analisis konstruksi sistem perpipaan hidran gedung pusat administrasi kampus iii...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS KONSTRUKSI SISTEM PERPIPAAN HIDRAN GEDUNG PUSAT ADMINISTRASI KAMPUS III
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CAE
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun oleh : Yohanes Acep Nanang Kardana
NIM : 055214024
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
ii
THE ANALYSIS OF HYDRANT CONSTRUCTION IN THE ADMINISTRATION CENTRE BUILDING OF THE 3rd CAMPUS OF
SANATA DHARMA UNIVERSITY USING CAE
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering
by :
Yohanes Acep Nanang Kardana Student Number : 055214024
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
TECHNOLOGY AND SCIENCE FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY0
YOGYAKARTA 2009
SKRIPSI
ANALI$S KONSTRUIGI SISTEM PERPIPAAIY HIDRAN
GEDUNG PUSAT ADMINISTRASI KAMPUS IU
TNTYERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Tanggal,l I Descmber 20@
Tel*h disetujui oleh:
Pembimbing
MENGGIJNAKA}I CAE
y ffi^"t?' bpd:f.
\ {" 1&.6.-*\\ ^fr\ ol* il -n-",
Budi Sugiharto, S.T.,M.T.
PER}TYATAAIY KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karyayang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu PergunranTinggr, dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapatyang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacudalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 24 November 2009,n
4t L--{71// /_I
----J
Yohanes Acep Nanang K.
vi
INTISARI
Hidran merupakan sarana pemadam kebakaran gedung yang harus selalu siap digunakan sehingga diperlukan jaminan keamanan untuk konstruksinya. Analisis kekuatan konstruksi hidran dilakukan dengan metode element hingga pada sebuah model tiga dimensi dengan bantuan komputer sehingga dapat diketahui penyebaran besarnya tegangan dan angka keamanan pada setiap titik dari model.
Pada analisis ini akan dibuat model tiga dimensi dari sistem perpipaan hidran dengan perbandingan dimensi 1 : 1 dengan menggunakan software SOLIDWork. Pada model tersebut kemudian dilakukan analisis aliran fluida menggunakan COSMOSFloWork untuk mengetahui besarnya tekanan fluida pada dinding bagian dalam pipa. Tekanan pada dinding dalam pipa merupakan beban kerja konstruksi sistem perpipaan yang mengakibatkan terjadinya tegangan pada konstruksi, untuk mengetahui besarnya tegangan yang tersebar pada elemen konstruksi perpipaan dilakukan analisis kekuatan konstruksi dengan metode elemen hingga (Finite Element Methode) menggunakan COSMOSWork.
Analisis konstruksi sistem perpipaan hidran dilakukan saat hidran beroperasi, yang menghasilkan tekanan fluida terbesar 719 kPa dan tegangan terbesarnya adalah 24 Mpa. Tekanan fluida dan tekanan terbesar terjadi pada konstruksi hidran di lantai basement ketika air mengalir keluar dari hidran di lantai empat. Pada posisi yang sama, angka keamanan yang terjadi adalah terkecil sebesar 14.
Kata kunci : Hidran, SOLIDWork, COSMOSFloWork, COSMOSWork, Finite Element Methode
PUBLIKASI KARYA ILMIAH T]NTUK KEPENTINGAI{ AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Yohanes Acep Nanang Kardana
NomorMahasiswa :055214024
Demi Perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
*ANALISIS KONSTRUKSI SISTEM PERPIPAAN HIDRANGEDI]NG PUSAT AI}hIIMSTRASI KAMPUS ilI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTAMENGGUNAKAII CAE''
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta.
Pada Tanggal:24 November 2009
Yang menyatakan.,4, / l
, / l / , / ,"#l t /*a' , 'L ' I
-__ -/(Yohanes Acep Nanang K.)
vll
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta kasihdan segala anugrah yang telah diberikanNya sehingga tugas akhir ini dapatterselesaikan dengan baik.
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari peran banyak pihak yangmembantu baik secara fisik maupun moril. Oleh karena itu dengan segalakerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bunda Maria atas kasih dan penyertaan yang tak kunjung henti padapenulis.
2. Bapak Budi Sugiharto, S.T.,M.T., selaku Ketua Program Studi TeknikMesin dan pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untukmembimbing penulis.
3. Bapak Yosef Agung Calryant4 S.T.'M.T., selaku Dekan FST-USD.4. Bapak Ir. Rines, M.T., dan D. Dodi Purwadianto, S.T.,M.T., selaku
dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangatmembangun.
5. Kedua orang fua penulis yang telah membesarkan dan selalumemberikan semangat dan dukungan moral dan materi.
6. Seluruh dosen pengajar, staf laboratorim dan staf administrasi proditeknik mesin atas bimbingan dan bantuan selama penulis menimbailmu di Universitas Sanata Dharma.
7. Serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu,yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini secaralangsung maupul tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaikidalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan dankritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga tugasakhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca. Tuhan Yesusmemberkati.
Yogyakart4 24 November 2009
4t n_.ftr6t'(
1X
Yohanes AcepNanang K
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
TITLE PAGE .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... v
INTISARI ........................................................................................................ vi
HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.l Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 3
BAB II. DASAR TEORI ................................................................................ 4
2.1 Sistem Hidran ................................................................................. 4
2.1.1 Sistem Perpipaan ................................................................... 4
2.1.2 Pompa dan Hydrophore ......................................................... 11
2.1.3 Sistem Penjernih Air .............................................................. 14
2.1.4 Bak Penampungan ................................................................. 14
2.2 Dinamika Fluida ............................................................................ 15
xi
2.3 Sifat Material .................................................................................. 18
2.3.1 Modulus Elastisitas Bahan ..................................................... 18
2.3.2 Angka Poisson Ratio ............................................................. 18
2.3.3 Modulus Geser ....................................................................... 19
2.3.4 Massa Jenis ............................................................................ 19
2.3.5 Tensile Strenght ..................................................................... 20
2.3.6 Yield Strenght ........................................................................ 20
2.4 Computer Aided Engineering (CAE) ............................................. 21
2.4.1 Finite Element Analysis (FEA) ............................................. 21
2.4.2 Computational Fluid Dynamic (CFD) ................................... 24
BAB III. LANGKAH ANALISIS .................................................................. 25
3.1 Spesifikasi Pipa Hidran dan Perangkat Analisis ............................ 25
3.1.1 Pipa Hidran ............................................................................ 25
3.1.2 Perangkat Analisis ................................................................ 25
3.2 Metode dan Tata Kerja .................................................................... 26
3.2.1 Pengambilan data lapangan ................................................... 26
3.2.2 Membuat model tiga dimensi ................................................ 27
3.2.3 Menjalankan analisis aliran fluida ......................................... 29
3.2.4 Analisis konstruksi dengan FEA ........................................... 32
3.2.5 Melakukan analisis dengan beberapa asumsi ....................... 35
BAB IV. ANALISIS DATA ........................................................................... 37
4.1 Data Hasil Analisis ......................................................................... 37
4.2 Kesesuaian Data Hasil Analisis Dengan Teori ............................... 42
4.2.1 Tekanan ................................................................................. 42
4.2.2 Tegangan ............................................................................... 42
xii
4.2.3 Faktor Keamanan (FOS) ........................................................ 43
4.2.4 Tekanan Pecah Dinding Pipa ................................................. 44
BAB V. KESIMPULAN ................................................................................ 45
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Reducing Tee .............................................................................. 7
Gambar 2.2 Elbow (belokan) .......................................................................... 8
Gambar 2.3 Cross ........................................................................................... 8
Gambar 2.4 Concentric Reducer dan Ecentric Reducer ................................. 9
Gambar 2.5 Udara tertekan karena bertambahnya volume air ........................ 13
Gambar 2.6 Kurva Tegangan dan Regangan .................................................. 20
Gambar 2.7 Node pada element tetrahedral ................................................... 22
Gambar 2.8 Model dan model setelah meshing .............................................. 22
Gambar 2.9 Arah normal, shear dan principal stress .................................... 23
Gambar 3.1 bagian yang tertanam di tembok gedung (kuning) ...................... 28
Gambar 3.2 Tekanan pada lid bawah (dilambangkan panah warna biru) ....... 30
Gambar 3.3 Tekanan pada lid atas .................................................................. 31
Gambar 3.4 Kumpulan fluid cell hasil meshing .............................................. 32
Gambar 3.5 Pipa di lantai basement ................................................................ 34
Gambar 4.1 Grafik perbandingan tegangan .................................................... 37
xiv
Gambar 4.2 Grafik perbandingan FOS ........................................................... 39
Gambar 4.3a Posisi tegangan terbesar ............................................................ 40
Gambar 4.3b Posisi FOS terkecil .................................................................... 40
Gambar 4.4 Gambaran peningkatan tekanan dari lantai empat hingga
basement .................................................................................... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Sistem perpipaan digunakan secara luas oleh masyarakat, hampir di setiap
konstruksi mesin dan bangunan yang digunakan oleh masyarakat memiliki sistem
perpipaan, atau dengan kata lain sistem perpipaan sangat dekat dengan
masyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya analisis kekuatan konstruksi yang
teliti terhadap sistem perpipaan yang telah dibangun sehingga benar-benar aman
ketika digunakan. Analisis tersebut perlu dilakukan di sistem hidran karena hidran
merupakan sarana yang harus selalu siap digunakan setiap waktu dan tidak
berfungsinya hidran pada saat dibutuhkan bisa menjadi sebuah bencana.
