global civil society : comparing care and oxfam
DESCRIPTION
Paper Masyarakat Sipil Global, membandingkan NGO CARE dan OxfamTRANSCRIPT
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
1
Masyarakat Sipil Global : CARE dan Oxfam
NGO telah lama menjadi salah satu mesin penggerak yang mempunyai peran yang cukup
signifikan terhadap perkembangan isu Hak Asasi Manusia (HAM) sejak paska perang dunia
kedua (Lauren, 1998 dalam Florini & Simmons, 2000). Akan tetapi selain organisasi yang
memang fokusnya dalam masalah HAM seperti Amnesty Internasional dan Human Right Watch,
terdapat juga NGO yang kemudian mengalami perubahan fokus atau pandangan prioritas
menjadi berorientasi HAM, seperti yang terjadi pada CARE dan Oxfam. Keduanya merupakan
bentuk NGO yang dapat diklasifikasikan kedalam bentuk masyarakat sipil global dimana
kemudian seiring dengan berkembangnya jumlah NGO dan isu yang ada terjadi pengadopsian
nilai-nilai HAM dalam program dan prinsip organisasinya , keduanya kemudian dikenal sebagai
beberapa NGO yang vokal sebagai MSG dalam hal HAM. Sehingga yang kemudian akan
dibahas dalam tulisan kali ini, adalah bagimana Oxfam dan CARE akan dilihat sebagai salah satu
entitas MSG yang akan dianalisis menggunakan pendekatan cara berfikir masyarakat sipil global
dalam suatu jenis isu tertentu yaitu HAM.
Penggunaan CARE dan Oxfam sebagai studi kasus dalam tulisan ini dikarenakan
keduanya mencerminkan kelompok INGO (International Non-Governmental Organization) yang
cukup mempunyai pengaruh dan aktif dalam isu humanitarian atau Hak Asasi (Chesters, 2004).
Keduanya juga mempunyai bentuk atau model organisasi yang hampir sama, akan tetapi
mempunyai beberapa perbedaan yang kemudian mempengaruhi strategi pergerakannya. CARE
lebih mempunyai struktur yang sentral dengan strategi yang jelas dalam isu hak asasinya,
sedangkan Oxfam lebih terdesentralisasi atau mempunyai otonomi yang mempengaruhi strategi
isu hak asasinya. Keduanya juga dipilih karena mudahnya pencarian data, karena keduanya
mempunyai publikasi yang kredibel dan lebih mudah diakses untuk menunjukkan persamaan dan
perbedaan keduanya sebagai MSG dalam isu HAM.
Diawali oleh terminologi dari G.W.F. Hegel. Seorang akdemisi dari Prussia dan Baden
pada abad ke 19 yang oleh Leni Wild (2006) dalam artikelnya secara struktur didefinisikan
sebagai ‘encompassing all associations, excluding governments, private sector actors and
families, that act transnationally’. Jan Art Scholte (1999) mendefinisikan Masyarakat Sipil
Global melalui batasan definisinya, dimana Scholte (1999) menekankan bahwa MSG bukanlah
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
2
negara, tidak-Official, bukan pemerintahan, bukan merupakan bagian formal dari aparat negara,
ataupun mencari kontrol kenegaraan, serta berada pada ranah diluar sektor publik dari
pemerintah. Kedua, adalah MSG bukan merupakan bagian dari pasar, bersifat non-komersil,
bukan merupakan bagian dari perusahaan, dan juga tidak bertujuan untuk mencari keuntungan
sehingga bisa dikatakan sebagai masyarakt yang berada diluar sektor privat dari ekonomi dan
pasar (Scholte, 1999).
