globalisasi dan pendapatan

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah sesuatu yang merubah kehidupan seseorang, kelompok, maupun suatu bangsa. Ketika globalisasi melanda sebuah bangsa maka tradisi baru pun akan muncul berbarengan dengan globalisasi yang terjadi pada zaman itu juga. Globalisasi tepatnya adalah perubahan zaman, berubahnya pola hidup individu, kelompok, atau bangsa tertentu sebagai bentuk kesadaran dalam menyikapi suatu hal yang berbeda. Munculnya era globalisasi tidak terlepas dari upaya manusia untuk melakukan pembaruan di berbagai bidang kehidupan guna meningkatkan kesejahteraan bersama. Tetapi fakta di lapangan, adanya globalisasi tidak hanya berdampak positif tetapi dapat berdampak negative juga. Dampak negative yang dirasakan salah satunya adalah adanya kesenjangan ekonomi, khususnya kesenjangan distribusi pendapatan. Kesenjangan ini ditandai dengan semakin tajamnya jurang pemisah antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Orang yang memiliki modal besar akan semakin berkuasa dalam usaha bila dibandngkan dengan orang yang memiliki modal kecil. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. 1

Upload: dewiwulanningrum

Post on 25-Nov-2015

95 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekonomi pembangunan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangGlobalisasi adalah sesuatu yang merubah kehidupan seseorang, kelompok, maupun suatu bangsa. Ketika globalisasi melanda sebuah bangsa maka tradisi baru pun akan muncul berbarengan dengan globalisasi yang terjadi pada zaman itu juga. Globalisasi tepatnya adalah perubahan zaman, berubahnya pola hidup individu, kelompok, atau bangsa tertentu sebagai bentuk kesadaran dalam menyikapi suatu hal yang berbeda. Munculnya era globalisasi tidak terlepas dari upaya manusia untuk melakukan pembaruan di berbagai bidang kehidupan guna meningkatkan kesejahteraan bersama. Tetapi fakta di lapangan, adanya globalisasi tidak hanya berdampak positif tetapi dapat berdampak negative juga. Dampak negative yang dirasakan salah satunya adalah adanya kesenjangan ekonomi, khususnya kesenjangan distribusi pendapatan. Kesenjangan ini ditandai dengan semakin tajamnya jurang pemisah antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Orang yang memiliki modal besar akan semakin berkuasa dalam usaha bila dibandngkan dengan orang yang memiliki modal kecil. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.Struktur distribusi pendapatan nasional akan menentukan bagaimana pendapatan nasional yang tinggi mampu menciptakan perubahan dan perbaikan dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan kesulitan yang lain dalam masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. System disribusi yang tidak merata hanya akan menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja. Sejumlah ahli ekonomi berpendapat bahwa perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan factor produksi, terutama kepemilikan barang modal. Jadi, seperti telah dikemukakan pada awal pembahasan ini, pihak yang memiliki barang modal lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula dibandingkan dengan pihak yang memiliki sedikit barang modal.Kesenjangan ekonomi dalam distribusi pendapatan di masyarakat menjadi masalah yang kompleks karena fakta yang ada di negara ini bahwa hal tersebut seringkali terjadi antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Dalam upaya mengatasi masalah ini tentunya pemerintah harus menetapkan kebijakan-kebijakan serta strategi yang tepat agar setidaknya terjadi penurunan ketimpangan ekonomi antar lapisan masyarakat.Globalisasi ekonomi dan distribusi pendapatan adalah dua hal yang berkaitan erat satu sama lain. Keduanya mencakup masalah perekonomian yang kompleks yang penanggulangannya tidak cukup hanya dengan memakan waktu yang sedikit tetapi harus dilakukan dengan serius oleh pemerintah dalam jangka waktu yang panjang dan berkelanjutan. Kedua permasalahan ini menarik untuk dibahas dan hal ini juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi baik atau buruknya perekonomian Indonesia. Untuk itu penulis membuat makalah tentang globalisasi dan kesenjangan distribusi pendapatan ini dari perspektif islam.

