grand design - bkkbn

197

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 2: GRAND DESIGN - BKKBN

i

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

GRAND DESIGN

PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2011-2035

© Pemegang Copyright Pemerintah Provisni Sumatera Utara

Diproduksi oleh : Pemerintah Provnsi Sumatera Utara

Editor : Sekretariat Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2035

1. Drs. Heru Santosa, MS, PHd

2. Prof. Ida Yustina

3. Dr. Indra Utama,M.Si

4. Dra. Rabiatun Adawiyah, MPHR

5. Drs. H. Fahmi Lubis

6. Drs. H. Hamzah AR

7. Drs. Azantaro

Tim Penyusun :

1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk

2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk

3. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga

4. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas Penduduk

5. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan database Kependudukan

Konstributor :

1. Pewakilan Badan Kepedudukan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sumatera Utara

2. Koalisi Kependudukan Provinsi Sumatera Utara

Cetakan pertama 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, et al. Grand Design Pembangunan Kependudukan

Tahun 2010-2035; -cet. 1.-Medan: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2013, 164 hlm, 210

x 297 mm

ISBN ……………………..

Page 3: GRAND DESIGN - BKKBN

ii

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Sambutan Gubernur Sumatera Utara

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya, sehingga penyusunan

dokumen ini dapat diselesaikan. Kerja keras dan kerja cerdas

semua pihak diwakili oleh kelompok-kelompok kerja yang

secara bertahap, berhasil menyelesaikan dokumen acuan bagi

Pembangunan Kependudukan di Sumatera Utara. Masukan dari

berbagai pihak telah memberikan manfaat bagi pelaksanaan

pembangunan kependudukan secara lintas sektor.

Bertitik tolak pada Undang Undang No.52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan

pembangunan keluarga, dimana tersirat bahwa pembangunan adalah mencakup semua dimensi dan

aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk

mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan

meruapakan pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan kondisi ideal antara

perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi

kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi

mendatang sehingga menunjang kehidupan bangsa.

Bagi sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap tidak

merisaukan. Akan tetapi, bagi sebagian yang lain, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap

sebagai salah satu hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan secara luas. Sebagai salah satu

ilustrasi, perubahan jumlah penduduk akan mempengaruhi demand yang kemudian harus dipenuhi

oleh sektor lainnya, misalnya penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu papan, pangan dan

pakaian.

Selain itu, komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action (PoA) ICPD yang mencakup tujuan

penting kebijakan penduduk dan pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development), pendidikan, kesetaraan

gender, penurunan kematian maternal, anak dan bayi, peningkatan akses terhadap pelayanan

kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Target yang tertuang

dalam MDGs, menjadi rujukan pokok penentuan indikator pencapaian pembangunan kependudukan

sampai dengan saat ini. Bukan hanya dalam konteks pembangunan kependudukan, arah kebijakan

Page 4: GRAND DESIGN - BKKBN

iii

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

pembangunan secara umum juga sangat diwarnai dan dipengaruhi oleh kebijakan yang tertuang

dalam MDGs.

Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat. Pertama adalah perubahan

kewenangan pemerintahan daerah (otonomi daerah) yang menuntut adanya pemahaman dan

komitmen pentingnya pembangunan kependudukan berkelanjutan dari para pimpinan daerah. Dan

kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, maka kepada pemerintah kabupaten/kota

diharapkan mampu untuk menyusun, melaksanakan, serta melakukan monitoring dan evaluasi

pembangunan, termasuk didalamnya kebijakan kependudukan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya daerah baik provinsi maupun

kabupaten/kota merumuskan acuan bagi pembangunan kependudukan di masa mendatang, baik dari

sisi kebijakan umum dalam bentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Tahun

2011-2035. Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan sebagai arah

bagi kebijakan kependudukan di masa depan juga diharapkan dapat sejalan dengan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Provinsi Sumatera Utara, Master Plan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Master Plan Percepatan dan Perluasan

Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Dalam konteks pelaksanaannya diperlukan

harmonisasi pelaksanaan kebijakan Pembangunan Kependudukan dengan Pembangunan Ekonomi

Nasional serta Penanggulangan Kemiskinan.

Atas kerjasama yang telah dibangun selama ini dan telah selesainya penyusunan dokumen ini, saya

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan khususnya Tim Perumus Penyusunan Grand

Design Pembangunan Kependudukan Provinsi Sumatera Utara yang telah berkontribusi secara aktif.

Semoga dokumen ini bermanfaat adanya dalam rangka pencpaian Visi Sumatera Utara

“Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan

berkeadilan di dalam kebhinekaan”

Medan, Desember 2013

Gubernur Sumatera Utara

H. Gatot Pujo Nugroho, ST, MSi

Page 5: GRAND DESIGN - BKKBN

iv

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 6: GRAND DESIGN - BKKBN

v

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........……………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………

DAFTAR TABEL ......…………………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK …….……………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ……………….........……………………………………….

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………….

1.2. Dasar Hukum ………………………………………………………………

1.3. Visi..…………………………………………………………………………

1.4. Misi …………………………………………………………………………..

1.5. Arah Kebijakan ………………………………………………………………

1.6. Tujuan ….………………………………………………………………….

1.7. Sasaran ……………………………………………………………………….

1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara

Dengan Dokumen Perencanaan Lain ……………………………………..

BAB II KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN ………………………..

2.1. Kondisi Geografis………………………………………………………….

2.2. Kondisi Kewilayahan ……..………………………………………………..

2.3. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrologi dan Klimatologi …………………..

BAB III KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI ……………………………….…

3.1. Kuantitas Penduduk …………………………………………………

3.1.1. Jumlah Penduduk ……………………………………………….

3.1.2. Kepadatan Penduduk …………………………………………….

3.1.3. Rasio Jenis Kelamin ………………………………………………..

3.1.4. Angka Ketergantungan Umur …………………………………..

3.1.5. Penduduk Lanjut Usia (Lansia) …………………………………

3.1.6. Perilaku Fertilitas ……………………………………………

3.1.7. Keluarga Berencana ………………………………………………

3.1.8. Proyeksi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2035 …………

3.2. Kualitas Penduduk ……………………………………………

3.2.1. Pendidikan ………………………………………………..…………

3.2.2. Kesehatan …………………………………………………………

3.3. Kesejahteraan Penduduk …………………………………………………….

3.4. Persebaran Dan Mobilitas Penduduk …………………………………….

3.4.1. Persebaran Penduduk ……………………………………

3.4.2.Mobilitas Penduduk …………………………………………….

3.5. Manajemen Data Kependudukan ………………………………………….

BAB IV KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN, DAN PELUANG ……………

4.1. Kekuatan ………………… …………………………………………………

4.2. Kendala ........................................................................................................

4.3. Tantangan ....................................................................................................

4.4. Peluang ...................................................................................................

ii

iv

vi

vii

1

1

5

6

6

7

8

8

9

11

11

14

15

18

18

18

20

22

24

26

27

29

35

43

43

45

50

54

54

56

71

75

75

76

77

79

Page 7: GRAND DESIGN - BKKBN

vi

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB V ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI KEPENDUDUKAN YANG

DIINGINKAN ..................

5.1. Roadmap Pengendalian Kuantitas Penduduk Diinginkan Dan Pokok- Pokok

Kembangunan…………………….

5.2. Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk Diinginkan Dan Pokok-Pokok

Kembangunan …………………………………………………………….

5.3. Roadmap Penataan Persebaran Dan Mobilitas Kependudukan Dinginkan

Dan Pokok-Pokok Kembangunan ………………..……………………….

5.4. Roadmap Pembangunan Keluarga Diinginkan Dan Pokok-Pokok

Pembangunan …………………………………………………………….

5.5. Roadmap Pembangunan Database Kependudukan Diinginkan Dan Pokok-

Pokok Pembangunan ………………………………………………….

BAB VI PENUTUP ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..

LAMPIRAN : - Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.188.44/5234/KPTS/2012

tentang

Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan

Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2011-2035

Lampiran Keputusan Gubernur Sumatera Utara Tentang Susunan Tim

Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Provinsi

Sumatera

Utara Tahun 2011-2035 ………….…………………………

80

83

88

92

97

10

10

10

10

Page 8: GRAND DESIGN - BKKBN

vii

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

…………………………………………………..

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota

…………………….

Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Utara

…………………………………………………………………………………

Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Dan Jenis Kelamin Provinsi

Sumatera Utara ………………………………………………………

Tabel 3.4. Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

…….

Tabel 3.5. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Utara ……………………………………………………………

Tabel 3.6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota

…………………….

Tabel 3.7. Jumlah Dan Persentase Penduduk Usia Lanjut Provinsi Sumatera Utara

…………

Tabel 3.8. Proyeksi Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

…………………………………

Tabel 3.9. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010

……………………………………………….

Tabel 3.10. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2015

………………………………………………

Tabel 3.11. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2020

………………………………………………

Tabel 3.12. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2025

………………………………………………

Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2030

………………………………………………

Tabel 3.14. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2035

………………………………………………

Tabel 3.15. Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk Usia Diatas 15 Tahun

Dari Tahun 2008-2012 ……………………………………………………

Tabel 3.16. Pendidikan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008–2010

……………………………..

Tabel 3.17. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Hasil Pendataan Keluarga

Di

15

18

19

21

22

24

25

26

36

37

38

39

40

41

42

43

45

53

55

58

59

63

67

68

85

92

Page 9: GRAND DESIGN - BKKBN

viii

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Dan 2010

………………………………………………

Tabel 3.18. Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

……

Tabel 3.19. Angka Migrasi Risen per 1000 Penduduk Sumatera Utara,1980–2010

……………

Tabel 3.20. Angka Migrasi Masuk, Migrasi Keluar Dan Migrasi Netto

Kabupaten/Kota Di

Sumatera Utara Tahun

2010……………………………………………………………………………

Tabel 3.21. Kepadatan Penduduk Migrasi Netto Dan Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2010-2012

……………………………………

Tabel 3.22. Fenomena Ekonomi 14 Kabupaten/Kota Migrasi Netto Positif Sumatera

Utara

2012

…………………………………………………………………………………………

…………………….

Tabel 3.23. Fenomena Pendidikan Dan Kesehatan 14 Kabupaten/Kota Migrasi

Netto

Positif Sumatera Utara, 2012

…………………………………………………………………………

Tabel 5.1. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

…………

Tabel 5.2. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Peningkatan Kualitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

……………..

Tabel 5.3. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Penataan Persebaran Dan Mobilitas Kependudukan Provinsi Sumatera

Utara

2010-2035

…………………………………………………………………………………………

……………

Tabel 5.4. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Pembangunan Keluarga Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

…………………………

Tabel 5.5. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Pengembangan Database Kependudukan Provinsi Sumatera Utara 2010-

2035

96

10

0

10

4

Page 10: GRAND DESIGN - BKKBN

ix

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama 2011-2035

…………………………..

Gambar 1.2. Kerangka Pikir Perumusan Grand Design Pembangunan

Kependudukan ……

Gambar 1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2002-2025

………….

Gambar 2.1. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Kemiringan Lereng

………………….

Gambar 2.2. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Ketinggian Lahan

……………………..

Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara

…………………………………………….

Gambar 3.2. Kecenderungan TFR Provinsi Sumatera Utara

…………………………………………….

Gambar 3.3. Angka Kelahiran Total (TFR) Menurut Kabupaten/Kota Sumatera

Utara

Tahun 2009

…………………………………………………………………………………………

………

Gambar 3.4. Age Specific Fertility Rate (ASFR) Provinsi Sumatera Utara Dan

Indonesia

SDKI 2007

…………………………………………………………………………………………

………….

Gambar 3.5. Tren Pemakaian Alat/Cara KB Sumatera Utara

…………………………………………….

Gambar 3.6. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Provinsi, SDKI 2007

……………………………….

Gambar 3.7. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Daerah Sumatera Utara (SDKI

2007) ……..

Gambar 3.8. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Pendidikan Sumatera Utara (SDKI

2007)

Gambar 3.9. Kebutuhan KB Yang Tidak Terpenuhi (SDKI 2007) Kekayaan

Sumatera Utara

(SDKI 2007)

8

10

10

16

17

18

28

28

28

29

30

32

33

33

33

33

34

34

36

37

38

39

40

41

42

46

47

48

49

50

Page 11: GRAND DESIGN - BKKBN

x

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

…………………………………………………………………………………………

……….

Gambar 3.10. Kebutuhan KB Yang Tidak Terpenuhi Menurut Kekayaan Sumatera

Utara

(SDKI 2007)

…………………………………………………………………………………………

……….

Gambar 3.11. Tren Median Umur Kawin Pertama Sumatera Utara

……………………………………

Gambar 3.12. Tren Median Umur Kawin Pertama Indonesia

…………………………………………….

Gambar 3.13. Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara 2010-2035

…………………………………

Gambar 3.14. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2010

…………………………………………………..

Gambar 3.15. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2015

…………………………………………………..

Gambar 3.16. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2020

…………………………………………………..

Gambar 3.17. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2025

…………………………………………………..

Gambar 3.18. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2030

…………………………………………………..

Gambar 3.19. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2035

…………………………………………………..

Gambar 3.20. Kecenderungan Crude Death Rate (CDR) Propinsi Sumatera Utara

……………..

Gambar 3.21. Estimasi Angka Kematian Bayi (IMR) Menurut Provinsi 2010

………………………

Gambar 3.22. Kecenderungan IMR Propinsi Sumatera Utara, 1971-2010

…………………………

Grafik 3.23. Angka Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita per Provinsi di

Indonesia …….

Grafik 3.24. Persentase penduduk miskin Sumatera Utara dan Nasional

Tahun 2008-2012

……………………………………………………………………………………….

Grafik 3.25. Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara dan Nasional

……………………….

Grafik 3.26. Persentase Penduduk Miskin di Perkotaan dan Pedesaan

…………………………..

Grafik 3.27. Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota

…………………………….

Gambar 3.28. Tren Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara

…………………………………. Gambar 3.29. Kepadatan Penduduk Sumatera

Utara Tahun 2010 …………………………………….

Gambar 3.30. Persebaran Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010

……………………………………

Gambar 3.31. Peta Kelompok Ekosistem Sumatera Utara

…………………………………………………

Gambar 3.32. Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region I, II dan III Sumatera

51

51

52

53

54

56

60

64

65

85

89

91

96

10

0

10

4

Page 12: GRAND DESIGN - BKKBN

xi

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Utara ….

Gambar 3.33. Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region IV dan V Sumatera

Utara …….

Gambar 5.1. Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Diinginkan

………………………………

Gambar 5.2. Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia

…………………………………….

Gambar 5.3. Roadmap Kondisi Kualitas Kependudukan Diinginkan

………………………………..

Gambar 5.4. Roadmap Kondisi Penataan Persebaran Dan Mobilitas Kependudukan

Diinginkan

…………………………………………………………………………………………

…………

Gambar 5.5. Roadmap Kondisi Pembangunan Keluarga Diinginkan

………………………………….

Gambar 5.6. Roadmap Kondisi Pengembangan Databse Kependudukan Diinginkan

………..

Page 13: GRAND DESIGN - BKKBN

xii

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 14: GRAND DESIGN - BKKBN

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ............................................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv DAFTAR ISI ............................................................................................................................ v BAB. I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Larat Belakang ................................................................................. 1 1.2. Tujuan ................................................................................................ 2 1.3. Ruang Lingkup ................................................................................. 2 1.4. Pengertian Umum terhadap Indikator Dalam Penulisan Profil . 2 1.5. Pengertian Profil ............................................................................... 3 1.6. Cara Pembuatan Profil ..................................................................... 3 1.7. Sistematikan Penyajian .................................................................... 4

BAB. II KUANTITAS PENDUDUK ............................................................ .............. 5 2.1. Tabel; 1. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 ............................................ 6

2.2. Grafik; 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1961 – 2016 ................................................ 7

2.3. Tabel; 2. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 ............................................................... 8 2.4. Tabel; 3. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ........................ 9 2.5. Grafik; 2. Piramida Penduduk Provinsi Sumatera Utara

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016 ....... 9 2.6. Tabel; 4. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Tahun 2016 ........................... 10 2.7. Grafik; 3. Tren dan Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2015 – 2040 ............................................... 11 2.8. Grafik; 4. Tren dan Proyeksi Angka Beban Ketergantungan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2015 – 2040 .............................11 2.9. Tabel; 5. Jumlah Penduduk Usia Produktif dan Non

Produktif dan Beban Ketergantungan per Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2017 .................................................. 12

2.10. Tabel; 6. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota se Sumatera Utara ............................................ 13 2.11. Tabel; 7. Rata Rata Usia Kawin Pertama Menurut Kabupaten Kota di Sumatera Utara ................................................................... 14 2.12. Tabel; 8. Jumlah Contraceptiv Prevalency Rate (CPR) Menurut Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara Tahun 2017 ................ 15 2.13. Tabel; 9. Jumlah Penduduk, PUS dan WUS Menurut

Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara Tahun 2017 ................. 16 2.14. Tabel; 10. Jumlah Peserta KB Aktif dan Peserta MIX

Kontrasepsi Jangka Panjang Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara .................................................................................17

2.15. Tabel; 11. Total Fertility Rate (TFR) Menurut Kabupaten Kota Di Sumatera Utara Tahun 2015 ...................................................... 18 2.16. Grafik; 5. Tren Angka Kelahiran Total (TFR) SDKI

1991 – 2017 Sumatera Utara ......................................................... 19

Page 15: GRAND DESIGN - BKKBN

2.17. Garfik; 6. Angka Fertility Total Menurut Karakteristik Latar Belakang, SDKI 2017 Sumatera Utara ......................................... 19 2.18. Tabel; 12. Angka ASFR dan TFR Per Kabupaten Kota,

Menurut SP 2010 ............................................................................. 20 BAB. III KUALITAS PENDUDUK ........................................................................... 21 3.1. Tabel; 13. Angka Partisipasi Murni (APM) Usia Sekolah 7 – 8 Tahun Menurut Jenis Kelamin di Sumatera Utara Tahun 2017 ...................................................................................... 22 3.1. Tabel; 14. Perkembangan Angka Melek Huruf Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten Kota se Sumatera Utara ............. 23 3.3. Tabel; 15. Jumlah Kematian dan Persentase Gizi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 ......................................................... 24 3.4. Tabek; 16. Parameter Hasil Proyeksi Penduduk 2010-2035 .... 25 3.5. Tabel; 17. Pengeluaran Perkapita dengan Harga yang Disesuaikan di Sumatera Utara Tahun 2017 .............................. 26 3.6. Tabel; 18. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Sumatera Utara Tahun 2017 ...................................................................................... 27 3.7. Tabel; 19. Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten Kota Se Sumatera Utara Tahun 2017 .................................................... 28 3.8. Tabel; 20. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kota Se Sumatera Utara Tahun 1016 .................................................... 29 3.9. Grafik; 6. Perkembangan Angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara Tahun 2012 – 1016 ................ 30 3.10. Tabek; 21. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara

Tahun 2012 – 2016 .......................................................................... 31 BAB. IV MOBILITAS PENDUDUK ......................................................................... 32 4.1. Tabel; 22. Migrasi Masuk Risen Sumatera Menurut Provinsi Asal .................................................................................. 33 4.2. Tabel; 23. Migrasi Masuk risen Menurut Kabupaten Kota ...... 34 4.3. Tabel; 24. Persentase Migrasi Masuk risen Menurut Kabupaten Kota dan Alasan Utama Pindah .............................. 35 4.4. Tabel; 25. Migrasi Masuk Risen Sumatera Utara Menurut Kabupaten Kota dan Daerah Asal ............................................. 36 4.5. Tabel; 26. Persentase Migran Masuk Menurut Kabupaten Kota dan Kelompok Umur ......................................................... 37 5.6. Tabel; 27. Persentase Migran Masuk Risen Menurut Kabupaten Kota dan Status Perkawinan ................................. 38 6.7. Tabel; 28. Persentase Migran Masuk Risen Menurut Kabupaten Kota dan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki ............. 39 6.8. Tabel; 29. Persentase Migran Masuk Risen Menurut Kabupaten Kota dan Lapangan Usaha Utama ....................... 40 6.9. Tabel; 30. Persentase Migran Masuk Menurut Kabupaten Kota dan Status Kedudukan dalam Pekerjaan Utama .......... 41 6.10. Tabel; 31. Persentase Komuter Menurut kelompok Umur Dan Status Perkawinan .............................................................. 42

Page 16: GRAND DESIGN - BKKBN

BAB. V ASPEK PEMBANGUNAN KELUARGA .......................................... 43 5.1. Tabel; 32. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Sumatera Utara Tahun 2015 .............................. 44 5.2. Tabel; 33. Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Status Perkawinan .............................................................................. 45 5.3. Tabel; 34. Jumlah Kepala Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2015 ............................................................................... 46 5.4. Tabel; 35. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Miskin Di Sumatera Utara Tahun 2010 – 2016 ................................. 47

5.5. Tabel; 36. Jumlah dan Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara Tahun 2016 ......... 48 5.6. Tabel; 37. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 49 5.7. Tabel; 38. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 50 5.8. Tabel; 39. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 51 5.9. Tabel; 40. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 52 5.10. Tabel; 41. Banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2016 ............................................................................................ 53 5.11. Tabel; 42. Perkembangan Angka Gini Rasio Menurut Kabupaten Kota Sumatera Utara Tahun 2012 – 2016 ......... 54 BAB. VI ADMINSITRASI PENDUDUK ........................................................... 55 6.1. Tabel; 43. Jumlah Kepemilikan Akta Lahir 0 – 18 per Kabupaten Kota Sumatera Utara Semester I Tahun 2018 .. 56 BAB. VII PENUTUP ............................................................................................. 57 DAFTAR ISTILAH .....................................................................................................58-60

Page 17: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 18: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 19: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 20: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 21: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 22: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 23: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 24: GRAND DESIGN - BKKBN

1

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sasaran utama Pembangunan Jangka Panjang adalah terciptanya kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia yang maju dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin,

dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945, dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba

serasi, selaras, dan seimbang serta berkesinambungan dalam hubungannya antar sesama

manusia, manusia dengan masyarakat dan manusia dengan alam lingkungannya, serta

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam rangka mencapai sasaran utama tersebut diatas, perlu diadakan upaya

pengembangan kependudukan dan pembangunan Keluarga Berkualitas dengan tujuan

terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan kuantitas, kualitas dan

persebaran penduduk serta terwujudnya keluarga berkualitas dalam rangka membangun

manusia Indonesia seutuhnya.

Pelaksanaan kebijakan kependudukan di Provinsi Sumatera Utara hingga saat ini telah

menunjukkan keberhasilannya, terutama jika dilihat dari sisi kuantitas penduduk.

Sebagai contoh adanya penurunan angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR)

dan penurunan pertumbuhan penduduk secara konsisten selama periode 1970-2000.

Akan tetapi, hasil sensus penduduk maupun survei akhir-akhir ini untuk Nasional,

misalnya Sensus Penduduk 2010 dan SDKI 2012, menunjukkan kecenderungan yang

cukup mengkhawatirkan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

misalnya menunjukkan bahwa TFR mengalami stagnasi, meskipun untuk Sumatera

Utara sendiri TFR mengalami penurunan periode SDKI 2007 dan 2012, demikian juga

dengan hasil sensus penduduk 2010.

Adapun hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 yang secara umum di kabupaten/kota

menunjukkan TFR dalam keadaan relative tetap walaupun ada beberapa daerah yang

mengalami penurunan. Hasil lain dari SP 2010 menunjukkan bahwa angka pertumbuhan

BAB

I

Page 25: GRAND DESIGN - BKKBN

2

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

penduduk meningkat dibandingkan dengan SP tahun 2000 meskipun peningkatannya

tidak signifikan. Selain kondisi TFR, dinamika kependudukan Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara diindikasikan adanya peranan migrasi, baik migrasi bersifat

horizontal atau vertikal (perubahan status sosial dan pemekaran).

Jika hal ini tidak dicermati secara seksama, dikhawatirkan tujuan kebijakan

kependudukan dari sisi kuantitatif untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)

pada tahun 2015 seperti tercantum dalam RPJMD 2014-2018 tidak dapat dicapai, bahkan

bukan hanya target yang telah dicanangkan tidak dapat dicapai, tetapi perubahan tersebut

akan menimbulkan masalah baru, baik dibidang kependudukan maupun masalah

pembangunan pada umumnya.

Bagi sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap

tidak merisaukan, akan tetapi bagi sebagian pengambil kebijakan yang lain,

pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap sebagai salah satu hambatan dalam

mencapai tujuan pembangunan secara luas. Sebagai salah satu ilustrasi, perubahan

jumlah penduduk akan mempengaruhi demand yang harus dipenuhi oleh sektor lainnya,

misalnya penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu sandang, pangan dan papan.

Ketersedian pangan yang tidak terpenuhi akibat dari peningkatan jumlah penduduk yang

tidak terkontrol menjadikan kekhawatiran yang sangat serius bagi kelangsungan hidup

penduduk.

Demikian juga halnya dengan kebutuhan dasar lainnya. Memang hubungan antara

keduanya tidak bersifat eksklusif karena ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

kompleksitas hubungan, yaitu tehnologi dan organisasi. Akan tetapi aspek kependudukan

merupakan aspek penting dalam pembangunan dan tidak dapat diabaikan.

Salah satu isu strategis lainnya yang terkait dengan perkembangan kuantitas penduduk di

Provinsi Sumatera Utara adalah perubahan komposisi penduduk, khususnya menurut

umur. Dengan tren perubahan komposisi penduduk menurut umur di masa lalu,

diperkirakan Provinsi Sumatera Utara akan mencapai tahap windows of opportunity

tahun 2030. Hal ini hanya akan terjadi jika pengelolaan kuantitas penduduk, khususnya

fertilitas, dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jika tidak, maka tahap tersebut akan

terlewatkan dan Sumatera Utara akan kehilangan momentum untuk mengakselerasi

percepatan pencapaian tujuan pembangunan di Sumatera Utara.

Page 26: GRAND DESIGN - BKKBN

3

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tahap windows of opportunity ditandai dengan angka ketergantungan yang paling

rendah dalam perkembangan perubahan komposisi penduduk menurut umur. Kondisi

tersebut disertai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif, menurunnya jumlah

penduduk usia anak-anak, dan meningkatnya jumlah penduduk lansia. Tahap ini

merupakan kesempatan yang hanya datang sekali dan harus direspons dengan kebijakan

yang memadai agar opportunity berubah menjadi bonus demografi. Jika tahap ini terjadi

dan tidak ada intervensi yang tepat, maka kesempatan tersebut akan berubah menjadi

bencana (disaster).

Dengan cara berpikir tersebut, maka seharusnya telah disusun suatu arah dan pentahapan

pencapaian pembangunan kuantitas yang mampu mendorong terealisasinya tahap

tersebut. Selain persoalan yang terkait dengan pertumbuhan dan komposisi penduduk,

Provinsi Sumatera Utara masih dihadapkan pada masalah ketimpangan distribusi

penduduk antara kabupaten/kota. Demikian juga halnya antara desa dan kota. Persolan

ketimpangan distribusi penduduk pada dasarnya erat kaitannya dengan persoalan

ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Di satu pihak ketimpangan distribusi

penduduk melahirkan persoalan over-population yang ditunjukkan antara lain adanya

kepadatan penduduk yang tidak sesuai dengan tata ruang pemukiman dan tekanan

penduduk, di pihak lain muncul persoalan optimalisasi sumber daya alam, khususnya di

daerah yang kaya sumber daya alam tetapi jumlah penduduknya sedikit.

Persoalan kependudukan yang dihadapi Provinsi Sumatera Utara menjadi lebih

kompleks karena selain masalah kuantitas dan mobilitas, juga dihadapkan pada persoalan

kualitas penduduk (terutama bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan

pemerataan ekonomi). Contoh yang paling jelas adalah masih rendahnya Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Utara jika dibandingkan dengan IPM

di provinsi - provinsi lain di Indonesia.

Permasalahan kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk pada akhirnya bukan hanya

menggambarkan persoalan kependudukan, tetapi lebih dari itu, persoalan tersebut

merupakan permasalahan pembangunan yang sedang dihadapi. Hal tersebut berkaitan

juga dengan pemikiran secara konseptual bahwa hubungan antara kependudukan dan

pembangunan ekonomi bersifat resiprokal (atau timbal balik). Dari satu sisi, ketika

variabel kependudukan diletakkan sebagai variabel bebas, maka setiap intervensi untuk

Page 27: GRAND DESIGN - BKKBN

4

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

mengatasi permasalahan kependudukan tersebut akan memberikan kontribusi untuk

mengatasi masalah pembangunan lainnya.

Sementara itu, perubahan lingkungan strategis, baik pada skala nasional maupun

internasional, telah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika kebijakan

kependudukan. Pada skala internasional, kesepakatan hasil ICPD di Kairo tahun 1994,

MDGs, dan juga kesepakatan internasional lainya, telah menyebabkan perubahan

orientasi kebijakan kependudukan. Sebagai contoh, prinsip-prinsip ICPD yang belum

sepenuhnya tertuang dalam UU No. 10 Tahun 1992 menjadi salah satu pertimbangan

penting dilakukannya amandemen UU tersebut yang kemudian menjadi UU No.52

Tahun 2009. Arah kebijakan pembangunan kependudukan dan hasil ICPD yang

menekankan pentingnya hak dan kesehatan reproduksi telah mewarnai program

Keluarga Berencana pasca-ICPD.

Selain itu, komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action (PoA) ICPD yang

mencakup tujuan penting kebijakan kependudukan dan pembangunan, yaitu

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (

sustainable development ), pendidikan, kesetaraan gender, penurunan kematian maternal,

anak dan bayi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk

Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi. Kesepakatan hasil MDGs tahun 2000

berpengaruh sangat penting dalam mengarahkan pembangunan kependudukan. Target

yang tertuang dalam MDGs, menjadi rujukan pokok penentuan indikator pencapaian

pembangunan kependudukan sampai dengan saat ini. Bukan hanya dalam konteks

pembangunan kependudukan, arah kebijakan pembangunan secara umum juga sangat

diwarnai dan dipengaruhi MDGs.

Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat; Pertama adalah

perubahan kewenangan pemerintahan daerah (otonomi daerah) yang menuntut adanya

pemahaman dan komitmen pentingnya pembangunan kependudukan berkelanjutan dari

para pimpinan daerah. Kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, maka

kepada pemerintah daerah kabupaten/kota diharapkan mampu untuk menyusun,

melaksanakan, serta melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan, termasuk

didalamnya kebijakan pembangunan kependudukan.

Page 28: GRAND DESIGN - BKKBN

5

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya kabupaten/kota

merumuskan acuan bagi pembangunan kependudukan di masa mendatang, berupa

kebijakan umum dalam bentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).

Hal ini merupakan tindak lanjut atau operasionalisasi Undang-Undang No. 52 Tahun

2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan penjabaran

dari RPJP Provinsi Sumatera Utara 2005-2025 dengan melibatkan semua pemangku

kepentingan yang terkait dengan kebijakan kependudukan melalui pembentukan

Kelompok Kerja (working group).

Melalui Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara Nomor 188.44/523/KPTS/2012

tanggal 6 Agustus 2012 Tentang Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan

Kependudukan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2035 telah terbentuk lima

kelompok kerja untuk menyusun GDPK yang masing-masing bertanggung jawab untuk

menyusun grand design termasuk roadmap pembangunan kependudukan, kelima

kelompok kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk (Kelompok Kerja I)

2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk (Kelompok Kerja II)

3. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas Penduduk

(Kelompok Kerja III)

4. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga (Kelompok Kerja IV)

5. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Database Kependudukan (Kelompok Kerja V)

Kelima kelompok kerja tersebut telah bekerja secara maksimal dan telah menghasilkan

konsep grand design. Hasil dari kelima kelompok kerja tersebut merupakan sumber

utama dalam penyusunan GDPK pembangunan kependudukan ini. Dengan kata lain

dokumen GDPK ini merupakan integrasi dan penyerasian hasil kerja dari kelima

kelompok kerja tersebut. Diharapkan dokumen GDPK ini dapat menjadi landasan dan

acuan bagi perumusan program atau kegiatan operasional untuk mengatasi permasalahan

kependudukan di Provinsi Sumatera Utara serta mengintegrasikannya dengan dokumen

pembangunan yang lainnya.

GDPK merupakan arahan kebijakan dalam tahapan lima tahunan pembangunan

kependudukan Provinsi Sumatera Utara dengan melihat target pencapaian sampai dengan

Page 29: GRAND DESIGN - BKKBN

6

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

tahun 2035. Dengan demikian, dalam dokumen ini dicantumkan pula roadmap yang

berisi kebijakan yang diperlukan untuk tiap lima tahunan sampai tahun 2035, sehingga

dapat diperoleh gambaran yang jelas berkenaan dengan upaya-upaya yang perlu diambil

oleh setiap SKPD/sektoral/lembaga dalam mendukung implementasi pembangunan

kependudukan di Provinsi Sumatera Utara.

Selain itu, penyusunan GDPK juga memperhatikan beberapa dokumen yang telah ada

terlebih dahulu, misalnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sumatera

Utara, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sumatera Utara (RPJMD),

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dan

Masterplan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI), serta yang tidak

kalah pentingnya adalah acuan regulasi yang terkait dengan kependudukan. Diharapkan

dengan menggunakan referensi tersebut, GDPK yang dihasilkan merupakan dokumen

yang komprehensif, akomodatif, dan terstruktur.

1.2. Dasar Hukum

Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam penyusunan Grand Design Pembangunan

Kependudukan adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pembukaan, Pasal 28 B, pasal 33, dan pasal 34)

2. Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan

3. Undang - Undang No. 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat

4. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian

5. Undang - Undang No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia

6. Undang - Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

7. Undang - Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan

9. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

10. Undang - Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

11. Undang - Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap

Perempuan

12. Undang - Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga (KDRT)

Page 30: GRAND DESIGN - BKKBN

7

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

13. Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Pembangunan Nasional

14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan

Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

15. Undang - Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI

16. Undang - Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

17. Undang - Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

18. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

19. Undang - Undang No. 11 tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

20. Undang - UndangNo. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

21. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas

Undang Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian

22. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

23. Undang - Undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga

24. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin

25. Undang - Undang No. 35 tahun 2010 Tentang Narkotika

26. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

27. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi

Kementerian Negara

28. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

29. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional

30. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional

31. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Tentang Pembangunan yang Berkeadilan

32. Perda Pemprov SU No. 12 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025.

Page 31: GRAND DESIGN - BKKBN

8

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

1.3. Visi

“Terwujudnya penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan untuk

mencapai Sumatera Utara yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera”. Penekanan visi

pada pembangunan kependudukan adalah jawaban kunci terhadap terjadinya “windows

of opportunity” sehingga “bonus demografi” dapat dimanfaatkan sebagai modal dasar

pembangunan. Visi ini sebagai keupayaan mendukung Visi Pembangunan Sumatera

Utara, yakni “Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju,

mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinnekaan”.

1.4. Misi

1. Menempatkan aspek kependudukan sebagai titik sentral pembangunan dan

mengintegrasikan kebijakan kependudukan kedalam kebijakan pembangunan sosial

budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup

2. Mendorong tercapainya jejaring (networking) kebijakan antar pemangku kepentingan

di daerah dalam membangun tata kelola kependudukan untuk mendukung terciptanya

pembangunan berkelanjutan

3. Menciptakan sinkronisasi antar berbagai peraturan perundangan dan kebijakan

pemerintah di daerah tentang kependudukan

4. Memfasilitasi perkembangan kependudukan kearah yang seimbang antara jumlah,

struktur, dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup, baik yang berupa daya

dukung alam maupun daya tampung lingkungan serta kondisi perkembangan sosial

dan budaya

5. Mengintegrasikan pembangunan ekonomi secara sinergis antara wilayah pertumbuhan

dengan wilayah pedesaan menjadi suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang

mampu menarik gerak keruangan penduduk yang aman, nyaman, cepat, dan

terjangkau

6. Membangun potensi dan sinergisitas faktor kependudukan, baik pada level individu,

keluarga maupun masyarakat untuk meningkatkan kualitas penduduk yang

mendukung pembangunan berkelanjutan

Page 32: GRAND DESIGN - BKKBN

9

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

7. Membangun keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis yang

berkeadilan dan berkesetaraan gender serta mampu merencanakan sumber daya

keluarga dan jumlah anak yang ideal yakni 2 anak.

