tugas geologi batubara (sejarah)
TRANSCRIPT
TUGAS
GEOLOGI BATUBARA
Disusun Oleh :
Rony Octa Prabowo
1107045075
FISIKA KONSENTRASI GEOLOGI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
Sejarah Pembentukan Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara
termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah
tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman
geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi
pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi
serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan
terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu,
karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field)
dan lapisannya (coal seam).
Gambar 1. Proses Terbentuknya Batubara
(Sumber: Kuri-n ni Riyou Sareru Sekitan, 2004)
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon
(Carboniferous Period) –dikenal sebagai zaman batu bara pertama– yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap
endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya, endapan
tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu
bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara
muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara
bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi
batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus
berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam
sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam
kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus
berlangsung hingga membentuk antrasit.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk
batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing –masing unsur yang
terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.
Tabel 1. Contoh Analisis Batubara (daf based)
(Sumber: Sekitan no Kisou Chishiki)
Data-data di atas apabila ditampilkan dalam bentuk grafik hasilnya adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. Hubungan Tingkat Pembatubaraan – Kadar Unsur Utama
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat
pembatubaraan,maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan
oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat
diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka batubara dengan tingkat
pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah
seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh
dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang
tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah.
Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar.
Sumber : http://www.kamusilmiah.com/geologi/mengenal-batubara-1/
Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu
1. Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari
hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan
teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di
hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa
tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara
sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen
organik.
Gambar 3
2. Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari
hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang
terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai
ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya
(multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses
pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan)
dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Gambar 4
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa
tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik)
di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air
pada kedalaman 0,5 – -[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan
unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi
humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut
(Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).
Gambar 5
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi,
kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari
gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon
akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang
(Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub
bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk
batubara.
- Berikut ini ditunjukkan tahapan pembatubaraan.
Gambar 6
Disamping itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan
meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat
pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu
batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula
batubara bermutu rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut
dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat
kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga
kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan
semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain
itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan
meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
Sumber : http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/tag/sejarah-batubara/
Lingkungan Pengendapan Batubara
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa
lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik. Daerah
seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di
lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah
darat. Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi
au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah
rawa-rawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta plain.
Sedangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan oleh
adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah permukaan air laut.
Lingkungan pengendapan batubara antara lain :
1. Endapan Batubara Paralik
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan
lmuhara belakang pematang (back barrier), endapan batubara delta, endapan
Dwubara antar delta dan dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,
Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya
tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar.
nitrogen yang tinggi.
2. Endapan Batubara Belakang Pematang (back barrier)
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau
pcmatang (barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat
dari pengisian laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar
pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke
dalam klastika halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping.
Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen
dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang
dengan baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang
membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna.
Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari
perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping.
Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan
laminasi halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya permukaan
rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
3. Endapan Batubara Delta
Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada
beberapa sub lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang
surut. dataran delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan
sangat berpengaruh pada penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara
daerah ini tidak menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif
pendek dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga
ketebalan dan kualitasnya bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal
dari alang-alang dan tumbuhan paku.
4. Endapan Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah
pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat
kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar
dan air payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih
dari 1 km.
Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung
fosil laut. Di daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur.
Kandungan sulfur tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh
salinitas bakteri anaerobik.
Sumber : http://logku.blogspot.com/2011/02/proses-pembentukan-batubara.html
Sejarah Eksplorasi dan Penambangan Batubara Di Dunia
Gambar 7
Penambang batu bara Cina di ilustrasi ensiklopedia Kaiwu Tiangong
Dinasti Ming, yang diterbitkan pada tahun 1637 oleh Yingxing.Due Song dengan
kelimpahan nya, batubara telah ditambang di berbagai belahan dunia sepanjang
sejarah dan terus menjadi suatu kegiatan ekonomi yang penting saat ini.
Dibandingkan dengan bahan bakar kayu, batubara menghasilkan jumlah yang
lebih besar energi permassa dan dapat diperoleh di daerah mana kayu tidak
tersedia. Meskipun secara historis digunakan sebagai alat pemanas rumah tangga,
batubara sekarang banyak digunakan di industri, terutama dalam produksi
peleburan dan paduan, serta pembangkit listrik.
