gedung pusat informasi mangrove

10
1) Gedung Pusat Informasi Mangrove (Mangrove Information Center (MIC) Building) Gedung ini dijadikan sebagai kantor operasional Mangrove Information Center (MIC). Ada beberapa ruangan di dalam gedung ini yang berfungsi sebagai ruang informasi, ruang seminar, ruang pameran, museum, perpustakaan, aquarium, dan arboretum. 2) Kolam Monitor (Monitoring Pool) Kolam monitor ini dibuat untuk penangkaran biawak yang ditangkap oleh warga di sekitar kawasan Mangrove Information Center (MIC). Tempat ini dijadikan sebagai atraksi wisata yang sangat menarik terutama bagi pengunjung anak-anak yang sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan alam secara langsung. 3) Areal Persemaian (Nursery Area) Beberapa saat beranjak dari gedung Mangrove Information Center (MIC) akan ditemukan areal persemaian. Lahan yang dipergunakan sebagai areal persemaian seluar 7.700 m2. Bagi para peneliti lingkungan, tempat ini biasanya dipergunakan sebagai lokasi penelitian yang sangat menarik. Sedangkan bagi pengunjung, di tempat ini akan diperkenalkan proses pembibitan pohon mangrove dan perawatan sebelum pohon-pohon mangrove tersebut ditanam, sehingga pengunjung mengetahui secara pasti tentang proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaan mangrove.

Upload: edmund-teofano

Post on 11-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kebetulan

TRANSCRIPT

Page 1: Gedung Pusat Informasi Mangrove

1) Gedung Pusat Informasi Mangrove (Mangrove Information Center (MIC) Building)

Gedung ini dijadikan sebagai kantor operasional Mangrove Information Center (MIC). Ada

beberapa ruangan di dalam gedung ini yang berfungsi sebagai ruang informasi, ruang seminar, ruang

pameran, museum, perpustakaan, aquarium, dan arboretum.

2) Kolam Monitor (Monitoring Pool)

Kolam monitor ini dibuat untuk penangkaran biawak yang ditangkap oleh warga di sekitar

kawasan Mangrove Information Center (MIC). Tempat ini dijadikan sebagai atraksi wisata yang

sangat menarik terutama bagi pengunjung anak-anak yang sama sekali tidak pernah berinteraksi

dengan alam secara langsung.

3) Areal Persemaian (Nursery Area)

Beberapa saat beranjak dari gedung Mangrove Information Center (MIC) akan ditemukan areal

persemaian. Lahan yang dipergunakan sebagai areal persemaian seluar 7.700 m2. Bagi para peneliti

lingkungan, tempat ini biasanya dipergunakan sebagai lokasi penelitian yang sangat menarik.

Sedangkan bagi pengunjung, di tempat ini akan diperkenalkan proses pembibitan pohon mangrove

dan perawatan sebelum pohon-pohon mangrove tersebut ditanam, sehingga pengunjung mengetahui

secara pasti tentang proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaan mangrove.

4) Kolam Sentuh (Touch Pool)

Kolam ini didesain secara khusus agar fauna hutan mangrove seperti kepiting dan mulusca dapat

hidup sebagaimana habitat aslinya. Dengan demikian maka para pengunjung dapat berinteraksi secara

langsung dan menyentuh fauna-fauna hutan mangrove tersebut dengan mudah. Di kolam ini sering

kali diadakan lomba menangkap kepiting sebagai atraksi wisata tambahan terutama bagi pengunjung

anak-anak.

5) Jembatan Kayu (Wooden Trail)

Page 2: Gedung Pusat Informasi Mangrove

Jembatan sepanjang kurang lebih 2,5 kilometer ini dirancang dengan konsep nature-based

development. Keseluruhan konstruksi jembatan ini termasuk tiang pancang, rangka dan geladaknya

menggunakan bahan baku kayu yang tahan terhadap panas dan air dan hanya bagian-bagian tertentu

saja terutama pada tempat keluar masuknya air dibangun dengan menggunakan semen dan batu

sehingga walaupun jembatan ini dibuat di sepanjang hutan mangrove tidak menimbulkan tekanan-

tekanan terhadap ekologi hutan mangrove. Jembatan kayu ini merupakan jalan yang digunakan untuk

jalur trekking, olahraga, pengamatan burung, memancing, dan kegiatan ekowisata lainya di kawasan

Mangrove Information Center (MIC).

6) Pondok Peristirahatan (Resting Hut).