8. Mewujudkan migrasi tenaga kerja internal dan internasional secara terarah, tertib,

teratur, dan terlindungi

9. Membuka peningkatan partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan dalam

membangun tata kelola kependudukan yang berpusat pada manusia, termasuk

membangun sistem informasi dan data base kependudukan yang transparan dan

akuntabel

10. Membangun kesadaran, sikap, dan kebijakan bagi kesamaan hak dan kewajiban antar

kelompok, termasuk kesadaran gender bagi terciptanya kehidupan yang serasi,

selaras, dan seimbang demi tercapainya tujuan pembangunan.

1.5. Arah Kebijakan

1. Pembangunan kependudukan yang menggunakan pendekatan hak asasi sebagai

prinsip utama

2. Pembangunan kependudukan yang mengakomodasi partisipasi semua pemangku

kepentingan, baik di daerah maupun masyarakat

3. Pembangunan kependudukan yang mendasarkan penduduk sebagai titik sentral

pembangunan, yaitu penduduk sebagai pelaku (subjek) maupun penikmat (objek)

pembangunan

4. Pembangunan kependudukan yang mampu menjadi bagian dari usaha untuk mencapai

pembangunan berkelanjutan.

5. Pembangunan kependudukan yang mampu menyediakan data dan informasi

kependudukan yang valid dan dapat dipercaya.

Page 33: GRAND DESIGN - BKKBN

10

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

1.6. Tujuan

Tujuan utama pembangunan kependudukan adalah tercapainya kualitas penduduk yang

tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan bangsa. Hal

itu dilakukan melalui pencapaian tujuan Pembangunan Kependudukan.

Tujuan Pembangunan Kependudukan tersebut dikaitkan dengan isu-isu strategis daerah

adalah adanya penanganan secara komprehensif yang disesuaikan dengan kondisi dan

tipologi masing-masing daerah kabupaten/kota. Untuk itu diperlukan adanya landasan

kerangka pikir sebagai acuan umum guna mendapatkan permasalahan, isu-isu strategis,

kebijakan dan program kegiatan spesifik kedaerahan, dan tetap sinergis dengan tujuan

pembangunan secara umum baik secara nasional maupun wilayah provinsi Sumatera

Utara. Berikut ini disajikan landasan kerangka pikir penyusunan Grand Design

Pembangunan Kependudukan Provinsi Sumatera Utara (Gambar 1.1).

Penduduk berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai penduduk Sumatera Utara yang mandiri, maju, adil

dan sejahtera

Peningkatan

Kualitas Penduduk

Pengendalian

Kuantitas Penduduk

Penataan Persebaran dan Pengaturan

Mobilitas Penduduk

Pembangunan

Keluarga

Pengembangan Sistem Informasi dan Data Base Kependudukan Yang Berkualitas dan Terintegrasi

Gambar 1.1. Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama Tahun 2011-2035

Page 34: GRAND DESIGN - BKKBN

11

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

1.7. Sasaran

1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan yang berdasarkan pada

pendekatan hak asasi manusia untuk meningkatkan kualitas penduduk dalam rangka

mencapai pembangunan berkelanjutan

2. Pencapaian windows of opportunity melalui pengelolaan kuantitas penduduk dengan

cara pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan

mobilitas penduduk

3. Pencapaian penduduk yang berkualitas melalui pembangunan keluarga yang

bercirikan ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggi, cerdas dan berkarakter serta

mampu merencanakan sumber daya keluarga secara optimal

4. Pembangunan data base kependudukan melalui pengembangan sistem informasi data

kependudukan yang akurat, dapat dipercaya, dan terintegrasi.

1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara dengan

Dokumen Perencanaan Lain

Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen rumusan

perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 25 tahun ke depan

dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang kecenderungan parameter

kependudukan, isu-isu penting kependudukan dan program-program pembangunan

kependudukan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas

penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas

penduduk serta pembangunan manajemen data base dan informasi kependudukan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara baik dalam jangka panjang

maupun jangka menengah adalah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional

dan Pembangunan Sumatera Utara. Tujuannya secara makro ialah tercapainya kondisi

kependudukan yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai

kemajuan masyarakat dan bangsa, khususnya di Sumatera Utara.

Oleh karena itu, Grand Design Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara disusun

dengan berpedoman kepada cita-cita bangsa dan masyarakat Sumatera Utara dalam

mencapai kesejahteraannya melalui peningkatan indeks pembangunan manusia yang

Page 35: GRAND DESIGN - BKKBN

12

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

berlandaskan pengembangan pendidikan, kesehatan dan ekonomi melalui penyerasian

kebijakan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas

penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas

penduduk serta pembangunan manajemen data base dan informasi kependudukan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka disamping dokumen grand design pembangunan

kependudukan nasional tahun 2011-2035, grand design pembangunan kependudukan

Sumatera Utara juga disusun dengan memperhatikan dokumen rencana pembangunan

lain yang telah ada masih berlaku seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJP Nasional), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sumatera

Utara, Rencana Tata Ruang Wilayah Sumatera Utara, dan Rencana Strategis Sumatera

Utara dan lain sebagainya yang dipandang berhubungan dengan pembangunan

kependudukan. Secara skematis kerangka pikir perumusan Grand Design Pembangunan

Kependudukan Sumatera Utara tersaji dalam gambar berikut (Gambar 1.2).

Gambar 1.2. Kerangka Pikir Perumusan Grand Design Pembangunan Kependudukan

CITA2 BANGSA

KESEJAHTERAAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM

GDPK IPM

PENDIDIKAN

KESEHATAN

EKONOMI

1. Pengendalian Kuantitas Penduduk 2. Peningkatan

Kualitas Penduduk 3. Pembangunan

keluarga 4. Penataan

persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk

5. Pembangunan managemen database dan informasi kependudukan

1. Program Pengendalian

Kuantitas Penduduk

2. Program Peningkatan Kualitas Penduduk

3. Program Pembangunan keluarga

4. Program Penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk

5. Program

Pembangunan

managemen

database dan

informasi

Kependudukan

Page 36: GRAND DESIGN - BKKBN

13

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2002-2025

Page 37: GRAND DESIGN - BKKBN

14

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN

2.1. Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di Bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 10 - 40

Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi

Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan

berbatasan dengan Provinsi Riau dan

Sumatera Barat, dan di sebelah Barat

berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas Daratan Provinsi Sumatera Utara

adalah 71.680,68 km2, sebagian besar

berada di daratan Pulau Sumatera dan

sebagian kecil berada di Pulau Nias,

Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau

kecil, baik di bagian barat maupun

bagian timur pantai Pulau Sumatera.

Provinsi Sumatera Utara memiliki 419

Pulau dan telah memiliki nama sejumlah

237 pulau. Berdasarkan luas daerah

menurut kabupaten/kota di Sumatera

Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70

km2 atau sekitar 9,23 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat

dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian Kabupaten Simalungun dengan

luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,12 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota

Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera

Utara.

Tabel 2.1. Statistik Geografis

Sumatera Utara

BAB II

Page 38: GRAND DESIGN - BKKBN

15

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Berdasarkan kondisi letak dan

kondisi alam, Sumatera Utara

dibagi dalam 3 kelompok

wilayah/kawasan yaitu Pantai

Barat, Dataran Tinggi, dan

Pantai Timur. Kawasan

Pantai Barat meliputi

Kabupaten Nias, Kabupaten

Nias Utara, Kabupaten Nias

Barat, Kabupaten Mandailing

Natal, Kabupaten Tapanuli

Selatan, Kabupaten Padang

Lawas, Kabupaten Padang

Lawas Utara, Kabupaten

Tapanuli Tengah, Kabupaten

Nias Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga dan Kota Gunung Sitoli. Kawasan

dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten

Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan,

Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan

Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara,

Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten

Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai,

Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.

Gambar 2.1. Persentase Luas Sumatera Utara

BerdasarkanWilayah

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Page 39: GRAND DESIGN - BKKBN

16

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

2.2. Kondisi Kewilayahan

Perkembangan wilayah administrasi Provinsi Sumatera Utara mengikuti dinamika

kehidupan sosial ekonomi dan perpolitikan di Indonesia. Sampai dengan akhir tahun

2012, secara administratif wilayah Provinsi Sumatera terdiri dari 25 Kabupaten dan 8

Kota, 422 Kecamatan dan 5.223 Desa/Kelurahan. Kabupaten Mandailing Natal

merupakan kabupaten dengan wilayah terluas yaitu 6.620,70 (9,24%). Sedangkan luas

terkecil adalah Kota Sibolga yaitu 10,77km2 (0,02%).

Secara regional Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran

internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.

Provinsi Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 1.300 Km. Panjang Garis

Pantai Timur 545 Km, Panjang Garis Pantai Barat 375 Km dan Panjang Garis Pantai

Gambar 2.2. Peta Provinsi Sumatera Utara

Page 40: GRAND DESIGN - BKKBN

17

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Pulau Nias 380 Km. Terdapat 419 pulau, dengan 237 pulau yang telah memiliki nama,

dengan 6 pulau di wilayah Pantai Timur termasuk Pulau Berhala sebagai pulau terluar

yang berbatasan dengan selat Malaka dan sisanya 182 pulau di wilayah Pantai Barat

dengan Pulau Wunga dan Pulau Simuk sebagai pulau terluar di wilayah Pantai Barat.

Pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terdapat hutan mangrove seluas 63.467,4 Ha

dalam kondisi baik seluas : 27.019,57 Ha dan 36.447,83 Ha dalam kondisi rusak yang

tersebar di 6 Kabupaten (belum termasuk Nias). Selain hasil laut dan perikanan lainnya,

kawasan ini memiliki potensi pariwisata bahari yang belum teridentifikasi seluruhnya.

Daerah pantai di kawasan Pantai Barat Sumatera Utara sangat bervariasi yaitu daerah

yang curam, berbatu dan di beberapa daerah terdapat pantai yang didominasi

rawa.Kondisi pantai semacam ini banyak ditemukan di daerah Kabupaten Tapanuli

Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga dan Mandailing Natal. Sedangkan Pantai Kabupaten

Nias dan Kabupaten Nias Selatan didominasi oleh pantai berbatu dan berpasir,

khususnya yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia.

Banyak terdapat pulau-pulau kecil merupakan ciri yang dimiliki oleh kawasan pesisir

barat Sumatera Utara. Pantai Barat ini juga memiliki hamparan mangrove sekitar 14.270

Ha yang membujur dari pantai selatan Kabupaten Mandailing Natal sampai ke pantai

selatan Kabupaten Tapanuli Tengah serta di daerah pulau-pulau di Kabupaten Nias

dengan ketebalan antara 50-150 meter. Terumbu karang di Pantai Barat Sumatera Utara

terdapat di tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias dan

Kabupaten Nias Selatan yang tumbuh pada kedalaman 3 -10 meter.

2.3. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrologi dan Klimatologi

Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi

serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan.

Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51%, antara 12 – 40 % seluas 8,64 % dan

diatas 40 % seluas 24,28 %, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 Ha atau 1,57

%. Ketinggian lahan di Provinsi Sumatera Utara bervariasi mulai dari 0 – 2200 m dpl.

Terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian

tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran

bergelombang.

Page 41: GRAND DESIGN - BKKBN

18

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 2.2. Jumlah Kecamatan, Desa, Kelurahan Dan Luas Wlayah Kabupaten/Kota

Di Provinsi Sumatera Utara

No. Kabupaten/Kota

Ibukota

Jumlah

Kecamatan

Jml

Desa

Jml

Kelurahan

Luas Wilayah

(Km2)

1 Nias Gido 9 119 0 980,32

2 Madina Panyabungan 23 381 27 6.620,7

3 Tapanuli Selatan Sipirok 14 212 36 4.352,86

4 Tapanuli Tengah Pandan 20 147 30 2.158,0

5 Tapanuli Utara Tarutung 15 241 11 3.764,56

6 Toba Samosir Balige 16 231 13 2.561,38

7 Labuhan Batu Rantau Prapat 9 75 23 2.561,38

8 Asahan Kisaran 25 177 27 3.675,79

9 Simalungun Pamatang Raya 31 345 22 4.368,60

10 Dairi Sidikalang 15 161 8 1.927,80

11 Karo Kabanjahe 17 259 10 2.127,25

12 Deli Serdang Lubuk Pakam 22 385 9 2.486,14

13 Langkat Stabat 23 240 37 6.263,29

14 Nias Selatan* Teluk Dalam 18 354 2 1.625,91

15 Hbg. Hasundutan* Dolok Sanggaul 10 153 1 2.297,20

16 Pak-Pak Bharat* Salak 8 52 0 1.218,30

17 Samosir* Pangururan 9 128 6 2.433,50

18 Serdang Bedagai* Sei Rampah 17 237 6 1.913,33

19 Batu Bara* Lima Puluh 7 141 10 904,96

20 Pdg. Lawas Utara* Gunung Tua 9 386 2 3.918,05

21 Padang Lawas* Sibuhuan 12 303 1 3.892,74

22 Lab.Batu Selatan* Kota Pinang 5 52 2 3.116,00

23 Lab.Batu Utara* Aek Kenopan 8 82 8 3.545,80

24 Nias Utara* Lotu 11 112 1 1.501,63

25 Nias Barat* Lahomi 8 110 0 544,09

26 Sibolga Sibolga 4 0 17 10,77

27 Tanjung Balai Tanjung Balai 6 0 31 61,52

28 Pem. Siantar Pem. Siantar 8 0 53 79,97

29 Tebing Tinggi Tebing Tinggi 5 0 35 38,44

30 Medan Medan 21 0 151 265,10

31 Binjai Binjai 5 0 37 90,24

32 Pdg.Sidempuan* Pdg.Sidempuan 6 42 37 11,65

33 Gunung Sitoli* Gunung Sitoli 6 98 3 469,36

Sumatera Utara Medan 422 5.223 656 71.680,68

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Keterangan : 1) Keadaan Juni 2012

Page 42: GRAND DESIGN - BKKBN

19

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 2.3. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Kemiringan Lereng

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Page 43: GRAND DESIGN - BKKBN

20

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 2.4. Peta Wilayah Sumatera Utara Berdasarkan Ketinggian Lahan

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Page 44: GRAND DESIGN - BKKBN

21

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77

persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah yang subur, kelembaban tinggi

dengan curah hujan relatif tinggi pula. Banjir juga sering melanda wilayah tersebut

akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim

kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis.

Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23

persen dari luas wilayah Sumatera Utara, sebagian besar merupakan pegunungan,

memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah

yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi

dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa

tektonik dan vulkanik.

Page 45: GRAND DESIGN - BKKBN

22

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI

3.1. Kuantitas Penduduk

3.1.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Sumatera Utara berdasarkan hasil sensus penduduk 1990 sebesar

10.252.021 jiwa, sensus penduduk 2000 sebesar 11.506.808 jiwa dan berdasarkan

sensus penduduk 2010 meningkat menjadi 12.982.204 jiwa. Dengan demikian laju

pertumbuhan penduduk periode 1900-2000 adalah 2,06 % setiap tahun dan periode

2000-2010 adalah 1,1 % setiap tahunnya. Keadaan ini menempatkan Sumatera Utara

merupakan provinsi ke-empat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah

Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara

Hasil sensus penduduk tahun 2000 juga memperlihatkan bahwa jumlah penduduk laki-

laki di Sumatera Utara berjumlah 5.750.315 jiwa dan jumlah penduduk perempuan

5.756.493 jiwa. Sementara itu, menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk

laki-laki adalah 6.483.354 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 6.498.850 jiwa.

Dilihat dari wilayah kabupaten/kota, terlihat bahwa proporsi penduduk yang tinggal di

Kota Medan adalah paling besar yakni 2.109.339 jiwa atau 16,2 % dari keseluruhan

penduduk Sumatera Utara. Sebaliknya, penduduk yang berada di Kabupaten Deli

2.06

1.2 1.11

0

0.5

1

1.5

2

2.5

1990 2000 2010

%BAB

III

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 46: GRAND DESIGN - BKKBN

23

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Serdang menempati urutan kedua yang jumlah penduduknya sebanyak 1.790.431 jiwa

atau 13.7 %.

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota

Jenis Kelamin Tahun 2000 Tahun 2010

Laki-laki 5.750.315 6.483.354

Perempuan 5.756.493 6.498.850

T o t a l 11.506.808 12.982.204

Selanjutnya, apabila dilihat dari pertumbuhan penduduk periode 2000-2010 menurut

kabupaten/kota secara umum menunjukkan adanya penurunan. Hal ini memang tidak

dapat dipungkiri karena ada proses pemekaran dari beberapa kabupaten/kota. Tahun

2000 wilayah Sumatera Utara yang hanya terdiri dari 19 kabupaten/kota, tahun 2010

telah mengalami pemekaran sehingga menjadi 33 kabupaten/kota. Beberapa

kabupaten/kota yang mengalami penurunan pertumbuhan penduduk karena proses

pemekaran ini adalah seperti Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu,

Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias, Dairi, Pematang Siantar, dan Toba Samosir.

Kecenderungan di Kota Medan memperlihatkan adanya kenaikan yang rata-rata hampir

sama dalam periode waktu 20 tahun sejak 1990-2010, yakni sekitar 200 ribuan jiwa.

Sebaliknya, kabupaten Deli Serdang merupakan daerah kabupaten yang luas daerahnya

mengelilingi Kota Medan memperlihatkan jumlah penduduk yang menurun dalam

kurun waktu 10 tahun terutama periode 2000-2010 dari 1.905.587jiwa tahun 2000

menjadi 1.790.431 jiwa. Hal ini diduga kurun waktu tersebut telah terjadi pemekaran

daerah dengan terbentuknya kabupaten baru yakni Serdang Bedagai.

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 47: GRAND DESIGN - BKKBN

24

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Utara

No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Jumlah

Penduduk

Pertumbuhan

Penduduk Setiap

Tahun (%)

2000 2010 2000-2010

1 Deli Serdang 1,382,050 1,790,431 2.65

2 Langkat 906,565 967,535 0.66

3 Karo 283,713 350,960 2.17

4 Sumalungun 855,802 817,720 (0.46)

5 Asahan 603,148 668,272 1.04

6 Labuhan Batu 333,570 415,110 2.23

7 Tapanuli Tengah 244,679 311,232 2.46

8 Tapanuli Selatan 252,308 263,815 0.45

9 Tapanuli Utara 255,701 279,257 0.89

10 Nias 683,416 131,377 0.58

11 Dairi 260,892 270,053 0.35

12 Medan 1,905,587 2,097,610 0.97

13 Pem. Siantar 241,524 234,698 (0.29)

14 Tanjung Balai 132,438 154,445 1.56

15 Binjai 213,760 246,154 1.43

16 Tebing Tinggi 125,006 145,248 1.52

17 Sibolga 82,310 84,481 0.26

18 Madina 359,849 404,945 1.20

19 Toba Samosir 173,481 173,129 (0.02)

20 Pdg.Sidempuan* 159,798 191,531 1.84

21 Hbg. Hasundutan* 152,010 171,650 1.23

22 Pak-Pak Bharat* 31,965 40,505 2.42

23 Nias Selatan* 257,535 289,708 1.19

24 Samosir* 130,644 119,653 (0.88)

25 Serdang Bedagai* 577,438 594,383 0.29

26 Batu Bara* 332,707 375,885 1.24

27 Pdg. Lawas Utara* 155,900 225,259 3.78

28 Padang Lawas* 166,358 223,531 3.02

29 Lab.Batu Selatan* 215,725 277,673 2.58

30 Lab.batu Utara* 295,629 330,701 1.14

31 Gunung Sitoli* 108,960 126,202 1.49

32 Nias Barat* 76,997 81,807 0.61

33 Nias Utara* 115,914 127,244 0.94

J u m l a h 11,513,973 12,982,204 1.11

*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.

Page 48: GRAND DESIGN - BKKBN

25

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3.1.2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per satuan unit wilayah. Kepadatan

penduduk Sumatera Utara terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Tahun 2000, kepadatan penduduk

Sumatera Utara sebesar 161 jiwa per Km² dengan penduduk terpadat di Kota Sibolga,

yaitu 7.427 jiwa per Km², Medan 7.186 jiwa per Km² dan Tebing Tinggi 4.032 jiwa per

Km². Selanjutnya, berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, kepadatan penduduk

Sumatera Utara naik menjadi 181 jiwa per Km² dengan kepadatan penduduk tetap sama

seperti daerah-daerah Medan, Sibolga, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Binjai.

Tingkat kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota seperti tersaji dalam tabel 3 dan

gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di wilayah perkotaan

jauh lebih tinggi dengan rata-rata 3.711 jiwa per Km², sementara untuk daerah

kabupaten rata-rata tingkat kepadatan penduduk hanya 168 jiwa per Km².

Ini menggambarkan bahwa distribusi penduduk antar daerah Kabupaten/Kota masih

cukup menyolok. Disamping itu, data juga menunjukkan dari 33 daerah kabupaten/kota

ternyata daerah yang berstatus sebagai kota mempunyai kepadatan relatip lebih tinggi

bila dibandingkan dengan daerah dengan status kabupaten. Ini membuktikan bahwa

daerah-daerah dengan tingkat perkembangan ekonomi yang baik, akan merupakan

konsentrasi bagi penduduk sebagai wahana kegiatan hidupnya. Keadaan inilah yang

selanjutnya menyebabkan penduduk melakukan migrasi, sehingga kepadatan penduduk

semakin besar.

Page 49: GRAND DESIGN - BKKBN

26

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

No. Kabupaten/Kota Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Km2)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Km2)

2000 2010

1 Deli Serdang 452 720

2 Langkat 144 154

3 Karo 133 165

4 Simalungun 196 187

5 Asahan 204 182

6 Labuhan Batu 91 162

7 Tapanuli Tengah 112 144

8 Tapanuli Selatan 60 61

9 Tapanuli Utara 57 74

10 Nias 129 135

11 Dairi 93 140

12 Medan 7.186 7.957

13 Pem. Siantar 3.450 2.937

14 Tanjung Balai 2.283 2.510

15 Binjai 2.375 2.726

16 Tebing Tinggi 4.032 3.777

17 Sibolga 7.427 7.841

18 Madina 54 61

19 Toba Samosir 88 74

20 Pdg.Sidempuan* 1.671

21 Hbg. Hasundutan* 75

22 Pak-Pak Bharat* 33

23 Nias Selatan* 178

24 Samosir* 49

25 Serdang Bedagai* 310

26 Batu Bara* 414

27 Pdg. Lawas Utara* 57

28 Padang Lawas* 57

29 Lab.Batu Selatan* 89

30 Lab.batu Utara* 94

31 Gunung Sitoli* 268

32 Nias Barat* 150

33 Nias Utara* 85

J u m l a h 161 181

*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.

Page 50: GRAND DESIGN - BKKBN

27

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kab/Kota Provinsi SUMUT

Kabupaten/Kota

2000 2010

L P L + P L P L + P

1. N i a s 339,806 343,610 683,416 64,057 67,320 131,377

2. Mandailing Natal 176,336 183513 359,849 199,037 205,908 404,945

3. Tapanuli Selatan 362,751 371,613 734,364 131,200 132,615 263,815

4. Tapanuli Tengah 122,816 121,863 244,679 156,377 154,855 311,232

5. Tapanuli Utara 202,055 205,656 407,711 138,156 141,101 279,257

6. Toba Samosir 149,850 154,275 304,125 86,101 87,028 173,129

7. Labuhan Batu 426,950 417,974 844,924 209,924 205,186 415,110

8. A s a h a n 470,679 465,176 935,855 335,945 332,327 668,272

9. Simalungun 428,593 427,209 855,802 407,838 409,882 817,720

10. D a i r i 145,884 146,973 292,857 135,004 135,049 270,053

11 . K a r o 141,165 142,548 283,713 174,418 176,542 350,960

12. Deli Serdang 985,388 974,100 1,959,488 901,915 888,516 1,790,431

13. L a n g k a t 458,927 447,638 906,565 487,676 479,859 967,535

14. Nias Selatan x x x 143,988 145,720 289,708

15. Humbahas x x x 85,344 86,306 171,650

16. Pakpak Bharat x x x 20,468 20,037 40,505

17. Samosir x x x 59,504 60,149 119,653

18. Serdang Bedagai x x x 298,614 295,769 594,383

19. Batubara x x x 189,328 186,557 375,885

20. Padang Lawas x x x 112,357 111,174 223,531

21. Paluta x x x 112,987 112,272 225,259

22. Labusel x x x 141,765 135,908 277,673

23. Labuhan Batu Utara x x x 167,154 163,547 330,701

24. Nias Utara x x x 63,061 64,183 127,244

25. Nias Barat x x x 39,146 42,661 81,807

71. S i b o l g a 41,911 40,399 82,310 42,408 42,073 84,481

72. Tanjung Balai 66,489 65,949 132,438 77,933 76,512 154,445

73. Pematang Siantar 119,693 121,831 241,524 114,561 120,137 234,698

74. Tebing Tinggi 61,920 63,086 125,006 71,892 73,356 145,248

75. M e d a n 946,602 958,985 1,905,587 1,036,926 1,060,684 2,097,610

76. B i n j a i 107,104 106,656 213,760 122,997 123,157 246,154

77. P. Sidimpuan x x x 93,434 98,097 191,531

78. Gunung Sitoli x x x 61,839 64,363 126,202

Sumatera Utara 5,754,919 5,759,054 11,513,973 6,483,354 6,498,850 12,982,204

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 51: GRAND DESIGN - BKKBN

28

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Kota Tebing Tinggi kepadatan penduduknya turun dari 4.032 jiwa per Km² hasil sensus

penduduk 2000 menjadi 3.777 jiwa per Km² sensus penduduk 2010. Dari hasil kajian

empirik untuk Tebing Tinggi diduga karena ada penduduk yang tinggal di Kota Tebing

Tinggi dimana wilayah tersebut sudah menjadi wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Hasil yang berbeda terjadi di Kota Pematang Siantar, kepadatan penduduk menurun

jika dibandingkan hasil sensus penduduk 2000 dengan 2010. Salah satu alasannya

adalah banyaknya penduduk Kota Pematang Siantar yang migrasi keluar daerah untuk

menuntut ilmu dan bekerja. Sementara itu berbeda dengan Kabupaten Tobasa

menurunnya tingkat kepadatan penduduk disebabkan karena pemekaran daerah yaitu

terbentuknya Kabupaten Samosir.

Hal yang menarik juga diindikasikan adanya urbanisasi juga mewarnai daerah

perkotaan. Ini ditandai dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk daerah

perkotaan dibanding daerah pedesaan. Migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi

masuk berakibat hilangnya potensi penduduk untuk mengelola sumberdaya alam

daerah.

3.1.3. Rasio Jenis Kelamin

Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan

banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya

dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Rasio jenis

kelamin penduduk Sumatera Utara tahun 2000 adalah 99,90. Ini berarti setiap 100

perempuan ada 99,90 laki-laki, yang sebenarnya jumlah ini sudah mendekati ideal.

Sementara itu, rasio jenis kelamin penduduk Sumatera Utara 2010 adalah 99,59 yang

berarti setiap 100 perempuan ada 99,59 laki-laki. Kecenderungan ini menunjukkan

adanya penurunan rasio jenis kelamin di Sumatera Utara, yang berarti terjadi

pengurangan penduduk laki-laki dan diduga hal ini karena adanya proses perpindahan

penduduk laki-laki atau migrasi penduduk laki-laki ke daerah lain.

Banyak faktor penyebab terjadinya perpindahan penduduk laki-laki dari Sumatera

Utara ke provinsi lainnya, seperti yang lazim disebut dengan faktor pendorong dan

faktor penarik (push and pull factors).

Page 52: GRAND DESIGN - BKKBN

29

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

a. Faktor pendorong antara lain makin berkurangnya sumber alam, menurunnya

permintaan atas barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh,

menyempitnya lapangan kerja di daerah asal, akibat tehnologi yang menggunakan

mesin-mesin. Kondisi ini banyak terlihat di daerah pedesaan Sumatera Utara

terutama di Daerah Tapanuli Utara, Simalungun dan Dairi.

b. Faktor penarik antara lain di daerah tujuan adanya kesempatan untuk memasuki

lapangan kerja yang cocok dan adanya aktivitas baru di daerah tujuan seperti

munculnya pusat - pusat pertumbuhan ekonomi.

c. Apabila diikuti keadaan rasio jenis kelamin menurut kabupaten/kota, maka rasio

jenis kelamin terbesar berada di Kabupaten Labuhan Batu Selatan yaitu 103,88

yang artinya setiap 100 perempuan ada 103,88 laki-laki. Dan rasio jenis kelamin

terkecil berada di Kabupaten Nias Barat yaitu 91,77. Hal ini mempunyai makna

bahwa di Kabupaten Nias Barat jumlah penduduk laki-laki jauh di bawah

penduduk perempuan atau setiap 100 perempuan terdapat 91,77 laki-laki. Untuk

Kabupaten Nias Barat, dari hasil analisa sementara rasio jenis kelamin di daerah ini

rendah karena banyak penduduk laki-laki di daerah ini keluar daerah untuk

menuntut ilmu atau melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan.

Page 53: GRAND DESIGN - BKKBN

30

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.5. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kab/Kota Provinsi Sumatera Utara

No. Kabupaten/Kota Rasio Jenis

Kelamin

Rasio Jenis

Kelamin

2000 2010

1 Deli Serdang 101.1 101.38

2 Langkat 102.5 101.46

3 Karo 99.0 99.04

4 Sumalungun 100.3 99.38

5 Asahan 101.1 100.83

6 Labuhan Batu 102.0 102.06

7 Tapanuli Tengah 100.8 100.90

8 Tapanuli Selatan 97.7 99.67

9 Tapanuli Utara 98.2 97.82

10 Nias 98.9 95.09

11 Dairi 99.3 99.75

12 Medan 98.7 97.38

13 Pem. Siantar 98.2 94.97

14 Tanjung Balai 100.8 101.72

15 Binjai 100.4 99.64

16 Tebing Tinggi 98.1 97.97

17 Sibolga 102.3 100.57

18 Madina 96.1 96.76

19 Toba Samosir 97.1 98.86

20 Pdg.Sidempuan* 95.07

21 Hbg. Hasundutan* 98.68

22 Pak-Pak Bharat* 102.33

23 Nias Selatan* 99.16

24 Samosir* 98.58

25 Serdang Bedagai* 100.84

26 Batu Bara* 101.28

27 Pdg. Lawas Utara* 101.03

28 Padang Lawas* 99.73

29 Lab.Batu Selatan* 103.88

30 Lab.batu Utara* 102.10

31 Gunung Sitoli* 96.16

32 Nias Barat* 91.77

33 Nias Utara* 97.96

J u m l a h 99.90 99.59

*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.

Page 54: GRAND DESIGN - BKKBN

31

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3.1.4.Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)

Rasio Ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya

penduduk usia nonproduktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas)

dengan banyaknya penduduk yang termasuk produktif (penduduk umur 15-64 tahun).

Rasio ketergantungan atau rasio beban tanggungan dalam batasan studi demografi

sering disebut sebagai “age dependency ratio”. Hal ini dikarenakan rasio ini lebih

merupakan perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk

usia kerja. Meskipun tidak akurat secara ekonomi, rasio ketergantungan dapat

menggambarkan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia

kerja. Dengan memperhatikan kedua rasio ketergantungan tersebut, untuk usia muda

dan usia lanjut, dapat diketahui kelompok umur mana yang berkontribusi paling besar

atau sedikit dalam rasio ketergantungan total.

Data menunjukkan, pada tahun 2010 rasio ketergantungan Sumatera Utara sebesar 59,

ini berarti bahwa tiap 100 penduduk produktif harus menanggung 59 penduduk yang

tidak produktif. Ini menunjukkan bahwa di daerah Sumatera Utara jumlah penduduk

usia produktif lebih banyak di banding daerah lainnya. Keadaan ini, diduga sebagai

akibat meningkatnya kondisi perekonomian yang semakin maju. Selaras dengan

beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin maju perekonomian suatu

Negara atau daerah semakin kecil rasio beban ketergantungan.

Tabel 3.6. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan

Kabupaten/Kota Tahun 2010

Kelompok Umur Jumlah Persentase

0 – 14 Tahun 4.315.500 33,2

15 – 64 Tahun 8.162.534 62,9

65 Tahun + 504.170 3,9

J u m l a h 12,982,204 100,0

Selanjutnya, hal yang cukup menarik apabila ditelusuri dari struktur umur. atau

komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan komponen penting

dalam demografi. Hampir semua pembahasan mengenai masalah kependudukan

melibatkan pembahasan komponen umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur umur

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 55: GRAND DESIGN - BKKBN

32

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

penduduk antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur penduduk

dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian dan migrasi.

Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang lain. Faktor-faktor

sosial-ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi struktur umur penduduk lewat

ketiga variabel demografi di atas.

Suatu daerah atau negara dikatakan struktur umur muda, apabila kelompok penduduk

yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya besar (lebih dari 35%), sedang besarnya

kelompok penduduk usia 65 tahun ke atas lebih kurang 3%. Sebaliknya, suatu daerah

atau negara dikatakan berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang berumur

15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35% dari seluruh penduduk) dan

persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 15% (Mantra, 1985).

Bila dilihat komposisi penduduk menurut umur, ternyata di Sumatera Utara masih

tergolong struktur umur muda. Ini ditunjukkan dari persentase penduduk umur muda

(di bawah 15 tahun) sebesar 31,5 % dan penduduk umur 65 tahun ke atas sebesar 3,9 %

dengan umur median sekitar 25 tahun. Ini memberikan implikasi bahwa potensi

kelompok umur muda perlu mendapatkan perhatian dan pengembangan sehingga

mampu menghasilkan tenaga-tenaga trampil, mandiri untuk mengisi peluang-peluang

ekonomi yang ada.

3.1.5. Penduduk Lanjut Usia (Lansia)

Selanjutnya, bila diperhatikan dinamika penduduk lanjut usia dengan batasan 60 tahun

ke atas, ternyata selama periode 2005-2010 telah terjadi kenaikan, Tahun 2005

penduduk usia 60 tahun keatas sekitar 721,0 ribu jiwa (5,8 %) menjadi sekitar 765,8

ribu jiwa (5,9 %) pada tahun 2010. Perubahan proporsi usia lanjut disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain tingkat dan kecenderungan yang telah dicapai sebelumnya,

struktur umur penduduk dan determinan lainya. Semakin membaiknya kondisi sosial-

ekonomi, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan serta semakin membaiknya gizi dan

kesehatan lingkungan hidup menunjukkan kematian dapat diturunkan sehingga usia

hidup semakin tinggi dan sebaliknya.

Page 56: GRAND DESIGN - BKKBN

33

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.7. Jumlah Dan Persentase Penduduk Usia Lanjut

Provinsi Sumatera Utara

Kategori Tahun

2005

Tahun 2010

Jumlah Penduduk Lansia (000

jiwa)

721.0 765.8

Persentase 5,8 5,9

Oleh karena itu dimasa-masa mendatang jika tidak diantisipasi akan menimbulkan

masalah-masalah seperti kerentanan penduduk usia lanjut, beban ekonomis dan

penyediaan panti-panti jompo. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu bagi pemerintah

atau swasta menciptakan lapangan kerja yang ideal bagi para lansia sehingga pada akhir

usia mereka masih potensil dan produktif seperti beternak unggas, kerajinan tangan dan

usaha rumah tangga lainnya. Disamping itu, upaya yang telah dilaksanakan Dinas

Sosial Provinsi Sumatera Utara dalam membina penduduk lanjut usia melalui Proyek

Penyantunan Lanjut Usia dan Anak Terlantar dengan program bimbingan sosial dan

keterampilan serta paket Usaha Lanjut Usia disamping peningkatan prasarana panti

perlu ditingkatkan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah dengan peningkatan

pendapatan penduduk sehingga memiliki saving yang cukup guna membiayai

kebutuhan pada saat lansia.

3.1.6. Perilaku Fertilitas

Fertilitas adalah hasil reproduksi nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita.

Angka fertilitas (kelahiran) sangat erat hubungannya dengan tingkat kesehatan

masyarakat, khususnya dengan bidang keluarga berencana. Ukuran yang sering

digunakan untuk melihat angka fertilitas yang umum digunakan adalah angka kelahiran

total (Total Fertlity Rate = TFR) dan angka kelahiran menurut kelompok umur (Age

Specific Fertility Rate = ASFR). Selanjutnya, dalam tulisan ini perilaku TFR dan ASFR

menggunakan angka estimasi berdasarkan Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia

2012.

