gemakade november 2014

8
Buletin Mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Pemisahan FSSR, Pemisahan FSSR, Mulai dari Fasilitas hingga Gelar Akademik Mulai dari Fasilitas hingga Gelar Akademik Pemisahan FSSR, Mulai dari Fasilitas hingga Gelar Akademik KADE / ARI R. Kritis - Komunikatif - Independen Pahlawan di Mata Pahlawan di Mata Pembina Kalpadruma Pembina Kalpadruma Pahlawan di Mata Pembina Kalpadruma Kampusku Sayang, Kampusku Sayang, Kampusku Mahal Kampusku Mahal Kampusku Sayang, Kampusku Mahal Dana Telat, Mahasiswa Dana Telat, Mahasiswa Bidik Misi Tanyakan Sistem Bidik Misi Tanyakan Sistem Dana Telat, Mahasiswa Bidik Misi Tanyakan Sistem Edisi November 2014 Nasib UKM Nasib UKM Pasca-pemisahan FSSR Pasca-pemisahan FSSR Nasib UKM Pasca-pemisahan FSSR

Upload: lpm-kalpadruma

Post on 06-Apr-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Gemakade November 2014

Buletin Mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS

Pemisahan FSSR,Pemisahan FSSR,Mulai dari Fasilitas hingga Gelar AkademikMulai dari Fasilitas hingga Gelar Akademik

Pemisahan FSSR,Mulai dari Fasilitas hingga Gelar Akademik

KA

DE

/ AR

I R.

Kritis - Komunikatif - Independen

Pahlawan di MataPahlawan di MataPembina KalpadrumaPembina KalpadrumaPahlawan di MataPembina Kalpadruma

Kampusku Sayang, Kampusku Sayang, Kampusku MahalKampusku MahalKampusku Sayang, Kampusku Mahal

Dana Telat, MahasiswaDana Telat, MahasiswaBidik Misi Tanyakan SistemBidik Misi Tanyakan SistemDana Telat, MahasiswaBidik Misi Tanyakan Sistem

EdisiNovember

2014

Nasib UKMNasib UKMPasca-pemisahan FSSRPasca-pemisahan FSSRNasib UKMPasca-pemisahan FSSR

Page 2: Gemakade November 2014

OpiniOpiniOpini

mengambil buku apa saja yang kelihatan besar dan menumpuk di meja untuk dibaca satu per satu. Hasilnya, hanya keluhan dan napas putus asa, lantas meninggalkan buku-buku tersebut. Hal ini mungkin juga menjadi dilema dalam sirkulasi kehidupan mahasiswa saat tingkat awal memiliki aktivitas tinggi di dalam maupun luar kampus, lantas di tingkat akhir mulai kalap ketika harus menyelesaikan skripsi. Kita boleh memiliki segudang kegiatan dari apa saja yang kampus tawarkan, tapi jangan pernah melupakan membaca buku dan menghidupkan perpustakaan karena itu juga bagian dari kampus kita. Berbicara mengenai elemen per-pustakaan, pihak perpustakaan sekiranya juga harus lebih kreatif dalam menumbuhkan ketertarikan mahasiswa dan elemen sivitas akademika lainnya untuk berkunjung. Dinamisnya kehidupan mahasiswa mungkin menyebabkan perpustakaan sering di nomor duakan karena faktor tak adanya ketertarikan. Jangan salah, ketertarikan merupakan awal dari bagaimana seseorang mengenal lebih dalam akan sesuatu. Jika hal ini benar, maka perpustakaan akan menjadi daya tarik bagi mahasiswa untuk berkunjung. Dewasa ini, banyak hal yang menarik bagi mahasiswa di luar kampus. Karenanya, pihak perpustakaan harus mampu bersaing dengan menciptakan sesuatu yang menarik pula dari dalam jika tidak ingin ditinggalkan oleh mahasiswa. Karena semakin tinggi antusiasme mahasiswa terhadap buku dan perpustakaan dalam hal ini semakin sering mereka berkunjung ke perpustakaan, semakin banyak pula kebaikan dan manfaat dari pengetahuan yang mereka dapatkan. Maka pada akhirnya, saya rasa apa yang dikatakan oleh Dr. Seuss cukup menjadi perenungan kita semua tentang buku dan perpustakaan. “The more you read, the more things you know. The more that you learn, the more places you'll go.” Semakin banyak buku yang kamu baca, semakin banyak sesuatu yang kamu pahami dan semakin banyak tempat yang akan kamu temukan.[]

*Mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah 2010

Dengan dikeluar-kannya SK Kemendikbud RI No. 82 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata K e r j a U N S , w a c a n a mengena i pemisahan FSSR menjadi FIB dan FSRD sudah mencapai titik terang. Kabarnya pemisah-an FSSR memasuki tahap akhir persiapan. Meski telah sampai tahap akhir, persiapan yang dilakukan dirasa masih kurang. Terbukti masih adanya kekurangan di beberapa aspek, seperti fasilitas penunjang hingga polemik gelar akademik. Apalagi secara fisik belum ada gedung baru yang menjadi bukti bahwa kedua fakultas telah berpisah. Dapat dipastikan bahwa keduanya akan berbagi fasilitas. Secara adminis-trasi mungkin akan segera diselesaikan. Namun me-lihat persiapan yang seperti itu, apakah se-benarnya FSSR benar-benar siap berpisah? Padahal pe-misahan fakultas tidak hanya sekedar pemisahan secara administrasi belaka. Persiapan fasilitas pun sebenarnya patut diper-t imbangkan guna me-nunjang kebutuhan masing-masing fakultas.[]

Buku dan perpustakaan. Dua nilai yang berhubungan erat dan saling melengkapi ini ternyata kurang menarik minat mahasiswa untuk berkunjung. Saya bahkan pernah mendapati perpustakaan sepi pengunjung, mungkin sekitar dua-tiga orang saja yang datang hingga jeda waktu istirahat siang. Kemudian pada kesempatan berikutnya, hanya bertambah dalam hitungan jari. Fenomena seperti ini memunculkan pertanyaan. “Masih menarikkah buku dan perpustakaan bagi mahasiswa?” Buku dan perpustakaan sebenarnya merupakan representasi dari ilmu penge-tahuan. Sedangkan ilmu pengetahuan sendiri merupakan nyawa dari sebuah sivitas akademika atau universitas yang merupakan rumah bagi mahasiswa. Sejujurnya tak hanya mahasiwa yang berumah di sana, ada UKM, organisasi, komunitas, kantin, dan sebagainya. Berarti terdapat segudang aspek dan nilai yang mampu berkembang maupun dikembangkan oleh mahasiswa. Namun rumah yang paling dasar adalah akademik, rumahnya ilmu pengetahu-an. Nah, buku dan perpustakaan adalah unsur utama yang mendukung hidupnya suasana akademik di sebuah universitas. Kehadiran mereka di setiap jurusan ataupun pusat, seperti perpustakaan pusat universitas berfungsi dalam hal penyampaian pesan kepada seluruh elemen, khususnya mahasiswa bahwa sivitas akademika juga merupakan rumah bagi ilmu pengetahuan. Seperti apa yang dikatakan oleh Arthur Scargill, pemimpin buruh Inggris, “Bapakku masih membaca kamus setiap hari. Ia bilang bahwa hidup kita tergantung pada kepiawaian kita menggunakan kata.” Kalimat ini sebenarnya substantif dari sebuah pesan bahwa “membaca itu penting.” Dalam kaitan dengan buku dan perpustakaan, pesan ini berubah menjadi sindiran halus bahwa kita sebagai mahasiswa atau elemen kampus lainnya, sudah seharusnya meng-hidupkan perpustakaan dan mulai meng-giatkan membaca buku. Jangan terlambat menyadari bahwa kebutuhan kita akan buku dan perpustakaan telah habis karena sugesti bahwa kegiatan lainnya justru lebih penting. Saya pernah mendapati kasus mahasiswa tingkat akhir yang kemudian seperti kelabakan ketika harus mencari literatur atau buku sebagai menunjang penelitian skripsinya. Saking kelabakannya, ia

E d i t o r i a l

Bukumu adalah Nyawamu

KALPADRUMAKRITIS - KOMUNIKATIF - INDEPENDEN

PENERBIT: LPM Kalpadruma FSSR UNS PEMBINA: Arifuddin, Lc., Ma.PEMIMPIN UMUM: M. Harun Rosyid R. PEMIMPIN REDAKSI: Alieza Nurulita DewiREDAKTUR PELAKSANA BULETIN GEMAKADE: Zulyani EviREPORTER: Tio Minar, Meldi Oktaviana, Jarwati, Nur Azizah, Intan NurEDITOR: Regina Sari Dewi, JarwatiPENATA ARTISTIK: Arum Kartika, Dyah Ayu Nurinda, Ari Rizkiandi, Hakim Nur J.PERUSAHAAN: Asis Widyawati PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: Sri MulyatiSEKRETARIAT: Lantai II Graha UKM Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Jebres Surakarta 57126Segala kritik, saran dan opini dialamatkan ke sekretariat Kade atau lewat email:[email protected] Website : www.lpmkalpadruma.comFacebook: Lpm Kalpadruma Twitter: @lpmkalpadruma

Oleh: Zulfian Rahman *)FSSR Pisah

2 GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma

Redaksi menerima kiriman berupa opini dengan ketentuan 4000

karakter. Opini dapat dikirimkan ke sekretariat LPM Kalpadruma

atau melalui e-mail: [email protected].

Sertakan pula data diri secara singkat.