Di sepanjang jembatan kayu terdapat pondok-pondok peristirahatan yang berjarak kurang lebih

500 meter dari satu pondok peristirahatan dengan pondok peristirahatan yang lainnya. Total jumlah

pondok peristirahatan sebanyak 5 buah. Tempat peristirahatan pertama bernama Pond Heron Hut,

terletak di gerbang masuk jembatan kayu menuju ke hutan mangrove. Tempat ini biasanya digunakan

sebagai tempat berkumpul bagi pengunjung yang datang secara berkelompok sebelum dan sesudah

melaksanakan kegiatan ekowisata di kawasan Mangrove Information Center (MIC).

Tempat peristirahatan kedua bernama Purple Heron Hut, terletak kira-kira 500 meter dari starting

point. Di tempat ini, pengunjung bisa melihat berbagai pohon mangrove yang indah dan beberapa

jenis kepiting dan ikan. Sering kali tempat ini juga dijadikan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung

yang melakukan kegiatan memancing di sekitar pondok peristirahatan ini.

Tempat peristirahatan ketiga bernama Spotted Dove Hut, terletak kira-kira 300 meter ke arah kiri

dari Menara Little Egret. Di sekitar pondok peristirahatan ini banyak tempat-tempat pemancingan.

Page 3: Gedung Pusat Informasi Mangrove

Tempat peristirahatan keempat bernama Wimbrel Hut, terletak kira-kira 600 meter ke arah kanan dari

Menara Little Egret. Di sekitar tempat ini dimanfaatkan sebagai tempat pencarian udang bagi

masyarakat lokal dan tempat memancing bagi para pengunjung.

Tern Hut merupakan tempat peristirahatan terbesar dan terakhir, letaknya kira-kira 500 meter dari

Wimbrel Hut. Dari tempat ini bisa melihat pemandangan laut yang sangat indah dan kegiatan para

nelayan di sekitar pelabuhan benoa. Tempat ini berkapasitas kira-kira 30 orang dan sering digunakan

untuk melaksanakan acara out door activity bagi para pengunjung yang datang dalam kelompok kecil.

Di sekitar Wimbrel Hut terdapat beberapa tempat pemancingan ikan dan penangkapan kepiting. Di

masing-masing pondok peristirahatan tersebut dilengkapi dengan papan informasi tentang ekologi

hutan mangrove, papan himbauan, papan larangan, dan tempat sampah.

7) Geladak Terapung (Floating Deck)

Geladak terapung dibangun dengan konstruksi khusus dan dilengkapi dengan beberapa

pelampung di bawah geladak sehingga bisa naik turun sesuai dengan pasung surut permukaan air laut.

Letaknya kira-kira 700 meter dari starting point jembatan kayu. Pengunjung yang berkunjung secara

langsung dapat menikmati dan merasakan pasang surutnya air laut sambil melihat berbagai flora

hutan mangrove seperti kepiting, udang, dan ikan. Geladak terapung ini sering dipergunakan untuk

tempat pengambilan gambar dan foto karena di sekelilingnya terdapat pemandangan hutan mangrove

yang sangat indah. Daya tampung geladak terapung ini seberat satu (1) ton atau 18 orang dewasa.

8) Menara Pandang (Viewing Tower)

Sebagai fasilitas pendukung dan untuk menambah fasilitas-fasilitas ekowisata yang sudah ada di

kawasan Mangrove Information Center (MIC), dibangun dua menara pandang yang terbuat dari kayu

yaitu; Little Egret Tower dengan ketinggian 10,25 meter dengan daya tampung maksimal sebanyak 20

orang dewasa dan Sun Bird Tower dengan ketinggian 8 meter dengan daya tampung maksimal

sebanyak 4 orang dewasa. Dari kedua menara ini dapat melihat pemandangan hutan mangrove yang

sangat luas dan hijau dengan udara yang sangat segar. Selain digunakan untuk melihat kawasan hutan

mangrove dari atas, menara-menara ini juga digunakan sebagai tempat untuk program pengamatan

burung (bird watching). Di masing-masing menara terdapat papan informasi, tempat duduk, larangan,

dan tempat sampah.

Page 4: Gedung Pusat Informasi Mangrove

a. Produk-Produk Ekowisata Hutan Mangrove

Produk-produk ekowisata yang ditawarkan di Kawasan Mangrove Information Center (MIC)

adalah tour pendidikan mangrove dan lintas alam (mangrove educational tour and trekking),

pengamatan burung (bird watcing), bermain kano (canoeing), bermain perahu (boating), dan

penanaman atau pengadopsian pohon mangrove (mangrove tree plantation or adoption). Berikut ini

adalah penjelasan lengkap mengenai bentuk-bentuk produk ekowisata dan model kegiatan ekowisata

yang ada di Kawasan Mangrove Information Center (MIC).

