secara “riil” berkisar antara 0,62 s.d 4,09 persen.
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 3,28 persen pada
tahun 2013. Pertumbuhan ini meningkat pada tahun 2014, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar
cukup signifikan yaitu sebesar 6,72 persen, kemudian pada 2015 pertumbuhannya sempat
melambat menjadi 5,65 persen, tetapi kembali meningkat menjadi 6,70 persen pada tahun 2016 dan
melambat kembali menjadi 6,65 persen di tahun 2017.
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat,
Tahun 2013—20172 (Persen)
Kelompok Konsumsi 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok
53,82 52,73 52,50 53,99 54,18
b. Pakaian dan Alas Kaki 2,02 2,03 1,99 1,86 1,76
c.
Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
10,61 11,57 11,39 11,25 11,02
d. Kesehatan & Pendidikan 5,63 5,56 5,59 5,45 5,51
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
17,47 17,21 17,77 17,59 17,98
f. Hotel & Restoran 4,36 4,44 4,58 4,18 4,15
g. Lainnya 6,09 6,46 6,17 5,68 5,40
Total Konsumsi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Secara umum pada periode tahun 2013 – 2017, nampak pada struktur konsumsi akhir rumah
tangga Papua Barat, konsumsi makanan, minuman, dan rokok sedikit lebih tinggi dibandingkan
konsumsi bukan makanan. Proporsi pengeluaran untuk makanan berada pada kisaran 52 – 54
persen. Proporsi untuk makanan, minuman, dan rokok pada masing-masing tahun mencapai 53,82
persen (2013); 52,73 persen (2014); 52,50 persen (2015); 53,99 persen (2016), dan 54,18 persen (2017).
Bila ditilik lebih jauh mengenai konsumsi bukan makanan didominasi oleh konsumsi untuk
kebutuhan Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya. Konsumsi untuk komponen tersebut
berada pada kisaran 17 persen sepanjang tahun 2013 hingga 2017. Dalam periode yang sama,
konsumsi bukan makanan juga didominasi untuk Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
Penyelenggaraan Rumah Tangga yang berkisar antara 10 hingga 11 persen di tiap tahunnya.
2 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB )
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
33
Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik menarik antara kebutuhan rumah tangga
atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun demikian, pengeluaran
untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting sebagai akibat dari perubahan dan
pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat. Pengeluaran tersebut di antaranya meliputi
biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi,
jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan, perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan
tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya.
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, 2013—2017
(Persen)
Kelompok Konsumsi 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 2,79 5,24 3,83 7,78 6,76
b. Pakaian dan Alas Kaki 3,65 8,77 8,59 2,66 3,06
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
3,36 8,72 4,15 6,54 3,52
d. Kesehatan & Pendidikan 2,61 8,24 7,12 5,12 5,34
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
5,34 8,62 10,64 7,69 9,63
f. Hotel & Restoran 4,37 4,61 4,83 -1,09 7,17
g. Lainnya 1,49 9,44 7,10 4,03 4,71
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Dilihat dari pertumbuhan “riil” nya, kelompok konsumsi pada pengeluaran rumah tangga
di Papua Barat hampir selalu mengalami pertumbuhan positif dalam periode 2013 hingga 2017.
Pertumbuhan “riil” ini menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk
kuantum (volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini menunjukan terjadinya peningkatan daya
beli masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu.
Pertumbuhan negatif hanya dialami oleh Konsumsi Akhir Rumah Tangga untuk kelompok Hotel
dan Restoran pada tahun 2016.
Pertumbuhan untuk kelompok makanan, minuman, dan rokok berkisar antara 2,79 persen
(2013) hingga 7,78 persen (2016). Pertumbuhan sempat terus meningkat hingga tahun 2014,
mencapai 5,24 persen, tetapi melambat pada tahun berikutnya menjadi 3,55 persen. Pertumbuhan
kembali meningkat di tahun 2016 dan menjadi pertumbuhan tertinggi dalam periode 5 tahun
terakhir. Pada tahun 2017, pertumbuhan kelompok makanan, minuman, dan rokok melambat
kembali menjadi sebesar 6,76 persen.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
34
Pada kelompok konsumsi bukan makanan, pola pertumbuhan juga cukup fluktuatif, dimana
tahun 2014 terjadi pertumbuhan lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, di mana dari 6
kelompok konsumsi, 5 diantaranya mengalami pertumbuhan di atas 8 persen. Meskipun demikian,
separuh kelompok konsumsi bukan makanan mengalami perlambatan di tahun berikutnya.
Peningkatan hanya terjadi pada kelompok Kesehatan dan Pendidikan; Transportasi, Komunikasi,
Rekreasi, dan Budaya; dan Hotel dan Restoran. Pada tahun 2017, semua kelompok mengalami
peningkatan kecuali untuk konsumsi Perumahan, Perkakas, Perlengkapan idan Penyelenggaraan
Rumah Tangga yang melambat dari 6,54 persen pada tahun 2016 menjadi 3,52 persen.
Tabel 9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Provinsi Papua Barat, 2013—20173
(Persen)
Kelompok Konsumsi 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6,71 2,43 7,99 6,78 3,80
b. Pakaian dan Alas Kaki 0,98 1,67 1,74 2,06 1,10
c.
Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
2,70 10,31 6,48 3,79 4,46
d. Kesehatan & Pendidikan 2,85 0,41 5,78 3,65 6,07
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
6,25 -0,19 5,11 2,89 2,92
f. Hotel & Restoran 3,72 7,15 10,81 3,26 2,45
g. Lainnya 0,20 6,64 0,37 -1,04 0,40
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam Tabel 9,
menunjukan peningkatan setiap tahun-nya untuk setiap kelompok konsumsi. Peningkatan harga
(inflasi) cukup fluktuatif pada masing-masing kelompok konsumsi. Peningkatan harga dihitung
menggunakan tahun dasar 2010. Secara sederhana, hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan harga
tersebut dihasilkan dengan membandingkan tingkat harga suatu kelompok konsumsi pada tahun
tertentu terhadap tingkat harga kelompok konsumsi yang sama pada tahun 2010. Nilai
pertumbuhan implisit yang positif memperlihatkan terdapat kenaikan harga dibandingkan kondisi
pada tahun dasar. Sebaliknya, pertumbuhan implisit yang negatif menunjukkan terdapat
penurunan harga dibandingkan kondisi pada tahun dasar.
3 Tingkat perubahan harga produk konsumsi
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
35
Sepanjang tahun 2013-2017, kelompok konsumsi Makanan, Minuman, dan Rokok memiliki
pertumbuhan implisit yang positif. Pertumbuhan ini cenderung cukup tinggi, berada di atas 5
persen, kecuali pada tahun 2014 dan 2017. Adapun rincian peningkatan harga pada kelompok
makanan, minuman, dan rokok terjadi sebesar 6,71 persen (2013); 2,43 persen (2014); sempat
melonjak menjadi 7,99 pada tahun 2015, dan melambat pada tahun berikutnya menjadi 6,78 persen
dan kembali melambat menjadi 3,80 persen pada tahun 2017.
Sementara itu, pada kelompok konsumsi bukan makanan, pertumbuhan implisit cenderung
fluktuatif dari tahun ke tahun. Beberapa kelompok konsumsi juga sempat mengalami penurunan
harga dibandingkan tingkat harga pada tahun 2010, ditandai dengan nilai pertumbuhan implisit
yang bernilai negatif. Konsumsi pakaian dan alas kaki mengalami inflasi yang lebih rendah dan
cukup stabil dibandingkan kelompok konsumsi lain, yakni berada pada rentang 0,98 hingga 2,06
persen dalam 5 tahun terakhir. Kelompok hotel dan restoran mengalami fluktuasi peningkatan
harga yang cukup signifikan dalam periode 2013 hingga 2017. Pada tahun 2015 peningkatan harga
bahkan sempat mencapai 10,81 persen setelah tahun sebelumnya mencapai 7,15 persen tetapi turun
signifikan pada tahun 2016 menjadi 3,26 persen dan kembali melambat mencapai 2,45 persen di
tahun 2017. Inflasi kelompok ini secara ditengarai berhubungan tidak langsung dengan peningkatan
harga pada kelompok makanan yang mencakup bahan makanan sebagai bahan baku restoran.
