gembala sidang senior - rec.or.idrec.or.id/emagz/e-magz_20_januari_2019.pdf · kita membutuhkan...

40

Upload: buiquynh

Post on 15-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

GEMBALA SIDANG SENIORPdt. Yakub Tri Handoko, Th.MTelp : 081-55055985Email: [email protected]

GEMBALA LOKAL REC MERR GALAXYPdt. Novida F Lassa, M.Th. Telp.0811-3321-904 Email: [email protected]

GEMBALA LOKAL REC NGINDEN Pdt. Yohanes Dodik Iswanto, M.A. Telp. 081-233780070 Email: [email protected]

GEMBALA LOKAL REC BATAM CENTERPdt. Samuel Sambudjo Budiman, M.K. Telp. 081-931003006 Email: [email protected] /[email protected]

GEMBALA LOKAL REC DARMO PERMAIEv. Edo Walla, M.DivTelp : 082-110002494 Email: [email protected]

HAMBA TUHAN REC

3

TEACHINGKh o t b a h Um u m

E-MAGZ20 Jan 2019

ko m u n i tas ya n g b ers eku t u(i b r a n i 1 0:24-25)

Mimbar REC, 20 Januari 2019 | Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Kebaktian memang hanya untuk TUHAN, tetapi bukan cuma tentang Tuhan. Kebaktian berbicara tentang keber-

samaan. Bukan hanya dengan Tuhan, melainkan dengan sesa-ma umat TUHAN. Perjumpaan personal dengan Tuhan seha-rusnya menguatkan ikatan komunal dengan umat TUHAN. Yang satu tidak bisa dipisahkan dengan yang lain. Yang satu tidak menggantikan yang lain. Allah tidak menjadikan kita sebagai superhero atau single fighter. Kita membutuhkan sesama orang percaya. Pilihan bagi orang Kristen hanya ada dua: bertumbuh bersama atau mati sendirian. Tidak ada jalan tengah. Mengapa ibadah bersama sangat penting? Apa yang seha-

4

TEACHINGKh o t b a h Um u m

E-MAGZ20 Jan 2019

rusnya dilakukan di dalam ibadah bersama?

Pentingnya ibadah bersama Perkembangan teknologi yang luar biasa merupakan berkat sekaligus kutuk. Berkat, karena firman Tuhan dapat disebar-kan secara efisien dan tanpa batas. Orang bisa mendengarkan khotbah di rumah. Kutuk, karena beberapa orang merasa ti-dak memerlukan perjumpaan personal dengan hamba Tuhan maupun sesama orang percaya. Ibadah hanya dipahami secara vertikal – personal (Allah – diri sendiri), tanpa mempedulikan aspek horizontal – komunal (sesama – komunitas). Teks kita hari ini akan menunjukkan bahwa “ibadah TV” atau “ibadah internet” bukanlah pengganti ibadah bersama secara tatap muka. Ibadah semacam itu hanyalah supplemen (makanan tambahan), bukan makanan utama bagi kerohanian kita. Ada dua alasan penting mengapa ibadah bersama tidak tergantikan oleh yang lain. Yang pertama, ibadah bersama bersumber dari penebusan Kristus yang sempurna. Jika kita membaca dengan teliti, kita akan mendapati bahwa teks hari ini merupakan salah satu penerapan dari ayat 19-21 tentang Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung yang sudah mem-persembahkan korban yang sempurna kepada Allah bagi kita. Kebenaran yang agung ini lantas diikuti oleh beberapa kalimat perintah, yang dalam terjemahan LAI:TB ditandai dengan fra-sa “Marilah kita…” (ayat 22, 23, 24). Nah, teks kita hari ini merupakan salah satu penerapan dari doktrin yang agung tadi. Secara lebih spesifik, kita patut memahami semua ini dalam konteks perjanjian. Imam besar merupakan simbol mediator antara Allah dan umat-Nya. Sebagaimana para imam besar

5

TEACHINGKh o t b a h Um u m

E-MAGZ20 Jan 2019

Israel dahulu mempersembahkan korban bagi seluruh umat Allah, demikian pula Kristus Yesus dengan karya penebu-san-Nya. Korban itu bukan hanya tentang “Dia dan saya”, melainkan “Dia dan kita”. Bukan hanya setiap kita secara in-dividual, tetapi semua kita secara komunal. Dengan kata lain, ibadah bersama mengingatkan kita bahwa kita adalah satu umat perjanjian yang diwakili oleh Imam Besar Agung kita, Yesus Kristus. Yang kedua, ibadah bersama merupakan sumber kekuatan bagi kita. Teks hari ini tidak boleh diceraikan dari situasi riil yang dihadapi oleh penerima surat. Mereka sedang mengh-adapi dua bahaya sekaligus yang saling berkaitan: ajaran ses-at dan penganiayaan. Orang-orang Yahudi berusaha menar-ik mereka kembali pada agama yang lama. Upaya ini sangat mungkin disertai dengan tekanan dan penganiayaan (10:32-34). Akibatnya, beberapa orang sudah mulai meninggalkan persekutuan (10:25). Mereka perlu diberi kecaman dan per-ingatan yang sangat keras tentang kemurtadan (10:26-31).Di tengah situasi seperti ini, Allah sudah menyediakan sebuah sarana anugerah untuk menguatkan orang percaya. Sarana ini adalah persekutuan antar orang percaya. Persekutuan yang saling menguatkan. Bukan kebetulan apabila nasihat untuk “teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita” (ayat 23) langsung diikuti dengan nasihat untuk saling bersekutu dan menguat-kan (ayat 24). Artinya, orang Kristen tidak mungkin bisa ber-pegang teguh pada pengharapan apabila mereka berjuang sendirian. Lebih menarik lagi, tambahan keterangan “sebab Ia, yang menjanjikannya, setia” di akhir ayat 23 tetap tidak meniadakan nilai penting persekutuan antar orang percaya

6

TEACHINGKh o t b a h Um u m

E-MAGZ20 Jan 2019

di ayat 24-25. Dengan kata lain, kesetiaan Allah merupakan pondasi pengharapan, tetapi kekuatan untuk terus berharap dianugerahkan oleh Allah melalui persekutuan antar orang percaya.

Ibadah yang menguatkan Semua ibadah bersama pasti menguatkan. Perjumpaan dengan Allah pasti mengubahkan dan menyegarkan. Dia bekerja melalui pujian yang dinaikkan, doa yang dipanjatkan, dan firman Tuhan yang diberitakan. Walaupun demikian, ibadah bersama seyogyanya tidak dibata-si pada aspek-aspek yang vertikal saja (Allah dan kita). Alki-tab secara konsisten mengajarkan bahwa ibadah bersama se-harusnya bersifat utuh: vertikal maupun horizontal. Hal yang sama diajarkan di Ibrani 10:24-25. Penulis Surat Ibrani menasihatkan jemaat untuk saling memperhatikan (ayat 24a). Pemunculan kata “memperhati-kan” (katanoōmen) di sini cukup menarik. Kata ini sebelumnya sudah muncul dengan Kristus Yesus sebagai objeknya (“pan-danglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus”). Kita bukan hanya memandang pada Kristus, tetapi juga saudara-saudara seiman. Tujuannya adalah untuk “saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik” (ayat 24b). Terjemahan “mendorong” (par-oxysmos) sebenarnya kurang begitu kuat. Kata paroxysmos merujuk pada sebuah tindakan yang bisa menimbulkan reak-si emosional yang besar. Beberapa versi Inggris secara tepat menerjemahkan kata ini dengan “memprovokasi” (KJV/YLT). Dalam arti yang negatif, kata ini berkaitan dengan kemara-han yang besar (Kis. 15:39; LXX Ul. 29:27; Yer. 39:37). Da-

