jejalan emagz#1

78
eMagz #1 WAISAK BOROBUDUR JEMBER FASHION CARNAVAL BROMO DALAM KASADA GILI TRAWANGAN

Upload: jejalan-yuk

Post on 21-Mar-2016

234 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

eMagz Edisi pertama dari jejalan.com

TRANSCRIPT

Page 1: jejalan eMagz#1

eMagz#1

WAISAKBOROBUDUR

J E M B E RF A S H I O NCARNAVAL

B R O M O D A L A MK A S A D A

GILITRAWANGAN

Page 2: jejalan eMagz#1

DAFTAR ISI

Pada akhir acara Waisak di Borobudur, umat melepaskan lampion bertuliskan harapan.

Lentera Harapan Di Hari Waisak04

18Dalam Kasada warga tengger mengucap syukur kepada leluhur dan Sang Hyang Widhi.

Bromo Dalam Kasada

30Tema Extremagination menjadi defile karnaval terbesar ke-4 dunia dilaksanakan di Jember.

Jember Fashion Carnaval 2012

44Sebuah kota di Kamboja yang memiliki peninggalan bersejarah kelas dunia.

A Trip to Siem Reap

62Pulau dengan dikelilingi pantai berpasir putih yang sangat cocok untuk berlibur.

Berkemah di Gili Trawangan

eMagz#1

WAISAKBOROBUDUR

JEMBERFASHION

CARNAVAL

B R O M O D A L A MK A S A D A

GILITRAWANGAN

40Kuliner khas kota Bangil-Pasuruan yang selalu menggoda lidah penikmatnya.

Nasi Punel Bangil

Page 3: jejalan eMagz#1

Baru kemarin saya menghadiri acara pernikahan seorang sahabat, yang kebetulan juga masih terhitung kerabat dekat saya. Kala memberi ucapan selamat, beberapa teman sempat membisikkan sebuah kalimat, “semoga menjadi yang pertama dan terakhir”. Pastinya itu adalah hal yang menjadi harapan semua pengantin baru, namun tidak demikian halnya dengan e-book kami. Boleh jadi ini adalah karya yang pertama, tapi tentunya bukan yang terakhir. Pada edisi perdana ini kami akan menyajikan beberapa tema jejalan yang bervariasi. Bukan hanya sekedar destinasi, namun juga festival budaya dan momen religi. Termasuk serunya even rutin tahunan berbalut parade fashion. Karena itu janganlah melewatkan selembar pun halaman, dan tentunya kami ucapkan “Selamat menikmati”

CATATANJEJALAN

Tim Jejalan

Page 4: jejalan eMagz#1

LENTERA HARAPANPada akhir acara, para peserta dan pengunjung ritual Waisak di Borobudur melepaskan lampion bertuliskan harapan dan doa-doa mereka agar dikabulkan dan mendapatkan berkah dari Langit.

Page 5: jejalan eMagz#1

BOROBUDUR

Page 6: jejalan eMagz#1

“Oke, akan saya antarkan

ke Magelang” kata Tino,

seorang sahabat asal Surabaya

yang mencari peruntungan di

Jogja. Dengan dibonceng Tino

berangkatlah saya ke Magelang.

Kebetulan juga Tino sudah

sangat lama tidak mengunjungi

candi Budha terbesar di dunia

tersebut.

Seperti janjinya, saya di

jemput dengan motor dari

penginapan disekitar Malioboro,

lantas bergerak ke Borobudur

sekitar pukul 8.00 WIB.

Sesampai di lokasi, saya

dan tino berpisah serta memulai

hunting foto secara mandiri.

Mengawali dari candi Mendut

untuk menilik prosesi kirab umat

Budha yang bergerak menuju

candi Borobudur, sekaligus

menemui Irma, seorang

teman lain yang mendadak

ikut menyusul ke Borobudur.

Dengan ditemani mas Bayu

dari InfoBackpaker jadilah kami

bertiga mendokumentasikan

ritual waisak tahunan ini

bersama-sama.

Peringatan hari besar tahunan umat Budha di Borobudur. Sebuah prosesi panjang yang menarik untuk di ikuti.

Acara ini terbuka untuk umum sehingga umat lain bisa turut menyaksikannya, gambaran toleransi beragama yang indah.

PERAYAANWAISAK

BOROBUDURPERAYAAN HARI BESAR UMAT BUDHA

DI CANDI TERNAMA

6

Page 7: jejalan eMagz#1

Hujan yang membawa hawa

dingin-pun sempat turun disaat

pawai dari Candi Mendut hampir

berakhir di Candi Borobudur,

tetapi hal tersebut tidak pernah

mengendorkan semangat

umat Budha untuk tetap setia

mengikuti prosesi Waisak ini.

Waktu itu saya dan Irma

memutuskan berteduh dahulu

disebuah rumah penduduk

demi mengamankan kamera

yang kami bawa. Cukup lama

saya berteduh, dari pemilik

rumah yang kami singgahi saya

jadi mengetahui, bahwa hampir

setiap acara Waisak pasti disertai

turunnya hujan. Ya seperti

sebuah mitos tentang hujan di

malam tahun baru Cina.

7

Page 8: jejalan eMagz#1

Cukup lama menanti, teman

sayapun tertidur pulas setelah

sekian lama mengobrol dengan

pemilik rumah. Sang empunya

rumah yang kami tumpangi

berteduh memang ramah, kami

dipersilahkan beristirahat di

sofa ruang tamunya. Hingga

pada suatu waktu hujan lebat

sudah berubah menjadi gerimis

kecil, kami memutuskan untuk

melanjutkan perjalanan menuju

Candi Borobudur.

Sembari melihat teman

perjalanan saya yang masih

kelelahan, terlebih setelah

perjalanan panjangnya tadi

malam. Maka saya memutuskan

mencari Andong untuk

melanjutkan sisa perjalanan.