B. Perumusan MasalahBerkaitan dengan permasalahan distribusi pendapatan dan pemertaan pembangunan yang dijelaskan di atas maka, ada beberapa pertanyaan yang diajukan sebagai perumusan masalah dengan tujuan agar pembahasan dapat terfokus pada masalah yang telah di jabarkan diatas. Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut :1. Gambaran umum tentang globalisasi di Indonesia?2. Gambaran umum tentang distribusi pendapatan di Indonesia?3. Bagaimana pandangan Islam tentang globalisasi dan kesenjangan distribusi pendapatan di Indonesia?

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Globalisasi1. Pengertian GlobalisasiMenurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing, sebab globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah globalisasi pada tahun 1985, menurutnya globalisasi itu menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan.Lucian W Py mengartikan globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture).Globalisasi menurut Malcom Waters adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.Ahli lain yang memberikan definisi globalisasi adalah Scholte, menurut Scholte ada lima pengertian globalisasi yang umum yaitu: globalisasi sebagai internasioanalisasi, liberalisasi, universalisasi, westernisasi, dan hubungan transplanetari dan suprateritorialitas.a. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap memperhatikan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.b. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkannya batas antar negara, misalnya hambatan tariff ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.c. Universalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin tersebarnya hal materialmaupun imaterial ke seluruh dunia.pengalaman disuatu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.d. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.e. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Bahwa dunia global memiliki status ontology sendiri,bukan sekedar gabungan negara-negara.

Sedangkan Princenton N Lyman mengartikan globalisasi sebagai pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah suatu keadaan yang menggambar tidak adanya batas antar negara di semua bidang kehidupan.

2. Ciri GlobalisasiAda beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia yaitu:a. Perubahan dalam konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah ragainternasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasandan pengalaman baru mengenai beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup (global warming), krisis multinasional (pergerakan harga saham), inflasi regional dan lain-lain.Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi social, dimana interaksi social antar individu begitu cepatnya.

3. Aliran Pemikiran terhadap GlobalisasiCochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:a. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab. Sementara para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).b. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.c. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwaproses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan. Sedangkan Sri Edi Swasono, membagi tiga kelompok pandangan tentang globalisasi, yaitu:a. Kelompok para pemuja dan pengagum globalisasiKelompok ini melihat globalisasi semata-mata dari sisi positif imperaifnya. Bagi mereka globalisasi adalah tuntutan sejarah yang harus diterimasebagai fakta yang tak terelakan (harus diterima). Kelompok ini didukung para akademisi yang berorientasi pada fundamentalisme yang mendukung liberalism dan kapitalisme serta memandang globalisasi sebagai kemajuan dan peluang.b. Kelompok yang lebih kritis dan objektif menilai globalisasi.Kelompok ini secara positif menilai kemajuan globalisasi, tapi juga menilai secara objektif dampak-dampaknya. Globalisasi itu fenomena yang mengecewakan, ia syarat dengan janji-janji tapi isinya kosong. Kelompok ini kritis terhadap globalisasi namun bukan menantang.c. Kelompok yang menolak globalisasiKelompok ini memandang globalisasi tidak ubahnya seperti imperialism gaya baru, yang memulai proyek-proyek politik imperialis kapitalis global, dengan pemerintahan globalnya secara terang-terangan melakukan praktek penjarahan, perampokan dengan dalil menegakkan pasar. Untuk menguatkan semangat penolakan globalisasi, kelompok ini terus menerus mengkampanyekan semangat nasionalisme. Mereka menolak ketidakadilan global dan mempertahankan keunikan nasional

4. Indikator GlobalisasiIndikator globalisasi adalah:BidangIndikator perubahan/dampak globalisasi

Politik Penyebaan nilai nilai politik barat, baik secara langsung atau tak langsung dalam bentuk unjuk rasa, demokrasi semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan umum. Semakin lunturnya nilai nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan, mufakat, dan gotong royong. Semakin menguatnya nilai nilai politik berdasarkan semngat individual, kelompok, oposisi, dictator mayoritas atau tirani minoritas. Transparansi, akuntabilitas, dan professional dalam penyelenggaraan pemerintah Negara (jabatan jabatan public) semakin menjadi sorotan. Semakin banyaknya partai politik yang lahir, HAM disuarakan, upaya penegakan supremasi hokum, demokrasi, lingkungan, dsb