Pertambangan batu bara berskala besar yang dikembangkan selama
Revolusi Industri, dan batubara menyediakan sumber utama energi primer untuk
industri dan transportasi di Barat dari abad ke-18 ke 1950-an. Batu bara tetap
menjadi sumber energi yang penting, karena biaya rendah dan kelimpahan bila
dibandingkan dengan bahan bakar lain, terutama untuk pembangkit listrik.
Namun, batubara juga ditambang hari ini dalam skala besar dengan metode
tambang terbuka di mana pun strata batubara mogok permukaan dan relatif
dangkal.
Britain mengembangkan teknik utama penambangan batubara bawah tanah
dari akhir abad ke 18 dan seterusnya dengan kemajuan yang didorong oleh
kemajuan abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Namun minyak dan bahan bakar terkait mulai digunakan sebagai alternatif
dari kali ini dan seterusnya. Pada akhir abad ke-20 batubara adalah sebagian besar
diganti dalam penggunaan industri dan transportasi domestik serta oleh minyak,
gas alam atau listrik yang dihasilkan dari minyak, gas, tenaga nuklir atau sumber
energi terbarukan.
Sejak tahun 1890, pertambangan batubara juga telah menjadi isu politik
dan sosial. tenaga kerja penambang Batubara dan serikat buruh menjadi kuat di
banyak negara di abad ke-20, dan sering para penambang adalah pemimpin
gerakan Kiri atau Sosialis (seperti di Inggris, Jerman, Polandia, Jepang, Kanada
dan Amerika Serikat) Sejak tahun 1970 , isu lingkungan telah semakin penting,
termasuk kesehatan penambang, perusakan pemandangan dari tambang strip dan
penghapusan puncak gunung, polusi udara, dan kontribusi batubara pembakaran
terhadap pemanasan global.
Awal sejarah
Reruntuhan hypocaust bawah lantai sebuah vila Romawi. Bagian bawah
Exedra adalah covered.Early ekstraksi batubara skala kecil, batubara berbaring
baik di permukaan, atau sangat dekat dengan itu. metode khas untuk ekstraksi
termasuk pertambangan hanyut dan pit bel. Seperti halnya tambang drift,
pertambangan batang kecil digunakan. Ini mengambil bentuk pit bel, ekstraksi
bekerja keluar dari suatu poros pusat, atau teknik yang disebut ruang dan pilar
'ruang' di mana batubara tersebut diekstraksi dengan pilar kiri untuk mendukung
atap. Kedua teknik ini namun meninggalkan sejumlah besar batubara dapat
digunakan di belakang.
Referensi paling awal pada penggunaan batubara di Metalworking
ditemukan dalam risalah geologi Pada batu (Lap. 16) oleh Theophrastus ilmuwan
Yunani (c. 371-287 SM):
Di antara bahan-bahan yang digali karena mereka berguna, yang dikenal
sebagai batubara terbuat dari bumi, dan setelah dibakar, mereka membakar seperti
arang. Mereka ditemukan di Liguria dan Elis sebagai salah satu pendekatan
Olympia oleh jalan gunung dan digunakan oleh mereka yang bekerja di logam.
Penggunaan awal dikenal batubara di Amerika adalah dengan bangsa
Aztec yang menggunakan batu bara untuk bahan bakar dan jet (sejenis dari lignit)
untuk hiasan.
Di Romawi Inggris, Roma memanfaatkan segala coalfields utama
(menyelamatkan orang-orang dari Utara dan Selatan Staffordshire) oleh AD akhir
abad ke-2 Sementara banyak penggunaannya tetap lokal., Perdagangan hidup
yang dikembangkan di sepanjang pantai Laut Utara untuk memasok batubara
Yorkshire dan London. ini juga meluas ke Rhineland benua, dimana batu bara
mengandung bitumen sudah digunakan untuk peleburan bijih besi.Ia digunakan
dalam hypocausts untuk memanaskan pemandian umum, pemandian di
benteng-benteng militer, dan vila-vila individu kaya. Penggalian telah
mengungkapkan toko batubara di benteng-benteng di sepanjang Hadrian Wall,
serta sisa-sisa industri peleburan di benteng-benteng seperti Longovicium
dekatnya.