Kemudian juga, aktivitas yang masuk dalam kategori MSG adalah kegiatan atau usaha
yang secara sengaja yang bertujuan untuk merubah kebijakan, norma, atau suatu struktur sosial
(Scholte, 1999). Sehingga bisa dikatakan bahwa MSG muncul ketika masyarakat mempunyai
pemikiran atau kepedulian yang secara sukarela dibentuk untuk merubah atau membentuk aturan
yang ada, baik itu aturan yang resmi, formal, legal ataupun konstruksi sosial yang sifatnya
informal. Sebuah entitas dikatakan MSG menurut Scholte (1999) jika mencakup satu atau
beberapa aktivitas yang membahas tentang isu-isu yang universal atau Transworld;
Melibatkankomunikasi lintas batas; Mempunyai organisasi global; serta berlangsung atas dasar
solidaritas supraterritorial. Dalam melihat dan mendeskripsikan Masyarakat Sipil Global,
Vujadinovic (2009) juga mengatakan bahwa terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan,
yaitu secara Anlytical-descriptive dan juga secara Normative-mobilizing dimension. Secara
Analitis-deskriptif, MSG dilihat dalam konteks yang Horizontal, yang berhubungan dengan
semakin meluas atau melebarnya interkonektifitas, asosiasi antara individu dan kelompok dalam
konteks dunia (Vujadinovic, 2009). Sedangkan dalam pendekatan yang Normatif, MSG lebih
dilihat secara konteks vertikal menekankan pada kehidupan yang seharusnya, pluralisme dalam
kehidupan global yang sesuai dengan prinsip demokrasi, merupakan bentuk dari asosiasi
sukarela atas dasar nilai-nilai universal dan nilai demokratisv(Vujadinovic, 2009).
Menurut David Chandler (2007) secara normatif definisi MSG mempunyai karakter
tertentu, yang dimana eksistensinya adalah untuk memenuhi nilai-nilai universal, validitas
normatif, dalam melakukan global public goods pada dunia global yang berada diantra pasar dan
politik nasional. Mary Kaldor (2003) juga mengatakan bahwa MSG adalah kegiatan tentang
civilizing atau mendemokratisasikan globalisasi, dimana terdapat proses suatu kelompok,
pergerakan atau individual dapat menuntut adanya aturan, hukum, keadilan dan juga
empowerment. Pengertian normatif yang serupa juga dikatakan oleh Donatella Della Porta (2005
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
3
dalam Kaldor, 2003) yang mengatakan adanya kemampuan MSG untuk mendirikan, menampung
atau membangun identitas yang berbeda dan bermacam-macam, yang kemudian disebutnya
sebagai movement of movement yang menyebabkan mereka menjadi gerakan yang bersifat
positif.
Mary Kaldor (2003) juga menyatakan bahwa Masyarakat Sipil Global merupakan
sebuah proses dimana para individu dapat bernegosiasi, argumentasi, berjuang, mendukung atau
menolak dengan pihak lain atau dengar kekuasaan sentral ekonomi dan politik, yang juga berarti
institusi global dan perusahaan. Hal inilah yang memebedakan Masyarakat Sipil Global dengan
aktor lain, dimana jika pemerintah mempunyai kekuatan dalam hal militer, ekonomi, dan juga
politik; atau perusahaan yang mempunyai kontrol terhadap ekonomi, dapat mempengaruhi
pemerintah dan juga militer; Masyarakat Sipil Global lebih menggunakan soft power, yaitu
otoritas moral dan juga opini publik (Florini &Simmons, 2000). MSG sendiri muncul dalam
berbagai model, seperti; (1) claimant movement yang memiliki goals untuk mengejar keadilan
bagi masyarakat; (2) political movement yang mempertanyakan format representatif, pengaruh,
serta pengambilan keputusan dalam politik; dan (3) antagonistic movement yang dengan
bentuknya yang abstrak, seringkali berujung pada sikap-sikap antagonis (Melucci,1996 dalam
Chester,2004).
MSG mempunyai banyak dan bermacam bentuk, dengan model yang berbeda-beda.
