geologi dan mineralisasi daerah satoko …psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/bul vol 7 no. 1 thn...
TRANSCRIPT
Batuan pembawa mineralisasi daerah Satoko berupa syenodiorit yang telah mengalami ubahanargilik dengan komposisi didominasi monmorilonit dan haloisit dengan sedikit nontronit. Luasdaerah mineralisasi sekitar 0.49 km , dalam bentuk urat-urat kuarsa yang teramati padabeberapa sumur uji. Urat kuarsa berwarna putih susu dengan struktur , dan
terisi pirit sangat halus, oksida besi, hematit dan limonit. Ketebalan urat kuarsa bervariasiantara 2 – 4 cm dan membentuk zona urat mencapai lebar 40 cm. Analisis kimia dari conto uratkuarsa menunjukkan nilai tertinggi kandungan unsur logam 6.326 ppm Au, 40 ppm Cu, 5.526ppm Pb, 379 ppm Zn, 5 ppmAg, 4.65% Fe, 35 ppmAs, 8 ppm dan 7 ppm Sb.
Korelasi yang erat ditunjukkan oleh kemunculan Cu, Pb dan Zn dengan nilai koefisien diatas 0,8,sedangkan Au menunjukkan korelasi negatif dengan unsur-unsur lain. Analisis inklusi fluidamengindikasikan mineralisasi terjadi pada kisaran temperatur antara 220°-300°C dankedalaman Kisaran temperatur tersebut merupakan lingkungan tipemineralisasi epitermal.
Kata kunci mineralisasi, inklusi fluida, epitermal
2
banded vuggy dogteeth
Mo
:
291,53 – 863,16 m.
GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH SATOKOKABUPATEN POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT
Oleh:
Ernowo, Bambang Nugroho Widhi, Moe'tamar
Pusat Sumber Daya GeologiJl. Soekarno-Hatta No. 444 Bandung
SARI
The host rock of Satoko mineralization area is dominated bymontmorilonite, haloysite and slightly nontronite. The mineralization zone covers an area ofabout 0.49 km , as quartz veins observed in some test pits. quartz veins havestructures of banded, vuggy and dog teeth and filled by very fine pyrite, iron oxide, hematite andlimonite. The thickness of quartz vein varies between 2-4 cm and form a vein zone up to 40 cmwide. Chemical analysis (AAS) from a quartz vein samples showed the highest content of somemetals named 6.326 ppm Au, 40 ppm Cu, 5.526 ppm Pb, 379 ppm Zn, 5 ppm Ag, 4.65% Fe, 35ppmAs, 8 ppm and 7 ppm Sb.
A close correlation of Cu, Pb, Zn represented by coefisien value of above 0.8, but none for Au.Fluid inclusions analysis indicates that the temperature of mineralization formed at 220°-300°Cand depth of The temperature range is the typical of epithermalmineralization environment.
Keywords : mineralization, fluid inclusion, epithermal
argillic altered syenodiorite
Milky white
Mo
2
291,53 – 863,16 m.
ABSTRACT
MAKALAH ILMIAH
7Buletin Sumber Daya Geologi Volume Nomor - 2017 1 2
8 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 2012
MAKALAH ILMIAH
mineralisasi. Sebanyak 34 conto batuanterubah dan batuan termineralisasi diambilpada parit uji serta sumur uji untuk dilakukananalisis laboratorium yang meliputi :
- 25 conto untuk analisis(AAS) guna
mengetahui kandungan unsur Cu, Pb, Zn,Fe, Au, Ag, As, Sb, Mo.
- 6 conto dilakukan analisis(PIMA) untuk
mengetahui jenis mineral-mineral ubahan.- 3 conto untuk analisis inklusi fluida
guna mengetahui suhu dan kedalamanpembentukan kuarsa dan cebakan bijih.
K a b u p a t e n P o l e w a l i M a n d a rmerupakan bagian dari mandala geologiSulawesi Barat Bagian Tengah berada padabusur magmatik barat di ujung timur PaparanSunda.(Van Leeuwen & Pieters, 2011)(Gambar 2).
Mandala Sulawesi Barat Bagian Tengahmerupakan daerah yang memiliki topografipaling terjal, terdiri dari beberapapunggungan dengan ketinggian antara2.000 – 3.495 m diatas permukaan air laut.
AtomicAbsorption Spectometry
PortableInfrared Mineral Analyzer
GEOLOGI
Daerah penelitian terletak di bagiantengah wilayah Kabupaten Polewali Mandar,secara geografis berada pada koordinat119 6'32,39” – 119 8'27,18” Bujur Timur dan3 17'56,15” sampai 3 18'54,08” LintangSelatan (Gambar 1). Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui keadaan geologi danmineralisasi daerah Satoko dengan tujuanuntuk mengetahui lingkungan pembentukanmineral emas.