Tujuannya tentu saja menuju

pelataran pintu masuk ke

Borobudur. Menyenangkan juga,

mengingat saya sudah lama tidak

menaiki moda transportasi yang

dikendalikan oleh pak kusir ini.

Umat Budha melakukan kirab dari candi Mendut ke candi Borobudur

Skelompok biksu berjalan ke pelataran Borobudur8

Page 9: jejalan eMagz#1
Page 10: jejalan eMagz#1

Tak lama kamipun turun tepat didepan

pintu masuk candi. Mendadak gerimis

terasa semakin lebat. Meski demikian

cuaca yang masih belum bersahabat,

ternyata tidak menyurutkan semangat

banyak fotografer dan turis yang ikut

memadati pelataran candi. Ya Suasana

waisak saat itu ramai dan padat sekali, dan

sepertinya pada setiap tahunnya ratusan

atau ribuan pengunjung selalu memadati

ritual khusus umat Bhuda ini.

Hari sudah menjelang malam, air

hujan masih terus mengguyur belum

tanpa ada tanda akan berhenti, begitu

pula dengan hujan flash dari kamera

fotografer. Menurut perasaan saya, kilatan

flash fotografer sudah pada taraf cukup

mengganggu. Namun hal tersebut

ternyata juga tidak menghalangi para

Biksu dan umat Budha yang lainnya untuk

tetap menjalankan prosesi beribadah.

Seorang umat menyalakan lilin bertuliskan harapan-harapan yang diletakkan di depan pelataran candi Borobudur

10

Page 11: jejalan eMagz#1
Page 12: jejalan eMagz#1

Ada hal “menarik” yang

sempat saya amati di sebuah

tenda di dekat pintu timur

Candi Borobudur. Seorang

Biksu senior memberikan

kuliah umumnya dihadapan

Biksu-biksu junior berikut

warga umum tentang ajaran

sang Budha. Di penghujung

kuliah tersebut ada sesi tanya

jawab antara Biksu Senior dan

Biksu Junior, bersama dengan

masyarakat umum yang waktu

itu turut serta mengikuti kuliah

tersebut.

Pada sebuah sesi, beberapa

Mahasiswa jurusan Ilmu

perbandingan agama dari IAIN

(saya lupa tepatnya IAIN mana)

menanyakan tentang beberapa

ajaran Budha. Bukan soal debat

kolot soal prinsip beragama,

tetapi sekedar diskusi dan

tanya jawab yang santun.

Itulah yang saya

maksudkan dari kata “menarik”

diatas. Disela-sela upacara

besar keagamaan seperti saat

itu, pemuka agama budha

dengan arif dan bijaksana mau

Pengunjung dan Fotografer berebut tempat terdepan untuk mengabadikan Pradhaksina

Page 13: jejalan eMagz#1

terbuka dan berdiskusi dengan

pengunjungnya, walaupun itu

dari agama lain. Indah rasanya

menyaksikan toleransi antar

umat beragama yang sedang

terjadi saat itu.

Selepas acara tersebut para

biksu bergerak menuju pintu

utara candi Borobudur, untuk

mengikuti kelanjutan acara

dengan melakukan meditasi

bersama-sama puluhan biksu

lainnya di altar utama. Cukup

lama juga acara meditasi itu

berlangsung. Ketika waktu

mendekati tengah malam

prosesi Phradaksina-pun

dilakukan. Yakni peosesi

mengelilingi candi Pelataran

candi Borobudur sebanyak tiga

kali dengan membawa lilin.

Setelah selesai, acara pelepasan

lampion harapan-pun mulai

dilakukan.

Ratusan lampion berisi

Ribuan pesan dan harapan-

Para Banthe menjalani ritual Pradhaksina, mengelilingi candi Borobudur tiga kali

Page 14: jejalan eMagz#1

Ribuan lampion diterbangkan

ke langit yang mulai cerah

tanpa mendung. Dengan

diterangi sinar bulan Purnama,

gemerlapnya cahaya lampion

pada puncak acara Waisak di

Borobudur, menjadi momen

penutup yang tidak terlupakan.

[JEJALAN HERITAGE]

Page 15: jejalan eMagz#1
Page 16: jejalan eMagz#1

1

4 5

87

2

Page 17: jejalan eMagz#1

6

10

9

3

1. Rombongan Biksu berjalan dari candi Mendut ke candi Borobudur.

2. Umat Budha menggotong hasil bumi.3. Umat Budha tetap antusias menjalani prosesi waisak

walau dengan keterbatasan fisik.4. Sebuah sesi yang dihadiri ratusan umat Budha.5. Sekelompok wanita melakukan prosesi doa di perlataran

candi Borobudur.6. Seorang Biksu senior melayani sesi tanya jawab.7. Altar Budha dipelataran candi Borobudur.8. Menyalakan lilin harapan.9. Banyak umat dan warga yang turut meramaikan sesi

pelepasan ribuan lampion ke angkasa.10. Dua orang biksu tengah berdiskusi.

17

Page 18: jejalan eMagz#1

BROMO

Page 19: jejalan eMagz#1

KASADAUpacara Legendaris Yang Dilakukan Untuk Mengucap

Syukur Kepada Leluhur dan Sang Hyang Widhi

Page 20: jejalan eMagz#1

Bromo terkenal sebagai tempat dengan sebutan “The Most Photogenic Places on Earth”

Tidak ada yang salah dengan sebutan tersebut, bromo dengan scnenery indahnya, hampir selalu terlihat bagus dibalik vewfinder.

BROMO DALAM

KASADAKOMBINASI KEIDAHAN ALAM DAN KEUNIKAN BUDAYA

20

Page 21: jejalan eMagz#1

Entah berapa banyak

dari anda yang sudah pernah

menyambangi Bromo, salah

satu kawasan pegunungan yang

terkenal dengan pemandangan

Sunrise-nya hingga ke

mancanegara. Keindahan alam

dan keunikan tradisi keseharian

warganya, juga kerap muncul

dalam sinema-sinema di

salah satu stasiun TV swasta.

