gfthhthjteawszdb
DESCRIPTION
hfhttesrthdfgTRANSCRIPT
PENGARUH PENGADUKAN TERHADAP KONSTANTA REAKSI PENYABUNAN ETIL ASETAT DENGAN NaOH PADA REAKTOR
IDEAL ALIRAN KONTINYU
Ekky Febri Ariani, Bagus Wahyu Murtianto, Yusuf Ebta FirmansaJurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Soedharto – 50239 Semarang, Telp./Fax. 024-7460058
Abstrak
Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai dalam industri kimia. Hal ini dikarenakan kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya. Percobaan reaktor alir kontinyu bertujuan untuk menghitung harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, mengetahui pengaruh pengadukan terhadap konstanta reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH, mengetahui hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu. Pada percobaan ini variabel tetap yang digunakan adalah tinggi cairan 8 cm, konsentrasi NaOH dan etil asetat 0,1 N, dan suhu 25oC sedangkan variabel berubahnya adalah pengadukan lambat, sedang, dan cepat. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa semakin cepat pengadukan, NaOH sisa (Ca) semakin sedikit sehingga orde reaksi dan harga konstanta reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH (k) semakin besar. Ca model lebih kecil dari Ca percobaan karena perhitungan Ca model yang menggunakan metode Runge Kutta yang keakuratannya tinggi, sedangkan Ca percobaan diperoleh dari percobaan.
Kata kunci : Reaktor tangki berpengaduk, pengadukan, konstanta reaksi penyabunan
Abstract
Continuous stirer tank is a reactor that usually use in chemical industry. Because of the control capacity in process is easy. Purposes of continuous stirrer tank experiment are to count the value of saponification reaction constants (k) between ethyl acetate and NaOH, to know the effect of stiring in saponification reaction constants (k) between ethyl acetate and NaOH, to know the relation of reaction order with saponification reaction constants (k) between ethyl acetate and NaOH, compare experiment result with mathematics model from reaction ethyl acetate and NaOH in continuous stirer tank. In this experiment the dependent variabel is fluid height 8 cm, NaOH and ethyl acetate 0.1 N, and 25oC of temperature. The independent variabel is low stirrer, medium stirrer and high stirrer. From the experiment result, rest of NaOH (Ca) decreasing in higher stirrer, this effect of increasing reaction orde and (k) between etil asetat and NaOH. Ca models smaller than Ca experiment because the calculation Ca model that using Runge kutta method with high accuration, and Ca experiment got from experiment.
Keywords: stirred tank reactor, stirring, saponification reaction constants
PENDAHULUAN
Reaktor tangki berpengaduk
merupakan reaktor yang paling sering
dijumpai dalam industri kimia.Pada industri
berskala besar, reaktor alir tangki
berpengaduk lebih sering diaplikasikan
karena kemampuan operasinya yang dapat
diatur kapasitasnya.Unjuk kerja reaktor alir
berpengaduk perlu dipelajari untuk
mengetahui karakteristik aliran fluida, reaksi
yang terjadi secara optimasi pengoperasian
reaktor.Untuk itu, dilakukan percobaan
reaktor alir kontinyu dengan tujuan untuk
menghitung harga konstanta reaksi
penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH,
mengetahui pengaruh pengadukan terhadap
konstanta reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH, mengetahui hubungan orde
reaksi dengan harga konstanta reaksi
penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH,
membandingkan hasil percobaan dengan
perhitungan model matematis reaksi
penyabunan pada reaktor ideal aliran
kontinyu.
Pada reaktor tangki berpengaduk
dipelajari 2 macam reaktor, yaitu reaktor
batch dan kontinyu (CSTR). Reaktor batch
merupakan reaktor yang tidak ada input dan
output selama reaksi. Sehingga didapat
neraca massa reaktor batch adalah
t = Nao ∫0
XAdXA
Vi(−r A)
Reaktor kontinyu (CSTR) merupakan
reaktor yang pengoperasiannya meliputi tiga
tahap yaitu pengisian reaktor tinggi
overflow, kondisi kontinyu dan kontinyu
steady state. Evaluasi variabel-variabel
operasi sangat mudah dilakukan pada
kondisi steady state (Hill, 1977).
Pemodelan matematik diperlukan
untuk mempermudah analisa permasalahan
yang timbul dalam pengoperasian reaktor
alir tangki berpengaduk (Charles,
1987).Model matematika yang diusulkan
diuji keakuratannya dengan membandingkan
data-data percobaan. Model matematika
yang diusulkan diselesaikan dengan cara
analisis jika persamaan itu mudah
diselesaikan. Namun untuk reaksi yang
kompleks akan diperoleh model matematika
yang kompleks juga. Penyelesaian numerik
sangat dianjurkan untuk memperoleh nilai k,
tetapan transfer massa, dan orde reaksi yang
merupakan adjustable parameter.
