geojal

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat angka pertumbuhan lalu lintas yang semakin tinggi dari tahun ke tahun sehingga pada suatu saat nanti diperkirakan akan timbul permasalahan dimana kapasitas persimpangan khususnya pada persimpangan sebidang tersebut tidak mampu lagi menerima atau menampung arus lalu lintas yang ada sehingga akan terjadi kemacetan-kemacetan, serta adanyaproblema pertemuan jalan pada jalan bebas hambatan dengan jalan lain yang dilintasinya dimana tidak mungkin dibuat persimpangan sebidang maka perencanaan sebidang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan permasalahan Untuk meningkatkan kelancaran serta untuk mengatasi pertumbuhan lalu lintas yang tinggi diperlukan solusi untuk memperlancar persimpangan. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan membangun simpang susun sehingga dapat meningkatkan kapasitas persimpangan 1.2. Maksud danTujuan Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah : a. Untuk mengupas masalah-masalah yang sering terjadi pada persimpangan tidak sebidang b. Untuk mengetahui jenis-jenis, prioritas, konflik, perlengkapan pengaturan simpang tak sebidang

Upload: angga-parahita

Post on 26-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangMelihat angka pertumbuhan lalu lintas yang semakin tinggi dari tahun ke tahun sehingga pada suatu saat nanti diperkirakan akan timbul permasalahan dimana kapasitas persimpangan khususnya pada persimpangan sebidang tersebut tidak mampu lagi menerima atau menampung arus lalu lintas yang ada sehingga akan terjadi kemacetan-kemacetan, serta adanyaproblema pertemuan jalan pada jalan bebas hambatan dengan jalan lain yang dilintasinya dimana tidak mungkin dibuat persimpangan sebidang maka perencanaan sebidang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan permasalahanUntuk meningkatkan kelancaran serta untuk mengatasi pertumbuhan lalu lintas yang tinggi diperlukan solusi untuk memperlancar persimpangan. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan membangun simpang susun sehingga dapat meningkatkan kapasitas persimpangan

1.2. Maksud danTujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah :a. Untuk mengupas masalah-masalah yang sering terjadi pada persimpangan tidak sebidang b. Untuk mengetahui jenis-jenis, prioritas, konflik, perlengkapan pengaturan simpang tak sebidangc. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan simpang tak sebidang.1.3. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup tentang persimpangan sebidang ini adalahBAB II

LANDASAN TEORI2.1.UmumAda dua jenis persimpangan yaitu persimpangan sebidang dan persimpangan tak sebidang. Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana ruas jalan saling bertemu dalam satu bidang sedangkan persimpangan tidak sebidang dimana ruas jalan bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain.Biasanya perencanaan persimpangan sebidang ini dilakukan bila kapasitas persimpangan tersebut sudah mendekati atau lebih besar dari kapasitas masing-masing ruas jalan sehingga arus lalu lintas untuk masing-masing lengan persimpangan sama sekali tidak boleh terganggu. Bila hal ini terjadi maka praktis persimpangan tersebut akan terjadi kemacetan yang tidak mungkin dihindari.Persimpangan tidak sebidang adalah satu-satunya pilihan bila pengaturan maupun pengendalian arus lalu lintas pada persimpangan sebidang tidak lagi dapat dilakukan untuk memperbesar kapasitas.

2.2. Pengertian PersimpanganPersimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas jalan bertemu , di sini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk mengendalkan konflik ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa yang mempunyai hak terlebih dahulu untuk menggunakan pesimpangan.Ada dua jenis persimpangan antara lain :

Persimpangan Sebidang

Pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara sebidang, tidak saling bersusun. Persimpangan Tak Sebidang(Susun)

Persimpangan dimana ruas jalan bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain.2.3. Bentuk dan pengendalian persimpanganBentuk pengendalian tergantung kepada besarnya arus lalu lintas, semakin besar konflik yang terjadi semakin kompleks pengendaliannya atau dijalan bebas hambatan perlu penanganan khusus.2.4. Alih Gerak (Manuver) Lalu lintas pada Persimpangan Jalan

Dari sifat dan tujuan gerakan didaerah persimpangan, dikenal beberapa bentuk alih gerak yaitu:

Diverging (memisah) Merging (menggabung)

Crossing (memotong)

Weaving (menyilang)

2.2.1.Diverging (memisah)Diverging adalah peristiwa memisahnya kendaraan dari suatu arus yang sama ke jalur yang lain

2.2.2.Merging (menggabung)Merging adalah peristiwa menggabungnya kendaraan dari suatu jalur ke jalur yang lain