Akan tetapi, berapa orang dari

anda yang sekaligus pernah

merasakan nuansa Upacara

Kasodo disana…?

Yaa… Bromo dan Kasodo,

adalah dua buah kata yang

hampir tidak dapat dipisahkan.

Seperti halnya dengan pasangan

Roro Anteng (Putri Majapahit)

dan Joko Seger (Putra Brahmana),

dua tokoh yang menyatu menjadi

leluhur suku Tengger. Bahkan

asal mula kata Tengger diambil

dari nama belakang keduanya.

Page 22: jejalan eMagz#1

Menurut legenda Tengger

yang dikisahkan turun temurun.

Pasangan Roro Anteng dan Joko

Seger tinggal di kawasan Bromo

tanpa dikaruniai anak. Hingga

akhirnya mereka bertapa dan

memohon kepada Sang Hyang

Widhi untuk segera mendapatkan

keturunan.

Pada akhirnya ditengah

proses semedi, keduanya

mendapatkan bisikan gaib bahwa

permohonan mereka akan segera

terkabul. Tentunya dengan satu

syarat jikalau nantinya anak

paling bungsu harus dikorbankan

kedalam kawah gunung Bromo.

Karena sudah sangat berharap

segera mendapat keturunan,

keduanya menyanggupi syarat

yang diajukan.

Area pertanian yang subur

22

Page 23: jejalan eMagz#1

Beberapa waktu berlalu,

pasangan itupun dianugerahi

duapuluh lima anak. Kebahagiaan

mereka dapatkan hingga lupa

akan perjanjian yang telah

mereka sepakati. Roro Anteng

dan Joko Seger mengingkari

persyaratan sebelumnya, naluri

orang tua memang tidak akan

merelakan kehilangan putra-

putrinya sendiri.

Sang dewa menjadi murka,

malapetaka besar menimpa

daerah Tengger. Gunung

Bromo tak henti-hentinya

menyemburkan api, dan debunya

memenuhi langit membuat

suasana menjadi gelap gulita.

Hingga putra bungsu mereka

turut lenyap dalam bencana

letusan Gunung Bromo.

Ritual warga tengger menjelang puncak kasodo

23

Page 24: jejalan eMagz#1

Seketika itu pula amarah

Bromo mereda, dan kembali

terdengar terdengar bisikan gaib

suara putra bungsu mereka,

bahwa kepergiannya semata-

mata adalah memenuhi janji

Roro Anteng dan Joko Seger

kepada penguasa alam, supaya

yang lain bisa hidup tentram.

Pada nantinya setiap bulan

Kasada hari ke-14, agar supaya

diserahkan sesaji pada Sang

Hyang Widhi di kawah Gunung

Bromo.

Kisah legenda itu terus

berlanjut hingga sekarang, setiap

bulan Kasada penanggalan Jawa

di hari ke-14. Gunung Bromo

ramai oleh ribuan umat yang

melakukan upacara sesembahan

atau sesajen yang kita kenal

dengan Upacara Kasodo.

Page 25: jejalan eMagz#1
Page 26: jejalan eMagz#1

Beberapa kali kami ikut

merasakan keramaian Upacara

suku Tengger ini. Bersusah payah

bangun pada dini hari, lantas

dilanjut dengan menelusuri

lautan pasir diterpa serbuan

angin dingin yang menusuk

tulang. Belum lagi kabut malam

demikian pekatnya hingga nyaris

membuat kami kehilangan

orientasi arah.

Segala perjuangan itu

terbayar dengan apa yang kami

saksikan. Puncak gunung Bromo

hari itu dipenuhi lautan manusia.

Sama halnya dengan Pura Luhur

Poten Bromo di lautan pasir, juga

berkumpul ribuan warga peserta

upacara maupun pengunjung

yang sekedar meramaikan

Kasodo.

Berjibaku dengan ratusan

Fotografer dari dalam dan luar

negeri, kami berebut menyusuri

tepian bibir kawah Bromo yang

sempit dan rawan longsor.

Diapit jurang pasir terjal di

satu sisi, dan seramnya lubang

besar kawah di sisi lain. Kami

masih sempat mengabadikan

prosesi pelemparan sesaji

kedalam mulut kawah.

Kendati dari tahun ke

tahun upacara Kasodo semakin

menarik minat banyak turis

untuk hadir disana, Kasodo tetap

tidak kehilangan kesakralannya.

Upacara ini tetap menjadi tradisi

yang diwariskan secara turun-

temurun. [JEJALAN BUDAYA]

26

Page 27: jejalan eMagz#1
Page 28: jejalan eMagz#1

1. Sekelompok remaja berjalan mengelilingi kawah.2. Penunggang kuda di Bromo.3. Ongklek-ongklek digotong keluar dari pura.4. Pengunjung Bromo menaiki anak tangga menuju kawah.5. Seorang ibu menggendong anaknya menaiki tangga.6. Nenek pemungut sesaji di dalam kawah7. Warga tengger mengamati prosesi larung sesaji.8. Pemungut sesaji didalam kawah.9. Warga memanggul anaknya menuruni lereng Bromo.

1

2

4

7

28

Page 29: jejalan eMagz#1

Waktu terbaik untuk mengunjungi Bromo adalah bulan Juni - Agustus, diwaktu tersebut, savana di sekitar Bromo sedang dalam kondisi ‘menarik’. Anda akan mendapatkan pengalaman lengkap selain hanya berburu Sunrise.

Pada dua hari sebelumpuncak Kasada dilaksanakan, warga Tengger mengambil air suci (Mendak Tirta) di tiga lokasi. yakni GunungWidodaren - Lautan pasir, Watu Plosot - Semeru, dan Air terjun Madakirapura.