Beberapa kegiatan penelitian untukpencarian mineral telah banyak dilakukan diKabupaten Polewali Mandar diantaranyaoleh PT. Altar Makale Mining (1987 – 1989)melaksanakan penyelidikan mineral logamdi wilayah Polewali dan Toraja, PT. KalosiMinerals (1987-1994) yang melakukaneksplorasi cebakan sulfida masif (
) dan yang terkait denganmineralisasi emas di Satoko dilakukan olehPT. North Mining Toraja dari tahun 1997sampai tahun 2001 dengan hasi lditemukannya mineralisasi tipe epitermalpada batuan syenodiorit.
Dalam penel i t ian ini di lakukanpenyelidikan lapangan untuk pemetaangeologi dan mengidentifikasi indikasi
o o
o o
massivesulphide
PENDAHULUAN
Gambar 1. Peta Lokasi daerah penelitian
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 2012
MAKALAH ILMIAH
9
Geologi Sulawesi Barat memiliki urut-urutan stratigrafi dengan kisaran umur mulaiKapurAkhir sampai sekarang, yang tersusunoleh fragmen benua dan batuan akresi( ). Kompleks batuan dasar secaratidak selaras ditumpangi oleh endapantermetamorfosakan derajat rendah yangberumur Kapur Akhir dan tersebar luas sertamembawa mineralisasi emas di SulawesiBarat Bagian Tengah.
Geologi regional Polewali Mandartersusun oleh Formasi Makale, FormasiLatimojong, Formasi Sekala, BatuanGunungapi Gunung Walimbong, BatuanTerobosan dan Endapan Alluvial (Djuri dkk,1998).
Formasi Latimojong berumur Kapurmengalami metamorfisme lemah – sedangterdiri dari serpih, filit, rijang, marmer, kuarsitdan breksi terkersikkan. Secara tidak selarasdi atas Formasi Latimojong diendapkanFormasi Makale berumur Miosen Awal –Miosen Tengah berupa batugampingterumbu.
Formasi Sekala berumur Mio-Pliosenyang disusun oleh batupasir, konglomerat,serpih, tuf, sisipan lava andesitan – basalanberumur Miosen Tengah – Pliosen memiliki
hubungan menjar i dengan BatuanGunungapi Walimbong berumur Miosen –Pliosen terdiri dari lava bersusunan basalsampai andesitan, sebagian lava bantal;breksi andesit piroksin, breksi andesit trakit;mengandung feldspatoid di beberapatempat. Batuan Gunungapi Walimbongditerobos oleh Batuan Terobosan yang padaumumnya berkomposisi asam sampaimenengah berumur Pliosen.
Endapan alluvium berumur Kuarterberupa lempung, lanau, pasir, dan kerikilmenutupi dataran rendah di bagian selatanKabupaten Polewali Mandar.
Litostratigrafi daerah Satoko disusunoleh satuan batupasir yang merupakanbagian dari Formasi Sekala berumur Mio-Pliosen dan Satuan Tufa dengan intrusisyenodiorit yang merupakan anggota dariFormasi Gunungapi Walimbong berumurMiosen (Gambar 3).
Struktur yang berkembang adalahsesar mendatar dan normal dengan arahtenggara – barat laut memotong keduasatuan batuan yang merupakan jalurkeluarnya larutan hidrotermal pembawalarutan sisa magma. Batuan terobosansyenodiorit kemungkinan merupakan
mélangeflysch
Gambar 2. Mandala metalogen Sulawesi (Van Leeuwen & Pieters, 2011).
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 2012
MAKALAH ILMIAH
10
bagian dari satuan batuan terobosan GranitMamasa. Priadi dkk. (1994) melakukanpenentuan umur dengan metode 40K-40Arpada biotit menunjukkan umur 11,91± 0.26Ma (Miosen Tengah).
Batuan syenodiorit merupakan batuaninduk yang seluruhnya telah mengalamiubahan argilik, sehingga tidak diketemukanconto batuan yang segar. Hal tersebut
ditunjukkan dari hasil analisis PIMA denganmunculnya mineral-mineral ubahan yangdidominasi oleh monmorilonit, halosit dansedikit nontronit (Tabel 1, Gambar 4), padabeberapa tempat dijumpai juga klorit.
Zona mineralisasi Satoko meliputi areaseluas ± 0,49 km2. Mineralisasi teramatipada beberapa sumur uji dalam bentuk urat-urat kuarsa (Gambar 5) Urat kuarsaberwarna putih susu, memiliki struktur
, dan teeth yang pada
ALTERASI DAN MINERALISASI
banded vuggy dog
.
