geodesa
TRANSCRIPT
GEO : Geografi Perdesaan
Geografi Perdesaan
Geografi perdesaan adalah suatu cabang studi ilmu Geografi yang mempelajari fenomena
social ekonomi dan cultural serta perubahan – perubahannya di wilayah perdesaan dalam
keterkaitannya dengan berbagai factor penentunya baik yang bekerja pada tingkat local,
regional, maupun global. (A.J Suhardjo dalam Suparmini, 2004 : 5)
Geografi Perdesaan merupakan cabang studi geografi, oleh karena itu dalam analisis terhadap
fenomena social maupun ekonomi selalu dihubungkan dengan aspek – aspek Geografi
(Johnston, 1981 dalam Suparmini, 2004 : 5)
TINJAUAN TENTANG GEOGRAFI PERDESAAN
Pengertian Geografi perdesaan dapat dipandang secara etimologi sebagai berikut yakni; Geografi dan Perdesaan.Tinjauan Tentang Pengertian Geografi
Sebutan geografi ini secara Historis telah mulai dikembangkan oleh para pakar yunani kuno, pertama kali dikembangkan oleh Erastotenes(276-196 SM) dengan hasil karyanya yang berjudul Geografika(Surhayono.1994;1). Geografi berasal dari bahasa Yunani: geo berarti bumi dan grafhein berarti tulisan. Jadi secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu, geografi sering juga disebut ilmu bumi. Akan tetapi, yang dipelajari dalam geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga berbagai hal yang ada di permukaan bumi, di luar bumi, bahakan benda-benda di ruang angkasa pun turut menjadi objek kajian geografi.
Alexsander dan Gibson dalam Surhayono,1994;12. Mengemukakan bahwa geografi merupakan disiplin ilmu yang menganalisis variasi keruangan dalam artian kawasan-kawasan (region) dan hubungan antara variable-variable keruangan.
Menurut armin K. Lobeck dalamSurhayono.1994;13. Mengatakan geografi adalah “the study of relationships exsiting between life physical environment”, yakni sebagai ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan yang ada antara kehidupan dan lingkungan fisiknya
Menurut SEMLOK tahun 1988 dalam Surhayono.1994;15. Dikatakan geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam kontek keruangan
Menurut penulis sendiri geografi pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari bumi meliputi fenomena-fenomena yang ada dibumi yaitu fenomena geosfer, meliputi fenomena fisik dan sosial yang saling berinteraksi dalam sutu region, dipandang dengan menggunakan pendekatan kelingkungan dan kewilayahan dengan kontek keruangan, meliputi; time bases analisis, space bases analisysis dan time space based analisis.
Dari pengertian terkandung Ciri khas yang membedakan ilmu geografi dengan ilmu lainnya yakni; Geografi dalam mempelajarinya selalu menekankan pada obyek pengkajian yakni unit permukaan bumi(geosfer) dalam suatu region meliputi unit fisik dan sosial yang
saling berinteraksi, dipandang dengan sudut pandang kewilayahan, dan kelingkungan dan kontek keruangan.Tinjauaan Tentang Pengertian Perdesaan
Untuk mengetahui pengertian mengenai perdesaan kita melangkah dulu dari pengertian desa itu sendiri. Beberapa pengertian Desa menurut para ahli;
Menurut Soetardjo Kartohadikoesoemo istilah desa dapat diartikan ke dalam tiga istilah yaitu desa, dusun, dan desi yang semuanya berasal dari suku kata swa desi. Istilah ini sama maknanya dengan negara, negeri,nagari yang berasal dari kata nagaram. Istilah ini berasal dari kata sanskrit yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran(Hartono, 2009).
Pengertian desa hanya berlaku secara representatif (mewakili) bagi semua desa yang ada di dunia. Hal ini disebabkan karena setiap desa menunjukkan karakteristiknya masing-masing atau ciri khas yang dimiliki oleh desa tersebut.
Dalam Bahasa Inggris, desa adalah village. Menurut Paul H. Lubis dalam rahardjo(1999) dalam Sriartha(2004) mendifinisikan desa dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu:
1. Analisa statistik, desa adalah lingkungan yang berpenduduk kurang dari 2500 orang.2. Analisa sosial psikologik, desa merupakan lingkungan yang penduduknya memiliki
hubungan akrab dan serba informal.3. Analisa ekonomik, desa adalah lingkungan yang penduduknya kepada pertanian.
Menurut Bintarto dalam Sriartha (2004) mengemukakan bahwa desa merupakan lingkungan tempat tinggal penduduk (bukan pusat perdagangan atau bisnis) yang mata pencahariannya utamanya di bidang pertanian.
Dilihat dari perspektif hukum (adat) dan administratif, menurut pendapat Sutardjo Kartohadikoesumo dalam Bintarto (1984) dalam Sriartha (2004), desa merupakan kesatuan hokum dimana bertempat tinggal masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Pengertian itu sama dalam Inpres Nomor 5 Tahun 1976, yaitu desa merupakan masyarakat hukum yang setingkat dengan nama asli lainnya dalam pengertian teritorial administratif langsung di bawah kecamatan.
Dalam undang-undang nomor 5 tahun 1976 dijelaskan bahwa desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dilihat dari perspektif geografi, desa merupakan wilayah yang terbentuk melalui unsur-unsur geografi. unsur tersebut meliputi bentang alam fisik, bentang buatan manusia penduduk dan unsur tata kehidupan. Bentang alam fisik seperti tanah, air, iklim, topografi termasuk lokasi dan tumbuhan. Bentang buatan manusia seperti jalan, gedung, jembatan dan sebagainya. Dari segi penduduk desa, menyangkut jumlah, komposisi, persebaran, dan kualitasnya. Terakhir yaitu dari segi unsur tata kehidupan, yaitu menyangkut sistem niali budaya dan kelembagaan masyarakat.
Kharakteristik Suatu DesaKarakteristik atau ciri-ciri desa dapat dianalisa dari usul-usul, pengertian atau unsur-unsur
desa itu sendiri. Unsur-unsur desa terdiri dari bentang alam, unsur bentang buatan, penduduk, dan tatanan kehidupan. Ciri-ciri desa menurut sriartha,2004;5-6. Dapat diungkap 4 usur desa, meliputi;
a) Desa dan masyarakat sangat erat kaitannya dengan alam,
b) Bentang buatan di desa yang mencangkup prasarana dan sarana sosial ekonomi(seperti jalan raya, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar). Dan pemukiman penduduk, menggambarkan keadaan yang sederhana dan tidak padat.
c) Penduduk desa menunjukan ciri-ciri;1. kepadatan penduduk berada pada kategori tidak padat hingga cukup padat.2. aktifitas ekonominya bersifat primer, yaitu menghasilkan bahan/produksi pertanian
3. interaksi sosial bersifat akrab, kekeluargaan. Bintarto(1984) dan Daldjoeni (1998) dalam Sriartha (2004). Menyatakan hubungan antar pribadi masyarakat desa lebih bersifat peguyuban dan gotong royong
4. stratifikasi sosial, diferensiasi sosial masyarakat desa bersifat relative homogen.d) Tatanan kehidupan masyarakat desa lebih mengutamakan sistem nilai dan adat iistiadat
setempat untuk mengatur tata kehidupannya1. Menurut Lowrrey Nelson dalam Indah (2009), ada 16 ciri khas desa:
a) Mata pencaharian : agraris homogenb) Ruang kerja : terbuka, terletak disawah, ladang dan sebagainyac) Musim/ cuaca : sangat penting untuk menentukan masa panend) keahlian/ ketrampilan : umum dan merata untuk setiap orange) kesaatuan kerja keluarga : sangat umumf) jarak rumah dengan tempat kerja : berdekatang) kepadatan penduduk : rendah atau sedikith) besarnya kelompok : sedikit atau kecili) kontak sosial : sedikitj) rumah : tradisionalk) lembaga / institusi : kecil / sederhanal) kontrol sosial : adat istiadat, kebiasaanm) mobilitas penduduk : rendahn) status sosial : stabil
2. Menurut Soerjono Soekanto dalam Indah (2009) ciri khas desa:a) Kehidupan masyarakat sangat erat dengan alamb) Kehidupan petani sangat bergantung pada musimc) Desa merupakan kesatuan social dan kesatuan kerjad) Struktur perekonomian bersifat agrarise) Hubungan antar anggota masyarakat desa berdasar ikatan kekeluargaanf) Perkembangan social relatif lambatg) Kontrol sosial ditentukan oleh moral dan hukum informalh) Norma agama dan adat masih kuat
Kata perdesaan diambil dari bahasa Inggris yaitu rural yang artinya seperti desa atau seperti di desa kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sehingga secara umum dikenal dalam istilah Indonesia adalah perdesaan. Hal ini dapat dilihat dalam realitanya suatu daerah yang lokasinya di kota tetapi kehidupan masyarakat dan lingkunganya seperti di desa, maka daerah tersebut disebut dengan rural bukan kota.
Kawasan perdesaan (rural) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama berupa pertanian , termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa, pemerintahan , pelayanan sosial , dan kegiatan ekonomi .
Kawasan perdesaan (rural) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama berupa pertanian , termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa, pemerintahan , pelayanan sosial , dan kegiatan ekonomi .
Perdesaan merupakan daerah (kawasan) desa. Ada istilah lain yang sering kita dengar yaitu pedesaan dan kedesaan. Pedesaan merupakan daerah permukiman penduduk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim, dan air sebagainya, yang menjadi syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk di tempat itu. Sedangkan, kedesaan merupakan sesuatu yang berhubungan dengan sifat atau keadaan desa; perihal daerah (http://alkitab.sabda.org/lexicon.php?word=kedesaan , 2010).
1. Ditinjau dari penduduknya, desa merupakan lingkungan yang berpenduduk kurang lebih 2500 orang.
2. Ditinjau dari ekonomi, desa adalah lingkungan yang penduduknya bergantung kepada pertanian. Menurut Bintarto dalam Sriartha (2004) mengemukakan bahwa desa merupakan lingkungan tempat tinggal penduduk yang mata pencahariannya utamanya di bidang pertanian bukan sebagai pusat perdagangan atau bisnis.
3. Ditinjau dari perspektif hukum, menurut pendapat Sutardjo Kartohadikoesumo dalam Bintarto (1984) dalam Sriartha (2004), desa merupakan kesatuan hukum dimana bertempat tinggal masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Pengertian itu sama dalam Inpres Nomor 5 Tahun 1976, yaitu desa merupakan masyarakat hukum yang setingkat dengan nama asli lainnya dalam pengertian teritorial administratif langsung di bawah kecamatan. Dalam undang-undang nomor 5 tahun 1976 dijelaskan bahwa desa merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Ditinjau dari perspektif geografi, desa merupakan wilayah yang terbentuk melalui unsur-unsur geografi. Unsur tersebut meliputi bentang alam fisik, bentang buatan manusia penduduk dan unsur tata kehidupan. Bentang alam fisik seperti tanah, air, iklim, topografi termasuk lokasi dan tumbuhan. Bentang buatan manusia seperti jalan, gedung, jembatan dan sebagainya. Dari segi penduduk desa, menyangkut jumlah, komposisi, persebaran, dan kualitasnya. Terakhir yaitu dari segi unsur tata kehidupan, yaitu menyangkut sistem niali budaya dan kelembagaan masyarakat.Adapun ciri-ciri perdesaan ditinjau dari:
1. Ciri Fisik• Wilayah yang agraris, artinya sebagian besar penduduknya bekerja di sector pertanian.
2. Ciri Sosial• Masyarakat yang religius, artinya masyarakat yang taat pada agama yang dianutnya.
Melakukan ibadah seperti masyarakat Hindu Bali pada umumnya di perdesaan melaksanakan odalan di pura.