Pada acara Kasada biasanya sekaligus terjadi prosesi pengukuhan dukun baru dari masing-masing desa suku Tengger disekitar Kawsan Bromo.

5 6

8

3

9

Page 30: jejalan eMagz#1

JFC XIIAdalah seorang Dynand Fariz yang sukses membawakan sebuah karnaval kelas dunia di kota tempat dirinya berasal. Ya Jember adalah sebuah kota kabupaten di Jawa Timur bagian selatan, di kota ini seorang Dynand Faris tumbuh dan berkembang, sebelum akhirnya sukses merintis karir di dunia seni dan fashion.

Page 31: jejalan eMagz#1

JEMBER

Page 32: jejalan eMagz#1

Bahkan beberapa rumah teman juga menghias taplak meja dengan motif pelangi. “Aahh… pasti ini semua akibat dari Rainbow Cake yang lagi ngetrend di tahun 2012 ini”, begitulah sekilas yang ada di kepala saya.

Membicarakan tentang Rainbow Cake dan segala style ala Pelangi yang sedang populer saat ini, saya mendadak teringat pada gelaran Jember Fashion Carnaval 2012 pada 8 Juli lalu. Memang, anda tidak bakal menemukan suguhan Rainbow Cake disana, tetapi warna-warni parade JFC ke XI itu tentunya tidak kalah dengan semarak warna si Kue Pelangi.

Dengan mengambil tema Extremagination, defile karnaval terbesar ke-4 di dunia ini disesaki oleh ribuan penonton yang menyemut di sepanjang jalan. Para peserta dikelompokkan dalam berbagai grup sesuai tema kostum mereka. Saksikan saja betapa berwarna-warninya kostum tema Orchidaceae, Madurese, dan Trinidad Tobago.

Sedangkan imajnasi yang serba ekstrim tampil pada tema Planet Heredity, Savana, Oceanarium dan lain-lain. Pendek kata, semua peserta tampil all-out dengan rancangan kostum serba menarik serta make-up yang serasi.

Banyak sudah rumah kerabat yang saya kunjungi selama libur Lebaran tahun ini, aneka ragam jajanan suguhan telah saya cicip.

Dan uniknya, semua makanan ringan itu nyaris mempunyai kesamaan. Kalau tidak jajanannya yang berwarna-warni, tentu penyajiannya yang ditaruh dalam wadah stoples warna-warni.

JEMBERFASHION

CARNAVAL XIIPESONA WARNA-WARNI KREATIVITAS ANAK NEGERI

32

Page 33: jejalan eMagz#1
Page 34: jejalan eMagz#1
Page 35: jejalan eMagz#1

Adalah seorang Dynand Fariz yang sukses membawakan sebuah karnaval kelas dunia di kota tempat dirinya berasal. Ya Jember adalah sebuah kota kabupaten kecil di Jawa Timur bagian selatan, di kota ini seorang Dynand Faris tumbuh dan berkembang, sebelum akhirnya sukses merintis karir di dunia seni dan fashion.

Dynand Fariz berhasil menjadikan kota Jember sebagai tempat untuk menyelenggarakan sebuah karnaval tahunan yang mampu menyedot perhatian wisatawan luas, baik domestik maupun internasional.

Gelaran rutin acara Jember Fashion Carnaval senantiasa ditunggu pada setiap tahunnya. Baik oleh warga Jember sendiri, maupun warga yang berasal dari luar daerah. Tentunya kedatangan mereka bukan hanya sekedar menonton saja. Namun juga turut meramaikan acara menjadi bagian dari devile karnaval.

Sebenarnya acara berlangsungnya devile sedikit diikuti kekhawatiran akan datangnya hujan. Mengingat siang itu ketika acara baru saja dimulai, awan gelap sudah menggantung di langit kota Jember. Kamipun yakin, jika saja hujan turun maka dipastikan acara akan kacau.

Baik peserta maupun fotografer akan benar-benar kecewa jika cuaca taidak bersahabat kala itu. Namun syukurlah hujan tidak jadi turun, dan acarapun berlangsung terus tanpa ada kendala sama sekali.

35

Page 36: jejalan eMagz#1

Sayapun menyiapkan kamera untuk membidik kostum hasil kreativitas peserta. Rancangan busana mereka penuh warna dan beragam bentuk. Tidak semua kostum berasal dari bahan yang mewah, penggunaan bahan yang sederhana ditambah dengan imajinasi yang kuat akan membuat peserta tampil istimewa. Melanggak lenggok diatas catwalk beraspal, kostum mereka menarik ribuan pasang mata yang turut berjajar dipinggir jalan.

Kesemua peserta parade yang berpartisipasi, tak luput pula dari bidikan ratusan fotografer yang juga memadati gelaran JFC 2012. Semarak warna-warni dan nuansa kreasi ekstrim kostum mereka, adalah obyek yang sangat menarik bagi para pemburu gambar. “Bahkan mungkin lebih menarik dari foto “Kue” yang saat ini sering terpampang di cover beberapa majalah dan Tabloid Kuliner”, demikian yang ada di pikiran saya. Tentunya, sembari menyantap sepotong sajian Rainbow Cake yang entah sudah keberapa kalinya dalam seminggu ini. [JEJALAN FEST]

Page 37: jejalan eMagz#1
Page 38: jejalan eMagz#1

1

2 3

87

Page 39: jejalan eMagz#1

Agar lebih leluasa dalam pengambilan dokumentasi acara, jauh-jauh hari Anda sebaiknya untuk mendaftarkan diri sebagai fotografer melalui website resmi panitia.