3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
Konsumsi akhir LNPRT peranannya dalam PDRB menurut pengeluaran sangat minor
dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peranan
institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah semestinya dapat lebih ditingkatkan lagi. Data
berikut menunjukan hal tersebut, dimana hal tersebut dapat dilihat dari proporsinya terhadap
PDRB yang minor.
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT
Provinsi Papua Barat, 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi LNPRT
a. ADHB (Miliar Rp) 450,18 556,12 584,36 654,26 746,42
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 385,94 449,43 442,63 464,52 521,10
Proporsi terhadap PDRB 0,85 0,96 0,93 0,98 1,04
(% ADHB)
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
36
Selama periode 2013 – 2017, nilai konsumsi LNPRT baik adh Berlaku maupun adh Konstan
selalu mengalami peningkatan. Tidak hanya itu, proporsi terhadap PDRB juga cenderung
meningkat meskipun sempat menurun pada tahun 2015, tetapi kembali meningkat pada tahun 2016.
Meskipun demikian, nilainya yang sangat kecil menyebabkan proporsi konsumsi LNPRT terhadap
PDRB. Proporsi terbesar hanya sebesar 1,04 persen yang terjadi pada tahun 2017. Sementara itu,
sepanjang tahun 2013 hingga 2016 proporsi konsumsi LNPRT terhadap total PDRB Provinsi Papua
Barat selalu di bawah 1 persen.
3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga dan LNPRT
merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah. Peranan
konsumsi pemerintah dalam perekonomian provinsi Papua Barat serta bagaimana
perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi Pemerintah
a. ADHB (Miliar Rp) 10.296,20 11.594,72 12.982,66 14.761,78 16.006,44
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 8.558,13 8.791,45 9.174,90 9.535,53 10.010,13
Proporsi terhadap PDRB 19,43 19,93 20,64 22,15 22,30
(% ADHB)
Konsumsi Pemerintah per kapita (Ribu Rp)
a. ADHB 12.430,63 13.643,92 14.896,75 16.523,86 17.486,48
b. ADHK 2010 10.332,25 10.345,20 10.527,59 10.673,76 10.935,72
Pertumbuhan
a. Total konsumsi Pemerintah 7,55 2,73 4,36 3,93 4,98
b. Konsumsi perkapita 4,79 0,13 1,76 1,39 2,45
Jumlah penduduk (000 org) 828 850 872 893 915
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik untuk
adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2013, total pengeluaran konsumsi akhir
pemerintah adh Berlaku sebesar 10.296,20 miliar rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada
tahun 2017 nilainya mencapai 16.006,44 miliar rupiah. Demikian halnya dengan konsumsi
pemerintah adh Konstan 2010, juga mengalami peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
37
mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran konsumsi pemerintah dari
sisi kuantitas.
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa sepanjang tahun 2013-2017, proporsi
pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Di mulai dari 19,43 persen pada tahun 2013 hingga mencapai 22,30 persen pada tahun 2017.
Sepanjang periode tersebut, proporsinya selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan
tersebut cenderung didominasi oleh pengeluaran pemerintah untuk konsumsi kolektif.
Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya cakupan
layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap
rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun
tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini
diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita. Pada tahun 2013
konsumsi pemerintah per-kapita adh Berlaku sebesar 12.430,63 ribu rupiah, dan terus meningkat
pada tahun-tahun berikutnya (lihat tabel 11).
Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan (2010) juga menunjukkan adanya
peningkatan setiap tahunnya (lihat tabel 11). Peningkatan tersebut menunjukkan adanya
peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah secara kuantitas. Hal tersebut juga tercermin dari
laju pertumbuhannya yang selalu bernilai positif dari tahun ke tahun.
Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” menunjukkan peningkatan baik
secara keseluruhan maupun rata-rata per penduduk. Parameter ini adalah pendekatan untuk
mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan sumber daya finansial oleh
pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan rincian untuk total konsumsi
pemerintah sebesar 7,55 persen; untuk konsumsi per-kapita 4,79 persen.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
38
Tabel 12. Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Struktur Konsumsi Akhir (belanja) Pemerintah
a. Konsumsi Kolektif (Miliar Rp) 8.111,63 9.188,14 10.292,56 11.770,62 12.883,86
(%) 78,78 79,24 79,28 79,74 80,49
b. Konsumsi Individu (Miliar Rp) 2.184,57 2.406,58 2.690,10 2.991,16 3.122,59
(%) 21,22 20,76 20,72 20,26 19,51
Total Konsumsi (Miliar Rp) 10.296,20 11.594,72 12.982,66 14.761,78 16.006,44
(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Pertumbuhan riil (ADHK 2010) (%)
a. Konsumsi Kolektif 16,07 2,90 4,38 3,99 6,06
b. Konsumsi Individu -15,91 2,07 4,31 3,70 0,82
Total Konsumsi 7,55 2,73 4,36 3,93 4,98
Pertumbuhan indeks harga (%) implisit
a. Konsumsi Kolektif 5,63 10,08 7,32 9,97 3,21
b. Konsumsi Individu 7,28 7,93 7,16 7,22 3,54
Total Konsumsi 5,92 9,62 7,29 9,40 3,29
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Secara struktur, bagian terbesar dari pengeluaran pemerintah adalah untuk konsumsi
kolektif. Sekitar 70 hingga 80 persen pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai belanja
konsumsi tersebut. Secara nominal, pengeluaran ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
(lihat tabel 12). Begitu pula proporsinya terhadap total konsumsi akhir pemerintah yang selalu
mengalami peningkatan setiap tahun. Proporsi pembiayaan pengeluaran pemerintah kolektif
tertinggi terjadi pada tahun 2017, yakni sebesar 80,49 persen dari total pengeluaran pemerintah
Papua Barat.
Konsumsi individu secara nominal pada umumnya mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Seiring dengan peningkatan proporsi konsumsi kolektif, berdampak pada penurunan
proporsi konsumsi individu pada periode 2013-2017 terhadap total pengeluaran pemerintah.
3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan
menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari
berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)4. Fungsi
4 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
39
kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai
lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total PMTB
a. ADHB (Miliar Rp) 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 7.601,44 9.034,86 9.020,80 10.008,94 10.472,31
Proporsi terhadap PDRB 19,23 19,14 20,86 21,00 21,55
(% ADHB)
Struktur PMTB
a. Bangunan (Miliar Rp) 7.692,72 8.226,85 9.728,27 10.659,74 11.584,95
(%) 72,25 75,47 73,89 74,17 76,19
b. Non Bangunan (Miliar Rp) 2.500,78 2.907,51 3.387,84 3.331,52 3.887,61
(%) 24,53 26,11 25,83 23,81 25,13
Total PMTB (Miliar Rp) 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55
(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Pertumbuhan Total PMTB (%) 18,86 -0,16 10,95 4,63 5,02
a. Bangunan (%) 24,62 -0,48 11,89 7,69 5,45
b. Non Bangunan (%) 4,96 0,77 8,29 -4,30 3,61
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga maupun
pemerintah), sepanjang periode 2013-2017, nilai PMTB juga menunjukkan peningkatan dari tahun
ke tahun secara nominal. Senada dengan hal tersebut, peningkatan juga terjadi pada nilai PMTB riil,
kecuali pada tahun 2015, di mana nilai riil PMTB Papua Barat sempat mengalami penurunan tetapi
meningkat kembali di tahun 2016 dan 2017 hingga mencapai 10.472,31 miliar rupiah.
Pertumbuhan PMTB pada masing-masing komponen sangat bervariasi antar tahunnya. Sub
komponen bangunan merupakan komponen dengan proporsi terbesar dalam pembentukan modal
tetap yaitu lebih dari 70 persen. Pertumbuhan dari PMTB Bangunan terbilang sangat fluktuatif pada
periode 2013 hingga 2017. Pertumbuhan pada tahun 2013 mencapai 24,62 persen, kemudian anjlok
hingga mencapai minus 0,48 persen di tahun 2014. Pertumbuhan kembali meningkat pada tahun
2015, tetapi melambat di tahun 2016 menjadi 7,69 persen dan melambat kembali hingga 5,45 persen
di tahun 2017.