• Gotong royong yang kuat, masyarakat memegang teguh sistem gotong royong, seperti halnya dalam pembuatan jalan setapak menuju lahan-lahan pertanian.
• Hubungan kekerabatan kuat• Hidup tergantung pada sektor pertanian
3. Ciri Geografis• Pemukiman yang tidak terlalu padat• Sarana dan prasarana transportasi yang langka, seperti zaman dahulu memanfaatkan hewan
(kuda, gajah, sapi, kerbau dan sebagainya). Namun sekarang sudah beralih ke alat yang lebih modern seperti mobil angkutan dan sepeda motor.
• Pola penggunaan lahan yang tidak padat .
Fenomena di PerdesaanFenomena (masalah atau gejala) adalah segala sesuatu yang dapat kita lihat, atau
alami, atau rasakan. Suatu kejadian adalah suatu fenomena. Suatu benda merupakan suatu fenomena, karena merupakan sesuatu yang dapat kita lihat. Adanya suatu benda juga menciptakan keadaan ataupun perasaan, yang tercipta karena keberadaannya (Anonim, 2010). Ada beberapa fenomena di perdesaan antara lain:a) Fenomena social
Kehidupan social merupakan ciri khas dari penduduk yang berada di perdesaan, adanya interaksi antar berbagai penduduk menjadi sangat penting peranannya dalam kehidupan sehari-hari di perdesaan. Adapun fenomena yang nampak di perdesaan seperti gotong royong dalam pembuatan jalan atau saat ada upacara keagaman seperti pembuatan penjor di pura, ngayah di pura, dan sebagainya.
Kehidupan sosial masyarakat desa tradisional yang hidup di daerah-daerah pertanian pedalaman hidup dalam komunitas-komunitas yang cenderung bersikap “tertutup”, serta dengan semangat kelompok yang kuat, karena mereka menganggap bahwa eksistensi (keberadaan) individu terletak di dalam kehidupan berkelompok atau bermasyarakat. Oleh sebab itu kehidupan individu perlu diatur dalam bentuk organisasi (Anonim, 2010).
b) Fenomena pertanianPertanian di perdesaan dalam bentuk perkebunan, perladangan dan perhutanan .
Masyarakat perdesaan sebagaian besar dihidupi oleh hasil pertanian. Adapun komoditi (hasil pertanian) berupa tanamam kopi, cengkeh, pala, merica, dan sebagainya, Sayur-sayuran dan buah-buahan, dan kayu yang diperoleh dari kebun penduduk.
c) Fenomena transportasiAspek aksesibilitas (dalam hal transportasi) di desa merupakan faktor penting untuk
menunjang aktivitas ekonomi, pada faktanya masih banyak desa memiliki aksesibilitas yang buruk yang menjadi penghambat dalam penditribusian hasil pertanian. Padahal aksesibilitas tersebut berfungsi sebagai jalur penghubung terjadinya aliran barang dan jasa (aktivitas ekonomi). Melalui peningkatan aksesibilitas di desa seperti pembangunan jalan dan jembatan, pemberdayaan potensi sumber daya yang terdapat di desa dapat dikembangkan secara optimal. Adanya kemudahan akses tersebut juga bisa menjadi faktor penarik bagi pihak pemerintah dan swasta untuk bermitra dan mengembangkan aspek unggulan desa yang bersangkutan (http://anggigeo.wordpress.com/ , 2010).
Sarana transportasi yang dapat kita lihat di perdesaan yang akses jalannya buruk, biasanya memanfaatkan hewan seperti gajah, kuda, dan sebagainya. Tergantung dari topografi suatu wilayah perdesaan. Namun di era sekarang karena semakin meluasnya pembuatan jalan ke daerah terpencil atau di perdesaan yang terpencil, maka sarana angkutan berupa mobil angkut, truk, sepeda motor dan sebagainya sudah bisa dimanfaatkan dengan baik.
d) Fenomena permukimanTerbentuknya pola permukimam dipengaruhi oleh keadaan lingkungan alam, keadaan
sosial ekonomi, serta keadaan budaya penduduk perdesaan.
Daerah-daerah yang memiliki tanah-tanah subur, dapat mengikut tempat kediaman penduduk dalam satu kelompok. Daerah-daerah dengan relief yang sama, misalnya dataran-dataran rendah menjadi sasaran penduduk untuk bertempat tinggal. sebuah sumber air bisa menjadi tempat pemusatan penduduk.
Daerah-daerah banjir merupakan pemisah antara permukiman perdesaan satu dengan lainnya. Daerah-daerah dengan topografi kasar menyebabkan rumah penduduk desa tersebar. Permukaan air tanah yang dangkal memungkinkan pembuatan sumur-sumur di Setiap tempat, sehingga perumahan penduduk dapat didirikan dengan pemilihan tempat yang ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe permukiman memusat antara lain permukaan lahan yang datar, lahan yang subur, curah hujan yang relatif kurang, kebutuhan akan kerjasama, ikatan sosial-ekonomi, agama atau kepercayaan, tipe pertanian, lokasi industri dan mineral. Disamping itu dinyatakan, bahwa pola permukiman dipengaruhi oleh fisiografis (keadaan fisik) wilayah, seperti relief, sumber air, jalur drainase, kondisi lahan (Wuryanto Abdullah dan Su Rito Hardoyo, 1981). Pendapat dan pernyataan di atas menunjukkan adanya tiga kelompok penting dalam pola permukiman, yakni pola mengelompok, pola acak dan pola tersebar merata Selain itu, tampak pula bahwa relief, kesuburan lahan dan sumber air, merupakan komponen lingkungan alam yang dominan dalam mempengaruhi pola permukiman, di samping kondisi sosial-ekonomi dan kebudayaan, seperti tata guna lahan, tipe pertanian, penyakapan lahan, prasarana transportasi dan komunikasi, kepadatan penduduk, lokasi mineral dan industri, keamanan, politik, sistem pembagian waris dan agama atau ideology (http://slametteguh.blogspot.com/2009/02/pola-permukiman.html ).
Ditinjau dari letak ketinggian wilayah, tampak faktor ini mempunyai hubungan yang erat dengan kualitas lahan. Dengan pernyataan lain, semakin meningkatnya letak ketinggian tempat, menyebabkan semakin berkurangnya lahan-lahan datar. Sandy (1977) menyatakan bahwa di sekitar ketinggian sama dengan atau lebih besar dari 100 meter, biasanya topografi lebih kasar daripada di bawahnya. Dengan demikian berarti, bahwa semakin meningkatnya letak ketinggian tempat di suatu wilayah, maka semakin meningkat pula kekasaran topografinya, keadaan permukaan air sumur juga semakin dalam, sehingga kemungkinan untuk terjadinya pengelompokan permukiman secara teratur maupun penyebaran secara teratur sangat kecil. Oleh karena itu, dengan semakin meningkatnya letak ketinggian tempat pada suatu wilayah, pola permukiman semakin tersebar terjadi secara tidak teratur.
Sejalan dengan pernyataan Sandy (1977), bahwa kemampuan untuk menempuh jarak di perdesaan, ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk berjalan kaki. Dengan demikian, adanya perluasan lahan pertanian dan peningkatan efektivitas kerja, yang disebabkan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian dapat mempengaruhi terhadap penyebaran pola permukiman. Terdapatnya permukiman dalam artian sempit di suatu wilayah, tentu disebabkan oleh adanya kemungkinan untuk hidup bagi masyarakat kampung yang bersangkutan, sesuai dengan keahlian ataupun keterampilan mereka. Makin besarnya kemungkinan untuk hidup yang diberikan suatu wilayah, semakin besar pula kemungkinan jumlah manusia yang tinggal di wilayah tersebut, atau semakin besar pula terjadinya pemusatan penduduk wilayah tersebut.
Apabila ditinjau dari perkembangan bentuk-bentuk penggunaan lahan untuk usaha pertanian rakyat di pedesaan, sebagaimana dikemukakan Sandy (1977), bahwa perkembangan tertinggi dari usaha pertanian kecil di Indonesia adalah persawahan dengan pengairan teratur, apabila memungkinkan penduduk akan membuat sawah pada medan dengan lereng yang bagaimanapun, baik rawa, lereng gunung dan apalagi daerah datar. Dengan demikian, daerah-daerah usaha pertanian lahan sawah merupakan daerah pusaatan penduduk yang terbesar. Adanya perbedaan bentuk penggunaan lahan dalam usaha pertanian,
dengan sendirinya memerlukan tingkat pengolahan serta tingkat kebutuhan tenaga, kerja yang berbeda-beda pula Dalam hal ini ditunjukkan bahwa lahan merupakan. Dalam dan jenis penggunaan yang paling intensip. Artinya pemakaian tenaga kerja dalam bentuk usaha lahan sawah akan lebih besar dari usaha pertanian lahan kering, seperti tegalan, kebun campuran maupun usaha perkebunan kecil. Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja ini, dilakukan dengan sistem pertukaran jasa. (barter tenaga sesama mereka). Sifat kegotongroyongan pada usaha pertanian lahan sawah, menuntut suatu kehidupan sosial yang saling berdampingan antara sesama keluarga petani. Hal ini, menuntut pula terjadinya pengelompokan permukiman pedesaan di sekitar lahan sawah, dan sebaliknya terjadi pola-pola permukiman yang menyebar pada penggunaan lahan pertanian lahan kering.
Berbagai pendapat di atas menunjukkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pola permukiman di perdesaan, antara lain: kemiringan lahan, ketinggian tempat, kedalaman air sumur, curah hujan, kepadatan penduduk, tekanan penduduk terhadap lahan pertanian dan persentase luas lahan sawah dari seluruh luas lahan pertanian. (http://slametteguh.blogspot.com/2009/02/pola-permukiman.html ).
Pendekatan dalam Mengkaji PerdesaanDitinjau dari pendekatan keruangan, sebelum membahas lebih lanjut perlu kita ketahui
pengertian pendekatan keruangan, yaitu suatu analisis yang perlu memperhatikan penyebaran,
penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis keruangan mengkaji ruang di suatu
tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi
jalan dan sungai. Contohnya persebaran perkebunan kopi, cengkeh, kelapa dan sebagainya.B. ASAL USUL TERBENTUKNYA DESADesa sama artinya dengan udik. Menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi
permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia , istilah desa adalah pembagian wilayah
administratif di Indonesia di bawahkecamatan , yang dipimpin oleh Kepala Desa , sedangkan di Kutai
Barat , Kalimantan Timur disebut Kepala Kampung atau Petinggi. Sejak diberlakukannya otonomi
daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan
istilah nagari , dan di Papua dan Kutai Barat , Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung .
Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan
karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan
Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat (http://id.wikipedia.org/wiki/Desa , 2010).Munculnya pertanian atau bercocok tanam secara menetap merupakan revolusi
kebudayaan manusia. Proses yang diperlukan untuk membentuk sebuah desa memerlukan proses perubahan dalam waktu yang sangat panjang. Dalam proses perubahan itu, terjadi beberapa kali loncatan gelombang perubahan yang disebut revolusi kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat (1986) dalam Sriartha (2004) sejak 80.000 tahun yang lalu ketika manusia menampakkan bentuknya sebagai Homo Sapiens telah terjadi tiga kali revolusi kebudayaan manusia, yaitu revolusi pertanian yang terjadi pada 10.000 tahun yang lalu, revolusi perkotaan yang terjadi pada 4000 tahun yang lalu, dan revolusi industri yang terjadi pada pertengahan abad ke-17.
Sebelum manusia menemukan kepandaiannya di bidang bercocok tanam secara menetap, cara hidup mereka masih dalam taraf food gathering economics, seperti kegiatan berburu, menangkap ikan dan meramu. Mereka hidup mengembara dalam kelompok-kelompok yang tidak permanen. Mereka belum mampu mengembangkan organisasi sebagai suatu tatanan masyarakat yang teratur. Dengan ditemukannya system bercocok tanam secara menetap , memaksa manusia untuk tinggal secara menetap guna menjaga tanaman dan hasil panennya. Dalam pola tinggal menetap mereka saling berinteraksi secara kontinyu dan teratur
yang selanjutnya terakumulasi menjadi suatu tatanan hidup bersama yang melahirkan desa. Dengan demikian revolusi kebudayaan dalam bentuk penemuan bercocok tanam menetap merupakan tonggak lahirnya sebuah komunitas desa.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti dimana lokasi pertama kali ditemukannya budaya bercocok tanam secara menetap. Dilihat dari ukuran bumi yang begitu luas dan bentuk kenampakan serta lingkungan geografisnya yang tidak sama di berbagai tempat, maka dapat diduga manusia zaman dahulu tidak hanya hidup di satu tempat saja , melainkan mereka hidup secara terpencar atau terpisah satu sama lainnya. Karena itulah, muncul sitem bercocok tanam secara menetap dan desa terjadi di beberapa tempat di permukaan di bumi yang tidak saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Hasil-hasil studi dari sejumlah ahli seperti N I Vavilov dan GP Murdock dalam Rahardjo(1999) dalam Sriartha (2004), menyatakan bahwa kepandaian bercocok tanam tidaklah ditemukan di satu tempat, melainkan di berbagai tempat yang berbeda, terlepas satu sama lain dan dengan jenis tanaman yang berbeda pula. Berlandaskan pada hasil studi tersebut, Koentjaraningrat dalam Rahardjo(1999) dalam Sriartha (2004), menyimpulkan adanya delapan daerah atau lokasi pusat penyebaran kegiatan bercocok tanam, yaitu;
1) Daerah sungai-sungai besar di Asia Tenggara seperti Mekong, Irawadi, dan lainnya.2) Daerah sungai-sungai di Asia Timur seperti Yang Tse, dan Hoang Ho.3) Daerah sungai-sungai di Asia Barat Daya seperti Tigris, dan Eufrat.4) Daerah laut Tengah terutama Mesir, dan Palestina.5) Daerah Afrika Timur terutama Abesinia.6) Daerah Afrika Barat sekitar hulu Sungai Senegal.7) Daerah Meksiko Selatan8) Daerah Peru di Amerika Selatan.
Tiap daerah pusat penyebaran ini mengembangkan dan menyebarkan jenis tanaman tertentu, seperti daerah di Sungai Asia Tenggara merupakan daerah asal mula tanamam padi dan keladi. Daerah Asia Barat Daya merupakan daerah asal varietas gandum yang khusus seperti barley. Dari delapan pusat inilah kemudian budaya bercocok tanam itu menyebar ke berbagai daerah lainnya di seluruh permukaan di Bumi. Oleh karena itu, budaya bercocok tanam itu diwadahi dalam bentuk desa-desa kecil maka delapan daerah pusat tersebut juga merupakan asal mula terbentuknya desa yang kemudian menyebar ke berbagai tempat di muka bumi (Sriartha, 2004) .
C. TIPOLOGI DAN STRUKTUR DESATipologi desa secara umum Menurut Yayuk dan Mangku (2003), tipologi desa sesuai dengan mata pencahariannya sebagai berikut:
1. Desa pertanian,Ada dua pengertian, dalam artian sempit dan dalam artian luas. Dalam artian sempit:
a) Desa pertanian berlahan baasah, contohnya sawah irigasi.b) Desa pertanian berlahan kering, contohnya sawah tadah hujan.
Desa pertanian dalam artian luas:a) Desa perkebunan, pemiliknya adalah masyarakat, yang dikelola secara konvensional.b) Desa perkebunan, pemiliknya adalah swasta, yang dikelola secara profesioanal dengan
sistem bagi hasil.c) Desa nelayan yang mana terdapat petani tambak dan perikanan daratd) Desa nelayan yang mana terdapat perikanan (di pantai dan di laut)
2. Desa peternakanMerupakan desa yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama adalah peternakan. Namun saat ini tidak ada satu pun desa yang memiliki homogenitas. Meski ada mata pencaharian lain, peternakan merupakan mata pencaharian utama.
3. Desa industriDapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Desa industri, memproduksi alat pertanian secara tradisional maupun modern, sistem upah sesuai dengan manejemen masing-masing.
b) Desa industri, masyarakat memproduksi barang-barang kerajinan seperti perabot rumah tangga, yang terbuat dari kulit, rotan, bambu, maupun kayu dengan ukiran.Tipologi Desa Berdasarkan Tempat Tinggal Menurut Yayuk dan Mangku (2003) dijelaskan bahwa, berdasarkan tempat tinggal perdesaan terdiri dari desa pegunungan, desa pantai, desa perbatasan, desa dataran rendah, dan juga sungai. Desa pegunungan berada di daerah pegunungan atau minimal berada di daerah yang lebih tinggi dari tempat yang lainnya. Desa ini pada umumnya berada di sekitar lereng pegunungan dan terpisah dengan desa dataran. Desa pantai berada di wilayah pantai. Nelayan merupakan mata pencaharian utama dari penduduknya.
Desa dataran rendah dicirikan dengan mayoritas dataran berupa hamparan luas dengan ketinggian permukaan laut tidak terlalu tinggi. Ciri lainnya yaitu terdapat hamparan persawahan yang luas. Padi merupakan tanamam utama di daerah desa ini.
Desa sungai pada umumnya masih sedikit, di Indonesia ada di daerah pedalaman Kalimantan yang mengambang di sungai.
Dari berbagai kharakteristik desa tersebut di atas maka diperlukan pemahaman untuk keperluan pembangunan di bidang pertanian.
Tipologi desa berdasarkan luas dan kepadatan penduduknyaKlasifikasi desa dalam Sriartha (2004;11-12) mengungkapkan bahwa desa dapat
diklasifikasikan berdasarkan luas daerah desa dan kepadaatan penduduknya.Berdasarkan kepadatan penduduk :
Desa terkecil, kepadatan 100/1 km2
Desa kecil, kepadatan penduduk < (kurang dari) 500/1 km2
Desa sedang, kepadatan penduduk 500-1500/1 km2
Desa besar, kepadatan 1500-3000/1 km2
Desa terbesar, kepadatan > (lebih dari) 3000/km2
Berdasarkan luas desa, ada 5 yaitu :1. Desa sangat kecil, luasnya 0-1 km2
2. Desa kecil, luasnya 2-4 km2
3. Desa sedang, luasnya 4- 6 km2
4. Desa besar, luasnya 6-8 km2
5. Desa terbesar, luasnya > (kurang dari) 8 km2
Menurut Lufti (2002) dalam Sriartha (2004) di dalam penelitiannya, mengenai desa-desa di provinsi daerah Yogyakarta menentukan tipologi desa-desa berdasarkan kharakteristik kekotaanya. Ada lima indikator yang digunakan yakni; kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, lahan terbangun, penduduk non pertanian, dan fasilitas sosial ekonomi. Indikator itu tersebut diukur dengan memberi skor, dan dari skor yang diperoleh
kemudian ditentukan indeks kekotaannya. Berdasarkan indek kekotaannya, tipe kekotaan desa yaitu ;
a) Desa mula, indek kekotaan sangat rendahb) Desa, indeks kekotaan rendahc) Calon kota, indek kekotaannya sedangd) Kota, indek kekotaan tinggie) Kota lanjut, indeks kekotaannya tinggi
Indikator yang dipakai untuk untuk menentukan tipe-tipe desa tersebut adalah potensi alam, sumber daya manusia, letak desa, mata pencarian, produksi, adat, kelembangaan, pendidikan , gotong royong, prasarana dan administrasi.Tipologi Desa di Indonesia
Dengan adanya keragaman adat budaya masyarakat Indonesia menyebakan tipologi desa yang ada berbeda pula. Selan itu juga tipologi desa di Indonesia dipengaruhi oleh warisan adat dan kebudayaannya. Pada daerah-daerah yang memegang adat, tipologi desa selain oleh mata pencaharian juga dipengaruhi oleh sistem kepemimpinannya. Akan tetapi secara umum desa di Indonesia adalah desa pertanian, perkebunan, nelayan dan pertenakan dan sedikit desa sungai (Budi Harsono,1997 dalam Yayuk dan Mangku,2003 ).
Pengelompokan desa dapat dilakukan dengan jalan membagi dengan perhitungan secara kualitatif maupun kuantitatif atas segala asfek kehidupan manusia baik secara fisik yang relatife tetap dan non fisik yang lelatif berkembang (Yayuk dan Mangku,2003 ).
Asfek fisik terdiri dari daya dukung alam yakni; potensi gografis, iklim, kesuran tanah, potensi hutan, air, pertambangan, perikanan dan lain-lain. Asfek non fisik terdiri dari matapencarian yakni; jumlah, ragam, jenis usaha, tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat dan adat istiadat yang dianut waga masyarakat tersebut (Yayuk dan Mangku, 2003).
Dalam konteks pembangunan desa, pemerintah membedakan Pengelompokan desa dapat dibagi menjadi 3 yaitu; Desa swadaya, desa swakarya, dan swasembada (Sriartha, 2004; 13).
1). Desa Swadaya dengan Ciri-ciri :a) Sebagian besar kehidupan penduduknya masih tergantung pada keadaan alam.b) Hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.c) Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baikd) Lembaga-lembaga desa belum berfungsi dengan baike) Tingkat pendidikan dan produktivitas penduduknya masih rendahf) Belum mampu dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sendiri (Anonim,2008)
2). Desa Swakarya (Transisi) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a) Sudah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.b) Lembaga sosial desa dan pemerintahan sudah berfungsi.c) Administrasi desa sudah berjalan.d) Adat-istiadat mulai longgar.e) Mata pencaharian mulai bearagam.f) Sudah ada hubungan dengan daerah sekitarnya (Anonim,2008).