Reaksi yang terjadi pada reaktor
adalah:
CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa +
C2H5OH
Jika ditinjau secara thermodinamika, dengan
harga ∆H sebagai berikut:
∆H CH3COOC2H5 = -444.500 J/mol
∆H NaOH = -425.609 J/mol
∆H CH3COONa = -726.100 J/mol
∆H C2H5OH = -235 J/mol
Didapat ∆H bernilai negatif, maka reaksi
tersebut bersifat eksotermis yaitu
menghasilkan panas.
Jika ditinjau secara kinetika, dengan harga
∆G sebagai berikut:
∆G CH3COOC2H5 = -328 000 J/mol
∆G NaOH = -379 494 J/mol
∆G CH3COONa = -631 200 J/mol
∆G C2H5OH = -168 490 J/mol
Dan dengan menggunakan rumus mencari K
standar (pada T=25oC) yaitu:
∆G = RT ln K
Kemudian menggunakan rumus mencari
harga K saat suhu operasi yaitu:
ln(Kk '
) = - ∆ H °
R( 1
T− 1
T 1
)
Maka didapat harga K > 1 artinya reaksi
berlangsung searah (irreversible).
Sifat fisis dan kimia reagen (NaOH
dan etil asetat adalah sebagai berikut:
1) NaOH
- Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10
°C = 42
- Kelarutan dalam 100 bagian air panas
100°C = 32
- Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan
Pb(OH)2 yang larut dalam reagen excess,
merupakan basa kuat, mudah larut dalam air.
2) Etil Asetat
Titik didih = 85 °C
Berat molekul = 88 gr/mol
Titik lebur = -111 °C
Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan
Hg2Cl2 putih yang tidak larut dalam air
panas dan asam encer tetapi larut dalam
ammonia encer dan KCN tiosulfat, beraksi
dengan Pb2+ membentuk PbCl2 putih, mudah
menguap apabila dipanaskan.
Faktor yang mempengaruhi harga k
(konstanta kecepatan reaksi) adalah:
Persamaan Arhenius
1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan memperbesar tumbukan
partikel sehingga akan menurunkan energi
aktivasi,jika energi aktivasi turun, maka
kecepatan reaksi juga naik.
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum
yang diperlukan bagi reaksi untuk
berlangsung. Semakin rendah energi
aktivasi, maka reaksi akan berjaan semakin
cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan
berjalan semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena
kemammpuannya mengadakan reaksi
dengan paling sedikit satu molekul reaktan
untuk menghasilkan senyawa yang lebih
aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju
reaksi (Levenspiel, 1970).
Untuk mengetahui harga k
(konstanta reaksi penyabunan) dari reaksi
NaOH +CH3COOC2H5 CH3COONa +
C2H5OH, dapat dihitung dengan cara:
−dCadt
=k . Ca2
−dCa
Ca2=k . dt
∫Cao
Ca−dCa
Ca2 =∫0
t
k . dt
[ 1Ca ]
Cao
Ca
=k .t
1Ca
− 1Cao
=k . t
1Ca
=k .t + 1Cao
Harga k didapat dari least square. Dimana
harga k merupakan nilai dari m.
Sedangkan untuk mengetahui orde
reaksi antara NaOH dan etil asetat dapat
dihitung menggunakan cara berikut ini:
−dCadt
=k Caa CbbCa=Cb
−dCadt
=k Can n=a+b
ln−dCa
dt=ln k+ ln Can
ln−dCa
dt=n . ln Ca+ ln k
y = mx + c m = n = orde reaksi
Orde reaksi didapat dari least square.
Dimana orde reaksi merupakan nilai dari m.
METODE DAN PROSEDUR
1. Percobaan Batch
Gambar 1. Alat Utama Proses Batch
1. Reaktor Batch
2. Stirer
3. Statif
Untuk percobaan batch, percobaan
dilakukan dengan menyiapkan reagen etil
asetat 0,1 N, HCl 0,05 N, dan NaOH 0,1 N.
Kemudian memasukkan etil asetat dan
NaOH ke dalam reaktor batch sampai
ketinggian 8 cm. Sampel diambil pada t ke-0
sebanyak 5 ml, kemudian ditambahkan
indikator MO 3 tetes dan dititrasi dengan
HCl sampai warna merah orange. Setelah
itu, dilakukan pengadukan lambat, sedang,
dan cepat, dan pengambilan sampel tiap 3
menit kemudian dititrasi, begitu terus
menerus sampai volume titran 3 kali
konstan.