Page 3: Gemakade November 2014

Pahlawan di Mata Pembina KalpadrumaPahlawan di Mata Pembina KalpadrumaPahlawan di Mata Pembina Kalpadruma

Mahasiswa non-kependidikan bicara Pendidikan Profesi Guru (PPG). Bukan hal yang tabu jika mahasiswa non-kependidikan bisa meng-ikuti program ini. Lantas 'matikah' calon-calon guru diatas polemik ini? Saya rasa jawabannya tidak. Calon pendidik d i tuntu t mempunyai kompetensi yang lebih, terlepas akan menjadi seorang 'guru' atau tidak. Acap kali pertanyaan muncul di antara maha siswa kependidikan dan non-kependidikan. Adil-kah? Kenapa harus me-rasa tersaingi toh dengan a d a n y a P P G t i d a k semata-mata meng-hapuskan persepsi 'guru profesional'. Sekali lagi, PPG bukan jalan men-cetak guru 'instan' namun guru 'berkualitas'. So, buat kalian yang non-kependidikan, gak usah minder, hak kita sama untuk mengikuti program ini. Jangan kubur harap-an mengabdi hanya karena kita dari non-kependidikan. Open your mind guys.[]

Dilema Si Calon Guru

saudara, Arif mengaku bahwa ia belum bisa banyak memberikan pengabdian kepada ibunya. Hal tersebut dikarenakan keadaan dirinya yang jauh dari rumah. Selama kurang lebih hampir dua puluh tahun lamanya ia jarang bisa berinteraksi secara langsung dengan ibunya. Pasal-nya, semenjak lulus sekolah dasar hingga bekerja, ia tidak berada di tanah kelahirannya, Gresik. Meski begitu, keadaan yang mem-buat Arif jauh dari ibu tak membuatnya lupa jasa-jasa beliau. Tetap menjalin komunikasi merupakan hal terpenting baginya. Doa juga selalu ia lantunkan agar ibunya selalu dilimpahi kekuatan dan kemudahan dalam menjalani hidup. Silaturahim ke rumah juga ia lakukan ketika ada waktu luang. Keberhasilan tiap individu tentunya tidak lepas dari jasa dan kerja keras orang tua. Seperti pesan yang disampaikan Arif bahwa orang tua selalu menginginkan anak-anaknya agar sukses melebihi mereka. "Jangan mengecewakan orang tua dan berusaha terus. Sebagai mahasiswa berarti belajarnya yang harus dimaksimalkan. Kemudian ditambah kemampuan softskill dan berorganisasi. Itulah yang membuat orang tua bangga," ucapnya. Entah siapapun itu, “pahlawan” merupakan sosok yang mampu menginspirasi dan mau berkorban demi orang lain. Sudah sepantasnya, bahwa sebagai mahasiswa untuk turut berterima kasih dan menghargai atas jasa-jasa sosok tersebut. Hingga kedepannya, bisa meneladani sikap positif para pahlawan dan melakukan sesuatu yang berguna bagi sesama.[]

Anita Retno MulatSastra Daerah

Bumi SaseruBumi SaseruBumi SaseruSurat Pembaca

3

Anda tidak menulis “surat kaleng” bukan?Lampirkan fotokopi Kartu Mahasiswa atau KTP atau SIM yang masih berlaku. Redaksi merahasiakan identitas bila ada permintaan. Surat yang diterima tidak dikembalikan.

Pahlawan bukan sekedar sosok gagah berani.

Jarwati

GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma

Ada satu momentum di bulan November yang diperingati secara nasional setiap tanggal 10. Ya, itu adalah hari pahlawan. Tahun 1945 silam, terjadi peristiwa sejarah di mana pasukan Indonesia melakukan perlawanan terhadap penjajah di Kota Surabaya, Jawa Timur. Selain merupakan pertempuran pertama yang berlangsung setelah proklamasi kemerdeka-an, peristiwa ini juga tercatat sebagai yang terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia. Bulan ini, refleksi mengenai sosok pahlawan menarik untuk diulas. Karena pandangan mengenai kepahlawanan tidak hanya sekedar itu saja. Setiap orang memiliki sosok pahlawan yang mampu memberikan inspirasi tersendiri dalam hidupnya. Ada yang menjadikan sosok terdekat mereka sebagai pahlawan sesungguh-nya. Melawan beberapa pendapat mengenai pahlawan adalah sosok yang harus berjuang angkat senjata mengusir penjajah. Di edisi kali ini, tim Kalpadruma telah mewawancarai Arifuddin, pembina LPM Kalpadruma yang juga mengajar jurusan Sastra Arab. Penasaran dengan pandangan-nya terhadap sosok pahlawan, kita akan menelusuri bagaimana beliau mengarti-kulasikan makna pahlawan. Bagi Arif, tak ada yang lebih hebat selain seorang ibu. Banyak pelajaran dan inspirasi yang ia dapatkan dari Muslihatun, ibunya. Juga pengorbanan yang dilakukan seorang ibu untuk keluarga. “Ya keluarga terutama ibu saya ini karena ayah saya punya keterbatasan, jadi 50 persen kebutuhan rumah tangga ditutupi oleh ibu,” ungkapnya. Kerja keras yang dilakukan ibunya membuat Arif mendapatkan inspirasi dalam segi usaha belajar ataupun meraih cita-cita. Ia mengisahkan, setiap hari, sejak pukul enam pagi ibunya sudah keluar rumah untuk belanja ke pasar. Kemudian pulang ke rumah mengurus anak-anaknya, baru berjualan di daerah yang jaraknya terlampau jauh. Saat itu Arif dan saudara-saudaranya masih kecil, sehingga terdapat keterbatasan untuk membantu ibunya.