7

TEACHINGKh o t b a h Um u m

E-MAGZ20 Jan 2019

lam arti yang positif, kata ini berhubungan dengan upaya yang disengaja (intensional) dan sungguh-sungguh (intensif) da-lam mendorong orang lain untuk mengasihi dan berbuat baik (Ibr. 10:24). Bukan sekadar memberi teladan. Bukan sekadar memberikan himbauan. Kita harus melakukan apapun yang bisa membuat orang lain tergerak untuk saling mengasihi dan menolong. Apapun yang kita akan lakukan sebagai sarana provo-kasi, semua itu dimulai dengan persekutuan bersama. Da-lam teks Yunani, frasa “janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita” (mē enkataleipontes tēn episynagōgēn heautōn) merupakan anak kalimat (KJV/NASB/ESV), bukan kalimat yang terpisah dan berdiri sendiri (kontra LAI:TB/NIV). Maksudnya, frasa ini berfungsi sebagai penjelasan terhadap ayat 24. Bagaimana kita bisa saling mem-perhatikan? Bagaimana kita bisa memprovokasi orang lain secara positif? Jawabannya: melalui ibadah-ibadah bersama. Tanpa pertemuan ibadah yang cukup dan teratur, bagaimana kita bisa mendorong orang lain untuk saling mengasihi dan berbuat baik? Nasihat ini merupakan kritikan terhadap sebagian peneri-ma surat yang mulai meninggalkan persekutuan. Mereka mun-gkin ingin memisahkan diri dari label “Kristen” untuk mengh-indari tekanan dari masyarakat. Mereka mungkin merasa diri sudah cukup kuat untuk memegang teguh pengharapan mer-eka. Apapun alasan mereka, kebiasaan ini adalah salah. Tatkala persoalan datang, kita justru paling membutuhkan kekuatan dan pertolongan. Allah sudah menyediakan dua hal ini melalui komunitas orang percaya. Adalah ironis apabila sebagian orang Kristen berusaha menghindari ibadah bersama pada saat mer-

8

TEACHINGKh o t b a h Um u m

E-MAGZ20 Jan 2019

eka sedang menghadapi pergumulan yang berat. Mereka ingin menyendiri dengan TUHAN untuk mendapatkan kekuatan. Ini jelas keliru. Ini tipu daya Iblis untuk semakin melemahkan mereka. Jikalau ada orang yang beribadah bersama tetapi tidak merasa dikuatkan oleh sesamanya, mungkin orang itu senga-ja menarik dari orang lain. Kemungkinan lain adalah bentuk ibadah bersama yang terlalu formal dan vertikal. Jemaat tidak diberi waktu dan sarana yang cukup untuk berbincang-bincang dan saling mendoakan satu dengan yang lain. Semua hanya terpaku pada liturgi yang kaku. Tidak ada kebersamaan dalam ibadah bersama. Jemaat hanya berada di tempat yang sama dan melakukan aktivitas relijius yang sama, namun tidak ada kebersamaan di dalamnya. Tidak heran, banyak orang mera-sa tidak perlu datang ke ibadah bersama untuk mendapatkan pertolongan. Bagaimana dengan ibadah di gereja Anda? Apakah ibadah itu lebih dari sekadar liturgi? Bagaimana pula dengan sikap Anda selama ibadah? Apakah Anda berusaha membaur den-gan orang lain atau justru menarik diri dari mereka? Kiranya setiap pertemuan ibadah menjadi momen yang sangat dinan-tikan, karena di situlah TUHAN menyediakan kekuatan dan pertolongan. Soli Deo Gloria.

9

TEACHINGE-MAGZ20 Jan 2019

Pokok Doa Syafaat

1. Berdoa untuk bulan keluarga pada bulan Februari. Kira-nya jemaat disegarkan kembali tentang kehidupan keluar-ga Kristen dihadapan Tuhan untuk menjadi keluarga yang memuliakan Allah. Diharapkan setiap anggota keluarga dapat menerapkan prinsip karakter Kristen dalam hidup hari lepas hari.

2. Berdoa untuk persiapan pelaksanaan pemilihan umum. Kiranya segala persiapan pemilihan tetap dalam keadaan aman dan konstitusional. Setiap pemimpin yang terpilih dapat menjalankan amanat rakyat untuk memajukan bangsa dan negara.

10

TEACHINGE-MAGZ20 Jan 2019

Katekismus Westminster

Pertanyaan 9:Ada berapa Pribadi dalam keAllahan itu?

Jawaban Dalam keAllahan itu ada tiga Pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ketiganya Allah yang esa, benar, dan kekal, sama dalam hal Zat-Nya, setara dalam kuasa dan kemuliaan-Nya, kendati Mereka dibedakan oleh sifat-sifat khusus kepribadi-an Mereka. a. 1Yo 5:7; Mat 3:16-17; 28:19; 2Ko 13:14; Yoh 10:30.

11

CAREA l l A b o u t M a r i a g e

E-MAGZ20 Jan 2019

Tuhan merancang dan memberkati amarah dengan tujuan untuk meneguhkan hasrat kita menghancurkan dosa. –Dan Allender dan Tremper Longman III

Pengasuhan anak akan menampilkan emosi kita yang ses-ungguhnya – emosi yang terlalu kuat untuk diabaikan atau

disangkal. Mustahil Anda menjadi orangtua tanpa memiliki perasaan seperti sukacita, sedih, marah, dan sejumlah emo-si lainnya yang dimiliki oleh manusia pada umumnya dalam beragam kesempatan. Proses mengasuh anak memaksa kita menjadi lebih dewasa dalam menangani sebagian emosi yang lebih rumit, khususnya amarah. 

kasih yang menyala-nyalaMembesarkan Anak Mengajar Kita

untuk Mampu Mengendalikan Amarah

12

CAREA l l A b o u t M a r i a g e

E-MAGZ20 Jan 2019

Amarah itu sendiri bukanlah dosa karena Alkitab ker-ap menggambarkan Tuhan yang murka (Mazmur 6:2, 38:2; Yesaya 12:1; Mikha 7:9), dan bahkan Roh Allah yang sedang berkuasa atas seseorang dapat mendatangkan amarah (1 Sam-uel 11:6).  Akan tetapi, amarah Tuhan berbeda dengan amarah seba-gian besar kita. Menurut Augustine, kemarahan-Nya bukan-lah “suatu perasaan yang terganggu seperti yang terdapat di dalam pikiran manusia pada umumnya,” melainkan merupa-kan suatu bentuk “ketidaksenangan-Nya terhadap dosa.”Pada akhirnya, yang membedakan antara amarah yang be-nar dan amarah yang salah terletak pada alasan mengapa kita marah, apa yang membuat kita marah, dan apa yang kita per-buat dengan kemarahan kita. 

SISI BURUK AMARAH C.S. Lewis berkomentar, “ketiadaan amarah… bisa menjadi suatu gejala yang sangat mengkhawatirkan…” Namun, marah sedemikian berbahaya sehingga Kitab Suci pun tidak terlalu mendukung hal itu:“Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu”(Mazmur 37:8). “Segala… kemarahan… hendaklah dibuang”(Efesus 4:31). 