3). Desa Swasembada memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a) Sarana dan prasarana desa lengkap.b) Pengelolaan administrasi telah dilaksanakan dengan baikc) Pola pikir masyarakat lebih rasionald) Mata pencaharian penduduk sebagaian besar di bidang jasa dan perdagangan (Anonim,2008).
Dari beberapa indicator diatas klasifikasi atau penggolongan desa berdasarkan intruksi mentri dalam negeri No:11 tahun 1972 dalam Yayuk dan Mangku (2003), penggolongan desa dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu desa swadaya, swakarya, dan swasembada.
Desa swadayaDesa swadaya merupakan desa terbelakang dengan buaya yang masih tradisional
sangat terikat pada adat istiadat atau sering disebut sebagai desa tradisional. desa ini mempunyai tingkat kesejahteraan rendah, dan sangat tergantung dengan alam. Desa swadaya ini masyarakatnya masih tergantung ada sektor ekonomi primer atau budidaya serta kurang dalam mengoptimalkan potensi alam. Menurut Yayuk dan Mangku (2003) Ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut;
a) Lebih dari 50% penduduknya bermata pencarian di sektor primer (berburu, menangkap ikan, dan bercocok tanam secara tradisional)
b) Produksi desa sangat rendah dibawah 50 juta rupiah/tahun.c) Adat istiadat masih mengikat kuat.d) Pendidikan dan keterampilan rendah, di mana masyarakat desa yang lulus SD di bawah 30 %.e) Prasarana masih sangat kurangf) Kelembagaan formal maupun informal kurang berfungsi dengan baik.g) Swadaya masyarakat sangat rendah sehingga kerapkali pembangunan desa selalu menunggu
dari atas.
Desa swakaryaDesa swakarya memiliki perkembangan yang yang lebih maju dari desa swadaya.
Desa ini telah memiliki landasan berkembang lebih baik serta pendudukya lebih kosmopolit selain itu ada peralihan mata pencarian dari sektor primer ke sektor lain. Menurut Yayuk dan Mangku (2003) ciri-ciri desa swakarsa adalah sebagai berikut;
a) Mata pencarian penduduk mulai berkembang dari sektor primer ke industri.b) Produksi desa masih tingkat sedang , yaitu antara 50-100 juta rupiah per tahun.c) Adat istiadat alam keadaan transisi, di mana dominasi adat mulai luntur.d) Kelembagaan formal dan informal mulai berkembang.e) Keterampilan masyarakat dan pendidikannya berada pada tingkat sedang yaitu 30-60% telah
lulus SD bahkan ada beberapa yang lulus sekolah lanjutan.f) Fasilitas maupun prasarana mulai ada meski tidak lengkap, paling tidak ada 4 – 6 sarana
umum yang tersedia di masyarakat.g) Swadaya dan gotong royong dalam pembangunan desa mulai nampak walaupun tidak
sepenuhnya.
Desa swasembadaDesa swasembada merupakan desa yang memiliki kemandiriaan lebih dalam segala
hal terkait dengan aspek sosial maupun ekonominya. Desa ini mulai berkembang dan maju dengan petani yang tidak terikat pada adat istiadat lagi. Selain itu sarana dan prasarana telah lengkap meski tidak selengkap kota serta perokonomiannya telah mengarah kepada industri dan jasa. Perdagangan dan sektor sekunder telah berkembang. Menurut Yayuk dan Mangku (2003) bahwa secara umum ciri-ciri desa swakarsa adalah sebagai berikut;
a) Mata pencaharin penduduk sebagian besar ada di sektor jasa dan perdagangan atau penduduknya lebih dari 55% bekerja di sektor tersier.
b) Produksi lebih tinggi, pengasilan seluruh usaha yang ada di desa diatas 100 juta per tahun.
c) Adat istiadat tidak lagi mengikat walaupun sebagian dari masyakatnya masih menggunakannya.
d) Kelembagaan telah berjalan sesuai dengan fungsinya dan telah ada sekitar 7-9 lembaga.e) Pendidikan dan keterampilan telah tinggi 60% telah lulus SD, sekolah lanjutan bahkan telah
lulus perguruan tinggi.f) Prasarana dan sarana baik.g) Penduduk sudah punya inisiatif sendiri melalui swadaya dan gotong royong dalam
membangun desa.Untuk mengetahui apakah desa tersebut termasuk desa swadaya, swakarya, dan
swasembada tentu perlu indikator dan pengukuran secara tepat. Indikator yang digunakan adalah indikator fisik relatif dan nonfisik yang selalu bekembang. Indikator tetap terdiri dari kepadatan penduduk (D), keadaan alam (N), letak desa dengan pusat kemajuan (U). indikator berkembang adalah mata pencaharian (E), produksi (Y), adat istiadat (A), kelembagaan (L), pendidikan keterampilan (Pd), swadaya (Gr), serta sarana dan prasarana (P). Seluruh indikator itu kemudian kita jumlahkan (E+Y+A+L+Pd+Gr+P), Apabila nilai yang diperoleh adalah 7-11 maka termasuk desa swadaya, 12-16 adalah desa swakarya, dan 17-21 adalah sektor desa swasembada (Yayuk dan Mangku, : 45).
Dalam skematis model penilaian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Penilaian indikator penentu dalam tipologi desa
NO INDIKATOR KEADAAN SKOR
A Indikator relatif tetap1
Kepadatan penduduk-kurang 200 orang/km2 D1-200-300 orang/km2 D2-lebih dari 300 orang/km2 D3
2 Keadan alam -kurang N1-sedang N2-tinggi N3
3 Orbitasi(kota yang paling mempengaruhi)
-kota provinsi U1-kota kabupaten UII-kota kecamatan UIII-terisorir UIV
B Indikator Berkembang
1 Mata pencaharian-55% sektor primer E1-55% sektor sekunder E2-55% sektor tersier E3
2 Prodiksi (out put desa)-kurang dari 50 juta Y1-Rp.50 - Rp100juta Y2--lebih dari 100 juta Y3
3Adat istiadat
-mengikat -7-9 adat dilakukan A1-transisi -4-6 adat dilakukan A2
-tidak mengikat -1-3 adat dilakukan A3
4 Kelembagaan-1-3 lembaga yang ada L1-4-6 lembaga yang ada L2-7-9 lembaga yang ada L3
5 Pendidikan dan keterampilan
-kurang dari 30% lulus SD Pd1-30-60% lulus SD Pd2-lebih dari 60% lulus SD Pd3
6 Swadaya dan gotong royong
-laten Gr1-transisi Gr2-manifes Gr3
7 Sarana dan prasarana-kurang (nilai 25-55) P1-sedang (nilai 60-90) P2-cukup (nilai 95-125) P3
Sumber ; intruksi mentri daam negeri No;11tahun 1972
Stuktur Keruangan DesaMenurut Bintarto dalam (Anonim), desa merupakan hasil perpaduan antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya. Perpaduan tersebut tertuang dalam kenampakannya di permukaan bumi yang tidak lain bersumber dari komponen-komponen fisiogafis, sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang saling berinteraksi. Kenampakan fisik dari sebuah desa ditandai dengan permukiman yang tidak begitu padat, sarana transportasi yang langka, penggunaan tanah yang lebih didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan. Kenampakan sosial-budaya dicirikan dengan ikatan tali kekeluargaan yang begitu erat di mana paguyuban (gemeinchaft) dengan perilaku gotong royong masyarakat masih begitu dominan.
Karakteristik kawasan permukiman penduduk di pedesaan ditandai terutama oleh ketidakteraturan dalam bentuk fisik rumah. Pola permukiman sebuah perkampungan penduduk di pedesaan dapat diidentifikasi dari situs yang berada di dekatnya, misalnya sungai. Selain itu, pola permukiman juga bisa mengindikasikan pola mata pencarian penduduknya
1) Pola Desa
Berdasarkan faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan buatan manusia, bentuk dan pola desa pada dasarnnya dibedakan menjadi dua, yaiitu bentuk/pola desa memanjang/linier dan bentuk/pola desa melingkar/radial. Bentuk pola desa memanjang biasanya terdapat didaerah sekitar pantai, sepanjang pinnggir jalan raya, sepanjang pinggir sungai. Bentuk dan pola melingkar umumnya terdapat dilereng mengelilingi gunung. Selain itu bentuk pola melingkkar juga terdapat diddaerah dataran rendah yang dipusatkan Fasilitas pelayanan penting (Sriartha,2004;10).
1) Pola penggunaan tanahMenurut Jayadinata (1986) dalam Sriartha (2004) penggunaan tanah desa dibagi 2
yakni;
Kehidupan sosial; dapat berupa tempat ibadah, perumahan, bale banjar dll. Kehidupan ekonomi; dapat berupa tempat transaksi (pasar), di Bali dinamakan peken2) Pola persebaran permukiman
Secara umum pola permukiman di wilayah pedesaan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pola memusat dan pola terpencar. Pemukiman memusat merupakan pola pemukiman yang umum terdapat di Indonesia. Pola permukiman desa dapat berupa pola permukiman tersebar secara memusat ataupun tersebar secara linier. Tergantung pada kondisi alamnya baik itu dari segi pertanian, maupun fisiografis desa yang mencakup kemiringan lereng, kondisi lahan juga. Permukiman linear di desa dipengaruhi oleh adanya akses berupa jalan, sehinngga permukiman penduduk berada di dekat jalan saja. Sedangkan permukiman memusat dipengaruhi oleh lahan pertanian, penduduk di desa biasanya membuat rumah di lahan pertanian miliknya sendiri.
3) Penggunaan tanah untuk kegiatan ekonomiPenggunaan tanah untuk daerah pedesaan adalah dalam bidang pertanian, perikanan, pertenakan, kehutanan, dan sebagai industri, terutama industri kecil. Pertanian dapat dibedakan menjadi pertanian tradisional, transisional, pertanian maju. Pertanian tradisional berciri teknologi sederhana, modal rendah, tenaga kerja berupa manusia dan hewan.
Dalam konteks pembangunan tanah untuk kegiatan ekonomi di wilayah pedesaan, seorang sarjana dan penguasaan pertanian berkebangsaan Jerman bernama Von Thunen (Daldjoeni,1992 dalam Sriartha, 2004; 19), mengemukaan suatu teori lokasi tentang pola pertanian yang disebut dengan teori lingkaran konsentris. Menurutnya pola pertanian disuatu wilayah seperti lingkaran konsentris.
a) Didaerah tersebut hanya ada sebuah kota dengan wilayah pertanian sebagai daerah belakangnya. Kota merupakan surplus hasil pertanian di daeah belakangnya.
b) Hiderland memiliki keadaan lingkungan alam yang homogen dan baik untuk pertanian maupun pertenakan.
c) Para petani di hinterland memiliki keinginan mendapatkan keuntungan yang maksimal dan mampu menyesuaikan tipe pertanian dengan peminat pasar.
d) Biaya angkut berbanding lurus dengan jarak perjalanan ke pasar, dan semua petani menggunakan pengangkutan untuk menjual hasil pertaniannya ke kota itu segera setelah panen.