Analisis yang seringkali dilakukan adalah dengan metode pengujian
langsung di laboratorium untuk mendapatkan data-data yang diperlukan,
kemudian dari data-data yang didapat tersebut dilakukan perhitungan secara
manual dengan mengasumsikan bahwa besarnya tekanan internal yang bekerja
pada semua bagian sistem adalah sama untuk mendapatkan angka keamanannya.
Namun metode ini memerlukan biaya besar dan hanya dapat dilakukan sebelum
sistem perpipaan tersebut dibangun karena tidak mungkin untuk merusak sistem
perpipaan yang sudah jadi. Selain itu metode ini tidak benar-benar teliti karena
pada kenyataannya beban yang diterima pipa tidaklah seragam, misalnya pada
belokan atau lengkungan pipa yang menerima beban lebih oleh karena tumbukan
air. Selain itu metode ini juga sulit dilakukan pada komponen perpipaan yang
2
memiliki dimensi sangat besar karena sulit untuk diuji. Metode lain yang bisa
digunakan adalah dengan menggunakan komputer, yaitu dengan membuat model
kemudian menganalisisnya dengan perangkat lunak CAE (Computer Aided
Engineering)
CAE (Computer Aided Engineering) adalah suatu perangkat lunak
komputer yang digunakan untuk membantu menganalisis rancangan teknik
dengan cara memperhitungkan model dari rancangan tersebut. CAE yang
digunakan untuk analisis hidran ini adalah ”Cosmos Work”, dengan menggunakan
Cosmos Work analisis bisa dilakukan tanpa melakukan pengujian di laboratorium,
tetapi dapat dilakukan dengan membuat model rancangan 3 dimensi kemudian
menjalankan program analisisnya.
I.2. Perumusan Masalah
Pada penelitian ini akan dibuat model 3 dimensi dari kostruksi hidran di
Gedung Administrasi Pusat Kampus III Sanata Dharma dengan skala 1 : 1 dari
pipa hidran paling atas (di lantai 4) hingga pipa paling bawah dengan batas
sambungan lasnya. Untuk mendapatkan titik-titik kritis dan juga FOS (Factor Of
Safety) dari konstruksi, pada model tersebut akan dilakukan analisis aliran fluida
dengan tekanan maksimum dari hydrophore sebagai tekanan sisi masuk untuk
boundary conditionnya dan tekanan 1 ATM sebagai tekanan sisi keluarnya untuk
mendapatkan gambaran penyebaran tekanan dan variasi kecepatan yang terjadi.
Analisis kekuatan struktur konstruksi dijalankan dengan bebannya adalah data
penyebaran tekanan dari analisis aliran, berat konstruksi dan fluida kerja karena
3
gravitasi pada suhu kamar. Sifat-sifat material yang dimasukkan untuk analisis
disesuaikan dengan material yang digunakan pada konstruksi asli.
I.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian, yaitu
1. Mengetahui penyebaran tekanan pada permukaan pipa dalam sistem
hidran.
2. Mengetahui penyebaran tegangan von mises yang terjadi pada
konstruksi kerena beban-beban yang diterima.
3. Mengetahui FOS (Factor Of Safety) dari konstruksi yang dianalisis.
Manfaat penelitian, yaitu
1. Mendapatkan jaminan keamanan kostruksi hidran yang dianalisis.
2. Mengetahui bagian-bagian konstruksi hidran yang mengalami beban
besar sehingga dapat diutamakan perawatannya.
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sistem Hidran
Hidran merupakan sarana pemadam kebakaran yang menggunakan media
air untuk mematikan api. Air dari bak penampungan di alirkan melalui pipa-pipa
penyalur menggunakan pompa. Sistem hidran yang bekerja di Kampus 3
Universitas Sanata Dharma tediri atas :
1. Sistem perpipaan.
2. Pompa dan Hydrophore.
3. Sistem penjernih air.
4. Bak penampungan (reservoir).
2.3.1 Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan pada hidran merupakan jalur utama distribusi air
dari lokasi sumber air (sumur) menuju reservoir dan juga dari reservoir
menuju titik penempatan kotak pemadam kebakaran di tiap lantai gedung.
Tanpa pipa maka tidak dapat disebut sebagai sistem hidran, tetapi hanya
alat penyemprot air.
5
Sistem perpipaan terdiri dari berbagai komponen yang menjadi
pendukung, sehingga dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Komponen-
komponen dari sistem perpipaan adalah pipa, sambungan, flanges, serta
komponen lain yang digunakan untuk mendistribusikan fluida.
a. Pipa
Pada dasarnya pipa merupakan tabung dengan bentuk silinder yang
panjang, di dalam tabung inilah fluida mengalir. Pada setiap perancangan
sistem perpipaan digunakan pipa dengan spesifikasi tertentu disesuaikan
dengan kondisi perancangannya, kondisi perancangan ini meliputi :
1. Tekanan rancang (design pressure).
2. Temperatur rancang (design temperature).
3. Dampak lingkungan (ambient effects).
4. Beban Dinamik (dynamic effects).
5. Beban berat (weight effects).
6. Beban termal (thermal expansion and contraction effects).
7. Dampak pergerakan tumpuan (effects of support, anchor and
terminal movement).
8. Dampak penurunan ductility (reduced ductility effects).
9. Beban yang berubah secara siklik (cyclic effect).
10. Dampak kondensasi udara (air Condensation effects).
6
Standard spesifikasi untuk setiap komponen sistem perpipaan
dikeluarkan oleh ASTM (American Society of Testing Materials) dan
ASME (The American Society of Mechanical Engineers).