Scholte (1999) mengklasifikasikan bentuk atau model dari MSG dalam beberapa kriteria. Dilihat
dari keanggotaannya, yang bisa terdiri dari akademisi, asosiasi bisnis, dan kelompok kepentingan
lain. Dilihat dari bentuk organisasinya, terdapat MSG yang sifatnya terpusat dan tidak terpusat,
formal ataupun informal; koalisi atau merupakan jaringan yang tidak mengikat; atau dilihat dari
regularitas hubungan yang terjalin. Dilihat dari level kapasitasnyanya, terdapat MSG yang
mempunyai sumber daya yang mencukupi seperti dalam dana, anggota, tempat dll., dan juga
kapasitas ide seperti visi dan misi, hubungan dengan pemegang kekuasaan yang baik ada juga
yang tidak. Kemudian dilihat dari Taktiknya, ada yang menggunakan lobbying secara langsung
atau dengan memobilisasi publik, menggunakanan media atau dengan bertemu secara langsung,
menarik simpati atau pengaruh dengan aim at heart atau aim at mind; atau dengan atau tidak
menggunakan internet; serta juga pencapaian tujuan dengan bekerja sama (Cooperation) atau
dengan konfrontasi. Sedangkan dilihat dari tujuannya, MSG dapat dibedakan menjadi MSG yang
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
4
Conformist, yang berusaha mempertahankan nilai yang telah ada; Reformist merupakan MSG
yang berusaha untuk membenarkan atau memperbaiki kekurangan yang ada pada struktur sosial
yang ada; atau yang ketida yaitu MSG yang bersifat Radicals dimana bertujuan untuk
mentrasformasi, mengganti, tatanan sosial yang ada.
Oxfam dan CARE
Definisi dari Masyarakat Sipil Global menurut Vujadinovic (2009) mengatakan bahwa
kegiatan publik dari perkumpulan individu dan grup yang terorganisisr secara global,
mempunyai hubungan berskala global serta bergerak dalam bidang ekonomi, politik atau sosial
yang isunya relevan secara global dan diekspresikan pada level global atas nama kemanusiaan.
Hal ini dengan baik dicerminkan oleh Oxfam ataupun CARE. Oxfam International, yang
berdasarkan sejarahnya dibentuk merupakan kelompok indepen bukan negara dibentuk tahun
1995, yang bertujuan untuk bekerja sama dalam menurunkan jumlah kemiskinan dan
ketidakadilan serta komitmen terhadap hak asasi manusia(Oxfam.org). Oxfam berasal dari
Oxford Committee for Famine relief yang dulunya memberikan bantuan pangan pada korban
perang pada perang dunia kedua (Oxfam.org). Oxfam kemudian tidak hanya untuk memberikan
bantuan pada rakyat miskin dan kebijakan publik saja, tetapi juga pada beberapa macam isu,
seperti kemiskinan, HAM, dan juga fair trade (Beery & Gabay, 2009).
Sedangkan CARE singkatan dari Cooperative For Assistance and Relief
Everywhere(Care.org). Dibentuk pada tahun 1946 sebagai sebuah organisasi Amerika yang
menyediakan bantuan makanan ke Eropa, yang hingga sekarang masih aktif mengirimkan
surplus makanan dari AS ke negara yang membutuhkan yang kemudian berkembang menjadi
berkembang kearah kesehatan, pertanian, dan juga pengurangan kemiskinan, sehingga
kemiskinan dapat dihapuskan melalui program yang membuat self-sufficient(Dijkzeul & Moke,
2005). Dilihat sebagai sebuah MSG keduanya mempunyai sistem keanggotaan yang sama,
dimana baik Oxfam maupun CARE mempunyai bentuk keanggptaan yang berbasis sukarela
yang tidak mengikat(Care.org). Didalamnya juga terdiri dari beberapa agen-agen ahli, seperti
advokasi, dan juga badan eksekutif layaknya sebuah organisasi. Bedanya terdapat dalam model
organisasinya,walaupun keduanya merupakan organisasi yang formal, CARE lebih bersifat
sentralisasi berpusat yaitu di Amerika Serikat yang saat ini mempunyai program pembangunan di
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
5
37 negara(Care.org)., sedangkan Oxfam lebih desentralisasi dan mempunyai otonomi karena
cabangnya tersebar di 94 negara seperti Inggris, America, Australia, Canada, Prancis, India,
HongKong, New Zealand, Mexico dll (Oxfam.org).