1) Mangrove Educational Tour and Trekking

Mangrove educational tour and trekking diawali dengan pemberian informasi pra tour (pre-tour

information) selama 30 menit di dalam kelas. Pengunjung diberikan informasi tentang arti, fungsi,

jenis, dan ekologi mangrove yang ditayangkan dengan menggunakan video dan presentasi dari staf

yang bertugas di bagian ekowisata. Di akhir presentasi juga diadakan acara tanya jawab, sehingga

pengunjung yang ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang mangrove dan ekowisata

bisa bertanya kepada petugas yang memberikan presentasi. Selama dalam perjalanan, pengunjung

akan diajak berkeliling di kawasan Mangrove Information Center (MIC) dan sepanjang jembatan

kayu yang dipandu oleh seorang pemandu wisata yang memiliki kompetensi dalam bidang mangrove

sehingga mampu mengkomunikasikan hutan mangrove beserta ekologinya dengan pengunjung.

Di sepanjang jalur trekking, pengunjung dapat melihat berbagai jenis pohon mangrove, kepiting,

ikan, udang, burung dan lain-lain. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti program ini sebesar

Rp.50.000 bagi pengunjung asing dan sebesar Rp. 35.000 bagi pengunjung domestik. Harga tersebut

sudah temasuk pelayanan, informasi pra tour dalam bentuk presentasi, pemanduan di lapangan, snack

dan makan siang. Pengunjung juga dapat melakukan kegiatan trekking dengan hanya membayar tiket

masuk sebesar Rp.5.000, tetapi tidak mendapatkan informasi, pemanduan, dan makan.

2) Bird Watching

Berbeda dengan kegiatan mangrove educational tour and trekking, kegiatan pengamatan burung

diawali dengan kegiatan lapangan yaitu dengan melihat langsung burung-burung yang ada di kawasan

Page 5: Gedung Pusat Informasi Mangrove

Mangrove Informationn Center (MIC) selama dua jam, setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan dalam

ruangan untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam tentang burung-burung yang baru saja

dilihat atau burung-burung yang sudah teridentifikasi oleh team peneliti di Mangrove Information

Center (MIC). Program ekowisata pengamatan burung diadakan di pagi hari sebelum jam enam pagi,

ini disebabkan karena karakteritik dari burung-burung pantai atau yang berada di kawasan hutan

mangrove berbeda dengan burung darat. Burung pantai biasanya keluar untuk mencari makan

sebelum matahari terbit sedangkan burung darat mencari makannya setelah matahari terbit karena

sebelum matahari terbit burung darat tidak akan keluar dari sarangnya. Biaya untuk mengikuti

program ini sebesar Rp.75.000 per orang. Biaya tersebut termasuk jasa pelayanan, pemandu wisata,

dan snack.

Kegiatan pengamatan burung di obyek ekowisata di kawasan Mangrove Information Center

(MIC) memiliki karakteristik tersendiri dan sangat berbeda dengan kegiatan pengamatan burung

konvensional lainnya yang ditawarkan oleh operator-operator pengamatan burung yang ada di Bali

yang burung-burungnya biasanya sengaja dikurung dan dipelihara di suatu areal tertentu untuk

dipertontonkan. Lain halnya dengan pengamatan di Mangrove Information Center (MIC), burung-

burungnya merupakan burung lepas dan memiliki karakteristik burung laut yang alami yang memiliki

keterikatan dengan ekologi hutan mangrove. Artinya, walaupun burung-burung tersebut tidak di

kurung namun burung-burung tersebut akan terus berada di dalam hutan mangrove.

Dua menara pandang yang ada di dalam kawasan Mangrove Information Center (MIC) sangat

membantu dalam pengamatan burung dari jarak jauh. Namun sangat disayangkan karena belum ada

alat pengamatan burung seperti binakuler yang disewakan di obyek ekowisata ini, sehingga hanya

orang-orang tertentu saja yang bisa melakukan pengamatan burung di obyek ekowisata ini. Pemandu

ekowisata pengamatan burungnya juga memiliki kompetensi (pengetahuan, keahlian, dan prilaku)

yang sangat bagus sehingga mampu menginterpretasikan dan menjelaskan secara keseluruhan tentang

burung-burung habitat hutan mangrove dengan baik.