Dalam spesifikasi pipa, terdapat istilah schedule, yang merupakan
istilah untuk pembagian kelas dalam pipa. Schedule ditulis dalam bentuk
penomoran untuk membedakan spesifikasi pipa, karena masing-masing
schedule memiliki spesifikasi tersendiri. Misal pada pipa dengan ukuran
nominal sebesar 1/8 NPS (Nominal Pipe Size), memilki ketebalan pipa
yang berbeda untuk masing-masing schedule.
Perbedaan schedule ini berguna untuk penggunaan pipa yang
berbeda pada ukuran nominal pipa yang sama. Perbedaan antara schedule
yang satu dengan schedule yang lain, terletak pada ketebalan pipa,
dihitung dari diameter luar (outside diameter). Semakin tebal sebuah pipa,
maka semakin kuat pipa tersebut.
Untuk keperluan dunia industri, berdasarkan kondisi tekanan kerja
yang digunakan dalam perancangan pipa dikenal pipa standard (STD)
untuk tekanan paling rendah. Kemudian Extra Strong (XS) untuk tekanan
yang lebih tinggi. Dan selanjutnya pipa untuk keperluan tekanan yang
lebih tinggi lagi dikenal Double Extra Strong (XXS).
b. Sambungan
Sambungan pipa merupakan bagian dari sistem perpipaan, yang
berfungsi menyambung sebuah pipa dengan pipa yang lain untuk
7
keperluan tertentu. Sambungan perpipaan dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu :
1. Sambungan dengan menggunakan pengelasan.
2. Sambungan dengan menggunakan ulir.
3. Sambungan menggunakan flens (flange).
Penggunaan jenis sambungan ini bergantung pada besar diameter
pipa serta besarnya tekanan. Untuk pipa dengan tekanan rendah dan
diameter dibawah 2 inci digunakan sambungan ulir.
Dari kedua kelompok jenis sambungan di atas, sambungan pipa
masih dibagi lagi dalam bentuk-bentuk tertentu, sesuai dengan kebutuhan
sistem perpipaan. Jenis-jenis sambungan tersebut adalah tee, elbow, cross,
dan reducer.
1. Tee (Sambungan Tee)
Sambungan Tee merupakan sambungan yang
menghubungkan pipa dengan pipa, sehingga menghasilkan
percabangan pipa. Gambar 2.1 memperlihatkan salah satu contoh
sambungan Tee.
Gambar 2.1 Reducing Tee
8
2. Elbow (belokan)
Elbow adalah sambungan yang menghubungkan satu pipa
dengan pipa yang lain, untuk mengubah arah pipa dalam sudut
tertentu. Kebanyakan sudut yang digunakan adalah sebesar 900,
namun terdapat juga elbow dengan sudut 450 untuk keperluan
tertentu. Gambar 2.2 memperlihatkan contoh belokan pipa.
Gambar 2.2. Elbow 450 dan 900
3. Cross
Cross adalah sambungan antar satu pipa dengan pipa yang
lain sehingga menghasilkan empat percabangan pipa. Contoh dari
cross diperlihatkan pada Gambar 2.4
Gambar 2.3. Cross
9
4. Reducer
Reducer adalah bagian dari sistem perpipaan yang
menghubungkan sebuah pipa dengan pipa yang berdiameter lebih
kecil. Hal ini bertujuan mengubah kecepatan aliran fluida yang
mengalir dalam pipa menjadi lebih tinggi dengan memanfaatkan
penyempitan luas pipa. Gambar 2.5 mempelihatkan contoh
Reducer.
Gambar 2.4. Consentric Reducer (kiri) dan Ecentric Reducer
(kanan)
c. Perhitungan Pada Pipa
1. Tebal dinding pipa
Pipa yang digunakan dalam konstruksi hidran di Kampus 3
Universitas Sanata Dharma memiliki bahan AISI 1020. Pada
sambungan percabangan pipa menggunakan tipe reducer tee dan
pada ujung pipa yang terhubung pada lemari selang menggunakan
Consentric Reducer. Untuk menentukan ketebalan dinding pipa
digunakan Persamaan 2.1 ( Sam Kannappan, P.E, Hal 22 ).
10
)(2 PYSEDPt+×
= ......................................... (2.1)
Keterangan :
t = tebal pipa (inchi)
P = tekanan di dalam pipa ( psi )
D = diameter luar pipa ( inchi )
S = tegangan tarik yang diijinkan ( psi )
E = faktor kualitas
Y = koefisien yang tergabung dalam suhu dan bahan
2. Tekanan Pecah Pipa (Burst Pressure)
Pipa yang digunakan adalah jenis tube (pipa tabung)
percabangan dilakukan dengan cara pemasangan tee 900 kemudian
di las dengan pipa saluran atau dengan penambahan flanges pada
setiap ujung tee, adapun hal yang perlu diperhitungkan dalam
memilih ukuran tube adalah tekanan pecah (burst pressure), hal ini
bertujuan untuk menentukan kualitas bahan dari tube itu sendiri.
Pada umumnya untuk menentukan tekanan pecah pada pipa dapat
dicari dengan Persamaan 2.2 (www.Hydraulic.com).
( )22
22 )(PdD
dDS+−×
= ........................................(2.2)
Keterangan :
11
P = Tekanan pecah (psi)
S = Minimum Ultimate Tensile Strength dari material (psi)
D = Diameter luar ( in )
d = Diameter dalam dari tube ( in )
2.3.2 Pompa dan Hydrophore
a. Pompa
Pompa hidrolis adalah sebuah mesin yang berfungsi mengubah
energi mekanis menjadi energi tekanan fluida (modul praktikum pompa
seri/parallel, Ir. YB. Lukiyanto). Pada sistem hidran pompa berfungsi
untuk mengalirkan air dari sumber air (sumur) ke bak penampungan
(reservoir) dan dari bak penampungan kedalam instalasi pipa hirant.
Pada sistem hidran di Kampus 3 Universitas Sanata Dharma
digunakan dua buah pompa centrifugal untuk mengalirkan air dari bak
penampungan ke instalasi pipa hidrant yaitu :
1. Pompa hidran utama
Merupakan pompa centrifugal yang memiliki daya 30 kW
dan beroperasi secara otomatis jika sistem hidran memerlukan debit
air yang besar. Pada saat beroperasi, pompa secara otomatis mati
bila tekanan pada hydrophore mencapai 7,2 kg/cm2 dan akan
12
menyala kembali ketika tekanan di dalam hydrophore turun hingga
4,5 kg/cm2 karena air mengalir ke keluar dari sistem hidran.
2. Pompa Jockey
Merupakan pompa centrifugal yang memiliki daya 5 kW
dan beroperasi untuk memenuhi kebutuhan air dengan debit kecil
seperti penyiraman taman (sistem hidran terintegrasi juga dengan
saluran pipa kecil untuk kebutuhan taman). Pada saat beroperasi,
pompa secara otomatis mati bila tekanan pada hydrophore
mencapai 6,8 kg/cm2 dan akan menyala kembali ketika tekanan di
dalam hydrophore turun hingga 4,5 kg/cm2 karena air mengalir ke
keluar dari sistem hidran.
Pompa jockey dan pompa hidran utama bekerja bergantian
diatur oleh panel kontrol otomatis. Jika debit air yang keluar kecil
maka yang bekerja hanya pompa jockey, dan pada limit tertentu
ketika ketika debit air yang keluar dibutuhkan besar maka pompa
hidran utama akan menyala dan pompa jockey akan mati.
Pompa hidran harus dapat bekerja setiap saat ketika
dibutuhkan karena merupakan sarana penanggulangan bencana
yang tak terduga. Penggerak pompa yang digunakan untuk hidran
adalah motor listrik, maka disediakan genset untuk menyuplai daya
listrik ke motor pompa bilamana listrik dari jaringan mati sehingga
sistem hidran dapat selalu bekerja.