Ekonomi Berlakunya the survival of the fitless, sehingga yang memiliki modal besarlah yang kuat Pemerintah hanya sebagai regulasi dalam pengaturan ekonomi yang mekanismenya ditentukan oleh pasar Sector sector ekonomi rakyat yang disubsidi semakin berkurang, koperasi sulit berkembang, dll. Kompetisi produk dan harga semakin tinggi, seiring kebutuhan masyarakat yang semakin selektif

Sosial Budaya Mudahnya nilai nilai barat masuk Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai nilai budaya local Semakin lunturnya semangat gotong royong Semakin memudarnya nilai nilai keagamaan

Hukum Semakin menguatnya supremasi hukum Menguatnya regulasi hukum dan pembuat peraturan perundangan yang memihak dan bermanfaat untuk rakyat Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas penegak hokum Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukkan tentara dan polisi sebatas penjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban, menjadi berkurang karena sudah menjadi tanggungjawab aparat keamanan.

B. Kesenjangan Distribusi Pendapatan 1. Pengertian dan teori distribusi pendapatan Distribusi adalah klasifikasi pembayaran berupa sewa, upah, bunga modal dan laba, yang berhubungan dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh tenaga kerja, modal dan pengusaha- pengusaha. Dalam proses distribusi penentuan harga yang dipandang dari si penerima pendapatan dan bukanlah dari sudut si pembayar biaya-biaya, distribusi juga berarti sinonim untuk pemasaran. Kadang-kadang distribusi dinamakan sebagai fungsional distribution.Pendapatan juga diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang dihasilkan dari penggunaan sumber daya property manusia. Menurut Winardi pendapatan secara teori ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Dalam pengertian pembukuan pendapatan diartikan sebagai pendapatan sebuah perusahaan atau individu. Distribusi ditinjau dari segi kebahasaan berarti proses penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan. Distribusi pendapatan bisa juga disebut sebagai pembagian pendapatan yang menggambarkan bagian dari pendapatan yang diterima oleh para pemilik faktor produksi dan juga menggambarkan variabilitas atau dispersi (penyebaran) pendapatan. Distribusi pendapatan mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya.Menurut Arndt (1987:11) distribusi pendapatan di suatu negara adalah hasil dari berbagai macam faktor ekonomi, sosial, institusional dan politik. Salah satu penyebab ketidakmerataan distribusi pendapatan adalah ketidakseimbangan regional dalam kepadatan penduduk, pendapatan per kapita dan pembangunan antara Pulau Jawa dan Bali dengan pulau-pulau di luar Jawa.