3) Fishing

Memancing merupakan salah satu aktivitas untuk berinteraksi dengan alam yang sangat

menyenangkan. Di kawasan Mangrove Information Center (MIC) terdapat beberapa tempat untuk

memancing yang terletak di sepanjang jembatan kayu dan tempat-tempat peristirahatan. Di tempat-

tempat tersebut bisa memancing ikan, kepiting, dan udang. Pengunjung yang berkeinginan untuk

memancing harus membawa pancing dan umpan sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Bagi

pengunjung asing yang ingin mengikuti program memancing dikenakan biaya sebesar Rp.50.000 per

orang, sedangkan pengunjung domestik hanya dengan membayar tiket masuk kawasan Mangrove

Information Center (MIC) yaitu sebesar Rp.5.000 per orang.

Page 6: Gedung Pusat Informasi Mangrove

4) Canoeing

Kegiatan ekowisata bermain kano dilakukan dengan menelusuri aliran air yang menyerupai

sungai yang ada di kawasan mangrove Information Center (MIC) yaitu dari blok I sampai III. Ada

empat kano yang disewakan kepada pengunjung. Masing-masing kano berkapasitas dua orang yaitu

satu pengemudi yang merangkap sebagai pemandu ekowisata dan satu pengunjung. Dalam perjalanan

akan dijelaskan jenis-jenis pohon mangrove, waktu pasang dan surutnya air laut, dan prilaku dan cara

hidup berbagai fauna yang ditemukan selama perjalanan. Perjalanan ini berlangsung kurang lebih

selama dua jam. Pengunjung yang mengikuti program ini dikenakan biaya sebesar Rp. 80.000 per

orang. Biaya tersebut termasuk jasa pelayanan, pemandu wisata, dan snack.

5) Boating

Waktunya sama dengan canoeing tetapi jarak yang dilalui lebih jauh. Dari kantor ke Patung

Ngurah Rai, kemudian ke dekat pelabuhan benoa, ke blok III sampai blok I kemudian kembali ke

kantor. Ada dua jenis boat (besar dan kecil) yang disediakan untuk program ini. Boat kecil

berkapasitas 3 orang dengan harga Rp.150.000 per boat, sedangkan boat besar berkapasitas 5 orang

dengan harga Rp.300.000 per boat.

6) Mangrove Tree Plantation or Adoption

Program ini ditujukan kepada pengunjung yang mempunyai keperdulian yang tinggi terhadap

hutan mangrove. Pengunjung diberikan kesempatan untuk menanam atau mengadopsi salah satu jenis

pohon mangrove. Bagi pengunjung yang melakukan pengadopsian pohon mangrove, di pohon yang

ditanam tersebut akan ditempelkan nama penanam dan pengadopsi dan diberikan sertifikat

pengadopsian mangrove. Pemeliharaan pohon mangrove tersebut dibebankan kepada pengelola

program mangrove tree adoption dan pengunjung tersebut akan diberikan informasi pertumbuhan dan

foto perkembangannya secara berkala melalui media internet.

Bagi pengunjung yang memilih kegiatan ini dikenakan biaya sebesar Rp.750.000 per tahun untuk

pengadopsian satu pohon mangrove. Nama pengadopsi pohon mangrove tersebut akan masih

ditempel apabila pengadopsi masih membayar iuran tahunan yang ditentukan, apabila pengadopsi

tidak membayar iuran tersebut maka namanya akan dilepas. Namun, penanaman mangrove bisa juga

dilakukan dengan tanpa mengadopsinya. Pengunjung diberikan kesempatan untuk menanam pohon

mangrove di lokasi yang telah ditentukan.

Kegiatan penanaman mangrove biasanya dilakukan oleh sekolah-sekolah atau universitas yang

memiliki keperdulian terhadap pentingnya pelestarian hutan khususnya hutan mangrove. Sebelum

melakukan penanaman pohon mangrove, pengunjung harus mengkordinasikan rencananya dengan

pengelola kegiatan ekowisata agar memudahkan penyiapan jumlah bibit pohon mangrove yang akan

Page 7: Gedung Pusat Informasi Mangrove

ditanam. Pengunjung-pengunjung tersebut dapat berinteraksi langsung dengan mangrove dengan cara

diberikan kesempatan untuk menanam mangrove sendiri sehingga mampu meningkatkan

keperduliannya terhadap pentingnya konservasi dan pelestarian hutan khususnya hutan mangrove.

Penanaman pohon mangrove juga dapat memotivasi pengunjung untuk melakukan kunjungan

ulang (repeated visit) ke obyek ekowisata hutan mangrove di kawasan Mangrove Information Center

(MIC). Ini membuktikan bahwa dengan cara melibatkan pengunjung secara aktif dalam penanaman

pohon mangrove maka kesadaran terhadap pentingnya perlindungan hutan mangrove akan muncul

dengan sendirinya dari pengunjung. Jadi, daya tarik ekowisata penanaman mangrove atau

pengadopsian pohon mangrove dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikan lingkungan yang

efektif