Proporsi non bangunan terhadap total PMTB relatif stabil selama periode 2013–2017 hanya
berkisar pada 24 – 26 persen (tabel 13). Proporsi tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan 26,11
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
40
persen. Pertumbuhan “riil” cukup berfluktuasi pada tahun 2013 mencapai 4,96 persen kemudian
terjadi perlambatan di tahun 2014 yakni hanya sebesar 0,77 persen. Pertumbuhan kembali
meningkat pada tahun 2015 menjadi 8,29 persen tetapi kemudian mengalami kontraksi sebesar -4,30
persen di tahun 2016. PMTB non bangunan Provinsi Papua Barat kemudian meningkat kembali di
tahun 2017 menjadi sebesar 3,61 persen.
Secara umum, selama kurun waktu tahun 2013-2017 pertumbuhan total PMTB mengalami
fluktuasi di mana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yang mencapai besaran angka
18,86 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar minus 0,16 persen.
3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam
bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi,
konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan
(bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen
yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net
ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan
persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan.
Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak
berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan
pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai
persediaan (konsep stok).
Tabel 14. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Provinsi Papua Barat, 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Nilai Inventori
a. ADHB (Miliar Rp) -1.165,49 -1.493,38 1.320,22 2.846,68 3.934,35
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) -1.079,47 -1.369,36 961,25 1.929,56 3.075,90
Proporsi terhadap PDRB -2,20 -2,57 2,10 4,27 5,48
(% ADHB)
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan
inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
41
estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih. Hal utama yang dapat dilihat
dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau
nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau negatif).
Pada tahun 2013 perubahan inventori tercatat sebesar minus 1.165,49 miliar rupiah dan pada
tahun 2014 juga terjadi penurunan perubahan inventori sebesar minus 1.1493,38 miliar rupiah yang
mengakibatkan proporsinya menjadi sebesar minus 2,57 persen terhadap PDRB. Pada tahun 2015
perubahan inventori kembali bertanda positif menjadi 1.320,22 miliar rupiah, dan meningkat
menjadi 2.846,68 miliar rupiah pada tahun 2016 dengan proporsi terhadap PDRB sebesar 4,27
persen. Pada tahun 2017, perubahan inventori tercatat meningkat kembali dibandingkan tahun
sebelumnya, menjadi sebesar 3.934,35 miliar rupiah.
3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI
Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk
barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi oleh pihak
luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor pembelian
oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun
laut) yang singgah dan sebagainya.
Secara total, nilai ekspor luar negeri selama periode 2013 – 2017 menunjukkan peningkatan
dari tahun 2013 hingga 2014. Nilai tersebut kemudian menurun pada tahun 2015, dan kembali
menurun di tahun 2016 tetapi meningkat pada tahun 2017. Pada tahun 2013 ekspor luar negeri
mencapai 36.886,71 miliar rupiah, kemudian nilai ekspor meningkat menjadi 45.855,82 miliar rupiah
(2014). Tren ini kemudian berakhir, di mana pada tahun 2015 nilai Ekspor adh berlaku menurun
cukup signifikan menjadi 36.428,40 miliar rupiah dan anjlok kembali pada tahun berikutnya
mencapai 23.355,46 miliar rupiah. Pada tahun 2017, nilai Ekspor adh berlaku meningkat menjadi
26.289,32 miliar rupiah.
Sedikit berbeda dengan nilai ekspor adh Berlaku, nilai ekspor adh Konstan 2010 pada tahun
tertentu menunjukan tren perkembangan yang sedikit berbeda, yaitu dengan nilai “riil” masing-
masing tahun sebesar 26.238,64 miliar rupiah (2013); 30.710,17 miliar rupiah (2014); 35.728,09 miliar
rupiah (2015); 30.274,09 miliar rupiah (2016) dan 28.211,98 miliar rupiah. Selama kurun waktu 2013
- 2015, proporsinya dalam PDRB selalu berada di atas 50 persen, meskipun memiliki cenderung
fluktuatif. Hal berbeda terjadi pada tahun 2016 dan 2017, di mana proporsi Ekspor Luar Negeri
terhadap PDRB menurun cukup signifikan hingga mencapai 35,05 persen dan sedikit meningkat
menjadi 36,62 persen di tahun 2017.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
42
Tabel 15. Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Nilai Ekspor
a. ADHB (Miliar Rp) 36.886,71 45.855,82 36.428,40 23.355,46 26.289,32
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 26.238,64 30.710,17 35.728,09 30.274,09 28.211,98
Proporsi terhadap PDRB 69,60 78,82 57,93 35,05 36,62
(% ADHB)
Struktur Ekspor
a. Barang (Miliar Rp) 26.499,10 34.208,36 36.818,97 45.784,83 36.338,09
(%) 99,82 99,85 99,75 99,62 99,65
b. Jasa (Miliar Rp) 53,80 63,30 67,70 71,00 90,30
(%) 0,18 0,15 0,25 0,38 0,35
Total Ekspor (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Pertumbuhan (%)
- Barang -7,06 17,09 16,34 -15,29 -6,83
- Jasa -5,16 -7,71 13,70 -1,43 3,30
Total Ekspor -7,06 17,04 16,34 -15,27 -6,81
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Menurut komposisinya, ekspor luar negeri Papua Barat didominasi oleh Ekspor berupa
barang (rata-rata 99 persen), sisanya adalah ekspor dalam bentuk jasa. Pertumbuhan riil total ekspor
luar negeri berfluktuasi dari tahun ke tahun dalam periode 5 tahun terakhir. Pada tahun 2013,
komponen Ekspor Barang luar negeri mengalami kontraksi hingga mencapai minus 7,06 persen.
Kontraksi yang terjadi pada tahun 2013 diduga disebabkan oleh pertumbuhan ekspor barang dan
jasa pada tahun 2013 yang juga menunjukkan pertumbuhan negatif, yaitu masing-masing minus
7,06 persen (barang) dan minus 5,16 persen (jasa). Hal ini terjadi disebabkan karena adanya kenaikan
harga komoditas ekspor maupun harga nilai tukar dollar terhadap sehingga nilai ekspor tetap naik
walaupun secara riil mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2014 ekspor tumbuh kembali
sebesar 17,04 persen dan ekspor terus meningkat pada tahun 2015 dengan tingkat pertumbuhan
mencapai 16,34 persen. Total Ekspor luar negeri kemudian mengalami kontraksi kembali pada
tahun 2016 hingga minus 15,27 persen. Pertumbuhan negatif tersebut dihasilkan dari pertumbuhan
Ekspor Luar Negeri Barang maupun Jasa yang keduanya mengalami kontraksi pada tahun 2016.
Kontraksi masih terus berlanjut di tahun 2017 meskipun kontraksi yang terjadi tidak sedalam
kontraksi pada tahun 2016. Pada tahun 2017, komponen Ekspor luar negeri mengalami kontraksi
sebesar minus 6,81 persen.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
43
3.8 PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI
Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun PMTB
(termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari impor. PDRB
menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik. Sehingga untuk
mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut harus
dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai
impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut
lapangan usaha (sektor).
Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan penyediaan
(supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari dari non residen. Impor terdiri dari
produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongan-nya bisa berbeda dengan ekspor.
Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan semakin kuatnya
ketergantungan Indonesia terhadap ekonomi atau produk negara lain. Komponen impor termasuk
pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh penduduk
(resident) Papua Barat di luar negeri, baik yang berupa makanan maupun bukan makanan (termasuk
jasa).