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 57: GRAND DESIGN - BKKBN

34

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Mengacu ukuran TFR, maka berdasarkan SDKI 1991 angka kelahiran total adalah 4,55

menurun kemudian pada SDKI 1997 menjadi 3,72 , selanjutnya menjadi 3,00 pada

SDKI 2002/2003, selanjutnya naik kembali menjadi 3,8 pada SDKI 2007 serta turun

kembali menjadi 3 pada SDKI 2012, dan Sumatera Utara sebagai urutan ketiga terbesar

setelah Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Terjadinya kenaikan fertilitas pada SDKI

2007 tersebut diduga karena revitalisasi program keluarga berencana paska otonomi

daerah yang belum maksimal. Seperti diketahui dengan adanya pengalihan kewenangan

pengelolaan program keluarga berencana yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab

daerah kabupaten/kota, maka belum sepenuhnya setiap daerah kabupaten/kota dapat

mengalokasikan anggaran maksimal. Disamping itu, aspek penunjang pelaksanaan

program keluarga berencana seperti tenaga penyuluh dan kelembagaan yang belum

mencukupi merupakan kendala tersendiri pelaksanaan revitalisasi program keluarga

berencana di kabupaten/kota.

Selanjutnya, perilaku angka kelahiran total (TFR) menurut daerah kabupaten/kota di

Sumatera Utara tersaji dalam gambar 3.3 berikut. Terlihat bahwa angka kelahiran total

(TFR) menurut daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara masih menunjukkan variasi

yang cukup menyolok antar kabupaten/kota. Apabila diikuti dari estimasi data tahun

2010 (Sumatera Utara dalam Angka, 2010), maka angka kelahiran total (TFR) paling

rendah adalah Kota Medan sebesar 2 dan angka kelahiran total (TFR) paling tinggi

adalah di Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 4,9. Terjadinya perbedaan antar

kabupaten/kota ini tentunya terjadi karena memang perbedaan intervensi program

keluarga berencana dari masing-masing kabupaten/kota. Selanjutnya, jika diamati pola

fertilitas menurut ASFR ternyata puncak ASFR masih tetap pada kelompok umur 25-29

tahun baik di Sumatera Utara maupun secara nasional.

4.55

3.88 3.72

3

3.8

3

0

1

2

3

4

5

SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997SDKI 2002/2003SDKI 2007 SDKI 2012

Gambar 3.2. Tren TFR Provinsi Sumatera Utara

Sumber : BPS Sumatera Utara

Page 58: GRAND DESIGN - BKKBN

35

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

2.22.4

2.62.6

2.72.8

2.92.92.9

333

3.13.23.23.2

3.33.3

3.43.83.8

3.93.93.93.93.9

4.14.1

4.24.2

4.34.3

4.44.9

0 1 2 3 4 5 6

MedanBinjai

T. TinggiPem.SiantarDeli Serdang

LangkatSergai

Pd.SidempuanSibolgaAsahanSUMUT

KaroSimalungun

Lab.BatuBatu Bara

Gunung SitoliLabuselTj. BalaiLaburaMadinaTapsel

Nias SelatanNias UtaraNias Barat

TaptengTobasa

PalasDairi

PalutaNias

SamosirPakpak Bharat

TaputHumbahas

Gambar 3.3. Angka Kelahiran Total (TFR) Menurut Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2010

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 59: GRAND DESIGN - BKKBN

36

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keputusan untuk mengupayakan

penurunan fertilitas. Mengetahui faktor-faktor tersebut sangat berguna dalam rangka

mengefektifkan pencapaian tujuan penurunan fertilitas. Banyak studi empirik telah

menunjukkan adanya peranan faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Pada bahasan ini

dicoba untuk ditelusuri peranan keluarga berencana, umur perkawinan pertama,

budaya dan pendidikan.

3.1.7. Keluarga Berencana

Penambahan jumlah penduduk di Indonesia pada beberapa dekade ini terjadi

peningkatan. Masalah tingginya jumlah penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh angka

kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Untuk menanggulangi masalah

ini, Indonesia mencanangkan program Keluarga Berencana. Program Keluarga

Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu

anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat

mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuknya keluarga berkualitas maka

generasi mendatang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat

melanjutkan pembangunan. Program Keluarga Berencana dalam pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam hal

mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan peningkatan

kualitas penduduk.

Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal

melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai

dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

0

100

200

300

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

Gambar 3.4. Angka kelahiran Menurut Kelompok UmurSumatera Utara SDKI 2002/2003, SDKI 2007 Dan SDKI 2012

SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012

Sumber : BPS Sumatera Utara

Page 60: GRAND DESIGN - BKKBN

37

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Pemakaian alat kontrasepsi akan mempengaruhi fertilitas wanita melalui status

fekunditasnya (kemampuan melahirkan). Melalui pemakaian alat KB wanita dapat

mengatur panjang-pendeknya masa ekspose terhadap kehamilan. Pembicaraan

mengenai pembatasan kelahiran dengan menggunakan cara-cara kontrasepsi (PIL,

IUD, Kondom, Suntik, MOP, MOW) bagi penduduk, rupa-rupanya tidak dapat terlepas

dari pengetahuan, sikap dan praktek Keluarga berencana. Adapun pengetahuan, sikap,

dan praktek KB dari seluruh penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial

ekonomi penduduk seperti tingkat pendidikan, status ekonomi, daerah, desa atau

kota.

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin di

Provinsi Sumatera Utara adalah 56 % untuk semua cara dan 43 % untuk cara

kontrasepsi modern. Diantara cara KB modern, cara KB suntikan adalah yang paling

umum dipakai baik oleh wanita pernah kawin maupun wanita berstatus kawin (masing-

masing 12 % dan 18 %). Kontrasepsi pil juga cukup populer, digunakan oleh 7 %

wanita pernah kawin dan 11 % wanita berstatus kawin. Pemakaian kontrasepsi di

Provinsi Sumatera Utara tentunya jauh di bawah angka nasional yakni sebesar 62 %.

Dengan demikian, peningkatan cakupan pemakaian kontrasepsi melalui revitalisasi

program dengan sasaran wanita kawin umur muda tentunya merupakan prioritas.

Kontribusi pemakainan alat/obat kontrasepsi terhadap penurunan fertilitas sangat

dipengaruhi pula oleh jumlah PUS menurut usia dan jumlah anak yang telah dimiliki.

Pasangan Usia Subur usia muda dengan jumlah anak sedikit atau disebut Pus Muda

Paritas Rendah ( Pusmuparen ) sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas

dibandingkan dengan peserta KB dari Pus usia tua paritas tinggi ( Pustuparti ).

37.247 46

52.9 54.2 56

0102030405060

SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI2002/2003

SDKI 2007 SDKI 2012

% Gambar 3.5. Tren Pemakaian Alat/Cara KB Sumatera Utara

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 61: GRAND DESIGN - BKKBN

38

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Data menunjukkan bahwa peserta KB di Sumatera Utara masih didominasi oleh Pus

Tua Paritas Tinggi ( 55,65% ) sedangkan peserta KB dari Pusmuparen sebesar 44,35 %.

Tabel 3.8. Peserta KB PUS MUPAREN

No

Kab./Kota

Pengguna/memamakai alat/cara KB

Sedang Mengguna

Kan

Tidak mengguna

kan lagi

Tdk pernah mengguna

kan

Total

%

1 Nias 928 335 2772 4035 23

2 Mandailing Natal 3090 2437 11367 16894 18.29

3 Tapanuli Selatan 3078 1495 8438 13011 23.66

4 Tapanuli Tengah 2403 620 7221 10244 23.46

5 Tapanuli Utara 1190 131 3617 4938 24.1

6 Toba Samosir 1150 534 2960 4644 24.76

7 Labuhan Batu 9797 4892 7714 22403 43.73

8 Asahan 21781 3805 11033 36619 59.48

9 Simalungun 15366 3853 14187 33406 46

10 Dairi 1196 815 5098 7109 16.82

11 Karo 6985 2600 5957 15542 44.94

12 Deli Serdang 44431 7282 28853 80566 55.15

13 Langkat 25628 4906 16796 47330 54.15

14 Nias Selatan 1974 900 8474 11348 17.4

15 Humbang Hasundutan 149 403 2969 3521 4.23

16 Pakpak Bharat 419 59 918 1396 30.01

17 Samosir 504 74 2415 2993 16.84

18 Serdang Bedagai 17098 4093 9031 30222 56.57

19 Batu Bara 9187 3681 5356 18224 50.41

20 Padang Lawas Utara 3827 1109 7298 12234 31.28

21 Padang Lawas 3390 1504 7232 12126 27.96

22 Labuhan Batu Selatan 9850 2367 8021 20238 48.67

23 Labuhan Batu Utara 8968 2119 5723 16810 53.35

24 Nias Utara 544 248 2917 3709 14.67

25 Nias Barat 313 104 2059 2476 12.64

26 Kota Sibolga 1415 283 813 2511 56.35

27 Kota Tanjung Balai 3295 1061 3127 7483 44.03

28 Kota Pematang Siantar 3103 970 3393 7466 41.56

29 Kota Tebing Tinggi 3252 783 1385 5420 60

30 Kota Medan 32987 7449 39372 79808 41.33

31 Kota Binjai 7319 1521 4585 13425 54.52

32 Kota Padangsidimpuan 3058 719 3842 7619 40.14

33 Kota Gunungsitoli 941 134 3740 4815 19.54

248616 63286 248683 560585 44.35

Sumber : BPS Sumatera Utara

Page 62: GRAND DESIGN - BKKBN

39

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.9. Peserta KB PUSTUPARTI

No

Kab./Kota

Pengguna/memamakai alat/cara KB

Sedang

Mengguna

Kan

Tidak

mengguna

kan lagi

tdk

pernah

mengguna

kan

Total

%

1 2 3 4 5 6

1 Nias 5077 1816 2896 9789 51.86

2 Mandailing Natal 8784 6549 18229 33562 26.17

3 Tapanuli Selatan 7562 4220 9458 21240 35.6

4 Tapanuli Tengah 9017 6562 8733 24312 37.09

5 Tapanuli Utara 10409 5023 7395 22827 45.6

6 Toba Samosir 7621 2455 4241 14317 53.23

7 Labuhan Batu 18228 6547 7396 32171 56.66

8 Asahan 27790 13390 10875 52055 53.39

9 Simalungun 38008 12515 13343 63866 59.51

10 Dairi 9948 4857 7321 22126 44.96

11 Karo 14499 6436 3573 24508 59.16

12 Deli Serdang 84577 28668 21386 134631 62.82

13 Langkat 49297 12878 9682 71857 68.6

14 Nias Selatan 12943 3770 7528 24241 53.39

15 Humbang Hasundutan 6802 2523 5892 15217 44.7

16 Pakpak Bharat 1409 784 1327 3520 40.03

17 Samosir 3825 1537 3608 8970 42.64

18 Serdang Bedagai 29001 10054 9188 48243 60.11

19 Batu Bara 16260 7143 4941 28344 57.37

20 Padang Lawas Utara 4692 5479 6820 16991 27.61

21 Padang Lawas 3957 3969 9361 17287 22.89

22 Labuhan Batu Selatan 13428 4558 3978 21964 61.14

23 Labuhan Batu Utara 14564 5293 6693 26550 54.85

24 Nias Utara 5966 1160 3405 10531 56.65

25 Nias Barat 2163 625 2893 5681 38.07

26 Kota Sibolga 3572 1591 1627 6790 52.61

27 Kota Tanjung Balai 6477 2792 2848 12117 53.45

28 Kota Pematang Siantar 9793 4072 3975 17840 54.89

29 Kota Tebing Tinggi 6264 2710 1265 10239 61.18

30 Kota Medan 71295 25006 28199 124500 57.27

31 Kota Binjai 10965 4741 1962 17668 62.06

32 Kota Padangsidimpuan 7703 3495 3359 14557 52.92

33 Kota Gunungsitoli 3073 1774 3111 7958 38.62

524969 204992 236508 966469 54.32

Sumber : BPS Sumatera Utara

Page 63: GRAND DESIGN - BKKBN

40

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Selanjutnya, laporan SDKI 2012 juga menemukan bahwa pemakaian kontrasepsi di

daerah perkotaan jauh lebih tinggi dari pada di pedesaan (masing-masing 60 % dan 52

%). Namun demikian, jenis metode yang digunakan berbeda, wanita di perkotaan lebih

mempercayai suntikan, pil dan sterilisasi wanita, sementara wanita di pedesaan lebih

mempercayai menggunakan KB suntikan, pil dan susuk KB. Dengan demikian,

pemakaian untuk metode yang bersifat kontap dan jangka panjang perlu mendapatkan

perhatian dan prioritas.

Selanjutnya, pendidikan merupakan variabel yang penting dalam studi perbedaan

fertilitas dan keluarga berencana, karena variabel ini banyak berpengaruh terhadap

perubahan status, sikap dan pandangan hidup masyarakat pada umumnya, wanita pada

khususnya. Meningkatnya pendidikan wanita dapat merubah pandangan hidup yang

tradisional, dari pandangan bahwa wanita adalah sebagai ibu rumah tangga yang harus

tinggal di rumah mengurus anak dan suami, ke arah pandangan yang lebih maju yang

mendorong wanita untuk bekerja di luar rumah, dan ikut mengambil bagian dalam

pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Dari kenyataan di atas tentu saja akan

mendorong wanita lebih menyukai keluarga kecil yang akan memberi keleluasaan

bergerak kepada mereka dari pada bila keluarga besar dengan banyak anak.

Anggapan tersebut di atas rupa-rupanya dipakai sebagai dasar dari teori yang

menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah fertilitasnya,

atau dengan kata lain terjadi hubungan yang negatip antara fertilitas dan tingkat

pendidikan. Akan tetapi dalam berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia,

hasilnya ternyata tidak selalu konsisten dengan teori di atas. Salah satu bukti dari hasil

Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan ternyata menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan dengan fertilitas mempunyai hubungan yang positip.

Berdasarkan hasil SDKI 2012, ternyata juga membuktikan bahwa pendidikan baik

secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan kontribusinya terhadap

pemakaian alat/cara KB. Gambar 3.6 mengisyaratkan bahwa pemakaian kontrasepsi

atau alat KB cenderung meningkat seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan.

Page 64: GRAND DESIGN - BKKBN

41

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.6. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Provinsi, SDKI 2012

Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (Unmet Need) adalah sebagai persentase wanita

berstatus kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran

berikutnya, tetapi tidak memakai alat kontrasepsi. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi

di Sumatera Utara adalah 12,3 %. Keadaan ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan

angka nasional sebesar 9,1 %. Selanjutnya, kebutuhan KB yang tidak terpenuhi ini

secara umum menurun ketika tingkat pendidikan masyarakat meningkat.

Sumber : SDKI Tahun 2012

Page 65: GRAND DESIGN - BKKBN

42

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Dilihat dari variabel umur pada waktu kawin ternyata juga memberikan gambaran yang

cukup menarik. Umur pada waktu kawin adalah merupakan variabel yang menunjukkan

saat dimulainya hubungan kelamin. Oleh karena itu variabel ini mempengaruhi

fertilitas secara langsung, dimana pada saat itulah wanita memulai masa

reproduksinya dengan mengabaikan jumlah kelahiran sebelum perkawinan.

Disamping itu umur pada waktu kawin juga menentukan perpanjangan masa reproduksi

wanita.

Dengan mengikuti pemikiran di atas, apabila umur pada waktu kawin bagi wanita-

wanita dilakukan seawal mungkin atau dalam umur muda maka diprediksi akan

mempunyai lebih banyak anak dari pada wanita-wanita yang umur pada waktu

kawinnya lebih tua, yang dengan sendirinya lama masa reproduksinya relatip lebih

pendek. Bukti dari Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan menunjukan

bahwa wanita-wanita yang umur pada waktu kawinnya lebih muda dalam hal ini

berumur di bawah 15 tahun, mempunyai anak lebih banyak bila dibandingkan dengan

mereka yang memulai perkawinannya pada umur 21 tahun ke atas. Hal ini berarti ada

korelasi yang negatip antara umur pada waktu kawin dengan fertilitas.

60

52

48

50

52

54

56

58

60

62

Perkotaan Pedesaan

Gambar 3.7. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Daerah Sumatera Utara

(SDKI 2012

21

5158

0

10

20

30

40

50

60

70

Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMTP+

Gambar 3.8. Pemakaian Alat/Cara KB Menurut Pendidikan Sumatera Utara

(SDKI 2012)

Sumber : SDKI Tahun 2012

Page 66: GRAND DESIGN - BKKBN

43

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Sebenarnya variabel umur pada waktu kawin ini sangat dipengaruhi oleh variabel

pendidikan dan status ekonomi. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi yang otomatis

status ekonominya tinggi pula akan menunda saat perkawinannya, karena wanita-

wanita tersebut akan lama menghabiskan waktunya dibangku sekolah. Dari uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi dan status

ekonomi lebih tinggi pula akan menunda masa perkawinannya, sehingga peluang

untuk mempunyai anak yang lebih banyak akan berkurang dan dengan sendirinya akan

menekan tingkat fertilitas.

Di Sumatera Utara median rata-rata kawin pertama umur 22 tahun, sedangkan di

Indonesia rata-rata umur kawin pertamanya adalah 20 tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa wanita Sumatera Utara kawin lebih tua daripada wanita secara nasional. Data

SDKI 2012 menunjukkan bahwa di Sumatera Utara umur median kawin pertama terus

meningkat dari 19,4 tahun di tahun 1991 meningkat menjadi 22 tahun pada tahun 2012.

Kecenderungan ini serupa juga terlihat secara nasional (Gambar 3.11 dan 3.12).

Walaupun kecenderungan umur kawin wanita ini telah menunjukkan peningkatan,

tetapi tentunya rata-rata umur kawin tersebut masihlah relatip muda. Dengan demikian

program KB dalam upaya penundaan usia kawin harus lebih ditingkatkan.

11.4

13.2

10.5

11

11.5

12

12.5

13

13.5

Indonesia Sumatera Utara

Gambar 3.9. Kebutuhan KB Yang Tidak Terpenuhi (SDKI 2012) Sumatera Utara (SDKI

2012)

23

16.1 15.1

11.9 12.4

0

5

10

15

20

25

Gambar 3.10. Kebutuhan KB Yang Tidak Terpenuhi Menurut Pendidikan Sumatera

Utara (SDKI 2012)

Sumber : SDKI Tahun 2012

Page 67: GRAND DESIGN - BKKBN

44

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Disahkannya Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga merupakan dasar untuk melakukan

revitalisasi kebijakan kependudukan di Indonesia. Dari sisi kelembagaan, UU tersebut

memberikan kesempatan yang besar untuk mengelola kebijakan kependudukan secara

memadai dengan mengubah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Di tingkat

provinsidan kabupaten/kota. Namun sampai dengan akhir tahun 2012 belum ada

satupun di Sumatera Utara yang membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Daerah (BKKBD).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara umum masalah kependudukan

dilihat dari aspek pengendalian kuantitas adanya kecenderungan stagnasi kinerja

pembangunan kependudukan. Disamping itu, indikator kuantitas penduduk semuanya

memperlihatkan adanya disparitas antar Kabupaten/Kota. Hal ini tampaknya bersumber

dari belum maksimalnya kebijakan pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk.

3.1.8. Proyeksi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2035

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara selama

dua puluh lima tahun mendatang terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk hasil

sensus penduduk 2010 sebagai tahun dasar sebesar 12.982.204 jiwa dan menjadi sekitar

16.136.001 jiwa pada tahun 2035. Namun demikian, bila diperhatikan pertumbuhan

19.4

20.3 20.1

21.2

22.1 22

18

19

20

21

22

23

Gambar 3.11. Tren Median Umur Kawin Pertama Sumatera Utara

17.1

18.118.6

19.219.8 20.1

15

16

17

18

19

20

21

Gambar 3.12. Tren Median Umur Kawin Pertama Indonesia

Sumber : SDKI Tahun 2012

Page 68: GRAND DESIGN - BKKBN

45

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

rata-rata setiap tahun penduduk di Provinsi Sumatera Utara selama periode 2010-2035

menunjukkan kecenderungan penurunan terus menerus. Periode 2010-2015 dan 2030-

2035 penduduk Provinsi Sumatera Utara turun dengan kecepatan 1,1 % menjadi 0,5 %

per tahun. Terjadinya penurunan disebabkan karena kebijakan pengendalian kuantitas

penduduk melalui program KB dan adanya faktor migrasi keluar Sumatera Utara dan

penurunan kelahiran dibandingkan dengan faktor kematian. Apabila diikuti

kecenderungan angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) turun dari sekitar 24 per 1000

penduduk pada awal proyeksi menjadi 19 per 1000 penduduk pada akhir periode

proyeksi, sedangkan angka kematian kasar (Crude Death Rate) diharapkan turun dari 5

per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 4 per 1000 penduduk pada akhir

proyeksi. Sementara bila diikuti perhitungan data sensus penduduk 2010, migrasi

keluar Sumatera Utara sebesar 17,7 % dan migrasi masuk ke Sumatera Utara sebesar

4,3 %.

Tabel 3.10. Proyeksi Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

Tahun Jumlah

Laki-laki

Jumlah

Perempuan

Total

2010 6.483.354 6.498.850 12.982.204

2015 6.877.262 6.883.838 13.761.100

2020 7.233.737 7.235.570 14.469.307

2025 7.552.538 7.556.547 15.109.085

2030 7.834.606 7.846.841 15.681.447

2035 8.056.602 8.079.399 16.136.001

Gambar 3.13 Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara 2010 – 2013

Sumber : BPS Sumatera Utara

Sumber : BPS Sumatera Utara

Page 69: GRAND DESIGN - BKKBN

46

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Selanjutnya, cukup menarik apabila diperhatikan gambaran piramida penduduk

menurut tahun. Piramida penduduk tahun 2010 menunjukkan pola yang tidak

menggembung lagi atau menyerupai “Candi Borobudur”, tetapi sudah berubah lebih

ramping menyerupai “Candi Prambanan” hingga periode akhir proyeksi. Ini

mengindikasikan bahwa selama periode 2010-2035 penduduk di Provinsi Sumatera

Utara disamping akan mengalami penurunan pertumbuhan secara terus menerus, juga

akan ditandai dengan struktur penduduk yang ideal. Walaupun jika diperhatikan rata-

rata pertumbuhan penduduknya masih di atas 1 % setiap tahunnya. Dengan demikian

pencapaian target jumlah penduduk tanpa pertumbuhan tahun 2035 masih merupakan

tantangan berat untuk Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 3.11. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010

UMUR Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 744,374 706,319 1,450,693

5-9 750,888 706,009 1,456,897

10-14 723,815 684,095 1,407,910

15-19 640,079 624,541 1,264,620

20-24 550,253 559,810 1,110,063

25-29 551,237 553,946 1,105,183

30-34 494,373 492,350 986,723

35-39 448,195 455,114 903,309

40-44 400,598 412,031 812,629

45-49 344,796 360,378 705,174

50-54 293,428 299,424 592,852

55-59 209,213 211,116 420,329

60-64 121,965 139,687 261,652

65-69 88,094 111,585 199,679

70-74 60,765 81,532 142,297

75-79 31,680 49,329 81,009

80+ 29,601 51,584 81,185

Total

6,483,354

6,498,850

12,982,204

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Page 70: GRAND DESIGN - BKKBN

47

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.14. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2010

Tabel 3.12. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2015

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 671,743 638,161 1,309,904

5-9 734,717 693,546 1,428,263

10-14 745,798 699,856 1,445,654

15-19 713,655 671,407 1,385,061

20-24 613,144 602,234 1,215,378

25-29 507,285 536,633 1,043,918

30-34 517,005 533,694 1,050,699

35-39 477,658 476,791 954,449

40-44 438,813 445,555 884,368

45-49 391,520 401,986 793,506

50-54 334,387 349,744 684,131

55-59 279,141 285,902 565,042

60-64 193,259 198,801 392,060

65-69 107,547 127,513 235,060

70-74 72,155 96,070 168,225

75-79 44,630 64,603 109,232

80+ 34,806 61,343 96,150

Total

6,877,262

6,883,838

13,761,100

15.0 10.0 5.0 0.00 5.00 10.00 15.00

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74

80+

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Page 71: GRAND DESIGN - BKKBN

48

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.15. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2015

Tabel 3.13. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2020

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 669,861 637,763 1,307,624

5-9 661,058 626,045 1,287,103

10-14 729,488 688,417 1,417,905

15-19 735,052 690,404 1,425,456

20-24 688,010 650,162 1,338,172

25-29 574,845 572,327 1,147,171

30-34 474,792 510,718 985,510

35-39 495,852 514,585 1,010,437

40-44 464,521 464,991 929,513

45-49 428,346 437,182 865,528

50-54 380,048 392,362 772,410

55-59 318,304 336,166 654,469

60-64 258,059 270,621 528,680

65-69 171,088 182,987 354,076

70-74 87,934 110,456 198,390

75-79 53,218 77,215 130,433

80+ 43,262 73,169 116,431

Total

7,233,737

7,235,570

14,469,307

15.0 10.0 5.0 0.00 5.00 10.00 15.00

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74

80+

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Page 72: GRAND DESIGN - BKKBN

49

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.16. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2020

Tabel 3.14. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2025

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 673,480 641,636 1,315,116

5-9 659,548 626,823 1,286,370

10-14 655,646 621,231 1,276,877

15-19 717,452 678,824 1,396,276

20-24 707,564 668,800 1,376,364

25-29 646,803 617,386 1,264,189

30-34 540,125 542,627 1,082,752

35-39 452,626 490,085 942,711

40-44 481,519 501,415 982,934

45-49 454,842 456,590 911,432

50-54 417,371 427,143 844,513

55-59 362,849 377,839 740,688

60-64 294,528 318,994 613,522

65-69 228,861 249,980 478,841

70-74 141,165 159,521 300,686

75-79 65,261 89,262 154,524

80+ 52,899 88,392 141,291

Total

7,552,538

7,556,547

15,109,085

15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74

80+

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Page 73: GRAND DESIGN - BKKBN

50

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.17. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2025

Tabel 3.15. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2030

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 680,879 648,617 1,329,496

5-9 662,832 630,568 1,293,401

10-14 653,751 621,905 1,275,656

15-19 642,836 611,358 1,254,194

20-24 688,436 656,565 1,345,001

25-29 663,626 634,894 1,298,520

30-34 609,275 586,360 1,195,634

35-39 517,462 521,203 1,038,664

40-44 439,030 476,775 915,804

45-49 472,127 492,626 964,752

50-54 444,402 446,317 890,719

55-59 400,110 411,767 811,877

60-64 337,029 359,040 696,069

65-69 261,749 295,166 556,915

70-74 189,671 218,792 408,463

75-79 106,025 129,974 235,999

80+ 65,368 104,914 170,282

Total

7,834,606

7,846,841

15,681,447

15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74

80+

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Page 74: GRAND DESIGN - BKKBN

51

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.18. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2030

Tabel 3.16. Jumlah Penduduk Sumatera Utara tahun 2035

UMUR Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 669,916 637,779 1,307,695

5-9 669,924 637,082 1,307,005

10-14 656,813 625,352 1,282,165

15-19 640,455 611,553 1,252,008

20-24 613,353 588,168 1,201,521

25-29 644,064 621,530 1,265,594

30-34 625,013 602,840 1,227,853

35-39 586,194 564,099 1,150,293

40-44 503,578 507,511 1,011,089

45-49 429,116 468,087 897,203

50-54 460,356 481,460 941,816

55-59 426,853 431,067 857,920

60-64 372,445 391,553 763,999

65-69 300,878 332,808 633,687

70-74 218,004 258,913 476,916

75-79 143,379 179,079 322,459

80+ 96,259 140,518 236,777

Total

8,056,602

8,079,399

16,136,001

15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74

80+

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Page 75: GRAND DESIGN - BKKBN

52

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.19. Piramida Penduduk Sumatera Utara 2035

3.2. Kualitas Penduduk

3.2.1. Aspek Pendidikan

Sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, Pasal 3

menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bila diperhatikan arah kebijakan pendidikan saat ini mengacu pada kesiapan Indonesia

dalam menghadapi ASEAN Economy Community (AEC) 2015 yang menuntut

peningkatan kualitas SDM nasional agar berdaya saing. (Waspada, 21 Des 2012).

Sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan, baik dalam

pendidikan formal, non formal dan informal. Untuk menghadapi persaingan global

Sumatera Utara ikut berperan mewujudkan cita-cita dan tujuan pemerintah dalam

membangun sumberdaya yang berkualitas.

15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00 15.00

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74

80+

Perempuan Laki-laki

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera Utara

Page 76: GRAND DESIGN - BKKBN

53

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap

penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk,

terutama usia muda yang masih sekolah. Ukuran yang banyak digunakan disektor

pendidikan, seperti pertumbuhan jumlah murid, lebih menunjukkan perubahan jumlah

murid yang mampu ditampung disetiap jenjang sekolah. Dengan demikian, naiknya

persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya

partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya

jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur

sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya

tidak berubah atau malah semakin rendah.

Pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan Provinsi Sumatera Utara,

karena pendidikan menjadi penentu yang paling utama dari daya saing suatu negara

atau daerah. Sebagai daerah dengan posisi strategis dibutuhkan sumber daya manusia

yang handal untuk dapat menjawab tantangan perubahan yang sangat cepat dan

semakin kompleks. Beberapa indikator kinerja utama dalam bidang pendidikan yang

telah dicapai Provinsi Sumatera Utara antara lain adalah: dari total penduduk Sumatera

Utara (diperhitungkan dari Sensus Nasioal 2010) dibandingkan jumlah penduduk

diperoleh angka melek huruf pada penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2011

mencapai 97,46% dari jumlah penduduk usia tersebut yang berjumlah 7.752.829 jiwa.

Hal ini menunjukkan masih adanya penduduk usia sekolah yang belum mendapatkan

pendidikan yang layak, sehingga perlu perhatian yang lebih serius dari semua pihak

terkait dalam mengurangi angka buta aksara di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 3.17. Perkembangan Angka Melek Huruf Penduduk UsiaDiatas 15

Tahun dari Tahun 2008-2012

NO Uraian 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah penduduk usia 15

tahun keatas

8.919.973 9.108.738 9.520.274 7.752.829

2. Angka melek huruf 97.04% 97.15% 97.32% 97,46%

Sumber : BPS Sumatera Utara, Data Pokok Ekonomi dan Kesra Sumatera Utara

2007-2012

*) Persentase diperkirakan dari jumlah penduduk hasil Sensus Nasional 2010.

Page 77: GRAND DESIGN - BKKBN

54

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Capaian Angka Lama Sekolah rata-rata Provinsi Sumatera Utara, mengalami

peningkatan dari sebelumnya tahun 2008, sebesar 8,65 meningkat menjadi 8,95 tahun

pada tahun 2009, dan mengalami penurunan menjadi 8,85 pada tahun 2010 dan

meningkat kembli menjadi 8,91 pada tahun 2011.

Dari data Angka Partisipasi Murni (APM) Provinsi Sumatera Utara tahun 2011, terlihat

bahwa ada kecenderungan terjadinya penurunan jumlah partisipasi siswa dari APM

siswa SD (92,43%), SLTP (SMP/MTs) (77,46%) dan SLTA (SMA/MA/MK) 66,04%.

Hal ini menunjukkan masih banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi diatasnya (putus sekolah). Hal ini disebabkan masih rendahnya minat

dan dorongan orang tua untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi.

Disamping masih terbatasnya kemampuan ekonomi masyarakat yang berpenghasilan

rendah.

Sementara dari data APM siswa SLTA per Kabupaten/Kota terlihat bahwa kabupaten

dengan capaian APM tertinggi adalah Karo (95,55%), Pakpak Bharat (95,28%),

Tapanuli Utara (94,85%), Nias Selatan (94,02%), Dairi (92,82%) dan Tapanuli Tengah

(90,10%). Sedangkan Kabupaten/Kota yang paling rendah capaian APM untuk tingkat

SLTA adalah Gunung Sitoli (45,45%), Labuhan Batu Utara (22,34%), Nias Barat

(17,62%), Labuhan Batu Selatan (15,08%) dan Nias Utara (13,54%).

Dari data Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2010 terlihat bahwa APK untuk

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berdasarkan jumlah penduduk usia 0-6 tahun, di

Provinsi Sumatera Utara masih tergolong rendah (29,58%), dan mengalami peningkatan

menjadi 31,27 pada tahun 2011. Angka Partisipasi Kasar untuk Pendidikan Dasar SD/MI

sudah memenuhi target sebesar 110,54, untuk SMP/MTs sebesar 99,25, sedangkan untuk

pendidikan menengah (SMA/SMK/MA) sebesar 83,76.

Selalanjutnya, rata-rata lama sekolah di Provinsi Sumatera Utara 8,85 tahun, yang

mencerminkan, secara rata-rata, penduduk Provinsi Sumatera Utara baru

menyelesaikan pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Walaupun rata-rata lama sekolah di

Provinsi Sumatera Utara jauh lebih baik dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah

tingkat Nasional yang hanya 5,8 tahun, tetapi dari segi wajib belajar 9 tahun yang di

programkan pemerintah belum terwujud. Secara rinci angka melek huruf, rata-rata lama

dan partisipasi sekolah menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 78: GRAND DESIGN - BKKBN

55

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.18. Pendidikan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008–2010

Uraian Tahun

2008 2009 2010

Angka Melek Huruf (%)

Rata-rata lama sekolah (thn)

Angka Partisipasi sekolah

Kelompok umur (%)

7 – 12

13 – 15

16 – 18

19 – 24

7 – 15

97,08

8,65

98,66

90,89

65,34

13,82

96,14

97,15

8,95

98,71

91,43

66,23

14,65

96,31

97,32

8,85

98,90

92,26

66,94

15,65

98,86

Sumber: Sumatera dalam angka 2011

3.2.2. Aspek Kesehatan

Ada kemajuan yang konsisten pada indikator kesehatan, terutama Angka Kematian

Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan rasio kematian ibu (AKI). Untuk

semua indikator tersebut, telah terjadi penurunan secara signifikan meskipun masih di

bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya. Kematian ibu menurun dari 390 per

100.000 kelahiran hidup tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun

2007. Angka kematian bayi juga menurun, dari 68 per 1000 KH tahun 1991 menjadi 34

per 1000 KH tahun 2007. Sementara itu, prevalensi gizi buruk menurun dari 25,8

persen tahun 2003 menjadi 18,4 persen tahun 2007 (Menkokesra, 2013).

Penurunan ini memang membuktikan dampak positif dari upaya pembangunan,

khususnya kesehatan ibu dan anak. Akan tetapi, jika dilihat ada indikasi perlambatan

penurunan pada era setelah desentralisasi. Pengurangan besarnya penurunan terlihat

dari tingkat penurunan tahunan (ARR). Sebagai contoh, ARR untuk AKB, dan

AKABA, angkanya telah turun dari tiga persen pada periode sebelum desentralisasi

menjadi satu persen setelah desentralisasi. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengganggu

pencapaian target MDGs.

Dengan memakai ukuran angka kematian kasar (CDR) data hasil sensus penduduk

2010 menunjukkan angka kematian kasar Sumatera Utara sebesar 5,1 per 1000

penduduk dan angka ini menunjukan kecenderungan yang terus menurun bila

dibandingkan dengan angka kematian kasar pada periode-periode sebelumnya, dimana

Page 79: GRAND DESIGN - BKKBN

56

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

angka kematian kasar sebesar 8,2 per 1000 penduduk pada periode 1985-1990,

selanjutnya pada periode 1990-1995 sebesar 7,6 per 1000 penduduk dan periode 1995-

2000 sebesar 6,1 per 1000 penduduk.

Selanjutnya, sensus penduduk 2010 juga memberikan informasi angka kematian bayi di

Sumatera Utara sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan periode

sebelumnya angka kematian bayi ini mengalami kecenderungan penurunan.

Berdasarkan Sensus Penduduk 1971 AKB sebesar 122, terus menurun menjadi 88

berdasarkan Sensus Penduduk 1980, menurun lagi manjadi 61 pada Sensus Penduduk

1990 dan mencapai 44 berdasarkan sensus penduduk tahun 2000. Hasil angka kematian

bayi dari sensus penduduk tahun 2010 menempatkan Sumatera Utara sama dengan

angka nasional.

Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi penurunan angka kematian bayi antara

lain peningkatan pelayanan kesehatan, pemeliharaan dan pemeriksaan kehamilan serta

penolong persalinan, pemberian ASI dan makanan tambahan serta imunisasi. Data

SDKI 1994 dan 2007 secara umum mengungkapkan separuh dari bayi yang dilahirkan

di Sumatera Utara dalam periode lima tahun sebelum survei, dilahirkan dengan telah

mendapatkan Suntikan TT paling sedikit satu kali. Dibandingkan dengan Indonesia

secara keseluruhan persentase ini lebih rendah (dua pertiga untuk Indonesia). Sekitar

80% anak-anak dilahirkan dari ibu-ibu yang mendapatkan pemeriksaan kehamilan oleh

tenaga kesehatan (11% oleh dokter dan 69% oleh bidan perawat). Angka ini hampir

sama dengan Indonesia secara keseluruhan. Hal yang perlu dicatat adalah bahwasanya

65% dari kelahiran tersebut ditolong oleh tenaga kesehatan, yakni 58% oleh bidan dan

10.2

8.27.6

6.15.1

0

2

4

6

8

10

12

1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 SP 2010

per 1000

penduduk

Tahun

Gambar 3.20. Kecenderungan Crude Death Rate (CDR)Propinsi Sumatera Utara

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 80: GRAND DESIGN - BKKBN

57

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

7% oleh dokter. Berbeda dengan pemeriksaan kehamilan dan penolong persalinan,

Sumatera Utara lebih baik dari pada Indonesia secara keseluruhan (persalinan di

Indonesia secara keseluruhan ditolong oleh dokter 6% dan oleh bidan/perawat 33%).

13.0

14.0

18.0

19.0

19.0

20.0

20.0

21.0

21.0

23.0

23.0

24.0

24.0

24.0

24.0

25.0

25.0

25.0

25.0

27.0

27.0

27.0

28.0

29.0

30.0

33.0

37.0

39.0

40.0

44.0

44.0

46.0

47.0

57.0

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

31. DKI Jakarta

34. DI Yogyakarta

94. Papua

21. Kepulauan Riau

51. B a l i

33. Jawa Tengah

64. Kalimantan Timur

14. R i a u

91. Papua Barat

18. Lampung

36. Banten

19. Bangka Belitung

35. Jawa Timur

62. Kalimantan Tengah

71. Sulawesi Utara

12. Sumatera Utara

16. Sumatera Selatan

32. Jawa Barat

INDONESIA

11. Aceh

17. Bengkulu

61. Kalimantan Barat

15. J a m b i

13. Sumatera Barat

73. Sulawesi Selatan

63. Kalimantan Selatan

53. Nusa Tenggara Timur

74. Sulawesi Tenggara

82. Maluku Utara

72. Sulawesi Tengah

81. Maluku

76. Sulawesi Barat

52. Nusa Tenggara Barat

75. Gorontalo

Gambar 3.21. Estimasi Angka Kematian Bayi (IMR) Menurut Provinsi 2010

Samadenganangka

nasional

Selanjutnya, parameter yang tidak kalah penting dalam rangka menunjukkan pola

mortalitas adalah angka harapan hidup. Angka harapan hidup pada suatu umur

didefinisikan sebagai rata-rata tahun hidup yang masih dijalani oleh seorang yang telah

berhasil mencapai umur tersebut dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Page 81: GRAND DESIGN - BKKBN

58

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

masyarakatnya. Angka harapan hidup waktu lahir, misalnya merupakan rata-rata tahun

hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir. Angka harapan hidup merupakan

indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Dengan

memakai pendekatan dan bantuan Model Life Table and Stable Population, dapat

diperkirakan angka harapan hidup bila data angka kematian bayi tersedia.

Mengacu pada ukuran angka harapan hidup data berdasarkan Sensus Penduduk 2010

adalah 71 tahun, selanjutnya berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 diperkirakan

sebesar 66 tahun. Dengan demikian selama periode 2000-2010 terjadi kenaikan angka

harapan hidup sebesar 0,7% setiap tahunnya. Kecenderungan meningkatnya angka

harapan hidup ini disebabkan karena membaiknya pelayanan kesehatan dan

peningkatan kondisi sosial-ekonomi yang selanjutnya memungkinkan terjadinya

perbaikan gizi serta kesehatan dan lingkungan hidup sehingga angka harapan hidup

naik.

Sumber : Riskesdas, 2010

Seterusnya, tidak kalah pentingnya adalah status gizi balita. Status gizi balita

merupakan prasyarat dasar untuk meningkatkan daya saing bangsa karena status gizi

anak akan mempengaruhi tingkat kesehatan fisik dan kecerdasan anak yang akhirnya

akan mempengaruhi tingkat produktivitas secara ekonomis. Menurut hasil penelitian

yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan RI (Riskesdas, 2010), Provinsi Sumatera

122

88

61

48 44

25

0

20

40

60

80

100

120

140

1971 1980 1990 1998 2000 2010

IMR

Tahun

Gambar 3.22. Kecenderungan IMR Propinsi Sumatera Utara, 1971-2010

Page 82: GRAND DESIGN - BKKBN

59

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Utara masih tergolong provinsi dengan angka kekurangan gizi balitanya diatas angka

rata-rata nasional yakni 21,4 sementara angka rata-rata nasional 17,9. Menurut

penelitian WHO anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk mempunyai resiko

kehilangan tingkat kecerdasan atau IQ sebesar 10-15 poin.

Dari data prevalensi rata-rata Balita Gizi Kurang di Sumatera Utara masih termasuk

kategori tinggi. Terdapat 2 Kabupaten yang termasuk kepada kriteria Sangat Tinggi

(diatas 30%) yakni Nias dan Nias Selatan, 14 termasuk kriteria tinggi (20-29%) dan

selebihnya kategori sedang (10-19%). Yang perlu dicermati adalah masih tingginya

capaian prevalensi gizi buruk untuk wilayah kota seperti Sibolga, Tanjungbalai, Tebing

Tinggi dan Medan. Grafik dibawah ini memperlihatkan kondisi persentase balita gizi

buruk Provinsi Sumatera Utara dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.

Grafik 3.23. Angka Prevalensi Kekurangan Gizi pada Balita per Provinsi di Indonesia

Sumber : Riskesdas, 2010

Page 83: GRAND DESIGN - BKKBN

60

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3.2.3. Aspek Ekonomi

Adapun untuk angka penduduk Sumatera Utara yang berada diatas garis kemiskinan

setiap tahun terus mengalami perbaikan, dimana tahun tahun 2008 sebesar 11,55 %,

tahun 2009 sebesar 11,51%, tahun 2010 sebesar 11,31 %, tahun 2011 sebesar 10,83 %

dan tahun 2012 menjadi 10,41 %. Secara umum penurunan tingkat kemiskinan di

Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 3.24. Persentase penduduk miskin Sumatera Utara dan Nasional

Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012

Persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2007-2012 terus

mengalami penurunan dengan tingkat kinerja lebih baik dibandingkan pencapaian

kinerja nasional selama periode yang sama. Sampai dengan tahun 2012 persentase

penduduk miskin telah menjadi 10,41%, sementara capaian nasional menunjukkan

11,66%. Grafik 3.25. menunjukkan perkembangan persentase penduduk miskin

Sumatera Utara dan Nasional selama periode 2007-2012.

Page 84: GRAND DESIGN - BKKBN

61

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Grafik 3.25. Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara dan Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012 (diolah), Maret 2007 - September 2012

Sementara itu jika dilihat berdasarkan persentase penduduk miskin di perkotaan

dibandingkan pedesaan terjadi perubahan dimana persentase penduduk miskin di

pedesaan lebih tinggi dari pada perkotaan.

Grafik 3.26. Persentase Penduduk Miskin di Perkotaan dan Pedesaan

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012

Page 85: GRAND DESIGN - BKKBN

62

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Grafik 3.27. Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012 (diolah)

Grafik 3.27 menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara terbesar terdapat di wilayah Kepulauan Nias, yakni Kota

Gunung Sitoli (32,12%), Nias Utara (30,44%), Nias Barat (29,32%), Nias Selatan

(19,71%) dan Kabupaten Nias (19,11) Kabupaten dengan kemiskinan terendah berada

pada Kabupaten Deli Serdang (5,10%). Hal ini menunjukkan disparitas yang mas ih

sangat besar antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Hasil BPS tersebut diatas tidak jauh beda dengan hasil pendataan Keluarga. Berdasarkan

hasil pendataan keluarga jumlah penduduk pra sejahtera/miskin sebesar 11,23 persen.

Pada Pendataan Keluarga Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan ke dalam 5

(lima) tahap. Perumusan indikator tahapan didasarkan pada teori Maslow tentang tingkat

kebutuhan manusia (dasar, sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya), sehingga

tersusun Tahapan Keluarga dari yang terendah ke tahapan tertinggi. Jumlah keluarga di

Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2009, tercatat

sebanyak 2.997.473 Keluarga, meningkat menjadi 3.082.185 pada tahun 2010. Dari tabel

dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 sekitar 34,12 persen keluarga di Sumatera Utara

masih tergolong Pra sejahtera dan sejahtera I, sedikit menurun dibandingkan dengan

tahun 2009 sebesar 35,24 persen

Page 86: GRAND DESIGN - BKKBN

63

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.20. Realisasi Anggaran Pendapatan

Provinsi Sumatera Utara

Tabel 3.19. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan Keluarga Hasil Pendataan

Keluarga Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Dan 2010

Tahapan Keluarga Tahun 2009 Tahun 2010

Jumlah % Jumlah %

Keluarga Pra Sejahtera 354.982 11,92 346.217 11,23

Keluarga Sejahtera I 694.343 23,32 705.620 22,89

Keluarga Sejahtera II 1.038.088 34,86 1.093.612 35,48

Keluarga Sejahtera III 745.035 25,02 780.198 25,31

Keluarga Sejahtera III plus 140.473 4,87 156.538 5,08

Jumlah Keluarga 2.997.473 100,00 3.082.185 100,00

Sumber: Pendataan Keluarga 2010

Tahun 2012, Realisasi Pendapatan

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

mencapai 7.20 triliun rupiah atau

meningkat sekitar 60,21 persen jika

dibandingkan dengan tahun 2011.

Sebanyak 4,05 triliun rupiah atau

sekitar 56,26 persen Anggaran

Pendapatan Provinsi ini berasal dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sekitar

22,29 persen Anggaran Pendapatan

Provinsi berasal dari Dana

Perimbangan terdiri dari DAU sekitar

15,32 persen, bagi hasil pajak 6,27

persen, DAK 0,58 persen dan bagi hasil bukan pajak 0,12 persen. Realisasi pembiayaan

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mencapai 7,63 triliun rupiah dimana Belanja Tidak

Langsung mencapai 5.159,08 milyar rupiah atau sekitar 67,58 persen dari total

pembiayaan pemerintah dan Belanja Langsung mencapai 2.474,55 milyar rupiah atau

sekitar 32,42 persen.

Menurut data yang ada bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga yang berlaku di

Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp. 657,877,314 dengan kondisi untuk Kab/Kota

berpariasi dimana terdapat PDRB yang tertinggi adalah Kab.Batubara dengan jumlah

Page 87: GRAND DESIGN - BKKBN

64

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Rp. 55,132,972 dan Kota Medan sebesar Rp.49,886,522 sedangkan PDRB yang terendah

adalah Kab. Padang Lawas Rp. 8,905,978 , Kab. Nias Barat Rp. 9,032,719 dan Kab.

Tapanuli Tengah Rp. 9,032,939

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama seluruh pihak yang berkepentingan,

membangun Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan utama untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat, peningkatan pelayanan umum, dan daya saing daerah secara

keseluruhan, dengan memanfaatkan posisi geografi yang sangat strategis dan potensi

demografi (sumber daya manusia) serta mengoptimalkan potensi sumber daya alam, dan

faktor-faktor lingkungan strategis lainnya.

Pembangunan yang telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara selama ini

telah menunjukkan pencapaian yang menggembirakan yang ditandai dengan

meningkatnya berbagai indikator kesejahteraan masyarakat antara lain Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk umur 15 tahun ke atas mengalami

peningkatan yaitu 68,33% (2008), 69,14% (2009) dan 69,51% (2010). Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan dari 9,10% pada tahun 2008

menjadi 8,45% pada tahun 2009 dan menurun menjadi 7,43% pada tahun 2010. Bila

dirinci berdasarkan tingkat pendidikan, persentase angkatan kerja berumur 15 tahun

keatas yang tidak pernah sekolah 1,62%, tidak tamat SD yaitu 13,5%, tamat SD yaitu

21,19%, tamat SMP yaitu 24,13%, tamat SMA yaitu 32,26%, diploma I/II/III/IV,

universitas yaitu 7,32% (SUDA 2011). Dari data diatas menggambarkan bahwa tingkat

pendidikan angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD

kebawah.

Jika dilihat dari status pekerjaan utama sebesar 28,43% penduduk berusia 15 tahun ke atas

yang bekerja adalah buruh atau karyawan, sebesar 20,63% adalah penduduk yang bekerja

sebagai pekerja keluarga, penduduk yang berusaha sendiri yaitu 20,24%, penduduk yang

bekerja dibantu anggota keluarga mencapai 20,17% dan pada umumnya dilakukan oleh

kaum perempuan. Hanya 3,05% penduduk Sumatera Utara yang berusaha dengan

mempekerjakan buruh tetap/karyawan.

Berdasarkan lapangan usaha, penduduk Sumatera Utara yang terbanyak adalah di sektor

pertanian (tdd; perkebunan, perikanan dan peternakan) yaitu 46,94%, kemudian diikuti di

sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,52%, ,jasa kemasyarakatan yaitu

Page 88: GRAND DESIGN - BKKBN

65

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

14,45%, bekerja di sektor industri hanya sekitar 7,43%, selebihnya bekerja disektor

Penggalian dan Pertambangan, sektor listrik, gas dan air minum, bangunan, angkutan dan

komunikasi dan sektor keuangan (SUDA, 2011).

Namun demikian tantangan dan permasalahan pembangunan yang dihadapi dewasa ini

dan ke depan nantinya akan semakin kompleks. Oleh karena itu, perencanaan

pembangunan Provinsi Sumatera Utara yang komprehensif perlu disusun dengan

memperhatikan seluruh potensi, peluang dan tantangan serta permasalahan yang

dihadapi oleh Sumatera Utara dalam berbagai parameter kependudukan, hal ini terlihat

dalam tabel berikut ini berkaitan dengan angkatan kerja ;

Tabel 3.21. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Angkatan Kerja Menurut

Kab/Kota

NO. KABUPATEN/KOTA IPM ANGKATAN KERJA

BEKERJA PENGANGGUR JUMLAH

(0rang) (0rang) (0rang)

1 2 3 4 5 6

1 Nias 69.1 72,920 112

73,032

2 Nias Selatan 67.7 147,306

705

148,011

3 Nias Utara 68.2 56,913

2,076

58,989

4 Nias Barat 67.1 42,506

509

43,015

5 Kota Gunungsitoli 72.2 54,995

4,736

59,731

6 Mandailing Natal 71 193,361 13,262

206,623

7 Tapanuli Selatan 74.5 150,856

3,735

154,591

8 Tapanuli Tengah 71.6 147,517 8,183

155,700

9 Padang Lawas Utara 73.3 94,770

6,688

101,458

10 Padang Lawas 72.6 83,623

6,753

90,376

11 Sibolga 75.5 31,419

7,470

38,889

12 Padangsidimpuan 75.6 85,837

8,588

94,425

13 Tapanuli Utara 74.9 154,087 3,583

157,670

14 Toba Samosir 76.9 91,591

Page 89: GRAND DESIGN - BKKBN

66

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

1,852 93,443

15 Simalungun 73.9 384,807

22,022

406,829

16 Pematang Siantar 77.9 98,300 6,433

104,733

17 Labuhan Batu 74.7 152,479

12,897

165,376

18 Asahan 73.3 267,117 21,096

288,213

19 Batu Bara 72.1 150,574

10,937

161,511

20 Labuhan Batu Selatan 74.4 109,059

10,201

119,260

21 Labuhan Batu Utara 74.1 137,182

10,685

147,867

22 Tanjung Balai 74.7 55,457

9,598

65,055

23 Dairi 73.5 157,533 2,291

159,824

24 Karo 75.8 205,243

4,185

209,428

25 Humbang Hasundutan 72.4 98,815 347

99,162

26 Pakpak Bharat 71.2 22,285

254

22,539

27 Samosir 74.3 69,326

922

70,248

28 Deli Serdang 75.8 744,133

54,709

798,842

29 Langkat 73.6 425,892

27,103

452,995

30 Serdang Bedagai 73.6 259,149 15,605

274,754

31 Tebing Tinggi 76.9 57,809

7,387

65,196

32 Medan 77.8 851,642 84,501

936,143

33 Binjai 76.9 97,179

10,557

107,736

Sumatera Utara 74.7 5,751,682 379,982 6,131,664

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013

Page 90: GRAND DESIGN - BKKBN

67

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.22. PDRB dan Gini Ratio Menurut Kab/Kota Sumatera Utara

NO. KAB/KOTA PDRB GINI

ATAS DASAR ATAS DASAR PER KAPITA RATIO

HARGA

BERLAKU

HARGA

KONSTAN ATAS DASAR

(Milyar rupiah) TAHUN 2000

HARGA

BERLAKU

(Milyar rupiah) (Rupiah)

1 2 3 4 5 6

1 Nias 1,439.73 579.58 10,836,444 0.2226

2 Nias Selatan 2,678.83 1,360.87 9,109,520 0.2258

3 Nias Utara 1,428.39 553.64 11,113,029 0.2387

4 Nias Barat 747.01 284.65 9,032,719 0.3341

5 Kota Gunungsitoli 2,543.99 982.09 19,706,232 0.3170

6 Mandailing Natal 4,808.31 2,300.54 11,701,010 0.2440

7 Tapanuli Selatan 4,006.03 1,976.50 14,942,572 0.2254

8 Tapanuli Tengah 2,880.68 1,354.65 9,032,939 0.3271

9 Padang Lawas Utara 2,189.62 890.59 9,558,995 0.2083

10 Padang Lawas 2,067.67 848.65 8,905,978 0.2396

11 Sibolga 1,884.81 819.28 21,954,126 0.2486

12 Padangsidimpuan 2,561.84 1,052.89 12,885,957 0.2298

13 Tapanuli Utara 4,564.75 1,805.19 16,080,379 0.2935

14 Toba Samosir 4,395.20 1,956.87 25,134,840 0.2221

15 Simalungun 13,055.30 6,251.83 15,710,616 0.2398

16 Pematang Siantar 4,897.69 2,285.31 20,669,995 0.2363

17 Labuhan Batu 9,526.34 3,658.83 22,433,701 0.2341

18 Asahan 15,376.29 5,995.60 22,683,043 0.2549

19 Batu Bara 21,006.93 8,111.47 55,132,972 0.2472

20 Labuhan Batu Selatan 7,984.43 3,200.06 28,034,350 0.1705

21 Labuhan Batu Utara 9,032.13 3,574.05 26,924,678 0.1879

22 Tanjung Balai 3,692.18 1,537.57 23,503,563 0.2828

23 Dairi 4,731.42 2,276.25 17,306,243 0.2275

24 Karo 8,512.71 3,816.81 23,723,971 0.1858

25 Humbahas 3,179.57 1,130.26 18,193,417 0.2436

26 Pakpak Bharat 420.52 185.26 10,134,992 0.2462

27 Samosir 2,019.69 1,189.69 16,610,103 0.2520

28 Deli Serdang 50,667.52 16,322.03 27,452,922 0.2194

29 Langkat 22,166.50 8,058.65 22,690,999 0.2558

30 Serdang Bedagai 12,313.15 5,112.21 20,385,137 0.2043

31 Tebing Tinggi 2,964.04 1,327.25 20,058,348 0.2530

32 Medan 105,400.44 41,519.32 49,886,522 0.2019

33 Binjai 6,593.39 2,284.05 26,347,002 0.2501

Sumatera Utara 341,737 134,602 657,877,314 0.2530

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013

Page 91: GRAND DESIGN - BKKBN

68

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.23. Jumlah Pekerja menurut Kelompok Lapangan Usaha Kab/Kota

Sumatera Utara

NO. KAB/KOTA

KELOMPOK LAPANGAN USAHA KELOMPOK LAPANGAN USAHA

PERTANIA

N

INDUST

RI

JASA-

JASA

PERTA

NIAN

INDU

STRI JASA

(0rang) (0rang) (0rang) (%) (%) JASA

(%)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Nias 68,432 119 4,369 93.85 0.16 5.99

2 Nias Selatan 133,479 261 13,566 90.61 0.18 9.21

3 Nias Utara 46,643 667 9,603 81.95 1.17 16.87

4 Nias Barat 36,447 122 5,937 85.75 0.29 13.97

5 Kota Gunungsitoli 25,700 1,910 27,385 46.73 3.47 49.80

6 Mandailing Natal 113,371 6,767 73,223 58.63 3.50 37.87

7 Tapanuli Selatan 120,049 2,873 27,934 79.58 1.90 18.52

8 Tapanuli Tengah 96,808 4,047 46,662 65.62 2.74 31.63

9 Padang Lawas Utara 72,096 140 22,534 76.07 0.15 23.78

10 Padang Lawas 44,541 14,201 24,881 53.26 16.98 29.75

11 Sibolga 6,777 1,290 23,352 21.57 4.11 74.32

12 Padangsidimpuan 18,895 7,056 59,886 22.01 8.22 69.77

13 Tapanuli Utara 117,917 2,772 33,398 76.53 1.80 21.67

14 Toba Samosir 46,397 3,869 41,325 50.66 4.22 45.12

15 Simalungun 213,699 23,187 147,921 55.53 6.03 38.44

16 Pematang Siantar 7,405 11,331 79,564 7.53 11.53 80.94

17 Labuhan Batu 76,325 2,838 73,316 50.06 1.86 48.08

18 Asahan 137,955 16,725 112,437 51.65 6.26 42.09

19 Batu Bara 56,177 19,354 75,043 37.31 12.85 49.84

20 Labuhan Batu Selatan 81,912 215 26,932 75.11 0.20 24.69

21 Labuhan Batu Utara 89,379 2,755 45,048 65.15 2.01 32.84

22 Tanjung Balai 13,122 4,575 37,760 23.66 8.25 68.09

23 Dairi 113,460 1,180 42,893 72.02 0.75 27.23

24 Karo 145,732 2,818 56,693 71.00 1.37 27.62

25 Humbang Hasundutan 80,062 928 17,825 81.02 0.94 18.04

26 Pakpak Bharat 15,972 323 5,990 71.67 1.45 26.88

27 Samosir 49,185 3,447 16,694 70.95 4.97 24.08

28 Deli Serdang 142,265 108,550 493,318 19.12 14.59 66.29

29 Langkat 189,349 31,248 205,295 44.46 7.34 48.20

30 Serdang Bedagai 88,223 34,381 136,545 34.04 13.27 52.69

31 Tebing Tinggi 3,306 6,124 48,379 5.72 10.59 83.69

32 Medan 37,243 111,034 703,365 4.37 13.04 82.59

33 Binjai 7,648 14,907 74,624 7.87 15.34 76.79

Sumatera Utara 2,495,971 442,014 2,813,697 1,751 182 1,367

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2013

Page 92: GRAND DESIGN - BKKBN

69

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Jika dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Utara

menunjukkan peningkatan dari tahun 2008 sebesar 73,29 menjadi 74,65 pada tahun

2011. Angka IPM ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata IPM Nasional, namun

dilihat dari rangking IPM belum menunjukkan peningkatan karena masih tetap berada

pada rangking 8 nasional.

Gambar 3.28. Tren Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

3.3. Persebaran dan Mobilitas Penduduk

3.3.1. Persebaran Penduduk

Gambaran penduduk Provinsi Sumatera Utara dilihat dari persebarannya tersaji dalam

tabel 3.20 dan gambar 3.28. Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, Kota Medan

dan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang mempunyai penduduk paling

banyak jumlahnya. Kota Medan dengan luas kurang lebih 265 Km² atau 0,37 % dari

luas wilayah Sumatera Utara mempunyai penduduk 2.109.339 jiwa (16,8 % dari

penduduk Sumatera Utara) dan kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 2.486 Km2

berpenduduk 1.789.243 jiwa.

Page 93: GRAND DESIGN - BKKBN

70

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.29 Kepadatan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2012

Sedangkan Kabupaten Phak-Phak Barat yang luas wilayahnya 1.218 Km² (1,60 %) dari

luas wilayah Sumatera Utara hanya mempunyai penduduk 40.481 jiwa atau 0,31 % dari

jumlah penduduk Sumatera Utara. Hal yang sama juga dijumpai pada Kabupaten

Labuhan Batu Selatan dimana luas wilayahnya 3.116 Km² atau 4,34 % dari luas

wilayah Sumatera Utara hanya mempunyai penduduk 277.549 atau 2,13 % dari jumlah

penduduk Sumatera Utara.

334957576161747475858994135140144150154162165178182187268310414

7201671

25102726

29373777

78417957

0 2000 4000 6000 8000 10000

Pak-Pak Bharat*

Pdg. Lawas Utara*

Tapanuli Selatan

Tapanuli Utara

Hbg. Hasundutan*

Lab.Batu Selatan*

Nias

Tapanuli Tengah

Langkat

Karo

Asahan

Gunung Sitoli*

Batu Bara*

Pdg.Sidempuan*

Binjai

Tebing Tinggi

Medan

Page 94: GRAND DESIGN - BKKBN

71

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.24. Persebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Utara

No Kabupaten/Kota Persebaran

Penduduk (%)

Persebaran

Penduduk (%)

2000 2010

1 Deli Serdang 17.03 13.78

2 Langkat 7.85 7.44

3 Karo 2.47 2.70

4 Sumalungun 7.44 6.30

5 Asahan 8.13 5.14

6 Labuhan Batu 7.34 3.19

7 Tapanuli Tengah 2.13 2.39

8 Tapanuli Selatan 6.38 2.03

9 Tapanuli Utara 3.54 2.15

10 Nias 5.94 1.02

11 Dairi 2.54 2.08

12 Medan 16.55 16.74

13 Pem. Siantar 2.10 1.81

14 Tanjung Balai 1.15 1.19

15 Binjai 1.86 1.89

16 Tebing Tinggi 1.09 1.12

17 Sibolga 0.71 0.65

18 Madina 3.13 3.11

19 Toba Samosir 2.64 1.33

20 Pdg.Sidempuan* 1.48

21 Hbg. Hasundutan* 1.32

22 Pak-Pak Bharat* 0.31

23 Nias Selatan* 2.23

24 Samosir* 0.92

25 Serdang Bedagai* 4.57

26 Batu Bara* 2.88

27 Pdg. Lawas Utara* 1.72

28 Padang Lawas* 1.72

29 Lab.Batu Selatan* 2.14

30 Lab.batu Utara* 2.55

31 Gunung Sitoli* 0.97

32 Nias Barat* 0.63

33 Nias Utara* 0.98

J u m l a h 100.00 100.00

*) Masih bergabung dengan kabupaten/kota induk.

Page 95: GRAND DESIGN - BKKBN

72

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Lebih jauh tentang hasil sensus penduduk tahun 2010 memperlihatkan pergeseran

penduduk Sumatera Utara antara hasil sensus penduduk 2000 dengan sensus penduduk

2010 terutama di Kabupaten Deli Serdang dari 17,03 % pada tahun 2000 menjadi 13,78

% pada tahun 2010, Asahan dari 8,13 % menjadi 5,14 %, Tapanuli Selatan dari 6,38 %

menjadi 2,03 % dan Toba Samosir dari 2,61 % pada tahun 2000 turun menjadi hanya

1,33 % pada tahun 2010.

Hal ini sebagian besar disebabkan di kelima daerah ini telah terjadi pemekaran

wilayah kabupaten pada periode 2000 ke tahun 2010. Seperti kabupaten Tapanuli

Selatan misalnya kurun waktu tersebut telah terbagi menjadi 3 wilayah pemekaran.

Penyebab turunnya persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan seperti Kota

Medan antara lain penyebabnya adalah makin banyaknya desa yang sebelumnya

berstatus pedesaan berubah menjadi daerah perkotaan.

Gambar 3. 30 Persebaran Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010

Sumber : Sensus Penduduk Sumatera Utara, 2010

0.310.630.65

0.920.970.981.021.121.191.321.331.481.721.721.811.892.032.082.142.152.232.392.552.72.883.113.19

4.575.14

6.37.44

13.7816.74

0 5 10 15 20

Pak-Pak Bharat*

Sibolga

Gunung Sitoli*

Nias

Tanjung Balai

Toba Samosir

Pdg. Lawas Utara*

Pem. Siantar

Tapanuli Selatan

Lab.Batu Selatan*

Nias Selatan*

Lab.batu Utara*

Batu Bara*

Labuhan Batu

Asahan

Langkat

Medan

Page 96: GRAND DESIGN - BKKBN

73

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3.3.2. Mobilitas Penduduk

Mobilitas Penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran

penduduk dan menjadi salah satu faktor yang mendorong perubahan kondisi sosial

ekonomi suatu wilayah. Mobilitas penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan

penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kepadatan penduduk dialami

oleh daerah perkotaan merupakan salah satu potret yang mencerminkan data jumlah

penduduk yang besar menempati luas daerah yang sangat terbatas.

Fenomena ini merupakan salah satu indicator ketidak merataan persebaran penduduk

cerminan banyaknya penduduk desa yang pidah ke kota. Kepadatan penduduk yang

tinggi berdampak pada lingkungan hidup antara lain ketersediaan air bersih,

ketersediaan pangan, ketersediaan lahan, ketersediaan udara bersih, pencemaran

lingkungan dan pendidikan. Sebagai contoh penduduk di Sumatera Utara SP.2010,

menunjukkan bahwa 16,24% penduduk tinggal di Kota Medan yang hanya memiliki

luas wilayah 26.510 hektar atau 3,6 % dari luas Sumatera Utara.

Mobilitas adalah proses gerak penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dalam

jangka waktu tertentu. Pelaku mobilitas penduduk adalah orang yang melakukan

mobilitas, terdiri dari mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal.

Mobilitas penduduk vertikal sering disebut dengan perubahan status, dan salah satu

contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja

dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam sektor non pertanian. Mobilitas

penduduk horizontal, atau mobilitas penduduk geografi adalah gerak (movement)

penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode

waktu tertentu.

Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas penduduk horizontal

ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasarkan konsepnya atas wilayah dan

waktu (space and time concept). Batas wilayah umumnya digunakan batas

administratif, misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, pedukuhan (dusun).

BPS mendefinisikan, seseorang disebut migran apabila orang tersebut bergerak

melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan lamanya tinggal di propinsi

tujuan adalah enam bulan atau lebih. Seseorang disebut juga migran walau berada di

Page 97: GRAND DESIGN - BKKBN

74

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

propinsi tujuan kurang dari enam bulan, tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap

atau tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.

Dalam menganalisis mobilitas penduduk para ahli juga menggunakan istilah Migrasi

Internal, seperti transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau

lainnya di Indonesia. Sebaliknya urbanisasi, merupakan perpindahan penduduk dari

desa ke kota, umumnya terjadi pada penduduk pulau lain yang ingin memperoleh

pekerjaan yang lebih baik di pulau Jawa. Migrasi penduduk antar propinsi dan migrasi

desa-kota merupakan perwujudan kebijakan pembangunan dengan orientasi pada

pertumbuhan ekonomi, khususnya industri dan jasa yang umumnya berlokasi di kota-

kota besar dan pulau Jawa.

Perubahan pola mobilitas di Indonesia, sangat tergantung pada perkembangan wilayah

di luar Jawa. Jika wilayah-wilayah tersebut dapat mengembangkan kewenangan

(otonomi) yang lebih luas bagi pembangunannya sendiri, pada masa yang akan datang

menjadi penarik bagi mobilitas penduduk. Wilayah yang kaya akan sumberdaya alam,

seperti Riau, Kalimantan Timur dan Papua diharapkan dapat menyeimbangkan

mobilitas penduduk yang selama ini sangat terpusat pada kota-kota besar di Pulau

Jawa. Kondisi ini tidak dapat terjadi secara otomatis, tapi tergantung pada keberhasilan

pengembangan wilayah dan kota (permukiman).

Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk nonpermanen adalah gerak

penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap

di daerah tujuan. Pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain, terkait dengan

usaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk kebutuhan sosial lainnya.

Data mobilitas sirkuler sukar didapat, disebabkan para pelaku mobilitas sirkuler tidak

memberitahu kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu juga dengan

kedatangan mereka di daerah tujuan.

Page 98: GRAND DESIGN - BKKBN

75

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.25. Pekerja Menurut Karakteristik Pekerjaan dan Status Migrasi, 2007

Pekerjaan

Jenis Migran

Menetap Komuter Sirkuler Total %

Jenis Pekerjaan

- Informal 96.60 1.40 2.00 67,893,487 68.94

- Formal 85.90 9.80 4.40 30,588,706 31.06

Lapangan Pekerjaan

- Pertanian 99.00 0.30 0.70 40,393,371 41.02

- Manufaktur 87.70 7.00 5.20 18,577,921 18.86

- Jasa 90.10 6.30 3.60 39,510,901 40.12

Jenis Pekerjaan

- TNI/POLRI 79.10 16.40 4.50 489,141 0.50

- Manager/legislative 90.00 7.50 2.40 2,113,258 2.15

- Profesional 90.40 8.00 1.50 3,621,025 3.68

- Teknisi/asisten prof 80.60 14.60 4.80 1,699,962 1.73

- Tata Usaha 80.10 16.90 3.00 3,594,683 3.65

- Jasa/perdagangan 92.50 4.50 3.00 17,953,986 18.23

- Pertanian 99.20 0.30 0.50 33,662,079 34.18

- Pengolahan 91.40 4.40 4.20 11,801,591 11.98

- Operator 86.70 7.90 5.40 6,279,361 6.38

- Pekerja kasar 91.60 3.70 4.70 17,267,107 17.53

Status Pekerjaan

- Berusaha dg dibantu

buruh tdk tetap

96.20 1.70 2.10 40,665,211 41.29

- buruh/karyawan/pe

gawai

85.20 10.30 4.50 27,737,702 28.17

- Pekerja bebas/tdk

dibayar

97.30 1.00 1.80 27,228,169 27.65

- Berusaha dg dibantu

buruh tetap

92.60 4.10 3.20 2,850,448 2.89

Total 91,865,768 3,935,724 2,680,701 98,482,193 100.00

% 93.28 4.00 2.72 100.00

Sumber : Sakernas, 2007

Mobilitas penduduk Indonesia, baik permanen maupun nonpermanen (sirkuler),

frekuensinya akan terus meningkat dan semakin lama semakin cepat, dipengaruhi oleh

tersedianya prasarana transport dan komunikasi yang memadai dan modern.

Jika diamati data Pekerja Menurut Karakteristik Pekerjaan dan Status Migrasi hasil

Survey Tenaga Kerja Nasional (BPS, 2007), pata tabel 3.21 menunjukkan bahwa

Page 99: GRAND DESIGN - BKKBN

76

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

93,3% dari pekerja yang melakukan melakukan perpindahan termasuk jenis migran

menetap, 4,0% komuter dan 2,7% sirkuler. Sebanyak 68.94% dari perkerja yang

melakukan migrasi memiliki pekerjaan jenis informal, 41.02% lapangan pekerjaannya

disektor pertanian dan 40.12 % sector jasa dengan status pekerjaan 41.29 berusaha

dengan dibantu buruh tidak tetap, 28.17% Buruh/karyawan/pegawai dan 27.65%

Pekerja bebas/tidak dibayar.

Untuk mobilitas penduduk sirkuler lebih banyak dilakukan oleh pekerja formal (4,4%)

dengan lapangan kerja manufaktur (5,2%) dan Jasa (3,6%). Jenis pekerjaannya

terbanyak adalah Operator (5,4%), Tehnisi (4,8%) dan pekerja Kasar (4,7%) dan Status

Pekerjaan terbanyak adalah buruh/karyawan/pegawai (4,5%).