Setelah hari mulai siang, makanan tak lupa disiapkan dan ketika sore datang, ibunya sering menjual baju kredit. Satu demi satu rumah didatangi untuk menagih cicilan. Sosok tak kenal lelah, penuh semangat, dan cinta kepada keluarga itulah yang membuat Arif mengagumi ibunya. Berkat dukungan dan doa sang ibu lah, kini Arif menjadi sukses menyelesaikan studi pada jenjang sar jana h ingga pascasarjana. Pria lulusan Mesir ini mengaku bahwa melalui sosok ibu ia mengerti makna dari kerja keras yang sebenarnya. Kerja keras demi menghidupi kebutuhan hampir separuh biaya keluarga, kasih sayang kepada anak-anaknya hingga mengantarkan sang anak menuju pintu sukses seperti saat ini. Sebagai anak pertama dari tujuh ber-

KA

DE

/ H

AK

IM

Pembina LPM Kalpadruma, Arifuddin

Page 4: Gemakade November 2014

Sejak tahun pertama diberlakukan, permasalahan Uang Kuliah Tunggal (UKT) selalu bergulir seperti bola salju. Semakin besar dan tak kunjung usai. Sistem yang berubah setiap tahun tampaknya masih saja memberatkan sebagian mahasiswa.

UKT diberlakukan pertama kali pada tahun 2012, saat i tu UNS menerapkan dua model pembagian yakni regular dan swadana. Pada tahun 2013, UNS membagi UKT sesuai jalur masuk yaitu SNMPTN, SMBPTN dan UMB-PT. Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 272/E1.1/KU/2013 seharusnya UKT sudah diberlakukan dalam lima golongan. Namun ternyata baru pada tahun 2014 inilah UKT diberlakukan dalam lima golongan dengan sistem peng-golongan berdasarkan gaji orang tua. Sistem penggolongan UKT berdasarkan gaji orang tua dirasa masih asing bagi sebagian mahasiswa baru. Banyak mahasiswa baru terjebak dengan besarnya biaya UKT yang ditanggungnya. Seperti yang dirasakan Khoirul Fatimah, mahasiswa jurusan Sastra Arab. “Awalnya saya tidak tahu dengan sistem yang menentukan besaran UKT. Pokoknya kemarin hanya disuruh memasukkan gaji orang tua dan menjawab pertanyaan punya lahan produktif atau tidak.” Permasa lahan UKT yang dirasakan Fatimah adalah penentuan biaya yang hanya berdasarkan satu variabel saja yaitu gaji orang tua, tanpa melihat jumlah tanggungan keluarga. “Saya sudah mengisi data dengan sejujur-jujurnya namun yang membuat kecewa adalah kampus tidak memperhitungkan tanggungan keluarga,” keluhnya. Ia juga merasa perlu adanya transparansi dana UKT, agar tiap mahasiswa mengetahui golongan yang dimasukinya. Senada dengan Fatimah, Hera Jerisha, mahasiswa program studi D3 DKV, mengungkapkan perlu adanya transparansi dana UKT. Karena melalui transparansi dana yang diunggah di website dirinya dapat mengetahui pada golongan berapa ia masuk. Di lema UKT memang tak menjad i masalah bagi sebagian mahasiswa lainnya, namun tetap saja, tidak adanya sosialisasi mengenai sistem yang menentukan besaran UKT membuat mahasiswa kecewa. Penen tuan besaran UKT memang merupakan kewenangan dari Dirjen Perguruan Tinggi Kementerian P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n (Kemendikbud), namun untuk meng-golongkan setiap cluster berikut dengan variabel persyaratannya merupakan kebijakan setiap universitas.

variabel-variabel tambahan. Semua itu telah dilayangkan pada 10 September lalu. Tuntutan ini ditanggapi pihak rektorat dengan janji-janji lisan. UNS sebelumnya tidak pernah mempublikasikan cluster UKT kepada mahasiswa baru, sehingga mahasiswa tidak pernah tahu berada di golongan mana. Menurut Putri, Forum Bersama BEM UNS akan terus berupaya untuk mengawal kebijakan UKT agar semua mahasiswa dapat menerima golongan UKT yang sesuai. Sehingga pada akhirnya tercipta sistem yang adil dan tidak menciderai salah satu pihak sivitas akademika, terlebih mahasiswa. “Tugas pemerintah, dalam hal ini pihak birokrat kampus, menjamin pendidikan setiap warganya. Jangan sampai mahasiswa kebingungan apalagi terjebak dengan mahalnya biaya kampus,” pungkas Putri. Menanggapi permasalahan UKT tersebut, Dwi Tiyono, Pembantu Rektor (PR) III, mengaku akan mengupayakan agar asp i ras i mahas iswa dapat tersampaikan. “SK rektor itu dibuat oleh senat, oleh karena itu pasti masukan dari panjenengan-panjenengan (mahasiswa – red) ini nanti akan kita suarakan di senat. Percayalah. Apalagi saya bekerja dengan mahasiswa. Selama saya masih menjadi anggota senat, akan kami perjuangkan,” ungkap PR III ketika audiensi yang dilakukan perwakilan mahasiswa ber-sama pimpinan universitas, Kamis (25/9).[]