Tabel 16. Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Nilai Impor
a. ADHB (Miliar Rp) 748,41 776,33 732,83 1.546,42 1.290,13
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 623,01 590,16 499,43 1.118,48 1.009,57
Proporsi terhadap PDRB 1,41 1,33 1,17 2,32 1,80
(% -ADHB)
Struktur Impor
a. Barang (Miliar Rp) 330,30 331,22 178,58 869,30 759,33
(%) 44,13 42,66 24,37 56,21 58,86
b. Jasa (Miliar Rp) 418,11 445,11 554,25 677,12 530,81
(%) 55,87 57,34 75,63 43,79 41,14
Total Impor (%)
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Pertumbuhan (%)
- Barang 94,50 -2,26 -50,47 381,51 -1,46
- Jasa 12,42 -7,79 15,71 26,29 -21,71
Total Impor 39,16 -5,27 -15,37 123,95 -9,74
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
44
Tabel 16 di atas menunjukan bahwa pola perkembangan impor luar negeri adh berlaku
Papua Barat dari tahun 2013 hingga 2017 mengalami peningkatan yang cukup besar, yakni dari
748,41 miliar rupiah pada tahun 2013, menjadi 1.290,13 miliar rupiah pada tahun 2017.
Perkembangan signifikan juga terjadi pada impor luar negeri adh konstan 2010, yakni impor luar
negeri bernilai sebesar 623,01 miliar rupiah pada tahun 2013, meningkat cukup tajam menjadi
1.009,57 miliar rupiah pada tahun 2017.
Peningkatan nilai impor luar negeri dalam periode 5 tahun terakhir secara tidak langsung
mempengaruhi proporsi impor luar negeri terhadap total PDRB yang juga ikut meningkat. Pada
tahun 2013, proporsi impor luar negeri sebesar 1,41 persen terhadap total PDRB Papua Barat.
Proporsi ini meningkat hingga mencapai 1,80 persen pada tahun 2017. Proporsi impo negeri setiap
tahunnya dapat dikatakan sangat kecil. Hal ini disebabkan barang impor di Papua Barat lebih
banyak didatangkan dari luar daerah di dalam negeri.
Di sisi lain, secara riil nilai impor luar negeri mengalami pertumbuhan yang sangat
fluktuatif. Pada 2013 impor mengalami penurunan mencapai 39,16 persen. Pada tahun 2014
pertumbuhan riil impor mengalami kontraksi sebesar 5,27 persen walaupun secara nilai adh Berlaku
mengalami kenaikan. Penurunan terus berlanjut pada tahun 2015, dengan pertumbuhan sebesar
minus 15,37 persen. Kondisi kemudian berbalik pada tahun 2016, di mana impor luar negeri
mengalami pertumbuhan hingga mencapai 123,95 persen, tetapi mengalami kontraksi kembali
hingga minus 9,74 persen di tahun 2017.
Menurut komposisinya, impor luar negeri Papua Barat pada periode 2013 hingga 2015
didominasi oleh impor dalam bentuk Jasa. Pola ini kemudian berubah pada tahun 2016 dan 2017,
yakni impor luar negeri barang lebih besar dilakukan hingga proporsinya mencapai 58,86 persen
terhadap total impor luar negeri.
3.9 PERKEMBANGAN NET EKSPOR ANTAR DAERAH
Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar
daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-
impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang ditentukan.
Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa
nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan
penghitungan ekspor-impor antar provinsi menjadikan komponen ini (dalam series PDRB adh Konstan
2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara total PDRB
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
45
menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih
sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi pendukung.
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar daerah dan
impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah juga
hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda “positif”
berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar daserah, demikian pula
sebaliknya.
Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar daerah menjadi nilai ekspor antar daerah
dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan metode cross
hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat keseimbangan permintaan (demand) dan
penyediaan (supply) setiap komoditas di suatu perekonomian. Penghitungan ekspor impor dengan
metode cross-hauling diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity balance adalah
metode penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-Output “bayangan”.
Dalam metode ini, transksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item)
dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
46
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT
PDRB MENURUT PENGELUARAN
PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN 2013 - 2017
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
47
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi
dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disjikan beberapa rasio
(perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia.
4.1 PDRB (NOMINAL)
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu
wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat
digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah dalam
menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai
tambah, pengeluaran, dan pendapatan.
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan
dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Sebagai
contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, maka disajikan data PDRB
perkapita.
Tabel 17. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
Provinsi Papua Barat, 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Nilai PDRB (Miliar Rp)
a. ADHB 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56
b. ADHK 2010 47.694,23 50.259,91 52.346,49 54.711,28 56.906,82
PDRB Perkapita (Ribu Rp)
a. ADHB 63.984,19 68.463,58 72.159,85 74.584,63 78.426,50
b. ADHK 2010 57.581,36 59.142,59 60.064,13 61.242,01 62.168,72
Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHK 2010
4,60 2,71 1,56 1,96 1,51
Jumlah penduduk (000 org) 828 850 872 893 915
Pertumbuhan (%) 2,64 2,60 2,55 2,51 2,46
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
PDRB per-kapita Provinsi Papua Barat menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (tabel
17), seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi
setiap penduduk Papua Barat rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai
perkapita di masing-masing tahun tersebut.
Sementara itu pertumbuhan per kapita secara “riil” selalu bernilai positif. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata PDRB (nilai tambah) yang diciptakan setiap penduduk Papua Barat
selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dalam periode 2013-2017. Pertumbuhan PDRB per
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
48
kapita pada periode 2013 – 2017 berada pada kisaran minus 1,51 – 4,60 persen. Pertumbuhan
ekonomi tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat pada kisaran
2,46 – 2,64 persen.
4.2 PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK KONSUMSI AKHIR RUMAH
TANGGA TERHADAP EKSPOR
Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi RT di wilayah
domestik dengan produk yang diekspor. Konsumsi rumah tangga mempunyai kontribusi sekitar
25-28 persen terhadap PDRB Papua Barat, yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di
wilayah Papua Barat sebanyak 25-28 persen digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga.
Meskipun di dalam konsumsi akhir rumah tangga tersebut termasuk pula sebagian produk yang
berasal dari impor.
Tabel 18. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi RT (ADHB) 13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63
(Miliar Rp)
Total Ekspor (ADHB) 41.543,52 51.704,12 41.630,33 32.930,90 42.444,55
(Miliar Rp)
Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor
0,32 0,28 0,40 0,56 0,48
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, produk yang digunakan untuk konsumsi
rumah tangga sebesar 0,32 kali dari yang diekspor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan
(supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan ekspor. Rasio ini mengalami penurunan
hingga tahun 2014 mencapai nilai 0,28. Peningkatan rasio terjadi pada tahun 2015 (0,40) lebih
disebabkan karena penurunan nilai ekspor, sementara sebaliknya konsumsi rumah tangga justru
meningkat. Rasio ini kembali meningkat pada tahun 2016, menjadi sebesar 0,56 dan turun menjadi
0,48 pada tahun 2017. Secara implisit data tersebut menjelaskan, bahwa nilai konsumsi akhir rumah
tangga semakin meningkat dan atau sebaliknya nilai ekspor semakin menurun. Peningkatan dan
penurunan tersebut disebabkan oleh perubahan volume maupun harga.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
49
4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir
rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Sekilas
nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik digunakan
untuk konsumsi akhir rumah tangga.
Tabel 19. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)
13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63
Total PMTB (ADHB) 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55
(Miliar Rp)
Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB
1,31 1,32 1,26 1,33 1,32
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Rasio antara konsumsi rumah tangga terhadap PMTB pada periode 2013-2017 berkisar pada
angka 1,26 hingga 1,33. Nilai yang lebih dari satu menunjukkan bahwa penggunaan PDRB untuk
konsumsi rumah tangga selalu lebih besar dibandingkan penggunaan untuk PMTB.
Rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB mengalami fluktuasi dalam periode 2013
hingga 2017, dari sebesar 1,31 pada tahun 2013 lalu sedikit meningkat pada tahun 2014 yaitu 1,32
tetapi turun kembali menjadi 1,26 di tahun 2015 dan meningkat kembali pada tahun 2016 menjadi
1,33. Rasio ini kembali menurun pada tahun 2017 mencapai 1,32. Meskipun berfluktuasi, rasio ini
selalu berkisar di atas nilai 1. Hal ini ditengarai terjadi karena kenaikan nilai konsumsi akhir rumah
tangga tidak secepat kenaikan nilai investasi.