Referensi:Anonim. 2008. Pola Keruangan Desa dan Kota. http;//geografi 161.blogspot.com/2008/10/desa-dan-
kota.html’diposkan Kamis, 30 Oktober 2008. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2010.Anonim, tt. Stuktur Keruangan Desa-Kota. http;//gurumuda.com/bse/stuktur-keruangan-desa-
kota.com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2010.Anonim. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Desa . Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010.
Anonim. 2010. http://slametteguh.blogspot.com/2009/02/pola-permukiman.html . Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010.
Anonim. 2010. http://www.jevuska.com/topic/pengertian+fenomena+sosial.html . Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010.Anonim. 2010. http://anggigeo.wordpress.com/ . . Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010.
Anonim. 2010. http://alkitab.sabda.org/lexicon.php?word=kedesaan . Diakses pada tanggal 16 Oktober 2010.Sriartha, Putu. 2004. Geografi Perdesaan dan Perkotaan. Tidak diterbitkan: Singaraja.
Purnamawati, Indah. 2009. Ciri-Ciri Desa . Diakses di http://indahpurnamawati.blogdetik.com/category/ciri-ciri-desa diposkan tanggal 30 oktober 2009 diakses 14 oktober 2010
Yayuk dan Mangku. 2003. Sosiologi Pedesaan. Lapera Pustaka Utama: Yogyakarta
http://agussunthe.blogspot.com/2012/06/tinjauan-tentang-geografi-perdesaan.html
GEOGRAFI PERDESAAN
Pandangan tradisional sampai 1980an: Geografi
Perdesaan = Geografi Pertanian
Geografi perdesaan adalah studi tentang
gambaran fundamental kehidupan di
perdesaan, serta tujuan dan hambatan kegiatan
produksi pertanian pada wilayah dengan
kondisi lingkungan fisik, sosial dan ekonomi
yang beragam (George, 1963)Geografi perdesaan Geografi perdesaan adalah adalah studi studi tentang tentang perubahan perubahan----
perubahan sosial sosial, , ekonomi , , ekonomi, , penggunaan , , penggunaan lahan lahan dan dan dandan
keruangan terkini terkini yang yang terjadi terjadi di di wilayah didi wilayah berkepadatan
penduduk rendah rendah yang yang umumnya umumnya dikenal dikenal dengan dengan wilayah
Pandangan terkini terkini sejak sejak pertengahan pertengahan 1980an:
Geografi perdesaan perdesaan mempelajari mempelajari mekanisme mekanisme operasi operasi dan dan dandan
efek dari dari berbagai berbagai proses proses sosial sosial, , ekonomi , , ekonomi dan dan politik dandan
terhadap wilayah wilayah perdesaan perdesaan ((Pacione ((Pacione, 1984) , 1984) GEOGRAFI PERDESAANDua cara mendefinisikan perdesaan:
1) Perdesaan sebagai konsep geografi (empirikal)
2) Perdesaan sebagai representasi sosial (teoretikal)
Perdesaan sebagai konsep geografi:
1. Bersifat empirik (terukur, batas dapat digambar dan
Definisi Perdesaan
analisis statistik dapat dilakukan)
2. Memerlukan aturan tentang definisi seperti
threshold, kepadatan, proporsi penduduk dengan
mata pencaharian tertentu
3. Memerlukan definisi tentang skala analisis
(komunitas, daerah, munisipal)Perdesaan sebagai konsep geografi
1.1. 1. Perdesaan dapat didefinisikan dan dideliniasi secara empirik
2.2. 2.
3.3. 3. Deliniasi yang tegas dapat dibuat untuk membedakan antara
perdesaan dan non--perdesaan --
4.4. 4. Perbandingan antara wilayah yang secara intuisi dianggap perdesaan
5.5. 5. Dengan definisi ini antara perdesaan dan perkotaan dibedakan
semata--mata berdasarkan data yang digunakan --
6.6. 6. Dengan deliniasi perdesaan semacam ini sebenarnya hanya
dideskripsikan perdesaan berdasar beberapa variabel saja
(bandingkan : Definisi dari BPS)Perdesaan sebagai representasi sosial
1. Perbedaan antara perdesaan dan perkotaan
umumnya dapat dibuat secara intuitif
2. Stereotipe wilayah perdesaan sebagai
masyarakat pertanian, aman, damai, dan
saling peduli (the rural idyll)
3. Perdesaan adalah wilayah tempat tinggal
masyarakat desa
4. Ruang perdesaan – ruang yang diproduksi
oleh tindakan-tindakan ekonomi, sosial dan
politik
5. Ruang perdesaan membantu membentuk
masyarakat perdesaan yang pada gilirannya
mereproduksi ruang perdesaan baru Perdesaan
1. Siapa saja yang termasuk dalam kategori
perdesaan menjadi pertanyaan yang subyektif
2. Memberikan peluang untuk menempatkan
manusia sebagai agen perubahan di
perdesaan
3. Perdesaan sebagai representasi sosial
mencakup perhatian mengenai perubahan
persepsi tentang perdesaan, reproduski
masyarakat perdesaan dan reproduksi ruang
perdesaan yang siklis dan kontinyuDifferent Views of “The Rural”
There are three major ways of thinking about ‘the rural’:
• Functional approach: rural defined in terms of
particular ways of life and landscapes. In one
view, the rural is (1) dominated by economic
production tied directly to the land; (2) made up
of small, lower order settlements; and (3)
characterized by a way of life involving a
coherent identity, respect for the environment,
and practices that reflect close ties to the land
• Political-economic approach: rural defined in
terms of the social processes that constitute it.
However, the major processes operating in rural
areas aren’t different from urban areas
• Social construction approach: rural defined as
an idea, or sign. Whether the sign has any
relation to reality or not doesn’t matter. That
such signs organize our ways of seeing the
world make a difference -- our different idea of
the rural is what makes it different 1. Tingginya proporsi penduduk yang bekerja berbasis
lahan
2. Tingginya proporsi bentang alamiah daripada
bentang buatan
3. Permukiman yang relatif kecil dibanding kota
4. Rendahnya kepadatan penduduk
5. Lebih homogen kondisi sosial, perilaku dan
Karakteristik wilayah perdesaan
kepercayaan masyarakatnya
6. Perbedaan antar kelas tidak mencolok
7. Mobilitas spasial dan mobilitas sosial relatif rendah
8. Jaringan sosial sangat erat, termasuk dalam kegiatan
ekonomi dan relatif tingginya kerjasama saling
membantu antar anggota masyarakatnya
(Sorokin and Zimmerman, 1929)Karakteristik Sosial Gemeinschaft Gesellschaft
Hubungan sosial
yang dominan
Kekerabatan, lokalitas, pertemanan,
tanggung jawab terbagi bersama
melalui kekeluargaan dan saling
pengertian serta adanya konsensus
alamiah tentang penialaian terhadap
keputusan, barang maupun teman
dan lawan bersama
Pertukaran, kalkulasi rasional,
fungsi spesifik, formal dan
tanggung jawab terbatas,
kepemilikan individual, setiap
orang terisolasi, terdapat tensi
hubungan antar sesama
dan lawan bersama
Susunan
kehidupan sosial
Kehidupan keluarga, desa dan kota
kecil
Kehidupan kota, nasional atau
kosmopolitan
Wujud ukuran
kesejahteraan
Tanah Uang
Institusi sentral
dan kontrol sosial
Aturan keluarga, kelompok suku,
kebiasaan, tradisi dan agama
Negara, konvensi, kontrak,
legislasi politik, opini publik
Peranan dan status Peran individual sepenuhnya
terintegrasi dengan sistem dan secara
otomoatis diberikan (ascribed)
Peran didasarkan pada hubungan
khusus, status diperoleh dengan
prestasiSikap masyarakat Sikapmasyarakat terhadap terhadap perubahan
Terbuka Tertutup
desa--desa di sekitarnya, --
kadang merupakan sub--urban --
, , ,
Terintegrasi
Umumnya kecil kecil dan dan jumlah dandan jumlah openduduk
cenderung turun turun, , depopulasi , , depopulasi terjadi terjadi, , , ,
kelangkaan kegiatan kegiatan non non- nonnon-pertanian --pertanian, , , ,
penduduk terlalu terlalu kecil kecil, , pelayanan , , pelayanan sosial sosial----
ekonomi tidak tidak efisien efisien, , merupakan , , merupakan daerah
Tingkat integrasi
industri tua tua atau tuatua atau desa desa--desa --desa terpencil terpencil. . . .
Terintegrasi TerdisintegrasiDepopulasi absolut karena
III. Repopulasi
II. Depopulasi
I. Masyarakat
tradisional
Repopulasi (karena migrasi kota--desa): --
DINAMIKA PERUBAHAN PERDESAAN MENURUT LEWIS DAN MAUNDER
IV. Populasi
III. Repopulasi
C B AGEOGRAFI
SOSIALPola Keruangan Simbol Titik
1. Acak 1.1. 1.
2. Teratur 2.2. 2.
3. Memanjang garis 3.3. 3.
1. Terdispersi atau 1.1. 1.
2. Mengelompok atau 2.2. 2. nucleated1. Tidak ada gangguan dari luar permukiman 1.1. 1.
2. Kolonisasi oleh kelompok pioner individual yang t 2.2. 2. Kolonisasi oleh kelompok pioner individual yang takak
3. Dominasi kegiatan pertanian milik privat/pribadi 3.3. 3.
4.4. 4.4. 4. 4.
5. Ekonomi perdesaan didominasi kegiatan peternakan 5.5. 5.
6. Terrain 6.6. 6.
7. Air tersedia melimpah dan mudah diperoleh 7.7. 7.
8. Adanya upaya pemerintah untuk efisiensi pertanian 8.8. 8.
land--reform --reform1. Ada gangguan kemanan dari luar 1.1. 1.
2. Kolonisasi oleh suatu klan, keluarga, 2.2. 2.
3.3. 3.3. 3. 3.