Perjuangan yang Tak Kunjung Usai

Ada mahasiswa yang keberatan dan ada pula yang tabu dengan sistem. Kasus-kasus tersebut membuat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) baik fakultas maupun universitas, terus berupaya mengadvokasi mahasiswa, memper-juangkan mereka yang diberatkan oleh UKT serta mensosialisasikan sistem yang sebenar-nya. Seperti yang diungkapkan oleh Putri Apridaningsih, Menteri Dalam Negeri BEM FSSR. “Sampai saat ini sudah ada l ima mahasiswa yang melakukan pengaduan kepada BEM FSSR terkait UKT. Kami sedang mengusahakan yang terbaik untuk membantu mereka melalui berbagai beasiswa, karena untuk mengajukan keringanan itu sulit sekali padahal banyak yang membutuhkan,” paparnya. Ia juga mengimbau mahasiswa yang kebingungan atau keberatan dengan UKT, untuk jangan ragu mengadu kepada BEM FSSR. Ia tidak mau terjadi lagi kecolongan sehingga ada satu sampai dua mahasiswa yang nyaris putus kuliah karena merasa terbebani dengan UKT. Terkait dengan transparansi dana, sebenarnya BEM se-UNS telah melayangkan surat terbuka kepada rektorat. Selain transparansi, mereka juga mempersoalkan kriteria detail dari SK penundaan dan keringanan, serta kebijakan pindah golongan atau sistem banding bagi mahasiswa yang merasa keberatan dengan memperhatikan

KampusKampusKampus

Kampusku Sayang, Kampusku MahalKampusku Sayang, Kampusku MahalKampusku Sayang, Kampusku Mahal

KA

DE

/KU

MA

LA

4 GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma

ILUSTRASI / DYAH AYU N. S.

Page 5: Gemakade November 2014

UtamaUtamaUtama

Pemisahan FSSR menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) tentunya akan berdampak pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bernaung di bawahnya. Semula FSSR mempunyai 8 UKM, yaitu Syiar Kegiatan Islam (SKI), Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK), Komunitas M a h a s i s w a K a t h o l i k ( K M K ) , Wiswakarman, Sentraya Bhuana, Teater Sastra (Tesa), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Kalpadruma, dan Komunitas Musik dan Film (KMF). Namun pada tahun ajaran 2013/2014, Pembantu Dekan I I I , Soepono Sasongko, meresmikan dua UKM baru, yaitu Saseru Study Club (SSC) dan Fotografi Klub Sastra Seni Rupa (Fokus). Dalam buletin Gemakade Edisi Khusus 2013 perihal Ancang-ancang Pembagian UKM, Soepono menga-takan bahwa UKM (sebelum ada UKM FOKUS – red) kedepannya akan bernaung di bawah FIB. Ketika ditemui di ruang kerjanya Rabu (15/10), hal tersebut kini dibenarkan oleh Dekan

semua UKM belum mempunyai rencana matang untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan pasca-pemisahan fakultas. Taufiq Renaldi salah satu pengurus Tesa mengatakan bahwa pihaknya belum membahas lebih jauh mengenai pemisahan FSSR yang berdampak pada administrasi UKM. “Wah belum ada obrolan tentang itu,” ungkapnya. Mengenai nasib keanggotaan setelah pemisahan fakultas, pengurus KMK, Pascalia Dian Safitri mengutara-kan bahwa anggota KMK masih dari mahasiswa sastra dan seni rupa. Senada dengan KMK, Syaifun Nur sebagai pengurus KMF mengatakan bahwa dari KMF untuk sementara walaupun fakultas berpisah, anggota yang dari FSRD masih diterima. Disinggung mengenai harapan setelah pemisahan UKM, para penggiat UKM menginginkan agar diadakannya sosialisasi mengenai pemisahan fakultas serta nasib UKM setelah pemisahan. “Biar semuanya lebih jelas, nanti mau seperti apa kedepannya,” ujar Syaifun mengenai alasan perlunya diadakan sosialisasi. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FSSR yang berfungsi sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi mahasiswa, berencana akan menye-lenggarakan acara Selayang Pandang bersama UKM. Acara tersebut bertujuan untuk membicarakan perencanaan dan langkah UKM setelah terbentuknya dua fakultas baru, FIB dan FSRD. “Baru merencanakan itu (acara Selayang Pandang – red), tapi belum tahu pastinya seperti apa,” ungkap Zahra Zulfi Khoirunisa selaku Wakil Presiden BEM FSSR. Kendati para pegiat UKM mengharapkan perlu diakannya sosialisasi mengenai nasib UKM pasca-pemisahan fakultas, Dekan FSSR tetap berharap agar pemisahan UKM terjadi secara alami. Pemisahan secara alami yang dimaksud adalah membiarkan mahasiswa baik dari FIB maupun FSRD bergabung dengan UKM yang diminatinya. Kalaupun ada anggota yang ingin keluar, hal tersebut merupakan kebutuhan pribadinya sendiri. “Jadi pisah secara alami, pisah menurut kebutuhan sendiri-sendiri,” jelasnya.[]