Tabel 3.26 Pekerja Menurut Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Migrasi, 2007

Status Sosial Jenis Migran

Menetap Komuter Sirkuler Total %

Jenis Kelamin

- Laki-laki 91.60 4.50 3.90 62,197,333 63.16

- Perempuan 96.20 3.10 0.80 36,284,860 36.84

Kelompok Umur

- Kurang dari

20 tahun

95.50 2.50 2.00 28,966,337 29.41

- 20 – 45 tahun 92.10 4.80 3.10 63,973,288 64.96

- Lebih dari 45

tahun

95.00 2.70 2.30 5,542,568 5.63

Status Kawin

- Kawin 93.60 3.70 2.80 79,677,136 80.91

- Tidak Kawin 92.10 5.40 2.50 18,805,057 19.09

Pendidikan

- SMA+ 87.30 9.80 2.90 24,445,251 24.82

- SMP 93.80 3.20 3.10 18,554,784 18.84

- SD ke bawah 95.80 1.70 2.50 55,482,158 56.34

Tempat Tinggal

- Perkotaan 89.70 7.70 2.70

39,407,227

40.01

- Pedesaan 95.70 1.60 2.80 59,074,966 59.99

Jumlah 91,865,768 3,935,724 2,680,701 98,482,193 100.00

% 93.28 4.00 2.72 100.00

Sumber : Sakernas, 2007

Page 100: GRAND DESIGN - BKKBN

77

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa 63.16% Pekerja Menurut Karakteristik Sosial

Ekonomi dan Status Migrasi jenis kelamin laki-laki, 64.96% berada pada kelompok

umur 20 – 45 tahun, 80.91 % sudah berumah tangga (satus kawin), 56.34%

berpendidikan SD ke bawah dan 24.82% SMA ke atas dan 59.99% bertempat tinggal di

pedesaan.

3.3.2.1. Mobilitas Penduduk Sumatera Utara

Untuk menganalisis mobilitas penduduk, para ahli menggunakan ukuran yaitu (1)

Migrasi seumur hidup (Life time migrant) migrasi yang dicacah di suatu

propinsi/kabupaten yang bukan propinsi/kabupaten tempat kelahirannya; (2) Migrasi

total (Total migrant) ialah migrasi yang tempat tinggal terakhir berbeda dengan

propinsi/kabupaten tempat ia dicacah; dan (3) Migrasi risen (recent migrant) ialah

migrasi dimana propinsi/kabupaten tempat tinggal sekarang berbeda dengan

propinsi/kab tempat tinggal 5 tahun lalu.

Tabel 3.27 Angka Migrasi Risen per 1000 Penduduk Sumatera Utara,1980 – 2010

Tahun Masuk Keluar Neto

1980 10.0 21.0 -11.0

1985 7.0 21.0 -14.0

1990 10.0 27.0 -17.0

1995 9.0 18.0 -9.0

2000 3.9 11.5 -7.6

2010 4.0 17.7 -13.7

Sumber : BPS, Sensus Penduduk

Berdasarkan angka migrasi risen dari BPS, diperoleh gambaran bahwa sejak tahun

1980, jumlah penduduk yang ke keluar dari Provinsi Sumatera Utara lebih banyak dari

yang masuk. Dengan kata lain angka migrasi neto setiap tahun selalu negatif, dan

cenderung meningkat. Angka migrasi neto tertinggi terjadi padaperiode tahun 1980

sampai tahun 1990. Periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 menurun. Tahun

2000 (SP.2000) menyatakan angka migrasi per 1000 penduduk Sumatera Utara yang

Page 101: GRAND DESIGN - BKKBN

78

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

masuk 3,9, keluar 11,5 dan netto -7,6. Pada tahun 2010 angka mingrasi masuk 4,0,

keluar 17,7 dan netto -13,7. Dari data ini dapat dilihat bahwa penduduk yang keluar

dari Sumatera Utara dari tahun 2000 sampai dengan 2010 meningkat sebesar 5,9% .

Jika diamati angka migrasi netto berdasarkan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara pada

tahun 2010 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk masuk (migrasi netto poritif)

terbanyak adalah di Kabupaten Deli Serdang yaitu 95.232 orang. Sementara itu jumlah

penduduk ke luar (migrasi netto negatif) terbanyak terdapat di Kota Medan yaitu

196.971 orang. Hal ini diperkirakan terjadi sebagai dampak dari berkembangnya

kawasan permukiman baru bersamaan dengan pengembangan kawasan industri di

daerah Kabupaten Deli Serdang. Dampak dari banyaknya penduduk Kota Medan yang

pindah tempat tinggal di wilayah Kabupaten Deli Serdang sementara tempat bekerja

tetap masih di Kota Medan menjadi factor utama tingginya mobilitas penduduk sirkuler

yang mengakibatkan kepadatan dan kemacetan lalu lintas pada setiap jalur jalan masuk

dan keluar Kota Medan, terutama jalur jalan raya Medan-Binjai dan Medan-Lubuk

Pakam.

Tabel 3.28 : Jumlah Migrasi Masuk, Migrasi Keluar dan Migrasi Netto

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2010

No. Kabupaten/Kota Migrasi

Masuk

(orang)

Migrasi

Keluar

(orang)

Migrasi

Netto

(orang)

1 Nias 771 25.338 -24.567

2 Mandailing Natal 8.871 9.909 -1.038

3 Tapanuli Selatan 6.091 22.986 -16.895

4 Tapanuli Tengah 15.645 7.994 7.651

5 Tapanuli Utara 14.820 20.055 -5.235

6 Toba Samosir 10.844 11.103 -259

7 Labuhan Batu 9.422 42.187 -32.765

8 Asahan 11.244 51.534 -40.290

9 Simalungun 19.317 37.609 -18.292

10 Dairi 9.098 14.170 -5.072

11 Karo 14.178 14.234 -56

Page 102: GRAND DESIGN - BKKBN

79

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

12 Deli Serdang 129.320 34.088 95.232

13 Langkat 12.191 37.748 -25.557

14 Nias Selatan 1.658 5.198 -3.540

15 Humbang Hasundutan 8.325 4.257 4.068

16 Pakpak Bharat 2.351 1.024 1.327

17 Samosir 6.494 6.036 458

18 Serdang Bedagai 11.077 16.618 -5.541

19 Batu Bara 7.300 6.736 564

20 Padang Lawas Utara 13.074 3.979 9.095

21 Padang Lawas 10.831 4.158 6.673

22 Labuhan Batu Selatan 15.191 7.020 8.171

23 Labuhan Batu Utara 13.446 6.106 7.340

24 Nias Utara 1.157 3.103 -1.946

25 Nias Barat 670 1.759 -1.089

26 Sibolga 5.489 15.313 -9.824

27 Tanjungbalai 4.901 3.779 1.122

28 Pematangsiantar 16.980 26.007 -9.027

29 Tebing Tinggi 6.869 8.685 -1.816

30 Medan 86.878 110.093 -196.971

31 Binjai 11.170 10.213 957

32 Padangsidimpuan 12.286 10.498 1.788

33 Gunung Sitoli 8.104 4.207 3.897

SUMATERA UTARA 506.063 583.744 -77.681

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Dari data migrasi netto Kabupaten/Kota, juga dapat dilihat bahwa angka migrasi netto

positif pada umumnya terdapat di daerah Kabupaten/Kota pemekaran yaitu Kabupaten

Padang Lawas Selatan, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara,

Batubara, Humbang Hasundutan, Pak-pak Bharat, Samosir dan Kota Gunung Sitoli.

Fenomena ini terjadi terkait dengan adanya peningkatan pembangunan sarana dan

prasarana perekonomian serta berkembangnya usaha bidang perdagangan, industry,

permukiman dan perkantoran pusat pemerintahan Kabupaten/Kota pemekaran.Pada

Page 103: GRAND DESIGN - BKKBN

80

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

wilayah ini factor utama yang mendorong terjadi migrasi masuk adalah peluang kerja

yang lebih besar dan terbukanya akses ekonomi baru di daerah pemekaran.

Sementara itu angka migrasi netto negatif diperkirakan terkait dengan kurangnya sarana

dan prasarana pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan, terutama di Kabupaten yang

berada di Kepulauan Nias.

3.3.2.2. Mobilitas Penduduk menurut Region Sumatera Utara

Untuk mendapatkan fenomena dan pola mobilitas penduduk, akademisis menggunakan

pendekatan analisis dalam empat aspek yaitu (1) Aspek Spatial/keruangan, (2) Aspek

Tempat Tinggal, (3) Aspek Waktu, dan (4) Aspek perubahan sosial. Dengan

menggunakan pendekatan analisis dimaksud, kita dapat mempelajari fenomena

mobilitas penduduk yang mempunyai implikasi positif dan negatif terhadap

pembangunan kependudukan.

Provinsi Sumatera Utara secara geografis dapat dikelompokan dalam enam kelompok

ekosistem yaitu (1) Dataran sepanjang pantai timur, (2) Daerah berombak hingga

bergelombang Rantau Prapat, Pematang Siantar-Pancurbatu, (3) Bukit Barisan Jalur

Timur, (4) Tanah Tinggi Tarutung - Sidikalang - Karo (depresi tengah), (5) Bukit

Barisan Jalur barat, dan (6) Dataran pantai barat. Disamping itu, Sumatera Utara

memiliki ekosistem yang spesisfik yaitu Danau Toba, Taman Nasional Gunung Leuser

(TNGL) dan Ekosistem Pesisir & Laut kawasan Pantai Timur Sumut dan Kepulauan

Nias(Bapedaldasu-UGM, 2002).

Page 104: GRAND DESIGN - BKKBN

81

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 3.31 : Peta Kelompok Ekosistem Sumatera Utara

Jika dikaitkan kelompok ekosistem dengan arus ekonomi, pusat pertumbuhan

pembangunan, struktur perekonomian daerah dan penataan ruang

Kabupaten/Kota,Provinsi Sumatera Utara dapat dibagi dalam lima bagian atau region

yaitu :

1) Region I meliputi Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat dan Kota

Gunung Sitoli yang berada dalam gugusan Ecoregion Kepulauan Nias

2) Region II meliputi Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli

Tengah, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Kota Sibolga dan Padang Sidempuan

sebagian besar berada dalam gugusan ecoregion Bukit Barisan Jalur Barat dan

Dataran Pantai Barat.

3) Region III meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun,

Humbang Hasundutan, Samosir, Dairi, Pakpak Barat dan Kota Pematang Siantar

berada dalam gugusan ecoregion Tanah Tinggi Tarutung - Sidikalang - Karo

(depresi tengah) dan termasuk dalam Kawasan Srategis Nasional Danau Toba.

Page 105: GRAND DESIGN - BKKBN

82

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

4) Region IV meliputi Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu, Labuhan Batu

Utara, Asahan, Batubara dan Kota Tanjung Balai berada dalam gugusan

ecokosistem daerah berombak hingga bergelombang R.Prapat, P. Siantar-

Pancurbatu dan Dataran Sepanjang Pantai Timur secara ekonomi merupakan bagian

daerah yang termasuk dalam Master Plan Percepatan Pembanguan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) yang berpusat di Kuala Tanjung Kabupaten Batubara dan

Kawasan Industri Terpadu Sei Mangke Kec. Perdagangan Kabupaten Simalungun.

5) Region V meliputi Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Kota

Binjai, Tebing Tinggi dan Medan berada dalam gugusan ekosistem Bukit Barisan

Jalur Timur dan Dataran Sepanjang Pantai Timur berada dalam kesatuan ruang

Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo) dan juga merupakan bagian

daerah yang termasuk dalam MP3EI yang terangkai dari jalur transportasi Medan,

Kuala Namu Deli Serdang, dan Kuala Tanjung Batubara.

Dengan menggunanakan pendekatan analisis Migrasi Neto dalam satu kesatuan ruang

region dikaitkan dengan angka pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara, kita dapat melihat pola migrasi dan mobilitas antar Kabupaten/Kota

dalam satu region dan antar region di Provinsi Sumatera Utara sebagaimana terIihat

pada Tabel 3.25.

Page 106: GRAND DESIGN - BKKBN

83

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.29 : Kepadatan Penduduk Migrasi Netto dan Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2010-2012

No Kab/Kota

Kepatan

Penduduk

(Jiwa/Km2)

Rasio Jumlah

Penduduk

terhadap Total

(%)

Migrasi

Netto

(Jiwa)

Pertumbuhan

Ekonomi 2010-

2012

(%)

Region I: 150 5.80 -27,245 24.93

1 Nias 136 1.01 -24,567 26.24

2 Nias Selatan 181 2.23 -3,540 19.33

3 Nias Utara 86 0.97 -1,946 25.72

4 Nias Barat 152 0.63 -1,089 26.74

5 Gunungsitoli 273 0.97 3,897 26.63

Region Ii: 83 13.20 -2,550 26.08

1 Mandailing Natal 62 3.11 -1,038 29.33

2 Tapanuli Selatan 62 2.03 -16,895 27.37

3 Tapanuli Tengah 148 2.41 7,651 25.46

4 Padang Lawas Utara 58 1.73 9,095 26.92

5 Padang Lawas 60 1.76 6,673 29.41

6 Sibolga 7,971 0.65 -9,824 22.09

7 Padangsidimpuan 1,734 1.50 1,788 22.00

Region Iii: 116 16.18 -32,032 24.18

1 Tapanuli Utara 75 2.15 -5,235 19.88

2 Toba Samosir 74 1.32 -259 28.15

3 Simalungun 190 6.29 -18,292 26.00

4 Pematang Siantar 2,963 1.79 -9,027 17.64

5 Dairi 142 2.07 -5,072 25.24

6 Humbanghasundutan 76 1.32 4,068 28.80

7 Pakpak Bharat 34 0.31 1,327 26.72

8 Samosir 50 0.92 458 20.97

Region Iv: 163 17.11 -55,858 26.09

1 Labuhan Batu 166 3.21 -32,765 25.17

2 Asahan 184 5.13 -40,290 28.87

3 Batu Bara 421 2.88 564 26.62

4 Labuhan Batu Selatan 91 2.16 8,171 26.92

5 Labuhan Batu Utara 95 2.54 7,340 29.41

6 Tanjung Balai 2,555 1.19 1,122 19.55

Region V: 478 47.72 40,004 28.63

1 Karo 169 2.72 -56 27.51

2 Deli Serdang 742 13.97 95,232 27.29

3 Langkat 156 7.39 -25,557 30.10

4 Serdang Bedagai 316 4.57 -5,541 26.97

5 Tebing Tinggi 3,844 1.12 -1,816 28.72

6 Medan 8,008 16.06 -196,971 26.51

7 Binjai 2,773 1.89 957 33.32

Sumatera Utara 184 100.00 -77,681 27.65

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Page 107: GRAND DESIGN - BKKBN

84

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Secara umum dari data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang keluar

lebih besar dari yang masuk terjadi di pada region yang angka rata-rata pertumbuhan

ekonominya lebih rendah dari angka Provinsi.Angka rata-rata pertumbuhan ekonomi

terendah terjadi di Region III Kab/kota Kawasan Danau Toba yaitu 24,18 % dengan

angka migrasi netto negatif 32.032 jiwa, kepadatan penduduk 163 jiwa/km2 dan ratio

16.18% dari penduduk Sumatera Utara. Rata-rata pertumbuhan ekonomi kedua terjadi

di Region I Kab/Kota Kepulauan Nias yaitu 24,93% dengan angka migrasi netto negatif

27,245 jiwa dan kepadatan penduduk 150 jiwa/km2 dan ratio5.80% dari penduduk

Sumatera Utara. Melihat fenomena jumlah penduduk keluar dan pertumbuhan ekonomi

rata-rata pada kedua region ini, dapat diartikan bahwa mobilitas penduduk kab/kota di

region tersebut keluar dari regionnya, terkait dengan rendahnya pertumbuhan ekonomi

di region tersebut.

Fenomena ini bisa kita bandingkan dengan yang angka rata-rata pertumbuhan ekonomi

yang terjadi di region II lebih tinggi yaitu 26,08%, memiliki angka migrasi netto negatif

yang jauh lebih kecil yaitu 2,550 jiwa. Fakta ini menggambarkan mobilitas penduduk

terjadi antar kabupaten/kota dalam region II tersebut, ditunjukkan oleh data migrasi

netto positif di Kabupaten Padang Lawas Utara, Padang Lawas dan Kota Padang

Sidempuan. Hal ini, memperkuat argumentasi kita bahwa fakto ekonomi sangat

menentukan pola mobilitas penduduk yang ditunjukan oleh angka pertumbuhan

ekonomi daerah yang lebih baik yaitu 26,08%. Untuk lebih jelasnya, fenomena

mobilitas penduduk di region I, II dan III dapat dilihat pada gambar 3.3.1

Gambar 3.32 : Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region I, II dan III Sumatera

Utara

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Page 108: GRAND DESIGN - BKKBN

85

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Grafik pada gambar 3.32 menjelaskan bahwa penduduk keluar dari Kabupaten Nias

sebagian masuk daerah terdekatnya yaitu Kota Gunung Sitoli yang tingkat

pertumbuhan ekonominya lebih baik dari Kabupaten di sekitarnya.Sebagian penduduk

kepulauan nias yang keluar, masuk ke Kabupaten Tapanuli Tengah wilayah terdekatnya

yaitu region II yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih baik.Fenomena ini

ditunjukkan oleh data bahwa angka migrasi netto Tapanuli Tengah positif 7,651jiwa

dengan pertumbuhan ekonomi 25.46%. Tapanuli Tengah juga termasuk daerah

penerima penduduk dari Kota Sibolga yang mengalami migrasi netto negatif 9,824 jiwa

dengan pertumbuhan ekonomi hanya 22,9%.

Selanjutnya, dari grafik pada gambar 2 kita juga dapat mempelajari bahwa migrasi

netto positif terjadi pada kabupaten/kota otonomi pemerintahan baru mengalami

pemekaran dari Kabupaten Induknya yaitu Gunung Sitoli, Kabupaten Padang Lawas

Utara, Padang Lawas, Kota Padang Sidempuan,Kabupaten Humbang Hasundutan,

Pakpak Barat dan Samosir.

Fenomena pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diikuti oleh angka migrasi netto positif

makin jelas terjadi di region V dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 28,63% lebih

tinggi dari angka pertumbuhan provinsi mengalami jumlah penduduk masuk yang

sangat banyafk dengan migrasi netto posif 40,004 jiwa.Kabupaten Deli Serdang

memiliki angka migrasi netto positif terbesar yaitu 95,232 dan pertumbuhan ekonomi

27.29% mendekati angka Provinsi. Kota Binjai juga termasuk daerah yang memiliki

migrasi positif 957 dengan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumut yaitu

33.32%.

Fenomena menarik untuk dipelajari adalah pola migrasi netto di region IV, angka

pertumbuhan ekonomi relatif baik yaitu 26,09%, tetapi angka migrasi netto negatifnya

cukup tinggi yaitu 55,858 jiwa terjadi akibat tingginya migrasi keluar dari Kabupaten

Labuhan Batu dan Asahan masing-masing memiliki angka migrasi neto 32,765 dan

40,290. Sementara itu, empat Kabupaten/Kota di regionnya memiliki angka migrasi

positif yaitu Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Batubara dan Kota

Tanjung Balai.Fakta ini memberi makna, bahwa pada region IV terjadi mobilitas antar

Kabupaten/Kota dan antar Region. Sebagian penduduk yang keluar dari Labuhan Batu

dan Asahan, diperkirakan pindah Kabupaten/Kota di Region V. Untuk lebih jelasnya

Page 109: GRAND DESIGN - BKKBN

86

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

pola mobilitas penduduk di Region IV dan V dapat dipelajari dari grafik pada Gambar

3.33 berikut.

Gambar 3.33 : Grafik Fenomena Mobilitas Penduduk Region IV dan V Sumatera Utara

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Memperhatikan angka migrasi netto positif yang terjadi di Kabupaten/Kota Region,

fenomoenanya sama dengan apa yang terjadi di Region I, II dan III yaitu penduduk

masuk lebih banyak dari yang keluar atau angka migrasi nettonya positif terjadi pada

kabupaten/kota otonomi pemerintahan baru mengalami pemekaran dari Kabupaten

Induknya yaitu Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara dan Batubara. Ketiga

Kabupaten ini memiliki angka pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih tinggi dari

regionnya malahan untuk Kabupaten Labuhan Batu Utara pertumbuhan ekonominya

lebih tinggi dari Provinsi yaitu 29.41%.

Dari analisis fenomena angka migrasi netto tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

migrasi netto positif terjadi pada Kabupaten/Kota yang ekonominya lebih baikpada

masing-masing regionnya dan juga terjadi antar region yang ekonominya lebih baik.

Berdasarkan pengamatan lapangan, factor utama terjadinya migrasi positif disebabkan

adanya peningkatan sarana dan prasarana perekonomian sektor manufaktur, agro bisnis

dan pemekaran adminisrasi pemerintahan dari Kecamatan menjadi Ibu Kota Kabupaten

yaitu Kec. Gunung Tua Kab. Paluta, Kec. Sibuhan Kab.

Page 110: GRAND DESIGN - BKKBN

87

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Padang Lawas, Kec. Kota Pinang, Kab. Labusel, Kec. Aek Kanopan Kec. Labura, Kec.

Limpuluh Kab. Batubara, Kec. Dolok Sanggul Kec, Humbahas, Kec. Salak Kab.Pak-

pak Bharat dan Kec. Pangururan Kab. Samosir.

Perpedaan angka migrasi netto positif dan negatif yang antara daerah Kota dan

Kabupaten berdekatan menggambarkan terjadinya mobilitas sirkuler antar daerah

seperti Kab. Nias (-) dan Kota Gunung Sitoli (+) di Region I, Kota Sibolga (-) dan

Kab.Tapteng (+) di Region II,Kab.Selatan (-) dan Kota P.Sidempuan (+) di Region II,

Kab. Tap.Utara (-) dan Kab. Humbahas (+) di Region III, Kab. Dairi (-) dan Kab.

Pakpak Barat (+) di Region III, Kab. Asahan (-) dan Kota Tanjung Balai (+) di Region

IV, Kab. Labuhan Batu (-), Labusel (+) dan Labura (+), Kota Medan (-) dan Kab. Deli

Serdang (+) di Region V, dan Kab Langkat (-) dan Kota Binjai (+) di Region V.

Dari analisis fenomena migrasi netto ini member pelajaran pada kita bahwa pola

mobilitassangat tergantung pada perkembangan wilayah kewenangan (otonomi) yang

lebih luas bagi pembangunannya sendiri, sehingga menjadi penarik bagi mobilitas

penduduk.Mobilitas penduduk, baik permanen maupun nonpermanen (sirkuler),

frekuensinya akan terus meningkat dan semakin lama semakin cepat sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi daerah, dipengaruhi oleh tersedianya prasarana transport dan

komunikasi yang memadai dan modern.

3.3.2.3. Faktor Penggerak Migrasi Netto Positif Aspek Ekonomi

BPS bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setiap tahunnya menerbitkan Buku

Statistik Sumatera Utara Dalam. Data kependudukan danstruktur perekonomian daerah

antara lain disajikan dalam bentuk data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),

Tingkat Penangguran Terbuka (TPT), Jenis Lapangan Usaha (Pertanian, Industri,

Jasa), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah dan PDRB perkapita.

Berdasarkan data tersebut, kita dapat pelajari beberapa fenomena yang mencerminkan

faktor pendorong terjadinya migrasi netto positif pada suatu daerah Kabupaten/Kota

dari aspek ekonomi.

Data pada Tabel 3.26 menyajikan data TPAK, TPT, Jenis Lapangan Usaha (Pertanian,

Industri, Jasa), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dan Pertumbuhan

Ekonomi tahun 2010-2012 pada 14 Kabupaten/Kota yang mengalami angka migrasi

Page 111: GRAND DESIGN - BKKBN

88

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

netto positif di Sumatera Utara. Dari data tersebut kita mendapatkan gambaran

bahwa50% Kabupaten/Kota tersebut memiliki angka TPAKnya lebih tinggi dari angka

rata-rata Provinsi Sumatera Utara, 100% TPTnya di bawah angka rata-rata provinsi,

64,28% jenis usaha pertanian di atas angka rata-rata provinsi, 42,86% jenis usaha

industry di atas rata-rata Provinsi, 28,57% jenis usaha jasa di atas rata-rata Provinsi,

28,57% PDRB perkapitanya di atas rata-rata Provinsi dan 21,43% pertumbuhan

ekonominya di atas rata-rata Provinsi.

Tabel 3.30 : Fenomena Ekonomi 14 Kabupaten/Kota Migrasi Netto Positif

Sumatera Utara, 2012

NO. Kab/Kota Region TPAK

(%)

TPT

(%)

Pertanian

(%)

Industri

(%)

Jasa

(%)

PDRB/

Kapita

(juta Rp.)

Pert.

Eonomi

2010-2012

(%)

1 Gunungsitoli R-I 70.76 7.93 46.73 3.47 49.80 19.71 26.63

2 Tapanuli Tengah R-II 78.60 5.26 65.62 2.74 31.63 9.03 25.46

3 Paluta R-II 70.82 6.59 76.07 0.15 23.78 9.56 26.92

4 Padang Lawas R-II 62.59 7.47 53.26 16.98 29.75 8.91 29.41

5 Padang. S R-II 73.41 9.10 22.01 8.22 69.77 12.89 22.00

6 Humbanghas R-III 91.68 0.35 81.02 0.94 18.04 18.19 28.80

7 Pakpak Bharat R-III 87.34 1.13 71.67 1.45 26.88 10.13 26.72

8 Samosir R-III 89.44 1.31 70.95 4.97 24.08 16.61 20.97

9 Batu Bara R-IV 63.22 6.77 37.31 12.85 49.84 55.13 26.62

10 Labusel R-IV 64.67 8.55 75.11 0.20 24.69 28.03 26.92

11 Labura R-IV 65.91 7.23 65.15 2.01 32.84 26.92 29.41

12 Tanjung Balai R-IV 66.70 14.75 23.66 8.25 68.09 23.50 19.55

13 Deli Serdang R-V 65.61 6.85 19.12 14.59 66.29 27.45 27.29

14 Binjai R-V 62.79 9.80 7.87 15.34 76.79 26.35 33.32

Sumatera Utara

69.41 27.14 41.40 8.07 50.53 26.57 27.65

Keterangan

50%>

Prov

100%

< Prov

64,28%>

Prov

42,86%>

Prov

28,57%

> Prov

28,57%>

Prov

28,57%>

Prov

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Page 112: GRAND DESIGN - BKKBN

89

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Dari pendekatan analisis ini, kita dapat pelajari bahwa faktor paling positif

hubungannya dengan angka migrasi netto positif dari aspek ekonomi adalah TPT di

bawah rata-rata Provinsi dan Usaha Pertanian di atas rata-rata Provinsi. Salah satu

makna yang dapat dipelajari dari fenomena ini adalah, sector usaha pertanian masih

mendominasi sebagai faktor penarik bagi penduduk pada daerah yang migrasi nettonya

positif. Data statistic juga menunjukkan bahwa TPAK di atas rata-rata Provinsi terdapat

pada daerah yang sector usaha pertaniannya di atas rata-rata Provinsi.Data pada tabel 4

juga menggambarkan bahwa sektor usaha Industri dan Jasa menjadi lapangan usaha

yang menarik di Padang Lawas, Padang Sedempuan, Batubara, Tanjung Balai, Deli

Serdang dan Binjai. Faktor PDRB/Kapita di atas rata-rata provinsi menjadi faktor yang

menarik di Batubara, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara dan Deli Serdang.

Pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata Provinsi menjadi faktor yang menarik di Kota

Binjai, Labuhan Batu Utara, Humbahas dan Padang Lawas.

3.3.2.4. Faktor Penarik Migrasi Netto Positif Aspek Pendidikan dan Kesehatan

Sama halnya dengan aspek ekonomi BPS bekerjasama dengan Pemerintah Daerah

setiap tahunnya menyajikan data kependudukan dalam aspek pendidikan dan kesehatan

antara lain dalam bentuk Angka Partisipasi Sekolah (SD, SLTP, SLTA, Perguruan

Tinggi), Angka Kema Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Dari indikator ini,

kita bisa mempelajari fenomena yang terjadi di Kabupaten/Kota yang memiliki angka

migrasi netto positif sebagaimana disajikan pada Tabel 3.27.

Page 113: GRAND DESIGN - BKKBN

90

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.31 : Fenomena Pendidikan dan Kesehatan 14 Kabupaten/Kota

Migrasi Netto Positif Sumatera Utara, 2012

No.

Kab/kota

Region

Angka

Partisipasi

Sekolah

SMA

(%)

Angka

Partisipasi

Sekolah

PT

(%)

Angka

Harapan

Hidup

(Tahun)

Jumlah

Kematian

Bayi

(jiwa)

Jumlah

Kematian

Ibu

(jiwa)

1 Gunungsitoli R-I 64 25 70 22 5

2 Tapanuli

Tengah

R-II 70 10 68 37 17

3 Paluta R-II 57 7 67 45 6

4 Padang Lawas R-II 57 10 67 36 7

5 Padang

Sidimpuan

R-II 81 29 70 2 4

6 Humbanghas R-III 77 11 68 43 4

7 Pakpak Bharat R-III 71 11 68 19 5

8 Samosir R-III 79 5 70 72 6

9 Batu Bara R-IV 68 8 69 37 13

10 Labusel R-IV 58 6 70 56 11

11 Labura R-IV 66 6 70 139 23

12 Tanjung Balai R-IV 59 8 71 11 9

13 Deli Serdang R-V 68 15 71 98 20

14 Binjai R-V 74 13 72 5 7

Sumatera Utara 66 12 70 65 10

Keterangan 71,43%

> Prov

28,57%

> Prov

57,14

>=Prov

78,57%

< Prov

64,28%

<Prov

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Page 114: GRAND DESIGN - BKKBN

91

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Dari data pada Tabel 3.27, menunjukkan fakta untuk aspek pendidikan bahwa 71,43%

Kab/Kota migrasi netto positif memiliki angka Partisipasi Sekolah SMA di atas rata-

rata Provinsi dan 28,57% memiliki angka Partisipasi Perguruan Tinggi di atas Rata-rata

Provinsi di atas rata-rata Provinsi. Fenomena ini menggambarkan pelayanan pendidikan

yang lebih baik menjadi faktor yang faktor menarik bagi migrasi masuk yang lebih

banyak dari yang keluar (migrasi netto positif). Kota Padang Sidempuan, Deli Serdang,

Binjai memiliki angka partisipasi sekolah Perguruan Tinggi lebih besar dari angka rata-

rata Provinsi, memperjelas bahwa pelayanan pendidikan untuk tingkat yang lebih tinggi

menjadi faktor penarik migrasi netto positif.

Untuk aspek kesehatan, dapat dipelajai bahwa daerah dengan angka migrasi netto

positif, Jumlah Kematian Bayi dan Kematian Ibu lebih kecil dari angka rata-rata

povinsi yaitu 78,57% dan 64,28%. Fenomena ini mencerminkan bahwa daerah yang

memiliki indikator kesehatan yang lebih baik, menjadi faktor penarik bagi migrasi

masuk yang lebih banyak dari pada yang keluar (migrasi netto positif).

Jika diamati dari aspek angka migrasi keluar pada daerah Kabupaten/Kota Region I,

angka paling tinggi terjadi di Kab. Nias yaitu 25.338 dengan netto 24.567,

dibandingkan kabupaten Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, dan kota Gunung Sitoli.

Pada region I ini Jumlah Kematian Bayi tertinggi di kab Nias sejumlah 158, demikian

juga jumlah kematian Ibu tertinggi (29) di Kab Nias. Dalam hal ini tingginya migrasi

keluar di kab Nias dianalisis kemungkinan didukung data tingginya AKB & AkI Angka

kematian bayi (AKB) dan Angka kematian Ibu (AKB). Indikator AKB dan AKI di

suatu daerah merupakan indikator utama yang menunjukan status kesehatan

masyarakatnya, AKB dan AKI sangat dipengaruhi oleh fasilitas kesehatan. Fasilitas

kesehatan merupakan tempat masyarakat mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan. Fasilitas kesehatan dalam hal ini adalah rumah sakit pemerintah, rumah sakit

swasta dan puskesmas.

Dan bila ditinjau dari fasilitas kesehatan rasio fasilitas dengan rasio 7.70 per 100.000

penduduk. Fasilitas kesehatan tentunya didukung oleh tenaga kesehatan yang

mengoperasionalkan fasilitas kesehatan tersebut. Data ratio tenaga kesehatan di kab.

Nias adalah 2.35 per 100.000 penduduk, Hal ini menunjukkan masih belum

mencukupinya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di

Page 115: GRAND DESIGN - BKKBN

92

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

kab Nias, sehingga masyarakat sangat mungkin untuk mencari kehidupan yang lebih

baik dalam bidang kesehatan dan yang akan memungkinkan terjadinya migrasi keluar.

Pada Region II, angka migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kab. Tapanuli

Selatan (22.986) dengan netto (16.895), dengan jumlah Kematian Bayi (321), jumlah

Kematian Ibu (19). Selain faktor ekonomi, dan pendidikan, tingginya migrasi keluar di

kab Tapanuli Selatan bila dianalisis dari faktor kesehatan kemungkinan juga

disebabkan masih kurangnya fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan. Rasio

fasilitas kesehatan 6,34 per 100.000 penduduk. Ratio tenaga kesehatan 213 per

100.000 penduduk, Hal ini menunjukkan masih belum mencukupinya fasilitas

kesehatan dan tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di kab. Tapanuli Selatan.

Pada Region III, migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kab. Simalungun (37.609)

dengan netto (18.292), dengan jumlah kematian bayi (82), Jumlah kematian ibu (8).

Dan rasio fasilitas kesehatan 5.05 per 100.000 penduduk. Ratio tenaga kesehatan 1,77

per 100.000 penduduk. Migrasi keluar di Kab. Dairi (14.170) dengan netto (5070),

dengan jumlah kematian bayi (69), jumlah kematian ibu (6). Rasio fasilitas kesehatan

6,95 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan 2.86 per 100.000 penduduk.

Dalam hal ini kelihatan bahwa rasio fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan masih

jauh dari ideal.

Pada Region IV, migrasi keluar yang paling tinggi terjadi di Kabupaten Asahan

(51.534) dengan netto (40.290), dengan jumlah kematian bayi (151), jumlah kematian

ibu (26). Rasio fasilitas kesehatan 4,72 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan

1,97 per 100.000 penduduk. Di region ini data juga menunjukkan Kab Asahan

memiliki jumlah kematian bayi dan ibu yang tinggi, demikian juga pada rasio fasilitas

kesehatan dan rasio tenaga kesehatan.

Pada Region V, migrasi keluar di Kab. Langkat (37748) dengan netto (-25557), dengan

Angka Kematian Bayi (127 ), Angka Kematian Ibu (17). Untuk rasio fasilitas kesehatan

3,69 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan 1,29 per 100.000 penduduk, juga

tertinggi di kab Langkat.

Setelah dianalisis dari masing-masing region, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa

migrasi keluar yang tinggi diikuti dengan data jumlah kematian bayi dan jumlah

kematian ibu, Fasilitas kesehatan dan Tenaga kesehatan yang tinggi pula, hal ini sesuai

Page 116: GRAND DESIGN - BKKBN

93

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

dengan teori bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, yaitu faktor

Lingkungan, Faktor Perilaku, Faktor Pelayanan Kesehatan, dan Faktor Keturunan.

Dalam hal ini kita tidak terlalu membahas faktor Lingkungan dan faktor Keturunan.

Kita akan membahas Faktor Perilaku manusia dalam hal kesehatan masyarakat.

(Perilaku Kesehatan) dan faktor Pelayanan Kesehatan.

Perilaku kesehatan seseorang individu dipengaruhi lagi oleh faktor Predisposing

(misalnya: pengetahuan, sikap, kepercayaan, nila-nilai), faktor Enabling (misalnya:

tersedianya fasilitas, sarana kesehatan), dan faktor Reinforcing/pendorong (misalnya:

Sikap dan perilaku petugas, petugas yg lain). Dalam hal ini perilaku kesehatan

seseorang atau masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh apa yang dia ketahui tentang

kesehatan, nilai-nilai budaya apa yang diyakini, sehingga akan menyebabkan

bagaimana seseorang atau masyarakat tersebut akan bertindak dalam hal kesehatannya.