2. Percobaan Kontinyu
Gambar 2. Alat Utama Proses Kontinyu
Keterangan :
1. Reaktor Kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki Reaktor
Untuk percobaan kontinyu,
percobaan dilakukan dengan menyiapkan
reagen etil asetat 0,1 N, HCl 0,05 N, dan
NaOH 0,1 N. Kemudian memasukkan etil
asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan
masing-masing. Masing-masing reaktan
dalam tangki umpan dipompa ke dalam
CSTR yang kosong dan menjaga konstan
laju alirnya serta mereaksikannya. Sampel
diambil pada t ke-0 sebanyak 5 ml,
kemudian ditambahkan indikator MO 3 tetes
dan dititrasi dengan HCl sampai warna
merah orange. Setelah itu, dilakukan
pengadukan lambat, sedang, dan cepat, dan
pengambilan sampel tiap 3 menit kemudian
dititrasi, begitu terus menerus sampai
volume titran 3 kali konstan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan waktu vs konsentrasi tiap
variabel
a. Batch
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa
konsentrasi NaOH sisa cenderung fluktuatif
atau naik turun. Pada variabel pengadukan
lambat dan cepat konsentrasi NaOH sisa
mengalami kenaikan pada t=3 dan t=6 dan
selanjutnya mengalami penurunan. Hal ini
terjadi karena reaksi yang terjadi pada
reaktor batch belum tercapai kondisi steady
atau tunak. Kondisi steady yaitu kondisi
dimana tidak ada perubahan baik energi
0
0.005
0.01
0.015
0.02
Gambar IV.1 Grafik Hubungan t vs Ca pada Reaktor Batch
pengadukan lambat
pengadukan sedang
pengadukan cepat
t (menit)
Ca
maupun massa dalam sistem. Namun pada
variabel pengadukan sedang mengalami
penurunan konsentrasi NaOH sisa seiring
dengan bertambahnya waktu.hal ini sesuai
dengan rumus:
1Ca
=k .t + 1Cao
dimana
Ca: konsentrasi NaOH sisa
k : konstanta kecepatan reaksi
t : waktu
Dari persamaan di atas diketahui bahwa t
≈1
Ca yang berarti bahwa semakin lama
waktu reaksi maka Ca akan semakin kecil
karena akan bereaksi dengan etil asetat dan
mencapai kesetimbangan saat Ca konstan
(Prasetyo, 2000). Reaksi yang terjadi:
NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa +
C2H5OH
b. Kontinyu
Dari grafik di atas, dapat dilihat
bahwa pada pengadukan lambat terjadi
kenaikan Ca ( konsentrasi NaOH sisa ) pada
t = 6 menit. Hal ini dikarenakan sistem
belum mencapai kondisi steady state
sedangkan pada pengadukan sedang dan
cepat mengalami penurunan Ca seiring
dengan bertambahnya waktu. Hal ini
dikarenakan semakin lama waktu reaksi
maka semakin banyak NaOH yang bereaksi
dengan etil asetat yang menyebabkan
jumlahnya berkurang, reaksi yang terjadi:
NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa +
C2H5OH
NaOH bereaksi dengan etil asetat dan
menghasilkan produk berupa etanol dan
natrium asetat. Semakin lama waktu, jumlah
produk akan bertambah dan jumlah reaktan
berkurang sampai terjadi keseimbangan
dimana konsentrasi NaOH sisa tetap (Y.
Yuyun, 2010).
Hubungan pengadukan dengan konstanta
laju reaksi (k)
Dari grafik di atas, dapat dilihat
bahwa semakin cepat pengadukan, nilai
konstanta laju reaksi (k) semakin besar. Hal
0 2 4 6 8 10 12 140
0.0050.01
0.0150.02
0.025
Gambar IV.2 Grafik Hubungan t vs Ca pada Reaktor CSTR
Pengadukan lambat
pengadukan sedang
Pengadukan cepat
t (menit)
Ca
lambat sedang cepat0
1
2
3
4
Gambar IV.3 Grafik Hubungan Pengadukan dengan Konstanta Laju Reaksi
pengadukan
kons
tant
a la
ju re
aksi
(k)
ini dikarenakan semakin cepat pengadukan
akan memperbesar frekuensi tumbukan
antara molekul zat pereaksi dengan zat yang
bereaksi sehingga mempercepat reaksi.