Alkitab menekankan satu hal yang sangat jelas: Tuhan itu maha segalanya dan sanggup mengendalikan perasaan! Ada saatnya untuk marah dan ada saatnya untuk murka, tetapi setiap kali kemarahan dilepaskan, itu menjadi saat yang ber-bahaya dan menakutkan yang seharusnya kita terima hanya

13

CAREA l l A b o u t M a r i a g e

E-MAGZ20 Jan 2019

karena kita terpaksa marah, bukan karena kita dapat marah.  RELASI DI BALIK HATI YANG TERLUKA  Tuhan marah karena Dia peduli. Tuhan bukanlah Pribadi yang suka memendam perasaan dan hanya tinggal menanti waktu yang tepat untuk meledak; Dia penuh perhatian kare-na Dia tahu pentingnya kekekalan kita di masa mendatang.Dengan cara yang sama, kita selaku orangtua menjadi sangat marah kepada mereka yang sangat kita kasihi. Semakin dalam kita melibatkan diri secara emosi, semakin besar pula kemun-gkinan kita bersikap sangat marah. Hal itu karena kita sangat peduli dengan apa yang terjadi pada mereka yang kita kasihi dan pada relasi kita dengan mereka.  Tentunya kita juga marah ketika seseorang mengemudikan kendaraan seperti seorang idiot di jalanan, memotong jalan dan menabrak bumper depan kendaraan kita sehingga terle-pas. Kita marah namun tidak menindaklanjuti kemarahan itu. Mengapa? Kita tidak memiliki hubungan khusus dengan nama, wajah, dan sejarah hidup orang itu. Akan tetapi, ketika berkaitan dengan pasangan hidup atau anak, kemarahan kita dapat membentuk formasi rangkap tiga, yakni masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Kemarahan itu melibatkan masa lalu ketika kita merasa dikhianati. Kema-rahan itu juga melibatkan masa sekarang untuk menyatakan hati yang terluka. Dan kemarahan melibatkan masa depan yang menyiratkan sedikit kekhawatiran. Kita tidak dapat dengan mudah menyingkirkan kemarahan tipe ini karena kemarahan ini berakar dari kasih, dengan sega-la pengharapan akan cinta, dan bahkan ada rasa takut di balik rasa cinta.

14

CAREA l l A b o u t M a r i a g e

E-MAGZ20 Jan 2019

Bagaimanapun, proses rohani dalam membesar-kan anak dapat membawa kita lebih dari sekadar mar-ah kepada manusia, tetapi juga marah kepada Tuhan.  MARAH KEPADA ALLAH Banyak keluarga yang telah menghadapi cobaan berat yang traumatis saat menyaksikan putra atau putri mereka men-yongsong kematian karena suatu penyakit yang mematikan. “Ya Tuhan, mengapa Engkau tidak mau menyembuhkan anak kami?” Tentunya Tuhan memiliki kuasa untuk menyembuh-kan. Dia berulang kali melakukan hal itu, tetapi kadangkala Dia tidak melakukannya. Lalu, bagaimana? Memang wajar dan tak terelakkan apabila orangtua marah, tetapi dalam prosesnya Tuhan mengajak kita untuk keluar dari kelemahan kita sebagai manusia yang sedemikian mudah ters-inggung. J.J. Packer menulis, “AIkitab tidak menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan oleh manusia.” Tidak ada yang dapat dilakukan perihal kebenaran ini selain menerimanya. Tuhan itu pasti bersikap dewasa dan bijaksana dalam meng-hadapi ekspresi kemarahan alami kita yang muncul mendadak, tetapi secara rohani kita harus belajar berserah diri – ketika kita mengakui bahwa Tuhan mengetahui apa pun melebihi dari yang kita lakukan dan bahwa Dia tidak berutang penjelasan kepada kita hanya karena kita menginginkannya. Panjangn-ya perjalanan kudus kita ini dapat disamakan dengan menge-mudi menembus kabut: kita tidak melihat jalanan di depan kita dan tidak ada jaminan bahwa kita akan berjalan ke arah yang benar, tetapi satu-satunya jalan keluar dari ketidakjela-san itu adalah tetap melaju melalui ketidakpastian tersebut. 

15

CAREA l l A b o u t M a r i a g e

E-MAGZ20 Jan 2019

ENGGAN MELANGKAHKAN KAKI Maka dari itu, jika kita ingin menjadi dewasa rohani, kita ha-rus belajar berjalan di lembah yang tidak steril dari dosa na-mun tetap harus menghindari dosa itu. Kita diajar demikian, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa” (Mazmur 4:5; Efesus 4:26). Singkatnya, ketika anak-anak berhasil membuat kita mem-perlihatkan ketidaksabaran dan rasa frustrasi kita yang ber-pusat pada diri sendiri, maka sesungguhnya itulah cerminan dari hati kita yang sebenarnya. Seperti halnya respons Tuhan terhadap anak-anak-Nya menunjukkan karakter-Nya, proses mengasuh anak juga akan menunjukkan karakter kita. Hal itu akan memperlihatkan dosa kita dan memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang paling kita agungkan dalam hidup ini.  REALITAS YANG TIDAK MENYENANGKAN  Pada tanggal 6 Agustus 1945, dua belas orang pria ber-jalan dengan wajah muram menuju sebuah pesawat pengebom yang diberi nama Enola Gay, yang membawa 65 ton bom di dalamnya. Berjam-jam kemudian, mereka menjatuhkan se-buah bom yang berdaya 20.000 ton TNT. Hiroshima hancur lebur menjadi debu. Ibarat perang, kemarahan merupakan salah satu realitas ke-hidupan yang tidak menyenangkan. Dengan hidup di tengah dunia yang telah jatuh dalam dosa, membesarkan anak-anak yang telah jatuh dalam dosa, kita dipaksa untuk menghadapi berbagai kebutuhan yang sulit kita sepakati. Kita semua ber-harap kita tidak perlu marah, sama seperti halnya kita semua berharap negara kita tidak perlu berperang.

16

CAREA l l A b o u t M a r i a g e

E-MAGZ20 Jan 2019

Sayangnya, kita tidak dapat menghindari fakta bahwa proses mengasuh anak dalam kekudusan akan menghantar kita menuju pada realitas rohani yang bernoda. Namun, kita tidak bisa menghindarinya. Kita pasti akan mengalami kemar-ahan, dengan menyadari betapa kita akan berbuat dosa di da-lam kemarahan kita, tetapi juga mengingat bahwa Tuhan akan mengampuni kita sementara Dia memakai proses ini untuk membentuk kita agar semakin menyerupai Putra-Nya yang telah menanggung kemarahan yang benar dari Tuhan untuk kepentingan kita.

Ringkasan Bab 7SACRED PARENTING – Gary ThomasTanggung Jawab Mengasuh Anak Membentuk Hati Para Orangtua

17

TEACHINGApakah Menjadi Orang Kristen Membosankan?