Pelayanan kesehatan adalah tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung untuk

dilakukannya pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Perilaku seseorang dalam hal ini pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diyakini

masyarakat juga dipengaruhi oleh tersedianya pelayanan kesehatan dalam hal ini

fasilitas kesehatan apa yang ada, dan tentunya fasilitas kesehatan juga didukung oleh

tenaga kesehatan yang akan memberikan infomasi dalam upaya preventif, promotif dan

memberikan pelayanan kesehatan dalam upaya kuratif dan rehabilitative. Fasilitas

kesehatan merupakan tempat masyarakat mendapatkan informasi dan promosi tentang

kesehatan dan pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan dalam hal ini adalah rumah

sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan puskesmas.

Bila disuatu daerah fasilitas kesehatan tidak ada, tidak mencukupi, perlu uang untuk

biaya di fasilitas kesehatan tsb, jaraknya jauh dan harus menggunakan transport yang

tentunya akan membutuhkan waktu, dan dana, dll maka seorang individu atau

masyarakat tidak akan pergi menggunakan pelayanan kesehatan tsb. Demikian juga bila

fasilitas kesehatan ada, namun tenaga kesehatan tidak ada, maka tidak akan sempurna

juga masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Dari penjelasan diatas dapat diambil solusi yang akan di tuangkan dalam grand design

kependudukan yaitu: perlunya penambahan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan,

sehingga masyarakat di kab/kota tidak perlu keluar dari kab/kotanya untuk

Page 117: GRAND DESIGN - BKKBN

94

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

mendapatkan pelayanan kesehatannya. Sarana prasarana fasilitas kesehatan dan tenaga

kesehatan hendaknya disesuaikan dengan ratio yang ideal dengan luas wilayah dan

jumlah penduduk sehingga diharapkan dapat mengurangi migrasi keluar.

Dari analisis faktor penggerak migrasi, kita dapat melihat bahwa migrasi netto positif

dipengaruhi oleh faktor non ekonomi yaitu aspek pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Dengan kata lain, untukmengatasi mobilitas penduduk yang tinggi dari desa ke kota

atau dari satu region ke region lain juga dapat di atasi dengan meningkatkan pelayanan

pendidikan dan kesehatan. Untuk peningkatan pelayanan pendidikan, selayaknya

disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan ekonomi daerah berdasarkan potensi

sumberdaya alam yang dimiliki oleh daerah bersangkutan.

3.4 Pembangunan Keluarga

Pembangunan keluarga ditujukan agar Terwujudya keluarga Indonesia yang berkualitas

berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan YME yang meliputi:

Keluarga yang bertakwa kepada Tuhan YME, yaitu keluarga berdasarkan pernikahan

yang sah menurut hukum negara dan agama, Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri,

dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak ideal

(dua), Keluarga yang berketahanan sosial, keluarga yang memiliki perencanaan

sumber daya keluarga, keluarga berwawasan nasional, yang mampu mengembangkan

kepribadian dan budaya bangsa Indonesia, Keluarga yang berkontribusi kepada

masyarakat yang mampu berperan serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan

memiliki kepedulian terhadap lingkungannya serta keluarga yang berkontribusi kepada

bangsa dan negara serta berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar

pajak, patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku

Sebagian kuarga di Sumatera Utara dalam kondisi sangat rentan ( kemampuan keluarga

melaksanakan fungsinya menjadi lemah ) terhadap kecepatan kemajuan dan perubahan

perkembangan global baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, sehingga

dampaknya banyak terjadi berbagai tindakan dan kondisi yang melemahkan penduduk

sebagai sumber daya manusia yang mampu bersaing ditengah penduduk dunia. Kondisi

tersebut dapat kita perhatikan antara lain; jumlah keluarga pra sejahtera yang masih

cukup banyak sekitar 11 % dari total jumlah keluarga, disamping itu terdapat keluarga

yang termasuk penyandang masalah sosial mulai dari anak terlantar, lansia terlantar,

Page 118: GRAND DESIGN - BKKBN

95

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

kekerasan dalam rumah tangga, anak jalanan, ketergantungan narkoba, HIV/Aids,

ekspolaitasi anak, pekerja anak, penduduk berkebutuhan khusus dan lain sebagainya

yang jumlahnya masih cukup banyak.

Oleh sebab itu pembangunan keluarga menjadi sangat penting sebagai institusi atau

unit terkecil tempat penduduk bersosialisasi yang harus dijadikan parameter dan

sasaran pembangunan kependudukan dan sebagai indikator keberhasilannya adalah

seberapa besar tingkat kemampuan keluarga dapat melaksanakan fungsinya.

3.5 Manajemen Data Base Kependudukan

Dalam pembangunan Kependudukan, Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Administrasi Pemerintahan dan

Administrasi Negara dalam rangka pemberian perlindungan terhadap hak-hak individu

penduduk, melalui pelayanan publik dalam bentuk dokumen kependudukan (Kartu

Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan dokumen Akte-akte Catatan Sipil).

Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan secara Nasional dalam menyediakan Data Penduduk

(Database Kependudukan) yang terjamin akurasinya dan terkini, Pemerintah

mempunyai 3(tiga) program strategis Nasional, yaitu :

1. Melaksanakan pemutakhiran Data Kependudukan

2. Penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK)

3. Penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik

Adapun tahapan pelaksanaan 3 (tiga) Program yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Pemutakhiran Data Kependudukan

Dilaksanakan disemua Kabupaten/Kota dengan ketentuan sebagai berikut :

- Bagi 329 Kabupaten/Kota yang diprogramkan untuk penerbitan NIK Tahun

2010, Pemutakhiran Data Kependudukannya harus selesai pada Bulan November

2010, dengan pertimbangan pada bulan Desember 2010 akan dilakukan

penerbitan dan distribusi NIK kepada penduduk per keluarga.

Page 119: GRAND DESIGN - BKKBN

96

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

- Bagi 168 Kabupaten/Kota, pemutakhiran Data Kependudukan harus selesai pada

bulan Desember 2010, dengan pertimbangan penerbitan NIK nya akan

dilaksanakan pada awal Tahun 2011.

b. Penerbitan NIK

Dilaksanakan secara bertahap pada Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2011.

- Pada Tahun 2010 dilaksanakan di 329 Kabupaten/Kota wajib selesai pada

bulan Desember 2010 sesuai dengan amanat instruksi Presiden Nomor 1 Tahun

2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun

2010.

c. Penerapan e-KTP

Dilaksanakan secara bertahap pada Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2012.

- Tahun 2011 dilaksanakan di 197 Kabupaten/Kota dan wajib selesai pada

bulan Desember 2011.

- Tahun 2012 dilaksanakan di 300 Kabupaten/Kota dan wajib selesai pada

bulan Desember 2012

NIK adalah Nomor Induk Kependudukan yang diberikan Pemerintah dan

diterbitkan oleh Instansi pelaksana kepada setiap Penduduk setelah dilakukan

pencatatan biodata. NIK berlaku seumur hidup, melalui NIK nantinya kegiatan

identifikasi Jati diri seseorang dapat dilakukan dengan mudah, termasuk

pendataan penduduk untuk perpajakan Pemilihan Umum, Kriminalitas,

penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLS) dan lainnya.

e-KTP di Provinsi Sumatra Utara dilakukan 2 (dua) tahap, yaitu :

1. Tahun 2011 terdiri dari 14 Kabupaten/Kota, yaitu :

- Kabupaten Tapanuli Selatan

- Kabupaten Langkat

- Kabupaten Deli Serdang

- Kabupaten Simalungun

- Kabupaten Asahan

Page 120: GRAND DESIGN - BKKBN

97

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

- Kabupaten Labuhanbatu

- Kabupaten Serdang Berdagai

- Kabupaten Batu Bara

- Kabupaten Labuhanbatu Selatan

- Kabupaten Mandailing Natal

- Kota Medan

- Kota Pematang Siantar

- Kota Tanjung Balai

- Kota Binjai

2. Tahun 2012 terdiri dari 19 Kabupaten/Kota, yaitu :

- Kabupaten Tapanuli Tengah

- Kabupaten Tapanuli Utara

- Kabupaten Nias

- Kabupaten Karo

- Kabupaten Dairi

- Kabupaten Toba Samosir

- Kabupaten Nias Selatan

- Kabupaten Pak Pak Barat

- Kabupaten Humbang Hasundutan

- Kabupaten Samosir

- Kabupaten Padang LawasUtara

- Kabupaten Padang Lawas

- Kabupaten Labuhanbatu Utara

- Kabupaten Nias Utara

- Kabupaten Nias Barat

- Kota Sibolga

- Kota Tebing Tinggi

- Kota Padang Sidimpuan

- Kota Gunung Sitoli

Page 121: GRAND DESIGN - BKKBN

98

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Provinsi Sumatra Utara Jumlah

Wajib KTP 10.877.974 jiwa

Penduduk yang telah melakukan

perekaman e-KTP

7.343.813 jiwa

e-KTP yang sudah di cetak 7.234.507 jiwa

(Data per 13-12-2013)

Adapun kendala-kendala dalam e-KTP sebagai berikut :

1. Peralatan e-KTP rusak.

2. Data tertahan di server kecamatan.

3. Kesalahan dalam pencetakan fisik e-KTP.

Data dasar (database kependudukan) adalah kumpulan berbagai jenis data

kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan

menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data untuk itu,

diperlukan adanya penataan Administrasi Kependudukan yang merupakan rangkaian

kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui

Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil dan Pengelolaan Informasi Administrasi

Kependudukan.

Untuk mewujudkan database kependudukan nasional (Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota) yang akurat diperlukan 2 (dua) kegiatan yang paling mendasar yaitu:

1. Kegiatan pelayanan harian pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil termasuk

e-KTP yang bertujuan agar semua peristiwa kependudukan akibat LAMPID (Lahir,

Meninggal, Pindah dan Datang) tercatat dalam database kependudukan

Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan

kewajiban pemerintah Kabupaten/Kota melalui dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil dan para Camat dibawah koordinasi Pemerintah Provinsi.

2. Kegiatan konsolidasi dan pembersihan data ganda kependudukan dengan

menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) online yang

Page 122: GRAND DESIGN - BKKBN

99

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

didukung dengan perekaman sidik jari dan iris mata dalam perekaman e-KTP.

Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban Kementrian

Dalam Negeri melalui Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Saat ini sedang dibangun sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam kerangka

Administrasi Kependudukan yang terdiri dari hal-hal sebagai berikut :

1. Sistem Pendaftran Penduduk (Dafduk)

- Pencatatan Biodata penduduk per keluarga

- Pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan

- Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan

- Pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri.

2. Sistem Pencatatan Sipil (Capil)

- Pencatatan Kelahiran

- Pencatatan Lahir Mati

- Pencatatan Perkawinan

- Pencatatan Pembatalan Perkawinan

- Pencatatan Perceraian

- Pencatatan Pembatalan Perceraian

- Pencatatan Kematian

- Pencatatan pengangkatan, pengesahan dan pengakuan anak

- Pencatatan perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan

- Pencatatan peristiwa penting.

Tanggal 26 November 2013 DPR RI telah mengesahkan perubahan Undang Undang

Nomor 23 Tahun 2006, adapun tujuan perubahan Undang Undang Nomor 23

Tahun 2006 meningkatkan Efeksifitas pelayanan Administrasi Kependudukan

kepada masyarakat, Menjamin Akurasi data Kependudukan dan ketunggalan

NIK dan dokumen Kependudukan.

Page 123: GRAND DESIGN - BKKBN

100

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Perubahan subtansi yang mendasar Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 antara lain :

1. Masa Berlaku e-KTP

Masa berlaku e-KTP yang semula 5 (Lima) tahun diubah menjadi berlaku seumur

hidup sepanjang tidak ada perubahan elemen data dalam KTP.

2. Penggunaan Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri.

Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri yang bersumberdari data

pendudukan Kabupaten/Kota, merupakan satu-satunya data kependudukan yang

digunakan untuk semua keperluan alokasi anggaran (termasuk untuk

perhitungan DAU), pelayanan publik, perencanaan pembangunan,

pembangunan demokrasi, penegakan hukum dan pencegahan kriminal.

3. Penerbitan Akta Kelahiran yang Peloporannya melebihi Batas Waktu 1 (satu)

Tahun

Semula penerbitan tersebut memerlukan penetapan Pengadilan Negeri, diubah

cukup dengan Keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten/Kota. Hal ini sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 30

April 2013.

4. Penerbitan Akta Pencatatan Sipil

Yang semula dilaksanakan di tempat terjadinya Peristiwa Penting, diubah

menjadi penerbitnya di tempat domisili penduduk.

5. Pengakuan dan Pengesahan Anak

Dibatasi hanya untuk anak yang dilahirkan dari perkawinan yang telah sah

menurut hukum agama tetapi belum sah menurut hukum negara. Pengesahan anak

yang selama ini hanya dengan catatan pinggi diubah menjadi Akta Pengesahan

Anak.

6. Pengurusan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Tidak Dipungut Biaya

(Gratis)

Larangan untuk tidak dipungut biaya semula hanya untuk penerbitan e-KTP,

Page 124: GRAND DESIGN - BKKBN

101

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

diubah menjadi untuk semua dokumen kependudukan (KK, e-KTP, Akta

Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta kematian, Akta perceraian, Akta Pengakuan

Anak, dan lain-lain).

7. Stelsel Aktif

Semula penduduk harus aktif melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialaminya kepada Pemerintah, diubah Pemerintah melalui

petugas wajib aktif melaksanakan pelayanan Administrasi kependudukan kepada

penduduk melalui jemput bola atau pelayanan keliling.

8. Pendanaan

Pendanaan untuk program dan kegiatan Administrasi kependudukan dibebankan

pada APBN:

1) Pendanaan program dan kegiatan ditingkat Provinsi dilakukan melalui Dana

Alokasi dekonsentrasi.

2) Pendanaan program dan kegiatan ditingkat Kabupaten/Kota dilakukan

melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).

Sesuai program Kepemerintahan yang baik dan dalam rangka tertib dokumen

kependudukan khususnya Akte Kelahiran, Kematian, Perkawinan dan Perceraian di

Provinsi Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara melalui Surat Nomor 470/329

tanggal 15 Januari 2013 Perihal Permintaan Data-data Kependudukan dan Akte-akte

Perkawinan, Perceraian, Kelahiran dan Kematian yang kemudian akan dihimpun dalam

Buku Daftar Nominatif (Daftar rincian terlampir).

Page 125: GRAND DESIGN - BKKBN

102

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 3.32. Rekapitulasi Kepemilikan Akte Kelahiran, Kematian Perkawinan dan

Perceraian Kab/Kota Se-Sumatera Utara Tahun 2013

NO KAB/KOTA KELAHIRAN KEMATIAN PERKAWINAN PERCERAIAN KETERANGAN

1 Tapanuli Tengah 12.710 17 511 1

Data Bulan

Januari-

November 2013

2 Tapanuli Utara 4.454 245 3.351 14

Data Bulan

Januari –

Desember 2013

3 Tapanuli Selatan 11.953 9 555

Data Bulan

Januari - Oktober

2013

4 Nias 5.836 19 392 1

Data Bulan Januari -

Desember 2013

5 Langkat 15.812 16 1.233 1

Data Bulan

Januari -

September 2013

6 Karo 18.200 57 1.011 9

Data Bulan

Januari - Oktober

2013

7 Deli Serdang 78.852 143 2.021 28

Data Bulan Januari -

Desember 2013

8 Simalungun 972.918 86.227

Data Bulan

Januari -

September 2013

9 Asahan 172.107 730 1.045 21

Data Bulan

Januari - Agustus

2013

10 Labuhan Batu 48.900 63 1.017 10

Data Bulan

Januari -

Desember 2013

11 Kota Medan 54.814 1.710 3.379 167

Data Bulan Januari - Oktober

2013

12 Pematang Siantar 10.848 129 1.747 16

Data Bulan

Januari -

September 2013

13 Sibolga 2.191 14 91

Data Bulan

Januari - Juli

2013

Page 126: GRAND DESIGN - BKKBN

103

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

14 Tanjung Balai 3.671 16 75 1

Data Bulan

Januari -

Desember 2013

15 Binjai 4.702 50 245 6

Data Bulan

Januari -

Desember 2013

16 Tebing Tinggi 5.660 288 504 19

Data Bulan

Januari - Oktober

2013

17 Dairi 17.494 23 694 2

Data Bulan Januari -

November 2013

18 Mandailing Natal 2.917 3 37

Data Bulan

Januari -

September 2013

19 Toba Samosir 5.456 17 3.175 2

Data Bulan

Januari - Agustus

2013

20 Padang Sidimpuan 7.793 18 238

Data Bulan Januari - Oktober

2013

21 Nias Selatan 2.060 70 558 Darta Januari -

Desember 2013

22 Pakpak Bharat 3.583 2 62 1

Data Bulan

Januari - Oktober

2013

23 Humbang

Hasudutan 12.182 14 555 1

Data Bulan Januari -

November 2013

24 Samosir 4.135 27 2.208 2

Data Bulan

Januari -

September 2013

25 Serdang Bedagai 268.506 125 22.047 96

Data Bulan

Januari - Juni

2013

26 Batu Bara 18.898 17 196

Data Bulan Januari -

September 2013

27 Padang Lawas 62.672 5 6.575

Data Bulan Januari -

Desember 2013

28 Padang Lawas

Utara 3.474 2

Data Bulan

Januari - Maret

2013

29 Labuhan Batu

Utara 18.077 19 518 2

Data Bulan

Januari -

Page 127: GRAND DESIGN - BKKBN

104

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

November 2013

30 Labuhan Batu

Selatan 25.809 8 633

Data Bulan Januari -

November 2013

31 Nias Utara 32.912 76 2.311 3

Data Bulan

Januari -

Desember 2013

32 Nias Barat 433 274

Data Bulan

Januari - Agustus

2013

33 Gunung Sitoli 9.322 168 567 1

Data Bulan Januari - Oktober

2013

Jumlah 1.919.356 4.098 144.054 404

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2013

Adapun kendala yang menyebabkan masih adanya penduduk yang belum memiliki

Akte Kelahiran, antara lain :

- Kurangnya pemahaman masyarakat akan arti pentingnya Akte Kelahiran yang

disebabkan oleh kurangnya sosialisasi.

Secara umum dapat disimpulkan dengan lahirnya perubahan Undang Undang Nomor 23

Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, merupakan tonggak bagi terwujudnya

data kependudukan yang lebih baik guna proses pembangunan Demokrasi yang lebih baik

serta meningkatnya pelayanan Administrasi Kependudukan sejalan dengan tuntutan pelayan

Administrasi Kependudukan yang Profesional, memenuhi standar teknologi informasi,

dinamis, tertib dan tidak diskriminatif dalam pencapaian standar pelayanan minimal menuju

pelayanan prima yang menyeluruh.

Page 128: GRAND DESIGN - BKKBN

106

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

KEKUATAN, KENDALA,

TANTANGAN DAN PELUANG

Secara umum, dapat difahami pada uraian bab-bab sebelumnya, bahwa disparitas antar

wilayah merupakan isu pokok di bidang kependudukan. Semua indikator kuantitas penduduk,

kualitas penduduk, pembangunan keluarga, mobilitas penduduk dan juga pembangunan data

base memperlihatkan masih adanya kesenjangan antara satu wilayah dengan wilayah yang

lain. Artinya di masa mendatang Provinsi Sumatera Utara dihadapkan pada persoalan-

persoalan untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan. Penjelasan di bawah ini merupakan

ilustrasi singkat mengenai kekuatan, kendala, tantangan, dan peluang dalam upaya

pembangunan kependudukan di Provinsi Sumatera Utara.

4.1 . Kekuatan

Dalam menentukan kebijakan Pembangunan Kependudukan di Sumatera Utara saat ini

telah memiliki kekuatan antara lain ;

1. Dalam aspek kuantitas penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk yang terus menurun

mencapai 1,1 % setiap tahunnya dari 2,34 % di era tahun 70-an. dengan Total

Fertility Rate ( TFR ) telah turun dari sekitar 7,2 anak pada masa awal

dilaksanakannya program Kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 70-an

menjadi 3,0 anak pada tahun 2010. Serta penduduk menurut struktur umur pada usia

produktif ( 15-64 Thn ) yang semakin besar. Disamping itu terjadi peningakatan

usia kawin pertama dari 19,4 Thn menjadi 22,1 Thn pada tahun 2012 walaupun

masih berpariasi antar Kab/Kota di Sumatera Utara.

2. Dari segi kualitas tingkat IPM penduduk sumatera utara menjadi 74,69 % berada

pada rangking 8 secara Nasional, dengan rata-rata lama bersekolah 8,9 tahun dan

lebih baik dari rata-rata nasional, angka kematian kasar 5 per 1000, angka kematian

bayi 25 per 100.000 serta angka harapan hidup 71 tahun, demikian pula tingkat

pendapatan yang dinilai dari kemampuan daya beli penduduk Sumatera Utara yang

BAB

IV

Page 129: GRAND DESIGN - BKKBN

107

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

semakin meningkat serta tingkat partisipasi kaum perempuan dalam bidang

perekonomian semakin tinggi partisipasinya.

3. Mobilitas penduduk Sumatera Utara baik permanen maupun nonpermanen

(sirkuler), frekuensinya meningkat dan semakin lama semakin cepat, dipengaruhi

oleh tersedianya prasarana transport dan komunikasi yang memadai dan modern

serta lebih dipengaruhi oleh pengembangan perekonomian pada bidang pertanian,

perkebunan dan industri serta jasa di sekitar 14 kabupaten/kota yang migrasi in nya

cukup tinggi. Artinya telah ada 14 kab/kota dari 33 kab/kota di Sumatera Utara yang

memiliki daya tarik terhadap terjadinya mobiltas penduduk.

4. Dalam aspek Pembangunan Keluarga di Sumatera Utara telah memiliki data mikro

keluarga sehingga dapat diketahui jumlah keluarga yang telah sejahtera dan yang

belum sejahtera. Saat ini terdapat keluarga yang sejahtera sebanyak 65,79 % yang

semakin lama semakin meningkat. Keluarga yang memiliki kemampuan

menyejahterakan keluarganya tersebut menjadi potensi yang cukup besar dalam

mengembangkan strategi pemberdayaan keluarga dalam mewujudkan keluarga

berkulitas.

5. Dari segi data base dan informasi kependudukan sudah memiliki berbagai sumber

data baik dari hasil Sensus Penduduk, SDKI, Susenas, hasil pencatatan dan

pelaporan yang dilakukan secara rutin/reguler, data mikro keluarga ( hasil pendataan

keluarga), serta hasil sensus, survei dan data statistik rutin sector lainnya.

6. Dalam aspek dukungan lainnya adanya dukungan politis dan dukungan operasional

dari semua pihak baik dari Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota termasuk lembaga

legislatif, sampai dengan daerah, telah memberikan perhatian, dorongan dan

dukungan yang sangat besar dalam pembangunan kependudukan di Sumatera Utara

dengan dituangkannya kedalam Peraturan Daerah No.8 Tahun 2009, tentang

RPJMD 2009-2013. Serta adanya jaringan kelembagaan sampai tingkat lini lapangan

dan partisipasi masayarakat dalam peneyelenggaraan pembangunan kependudukan

seperti PPKBD, Sub PPKBD serta kader PKK, kader KB dan sebagainya.

Page 130: GRAND DESIGN - BKKBN

108

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

4.2. Kendala

Walaupun penyelenggaraan Pembangunan Kependudukan di Provinsi Sumatera Utara

yang telah memberikan dampak positif tidak terlepas dari kendala yang dihadapi antara

lain:

1. Jumlah penduduk yang cukup besar di Sumatera Utara dan distribusinya tidak

merata meskipun telah terjadi penurunan fertilitas yang cukup bermakna dari tahun

1970. Jumlah penduduk Sumatera Utara sebanyak 12.985.075 jiwa (Sensus

Penduduk 2010). Hal ini disebabkan besarnya pertambahan PUS setiap tahun

dihasilkan dari kelahiran atau demografic momentum pada tahun 1970. Demikian

juga angka kelahiran total yang merupakan dampak pencapaian program

Kependudukan dan Keluarga Berencana juga menunjukan variasi antar

Kabupaten/Kota, ada yang telah mencapai TFR 2,47 anak tetapi masih banyak lagi

daerah yang TFR nya diatas 3,0 anak per wanita atau diatas rata-rata TFR Provinsi,

sehingga mengakibatkan TFR Sumatera Utara pada saat ini adalah 3,0. Hal ini

disebabkan segmentasi sasaran program belum dipokuskan kepada PUS Usia Muda

Paritas Rendah ( PUS MUPAREN ) dan program Pendewasaan usia perkawinan

belum dilakukan secara obtimal.

2. Dampak desentralisasi dan otonomi daerah terhadap perkembangan Pembangunan

Kependudukan mengakibatkan kurangnya terjadi saling bersinergi (Concerted

Efforts ) tentang Visi dan Misi diantara Pemangku Kebijakan Pembangunan

Kependudukan ( Pengendalian Kuantitas, Pengembangan Kualitas, Penataan

Mobilitas, Pembangunan Keluarga dan Data Base Penduduk ) serta Pemangku

Kebijakan Pembangunan Sumatera Utara. Sementara itu, kelembagaan yang sudah

terbentuk melalui Perda mempunyai nomenklatur yang berbeda-beda antar

Kabupaten/Kota serta belum adanya kewenangan dalam melakukan penyerasian

kebijakan pembangunan kependudukan dan pembangunan berwawasan

kependudukan pada lembaga yang sudah terbentuk di setiap Kabupaten/Kota.

Selain itu terjadinya pengalihan tugas tenaga lapangan program Kependudukan dan

KB mengakibatkan berpengaruhnya terhadap kinerja program di lapangan.

3. Dalam Aspek Kualitas penduduk kendala/kelemahan yang masih terjadi adalah

masih terdapat sejumlah penduduk buta aksara atau penduduk yang sama sekali

Page 131: GRAND DESIGN - BKKBN

109

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

belum mempunyai akses terhadap sarana pendidikan, di beberapa kab/kota terdapat

tingkat partisipasi sekolah yang masih rendah dan bahkan menurun, serta lama

bersekolah 8,9 tahun. Dalam aspek kesehatan angka kematian kasar, angka

kematian bayi maupun angka kematian ibu memang sudah menunjukkan

penurunan, namun bila dibandingkan dengan tujuan MDGs maka perlu kerja keras

lagi. Dalam bidang kesejahteraan masih terdapat pendudk miskin sekitar 11 %

cukup besar jumlahnya walaupun setiap tahun terjadi penurunan.

4. Dalam aspek mobiltas penduduk masih terdapat berbagai kendala/kelemahan,

antara lain sekitar 19 kab/kota dari 33 kab/kota di Sumatera Utara menjadi daerah

yang angka migrasi outnya tinggi, artinya di 19 kab/kota tersebut terdapat kondisi

pertumbuhan ekonomi yang belum maksimal, sehingga penduduknya harus

melakukan migrasi ke kab/kota atau propinsi lainnya untuk meningkatkan

kesejahteraannya. Disamping itu masih kurangnya sarana dan prasarana tranportasi

dan komunikasi terutama didaerah-daerah terpencil dan kepulauan.

5. Dari segi pembangunan keluarga masih terdapat sekitar 11 % keluarga yang yang

berada pada tahap keluarga pra sejahtera yakni keluarga yang belum memiliki

kemampuan dan ketahanan dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga baik dari

segi sandang, pangan, papan maupun kebutuhan lainnya seperti pendidikan dan

kesehatan.

6. Dalam bidang data base dan informasi kependudukan masih belum adanya suatu

sistem manajemen pengelolaan data dan informasi kependudukan terintegrasi,

akurat, dipercaya dan mudah diakses.

7. Perkembangan sistem Pemerintahan yang mendasarkan pada sistem desentralisasi

dan otonomi daerah cenderung belum diikuti oleh kesamaan persepsi tentang

pentingnya program pembangunan kependudukan sebagai upaya peningkatan

kualitas sumber daya manusia dan kewenangan wajib pemerintah daerah Kab/Kota

sesuai dengan pelayanan dasar (PP nomor 38 tahun 2007) disamping kurangnya

pembinaan terhadap institusi serta tenaga yang melaksanakan pembangunan

kependudukan

Page 132: GRAND DESIGN - BKKBN

110

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

4.3. Tantangan

Disamping kekuatan dan kendala yang dihadapi, Pembangunan Kependudukan di

Provinsi Sumatera Utara, masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain:

1. Dalam aspek kuantitas penduduk masih terdapat jumlah penduduk Sumatera Utara

yang cukup besar 12.985.075 jiwa menempati nomor empat secara nasional

setelah Jawa Barat,Jawa Timur dan Jawa Tengah, meskipun TFR nya sudah dapat

diturunkan dari 7,20 tahun 1971 menjadi 3,0 pada tahun 2010, jumlah penduduk

yang semakin besar sehingga memerlukan penyediaan kebutuhan yang semakin

besar baik pangan, sandang, papan dan pemenuhan Social Deplovment Need.

2. Dalam bidang kualitas penduduk terdapat tingkat kematian bayi dan ibu, masih

tinggi, jumlah penduduk usia lanjut yang semakin meningkat, gizi dan status

pendidikan wanita yang masih rendah, serta jumlah keluarga yang miskin masih

cukup banyak, sehingga sulit bersaing dalam kancah kehidupan global.

3. Pada aspek penataan mobilitas dan penataan kepadatan serta persebaran penduduk

yang belum selaras dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan, merupakan

tantangan yang masih dihadapi dalam pembangunan Kependudukan di Sumatera

Utara kedepan. Tantangan pembangunan tersebut perlu dihadapi dengan sebaik-

baiknya dengan memanfaatkan peluang-peluang serta potensi-potensi sumber daya

yang ada, dan meempersiapkan tata ruang pembangunan daerah yang serasi dan

selaras dengan perkembangan penduduk, sehingga dapat mengubah karakteristik

penduduk menjadi daya dukung sosial bagi keberhasilan pembangunan nasional

khususnya Sumatera Utara.

4. Tantangan yang dihadapi dari segi pembangunan keluarga, adalah kemampuan

keluarga dalam menghadapi kecepatan perkembangan dan kemajuan global

sehingga jika tidak diberdayakan secara dini dan baik akan menjadikan keluarga-

keluarga di Sumatera Utara semakin rentan untuk memenuhi kebutuhan dan

menjalankan fungsi keluarganya serta semakin meningkatnya keluarga yang

memiliki tabungan.

5. Upaya memberikan pelayanan pembangunan kependudukan dalam era

demokratisasi dan tuntutan hak asasi di satu sisi, serta di sisi lain krisis ekonomi

Page 133: GRAND DESIGN - BKKBN

111

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

yang berkepanjangan yang mempengaruhi daya beli masyarakat dan dukungan

pemerintah yang maasih terbatas , terutama dalam memenuhi penyediaan sarana

dan prasarana dalam rangka upaya untuk menjamin kelangsungan pembangunan

kependudukan di Tingkat Kabupaten/Kota.

6. Bervariasinya dukungan dan komitmen pemerintah Kabupaten/Kota tentang

pentingnya Program Pembangunan Berwawasan Kependudukan dalam rangka

pembangunan berkelanjutan.

7. Terbatasnya jumlah tenaga Penyelenggara Pembangunan kependudukan baik

dalam aspek pengendalian kuatitas penduduk ( tenaga lapangan KB, kader KB ),

aspek kualitas penduduk ( tenaga medis, guru ), tenaga lainnya seperti tenaga

pencacah administrasi penduduk dan sebagainya.

8. Seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi dan informasi dewasa ini,

serta tumbuhnya nilai-nilai baru dalam pelaksanaan demokrasi dan penegakan hak-

hak azasi manusia, menimbulkan pula tantangan baru dalam upaya memberikan

pelayanan yang harus semakin berkualitas, dan meningkatkan perhatian terhadap

pemenuhan dan hak-hak penduduk, serta semakin derasnya arus informasi dan

globalisasi akan berdampak pula terhadap masuknya nilai-nilai baru yang tidak

sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa, yang akan mengancam ketahanan

keluarga.

4.4. Peluang

Dalam melaksanakan pembangunan kependudukan, banyak peluang - peluang yang

dapat dimanfaatkan antara lain :

1. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Maka Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) diberi mandat untuk melaksanakan

pengendalian penduduk dan program KB Nasional.

2. Komitmen Pemerintah yang semakin tinggi terhadap pembangunan Kependudukan

menjadi bagian dari Prioritas nasional maupun daerah dalam RPJMN dan RPJMD

2010-2014

Page 134: GRAND DESIGN - BKKBN

112

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah

Kabupaten/kota memperjelas pembagian kewenangan pengelolaan Program dalam

bidang pembangunan kependudukan dan pembangunan berwawasan kependudukan

di tingkat pusat, provinsi dan Kabupaten/kota.

4. Perubahan sikap dan prilaku masyarakat yang mendukung upaya mewujudkan

keluarga kecil berkualitas, serta menekankan kembali peran dan fungsi keluarga

dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk dan keluarga melalui peningkatan

pendidikan, pengetahuan, status kesehatan, serta pendapatan keluarga. Sikap dan

perilaku yang kondusif masyarakat ini memberikan peluang bagi upaya-upaya

pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan keluarga dan meningkatkan

kesejahteraannya, terutama dalam memberikan peran dan kedudukan perempuan

sebagai mitra sejajar kaum pria dalam segala aspek kehidupan, baik sosial, politik,

ekonomi maupun budaya.

5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pengembangan dalam

memberikan peluang bagi upaya-upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi serta

mutu pelayanan pembangunan kependudukan. Selain itu perkembangan tehnologi

informasi juga memberikan peluang mempermudah penyediaan dan akses data base

dan informasi, pengembangan jaringan informasi dan komunikasi serta

pemanfaatannya, termasuk penyediaan data mikro keluarga bersekala nasional.

Disamping itu, pengembangan tehnologi tepat guna yang mampu menyediakan

perangkat yang dibutuhkan bagi pembangunan berwawasan kependudukan.

6. Meningkatnya dukungan dan partisipasi para mitra kerja dalam mendukung

penyelenggraan pembangunan kependudukan serta sumbangan pemikiran dan

kajian ilmiah dari Universitas/Perguruan Negeri maupun swasta para Tokoh Lintas

Agama dan para Stakeholders lainnya.

7. Keberadaan pusat pelatihan dan penelitian berbagai program dalam Pembangunan

Kependudukan. Dukungan komitmen Internasional, yaitu adanya dan disetujuinya

oleh Pemerintah Indonesia berbagai komitmen dan kesepakatan internasional seperti

ICPD Cairo tahun 1994, dan MDGs tahun 2000, yang memberikan dasar kerjasama

upaya global untuk meningkatkan kualitas dan hak-hak asasi manusia, terutama

Page 135: GRAND DESIGN - BKKBN

113

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, kesetaraan Gender,

peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan.

8. Adanya peluang bonus demografi ( peduduk usia produktif 15-64 tahun jumlahnya

semakin besar ) yang puncaknya diperkirakan terjadi pada tahun 2030-an yang

akan datang, apa bila pengelolaan pembangunan kependudukan yang akan datang

dapat diarahkan untuk peningkatan kualitas penduduk, maka penduduk Sumatera

Utara akan menjadi kekuatan pembangunan nasional dan jika tidak dapat dikelola

dengan baik, maka peluang bonus demografi tersebut akan menjadi malapetaka

nasional.

Page 136: GRAND DESIGN - BKKBN

114

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB

V

ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI

KEPENDUDUKAN YANG DIINGINKAN

Pembangunan Nasional bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

Pencapaian tujuan dimaksud memerlukan waktu dan sasaran bertahap. Sebagai sumberdaya

pembangunan kuantitas penduduk menjadi modal utama, disamping kualitas yang lebih

tinggi untuk menjamin dan mempercepat proses terwujudnya tujuan pembangunan.

Pembangunan kependudukan dirasakan merupakan suatu hal yang sangat penting terutama

menyangkut karakteristiknya seperti pertumbuhan, kepadatan, penyebaran, kematian dan

kelahiran. Pengetahuan tentang keadaan kependudukan sangat mempengaruhi kebijaksanaan

yang akan ditempuh dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesejahteraan, kesehatan

dan ketenaga kerjaan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa masalah pembangunan tidak

dapat terlepas dari masalah kependudukan. Oleh karena itu strategi kebijakan pembangunan

harus berprinsip kepada integrasi kebijakan pembangunan kependudukan.