13
b. Hydrophore
Hydrophore merupakan suatu bejana/tabung yang berfungsi untuk
mempertahankan atau menstabilkan kebutuhan tekanan fluida pada suatu
jaringan perpipaan.
Hydrophore bekerja berdasarkan Hukum Boyle yang menyatakan
bahwa jika temperatur (T) sejumlah gas yang diberikan dipertahankan
konstan, maka volume (V) gas akan berubah berbanding terbalik dengan
tekanan (P) absolut gas. Hukum Boyle dijelaskan dalam Persamaan 2.3
dan diilustrasikan dalam hydrophore pada Gambar 2.6.
1
2
2
1
PP
VV
= ..............................................(2.3)
Gambar 2.5 Udara tertekan karena bertambahnya volume air.
Pada rumah pompa di Kampus III Universitas Sanata Dharma,
hidrophore yang digunakan untuk hidaran berkapasitas 500 liter dengan
memiliki tekanan ijin 15 kg/cm2, namun tekanan kerja maksimum hirant
hanya 7,2 kg/cm2.
P1V1 Udara
T1
Udara termampatkan dengan temperatur konstan
P1 < P2T1 = T2V1 > V2AIR
P1
V2 Udara T1
AIR
14
2.3.3 Sistem Penjernih Air
Penjernihan air yang digunakan untuk hidran dilakukan sebelum
air masuk ke bak penampungan. Penjernihan dilakukan 3 tahap yaitu
pengendapan kotoran di bak pengendapan, penyaringan air dengan
saringan pasir dan yang ketiga adalah penyaringan air dengan saringan
karbon. Air yang telah bersih ditampung di reservoir yang terdapat di
bawah rumah pompa.
2.3.4 Bak Penampungan (Reservoir)
Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan
digunakan untuk menampung air guna keperluan hidran dan juga air
bersih. Reservoir ini berupa bak yang berdimensi 3,6 x 1 x 1 meter dan
berada di dalam tanah di bawah rumah pompa sehingga memudahkan
pengaliran air ke pompa-pompa. Bak ini didalamnya terbagi menjadi dua
ruang yang dipisahkan oleh gerbang air dimana salah satu ruang digunakan
untuk keperluan penampungan air bersih dan ruang lainnya untuk
penampungan air hidran. Gerbang air memungkinkan pemindahan air
bersih ke ruang hidran, namun tidak untuk sebaliknya.
Pemindahan air bersih ke bak hidran dimungkinkan untuk
mengantisipasi kondisi darurat bila air hidran habis ketika masih
diperlukan sehingga proses pemadaman tidak terganggu. Tetapi air hidran
tidak dapat digunakan untuk keperluan air bersih karena pada saat
15
penyaringannya air untuk hidran tidak diutamakan kebersihannya.
2.2 Dinamika Fluida
Dalam sistem perpipaan, gesekan yang diakibatkan oleh fluida dan pipa
atau house menyebabkan penurunan tekanan (preassure drop), ini harus
diperhitungkan pada saat perancangan perpipaan. Hal ini dikarenakan apabila
penurunan tekanan terjadi sangat besar maka kecepatan pada ujung nozle
penyemburan akan menjadi kecil sehingga jarak pemadaman kebakaran akan
menjadi kecil. Untuk mencari penurunan tekanan pada pipa lurus terlebih dahulu
harus diketahi kecepatan fluida (v), angka reynold (Re), faktor gesekan (ƒ) dan
penurunan head karena gesekan ( fh ) yang dijabarkan pada Persamaan 2.4 – 2.10
1. Perhitungan kecepatan fluida
........................................... (2.4)
v = kecepatan aliran (ft/sec)
Q = Debit (L/sec)
di = Diameter dalam pipa
2. Perhitungan Reynold Number (Re)
........................................... (2.5)
Re = Bilangan Reynold
di = diameter dalam pipa (mm)
16
v = kecepatan aliran rata-rata (m/sec)
ρ = kerapatan fluida (kg/m2)
µ = viskositas dinamik (Pa detik)
Berdasarkan percobaan klasifikasi aliran fluida dalam pipa,
ditetapkan bahwa bilangan Reynold (Re) untuk :
- Lebih kecil dari 2000, aliran fluida disebut laminer.
- Antara 2000 s/d 4000, aliran fluida disebut transisi.
- Lebih besar dari 4000, aliran fluida disebut turbulen.
Sedangkan klasifikasi untuk aliran fluida di saluran terbuka
berdasarkan bilangan Reynold (Re) adalah :
- Re < 500, disebut aliran laminer.
- 500 < Re < 12500, disebut aliran transisi.
- Re > 12500, disebut aliran turbulen.
3. Perhitungan faktor gesekan
Rumus berikut berlaku untuk aliran laminer
Re64)( =fkanFaktorGese ………………….............…….. (2.6)
Untuk aliran turbulen
ƒ = 0.3164 . Re-0.25 ………………………………......…… (2.7)
17
4. Perhitungan kehilangan head gesekan (rumus Darcy)
gV
dLfh
if .2
..2
= ……………………..….… (2.8)
fh = Penurunan head karena gesekan (m)
L = Panjang pipa (m)
di = Diameter dalam pipa
g = Percepatan gravitasi
5. Persamaan Kontinuitas
ρ1 . g1 . V1 = ρ2 . g2 . V2 ……………………….………… (2.9)
6. Persamaan Bernaulli pada fluida nyata
∑∑ ++++=++ fe hhZg
Vg
PZg
Vg
P2
222
1
211
.2..2. ρρ………… (2.10)
Z = energi potensial (ketinggian) (m)
gP.ρ
= energi tekanan (m)
gV
.2
2
= energi kinetik (m)
eh = kehilangan head karena belokan atau pengecilan pipa
18
2.3 Sifat Material
2.3.1 Modulus Elastis Bahan
Pada kurva tegangan regangan hasil pengujian bahan, deformasi
(regangan) di daerah elastik menunjukan sifat proporsional atau sebanding
lurus dengan tegangan. Hubungan lurus ini disebut modulus elastik, dan
dalam hal deformasi tarik disebut modulus elastik memanjang atau
modulus young yang dinyatakan dengan E pada Persamaan 2.11.
ετ
=E ............................................ ( 2.11 )
Keterangan :
E = Modulus Elastisitas ( N/m2)
τ = Tegangan ( Mpa )
=ε regangan
2.3.2 Angka Poisson Ratio
Pada pengujian tarik, selain terjadi deformasi memanjang (searah
gaya yang bekerja) terjadi juga deformasi melintang (tegak lurus arah
gaya). Perbandingan regangan ini disebut perbandingan poisson atau
poisson ratio yang dinyatakan dengan υ pada Persamaan 2.12.
l
rvεε
= ............................................ (2.12)
19
2.3.3 Modulus Geser (Shear modulus)
Modulus geser adalah modulus karena tegangan geser, digunakan
Persamaan 2.13 untuk menentukannya.
....................................... (2.13)
Keterangan :
µ = Modulus geser ( N/m2 )
E = Modulus elastisitas ( N/m2 )
υ = Poisson ratio
2.3.4 Massa Jenis (Mass Density)
Massa jenis merupakan massa material tiap satuan volumenya,
untuk menghitung massa jenis dicari dengan menggunakan Persamaam
2.14.
