geologi sejarah tulungagung
TRANSCRIPT
GEOLOGI SEJARAH
TULUNGAGUNG
NAMA : Chandra Tri Kusuma
NIM : 07211026
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN & ENERGI
TEKNIK GEOLOGI
JAKARTA
2014
SEJARAH GEOLOGI TULUNGAGUNG
Pada kali di lakukan pemetaan di daerah Tulungagung, Jawa Timur, yang
mana terletak di bagian selatan Pulau Jawa Timur atau di sebelah utara Samudra
Hindia, secara geographis daerah ini lebih tepatnya berada pada koordinat yaitu
111◦ 30’ BT - 112◦ 00’ BT dan 8◦ 00’ LS - 8◦ 30’ LS, serta memiliki sudut
deklinasi sebesar 1◦ 30’.
Berdasarkan hal tersebut daerah Tulungagung memiliki sejarah geologi,
dimana diceritakan sesuai “hukum superposisi” baik berdasarkan umur maupun
keadaan yang terjadi, letak suatu batuan di endapkan semakin bawah maka
memiliki umur semakin tua, dan semakin keatas akan semakin muda.
Pada daerah ini dimana di umur paling tua, tepatnya pada umur oligosen
akhir di endapkan suatu “batuan terobosan” berupa batuan beku yakni seperti
dasit, diorit dan andesit yang berasal dari Gunung Lingga. Kemudian pada umur
yang sama di endapkan pula suatu “batuan gunungapi” seperti breksi gunungapi,
lava dan tuff serta sisipan batupasir dan batu lanau, atau disebut juga sebagai
Formasi Mandalika. Lalu masih di umur yang sama di endapkan pula “batuan
sedimen” seperti breksi aneka bahan, batupasir, batulanau, batulempung, dan
konglomerat serta sisipan batuan gunungapi.
Atau di sebut juga sebagai Formasi Arjosari. Namun pada kali ini sudah dapat
terlihat gejala geologi yang terjadi. Gejala tersebut yaitu suatu kontak atau
disconformity antara Formasi Mandalika dengan Formasi Arjosari dimana dapat
terlihat perubahan litologi yang ada, karena di sebabkan adanya perbedaan
lingkungan pengendapan, dapat terlihat di penampang adanya suatu tanda secara
menjemari . Serta pada Formasi Arjosari di temukan gejala struktur geologi yaitu
lebih tepatnya berupa “sesar puger”.
Kemudian pada miosen awal diendapkan suatu “batuan sedimen” yaitu
batugamping sisipan batupasir berkarbon, atau disebut juga Formasi Campurdarat.
Kemudian masih pada umur yang sama di endapkan pula dengan jenis yang sama
yaitu “batuan sedimen” berupa perulangan batupasir kursa, batulempung dan
konglomerat, sisipan lignit dan tuff setempat batugamping atau disebut juga
sebagai Formasi Jaten. Pada kali ini tidak ditemukan gejala struktur apapun,
namun hanya ditemukan suatu unconformity antara kedua formasi tersebut yang
disebabkan perbedaan waktu pengendapannya.
Masuk pada umur pertengahan antara miosen awal dengan miosen tengah
diendapkan suatu jenis “batuan gunugapi” berupa breksi gunugapi, tuff, batupasir
dan batulanau yang umumnya fuffan sisipan batugamping, lebih tepatnya Formasi
Wuni.
Masuk pada umur miosen tengah, di endapkan jenis “batuan sedimen”
seperti perulangan batulempung, batupsir dan tuff, sisipan konglomerat dan
breksi, setempat batugamping (Formasi Nampol), pada kali ini terjadi suatu
disconformity atau perbadaan fasies litologi antara Formasi Nampol dengan
Formasi Wuni, dapat dilihat dari perbedaan jenis litologi yang ada, dimana pada
formasi nampol merupakan jenis batuan sedimen, sedangkan pada formasi wuni
merupakan batuan gunungapi yang notabennya adalah batuan beku. Dan
disebabkan pula perbedaan proses maupun lingkungan pengendapan.