E-MAGZ20 Jan 2019

apakah menjadi orang kristenmembosankan?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Entah berapa kali pertanyaan seperti dilontarkan banyak orang. Jika dicermati, pertanyaan ini sangat wajar untuk

diajukan. Orang-orang Kristen mendasarkan tingkah lakun-ya pada sebuah kumpulan kitab kuno. Bukankah budaya kuno terkesan kolot, kaku, dan naif? Apakah standar hidup seperti itu masih relevan sampai sekarang. Pertanyaan menjadi lebih urgen bagi mereka yang bersen-tuhan langsung dengan orang-orang Kristen yang gaya hidupnya terlihat kadaluwarsa. Tidak boleh menonton TV atau film. Komputer, internet, dan penemuan teknologi lain adalah alat propaganda Anti-Kristus yang harus dihindari, minimal diwaspadai. Minum setetes minuman beralkohol pun bisa di-

18

TEACHINGApakah Menjadi Orang Kristen Membosankan?

E-MAGZ20 Jan 2019

anggap sebagai dosa yang besar. Pergi ke pesta adalah gaya hidup duniawi. Saya bisa memahami situasi ini karena saya dahulu bertum-buh dalam aliran kekristenan seperti itu. Saya pernah ditegur oleh hamba Tuhan hanya gara-gara bermain kartu remi (tan-pa taruhan). Permainan catur dipandang tidak pantas karena kemenangan diraih dengan cara menipu lawan. Bahkan mem-baca koran pun tidak dianjurkan, karena berita-berita di dunia bisa melemahkan iman kita. Yang diperlukan hanyalah kabar baik dalam Alkitab. Jadi, apakah menjadi orang Kristen membosankan? Ten-tu saja tidak! Untuk memahami jawaban ini dengan baik, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal. Yang terutama tentu saja adalah keragaman kekristenan. Tidak semua orang Kristen sama. Beberapa memang berasal dari aliran dan tradisi tertentu yang benar-benar kolot. Bah-kan orang-orang Kristen lain pun menilai mereka demikian. Kita perlu mengerti bahwa apa yang mereka praktekkan tidak selalu merupakan ajaran Alkitab dan tidak mewakili kekris-tenan secara umum. Ada banyak orang-orang Kristen yang benar-benar rohani tetapi terlihat memiliki kehidupan yang normal. Mereka berbaur dengan dunia tanpa menjadi duniawi. Situasi ini mirip dengan abad ke-1 Masehi. Agama Yahu-di (Yudaisme) pada waktu itu sangat beragam dan diwakili oleh berbagai aliran (Farisi, Saduki, Qumran, Essenes, dsb.). Menurut kacamata kultural dan relijius secara umum pada waktu itu, beberapa tindakan Yesus dapat dikategorikan dun-iawi. Misalnya, berpesta dengan orang-orang berdosa, tidak mencuci tangan pada saat makan, memetik gandum pada wak-tu Hari Sabat. Tidak heran, orang-orang Farisi dan ahli Taurat

19

TEACHINGApakah Menjadi Orang Kristen Membosankan?

E-MAGZ20 Jan 2019

seringkali berselisih dengan Dia. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah sifat kekristenan yang tidak legalistik. Berbeda dengan Yudaisme pada umum-nya, penekanan kekristenan tidak terletak pada deretan per-intah dan larangan.

Bersambung……..

20

TEACHINGDoctrine Does Matter

E-MAGZ20 Jan 2019

(Lanjutan tgl 13 Januari 2019)

Yang lebih lagi, Perjanjian Baru juga menyajikan surat-surat oleh rasul Paulus bertanggal seawal-awalnya 49 M. Kristolog-inya yang begitu tinggi—bahwa Yesus adalah Allah dan Tuhan atas langit dan bumi—tidak berubah di sepanjang tulisannya yang beraneka ragam dan oleh sebab itu “harus telah disele-saikan sebelum ia memulai perjalanan-perjalanan misionarisn-ya yang besar... yaitu, pada tahun 48,” kata Moreland. Dan, ia menambahkan, Paulus memasukkan beberapa pengakuan iman dan himne yang lebih awal dari tulisannya serta “menya-jikan sebuah potret dari Yesus yang ilahi dan begitu luar biasa,

APAKAH CATATAN-CATATAN MENGENAIKEHIDUPAN YESUS DAPAT DIANDALKAN?

21

TEACHINGDoctrine Does Matter

E-MAGZ20 Jan 2019

yang bangkit dari kematian.” Moreland menyimpulkan, “Secara keseluruhan, ide Ye-sus ilahi, yang melakukan mujizat, dan yang bangkit dari ke-matian hadir dalam dekade pertama Kekristenan. Pandangan semacam ini bukanlah sebuah legenda yang muncul beberapa dekade setelah penyaliban.” Bahkan ia mengatakan, tulisan Paulus di Galatia, di mana ia menggambarkan pertemuan den-gan rasul-rasul di Yerusalem dan mengkonfirmasi bahwa pe-sannya akan keilahian Kristus adalah benar, dipadukan dengan pengakuan-pengakuan yang sangat awal mengenai kenaikan Tuhan Yesus yang terdapat dalam 1 Korintus 15, mendemon-strasikan bahwa “kepercayaan kepada Yesus ilahi yang bangkit itu muncul hanya beberapa tahun setelah kematian-Nya.” Hal ini menambah signifikansi dalam terang studi yang dilakukan oleh A.N. Sherwin White, sejarahwan Graco-Ro-man klasik yang disegani dari Oxford University. Ia menga-takan bahwa celah waktu dua generasi bahkan tidak cukup bagi sebuah legenda untuk berkembang di dalam dunia kuno dan menghapus kebenaran historis yang begitu kuat. Dalam kasus Yesus, kita memiliki informasi yang dapat diandalkan menge-nai keilahian dan kebangkitan-Nya.

Melewati Ujian Manuskrip Selain itu, kekayaan bukti manuskrip dari Perjanjian Baru memberikan kita keyakinan bahwa tulisan-tulisan ini telah di-transmisikan kepada kita melalui sejarah secara akurat. Para arkeolog telah menemukan lebih dari lima ribu manuskrip Yunani Perjanjian Baru kuno, dengan pecahan-pecahan yang ada seawal-awalnya sampai abad ke-2. Termasuk manuskrip Latin Vulgate dan lainnya, total keseluruhannya ada dua pu-

22

TEACHINGDoctrine Does Matter

E-MAGZ20 Jan 2019

luh empat ribu manuskrip. Setelah Perjanjian Baru, bukti manuskrip yang terbesar dari karya kuno lainnya Iliad karya Homer, di mana kurang dari 650 manuskrip yang muncul ki-ra-kira seribu tahun setelah penulisannya. “Tidak ada kasus mana pun di mana interval waktu antara komposisi dari kitab dan tanggal dari manuskrip yang paling awal begitu dekat selain daripada Perjanjian Baru,” kata Sir Frederic Kenyon, mantan direktur the British Museum dan penulis The Palaeography of Greek Papyri. “Fondasi terakhir bagi siapa pun untuk ragu bahwa Alkitab telah sampai kepada kita secara substansial sebagaimana kitab-kitab itu ditulis, se-karang telah dihancurkan.” Karena pentingnya dasar dari Perjanjian Baru,analisis saya terhadap keabsahan kitab tersebut memakan waktu penyeli-dikan selama dua tahun terhadap kekristenan ketika saya ma-sih seorang skeptik. Saya menempatkan kitab-kitab Injil itu ke dalam delapan ujian yang harus dihadapi di pengadilan ho-kum—ujian maksud, ujian kemampuan, ujian karakter, ujian konsistensi, ujian bias, ujian pengelabuan, ujian persekongko-lan, dan ujian dari saksi yang melawannya—untuk menentukan apakah kitab-kitab Injil itu dapat dipercaya. Sikap penilaian awal saya adalah bahwa keabsahan mendasar kitab-kitab itu sangat diragukan.