2. Jenis-jenis distribusi pendapatan Munurut Dumairy (1996 : 56), distribusi pendapatan dalam kaitannya dengan pemerataan pembagian pendapatan, dapat dilihat dari tiga segi, yaitu:1. Distribusi pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat.2. Distribusi pendapatan antar daerah, dalam hal ini antar wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan.3. Pembagian pendapatan antar wilayah, dalam hal ini antar provinsi dan antar kawasan (barat, tengah, dan timur).Menurut Insukindro (2003 : 2), distribusi pendapatan dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu pertama distribusi pendapatan fungsional atau balas jasa, distribusi yang menjelaskan pembagian pendapatan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi, misalkan pendapatan yang diterima oleh pekerja melaui upah dan gaji dengan pemilik modal melalui deviden dan bunga modal. Pendekatan ini dapat dijabarkan melaui fungsi produksi, sebagai berikut:Y = f (k,l)Dari persamaan diatas kita dapat mengetahui besarnya MPL dan MPK sehingga diketahui pembagian pendapatan yang dihasilkan oleh masing-masing faktor produksi menurut harga pasar. Dan yang kedua adalah distribusi pendapatan yang diterima oleh berbagai kelompok penerimaan pendapatan.Sedangkan menurut Todaro (2004 : 222), pembagian pendpatan dapat dilihat dari tiga segi yaitu (1) pembagian pendapatan antar golongan (size distribution income), (2) pembangunan pendapatan antar daerah perkotaan dan pedesaan dan pedesaan (urban regional income disparities) dan (3) pembangunan pendapatan antar daerah/propinsi (regional income disparaties).3. Perkembangan teori distribusi pendapatan 1) Aliran KlasikMenurut Malcom Gillis bagi para ekonom klasik, persoalan bagaimana produk dibagi diantara upah, sewa, dan laba adalah persoalan pokok dan banyak ekonom yang berkarya dengan sentra bertumpu pada tradisi ini. Gagasan klasik tentang upah subsisten dihidupkan kembali oleh Lewis pada tahun 1954, ketika itu ia merumuskan masalah perekonomian rangkapnya yang sejak itu menjadi landasan ilmu pembangunan.a. David RicardoDavid Ricardo yang mepelopori lahirnya model dua sektor dalam pembangunan pada sekitar tahun 1980-an ketika di Inggris masih merupakan negara berkembang. Dalam analisisnya dia menyebutkan bahwa apabila Inggris tidak menghapus hukum jagungnya yang melindungi para petani buah dari persaingan luar negeri dan mengizinkan impor makanan untuk mendanai revolusi industrinya, maka pendapatan akan didistribusikan dari kaum kapitalis kepada tuan tanah dan tingkat upah akan tetap pada tingkat subsisten (hanya sekedar untuk menyambung hidup). Karena Ricardo menganggap bahwa tuan tanah sebagai pemboros dan dia berpikir bahwa pertumbuhan ekonomi dibiayai oleh tabungan dari para kaum kapitalis yang berhemat, maka dia menganggap bahwa redistribusi akan membahayakan pertumbuhan ekonomi.Namun ternyata prediksi Ricardo tentang distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi adalah salah. Sewa tidak menjadikan bagian yang penting dalam pendapatan nasional pada negara-negara industri, tetapi hanya menjadi bagian kecil saja, dan tingkat upah mengalami kenaikan.Ada beberapa alasan mengapa prediksi Ricardo salah, yaitu bahwa Inggris memang menerapkan perdagangan bebas seperti yang disarankan Ricardo, namun walaupun Inggris tidak menerapkan perdagangan bebas diminishing return tetap dapat dicapai dengan melakukan perbaikan teknologi. Kesalahan Ricardo yang lain yaitu ia terlalu melebih lebihkan teori mekanisme populasi Maltus yang membuatnya berprediksi bahwa tingkat upah akan tetap pada tingkat subsisten.

b. Karl MarxSama dengan Ricardo, Karl Max pun berpendapat bahwa pembangunan kaum kapitalis akan menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan. Marx menganggap kaum kapitalis akan menciptakan pengangguran yang akan mengakibatkan tingkat upah para tenaga kerja akan berada tetap pada tingkat subsisten. Menurut Marx, pemilik modal akan mendominasi perekonomian. Namun sejalan dengan dengan perkembangan kapitalis maka laba akan menurun dan terjadi krisis, yang menyebabkan perusahaan bangkrut dan terjadi peningkatan konsentrasi industri. Namun pada akhirnya nanti kaum kapitalis juga akan hancur dan digantikan oleh kaum sosialis. Pada saat itu, menurut Karl Marx, apakah para pekerja dapat berkembang. Dan teori Karl Marx juga tidak lebiha baik dari Ricardo. Seperti Ricardo, Marx juga berpengaruh bukan karena teorinya yang terbukti hanya ramalan saja karena pendekatan analisis yang dia gunakan.