Gambar 3. Peta Geologi daerah Satoko, Polewali Mandar
No. Conto Susunan mineral ubahan
TPM_01B 52% montmorilonit + 48 % haloisit
TPM_03C 46% montmorilonit + 54 % haloisit
TPM_05A 47% montmorilonit + 53 % haloisit
TPM_06A 50% montmorilonit + 50 % haloisit
TPM_07 50% montmorilonit + 50 % haloisit
TRM_06A 69% montmorilonit + 31 % nontronit
Tabel 1.Kandungan mineral ubahan hasil analisis PIMA
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 2012
MAKALAH ILMIAH
11
beberapa bagian terisi pirit sangat halus,oksida besi, hematit dan limonit padarongga-rongganya. Urat sudah mengalamiretak-retak karena sifat getas ( ) danmengalami pelapukan dengan ketebalanbervariasi antara 2 - 4 cm dan membentukzona urat mencapai lebar 40 cm.
Analisis kimia metode AAS daribeberapa conto urat kuarsa yang diambil darisumur uji menunjukkan kandungan tertinggidari beberapa unsur logam yaitu 6,326 ppmAu, 40 ppm Cu, 5.526 ppm Pb, 379 ppm Zn, 5
ppm Ag, 4,65% Fe, 35 ppm As, 8 ppm Modan 7 ppm Sb. (Tabel 2).
Analisis inklusi fluida terhadap contoTPM_04A, TPM_5D dan TPM_6A, yangkesemuanya berupa batuan ubahantersil isif ikasi tersusun oleh kuarsamengandung detritus butiran sangat halusdan serabut-serabut mineral ubahan danamorf, dipotong urat-urat kuarsa sangathalus. Hasil pengukuran mikrotermometrimasing-masing conto disajikan dalam Tabel3.
brittle
MAKALAH ILMIAH
Gambar 4. Diagram analisis PIMA
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 2012
MAKALAH ILMIAH
12
Gambar 5. Foto urat kuarsa memotong batuan syenodiorit pada sumur uji TPM 01
Tabel 2.Hasil analisis kimia unsur (AAS)
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 2012
MAKALAH ILMIAH
13
Fotomikrografi menunjukkan adanyabeberapa inklusi fluida dua fasa dan fasetunggal kaya air pada TPM_04A (Gambar 6),TPM_05D (Gambar 7) dan TPM_06A(Gambar 8).
Nilai unsur-unsur logam dasar (Cu,Pb,Zn)paling besar terdapat pada sumur ujiTPM01A, sementara nilai unsur Au palingtinggi pada TPM05. Hubungan antar unsurmenunjukkan kaitan yang erat antara kadar
PEMBAHASAN
Gambar 6. Inkklusi fluida dua fasa (lingkaran kanan) danfasa tunggal kaya air (lingkaran kiri) TPM_04A
Gambar 7. Inklusi fluida sebagian besar fasa tunggal air,dibagian kanan didominasi fasa tunggal kaya air dan umumnyaberbentuk necking,dibagian tengah kiri terlihat beberapa inklusifasa ganda yang dapat diukur.
MAKALAH ILMIAH
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 201214
Cu, Pb, Zn dengan nilai koefisien korelasidiatas 0,8. Sementara kadar unsur Au tidakmemiliki hubungan dengan kadar unsur lain,bahkan menunjukkan nilai hubungan yangnegatif (Tabel 4).
Analisis inklusi fluida menunjukkanpembentukan mineralisasi masih berada dikisaran suhu 220°C-300°C. Kisaran
temperatur ini masih merupakan kisaranyang wajar untuk pembentukan mineralisasidi lingkungan epitermal. Namun dari sisi lainnilai salinitasnya memiliki nilai agak tinggidibanding dengan kebanyakan endapanepitermal di tempat lain, seperti di Cineam,Tasikmalaya (Nugroho Widhi,1998) yangmempunyai temperatur pembentukan
Gambar 8. Inklusi fluida fasa ganda subhedral didalam kristalprismatik kasar kuarsa tipe urat TPM_06A.
Tabel 4.Hubungan antar unsur
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 2012
MAKALAH ILMIAH
15
mineralisasi berada pada kisaran 200°C-300°C tetapi salinitas berada dibawah 1,5wt% NaCl.