FSSR Riyadi Santosa. Meskipun belum ada surat keputusan secara resmi, Riyadi menyatakan bahwa setelah pemisahan FSSR, secara administrasi UKM akan masuk dalam naungan FIB. Hanya terdapat satu UKM saja yang masuk dalam naungan FSRD. “Seluruh UKM selain Fokus akan menjadi UKM Fakultas Ilmu Budaya, sedangkan untuk UKM Fokus akan menjadi UKM di Fakultas Seni Rupa dan Desain,” jelas Riyadi. Menanggapi nasib UKM pasca-pemisahan FSSR, beberapa pengurus UKM mengaku bahwa pihaknya belum mengetahui lebih lanjut mengenai hal tersebut. “Pertama larinya ke pembimbing UKM, klarifikasi dulu nasib UKM larinya ke mana,” ungkap Bili, salah satu pengurus Sentraya Bhuana. Pihaknya akan bertanya ke pem-bimbing UKM terlebih dahulu untuk menanyakan bagaimana nasib UKM setelah pemisahan fakultas. B e r b e d a d e n g a n B i l i , Baharuddin Usudullah selaku ketua umum SKI mengaku bahwa pihaknya telah terlebih dulu berbincang-bincang

dengan PD III guna menanyakan nasib UKM setelah pe-misahan fakultas. “Dari SKI kemarin kita pernah silatu-rahmi satu bulan yang lalu ke Pak Pono (PD III – red),” ujar Bahar.

Persiapan UKM

Pemisahan fakultas akan ber-dampak juga dalam sistem administrasi yang terdapat di-setiap organisasi. P e r m a s a l a h a n yang muncul tidak hanya mengenai adminis-trasi yang berkaitan dengan birokrasi, perma-salahan keang-gotaan pun menjadi hal membingung-kan yang dihadapi oleh UKM. Secara administrasi hampir

SorotanSorotanSorotan

5

Para pegiat UKM mulai resah mempertanyakan nasib mereka pasca pemisahan FSSR. Pemisahan alami pun ditawarkan sebagai jalan keluar.

Intan Nur, Alieza Nurulita

GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma

Nasib UKM Pasca-pemisahan FSSRNasib UKM Pasca-pemisahan FSSRNasib UKM Pasca-pemisahan FSSR

Suasana gedung UKM FSSR

KADE / ARUM

Page 6: Gemakade November 2014
Page 7: Gemakade November 2014

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Sebelas Maret tertanggal 20 Agustus 2014, UNS telah memiliki 10 fakultas dari yang sebelumnya hanya memiliki 9 fakultas. Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS (FSSR) kini telah menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Pemisahan FSSR mengundang banyak perhatian, khususnya dari mahasiswa FSSR sendiri.

Berbagai persiapan telah dilakukan pasca-pemisahan FSSR. Persiapan yang dilakukan bukan hanya dengan mem-percantik fasilitas dan persiapan adminis-trasi. Pemilihan dekanat hingga penggunaan gelar akademik yang akan digunakan kedua fakultas pun akan dipersiapkan.

Ditemui di ruang kerjanya, Rabu (15/10), Riyadi Santosa selaku Dekan FSSR mengatakan bahwa persiapan administrasi akan diselesaikan hingga Maret mendatang. Keanggotaan administrasi akan dibagi menjadi dua. Pada bulan Mei setelah pemilihan rektor, baru akan ada pemilihan siapa yang menjadi dekan dari kedua fakultas tersebut. Dengan begitu, ketika penerimaan mahasiswa baru di bulan Agustus, FIB dan FSRD telah mampu berdiri sendiri.

“Terus kita menyiapkan pindah ruangan untuk dekanat baru dan administrasi baru,” tutur Riyadi ketika disinggung mengenai persiapan fakultas untuk pemisahan FSSR. Setelah bulan Mei, kedua fakultas tersebut akan memiliki sistem administrasi yang berbeda. Namun secara fasilitas, keduanya masih menempati gedung yang sama.

Selain itu, Riyadi juga memaparkan perihal pembagian ruangan untuk kedua fakultas baru. Rencananya FIB akan menempati gedung I, gedung III, serta gedung IV lantai tiga dan empat. Di gedung IV lantai tiga dan empat rencananya digunakan sebagai Laboratorium FIB. Sementara itu untuk FSRD tetap menempati gedung II yang biasa digunakan sebagai ruang kuliah, laboratorium serta Studio Seni Rupa. Ruang dekanat dan ruang adminis-

sarjana humaniora,” ungkapnya.Mengenai pergantian gelar

akademik, sebenarnya hal tersebut berasal dari jurusan Ilmu Sejarah. “Yang problem itu untuk sejarah, masak sejarah kok gelarnya sastra, yo kui lak lucu to (itu kan lucu-red),” ungkap Riyadi. Menurutnya, sesudah adanya pergantian dekan baru, permasalahan pergantian gelar baru akan dibicarakan lebih lanjut untuk kemudian diajukan ke Dikti untuk disetujui.