Dilihat dari level kapasitas sebagai organisasi, keduanya mengandalkan dana untuk
proyek merekaa dari sumbangan atau donatur, dan juga Fundraising. Perbedaan mungkin
terletak dari cara pengumpulan dana, sebagai contoh Oxfam mempunyai cara khas yaitu dengan
menjual pakaian bekas yang layak pakai sumbangan dari donaturnya(Oxfam.org), sedangkan
CARE lebih kepada bekerja sama dengan pemerintah yang berhubungan langsung dengan
surplus makanan di AS dan menyebabkan relatif besarnya kebergantungannya pada dana hibah
pemerintah AS terutama perannya dalam bantuan makanan(Dijkzeul & Moke, 2005). Sama
seperti Oxfam , CARE juga melakukan strategic partnership dan aliansi, untuk meningkatkan
penagruhnya dan juga image positif(Beery & Gabay, 2009). Hal inni pula yang turut
membedakan kapasitas keduanya, CARE lebih mempunyai hubungan yang baik dengan
pemerintah karena pengaruh sejarah berkembangnya, sedangkan Oxfam cenderung lebih
mandiri(Beery & Gabay, 2009). Dilihat dari kapasitas idenya Oxfam juga mempunyai Shared
value yang cenderung bersifat normatif dan menuntut adanya perubahan, mencoba untuk
merubah keadaan karena adanya pihak yang dirugikan (Displaced), serta penyelesaian masalah
yang bersifat lintas batas negara (Florini & Simmons, 2000). Sedangkan CARE tujuan
organisasinya pada umumnya adalah untuk menolong masyarakat miskin melalui personal
empowerment; social empowerment; service delivery. Yang dimana keduanya hampir sama-
sama bergerak dalam bidang emergency relief dan isu pembangunan(Dijkzeul & Moke, 2005).
Meluasnya dan banyaknya MSG terdaapat suatu bentuk pola dalam melakukan atau
strategi pergerakan(Chesters, 2004). Dimana Sebagian dari mereka memfokuskan diri untuk
mencoba mempengaruhi (lobbying) ke arah atas para penguasa, dan agen egen penting baik
melalui acara-acara resmi yang sedang berlangsung dengan tujuan mempengaruhi aturan yang
akan dibuat. Sebagian lainnya memanfaatkan konferensi-konferensi UN untuk meluaskan
jaringan (networking) secara horizontal dengan sesama NGOs (Clark, 1998).. Dalam taktik
pergerakan secara horizontal atau Networking, Oxfam lebeih cenderung bekerja sama dengan
beberapa organisasi lokal di masing-masing negara melalui kegiatan pembangunan, pemberian
bantuan, kampanye, Advokasi serta mengadakan penelitian tentang kebijakan yang ada
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
6
(Oxfam.org). CARE juga sebenarnya melakukan hal yang sama hanya saja, akan tetapi CARE
selain melakukan program di negara asalnya juga melakukan program di negara
berkembang(Care.org).
Dalam hubungan dengan pemimpin atau penguasa disuatu negara, keduanya sama-sama
menggunakan teknik Lobbying, akan tetapi CARE lebih mempunyai banyak pengaruh karena
latar belakang organisasi yang pada dasarnya mempunyai hubungan erat dengan satu pihak saja,
sedangkan Oxfam harus berurusan dengan banyak penguasa di negara laian atau dalam suatu
kondisi lain(Dijkzeul & Moke, 2005). sehingga bisa dikatakan walaupun taktik dan strategi
pergerakan keatasnya sama-sama menggunakan Lobbying CARE lebih unggul. Sedangkan untuk
taktik dan strategi pergerakan kebawah, Oxfam mempunyai fokus issue kampanye
multidimensional, seperti GROW dalam hal proyek memberantas kelaparan, dan juga proyek
pemberian bantuan lain(Oxfam.org). Strategi Oxfam fokus pada area manajemen media,
kampanye, dan Lobbying. Selain itu Oxfam juga beraliansi dengan advokasi lain seperti
Amnesty Internasional. Oxfam membangun strategic partnership dan aliansi dengan badan
lain(Dijkzeul & Moke, 2005). Aktivitas kampanye Oxfam juga didukung dengan media nasional
sebagai media working groupnya. Contohnya Oxfam Jerman, menyediakan jasa logistik untuk
melakukan investigasi jurnalisme dan mengeluarkaan publikasi secara reguler pada topik
tertentu(Dijkzeul & Moke, 2005). Sebagai advokasi Oxfam mempekerjakan 70 staf advokasi
(Oxfam America) yang lebih banyak daripada CARE USA yang hanya 11 pada tahun 2001.
Elemen strategi komunikasinya juga kepada stakeholder adalah dengan regular newsletters,
donors, photo exhibitions dan juga laporan berupa video(Dijkzeul & Moke, 2005).