4. Pewarisan lahan melalui pemecahan 4.4. 4.
5. Pertanian berbasis budidaya tanaman 5.5. 5.
6. Alasan 6.6. 6. Alasan--alasan politik dan keagamaan --alasan politik dan keagamaanRagam Pola Keruangan Permukiman PerdesaanRagam Diffusi dalam Ruang1.1. 1. Wilayah datar dengan kemudahan transport yang sama ke semua arah, hanya
ada satu alat transport dengan biaya proporsional dengan jarak Penduduk
2.2. 2. ada di wilayah tersebut menyediakan barang, jasa dan
3.3. 3. Konsumen bersikap rasional dengan meminimalkan jarak dan biaya transport
4.4. 4. Pemberi pelayanan juga bersikap rasional dengan mengupayakan sebesar
mungkin orang yang dilayani dan mengambil jarak sej mungkin orang yang dilayani dan mengambil jarak sejauh mungkin dari pemberi auh mungkin dari pemberi
5.5. 5. Konsumen dan penyedia pelayanan selalu bersikap rasional, sehingga tidak ada
orang yang memperoleh barang dan jasa dengan menempuh jarak yang lebih
6.6. 6. dengan orde tinggi menawarkan jasa dan barang yang tak tersedia
di di di dengan orde rendah, tetapi menawarkan jasa dan barang yang
7.7. 7. Semua konsumen memiliki pendapatan dan preferensi yang sama atas barang
dan jasaBentuk ideal permukiman……
Teori Pusat Sentral
services to the surrounding non--urban region. --
services.Concepts Related to CPT
: exists to provide goods and
services to the hinterland.
maximum distance consumers will
travel for good or service.
minimum market size needed to
support a good or service.
:area surrounding a
service from which customers are drawn,
based on range.
Higher order and lower order goodsBasic assumptions of CPT
1.1. 1.
2.2. 2.
3.3. 3.
4.4. 4.
5.5. 5. Availability of goods or services based on market size.
6.6. 6. Purchases made based on proximity –– the closest. –– the closest.Basic assumptions of CPT
luxury goods are in low demand and expensive ––––
small grocery store –– low threshold. –– low threshold.Threshold
CPT -- Pattern and Structure --
purchase product. A - A A A - most influential central place; --
C - C C C - least influential central place; --Conclusions of CPT - Conclusions of CPT - 1-- 111
1 - 1 1 1 - The system of central places is --
re- rerere-adjust its spatial pattern to maintain --
hierarchy of settlements.Conclusions of CPT - Conclusions of CPT - 2-- 222
2 - 2 2 2 - Towns operating at the same size and --
Larger towns (higher--order places) will be --
, , ,
towns for each 1 on the next level upwards).Central Place MarketPrinciples for nested hierarchies of
1)1) 1) MMM
2)2) 2) TTT
lower--order central places at midpoint --
centres.Principles for nested hierarchies
3)3) 3)
------
completely contained within a higher----
order place. Applicability of CPT
so in highly industrialized centres.Network cities
communication infrastructure.Kyoto- Kyoto-Osaka --Osaka--Kobe --
Radio relay towerCriticisms of CPT
Size and shape not valid.
Not a general theory for the location of
settlements.
Not just distance that affects shopping
behaviour.
Static.
Limited application.
Does not account for specialised
services.Chambers, Robert. 1983. Rural Development: Putting the Last First. London:
Oxford University Press.
Clout, Hugh D.(Ed). 1972. Rural Geography: An Introductory Survey. Oxford:
Pergamon Press.
Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan dalam Teori dan
Praktek. Bandung: Penerbit Alumni.
Ellis, Frank. 2000. Rural livelihood Diversification in Developing Countries.
London: Oxford University Press
Illbery, Bryan. 2000. The Geography of Rural Change. London: Routledge.
Lau Lau. L and K.K. Yu. 1988. . L and K.K. Yu. 1988. Lecture Notes on Certificate Geography. Lecture Notes on Certificate Geography. Hongkong: Hongkong:
Greenwood Press.
Pachione, Michael (Ed). 1983. Progress in Rural Geography. London: Croom
and Helm.
Pachione, Michael. 1984. Rural Geography. London: Harper and Row
Publishers.
Rigg, Jonathan. 2001. More than the Soil: Rural Change in South-east Asia.
Singapore: Prentice Hall Publishers.LAHAN PERDESAAN
Produksi pangan
Industri manufaktur
Komunikasi
Perumahan
Lahan
pertanian
Lahan
hutan
Penduduk
LAHAN PERDESAAN
Ekstraksi mineral
Eksploitasi air
Fasilitas ,iliter
Rekreasi
Tubuh Konservasi
perairan
Permukiman
Desa utama
Permukiman
Terserak
Pelayanan
Penumpang
Pekerjaan
Petani
Non-petani
Penduduk
Pengertian Geografi Pgrdesaan'
Geografl perdesaan uterupakan studi dalam ilmu Geografi yang termasuk dalam
kelompok sfudi Geografi Manusi a
ftIuman Geography). Munoulnya Geografi Perdesaan
sebagai suatu studi daram ilmu Geografi yang berdiri sendiri sebagai sub-disiplin
iknu
belum begitu
larrra. Baru sekitar akhir dasa warsa 1960 an Geografi Perdesaan mencapai
bentuknya yaog lebih ayata. Kelambanan pemunculan Geografi Perdesam sebagai studi
yang berdiri sendiri itu disebabkan kwanpya perhatian para ilmuwm Geografi pada
waktu yang lampau terhadap,'masalah-masalah
sosial ekonomi di wilayah perdesaan'
perhatian
i6l baru muncul di sekitar tahuo 1950 an, bersamaan wakhmya dengan
perhatian dunia terhadap masalah kemiskinan yang untuk sebagian besar diderita oleh
pendudukperdesaandinegara-negaraberkemb2ngpascadekolonisasi.
Kurangnya perhatian pam ahli Geografi terhadap masalah-masalah sosial
ekonomi di wilayah pefdesaao pada waktu lampau dapat dipahami' mengingat bahwa
ilmu pengetahuan yang pada umumnya bersumber dari dunia Barat dengan struktur
ekonomi
indusfialistft memberikan suasana bagi para ihnuwan Geogfafi Barat kurang
tertarik terhadap fenomena sosiar ekonomi di perdesaan dibandingkan dengan wilayah
perkotaan- Disamping itu
juga terdapat anggapan bahwa perubahan-perubahan keadaan
sosial ekononni di perdesaan sangat lamban, sehingga kurang memberikan tantangan
untuk melakukan penelitian-penelitian
(Ctout, I 972)'
Karena kurangnya minat untuk melaukan penelitian'penelitian di wilayah
perdesaan, maka sudah sewajarnya apabila literatm yang membicarakan persoalan
wilayah perdesaan dari para ilmuwan Geografi termasuk langka. Banrlah mer{elang
tahun 1970, mulai bermunculan artikel-artikel mengenai wilayah petdesaan yang ditulis
oleh para ilmuwan Geografi, walaupun banyak yaog masih bersifat deslriptif
(Cloke,l980).
2.GeografiPerdesaan:PandanganTradisionalsampaiMutakhir.
Berhubung dengan rxmrrnya yang relatif muda' maka bidaug kaiian dalam studi
Geografi Perdesaan masih mengalami perkernbangan-perkebangan
yang relatif cepat'sampai akhir dasawarsa 1970 an ruang lingkup studi Geografi Perdesaan masih diwarnai
oleh pandangan Goografi fadisional. Dalam Geografi ffadisional pandangan mengenai
ruang lingkup studi Geografi Psrdesaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok pandangan (Clout,l972; Johnston, I 98 1)'
Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa fokus perhatian Geografi Perdesaan
adalah bidang pertanian. Hal ini didasarkan pab argumentasi bahwa pertanian
merupakan faktor dominan dalam tata kehidupan penduduk wilayah perdesaan' Dengan
pandangan ini maka Geografi Perdesaan bertumpang tindih dengan Geogpafi Pertanian'
Untrrk menekankan perbedaan antartr- Geogfafi Perdesaan dengan Geogfafi Pertanian
dikemukakan: Geografi
pertanian
lebih memfokuskan perhatiannya pada hubunganhubungan ekonomi dari produksi pertanian, sedangkan Goografi Perdesaan menitik
beratkan perhatiannya kepada hubungan antara usaha tani dengan segala aspek kehidupan
danpenduduknya.
Kedua, kelompok yfrig menitlk beratkan perhatiannnya pada persoalan
pennukiman sebagni isi pokok dalam bidang studi Geogfafi Perdesaan' Dengan demikian
Geogfafi Perdesaan identik dengan Goografi pennukiman perdesaan'
Ketiga, kelompok lainnya berpandangan bahwa di samping masalah pertanian dan
permukinun, persoalan tata guna tahan di wilayah perdesaan merupakan sasaran studi
yang penting dalam Geografi Perdesaan'
Di dalam sejarah perkembangan studi Geogfafi Perdesaan, maka Clout dipandang
sebagai pionirnya (cloke,1980). clout adalah orang yang pertama kali menyampaikan
kerangka dasar studi Geografi
perdesaan untuk dapat berdiri sendiri sebagai sub-disiplin
ilrnu Geografi. Kerangka dasar tersebut termuat dalam bukunya yang berjudul Rurol
Geography: An Indroductoty survey yang tefbit padatahrm1972.
Dalarn situasi yang langka akan literatur yang membahas persoalan wilayah
perdesaan dari sudut pandang Geografi, di lndonesia telah terbit pula untuk pertama
kalinya buku karangan Bintarto (1969) dengan
iudul Pengantar Geografi Desa. Buku ini
mengisi kekosongan akan literatur perdesaan dari sudut pandang Geogfafi'
Pada wakhr orang masih mencari-cari isi dari Geografi Perdesaan ini, maka
Bowler (1975) mencoba menginventarisir bidang kajian penelitian Geografi Perdesaan'
Bowler kemudian mengelompokkannya meojadi tujuh bidang penelitian, yaitu: (l)pertanian, (2) kehutanan, (3) perrnukiman, (4) kependudukan'
(5) transportasi'
(6)
rekeasi dan tnrisme,(7) petencanam'peogembangan
perdesaan'
pada bagian terdahulu sudah disampaikan bahwa pada waktu yang lampau studi
Geografi
perdesaan Tradisional terbatas ruang lingkupnya pada bidang-bidang persoalan
yang berhubungan dengan pertanian, permukiman dan tata guna tahan saja' Tatapi dalam
perkembangan selaqiutnya talah berkembang
jauh meliputi bidang-bidang persoalan
yang lebih luas. I{al ini dilalilkan sebagai respons terhadap semakin cepatnya dinarnika
perkembangan wilayah perdesaan. Dalam bvkro Progress in Rural Geography yangterbit
untuk pertama kalinya pada tahun 1983 terdapat sepuluh artikel terpilih yang meliputi
persoalan yang berdeda-beda, yaitu; evaluasi permukiman perdesaan' penggunaan lahan'
perubahan stnrktur sektor pertanian, penduduk dan kesempatan kerja' perumahan'
fiansportasi dan aksesibilitas, masyarakat perdesaan' rekreasi perdesaan' evaluasi dan
pengelolaan sumber daya ser&a perencanarm pengembangan perdesaan'
Dalam perkembangannya kemudian, bidang studi Geoggafi Perdesaan semakin
bervariasi, tidak terbatas hanya pada tujuh bidang kajian penelitian tersebut' Karya
tentang Geogfafi perdesaan oleh Pacione (1984) memberikan presentasi skematik
tentang substansi kajian Geografi Perdesaan yang merupakan hasil interaksi dengan 15
sub cabang ilnu dalam cabang Geogpfi itu sendiri, maupuo dengan disiplin ihnu lainnya
seperti ekonomi, sosiologi, ilmu politik , perencanaan dan lain-lainnya'
Hasil pengamatan terhadap publikasi ilniah setelah dikeluarkannya buku Pacione
tersebut menunjukkan perkembangan Geogafi perdesaan mencakup materi-materi yang
semakin ekstensif sesuai dengan hntutan dinamfta perkembangan
jaman. Dari
jurnaljurnal dan buku teks geografi yang terbit di Eropa mauprm Amerika Serikat sejak
pertengahan 1980 an sampai 2003 ini muncul tema-tema baru bidang kajian Geografi
perdesaan seperti kualitas hidup (Helbum, lg82), konsekuensi perkembangan teknologi
informasi dan wilayah perdesaan (Grimus, Igg2, 2000, 2003), keberlanjutan
pembangunan perdesaan (Marsden et al' 2000 dan Sheperd (1998), pengelolaan resiko
(Kostov and Lingard,2003), kehidupan perdesaan( Rigg,1994), networking dalam
pembangunan perdesaan (Cloke and Baldwin,1992 dan Murdoch, 2000)' sfietegi
penghidupan di perdesaan (Ellisl$Q$), modal sosial dan pemberdayaan (Storey'1999)
dan masih banyak tema-tema yang lain'Huh$gao Gesgefi Perdsnaae drsgre ccbmgiihil himrat
IJnntk dryal memahaffi $S$ansi Geografi
Tffa.
h$mgnm5la de'ngm
cabmgihnnrlaiffiyl,peMmgmbqqb€rik*itri:',
"
C'EffiRAFI PERDESAAN: (eimbu Pmione, 1984)
I
j
ir r i'.::
r - -: .