Bersambung……………..Sumber: Who made God?

23

TEACHINGDo You Know?

E-MAGZ20 Jan 2019

Alkitab banyak mencatat kemunculan nama sebuah jenis po-hon atau buah, yaitu ARA. Bahkan nama pohon atau pohon

berbuah yang pertama-tama disebutkan dalam Alkitab adalah ARA itu sendiri (Kej. 3:7). Daun pohon ara dipergunakan untuk menutupi keterlanjangan Adam dan Hawa. Salah satu narasi menarik dalam Alkitab juga melibatkan pohon ara, yaitu kisah Zakheus yang menaiki pohon ara untuk melihat sosok Yesus (Lukas 19). Jadi apakah pohon ara itu dan signifikansinya dalam kemun-culannya di Alkitab? Pohon ara adalah jenis pohon asli yang berasal dari daerah Asia Barat (hampir seperti daerah Timur Tengah) dan hingga kini masih sering ditanak di daerah Palestina. Bersamaan den-

POHON ARA DALAM ALKITAB

24

TEACHINGDo You Know?

E-MAGZ20 Jan 2019

gan pohon anggur dan pohon zaitun, pohon ara tampil sebagai pohon berbuah yang paling penting dan paling bermanfaat di Israel. Bahkan seringkali muncul frase ‘di bawah pohon anggur dan pohon ara’ yang sebenarnya menggambarkan kondisi keda-maian dan kemakmuran (lihat artikel sebelumnya yang berjudul ‘Di Bawah Pohon Anggur dan Pohon Ara’). Dalam setiap tahunnya, setidaknya ada 2 kali panen pohon ara, yaitu sekitar bulan Juni dan Agustus atau September. Hasil panen pada musim panas disimpan untuk keperluan pada musim dingin. Dan jika mengering, buah ara itu dibuat kue atau digan-tung pada tali. Tinggi pohon ara berkisar 6 m, memiliki cabang yang melengkung sehingga kadang-kadang muncul di semak yang lebat. Batang dan cabang pohonnya licin, kulitnya berwar-na abu-abu perak. Daunnya lebar dan berbentuk seperti tan-gan; dedaunannya yang rimbun menawarkan tempat pertedu-han (bdg. Yoh. 1:48). Buahnya menawarkan tingkat kemanisan yang luar biasa dan sangat populer di dunia. Di daerah Timur, buah ara dipergunakan untuk keperluan medis dan biasanya di-manfaatkan untuk penyembuhan penyakit barah atau penyakit kulit lainnya (bdg. 2 Raja 20:7). Dalam bahasa Ibrani, ada beberapa kata yang merujuk pada pohon ara:teenah : buah atau pohon ara secara umumpag : buah ara muda (Kid. 2:13)bikkurah : buah ara muda (Yes. 28.4; Yer. 24.2; Hos. 9.10; Mik. 7.1)

Dalam bahasa Ibrani ada juga kata shiqmah, yang dalam ter-jemahan Alkitab LAI juga tetap mempergunakan kata ‘ARA’. Kata shiqmah ini muncul dalam 1 Raja 10:27; 1 Taw. 27:28; 2

25

TEACHINGDo You Know?

E-MAGZ20 Jan 2019

Taw. 1:15; 9:27; Amos 7:14; Yes 9:9. Untuk kata shiqmah ini, terjemahan Alkitab bahasa Inggris mayoritas memakai kata ‘syc-amore’ atau ‘sycamore fig’. Jadi apakah beda antara kata teenah dan shiqmah itu? Sycamore atau shiqmah ini adalah sejenis pohon ara atau buah mulberry. Pertumbuhan Sycamore mulai berkurang di banyak tempat di Palestina, hanya beberapa daerah dataran dari Gaza hingga ke Jaffa dan Haifa dan di lembah Yordan yang masih didapati pohon ini. Pohon Sycamore ini merupakan pohon yang lebat sekali dengan ketinggian 7-15 m. Cabangnya kuat dan besar, keluar dari batangnya yang sangat rendah posisinya seh-ingga pohon ini mudah untuk dipanjat. Pohon ini berdiri kokoh di tanah karena akarnya sangat panjang. Kayunya dipergunakan untuk bangunan rumah dan ternyata orang-orang Mesir mem-pergunakan kayunya untuk peti mati mummy karena kayunya ini terbukti memiliki daya tahan yang sangat lama. Walaupun kayunya dipergunakan untuk bangunan, kayu pohon sycamore seringkali dibandingkan dengan pohon aras (Yes 9:10). Sepanjang musim daunya hijau dan berbentuk seperti hati; buahnya mirip buah ara tetapi rasanya tidak enak. Dalam seta-hun pohon sycamore berbuah 6 kali yaitu dari bulan Mei-De-sember. Buah sycamore kebanyakan dikonsumsi oleh orang mi-skin dan nabi Amos (7:14) menyatakan bahwa dirinya adalah pemungut buah arah (shiqmah/sycamore). Dalam Perjanjian Baru, pohon sycamore (sukomorea) ini mun-cul di Luk 19:4, yaitu pohon yang dinaiki Zakheus untuk melihat Yesus.

NK_P

26

MISSIONBAB VI: Pembebasan Umat Allah

E-MAGZ20 Jan 2019

(Lanjutan tgl 6 Januari 2019)

Kenyataannya, hukum itu merupakan perluasan janji Alah ke-pada nenek moyang. Hal itu “berarti tuntutan ilahi yang dibe-

bankan kepada semua individu diwujudkan dalam sejarah Allah dan umat-Nya. Hukum itu juga memperlihatkan bahwa tujuan-tujuan Allah mencakup susunan kehidupan sosial dalam masyarakat dan sejarah. Kita telah mengatakan bahwa sifat hukum itu sendiri mencer-minkan keinginan Allah, agar umat perjanjian-Nya mencerminkan Dia. Sejatinya, hampir semua pranata Yahudi mempunyai persa-maan dengan negara tetangganya. Yang direncanakan Allah bagi bangsa Israel bukanlah suatu bangsa dengan adat yang aneh dan