Hubungan antara mineralisasi emasbeserta mineral penunjuk (pathfinder)dengan temperatur dijelaskan sebagaiberikut: TPM_04A memiliki temperatur 220-250°C, salinitas 3.5-3.7 wt% NaCl dengankadar 1,405 ppm Au, <2,5 ppm As, Mo danSb relatif kecil. TPM_05D, temperatur 220-250°C salinitas 2,5-2,9wt% NaCl dengan3,097 ppm Au, 5 ppm As, 3 ppm Mo dan Sb <2 ppm. Sedangkan pada TPM_06A dengantemperatur 230-300°C, salinitas 1,4-1,8wt%NaCl memiliki 0,03 ppm Au, 35 ppm As, 2ppm Mo dan 2 ppm Sb. Melihat pola tersebutdapat ditarik gambaran saat temperaturtinggi nilai Au menurun dan As meningkat(TPM_05D dan TPM_06A).
Sementara itu kadar logam dasar (Cu,Pb, Zn) ditunjukkan dari conto TPM_04Adengan kadar yang tinggi pada temperaturmineralisasi antara 200°C-300°C, salinitasyang paling tinggi (3,3 – 3,7 Wt.% NaCl)
dibanding dengan conto lainTPM_06 menunjukkan temperatur
paling tinggi diantara conto lain, namunmemiliki salinitas paling rendah. Sementaradalam kondisi yang umum temperatur yangmeningkat hampir selalu diikuti denganmeningkatnya nilai salinitas dan kedalaman.Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktorpengambilan conto yang berada pada lokasipal ing jauh. Kemungkinan lainnyadisebabkan oleh adanya perbedaankomposisi larutan hidrotermal dan/ataubatuan samping. Jika dilihat dari kedalamanpembentukan minera l i sas i an taraTPM_04A, TPM_05D dengan TPM_06Aterdapat perbedaan yang cukup mencolok.TPM_04A memiliki kisaran kedalaman291,53 m, TPM_05D pada kedalaman350,85 m dan TPM.06A dari 434,30-863,16m. Hal tersebut menunjukkan pembentukanmineralisasi antara TPM_06A denganTPM_04A dan TPM_05D telah mengalamipergeseran dikarenakan perbedaankedalaman. (Gambar 9).
1) TPM_04A, 2) TPM05D, 3) TPM_06A.
Gambar 9. Diagram menunjukkan kisaran kedalaman pembentukanmineralisasi di daerah penyelidikan (Hass, 1971)
MAKALAH ILMIAH
Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 201216
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Mineralisasi emas di daerah Satokoterjadi pada batuan induk syenodiorit yangtelah mengalami ubahan intensif argilik,berupa urat-urat tipis kuarsa yangmembentuk zona dengan lebar mencapai 40cm. Mineralisasi terjadi pada suhu berkisarantara 220-300°C dan kedalaman antara291, 53 – 863,16 m.
Kadar kandungan Cu, Pb dan Znmenunjukkan hubungan yang erat dengannilai koefisien korelasi diatas 0,8, sementarakadar unsur Au tidak memiliki hubungandengan kadar unsur la in, bahkan
menunjukkan nilai hubungan yang negatifKecenderungan perbedaan suhu dan
salinitas dari conto yang diambil berjauhankemungkinan disebabkan oleh perbedaankomposisi larutan hidrothermal ataupunbatuan samping.
Terimakasih yang sebesar-besarnyapenulis sampaikan kepada rekan-rekan timProspeksi Mineral Logam di KabupatenPolewali Mandar yang telah membantupelaksanaan kegiatan lapangan dankepada Ir. Danny Z Herman M.Sc atas
Anonim, 2001, Laporan Pelepasan Keseluruhan, PT. North Mining Toraja (Tidakdipublikasikan).
Djuri, Sudjatmiko, Bachri S & Sukido, 1998, Peta Geologi Lembar Majene dan bagian BaratLembar Palopo, Sulawesi, Edisi kedua dalam skala 1 : 250.000, Pusat Survey Geologi
Hass,J.L., 1971. The effects of salinity on the maximum thermal gradient of a hydrothermalsystem at hydrostatic pressure. Economic Geology, 66 h. 940-946.
Nugroho Widhi B, 1998, Epithermal gold mineralization in the Cineam Area, Thesis, HokaidoUniversity, Japan.
Priadi,B., H. Bellon, R.C. Maury, M. Polve, R. Soeriaatmadja & J.C. Philippet, 1994. Magmaticevolution in Sulawesi in the light of new 40K-40Ar age data. Proceedings 23rd AnnualConverence IAGI, Jakarta, p.355-369.
Van Leeuwen,T.M dan Pieters,P.E, 2011. Mineral Deposits of Sulawesi. Proceedings of TheSulawesi Mineral Resources , MGEI, p. 1-130.
DAFTAR PUSTAKA
Diterima tanggal 11 April 2012Revisi tanggal 18 Mei 2012