4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB
Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan
jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi.
Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan
sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
50
Tabel 20. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Provinsi Papua Barat, 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Konsumsi Akhir (ADHB) (Miliar Rp)
a. Rumah Tangga 13.375,76 14.717,00 16.573,31 18.549,04 20.483,63
b. LNPRT 450,18 556,12 584,36 654,26 746,42
c. Pemerintah 10.296,20 11.594,72 12.982,66 14.761,78 16.006,44
Jumlah 24.122,14 26.867,84 30.140,33 33.965,09 37.236,49
PDRB (ADHB) (Miliar Rp) 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56
Proporsi 45,52 46,18 47,93 50,97 51,87
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Barang dan jasa yang berada di wilayah domestik yang digunakan untuk memenuhi
permintaan konsumsi akhir selalu meningkat nilainya setiap tahun. Dengan peningkatan nilai
tersebut, proporsinya terhadap PDRB juga semakin mengalami peningkatan. Hal ini
mengindikasikan produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir (PMTB atau eskpor)
memiliki peranan yang berkurang setiap tahunnya. Tahun 2016 dan 2017 bahkan penggunaan untuk
konsumsi akhir telah sedikit melebihi separuh total PDRB adh berlaku Papua Barat.
4.5 PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB
Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, tetapi
diperdagangkan ke luar daerah. Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan besar
menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa pula
berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk menunjukkan
perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi kapital (PMTB).
Tabel 21. Rasio Ekspor terhadap PMTB (ADHB) Tahun 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Ekspor (ADHB) 41.543,52 51.704,12 41.630,33 32.930,90 42.444,55
(Miliar Rp)
Total PMTB (ADHB) 10.193,50 11.134,36 13.116,11 13.991,27 15.472,55
(Miliar Rp)
Rasio Ekspor terhadap PMTB 4,08 4,64 3,17 2,35 2,74
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
Selama tahun 2013 – 2017 ekspor mempunyai nilai yang lebih tinggi dari PMTB, bahkan
sempat mencapai lebih dari 4 kali lipat pada tahun 2013 dan 2014. Rasio ini kemudian menurun di
tahun 2015 dan 2016, hingga mencapai 2,35 kemudian meningkat lagi di tahun 2017 menjadi 2,74.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
51
Hal ini terjadi seiring menurunnya nilai ekspor pada tahun 2015 dan 2016 dan meningkat kembali
pada tahun 2017.
4.6 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR
Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang dihasilkan di
wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor baik dari luar negeri
maupun luar provinsi di dalam negeri. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang ketergantungan
PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh daerah lain. Jika rasionya kecil berarti ketergantungan
akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya.
Tabel 22. Rasio PDRB terhadap Impor Provinsi Papua Barat Tahun 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PDRB (ADHB) 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56
(Miliar Rp)
Total Impor (ADHB) 21.696,01 30.031,98 23.318,96 17.102,85 27.299,38
(Miliar Rp)
Rasio PDRB terhadap Impor 2,44 1,94 2,70 3,90 2,63
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Rasio PDRB terhadap impor tahun 2013 tercatat sebesar 2,44. Rasio kemudian turun pada
tahun berikutnya yaitu menjadi 1,94 (2014) dan meningkat pada tahun 2015 dan 2016, berturut-turut
sebesar 2,70 dan 3,90. Pada tahun 2017 rasio PDRB terhadap impor turun kembali menjadi 2,63.
Rasio tertinggi dalam periode 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2016 (3,90), lebih disebabkan
peningkatan PDRB, sedangkan nilai impor justru menurun. Peningkatan rasio menunjukkan
berkurangnya ketergantungan PDRB terhadap produk impor yang bersifat positif terhadap
perekonomian.
4.7 KESEIMBANGAN TOTAL PENYEDIAAN DAN TOTAL PERMINTAAN
Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah oleh
produk yang berasal dari impor. Ketergantungan (ketidakseimbangan) tersebut dapat dilihat
melalui keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total permintaan akhir (demand).
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
52
Tabel 23. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Provinsi Papua Barat, 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Penyediaan
PDRB (ADHB) (Miliar Rp) 52.997,66 58.180,96 62.888,03 66.631,08 71.788,56
(%) 70,95 65,96 72,95 79,57 72,45
Total nilai Impor ADHB (Miliar Rp) 21.696,01 30.031,98 23.318,96 17.102,85 27.299,38
(%) 29,05 34,04 27,05 20,43 27,55
Total Permintaan Akhir (Miliar Rp) 74.693,67 88.212,94 86.206,99 83.733,93 99.087,94
(%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir domestik,
sebagian produk masih harus didatangkan dari luar dareah, dengan rentang 20 s.d 34 persen.
Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa dipenuhi sekitar 70 persen dari selisih hasil
produksi domestik. Dalam kurun waktu tersebut, tendensi permintaan (akhir) masyarakat terus
meningkat setiap tahunnya, dari 74.693,67 miliar rupiah (2012) menjadi sebesar 88.212,94 miliar
rupiah (2014) tetapi sedikit menurun menjadi 86.206,99 miliar rupiah (2015) dan pada tahun 2016
menjadi 83.731,18 miliar rupiah. Permintaan akhir naik cukup signifikan pada tahun 2017 menjadi
sebesar 99.087,94 miliar rupiah.
Di sisi lain, “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh ekonomi
domestik selalu meningkat dari tahun ke tahun dalam periode 2013 hingga 2017. Karena produk
domestik tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka berbagai produk barang
dan jasa yang tidak dapat dipenuhi sendiri diimpor, dengan nilai masing-masing tahun sebesar
21.696,01 miliar rupiah (2013); dan 30.031,98 miliar rupiah (2014), 23.318,96 miliar rupiah (2015);
17.102,85miliar rupiah (2016); dan 27.299,38 miliar rupiah (2017).
4.8 NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)
Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar negeri
(non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor
dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor,
maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk
atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran devisa masuk,
sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan
bahwa kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
53
Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio) antara
nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio tersebut tidak dapat
merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun kuantum. Apabila rasio lebih
besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor, sebaliknya apabila rasio
kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi dari pada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor
atau impor suatu negara sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta kebutuhan
masyarakatnya.
Tabel 24. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa, Provinsi Papua Barat, 2013—2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Nilai Ekspor (ADHB) (Miliar Rp)
41.543,52 51.704,12 41.630,33 32.930,90 42.444,55
Nilai Impor (ADHB) (Miliar Rp) 21.696,01 30.031,98 23.318,96 17.102,85 27.299,38
Net ekspor (X – M) (Miliar Rp) 19.847,51 21.672,14 18.311,36 15.828,04 15.145,17
Rasio ekspor thdp Impor 1,91 1,72 1,79 1,93 1,55
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
Selama periode 2013 - 2017, posisi perdagangan barang dan jasa provinsi Papua Barat
dengan luar negeri dan antar provinsi, selalu menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan
neraca perdagangan barang dan jasa provinsi Papua Barat selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor
yang lebih besar dari impor menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam konteks lain
disebut sebagai “tabungan luar negeri”. Surplus perdagangan Provinsi Papua Barat yang terjadi
antara tahun 2013 sampai dengan 2017 tercatat masing-masing sebesar 19.847,51 miliar rupiah (2013)
dan 21.672,14 miliar rupiah (2014), 18.311,36 miliar rupiah (2015), 15.828,04 miliar rupiah (2016), dan
15.145,17 miliar rupiah (2017).
Nilai ekspor yang selalu lebih besar daripada nilai impor, berimplikasi kepada rasio ekspor
terhadap impor bernilai lebih dari nilai 1. Nilai rasio ini berkisar antara nilai 1,55 hingga 1,93 dalam
periode 2013-2017. Rasio ekspor terhadap impor yang terbesar terjadi pada tahun 2016, yakni
mencapai 1,93.