2.2.3.Crossing (memotong)Crossing adalah peristiwa perpotongan antara arus kendaraan dari satu jalur ke jalur yang lain pada persimpangan dimana keadaan yang demikian akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut

2.2.4.Weaving (menyilang)Weaving adalah pertemuan dua arus lalu lintas atau lebih yang berjalan menurut arah yang sama sepanjang satu lintasan dijalan raya tanpa bantuan rambu lalu lintas. Gerakan ini sering terjadi pada suatu kendaraan yang berpindah dari suatu jalur ke jalur lainnya, misalnya pada saat kendaraan masuk kesuatu jalan raya dari jalan masuk kemudian bergerak ke jalur lainnya untuk mengambil jalan keluar dari jalan raya tersebut , keadaan ini juga akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut

2.3. Titik Konflik pada Persimpangan JalanKeberadaan persimpangan pada suatu jaringan jalan, ditujukan agar kendaraan bermotor, pejalan kaki, dan kendaraan tidak bermotor dapat bergerak dalam arah yang berbeda dan pada waktu yang bersamaa. Dengan demikian pada persimpangan akan terjadi suatu keadaan yang menjadi karakteristik yang unik dari persimpangan yaitu munculnya konflik yang berulang sebagai akibat dari pergerakan (maneuver) tersebut.Berdasarkan sifatnya konflik yang ditimbulkan oleh manuver kendaraan dan keberadaan pejalan kaki dibedakan menjadi 2 type yaitu :

Konflik primer, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas yang saling memotong.

Konflik sekunder, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas kanan dengan arus lalu lintas arah lainnya dan atau lalu lintas belok kiri dengan pejalan kaki.

Adapun titik konflik yang terjadi di suatu persimpangan dapat dilihat pada gambar berikut :

Pada dasarnya jumlah titik konflik yang terjadi dipersimpangan tergantung beberapa factor antara lain : Jumlah kaki persimpangan yang ada

Jumlah lajur pada setiap kaki persimpangan Jumlah arah pergerakan yang ada

Sistem pengaturan yang ada

BAB III

PEMBAHASAN3.1. Pengertian Simpang SebidangPertemuan dua ruas jalan atau lebih secara sebidang 1 tidak saling bersusun. Pertemuan ini direncanakan sedemikian dengan tujuan untuk mengalirkan atau melewatkan lalu lintas dengan lancar serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan/pelanggaran sebagai akibat dari titik konflik yang ditimbulkan dari adanya pergerakan antara kendaraan bermotor, pejalana kaki, fasilitas-fasilitas lain atau dengan kata lain akan memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan dalam penggunaan jalan yang melalui persimpangan.Pertemuan jalan sebidang ini pada dasarnya ada 4 macam , yaitu : Persimpangan sebidang bercabang 3

Gambar 3.1 Persimpangan Bercabang 3 Persimpangan sebidang bercabang 4

Persimpangan sebidang bercabang banyak

Gambar 3.2 Persimpangan Bercabang Banyak Bundaran (Rotary Intersection)

Gambar 3.3 Bundaran (Rotary Intersection)

Pada persimpangan sebidang menurut jenis fasilitas pengatur lalu lintasnya dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian :

1. Simpang bersinyal (signalised intersection) adalah persimpangan jalan yang pergerakan atau arus lalu lintas dari setiap pendekatnya diatur oleh lampu sinyal untuk melewati persimpangan secara bergilir.

2. Simpang tak bersinyal (unsignalised intersection) adalah pertemuan jalan yang tidak menggunakan sinyal pada pengaturannya.3.2. Pengertian Simpang Susun(Tak Sebidang)Simpang susun adalah persimpangan tidak sebidang di mana dapat dilakukan perpindahan dari satu kaki persimpangan ke kaki lainnya melalui akses yang terhubung tidak sebidang, seperti di Cawang interchange Jakarta. Merupakan persimpangan yang biasanya diterapkan pada jalan bebas hambatan di mana konflik silang dihindari.Adapun bentuk-bentuk simpang susun adalah :3.2.1.Interchange

Merupakan simpang susun yang kompleks dimana pengendara tidak akan bertemu dengan konflik silang. Interchange membutuhkan lahan yang cukup luas untuk mengakomodasi rampa serta biaya konstruksi yang tinggi.3.2.2.Simpang Susun Bertumpuk (Stack Interchange)