Prinsip mengenai integrasi kebijakan kependudukan ke dalam kebijakan pembangunan harus

menjadi prioritas, karena hanya dengan menerapkan prinsip tersebut pembangunan

kependudukan akan berhasil. Untuk itu strategi pertama yang harus dilakukan adalah

melakukan population mainstreaming. Semua kebijakan pembangunan harus dilakukan

dengan mendasarkan pada prinsip people centered development untuk mencapai

pembangunan yang berwawasan kependudukan. Pelaksanannya harus mendasarkan pada

pendekatan hak asasi. Untuk itu langkah pertama adalah melakukan capacity building untuk

seluruh pemangku kepentingan, baik di provinsi, maupun kabupaten/kota.

Langkah berikutnya adalah melakukan integrasi kebijakan kependudukan dengan kebijakan

pembangunan sejak tahap perumusan, implementasi sampai dengan evaluasi dan monitoring.

Dengan memerhatikan bahwa kondisi dari semua aspek di daerah-daerah tidak homogen,

maka disparitas yang terjadi antar provinsi, terlebih lagi antar kabupaten/kota, harus menjadi

pertimbangan utama dalam merumuskan strategi. Strategi yang dirumuskan tidak harus

bersifat tunggal, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan di setiap daerah. Oleh

karena itu, dalam menyusun strategi diperlukan mekanisme yang saling melengkapi antara

bottom-up dan top-down.

Page 137: GRAND DESIGN - BKKBN

115

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Demikian juga dengan keadaan di Provinsi Sumatera Utara hasil sensus penduduk 2010

menunjukkan bahwa jumlah penduduk mencapai 12.985.075 jiwa dan jumlah perempuan

lebih banyak 6.506.024 jiwa sedang laki-laki hanya 6.479.051 jiwa. Berdasarkan

kewilayahan, Kota Medan daerah yang paling padat penduduknya dengan jumlah 2.109.330

jiwa (16,24 %), sedangkan paling sedikit adalah Pakpak Bharat dengan 40.481 jiwa (0,31 %).

Keadaan tersebut mengisyaratkan bahwa jumlah penduduk menurut kabupaten/kota ternyata

masih menunjukkan jumlah yang beragam. Tentunya hal ini disebabkan oleh peranan faktor

kelahiran, kematian dan migrasi yang memang berbeda-beda di setiap kabupaten/kota.

Peranan ketiga faktor tersebut tentunya juga terkait dengan kebijakan dan program-program

masing-masing kabupaten/kota yang telah dijalankan sebagai komitmennya dalam keupayaan

pengendalian kependudukan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, secara otomatis akan

menjadi beban pemerintah dalam menyediakan anggaran untuk kesehatan, pendidikan,

pangan, sandang, papan dan lainnya yang dapat terkait dengan kebutuhan rakyat. Jumlah

penduduk yang besar dapat menjadi potensi penggerak ekonomi yang kuat jika penduduknya

berkualitas, namun jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban pembangunan jika tidak

berkualitas.

Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka isu-isu strategis kependudukan di Provinsi

Sumatera Utara ke depan adalah menyangkut :

1. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi

menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan penyediaan pangan,

sandang, dan papan.

2. Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan hanya terpusat

pada daerah-daerah tertentu yang padat penduduknya saja. Hal ini menyebabkan hasil

pembangunan tidak bisa dinikmati secara merata, sehingga menimbulkan kesenjangan

sosial antara daerah yang padat dan daerah yang jarang penduduknya.

3. Tingginya angka urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di kota-kota

besar, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara kelompok kaya dan kelompok

miskin kota.

Page 138: GRAND DESIGN - BKKBN

116

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

4. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan penyediaan lapangan

kerja menyebabkan terjadinya pengangguran yang berdampak pada kerawanan sosial.

5. Penanganan kualitas penduduk menyangkut penanggulan pola penyakit bayi, anak,

remaja, dan lansia.

6. Penanganan kualitas menyosong bonus demografi menyangkut kemandirian,

pemberdayaan, peluang dan kesempatan kerja serta pelatihan.

7. Daya tampung dan daya dukung lingkungan juga semakin tidak ideal serta bisa

menimbulkan banyak masalah lingkungan, sampah, banjir, kemacetan, kesulitan akses

udara atau air bersih serta isu perubahan iklim hingga bencana akibat perusakan alam.

Tuntutan atas kebutuhan dasar seperti diatas maka diperlukan perumusan “Grand Design

Pembangunan Kependudukan” yang di desain untuk menjadi acuan pembangunan

kependudukan meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk,

penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan

pembangunan database kependudukan. Grand Design Pembangunan Kependudukan sangat

diperlukan untuk menghindari terjadinya ledakan penduduk dan masalah kependudukan

lainnya. Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup besaran-besaran yang

harus diperhatikan dalam upaya untuk mengatasi masalah kependudukan. Secara operasional,

untuk setiap periode atau tahapan 5 (lima) tahunan perlu disusun semacam peta jalan (road-

map) yang mencakup tentang tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang

perlu dilakukan dalam upaya pelaksanaan pembangunan kependudukan ke depan. Road-map

ini diharapkan berfungsi sebagai acuan setiap sektor serta pemerintah daerah dalam

penyusunan langkah-langkah kegiatan dalam mendukung upaya pembangunan

kependudukan.

Road-map Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup kurun waktu 2010

sampai dengan 2035 dengan periode lima tahunan. Road-map dibuat untuk mengetahui

sejauh mana sasaran-sasaran pembangunan kependudukan telah dapat dicapai, baik yang

mencakup pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan

persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan

database kependudukan pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk,

Page 139: GRAND DESIGN - BKKBN

117

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan

pembangunan manajemen database dan informasi kependudukan. Secara garis besar, tujuan

road-map, sasaran lima tahunan serta keterkaitan Grand Design dengan road-map tersaji

pada uraian berikut.

5.1 Road-map Pengendalian Kuantitas Penduduk yang Diinginkan dan Pokok-Pokok

Pembangunan

Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan adalah tercapainya

penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Untuk mencapai kondisi ini

jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematian sehingga

penduduk menjadi stasioner. Indikator pencapaian penduduk tumbuh seimbang (PTS),

adalah angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,0 per perempuan atau Net

Reproduction Rate (Angka Reproduksi Bersih=NRR) sebesar 1 per perempuan. Dalam

Grand Design ini sama dengan 2,5 diperkirakan tercapai pada tahun 2015. Selanjutnya

TFR diperkirakan menurun menjadi 2 dan NRR menjadi 1 tahun 2030. Kondisi ini akan

dipertahankan terus sampai dengan tahun 2035.

Patut dicermati bahwa TFR dan NRR tidak dimaksudkan untuk terus menurun sampai

dibawah 1,85 dan 0,89, karena kalau itu terjadi maka pada jangka panjang penduduk

Indonesia bisa mengalami penurunan seperti fenomena yang terjadi di negara-negara

maju yang TFR nya telah di bawah 1,5 per wanita dan bahkan ada yang di bawah 1 per

wanita. Penduduk yang terus menurun akibat fertilitas yang sangat rendah akan

mengakibatkan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) akan sangat besar sehingga akan

menyebabkan masalah tersendiri yang tidak kalah peliknya.

Tidak kalah pentingnya adalah bahwa bonus demografi akan terjadi di tanah air pada

kurun waktu 15 tahun ke depan atau mulai 2025. Bonus “ledakan” kaum muda dan

angkatan kerja produktif ini sangat krusial jika SDM yang tumbuh tidak berkualitas.

Bonus demografi terjadi apabila mayoritas penduduk Indonesia adalah usia angkatan

kerja. Penduduk yang berada di usia angkatan kerja tersebut dapat menjadi potensi bagi

Indonesia menjadi negara maju, tetapi juga dapat menjadi bumerang apabila kualitas

sumber daya manusia usia produktif itu rendah.

Page 140: GRAND DESIGN - BKKBN

118

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Modal untuk pembangunan adalah kualitas SDM. Salah satu tanda bonus demografi

adalah angka ketergantungan di bawah 50 persen, artinya satu orang penduduk

nonproduktif ditanggung oleh 1-2 orang penduduk usia produktif. Berdasarkan

kelompok umur, penduduk dapat dibedakan atas tiga kategori, yaitu muda (0-14 tahun),

menengah (15-64 tahun), dan tua (65 tahun keatas). Pengelompokan penduduk yang

terkait dengan kemampuan berproduksi secara ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi

penduduk nonproduktif dan penduduk usia produktif. Penduduk nonproduktif terdiri

dari penduduk yang berumur 0-14 tahun dan penduduk yang berumur 65 tahun.

Kelompok penduduk usia produktif adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun.

Angka beban ketergantungan Indonesia sebesar 51,3 persen, yang artinya setiap 100

penduduk usia produktif menanggung sekitar 52 penduduk nonproduktif. Hasil sensus

menunjukkan tren yang semakin menurun yang berarti beban penduduk usia produktif

semakin kecil sehingga diharapkan tingkat kesejahteraan penduduk mengalami

peningkatan. Secara umum di tingkat provinsi menunjukkan angka rasio

ketergantungan yang menurun.

Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka menurunkan angka fertilitas

dan peningkatan usia harapan hidup selama ini telah menghasilkan transisi demografi.

Transisi demografi tersebut ditandai dengan menurunya angka kelahiran dan angka

kematian dan disertai peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah

struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di bawah lima belas

tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi penduduk usia produkstif (15-64

tahun) dan meningkatnya proporsi penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara

perlahan. Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan menurun

yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi ini merupakan jendela peluang

(windows of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu pertumbuhan ekonomi.

Bonus demografi atau jendela peluang tersebut diperkirakan akan terjadi hanya sekali

saja dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek, yaitu sekitar lima tahun dari

tahun 2020-2025 berdasarkan proyeksi penduduk dengan syarat angka kelahiran dapat

dikendalikan.

Tidak berbeda dengan keadaan secara umum, maka di Sumatera Utara peluang bonus

demografi ke depan juga akan dialami. Oleh karena itu, periode dua dekade ke depan

adalah momentum yang harus dijadikan periode investasi besar-besaran dibidang

Page 141: GRAND DESIGN - BKKBN

119

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

sumber daya manusia, khususnya dibidang pendidikan. Agar tidak kehilangan

momentum tersebut harus dipastikan agar generasi muda memiliki kompetensi dan

menjadi insan yang produktif. Dalam mewujudkan SDM tangguh dan berkualitas

untuk menikmati bonus demografi, peran serta pemerintah daerah sangat penting dan

relevan untuk bersinergi dan bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka

mengembangkan SDM melalui penyediaan akses pendidikan dan keterampilan yang

dapat memenuhi kebutuhan spesifik dan strategis pembangunan di daerah.

Gambar 5.1. Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Diinginkan

ROADMAP 2011-2015

ROAD MAP

2016-2020

ROAD MAP 2021-2025

ROADMAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

Terkendalinya

jumlah dan

laju

pertumbuhan

penduduk

Tercapainya

kondisi

penduduk

tumbuh

seimbang

(PTS)

Bertahannya

kondisi

penduduk

tumbuh

seimbang

(PTS)

Tercapainya

kondisi

penduduk

tumbuh

seimbang

sebagai

prasyarat

penduduk

tanpa

pertumbuhan

(PTP)

Tercapainya

kondisi

penduduk

tanpa

pertumbuhan

PTP)

Page 142: GRAND DESIGN - BKKBN

120

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 5.1. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

Indikator/

Parameter

Periode Roadmap 2010-2035

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Laju Pertubuhan

Penduduk

(%)

1.1 1,5 1,0 1,0

0,5 0,5

Total Fertlity Rate

(Rata-rata wanita punya

anak)

3,0 2,7 2,5 2,5 2,0 2,0

Contraception Prevalance

Rate

(Persentase Kesertaan KB)

60 62 65 70 75 80

Usia Kawin Pertama bagi

Wanita

21 22 22 23 23 23

Sumber : Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan

Anak

Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan dua komponen utama

kependudukan, yaitu pengaturan fertilitas dan penurunan mortalitas. Pengaturan

fertilitas dilakukan melalui program KB yang mengatur :

1) usia ideal perkawinan

2) usia ideal melahirkan

3) jarak ideal melahirkan

4) jumlah ideal anak yang dilahirkan.

Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program KB pada hakikatnya dilaksanakan

untuk membantu pasangan suami istri mengambil keputusan dan memenuhi hak-hak

reproduksi yang berkaitan dengan hal berikut :

(1) Pengaturan kehamilan yang diinginkan

(2) penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu

(3) peningkatan akses dan kualitas pelayanan

(4) peningkatan kesertaan KB pria

Page 143: GRAND DESIGN - BKKBN

121

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

(5) promosi pemanfaatan air susu ibu.

Pengaturan fertilitas melalui program-program Keluarga Berencana juga dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

(1) Pengintegrasian program pengendalian kuantitas dengan sektor pembangunan

lainnya

(2) Peningkatan akses dan kualitas KIE serta pelayanan kontrasepsi di semua

segmentasi sasaran wilayah

(3) Penyelenggaraan pelayanan KB harus berlandaskan Hak Asasi Manusia

(4) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma agama, budaya, etika, dan

hak-hak reproduksi

(5) Penyediaan alat kontrasepsi bagi seluruh Pasangan Usia Subur disediakan oleh

Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Selanjutnya, penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkan penduduk

tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya. Penurunan angka

kematian ini diprioritaskan pada upaya (1) penurunan angka kematian ibu hamil, (2)

penurunan angka kematian ibu melahirkan, (3) penurunan angka kematian pasca

melahirkan, serta (4) penurunan angka kematian bayi dan anak.

Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah

daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya proaktif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan dannorma agama. Di samping itu,

upaya penurunan angka kematian difokuskan pada (1) kesamaan hak reproduksi

pasangan suami istri (pasutri), (2) keseimbangan akses, kualitas KIE, dan pelayanan,

(3) pencegahan dan pengurangan risiko kesakitan dan kematian, serta (4) partisipasi

aktif keluarga dan masyarakat.

Untuk mencapai tahap yang diinginkan, maka strategi pengendalian kuantitas

penduduk perlu dilakukan adalah mencapai pertumbuhan penduduk yang terkendali

dan pencapaian windows of opportunity, maka pengendalian angka kelahiran sangat

penting. Untuk itu, diperlukan revitalisasi program KB di Indonesia. Dalam

melakukan revitalisasi program KB, pendekatan pelaksanaan program KB perlu

Page 144: GRAND DESIGN - BKKBN

122

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

diubah orientasinya dari supplyke demand side approach. Strategi yang

dikembangkan adalah melakukan integrasi, desentralisasi, kemitraan, dan

pemberdayaan serta fokus pada penduduk miskin. Berikut adalah penjelasan

detailnya.

Integrasi adalah implementasi program KB ke dalam program pembangunan sosial,

budaya, dan ekonomi. Sementara itu, desentralisasi dilakukan melalui lima cara.

Pertama, memberikan otoritas yang lebih besar kepada provinsi dan kabupaten/kota

dalam implementasi program KB, salah satunya adalah dengan memperkuat

kelembagaan. Tujuannya adalah melakukan sinkronisasi dan menghindarkan overlap

fungsi dan peran antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Seperti telah

diamanatkan dalam UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan

Pembangunan Keluarga, BKKBD (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Daerah) perlu segera dibentuk.

Pemerintah memfasilitasi pembentukan BKKBD dengan merevisi regulasi, khususnya

yang terkait dengan otonomi daerah, yang menghambat terbentuknya lembaga

tersebut. Kedua, melakukan pemberdayaan SDM di tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota dalam rangka capacity building. Ketiga, memperkuat komitmen

politik, khususnya di tingkat kabupaten/kota dalam pelaksanaan program KB.

Keempat, memperkuat infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan program KB di

tingkat kabupaten/kota.Kelima, mendelegasikan kewenangan operasional di tingkat

kabupaten/kota untuk memberikan otoritas yang lebih besar pada kabupaten/kota

dalam rangka mengembangkan program dan melaksanakannya berdasarkan kondisi

spesifik setiap daerah.

Sementara itu, strategi kemitraan dilakukan dengan cara memperkuat kerja sama

antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil. Tujuan strategi ini adalah untuk lebih

mengembangkan keterlibatan pihak swasta dan masyarakat sipil dalam pelaksanaan

program KB. Kemitraan tidak terbatas dilakukan secara internal, tetapi juga dengan

lembaga internasional dengan prinsip kesetaraan dan mutual benefits. Pemberdayaan

dilakukan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan untuk memperkuat jejaring

antarpemangku kepentingan, baik secara vertikal maupun horizontal, nasional

maupun intenasional.

Page 145: GRAND DESIGN - BKKBN

123

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan program KB

difokuskan pada masyarakat miskin dengan cara memberikan subsidi pelayanan

kesehatan reproduksi dan KB. Dalam pelaksanaannya, strategi ini perlu

memperhatikan kondisi sosial, budaya, demografi, dan ekonomi kelompok sasaran.

Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka menurunkan angka fertilitas

dan peningkatan usia harapan hidup selama ini telah menghasilkan transisi demografi.

Transisi demografi tersebut ditandai dengan menurunya angka kelahiran dan angka

kematian dan disertai peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah

struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di bawah lima

belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi penduduk usia produkstif (15-

64 tahun) dan meningkatnya proporsi penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara

perlahan.

Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan menurun yang

disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi ini merupakan jendela peluang

(windows of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu pertumbuhan

ekonomi. Bonus demografi atau jendela peluang tersebut diperkirakan akan terjadi

hanya sekali saja dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek, yaitu sekitar lima

tahun dari tahun 2020-2025 berdasarkan proyeksi penduduk dengan syarat angka

kelahiran dapat dikendalikan.

5.2 Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk yang diinginkan dan Pokok-Pokok

Pembangunan

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang

meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial,

ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan

kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya,

berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak (UU No. 52 Tahun 2008 Pasal 1 ayat

5). Pengembangan kualitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan manusia yang sehat

jasmani dan rohani, cerdas, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki

etos kerja yang tinggi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pembangunan kualitas

penduduk difokuskan pada unsur pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Page 146: GRAND DESIGN - BKKBN

124

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Paling tidak ada tiga dimensi yang dapat dipakai sebagai landasan peningkatan kualitas

penduduk : Pertama, dimensi kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan

penduduk dalam rangka menurunkan angka kematian dan meningkatkan angka harapan

hidup. Kedua, dimensi pendidikan yakni meningkatkan kompetensi dan daya

kompetisi penduduk Sumatera Utara melalui pendidikan formal, nonformal maupun

informal dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan nasional, khsususnya

dalam rangka mendukung tercapainya MP3EI dan MP3KI, mengurangi kesenjangan

pendidikan menurut jenis kelamin melalui peningkatan akses perempuan untuk

memperoleh pendidikan. Ketiga, dimensi ekonomi, yakni meningkakan status ekonomi

penduduk melalui perluasan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran.

Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu usaha untuk menurunkan angka

kemiskinan.

Selanjutnya, strategi peningkatan kualitas penduduk merupakan aspek yang sangat

penting dalam pembangunan kependudukan. Di samping itu, strategi peningkatan

kualitas pendudukmerupakan bagian integral dari strategi pengendalian kuantitas

penduduk, pembangunan keluarga, dan pengarahan mobilitas penduduk. Penduduk

merupakan pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan.

Dengan kualitas yang tinggi, penduduk akan lebih banyak berperan sebagai pelaku dan

pelaksana pembangunan. Selain itu, pembangunan tidak hanya bergantung pada sumber

daya alam dan teknologi, tetapi justru lebih bergantung pada kualitas penduduknya.

Dengantersedianya sumber daya manusia yang memadai dalam arti kuantitas dan

kualitas, maka tantangan di masa yang akan datang dapat diatasi dengan baik. Kualitas

sumber daya manusia yang ada sekarang masih perlu ditingkatkan agar tantangan

tersebut dapat diatasi dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan

tumbuhnya budaya "senang bekerja keras", persaingan yang sehat, pengembangan

motivasi di kalangan angkatan kerja muda dan terdidik sehingga dapat menciptakan

pekerjaan dari pada hanya menanti pekerjaan dari sektor formal yang sangat terbatas.

Program "magang" atau "job trainning" perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan

angkatan kerja yang siap pakai.

Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan tumbuhnya budaya "senang bekerja

keras", persaingan yang sehat, pengembangan motivasi di kalangan angkatan kerja

Page 147: GRAND DESIGN - BKKBN

125

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

muda dan terdidik sehingga dapat menciptakan pekerjaan dari pada hanya menanti

pekerjaan dari sektor formal yang sangat terbatas. Program "magang" atau "job

trainning" perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan angkatan kerja yang siap

pakai.

Gambar 5.2. Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia

SDM

Sumber: Draf Rancangan Umum Pembangunan Kependudukan

Pembangunan kualitas penduduk Indonesia ditentukan oleh tiga hal: pembangunan

ekonomi, pembangunan kesehatan, dan pendidikan. Oleh karena itu, kondisi yang ingin

dicapai dalam peningkatan kualitas penduduk tahun 2035 adalah penduduk yang sehat,

cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta berkarakter. Kondisi inilah yang harus

dicapai oleh seluruh penduduk Indonesia. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk

dalam aspek fisik dan nonfisik meliputi kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

produktivitas,tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, dan kecerdasan.

Hal itu dianggap sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan

menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian,

berkebangsaan, dan hidup layak. Penduduk yang sehat tidak hanya berumur panjang

sejalan dengan bertambahnya usia harapan hidup, tetapi juga produktif, cerdas, dan

Pembangunan

Ekonomi

Pembangunan

Pendidikan

Pembangunan

Kesehatan

Page 148: GRAND DESIGN - BKKBN

126

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

berdaya saing. Penduduk dengan kualitas seperti itu diharapkan dapat mengatasi arus

pasar global yang semakin menguat. Dengan memperhatikan unsur-unsur tersebut,

maka strategi peningkatan kualitas penduduk harus fokus pada tiga dimensi, yaitu

kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Strategi di bidang kesehatan dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi dan

anak serta kematian maternal. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia mengalami

pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi pada penyakit kronis dan degeneratif.

Untuk itu, strategi utama yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan dan

treatment penyakit infeksi, khususnya pada bayi dan anak-anak. Di samping itu, sejalan

dengan meningkatnya penyakit kronis dan degenratif sebagai penyebab kematian orang

dewasa, maka alokasi sumber daya kesehatan harus juga diarahkan untuk pencegahan

dan treatment penyakit tersebut. Akan tetapi, dengan memerhatikan diversitas kondisi

kesehatan antar daerah, terutama dalam hal penyakit, maka setiap strategi, sekali lagi,

tidak dapat bersifat homogen atau tunggal, tetapi harus merespons kondisi spesifik

setiap daerah.

Sementara itu, strategi penurunan kematian maternal sangat erat kaitannya dengan

program KB sehingga strategi yang dijalankan untuk pelaksanaan program KB juga

akan memberikan kontribusi terhadap penurunan angka kematian maternal. Hal

tersebut harus ditopang dengan pengembangan pelayanan prenatal maupun antenatal.

Dari sisi pendidikan, strategi yang harus dilakukan adalah memberikan akses yang

sebesar-besarnya kepada kelompok rentan, khususnya penduduk miskin, untuk

memperoleh pendidikan. Penurunan gender gap dalam hal akses terhadap pelayanan

pendidikan juga penting sebagai prioritas, khususnya untuk mengatasi masalah di

berbagai daerah yang masih lebar kesenjangan pendidikan antara laki-laki

danperempuannya. Karena di berbagai provinsi angka melek huruf masih rendah, maka

untuk pendidikan nonformal maupun informal perlu memperoleh prioritas. Dalam

rangka mendukung tercapainya MP3EI, maka kebijakan pendidikan juga harus disusun

berdasarkan kebutuhan kualifikasi SDM di setiap koridor. Sejauh ini dokumen MP3EI

belum sepenuhnya memerhatikan kebutuhan SDM, terutama darisegi kualitas, sebagai

bagian penting dalam mencapaipercepatan pembangunan ekonomi di setiap koridor.

Oleh karena itu, kebijakan pendidikan harus dimulai dengan mengidentifikasi

kebutuhan tersebut.

Page 149: GRAND DESIGN - BKKBN

127

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Proyeksi Pendapatan Perkapita Sumatera Utara 2035

Dari sisi ekonomi, Salah satu tujuan dalam pembangunan ekonomi adalah tercapainya

pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan

apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari capaian pada

masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-

jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun-tahun

sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi

barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat juga dikatakan

bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan

diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan.

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan pendapatan total

dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk

dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu daerah.

Dalam kondisi tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat

kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output

produksi yang dihasilkan, sementara pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif,

bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam

struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian.

Pembangunan Sumatera Utara telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan

oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan perekonomian yang didukung

oleh makin meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana pembangunan,

meningkatnya taraf kesejahteraan, dan makin tercukupinya kebutuhan dasar

masyarakat, termasuk pendidikan dasar dan kesehatan. Dalam pelaksanaan

pembangunan ekonomi, telah banyak kemajuan yang dicapai Provinsi Sumatera Utara

yang ditunjukkan, baik oleh PDRB nonmigas per kapita maupun laju pertumbuhannya

yang lebih tinggi dari rata-rata nasional, maupun taraf kesejahteraan masyarakat yang

ditunjukkan oleh beberapa indikator seperti angka melek huruf, angka kematian bayi,

dan usia harapan hidup, yang lebih baik jika dibandingkan dengan angka rata-rata

nasional.

Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibutuhkan tenaga

kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera

Page 150: GRAND DESIGN - BKKBN

128

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Utara ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang

produktivitasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan

dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonpertanian, khususnya industri dan jasa.

Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju pertumbuhan

ekonomi Sumatera Utara, memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi.

Di Provinsi Sumatera Utara, kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum

memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor ekonomi

yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk mempertahankan laju

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara, tantangannya adalah membentuk serta

mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia

yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan,

memperluas lapangan kerja, dan kesempatan usaha.

Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi yang besar,

sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga untuk memenuhi

kebutuhan tersebut, diperlukan peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia

usaha. Sehubungan dengan itu, Provinsi Sumatera Utara harus mampu menarik dunia

usaha agar menanamkan modal untuk mengembangkan potensi berbagai sumber daya

pembangunan di wilayah ini. Dengan demikian, Provinsi Sumatera Utara dihadapkan

pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang menarik bagi investasi masyarakat

dan dunia usaha. Untuk itu, tantangannya adalah mengembangkan kawasan dan pusat

pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja,

dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berada di rentang 6,0% hingga 8,3%.

Pertumbuhan ini relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa provinsi lainnya di

Indonesia. Bahkan secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara selalu di atas

pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam periode 1983-1990 laju pertumbuhan PDRB

nonmigas atas dasar harga konstan tahun 1983 tercatat sebesar 8,35 persen per tahun.

PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 atas dasar harga konstan tahun 1983

mencapai Rp560 ribu. Dibandingkan dengan angka tahun 1983 yang besarnya Rp363

ribu, terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 6,38 persen per

tahun.

Page 151: GRAND DESIGN - BKKBN

129

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Setelah krisis moneter, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara

tahun 1998 – 2005 secara rata-rata tumbuh di bawah 6,0 persen per tahun. Sungguhpun

dengan pertumbuhan yang relatif rendah, sebenarnya krisis ekonomi Sumatera Utara

dapat dikatakan tidak separah yang dialami daerah lain tertentu. Sebab, dengan

penghasilan utama produk pertanian, krisis moneter tahun 1998 justru mendorong

kenaikan harga produk ekspor non migas seperti karet dan sawit. Dengan kondisi

sekarang, ekonomi Sumatera Utara dianggap telah pulih kembali dan pada masa depan

diharapkan mencapai pertumbuhan berkelanjutan sebagaimana halnya sebelum terjadi

krisis moneter 1997. Pada tahun 1999, pendapatan perkapita Sumatera Utara

berdasarkan harga berlaku mencapai Rp4,397 juta.

Pada tahun 2001 – 2006 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berada di tingkat 4,0%

- 6,0% per tahun. Pada tahun 2001, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar

3,72% dengan pendapatan perkapita masyarakatnya yang mencapai Rp6,742 juta. Pada

tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mencapai 6,18% dan pendapatan

perkapita mengalami peningkatan menjadi Rp12,567 juta.

Kemudian, pada tahun 2007-2010 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara semakin baik

yaitu mencapai angka di atas 6,0%. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Sumatera

Utara sebesar 6,90%, dan pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 6,39%. Krisis

global pada tahun 2008 membawa dampak terhadap perekonomian Sumatera Utara.

Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2009 kembali

turun menjadi 5,07 persen. Pemulihan ekonomi yang cepat di Sumatera Utara

menyebabkan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 kembali mencapai angka 6,35 persen.

Pada tahun 2007, pendapatan perkapita Sumut telah mencapai Rp14,166 juta dan pada

tahun 2010, pendapatan perkapita Rp21,108 juta.

Pada tahun 2011 - 2013, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terus mengalami

peningkatan. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,58 persen dengan

pendapatan perkapita Rp 23,991 juta. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Provinsi

Sumatera Utara 2012 kembali meningkat mencapai sebesar 26,569 juta. Pada tahun

2013, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sedikit menurun akibat melemahnya

ekspor dan krisis ekonomi global, dan hanya tumbuh sebesar 6,01%. Pendapatan

perkapita Sumut tahun 2013 mencapai Rp30,311 juta.

Page 152: GRAND DESIGN - BKKBN

130

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Capaian pendapatan perkapita Sumut jika dibandingkan dengan angka PDB per kapita

nasional masih berada di bawahnya. Lebih memprihatinkan lagi terjadi kesenjangan

dari tahun ke tahun yang semakin melebar. Pada tahun 2005, pertumbuhan PDB per

kapita Rp. 12,588 juta per orang, sedangkan PDRB per kapita Sumut Rp 11,331 juta

per orang. Terjadi selisih Rp. 1,227 juta per orang. Tahun 2012 pertumbuhan PDB

perkapita Nasional Rp. 33,748 juta per orang, sedangkan PDRB per kapita Sumut Rp.

26,659 juta per orang. Terjadi selisih Rp. 7,089 juta per orang. Ini menunjukkan PDRB

per kapita masyarakat Sumut terus tertinggal dari PDB perkapita nasional.

Gambar 5.3 Estimasi Pendapatan Perkapita Sumatera Utara Tahun 2035

Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil sekitar 6,0% - 7,0% per tahun, maka

pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara diperkirakan akan terus mengalami

peningkatan hingga mencapai Rp99,50 juta perjiwa pada tahun 2035. Perekonomian

Sumatera Utara secara umum didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor

pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restauran; sektor jasa-jasa, serta sektor

pengangkutan dan komunikasi.

Pemerintah telah menyusun MP3KI dan juga MP3EI, maka yang tertuang dalam

master plan tersebut merupakan bagian dari strategi peningkatan kualitas penduduk

0.56 4.40

30.31

99.50

0

20

40

60

80

100

120

1990 1999 2013 2035

Pe

nd

apat

an

pe

rkap

ita

(Rp

juta

)

Sumber : Hasil Proyeksi BPS Sumatera

Utara

Page 153: GRAND DESIGN - BKKBN

131

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

dari sisi ekonomi. Karena persoalan pemerataan hasil pembangunan merupakan

masalah mendesak dan penting di Indonesia, maka strategi untuk mengatasi masalah

tersebut, baik yang tertuang dalam MP3EI maupun MP3KI, harus menjadi prioritas.

Strategi di tiga dimensi tersebut sekaligus merupakan strategi untuk meningkatkan

IPM. Namun karena ketertinggalan Indonesia dalam hal IPM dibandingkan dengan

Negara ASEAN lainnya adalah pada bidang pendidikan, maka tampaknya sektor

tersebut perlu menjadi prioritas dalam strategi peningkatan IPM.

Gambar 5.4. Roadmap Kondisi Kualitas Kependudukan Diinginkan

Akhir dari peningkatan kualitas penduduk adalah terwujud kualitas penduduk atau

masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di

dalam kebhinekaan adalah :

1).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang beriman yaitu

masyarakat yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat yang

mengamalkan ajaran agamanya dengan sepenuh hati, konsisten dan konsekuen,

masyarakat yang memiliki sikap yang kuat untuk saling menghargai dan

menghormati antar sesama pemeluk agama dalam bingkai keluarga besar

masyarakat Sumatera Utara.

ROADMAP 2011-2015

ROADMAP

2016-2020

ROADMAP

2021-2025

ROADMAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

. Pencapaian kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi penduduk yang mapan

Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang mapan yang didukung terciptanya good governance

Pencapaian kualitaspenduduk kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kerja produktif

Peningkatankualitas penduduk kreatif dan inovatif untuk meningkat-kan kerja produktif

Terwujudnya kualitas penduduk yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan.

Page 154: GRAND DESIGN - BKKBN

132

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

2).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang maju, yaitu

masyarakat yang berpengetahuan dan sadar akan supremasi hukum serta selalu

menggunakan nurani dan akal sehat dalam mengambil keputusan, dapat mengikuti

dan menyesuaikan diri dengan perkembangan global, namun tetap mempertahankan

identitas masyarakat Sumatera Utara yang majemuk.

3).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang mandiri serta percaya

diri, yaitu masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan potensi

daerah dan karenanya dapat menetapkan dan melaksanakan kebijakan

pembangunan daerah berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat itu sendiri.

4).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Sumatera Utara yang mapan yaitu

masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara berimbang jasmani

dan rohani, memiliki daya tahan terhadap pengaruh luar yang bersifat merusak,

mampu meningkatkan kualitas kehidupannya termasuk lingkungan hidup yang

semakin layak dengan tingkat kesenjangan yang semakin kecil.

5).Terwujudnya penduduk atau masyarakat yang berkeadilan di dalam kebhinekaan

yaitu masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban atau proporsional dalam

lingkup masyarakat yang hidup secara harmonis, sehingga tidak ada kelompok

masyarakat yang merasa terpinggirkan atau terlupakan.

Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan dalam bidang pendidikan di Sumatera Utara

sebagai berikut;

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Targetnya adalah meningkatkan APK/APM/Melek huruf serta meningkatnya rata-rata

lama sekolah, pada setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan memberikan

kesempatan kepada semua penduduk usia prasekolah dan usia sekolah, baik umum,

kejuruan, keagamaan, maupun pendidikan khusus, serta memberikan keadilan bagi

seluruh lapisan masyarakat yang plularistik termasuk dalam meningkatkan pemberian

pendidikan dari wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belar 12 tahun. Demikian pula

perluasan kesempatan belajar bagi Anak luar Biasa (ALB) dan Anak Berkebutuhan

khusus (ABK), memperbanyak pendidikan informal dengan memberdayakan

Page 155: GRAND DESIGN - BKKBN

133

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

perempuan yang berdaya saing global, melaksanakan Pendidikan Menengah

Universal (PMU) yang bekualitas di kab/kota serta mengembangkan Pendidikan

tinggi disetiap kab/kota sesuai kebutuhan daerah dan berdaya saing global.

2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing

Targetnya adalah meningkatkan mutu kurikulum pada setiap jalur, jenis dan jenjang

pendidikan sehingga memberikan dukungan yang berarti bagi bakal kehidupan

peserta didik dimasa depan, baik berkenaan dengan nilai-nilai budaya dan kearifan

local (daerah), budi pekerti, kecakapan hidup, dan jiwa entrepreneur, iptek, olah raga

dan seni, kesehatan dan lingkungan hidup. Serta aspek-apsek pembentuk karakter

kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Dengan penyiapan berbagai fasilitas, dan

melakukan pemetaan dan kesejahteraan guru mengembangkan dan meningkatkan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di daerah yang berorientasi pada potensi daerah

setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah, nasional maupun

internasional.

3. Peningkatan Manajemen pendidikan

Targetnya agar meningkatkan kemampuan pengelolaan program pembangunan

pendidikan, baik yang diselanggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat yang

meliputi perbaikan kurikulum, proses pembelajaran, kualifikasi dan kompetensi guru,

penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung proses edukasi.

4. Peningkatan Tata kelola, Akuntabilitas, dan pencitraan Publik

Targetnya adalah menciptakan proses perencanaan pembangunan pendidikan lebih

partisipasif, terkoordinasi, dan lebih menyeluruh terhadap jalur, jenis dan

kelembagaan satuan pendidikan. Meningkatkan pembiayaan dan anggaran serta

laporan dan pertanggungjawabannya secara transparan pada setiap penyelenggaraan

satuan pendidikan. mensinerjikan kebijakan dan mengatur batas-batas kewenangan

penyelenggaraan evaluasi pendidikan antara pemerintah pusat, provinsi,

kabupaten/kota dan lembaga satuan pendidikan serta meningkatkan kualitas, data dan

informasi pendidikan yang cepat, akurat dan dapat dipercaya.