Vm
=ρ .................................................(2.14)
Keterangan :
ρ = Massa jenis ( kg/m3 )
m = Massa ( kg )
V = Volume ( m3 )
20
2.3.5 Tensile Strenght ( N/m2 )
Dalam menentukan harga dari Tensile Strenght dapat ditentukan
dari data – data yang telah ada. Besaran tergantung pada pemilihan bahan
material. Pemilihan bahan material diambil dari Machine Design Data
Book Bab I Properti of Engineering Material.
2.3.6 Yield Strength (N/m2)
Yield Strenght adalah ketahanan suatu bahan terhadap deformasi
plastik , nilai besaran ini adalah besar gaya pada saat luluh dibagi luas
penampang.
Gambar 2.6 Kurva Tegangan dan Regangan
Untuk analisis dengan menggunakan Cosmos Works sebagian
bahan material sudah tersedia pada library program tersebut, selain itu
21
dapat menggunakan data-data pengujian yang telah ada dengan mengacu
pada Machine Design Data Book Bab 1 Properti of Engineering Material.
2.4 Computer Aided Engineering (CAE)
Computer Aided Engineering merupakan alat bantu kerja bagi para
engineer dalam hal analisis, simulasi, desain, manufaktur, perencanaan, diagnosis
dan perbaikan yang terintegrasi dengan komputer (WWW.Wikipedia.Com).
Dalam analisis konstruksi hidran digunakan dua jenis analisis CAE yaitu analisis
tegangan dengan menggunakan Finite Element Methode (FEM) dan analisis aliran
fluida dengan Computational Fluid Dynamic (CFD).
2.4.1 Finite Element Analysis (FEA)
Finite Element Analysis mengunakan metode elemen hingga atau
Finite Element Methode (FEM) untuk menyelesaikan permasalahan dalam
analisa tegangan pada konstruksi perancangan. Secara umum metode yang
digunakan FEM adalah dengan membagi (me’meshing) suatu model yang
dianalisis menjadi bagian-bagian kecil dengan bentuk sederhana yang
disebut element. Selanjutnya permasalahan yang kompleks pada model
yang rumit dijadikan sederhana pada tiap element yang kemudian
diselesaikan secara simultan.
Setiap element memiliki bentuk dan dimensi berbeda tegantung
bentuk model dan pengaturan pengguna, bentuk yang digunakan pada
model solid adalah bentuk tetrahedral. Element terdiri dari beberapa titik
22
perhitungan yang saling mempengaruhi pada tepinya disebut node. Pada
dasarya (default) tiap node memiliki enam (6) derajat kebebasan yaitu tiga
arah translasi dan tiga arah rotasi. Gambar 2.8 merupakan gambaran
sebuah element dengan sejumlah node yang berwarna merah dan gambar
2.8 adalah gambaran penyebaran element pada model tee
Gambar 2.7 Node pada element tetrahedral
Gambar 2.8 Mode (kiri) dan model setelah meshing (kanan)
Hasil yang diharapkan adalah gambaran tegangan Von Mises yaitu
kuantitas besarnya tegangan setiap arah dari satu titik node (tegangan von
mises tidak memiliki arah). Perhitungan tegangan von mises ada pada
persamaan 2.13
23
VON = {0.5 [(SX -SY)2 + (SX-SZ)2 + (SY-SZ)2] +
3(TXY2 + TXZ2 + TYZ2)}(1/2) ............................... (2.13.a)
VON = {0.5 [(P1 - P2)2 + (P1 - P3)2 + (P2 - P3)2]}(1/2) .… (2.13.b)
Gambar 2.9 Arah normal,shear, dan principal stress
SX = Tegangan normal searah X
SY = Tegangan normal searah Y
SZ = Tegangan normal searah Z
TXY = Geseran di arah Y pada bidang YZ
TXZ = Geseran di arah Z pada bidang YZ
TYZ = Geseran di arah Z pada bidang XZ
P = Principal stress
VON = Tegangan Von Mises
24
2.4.2 Computational Fluid Dynamic (CFD)
Computational Fluid Dynamic atau sering disingkat CFD adalah
salah satu cabang mekanika fluida yang menggunakan algoritma dan
metode numerik untuk memecahkan dan meneliti permasalahan aliran
fluida. Komputer digunakan untuk mengerjakan jutaan kalkulasi yang
dibutuhkan untuk mensimulasikan interaksi antara fluida dengan
permukaan (wall) yang ditentukan oleh syarat batasnya (boundary
condition). Daerah perhitungan fluida yang dibatasi syarat batasnya
dinamakan computational domain.
Metode yang digunakan adalah Finite Volume Methode (FVM),
hampir sama dengan FEM yaitu dengan memecah (meshing)
computational domain menjadi bagian-bagian kecil yang disebut cell.
Hasil yang didapatkan adalah gambaran penyebaran takanan dan
kecapatan pada permukaan pipa yang berinteraksi dengan fluida.
25
BAB III
LANGKAH ANALISIS
3.1 Spesifikasi Pipa Hidran dan Perangkat Analisis
3.1.1 Pipa Hidran
Pipa Hidran yang akan dianalisis mempunyai spesifikasi sebagai
berikut :
- Bahan pipa AISI 1020.
- Pipa besar diameter nominal 4”, schedule 40, tebal 0,207”.
- Pipa kecil diameter nominal 2,5” schedule 40, tebal 0,203”.
- Tee 4” ke 2,5”, ukuran c = 41/8”, m = 33/4”.
- Ellbow diameter 4” jari –jari kelengkungan 6”.
- Ellbow diameter 2.5” jari –jari kelengkungan 33/4”.
- Reducer 2,5” ke 1,5” panjang H = 3.5”
- Sambungan las temu pada pipa memiliki tegangan luluh 62 ksi,
lebih besar dari bahan pipa yaitu 50,991 ksi sehingga pada model
dapat diasumsikan tanpa sambungan las
3.1.2 Perangkat Analisis
a. Modeling
Perangkat lunak yang digunakan untuk membuat model adalah
SolidWorks® yaitu software desain teknik otomatis yang bekerja
26
dalam system operasi yang dibuat Microsoft® Windows®. SolidWork
berguna untuk membuat model berupa part dan juga assembly dari
part dalam bentuk tiga dimensi.
b. COSMOSWork.
COSMOSWork sp0.0 merupakan salah satu software CAE yang
terintegrasi dengan SolidWorks®. COSMOSWork berfungsi untuk
menganalisis model strktur mekanik baik part atau hasil assembly
dengan menggunakan metode element hingga (Finite Element
Method).
c. COSMOSFloWork.
COSMOSFloWork merupakan software yang berfungsi untuk
melakukan analisis aliran fluida (CFD). COSMOSFloWork juga
terintegrasi dengan SolidWorks® sehingga dapat secara langsung
dilakukan analisa pada model.
3.2 Metode dan Tata Kerja
Secata umum pengerjaan analisis adalah sebagai berikut :
3.2.1 Pengambilan data lapangan
Data-data yang telah diambil secara langsung si lapangan adalah
sebagai berikut:
27
a. Sistem kerja rumah pompa yang menggunakan Hydrophore
dengan tekanan kerja maksimum 7,2 kg/cm2. Tekanan kerja ini
menjadi tekanan maksimum yang bekerja pada sistem hidran dan
menjadi data input untuk analisa CFD
b. Dimensi pipa-pipa hidran yang diambil dengan cara melakukan
pengukuran langsung dan melihat data tinggi gedung dari biro
perawatan gedung. Tebal pipa didapat dari pipa hidran yang tidak
dipakai
3.2.2 Membuat model 3 dimensi
Model dibuat menggunakan software SolidWorks berdasarkan data
dimensi pipa yang telah diambil dengan perbandingan 1 : 1. Urutan
pembuatan model adalah sebagai berikut :
a. Membuat part.