Setelah Roma kiri Inggris, di AD 410, tidak ada catatan batubara yang
digunakan di negara ini sampai akhir abad ke-12. Tak lama setelah
penandatanganan Magna Carta, pada 1215, batubara mulai diperdagangkan di
wilayah Skotlandia dan Inggris utara-timur, di mana strata Karbon mana terpapar
di pantai laut, dan dengan demikian dikenal sebagai "batubara laut". komoditas ini,
bagaimanapun, tidak cocok untuk digunakan dalam jenis tungku domestik
kemudian di gunakan, dan terutama digunakan oleh pengrajin untuk membakar
kapur, logam kerja dan peleburan. Pada awal 1228, batu bara laut dari utara-timur
dibawa ke London. Selama abad ke-13, perdagangan batubara meningkat di
seluruh Inggris dan pada akhir abad ini sebagian besar coalfields di Inggris,
Skotlandia dan Wales sedang bekerja pada skala kecil Karena penggunaan
batubara antara seniman menjadi lebih luas, menjadi jelas bahwa asap batubara
merugikan kesehatan dan peningkatan polusi di London menimbulkan keresahan
banyak dan agitasi. Sebagai hasil dari ini, proklamasi Royal dikeluarkan tahun
1306 melarang artificers London menggunakan batu bara laut di tungku mereka
dan memerintahkan mereka untuk kembali ke bahan bakar tradisional kayu dan
arang 10 Selama paruh pertama 14 abad batubara mulai digunakan untuk
pemanasan domestik di daerah produksi batubara dari Inggris, sebagai perbaikan
dilakukan dalam desain tungku domestik. Edward III adalah raja pertama yang
mengambil minat dalam perdagangan batubara dari timur laut. , mengeluarkan
nomor dari surat perintah untuk mengatur perdagangan dan memungkinkan
ekspor batubara ke Calais . Permintaan batubara terus meningkat di Inggris pada
abad ke-15, tapi masih terutama digunakan di distrik-distrik pertambangan, di
kota-kota pesisir atau yang diekspor ke Eropa kontinental. Namun, pada
pertengahan abad 16 pasokan kayu mulai gagal di Inggris dan penggunaan batu
bara sebagai bahan bakar domestik dengan cepat memperluas.
Pada 1575, Sir George Bruce dari Carnock dari Culross, Skotlandia,
membuka tambang batubara pertama untuk mengekstrak batubara dari "pit parit"
di bawah laut di Firth of Forth. Dia membangun sebuah pulau buatan loading di
mana ia tenggelam poros 40 ft yang terhubung ke dua poros untuk drainase dan
ventilasi ditingkatkan. Teknologi ini jauh di muka dari setiap metode
penambangan batubara dalam periode abad pertengahan akhir dan dianggap salah
satu keajaiban industri usia.
Selama abad ke-17 sejumlah kemajuan dalam teknik pertambangan dibuat,
seperti penggunaan tes membosankan untuk mencari deposito yang cocok dan
pompa rantai, didorong oleh roda air, mengeringkan collieries deposito Batubara
ditemukan oleh koloni di Amerika Utara Timur pada abad ke-18.
Revolusi Industri
Revolusi Industri, yang dimulai di Inggris pada abad ke-18, dan kemudian
menyebar ke benua Eropa, Amerika Utara, dan Jepang, didasarkan pada
ketersediaan batu bara untuk mesin uap kekuasaan. Perdagangan internasional
diperluas secara eksponensial ketika batubara-makan mesin uap dibangun untuk
kereta api dan kapal uap di era 1810-1840 Victoria. Batubara lebih murah dan
jauh lebih efisien daripada bahan bakar kayu di mesin uap yang paling. Sebagai
Inggris tengah dan Utara berisi kelimpahan batubara, tambang banyak terletak di
daerah ini serta lapangan batubara South Wales dan Skotlandia. Teknik-teknik
skala kecil yang tidak cocok dengan permintaan meningkat, dengan ekstraksi
bergerak menjauh dari ekstraksi permukaan penambangan poros sedalam
Revolusi Industri berlangsung.
http://yogaulil.blogspot.com/2011/01/sejarah-pertambangan-batubara.html
Sejarah Eksplorsi dan Pertambangan Batubara Indonesia
Batubara adalah penghasil listrik hampir setengah dari listrik dunia. Di
Indonesia, batubara saat ini menjadi komoditi idola dari dunia pertambangan.
Walaupun jumlah batubara di Indonesia hanya sekitar 1% dari jumlah batubara di
dunia, namun saat ini Indonesia adalah pengekspor batubara terbesar di dunia.