'
+
d
i
iis
l-.i"
..1 ul
ia
'.'
F'
i:.
u
&t:
E#
&;
Wi,
B!?Xl
ffii,LU-
-'-
3r
Ecc
?8
=,
t!
o(,
z>
Ptr
fi#
rf,(9
()o
ul Lrl
(I(,
-9
l!:
6=
!o
E8
.oC
3-E
E*
cE
ur.
F >-'
CfT
EF
JI
<(L
(J<
+(,
*o
XE
rt
G
-o
E-E 5
-c -
P
j
r
.a 8E
o (\f
JOo
[UI
cr o-
*<f
gH
(9
.c
.9
}E
E:
o-E
oto
o=
8E
<o,
I('
o-z
(f06=
u, 83(L
(,
o
o
o
3
€ o
C
o
cEr
=EE 3E=
.53
.E aa
! E.3
Ob t
()€ (,
.T
J&
!ctr
fo
!co
UJ
(9
-,l
st
6a"
o(,
.ur o
cc ul
o
o=
GC
i8
-o
ES
O6
!L
-t
o.o
cc
-e6
=a
f.i'
u,
J>
<x
o(L
;<
96
tDO
=
lr,
*('
(JI
63
$E
>o
36=F
-!€
'6o
q(i
.U .-
o
cc
.98
EA
=- oo
,;
.Eo
9o
39
3,E
_(,
o
!O
-:
oo
o:
<o
3
g
o
6r?
EE
9E
t-
-t
6.9
6g
5-g
Oc
os
A
J
&I
f(L
h<
HH
(9C'
I
&
(r
(,
o
u.t
o
6
oo
0ro
5o
==
J>
Ee
CG
6.:
"E
-o!9:
:o
c(E
I
J(L
N(r
XO
bg
o
o
z
U)
:)
o
I
LL
o
T
o-
(r
'a
o
ul
(,Dari beberapa bidang kajian Geografi Perdesaan yang dirurnuskan serta
memperhatikan perkembangan baru mengenai bidang-bidang substansi sfudi Geografi
perdesaan maka dapat diajukan definisi Geogpafi perdesaan sebagai berikut:
R.J.Johnston
(1981) memberftan batasan pengeftian sebagai berikut "Rural geography
: the stady of the geographical aspect of human organization and activtty in non urbsn
argas".
A.J.suhardomenyebutkan bahwa: Geografi Perdesaan adalah'suatu cabang studi ilmu
Geografi yang mempelajari fenomena sosial ekonomi dan kBltulal serta perubahanperubahannya di wilayah perdesaan dalam keterkaitannya dengan berbagai faldor
peneotmya baik yang bekerja pada tingkat lokal, regional rnaupun global'
Geografi Perdesaan merupakan cabang studi Geografi' oleh karena itu dalam
analisis terhadap fenomena sosial maupun ekonomi selalu dihubungkan dengan aspekaspek Geografi (Johnston,l981). Hal ini memberikan keleluasaan ruang gerak bagi studi
ini unt*k mengekplorasi masalah-masalah wilayah perdesaan yang msmang sangat luas
dan kompleks, terlebih lagi wilayah perdesaan di negara-negara sedang berkembang
tennasuk Indonesia yang sedang mengalami perubahan-perubahan yang sangat capat'
perubahan
fi'rdamental lainnya di wilayah perdesaan menurut Illbery (2000)
terjadi pada semua bidang kehidupan sebagai
lespon atas perubahan-perubahan sosial'
ekonomi, lingkungao dan politik dalarn skala yang lebih luas. Kecepatan perubahan telah
mengalami peningkatan dan wilayah perdesaan mengalami drversivikasi sebagai
konsekuensi dari transformasi sosial ekonomi dan modernisasi' Banyak wilayah
perdesaan yang tidak lagi didominas i mata pencaharian pertanian (Kragt'en, 2000 dan
suhardjo, 1998, 2000).sektor pertanian mengalami restukturisasi dan petani harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan nasional mauputl int'ernasional dalam pfoses
produksi. Sementara itu sektor non- pertanian tumbuh tidak hanya di wilayah perkotaan'
tetapi
ju$ di perdesaan. Ini membut*ikan keruntuhan pandangan produksionist terhadap
wilayah perdesaan.Dalam Geografi tadisional, wilayah perdesaan dipandang sebagai
wilayah unUrk produksi, sedang perkotaan sebagai wilayah konsenfasi konsumsi'
Fenomena diversivikasi perdesaan menunjukkan bahwa proses konsumsi
juga semakin
signifikan di wilayah perdesaan. Dengan demikian memberikan bukti semakin lemahnya
pandangan produksionist wilayah perdesaan'3. K€&d*m Creogafi Perdesaan dalm C€ografi
Institut€ of British Geoeraphsfs and Aseocidion'of AqF'fican qeq$ryh*
mdro Hasieasi @s-bp'e rydi eungr ,
sfidy, Rob Kitohinb*Niorcfat tdt' nal't
:
'
6o
J
,6
o
o
@
o
o
0a
p
'(t
6'
o.
x
c
s
{te
(!
0q
o
-u
Y
o
D
oa
oa
.os
g
x
6
o.
c
I
=
!t
t
o.
!g
Y
o
s
0a
6
o
0a
E
po
o
$FE
feseEaggg$B,ggggg
$
F
-FF
igsgg
9o
63i
*E
3'
g:
f le$
saasc
$t r
$ee€ Fssg
ug
ie
-
g
'
-'H
u; F-E
'gg
€g € EB.s 3
e
,*
ffg FFf,FS
tEF
su
r
* i f
**$$g
"gs€ $ fl*Fggg
I!.8
€
? E{ €
t6A
EesB
'E
r #g€
g
+g
i f3
$
* f * r t # * a flt€ seegg s
H
gi
€ 1"4
H'
eieililgga*€ *g' iggfr
'E[ E"
f"gEEgFF
*E
d6
*3Fp
g_
gg€'Ece'eageaa$$€
6
o'
!\
\o
\o
u
oa
o
(D
c
o
o
tD
@
o
@
e
o
E
5
oI
o
3
o
o
c,
D
6)
o
o
oa
.d3
o
6
e
o.
oa
o
c
fo
ato6 noA oleq saqoeoJdde 1o aolorlc lerlnDari bagan tersebut dapat diketahui bahwa cabang studi Geografi terdiri dari
empat bagian,yaitu : Geografi ldanusia (Human Geography), Geografi Fisik @hysical
Geography), gabungan/campuftul antanGeografi Manusia dengan Geografi Fisik (Mxed
Geography), serta cabang lainnya yang merupakan Geografi Teknik dan lain-lainnya'
Dengan demikian
jelaslah letak kedudukan Geografi Perdesaan diantara cabang iknu lain
dalam Geografi. Dalam baganitu pula dapat diketahui bahwa yang menjadi pokok bidang
kajian dalam Geografi Perdesaan menurut Rob Kitchin dan Nicholas Tate adalah :
EkonomiPerdesaan,PerencanaanPerdesaarr,PendudukPerdesaandanperubahannnya''
4. Pendekatan-pendekatan dalam Geografi
peldgsaan'
. Pada bagsan terdahulu telah dijelaskan bahwa Geografi Perdesaan merupakan
salah satu cabang dari ilmu Geografi-sub Geografi Manusia (Human Geography).
Dengan demikian pendekatan-pendekatm yang digunakan dalam kajian studi Geografi
perdesaan juga sama dengan pendekatan yang digunakan dalam Geografi, yaitu
pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan / ekologis dan pendekatan kewilayahan'
a. Pendekatan keruangan,
Pendekatankeruanganmenekankananalisisnyapadavariasidistibrrsidanlokasi
dan gejala-gejala ataukelompok gejata di perrntrkaan bumi, misalnya variasi kepadatan
penduduk, kemiskinan di perdesaan. Faktor-faktor yang menyebabkan pola-pola
disnibusi keruangan yang berbeda-beda dan bagaimana pola keruangan yang ada dapat
diubah sedemikian rupa sehingga distnibusinya menjadi lobih efektif' Pendekatan
keruangan menyangkut pola, proses dan struktur di kaitkan dengan dimensi waktu'
sehingga analisisnya bersifat horizontal'
b. Pendekatan kelingkungan'
Studi interaksi antara organisme hidup dengan lingkgngannya disebut dengan ekologi'
Geografi dan Ekologi merupakan dua bidang iknu yang berbeda satu sama lain' Geografi
berkenaan dengan interelasi kehidupan manusia dengan faktor fisisnya yang membenhrk
suatu sistem keruangan yang meng*rubungkan satu region dengan reglon lainnya' Sedang
ekologi berkaitan dengan interelasi antarc manusia dengan ingkungan yang membentk
suatu sistem ekologi atau ekosistem. Prinsip dan konsep yang berlaku diantara ke duanya
berbeda satu sama lainm tetapi karena ada kesamaan pada obyek yang digarapnya' maka
kedua ilmu tersebut pada pelaksanaan kerjanya dapat saling membantu' Geografi dapatdikatakan sebagai iknu tentang ekologi manusia yang berrraksud menjelaskan hubungan
antara lingkuogan alam dengan penyebaran dan aktivitas manusia' Pandangan dan
penelaahan ekologi diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai mahluk hidup
dengan lingkungru alam. Pandangan dan penelaahan inilah yang disebut dengan
pendekatan ekologi, yang dapat mengungkapkan masalah hubungan penyebaran dan
aktivitas manusia dengaa lingkungan alamnya' Pada pendekatan ekologi suatu daerah
permukiman sitinjau sebagai suatu bentuk ekosistem hasil interaksi penyebaran dan
aktivitjas manusia dengan lingkungan alamnya'
c. Pendekatan kewilaYahan
Kombinasi antara analisa keruangm dan analisa kelingkungan disebut sebagl
analisa kewilayahan atau analisa kompleks wilayah' Pada analisa ini wilayah tertentu
didekati atau dihampiri dengan konsep "afeil difiterentiation", yaitu suatu anggapan
bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekafirya terdapat
perbedaan trLtamsatu wilayah dengan wilayah lainnya.Pada pendekatan ini diperhatikan
pnla penyebaran fenomena tertentu(analisa keruangan) dan interaksi antara manusia
dengan lingkungannya, ungrk kemudian dipelajari kaitannya sebagai analisa
kelingkungan. Dalam hubungannya dengan analisa wilayah, ramalan wilayah dan
perancangan wilayah merupakan aspek-aspek yang penting' Secara rxnum wilayah dapat
diartikan sebagai sebagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal tertentu
dari daerah sekitarnya dan mempunyai ciri yang spesifik misalnya: fenomena politik'
kebudayaan sosial, iklim, vegetasi, fauna
"
relief dan sebagainya'
Geografi Perdesaan Tinggalkan Komentar
1 Vote
Hakikat, Ruang Lingkup, dan Sejarah Geografi Perdesaan
Geografi perdesaan dahulu sering disamakan/identik dengan Geografi
Pertanian, hal ini dikarenakan pedesaan identik dengan mata pencaharian pertanian
(agricultur) beserta pola kehidupan penduduknya yang bercorak agraris.