Membuat komponen (part) solid dan menyimpan tiap satu
komponen kedalam satu dokumen part. Komponen yang dibuat
ditampilkan dlam dalam Table 3.1.
Bagian pipa yang pada konstruksi asli berada di dalam tembok
gedung, pada model dibuat dengan diameter 0.1mm lebih besar dari
diameter luar pipanya. Ketebalan yang lebih ini berguna untuk
menempatkan restrain pada analisis, namun karena tebalnya sangat
kecil maka dianggap tidak berpengaruh pada analisis.
28
Tabel 3.1 Part yang dibuat
Gambar 3.1 Bagian yang tertanam di tembok gedung (kuning)
Nama Komponen
Dimensi Keterangan
Ø Luar Tebal Tinggi
Big Elbow 4,5" 0,207" r 6" Elbow sudut 900
Small elbow 2,875" 0,203" r 3,25" Elbow sudut 900
Duct - - H 3,5" Reducer 2,5" ke 1,5"
Tee - C 41/8” m 33/4” Tee 4" ke 2,5" Part 2 8,08 cm - 1 cm Lid aliran keluar
Part 3 1,082 cm - 1 cm Lid aliran masuk Pipa 50cm 4,5" 0,207" 50 cm Pipa STD Pipa 75m 4,5" 0,207" 75 cm Pipa STD Pipa 990cm 4,5" 0,207" 990 cm Pipa STD Pipa 4285cm 4,5" 0,207" 4285 cm Pipa STD Pipa 4785cm 4,5" 0,207" 4785 cm Pipa STD Pipa Kecil 4,5cm 2,875" 0,203" 4,5 cm Pipa STD Pipa Kecil 8cm 2,875" 0,203" 8 cm Pipa STD Pipa Kecil 15cm 2,875" 0,203" 15 cm Pipa STD Pipa Kecil 33,5cm 2,875" 0,203" 33,5cm Pipa STD Pipa Kecil 33cm 2,875" 0,203" 33 cm Pipa STD Pipa Kecil75cm 2,875" 0,203" 75 cm Pipa STD Pipa Kecil188cm 2,875" 0,203" 188 cm Pipa STD
29
b. Membuat assembly.
Membuat assembly dari tiap komponen sehingga menjadi satu
model dengan derajat kebebasan nol (0) untuk tiap mate komponen
yang digabung. Salah satu komponen assembly harus dibuat mate
antara setiap plane part dengan plane assembly, ini berguna agar
model dengan plane pada assembly menjadi satu region untuk analisis
aliran fluidanya. (gambar model terlampir).
3.2.3 Menjalankan analisis aliran fluida.
Langkah pelaksanaan analisis aliran fluida menggunakan
COSMOSFloWork adalah sebagai berikut :
a. Membuat COSMOSFloWork Project baru.
Data input yang dimasukkan pada saat pembuatan project baru
adalah :
- System Unit adalah SI (Standard Internasional)
- Tipe analisis internal dengan pengaruh gravitasi.
- Fuida yang digunakan adalah water SP (Liquid)
- Wall Condition digunakan default.
- Initial Condition digunakan default.
- Manual specification of minimum gap size diisi 0.02m
- Manual specification of minimum wall thickness diisi
0.014m
30
specification of minimum gap size adalah ukuran celah terkecil
pada model dan specification of minimum wall thickness adalah
ukuran dinding solid terkecil pada model.
b. Menentukan boundary condition (syarat batas)
Boundary condition diatur sebagai berikut :
- Fluida masuk dari lid bawah dengan tekanan total 706078.8
Pascal (7.2 kg/cm2)
Gambar 3.2 Tekanan pada lid bawah (dilambangkan
panahwarna biru)
- Fluida keluar dari lid atas karena tekanan di lid atas
ditentukan sebagai environment preassure sebesar 101325
Pascal.
31
Gambar 3.3 Tekanan pada lid atas.
c. Menentukan Goals.
Goals yang ditntukan adalah :
- SG Av Static Pressure
- SG Av Total Pressure
- SG Av Dynsmic Pressure
- SG Mass Flow Rate
- SG Volume Flow Rate
- SG Av Velocity
Dengan menentukan goals penulis dapat memonitor perubahan
yang terjadi tiap iterasi pada bagian yang dipilih. Semua Goals
diambil dari face lid masuk yang berada di bagian bawah.
d. Melakukan meshing
Besar cell yang dibuat harus dapat dicakup oleh bagian yang
memiliki dimensi paling kecil, sehingga bagian tersebut dapat
dianalisis. Pada pengaturan mesh dikenal initial mesh, ini merupakan
32
kumpulan cell dasar yang akan terpecah lagi pada saat dilakukan
meshing menjadi cell yang lebih kecil mengacu pada dimensi model
yang dibuat. (mesh adalah kumpulan dari cell)
Gambar 3.4 kumpulan fluid cell hasil meshing
e. Menjalankan analisis aliran fluida
f. Menampilkan hasil berupa gambaran penyebaran tekanan pada
permukaan yang mengalami kontak dengan fluida.(hasil
selengkapnya terlampir)
g. Menganalisa hasil.
h. Meng’export hasil analisis ke COSMOSWork sehingga dapat
digunakan di COSMOSWork sebagai beban konstruksi.
3.2.4 Analisis konstruksi dengan FEA.
Karena sarana yang terbatas maka analisis keseluruhan tidak dapat
dilakukan secara langsung atau sekali jalan. Oleh karena itu maka model
33
dibagi menjadi enam (6) bagian sesuai dengan lantai gedung tempat pipa
terpasang. Analisis dilakukan per bagian sehingga kendala kurangnya
memory dapat diatasi. Langkah analisanya adalah sebagai berikut :
a. Membuat konfigurasi
Sebuah dokumen assembly dapat memiliki banyak konfigurasi
sehingga memungkinkan dilakukannya beberapa macam analisis pada
satu dokumen
Konfigurasi pertama (1) adalah analisis aliran fluida, konfigurasi
kedua (2) adalah analisis FEA pada bagian perpipaan yang ada pada
lantai besement. Cara memotongnya adalah dengan melakukan blok
pada part yang tidak termasuk pada lantai basement kemudian
melakukan suppres shingga part tersebut tidak terdefinisikan
(dianggap tidak ada) pada konfigurasi pertama ini. Selanjutnya adalah
melakukan cut extrude pada part yang bagiannya berada pada dua
lantai (dalam hal ini adalah pipa 990cm) sehingga yang menjadi
bagian dari analisis ini hanya seluruh bagian pipa yang berada pada
lantai basement dan juga pipa yang tertanam pada tembok lantai.
Konfigurasi ketiga (3) adalah rangkaian perpipaan pada lantai
groun, cara pembuatannya sama dengan konfigurasi pertama dan
demikian juga konfigurasi ke tiga hingga ke tujuh (7).
34
Gambar 3.5 Pipa di lantai basement (bagian berwarna hijau
merupakan bagian yang tertanam di lantai gedung)
b. Membuat study
Study pertama dibuat pada konfigurasi pertama yaitu static analisis
dengan menggunakan solid mesh dengan nama study 1.
c. Mengatur properties study
Pengaturan dilakukan sehingga beban tekanan pada permukaan
dalam pipa dari COSMOSFloWork dapat menjadi beban (load) pada
analisis ini.
d. Menerapkan restrain dan load
Restrain diterapkan pada permukaan luar bagian pipa yang
tertanam di dinding dan juga pada ujung reducer dengan asumsi fix
yaitu bagian-bagian ini dianggap rigid.