Pengumuman dari pagelaran Jember Fashion Carnaval kemarin, tahun depan 2013, JFC bakal digelar selama tiga hari, yakni pada tanggal 23-25 Agustus 2013

4

5

9

6

10

1. Roman Empire2. Savana3. Dragon4. Madurese5. Oceanarium6. Trinidad and Tobago7. Madurese8. Roman Empire9. Ocranarium10. Madurese

Page 40: jejalan eMagz#1

BANGIL

Page 41: jejalan eMagz#1

NASIPUNEL

Salah satu khasanah kuliner Legendaris Kota Bangil-Pasuruan. Sepiring nasi dari beras yang empuk dan pulen, dengan

aneka ragam lauk pauk yang menggoda selera.Penuh sensasi kelezatan dari sayur lodeh rebung

dan olahan sate kerang yang melengkapi setiap sajiannya.

MENYAPA PAGI DENGAN SARAPAN PENGGODA SELERA

41

Page 42: jejalan eMagz#1

Bau khas nasi hangat nan pulen diatas lembaran daun pisang itu membius indera penciuman saya. Tiada aroma penggoda nafsu makan seampuh bau daun pisang yang menguap layu terkena panas dari nasi baru matang. Ditambah aneka ragam sayur lodeh rebung dan uborampe macam Sate Kerang, Bothok Bobor, Sate Kelapa, Tempe Mendol dan taburan Srundeng. Menu Nasi Punel sarapan pagi ini sempurna sudah.

Paling khas adalah Bothok bobornya. Tampilannya sederhana terbungkus daun pisang ditusuk lidi. Mungkin anda akan sedikit “kecewa” dengan isinya yang tak lebih banyak dari sesuap nasi, namun jika anda merasakan tekstur bothok kelapa-nya yang lembut, manis dan sedikit asin santan, kekecewaan akan lunas terbayar.

Bongkahan Lauk Babat yang empuk Sate kerang, sayur lodeh dan serundeng

42

Page 43: jejalan eMagz#1

Pelanggan setia dari berbagai generasi

Sate kerang hanya berisi 5-6 butir kerang seukuran kuku jari. Rasa bumbunya tidak terlalu kaya, namun justru bumbu “ringan”-nya sangat pas dinikmati bersama nasi punel.

Belum lagi pilihan aneka lauk utama seperti dendeng, paru, lidah, empal, dan lain-lain. Dengan tiap potongnya yang rata-rata berukuran sepertiga sandal jepit itu, ternyata lumayan empuk dan mantab di lidah.

Segelas teh hangat adalah pilihan paling rasional untuk menemani menu spesial kuliner khas ini. Tentunya dengan diiringi obrolan santai bersama mereka yang sedang menikmati sarapan di warung. Sebuah momen kuliner istimewa yang tidak akan terlupakan. [JEJALAN RASA]

43

Page 44: jejalan eMagz#1

SIEM REAP

Page 45: jejalan eMagz#1

CAMBODIAKamboja adalah sebuah Negara kecil di Asia Tenggara, dan baru saja bangkit setelah perang saudara berkepanjangan.

Negara ini menyimpan banyak peninggalan menarik sebagai bukti tentang kejayaan masa lalunya

Page 46: jejalan eMagz#1

A TRIPTO SIEM REAP

Dibalik kelamnya sejarah Negara Kerajaan dengan lambang siluet Angkor Temple itu, banyak ditemui berbagai hal unik dan menarik untuk dikisahkan. Cerita tentang keberadaan situs-situs

purbakala kelas dunia di kawasan Angkor Thom.

MASA LALU YANG MELEGENDA, NYARIS TERGERUS PERANG SAUDARA

46

Page 47: jejalan eMagz#1
Page 48: jejalan eMagz#1

Hampir empat hari tim jejalan mengeksplorasi keunikan Kamboja dengan menyambangi kota Siem Reap. Yang mana semenjak abad ke sembilan menjadi pusat peradaban Khmer. Salah satu kerajaan besar yang pernah berkuasa di Indochina, dan kini hanya menyisakan p e n i n g g a l a n - p e n i n g g a l a n purbakala. Berpusat di kawasan yang dikenal dengan sebutan Angkor thom, terdapat berbagai mahakarya arsitektur kuno kelas dunia.

Begitu melegendanya Angkor Wat hingga dijadikan situs Cagar Budaya oleh UNESCO. Lihat saja perpaduan antara alam dan candi di Ta Prohm temple yang menjadi setting film Tomb Raider. Tentang sepenggal kisah tersembunyi dibalik “seribu wajah” Bayon Temple, dan berbagai cerita tentang situs-situs Purbakala lain disana.

Relief wajah menghadap empat penjuru mata angin

48

Page 49: jejalan eMagz#1

Sesuai saran Mr. Thou, (Tuk-tuk driver), kunjungan kami kali ini disetting terbalik dari jalur normal. Umumnya rombongan tour para turis memulai dari pagi hari ke Angkor Wat, dan diakhiri sore harinya di Ta Prohm. Agar tidak bertemu dengan rombongan turis berjumlah besar, yang mengurangi keleluasaan mengeksplorasi candi. Kami memulai kunjungan dari tengah jalur, nantinya diakhiri di Angkor Wat pada sore hari saat sepi.

Bayon Temple adalah lokasi pertama yang kami jelajahi. Letaknya sekitar 3,5 km dari Angkor Wat, dan hanya 1,5 km jauhnya dari South Gate of Angkor Thom yang sangat khas. Dengan posisi candi yang menghadap ke Timur, Bayon Temple dihiasi oleh sepasang kolam didepannya. Kolam air khas candi-candi di Angkor Thom.

Menghitung Seribu WajahBayon Temple

Bayon temple dari sisi pelataran timur

49

Page 50: jejalan eMagz#1
Page 51: jejalan eMagz#1

Salah satu keunikan Bayon adalah hampir disetiap sudut Candi, terdapat tower yang dihias dengan wajah yang menampilkan senyum, masing-masing empat wajah disetiap tower yang menghadap kearah empat penjuru angin. Konon itu menunjukkan agar Raja senantiasa mampu melihat ke segala arah, untuk memastikan bahwa rakyatnya tetap sejahtera dan makmur diseluruh penjuru kerajaan. Karena itu pula, Mr. Thou menyebut Bayon dengan nama Candi Seribu Wajah. Padahal menurut perhitungan matematis kami, jumlah wajahnya sekitar 216 relief pada 54 buah tower.