Page 156: GRAND DESIGN - BKKBN

134

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

5. Peningkatan Peranserta Masyarakat, dunia perusahaan, dan stake holders

Targetnya adalah diarahkan pada kebersamaan memikul tanggung jawab antara

pemerintah, masyarakat dan peran serta didik sebagai bagian dari subjek

pembelajaran, yang dinamis, adaptif, dan penuh inisiatif. merintis, membangun, dan

mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan lebih bersifat antisipatif kearah

peningkatan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan.

Tabel 5.2. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Peningkatan Kualitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

Indikator/

Parameter

Periode Roadmap 2010-2035

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Pendidikan

Lama sekolah (tahun)

Angka Partisipasi

Sekolah

Usia 19-24 Tahun (%)

8,9

15,6

10,2

18,5

11,4

21,4

12,6

24,2

13,8

27,1

15,0

30,0

Kesehatan

- Angka Kematian Bayi

( per 1000 lahir hidup)

- Angka Kematian Ibu

(per 100.000 lahir

hidup)

- Angka Harapan Hidup

(tahun )

Prevalensi Gizi Kurang

dan Buruk(%)

25

249

71

23

23

240

72

20

22

225

73

18

21

200

74

16

20

200

75

12

20

180

75

8

Ekonomi

- Daya Beli (ribu rupiah

perkapita pertahun)

- Pendapatan Perkapita

(juta rupiah)

- Gini Rasio

633,33

21,24

0,253

645,1

35,6

0,239

653,8

49,9

0,226

662,5

64,1

0,212

671,3

78,4

0,199

680,0

99,50

0,186

Standard WHO, Prevalensi gizi kurang dan buruk adalah 5-9 %.

Page 157: GRAND DESIGN - BKKBN

135

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

5.3 Roadmap Penataan Persebaran dan Mobilitas Penduduk yang Dinginkan dan

Pokok-Pokok Pembangunan

Menyangkut aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan adalah terjadinya

persebaran penduduk yang lebih merata antar daerah kabupaten/kota sehingga

konsentrasi penduduk terkendali. Demikian juga halnya dengan urbanisasi, diharapkan

agar penduduk tidak berbondong – bonding datang keperkotaan yang pada gilirannya

menimbulkan masalah baru yang tidak kalah peliknya. Patut disadari bahwa urbanisasi

tidak semata-mata karena perpindahan penduduk dari desa kekota, tetapi juga karena

daerah – daerah dengan kategori urban semakin banyak jumlahnya karena fasilitas dan

hasil pembangunan yang merata. Kondisi persebaran penduduk yang diinginkan adalah

persebaran penduduk yang merata dan pengaturan mobilitas sesuai dengan potensi

daerahnya. Tentunya yang diharapkan adalah adanya penataan dan persebaran yang

proporsial sesuai daya dukung alam dan lingkungan. Ini berarti pemerintah harus dapat

menata keberadaan penduduk melalui perpindahan penduduk baik local maupun

regional.

Dalam upaya pencapaian kondisi yang diinginkan yaitu terjadinya persebaran penduduk

yang lebih merata antar daerah kabupaten / kota sehingga konsentrasi penduduk

terkendali maka strategi diperlukan adalah :

- Menumbuhkan kondisi kondusi bagi terjadinya migrasi internal yang harmonis

Melindungi penduduk yang terpaksa pindah karena keadaan (pengungsi)

Memberikan kemudahan, perlindungan, dan pembinaan terhadap para migrant

internasional dan keluarganya

- Menciptakan keserasian, keselarasan, dankeseimbangan daya dukung dan daya

tamping lingkungan

- Mengendalikan kuantitas penduduk di suatu daerah/wilayah tertentu

- Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, melalui penciptaan

wirausaha baru

- Memperluas kesempatan kerja produktif

- Meningkatkan kualitas hubungan industrial yang harmonis

Page 158: GRAND DESIGN - BKKBN

136

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

- Meningkatkan ketahanan dan pertahanan nasional

- Menurunkanangkakemiskinandanmengatasipengangguran

- Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia

- Meningkatkan infrastruktur permukiman, meningkatkan daya saing wilayah baru,

meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkan penyediaan pangan bagi

masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pengarahan mobilitas penduduk perlu dilakukan dengan

beberapa strategi sebagai berikut :

1) Mengupayakan peningkatan mobilitas non permanen dengan cara menyediakan

berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan administrasi di beberapa daerah yang

diproyeksikan sebagai daerah tujuan mobilitas penduduk

2) Mendorong ketersedianya lahan pemukiman transmigrasi baru yang legal, clean and

clear (C2) agar dikemudian hari warga transmigrasi mendapat suatu kepastian menuju

masa depan.

3) Mengurangi mobilitas penduduk kekota megapolitan, seperti Jakarta dan supaya hal

itu tidak terulang di luar Jawa, dengan adanya penataan wilayah penyangga untuk

mengembangkan daerah tujuan transmigrasi yang secara khusus diintegrasikan

dengan kota besar sekitarnya.

4) Transmigrasi seharusnya tidak terkesan membuang penduduk kewilayah terpencil,

tetapi benar-benar menonjolkan napas distribusi penduduk.

Untuk tujuan ini, perlu tiga pendekatan dalam kebijakan pengarahan mobilitas penduduk,

yakni :

1) Mengurangi peran pusat dan meningkatkan promosi daerah-daerah tujuan baru

sehingga penduduk terangsang untuk melakukan perpindahan secara spontan

2) Membuat regulasi yang menguntungkan bagi daerah tujuan dengan sasaran

menghambat/mengurangi minat penduduk yang tidak berkualitas berpindah kedaerah

Page 159: GRAND DESIGN - BKKBN

137

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

lain (mobilitas bukan sekadar pemindahan kemiskinan). Penduduk miskin adalah

tanggung jawab daerah asal/kelahiran.

3) Membuat kebijakan yang berskala nasional dan berujung pada kepentingan nasional,

misalnya transmigrasi kepulau terdepan, peningkatan kualitas prasarana dan sarana

ekonomi, serta peningkatan akulturasi dan asimilasi cultural antara pendatang dan

penduduk asli.

Penyusunan road-map kebijakan pengarahan mobilitas penduduk tidak semata-mata atas

dasar pertimbangan hukum, tetapi juga didasari oleh fakta sosiologis dan dinamika

lingkungan sosio-kultural dan politik pascareformasi. Berdasarkan pertimbangan ini,

maka roadmap pengarahan mobilitas penduduk secara tegas berbasis pada UU No. 25

Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2007

tentang RPJPN 2005-2025, UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan pendudukdan

Pembangunan Keluarga, dan RPJP Daerah Sumatera Utara. Disamping itu, basis kondisi

sosiologis serta dinamika sosio-kultural dan politik mengamanatkan penyusunan strategi

pengerahan mobilitas penduduk perlu mempertimbangkan berbagai kondisi

perkembangan lingkungan global, nasional, dan daerah. Basis ini pun secara nyata

mencermati sejauh mana komitmen pemerintah provinsi dan kota/kabupaten terhadap

aspek mobilitas penduduk sehingga menjadi bagian yang integral dan menentukan bagi

perkembangan dan keberhasilan pembangunan penduduk dan pembangunan

berkelanjutan di wilayahnya dalam koridor kepentingan nasional.

Pada titik ini, pengerahan mobilitas penduduk perlu menjamin kepastian pelibatan elemen

dearah. Fakta yang berkembang menunjukkan bahwa pengerahan mobilitas penduduk

saat ini tidak semata dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga elemen masyarakat sipil dan

pasar. Oleh karena itu, penting untuk mereposisi dan mengidentifikasi peran yang harus

dimainkan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Mereka memiliki kewenangan

dan perannya masing-masing. Demikian juga peran dan kewenangan LSM maupun Civil

Society Organization (CSO). Semua elemen harus memiliki peran strategis dalam

pelaksanaan pemb angunan kependudukan. Kebijakan mobilitas daerah harus

memperhatikan perkembangan–perkembangan spesifik daerah, misalnya kemungkinan

dampak masuknya penduduk kedaerah industry baru, cara mengantisipasi dan memitigasi

kemungkinan dampak negative bagi daerah tujuan, dampak bagi keseimbangan penduduk

Page 160: GRAND DESIGN - BKKBN

138

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

local dan pendatang, serta kemungkinan marginalisasi penduduk lokal. Dengan demikian,

penting dirumuskan sebuah kebijakan lokal yang dapat merespon shal-haltersebut,

misalnya melalui perda pengendalian penduduk.

Berbicara tentang pengerahan penduduk, maka dalam jangka pendek maupun menengah

dan panjang, perlu dirumuskan beberapa sasaran pengarahan mobilitas penduduk yang

antara lain meliputi hal berikut :

1. Pemodelan rekayasa sosial yang memungkinkan integrasi antara penduduk pendatang

dan penduduk asli

2. Pengembangan kebijakan lokal yang pro masyarakat asli tanpa mengurangi hak hidup

pendatang

3. Pengembangan regulasi yang memungkinkan adanya migration selection berdasarkan

kapasitas pendidikan dan keterampilan, aspek politik, dan kelembagaan

4. Penguatan peran elemen masyarakat sipil (CSO, NGO, dan universitas) dalam

capacity building permukiman baru hasil kebijakan mobilitas formal

5. Pengembangan forum komunikasi antarwarga di daerah-daerah tujuan mobilitas

6. Penguatan kelembagaan keluarga migrant dalam konteks kebijakan kesehatan

reproduksi

7. Strategi pengembangan daerah penyangga perkotaan dan pengembangan ekonomi

perdesaan sehingga mengurangi minat penduduk desa melakukan urbanisasi

8. Pemodelan pengembangan ekonomi makro dan distribusi kesejahteraan yang merata

sehingga semakin mengurangi distorsi biaya hidup antar daerah

9. Memikirkan kembali keterkaitan antara pendidikan, Pelatihan dan kesempatan kerja

10. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat transmigrasi

11. Desentralisasi kewenangan pengarahan mobilitas penduduk

12. Mendorong perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja.

13. Pengembangan kajian akademis terkait pemodelan mobilitas penduduk dan dikaitkan

dengan kepentingan daerah (sesuai dengan dokumen perundangan), dengan tujuan

pengembangan dan mengonstruksikan proposisi/teori menengah terkait dengan

proses-proses migrasi yang berhasil diidentifikasi dari studi terkait kondisi masyarakat

Sumatera Utara untuk menjawab tantangan tujuan-tujuan pengerahan penduduk,

mengaitkan kebijakan pengerahan mobilitas penduduk dengan konteks perkembangan

ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan fisik migran, baik lokal, regional maupun

Page 161: GRAND DESIGN - BKKBN

139

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

global, membangun kerangka konseptual baru yang memungkinkan untuk menjawab

tantangan pengarahan mobilitas penduduk, serta pengembangan strategi-strategi baru

terkait dengan pengarahan mobilitas penduduk, baik internal maupun regional.

Untuk tercapainya tujuan-tujuan pengarahan mobilitas penduduk tersebut, maka perlu

sejak awal dipastikan bahwa PP, perda, dan berbagai aturan pelaksana lainnya telah dapat

diselesaikan. Beberapa peraturan yang dibutuhkan untuk meng implementasikan tujuan itu

adalah sebagai berikut :

a. Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kabupaten/kota

b. Kebijakan mobilitas penduduk non permanent

c. Kebijakan ketenagakerjaan dalam mencapai hubungan industrial harmonis

d. Penataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah

e. Pengarahan mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah penyangga

f. Pedoman pengelolaan urbanisasi di perkotaan

g. Pedoman pelayanan terhadap penduduk musiman serta tatacara pengumpulan data,

analisis mobilitas, dan persebaran penduduk. Sementara itu, pada tataran perda,

dibutuhkan adanya perda tentang kebijakan mobilitas penduduk.

Page 162: GRAND DESIGN - BKKBN

140

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambar 5.5. Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas Kependudukan

Diinginkan

Tabel 5.3. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Penataan Persebaran Dan Mobilitas Penduduk Provinsi Sumatera Utara

2010-2035

Indikator/

Parameter

Periode Roadmap 2010-2035

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Laju Pertubuhan

Penduduk

Setiap Kab/Kota (%)

1.1 1,5 1,0 1,0

0,5 0,5

Migrasi Neto Antar

Daerah Kab/Kota (%)

-13 -10 -10 -5 -5 -2

Pertumbuhan Penduduk

Perkotaan (%)

5

4

3

3

2

2

Sumber : Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan

Anak

ROADMAP 2011-2015

ROAD MAP

2016-2020

ROADMAP 2021-2025

ROADMAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kabupaten/ kota

Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kabupaten/ Kota sesuai daya dukung sosial dan lingkungan

Penataan persebaran dan Pengarahanmobilitas penduduk melalui pengembangan daerah penyangga

Peningkatan mobilitas non permanen dengan cara menyedia-kan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan ad ministrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerah tujuan mobilitas penduduk

Terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata antar daerah kabupaten/ kota sehingga konsentrasi penduduk terkendali dan harmonis

Page 163: GRAND DESIGN - BKKBN

141

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

5.4. Roadmap Pembangunan Keluarga yang Diinginkan dan Pokok-pokok

Pembangunan

Kondisi yang diinginkan melalui pembangunan keluarga adalah Terwujudnya keluarga

Sumatera Utara yang berkualitas meliputi :

a) Keluarga yang bertakwa kepadaTuhan YME, yaitu keluarga Berdasarkan

pernikahan yang sah menurut agama dan hukum Negara

b) Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis yangBerkeadilan dan

berkesetaraan gender dengan jumlah anak yang ideal (dua).

c) Keluarga yang berketahanan sosial, yaitu Keluarga yang Memiliki perencanaan

sumberdaya keluarga, keluarga Berwawasan nasional, keluarga yang berkontribusi

kepada Bangsa dan Negara serta berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat

membayar pajak, patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

1. Pokok-pokok pembangunan keluarga

a) Membangun keluarga yang bertaqwa kepadaTuhanYang Maha Esa;

b) Membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah;

c) Membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan

harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender;

d) Membangun keluarga yang berwawasan nasional dan berkontribusi kepada

masyarakat, bangsa, dan negara;

e) Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya keluarga.

2. Sasaran pembangunan keluarga

a) Seluruh keluarga dan semua siklus kehidupan keluarga

b) Keluarga yang memiliki potensi dan sumber kesejahteraan social dan

ekonomi.

c) Keluarga rentan secara ekonomi, sosial, lingkungan, maupun budaya;

d) Keluarga yang bermasalah secara ekonomi, sosial, fisik dan psikis.

3. Strategi yang disuguhkan dalam pembangunan keluarga

a) Pembangunan Keluarga yang bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa,

Page 164: GRAND DESIGN - BKKBN

142

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

strategi yang dilakukan adalah melalui:

(a).Pendidikan Agama (etika dan moral )

(b). Pendidikan Sosial Budaya

Indikatorkeberhasilannya :

a) Keluarga menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing- masing

dengan baik dan benar

b) Keluarga menaati nilai, norma, dan aturan agama

c) Keluarga memelihara kerukunan antar umat beragama

4. Strategi untuk membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang

saha dalah dilakukan dengan hal berikut :

a. Meningkatkan pelayanan lembaga penasihat perkawinan

b. Meningkatkan peran dan fungsi keluarga

c. Komitmen Pemerintah hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dengan

perempuan

d. Perkawinan yang sah dilakukan menurut hukum agama dan negara

e. Perkawinan mensyaratkan diketahui oleh keluarga dan masyarakat

Indikator keberhasilannya :

a) Keluarga dibangun dari perkawinan menurut hukum agama dan negara.

b) Keluarga dibangun dari perkawinan antara laki-laki dengan perempuan,

c) Keluarga dibangun dari perkawinan yang diketahui oleh keluarga dan

masyarakat.

d) Setiap perkawinan tercatat di lembaga yang berwenang dengan dibuktikan

oleh kepemilikan akta nikah.

5. Strategi untuk membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat, maju, dan Mandiri

adalah sebagai berikut :

a) Peningkatan ketahanan keluarga berwawasan gender

b) Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat fisik/reproduksi,

sehat psikologis, sehat sosial, dan sehat lingkungan)

c) Pendidikan dan pengasuhan anak

Page 165: GRAND DESIGN - BKKBN

143

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

d) Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan keluarga

e) Peningkatan ketahanan keluarga dengan berbasis kelembagaan lokal

Indikator keberhasilannya sebagai berikut :

a. Keluarga berketahanan (kuat, bertahan hidup, beradaptasi)

b. Keluarga sejahtera (pendapatan per kapita/bulan tidak miskin, rumah layak

huni, mempunyai tabungan)

c. Keluarga sehat (kecukupan pangan dan gizi, tidak berpenyakit, sehat fisik dan

psikhis)

d. Keluarga maju (partisipasi pendidikan, partisipasi kerja)

e. Keluarga mandiri (kemandirian social ekonomi)

f. Keluarga harmonis (tidak bercerai,tidak ada kekerasan dalam rumah tangga,

tidak ada perdagangan manusia, tidak ada kenakalan anak dan remaja)

6. Strategi Membangun keluarga yang berwawasan kebangsaan dan sebagai

Pelaku pembangunan yang memberikan kontribusi kepada masyarakat,

bangsa, dan Negara adalah melalui :

a) Pendidikan

b) Pembinaan

c) Kebudayaan

Indikator keberhasilannya adalah

a) Keluarga berketahanan sosial,

b) Berwawasan kedepan (menguasai iptek),

c) Pelaku pembangunan yang berkontribusi kepada masyarakat, bangsa,

dan negara.

7. Strategi Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya Keluarga

adalah:

a) Merencanakan sumberdaya dengan pendampingan manajemen.

b) konsultasi perkawinan, pengasuhan anak, manajemen keuangan rumah tangga,

c) manajemen waktu dan pekerjaan keluarga.

Page 166: GRAND DESIGN - BKKBN

144

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Indikator keberhasilannya adalah :

a. Keluarga mempunyai perencanaan berkeluarga.

b.Keluarga mempunyai perencanaan investasi anak.

c.. Keluarga mempunyai perencanaan keuangan.

Gambar 5.6. Roadmap Kondisi Pembangunan Keluarga Diinginkan

ROADMAP 2011-2015

ROAD MAP

2016-2020

ROADMAP 2021-2025

ROADMAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

Terciptanya kondisi keluarga berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Peningkatan dan bertambahnyakondisi keluarga berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Terciptanya kondisi keluarga yang berkualitas bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, dengan jumlah anak ideal (dua) dalam keharmonisan yang berkeadilan dan berkesetaraan gender

Peningkatan dan bertambahnyakondisi keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dengan jumlah anak ideal dua dalam keharmonisan yang berkeadilan dan kesetaran gender

Terwujudnya

keluarga kecil

yang

berkualitas,

berkeadilan

dan

berkesetaraan

gender serta

berdaya saing

Page 167: GRAND DESIGN - BKKBN

145

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 5.4. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Pembangunan Keluarga Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

Indikator/

Parameter

Periode Roadmap 2010-2035

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Persentase penduduk

miskin

11 10 8 7

6 5

Rata-rata banyaknya anak

dalam keluarga

4 4 3 3 2 2

Persentase Keluarga Pra

Sejahtera

11

10

9

8

6

5

Angka Perceraian 7 6 5 4 3 2

Indeks Pembangunan

Gender (IPG)

70*

71

73

73

74

75

* Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2006-2012,

Kerjasama BPS dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak

5.5. Roadmap Pembangunan Data base Kependudukan Diinginkan dan Pokok-Pokok

Pembangunan

Kondisi yang diinginkan pada pembangunan database kependudukan adalah

terwujudnya database kependudukan yang memiliki akurasi dan tingkat kepercayaan

yang tinggi serta dikelola dalam suatu system yang integrative, muda diakses oleh para

pemangku kepentingan, serta menjadi bagian dari sistem pendukung keputusaan

(Decision Support System).

Dalam rangka menyikapi kondisi yang ada serta target capaian sampai dengan tahun

2035 yang akan datang maka ditentukan arah dan kebijakan pembangunan manajemen

database dan informasi kependudukan sebagai berikut :

1. Pembangunan sistem data dan informasi kependudukan melalui pemantapan

layanan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK)

2. Pengembangan database kependudukan untuk menjadi acuan bagi perencanaan

pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,

Page 168: GRAND DESIGN - BKKBN

146

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3. Pemantapan fungsi dan peranan Database kependudukan Nasional yang

berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan layanan prima

administrasi kependudukan,

4. Pengembangan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal dari berbagai

lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada,

5. Pengembangan sistem yang telah terbangun menjadi bagian dari DSS (Decision

Support System) yang terintegratif.

Selanjutnya, dalam keupayaan kondisi diinginkan maka strategi dan pokok-pokok

kebijakan dan program dilakukan terintegrasi dengan grand design pengembangan

databse kependudukan nasional adalah meliputi tahapan :

1. Periode 2010-2015:

Fokus utama periode ini adalah pemantapan layanan Sistem Administrasi

Kependudukan (SAK) untuk instansi pemerintah terkait lainnya atau lebih dikenal

dengan konsep Government to Government (G2G), layanan SAK untuk masyarakat

atau dikenal dengan istilah Government to Citizen (G2C), layanan Sistem

Administrasi Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B), dan Pemantapan

Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan menggunakan berbagai fitur

yang telah dipersiapkan maupun yang disempurnakan agar sesuai dengan amanat

UU No. 23 Tahun 2006.

Pada periode ini juga mulai dikembangkan sistem identifikasi pengenal tunggal

dengan teknologi biometrik. Pendekatan pengembangan dan penerapan, baik sisi

fitur teknologi maupun dari sisi implementasi di lapangan dilakukan secara bertahap

dan berkesinambungan.

2. Periode 2015-2020

Fokus periode ini terletak pada cara SAK dapat memberikan layanan prima untuk

mendukung hubungan sesama instansi pemerintah (G2G), hubungan kepada

masyarakat (G2C) dan hubungan dengan dunia bisnis, atau dikenal dengan

Goverment to Business (G2B).

Page 169: GRAND DESIGN - BKKBN

147

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Pada periode ini, ditargetkan database kependudukan akan menjadi acuan bagi

perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis, seperti untuk

kebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan transaksi bisnis

berbasis elektronik lainnya dengan terlebih dahulu mempersiapkan berbagai sarana

dan prasarana pendukung terutama dalam mempersiapkan perangkat keras maupun

perangkat lunak sistem teknologi informasinya.

3. Periode 2021–2025:

Fokus pada periode ini adalah pemantapan fungsi dan peranan Database

Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang berlandaskan pada tertib

administrasi kependudukan dan layanan prima administrasi kependudukan.

Database Kependudukan Daerah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional.

Pada periode ini Database Kependudukan Daerah telah memiliki tingkat

kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia internasional. Kepercayaan

yang tinggi terhadap Database Kependudukan Daerah dapat digunakan untuk

mendukung kerja sama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti cross

border cyber crime, bidang perekonomian (international investment), dan bidang

lainnya, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi

persaingan global.

Pada periode ini juga diharapkan peranan SAK menjadi faktor daya saing bangsa

dan sebagai akselerator dalam mewujudkan iklim masyarakat informasi (Information

Society) dan masyarakat berpengetahuan (Knowledge base society).

4. Periode 2026-2030:

Fokus strategi periode ini untuk mengembangkan database yang ada terintegrasi

dengan data lain terkait. Hal itu dilakukan dengan mengembangkan sistem yang

terhubung dengan data lain yang berasal dari berbagai lembaga dan sesuai dengan

data yang telah ada. Sistem ini dikembangkan agar mudah diakses oleh pemangku

kepentingan.

Page 170: GRAND DESIGN - BKKBN

148

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

5. Periode 2031-2035:

Strategi yang dilakukan adalah mengembangkan sistem yang telah terbangun

menjadi bagian dari DSS (Decision Support System) yang terintegratif.

Seterusnya program strategis dilakukan dalam kerangka pencapaian kondisi

diinginkan dengan Terciptanya pendayagunaan data dan informasi kependudukan

sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan adalah meliputi :

1. Melaksanakan layanan prima Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) untuk

sesama instansi pemerintah Government to Government (G2G), untuk masyarakat

atau Government to Citizen (G2C), serta Layanan Sistem Administrasi

Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B),

2. Menjadikan database dan Informasi kependudukan sebagai acuan bagi

perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis, seperti untuk

kebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan transaksi bisnis

berbasis elektronik lainnya

3. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendukung terutama dalam

mempersiapkan perangkat keras maupun perangkat lunak sistem teknologi

informasinya.

4. Menyiapkan Sumber Daya Manusia professional yang mendukung

terselenggaranya layanan prima sistem administrasi kependudukan

5. Memantapkan fungsi dan peranan Database dan Informasi Kependudukan Daerah

terintegrasi Nasional yang berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan

dan layanan prima administrasi kependudukan.

6. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah untuk dapat

memberikan kontribusi pada pemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional

7. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah memiliki tingkat

kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia internasional untuk

mendukung kerja sama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti

cross border cyber crime, bidang perekonomian (international investment), dan

Page 171: GRAND DESIGN - BKKBN

149

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

bidang lainnya, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk

menghadapi persaingan global.

8. Membangun masyarakat Sumatera Utara menjadi masyarakat informasi

(Information Society) dan masyarakat berpengetahuan (Knowledge base society).

9. Membangun database dan Informasi kependudukan yang terintegrasi dengan data

lain terkait. mengembangkan sistem yang terhubung dengan data lain yang

berasal dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada agar mudah

diakses oleh pemangku kepentingan.

10. Mendukung dan Menyukseskan Pelaksanaan Sensus Penduduk, Sensus Ekonomi,

Sensus Pertanian, SUPAS, SUSENAS, SDKI, Pendataan Keluarga/Mutasi Data

Keluarga dan berbagai sensus maupun survey lainnya.

Gambar 5.7. Roadmap Kondisi Pengembangan Manajemen Database Dan

Informasi Kependudukan Diinginkan

ROADMAP 2011-2015

ROAD MAP

2016-2020

ROADMAP 2021-2025

ROADMAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

Terciptanya tertib administrasi kependudukan

Terciptanya pelayanan prima administrasi kependudukan

Tercipta kondisi masyarakat berbasis database dan Informasi kependuduk-an

Terciptanya integrasi data dan informasi kependuduk-an dari berbagai sumber dalam suatu database dan bebas diakses

Terciptanya pendayagunaan data dan informasi kependuduk-an sebagai sistem pendukung keputusan

Page 172: GRAND DESIGN - BKKBN

150

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Tabel 5.5. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter

Pengembangan Manajemen Database Dan Informasi Kependudukan

Provinsi Sumatera Utara 2010-2035

Indikator

Periode Roadmap 2010-2035

2011-

2015

2016-

2020

2021-

2025

2026-

2030

2031-

2035

Indikator Kualitatif

Periode konsolidasi ke dalam dan tertib

administrasi kependudukan

XXX

XX

XXX

X

XXX XX XX

Periode pelayanan prima administrasi

kependudukan

XXX

X

XXX

XX

XXX

X

XXX XX

Periode pengembangan masyarakat

berbasis pengetahuan (knowledge base

society)

XXX XXX

X

XXX

XX

XXX

X

XXX

Periode integrasi data dan informasi

kependudukan dari berbagai sumber ke

dalam suatu database yang dapat diakses

oleh berbagai pihak yang memerlukan

XXX XXX

X

XXX

XX

XXX

X

XXX

Periode peningkatan pendayagunaan

data dan informasi kependudukan

sebagai Sistem Pendukung Keputusan

(Decision Support System)

XXX XXX

X

XXX

X

XXX

X

XXX

XX

Indikator Kuantitatif

Persentase penduduk dapat

menunjukkan catatan sipil berupa akte

kelahiran

50 60 70 80 90

Persentase penduduk menguasai akses

computer

10 20 40 60 80

Page 173: GRAND DESIGN - BKKBN

151

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

P E N U T U P

Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan hasil Sensus Penduduk 2010 mengalami peningkatan

jumlah penduduk sebesar 1,11 persen dengan jumlah penduduk sekitar 13 juta jiwa yang

sebelumnya sekitar 11,5 juta jiwa menurut Sensus penduduk 2000. Keadaan ini tetap

menempatkan Provinsi Sumatera Utara posisi ke-4 terbesar jumlah penduduknya setelah

Jawa Barat dengan jumlah penduduk sekitar 43 juta jiwa, Jawa Timur sekitar 38 juta jiwa dan

Jawa Tengah sekitar 35 juta jiwa. Sejauh ini angka kelahiran di Provinsi Sumatera Utara

cukup tinggi, yaitu dengan angka kelahiran 3. Kondisi ini cukup mengkuatirkan jika tidak

ditangani sejak dini maka ancaman ledakan penduduk di Provinsi Sumatera Utara tidak akan

terbendung lagi. Ini berarti masalah kependudukan tetap merupakan tantangan, diantaranya

adalah masalah kuantitas penduduk, kualitas penduduk, mobilitas penduduk, database

kependudukan, kesempatan kerja, kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, kemiskinan,

urbanisasi, disparitas kepadatan penduduk, lansia dan sebagainya.

Masalah kependudukan haruslah mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Dengan

demikian pemerintah pusat maupun daerah harus memprioritaskan pembangunan

kependudukan. Penggalangan secara berkelanjutan perlu dilakukan guna mewujudkan adanya

komitmen semua pihak untuk menyadari pentingnya akan pembangunan berwawasan

kependudukan. Realita adanya penurunan program-program kependudukan yang pernah

berjaya di masa lalu telah mengalami stagnasi saat ini dan jelas akan memberikan pengaruh

kepada upaya-upaya percepatan pembangunan kesejahteraan, khususnya dalam

meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian target MDGs.

Disamping itu tantangan global yang menyangkut perubahan mendasar dinamika

kependudukan (transisi demografi, transisi epidemiologi dan transisi pendidikan),

perkembangan IPTEK dan berkembangnya peradaban baru yang membuka cakrawala baru

pandangan dunia, negara dan masyarakat, kebijakan pasaran bebas, revolusi informasi,

telekomunikasi dan transportasi, perubahan lingkungan, demokratisasi dan reformasi

pemberdayaan dan kemitraan juga diperlukan keupayaan penyelesaian secara komprehensif,

sinergis dan berkelanjutan.

BAB

VI

Page 174: GRAND DESIGN - BKKBN

152

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Keupayaan penyelesaian permasalahan tersebut diantaranya adalah diperlukannya komitmen

dari semua pihak baik kalangan pelaksana program (birokrat), stakeholders, swasta, LSM,

teknokrat, akademisi, semua kelembagaan/institusi masyarakat dan dukungan DPRD

tentunya. Disamping itu, juga perlu adanya penggalangan dan peningkatan koordinasi,

keterpaduan, penyerasian serta kemitraan lintas sektor dan fungsional perlu dilakukan melalui

advokasi, sosialisasi, promosi dan fasilitasi dalam menentukan program-program serta

kebijakan pembangunan berwawasan kependudukan dan berkelanjutan yang mengarah ke

masa depan.

Secara garis besar Pembangunan Kependudukan meliputi lima aspek penting: Pertama,

berkaitan dengan kuantitas penduduk antara lain jumlah , struktur dan komposisi, laju

pertumbuhan penduduk serta penyebaran penduduk. Kedua, berkaitan dengan kualitas

penduduk yang berhubungan dengan status kesehatan dan angka kematian, tingkat

pendidikan dan angka kemiskinan. Ketiga, berkaitan dengan mobilitas penduduk seperti

tingkat migrasi yang mempengaruhi persebaran penduduk antara wilayah, baik antar pulau

maupun antara perkotaan dan pedesaan. Kelima, berkaitan dengan keterpaduan dan

penyerasian kebijakan kependudukan agar mempunyai arah sasaran bersama yang tepat dan

tidak tumpang tindih dalam keterpaduan yang berkelanjutan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya daerah baik provinsi

maupun kabupaten/kota merumuskan acuan bagi pembangunan kependudukan di masa

mendatang dalam bentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Tahun 2011-

2035. Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen rumusan

perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 35 tahun ke depan dan

dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang kecenderungan parameter kependudukan,

issue-issue penting kependudukan dan program-program pembangunan kependudukan yang

meliputi pengendalian kuantitas penduduk, pembangunan kualitas penduduk, pembangunan

keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan

database kependudukan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan sebagai arah bagi

kebijakan kependudukan di masa depan dan secara khusus juga diharapkan dapat sejalan

dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Provinsi Sumatera

Utara.Dengan arah, kebijakan dan pokok-pokok pembangunan kependudukan yang tertuang

Page 175: GRAND DESIGN - BKKBN

153

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

dalam Grand Design Pembangunan Kependudukan diharapkan akan terwujudnya kondisi

penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai Sumatera Utara

yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera sebagai keupayaan mendukung Visi Pembangunan

Sumatera Utara,yakni “Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju,

mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan” di masa depan.

Grand Desaign pembangunan kependudukan ini diharapkan untuk ditindaklanjuti dalam

bentuk sosialisasi, advokasi serta monitoring terhadap berbagai pemangku kepentingan dan

kebijakan baik pada tingkat Provinsi maupun pada tingkat Kab/Kota. Pada masing – masing

Kab/Kota agar mempersiapkan Grand Desaign Pembangunan Kependudukan sesuai dengan

kondisi kependudukan dan kebutuhan pembangunan di daerah masing-masing dalam rangka

pembangunan yang berwawasan kependudukan.

Page 176: GRAND DESIGN - BKKBN

154

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Murtiningsih. 2005. “Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara

Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi” Pidato Pengukuhan Guru

Besar Fakultas Ekonomi UI. Jakarta: FE-UI.

Badan Pusat Statistik. 2000. Sensus Penduduk 2000. Jakarta.

——. 2002. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta.

——. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta.

——. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.

——. 2010. Sensus Penduduk 2010. Jakarta.

——. 2011. Survei Angkatan Kerja Nasional 2011. Jakarta.

——. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka 2009. Medan : BPS

Badan Koodinasi Keluarga Berencana Nasional, 2010. Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia 2007 Provinsi Sumatera Utara. Jakarta : BKKBN.

-------,2010. Hasil Pendataan Keluarga Provinsi Sumatera Utara tahun 2009. Medan :

BKKBN.

-------,2010. Snapshot Berbagai Indikator Kesehatan Reproduksi : Sumatera Utara. Jakarta ;

BKKBN.

-------,2011. Profil : Hasil Pendataan Keluarga Dan Pemutakhiran Data Keluarga Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2010. Medan : Perwakilan BKKBN.

-------,2011. Rakerda: Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Tahun 2011.

Medan : BKKBN.

Faturochman, dkk, 2004. Dinamika Kependudukan Dan Kebijakan. Yogyakarta : Pusat Studi

Kependudukan dan Kebijakan UGM.

Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1995. Transisi Demografi, transisi

Page 177: GRAND DESIGN - BKKBN

155

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

pendidikan, dan transisi Kesehatan di Indonesia. Jakarta : Kantor Menteri Negara

Kependudukan/BKKBN.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta :

Kementerian Kesehatan .

Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2012. Grand Design Pembangunan

Kependudukan Tahun 2011-2035. Jakarta : Kementrian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat.

Mantra, Ida Bagus, 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta : Nur Cahaya.

Nasution, Muhammad Arifin, 2008. Perencanaan Pembangunan Daerah. Medan : USU

Press.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2008. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025.

Permana, Ida bagus, 2011. Kebijakan Dan Strategi Oprerasional Pengendalian Penduduk.

Jakarta : BKKBN.

Riyadi, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah : Strategi Menggali Potensi Dalam

Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 178: GRAND DESIGN - BKKBN

156

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

LAMPIRAN

Page 179: GRAND DESIGN - BKKBN

157

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 180: GRAND DESIGN - BKKBN

158

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 181: GRAND DESIGN - BKKBN

159

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 182: GRAND DESIGN - BKKBN

160

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 183: GRAND DESIGN - BKKBN

161

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 184: GRAND DESIGN - BKKBN

162

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 185: GRAND DESIGN - BKKBN

163

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 186: GRAND DESIGN - BKKBN

164

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

SUMATERA UTARA 2011 - 2035

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Page 187: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 188: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 189: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 190: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 191: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 192: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 193: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 194: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 195: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 196: GRAND DESIGN - BKKBN
Page 197: GRAND DESIGN - BKKBN