35
e. Mengatur mesh dan menjalankan meshing
Mesh parameter diatur sedikit lebih ke kanan dari posisi default
dan automatic transition dicentang sehingga ukuran mesh yang akan
dibuat secara otomatis menyesuaikan dengan bentuk model.
f. Menjalankan analisis.
g. Memasukkan design check plot untuk menampilkan penyebaran
FOS pada model.
h. Memunculkan angka maksimum pada tiap result.
i. Menganalisa hasil (result) yang muncul
Hasil yang muncul ada empat (4) yaitu :
- Stress 1 (teganga von mises)
- Displacement 1 (besarnya pergeseran)
- Restrain 1(regangan)
- Design check 1 (menampilkan FOS)
3.2.5 Melakukan analisis dengan beberapa asumsi.
Untuk mengetahui faktor keamanan terkecil yang mungkin terdapat
pada konstruksi, maka analisis dilakukan dengan enam (6) kondisi aliran
yaitu :
a. Kondisi pertama (1) air keluar dari pipa di lantai empat (4)
b. Kondisi kedua (2) air keluar dari pipa di lantai tiga (3)
c. Kondisi ketiga (3) air keluar dari pipa di lantai dua (2)
d. Kondisi keempat (4) air keluar dari pipa di lantai satu (1)
36
e. Kondisi kelima (5) air keluar dari pipa di lantai ground
f. Kondisi keenam (6) air keluar dari pipa di lantai basement
Analisis untuk tiap kondisi yang diasumsikan dilakukan dengan
membuat lima (5) salinan file model dari kondisi pertama yaitu air
mengalir dari penghubung pipa utama menuju lantai empat (4). Salinan file
model disimpan pada enam (5) folder dengan nama berbeda sehingga
pada hasil akhir nanti terdapat enam (6) buah folder dengan tiap folder
berisi satu file assembly dan beberapa file analisis dari COSMOSFloWork
dan COSMOSWork.
37
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Data Hasil Analisis
Data hasil analisis adalah penyebaran besarnya tekanan, tegangan dan
faktor keamanan (FOS) pada model yang diwakili oleh warna-warna yang secara
rinci ditunjukkan pada lampiran. Nilai terbesar dan terkecil dari tiap analisis
dimasukkan kedalam tabel kemudian dibuat kurva sehingga dapat diketahui lokasi
dimana tekanan terbesar, tegangan terbesar dan faktor keamanan terkecil terjadi.
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Tegangan Maksimum
38
Tabel 4.1 Data hasil analisis
Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3
min max min max min max Tekanan 10982 Pa 719418 Pa -19320 Pa 717659 Pa -69615 Pa 716900Pa
Tega
ngan
Pa
Lantai 4 1467 1,512 x107 1743 1,511 x107 1245 1,565 x107
Lantai 3 5488 1,537 x107 5544 1,561 x107 5318 1,568 x107
Lantai 2 8779 1,474 x107 8495 1,464 x107 7024 1,560 x107
Lantai 1 8629 2,156 x107 7392 2,392 x107 8895 1,972 x107
Ground 7242 2,059 x107 23,91 2,138 x107 4521 2,087 x107
Basement 7415 2,408 x107 91,87 2,324 x107 13160 2,335 x107
Fakt
or K
eam
anan
Lantai 4 23,25 100 23,26 100 22,46 100
Lantai 3 22,88 100 22,52 100 22,42 100
Lantai 2 23,85 100 24,02 100 22,54 100
Lantai 1 16,31 100 14,7 100 17,83 100
Ground 17,07 100 16,44 100 16,85 100
Basement 14,6 100 15,13 100 15,06 100
Kondisi 4 Kondisi 5 Kondisi 6
min max min max min max Tekanan 75534 Pa 713481Pa -8810 Pa 715498 Pa -45966Pa 702005 Pa
Tega
ngan
Pa
Lantai 4 1824 1,572 x107 1342 1,606 x107 1408 1,618 x107
Lantai 3 5708 1,576 x107 5732 1,595 x107 5645 1,610 x107
Lantai 2 6973 1,562 x107 6681 1,589 x107 6723 1,599 x107
Lantai 1 7901 1,730 x107 9385 1,815 x107 9249 1,826 x107
Ground 4455 2,117 x107 4641 2,079 x107 4408 2,084 x107
Basement 13410 2,331 x107 12430 2,335 x107 12120 2,309 x107
Fakt
or K
eam
anan
Lantai 4 22,36 100 21,89 100 21,72 100 Lantai 3 22,3 100 22,04 100 21,84 100 Lantai 2 22,5 100 22,13 100 21,98 100 Lantai 1 20,32 100 19,37 100 19,25 100 Ground 16,61 100 16,91 100 16,87 100
Basement 15,08 100 15,05 100 15,22 100
39
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan FOS Terkecil
Dari pengolahan hasil metode elemen hingga, diketahui tegangan terbesar
dan FOS terkecil pada rangkaian perpipaan terjadi di unit pipa hirdan lantai
basement ketika air keluar dari hidran lantai empat (4) atau terjadi pada kondisi
pertama. Tegangan terbesar adalah 24 MPa dan faktor keamanan (FOS) terkecil
adalah 14. Posisi tegangan terbesar ditampilkan pada Gambar 4.3a dan posisi FOS
terkecil ditampilkan pada Gambar 4.3b, posisinya adalah pada bagian dalam pipa
sehingga gambar ditampilkan berupa irisan.
40
Gambar 4.3a Pisisi tegangan terbesar.
Gambar 4.3b Posisi FOS terkecil.
41
Pada kurva FOS pada gambar 4.2, faktor keamanan dari setiap asumsi
kondisi analisis dari lantai empat (4) hingga lantai basement cenderung mengecil.
Hal ini sesuai dengan penyebaran tekanan pada dinding dalam pipa yang semakin
kebawah tekanannya semakin besar. Gambaran penyebaran tekanan pada model
dapat dilihat pada Gambar 4.4
Kondisi satu (1)
Gambar 4.4 Gambaran peningkatan tekanan dari lantai empat hingga basement
Lantai 4
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Ground
Basement
42
4.2 Kesesuaian Data Hasil Analisis Dengan Teori.
4.2.1 Tekanan
Pada fluida nyata yang bergerak, tekanan pada suatu titik
dipengaruhi oleh faktor ketinggian (potensial), kecepatan aliran fluida
(kinetik) dan rugi-rugi aliran. Hubungan antara tekanan, kecepatan aliran
dan ketinggian fluida terdapat pada Persamaan Bernaulli yaitu Persamaan
2.10
Data penyebaran tekanan hasil analisis COSMOSFloWork sesuai
dengan Persamaan Bernaulli karena :
a. Semakin tinggi kedudukan fluida (Z semakin besar), tekanannya
semakin kecil.
b. Pada pipa cabang di lantai 4 tempat keluarnya fluida, semakin kecil
diameter dalam pipa tekanannya semakin kecil (diameter dalam pipa
yang mengecil menyebabkan kecepatan fluida membesar)
4.2.2 Tegangan
Tegangan pada suatu bidang yang terbagi merata dinyatakan dalam
persamaan σ = F/A, begitu juga tekanan dapat didefinisikan sebagai
jumlah gaya tiap satuan luas. Besarnya gaya yang bekerja pada suatu
luasan bidang berbanding lurus dengan tekanan yang terjadi pada bidang
itu. Begitu pula pada tegangan, semakin besar gaya yang bekerja pada
suatu luasan benda maka semakin besar pula tegangan yang terjadi benda
tersebut.
43
Dapat disimpulkan bahwa tegangan (σ) berbanding lurus dengan
tekanan (P) atau semakin besar tekanan yang bekerja pada luasan suatu
benda maka semakin besar pula tegangan yang terjadi pada benda tersebut.