Seperti candi-candi SiemReap pada umumnya, kondisi bebatuan di Bayon temple juga sudah tidak sempurna. Ada yang masih bersih, sebagian ditumbuhi lumut, berdebu, dan rusak. Mengakibatkan warnanya seolah “luntur” dan tidak seragam. Tentunya masih lebih terawat candi-candi batu di Yogyakarta seperti Prambanan atau Borobudur. Belum lagi beberapa gerbang dan pintu masuk candi banyak yang mengalami kerusakan parah hingga ada pula yang runtuh, mengakibatkan beberapa turis kebingungan dan nyaris kehilangan orientasi di candi seluas lebih dari 4 ha itu. Dengan kondisi dan besar ukurannya, sebagian guide lokal juga menyebutnya dengan Candi Seribu Pintu.

Page 52: jejalan eMagz#1

Ta Prohm adalah sebuah kompleks candi yang dikepung oleh rimbunnya hutan. Driver kami, Mr. Thou menyebutnya dengan “Temple with 39 Tower”. Tapi orang-orang lebih suka menyebutnya dengan “Tomb Raider Temple”, karena konon candi ini dipenuhi dengan spot-spot fantastis seperti dalam film. Kami pun tak sabar untuk segera menjelajahnya.

Memasuki kompleks candi, kami mendadak merasakan nuansa berbeda, pohon-pohon raksasa dengan akar yang menjalar kesana-kemari, serta reruntuhan candi yang batunya mulai berlumut, membuat darah saya berdesir, dan bulu kuduk sedikit merinding. Terik mentari yang saya rasakan di candi-candi

sebelumnya, tidak terasa di Ta Prohm kali ini. Pohon-pohon raksasa itulah yang membuat kawasan candi menjadi lebih sejuk dan asri.

Kami berjalan mengikuti alur yang sudah disediakan dengan panduan tali berwarna kuning mencolok. Memang ada benarnya bila para pengunjung tidak lupa akan peta dan petunjuk jalan, karena bisa tersesat diantara hutan dan “Reruntuhan”. Beberapa saat trekking dan menyaksikan keadaan disini, anda akan merasakan kebenaran dari istilah “Power of The Jungle”. Karena kali ini semua spot tidak murni “Candi”, akan tetapi juga “Vegetasi”. Dengan pohon-pohon raksasa yang cabangnya menyeruak diantara sudut bangunan candi bagai dalam film Tomb Raider.

Pohon Raksasa MemakanCandi Kuno

Page 53: jejalan eMagz#1

Sesuai saran dari buku panduan, Ta Prohm memiliki beberapa spot unik yang berbeda dengan wisata Candi lain di dunia. Yakni sebuah “perpaduan” antara sculpture candi dengan vegetasi. Salah satu spot yang sering dikunjungi adalah “Crocodile Tree”, sebuah sudut selasar candi dengan dirambati akar pohon raksasa yang membelitnya. Tidak sedikit wisatawan yang mengambil gambar serta berpose pada panggung buatan yang memang disediakan didepannya.

Di sebelah utara Crocodile Tree, ada pula spot favorit lain, yakni “Giant Root”. Bangunan pagar pembatas candi yang hampir runtuh akibat dibelit oleh akar pohon yang diameternya hampir satu meter. Bahkan pada sisi pagar candi dibaliknya juga masih tampak diselimuti oleh akar pohon raksasa itu.

53

Page 54: jejalan eMagz#1
Page 55: jejalan eMagz#1

Sementara spot ketiga, yang menjadi lokasi paling favorit. Dan membuat Ta Prohm menjadi lebih sering dikunjungi ketimbang candi-candi lain (termasuk Angkor Wat) adalah Tomb Raider Tree. Kali ini giliran sebuah Tower dengan pintunya yang dipenuhi oleh selimut akar-akar pohon yang sangat rimbun dan berjuntaian. Sehingga terlihat ruangan dibalik pintu tower itu gelap gulita. Sungguh pemandangan yang menarik dan sangat menantang.

Satu dua jam terasa kurang mengeksplorasi candi yang orientasinya menghadap Selatan itu. Karena baru kali ini saya pribadi menikmati sebuah wisata heritage yang seolah “membiarkan” obyek wisatanya nyaris “dikuasai” oleh kekuatan alam. Benar-benar sebuah penyajian yang sangat berbeda. Sekali lagi, Power of The Jungle kekuatan Ta Prohm yang membuatnya menjadi candi paling favorit seantero komplek.

Page 56: jejalan eMagz#1

Belum habis keterkaguman atas Ta Prohm Temple, sejenak kami menahan nafas tatkala sampai di depan Angkor Wat. Sebuah karya seni agung yang melegenda, bukti dari salah satu peradaban terbesar di dunia. Tak dapat disangkal lagi, inilah tujuan utama setiap turis yang berkunjung ke SiemReap, Kamboja. Angkor Wat, yang siluetnya menjadi lambang Kerajaan Kamboja ini berdiri dengan gagah di area yang dikelilingi pagar seluas lebih

dari 80 ha. Sementara sebuah sungai buatan yang sangat lebar mengelilingi pagar terluarnya. Diperkirakan dibangun sekitar 9 abad yang lalu oleh Raja Suryavarman II.