c. H. W ArndtMenurut buku yang disunting oleh H.W. Arndt ( 1983 : 67 ), bahwa menurut Anne Booth dan R.M.Sundrum ada beberapa determinan distribusi pendapatan di indonesia, yaitu :1. Pemilikian dan distribusi tanah pertanian. Dengan semakin bertambahnya penduduk, pemilik tanah telah menarik kembali tanahnya dari pihak penyewa dan memberikannya kepada anggota keluarganya untuk diusahakan sendiri. Oleh karena itu, keluarga-keluarga pemilik tanah sempit dan yang tidak memiliki tanah, yang sebelumnya mendapat jaminan dari pengaturan persewaan tanah jangka panjang, sekarang menjadi buruh tani ataupun penggarap tanah dengan sistem persewaan jangka pendek.2. Perolehan lahan. Ini berkaitan dengan kepemilikan tanah yang semakin kecil di kalangan masyarakat, sehingga semakin kecil pendapatan orang yang tidak punya tanah.3. Penggantian upah dan tenaga kerja di pedesaan. Adanya penggunaan teknologi dalam pertanian telah menurunkan upah dan penggunaan tenaga kerja yang mengandalkan di sektor pertanian itu.4. Term of trade sektor pertanian. Perbedaan hasil dan pendapatan pada masing-masing produksi pertanian.5. Perolehan pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan. Tetap berkaitan dengan sektor pertanian yang menunjukkan orang yang bekerja berbeda dengan para majikannya.6. Disparitas perkotaan-pedesaan. Perbedaan kondisi ekonomi dan investasi lebih banyak di perkotaan telah meningkatkan ketimpangan.

2) Aliran NeoklasikTeori-teori yang sering digunakan pada negara-negara berkembang untuk menjelaskan distribusi pendapatan pada saat ini merupakan teori neoklasik yang dibuat pada akhir abad sembilan belas dan awal abad dua puluh.Pada tahun 1870an revolusi dari kaum marginalis mengubah pandangan para ekonom yang menganut aliran yang dominan tentang masalah distribusi pendapatan. Menurut teori baku aliran marginalis, semua faktor produksi diasumsikan ditetapkan bersamaan harga barang oleh pasar. Dalam model ini permintaan akan faktor berasal dari permintaan akan produk, sedangkan persediaan tenaga kerja dianggap ditentukan oleh proses pemaksimuman, yang dalam proses itu seseorang mengalokasikan waktunya untuk bekerja atau bersantai sedemikian rupa sehingga kegunaan marginal adalah sama. Bagian faktor ditentukan oleh jumlah faktor yang ia miliki dan harga-harga yang ia peroleh. Faktor yang selalu mempengaruhi perubahan distribusi pendapatan dalam sistem ini mungkin adalah perubahan kualitas faktor relatif, elastis subtitusi, perubahan permintaan akan produk dan sifat perubahan teknis. Teori ini, walaupun banyak dikritik namun tetap digunakan sebagai analisis penunjang pada negara-negara berkembang.

3) Aliran NeokeynesianSelama lebih dari dua puluh lima tahun para ekonom keynesian telah memimpin analisis ekonomi umumnya dan distribusi pendapatan khusnya, yang berbeda dengan aliran neoklasik, karakteristik utama pada teori ini merupakan penjabaran dalam beberapa ide yang diciptakan oleh Keynes (1930, 1936) dalam Treatise dan The General Theory. Walau bagaimanapun selain dari dasar ini juga terdapat beberapa perbedaan antara macam-macam teori yang dikembangkan sekarang dimana beberapa perbedaan ini adalah penting. (Arndt, 1987 : 67) a. Teori Distribusi RobinsonTerdapat dua teori distribusi Robinson yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek menggambarkan secara garis besar bagaimana kekuatan Keyes, kebijakan harga dari perusahaan dan kekuatan transaksi yang beroperasi pada besarnya distribusi pendapatan. Dengan asumsi keadaan sebagai berikut: Perekonomian tertutup tidak ada aktivitas pemerintah atau sumber daya alam langka. Terdapat dua kelas yang saling menguntungkan yaitu para kapitalis dan pekerja homogen. Setiap sektor dalam jangka pendek memiliki kapasitas produksi yang telah diberikan. Permintaan tenaga kerja tidak berpengaruh oleh upah rill dan lebih banyak pekerja yang tersedia dibandingkan dengan pekerja yang bekerja jika kedua sektor bekerja pada kapasitas penuh. Terdapat berbagai tingkat investasi yang diambil alih. Tidak terdapat tabungan pekerja dan nilai moneter dari konsumsi kapitalis dipegaruhi oleh faktor-faktor pada masa sebelumnya. Pada saat pekerjaan pada kapasitas penuh, kebijakan penetapan harga perusahaan sama dengan harag upah per unit ditambah persentase yang dinaikkan pada harga upah per unit. Barang-barang modal tidak terdepresiasi. Ekonomi berada pada keseimbangan jangka pendek.Sedangkan dalam jangka panjang, model ekonomi berada pada kondisi steady state growth. Begitu juga halnya dengan jangka pendek maka dalam jangka panjang terdapat asumsi yang tegas dibandingkan dengan biasa Robinson kerjakan. Asumsi-asumsinya adalah sebagai berikut: Perekonomian tertutup tidak ada aktivitas pemerintah atau sumber daya alam langka. Terdapat dua sektor yang saling menguntungkan dalam perekonomian dimana salah satu memproduksi barang modal dan yang lainnya memproduksi barang konsumsi. Barang-barang modal tidak terdepresiasi. Animal Spirits merupakan perilaku kapital secara keseluruhan yang berencana untuk mengakumulasikan pada tingkat konstan. Persediaan modal pada setiap sektor bekerja pada kapasitas normal atau mungkin dibawah kapasitas penuh. Kemajuan teknologi berjalan pada tingkat tetap dan netral dimana output perorangan pada sektor modal barang meningkat yang sama dengan sektor konsumsi barang. Penawaran tenaga kerja tidak terpengaruh dengan upah rill. Setiap kelas memiliki pengertian yang sempurna mengenai ex-ante bagian yang ditabung dengan pendapatan. Kaum kapitalis tidak diasumsikan memiliki pandangan ke depan yang sempurna.