Merupakan silang susun bertumpuk atau disebut juga sebagai Stack Interchange yang bias mencapai 4 susun yang merupakan simpang alternatif dari jembatan semanggi, lebih sempurna sehingga kapasitasnya lebih tinggi, tetapi karena harus dibangun lebih dari dua susun biaya konstruksinya menjadi lebih tinggi.3.2.3Jembatan SemanggiJembatan Semanggi adalah suatu simpang susun yang dibangun di era pemerintahan Presiden Soekarno. Jembatan ini disebut Jembatan Semanggi karena dibangun di kawasan Karet Semanggi, Setiabudi, akan tetapi banyak juga yang mengatakan karena bentuknya yang seperti daun Semanggi maka istilah Jembatan Semanggi digunakan. Jembatan semanggi ini merupakan salah satu simpang susun pertama yang dibangun di Indonesia. Alternatip lain dari simpang susun seperti ini adalah separoh semanggi yang diterapkan pada suatu simpang tiga.3.2.4Simpang Ketupat

Simpang ketupat yang dikenal juga sebagai diamond interchange merupakanpersimpangan antara jalan utama dengan dengan jalan minor, dimana jalan utamanyabebas hambatan dipisah pada bidang yang berbeda, sedang hubungan dengan jalanminor terjadi pada persimpangan sebidang, yang biasanya dikendalikan denganlampu lalu lintas. Pada simpang ketupat ini biasanya masih ditemukan konflik yangcukup besar, sehingga kapasitasnya lebih rendah dari simpang susun tumpukataupun jembatan semanggi. Simpang ketupat biasanya dibangun pada lokasi yangsempit ataupun pada jalan toll dimana lintas utamanya mempunyai konflik yanglebih kecil dibanding dengan jalan minornya. Untuk meningkatkan keselamatan danmenurunkan biaya konstruksi, pada bagian yang ada konfliknya pada jalanminornya perlu dipasang lampu lintas.

3.2.5Floyer

Bentuk simpang susun yang paling sederhana adalah flyover atau disebut jugasebagai jembatan layang, yang dimaksudkan untuk menghilangkan konflik yangberpotongan langsung, ataupun untuk melewati suatu kawasan yang kumuh. Fly overbanyak dibangun untuk menghindari persilangan sebidang dengan lintas kereta apiataupun persilangan dengan jalan toll. 3.2.6Underpass

Selain Flyover juga dapat dibangun underpass atau terowongan yang fungsinya sama seperti flyover. Banyak dibangun di Jakarta untuk meningkatkan kapasitas perlintasan serta mengurangi angka kecelakaan khususnya pada persilangan dengan Kereta api.3.3 Perlengkapan Simpang

Pada setiap persimpangan biasanya dilengkapi oleh rambu rambu jalan dan beberapa papan penunjuk arah. Perlengkapan ini sangat penting karena berfungsi sebagai alat informasi kepada pengemudi agar dapat berkendara dengan aman. Adapun perlengkapan yang sering terdapat di persimpangan jalan anatara lain:

3.3.1Lampu Lalu Lintas

Lampu lalu lintas adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah lalu lintas. Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-arus yang ada. Lampu lalu lintas telah diadopsi di hampir semua kota di dunia ini. Lampu ini menggunakan warna yang diakui secara universal; untuk menandakan berhenti adalah warna merah, hati-hati yang ditandai dengan warna kuning, dan hijau yang berarti dapat berjalan.Adapun kriteria dari pemasangan lampu lalu lintasa adalah:

1. arus minimal lalu lintas yang menggunakan rata-rata diatas 750 kendaraan/jam selama 8 jam dalam sehari;

2. atau bila waktu menunggu/tundaan rata-rata kendaraan di persimpangan telah melampaui 30 detik;

3. atau persimpangan digunakan oleh rata-rata lebih dari 175 pejalan kaki/jam selama 8 jam dalam sehari; 4. atau sering terjadi kecelakaan pada persimpangan yang bersangkutan5. atau merupakan kombinasi dari sebab- sebab yang disebutkan di atas.

3.3.2Rambu JalanRambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Agar rambu dapat terlihat baik siang ataupun malam atau pada waktu hujan maka bahan harus terbuat dari material yang reflektif (memantulkan cahaya).

Berdasarkan jenis pesan yang disampaikan, rambu lalu lintas dapat dikelompokkan

menjadi rambu-rambu seperti berikut:

a. Rambu Peringatan Rambu Peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan.

b. Rambu LaranganRambu Larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatanyang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan

c. Rambu Perintah

Rambu Perintah adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan

d. Rambu Petunjuk

Rambu Petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan petunjukmengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lainbagi pemakai jalan.

3.3.3 Marka Jalan

Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di ataspermukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garismembujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untukmengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas

Daftar Pustaka

http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Simpang_susunhttp://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Perambuan_lalu_lintas