Masih dengan pandangan yang menyapu sekeliling karena kagum, kami berdua segera menyeberangi jembatan sungai selebar hampir 200 meter itu. Menuju langsung kearah gerbang utama dengan tembok bebatuan, yang berdiri kokoh laksana benteng. Dibaliknya, terpampang hamparan tanah lapang yang super luas, dengan rerumputan

Membelah KemegahanAngkor Wat

56

Page 57: jejalan eMagz#1

segar berwarna hijau di kiri kanan pedestrian batu yang menuju gerbang di level kedua. Sempat saya berpikir, tanah lapang ini mungkin cukup menarik jika dijadikan latihan Sekolah Sepak Bola, bisa menampung sampai 10 lapangan.

Cukup jauh juga dari gerbang pertama menuju gerbang kedua, namun setidaknya pemandangan tanah lapang dengan sedikit pohon pinang yang berjajar. Serta keberadaan sepasang candi kecil di kiri kanan pedestrian, cukup menghibur dan mengurangi kelelahan kami. Hingga tanpa

terasa, hampir 500 meter kami berjalan, gerbang level kedua telah menyambut dengan beberapa ornamen patung Ular Kobra yang disini dikenal dengan sebutan “Naga”. Setelah gerbang kedua inilah, kami mulai memasuki area yang levelnya lebih tinggi, tower-tower utama Angkor Wat mulai terlihat lebih jelas. Dengan faktor perbandingan skala yang demikian terpaut jauh, ukuran berskala superbesar candi ini seakan “mengintimidasi” kami, para pengunjung.

57

Page 58: jejalan eMagz#1
Page 59: jejalan eMagz#1

Diantara gerbang kedua dan level ketiga ini pula, terdapat banyak relief dan ornamen khas Khmer. Semakin tidak sabar, kami segera masuk ke level ketiga yang merupakan area utama dari Kompleks Angkor Temple. Barulah pada area ketiga ini mulai terasa perbedaan yang mencolok. Hanya disini lantai candi yang tersusun dari batu-batuan datar yang membentuk alas, tidak seperti di level sebelumnya yang hanya beralas tanah pasir kuning kecoklatan. Disini keramaian turis mulai terlihat, lebih semarak lagi

dengan keberadaan beberapa muda-mudi Kamboja yang berpakaian ala Khmer kuno sebagai media objek berfoto bersama.

Semakin memasuki tangga demi tangga kedalam area utama, kami menyaksikan banyak kemegahan yang luar biasa, patung-patung berukuran besar dengan beberapa orang yang berdoa disekitarnya. Juga empat luasan pemandian yang telah mengering dengan susunan batu-batuan berukir yang rapi dan presisi.

59

Page 60: jejalan eMagz#1

Cukup canggih juga peradaban di masa itu, sudah bisa membangun kolam renang diatas ketinggian. Rasa kagum kami masih belum habis, apalagi ketika berada disalah satu tower yang cukup tinggi. Pemandangan indah tersaji dari atas sini, gerbang dua dan gerbang satu nun jauh disana terlihat samar di senja menjelang gelap itu. Saya sempat merinding, merasa seolah menjadi seorang Jenderal yang waspada mengawasi musuh dari dalam tower benteng. Tanpa lelah, kami menjelajah satu demi satu masing-masing tower disana.

Hampir dua jam kami berkeliling mulai dari gerbang Timur, berputar-putar di kompleks utama, serta berjalan menuju gerbang Barat. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Namun disini, kondisinya masih sedikit terang serasa pukul 17.00 di Surabaya. Segera kami bergegas berjalan lagi sejauh hampir 1,5 km menuju Gerbang Timur, karena Sopir Tuk-Tuk kami menunggu disana. Masih saya sempatkan mengambil gambar senja di tepi sungai yang mengelilingi Angkor Temple, sebelum gelap benar-benar menyergap. Walau terasa letih, setidaknya sore ini kami telah menikmati Trekking membelah Angkor Wat yang Legendaris. [JEJALAN LN]

Page 61: jejalan eMagz#1
Page 62: jejalan eMagz#1

LOMBOK

Page 63: jejalan eMagz#1

LOMBOKAdalah salah satu trip menarik yang pernah kami lakukan.

Bermotor dari Surabaya kami menjelajah jalanan Jawa Timur dan Bali, kemudian mengakhirinya di Gili

Trawangan. Sebuah pulau yang dikelilingi pantai pasir putih nan menawan. Memutarinya dengan berjalan kaki, tidak akan

membuat anda bosan untuk selalu memuji Sang Pencipta.

Page 64: jejalan eMagz#1

JELAJAHLOMBOKBARAT

Sebagian orang awam mungkin berpendapat, Pulau Lombokmasih kalah dibandingkan dengan Bali. Setidaknya dari data

kunjungan wisatawan yang tercantum, Bali memang jauh mendominasi dibanding dengan kunjungan ke Lombok. Namun

kami justru memiliki pendapat berbeda, keunikan Lomboktidak kalah dengan ketenaran Bali. Kenyataan itulah yang dirasakan

tim jejalan kala melakukan Touring Motor melalui ruteSurabaya – Bali – Lombok beberapa waktu lalu.

BERKEMAH DI GILI TRAWANGAN

64

Page 65: jejalan eMagz#1
Page 66: jejalan eMagz#1
Page 67: jejalan eMagz#1

Dengan gaya travelling ala touring, kami menemukan fakta unik diantara keduanya. Bali dan Lombok nyata-nyata tersohor dengan pantai-pantai berpasir putih yang membentang luas, serta kemilau air laut yang jernih memantulkan sinar matahari, seolah menari-nari indah dibinggiran pantai.

Tidak seperti yang umumnya ada di pulau Bali. DiLombok anda akan menemukan pantai-pantai cantik yang tidak dipenuhi oleh berjubelnya para turis.

Waktu itu adalah kunjungan pertama saya kesana. Kami merencanakan untuk menjelajah Lombok barat lewat jalur darat. Melintasi pulau Bali dengan menggunakan motor.