Salah satu mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2012, Singgih Prasetyo mengungkapkan bahwa perubahan gelar akademik nampak-nya perlu dilakukan. Singgih berkata bahwa pergantian gelar tersebut harus disesuaikan dengan gelar di fakultas baru.

Sementara itu, ditemui di ruang kerjanya, ketua jurusan Ilmu Sejarah Sawitri menjelaskan bahwa pihaknya belum memikirkan adanya pergantian gelar. “Mungkin ada beberapa mahasiswa yang meng-inginkan pergantian gelar tersebut, tapi saat ini kami masih fokus dalam proses akhir pemisahan dan masalah administrasi.” Pihaknya juga me-njelaskan bahwa pergantian gelar tersebut juga menunggu eksekusi dari tim fakultas yang memang dibentuk guna menyelesa ikan po lemik pergantian gelar akademik.[]

trasi FSRD akan ditempatkan di gedung IV lantai satu dan dua.

Pemakaian fasilitas yang masih bersama, membuat pengelola-an bisa dilakukan juga oleh kedua fakultas secara bergantian. Mengenai hal tersebut, Ahmad Santosa salah satu mahasiswa Desain Komunikasi Visual angkatan 2011 menanggapi-nya dengan positif. “Kalau pengguna-an gedung harus dipakai bersama itu nggak masalah, karena awalnya juga kita satu keluarga. Jadi nggak masalah,” papar Ahmad. Sementara itu, Riyadi berharap agar mahasiswa tetap berpikir positif dalam menyikapi pemakaian fasilitas yang masih ber-samaan tersebut. “Saya harap kedua fakultas dapat bekerja sama dalam pemakaian fasilitas.”

Polemik Gelar Akademik

Saat ini pihak fakultas fokus kepada proses administrasi pemisah-an fakultas yang telah mencapai tahap akhir. Walaupun begitu, terkait dengan gelar kelulusan setelah FSSR berpisah, muncul beberapa wacana mengenai perubahan gelar akademik yang semula Sarjana Sastra (S.S.) berganti menjadi Sarjana Humaniora (S.Hum). Riyadi mengatakan bahwa pihaknya belum membahas lebih jauh perihal pergantian gelar tersebut. “Memang ada rencana itu (pergantian gelar akademik-red), tapi apa perlu

Isu yang terngiang di telinga para mahasiswa sejak beberapa tahun silam kini terwujud. Setelah melalui persetujuan pihak universitas dan menteri pendidikan dan kebudaya-an pemisahan FSSR bukan lagi wacana tetapi sudah masuk tahap akhir persiapan.

UtamaUtamaUtama

7GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma

KA

DE

/ A

RI

R.

Renovasi gedung II FSSR menjelang perpisahan

Tio Minar

Pemisahan FSSR,Pemisahan FSSR,Mulai dari Fasilitas hingga Gelar AkademikMulai dari Fasilitas hingga Gelar AkademikPemisahan FSSR,Mulai dari Fasilitas hingga Gelar Akademik

Page 8: Gemakade November 2014

Jajak PendapatJajak PendapatJajak Pendapat

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), Ke-menterian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2010 mencanangkan program bantuan biaya pendidikan bidik misi. Program ini diperuntungkan bagi calon mahasiswa kurang mampu secara ekonomi yang memiliki potensi akademik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Sebagian besar mahasiswa FSSR menikmati program bidik misi ini, namun program ini tidak disertai kemudahan da lam pe laksanaannya. Mahasiswa kerap kali kesulitan apabila pencairan dana telat dengan teknis yang rumit atau bermasalah. Dari jejak pendapat yang dilakukan oleh LPM Kalpadruma kepada 100 mahasiswa penerima bidik misi di lingkungan FSSR UNS, sebanyak 92 persen mahasiswa mengaku dana yang turun dari bidik misi tidak sesuai jadwal, dan sebanyak 51 persen mahasiswa merasa kesulitan dalam pencairan dana. “Memang benar mahasiswa meng-alami kesulitan dalam menerima pencairan dana bidik misi dan ini sudah menjadi masalah tiap dana itu turun. Hal ini sangat berdampak dan menimbulkan mala petaka bagi mereka yang memang meng-andalkan secara total dana dari bidik misi itu sendiri,” ungkap Anita Retno, salah satu penerima bidik misi angkatan 2013. Anita menerangkan, “Pada dasar-nya pencairan harus berdasarkan penetapan oleh rektor masing-masing perguruan tinggi dan diupdate ke Dikti tiap enam bulan. Kalau hanya SK (Surat Keputusan –red) dikti belum berhak menyalurkan dana. Kebijakan kembali ke kampus.”