Dewasa ini ada pemisahan antara Geografi Perdesaan dengan Geografi
Pertanian.
Geografi Perdesaan kajiannya kepada proses-proses di masyarakat yang
mempengaruhi struktur keruangan di pedesaan yang meliputi, interaksi antara
penduduk desa dengan lingkungan alamnya, perekonomian masyarakat desa,
penggunaan lahan dan perubahan spasial sebagai akibat tekanan penduduk
(Clouth’s dalam Gilg, 1985:4). Sedangkan Geografi pertanian mengkaji bagaimana
pola-pola pertanian berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya sebagai akibat
perbedaan faktor, fisik, sosial-budaya. Bagaimana lingkungan fisik (iklim, jenis tanah,
dan kemiringan) memengaruhi sebaran dan jenis pertanian.
Pada awalnya hanyja mengkaji pada permasalahan khas masyarakat
perdesaan seperti pertanian. Gilg (1985) mengutip pendapat Bowler dan Clark,
mengindentifikasi ruang lingkup Penelitian Geografi Perdesaan melipui aspek
pertaian, kehujanan, permukiman perdesaan, penduduk perdesaan, transportasi
perdesaan, rekreasi dan pariwisata, perencanaan pembangunan perdesaan.
Philips dan Williams (1984) menjelaskan bahwa kajian Geografi Perdesaan
meliputi 11 bidang kajian yaitu Geografi Sosial Perdesaan, Perekonomian Perdesaan
(bidang pertanian), Perekonomian Perdesaan (tenaga kerja di luar pertanian),
Penduduk dan Perubahan Sosial, Perumahan, Transportasi dan Aksesibilitas,
Perencanaan Daerah Pinggiran, Pelayanan dan Perdagangan Eceran, Rekreasi dan
Waktu Luang, Keluarga Berencana, dan Isu Kebijakan.
Geografi Perdesaan (Rural Geography) merupakan cabang dari Geografi
Manusia. Geografi Perdesaan sendiri baru mencapai bentuknya pada akhir tahun
1960-an, seiring dengan munculnya perhatian dunia terhadap masalah kemiskinan
yang sebagian besar dialami oleh masyarakat perdesaan di negara yang sedang
berkembang.
Pembangunan ekonom perdesaan yang bercorak agraris dianggap sangat
lanban, karenanya dianggap kurang/tidak menarik untuk di teliti. Tulisan dan
penilitian terhadap masyarakat perdesaan muncul tahun 1970-an.
Perhatian pada masalah perdesaan khususnya yang terdapat di Dunia Ketiga
yang notabenenya negara miskin/berkemban (under developing countries) dan
tesebar di kawasan Asia-Oceania, Afrika, dan Amerika Latin. fokus perhatian antara
lain, masalah kemiskinan, ketimpangan antara pertumbuhan penduduk fngan lahan
pertanian, ketimpangan antara penduduk dengan ketersedian panan, deteriorasi
lahan pertanian akibat penggunaan pupuk dan obat-obatan anorganik (revolusi
hijau), pola hidup masyarakat perdesaan.
Sesudah Perang Dunia II, interaksi antara Kota-Desa semakin intensif sebagai
akibat makin meningkatnya kesajahteraan penduduk perkotaan, makin lancarnya
transportasi. Keadaan ini membawa akibat berupa masuknya penduduk perkotaan
ke perdesaan dan meningkatnya harga tanah di perdesaan.
Masuknya gaya hidup perkotaan ke perdesaan disebut urbanisme.
Pesgeseran tata guna lahan (land use) dari mayoritas pertanian ke non-pertanian.
Makin meningkatnya penduduk tunakisma ini(land less)
Hubungan Antara Region, Geographyc Region dengan Desa
Region (landschaft) adalah suatu bagian dari muka bumi yang bagian-
bagiannya mempunyai relasi tertentu sehingga mempunyai individualitas tersendiri
yang dapat dibedakan dengan daerah lain disekitarnya.
Dalam Geografi Perdesaan region memegang peranan penting karena terkait
dengan corak kehidupan penduduk yang khas, menghuni desa tersebut yang dapat
menampakkan adanya suatu homogenitas dalam kehidupan sosial-ekmomi.
Pentingnya region dijelaskan oleh C. Langdon White dan George T. Renner
seperti yang dikutip Bintarto (1997:7), bahwa “The use of region as units of study
and analysis in geography serves two primary purpose. The first of these is the
purely scientific purpose of organizing geographycal facts and ideas. The second
usefulness of the region is for practical politica and civic purpose”
Dalam perkembangan selanjutnya, arti region mengalami perluasan. Jika
awalnya hanya merujuk kepada natural region atau non-human, menjadi cultural
region sebagai akibat pengaruh campur tangan manusia yang sangat intens
terhadap natural region. Cultural region merupakan wilayah yang dihuni masyarakat
yang memiliki karakteristik yang homogen dalam pola-pola tingkah laku, corak
kehidupan, nilai, kepercayaan, organisasi sosial yang berbeda dengan wilayah lain.
Hal ini seperti yang dikemukan oleh Lowry Nelson sebagai berikut:
” The cultural region region is an area in which society is characterized by a
sufficient homogenity in patterns of behavior including ways of living, values, beliefs
and social organization to differentiate it from other areas”.
Dengan demikian, bisa dibedakan natural region, yaitu suatu bentang alam
yang terdiri dari unsur-unsur fisik yang bersifat abiotik (tanah, air, udara, dan bentuk
permukaan bumi), sedangkan cultural region (penduduk beserta keseluruhan aspek
budayanya), dan political region (unsur negara dan pemerintahannya).
Dari ketiga region tersebut akhirnya terdapat istilah yang mengintegrasikan
unsur fisik dan human yaitu Geographyc Region yang terdiri dari unsur fisis, agraris,
sosial, kultur, ekonomis, dan politis yang kesemuanya merupakan perpaduan antara
faktor alam dengan manusia.
Dengan demikian desa merupakan salah satu perwujudan geografis yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis, politis dan kultural yang
terdapat disana, dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-
daerah lain.
Keterkaitan Geographyc Region dengan Community/komunitas adalah
komunitas diartikan sebagai suatu kawasan yang mempunyai ciri-ciri daerah yang
sama (daerah administratif dan geografis), nilai sosial yang sama (secara umum
dianut oleg warga desa), dan kesamaan aktivitas dalam mata pencahanarian
(agraris dan ekonomis yang tidak dapat lepas dari pengaruh iklim, tanah, dan relief)
Jadi desa merupakan suatu village community yang mempunyai ciri-ciri
mempunyai kebutuhan sendiri, perhatian yang sama, pusat pendidikan dan gedung
sekolah dan perpustaan, pusat sosial, memiliki gereja/tempat melakukan aktivitas
keagamaan, dan mempunyai institusi/lembaga (Butterfield dalam Bintaro 1977).
Dilihat dari aspek sosiologis, komunitas atau masyarakat dicirikan sebagai
kumpulan individu yang hidup bersama, memiliki ikatan emosional, memiliki aturan,
nilai, norma, dan memiliki tempat tinggal atau wilayah.
Penelusuran terhadadap perundangan terhadap desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 (Pemerintahan, dan Produk Orde Lama).
Penyeragaman pemerintahan lokal di berbagai wilayah Indonesia dengan referensi
model desa di Jawa. Tidak mengakomodasi keragaman dan kesatuan masyarakat
hukum adat di luar Jawa. Ada ketidakjelasan, apakah didudukan sebagai local self
goverment atau sebagai self governing community. Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1948 digugurkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 (Produk Pemerintahan Orde Baru yang
menekankan peran pemerintahan pusat sebagai kontrol terhadap pemerintahan
sampai pada tingkat desa dalam berbagai aspek). Stabilitas politik seperti Dwi
Fungsi ABRI, sampai masuk ke Desa. Pertumbuhan ekonom seperti memungkinkan
masuknya modal asing sampai ke perdesaan sehingga masyarakat perdesaan tidak
atau belum merasakan manfaat dari keberadaan berbagai mega proyek.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 (Pemerintahan Daerah/Desa dan
Produk Orde Baru), Desa dianggap bentuk kontrol pemerintah pusat terhadap desa
dan warga desa, kepala desa lebih dianggap penguasa tunggal di desa, kepala desa
lebih berorientasi ke atas dibanding sebagai pemimpin yang memperoleh legitimasi
kuat dari warga yang menjadi pendukung/pemilihnya. Di anggap menghancurkan
komunitas lokal yang memiliki berbagai bemtuk pemerintjahan lokal. Mengabaikan
berbagai kearifan lokal, keragan identitas lokal dan adat istiadat lokal. Keberadaan
lembaga masyarakat desa (LMD, LKMD, PKK, dan organisasi lainnya) dianggap
sebagai bentuk Perpan jangan pemerintahan pusat di desa.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 (Otonomi Daerah semangat untuk
desentralisasi dengan lawan kata sentralisasi Orde Baru). Pola pemerintahan daerah
bersifat otonom. Kewenangan luas dalam membentuk instusi politik lokal yang
demokratis, menerencanakan sendiri pembangunan daerahnya. Memiliki hak dan
kewenangan dalam mengelola keuangan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Pemerintahan Pusat dan Daerah).
Dianggap mementahkan konsep otonomi daerah memosisikan desa kembali ke era
sebelumnya (era Orde Baru). Kontrol Pemerintah Pusat masih terasa Sampai
perdesaan, seperti diangkatnya sekretaris desa sebagai pegawai negeri sipil (PNS.)