b. Kalecki dan KaldorDalam model Kalecki dan Kaldor, analisa monopoli digunakan untuk menetapkan besar kecilnya bagian fungsional (laba, upah). Mereka beranggapan pengaturan harga-harga oleh perusahaan sesuai aturan maka jika harga lebih tinggi berarti semakin monopolistislah pasar itu. Semakin rendah kekuasaan monopoli, semakin besarlah bagian upah.Mereka dan para pendukung Keynes lainnya menetapkan anggapan dasar bahwa tingkat investasi itu ditentukan secara eksogen, dan para pekerja dan kapasitas mempunyai kecenderungan menabung yang berbeda. Agar tabungan sama besar dengan investasi, pendapatan totl harus didistribusikan diantara pekerja dan kapitalis menurut proporsi tertentu. Oleh karena itu, dalam model ini perubahan distribusi pendapatan fungsional adalah mekanisme yang menyeimbangkan, sedangkan dalam model neoklasik bukan demikian halnya.Dari kondisi diatas, maka pada saat keseimbangan:Y = P + W = I + Cc + CwDimana Y merupakan keseimbangan pendapatan nasional, P merupakan laba, W merupakan keseimbangan tingkat upah, I merupakan investasi, Cc merupakan konsumsi kapitalis, dan Cw merupakan konsumsi pekerja. Ws = (W Cw), yaitu jumlah tabungan pekerja, sehingga persamaannya menjadi:P = I + Cc WsJika Ws = 0, maka tingkat keseimbang laba sama dengan nilai dari tingkat keseimbangan investasi dan konsumsi kapital. Jika Ws positif laba harus kurang atau sama dengan Ws. Oleh karena itu, konsumsi dan investasi mereka yang menentukan laba.

4. Indikator kesenjangan distribusi pendapatan Ada beberapa cara yang dijadikan sebagai indikator untuk mengukur kemerataan distribusi pendapatan, diantaranya yaitu:1. Kurva LorenzKurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut.

Gambar 1

Persentase Jumlah PendudukPersentase Pendapatan NasionalKurva LorenzSumber: Tulus tambunan (2003)

Sumber lain di dapati gambar berikut ini:

2Gambar 2

Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata, untuk lebih jelas, lihat gambar berikut:

3Gambar 3

Kesimpulan dari gambar di atas adalah bahwa gambar 3(a) menunjukan ketimpangan distribusi pendapatan yang relatif merata (ketimpangannya tidak parah), sedangkan gambar 3(b) menunjukan ketimpangan distribusi pendapatan yang relatif tidak merata (ketimpangannya parah).

2. Indeks atau Rasio GiniIndeks atau Rasio gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka nol hingga satu, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional. (Dumairy, 1996:54) Gini ratio merupakan alat ukur yang umum dipergunakan dalam studi empiris, yaitu dengan formula: 1 n n Gini = ---------- yi - yj 0