4.9 RASIO PERDAGANGAN INTERNASIONAL (RPI)
Rasio ini menunjukkan perbandingan aktivitas perdagangan internasional dari suatu
wilayah, apakah didominasi oleh ekspor atau impor luar negeri (LN). Formulasinya diperoleh
dengan menghitung selisih antara ekspor LN dikurangi impor LN dibagi dengan jumlah ekspor LN
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
54
dan impor LN. Koefisien RPI berkisar antara -1 s.d + 1 ( - 1 < RPI < +1 ). Jika RPI berkisar antara
minus 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh impor, sedangkan apabila berkisar
antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh transaksi ekspor.
Tabel 25. Rasio Perdagangan Internasional, Provinsi Papua Barat, 2013 - 2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Nilai Ekspor LN, ADHB (X) (Miliar Rp)
36.886,71 45.855,82 36.428,40 23.355,46 26.289,32
Nilai Impor LN, ADHB (M) 748,41 776,33 732,83 1546,42 1290,13
(Miliar Rp)
(X – M) 36.138,30 45.079,49 35.695,57 21.809,04 24.999,18
(Miliar Rp)
(X +M) 37.635,12 46.632,14 37.161,23 24.901,88 27.579,45
(Miliar Rp)
R P I 0,96 0,97 0,96 0,88 0,91
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada periode tahun 2013-2017, posisi ekspor
selalu lebih tinggi dari impor karena bernilai postif dan mendekati 1. Nilai ekspor luar negeri pada
periode tersebut terus meningkat dari 36.886,71 miliar rupiah pada tahun 2013 menjadi 36.428,40
miliar rupiah pada tahun 2015 tetapi menurun pada tahun 2016 menjadi 23.355,46 miliar rupiah dan
meningkat kembali di tahun 2017 menjadi 26.289,32 miliar rupiah.
Dengan nilai Rasio Perdagangan Internasional Provinsi Papua Barat pada periode 2013-2017
yang bernilai positif dan mendekati nilai 1, hal ini mengindikasi bahwa perdagangan internasional
Papua Barat selalu didominasi oleh kegiatan ekspor, dengan rasio yang sangat tinggi yaitu berkisar
antara 0,88 sampai dengan 0,97. Dengan kata lain, menunjukkan ekspor luar negeri sangat dominan,
sementara impor luar negeri dalam bentuk barang dan jasa hanya sebagian kecil.
4.10 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)
”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio investasi
kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan investasi tersebut.
ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah
output (keluaran).
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya
alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
55
output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini
digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”.
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara
penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit
nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit. Formula :
1
tt
t
YY
I
Y
I
Y
KICOR
Di mana: tI = PMTB tahun ke t
tY = Output tahun ke t
1tY = Output tahun ke t-1
Tabel 26. Incremental Capital Output Ratio, Provinsi Papua Barat, 2013 – 2017
Uraian 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PDRB (ADHK 2010) 47.694,23 50.259,91 52.346,49 54.711,28 56.906,82
(miliar rupiah)
Perubahan 3.270,90 2.565,67 2.086,58 2.364,80 2.195,54
(miliar rupiah)
PMTB (ADHK 2010) 9.034,86 9.020,80 10.008,94 10.472,31 10.997,87
(miliar Rp)
ICOR 2,76 3,52 4,80 4,43 5,01
* Angka Sementara ** Angka sangat sementara
Data di atas menunjukkan besaran ICOR mengalami sedikit fluktuasi dalam periode 5 tahun
terakhir. Nilai ICOR sebesar 2,76 pada tahun 2013 mengalami peningkatan pada tahun 2014 dan
2015 menjadi 4,80 dan sedikit menurun pada tahun 2016 menjadi 4,43. Pada tahun 2017, ICOR
Provinsi Papua Barat meningkat kembali dan mencapai sebesar 5,01 yang menjadi nilai ICOR
terbesar selama periode 2013-2017.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
56
BAB V
PENUTUP
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
57
1. PDRB menurut pengeluaran tahun 2013 s.d 2017 dapat menggambarkan perubahan struktur
dan perkembangan kondisi ekonomi provinsi Papua Barat pada periode bersangkutan.
Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi
lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB
pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan
konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah.
Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir
dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah
tangga (LNPRT), pemerintah, dan perusahaan.
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis
didasarkan pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga
dilengkapi dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan
pegawai negeri), sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2013 s.d 2017, sehingga mudah di
dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antar waktu. Masing-
masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio,
unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data.
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, dapat
dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti
pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan
antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung
maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti
PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial
Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana.
5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat disajikan
di sini, seperti ekspor dan impor, dan transfer berjalan (current tranfer) neto. Transaksi
eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi Provinsi Papua Barat
terhadap ekonomi negara lain (rest of the world).
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
58
LAMPIRAN
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
59
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
(Juta Rp)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 13.375.761 14.716.999 16.573.309 18.549.038 20.483.626
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 7.199.275 7.760.628 8.701.618 10.014.229 11.097.186
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 269.865 298.416 329.659 345.414 359.910
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga1.419.533 1.702.374 1.887.897 2.087.533 2.257.496
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 752.939 818.355 927.258 1.010.313 1.128.843
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 2.336.201 2.532.676 2.945.375 3.263.656 3.682.418
1.f. Hotel dan Restoran 582.793 653.242 758.863 775.089 851.038
1.g. Lainnya 815.156 951.308 1.022.637 1.052.805 1.106.735
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 450.181 556.121 584.362 654.263 746.421
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 10.296.201 11.594.724 12.982.663 14.761.784 16.006.442
3.a. Konsumsi Kolektif 8.111.634 9.188.140 10.292.558 11.770.623 12.883.856
3.b. Konsumsi Individu 2.184.567 2.406.584 2.690.105 2.991.161 3.122.586
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 10.193.499 11.134.357 13.116.111 13.991.265 15.472.554
4.a. Bangunan 7.692.723 8.226.847 9.728.274 10.659.743 11.584.945
4.b. Non-Bangunan 2.500.776 2.907.511 3.387.836 3.331.522 3.887.609
5. Perubahan Inventori -1.165.491 -1.493.381 1.320.220 2.846.680 3.934.346
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 36.886.706 45.855.816 36.428.402 23.355.461 26.289.317
6.a. Barang 36.818.965 45.784.827 36.338.094 23.266.063 26.196.678
6.b. Jasa 67.741 70.990 90.307 89.398 92.640
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 748.410 776.325 732.829 1.546.423 1.290.132
7.a. Barang 330.300 331.216 178.578 869.298 759.326
7.b. Jasa 418.110 445.109 554.251 677.125 530.806
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) -16.290.789 -23.407.348 -17.384.208 -5.980.994 -9.854.018
8.a. Ekspor 4.656.810 5.848.304 5.201.925 9.575.437 16.155.233
8.b. Impor 20.947.599 29.255.651 22.586.133 15.556.431 26.009.251
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 52.997.659 58.180.964 62.888.030 66.631.076 71.788.556
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
60
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
(Juta Rp)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 11.896.504 12.696.223 13.413.479 14.312.318 15.264.464
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6.210.236 6.535.587 6.785.814 7.313.703 7.807.977
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 260.273 283.087 307.392 315.568 325.219
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga1.322.781 1.438.080 1.497.794 1.595.736 1.651.939
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 670.368 725.608 777.270 817.100 860.714
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 2.090.215 2.270.329 2.511.849 2.705.055 2.965.511