bab Vi : pembebasan umat allah

27

MISSIONBAB VI: Pembebasan Umat Allah

E-MAGZ20 Jan 2019

unik, melainkan suatu bangsa – dalam banyak cara menyerupai semua bangsa lainnya – yang kehidupan individu dan sosialnya mencerminkan sifat keadilan dan kebenaran Allah. Itu sebabnya Allah mengungkapkan hukum itu kepada Musa dan menjadikan-nya sebagai bagian dari maksud penebusan dan pemulihan-Nya. Hukum itu memberi kepada kita petunjuk, bagaimana Allah ber-encana untuk memberkati bangsa Israel dan membuat bangsa itu menjadi berkat bagi semua bangsa. Bagaimanapun miripnya den-gan hukum lainnya, hukum ini memperlihatkan sifat kenabian dan sifat pemberian kesaksian dalam kehidupan bangsa Israel. Semua ini bukankah lebih merupakan sebuah rangsangan menuju perbua-tan keadilan – terutama dalam membebaskan yang tak berdaya – dan pemulihan dunia. Di sini kita mungkin dapat memberikan beberapa contoh dan tiga bidang kehidupan bangsa Israel. Hukum ini memperlihatkan sebuah keinginan untuk member-lakukan keadilan dan secara khusus dinyatakan untuk melindungi orang-orang yan berada dalam posisi tidak berdaya (Ul. 10:17-18; 15:7-11). Selama pengembaraan, mereka semua saling berbagi da-lam pemberian Allah. Namun Allah mengerti kecenderungan cara kerja yang sebenarnya dari semua sistem ekonomi dan hukum di dunia yang telah jatuh: menindas orang-orang yang lemah dan eksporasi sumber daya berlebihan; maka peraturan dibuat untuk melindungi hak orang-orang miskin (Kel. 3:6). Ia tahu bagaima-na para minoritas asing sering dirugikan ketika mereka berada di luar negara mereka, maka Ia menetapkan perhatian khusus un-tuk mereka, sambil mengingatkan bangsa Israel, “kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir” (Kel. 23:9). Yang menarik lagi ialah perlakuan terhadap orang miskin dalam perkara pinjaman. Orang miskin tidak perlu membayar bunga. Ketika mereka mem-berikan jubah sebagai gadai, jubah itu harus dikembalikan sebelum matahari terbenam (karena “pakai apakah mereka tidur?” – Kel. 2:25-27). Di sini sifat kenabian hukum itu terlihat. Meskipun prin-

28

MISSIONBAB VI: Pembebasan Umat Allah

E-MAGZ20 Jan 2019

sip pengadaian diakui sah, hukum ini juga melindungi orang-orang kepada siapa prinsip itu akan membawa penderitaan. Dalam perkara perbudakan, hukum itu cenderung menghil-angkannya. Sekali lagi pranata itu tidak diserang secara langsung, tetapi nilai budak sebagai manusia selalu ditempatkan di atas nilai harta benda. Budak-budak Yahudi harus melayani maksimum sela-ma enam tahun dan kemudian dibebaskan (dengan perintah tam-bahan, “engkau harus dengan limpahnya memberi bekal kepadanya dari kambing dombamu” – Ul. 15:12-14). Jika mereka ingin tinggal terus, maka mereka diperbolehkan, namun hanya karena mere-ka menyatakan cinta kepada tuannya. Cinta di dalam perkara ini merupakan hal yang menentukan dari hubungan yang sah (Kel. 21:1-6). Undang-undang mengenai Sabat, membuat pernyataan khusus tentang para pelayan dan budak (bahkan hewan-hewan), karena mereka juga harus beristirahat (Ul. 5:14). Yang luar biasa menarik ialah perintah untuk memberi perlindungan bagi para bu-dak yang melarikan diri. Pada masa Timur Tengah kuno, memberi perlindungan terhadap budak merupakan suatu kesalahan hutang jiwa. Dalam Kitab Ulangan, budak yang melarikan diri tidak dikem-balikan kepada majikannya (yang mungkin telah menganiaya dia), tetapi ia dapat tinggal dan memilih untuk hidup di antara mereka di suatu tempat “yang rasanya baik” (Ul. 3:15-16). Sukar bagi kita untuk membayangkan pranata perbudakan yang bertahan dalam sistem peraturan itu.

Bersambung…………..(diambil dari buku “Agar Bumi bersukacita” oleh William A Dyr-ness)

29

FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ20 Jan 2019

Senin, 21 Januari 2019PENYEBAR SEMANGAT MENGASIHI

(BACAAN: IBRANI 10: 24)

Konon, ada seorang antropolog yang baru saja menyelesaikan pene-litiannya selama berbulan-bulan di sebuah desa kecil. Selagi menunggu tumpangan menuju bandara untuk perjalanannya pulang, ia pun memu-tuskan untuk mengisi waktunya dengan membuat sebuah permainan bagi sejumlah anak. Idenya adalah mengadakan lomba lari untuk mendapatkan sekeranjang buah dan permen yang diletakkannya di dekat pohon. Na-mun, pada saat ia memberi aba-aba untuk mulai berlari, tidak ada seorang anak pun yang berlari melaju ke garis akhir. Sebaliknya, anak-anak itu ber-gandengan tangan dan berlari bersama menuju pohon tersebut. Ketika ditanya mengapa mereka memilih untuk berlari bersama dalam kelompok daripada berlari masing-masing untuk mendapatkan hadiah, seorang gadis kecil menjawab, “Bagaimana mungkin salah seorang dari kami bisa merasa senang saat anak-anak yang lain bersedih?” Karena anak-anak itu saling peduli, mereka ingin semua anak mendapatkan hadiah buah dan permen. Inilah yang diinginkan Allah bagi umatNya. Orang-Orang Kristen ha-rus saling memperhatikan dan mempedulikan. Dengan rasa kasih mereka harus bersedia memperhatikan mereka yang membutuhkan, mereka yang lemah, mereka yang sedang menanggung ujian hidup. Kristus telah mem-pedulikan kita semua, kita pun harus saling peduli. Sebenarnya di dalam terjemahan yang tepat, kita bukan saja aktif memperhatikan, namun kita justru menjadi “provokator” agar kasih itu dipraktekan oleh orang lain (par-oxusmos= to stir each other up to a paroxysm of love” Apakah kita sudah menyebarkan semangat untuk mengasihi kepada orang lain di sekitar kita? Bukankah di dalam gereja tidak jarang kita temu-kan mereka mencela satu sama lain, mendendam satu sama lain, mem-bangkitkan amarah satu sama lain. Apakah kita ada di antaranya? Mari kita bertobat, karena Allah ingin supaya kita bukan saja saling mengasihi dan berbuat baik, tetapi juga menjadi penyebar semangat saling memperhati-kan.nfl

30

FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ20 Jan 2019

Selasa, 22 Januari 2019TUMBUH BERSAMA DALAM PERSEKUTUAN

(BACAAN: IBRANI 10: 25a)

Seorang mantan tahanan perang Amerika diwawancarai untuk mengetahui metode apa yang paling efektif dalam menghancur-kan semangat pasukan mereka. Para tahanan tidak henti-hentinya disiksa dan dikurung, namun semangat mereka tetap ada. Lebih lanjut diketahui bahwa para prajurit mendapat kekuatan terbesar dari unit kecil yang ada. Apapun yang mereka alami yang penting mereka bersama, mereka akan tetap kuat.

Kadang-kadang kita lebih suka tidak terlibat dalam kehidupan gereja, berpikir lebih mudah berjuang sendiri di luar persekutu-an. Tetapi orang Kristen yang demikian akan kehilangan semangat dalam mengingiring Tuhan, akan sulit mencapai kedewasaan, tidak terasah kehidupan sosialnya dan cenderung egois. Allah mengh-endaki kita berada di dalam sebuah kelompok agar kita dapat tum-buh dewasa. nfl

31

FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ20 Jan 2019

Rabu, 23 Januari 2019PANGGILAN UNTUK MENYEMANGATI

(BACAAN: IBRANI 10: 25b)