Selain itu Oxfam juga menggunakan teknologi internet sebagai salah satu sarana
pergerakannya, seperti penandatanganan petisi online, video dll(Oxfam.org). Sedangkan CARE
lebih pada aktifitas secara langsung dirasakan oleh para anggotanya atau experience dengan
penggunaan teknologi internet yang masih minim. Oxfam mempengaruhi opini publik melalui
kampanye, petisi, video, dan juga strategi lain sehingga menyebabkan individu yang tidak
mempunyai latar belakang yang sama, berada di tempat yang berbeda dan hanya memiliki
kepercayaan yang sama dapat bergerak bersama untuk mempengaruhi pengambilan suatu
keputusan hanya dengan bantuan koneksi internet(Oxfam.org).Oxfam juga mengeluarkan press
release dalam berbagai bahasa, fokus dalam topik tertentu, dan juga menyediakan informasi
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
7
terbaru mengenai isu, konflik yang perlu diketahui oleh publik(Oxfam.org). Oxfam kemudian
merupakan salah satu bentuk dari organisasi yang mempunyai komitmen atas tanggung jawab
dalam excellence, transparansi, dan akuntabiltas terhadap stakeholdernya(Dijkzeul & Moke,
2005). sehingga penggunaan media massa termaksimalisasi dan juga bertujuan untuk
mempengaruhi secara pemikiran atau aim at mind (Oxfam.org).
Sedangkan CARE ldalam hal media massa dan transparansi, bisa dibilang masih lemah,
karena lebih jarang mengeluarkan publikasi mengenai perkembangan yang ada(Dijkzeul &
Moke, 2005). Dalam website resminya, publikasi yang lengkap bukan mengenai transparansi
organisasi dan tujuan-tujuan programnya, melainkan pada transparansi pendanaan. CARE juga
lebih menjalankan taktik pergerakannya dengan terlibat secara langsung memberikan makanan,
peralatan, dan mengajarkan masyarakat bagaimana membuat sistem perairan, jalan, sekolah,
rumah dan pusat kesehatan(Care.org). CARE juga mengajarkan bagaimana meningkatkan
produksi pada pertanian, dan peternakan mereka, bagaimana memanfaatkan hutan secara
sustainable serta bagaimana memulai industri kecil dipedesaan, sehingga bisa dikatakan
taktiknya lebih face to face dengan sasaran pengaruhnya adalah perasaan, simpati atau aim at
heart.
Dalam menentukan target global dan privat CARE dan Oxfam mengadopsi RBA (Right
Based Approach) (Bengtsson, 2007). Dimana keduanya sama-sama dalam menentukan target
globalnya pada beberapa elemen yaitu: yang pertama adalah keinginan untuk menghubungkan
aktivitas atau kepedulian yang ada dengan isu HAM; yang kedua adalah menuntut adanya
Akuntabilitas; yang ketiga adalah Empowerment yang dalam hal ini diartikan sebagai bagaimana
individu dan kelompok memperkuat kapasitas mereka untuk menegosiasikan kembali hubungan
mereka dengan negara dan kelompok lain, sehingga dapat mengontrol beberapa keadaan atau
untuk mencapai suatu tujuan yang meningkatkan kualitas hidup dan masa depan mereka. ;
kemudian yang keempat adalah Partisipasi; kelima adalah non-diskriminasi dan perhatian pada
kelompok tertentu(Bengtsson, 2007). Isu hak asasi manusia menjadi fokus dalam melihat
perbedaan dan persamaan CARE dan Oxfam dikarenakan, selain karena keduanya sama-sama
aktif dalam isu tersebut adalah, isu tersebut sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam
tulisan ini yaitu pendekatan secara Normatif(Bengtsson, 2007). Dimana isu HAM merupakan isu
yang bersifat universal, Transworld,yang muncul pada akhir perang dingin, dan menjadi sebua
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
8
isu yang banyak dibicarakan di dunia internasional. Isu HAM merupakan salah satu isu yang
mainstream yang dibahas oleh masyarakat sipil global(Bengtsson, 2007). Selain itu, isu HAM
juga merupakan isu yang berhubungan langsung dengan bagaimana MSG dalam hal ini CARE
dan Oxfam mempengaruhi kekuasaan pemerintah negara dalam hal public welfare terutama di
negara-negara berkembang.