1.f. Hotel dan Restoran 534.479 559.122 586.147 579.778 621.338
1.g. Lainnya 808.152 884.410 947.213 985.378 1.031.766
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 385.939 449.426 442.625 464.520 521.098
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 8.558.126 8.791.446 9.174.898 9.535.529 10.010.131
3.a. Konsumsi Kolektif 6.776.523 6.972.948 7.278.050 7.568.453 8.026.867
3.b. Konsumsi Individu 1.781.603 1.818.499 1.896.848 1.967.077 1.983.264
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 9.034.860 9.020.799 10.008.944 10.472.305 10.997.873
4.a. Bangunan 6.695.946 6.663.814 7.456.456 8.029.499 8.466.773
4.b. Non-Bangunan 2.338.914 2.356.985 2.552.488 2.442.806 2.531.100
5. Perubahan Inventori -1.079.473 -1.369.361 961.255 1.929.564 3.075.896
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 26.238.641 30.710.167 35.728.089 30.274.095 28.211.984
6.a. Barang 26.183.434 30.659.219 35.670.162 30.216.995 28.152.998
6.b. Jasa 55.207 50.948 57.927 57.100 58.986
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 623.009 590.162 499.428 1.118.481 1.009.571
7.a. Barang 283.637 277.215 137.308 661.158 651.519
7.b. Jasa 339.373 312.948 362.119 457.323 358.052
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) -6.717.353 -9.448.630 -16.883.376 -11.158.568 -10.165.053
8.a. Ekspor 3.943.714 4.624.248 4.710.297 9.172.203 14.386.677
8.b. Impor 10.661.067 14.072.878 21.593.672 20.330.771 24.551.730
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 47.694.235 50.259.908 52.346.486 54.711.282 56.906.822
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
61
Lampiran 3. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Provinsi Papua Barat
(Persen)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 25,24 25,30 26,35 27,84 28,53
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 13,58 13,34 13,84 15,03 15,46
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 0,51 0,51 0,52 0,52 0,50
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga2,68 2,93 3,00 3,13 3,14
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1,42 1,41 1,47 1,52 1,57
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 4,41 4,35 4,68 4,90 5,13
1.f. Hotel dan Restoran 1,10 1,12 1,21 1,16 1,19
1.g. Lainnya 1,54 1,64 1,63 1,58 1,54
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,85 0,96 0,93 0,98 1,04
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 19,43 19,93 20,64 22,15 22,30
3.a. Konsumsi Kolektif 15,31 15,79 16,37 17,67 17,95
3.b. Konsumsi Individu 4,12 4,14 4,28 4,49 4,35
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 19,23 19,14 20,86 21,00 21,55
4.a. Bangunan 14,52 14,14 15,47 16,00 16,14
4.b. Non-Bangunan 4,72 5,00 5,39 5,00 5,42
5. Perubahan Inventori -2,20 -2,57 2,10 4,27 5,48
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 69,60 78,82 57,93 35,05 36,62
6.a. Barang 69,47 78,69 57,78 34,92 36,49
6.b. Jasa 0,13 0,12 0,14 0,13 0,13
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 1,41 1,33 1,17 2,32 1,80
7.a. Barang 0,62 0,57 0,28 1,30 1,06
7.b. Jasa 0,79 0,77 0,88 1,02 0,74
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) -30,74 -40,23 -27,64 -8,98 -13,73
8.a. Ekspor 8,79 10,05 8,27 14,37 22,50
8.b. Impor 39,53 50,28 35,91 23,35 36,23
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
62
Provinsi Papua Barat (Persen)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 24,94 25,26 25,62 26,16 26,82
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 13,02 13,00 12,96 13,37 13,72
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 0,55 0,56 0,59 0,58 0,57
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga2,77 2,86 2,86 2,92 2,90
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 1,41 1,44 1,48 1,49 1,51
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 4,38 4,52 4,80 4,94 5,21
1.f. Hotel dan Restoran 1,12 1,11 1,12 1,06 1,09
1.g. Lainnya 1,69 1,76 1,81 1,80 1,81
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,81 0,89 0,85 0,85 0,92
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 17,94 17,49 17,53 17,43 17,59
3.a. Konsumsi Kolektif 14,21 13,87 13,90 13,83 14,11
3.b. Konsumsi Individu 3,74 3,62 3,62 3,60 3,49
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 18,94 17,95 19,12 19,14 19,33
4.a. Bangunan 14,04 13,26 14,24 14,68 14,88
4.b. Non-Bangunan 4,90 4,69 4,88 4,46 4,45
5. Perubahan Inventori -2,26 -2,72 1,84 3,53 5,41
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 55,01 61,10 68,25 55,33 49,58
6.a. Barang 54,90 61,00 68,14 55,23 49,47
6.b. Jasa 0,12 0,10 0,11 0,10 0,10
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 1,31 1,17 0,95 2,04 1,77
7.a. Barang 0,59 0,55 0,26 1,21 1,14
7.b. Jasa 0,71 0,62 0,69 0,84 0,63
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) -14,08 -18,80 -32,25 -20,40 -17,86
8.a. Ekspor 8,27 9,20 9,00 16,76 25,28
8.b. Impor 22,35 28,00 41,25 37,16 43,14
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
Lampiran 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
63
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
Provinsi Papua Barat (Persen)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 8,75 10,03 12,61 11,92 10,43
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 9,68 7,80 12,13 15,08 10,81
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 4,67 10,58 10,47 4,78 4,20
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga6,15 19,92 10,90 10,57 8,14
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 5,54 8,69 13,31 8,96 11,73
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 11,92 8,41 16,29 10,81 12,83
1.f. Hotel dan Restoran 8,26 12,09 16,17 2,14 9,80
1.g. Lainnya 1,70 16,70 7,50 2,95 5,12
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 16,80 23,53 5,08 11,96 14,09
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 13,92 12,61 11,97 13,70 8,43
3.a. Konsumsi Kolektif 22,60 13,27 12,02 14,36 9,46
3.b. Konsumsi Individu -9,78 10,16 11,78 11,19 4,39
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 23,30 9,23 17,80 6,67 10,59
4.a. Bangunan 28,79 6,94 18,25 9,57 8,68
4.b. Non-Bangunan 8,99 16,26 16,52 -1,66 16,69
5. Perubahan Inventori - - - - -
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 7,63 24,32 -20,56 -35,89 12,56
6.a. Barang 7,63 24,35 -20,63 -35,97 12,60
6.b. Jasa 7,04 4,80 27,21 -1,01 3,63
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 52,67 3,73 -5,60 111,02 -16,57
7.a. Barang 104,51 0,28 -46,08 386,79 -12,65
7.b. Jasa 27,20 6,46 24,52 22,17 -21,61
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) - - - - -
8.a. Ekspor - - - - -
8.b. Impor - - - - -
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 11,76 9,78 8,09 5,95 7,74
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
64
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Provinsi Papua Barat (Persen)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 3,28 6,72 5,65 6,70 6,65
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 2,79 5,24 3,83 7,78 6,76
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 3,65 8,77 8,59 2,66 3,06
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga3,36 8,72 4,15 6,54 3,52
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 2,61 8,24 7,12 5,12 5,34
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 5,34 8,62 10,64 7,69 9,63
1.f. Hotel dan Restoran 4,37 4,61 4,83 -1,09 7,17
1.g. Lainnya 1,49 9,44 7,10 4,03 4,71
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 9,01 16,45 -1,51 4,95 12,18
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 7,55 2,73 4,36 3,93 4,98
3.a. Konsumsi Kolektif 16,07 2,90 4,38 3,99 6,06
3.b. Konsumsi Individu -15,91 2,07 4,31 3,70 0,82
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 18,86 -0,16 10,95 4,63 5,02
4.a. Bangunan 24,62 -0,48 11,89 7,69 5,45
4.b. Non-Bangunan 4,96 0,77 8,29 -4,30 3,61
5. Perubahan Inventori - - - - -
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) -7,06 17,04 16,34 -15,27 -6,81
6.a. Barang -7,06 17,09 16,34 -15,29 -6,83
6.b. Jasa -5,16 -7,71 13,70 -1,43 3,30
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 39,16 -5,27 -15,37 123,95 -9,74
7.a. Barang 94,50 -2,26 -50,47 381,51 -1,46
7.b. Jasa 12,42 -7,79 15,71 26,29 -21,71
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) - - - - -
8.a. Ekspor - - - - -
8.b. Impor - - - - -
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 7,36 5,38 4,15 4,52 4,01
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
65
Lampiran 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
Provinsi Papua Barat
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 122,64 134,94 151,96 170,07 187,81