Scott Kregel adalah seorang atlet yang sudah menghabis-kan waktu berjam-jam selama bulan-bulan demi menang dalam pertandingan. Namun, sebelum latihan musim gugur semuanya berubah. Dia mengalami kecelakaan mobil dan membuat Scott koma selama beberapa hari. Ketika dia terbangun, proses rehabili-tasi yang panjang terbentang di depan. Demi proses kesembuhan yang cepat dia melakukan berbagai hal seperti merangkai man-ik-manik. Apakah Scott bisa menikmati itu? Tom Martin, pelatih bola basket Scott di sekolah punya ide. Pelatih Martin mengatakan kepada Scott bahwa ia akan memesan tempat di universitas un-tuknya, jika ia mau bekerja sama dengan terapisnya. Istri Tom, menghabiskan waktu berjam-jam bersama Scott, mendorong-nya untuk terus maju. Dalam 2 bulan, Scott bisa masuk ke dalam lapangan basket dan telah melakukan sembilan lemparan bebas beruntun untuk meraih kemenangan. Itu adalah kesaksian luar bi-asa tentang kekuatan dorongan. Perhatikan frase “marilah kita saling menasihati”. Di dalam ba-hasa Yunani kata yang digunakan adalah “parakaleo”. Di dalam Perjanjian Baru, kata ini digunakan untuk mendesak seseorang un-tuk mengambil tindakan, terutama beberapa tindakan etis. Kata ini dipakai untuk menolong seseorang untuk menghadapi beberapa situasi sulit dengan percaya diri dan dengan gagah berani. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk hadir di samping saudara kita dan memberikan semangat baginya. Sudahkah kita memenuhi panggilan Tuhan ini? Bukankah kita cenderung pasif di dalam persekutuan? bahkan justru yang dilakukan adalah seba-liknya, meruntuhkan semangat hidup orang lain. Mari kita berto-bat dan segera penuhi panggilan Allah ini. nfl

32

FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ20 Jan 2019

Kamis, 24 Januari 2019SANGKAL DIRI DEMI ORANG LAIN

(BACAAN: IBRANI 11:24-25)

Beberapa misionaris pelayanan di daerah di mana penderi-ta AIDSnya cukup tinggi. Mereka bercerita bahwa beberapa kali penderita AIDS meninggal di dalam pelukan mereka. Di dalam surat mereka kepada sahabat mereka, sama sekali tidak ada kelu-han tentang sulitnya pelayanan mereka, padahal mereka sendiri harus berjuang membangun keluarga mereka di daerah yang tidak aman. Sebaliknya mereka justru mengingatkan sahabat-sahabat-nya betapa pentingnya jiwa orang-orang penderita AIDS ini.

Bagaimana dengan hidup kita? Seberapa besar komitmen kita untuk rela sangkal diri demi orang lain? Bukankah sulitnya bagi kita untuk menyangkal diri demi orang lain! Mari berhenti me-mikirkan dan hidup untuk diri sendiri. Belajarlah terus untuk me-nyangkal diri dan hidup untuk orang lain. nfl

33

FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ20 Jan 2019

Jumat, 25 Januari 2019PELAJARAN YANG SULIT(BACAAN: MATIUS 16:24)

Ketika Kristus memanggil para murid-Nya, Ia mengucapkan kata perintah,  “Ikutlah Aku.”  Murid Kristus yang sejati adalah seorang yang mengikut Dia di dalam menjalankan tugas, dan akan terus mengikut Dia sampai mencapai kemuliaan-Nya. Orang itu harus mengikut Dia, bukan mengatur-ngatur Dia melakukan ini dan itu, seperti yang dilakukan banyak orang. Seorang murid Kristus akan mengikut Dia, seperti domba mengikut gembalanya, seperti pelayan yang mengikut tuannya, prajurit yang mengikut komandannya. Ia adalah orang yang menuju kepada tujuan akhir yang sama dengan yang dituju Kristus, yaitu kemuliaan Allah. Ia seorang yang berjalan di jalan yang sama yang dilalui Kristus, dipimpin oleh Roh-Nya, mengikuti jejak langkah-Nya, tunduk kepada perintah-perintah-Nya, dan mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Yesuspun berterus terang tentang gaya hidup seperti apa yang harus dimiliki sebagai muridNya. Semua murid dan pengikut Yesus Kristus harus menyangkal diri mereka sendiri. Inilah aturan dasar untuk bergabung di dalam ‘sekolah’ Kristus. Pelajaran besar yang akan dipelajari di sekolah ini adalah menyangkal diri sendiri. Per-jalanan yang tidak mudah, namun Jika Yesus bisa menang, maka Iapun menjanjikan kemenangan yang sama bagi pengikutNya. nfl

34

FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ20 Jan 2019

Sabtu, 26 Januari 2019TOLAK STANDAR GANDA!(BACAAN: GALATIA 2:11-21)

Joni adalah salah seorang simpatisan Kristen yang akhirnya meno-lak untuk dibaptiskan karena melihat kelakuan dari seorang pemimpin Kristen. “Munafik,” ujar Joni ketika ditanyakan alasannya. Lanjutnya, “Dia berkata Yesus mengasihi tanpa membeda-bedakan suku, bangsa, ras, dan bahasa. Namun, ia (menyebut nama pemimpin itu) menghina suku kami sebagai suku yang rendah dan tidak pantas beribadah di ge-rejanya.” Sungguh menyedihkan, sikap yang dilihat Joni dan yang menjadi penyebab ia mundur dari memercayai Yesus, justru diperlihatkan oleh Petrus (ayat 12). Petrus masih menganggap tradisi Yahudi (=sunat) lebih penting daripada Injil. Sebaliknya Paulus menyatakan konsistensi iman-nya dengan berani menegor keras dan terbuka kepada Petrus yang ter-golong seniornya (ayat 11,14). Pertama, hukum Taurat tidak dapat me-nyelamatkan manusia berdosa. Hanya kasih karunia dalam Kristus yang membenarkan seseorang. Kasih karunia dalam Kristus inilah yang men-gubah inti kehidupan orang yang percaya. Hidup Kristus ada di dalam hidupnya (ayat 16-20). Kedua, sikap Petrus sebagai salah seorang pe-mimpin gereja mempengaruhi orang-orang lain sehingga mereka juga terseret dalam kemunafikannya (ayat 13). Kalau hal ini dibiarkan dapat mengacaukan dan merusak persekutuan Injil yang sudah Paulus rintis dan bina selama ini di Antiokhia. Gereja harus menyadari bahwa peran penting mereka dalam pem-beritaan Injil bukan hanya dengan menjadi juru bicara Tuhan, tetapi juga dengan menyaksikan kasih Allah melalui kehidupan. Pertama, gereja harus menolak segala ajaran yang menegakkan peraturan atau tradisi tertentu lebih tinggi daripada ajaran kasih karunia. Kedua, gereja harus mendidik umat Tuhan untuk tidak bersikap membeda-bedakan suku, bahasa, status sosial, pendidikan, dll. Sikap antidiskriminasi ini harus dimulai dari para pemimpin gereja! SH

35

PENGUMUMANE-MAGZ20 Jan 2019

Hari / Tanggal Pkl Keterangan

Senin, 21 Jan 2019 23.00Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FMHUT: Bp. Willy Tama W

Rabu, 23 Jan 201918.30

Pembinaan Jemaat modul 1“Gereja Yang Menggerakkan Jemaat”Oleh: Ev. Heri Kristanto

19.00 Latihan Musik KU 3

Kamis, 24 Jan 2019

18.30Pembinaan Jemaat modul 1“Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto

19.00 Latihan Musik KU 1 dan 2HUT: Ibu DorawatyHUT: anak Brilliant Amadeo Sebastian

Jumat, 25 Jan 2019 18.30 Persekutuan Pemuda REC Darmo I - move

Sabtu, 26 Jan 2019

06.00 Doa Pemuridan18.00 Persekutuan Pemuda REC Nginden

22.00 Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Mercury, 96 FMHUT: Bp. Samuel S. BudimanHUT: Anak Joanna Janice WTW

AGENDA MINGGU INI

36

IBADAHE-MAGZ20 Jan 2019

Minggu, 20 Januari 2019

Singer

Doa Syafaat

danPersem

bahan

Penyambut

Jemaat

Pelayan LCD

Pelayan Musik

Liturgos

Pengkhotbah

Tema

Penatalayanan

Sdri. Sherly

Ibu Fennisa

Bp. Imbo

Ibu Suyatmi

Ibu Fennisa

Sdri. Ririt

Bp. Eliazar

Ibu Debby

Pdt. Paulus Surya S., D.M

in.