CARE mulai fokus pada isu HAM tahun 1999 melalui strategi RBA(Care.org), dengan
mempromosikan bahwa penyebab dari kemiskinan adalah pemerintahan yang kurang berkualitas,
korupsi, political will dan faktor ekonomi, tidak meratanya distribusi pendapatam, faktor sosial
seperti norma dan diskriminasi, dan juga faktor lingkungan(Bengtsson, 2007). 6 prinsip dalam
menjalankan programnya yaitu promote empowerment; work partnership with others; to ensure
accountability and promote responsibility; oppose discrimination; oppose violence and to seek
sustainable results(Bengtsson, 2007). Dalam hal HAM, CARE lebih banyak fokus dalam hal
diskriminasi gender dan kelompok marjinal(Care.org). CARE kemudian menjadi organisasi
humanitarian yang fokus untuk memerangi kemiskinan melalui empowerment perempuan.
Perempuan merupakan sasaran utama dari CARE untuk meningkatkan pendidikan, mencegah
penyebaran penyakit, meningkatkan ketersediaan air dan sanitasi seerta untuk memperluas
kesempatan ekonomi da melindungi sumber daya alam yang ada. CARE juga menyediakan
bantuan bagi bencana alam, dan membantu masyarakat meningkatkan taraf hidupnya(Care.org).
Keanggotaannya bersifat sukarela, dengan pembagian kelompok berdasarkan isu dan
kepeduliannya(Care.org). Visi dari CARE adalah untuk menciptakan dunia yang mempunyai
harapan, toleransi, dan juga keadilan sosial, dimana kemiskinan sudah teratasi serta seluruh
manusia telah hidup dalam keadaan yang pantas dan aman(Care.org). Sedangkan Misinya adalah
untuk melayani individu dan keluarga yang miskin dalam sebuah komunitas di dunia(Care.org).
Sedangkan Oxfam yang mempunyai Shared value dan awareness dalam hal hak asasi
manusia, pada dasarnya menuntut adanya equality, be safe from harm, be heard, decent living
dan juga access to basic services (Beery & Gabay, 2009). Dimana Perubahan fokus isu dari
kemiskinan kearah yang lebih luas, salah satunya menjadi isu HAM dimulai tahun 1980an ketika
presiden dari Oxfam dipimpin oleh Amartya Sen, yang merupakan pelopor dan salah satu
akademisi yang menjunjung ide-ide kebebasan dan juga HAM sebagai suatu bentuk pendorong
utama pembangunan, dan Oxfam menginginkan adanya perhatian lebih lanjut mengenai
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
9
penyebab struktural dari ketidakadilan, kemiskinan, dan rendahnya tingkat penghargaan
HAM(Bengtsson, 2007). Oxfam mengatakan bahwa merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi seluruh manusia untuk menjalankan haknya, dimana mereka seharusnya mempunyai
kesempatan dan empowered untuk melakukannya. Isu HAM yang ditekankan oleh Oxfam dalam
hal ini lebih banayak fokus dalam hal right to be heard, empowerment of women, diskriminasi
gender, dan indigenous group(Aaronson & Zimmerman, 2005). Dalam mencapai target dalam
isu HAMnya Oxfam mempunyai metode untuk mengembangkan aktifitasnya dengan beberapa
cara yaitu dengan mengeluarkan annual impact reporting; facilitated reviews; programmes
audits, strategic evaluation; long term research; stakeholder survey. Oxfam mempunyai 5
kategori HAM yaitu Right to a sustainable Livelihood; right to basic social services; right to life
and security; right to be heard and the right to equity(Aaronson & Zimmerman, 2005).