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 122,36 131,90 147,90 170,20 188,61
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 114,15 126,22 139,44 146,10 152,23
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga117,50 140,91 156,27 172,79 186,86
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 122,84 133,51 151,28 164,83 184,17
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 129,58 140,48 163,37 181,03 204,26
1.f. Hotel dan Restoran 123,03 137,90 160,20 163,62 179,65
1.g. Lainnya 118,31 138,07 148,42 152,80 160,63
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 140,72 173,84 182,66 204,51 233,32
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 151,82 170,97 191,44 217,67 236,02
3.a. Konsumsi Kolektif 165,91 187,93 210,52 240,75 263,52
3.b. Konsumsi Individu 115,43 127,16 142,14 158,05 164,99
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 148,74 162,47 191,38 204,15 225,77
4.a. Bangunan 152,99 163,62 193,48 212,00 230,40
4.b. Non-Bangunan 137,01 159,30 185,61 182,53 212,99
5. Perubahan Inventori -43,09 -55,22 48,81 105,26 145,47
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 238,40 296,37 235,44 150,95 169,91
6.a. Barang 238,64 296,75 235,52 150,80 169,79
6.b. Jasa 154,97 162,40 206,59 204,51 211,93
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 86,79 90,03 84,99 179,34 149,62
7.a. Barang 59,58 59,74 32,21 156,79 136,96
7.b. Jasa 135,80 144,57 180,02 219,93 172,41
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 1.999,86 2.873,50 2.134,09 734,23 1.209,68
8.a. Ekspor 29,00 36,42 32,40 59,63 100,61
8.b. Impor 124,16 173,40 133,87 92,20 154,16
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 128,13 140,66 152,04 161,09 173,56
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
66
Lampiran 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Provinsi Papua Barat
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 109,08 116,41 122,98 131,23 139,96
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 105,55 111,08 115,33 124,31 132,71
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 110,09 119,74 130,02 133,48 137,56
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga109,49 119,03 123,98 132,08 136,74
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 109,37 118,38 126,81 133,31 140,43
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 115,94 125,93 139,33 150,04 164,49
1.f. Hotel dan Restoran 112,83 118,03 123,74 122,39 131,16
1.g. Lainnya 117,29 128,36 137,47 143,01 149,75
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 120,64 140,48 138,36 145,20 162,89
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 126,19 129,63 135,29 140,61 147,60
3.a. Konsumsi Kolektif 138,60 142,62 148,86 154,80 164,18
3.b. Konsumsi Individu 94,14 96,09 100,23 103,94 104,79
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 131,83 131,63 146,05 152,81 160,48
4.a. Bangunan 133,17 132,53 148,30 159,69 168,39
4.b. Non-Bangunan 128,14 129,13 139,85 133,84 138,67
5. Perubahan Inventori -39,91 -50,63 35,54 71,35 113,73
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 169,58 198,48 230,92 195,67 182,34
6.a. Barang 169,71 198,72 231,19 195,85 182,47
6.b. Jasa 126,30 116,55 132,52 130,63 134,94
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 72,25 68,44 57,92 129,71 117,08
7.a. Barang 51,16 50,00 24,77 119,25 117,51
7.b. Jasa 110,23 101,65 117,62 148,54 116,30
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 824,63 1.159,92 2.072,61 1.369,83 1.247,87
8.a. Ekspor 24,56 28,80 29,33 57,12 89,60
8.b. Impor 63,19 83,41 127,99 120,50 145,52
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 115,31 121,51 126,56 132,28 137,58
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
67
Lampiran 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 112,43 115,92 123,56 129,60 134,19
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 115,93 118,74 128,23 136,92 142,13
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 103,69 105,41 107,24 109,46 110,67
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga107,31 118,38 126,05 130,82 136,66
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 112,32 112,78 119,30 123,65 131,15
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 111,77 111,56 117,26 120,65 124,17
1.f. Hotel dan Restoran 109,04 116,83 129,47 133,69 136,97
1.g. Lainnya 100,87 107,56 107,96 106,84 107,27
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 116,65 123,74 132,02 140,85 143,24
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 120,31 131,89 141,50 154,81 159,90
3.a. Konsumsi Kolektif 119,70 131,77 141,42 155,52 160,51
3.b. Konsumsi Individu 122,62 132,34 141,82 152,06 157,45
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 112,82 123,43 131,04 133,60 140,69
4.a. Bangunan 114,89 123,46 130,47 132,76 136,83
4.b. Non-Bangunan 106,92 123,36 132,73 136,38 153,59
5. Perubahan Inventori 107,97 109,06 137,34 147,53 127,91
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 140,58 149,32 101,96 77,15 93,18
6.a. Barang 140,62 149,33 101,87 77,00 93,05
6.b. Jasa 122,70 139,34 155,90 156,56 157,05
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 120,13 131,54 146,73 138,26 127,79
7.a. Barang 116,45 119,48 130,06 131,48 116,55
7.b. Jasa 123,20 142,23 153,06 148,06 148,25
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 242,52 247,73 102,97 53,60 96,94
8.a. Ekspor 118,08 126,47 110,44 104,40 112,29
8.b. Impor 196,49 207,89 104,60 76,52 105,94
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 111,12 115,76 120,14 121,79 126,15
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
68
Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100) Menurut Pengeluaran,
Provinsi Papua Barat (Persen)
Komponen Pengeluaran 2013 2014 2015 2016* 2017**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 5,30 3,10 6,59 4,89 3,54
1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6,71 2,43 7,99 6,78 3,80
1.b. Pakaian dan Alas Kaki 0,98 1,67 1,74 2,06 1,10
1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
ereiiPenyelenggaraan Rumah Tangga2,70 10,31 6,48 3,79 4,46
1.d. Kesehatan dan Pendidikan 2,85 0,41 5,78 3,65 6,07
1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 6,25 -0,19 5,11 2,89 2,92
1.f. Hotel dan Restoran 3,72 7,15 10,81 3,26 2,45
1.g. Lainnya 0,20 6,64 0,37 -1,04 0,40
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 7,14 6,08 6,69 6,68 1,70
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.a. + 3.b.) 5,92 9,62 7,29 9,40 3,29
3.a. Konsumsi Kolektif 5,63 10,08 7,32 9,97 3,21
3.b. Konsumsi Individu 7,28 7,93 7,16 7,22 3,54
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 3,74 9,40 6,17 1,95 5,30
4.a. Bangunan 3,35 7,46 5,68 1,75 3,07
4.b. Non-Bangunan 3,84 15,37 7,60 2,75 12,62
5. Perubahan Inventori -9,20 1,01 25,94 7,42 -13,30
6. Ekspor Luar Negeri (6.a. + 6.b.) 15,81 6,21 -31,72 -24,34 20,79
6.a. Barang 15,81 6,20 -31,78 -24,42 20,85
6.b. Jasa 12,86 13,56 11,89 0,43 0,31
7. Impor Luar Negeri (7.a. + 7.b.) 9,71 9,50 11,55 -5,77 -7,57
7.a. Barang 5,15 2,60 8,85 1,10 -11,36
7.b. Jasa 13,14 15,45 7,61 -3,26 0,13
8. Net Ekspor Antar Daerah (8.a. - 8.b.) 70,52 2,15 -58,44 -47,94 80,86
8.a. Ekspor 10,16 7,10 -12,68 -5,47 7,56
8.b. Impor 42,64 5,80 -49,69 -26,85 38,45
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) 4,10 4,18 3,78 1,37 3,58
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
69
DAFTAR PUSTAKA
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Papua Barat, 2013-2017
70
1. Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
2. , Statistik Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
3. , Incremental Capital Output Ratio Sektor Industri, 1980-1990, Jakarta.
4. , Pendapatan Nasional Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
5. , Statistik Industri, berbagai seri, Jakarta.
6. , Statistik Listrik, Gas dan Air, berbagai seri, Jakarta.
7. , Statistik Pertambangan Migas, berbagai seri, Jakarta.
8. , Statistik Pertambangan Non Migas, berbagai seri, Jakarta.
9. , Statistik Konstruksi, berbagai seri, Jakarta.
10. Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta.
11. , Statistik Keuangan BUMN dan BUMD, 1997, Jakarta 2000.
12. , Profil Ekonomi Rumahtangga 1998, Jakarta 1999.
13. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.
14. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29, Washington
DC, 1979.
15. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in
Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta
1988.
https:
//pap
uabar
at.b
ps.go.id
D A T A Mencerdaskan Bangsa http
s://p
apuab
arat
.bps.g
o.id