Sesuai dengan persamaan Archenius :
k=A×e(−Ea
RT)
Semakin besar tumbukan maka semakin
besar pula harga konstanta lajureaksi (k)
(Arief, 2008).
CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa +
C2H5OH
Jika reaksi di atas adalah reaksi elementer,
maka orde reaksinya adalah 2. Orde reaksi
dicari dari persamaan:
-ra= k[CH3COOC2H5][NaOH]
-ra= k[Ca][Cb] dimana [Ca]=[Cb]
-ra = k[Ca]2
Pada reaksi elementer, orde reaksi dicari
dengan melihat pangkat konsentrasi reaktan
sedangkan untuk reaksi non elementer, orde
reaksi dicari melalui perhitungan data hasil
percobaan. Dari perhitungan, orde reaksi
pada pengadukan lambat, sedang, cepat
berturut-turut adalah 19,37101; 1,324785;
1,300154. Sesuai persamaan:
−dCadt
=k Caa CbbCa=Cb
−dCadt
=k Can n=a+b
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa
semakin besar nilai Ca dan k maka orde
reaksi akan semakin kecil. Hal ini sesuai
dengan hasil percobaan, yaitu semakin besar
nilai k, orde reaksi semakin kecil
(Levenspiel, 1970).
Perbandingan Ca model dengan Ca
percobaan
0 2 4 6 8 10 12 140
0.0050.01
0.0150.02
0.025
Gambar IV.4 Grafik Perbandingan Ca Model dengan Ca Percobaan pada
Pengadukan Lambat
Ca Percobaan
Ca Model
t (menit)
Ca
0 2 4 6 8 10 12 140
0.0050.01
0.0150.02
0.025
Gambar IV.5 Grafik Perbandingan Ca Model dengan Ca Percobaan pada
Pengadukan Sedang
Ca Percobaan
Ca Model
t (menit)
Ca
0 2 4 6 8 10 12 140
0.0050.01
0.0150.02
0.025
Gambar IV.6 Grafik Perbandingan Ca Model dengan Ca Percobaan pada
Pengadukan Cepat
Ca Percobaan
Ca Model
t (menit)
Ca
Berdasarkan grafik, dapat dilihat
bahwa pada variabel pengadukan lambat,
sedang, dan cepat Ca percobaan lebih besar
dari Ca model.Hal ini dikarenakan Ca model
yang diperoleh dari perhitungan matematis
menggunakan metode Runge Kutta.Dipilih
metode ini karena Runge Kutta dianggap
metode yang memberikan keakuratan
tinggi.Perhitungan model matematis ini
tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel
percobaan yaitu pengadukan.Sehingga
diperoleh Ca model yang merupakan Ca
ideal.Sedangkan Ca percobaan diperoleh
dari percobaan dengan variabel pengadukan
sehingga keakuratannya lebih rendah dari
Ca model.Ca model diperoleh dari data hasil
percobaan yang kemudian diaplikasikan ke
dalam perhitungan teoritis metode Runge
Kutta. Karena hasil perhitungan k1,k2,k3,k4
adalah negatif, maka nilai Ca bertanda
negatif, sehingga Ca model lebih kecil
daripada Ca percobaan (Supriyanto, 2006).
KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi reaktan semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya waktu, semakin
cepat pengadukan, nilai konstanta laju reaksi (k)
semakin besar, semakin besar nilai k, orde reaksi
semakin kecil, Ca percobaan lebih besar dari Ca
model.
DAFTAR PUSTAKA
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S.,
“Applied Mathematics in Chemical
Engineering” 2nd end.,Mc. Graw
Hill Book Ltd. 1987, New York
Hakim, Arief Rahman dan Sutra
Irawan.Kajian Awal Sintesis
Biodiesel Dari Minyak Dedak Padi
Proses Esterifikasi.Semarang
Hill, G.C., “An Introduction to Chemical
Engineering Kinetika and Reactor
Design”. 1nd ed, John Willey, New
York, N.Y, 1977
Levenspiel. O., “Chemical Reaction
Engineering” 2nd ed, Mc. Graw
Hill Book Kogakusha Ltd, Tokyo,
1970
Supriyanto. 2006. Runge-Kutta Orde Empat.
Universitas Indonesia Jakarta
Y. Yuyun, Sumarno, Mahfud. 2010.
Pemanfaatan Gliserol sebagai
Hasil Samping Biodiesel Menjadi
Produk Kimia Lain dalam Media
Air Subkritis hingga Superkritis.
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya
Prasetyo. 2000. Perpindahan Panas.
Universitas Bina Nusantara Jakarta