Page 68: jejalan eMagz#1

Layaknya dalam film Harley Davidson and Marlboro Man, kami bemotor menerobos gerimis dan hujan yang turut menyertai perjalanan. Sebuah keputusan yang kami pilih, dan tahu seperti apa resikonya melakukan perjalanan disaat musim hujan belum benar-benar berakhir.

Merapat sejenak ke Bali, kami beruntung bisa menumpang bermalam dirumah teman. Selebihnya hanya melalui mulusnya jalan aspal menuju pelabuhan Padang Bai, untuk segera berlayar ke Lembar - Lombok.

Lombok memang cocok bagi pecinta destinasi wisata alam dan budaya. Ada gunung Rinjani, gunung tertinggi ke tiga

di Indonesia dengan andalan wisata danau Segara Anakan yang selalu mempesona para pendaki. Termasuk keunikan tradisi dan budaya suku Sasak yang populer dengan produk kain tenunnya. Juga tentunya pantai-pantai berpasir putih disekeliling pulau, menjanjikan ketenangan buaian alam bagi para pecandu travelling.

Tentu anda masih ingat dengan pantai Senggigi yang sudah lama dikenal sebagai pantai dengan view sunset terbaik disana. Jangan lupakan juga keberadaan pantai-pantai disekitar pesisir selatan Kuta yang terkenal masih perawan. Namun paling diimpikan banyak orang tentu saja berkesempatan menjenguk keberadaan Trio Gili di pesisir barat pulau Lombok.70

Page 69: jejalan eMagz#1

Gili Air, Gili meno, dan Gili Trawangan. Bayangkan anda membuka aktivitas pagi dengan disapa oleh pemandangan sunrise di pantai sisi Timur, dengan siluet Gunung Rinjani yang perkasa sebagai latarnya. Menikmati siang hari bermalasan dipasir pantai yang teduh dan bebas polusi mesin kendaraan bermotor. Diakhiri memanjakan kepuasan sore hari dengan pemandangan sunset spektakuler di pantai sisi barat.

Sungguh sebuah hari yang sempurna, sangat layak di cap sebagai hari libur sesungguhnya. Karena itulah kami memilih Gili Trawangan sebagai tempat mengakhiri perjalanan ke Lombok barat ini.

Walaupun disana terdapat banyak penginapan mulai kelas resort hingga losmen-losmen murah. Kami justru memilih camping di pantai. Mencoba menikmati alam dengan mengenal lebih dekat lagi.

Cuaca yang selalu disertai hujan memang sedikit merepotkan untuk dapat menikmati keindahan alamnya secara penuh. Frame tenda yang patah diterjang hujan badai juga menjadi persoalan tersendiri. Namun kami pantang menyerah.

Page 70: jejalan eMagz#1
Page 71: jejalan eMagz#1
Page 72: jejalan eMagz#1
Page 73: jejalan eMagz#1

Tetap bertahan semalaman dengan kondisi sebagian air masuk ke tenda, gelombang ombak yang liar diterpa angin dan hujan badai rupanya sangat mengganggu waktu tidur. Ditengah malam kami menyadari bahwa tanah tempat tenda kami berdiri sudah hampir disentuh air laut, padahal seingat saya sore tadi jaraknya masih sekitar enam-tujuh meter dari tenda. Ohh, bulan purnama membuat kami sadar telah luput memperhitungkan terjadinya air pasang.

Diuji oleh terpaan gerimis dan baju setengah basah, bersusah payah kami memindahkan posisi tenda ke tempat lebih aman dari jangkauan air laut. Setelahnya kamipun terkapar tidur dengan pulas, dikarenakan kondisi badan yang lelah.

Beruntung dihari kedua, cuaca cukup cerah. Begitu bangun dan membuka tenda, dihadapan kami tersaji Rinjani menanti mentari melewati tubuhnya yang gagah. Lautan yang ganas semalam berubah menjadi tenang dengan suara ombak yang lirih membisiki telinga. Merdu mendengarnya.

Kami menghabiskan waktu pagi dengan memasak ala Master Chef gadungan, menjelang siang kamipun mencoba berjalan mengelilingi keseluruhan pulau. Beberapa kali berhenti hanya untuk sekedar menikmati pemandangan di depan mata. Bahkan di beberapa titik, saya mengeluarkan perlengkapan snorkeling untuk mencoba menikmati alam bawah airnya.

Page 74: jejalan eMagz#1

Tepat ketika hari menjelang sore kami berada di sekitaran pantai sebelah barat. Terlihat beberapa resort mewah dibangun disana. Sebuah pemilihan lokasi yang tepat menurut saya. Karena begitu matahari tenggelam kita akan benar-benar terpukau oleh semburat warna merah langit menjadi latar pulau Dewata dan gunung Angungnya. Kami menikmati sisa hari yang istimewa ini disana.

Kala malam menjelang, tempat makan didekat pelabuhan mulai ramai dengan pengunjung.Diantara beragam menu, kami mencari penjual makanan laut. Sajian khas kuliner laut ini dimasak ditempat. Lantas kami memilih menikmatinya disebuah tempat disekitar pelabuhan.

Semilir angin, suara ombak, dan cahaya bulan purnama menemani sajian makan malam kami disana.

Frame tenda yang patah memaksa kami menyewa sebuah losmen kecil didalam perkampungan penduduk. Tenda sudah dipastikan akan sulit berdiri jika kami paksakan tetap bermalam ala camping seperti rencana semula.

Selain itu kami harus menjaga stamina untuk melanjutkan perjalanann esok harinya di tempat berbeda. Masih ada Gili Air dan Gili Meno yang belum kami jelajah sama sekali. [JEJALAN ADV]

Page 75: jejalan eMagz#1
Page 76: jejalan eMagz#1
Page 77: jejalan eMagz#1
Page 78: jejalan eMagz#1

w w w . j e j a l a n . c o m2 0 1 2