Peran dari masayarakat Sipil Global seperti CARE dan Oxfam menurut Wild (2006)
adalah mereka telah membantu peningkatan transparansi, dan hingga taraf tertentu, akuntabilitas
dari institusi-institusi global serta memobilisasi kesadaran publik dan keterlibatan politik (Wild,
2006). Beberapa kampanye bahkan berhasil mengidentifikasi isu-isu yang sebelumnya diabaikan
oleh pemerintah. Masyarakat sipil global banyak berkontribusi pada diskusi-diskusi kebijakan
global. Jaringan dari masyarakat sipil global dapat berperan dalam memastikan bahwa
pemerintah dan institusi internasional akan memenuhi komitmennya dan menjaga mereka dari
ketidakkonsistenan tindakan dan kebijakannya. Ini memperlihatkan peran lain dari masyarakat
sipil global yaitu sebagai check and balance bagi pemerintah. Selain itu, masyarakat sipil global
juga dapat menjadi sumber dukungan penting baik secara moral maupun praktikal bagi orang-
orang yang tinggal di bawah rezim otoritarian dimana masyarakat sipil lokal ditekan (Wild,
2006). Salah satu contoh dari hal tersebut adalah kritik Oxfam terletak pada sistem WTO yang
cenderung mengabaikan adanya HAM dalam promosi perdagangan(Aaronson & Zimmerman,
2005). Salah satu contoh kritik Oxfam adalah mengenai EPZ (Export Processing Zones) yang
digunakan oleh negara berkembang untuk menarik investor asing dan menstimulasi
perdagangan, dimana seringkali pembuat kebijakan ekonomi tidak memperhatikan tentang
kesejahteraan atau Hak-hak buruh dalam aturan finansialnya(Aaronson & Zimmerman, 2005).
Sehingga menghasilkan standar buruh yang rendah dan pemenuhan HAM yang juga rendah. bisa
dilihat bahwa dalam kasus Oxfam ini targetnya adalah organisasi internasional yaitu WTO.
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
10
sedangkan CARE target yang ingin dipengaruhinya adalah negara dan sistemnya, dimana
CARE mengkritik AS dengan cara menolak sumbangan food aid dari pemerintah AS tahun 2005
karena menganggap bahwa adanya metode penyaluran makanan yang dilakukan oleh AS malah
menyebabkan keadaan yang lebih buruk, karena adanya Monetized food aid. (Harell, 2007)
Sumbangan makanan dari AS rata-rata dibagiakan dengan cara dijual dipasar, sehingga
sumbangan tersebut menjadi tidak tepat sasaran(Harell, 2007). Penolakan yang dilakukan CARE
ini, merupakan hasil dari adanya intergrasi prinsip baru yaitu HAM kedalam programnya,
dimana CARE yang telah menjadi badan penyalur sumbangan makanan dari AS selama 50 tahun
lebih tiba-tiba berhenti mendukung hal tersebut karena pertimbangan hak dalam makanan
sebagai vital source(Harell, 2007). Dari kedua contoh peran diatas dapat dilihat bahwa
Globalisasi yang seringkali menjadi katalisator kemunculan gerakan-gerakan, organisasi, hingga
aksi-aksi dari MSG dalam hal ini Oxfam dapat memnepngaruhi aspek ekonomi merupakan salah
satu hal yang positif karena dianggap mampu meningkatkan kualitas hidup. Namun seiring
dengan akselerasi globalisasi dilain sisi, hal tersebut justru dapat menjadi bumerang, seperti
yang dicontohkan oleh CARE yang hadir dan menantang sistem yang telah dianggap gagal dan
justru membawa keburukan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah dalam melihat masyarakat
sipil global dapat dilakuakan dengan dua pendekatan yaitu secara deskriptif ataupun normatif.
Dalam tulisan kali ini penulis menggunakan pendekatan yang normatif, dalam melihat dua
entitas NGO sebagai bentuk dari masyarakat sipil global vertikal menekankan pada kehidupan
yang seharusnya, sukarela atas dasar nilai-nilai universal dan nilai demokratis. Contoh kasus
kemudian dimabil dari dua NGO yaitu CARE dan Oxfam, dimana dilihat secara karakteristik
sebagai MSG melalui modelpergerakan organisasi; bentuk organisasi; level kapasitas; taktik dan
strategi pergerakan; juga tujuannya sebagai entitas MSG mempunyai banyak kesamaan dan
beberapa perbedaan yang krusial. Dalam beberapa aspek seperti taktik dan strategi pergerakan
Oxfam dianggap lebih baik karena lebih bersifat otonom dan bebas tidak bergantung dengan
entitas lain seperti CARE. Perbedaaan dalam model dan karakteristik ini kemudian juga
membedakan bagaimana mereka melihat satu isu, dalam hal ini HAM. Isu HAM sendiri pada
awalnya bukan merupakan fokus dari kedua NGO, akan tetapi terdapat perubahan fokus isu yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu membuat keduanya mengadopsi nilai Right Based
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
11
Approach. Oxfam lebih melihat HAM hubungannya dengan ekonomi, perdagangan dan
kesejahteraan buruh, dimana CARE melihat HAM lebih dihubungkan dengan diskriminasi
gender, pentingnya peranan wanita dan juga masalah kelaparan.