Karakteristik batubara indonesia yang berkualitas bituminus - sub bituminus,
sangat cocok untuk bahan bakar PLTU. Oleh karena itu batubara indonesia banyak
diminati juga oleh negara lain. Di samping itu posisi Indonesia sebagai negara
kepulauan cukup strategis untuk pengiriman batubara ke negara lain melalui
transportasi laut.
Sejarah pertambangan batubara secara modern diawali dengan penemuan
cebakan batubara di Ombilin tahun 1856, yang dilanjutkan dengan pekerjaan
persiapan selama lebih kurang 36 tahun sebelum produksi pertama tahun 1892.
Pekerjaan persiapan tersebut termasuk membangun rel kereta api dari kota Padang
ke Sawahlunto – yang selanjutnya berperan penting dalam pembangunan Sumatra
Barat.
Gambar 8 : Jalan masuk tambang Ombilin pada tahun 1971
Selain di Ombilin, pertambangan batubara juga dibuka di Tanjung Enim
(Sumatra Selatan), tepi s. Mahakam (Kalimantan Timur), Pulau Laut (Kalimantan
Selatan).
Empat phase penting dari perkembangan pertambangan batubara
Indonesia:
1. Sebelum tahun 1941
Awal dibukanya tambang-tambang batubara modern:
◦ Ombilin – tambang bawah tanah
◦ Tanjung Enim – tambang terbuka
◦ Tepi sungai Mahakam – tambang bawah tanah
Pemakai batubara: transportasi (kereta api), pabrik semen, industri
manufaktur dan industri kecil – terutama di sekitar tambang batubara.
Pabrik Semen Padang dibangun tahun 1910 menggunakan batubara dari
Ombilin.
Produksi meningkat hingga mencapai sekitar 2 juta ton/tahun.
2. Antara 1941 sampai tahun 1974
Pendudukan Jepang mengambil alih tambang-tambang yang ada dan
dimanfaatkan untuk keperluan perang.
Setelah kemerdekaan dan nasionalisasi pada pertengahan tahun 50-an,
produksi menurun karena pemakai batubara mulai berkurang dan
kekurangan tenaga ahli, walaupun ada bantuan teknik dari Polandia pada
awal tahun 60-an.
Batubara mulai ditinggalkan, diganti oleh minyak .
Tingkat produksi mencapai titik terrendah pada tahun 1969 (sekitar 200
ribu ton/tahun).
Awal tahun 70-an krisis minyak membuat perhatian kembali ke batubara.
3. Antara 1974 sampai tahun 1991
Kontrak karya pertama dengan Shell Mijnbouw di Sumatera Selatan,
sekitar Tanjung Enim tahun 1974 berakhir tahun 1978 tanpa kelanjutan.
Awal 80-an proyek terpadu pengembangan tambang Bukit Asam, jalur
kereta api dari Tanjung Enim ke Tarahan (Lampung) dan PLTU Suralaya.
PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) terpisah dari PN Tambang
Batubara.
PN Tambang Batubara menandatangani kontrak kerjasama (KKS) dengan
perusahaan asing untuk pengembangan pertambangan batubara di berbagai
tempat di Kalimantan dan Sumatra.
Tahun 1990 – PN Tambang Batubara dibubarkan dan dilebur ke PTBA
Tahun 1990 beberapa tambang KKS telah memasuki tahap operasi
produksi
4. Sejak 1991
Produksi batubara Indonesia terus meningkat secara signifikan – terutama
dari tambangtambang milik PTBA dan KKS.
Tahun 1995 PTBA tidak lagi sebagai prinsipal KKS – diambil alih oleh
pemerintah – menjadi PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara).
Sampai saat ini sudah 3 generasi PKP2B
Kebutuhan domestik meningkat dengan dibangunnya PLTU-PLTU baru.
Ekspor juga meningkat dengan pesat sejalan dengan berkembangnya
negara-negara industri baru di Asia Timur
http://catmasper.blogspot.com/2012/10/sejarah-pertambangan-batubara-indonesia.
html
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kamusilmiah.com/geologi/mengenal-batubara-1/
http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/tag/sejarah-batubara/
http://logku.blogspot.com/2011/02/proses-pembentukan-batubara.html
http://yogaulil.blogspot.com/2011/01/sejarah-pertambangan-batubara.html
http://catmasper.blogspot.com/2012/10/sejarah-pertambangan-batubara-indonesia.
html