Pada data hasil analisis analisis CAE, besarnya tegangan sebanding
dengan besarnya tekanan yang terjadi pada permukaan dalam pipa. Hal ini
terlihat pada grafik perbandingan tegangan dimana tegangan maksimum
secara umum bertambah besar dari lantai empat hingga basement,
sebanding dengan tekanan yang semakin besar pula dari lantai empat
hingga basement.
4.2.3 Faktor Keamanan (FOS)
Faktor keamanan didapat dari persamaan berikut :
σσ
misesvon
BahanLimit FOS=
Dari persamaan FOS, semakin besar tegangan von mises yang
terjadi maka semakin kecil faktor keamanannya. Grafik perbandingan
tegangan dan grafik perbandingan FOS memiliki kemiringan yang
berkebalikan, ini menyatakan kesesuaian antara hasil analisis tengan teori.
44
4.2.3 Tekanan Pecah Dinding Pipa
Tekanan pecah dinding pipa dapat dihitung dengan Persamaan 2.2
dan diperoleh harga sebesar 1705 Psi. Jika tekanan terbesar pada pipa hasil
analisis CAE yaitu 104 Psi maka didapat angka keamanan sebesar 16.
Besarnya angka keamanan hasil perhitungan menggunakan
Persamaan 2.2 memiliki perbedaan sebesar 10,65 % dengan besarnya
angka keamanan terkecil yang didapat dari analisis menggunakan CAE
yaitu 14.
Perbedaan yang terdapat pada hasil analisis menggunakan
persamaan 2.2 dan hasil analisis CAE disebabkan karena metode
perhitungannya berbeda. Pada analisis menggunakan CAE, angka
keamanan (FOS) terkecil merupakan angka keamanan yang terdapat pada
suatu titik element saja sedangkan pada analisis menggunakan Persamaan
2.2 merupakan angka keamanan menyeluruh untuk pipa berdiameter
nominal 4” sch 40.
45
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan.
1. Tekanan fluida maksimum yang menyentuh dinding bagian dalam pipa
adalah 719 kPa atau 104 Psi. Tekanan terjadi di instalasi hidran lantai
basement pada analisis kondisi pertama.
2. Tegangan terbesar yang terjadi pada konstruksi adalah 24 MPa. Tegangan
terjadi pada tee di instalasi hidran lantai basement ketika air mengalir dari
sambungan utama bawah dan keluar melalui instalasi pipa hidran di lantai
empat (4).
3. Tegangan yang besar banyak terjadi pada bagian tee dan reducer.
4. Faktor keamanan terkecil yang terjadi pada konstruksi adalah 14. Terjadi
pada kondisi pertama.
46
DAFTAR PUSTAKA
____________, 2006, COSMOSFloWork Tutorial, COSMOSFloWork 2007/PE
SP0.0 Build 259.
Lukiyanto, Y.B., 2008, Buku Penduan Praktikum Prestasi Mesin, Laboratorium
Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Raswari, 1986, Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan, Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta
Rosadi, P.E., 2004, Mekanika Fluida, PT. Hasta Cipta Mandiri. Surabaya.
Shigley, J. E., Mitchell, L.G., 1983, Perencanaan Teknik Mesin Jilid I, Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Gambar L.1 Instalasi komponen hidran dalam rumah pompa
Hydrofour
Bak 1 Bak 2
PompaFilter 2
PompaFilter 2
Pompa Hydrant
Pmpa Joky
Ke Instalasi
Bak Aerasi dan Pengendapan
Sand Filter Carbon Active Filter
Safety Valve
Dari Pompa Sub Mersible Sumur Dari Pompa Sub Mersible Sumur
GAMBAR ISTALASI POMPA DAN PENGOLAHAN AIR
Ke Pembuangan
Pompa Jockey
Gambar L.2 Plot penyebaran tekanan pada kondisi satu
Gambar L.3 Plot penyebaran tekanan pada kondisi dua
Gambar L.4 Plot penyebaran tekanan pada kondisi tiga
Gambar L.5 Plot penyebaran tekanan pada kondisi empat
Gambar L.6 Plot penyebaran tekanan pada kondisi lima
Gambar L.7 Plot penyebaran tekanan pada kondisi enam
Gambar L.58 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi lima
Gambar L.59 Posisi FOS terkecil di pipa lantai basement pada kondisi lima
Gambar L.60 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi lima
Gambar L.61 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi lima
Gambar L.62 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi lima
Gambar L.63 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi lima
Gambar L.64 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi lima
Gambar L.65 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi lima
Gambar L.66 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi lima
Gambar L.67 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi lima
Gambar L.68 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi lima
Gambar L.69 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi lima
Gambar L.8 Plot penyebaran tegangan di pipa lantai basement pada kondisi satu
Gambar L.9 Plot penyebaran FOS di pipa lantai basement pada kondisi satu
Gambar L.10 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi satu
Gambar L.11 Posisi FOS terkecil di pipa lantai basement pada kondisi satu
Gambar L.12 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi satu
Gambar L.13 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi satu
Gambar L.14 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi satu.
Gambar L.15 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi satu
Gambar L.16 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi satu
Gambar L.17 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi satu
Gambar L.18 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi satu
Gambar L.19 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi satu
Gambar L.20 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi satu
Gambar L.21 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi satu
Gambar L.22 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi dua
Gambar L.23 Posisi Fos terkecil di pipa lantai basement pada kondisi dua
Gambar L.24 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi dua
Gambar L.25 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi dua
Gambar L.26 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi dua
Gambar L.27 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi dua
Gambar L.28 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi dua
Gambar L.29 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi dua
Gambar L.30 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi dua
Gambar L.31 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi dua
Gambar L.32 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi dua
Gambar L.33 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi dua
Gambar L.34 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi tiga
Gambar L.35 Posisi Fos terkecil di pipa lantai basement pada kondisi tiga
Gambar L.36 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi tiga
Gambar L.37 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi tiga
Gambar L.38 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi tiga
Gambar L.39 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi tiga
Gambar L.40 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi tiga
Gambar L.41 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi tiga
Gambar L.42 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi tiga
Gambar L.43 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi tiga
Gambar L.44 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi tiga
Gambar L.45 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi tiga
Gambar L.46 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi empat
Gambar L.47 Posisi FOS terkecil di pipa lantai basement pada kondisi empat
Gambar L.48 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi empat
Gambar L.49 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi empat
Gambar L.50 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi empat
Gambar L.51 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi empat
Gambar L.52 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi empat
Gambar L.53 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi empat
Gambar L.54 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tiga pada kondisi empat
Gambar L.55 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi empat
Gambar L.56 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai empat pada kondisi empat
Gambar L.57 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi empat
Gambar L.70 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai basement pada kondisi enam
Gambar L.71 Posisi FOS terkecil di pipa lantai basement pada kondisi enam
Gambar L.72 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai ground pada kondisi enam
Gambar L.73 Posisi FOS terkecil di pipa lantai ground pada kondisi enam
Gambar L.74 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai satu pada kondisi enam
Gambar L.75 Posisi FOS terkecil di pipa lantai satu pada kondisi enam
Gambar L.76 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai dua pada kondisi enam
Gambar L.77 Posisi FOS terkecil di pipa lantai dua pada kondisi enam
Gambar L.78 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tigapada kondisi enam
Gambar L.79 Posisi FOS terkecil di pipa lantai tiga pada kondisi enam
Gambar L.80 Posisi tegangan terbesar di pipa lantai tigapada kondisi enam
Gambar L.81 Posisi FOS terkecil di pipa lantai empat pada kondisi enam