kedua pada 29 Agustus, tahap ketiga pada 12 September. Pihaknya mengaku bahwa proses pencairan dana bidik misi baru diproses di bulan September. Pada akhir September seluruh persyaratan selesai untuk kemudian dikirim ke Jakarta. Dari proses tersebut, secara otomatis dana bidik misi memang seharusnya cair pada bulan Oktober. Djoko mengatakan bahwa dari bulan Agustus hingga September, proses seleksi hingga keluarnya surat keputusan rektor memakan waktu paling tidak dua bulan. “Yang lama itu dari proses seleksi, penetapan, aplikasi, dan seterusnya sampai koordinasi dengan bank. Kalau prosesnya sendiri cepat, asal detail itu sudah benar,” akunya. Mengenai ada tidaknya evaluasi atau perbaikan terhadap sistem bidik misi, sebanyak 41 persen mahasiswa sudah merasakan adanya evaluasi pada sistem pencairan dananya. Perubahan dan hal baru terkait ketentuan, mekanisme, organisasi pelaksana hingga pengelolaan dana tiap tahunnya adalah bukti pemerintah sedang mengevaluasi diri. Bukan hanya pemerintah atau pihak kampus saja yang terus berbenah, mahasiswa penerima bidik misi seyogianya juga harus ikut berbenah diri agar kualitas pelayanan sesuai dengan prinsip tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu. Penyelenggaraan program yang lebih baik, dapat membantu mahasiswa berprestasi untuk menyelesaikan masa studi dengan lancar dan tepat waktu, sehingga dapat diharapkan untuk ikut andil dalam meneruskan perjuangan bangsa dan memutus mata rantai kemiskinan.[]

Kebijakan tersebut meliputi periode pencairan dana yang dimulai dari pengajuan ke Dikti kemudian ke Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara (KPPN) dan terakhir kembali ke kampus. Tugas kampus untuk menyalurkan ke rekening mahasiswa penerima bidik misi. “Dan itu membutuhkan waktu yang lama karena harus mengalami pencarian, wawancara, survei, penetapan. Problemnya ada di mahasiswa yang pindah kampus, DO dan dinyatakan tidak layak dari segi IP memberikan masalah tersendiri”, tambah Anita. Saat ditemui di Kantor Biro Kemaha-siswaan, Djoko Sugiyatno, Kepala Bagian Kesejehteraan Mahasiswa mem-berikan klarifikasi mengenai cairnya bidik misi yang terkesan lamban. Djoko mengatakan bahwa periode akademik dan periode pencairan dana itu berbeda. Periode pencairan bidik misi dimulai bulan September, sedangkan periode akademik dimulai sejak mahasiswa ditetapkan sebagai mahasiswa baru pada bulan Agustus. “Jadi terkesan telat padahal sudah sesuai jadwal. Kita dari bagian Kesma (kesejahteraan mahasiswa – red) sendiri sudah lembur terus untuk mengejar target ribuan data,” jelasnya. Hasil poling membuktikan, bahwa 50 persen mahasiswa sebenarnya sudah mengerti dengan sistem bidik misi yang diterapkan di tiap angkatan, namun ada 35 persen mahasiswa FSSR penerima bidik misi tidak puas dengan sistem yang ada. Untuk lebih lengkapnya dari pihak kemahasiswaan turut memaparkan alur pencairan dana bidik misi. Bidik misi sendiri terdapat tiga tahap seleksi. Tahap pertama dan

Banyak mahasiswa FSSR menerima bantuan kuliah gratis dari program bidik misi, namun program bantuan dari pemerintah ini tidak disertai kemudahan dalam pelaksanaannya. Mahasiswa kerap kali kesulitan apabila pencairan dana telat dan teknis yang rumit atau bermasalah.

Dana Telat,Dana Telat,Mahasiswa Bidik Misi Tanyakan SistemMahasiswa Bidik Misi Tanyakan SistemDana Telat,Mahasiswa Bidik Misi Tanyakan Sistem

Zulyani Evi

Hasil Jajak Pendapat Bidik Misi dengan sampel 100 mahasiswa Bidik Misi

FSSR secara acak

8 GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma GEMAKADE Edisi November 2014 Kalpadruma

Apakah biaya yang turunsesuai jadwal ?

Ya Tidak Ragu-ragu

Apakah kamu merasa kesulitandalam pencairan dana ?

Ya Tidak Ragu-ragu

Apakah kamu puas dengansistem Bidik Misi ?

Ya Tidak Ragu-ragu

Apakah kamu mengerti sistemBidik Misi yang diterapkan

di angkatanmu ?

Ya Tidak Ragu-ragu

Apakah anda merasa ada evaluasi/perbaikan terhadap sistem

Bidik Misi ?

Ya Tidak Ragu-ragu

Apakah nominal uang sakumencukupi kebutuhanmu ?

Ya Tidak Ragu-ragu

23%

50%

27%

35%

31%34%

31%

40%

29%

34%

41%

25%

1%

92%

7%

33%

51%

16%