geologi sejarah - tunzira

6
TUGAS GEOLOGI SEJARAH SEJARAH GEOLOGI PULAU NIAS SUMATRA UTARA Tunzira Abrar 072.11.116 FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2014

Upload: tunzira-abrar

Post on 31-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: GEOLOGI SEJARAH - Tunzira

TUGAS GEOLOGI SEJARAHSEJARAH GEOLOGI PULAU NIAS

SUMATRA UTARA

Tunzira Abrar072.11.116

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGIUNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA2014

Page 2: GEOLOGI SEJARAH - Tunzira

GEOLOGI SEJARAHPULAU NIAS

Pada Peta Geologi Pulau Nias terdapat 3 (tiga) Formasi yaitu 1.) Formasi

Gunungsitoli (Qtg) yang terdiri dari Batugamping terumbu, Batugamping Lanauan,

Batupasir Gampingan, Batupasir Kuarsa halus, gampingan, Napal dan Lempung Pasiran;

berlapis baik, terlipat lemah. Formasi ini berumur Plio-Plistosen (Bemmelen, 1949),

terendapkan di lingkungan laut dangkal, menindih tak selaras Formasi Gomo dan Formasi

Lelematua tebalnya mencapai 120 m. 2.) Formasi Gomo (Tmpg) yang terdiri dari

Batulempung, Napal, Batupasir, Batugamping; bersisipan Napal Tufan, Tuf, dan Gambut;

berlapis baik dan terlipat kuat. Umumnya berstruktur sedimen pelapisan sejajar. Didapatkan

fossil Foraminifera plangton terdiri dari Orbulina universa, Globigerina Venuzuelana,

Globoratalia menardi, dan Foramifera bentos yaitu Uvigerina sp., Nodosaria sp., Umurnya

Miosen Tengah – Pliosen Awal (N11-N19). Terendapkan dilingkungan sublitoral-batial.

Satuan ini juga mengandung moluska. Bagian bawah formasi ini menjemari dengan Formasi

Lelematua sedangkan bagian atas tertindih tak selaras oleh Formasi Gunungsitoli. Tebal

formasi antara 1250 dan 2500 m. Lokasi tipenya terdapat di Gomo, bagian selatan Pulau

Nias. 3.) Formasi Lelematua (Tml) terdiri perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau,

Konglomerat dan Tuf; bersisipan tipis Batubara dan serpih; berlapis baik dan terlipat kuat.

Umumnya berstruktur sedimen perlapisan sejajar, perlapisan bersusundan perairan

terpelintir. Dalam formasi ini ditemukan fosil foraminifera plankton antara lain: Globorotalia

mayeri, Globigerinoides trilobus dan Foraminifera bentos yang dijumapi adalah:

Lepidocyclina sp., Uvigerina sp., dan Nodosaria sp,. Kumpulan fosil tersebut menunjukkan

umur Miosen Awal – Miosen Akhir, terendapkan dilingkungan sublitoral-neritik luar. Bagian

atas formasi inimenjemari dengan Formasi Gomo, sedangkan bagian bawahnya menidih

secara tak selaras Kompleks Bancuh. Tebal Formasi Lelematua mencapai 3000 meter

disebelah timur dan 2000 meter di bagian tengah Pulau Nias. Lokasi tipe ini Lelematua,

dekat kampong Gomo, bagian selatn Pulau Nias. Sebelumnya Formasi ini disebut Formasi

Nias.

Page 3: GEOLOGI SEJARAH - Tunzira

Terakhir terdapat 1 (satu) Kompleks Bancuh (Tonun) yang terdiri dari berbagai jenis

dan ukuran batuan yang terdiri dari peridotit, gabbro terserpentinitkan, serpentinit, basal,

sekis, serpih, grewake, konglomerat, breksi, batu gamping, batu pasir, dan rijang dengan

masa dasar lempung bersisik. Kompleks ini bersentuhan secara tektonik dengan Formasi

Lelematua yang berumur Miosen Awal – Miosen Akhir. Berdasarkan posisi statigrafi, bancuh

ini ditafsirkan terbentuk padaOligosen – awal Miosen Awal. Sebarannya meliputi bagian

tengah pulau dengan arah memanjang baratlaut – tenggara.

Pada daerah ini juga Terdapat 1 (satu) Endapan Permukaan yaitu Aluvium - Qa yakni

Endapan sungai, rawa dan pantai yang terdiri dari bongkahan Batugamping, Pasir, Lumpur

dan Lempung. Tebal berkisar dari 2 hingga 5 m.

Berikut lampiran penampang dan Korelasi Satuan Peta

Page 4: GEOLOGI SEJARAH - Tunzira

Sumber lainnya:

Pulau Nias selama ini dianggap sebagai bagian prisma akresi yang tersembul dari

muka laut, merupakan bagian dari sistem zona subduksi modern antara paparan sunda

dengan kerak Samudra Hindia. Sehingga batuan bancuh yang terdapat di Pulau Nias

dianggap sebagai hasil dari suatu proses penunjaman. Batuan bancuh dapat dihasilkan dari

dua proses, yaitu proses tektonik dalam zona subduksi, menghasilkan melange tektonik dan

proses lengseran yang menghasilkan olisostrom.

Berdasarkan interpretasi citra Radar Slar, kemunculan batuan bancuh di Pulau Nias

adalah akibat pensesar-naikan batuan-batuan dasar dan berdasarkan analisis penampang

geologi didapatkan bahwa batuan bancuh yang terdapat di Pulau Nias merupakan

olisostrom yang mengalamai tektonisasi secara intensif, serta berdasarkan analisis

penampang seismik melintang Pulau Nias, disimpulkan Pulau Nias bukan merupakan bagian

dari zona akresi tapi merupakan bagian dari busur muka sistem subduksi modern.

Dari korelasi stratigrafi Pulau Nias dengan Daerah Natal disimpulkan bahwa seri

batuan tebal dari Grup Woyla di Natal ekivalen dengan batuan-batuan yang ada di Pulau

Nias. Batuan bancuh di Pulau Nias dapat ditelusuri sampai ke daratan Pulau Sumatra,

dibawah sedimen dari cekungan muka busur sekarang. Evolusi tektonik Pulau Nias dimulai

sejak zaman Kapur sebuah blok yang tidak dikenal afinitasnya (apakah oseanik atau

kontinental), datang masuk dalam kolisi dengan tepian Blok Sunda. Kolisi ini membawa

batuan dari Grup Woyla masuk dalam zona suture dan menjadi awal deformasi di Pulau

Nias. Kemudian diikuti oleh loncatan zona subduksi pada palung yang sekarang.

Pada Paleosen - Eosen, penujaman kerak oseanik pada tepian Blok Sunda ini

menyebabkan terbentuknya zona akresi, jalur volkanik dan sebuah cekungan muka busur

yang baru. Pengisian sedimen pada cekungan ini, di barat ( Pulau Nias), dimulai oleh seri

sedimen detritik bawah dimana banyak terdapat konglomerat alas, dan di bagian timur (di

Natal, Pulau Sumatra) dimulai oleh seri sedimen turbidit, yaitu Formasi Sikumbu. Cekungan

ini dipengaruhi kompresi pada Miosen Tengah. Di Pulau Nias Kompresi ini mensesarkan seri

dari cekungan Eosen-Oligosen dan di daerah Natal menyebabkan sesar Simpang Gambir.