Komunitas Yang Bersekutu (Ibrani 10:24-25)

REC N

gindenKU

Ipk. 07.00

Sdri. Michelle

Ibu Hariati

Bp. LipurnoIbu H

ariatiIbu W

iwinBp. Budiono

Sdri. K. Ange-line

Bp. Eliazar

Ibu Dinna

REC N

gindenKU

IIpk. 10.00

Sdri. AngelineSdr. Chandra

Bp. Andik

Bp. IshakIbu N

ataliaBp. Agus ABp. Yefta

Sdri. Vionatha

Sdr. VictorSdr. Tan H

endraSdr. W

illy W

Sdri. Grace

REC N

gindenKU

IIIpk. 17.00

Sdri. YenaSdri. Eka

Sdr. Mito

Sdr. Mito

Sdr. Yosi

Bp. Haryadi

Bp. Amir

Ev. Edo Walla

REC D

armo

KU I

pk. 07.00

Sdri. StevanaM

r. Phil

Sdr. Mito

Sdr. Mito

Bp. Amir

Sdr. Klemens

Sdr. RioSdr. SugikSdr. Albert

Ev. Edo Walla

REC D

armo

KU II

pk. 10.00

Sdr. Gary

Sdri. Dahlia

Sdri. Clara

Sdri. UriaSdri. Paula

Sdri. Marlin

TEAM

Sdri. Clara

Pdt. Novida F. Lassa, M

.Th

REC M

errKU

Ipk. 10.00

Sdr. Gary

Sdri. Dahlia

Sdri. Clara

Ibu ErnaSdri. W

atty

Sdri. Marlin

TEAM

Sdri. Clara

REC M

errKU

IIpk. 17.00

37

IBADAHE-MAGZ20 Jan 2019

Minggu, 27 Januari 2019

Singer

Doa Syafaat

danPersem

bahan

Penyambut

Jemaat

Pelayan LCD

Pelayan Musik

Liturgos

Pengkhotbah

Tema

Penatalayanan

Bp. CharlieIbu Vena

Pdt. Dodik

Ibu YuniyIbu Yuli

Bp. Yefta

Sdr. Teddy

Sdri. Kristine

Bp. Ruben

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

Eksposisi 1 Korintus

REC N

gindenKU

Ipk. 07.00

Bp. CharlieSdr. Kendhy

Bp. Santoso

Bp. SantosoBp. EddyIbu Sisca

Ibu Christiana

Sdri. Melissa

Sdri. Kristine

Bp. Felix

REC N

gindenKU

IIpk. 10.00

Sdri. StevanaSdri. Pipon

Bp. Soegianto

Sdri. Stevani

Sdri. K. Ange-line

Bp. TonySdr. AurelSdr. H

arrisBp. Yoga

Sdri. Hilda

REC N

gindenKU

IIIpk. 17.00

TEAM

Bp. Jefry

Bp. Jefry

Sdr. Yosi

Bp. Haryadi

Bp. Koesoemo

Ev. Edo Walla

REC D

armo

KU I

pk. 07.00

Sdri. Dina

Sdri. Happy

Sdr. Mito

Sdr. YosiSdr. M

ito

Sdri. Wella

Sdr. VickySdr. Rio

Sdri. Melisa

Sdr. Daniel

Bp. Dave

Sdri. Stevana

REC D

armo

KU II

pk. 10.00

Sdr. BrunySdr. N

aeson

Sdri. Vanny

Sdri. ElsyeSdr. D

amsi

Sdr. Gary

TEAM

Sdri. Vanny

Pdt. Reyco Wattim

ury, S.Th

REC M

errKU

Ipk. 10.00

Sdr. BrunySdr. N

aeson

Sdri. Vanny

Ibu IkeBp. W

arno

Sdr. Gary

TEAM

Sdri. Vanny

REC M

errKU

IIpk. 17.00

38

IBADAHE-MAGZ20 Jan 2019

SEKOLAH MINGGU

Keterangan 20 Januari 2019(Pk. 10.00 WIB)

27 Januari 2019(Pk. 10.00 WIB)

Liturgos/Singer Kak Mei Kak VenaPelayan Musik Kak Willy Kak WillyDoa Pra/Pasca

SM Kak Eveline Kak Kezia

Persembahan Sean dan Claudin Fide dan Rosi

Tema Tuhan mengutus Debora dan Barak sebagai hakim

Tuhan mengutus Gideon 1 (Gideon meminta tanda dari Tuhan)

Bahan Alkitab Hakim-Hakim 4,5 Hakim-Hakim 6Sion Kak Vena Kak Budi

Getsemani Kak Suani Kak MeiYerusalem Kak Suci Kak HildaNazareth Kak Sherly Kak YosefBetlehem Kak Kezia Kak Evelyn

REMAJA DAN PEMUDA

Tema

Ibad

ah P

emud

aSa

btu,

26

Jan’

19 p

k. 18

.00

Arti kesepadanan

Ibad

ah R

emaja

Min

ggu,

20

Jan’

19 p

k. 10

.00

Komunitas YangBersekutu (Ibrani

10:24-25)Pengkotbah Pdt. Yohanes Dodik Ev. Heri Kristanto

Liturgos Sdri. Kendhy Sdri. Naomi

Pelayan Musik Sdr. HarisSdr. Cleming

Sdri. ChristineSdr. DanielSdr. Evan

Sdr. ChristianPelayan LCD Sdri. Melinda Sdr. AbrahamPenyambut

JemaatSdr. Erik

Sdri. StevaniSdri. DeboraSdri. Nadine

Petugas Doa Sdri. Stevani Sdr. Mario

39

IBADAHE-MAGZ20 Jan 2019

KEHADIRAN JEMAATIbadah Hari/Tanggal Jumlah Jemaat Keterangan

REC NGINDEN KU I

Minggu, 13 Jan 2019 56

REC NGINDEN KU II

Minggu, 13 Jan 2019 106

REC NGINDEN KU III

Minggu, 13 Jan 2019 73

Sekolah Minggu Minggu, 13 Jan 2019 37

Remaja Nginden Minggu, 13 Jan 2019 15

Pemuda Nginden Sabtu, 12 Jan 2019 20

REC MERR Minggu, 13 Jan 2019

KU1: 35KU2: 15

REC DARMO PERMAI KU I

Minggu, 13 Jan 2019 27

REC DARMO PERMAI KU II

Minggu, 13 Jan 2019 51

REC BATAM Minggu, 13 Jan 2019 21 SM: 9

RM: 5

POS Batu Aji Minggu, 13 Jan 2019 10 SM: gabung umum

RM: 24

40

E-POSTERE-MAGZ20 Jan 2019