Sehingga bisa dikatakan walaupun MSG mempunyai struktur bentuk yang hampir sama,
perbedaan tetap bisa muncul karena adanya perbedaan latar belakang sejarah, berubahnya prinsip
pergerakan, dan juga nilai-nilai, elit yang mengarahkannya. Melalui contoh Oxfam dan Care ini
juga menggambarkan bahwa keberadaan Masyarakat Sipil Global mempunyai beberapa dimensi
yaitu; pertama, sebagai fenomena empiris dari mengglobalnya hubungan sosial dan
interconnections. Kedua, sebagai sarana mobilisasi, melalui aspek normatif Oxfam dan CARE
berusaha mengajak atau influencing melalui program-programnya. Dimensi ketiga, yaitu sebagai
social actor atau social movement pada level yang global. Sehingga dapat dikatakan Masyarakat
Sipil Global dalam hal ini digambarkan oleh Oxfam dan CARE sebagai suatu entitas yang
berusaha untuk menyediakan isu normatif dan juga memobilisasi soft power dari perspektif
humanitarian terhadap konfrontasi aktor yang lain dalam hal ini perusahaan dan juga institusi
dunia. Maka dari itulah tidak salah jika Masyarakat Sipil Global dianggap juga sebagai the 3rd
emerging force in global politics (Florini & Simmons, 2000).
Referensi:
Wild, Leni. 2006. Strengthening Global Civil Society. Institute for Public Policy Research, 30-32
Southampton Street, London.
Florini, Ann & P.J. Simmons. 2000. “What the World Needs Now?” dalam The Third Force of
Transnational Civil Society, edited by: A. Florini. Washington, D.C.: Carnegie
Endowment for International Peace
Kaldor, Mary. 2003. The Idea of Global Civil Society, International Affairs 79 (3): 583-593
Vujadinovic, Dragica. 2009. Global civil Society as Concept and Practicein the Processes of
Globalization, SYNTHESIS PHILOSOPHICA 47 (1): 79-99
MASYARAKAT SIPIL GLOBALERA BRILLIANA LARGIS - 071012008
12
Clark, Anne Marie, Elisabeth J. Friedman, Kathryn Hochstetler. 1998. The Sovereign Limits of
Global Civil Society: A Comparison of NGO Participation in UN World Conferences on
the Environment, Human Rights and Women, World Politics (51 (1): 1-35.
Chesters, Graeme, 2004. “Global Complexity and Global Civil Society”, Voluntas International
Journal of Voluntary and Non-profit Organizations. 15(4), pp. 323-342
Berry, Craig and Gabay, Clive (2009). Transnational political action and ’global civil society’ in
practice: the case of Oxfam. Global Networks, 9(3), pp. 339–358.
Scholte, Jan Aart. 1999. “Global Civil Society: hanging the World”. Department of Politics and
International Studies, University of Warwick, CSGR Working Paper No.31/99
Aaronson, Susan Ariel & Zimmerman, Jamie. 2005. “Fair Trade How Oxfam Presented a
Systemic Approach to Poverty, Development, Human Rights, and Trade”. University of
Nottingham Seminar on Globalization
Dijkzeul, Dennis & Moke, Markus. 2005. “Descriptions of organisation and their public
communication ”. International review of the Red Cross vol.87 Number 860
Bengtsson, Linus. 2007. “The impact of right based approaches to development”. School of
iternational migration and ethnic relation. Human Rights 61-80
Harell, Eben. 2007. “CARE turns down US Food aid”. [online] dalam
http://www.time.com/time/nation/article/0,8599,1653360,00.html 25 Juni 2013
Website resmi Oxfam International http://www.oxfam.org
Website resmi CARE International http://www.care.org